Anda di halaman 1dari 32

KADER KESEHATAN

JIWA (KKJ)
PUSKESMAS KECAMATAN CILANDAK
2021
STANDAR PELAYANAN MINIMAL

- Standar pelayanan minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu


pelayanan dasar yanmerupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak
diperoleh setiap warga negara secara minimal
- SPM merupakan salah satu program strategis nasional
STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESWA

- SETIAP ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA BERAT (ODGJ)


MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN SESUAI STANDAR
CAPAIAN SPM WILAYAH CILANDAK
KADER KESEHATAN JIWA

PENGERTIAN

Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) adalah


salah satu peran serta masyarakat
yang ikut membantu tenaga kesehatan
dalam melakukan perawatan
penderita/ orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) yang ada di wilayah
masyarakat
Gangguan Jiwa berat (skizofrenia)

DAMPAK
PENGERTIAN

Gangguan otak yang -Orang dengan gangguan jiwa/


memperngaruhi ODGJ akan mengakami gangguan
seseorang dalam dalam kemandiriannya dalam
berfikit, bahasa, emosi, menjalankan fungsi sehari-hari,
perilaku sosial, dan merawat diri, sekolah, bekerja, dll
kemampuan menerima - Penyakit ini akan memberikan
realita dengan benar. dampak buruk bagi individu,
keluarga, dan masyarakat
CIRI-CIRI GANGGUAN JIWA

- Marah Tanpa Sebab


- Mengamuk
- Mengurung diri/tidak mau/tidak
mampu bersosialisasi
- Tidak mengenali orang
- Bicara kacau
- Bicara/tertawa sendiri
- Tidak mampu merawat diri
Peran Kader Kesehatan Jiwa (KKJ)
1. Kader membantu mengidentifikasi dan melaporkan kejadian di masyarakat
terutama penemuan kasus gangguan jiwa

2. Kader merujuk penderita ODGJ ke layanan kesehatan (puskesmas)

3. Kader melakukan kunjungan rumah minimal 1 bulan sekali pada penderita


ODGJ sebagai PMO

4. Kader memberikan informasi tentang gangguan jiwa, bahwa pengobatannya


mudah, bisa dipuskesmas dan tidak mahal

5. Kader memberi motivasi kepada penderita ODGJ dan keluarga tentang


kepatuhan berobat, minum obat dan kontrol

6. kader dapat merubah stigma negatif di masyarakat terhadap penderita ODGJ

7. Kader mendokumentasikan kegiatan yang sudah dilakukan


Gangguan Mental
Emosional
LATAR BELAKANG
Usia Prevalensi N tertimbang
(%)
15 - 24 10,0 157.695
25 - 34 8,5 152.522
PREVALENSI GME DI 35 - 44 9,0 144.800
INDONESIA 45 - 54 10,0 119.070
14.0% 55 - 64 11,0 79.170

12% 65 - 74 12,8 37.491


12.0%
75+ 15,8 15.941
10.0% 10%

8.0%
6,1% Depresi pada
6% Prevalensi pada
6.0% penduduk usia > 15
perempuan lebih tahun
tinggi dari pada
4.0%
laki2 >12 juta
2.0%

0.0%
2007 2013 2018
Sumber: Litbangkes, Riskesdas Sumber: Litbangkes, Riskesdas 2018
PENGERTIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
DEFINSI
PENGERTIAN OPERASIONAL
Penderita gangguan mental
emosional pada penduduk >15
Gangguan mental tahun berdasarkan hasil deteksi
emosional adalah dini dengan menggunakan
perubahan dalam instrumen SRQ 20 dengan cut of
pikiran, perasaan dan point >6 pada usia > 18 tahun
perilaku yang dapat dan instrumen SDQ dengan hasil
mengganggu aktivitas ambang atau abnormal pada usia
sehari-hari, tapi tidak 15-18 tahun yang mendapatkan
dijumpai tanda dan layanan kesehatan berupa:
gejala gangguan dalam promosi kesehatan, dan/atau
daya nilai realita. prevensi, dan/ atau konseling,
dan/ atau penanganan awal,
dan/atau rujukan dan/ atau
penanganan lanjutan
FAKTOR RISIKO GME

Biologis Psikologis Sosial


1.Riwayat kesehatan jiwa 1.Regulasi emosi 1.Lingkungan keluarga (konflik
keluarga & kerentanan orangtua, KDRT, pengabaian,
rendah 2.Kemampuan dsb)
genetik regulasi diri 2.Perekonomian keluarga (sumber
2.Riwayat kelahiran & rendah yang pendapatan, penghasilan per
perkembangan, luka jejas termanifestasikan dalam bulan, pengeluaran per bulan)
otak, permasalahan kontrol perilaku yang 3.Pekerjaan (kestabilan kerja, relasi
neurologis lain buruk dengan atasan ma& pun rekan
kerja, stres terkait pekerjaan, dsb
3.Kondisi medis & pengobatan 3.Konsep diri 4.Relasi suportif (kurangnya
terkini negatif dukungan sosial, isolasi sosial,
4.Penggunaan ataupun dsb)
penyalahgunaan 5.Relasi dengan pasangan
Napza (perpisahan, perceraian, hubungan
jarak jauh, & strategi koping)
6.Kedukaan
7.Permasalahan hukum
8.Krisis pada orang yang memiliki
arti penting dalam kehidupan
individu ( permasalahan hukum
dengan pasangan, kerabat,
teman)
9.Akses pada layanan kesehatan,
kemampuan untuk
mendapatkan layanan
kesehatan
PERSENTASE GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL
Pada penduduk >15 tahun yang mendapatkan layanan

TUJUAN INDIKATOR

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran


masyarakat akan pentingnya penanganan Mengenali secara dini gangguan mental emosional
gangguan mental emosional untuk membantu yang dapat memengaruhi produktifitas.
seseorang menjalani hidup secara berkualitas.

Meningkatkan akses layanan terhadap Menurunkan stigma terhadap masalah kesehatan


gangguan mental emosional jiwa dan gangguan jiwa
13
PENAPISAN KASUS
PENEMUAN KASUS
SDQ
Pertanyaan Y T

No
1 Apakah anda sering menderita sakit kepala?    
2 Apakah anda tidak nafsu makan?    
3 Apakah anda sulit tidur?    
4 Apakah anda mudah takut?    
5 Apakah anda merasa tegang, cemas atau kuatir?    
6 Apakah tangan anda gemetar?    
7 Apakah pencernaan anda terganggu/ buruk?    
8 Apakah anda sulit untuk berpikir jernih?    
9 Apakah anda merasa tidak bahagia?    

SRQ 10
11
Apakah anda menangis lebih sering?
Apakah anda merasa sulit untuk menikmati kegiatan sehari-
 
 
 
 

20 12
hari?
Apakah anda sulit untuk mengambil keputusan?    
13 Apakah pekerjaan anda sehari-hari terganggu?    
14 Apakah anda tidak mampu melakukan hal-hal yang    
bermanfaat dalam hidup?
15 Apakah anda kehilangan minat pada berbagai hal?    
16 Apakah anda merasa tidak berharga?    
17 Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup?    
18 Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu?    
19 Apakah anda mengalami rasa tidak enak di perut?    
20 Apakah anda mudah lelah?    
PEMERIKSAAN LANJUTAN
GME

Tata laksana
multidisiplin
Wawancara Diagnosis
sesuai
psikiatrik gangguan jiwa
kompetensi
profesi
LAYANAN
PENDERITA
DEPRESI
PENGERTIAN
Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang
berlangsung terus menerus selama kurun waktu
minimal 2 minggu (PPDGJ III).
GEJALA MAYOR (UTAMA) GEJALA MINOR

1. Afek depresif, 1. Konsentrasi atau perhatian yang berkurang,


2. Kehilangan minat, 2. Harga diri maupun kepercayaan diri yang berkurang,
3. Kehilangan energi yang ditandai 3. Rasa bersalah atau rasa tidak berguna,
dengan cepat lelah; 4. Memiliki pandangan tentang masa depan yang suram
serta pesimistis,
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau
bunuh diri,
6. Tidur terganggu, dan
7. Nafsu makan berkurang

2 Mayor + 3 Minor
Sasaran Penderita Depresi Tahun 2021
Per Kab/ Kota Provinsi DKI Jakarta

Jumlah Penduduk Jumah Depresi Sasaran


KODE Prevalensi
NAMA KABUPATEN/KOTA 2021
KAB/KOTA (%) BPS PUSDATIN BPS PUSDATIN
20%
3101 Kepulauan Seribu 13,99   18.018   2.521 504
3171 Kota Jakarta Selatan 4,51   1.789.616   80.712 16.142
3172 Kota Jakarta Timur 3,27   2.248.872   73.538 14.708
3173 Kota Jakarta Pusat 6,35   723.969   45.972 9.194
3174 Kota Jakarta Barat 9,03   2.050.576   185.167 37.033
3175 Kota Jakarta Utara 7,14   1.422.477   101.565 20.313
TOTAL 5,91   8.253.528   487.784 97.557
PENAPISAN KASUS
PENEMUAN KASUS
KELUHAN LAIN DINKES
DETEKSI DINI  kelelahan
(SDQ/ SRQ)  sulit tidur RUMAH SAKIT/
 mual PUSKESMAS/ FKTP
 sesak nafas FKRTL
 berdebar
 nyeri
 gejala gastrointestinal
atau
GME  gejala somatik lain
WAWANCARA PSIKIATRIK

DEPRESI
BUKAN
WAWANCARA PSIKIATRIK DEPRESI

DEPRESI
RINGAN SEDANG BERAT
BUKAN DEPRESI

RINGAN SEDANG BERAT


TINDAKAN

Pencatatan
TINDAKAN Pelaporan
UPAYA PROMOTIF
Upaya Promotif Remaja Dewasa Lansia

Keluarga 1. Menerapkan pola hidup sehat (makan 1. Menerapkan pola hidup sehat (makan
seimbang, istirahat cukup, tidur berkualitas seimbang, istirahat cukup, tidur berkualitas
dan olahraga teratur); dan olahraga teratur);
2. Tetap melibatkan remaja dalam aktivitas 2. Tetap melibatkan dalam aktivitas sehari-hari
sehari-hari yang menyenangkan; yang menyenangkan;
3. Hindari konsumsi minuman beralkohol, 3. Hindari konsumsi minuman beralkohol,
merokok dan penyalahgunaan obat-obatan; merokok dan penyalahgunaan obat-obatan;
4. Manajemen emosi dan stres orang tua dan 4. Manajemen stres;
anak; 5. Melaksanakan ibadah dengan baik;
5. Penanaman nilai agama dan spiritual sejak 6. Membentuk support system di keluarga
dini;
6. Menerapkan pola asuh dan pola komunikasi
dalam keluarga yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang
sehat;
7. Membentuk support system di keluarga.
UPAYA PROMOTIF
Upaya Promotif Remaja Dewasa Lansia

Masyarakat 1. Komunikasi, informasi dan 1. Komunikasi, informasi dan edukasi


edukasi tentang kesehatan jiwa tentang kesehatan jiwa di
di masyarakat, panti/lembaga masyarakat, panti/lembaga sosial,
sosial, lembaga pembinaan lapas/rutan, tempat kerja;
khusus anak; 2. Membentuk kelurahan siaga sehat
2. Membentuk kelurahan siaga jiwa seperti membentuk support
sehat jiwa, seperti membentuk group di masyarakat.
support group di masyarakat. 3. Melibatkan figur publik penyintas
3. Melibatkan figur publik depresi untuk melakukan promosi
penyintas depresi untuk kesehatan jiwa.
melakukan promosi kesehatan
 
jiwa.

 
UPAYA PREVENTIF
Upaya Preventif Remaja Dewasa Lansia
Keluarga 1. Pengembangan pola asuh yang 1. Menerapkan pola komunikasi yang baik
mendukung pertumbuhan dan dalam keluarga;
perkembangan jiwa; 2. Mengenali tanda dan gejala depresi secara
2. Mengenali tanda dan gejala depresi secara dini dan adanya ide bunuh diri;
dini dan adanya ide bunuh diri; 3. Deteksi dini perubahan tidur, perubahan
3. Bicarakan dengan orang yang dipercaya perilaku, makan, dan keluhan-keluhan
tentang apa yang dirasakan; fisik;
4. Segera mencari pertolongan medis dan 4. Bicarakan dengan orang yang dipercaya
psikologis bila ditemukan tanda dan gejala tentang apa yang dirasakan;
depresi; 5. Segera mencari pertolongan medis dan
5. Minum obat secara teratur. psikologis bila ditemukan tanda dan gejala
  depresi;
6. Minum obat secara teratur;
7. Kendalikan penyakit penyerta yang
biasanya terdapat pada lansia;
 
UPAYA PREVENTIF

Upaya Preventif Remaja Dewasa Lansia

Masyarakat 1. Mengenali tanda dan gejala depresi 1. Mengenali tanda dan gejala depresi
secara dini; secara dini;
2. Mengetahui fasyankes terdekat untuk 2. Mengetahui fasyankes terdekat untuk
menangani depresi; menangani depresi;
3. Melaporkan ke fasyankes bila 3. Melaporkan ke fasyankes bila
menemukan kasus ide bunuh diri, menemukan kasus ide bunuh diri,
menyakiti diri dan percobaan bunuh menyakiti diri dan kasus percobaan
diri; bunuh diri;
4. Menghentikan stigma dan 4. Membentuk dan mengaktifkan
diskriminasi; posyandu jiwa.
5. Membentuk dan mengaktifkan 5. Memotivasi kegiatan yang positif dan
posyandu remaja. menyenangkan untuk lansia.
Penatalaksanaan Penderita
Berdasarkan Derajat Depresi
UPAYA KURATIF
Penatalaksanaan multidisiplin baik medis,
psikologi dan keperawatan diberikan secara
menyeluruh

PSIKOLOGI
MEDIS
KEPERAWATAN
C E
Cerdas intelektual emosional Empati dalam berkomunikasi
R
Rajin beribadah
I
Interaksi yang
A
Asah, asih, asuh
tumbuh kembang
dan spiritual efektif sesuai agama & keyakinan bermanfaat bagi kehidupan
dalam keluarga & masyarakat
TERIMA KASIH
Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa. Sehat dimulai dari diri sendiri

Anda mungkin juga menyukai