Anda di halaman 1dari 89

Keperawatan Kesehatan Jiwa

Nurul Mawaddah, S.Kep.Ns., M.Kep.


Departemen Keperawatan Jiwa
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Majapahit Mojokerto
KESEHATAN

 Kesehatan adalah kondisi sehat fisik, mental, sosial dna


spiritual, bukan saja bebas dari sakit dan cacat
 Kesehatan
- FISIK
- MENTAL
- SOSIAL SPIRITUAL
- TIDAK HANYA TIDAK SAKIT DAN TIDAK CACAT
 TIDAK ADA KESEHATAN TANPA KESEHATAN
Pengertian Kesehatan Jiwa

 Kes Jiwa bukan hanya tdk ada gangguan jiwa


melainkan megandung berbagai karakteristik yg positif
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya ( WHO)
 Kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, psiritual dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. (UU Kes. Jiwa no 18 thn 2014).
Masalah Kesehatan Jiwa
di Indonesia
NO GANGGUAN JIWA PREVALENS
I
Riskesdas Riskesdas Riskesdas PASUNG PASUNG
2007 2013 2018 (Riskesdas (Riskesdas
2013) 2018)

1 ODGJ Berat 14 %
0.46% 0.17% 7% 14.3% (dipasung
3 bulan
terakhir
31.5 %)
2 ODGJ Ringan (GME)
11.6% 6.0% 9.8%
SITUASI KESEHATAN JIWA
PROVINSI JAWA TIMUR
(Riskesdas 2018)
JUMLAH
NO VARIABEL
(Jiwa)
1 Jumlah Penduduk Jawa Timur 39.872.395

2 Gangguan Mental Emosional (GME) 6.8% (>15 thn) 1.897.926

3 Depresi 4.53% (>15 thn) 1.256.890


Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat 0.19%
4 75.758
(Skozoprenia ,Gangguan Psikotik, Bipolar Lain)
5 Riwayat Pasung (14,9%) 11,267

6 Sedang Mengalami Pasung (31.5%) 3.555


KASUS KESEHATAN JIWA DI JAWA TIMUR s/d. Desember 2021

ORANG DGN GANGGUAN JIWA (ODGJ) NON PASUNG

ODGJ PASUNG DI TEMUKAN

ODGJ MASIH DI PASUNGAN


(Dapat Perawatan)

SPM (SKIZOPRENIA DAN PSIKOTIK AKUT)2021

* Data Laporan Kohort Kab/Kota Jawa Timur s/d. Desember 2021


Sehat
Risiko
Sakit

Promosi

Kuratif &
Pencegahan Rehabilitasi
10/24/2022 7

RENTANG SEHAT – RISIKO – SAKIT


TARGET PELAYANAN & SAKIT DI
ASUHAN KEPERAWATAN RUMAH
SAKIT
Anak Pra Anak
Sekolah Sekolah

Kanak2 SAKIT DI
Remaja
KELUARGA/
SEHAT DI KOMUNITAS
KELUARGA/
KOMUNITAS Bayi Dewasa

RISIKO DI
KELUARGA/
Bumil Lansia KOMUNITAS
TARGET PELAYANAN KESEHATAN JIWA

1. SEHAT JIWA TETAP SEHAT


2. RISIKO GANGGUAN JIWA JADI SEHAT JIWA
3. GANGGUAN JIWA JADI
MANDIRI DAN PRODUKTIF

JAWA TIMUR SEHAT JIWA


KOMPETENSI
ILMU KEPERAWATAN JIWA
BAGI NERS
PENGKAJIAN

VOKASI
T&G

NERS
SEBAB & AKIBAT
Sp. KEP. JIWA
SCANNING
DIAGNOSIS KEPERAWATAN JIWA

DIAGNOSIS VOKASI NERS SP


SEHAT 8 8 10
RISIKO 3 5 11
GANGGUAN 5 7 9
JUMLAH 16 20 30
TINDAKAN KEPERAWATAN

SOP

TINDAKAN KEPERAWATAN
NERS (TKN)

TINDAKAN KEPERAWATAN SPESIALIS


KEP JIWA
(TKS)
KOMPETENSI KEPERAWATAN JIWA UNTUK NERS

A. ASKEP GANGGUAN JIWA / ODGJ


 Kelompok ODGJ : GME, ODGJ Berat, pasung
 Melaksanakan asuhan keperawatan dan dokumentasi melalui pendekatan proses
keperawatan pada 7 diagnosa keperawatan kelompok gangguan jiwa :
1. Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Sensori Persepsi : halusinasi
3. Gangguan Proses Pikir : Waham
4. Isolasi Sosial
5. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
6. Defist Perawatan Diri
7. Resiko Bunuh Diri
KOMPETENSI KEPERAWATAN JIWA UNTUK NERS

B. KELOMPOK RESIKO / PSIKOSOSIAL / ODMK


 Pelayanan Kesehatan jiwa pada kelompok resiko meliputi pelayanan
Kesehatan holistik dan memberikan konseling Kesehatan jiwa pada pasien
dengan sakit fisik
 Kel ODMK : Hipertensi, DM, TB Paru, ODGJ, HIV, Stroke, Kanker, Gagal Ginjal,
HD
 Melaksanakan asuhan keperawatan dan dokumentasi melalui pendekatan
proses keperawatan pada 5 diagnosa keperawatan kelompok resiko gangguan
jiwa :
1. Ansietas
2. Harga diri rendah situasional
3. Gangguan citra tubuh
4. Keputusasaan
5. Ketidakberdayaan
KOMPETENSI KEPERAWATAN JIWA UNTUK NERS

C. KELOMPOK SEHAT
 Melaksanakan asuhan keperawatan dan dokumentasi melalui
pendekatan proses keperawatan pada 8 diagnosa keperawatan
kelompok sehat jiwa :
1. Kesiapan peningkatan perkembangan Infant
2. Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler
3. Kesiapan peningkatan perkembangan Pra sekolah
4. Kesiapan peningkatan perkembangan Usia Sekolah
5. Kesiapan peningkatan perkembangan Remaja
6. Kesiapan peningkatan perkembangan Dewasa muda
7. Kesiapan peningkatan perkembangan Dewasa tengah
8. Kesiapan peningkatan perkembangan Lansia
Kontribusi keperawatan kesehatan jiwa
pada pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia

 Dalam rangka berkontribudi dalam ketiga tatanan


pelayanan kesehatan jiwa maka dikembangkan pelayanan
keperawatan jiwa yang professional yaitu
1. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa di rumah
sakit jiwa (MPKP Jiwa)
2. Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat (Community
Mental Helath Nursing) di masyarakat dan
3. Keperawatan Konsultasi Kesehatan Jiwa (Consultation
Liaison Mental Health Nursing) di rumah sakit umum
bagi klien gangguan fisik.
Kondisi Patologis

Dirawat Di RS

Klien Keluarga/ caregiver:


Masalah psikososial

Holistik
Ansietas
• kira-kira 2-5%

• prevalensi > tinggi
dari anak
• Diagnosa Fisik
• skala sedang-berat
• Diagnosa Psikososial
• fungsi klg
• perlu treatment
CONSULTATION LIASION MENTAL
HEALTH NURSING
 Pemberian pelayanan kesehatan mental pada
seting non spesialis (rumah sakit umum dan
komunitas)
 Fokus utama:
 Meningkatkan kesehatan mental pada pasien
dengan penyakit fisik
❖Sehat mental
❖Masalah psikososial
ALASAN UTAMA DIPERLUKANNYA
PENGELOLAAN CLMHN

 Pelayanan Liaison berkontribusi sebagai upaya preventif


masalah kesehatan jiwa
 Individu yang mengalami masalah kesehatan fisik akan
mempengaruhi kesehatan mental
❖ Faktanya: kebutuhan mental kurang menjadi
perhatian bagi perawat di unit pelayanan umum
Fungsi CLMHN

 Memberikan konsultasi terkait kesehatan mental

 Memberikan asuhan keperawatan terkait masalah


fisik
Mental health Non Mental health

Perawat

Farmasi
dokter
Lab

Klien

Keluarga Psikolog
ASKEP PSIKOSOSIAL (CLMHN)
MPKP JIWA

 RSJ telah menerapkan pengelolaan pelayanan keperawatan


menggunakan sistem MPKP (Manajemen Pelayanan
Keperawatan Profesional).
 MPKP adalah suatu model keperawatan profesional yang secara
keilmuwannya bisa dipertanggungjawabkan sesuai kode etik
keperawatan dan kaidah keperawatan yang meliputi biopsiko,
sosial, dan spiritual.
modifikasi MPKP yang dilakukan
meliputi 3 jenis
1. MPKP Transisi
 MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang
berlatar belakang pendidikan SPK, namun kepala ruangan
dan ketua timnya minimal dari D3 Keperawatan.
2. MPKP Pemula
 MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3
Keperawatan.
3. MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:
MPKP Profesional
a. MPKP I
 MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 Keperawatan
tetapi kepala ruangan dan ketua tim mempunyai pendidikan minimal S1
Keperawatan
b. MPKP II
 MPKP Intermediate dengan tenaga perawat minimal D3 Keperawatan
dan mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga
spesialis keperawatan jiwa.
c. MPKP III
 MPKP Advance yang semua tenaga perawat minimal Sarjana Ners
Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan
doktor keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.
PERAWATAN GANGGUAN JIWA AKUT /
INTENSIF

1. Kondisi akut gangguan jiwa (MRS Pertama)

2. Kondisi kambuh pasien gangguan jiwa

3. Pasien bebas pasung yang perlu dirawat


PELAYANAN KESEHATAN JIWA
DI RSJ
 Pasien bebas pasung yang terindikasi
❖ Membahayakan diri sendiri
❖ Membahayakan orang lain dan lingkungan
 Pasien bebas pasung yang mempunyai indikasi dirawat di
Masyarakat
– Keluarga yang diedukasi
– Kader Kesehatan Jiwa yang terlatih
– TOMA yang diedukasi
– perawat dan Dokter terlatih
Manajemen Pelayanan Keperawatan
Jiwa Profesional di Komunitas
(Community Mental Health Nursing / CMHN)
Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa
(UU Keswa no 18 tahun 2014, pasal 4)

 Promotif
 Preventif
 Kuratif
 Rehabilitatif
Fasilitas pelayanan kesehatan jiwa
UU Keswa no 18 tahun 2014, pasal 48

 Puskesmasdan jejaring, klinik pratama, praktik dokter


dengan kompetensi pelayanan kesehatan jiwa
 Rumah sakit umum
 Rumah sakit jiwa
 Rumah perawatan
Latar Belakang CMHN di Indonesia
Masalah:
•Fisik
•Psikologis RECOVERY
•Sosial
•Budaya
•Spiritual
Tsunami & Gempa

•Konsep kep jiwa komunitas


•Tiga tkt pencegahan
•Aplikasi konsep kep jiwa kom
TRY OUT
Pengertian

CMHN (Community Mental Health Nursing)


Atau Keperawatan kesehatan jiwa komunitas
Adalah upaya yang digunakan untuk membantu
masyarakat dalam menyelesaikan masalah-
masalah kesehatan jiwa akibat konflik atau
bencana.
Tujuan

1. Mempertahankan anggota masyarakat yang sehat jiwa


agar tetap sehat
2. Meningkatkan kesehatan anggota masyarakat yang risiko
agar menjadi sehat
3. Membantu anggota masyarakat yang gangguan jiwa agar
mandiri
Jenis Pelayanan Keperawatan Jiwa
Komunitas
 Pencegahan primer
 Pencegahan sekunder
 Pencegahan tersier
Pencegahan primer

 Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan


kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa.
 Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa ,
mempertahankan dan meningkatkan kesehtan jiwa.
 Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami
gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja,
dewasa, dan usia lanjut.
 Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan
kesehatan , program stimulasi perkembangan, program sosialisasi
kesehatan jiwa , manajemen stress , persiapan menjadi orang tua.
Pencegahan sekunder

 Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan


sekunder adalah deteksi dini dan penanganan dengan
segera masalah psikososial dan gangguan jiwa.
 Tujuan pelayanan adalah menurunkan angka kejadian
gangguan jiwa.
 target pelayanan adalah anggota masyarakat yang
beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah
dan gangguan jiwa.
 Aktivitas : deteksi dini, penjaringan kasus
Pencegahan tersier

 Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan


yang berfokus pelayana keperawatan adalah : pada
peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
 tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan atau
ketidakmampuan akibat gangguan jiwa.
 Target pelayanan yaitu anggota masyarakat
mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
 Aktivitas : dukungan sosial, program rehabilitasi,
program sosilisasi, program mencegah stigma
Metode

1. Pelatihan perawat jiwa komunitas


2. Pemberdayaan masyarakat
Komponen

1. BC CMHN
2. IC CMHN
3. AC CMHN
Basic Course (BC) CMHN

 Sasaran : perawat keswamas (puskesmas)


 Kegiatan : perawat diberikan pelatihan cara memberikan
asuhan keperawatan (7 Dx Keperawatan) pada klien dan
keluarga pasien gangguan jiwa dirumah.
Intermediate Course (IC) CMHN

 Sasaran : Kader Keswa dan Perawat Keswa (Puskesmas)


 Kegiatan :
 Membentuk desa siaga sehat jiwa
 Merekrut dan melatih kader keswa untuk skreening ggn
jiwa di masyarakat, masalah psikososial dan sehat jiwa.
 Melatih perawat keswa mengintervensi klien dengan
masalah psikososial dan mengembangkan rehabilitasi
pasien gangguan jiwa.
Advance Course (AC) CMHN

 Sasaran : individu, keluarga, staf puskesmas, kelompok


formal dan informal serta masyarakat luas
 Kegiatan :
 Manajemen keperawatan kesehatan jiwa
 Kerjasama Lintas sektoral
PENATALAKSANAAN
KESEHATAN JIWA
BERBASIS MASYARAKAT
PEMASUNGAN
 PEMASUNGAN adalah suatu tindakan yang menggunakan cara
pengikatan atau pengisolasian.
 PENGIKATAN merupakan semua metode manual yang menggunakan
materi atau alat mekanik yang dipasang atau ditempelkan pada tubuh
dan membuat tidak dapat bergerak dengan mudah atau yang
membatasi kebebasan dalam menggerakan tangan, kaki atau kepala.
 PENGISOLASIAN merupakan tindakan mengurung sendirian tanpa
persetujuan atau dengan paksa, dalam suatu ruangan atau area yang
secara fisik membatasi untuk keluar atau meninggalkan ruangan/area
tersebut.
DASAR HUKUM LARANGAN PASUNG
 UU nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan (pasal 147 ayat 1, pasal 148 ayat 1, pasal 149 ayat 1 dan 2)
- Penderita gangguan jiwa mempunyai hak yang sama sebagai warga negara, wajib mendapatkan pengobatan
dan perawatan
 Undang-Undang Dasar RI tahun 1945
- Jaminan terhadap perlindungan hak asasi bagi setiap warga negara (ODGJ memiliki hak yang sama dengan
orang normal pada umumnya)
 UU nomer 39 pasal 27 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
- Setiap warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dna wajib menjunjung tinggi hukum
- Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dna penghidupan yang layak
- Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara
 UU nomer 19 tahun 2011 tentang Hak-hak Penyandang Disabilitas
- Setiap penyandang disalibitas harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi,
merendahkan martabat manusia, bebas dari eksploitasi, ekkerasan dan perlakuan semena-mena serta
memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan
dengan orang lain
Dampak Pemasungan

 Pemasungan dapat berdampak secara fisik maupun mental


 Secara fisik yang sering ditemukan :
1. penyakit kulit seperti iritasi hingga luka parah yang
mengakibatkan kulit mati rasa
2. Athropi otot (pengecilan otot karna lama tidka digunakan)
3. Kelumpuhan
Lanjutan....

 Dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) tidak ada pasal yang mengatur secara khusus
tentang pemasungan,
Pemasungan dikategorikan dengan perampasan kebebasan

Pasal 333 KUHP tentang merampas kemerdekaan :


1. Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum merampas kemerdekaan seseorang atau
meneruskan perampasan kemerdekaan yang demikian, diancam dengan pidana penjara paling
lama delapan tahun
2. Bila perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, maka yang bersalah diancam dengan pidanan
penjara paling lama sembilan tahun
3. Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun
4. Pidana yang ditentukan dalam pasal ini diterapkan juga bagi orang yang sengaja dan melawan
hukum memberi tempat untuk perampasan kemerdekaan
Hambatan bebas pasung

 sebagian keluarga keberatan melepas penderita pasung untuk


dibebaskan dan dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ)
1. Faktor sosial ekonomi
2. Ketidakmmapuan merawat
 banyak dari keluarga yang beranggapan bahwa selesai
dibebaskan berarti sudah sembuh.
ALUR PELEPASAN PASUNG

PELATIHAN DETEKSI DINI


MAPPING (Sehat,
(Perawat, dokter, (Nakes, kader,
ODMK, ODGJ)
kader) mahasiswa+dosen)

KOORDINASI
PELEPASAN BERBATAS WAKTU
(Pemerintah, pendidikan,
KEBERSIHAN SOSIAL- aparat, masyarakat,
DIRI MAKAN OBAT
ISASI
keluarga)

MAINTENANCE REHABILITASI
(psikofarmaka, askep, (TERAPI OKUPASI)
TAK, posyandu jiwa)
1. PENDIDIKAN INFORMAL

• BC- CMHN

PERAWAT •


IC -CMHN
AC- CMHN
TAK

KADER • PELATIHAN KADER

DOKTER • PELATIHAN GP PLUS


2. DETEKSI DINI DAN MAPPING DATA

SEHAT

ODMK ODGJ
3. KOORDINASI LINTAS SEKTOR

 Pelepasan Pasung Lintas Sektor


– Melibatkan lintas sektor
 Dinsos dan TKSK
 Bapeda
 Dinkes
 Aparat pemerintahan
 Petugas keamanan
KEGIATAN BEBAS PASUNG PERLU
KONTRIBUSI LINTAS SEKTOR
 Peran sera dinas kesehatan
 Peran serta pendidikan kesehatan
 Peran serta dinas sosial
 Peran serta pemerintah daerah
 Peran serta SATPOL PP
 Peran serta PKK
 Peran serta dinas tenaga kerja
 Peran serta dinas agama
 Peran serta perusahaan
 DLL
PERAN SERTA INSTITUSI PENDIDIKAN
KESEHATAN
 Menetapkan Kecamatan/Kelurahan/RW/Rt tempat
praktik di masyarakat
 Deteksi Kesehatan Jiwa Masyarakat : termasuk
pasung
 Melatih Kader Kesehatan Jiwa
 Asuhan Keperawatan Jiwa dengan melakukan
kunjungan rumah
PERAN SERTA DINAS SOSIAL

 Identifikasi Peran Dinas Sosial & Tenaga Kesejahteraan Sosial


Kecamatan (TKSK)
 Kerjasama tentang pasien gangguan jiwa yang : gelandangan
 Rehabilitasi Psikososial di Masyarakat
PERAN SERTA SATPOL PP

 Deteksi Pasien Gangguan Jiwa


 Penanganan Pasien Gangguan Jiwa
– Mengetahui sistem rujukan
– Cara menangkap yang pasien gangguan jiwa
– Koordinasi dengan pemerintah setempat
PERAN SERTA PKK

 Dari RT – RW – Kelurahan – Kecamatan – Propinsi – Pusat


 Fasilitasi Kader Kesehatan Jiwa
 Peningkatan Kesadaran Kesehatan Jiwa Masyarakat
PEMBERDAYAAN LINTAS SEKTOR
Sumber: JUKNIS BEBAS PASUNG PROPINSI JAWA TIMUR
 Tenaga Kesehatan
 Tokoh agama
 Tokoh masyarakat
 Perangkat Desa
 Kader Kesehatan jiwa
 Camat
 Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota
 Dinas Tenaga Kerja Provinsi/Kabupaten/Kota
 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten/Kota
 Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten/kota
 Kepolisian Daerah/Resort/Sektor
 TNI tingkat Komando Daerah/Resort/Distrik/Rayon Militer
PROSES PELEPASAN PASUNG

Tahap Persiapan
 Tahap pelaksanaan dan pasca
pelepasan pasung
PENANGANAN PASCA PERAWATAN
DI RUMAH SAKIT
sumber : Pedoman Teknis Pembebasan Pasien Pasung Dinkes Propinsi Jatim

 Yang terlibat dalam penanganan pasca perawatan di Rumah Sakit adalah :


a. Rumah Sakit
b. Puskesmas
c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
d. Dinas Sosial Kabupaten/Kota
e. Keluarga
f. Kader Kesehatan Jiwa
g. Pihak Perangkat Desa
Peran RS pasca perawatan di RS

a. Dokter yang merawat berkoordinasi dengan manajemen


RS untuk persiapan pemulangan pasien pasca pasung.
b. Dokter yang merawat melengkapi form rujukan balik dan
saran– saran terapi untuk pasien yang telah diijinkan
rawat jalan.
c. Manajemen RS (diwakili oleh kepala ruang rawat inap)
menghubungi pihak puskesmas untuk menyiapkan
penjemputan pasien yang telah diijinkan rawat jalan dan
rehabilitasi.
PERAN PUSKESMAS PASCA PERAWATAN DI
RS
 Pihak puskesmas menghubungi keluarga untuk ikut menjemput pasien di rumah
sakit rujukan.
 Puskesmas menunjuk kader yang ditugaskan mendampingi pasien pasca perawatan
 Puskesmas berkoordinasi dengan perangkat Desa, Dinas Kesehatan / Dinas Sosial
Kab/Kota untuk tindak lanjut pasca perawatan di rumah sakit rujukan.
 Semua pasien yang telah diijinkan rawat jalan, diperiksa ulang oleh dokter
puskesmas sebelum dipulangkan ke rumah atau panti sosial.
 Dokter puskesmas mengecek saran terapi dan obat – obat yang digunakan pasien.
 Dokter puskesmas dapat melakukan konsul ulang pertelepon ke rumah sakit rujukan
bila dipandang perlu.
PERAN PUSKESMAS PASCA PERAWATAN DI
RS
 Perawat penanggung jawab melakukan kunjungan rumah secara rutin minimal 2 minggu
sekali khususnya dalam 3 bulan pertama setelah pasien kembali.
 Perawat melakukan asuhan keperawatan.
 Perawat mengevaluasi kondisi pasien dan keluarga.
 Perawat mengevaluasi obat yang diminum oleh pasien.
 Perawat mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan di RS.
 Perawat melanjutkan asuhan keperawatan fisik dan jiwa yang dibutuhkan oleh pasien :
terapi individu, terapi kelompok dan okupasi.
 Perawat mengindentifikasi tanda-tanda kambuh.
 Perawat mengingatkan jadwal kontrol selanjutnya.
 Perawat mendiskusikan hasil kunjungan rumah dengan dokter puskesmas.
Peran keluarga pasca perawat di RS
 Merawat pasien sesuai dengan informasi yang diberikan oleh dokter dan
perawat puskesmas.
 Memberikan obat kepada pasien secara teratur dan benar.
 Membawa pasien untuk kontrol secara teratur dan mencegah terjadinya putus
obat.
 Memberikan perhatian, dukungan dan kasih sayang kepada pasien.
 Melatih dan memotivasi pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara
teratur.
 fMelaporkan kepada kader atau tenaga kesehatan terdekat bila Terjadi gejala
kekambuhan.
 Membawa pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat bila terjadi
kekambuhan.
PERAN KADER KESWA PASCA PERAWATAN DI RS

 Melakukan kunjungan rumah secara rutin minimal 1 kali per minggu, setelah
pasien kembali dari perawatan di rumah sakit rujukan atau selama menjalani
rawat jalan.
 Melakukan hal-hal berikut saat melakukan kunjungan rumah:
a. Memantau obat yang diminum oleh pasien (nama obat, dosis, obat yang
tersisa).
b. Memantau aktivitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh
c. pasien.
d. Memantau kemampuan keluarga dalam merawat pasien.
e. Mengidentifikasi tanda-tanda kambuh.
f. Mengingatkan keluarga tentang jadwal kontrol selanjutnya.
g. Melaporkan hasil kunjungan rumah ke dokter atau perawat puskesmas.
PERAN PERANGKAT DESA PASCA
PERAWATA DI RS
 Membantu memotivasi keluarga agar tetap melakukan perawatan pasien
sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan.
 Membantu mengedukasi lingkungan sekitar pasien agar mendukung
perawatan dan rehabilitasi pasien.
PERAN DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
PASCA PERAWATAN DI RS
 Meminta laporan Puskesmas tentang perkembangan
penanganan pasung.
 Membantu Puskesmas dalam berkoordinasi dengan RS dan
lintas sektor lainnya tentang penanganan pasung
PERAN DINAS SOSIAL KAB/KOTA PASCA
PERAWATAN DI RS
 Membantu Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam
rehabilitasi penanganan pasien pasung
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai