Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

PETUNJUK PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK I


Dosen: Ns. Reginus Tertius Malara., M.Kep
JADWAL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK I:
1. Senin 18 Mei 2020 (Kelas A1 jam 10.00-11.30 dan Kelas A2 jam 12.00-13.30).
Topik: Pencegahan Infeksi (Cuci Tangan, Memakai APD, Prinsip steril &
nonsteril) dan Pemberian oksigen.
2. Rabu, 20 Mei 2020 (Kelas A1 jam 10.00-11.30 dan Kelas A2 jam 12.00-13.30).
Topik: Terapi Inhalasi (Nebulizer) & Suctioning).
3. Rabu, 25 Mei 2020 (Kelas A1 jam 10.00-11.30 dan Kelas A2 jam 12.00-
13.30).
Topik: Pemasangan infuse & Transfusi darah
Sarana Pembelajaran : Secara daring dari rumah bagi mahasiswa melalui Video conference
(Zooom Cloud Meeting app) dan digital documents.
Cat: Selama masa darurat Coronavirus Disease (Covid-19)

(sebelum memulai perkuliahan harap mahasaiswa membaca dan memahami setiap petunjuk
PRAKTIKUM dibawah ini)

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Mahasiswa mampu memenerapkan keahlian keperawatan yang berfokus kepada respon anak dan
keluarganya pada setiap tahap perkembangan mulai lahir sampai akhir masa remaja baik dalam
keadaan sehat ataupun sakit akut, di masyarakat ataupun dirawat di rumah sakit, serta intervensi
keperawatannya baik yang bersifat mandiri maupun kolaboratif.

Kemampuan Akhir Yang Diharapkan:


Mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi pada anak
sehat/sakit akut dengan menerapkan konsep ilmu dasar keperawatan sesuai SOP serta menerapkan
prinsip atraumatic care, legal dan etis.

Bentuk Pembelajaran:
 Bentuk: Video conference (Zooom Cloud Meeting app) atau sejenis
 Metode: Simulasi, Case Study, Video dan Praktek mandiri

Teknis Pelaksanaan Praktikum


• Praktikum akan dilakukan daring dengan menggunakan aps. Zoom Cloud Meeting atau
sejenisnya.
• Metode: Simulasi, Case Study dan Video
• Mahasiswa akan di Berikan standart oprasional prosedur (SOP) sebelum dilakukan
praktikum.
• Mahasiswa wajib mempelajari topik praktikum sebelum dilaksanakan praktikum
• Pada Awal dan Akhir praktikum akan dilakukan evalusi terkait topik praktikum
Daftar Referensi:
 Burn, C.E., Dunn, A.M., Brady,M.A., Starr N.B., Blosser C.G. (2016). Pediatric Primary Care. 5th edition. Saunders:
Elsevier Inc
 Hockenberry, M.J. & Wilson,D. (2014). Wong’s Nursing Care of Infant and Children. 10th edition. Mosby: Elsevier Inc
 Richardson, Beth (2020). Pediatric primary care: practice guidelines for nurses. Fourth edition. Jones & Bartlett
Learning, LLC,
 Tim Ajar Keperawatan Anak. (2010). Prosedur Ketrampilan Klinik Keperawatan Anak. Jakarta: STIK “Sint Carolus”.
1
TOPIK 1
Pencegahan Infeksi (Cuci Tangan, Memakai APD, Prinsip steril & nonsteril)

Pencegahan Infeksi : Mencuci Tangan Biasa dan Steril


 Definisi: Membersihkan ujung jari tangan sampai ke siku dengan cara menggosok dengan sabun
dan sikat atau scrub secara bersama yang kemudian dibilas di bawah air mengalir.
 Indikasi: Sebelum dan sesudah melakukan asuhan keperawatan secara langsung dan tidak
langsung pada pasien
 Tujuan: Membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan, Sebagai pencegahan
dan pengontrolan penularan infeksi, Sebagai persiapan operasi

KOMPONEN
Persiapan Alat:
 Air mengalir/ wastafel
 Sabun cair biasa atau sabun antimikrobial atau cairan desinfektan lain
 Sikat tangan atau scrub
Persiapan Perawat
 Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
 Sebelum & sesudah tindakan/aseptic
 Setelah terpapar cairan tubuh pasien
 Sebelum & sesudah melakukan tindakan invasive
 Setelah menyentuh area sekitar pasien/lingkungan
Pelaksanaan:
1. Ratakan sabun dengan menggosok pada telapak kedua tangan
2. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari, lakukan pada kedua tangan
3. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari kedua tangan
4. Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan saling mengunci
5. Gosok ibu jari kiri dengan di putar dalam genggaman tangan kanan, lakukan juga pada tangan
satunya.
6. Usapkan ujung kuku tangan kanan dengan diputar ditelapak tangan kiri, lakukan juga pada tangan
satunya lalu dibilas.
Evaluasi
Pastikan perawat mencuci tangan dengan tahapan yang benar dan lengkap

Pencegahan Infeksi : Alat Pelindung Diri (APD)


 Definisi: Alat Pelindung Diri perorangan adalah alat yang digunakan seseorang dalam melakukan
pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya tertentu, baik yang
berasal dari pekerjaan maupun lingkungan pekerjaan dan berguna dalam usaha untuk mencegah
atau mengurangi kemungkinan cedera atau sakit.
 Tujuan: melindungi diri sendiri yang dalam hal ini merupakan petugas kesehatan dan juga untuk
melindungi pasien dari invasi mikroba patogen.
 Hal-hal penting yang harus diperhatikan pada pemakaian APD :
1. Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki ruangan,
2. Gunakan dengan hati-hati, jangan menyebarkan kontaminasi
3. Lepas dan buang secara hati ke tempat limbah infeksius yang telah disediakan di ruang ganti
khusus. Lepas masker di luar ruangan
4. Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah-langkah membersihkan tangan sesuai
dengan pedoman
 Jenis-jenis APD beserta penggunaannya menurut Departemen Kesehatan RI, 2007

2
No Komponen Utama Penggunaan

1 Sarung tangan  Digunakan bila terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh, dan bahan yang
terkontaminasi
 Digunakan bila terjadi kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka
 Sarung tangan rumah tangga daur ulang, bisa dikenakan saat menagani
sampah atau melakukan pembersihan
 Gunakan prosedur ini mengingat resiko terbesar adalah paparan cairan
darah, tidak mempedulikan apa yang diketahui tentang pasien
 Jangan didaur ulang. Sarung tangan steril harus selalu digunakan untuk
prosedur antiseptik misalnya pembedahan
 Jangan mengurangi kebutuhan cuci tangan meskipun telah memakai sarung
tangan
 Penggunaan sarung tangan dan kebersihan tangan merupakan komponen
kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan mempertahankan
suatu lingkungan bebas infeksi (Garner dan Favero dalam Pedoman
Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya)

2 Masker/Respirator  Melindungi selaput lendir mata, hidung dan mulut saat terjadi kontak atau
untuk menghindari cipratan dengan darah dan cairan tubuh
 Gunakan untuk pasien dengan infeksi respirasi
 Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus jika
penyaringan udara dianggap penting misalnya pada perawatan seseorang
yang dicurigai atau menderita flu burung atau SARS.

3 Alat Pelindung Mata  Gunakan bila terdapat kemungkinan terpapar cairan tubuh untuk
melindungi mata
 Kacamata memberi sedikit perlindungan, tetapi tidak memberikan
perlindungan menyeluruh

4 Gaun Pelindung  Lindungi kulit dari darah dan cairan tubuh


 Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam
lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui droplet/airbone.
 Cegah pakaian tercemar selama prosedur klinis yang dapat berkontak
langsung dengan darah dan cairan tubuh

5 Topi  Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit
dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan
 Tujuan utama untuk melindungi pemakai/petugas dari darah atau cairan
tubuh yang terpercik atau menyemprot.

6 Apron/Skort/celemek  Terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air sepanjang
bagian depan tubuh petugas kesehatan.
 Mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan
langsung pada pasien, membersihkan pasien, atau melakukan prosedur
dimana ada risiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi.

7 Pelindung kaki  Melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang
mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas tubuh.
 Hindari menggunakan sandal jepit atau sepatu yang terbuat dari bahan
lunak(kain) tidak boleh dikenakan.

3
Terapi oksigen
 Definisi: Oksigen adalah suatu zat yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak
terlihat, mempunyai berat lebih rendah dibandingkan udara. Terapi oksigen adalah pemberian
oksigen pada klien untuk mengatasi hipoksia.
 TUJUAN: Untuk mempertahankan oksigenisasi yang adekuat bagi jaringan terutama otak dan
jantung.
 PROSEDUR :

No. KOMPONEN
A. PENGKAJIAN
 Kaji Identitas
 Kaji status pernafasan anak.
 Kaji adanya riwayat medis sehubungan dengan status pernafasan klien.
 Kaji kembali pesanan medik untuk konsentrasi oksigen yang diperlukan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan, hambatan upaya
B. bernafas
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai oksigen, hypofentilasi
alveolar
 Kecemasan berhubungan dengan kebutuhan informasi yang tidak terpenuhi mengenai tujuan,
prosedur dan tindakan pencegahan dan administrasi oksigenisasi
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi dari pengiriman oksigenisasi
C. PERENCANAAN
Persiapan Alat :
 Tabung oksigen lengkap dengan flow meter, humidifier.
 Nasal kateter/kanul (anak 8-10 Fr)/masker.
 Air hangat dan kom.
 Plester

Persiapan Klien dan Keluarga :


 Jelaskan tujuan tindakan.
 Jelaskan kemungkinan adanya rasaa tidak nyaman.
 Jelaskan partisipasi klien selama tindakan dilakukan.
Beri posisi yang nyaman bagi klien (semi fowler jika memungkinkan), bila perlu pasang tabir di
sekeliling tempat tidur

No. KOMPONEN
D. PELAKSANAAN
 Mengontrol humidifer dan flow meter.
 Mengontrol apakah peralatan berfungsi.
 Mencuci tangan.
 Identifikasi kebutuhan klien untuk :
 Jumlah liter oksigen yang dibutuhkan.
 Cara pemberiannya.
 Reaksi klien.
 Cara pemberian Nasal Kanul :
 Pastikan bahwa rongga hidung bebas dari mucus.
 Pasang kanul secara tepat pada hidung, kemudian fiksasi pada kuping hidung
 Sisa kanul fiksasi di dekat telinga sehingga posisi kanul menjadi paten.
 Beri posisi nyaman.
Perkiraan Konsentrasi O2
1L = 24 – 25 %
2L = 27 - 29 %
3L = 30 – 33 %
4L = 33 – 37 %
5L = 36 - 41 %
4
6L = 39 – 45 %
 Cara pemberian masker :
 Memasang slang masker pada perangkat oksigen .
 Mengatur aliran oksigen sesuai yang diinginkan.
 Memassang masker pada wajah anak, tempatkan di atas dagu, mulut dan hidung
 Pastikan bahwa posisi klien nyaman.
 Mengkaji respon klien setelah 15 – 30 menit pemberian oksigen.
 Memonitor peralatan setiap 2 – 3 jam.
1. Nilai SaO2 menggunakan pulse oxymetry
2. Kateter nasal atau prongs yang bergeser
3. Kebocoran sistem aliran oksigen
4. Kecepatan aliran oksigen tidak tepat
5. Jalan napas anak tersumbat oleh lendir/kotoran hidung (bersihkan hidung dengan
ujung kain yang lembap atau sedot perlahan).
 K/p lakukan suction
E. EVALUASI
 Kebutuhan oksigenisasi anak terpenuhi.
 Tidak terjadinya hypoxia dan hyperoxia.
 Kecemasan anak akan pemberian terapi oksigen dapat diminimalkan.
 Anak toleransi terhadap prosedur.
F. DOKUMENTASI
Catat :
 Kapan pemberian oksigen dimulai, berapa konsentrasinya.
 Perubahan kondisi muncul pada anak selama terapi dan setelah terapi.
 Respon anak selama prosedur berlangsung.
 Nama dan paraf perawat.
 Cuci tangan

5
Topik 2
Terapi Inhalasi (Nebulizer)
 Definisi: Terapi inhalasi (nebuliser) adalah pemberian obat yang dilakukan secara hirupan/inhalasi dalam
bentuk aerosol ke dalam saluran napas
 Prinsip alat nebulizer adalah mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol sehingga dapat
dihirup penderita dengan menggunakan mouthpiece atau masker. Dengan nebulizer dapat dihasilkan
partikel aerosol berukuran antara 2-5 μ. Alat nebulizer terdiri dari beberapa bagian yang terpisah yang
terdiri dari generator aerosol, alat bantu inhalasi (kanul nasal, masker, mouthpiece) dan cup (tempat obat
cair).
 Tujuan: Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan, Melonggarkan jalan napas
 Model nebulizer terdiri dari 3 yaitu :
1. Nebulizer jet-aerosol dengan penekan udara (compressor nebulizer) = memberikan tekanan udara dari
pipa ke cup yang berisi obat cair untuk memecah airan ke dalam bentuk partikel-partikel uap kecil yang
dapat dihirup ke dalam saluran napas

2. Nebulizer ultrasonik (ultrasonic nebulizer) = menggunakan gelombang ultrasounik (vibrator dengan frekuensi
tinggi) untuk secara perlahan merubah obat dari bentuk cair ke bentuk aerosol basah.

3. Nebulizer mini portable (portable nebulizer) = bentuknya kecil, dapat dioperasikan dengan menggunakan baterai
dan tidak berisik sehingga nyaman digunakan

 INDIKASI
1. Asma Bronkialis
2. Penyakit Paru Obstruksi Kronik
3. Sindroma Obstruksi Post TB
4. Mengeluarkan dahak
PEMILIHAN OBAT
Obat yang akan digunakan untuk terapi inhalasi akan selalu disesuaikan dengan diagnosis atau
kelainan yang diderita oleh pasien. Obat yang digunakan berbentuk solutio (cairan), suspensi atau
obat khusus yang memang dibuat untuk terapi inhalasi. Golongan obat yang sering digunakan
melalui nebulizer yaitu beta-2 agonis, antikolinergik, kortikosteroid, dan antiobiotik.
INTERPRETASI
1. Bronkospasme berkurang atau menghilang
2. Dahak berkurang

6
No. KOMPONEN
A. PENGKAJIAN
 Kaji Identitas klien
 Kaji status pernafasan anak.
 Kaji adanya riwayat medis sehubungan dengan status pernafasan klien.
 Alergi obat atau sensitivitas terhadap lateks
B DIAGNOSA
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sumbatan jalan napas,
 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan spasme jalan napas, dan
 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi mucus yang berlebihan

C. PERENCANAAN
Mempersiapkan alat sesuai yang dibutuhkan :
 Mesin Nebulizer (main unit),
 Air hose (selang)
 Nebulizer kit (masker, mouthpiece, cup)
 Obat-obatan
 Spuit 5 cc
 Aquades

Memperhatikan jenis alat nebulizer yang akan digunakan (sumber tegangan, tombol OFF/ON), memastikan
masker ataupun mouthpiece terhubung dengan baik, persiapan obat)

Persiapan Klien dan Keluarga :


 Jelaskan tujuan tindakan.
 Jelaskan kemungkinan adanya rasaa tidak nyaman.
 Jelaskan partisipasi klien selama tindakan dilakukan.
 Beri posisi yang nyaman bagi klien (posisi duduk atau berbaring)
D. PELAKSANAAN
 Menghubungkan nebulizer dengan sumber tegangan
 Menghubungkan air hose, nebulizer dan masker/mouthpiece pada main kit
 Buka tutup cup, masukkan cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang telah
ditentukan.

7
 Gunakan mouthpiece atau masker sesuai kondisi pasien
 Mengaktifkan nebulizer dengan menekan tombol ON pada main kit. Perhatikan jenis
alat, pada nebulizer tertentu, pengeluaran uap harus menekan tombol pengeluaran obat
pada nebulizer kit.
 Mengingatkan penderita, jika memakai masker atau mouthpiece, uap yang keluar
dihirup perlahan-lahan dan dalam secara berulang hingga obat habis (kurang lebih 10-
15 menit)

 Tekan tombol OFF pada main kit, melepas masker/mouthpiece, nebulizer kit, dan air
hose
 Menjelaskan kepada penderita bahwa pemakaian nebulizer telah selesai dan
mengevaluasi penderita apakah pengobatan yang dilakukan memberikan
perbaikan/mengurangi keluhan
 Membersihkan mouthpiece dan nebulizer kit serta obat-obatan yang telah dipakai
E. EVALUASI
 Klien menunjukan kondisi pernafasannya mengalami perbaikan atau tidak, Klien tidak
memperlihatkan atau memperlihatkan tanda dan gejala gawat napas
 Kecemasn anak akan pemberian terapi inhalasi dapat diminimalkan.
 Anak toleransi terhadap prosedur.
F. DOKUMENTASI
Catat :
 Kapan pemberian terapi inhalasi dimulai, Obat-obatan yang digunakan
 Perubahan kondisi muncul pada anak selama terapi dan setelah terapi.
 Respon anak selama prosedur berlangsung.
 Nama dan paraf perawat.

Suctioning
 Definisi: penghisapan sekret di jalan napas melalui karet/polyethylene yang dihubungkan dengan
mesin suction.
 Tujuan : Mengeluarkan sekret/cairan pada jalan napas, mempertahankan patensi jalan nafas, dan
untuk mencegah infeksi dari akumulasi cairan sekret
 Indikasi:
1. Bila terjadi gurgling (suara nafas berisik seperti berkumur)
2. Penurunan tingkat kesadaran,
3. Penerunan refleks batuk
 Prosedur
A. Persiapan alat
1. Mesin suction (portable atau wall suction) lengkap dengan manometer dan penampung sputum
yang berisi desinfektan.
2. Catheter suction (steril atau re-use) sesuai ukuran:
8
3. 1 set alat steril yang terdiri dari: 2 buah cucing (mangkuk,com) dan Kasa
4. Korentang,
5. Air steril (Aquabidest)
6. Larutan savlon
7. Alkohol,
8. Sarung tangan steril,
9. Kom steril (untuk tempat catheter suction re-use),
10. Handuk kecil,
11. Silco spray (bila ada).
12. Stetoskop,
13. Masker,
14. Bengkok, dan Ember berisi larutan clorine 0,5%.
B. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Program Dokter
3. Kepatenan jalan napas
4. Status ventilasi klien
5. Pengaturan alat yang terpasang pada klien, dan
6. Tingkat kesadaran klien
C. Diagnosa
1. Ketidakadekuatan pola napas berhubungan dengan paralisi otot,
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan usaha batuk lemah,
D. Perencanaan
1. Cuci tangan,
2. Persiapakan alat sesuai kebutuhan
E. Implementasi
1. Persiapan Klien:
a. Mengidentifikasi identitas klien,Menjelaskan prosedur, manfaat dan hal-hal yang perlu dilakukan
klien pada saat penghisapan dilakukan.
b. Siapkan posisi klien sesuai dengan letak sputum, bantu dengan fisioterapi nafas (yang sesuai
dengan kebutuhan klien) dan atau berikan nebulisasi terlebih dahulu.
c. Atur pelaksanaan suctioning: sebelum makan atau 2 jam setelah makan atau sesuai kebutuhan
d. Letakkan handuk di bawah bantal atau di bawah dagu.
2. Persiapan Lingkungan:
a. Menjaga privasi klien dengan memasang penghalang atau menutup pintu.
b. Jauhkan dari sumber polusi
3. Pelaksanaan Tindakan:
a. Mempersiapkan alat-alat dan mengatur posisinya di samping tempat tidur.
b. Cek fungsi mesin suction dan atur tekanan.
Wall suction : Anak 95-110 mmHg, Bayi 50-95 mmHg
Portable suction : Anak 5 – 110 mmHg, Bayi 2 – 5 mmHg
c. Mencuci tangan dan mengenakan masker
d. Buka set steril, siapkan dalam kom masing-masing diisi dengan larutan savlon dan air steril
(aquabidest).

9
e. Bila menggunakan kateter suction yang masih dalam kemasan steril, buka dan dengan
mempertahankan kesterilan letakkan pada area steril.
f. Bila menggunakan kateter suction re-use, ambil kateter suction dari kom steril dengan
menggunakan korentang dan letakkan pada area steril.

Atau
g. Gunakan sarung tangan steril pada tangan dominan dan tangan tidak dominan boleh tidak
steril.
h. Dengan tangan dominan ambil kateter suction sesuai kebutuhan, ambil kasa steril dan basahi
dengan alkohol.
i. Nyalakan mesin suction dengan tidak dominan.
j. Bila CS re-use bersihkan bagian luar dan bagian dalam kateter tersebut dengan cara
menghisapkan pada kasa basah atau pada aquabidest steril.
k. Ambil selang penghubung mesin suction dengan tangan yang tidak dominan dan hubungkan
dengan pangkal kateter.
l. Lakukan oksigenasi
m. Masukkan CS sampai menyentuh carina dengan posisi tidak menghisap.
n. Tarik CS 1 cm kemudian lakukan penghisapan secara intermitten dengan membuka dan
menutup vent, sambil memutar dan menarik CS (tidak > 15 detik).
o. Lakukan oksigenasi (bisa sambil melakukan fisioterapi nafas ulang dengan tangan yang tidak
dominan).
p. Bersihkan CS dengan kasa, larutan savlon dan kemudian aquabidest steril.
q. Ulangi tindakan penghisapan sampai sekret bersih.
r. Sambil melakukan penghisapan perhatikan nadi dan SaO2 klien. Saat penghisapan dilakukan
motivasi klien untuk batuk efektif.
s. Tetap perhatikan kesterilan CS selama tindakan.
t. Auskultasi kembali apakah sekret sudah benar-benar bersih.
u. Kalau perlu lakukan penghisapan di area hidung dan mulut klien bila tindakan akan segera
diakhiri. Bila sudah bersih masukkan CS ke dalam larutan desinfektan dan lepaskan sarung
tangan.
v. Merapikan klien dan tempat tidur klien. Mengembalikan alat-alat pada tempat semula.
w. Mencuci tangan.
4. Evaluasi dan Dokumentasi
F. Evaluasi
1. Tidak ada atau terdapat bunyi napas bersih pada pemeriksaan auskultasi,
2. Apakah frekuensi napas klien dalam batas normal,
3. Klien tampak tenang atau tidak selama tindakan, dan
4. Tidak memperlihatkan atau memperlihatkan tanda-tanda kecemasan.
G. Dokumentasi
1. Mengkaji kembali kebersihan jalan nafas klien,
2. Observasi adanya koplikasi perdarahan,
3. Observasi jumlah, konsistensi dan warna dari sekret,
4. Observasi SaO2 dan hasil BGA (bila perlu),
5. Perubahan tanda vital yang signifikan,
6. Toleransi klien terhadap terapi,
7. Penggunaan oksigen sebelum terapi dan pemasangan kembali oksigen setelah terapi,
8. Catat tindakan dan berbagai temuan yang ada.

10
Topik 3
Pemasangan infuse, Transfusi darah & Exchange transfusion

Pemasangan infuse (IV-LINE)


 Definisi: Memasang selang infus dengan membuat line (jalur) melalui pembuluh darah dengan
memasukkan venflon, abocath atau surflo (jarum kaku dan tajam yang dilapisi plastik).
 Tujuan:
1. Memberikan cairan pada klien,
2. Memberikan nutrisi parenteral pada klien, dan
3. Memberikan obat-obatan (intravena per drip atau bolus) pada klien.
 Indikasi:
1. Pasien tidak sadar,
2. Pasien pre dan post operasi besar,
3. Pasien dengan pemberian infus dan obat-obatan (intravena per drip atau bolus), dan
4. Pasien dengan kehilangan cairan atau darah.

NO KOMPONEN
Persiapan Alat
Trolley yang berisi:
1. IV catheter (abocath), Venflon atau surflo sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan:
 Infant: 24-25
 Anak-anak: 22-24
2. Infus set (mikro) atau blood set
3. Cairan infuse atau obat sesuai kebutuhan klien
4. Standart infuse
5. Sarung tangan dispossible
6. Tourniquet
7. Kapas alcohol/wippy
8. Kassa steril
9. Plester/Microphore
10. Hansaplast atau transparent dressing (balutan transparan seperti tegaderm)
11. Bengkok (Nierbekken)
12. Gunting
13. Alas/Perlak
14. Spalk
Pengkajian
1 Alasan rasional pemasangan infus pada klien
2 Program jenis cairan dan kecepatan aliran cairan dan atau tempat IV yang khusus,
3 Status kulit pada tangan dan lengan,
4 Kemampuan klien untuk mencegah pergerakan tangan atau lengan selama prosuderal
5 Alergi terhadap plester, iodin, atau antibiotik
6 Pengetahuan klien tentang terapi IV.
Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan buruknya asupan oral,

2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosuderal invasive

Perencanaan
1 Persiapkan jenis cairan sesuai dengan kebutuhan pasien,
2 Pilihlah venflon, abocath atau surflo sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.
Implementasi
1. Pengkajian
Mengkaji kebutuhan klien untuk pemasangan infus (iv-line).
Cek kembali instruksi dokter, menentukan/mengidentifikasi jenis, jumlah dan waktu cairan,
obat atau darah yang akan diberikan.
11
Mengkaji apakah klien membutuhkan pengambilan spesimen darah.
2 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan infus (iv-line) pada klien dan atau keluarga.
3 Mempersiapkan alat-alat dan mengatur posisinya di samping tempat tidur
4 Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
5 Mengatur cahaya agar penerangan baik
6 Pilih lokasi pada vena yang besar dan bagian distal
Pasang perlak/pengalas
Siapkan plester
7 Pasang infus set ke cairandengan langkah:
a. Buka infus set. Geser bagian klem hingga 10 cm dari bagian ruang tetesan dan tutup klem
dengan cara diputar kebawah
b. Hubungkan infus set dengan botol cairan infus kemudian gantungkan
c. Isi cairan pada infus sel dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruang tetesan terisi
sebagian, kemudian buka klem dan alirkan cairan hingga slang terisi dengan air dan udaranya
keluar
8 Lakukan pembendungan dengan tourniquet (jika bayi dibedong, kecuali ekstremitas yang hendak
ditusuk. k/p minta bantuan perawat lain untuk memegang bagian lutut dan bahu klien)

9 Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol/wippy dengan gerak sirkuler dari tengah
keluar

10 Tangan kiri perawat memfikasi ekstremitas lokasi penusukan dan tangan kanan memegang abocath.
Perkirakan panjangnya jarum yang akan masuk ke vena k/p ambil jarak tertentu pada bagian bawah
vena yang tampak

11 Tusukakan IV catheter (abocath) ke dalam vena secara perlahan dengan lubang jarum menghadap ke
atas, sudut 30-45
k/p anjurkan klien tarik napas atau ajak bercakap-cakap

12 Bila jarum telah menusuk vena, turunkan sudut hampir sejajar kulit lalu masukkan secara perlahan

13 Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam catheter, bila ada maka maindrain
sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil kateter dimasukan perlahan-lahan

14 Tourniquet dilepaskan

15 Menyambingkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan cairannya sedikit, dan
sambil dibiarkan menetes sedikit

16 Memberi plester (adhesive bandage) pada area penusukan


Jika menggunakkan pembalut transparan:
o Pastikan area insersi bersih dan kering
o Buka bungkus paket tersebut dan dengan teknik aseptic buka pembalut transparan, hindari
menyentuh permukaan yang steril
o Letakkan pembalut secara langsung pada area insersi. Jangan tutupi tubing.
o Juga, jangan tarik pembalut karena menyebabkan rasa gatal
17 Member plester (fiksasi) dengan benar dan mempertahankan keamanan kateter/abocath agar tidak
tercabut.

12
Teknik Fiksasi:

Metode Chevron
o Potong plester (ukuran ½ inch) agak panjang. Letakkan bagian lengketnya menghadap atas
dibawah hubungan
o Silangkan ujung plester melewati hub dan jaga plester tsb dari kulit pasien pada sisi yang
berlawanan dari hubungan
o Tempelkan plester (ukuran ½ - 1 inch) menyilangi kedua sayap chevron.
o Kelilingi tabung dan lindungi dengan sepotong plester 1 inch yang lain.

Metode U
o Potong plester (ukuran ½ inchi).
Dengan bagian lengketnya menghadap ke atas, letakkan plester tersebut dibawah hubungan dan
kateter
o Arahkan kedua sisi isolasi tsb ke atas, kemudian lipat melewati sayap kateter, tekan ke bawah
sejajar dengan hubungan

Metode H
o Potong 3 strip plester (ukuran ½ inch).
o Letakkan satu strip pada setiap sayap, dengan menjaga sejajar dengan kateter
o Letakkan strip yang ketiga tegak lurus Kedua strip awal, letakkan plester tepat di atas sayap.
Pastikan kateternya terlindung
18 Pasang plester berikutnya untuk mengamankan slang infuse & Pasang spalk dan plester

19 Atur tetesan infus sesuai kebutuhan

20 Beri etiket pada selang infus dan kateter: Tanggal, bulan, jam pemasangan dan Nama perawat yang
memasang

21 Pada botol infus tuliskan: Lamanya pemberian cairan/jam (mulai jam ...s/d...) Frekuensi,
cairan yang ke berapa?, Banyaknya tetesan/menit yang diberikan
22 Rapikan posisi klien. Berikan pujian untuk kerjasama klien selama pengambilan darah & bereskan
alat-alat

23 Buka sarung tangan dan cuci tangan

Evaluasi
Tempat insersi IV bersih dan kering, tanpa nyeri, kemerahan, dan pembengkakan atau tidak
Dokumentasi
1 Perawat melihat reaksi dan respon dari pasien setelah melakukan tindakan:
 Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap pemberian tindakan
2 Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi/respon klien
terhadap pemasangan infus, cairan dan tetesan yang diberikan, nomor abocath, vena yang dipasang,
dan perawat yang melakukan) pada catatan keperawatan

13
Transfusi darah
 Definisi: Tranfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah seperti plasma,
sel darah merah kemasan atau trombosit melalui IV.
 Masalah yang berkaitan dengan transfusi darah
Darah dapat menjadi media penularan infeksi (seperti malaria, hepatitis B dan C, HIV). Oleh karena itu
lakukan skrining donor darah seketat mungkin. Untuk memperkecil risiko, beri transfusi darah hanya
jika sangat diperlukan.
 Tujuan:
 Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau perdarahan.
 Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien yang
mengalami anemia berat.
 Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misal: faktor pembekuan plasma
untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien yang menderita hemofilia).
 Indikasi pemberian transfusi darah
Lima indikasi umum transfusi darah:
1. Kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah hilang dan perdarahan masih terus
terjadi.
2. Anemia berat
3. Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan sebagai
tambahan dari pemberian antibiotik)
4. Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan, karena komponen
darah spesifik yang lain tidak ada
5. Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat.
 Memberikan Transfusi Darah
Sebelum pemberian transfusi, periksa hal sebagai berikut:
1. Golongan darah donor sama dengan golongan darah resipien dan nama anak serta nomornya
tercantum pada label dan formulir (pada kasus gawat darurat, kurangi risiko terjadinya
ketidakcocokan atau reaksi transfusi dengan melakukan uji silang golongan darah spesifik atau
beri darah golongan O bila tersedia)
2. Kantung darah transfusi tidak bocor
3. Kantung darah tidak berada di luar lemari es lebih dari 2 jam, warna plasma darah tidak merah
jambu atau bergumpal dan sel darah merah tidak terlihat keunguan atau hitam
4. Tanda gagal jantung. Jika ada, beri furosemid 1mg/kgBB IV saat awal transfusi darah pada
anak yang sirkulasi darahnya normal. Jangan menyuntik ke dalam kantung darah.

14
 Prosedur
a. Persiapan Alat
1. Unit darah lengkap, PRC atau komponen lainnya,
2. Set pemberian darah dengan filter 170-260μ, Filter darah tambahan, jika perlu, Pompa IV
jika perlu,
3. 250 ml salin normal untuk infus,
4. Tiang infus,
5. Set pungsi vena yang terdiri dari jarum atau kateter 20G,
6. Kapas alkohol,
7. Plester, dan
8. Sarung tangan.
b. Persiapan Pasien
1. Cek gelang pengenal klien,
2. Bantu klien ke posisi yang nyaman, baik duduk atau berbaring
3. Pajankan lokasi IV dan jaga privasi klien.
c. Pengkajian
1. Cek program dokter.
2. Cek formulir permintaan dan label kantong darah, cek nama, identitas, nomor identifikasi,
golongan darah, kelompok rh, no darah donor dan no kadaluwarsa
d. Perencanaan
1. Pasang jalur intavena.
2. Jika klien sedang diberikan infus larutan IV, periksa apakah jarumnya sesuai untuk tranfusi
darah (20 G atau lebih besar).
3. Jika klien tidak sedang diberikan larutan infus, maka harus dilakukan fungsi vena.
e. Implementasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur.
2. Berikan privasi klien.
3. Cuci tangan dan pertahankan universal precaution.
4. Persiapakan perlengkapan infus.
 Pastikan filter darah di dalam bilik tetes sesuai untuk komponen darah yang akan
ditranfusikan. Sambungkan slang darah ke filter darah, jika perlu.
 Pasang sarung tangan
 Tutup semua klem
 Tusukkan spike ke wadah larutan salin
 Gantungkan Wadah IV pada tiang infus, sekitar 1m di atas lokasi pungsi vena
5. Alirkan cairan kedalam slang
a. Buka klem atas pada slang salin normal, dan mengisi pencet bilik tetes sampai
merendam filter.
b. Ketuk ruang filter untuk mengeluarkan udara dalam filter
c. Buka klem aliran utama, dan isis slang dengan salin.
d. Tutup kedu klem.
6. Mulai alirkan larutan salin.
a. Jika larutan IV yang sedang digunakan tidak cocok dengan darah, hentikan infus.
b. Sambungkan slang darah yang terisi salin normal ke kateter intravena
c. Buka klem wadah salin dan klem aliran utama, lalu atur kecepatan aliran.
d. Infuskan sejumlah kecil larutan untuk memastikan tidak ada masalah dengan aliran
atau lokasi pungsi vena.
7. Dapatkan komponen darah yang tepat untuk klien
8. Siapkan kantong darah
a. Bolak-balikkan kantong darah perlahan beberapa kali untuk mencampur sel dengan plasma.
b. Buka port pada kantong darah dengan menarik penutupnya.
c. Tusukkan spike pada set Y ke port kantong darah
d. Gantungkan kantong darah
9. Lakukan tranfusi darah.

15
a. Tutup klem atas yang berada di bawah wadah larutan salin.
b. Buka klem atas yang berada di bawah kantong darah. Darah akan mengalir mengisi bilik
tetes yang terisi larutan salin. Jika perlu, pencet bilik tetes untuk mengatur kembali
ketinggian cairan dalam bilik tetes, yaitu terisi sepertiga penuh. (Ketuk filter untuk
mengeluarkan sisa udara yang ada dalam filter)
c. Atur kembali kecepatan aliran dengan menggunakan klem aliran utama.
10. Observasi klien dengan cermat
a. Alirkan darah secara lambat pada 15 menit pertama, yaitu 20x/menit
b. Perhatikan reaksi merugikan, seperti menggigil, muntah, mual, ruam kulit atau takikardi.
c. Ingatkan keluarga untuk segera memanggil perawat jika ada gejala tidak wajar selama
tranfusi
11. Dokumentasi
f. Evaluasi
1. Pantau klien, 15 menit setelah tranfusi dimulai, periksa tanda-tanda vital klien.
2. Kaji TTV setiap 30 menit atau lebih sering bergantung pada status kesehatan.
g. Dokumentasi
a. Catat awal tranfusi darah,
b. Tanda-tanda vital,
c. Golongan darah,
d. No unit darah, no urut, lokasi pungsi vena, ukuran jarum, dan kecepatan tetesan,
e. Nama perawat dan waktu.

16

Anda mungkin juga menyukai