Anda di halaman 1dari 38

KEWASPADAAN ISOLASI

(‘Isolation Precaution’ )

Perkumpulan Pengendalian Infeksi Indonesia


© 2020
POKOK BAHASAN

PENDAHULUAN

KEWASPADAAN ISOLASI

RANGKUMAN

2
PENDAHULUAN HH
APD
Masalah Mortalitas Biaya
HAIs Morbiditas Tuntutan
Limbah
Lingkungan
hukum Peralatan Perawatan Ps
PPRA Penanganan Linen
Kes. Karyawan
Penempatan Pasien
Etika batuk
Penyuntikan yang aman
Praktil lumbal punksi

VAP,IADP
ILO,ISK

Airborne
Droplet
Contact
Menerapkan
Bundles of
HAIs
Komite PPI
Tim PPI
IPCN

Audit
IPCN
ICRA
www.perdalin.com
PENDAHULUAN
Kewaspadaan Isolasi dalam program PPI
bertujuan untuk memutus mata rantai infeksi
PERKEMBANGAN
KEWASPADAAN ISOLASI #1
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
1985 Universal Epidemik HIV à petugas kesehatan waspada
Precaution terhadap darah dan cairan tubuh, tangani
dengan menggunakan sarung tangan,
gaun,masker , pelindung mata
1988 Universal Darah , cairan tubuh sumber HIV, HBV, waspada
Precaution terhadap darah , cairan tubuh (semen, vagina,
peritonial, perikardial sinovial, cairan amnion,
cerebrospinal), bukan feces, urine, muntah,
sputum, sekret hidung, keringat, kecuali terkena
darah.
Setelah melepas sarung tangan harus cuci
tangan
PERKEMBANGAN
KEWASPADAAN ISOLASI #2
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
1987 Body Substance Waspada terhadap darah, feses, urin,
Isolation (BSI) di Seatle, sputum, saliva, drainase luka, cairan
Washington, San Diego, tubuh lainnya, permukaan tubuh yang
California basah dan lembab. Gunakan sarung
tangan, setelah melepas tidak perlu cuci
tangan

1990 A new Isolation Terdiri dari 2 lapis: Kewaspadaan Standar


Guideline dan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
PERKEMBANGAN
KEWASPADAAN ISOLASI #3
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
1996 Isolation Precaution Kewaspadaan Standar : ditujukan
kepada semua pasien tanpa memandang
apakah infeksi atau tidak, waspada
terhadap darah dan cairan tubuh,
sekresi, ekskresi , kecuali keringat.
Gunakan APD jika tindakan terkena atau
memungkinkan terkena darah, cairan,
sekresi, ekskresi.
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi :
Airborne, droplet, kontak à diterapkan
pada pasien yang sudah terinfeksi atau
di duga infeksi
PERKEMBANGAN
KEWASPADAAN ISOLASI #4
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
1996 Isolation Precaution Kewaspadaan Standar meliputi :
1.Kebersihan tangan,
2.Penggunaan APD (sarung tangan, masker,
pelindungmata /wajah, gaun/apron)
3.Peralatan perawatan pasien
4.Pengendalian lingkungan
5.Penanganan limbah
6.Penempatan pasien
7.Penanganan linen
8.Kesehatan karyawan
PERKEMBANGAN
KEWASPADAAN ISOLASI #5
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
2007 Isolation Precaution A. Kewaspadaan Standar ditambah:
1. Hygiene respirasi/Etika batuk
2. Praktek menyuntik yang aman
3. Praktek prosedur lumbal punksi

B. Hospital Acquired Infection (HAI)


menjadi Healthcare Associated
Infections ( HAIs)

C. Cuci tangan menjadi kebersihan tangan


(handwash à handhygiene)
KEWASPADAAN ISOLASI
LAPIS PERTAMA LAPIS KEDUA/TAMBAHAN
KEWASPADAAN STANDAR KEWASPADAAN BERDASARKAN
TRANSMISI
1. Kebersihan Tangan
– Hal utama, merupakan Pilar dalam PPI
– Komponen utama dari Patient Safety
– Sederhana dan efektif untuk mencegah HAIs
– Menciptakan lingkungan yang aman
– Menciptakan pelayanan kesehatan yang aman
– Bila tangan kotor , cuci dengan sabun cair
dan air mengalir (handwash)
– Bila tangan tidak tampak kotor , bersihkan
dengan cairan berbasis alkohol (handrubs)
KEBERSIHAN TANGAN

13
2. Penggunaan APD
• Alat Pelindung Diri (APD) terdiri dari masker, topi,
sarung tangan, pelindung wajah, sepatu yang digunakan
petugas atau pasien untuk melindungi diri dari infeksi
• Digunakan sesuai indikasi
• Segera dilepas jika sudah selesai tindakan
3. Penanganan Limbah
• Limbah padat infeksius àkantong plastik kuning
• Limbah padat non infeksius à kantong plastik hitam
• Limbah jarum / benda tajam lain à wadah tahan
tusuk & tahan air
• Limbah cair infeksius à saluran khusus
• Kontainer limbah à menggunakan tutup dengan
pijakan
• Hati-hati menangani benda tajam
• JANGAN memberi benda tajam ke orang lain
• JANGAN menyarungkan kembali jarum bekas pakai
4. Pengendalian Lingkungan
Pertahankan kondisi lingkungan sehat
– Udara bersih, sistem ventilasi
– Penyediaan air bersih
– Permukaan lingkungan bersih
– Penataan peralatan tampak rapi dan
mudah dibersihkan
– Binatang (kucing, anjing, tikus) tidak ada
diarea RS, termasuk cicak, lalat, nyamuk,
kecoak dan semut.

16
5. Peralatan Perawatan Pasien
• Peralatan non kritikal
Peralatan yang dipergunakan dipermukaan tubuh pasien yang utuh
( tensimeter, thermometer air raksa) → dicuci dengan deterjen /
disinfeksi
• Peralatan semi kritikal
Peralatan masuk ke dalam lapisan mukosa ( alat alat di endoscopi )→
disinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi
• Peralatan kritikal
Peralatan masuk kedalam pembuluh darah atau jaringan steril
(instrumen bedah) → sterilisasi
17
6. Penanganan Linen
– Menggunakan APD
– Memisahkan linen kotor dengan noda darah & cairan tubuh
dengan linen kotor tidak bernoda
– Menempatkan linen kotor dalam wadah / tidak dilantai
– Trolly linen bersih harus dibedakan dengan trolly linen kotor
– Membawa linen bersih dan linen kotor harus dengan trolly yang
tertutup
– Menyimpan linen bersih di dalam lemari tertutup
– Memisahkan penyimpanan linen bersih dengan linen steril
– Persediaan linen sesuai kebutuhan
18
7. Perlindungan Kesehatan Karyawan
• Petugas wajib menjaga kesehatannya
• Petugas kesehatan :
– Jika sakit disarankan tidak bekerja dekat pasien
– Saat bekerja tidak memakai assesoris , tidak memakai sandal jepit
atau sepatu hak
– Tidak memanipulasi limbah benda tajam
– Bila tertusuk benda tajam à segera taati SPO yang berlaku
– Berpakaian bersih sesuai peraturan RS
– Sudah mendapat imunisasi dasar (HBV)
19
8. Penempatan pasien
• Tempatkan pasien infeksius / menular di ruang terpisah (isolasi)
• Tempat tidur berjarak >1 m
• Bila tidak memungkinkan lakukan kohorting (dikumpulkan)
• Bila tidak memungkinkan konsultasi dengan PPIRS
• Terapkan Kewaspadaan Isolasi sesuai cara transmisi penyebab infeksi
• Pisahkan pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan lingkungannya
(pasien sakit jiwa / tidak terkendali )

20
9. Penyuntikan yang aman

– Tidak direkomendasikan menggunakan spuit berulang


kali (one needle, one procedur, one time) à 1 jarum, 1
tindakan, 1 kali
– Gunakan bak instrumen stainless , bukan keranjang
plastik berubang-lubang
– Berikan suntikan dengan teknik aseptik dan antiseptik

21
Bagaimana dengan gambar berikut ini?

22
Bagaimana Prinsip PPIRS pada gambar ini?

23
Bagaimana sebaiknya dilakukan?

24
10. Etika batuk / bersin
– Menutup mulut dan hidung saat batuk/ bersin dengan tisu
– Buang tisu bekas ke tempat sampah (kuning) bila terkena
sekret saluran napas
– Lakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
– Bila tidak tersedia sarana air mengalir, gunakan larutan alkohol
handrubs setelah kontak dengan sekret
– Gunakan masker jika sedang menderita ISPA (batuk,
bersin, ingusan)
– Jaga jarak dengan orang lain

25
WHO
GUIDELINES

x x x √ 26

11. Praktik Lumbal punksi

• Masker : harus dipakai klinisi saat melakukan lumbal


pungsi, anaestesi spinal / epidural / pasang kateter vena
sentral

• Tujuan : mencegah kontaminasi silang antara pasien &


petugas yang dapat mengakibatkan meningitis bakterial

27
Contact/Kontak Droplet/Percikan Airborne/Udara

Tekanan
>5µm < 5µm
negatif

MRSA, VRE TBC, SARS


H5N1,H1N1
MDRO Meningitis

Bicara,batuk Bicara,batuk
Aerosol Aerosol
bersin bersin
Sarung tangan Jarak Masker Bedah Jarak Jarak
Gaun Masker N 95
1m Wajah, Gaun
28 1m 2m
• Tempatkan pasien di kamar tersendiri atau kohort à
dengan pasien infeksi sama
• Bila tidak memungkinkan, beri jarak antar pasien > 1m
• Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan à pintu boleh
terbuka
• Penggunaan APD à masker bedah,sarung tangan, gaun

29
1. Penempatan pasien :
Ø Kamar tersendiri atau kohort (dikumpulkan) dengan pasien yang
terinfeksi agen infeksi sama. Kohorting utk pasien MRSA,VRE, ESBL
(MDRO)
2. Alat Pelindung Diri :
Ø Sarung tangan
Ø Gaun à bila pakaian akan tercemar saat kontak dg pasien,
permukaan lingkungan, peralatan à pasien diare, inkontinensia,
kolonostomi, slang drainase).
Ø Lepaskan gaun /APD sebelum meninggalkan ruangan,
Ø Pastikan tidak menyentuh lagi permukaan tercemar dlm
ruangan
30
• Penyakit menular lewat droplet, ditularkan melalui batuk,
bersin dan berbicara à droplet kecil dan droplet besar
• Percikan >5µm melayang di udara, dapat mengenai
mukosa mata, hidung atau mulut tanpa pelindung dan
akan jatuh pada jarak < 1m
• Prosedur yang dapat menimbulkan aerosol à suctioning,
bronkoskopi, nebulising, intubasi
• B pertussis, Meningococcus, Avian Influenza, Streptococcus
grup A, Adenovirus, H1N1
31
Transmisi Droplet : jumlah mikroba dalam droplet

ü Berbicara 10
ü Batuk 100
ü Bersin keras 10 000

32
v Partikel kecil < 5 uM, mengandung mikroba melayang /
menetap di udara beberapa jam à disebar sebagai
aerosol melalui aliran udara dalam ruangan atau sampai
jarak jauh > 2 m
v Contoh :
v Mycobacterium TB
v Campak , Cacar Air
v Aspergillus sp,
v Tindakan yang menimbulkan aerosol pada TB Paru, SARS
v Tindakan intubasi, suction, bronkoskopi

33
Penempatan pasien :
§ Dalam ruangan tekanan negatif yang termonitor

§ Pertukaran udara (ACH) 6-12 x per jam / 5-10 menit


§ Jangan gunakan AC sentral à gunakan AC dgn filter HEPA
(high efficiency particulate air)
§ Udara ruangan yang dibuang keluar disaring terlebih
dahulu
§ Pintu HARUS selalu tertutup rapat

§ Kumpulkan pasien (kohort) dengan pasien infeksi sama


bila tidak tersedia ruang isolasi khusus
34
§ Petugas wajib menggunakan respirator partikulat N-95
jika melakukan tindakan yang menghasilkan aerosol
atau bila masuk ke dalam ruangan isolasi
§ Batasi gerak pasien à tidak diperbolehkan keluar
ruangan
§ Edukasi pasien untuk etika batuk
§ Kenakan masker bila pasien dibawa keluar ruangan
isolasi (konsul, tindakan di ruang lain)

35
RANGKUMAN

F Dalam pelayanan kesehatan sehari hari yang terpenting


adalah menjalankan Kewaspadaan Standard dan
Kewaspadaan Berbasis Transmisi
F Yang terpenting dan paling sederhana adalah
Kebersihan Tangan. Karena tangan menjadi perantara
dan mobilisasi mikroba khususnya MDRO

“Hands Make Multidrug-Resistant Organisms


(MDROs) and Other Microbes Mobile”
37
38

Anda mungkin juga menyukai