Anda di halaman 1dari 66

PELATIHAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI

( PPI )
KOMITE PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
BAGAIMANA MELAKSANAKAN PROGRAM PPI ?
Lapis pertama : Kewaspadaan Standar

1. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene


2. APD
3. Pengendalian Lingkungan
4. Penanganan Limbah
5. Peralatan Perawatan Pasien
6. Penanganan Linen
7. Penempatan Pasien
KEWASPADAAN 8. Perlindungan Kesehatan Karyawan
ISOLASI 9. Praktek Menyuntik yang Aman
10. Kebersihan Pernafasan (Etika Batuk / Bersin
11. Praktik Lumbal Pungsi

Lapis kedua : Kewaspadaan berdasarkan


Transmisi

1. Contact/kontak
2. Airborne/udara
3. Droplet/percikan
PERDALIN 2017 6
 Kewaspadaan Isolasi merupakan bagian dari program
PPI
 Bertujuan untuk memutus mata rantai infeksi

Pasien
A
Pasien
Lingkungan
B
Petugas/
Pengunjung
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
1985 Universal Epidemik HIV  petugas kesehatan waspada
Precaution terhadap darah dan cairan tubuh, tangani dengan
menggunakan sarung tangan, gaun,masker ,
pelindung mata
1988 Universal Darah , cairan tubuh sumber HIV, HBV, waspada
Precaution terhadap darah , cairan tubuh (semen, vagina,
peritonial, perikardial sinovial, cairan amnion,
cerebrospinal), bukan feces, urine, muntah, sputum,
sekret hidung, keringat, kecuali terkena darah.
Setelah melepas sarung tangan harus cuci tangan
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan

1987 Body Substance Isolation Waspada terhadap darah, feses, urin,


(BSI) di Seatle, sputum, saliva, drainase luka, cairan tubuh
Washington, San Diego, lainnya, permukaan tubuh yang basah dan
California lembab. Gunakan sarung tangan, setelah
melepas tidak perlu cuci tangan

1990 A new Isolation Guideline Terdiri dari 2 lapis : Kewaspadaan Standar


dan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan

1996 Isolation Kewaspadaan Standar : ditujukan kepada semua


Precaution pasien tanpa memandang apakah infeksi atau
tidak, waspada terhadap darah dan cairan tubuh,
sekresi, ekskresi , kecuali keringat. Gunakan
APD jika tindakan terkena atau memungkinkan
terkena darah, cairan, sekresi, ekskresi.
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi :
Airborne, droplet, kontak  diterapkan pada
pasien yang sudah terinfeksi atau di duga infeksi
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
1996 Isolation Kewaspadaan Standar meliputi :
Precaution 1.Kebersihan tangan,
2.Penggunaan APD (sarung tangan, masker,
pelindungmata /wajah, gaun/apron)
3.Peralatan perawatan pasien
4.Pengendalian lingkungan
5.Penanganan limbah
6.Penempatan pasien
7.Penanganan linen
8.Kesehatan karyawan
Tahun 2007
 Standard Precaution ditambah dengan 
* Hygiene respirasi / Etika batuk
* Praktek menyuntik yang aman
* Praktek prosedur lumbal punksi
 Hospital Acquired Infection (HAI) menjadi 
Healthcare Associated Infections ( HAIs)

 Cuci tangan menjadi kebersihan tangan


(Hand wash  Hand hygiene)
1. KEBERSIHAN TANGAN (HAND
HYGIENE)
 Hal utama, merupakan Pilar dalam PPI
 Komponen utama dari Patient Safety
 Sederhana dan efektif untuk mencegah HAIs
 Menciptakan lingkungan yang aman
 Menciptakan pelayanan kesehatan yang aman
 Bila tangan kotor , cuci dengan sabun antiseptik
dan air mengalir (handwash)
 Bila tangan tidak tampak kotor , bersihkan
dengan cairan berbasis alkohol (handrubs)
 FIVE MOMENTS OF HAND HYGIENE :
1. Sebelum menyentuh pasien
2. Sebelum melakukan
tindakan aseptik
3. Setelah kontak atau terpapar
dengan cairan tubuh
4. Setelah menyentuh pasien
5. Setelah menyentuh
lingkungan sekitar pasien

Kebersihan tangan juga dilakukan pada saat :


1. Melepas sarung tangan steril
2. Melepas APD
3. Setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek termasuk
peralatan medis
4. Setelah melepaskan sarung tangan steril.
5. Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan
 MENGGUNAKAN AIR MENGALIR DAN SABUN :
 Apabila terlihat kotor, terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh lainnya, dan setelah menggunakan toilet
 Lama : 40-60 detik bila tangan tampak kotor
 MENGGUNAKAN HAND RUB :
 Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih untuk
antiseptik tangan rutin pada semua situasi
 Lama : 20-30 detik bila tangan tidak tampak kotor
2. PENGGUNAAN APD
 Penggunaan Alat Pelindung Diri memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi :
(a) Tetapkan indikasi penggunaan APD mempertimbangkan risiko terpapar
dan dinamika transmisi:
 Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan kontak : Gaun,
sarung tangan, masker bedah, penutup kepala, pelindung mata
(goggles), sepatu pelindung
 Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya
aerosol : Gaun, sarung tangan, masker N95, penutup kepala, goggles,
face shield, sepatu pelindung
(a) Cara “memakai” dengan benar
(b) Cara “melepas” dengan benar
(c) Cara mengumpulkan (disposal) yang tepat setelah dipakai
 Hal – hal yang harus dilakukan pada penggunaan APD :
 Melepaskan semua aksesoris di tangan seperti cincin, gelang dan
jam tangan
 Menggunakan baju kerja/ scrub suit sebelum memakai APD
 Melakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah memakai APD
 Menggunakan sarung tangan saat melakukan perawatan kepada
pasien
 Melepaskan sarung tangan setelah selesai melakukan perawatan di
dekat pasien dan lakukan kebersihan tangan
 Memakai APD di anteroom atau ruang khusus. APD dilepas di area
kotor segera setelah meninggalkan ruang perawatan
 Menggunakan masker N95 pada saat melakukan tindakan yang
menimbulkan aerosol
 Mengganti googles atau faceshield pada saat sudah kabur/kotor
 Mandi setelah melepaskan APD dan mengganti dengan baju bersih
 
 Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada penggunaan APD :
- Menyentuh mata, hidung, dan mulut saat menggunakan APD
- Menyentuh bagian depan masker
- Mengalungkan masker di leher
- Menggantung APD di ruangan kemudian mengunakan kembali
- Menggunakan APD keluar dari area perawatan
- Membuang APD dilantai
- Menggunakan sarung tangan berlapis saat bertugas apabila tidak
dibutuhkan
- Menggunakan sarung tangan terus menerus tanpa indikasi
- Menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang rekam medik
pasien, memegang handle pintu, memegang HP
- Melakukan kebersihan tangan saat masih menggunakan sarung
 JENIS – JENIS APD :
1. Pelindung Kepala / Topi
• Digunakan untuk menutup rambut dan
kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak masuk ke dalam luka
selama pembedahan
• Topi harus cukup besar untuk menutup
semua rambut.
• Melindungi pemakainya dari darah atau
cairan tubuh yang terpecik atau
menyemprot.
 JENIS – JENIS APD :
2. Masker dan Pelindung Mata / Google
 Pakailah untuk melindungi konjungtiva,
membrane mata, hidung, mulut selama
melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan
pasien yang berisiko terjadi cipratan / semprotan
dari darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi
 Pilih sesuai tindakan yang akan dikerjakan
(Surgical mask ataupun masker N95)
 Masker bedah dan dapat dipakai secara umum
untuk petugas RS untuk mencegah transmisi
melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat
(<3 m) dari pasien saat batuk / bersin
 Pakailah selama tindakan yang menimbulkan
aerosol walaupun pada pasien tidak diduga
infeksi
 Jangan mengalungkan masker di leher segera
lepas setelah melakukan tindakan selesai
3. Pelindung Muka / Faceshield
 JENIS – JENIS APD :
4. Gaun dan Apron
 Kenakan gaun (bersih, tidak steril) untuk melindungi kulit, mencegah baju menjadi
kotor, kulit terkontaminasi selama prosedur / merawat pasien yang memungkinkan
terjadinya percikan / semprotan cairan tubuh pasien
 Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan yang akan dikerjakan dan
perkiraan jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi. Bila gaun tidak tembus cairan,
perlu dilapisi apron tahan cairan mengantisipasi semprotan / cipratan cairan
infeksius.
 Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan untuk mencegah transmisi mikroba ke
pasien lain ataupun ke lingkungan
 Kenakan saat merawat pasien infeksi yang secara epidemilogik penting, lepaskan
saat akan keluar ruang pasien
 Jangan memakai gaun pakai ulang walaupun untuk pasien yang sama
 Bukan indikasi pemakaian rutin masuk ke ruang risiko tinggi seperti ICU, NICU

5. Hazmat All Cover


 JENIS – JENIS APD :
6. Sarung Tangan / Handschoen
 Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan
terkontaminasi, mucus membrane dan kulit yang tidak utuh, kulit utuh yang potensial
terkontaminasi
 Pakai sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan
 Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat pasien langsung
 Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai ulang untuk membersihkan lingkungan
 Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda dan
permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien lain Pakai sesuai
ukuran tangan dan jenis tindakan
 Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk pasien yang berbeda
 Ganti sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke area
bersih
 Cuci tangan segera setelah melepas sarung tangan
 JENIS – JENIS APD :
7. Sepatu Pelindung dan Shoe Cover
 Sepatu pelindung kaki di gunakan jika
ada resiko tertumpah cairan , darah ,
urine dll
 Digunakan untuk melindungi kaki dari
cedera akibat benda tajam atau
benda berat yang mungkin jatuh
secara tidak sengaja ke atas kaki
 Sepatu boot karet atau sepatu kulit
tertutup sebaikanya yang tahan air
Tingkat Kelompok Lokasi / Cakupan Jenis APD
Perlindungan
Masyarakat umum Fasilitas Umum - Masker kain
Tingkat - Masker bedah (2 ply masker)
Perlindungan I - Masker bedah 3 ply*
Kelompok lainnya (cleaning Fasilitas Umum - Masker bedah 2 ply
  service, satpam, petugas - Masker bedah 3 ply*
administrasi, - Sarung tangan kerja, bukan
pendamping orang sakit) sarung tangan karet sekali pakai
Petugas penanganan cepat Fasilitas Umum (kegiatan harus - Masker Bedah 3 ply
/ investigator / relawan dilakukan di luar rumah)
yang melakukan interview
langsung terhadap pasien
ODP
atau PDP
Dokter dan perawat Tempat Praktik Umum dan kegiatan - Masker bedah 3 ply
  yang tidak - Sarung tangan karet sekali pakai
menimbulkan aerosol
Triase pra- pemeriksaan, bagian - Masker bedah bedah 3 ply
rawat jalan umum - Sarung tangan karet sekali pakai
Supir ambulans Ambulans (ketika membantu - Masker bedah 3 ply
  menaikkan dan menurunkan pasien - Sarung tangan karet sekali pakai
suspek COVID-19) - Gown
Ambulans (tidak kontak langsung - Masker bedah 3 ply
dengan pasien)
Tingkat Dokter dan
perawat
Ruang poliklinik, pemeriksaan
pasien dengan gejala infeksi
-
-
Masker bedah 3 ply
Gown (pada resiko percikan cairan tubuh)
Perlindungan II   pernapasan - Sarung tangan karet sekali pakai
  - Pelindung mata (pada resiko percikan cairan
tubuh)
Ruang perawatan pasien - Masker bedah 3 ply
- Gown
- Sarung tangan karet sekali pakai
- Pelindung mata / Face shield
Dokter, perawat Pengambilan sample non - Masker bedah
atau petugas pernapasan - Gown
laboran - Pelindung mata (pada resiko percikan cairan
sampel)
- Sarung tangan karet sekali pakai
Analis - Masker bedah
- Sarung tangan karet sekali pakai
- Jas laboratorium
- Pelindung mata (pada resiko percikan cairan
sampel)
Radiografer Pemeriksaan pencitraan pada - Masker bedah 3 ply
pasien yang diduga / dipastikan - Jas radiografer biasa
terinfeksi  
Farmasi Bagian rawat jalan - Masker bedah 3 ply
- Sarung tangan
- Pelindung mata (jika harus berhadapan dengan
pasien)
Cleaning Service Membersihkan ruangan pasien - Masker bedah
COVID-19 - Gown
- Pelindung mata (pada resiko percikan cairan
kimia atau organik)
- Sarung tangan kerja berat
Tingkat Dokter dan perawat Ruang prosedur dan tindakan
operasi pada pasien dengan
-
-
Masker N95 atau ekuivalen
Gown allcover
Perlindungan kecurigaan atau sudah terkonfirmasi - Boots
COVID-19 - Pelindung mata / Face shield
III - Sarung tangan bedah karet steril sekali pakai
- Headcap
- Apron
Kegiatan yang menimbulkan aerosol - Masker N95 atau ekuivalen
pada pasien kecurigaan atau sudah - Gown all cover
terkonfirmasi COVID-19 - Pelindung mata / Face shield
- Sarung tangan karet steril sekali pakai
- Headcap
- Apron
Dokter Ruang prosedur dan tindakan otopsi - Masker N95 atau ekuivalen
kecurigaan atau sudah terkonfirmasi - Gown all cover
COVID-19 - Boots
- Pelindung mata / Face shield
- Sarung tangan bedah karet steril sekali pakai
- Headcap
- Apron
Dokter, perawat atau Pengambilan sample pernapasan - Masker N95 atau ekuivalen
petugas laboran (swab nasofaring dan orofaring) - Gown all cover
- Boots
- Pelindung mata / Face shield
- Sarung tangan karet steril sekali pakai
- Headcap
 Langkah – langkah Menggunakan APD :
1. Lepaskan seluruh acessories (cincin, jam tangan, gelang)
2. Lakukan 7 langkah cuci tangan dengan air mengalir dan sabun / hand wash
3. Gunakan sarung tangan steril (hand schoen)
4. Kenakan cover all mulai dari kaki terlebih dahulu, selanjutnya dinakkan ke atas
sampai dengan bagian lengan dan leher, tutup resleting cover all
5. Kenakan shoes cover pada kedua sepatu, pastikan seluruh permukaan sepatu
tertutupi
6. Kenakan tutup kepala (hair cap), pastikan seluruh rambut tertutup
7. Kenakan masker bedah, lanjutkan dengan mengenakan masker N 95 (penggunaan
masker N 95 dipastikan bagian hidung yg terdapat logam, kaitkan tali bagian bawah
terlebih dahulu kemudian tali bagian atas dengan cara silang)
8. Kenakan kacamata goggles (bila petugas mengenakan kacamata, maka kacamata
goggles dikenakan setelah pemakaian kacamata), pastikan tidak ada celah untuk
udara masuk
9. Kenakan bagian kepala dari cover all, pastikan seluruh permukaan kulit muka telah
terlindungi
10. Langkah terakhir, kenakan sarung tangan ke 2 hingga bagian lengan bawah cover
all tertutupi oleh sarung tangan ke dua, petugas siap melakukan tindakan terhadap
pasien
 Langkah-langkah Melepaskan APD :
1. Sebelum melepaskan APD siapkan tempat sampah infeksius
2. Lepaskan sarung tangan kedua dengan cara menggulung dari dalam keluar hingga
separuh bagian sarung tangan terbuka, dilanjutkan dengan membuka sarung tangan
sisi lainnya hingga seluruhnya terbuka, jadikan 1 dan gulung kedua sarung tangan,
buang ke tempat sampah infeksius
3. Lepaskan bagian kepala dari cover all dengan membuka resleting sebatas leher
4. Lepaskan masker N 95 mulai dari tali atas, dilanjutkan dengan tali bagian bawah,
buang masker N 95 ke tempat sampah infeksius
5. Lepaskan masker bedah, lipat kedalam buang ke tempat sampah
6. Lepaskan tutup kepala, gulung dari dalam keluar, buang ke tempat sampah infeksius
7. Lepaskan shoes cover, gulung dari dalam keluar, buang ke tempat sampah
8. Lepaskan cover all dengan cara menggulung dari dalam keluar, dari mulai lengan
lanjut ke bagian badan dan kaki selanjutnya buang gulungan cover all ke dalam
tempat sampah infeksius
9. Lepaskan hand schoen pertama dengan cara menggulung dari dalam keluar, buang
ke tempat sampah infeksius
10. Langkah terakhir cuci tangan 7 langkah dengan air mengalir dan sabun
3. PENANGANAN LIMBAH
 Limbah padat infeksius kantong plastik
kuning
 Limbah padat non infeksius  kantong
plastik hitam
 Limbah jarum / benda tajam lain  wadah
tahan tusuk dan tahan air
 Limbah cair infeksius  saluran khusus
 Kontainer limbah  sebaiknya
menggunakan tutup dengan pinjakan kaki
 Hati-hati menangani benda tajam
 JANGAN memberi benda tajam ke orang lain
 JANGAN menyarungkan kembali jarum bekas pakai
 Limbah pasien COVID-19 dianggap sebagai limbah infeksius dan
penatalaksanaan sama seperti limbah infeksius lainya
 Segera buang limbah yang dihasilkan, ke tempat pembuangan limbah sesuai
kebijakan dan SOP
 Pertahankan tempat limbah tidak lebih mencapai 3/4 penuh sudah dibuang
 Pertahankan kebersihan kontainer sampah senantiasa bersih
4. PENGENDALIAN LINGKUNGAN
 Pertahankan kondisi lingkungan sehat
 Udara bersih, sistem ventilasi
 Penyediaan air bersih
 Permukaan lingkungan bersih
 Penataan peralatan tampak rapi dan mudah
dibersihkan
 Tidak ada binatang (kucing, anjing, tikus),
termasuk lalat, nyamuk dan kecoak
 Pastikan bahwa Bagian / Ruangan membuat dan melaksanakan prosedur rutin
untuk pembersihan, disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, peralatan
disamping tempat tidur dan pinggirannya, permukaan yang sering tersentuh dan
pastikan kegiatan ini dimonitor
 Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda dan permukaan tidak dapat
didisinfeksi sebelum dibersihkan dari bahan organik (ekskresi, sekresi pasien,
kotoran)
 Pembersihan ditujukan untuk mencegah aerosolisasi, dan menurunkan
pencemaran lingkungan
 Ikuti aturan pakai pabrik cairan disinfektan, waktu kontak dan cara
pengencerannya
 Disinfektan yang biasa dipakai Rumah Sakit : Natrium hipoklorit (pemutih),
alkhohol, komponen fenol, komponen ammonium quarternary, komponen
peroksigen
 Pembersihan area sekitar pasien :
 Pembersihan permukaan horizontal sekitar pasien harus dilakukan secara
rutin dan tiap pasien pulang  untuk mencegah aerosolisasi pathogen
infeksi saluran napas, hindari sapu, dengan cara basah (kain basah)
 Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop setelah dipakai (terkontaminasi)
 Peralatan pembersihan harus dibersihkan, dikeringkan tiap kali setelah pakai
 Mop di-laundry, dikeringkan tiap hari sebelum disimpan dan dipakai kembali
 Untuk mempermudah pembersihan, bebaskan area pasien dari benda-
benda / peralatan yang tidak perlu
 Jangan fogging dengan disinfektan, tidak terbukti mengendalikan infeks dan
berbahaya untuk lingkungan
 Pembersihan dapat dibantu dengan vacuum cleaner (pakai filter, HEPA).
 Jangan memakai karpet.
5. PERALATAN PERAWATAN PASIEN
 Desinfeksi peralatan perawatan pasien berdasarkan jenisnya :
1. Peralatan Kritikal
• Peralatan yang masuk kedalam pembuluh darah dan jaringan steril, risiko
infeksnya tinggi, maka peralatan ini harus dilakukan pemrosesan sterilisasi
• Contoh : instrument bedah, intravena kateter vena, kateter jantung, jarum suntik,
dialyser, dll
2. Peralatan Semi kritikal
• Peralatan yang masuk kedalam membrane mukosa, risiko infeksinya sedang,
maka alat ini harus melalui disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
• Contoh : ETT, spekulum telinga, hidung, vagina, mulut, spatel, dll
3. Peralatan Non kritikal
• Peralatan yang hanya menyentuh sekitar permukaan tubuh, risiko infeksinya
kecil bahkan tidak ada. Namun, peralatan ini melalui pemrosesan dekontaminasi
pembersihan setelah dipakai oleh pasien, jika terkontaminasi darah, caian tubuh
sekresi dan ekskresi harus di lakukan pemrosesan disinfeksi tingkat rendah
dengan larutan klorin 0,05%, alkohol 70% dan air dan deterjen sesuai indikasi
 Lepaskan bahan organik dari peralatan kritikal, semi kritikal dengan bahan
pembersih sesuai dengan SPO yang ada sebelum di DTT atau sterilisasi
 Tangani peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi
dengan benar sehingga kulit dan mucus membaran terlindungi, cegah baju
terkontaminasi, cegah transfer mikroba ke pasien lain dan lingkungan
 Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius telah dibersihkan dan
tidak dipakai untuk pasien lain
 Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dihancurkan melalui cara yang benar
dan peralatan pakai ulang diproses dengan benar
 Peralatan nonkritikal terkontaminasi didisinfeksi setelah dipakai. Peralatan
semikritikal didisinfeksi atau disterilisasi. Peralatan kritikal harus didisinfeksi
kemudian disterilkan.
 Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air panas dan detergen
 Bila tidak nampak kotor, lap permukaan peralatan yang besar (USG, X-Ray) setelah
keluar ruangan isolasi
 Bersihkan dan disinfeksi yang benar peralatan terapi pernapasan terutama setelah
dipakai pasien infeksi saluran napas
 Alat makan dicuci dalam alat pencuci otomatik atau manual dengan detergen tiap
setelah makan. Benda disposable dibuang ke tempat sampah
6. PENANGANAN LINEN
 Simpan linen bersih di dalam lemari tertutup
 Pisahkan penyimpanan linen bersih dengan linen
steril
 Bawa linen kotor dan bersih dalam keadaan
tertutup
 Memisahkan troley linen bersih dan linen kotor
 Memisahkan linen kotor ternoda darah atau
cairan tubuh dengan linen kotor tidak ternoda
 Menempatkan linen kotor tidak dilantai
 Persediaan linen sesuai kebutuhan
 Penanganan Linen Pasien Covid – 19 :
 Semua linen di ruang perawatan COVID-19 dianggap infeksius yang dibagi
menjadi dua yaitu :
- Linen kotor tidak ternoda darah atau cairan tubuh
- Linen ternoda darah atau cairan tubuh
 Pisahkan linen kotor ternoda darah dan cairan tubuh dengan linen kotor
tanpa noda darah dan cairan tubuh, masukan kewadah infeksius yang
tertutup dan diberi label. Semua linen harus dikemas (dimasukan dalam
plastik infeksius) didalam ruang perawatan pasien
 Ganti linen setiap satu atau dua hari atau jika kotor dan sesuai dengan kebijakan
RS
 Linen harus ditangani dan diproses khusus untuk mencegah kontak langsung
dengan kulit dan membaran mukosa petugas, mengkontaminasi pakaian petugas
dan lingkungan
 Gunakan APD yang sesuai dengan risiko saat menangani linen infeksius
 Tempatkan linen bersih pada lemari tertutup, dan tidak bercampur dengan
peralatan lainnya
 Penanganan transport dan proses linen yang terkena darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi dengan prosedur yang benar untuk mencegah kulit, mucus
membrane terekspos dan terkontaminasi linen, sehingga mencegah transfer
mikroba ke pasien lain, petugas dan lingkungan
 Buang terlebih dahulu kotoran (misal : feses) ke toilet dan masukkan linen
dalam kantong linen kotor yang infeksius
 Hindari menyortir linen di ruang rawat pasien. Jangan memanipulasi linen
terkontaminasi untuk hindari kontaminasi terhadap udara, permukaan dan
orang
 Cuci dan keringkan linen sesuai SOP, dengan air panas 70C, minimal 25
menit
 Bila dipakai suhu < 70 C pilih zat kimia yang sesuai
 Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama transportasi. Kantong
tidak perlu double
 Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD
7. PERLINDUNGAN KESEHATAN KARYAWAN
 Petugas wajib menjaga kesehatannya
 Petugas kesehatan :
 Jika sakit disarankan tidak bekerja dekat pasien
 Saat bekerja tidak memakai assesoris , tidak
memakai sandal jepit atau sepatu hak
 Tidak memanipulasi limbah benda tajam
 Bila tertusuk benda tajam  segera taati SPO
yang berlaku
 Berpakaian bersih sesuai peraturan RS
 Sudah mendapat imunisasi dasar (HBV)
8. PENEMPATAN PASIEN
 Tempatkan pasien yang berpotensial mengkontaminasi lingkungan atau
yang tidak dapat diharapkan menjaga kebersihan atau kontrol lingkungan
 ke dalam ruang rawat yang terpisah./ isolasi
 Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, konsultasikan dengan petugas PPI
 Tempat tidur berjarak >1 m
 Bila tidak memungkinkan lakukan kohorting (dikumpulkan)
 Bila tidak memungkinkan konsultasi dengan PPIRS
 Cara penempatan pasien sesuai jenis kewaspadaan terhadap transmisi
infeksi
 Pisahkan pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan lingkungannya
(pasien sakit jiwa / tidak terkendali)
9. PRAKTEK MENYUNTIK YANG AMAN
 Gunakan bak instrumen stainless , bukan keranjang plastik berubang-lubang
 Tidak direkomendasikan menggunakan spuit berulang kali (one needle, one
procedur, one time)  1 jarum, 1 tindakan, 1 kali
 Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi
 Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun multidose. Jarum atau spuit
yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai
untuk pasien lain
 Obat suntikan kalau sudah dilarutkan harus segera diberikan
 Berikan suntikan dengan teknik aseptik dan antiseptik
 Tidak perlu menyarungkan jarum suntik kembali jika tidak di butuhkan, jika
terpaksa harus menyarungkan jarum suntik kembali tutup dengan satu tangan
 Segera buang jarum suntik yang sudah dipakai ke tempat benda tajam tahan
tusuk dan tahan air
 Segera masukkan jarum kedalam safety bok setelah selesai penyuntikan
 Jangan recap jarum yang telah dipakai, memanipulasi jarum dengan tangan,
menekuk jarum, mematahkan dan melepas jarum dari spuit.
 Berhati-hati dalam bekerja saat menangani jarum, scalpel alat tajam lain yang
dipakai setelah prosedur, dan saat membersihkan instrument dan saat
membuang jarum untuk mencegah trauma
 Buang jarum, spuit, pisau, scalpel dan peralatan benda tajam habis pakai ke
dalam wadah tahan tusukan sebelum dibuang ke incinerator
 Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan ventilasi lain pengganti metoda
resusitasi mulut ke mulut
 Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian tubuh selain akan menyuntik
GAMBARAN YANG SALAH,
TIDAK SESUAI PRINSIP PPI
10. KEBERSIHAN PERNAFASAN ( ETIKA BATUK /
BERSIN )
 Perhatikan etika batuk atau bersin (menutup mulut dan hidung saat batuk/
bersin dengan tissue)
 Gunakan masker kain / masker bedah apabila mengalami ganguan sistem
pernafasan. Apabila tidak ada masker, maka tutup mulut dan hidung
menggunakan tissue / menggunakan lengan atas bagian dalam saat batuk atau
bersn. Tissue segera buang ke tempat sampah tertutup
 Buang tissue bekas ke tempat sampah (kuning) bila terkena sekret saluran
napas
 Lakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan sekret pernafasan
 Bila tidak tersedia sarana air mengalir, gunakan larutan alkohol handrubs
setelah kontak dengan sekret
 Jaga jarak dengan orang lain
 Pisahkan penderita dengan infeksi pernafasan idealnya >1 meter di ruang
tunggu RS
 Beri poster pada pintu masuk dan tempat strategis bahwa pasien rawat jalan atau
pengunjung dengan gejala klinis infeksi saluran napas harus menutup mulut dan
hidung dengan tissue kemudian membuangnya dan mencuci tangan
 Sediakan tissue dan wadah untuk limbahnya
 Sediakan sabun, wastafel dan cara mencuci tangan pada ruang tunggu pasien
rawat jalan atau alcohol handrub
 Pada musim infeksi saluran napas, tawarkan masker pada pasien dengan gejala
infeksi saluran napas, juga pendampingnya. Anjurkan untuk dudk berjarak > 1 m
dari yang lain
 Lakukan sebagai standar praktek
WHO
GUIDELINES
x x x √ √
11. PRAKTIK LUMBAL PUNKSI
 Masker : harus dipakai klinisi saat melakukan lumbal pungsi,
anaestesi spinal / epidural / pasang kateter vena sentral
 Tujuan : mencegah kontaminasi flora orofaring, dapat akibatkan
meningitis bakterial
Contact/Kontak Droplet/Percikan Airborne/Udara

>5µm Tek neg < 5µm

MRSA, VRE TBC, SARS


H5N1,H1N1
MDRO Meningitis

Bicara,batuk Bicara,batuk
Aerosol bersin Aerosol bersin

Sarung tangan Jarak Masker Bedah Jarak Jarak


Gaun Masker N 95
1m Wajah, Gaun 1m 2m
Kewaspadaan berdasarkan
Transmisi Kontak
1. Penempatan pasien :
 Kamar tersendiri atau kohort (dikumpulkan) dengan pasien
yang terinfeksi agen infeksi sama. Kohorting utk pasien
MRSA,VRE, ESBL (MDRO), BTA +
2. Alat Pelindung Diri :
 Sarung tangan
 Gaun  bila pakaian akan tercemar saat kontak dg pasien,
permukaan lingkungan, peralatan  pasien diare,
inkontinensia, kolonostomi, slang drainas).
 Lepaskan gaun /APD sebelum meninggalkan ruangan,
 Pastikan tidak menyentuh lagi permukaan tercemar dlm

ruangan
Kewaspadaan berdasarkan
Transmisi Kontak
• Penyakit menular lewat droplet, ditularkan melalui batuk, bersin dan
berbicara  droplet kecil dan droplet besar
• Percikan >5µm melayang di udara, dapat mengenai mukosa mata, hidung
atau mulut tanpa pelindung dan akan jatuh pada jarak < 1m
• Prosedur yang dapat menimbulkan aerosol  suctioning, bronkoskopi,
nebulising, intubasi
• B pertussis, Meningococcus, Avian Influenza, Streptococcus grup A,
Adenovirus, H1N1
Kewaspadaan berdasarkan
Transmisi Kontak
• Tempatkan pasien di kamar tersendiri atau kohort  dengan pasien infeksi
sama
• Bila tidak memungkinkan, beri jarak antar pasien > 1m
• Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan  pintu boleh terbuka
• Gunakan masker bedah dalam jarak 1 m dari pasien (2 m utk pasien flu burung)
• Minimalkan transportasi, pasangkan masker pada pasien saat proses
pemindahan
• Penggunaan APD  masker bedah,sarung tangan, gaun
Transmisi Droplet : jumlah mikroba dalam droplet

 Berbicara 10
 Batuk 100
 Bersin keras 10 000
Kewaspadaan berdasarkan
Transmisi Airborne / udara
 Partikel kecil < 5 uM, mengandung mikroba melayang / menetap di udara
beberapa jam  disebar sebagai aerosol melalui aliran udara dalam
ruangan atau sampai jarak jauh > 2 m
 Contoh :
- Mycobacterium TB
- Campak , Cacar Air
- Aspergillus sp,
- Tindakan yang menimbulkan aerosol pada TB, SARS
- Tindakan intubasi, suction, bronkoskopi
Kewaspadaan berdasarkan
Transmisi Airborne / udara
Penempatan pasien :
 Dalam ruangan tekanan negatif yang termonitor
 Pertukaran udara (ACH) 6 – 12 x per jam / 5 – 10 menit
 Jangan gunakan AC sentral  gunakan AC dgn filter HEPA (high
efficiency particulate air)
 Udara ruangan yang dibuang keluar disaring terlebih dahulu
 Pintu HARUS selalu tertutup rapat
 Kumpulkan pasien (kohort) dengan pasien infeksi sama bila tidak tersedia
ruang isolasi khusus
Kewaspadaan berdasarkan
Transmisi Airborne / udara
 Petugas wajib menggunakan respirator partikulat N-95 jika melakukan
tindakan yang menghasilkan aerosol atau bila masuk ke dalam ruangan
isolasi
 Batasi gerak pasien  tidak diperbolehkan keluar ruangan
 Edukasi pasien untuk etika batuk
 Kenakan masker bila pasien dibawa keluar ruangan isolasi (konsul,
tindakan di ruang lain)
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai