Anda di halaman 1dari 190

Asuhan Keperawatan Jiwa

pada Kelompok Sehat,


Resiko dan Gangguan Jiwa

Nurul Mawaddah, S.Kep.Ns., M.Kep.


Departemen Keperawatan Jiwa
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Majapahit Mojokerto
KOMPETENSI KEPERAWATAN JIWA UNTUK NERS

A. ASKEP GANGGUAN JIWA / ODGJ


 Kelompok ODGJ : GME, ODGJ Berat, pasung
 Melaksanakan asuhan keperawatan dan dokumentasi melalui pendekatan proses
keperawatan pada 7 diagnosa keperawatan kelompok gangguan jiwa :
1. Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Sensori Persepsi : halusinasi
3. Gangguan Proses Pikir : Waham
4. Isolasi Sosial
5. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
6. Defist Perawatan Diri
7. Resiko Bunuh Diri
KOMPETENSI KEPERAWATAN JIWA UNTUK NERS

B. KELOMPOK RESIKO / PSIKOSOSIAL / ODMK


 Pelayanan Kesehatan jiwa pada kelompok resiko meliputi pelayanan
Kesehatan holistik dan memberikan konseling Kesehatan jiwa pada pasien
dengan sakit fisik
 Kel ODMK : Hipertensi, DM, TB Paru, ODGJ, HIV, Stroke, Kanker, Gagal Ginjal,
HD
 Melaksanakan asuhan keperawatan dan dokumentasi melalui pendekatan
proses keperawatan pada 5 diagnosa keperawatan kelompok resiko gangguan
jiwa :
1. Ansietas
2. Harga diri rendah situasional
3. Gangguan citra tubuh
4. Keputusasaan
5. Ketidakberdayaan
KOMPETENSI KEPERAWATAN JIWA UNTUK NERS

C. KELOMPOK SEHAT
 Melaksanakan asuhan keperawatan dan dokumentasi melalui
pendekatan proses keperawatan pada 8 diagnosa keperawatan
kelompok sehat jiwa :
1. Kesiapan peningkatan perkembangan Infant
2. Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler
3. Kesiapan peningkatan perkembangan Pra sekolah
4. Kesiapan peningkatan perkembangan Usia Sekolah
5. Kesiapan peningkatan perkembangan Remaja
6. Kesiapan peningkatan perkembangan Dewasa muda
7. Kesiapan peningkatan perkembangan Dewasa tengah
8. Kesiapan peningkatan perkembangan Lansia
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KELOMPOK GANGGUAN
Asuhan Keperawatan
Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri

Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya


tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif
tentang dirinya, menolak dirinya sendiri, merasa tidak berharga,
dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri.
Individu gagal menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita
Subyektif : pasien mengungkapkan tentang
Hal negatif tentang diri tau orang lain
Perasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimis
Penolakan terhadap kemampuan diri
Obyektif :
Penurunan produktifitas
tidak berani menatap lawan bicara
lebih banyak menunduk :
bicara lambat dengan nada suara lemah
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

Tujuan
Pasien mampu :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
3. Menilai kemampuan yang dapat diguankan
4. Menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
5. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
6. Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya
TINDAKAN KEPERAWATAN

Bina hubungan saling percaya


Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
Perkenalkan diri dengan pasien
Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
Buat kontrak asuhan
Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi
yang diperoleh untuk kepentingan terapi
Tunjukka sikap empati terhadap pasien
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
TINDAKAN KEPERAWATAN

Identifikasi kemampuan dna aspek positif yang


masih dimiliki
Diskusikan kemampuan melakukan kegiatan dan
aspek positif pasien
(Buat daftar kegiatan)
Beri pujian yang realistik dna hindarkan
memberikan penilaian yang negatif setiap kali
bertemu dengan pasien
TINDAKAN KEPERAWATAN

Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat


digunakan
Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan),
buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini
Bantu pasien menyebutkannya dan memberi
penguatan terhadap kemampuan yang
diungkapkan pasien
TINDAKAN KEPERAWATAN

Bantu pasien untuk dapat memilih/menetapkan


kegiatan berdasarkan daftar kegaitan yang dapat
dilakukan
Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk
dilatih saat pertemuan
Bantu pasien memberikan alasan terhadap
pilihan yang ia tetapkan
TINDAKAN KEPERAWATAN

Latih kegiatan yang telah dipilih pasien


Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara
melakukannya)
Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
dua kali per hari
Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap
kemajuan yang diperhatikan pasien
TINDAKAN KEPERAWATAN
Rencanakan kegiatan sesuai kemampuan pasien dna
menyusun rencana kegiatan
Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegaitan
yang telah dilatihkan
Beri pujian atas aktifitas / kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktifitas
Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga
Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasanya
setelah pelaksanaan kegiatan
Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktofitas
yang dilakukan pasien
TINDAKAN KEPERAWATAN TERHADAP
KELUARGA

Tujuan :
Keluarga mampu
Mengenal masalah harga diri rendah
Mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah
Merawat harga diri rendah
Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan
harga diri rendah
Menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
TINDAKAN KEPERAWATAN
Mendiskusikan masalah yang dirasakab dalam mnerawat
pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya harga diri rendah
Melatih keluarga cara merawat HDR
Membimbing keluarga merawat HDR
Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang mendukung meningkatkan HDR
Mendiskusikan tanda dna gejala kekambuhan yang
memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan
kesehatan
Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan
secara teratur
ASUHAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami penurunan atau sama sekali
tidak mampu berinteraksi degan orang lain
disekitarnya
Pasein mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dnegan orang lain
Subyektif
Merasa sepi
Merasa tidak aman
Merasa bosan dna waktu terasa lambat
Tidak mampu berkonsentrasi
Merasa ditolak
Obyektif
Banyak diam
Tidak mau bicara
Menyendiri
Tidak mau berinteraksi
Tanmpak sedih
Ekspresi datar dan dangkal
Kontak mata kurang
Gejala Obyektif
Klien banyak diam dan tidak mau bicara
Tidak mengikuti kegiatan
Banyak berdiam diri dikamar
Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat
Klien tampak sedih, afek datar dan dangkal
Kontak mata kurang
kurang spontan
Apatis
SP 1 pasien : membina hubungan saling percaya, membantu pasien
mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal
keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan
Tindakan :
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang manfaat berinteraksi dengan orang
lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan seseorang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
 SP 2 pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara
bertahap (berkenalan dengan orang pertama)

Tindakan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang
3. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
 SP 3 pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan
dengan orang kedua)

Tindakan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian
 SP 1 Keluarga :
memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial, epnyebab
isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
Tindakan :
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
 Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi social
 SP 2 Keluarga :
 melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi
sosial langsung dihadapan pasien
Tindakan :
 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi social
 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien isolasi sosial
 SP 3 Keluarga :
 membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Tindakan :
 Membantu keluarga membuat perencanaan pulang (membuat jadwal aktifitas
dirumah termasuk minum obat)
 Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang
PENGERTIAN

 Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari


proses pancaindra tanpa adanya rangsangan
eksternal
 Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak ada
Batasan karakteristik

 Perubahan dalam pola perilaku


 Perubahan dalam kemampuan menyelesaikan masalah
 Perubahan dalam ketajaman sensori
 Perubahan dalam respon yang biasa terhadap stimulus
 Disorientasi
 Halusinasi
 Hambatan komunikasi
 Iritabilitas
 Konsentrasi yang buruk
 Gelisah
 Distorsi sensori
Jenis Halusinasi Data Subyektif Data Obyektif
Halusinasi dengar ▪ mendengar suara menyuruh melakukan • mengarahkan telinga pada sumber
(Auditory-Hearing sesuatu yang berbahaya suara
voices or sounds) ▪ mendengar suara atau bunyi • bicara atau tertawa sendiri
▪ mendengar suara yang mengajak bercakap- • marah-marah tanpa sebab
cakap •Menutup telinga
▪ mendengar seseorang yang sudah meninggal • mulut komat kamit
▪ mendengar suara yang mengacam diri klien •Ada gerakan tangan
atau orang lain atau suara lain yang
membahayakan

Halusinasi penglihatan • melihat seseorang yang sudah meninggal, •Tatapan mata pada tempat tertentu
(visual-seeing persons melihat makhluk tertentu, melihat bayagan, • menunjuk kearah tertentu
or things) hantu atau sesuatu yang menakutkan • ketakutan pada obyek yang dilihat

Halusinasi penghidu/ •Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, • ekspresi wajah seperti mencium
penciuman bayi, feses, bau masakan, bau parfum yang sesuatu dengan gerakan cuping hidung,
(olfactory-smelling menyenangkan mengarahkan hidung pada tempat
odors) • klien seing mengatakan emncium bau tertentu
sesuatu
Jenis Halusinasi Data Subyektif Data Obyektif

Halusinasi perabaan ▪ klien mengatakan ada sesuatu yang • mengusap, menggaruk-ngaruk, meraba-
(tactile-feeling bodily menggerayangi tubuh seperti tangan, raba permukaan kulit
sensations) binatang kecil, makhluk halus •Terlihat menggerakkan badan seperti
▪Merasakan sesuatu dipermukaan kulit, merasakan sesuatu rabaan
merasakan sangat panas atau dingin,
merasakan ersengat aliran listrik

Halusinasi pengecapan • klien seperti sedang merasakan makanan •Seperti mengecap sesuatu, gerakan
(gustatory- tertentu, rasa tertentu atau mengunyah mengunyah, meludah atau muntah
experiencing tastes) sesuatu
1. Mengkaji jenis halusinasi
2. Mengkaji isi halusinasi
3. Mengkaji waktu terjadinya halusinasi
4. Mengkaji frekuensi halusinasi
5. Situsi yang menyebabkan munculnya halusinasi
6. Respons halusinasi
Tujuan
Pasien mampu:
– Membina hubungan saling percaya
– mengenali halusinasi yang dialaminya
– mengontrol halusinasinya
– mengikuti program pengobatan secara optimal
TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Bantu klien mengenali halusinasi


• Mendiskusikan tentang isi halusinasi (apa yang di
dengar, dilihat atau dirasa), waktu terjadinya
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi
yang menyebabkan halusinasinya muncul dan
respons klien saat halusinasi muncul
TINDAKAN KEPERAWATAN

2. Melatih klien mengontrol halusinasi


a. Menghardik halusinasi
• Menjelaskan cara menghardik halusinasi
• Memperagakan cara menghardik
• Meminta klien memperagakan ulang
• Memantau penerapan cara dan menguatkan perilaku klien
TINDAKAN KEPERAWATAN

b. Bercakap-cakap dengan orang lain


c. Melakukan aktivitas yang terjadwal
• Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi
• Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien
• Melatih pasien melakukan aktivitas
• Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai
aktivitas mulai dari bangun tidur pagi sampai tidur malam
• Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan
penguatan terhadap perilaku perilaku pasien yang positif
TINDAKAN KEPERAWATAN

d. Minum obat secara teratur


• Jelaskan kegunaan obat
• Jelaskan akibat jika putus obat
• Jelaskan cara mendapatkanobat/berobat
• Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benar
obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar
dosis)
TINDAKAN UNTUK keluarga
Tujuan

Keluarga mampu :
• mengenal masalah halusinasi
• mengambil keputusan untuk merawat isolasi sosial
• merawat halusinasi
• memodifikasi lingkungan yang mendukung pasien
• memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Intervensi keperawatan

 Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam


merawat klien
 Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami klien, tanda dan
gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara
merawat klien halusinasi
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
memperagakan cara merawat klien dengan halusinasi
langsung dihadapan klien
 Buat perencanaan pulang dengan keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
PENGERTIAN

 Marah adalah perasaan jengkel dan tidak nyaman karena


tidak terpenuhinya / ancaman kebutuhan fisik, psikologis
dna sosial
 Perilaku kekerasan adalah respon terhadap perasaan
marah yang dapat membahayakan diri, orang lain dna
lingkungan
 Perilaku ekkerasan dapat dilakukan secara verbal, dan
atau fisik yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
TANDA DAN GEJALA
Data subyektif
 Ungkapan perasaan kesal, kecewa
 Ungkapan ingin memukul
Data obyektif
 Wajah memerah dan tegang
 Pandangan tajam
 Mengatupkan rahang dengan kuat
 Mengepalkan tangan
 Bicara kasar
 Suara tinggi, menjerit atau berteriak
 Mondar mandir
 Melempar atau memukul benda / orang
SP 1 Pasien : membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
Tindakan ;
1. Bina hubungan saling percaya
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak setiap kali bertemu klien
2. Diskusikan bersama klien penyebab PK saat ini dan yang lalu
3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab PK
Diskusikan tanda dan gejala PK secara fisik
Diskusikan tanda dan gejala PK secara psikologis
Diskusikan tanda dan gejala PK secara sosial
Diskusikan tanda dan gejala PK secara spiritual
Diskusikan tanda dan gejala PK secara intelektual
4. Diskusikan bersama klien PK yang biasa dilakukan pada saat marah secara
- Verbal - Terhadap diri sendiri
- Terhadap orang lain - Terhadap lingkungan
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6. Diskusikan bersama klien cara mengontrol PK secara Fisik I
Latih klien mengontrol PK dengan latihan nafas dalam
Susun jadwal Latihan nafas dalam
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
ke-2
Tindakan ;
1. Evaluasi latihan nafas dalam
2. Latih cara fisik ke-2 : pukul kasur dan bantal
3. Susun jadwal kegiatan harian cara ke-2

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara


sosial/ verbal
Tindakan ;
1. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
2. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
3. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
spiritual
Tindakan ;
1. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal
2. Latihan sholat / berdoa
3. Buat jadwal latihan sholat / berdoa
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
Tindakan ;
1. Evaluasi jadwal harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih
2. Latih klien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama klien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum
obat, benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat
3. Susun jadwal minum obat secara teratur
Tindakan keperawatan untuk keluarga

Tujuan :
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
SP 1 Keluarga : memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang
cara merawat pasien perilaku kekerasan dirumah
Tindakan ;
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncl, dan akibat dari perilaku
tersebut)
3. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda / orang lain
SP 2 Keluarga : melatih keluarga melakukan cara2 mengontrol
kemarahan
Tindakan ;
1. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
2. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat
3. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
4. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala2 perilaku kekerasan

SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang besama


keluarga
Tindakan ;
1. Buat perencanaan pulang bersama keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN
RISIKO BUNUH DIRI
PENDAHULUAN

❑ Risiko bunuh diri merupakan salah satu kondisi yang harus dikaji
oleh perawat pada setiap pasien gangguan jiwa terutama pada kasus
gangguan depresi.
❑ Keinginan untuk mengakhiri hidup ini dapat mengakibatkan
kematian.
❑ Asuhan keperawatan risiko bunuh diri perlu dilakukan agar pasien
dan keluarga dapat mencegah terjadinya perilaku bunuh diri.
A. Pengertian

Risiko bunuh diri adalah


➢ Perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja
untuk mengakhiri kehidupan. Individu secara
sadar berkeinginan untuk mati sehingga
melakukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan
keinginan tersebut.
➢ Rentan terhadap menyakiti diri sendiri dan cedera
yang mengancam jiwa (NANDA 2015-2017)
bentuk perilaku bunuh diri

1. Isyarat bunuh diri


2. Ancaman bunuh diri
3. Percobaan bunuh diri
 Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku yang secara tidak
langsung ingin bunuh diri
 Misalnya dengan mengatakan : “tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh !” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”
 Pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri
 Umumnya pasien mengungkapan perasaan ; rasa bersalah, sedih,
marah, putus asa, tidak berdaya
 Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan HDR
 Umumnya diucapkan oleh pasien
 Berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana
untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut
 Dibutuhkan pengawasan yang ketat meskipun pasien
belum mencoba bunuh diri
 Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien
mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri
kehidupannya
 Pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara :
gantung diri, minum racun, memotong urat nadi,
atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi
TANDA DAN GEJALA RISIKO BUNUH DIRI

Data Subjektif:
 Merasa hidupnya tak berguna lagi
 Ingin mati
 Pernah mencoba bunuh diri
 Mengancam bunuh diri
 Merasa bersalah / putus asa
TANDA DAN GEJALA RISIKO BUNUH DIRI

Data Objektif:
 Ekspresi murung
 Tak bergairah
 Banyak diam
 Ada bekas percobaan bunuh diri
TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN
Tujuan:
1. Pasien ancaman/percobaan bunuh diri
a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien tetap aman dan selamat

2. Pasien isyarat bunuh diri


a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien mampu mengontrol pikiran bunuh diri melalui
pikiran positif diri
c. Pasien mampu mengontrol pikiran bunuh diri melalui
pikiran positif keluarga dan lingkungan
d. Pasien mampu menyusun rencana masa depan
e. Pasien mampu melakukan kegiatan rencana masa
depan
TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN

1. Membina hubungan saling percaya


2. Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri (Ancaman/percobaan
bunuh diri)
3. Isyarat bunuh diri :
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri:
berpikir positif terhadap diri, keluarga dan lingkunga
b. Meningkatkan harga diri pasien
c. Meningkatkan kemampuan meyusun rencana masa depan
TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tujuan:
1. Keluarga dengan ancaman/percobaan bunuh diri
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri----Ancaman/percobaan bunuh
diri
2. Keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri:
a. Keluarga mampu mengenal masalah risiko bunuh diri
b. Keluarga mampu memutuskan merawat pasien risiko bunuh diri
c. Keluarga mampu menciptakan suasana keluarga dan lingkungan
yang aman.
d. Keluarga mampu memantau dan membimbing pasien dalam
mengatasi risiko bunuh diri
e. Keluarga mampu follow-up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya risiko bunuh diri dan mengambil keputusan
merawat pasien.
3. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang aman
4. Melatih keluarga cara-cara membimbing dan memantau
pasien mengatasi risiko bunuh diri dan kemampuan
pasien dalam mencapai masa depan.
5. Menganjurkan follow-up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur
ASUHAN KPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
 Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan, berhias diri, dan
eliminasi (buang air besar dan buang air kecil) secara
mandiri
 Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan
bau, serta kuku panjang dan kotor
 Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakain
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada
pasien perempuan tidak berdandan
 Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya
 Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar (BAB)atau
buang air kecil (BAK) tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan diri dengan baik
setelah BAB/BAK
SP I Pasien :
melatih pasein cara perawatan kebersihan diri (mendiskusikan pentingnya
kebersihan diri, cara-cara merawat diri, dan melatih pasien tentang cara-
cara perawatan kebersihan diri)
SP I I Pasien :
Melatih pasien berhias (laki-laki : berpakaian, menyisir rambut,
bercukur. Perempuan : berpakaian, menyisir rambut, berhias)
SP III Pasien :
melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara mempersiapkan
makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan cara merapikan
peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahapan makan
yang baik)
SP I V Pasien :
Melatih pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri (menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai, menjelaskna cara membersihkan diri setelah BAB/BAK,
menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK)
SP I keluarga :
Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah perawatan
diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah defisit
perawatan diri
SP I I keluarga :
Melatih keluarga cara merawat pasien
SP I I I keluarga :
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
 Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap obyek dan tidak
konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya (Rawlin,
1993)

 Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan


secara kuat / terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan
(Stuart & Sundeen, 1998)

 Waham adalah keyakinan yang salah yang tidak dapat diubah


dengan alasan logis / kejadian nyata (Cook dan Fontaine, 1987)
Tanda dan gejala
 Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang
kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
 Klien tampak tidak mempunyai orang lain
 Curiga
 Bermusuhan
 Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
 Takut, sangat waspada
 Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
 Ekspresi wajah tegang
 Mudah tersinggung
1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Contoh : “saya ini titisan bung karno, punya banyak perusahaan, punya rumah diberbagai
negara, dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit”.
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan /
mencederai dirinya, diucapkan berkali-kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Contoh : “banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup
saya, suster akan meracuni makanan saya”
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Contoh ; “tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus menerus memakai pakaian
putih setiap hari agar masuk surga”
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Contoh : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya banyak
kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubh saya menghilang”
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/ meninggal, diucapkan
berulangkalibtetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Contoh ; “saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada di sii adalah roh-roh,
sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia”
6. Waham Siar pikir
Klien yakin orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun tidak dinyatakannya
pada orang tersebut, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
7. Waham Kontrol Pikir
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan
8. Waham Sisip pikir
Klien yakin bahwa ada ide pikiran orang lain yang disisipkan kedalam pikirannya,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Tindakan keperawatan :
SP I Pasien :
Membina hubungan saling percaya, Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi

Tindakan keperawatan ;
a) Bantu orientasi realita
b) Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
c) Bantu pasien memenuhi kebutuhannya
d) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II Pasien
Mengidentifikasi kemampuan positif pasien

Tindakan keperawatan :
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Diskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
c) Melatih kemampuan positif yang dimiliki
d) Ajarkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III Pasien
Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

Tindakan keperawatan :
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c) Ajarkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Tindakan keperawatan :
SP I Keluarga:
Membina hubungan saling percaya dengan keluarga, Mengidentifikasi
masalah, menjelaskan proses terjadinya masalah

Tindakan keperawatan ;
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di
rumah
b) Diskusikan dengan keluarga waham yang dialami pasien
c) Diskusikan dengan keluarga cara-cara merawat pasien waham
Tindakan keperawatan :
SP II Keluarga:
Melatih keluarga cara merawat pasien

Tindakan keperawatan ;
a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasein dengan
waham
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
waham
Tindakan keperawatan :
SP III Keluarga:
membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Tindakan keperawatan ;
a) Membantu keluarga membuat jadual aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
b) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KELOMPOK SEHAT
UPAYA PROMOSI
KESEHATAN JIWA UNTUK KELOMPOK SEHAT
USIA PROMOSI KESEHATAN JIWA TEMPAT
BUMIL TKT IBU HAMIL POSYANDU BUMIL
Kesehatan Mental Ibu Hamil DSSJ/PUSKESMAS
Persiapan Menjadi Orang Tua RSU/RSJ
BAYI TKT BAYI POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh RSU/RSJ
KANAK 2 TKT KANAK-KANAK POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh PAUD, TK, UKS JIWA
RSU
APRAS TKT APRAS POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh PAUD, TK,
86
UKS JIWA
RSU
UPAYA PROMOSI
KESEHATAN JIWA UNTUK KELOMPOK SEHAT
USIA PROMOSI KESEHATAN JIWA TEMPAT
ANAK TKT USIA SEKOLAH DSSJ/PUSKESMAS
SEKOLAH Stimulasi Perkembangan UKS JIWA
Pola Asuh RSU/RSJ
Pencegahan Buyilling & Bunuh Diri

REMAJA TKT REMAJA DSSJ/PUSKESMAS


Stimulasi Perkembangan UKS JIWA
Pola Asuh RSU/RSJ
Pencegahan Buyilling & Bunuh Diri
DEWASA TKT DEWASA DSSJ/PUSKESMAS
Manajemen Stres dan Manajemen Konflik UKS JIWA
RSU
LANSIA TKT LANSIA DSSJ/POSBINDU
Program Kesehatan Mental Lansia: Pencegahan
11/2/2022 87PUSKESMAS

Demensia, Alzeimer RSU


Target Upaya promotif
UU KESWA NO 18, 2014, Pasal 8

 Keluarga;
 Lembaga pendidikan;
 Tempat kerja;
 Masyarakat;
 Fasilitas pelayanan kesehatan;
 Media massa;
 Lembaga keagamaan dan tempat ibadah; dan
 Lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan.
ASKEP PADA BAYI
 Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses
perkembangan yang ditandai dengan pemupukan rasa
percaya pada orang lain dan diawali dengan kepercayaan
terhadap orang tua, khususnya ibu
TUGAS PERKEMBANGAN
 Trust vs mistrust
 Ciri/karakteristik perkembangan yang normal:
1. Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
2. Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
3. Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya
4. Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
5. Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
6. Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan
orang yang tidak dikenalnya
7. Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
Tugas perkembangan.....

8. Menoleh mencari sumber suara saat namanya


dipanggil
9. Saat diajak bermain memperlihatkan wajah
senang
10. Saat diberikan mainan meraih mainan atau
mendorong dan membantingnya.
CIRI PENYIMPANGAN Perkembangan

 Sulit berpisah dari ibunya


 Hanya mau berinteraksi dengan ibu/pengasuh
 Menangis kuat/menjerit saat berpisah dengan ibu
 Fokus pada diri sendiri
 Sulit didiamkan
 Tidak tertarik dengan sesuatu yang menarik
Diagnosa Keperawatan

 Kesiapan peningkatan perkembangan infant


 Tindakan keperawatan untuk perkembangan
psikososial bayi bertujuan untuk :
1. Bayi merasa aman dan nyaman
2. Bayi dapat mengembangkan rasa percaya
INTERVENSI : rasa percaya

a. Panggil nama bayi sesuai namanya


b. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat
bayi menangis
c. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah,
sakit)
d. Memberi selimut saat bayi kedingingan
e. Mengajak berbicara dengan bayi
f. Memanggil bayi sesuai dengan namanya
g. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan
benda,memperlihatkan benda berwarna menarik, benda
berbunyi)
INTERVENSI

h. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan


atau kemarahan pada bayi
i. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan
bila bayi mengalami masalah kesehatan atau sakit
Intervensi : Rasa tidak percaya
 Penuhi kebutuhan dasar dan rasa aman dan nyaman
 Fokuskan perhatian pada bayi saat menyusui, jangan
sambil melakukan pekerjaan lainnya
 Tidak membiarkan bayi tidur sendiri, tetapi tetap bersama
orang tua
 Kontak dengan bayi sesering mungkin
 Tidak membiarkan bayi bermain sendirian, tidak
memainkan bayi dengan cara mengganti antara putting
dan empeng
 Tetap memberi ASI sampai 2 tahun
 Tidak mengganti pengasuh bayi terlalu sering
Askep pada perkembangan
psikososial kanak-kanak /
todler (18 bulan – 3 tahun)
Pengertian

 Adalah tahap perkembangan anak usia 1.5 – 3 tahun


dimana pada usia ini anak akan belajar mengerjakan
segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhannya
secara mandiri (otonomi).
TUGAS PERKEMBANGAN
 autonomy/kemandirian vs doubt/malu-malu/ragu-ragiu
Ciri perkembangan normal
a. Anak mengenal namanya sendiri
b. Anak bertanya segala hal yang baru atau asing menurutnya
c. Anak melakukan kegiatanya sendiri dan tidak mau dibantu
d. Anak sering mengatakan “tidak” atau “jangan”
e. Anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orangtua
f. Anak mulai belajar untuk mengikuti kegiatan keagamaan
Penyimpangan perkembangan

 Tempertantrum
 Tidak mampu bersosialisasi
 Tidak berani melakukan sesuatu / kegiatan
 Merasa takut melakukan sesuatu
 Merasa terpaksa dalam melakukan tindakan
 Melakukan tindakan dengan ragu-ragu
Diagnosa keperawatan

 Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler


Intervensi perkembangan normal pada
anak
 Tujuan:
 Mengembangkan rasa kemandirian dalam melakukan
kegiatan sehari-hari
 Bekerjasama dan memperlihatkan kelebihan diri
diantara orang lain
Intervensi
 Memberikan mainan sesuai perkembangan anak
 Melatih dan membimbing anak untuk melakukan kegiatan secara mandiri
 Memberikan pujian pada keberhasilan anak
 Tidak menggunakan kalimat perintah tetapi memberikan alternatif pilihan
 Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk penganiayaan fisik pada
anak (memukul, menjambak, menendang dll)
 Melibatkan anak dalam kegiatan agama keluarga
 Hindarkan suasana yang dapat membuat anak merasa tidak aman (menakut-nakuti,
membuat terkejut, kalimat negatif, mencela)
 Bila anak mengamuk, lindungi dari bahaya cidera, terjatuh, terluka
 Membimbing anak untuk BAK/BAB di toilet
 Beritahu tindakan-tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, yang baik dan yang
buruk dengan kalimat positif, contoh:
 Mau tidak mainan Kaka diambil orang? Kalau begitu Kaka juga tidak boleh mengambil
punya orang.
 Supaya Mila cantik kalo mau pergi memakai baju yang rapi.
Intervensi penyimpangan perkembangan

 Yakinkan anak bahwa dia mampu melakukan tugas yang


diberikan dan bimbing dalam melakukannya
 Berikan tugas sederhana dan mampu dilakukan sendiri
 Berikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan tugas
tertentu
 Berikan pujian terhadap keberhasilannya
 Jangan memberi pernyatan negatif terhadap perilaku anak
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PRA-SEKOLAH
(3-6 tahun)
inisiatif vs rasa bersalah
Pengertian
 Perkembangan psikososial adalah proses perkembangan kemampuan
anak dalam berinisiatif menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai
dengan pengetahuannya.
 Kemampuan ini diperoleh jika konsep diri anak positif karena anak
mulai berkhayal dan kreatif serta meniru peran-peran di
sekelilingnya. Anak berinisiatif melakukan sesuatu dan memberi
hasil. Anak merasa bersalah jika tindakannya berdampak negatif.
 Sikap lingkungan yang suka melarang dan menyalahkan, membuat
anakn kehilangan inisiatif. Pada saat dewasa, anak akan mudah
mengalami rasa bersalah jika melakukan kesalahan dan tidak kreatif
(Keliat et.al, 2011).
TUGAS PERKEMBANGAN Yang normal
 Anak suka mengkhayal dan kreatif
 Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat di rumah
 Anak suka bermain dengan teman sebaya
 Anak mudah berpisah dengan orang tua
 Anak mengerti mana yang benar dan yang salah
 Anak belajar merangkai kata dan kalimat
 Anak mengenal berbagai warna
 Anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana
 Anak mengenal jenis kelaminnya
 Belajar ketrampilan baru melalui permainan
Penyimpangan perkembangan : rasa
bersalah
 Tidak percaya diri, malu untuk tampil
 Pesimis, tidak memiliki minat dan keinginan
 Takut salah dalam melakukan sesuatu
 Sangat membatasi aktivitasnya sehingga terkesan
malas dan tidak mempunyai inisiatif.
DX.KEPERAWATAN
KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN PRA SEKOLAH
Tindakan keperawatan

Tujuan
 Anak pra sekolah mengidentifikasi peran gender
 Anak pra sekolah mencapai keterampilan motorik,
kognitif, sikap tertentu
 Anak pra sekolah mengidentifikasi peran di keluarga
Intervensi perkembangan normal

 Beri kesempatan kepada anak untuk mencapai


kemampuan tertentu yang dapat dipelajarinya, seperti
naik sepeda, menulis, menggambar, menyusun balok,
puzzle
 Dukung anak untuk bermain berkelompok
 Beri kesempatan kepada anak untuk bermain peran
menggunakan alat-alat yang sesuai (memasak, sekolah,
berperan sebagai orang tua)
 Beri tugas yang sesuai dengan kemampuan anak
 Jadi role model bagi anak mengenai cara menerima
keunikan orang lain
Intervensi penyimpangan perkembangan

 Beri waktu pada anak untuk bermain/beraktivitas secara


berkelompok
 Ajarkan anak mengenai permainan sederhana yang
membutuhkan kerja sama dan koordinasi (puzzle, susun
balok)
 Sampaikan harapan yang sesuai dengan kemampuann anak
 Beri pujian terhadap keberhasilan yang dicapai oleh anak
 Dengarkan seluruh keluhan anak dan diskusikan cara
mengatasi rasa tidak mampu yang dialami anak
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
ANAK USIA SEKOLAH (6-12
TAHUN)
(Industri vs Harga Diri Rendah)
Pengertian

 Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah


(6-12 tahun) adalah kemampuan menghasilkan karya,
berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan
kemampuan diri sendiri.
 Pencapaian kemampuan ini akan membuat anak bangga
terhadap dirinya. Hambatan atau kegagalan dalam
mencapai kemampuan ini menyebabkan anak merasa
rendah diri sehingga pada masa dewasa, anak dapat
mengalami hambatan dalam bersosialisasi (Keliat et al,
2011).
Ciri perkembangan yang normal
(produktif/industri)
 Menyelesaikan tugas (sekolah dan rumah) yang diberikan
 Mempunyai rasa bersaing (kompetisi)
 Senang berkelompok dengan teman sebaya dan
mempunyai sahabat karib
 Berperan dalam kegiatan kelompok
Ciri penyimpangan perkembangan (hdr)

 Tidak mau mengerjakan tugas sekolah


 Membangkang pada orang tua untuk mengerjakan tugas
 Tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesan malas
 Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok
 Memisahkan diri dari teman sepermainan dan teman
sekolah
Diagnosa keperwatan

 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Sekolah


Intervensi keperawatan pada anak

Tujuan
 Anak mengenali kemampuan dirinya
 Anak mengikuti kegiatan sosial
 Anak merasa puas terhadap keberhasilan yang dicapai
Tindakan keperawatan

 Diskusikan kemampuan atau kelebihan diri anak dan


target pencapaian tugas
 Berikan tugas sesuai kemampuan anak
 Berikan pujian terhadap kemampuan anak
 Fasilitasi kegiatan kelompok: bermain, les, kegiatan
agama
 Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari
Askep pada perkembangan
psikososial remaja (12-18
tahun) : pembentukan
identitas diri vs bingung
peran
Pengertian

 Perkembangan psikososial remaja adalah kemampuab


remaja untuk mencapai identitas dirinya yang meliputi :
peran, tujuan pribadi, dan keunikan atau ciri khas diri
 Kemampuan ini tercapai melalui serangkaian tugas
perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja, jika
tidak remaja akan mengalami kebingungan peran yang
berdampak pada rapuhnya kepribadian shg terjadi
gangguan konsep diri
Ciri perkembangan yang normal

 Menilai diri secara objektif


 Merencanakan masa depannya
 Dapat mengambil keputusan
 Menyukai dirinya
 Berinteraksi dengan lingkungannya
 Bertanggung jawab
 Mulai memperlihatkan kemandirian dalam keluarga
 Menyelesaikan masalah dengan meminta bantuan orang
lain yang menurutnya mampu
Ciri penyimpangan perkembangan

 Tidak menemukan ciri khas dirinya


 Merasa bingung
 Tidak mempunyai rencana untuk masa depannya
 Tidak mampu berinteraksi dengan lingkungannya
 Memiliki perilaku antisosial
 Sulit mengambil keputusan
 Tidak mempunyai minat
 Tidak mandiri
Diagnosa keperawatan

 Kesiapan peningkatan perkembangan


Remaja
Tindakan keperawatan

Tujuan
 Remaja mampu menyebutkan karakteristik perkembangan
psikososial yang normal dan menyimpang
 Remaja mampu menjelaskan cara mencapai
perkembangan psikososial yang normal
 Remaja mampu melakukan tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial yang normal
Intervensi perkembangan yang normal
 Diskusikan ciri perkembangan yang normal dan
menyimpang
 Diskusikan cara untuk mencapai perkembangan psikososial
yang normal
 Anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain
yang membuatnya nyaman mencurahkan perasaan,
perhatian dan kekhawatiran
 Anjurkan
remaja untuk mengikuti organisasi yang
mempunyai kegiatan positif
 Bimbing dan motivasi remaja dalam membuat rencana
kegiatan dan melaksanakan rencana yang telah dibuatnya
Intervensi penyimpanagan
perkembangan
 Diskusikan aspek positif / kelebihan yang dimiliki remaja
 Bantu mengidentifikais peran yang dapat ditmpilkan
remaja dalam kehidupannya
 Diskusikan penampilan peran yang terbaik untuk remaja
 Bantu remaja mengidentifikasi perannya di keluarga
Asuhan Keperawatan Jiwa
Sehat pada Dewasa Muda
Tahap Perkembangan psikososial
dewasa muda
❑ Usia 18-40 tahun
❑ Intim Vs Isolasi
❑ Perkembangan psikososial pada dewasa muda adalah keintiman atau
keakraban dengan orang lain, terutama lawan jenis yang
memperlihatkan kasih sayang dan cinta
❑ Pada tahap ini individu mencoba mandiri, mempunyai pekerjaan,
membangun keluarga, dan mencukupi kebutuhan dirinya.
❑ Interaksi yg dilakukan mengarah pada bekerja, perkawinan dan
mempunyai keluarga serta menjadi bagian dr masyarakat, Jika tdk
tercapai maka akan terjadi isolasi
Ciri perkembangan yg normal

❑ Melakukan hal yg positif ❑ Mengembangkan bakat


❑ Menolong orang lain ❑ Bersosialisasi dg masyarakat
❑ Menjalin interaksi yg hangat dan ❑ Berpartisipasi dlm kgtn di
akrab dg orang lain terutama masyarakat
lawan jenis ❑ Memiliki ide yg kreatif dan inisiatif
❑ Memiliki motivasi yg tinggi ❑ Mempunyai konsep diri yg realistic
❑ Memiliki pekerjaan ❑ Mampu mengatasi stress akibat
❑ Membentuk keluarga perubahan dirinya
❑ Memperlihatkan tanggungjawab ❑ Memiliki kehidupan social yg
secara ekonomi, social dna bermakna
emosional
❑ Mempunyai nilai yg menjadi
pedoman hidup
Ciri penyimpangan
perkembangan
❑ Bertindak semaunya sendiri dan
 Tidak mempuyai hubungan
tidak bertanggungjawab
akrab
❑ Tidak memiliki nilai dan pedoman
 Tidak mandiri dan tidak
hidup yang jelas, mudah
mempunyai komitmen hidup
terpengaruh
 Konsep diri tidak realistis
❑ Menjadi pelaku tindak antisosial
 Tidak menyukai diri sendiri
(kriminal, narkoba, tindak asusila)
 Tidak mengetahui arah hidup
 Tidak mampu mengatasi stres
 Hubungan dengan keluarga
tidak harmonis
Diagnosa keperawatan

Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa muda


Tujuan asuhan keperawatan
Koqnitif Psikomotor Afektif

Dewasa muda mampu Dewasa muda mampu


: Dewasa muda mampu :
1. Mengetahui : 1. Mengetahui
perkembangan 1. Mempunyai mengendalikan
dewasa muda pekerjaan emosi
2. Mempunyai 2. Mempunyai 2. Memiliki rasa
pengetahuan hubungan intim dg kepercayaan diri
untuk bekerja lawan jenis 3. Memiliki jiwa
3. Memahami 3. Aktif dlm kegiatan penolong
pentingnya masyarakat 4. Mencintai keluarga
kelompok sosial dan pekerjaan
Tindakan keperawatan pada dewasa muda

1. Diskusikan tentang perkembangan psikososial yg normal dan


menyimpang
2. Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yg normal
a. Menetapkan tujuan hidup
b. Menetapkan karier/pekerjaan
c. Berinteraksi dg banyak orang termasuk lawan jenis
d. Memilih calon pasangan hidup
e. Berperan serta/melibatkan diri dlm kegiatan di masyarakat
3. Diskusikan penyimpangan perkembangan dan cara mengatasinya
melalui pelayanan kesehatan
Tindakan keperawatan pada keluarga

Tindakan keperawatan di berikan kepada teman, pasangan, dan anggota


keluarga dari dewasa muda, kegiatannya meliputi :
1. Jelaskan perkembangan yg harus dicapai dewasa muda
2. diskusikan cara memfasilitasi usia dewasa muda untuk bekerja dan
mendapat pasangan hidup
a. Memberi pendapat dan ide pekerjaan
b. Memberi motivasi dan dukungan untuk bekerja
c. Memberi pendapat dan ide tentang pasangan hidup dan keluarga
d. Memberi motivasi dan dukungan untuk berkeluarga
3. Diskusikan dan motivasi peran serta dalam masyarakat
4. Memberi dukungan dan pujian atas keberhasilan dalam bekerja dan
kehidupan keluarga
Tindakan keperawatan
pada kelompok

1. Tindakan keperawatan ners


edukasi kelompok dewasa muda ditempat kerja sebagai bagian dr
Kesehatan jiwa di tempat kerja

2. Tindakan keperawatan spesialis


Terapi kelompok terapeutik dewasa muda
Askep pada perkembangan
psikososial dewasa (25-65 tahun)
generativity vs stagnasi
Pengertian

 Adalah tahap perkembangan dimana pada tahap ini


merupakan tahap dimana individu mampu terlibat dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan mampu
membimbing anaknya.
 Individu harus menyadari hal ini, apabila kondisi tersebut
tidak terpenuhi dapat menyebabkan ketergantungan
dalam pekerjaan dan keuangan.
Karakteristik Normal
 Menilai pencapaian hidup
 Merasa nyaman dengan pasangan hidup
 Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
 Membimbing dan menyiapkan generasi di bawah usianya secara arif
dan bijaksana
 Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudah lansia
 Kreatif
: mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yang
bermanfaat
 Produktif
: mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya
dan orang lain, mengisi waktu luang dengan hal yang positif dan
bermanfaat
 Perhatian dan peduli dengan orang lain : memperhatikan kebutuhan
orang lain
 Mengembangkan minat dan hobi
Karakteristik penyimpangan
perkembangan
 Tidakkreatif : kurang memiliki keinginan untuk melakukan
sesuatu yang bermanfaat
 Bertindak sesuka hati, tidak peduli dengan orang lain
 Tidak
mempunyai hubungan akrab, kurang berminat bekerja
dan berkeluarga
 Tidak mempunyai komitmen pribadi yang jelas
 Tidak
memiliki pekerjaan dan profesi yang tetap sehingga tidak
dapat mandiri secara keuangan dan sosial
 Berperilaku antisosial (kriminal, tindak asusila, narkoba)
 Tidak bertanggung jawab terhadap keluarga
Diagnosa keperawatan

 Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa


Intervensi Perkembangan Normal

 Menjelaskanperkembangan usia dewasa yang


normal dan perkembangan yang menyimpang
 Menerima proses penuaan dan perubahan peran
dalam keluarga
 Berinteraksi
dengan baik dengan pasangan dan
menikmati kebersamaan dengan keluarga
 Memperluas dan memperbaharui minat/kesenangan
 Memanfaatkan kemandirian dan kemampuan/potensi
diri secara positif
Intervensi Penyimpangan Perkembangan

 Menganjurkanindividu membuka diri, menjalin


hubungan dengan orang lain
 Membantu menemukan pedoman dan nilai-nilai
kehidupan serta konsep diri yang jelas
 Tetapmenjalin hubungan baik dengan individu yang
bermasalah (kriminal, tindak asusila, narkoba)
sambil terus membimbingnya
 Memfasilitasiindividu untuk mengikuti kegiatan
sosial di masyarakat
 Menganjurkanindividu mengembangkan minat,
bakat dan kemampuan yang dimilikinya
Askep pada perkembangan
psikososial lanjut usia (>
65 tahun)
integritas diri vs putus asa
Pengertian

 Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya


integritas diri yang utuh
 Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan
menyebabkan lansia berusaha emmbimbing generasi
berikutnya (anak, cucu)
 Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa
putus asa dan menyesali masa lalunya karena tidak
merasakan hidupnya bermakna
Karakteristik perilaku lansia normal

 Mempunyai harga diri yang tinggi


 Merasa disayang oleh keluarga
 Menilai kehidupannya berarti
 Menerima nilai dan keunikan orang lain
 Memamndang sesuatu hal secara keseluruhan (tuntutan
dan makna hidup)
 Menerima datangnya kematian
Karakteristik penyimpangan
perkembangan
 Memandang rendah/menghina/mencela orang lain
 Merasa kehidupannya selama ini tidak berarti
 Merasakan kehilangan
 Masih ingin berbuat banyak tetapi takut tidak mempunyai
waktu lagi
Diagnosa keperawatan

 Kesiapan meningkatkan perkembangan lansia


Tindakan keperawatan perkembangan psikososial
lansia yang normal
 Jelaskan ciri perilaku perkembanhan lansia yang normal dan
mneyimpang
 Diskusiakn cara yang dapat dilakukan lansia untuk mencapai integritas
diri yang utuh
 Mendiskusikan makna hidup lansia selama ini
 Melakukan life review dan reminiscence
 Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai oleh lansia
 Mengikuti kegiatan sosial dilingkungannya
 Melakukan kegiatan kelompok
 Bimbing lansia dalam membuat rencana kegaiatan untuk mencapai
integritas diri yang utuh
 Motivasi lansi untuk melaksanakan rencana yang telah dibuatnya
Tindakan keperawatan perkembangan
psikososial lansia yang mneyimpang

 Diskusiakn penyebab dan hambatan dalam mencapai tugas


perkembangan lansia, seperti adanya penyakit dan putus
asa
 Diskusikan cara mengatasi hambatan dan motivasi
keinginan lansia untuk mengobati penyakit fisik yang
dialaminya
 Bantu lansia bersosialisasi secara bertahap
 Fasilitasi untuk ikut kegiatan kelompok lansia
Asuhan Keperawatan Jiwa
pada Kelompok Psikososial/
resiko
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Ansietas
Gangguan Citra Tubuh
Harga Diri Rendah Situasional
Ketidakberdayaan
Keputusasaan
ASUHAN KEPERAWATAN
DAN INTERVENSI
PSIKOSOSIAL
ANXIETAS
Pengertian Ansietas
 Perasaan was – was, kuatir atau tidak nyaman seakan2 akan terjadi
sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman.
 Berbeda dengan takut
 TAKUT : penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
 Ansietas adl respon emosional terhadap penilaian tsb.
Efek Fisiologis Ansietas
 Kardiovaskuler: palpitasi, berdebar-debar, TD, pinsan, TD, N .
 Pernafasan: P, nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa
tercekik, terengah-engah.
 Neuromuskuler:  refeks, terkejut, mata berkedip-kedip,
insomnia, tremor, kaku-kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan
umum, gerakan lambat, kaki goyah.
Efek Fisiologis Ansietas

 Gastrointestinal: hilang nafsu makan, menolak makan, abdomen


tdk nyaman, nyeri abdomen, mual, perih, diare.
 Sistem perkemihan: tekanan utk b.a.k., sering b.a.k.
 Kulit: wajah kemerahan, keringat lokal, gatal-gatal, rasa panas
dingin, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
Respon Perilaku

 Motorik: gelisah, ketegangan fisik, tremor, sering kaget, bicara


cepat, kurang koordinasi, cenderung celaka, menarik diri,
menghindar, menahan diri, hiperventilasi.
 Kognitif: gg perhatian, tak bisa konsentrasi, pelupa, salah tafsir,
pikiran blocking, menurunnya lahan persepsi, bingung, kesadaran
diri berlebihan, waspada berlebihan, hilangnya obyektivitas, takut
hilang kontrol, takut luka/mati.
Respon Perilaku
 Afektif:tdk sabar, tegang, nervous, takut berlebihan,
teror, gugup, sangat gelisah.
TANDA GEJALA ANSIETAS

•(Nadi, TD)

Objektif
•bicara berlebihan, tremor, berkeringat ,
gelisah
•Terlihat sulit konsentrasi, mudah
lupa,tidak fokus , bloking

• KELUHAN :
• fisik berulang
• Keluhan sulit konsentrasi.

Subjektif • Mimpi buruk, << lapang persepsi, bloking,


fokus pada satu hal
• Merasa tidak nyaman, merasa grogi, takut,
merasa bersalah, merasa malu, frustasi,
tidakberdaya
ALGORITMA TINDAKAN KEPERAWATAN ANXIETAS

1. TANDA DAN GEJALA PASIEN


2. PENYEBAB
1.TEKNIK DISTRAKSI 4.LATIHAN HIPNOTIS 5 JARI
3. AKIBAT PENGLIHATAN Duduk santai, tubuh rileks dan tutup mata
•Baca komik, nonton Letakkan tangan di paha
PENDENGARAN Tarik napas dan tiup perlahan lahan
•Dengar musik, nyanyi Sentuhkan ujung ujung jari:
KEGIATAN • Ibu jari + telunjuk →bayangkan badan yang sehat
•Jalan jalan, mengisi TTS, masase, • Ibu jari +jari tengah →bayangkan orang tersayang
OR • Ibu jari + jari manis → bayangkan prestasi dan penghargaan
YA yang pernah dirasakan
• Ibu jari +kelingking → bayangkan berada di tempat yang paling
2.LATIHAN NAPAS DALAM disukai
•Duduk santai -Tarik napas dan tiup perlahan lahan
•Mata tertutup atau terbuka -Buka mata
ANXIETAS •Otot-otot rileks → kening, leher,
bahu, dada, punggung, tangan,kaki
•Tarik napas perlahan melalui hidung,
tahan beberapa detik (hitungan 3) 5.Nilai apakah pasien mampu mengatasi anxietas
•Tiup napas perlahan melalui mulut 6.Nilai apakah anxietas berkurang
•Lakukan 1-5 kali

RINGAN KELUARGA
BERAT
SEDANG
1.Diskusi masalah yang dirasakan keluarga
2.Mengenal anxietas
3.Latihan mengurangi anxietas
3.Relaksasi otot : -Teknik distraksi
RUJUK ▪ otot wajah -Teknik napas dalam
▪ Otot leher - relaksasi otot
▪ Otot bahu -Teknik hipnotis 5 jari
▪ Otot perut 4. Nilai apakah keluarga mampu merawat pasien
▪ Otot tangan dan kaki
PERTEMUAN 1 (SP 1 pasien)
 Membina hub. saling percaya
 Membantu pasien mengenal ansietas (tanda,gejala,penyebab, akibat,
mekanisme koping)
 Mengajarkan teknik pengalihan situasi/ distraksi
 Latihan melakukan teknik pengalihan situasi/distraksi
Pertemuan 2(sp 2 pasien)
 Evaluasi kemampuan pasien mengenal ansietas
 Evaluasi kemampuan distraksi
 Mengajarkan relaksasi nafas dalam
 Latihan relaksasi nafas dalam
Pertemuan 3 (sp 3 pasien)
 Evaluasi kemampuan pasien mengenal masalah
 Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi nafas dalam
 Melatih pasien untuk relaksasi otot
 Latihan relaksasi otot
Pertemuan 4 (sp 4 pasien)

 Evaluasi kemampuan mengenal ansietas


 Evaluasi kemampuan distraksi, relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot
 Melatih hipnotik limajari
 Latihan hipnotik 5 jari
 Latih sampai membudaya
 Nilai kemampuan mengatasi anxietas
 Nilai apakah anxietas teratasi
PERTEMUAN 1(SP 1 keluarga)
 Membina hub. saling percaya
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien pasien
 Membantu keluarga mengenal ansietas pasien (tanda,gejala,penyebab dan
akibat)
 Mengajarkan teknik pengalihan situasi/ distraksi
 Latihan melakukan teknik pengalihan situasi/distraksi
Pertemuan 2(sp 2 keluarga)
 Evaluasi kemampuan keluarga mengenal ansietas
 Evaluasi kemampuan keluarga dalam distraksi
 Mengajarkan relaksasi nafas dalam
 Latihan relaksasi nafas dalam
Pertemuan 3 (sp 3 keluarga)

 Evaluasi kemampuan keluarga mengenal masalah


 Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi
 Melatih keluarga untuk relaksasi otot
 Latihan relaksasi otot
Pertemuan 4(sp 4 keluarga)
 Evaluasi kemampuan keluarga mengenal ansietas
 Evaluasi kemampuan keluarga distraksi, relaksasi nafas dalam dan relaksasi
otot
 Melatih hipnotik limajari
 Latihan hipnotik 5 jari
 Latih keluarga sampai membudaya/terbiasa
 Nilai kemampuan mengatasi anxietas
 Nilai apakah anxietas teratasi
ASKEP PADA GANGGUAN
CITRA TUBUH
DEFINISI

Perasaan tidak puas terhadap


perubahan bentuk, struktur dan
fungsi tubuh karena tidak
sesuai dengan YANG
DIINGINKAN.
TANDA DAN GEJALA
• Hilangnya bagian tubuh Perubahan anggota tubuh
baik bentuk maupun fungsi

OBJEKTIF
• Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh
yang terganggu
• Menolak melihat bagian tubuh
• Menolak menyentuh bagian tubuh
• Aktifitas sosial menurun

• Menolak perubahan anggota tubuh saat ini,


• Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya
yang tidak berfungsi.

SUBJEKTIF
• Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak
berharga, keputusasaan.
• Menolak berinteraksi dengan orang lain.
• Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
terhadap bagian tubuh yang terganggu.
• Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan
yang terjadi.
• Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
TUJUAN
 Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya
 Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya
 Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
 Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
 Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
TINDAKAN KEPERAWATAN
 Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini,
perasaan dan harapan citra tubuhnya saat ini.
 Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
 Bantu pasien meningkatkan fungsi tubuh yang terganggu.
 Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :
1. Gunakan protese, wig, kosmetik atau lainnya sesegera mungkin, gunakan
pakaian yang baru
2. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
3. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
4. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada
pembentukan tubuh yang ideal
TINDAKAN.............
 Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
1. Susun jadual kegiatan sehari-hari
2. Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam aktifitas
dalam keluarga dan sosial
3. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran penting baginya.
4. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi
TINDAKAN PADA
KELUARGA
TUJUAN

1. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra


tubuh
2. Keluarga mengetahui cara mengatasi masalah
gangguan citra tubuh
3. Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra
tubuh
4. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien
dan memberikan pujian atas keberhasilannnya.
TINDAKAN KEPERAWATAN KLG
1. Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada
2. pasien
3. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh.
4. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien :
a) menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah
b) memfasilitasi interaksi dirumah
c) melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
d) memberikan pujian atas kegiatan yang telah dilakukan pasien
5. Ajarkan kepada keluarga untuk mengevaluasi perkembangan kemampuan pasien seperti pasien
mampu menyentuh dan melihat anggota tubuh yang terganggu, melakukan aktifitas dirumah dan
dimasyarakat tanpa hambatan
6. Beri pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

 Persepsi diri yang negatif dalam berespon


terhadap situasi yang terjadi (NANDA, 2005
TANDA DNA GEJALA

 Ungkapan diri yang negatif


 Bimbang
 Perilaku tidak esertif
 Perasaan tidak berdaya
 Perasaan tidak berguna
 Merasa tidak mampu mengatasi situasi
TINDAKAN KEPERAWATAN

Tujuan :
 1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
 dimiliki
 2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
 3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
 4 )Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
 5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
ASUHAN KEPERAWATAN
KETIDAKBERDAYAAN
 Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa
tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara
bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan
TANDA DAN GEJALA
Data subyektif:
 Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai
kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
 Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu
 Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap
ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas
sebelumnya
 Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran
 Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
DATA OBYEKTIF
 Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
 Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
 Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya
 Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
 ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah.
 Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
 mendapat perlawanan.
 Apatis dan pasif
 Ekspresi muka murung
 Bicara dan gerakan lambat
 Tidur berlebihan
 Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
 Menghindari orang lain
INTERVENSI KEPERAWATAN

 Tujuan Umum:
 Klien mampu mengatasi rasa ketidakberdayaan yang dialaminya

 Tujuan khusus:
 Membina hubungan saling percaya
 Mengenali dan mengekspresikan emosinya
 Memodifikasi pola kognitif yang negatif
 Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenan dengan
perawatannya sendiri
 Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
ASUHAN KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN

 Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seseorang


individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada
alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak
dapat memobilisasi energi yang dimilikinya (NANDA,
2005).
INTERVENSI KEPERAWATAN

 Tujuan umum : Klien mampu mampu mengekspresikan


harapan positif tentang masa depan, mengekspresikan
tujuan dan arti kehidupan
 Tujuan khusus: klien mampu
 Membina hubungan saling percaya
 Mengenal masalah keputusasaan
 Berpartisipasi dalam aktivitas
 Menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung
TANDA DNA GEJALA
 Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya
tidak dapat melakukan sesuatu”)
 Sering mengeluh dan tampak murung
 Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
 Menunjukkan kesedihan, efek datar atau tumpul
 Menarik diri dari lingkungan
 Kontak mata kurang
 Mengangkat bahu tanda masa bodoh
 Nampak selalu murung atau blue mood
 Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takippneu)
 Menurun atau tidak adanya selera makan
 Peningkatan waktu tidur
 Penurunan keterlibatan dalam perawatan
 Bersikap pasif dalam menerima perawatan
 Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna
11/2/2022 190

Anda mungkin juga menyukai