Anda di halaman 1dari 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cuci Tangan


2.1.1 Pengertian
Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu prosedur/ tindakan membersihkan
tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau Handrub dengan antiseptik
(berbasis alkohol). Potter (2015) menjelaskan bahwa cuci tangan adalah aktivitas
membersihkan tangan dengan cara menggosok dan menggunakan sabun serta membilasnya
pada air yang mengalir. Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan
dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat yang sesuai dan dibilas dengan air dengan
tujuan menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin juga mengungkapkan bahwa cuci
tangan (juga dianggap hygiene tangan) adalah satu satunya prosedur terpenting dalam
pengendalian infeksi nosokomial (Potter, 2015).
2.1.2 Tujuan Cuci Tangan
Tujuan mencuci tangan menurut Depkes RI (2008) adalah salah satu unsur
pencegahan penularan infeksi. Menurut Kristia (2014) mencegah kontaminasi silang (orang
ke orang atau benda terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau perpindahan kuman.
2.1.3 Manfaat Cuci Tangan
Menurut Maryunani (2013) dari mencuci tangan kita akan mendapatkan manfaat
yaitu:
a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, desentri, typus, kecacingan, penyakit
kulit, ISPA, flu burung.
c. Mencegah terjadinya keracunan makanan karena tangan penjamah telah memegang
bahan kimia.
d. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
2.1.4 Indikasi Cuci Tangan
Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013) adalah:
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang, berkebun dll)
b. Setelah Buang Air Besar (BAB)
c. Sebelum memegang makanan
d. Setelah bersin, batuk, membuang ingus
e. Setelah pulang dari bepergian
f. Setelah bermain

2.2 Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh
pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya
pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
APD berfungsi sebagai penghalang antara bahan infeksius seperti kontaminan virus dan
bakteri dengan kulit, selaput lendir mulut, hidung, dan mata. APD juga melindungi pasien
berisiko tinggi tertular infeksi dari paparan zat atau bahan berpotensi infeksius yang dibawa
oleh pengunjung dan tenaga medis. Apabila APD digunakan dengan benar disertai dengan
tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, menggunakan hand sanitier berbahan dasar
alkohol, dan menggunakan masker maka penyebaran infeksi dari satu orang ke orang lain
dapat diminimalisir.

Syarat Alat Pelindung Diri (APD) menurut ketentuan Balai Hiperkes, yaitu :
● APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang spesifik
atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
● Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
● Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
● Bentuknya harus cukup menarik.
● Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
● Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam
menggunakannya.
● Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
● Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.

Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi
seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja
dari potensi bahaya di tempat kerja.
Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja di
rumah sakit, antara lain :

1. Baju Pelindung (Body Protection).


Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan api,
suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll.
Contoh : Apron, merupakan pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat
menyerap radiasi pengion.
2. Sepatu steril.
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang bedah, laboratorium, ICU,
ruang isolasi, ruang otopsi.
3. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection).
Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari benda
tajam atau goresan, bahan kimia, mikroorganisme, benda panas dan dingin, kontak dengan
arus listrik.
Menurut Tiedjen ada tiga jenis sarung tangan yaitu:
Sarung tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan tindakan infasif atau pembedahan.
Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu
melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memprose peralatan, menangani
bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
4. Penutup kepala
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut tidak masuk
dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus dapat menutup semua rambut.
5. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua
rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan
darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masik kedalam hidung atau mulut petugas
kesehatan.
6. Kacamata (googles)
Melindungi petugas kesehatan kalau terjadi cipratan darah atau cairan tubuh lainya yang
terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yan
jernih. Kacamata pengaman, pelindung muka. Kacamata yang dibuat dengan resep dokter
atau kacamata dengan lensa normal juga dapat dipakai.
7. Gaun
Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah. Gaun ini dipakai untuk melindungi
pakaian petugas pelayanan kesehatan.Gaun bedah, petama kali digunakan untuk melindungi
pasien dari mikroorganisme yang terdapat di abdomen dan lengan dari staf perawatan
kesehatan sewaktu pembedahan.
8. Apron
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di bagian depan dari
petugas kesehatan.
9. Boots
Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau berat atau dari cairan
yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.

Jenis-jenis APD yang dapat tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan sebagai berikut:

Alat Pelindung Diri Level 1


Digunakan pada pelayanan triase, rawat jalan non COVID-19, rawat inap non COVID-19,
tempat praktik umum dan kegiatan yang tidak mengandung aerosol
• Penutup kepala • Masker bedah • Baju/pakaian jaga • Sarung tangan lateks • Pelindung
wajah • Pelindung kaki

Alat Pelindung Diri Level 2


Digunakan pada pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi pernapasan, pengambilan
spesimen non pernapasan yang tidak menimbulkan aerosol, ruang perawatan COVID-19,
pemeriksaan pencitraan pada suspek/probable/terkonfirmasi COVID-19
• Penutup kepala • Pelindung mata dan wajah • Masker bedah • Baju/pakaian jaga • Gown
• Sarung tangan lateks • Pelindung kaki

Alat Pelindung Diri Level 3


Digunakan pada prosedur dan tindakan operasi pada pasien suspek/probable/terkonfirmasi
COVID-19, kegiatan yang menimbulkan aerosol (intubasi, ekstubasi, trakeostomi, resusitasi
jantung paru, bronkoskopi, pemasangan NGT, endoskopi gastrointestinal) pada pasien
suspek/probable/terkonfirmasi COVID-19.
• Penutup kepala • Pelindung mata dan wajah (face shield) • Masker N95 atau ekuivalen •
Baju scrub/pakaian jaga • Coverall/gown dan apron

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Cuci Tangan
Cuci tangan merupakan proses menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis
dari permukaan tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Tujuan cuci tangan
adalah membersihkan kotoran dan debu serta mengurangi jumlah mikroorganisme
sementara. Selain itu, mencuci tangan dapat mencegah infeksi silang, mempertahankan
kondisi steril, melindungi diri dari infeksi, dan memberikan perasaan segar dan bersih.
Menurut James (2008), mencuci tangan adalah langkah dasar paling penting dalam
mencegah dan mengontrol infeksi.
Cuci tangan merupakan prosedur wajib tenaga Kesehatan dalam setiap kegiatan
pelayanan Kesehatan. Ada lima saat atau waktu cuci tangan dengan sabun yang wajib
dilakukan oleh tenaga Kesehatan yaitu : sebelum kontak atau interaksi dengan pasien,
sebelum melakukan tindakan aseptis, setelah terpapar atau kontak dengan cairan tubuh
seperti urine, darah pasien, setelah kontak atau interaksi dengan pasien, setelah terpapar
dengan lingkungan pasien seperti meja, pakaian, linen pasien. Tangan harus selalu dicuci
baik sebelum atau sesudah kegiatan termasuk sebelum dan sesudah menggunakan sarung
tangan.
Kegiatan enam langkah cuci tangan menurut ketentuan WHO ini berlangsung 40
sampai 60 detik, tidak kurang dan tidak lebih. Jika kurang dari waktu yang dianjurkan maka
kuman yang ada pada permukaan kulit tidak mati dengan sempurna (proses desinfeksi)
dengan sabun yang digunakan sementara itu jika lebih dari waktu yang dianjurkan dapat
menghilangkan kelembaban alami kulit sehingga terjadi iritasi pada kulit tangan karena
prosedur ini akan sangat sering dilakukan secara terus menerus. Penting untuk mencegah
iritasi kulit dengan waktu yang cukup dan memastikan kuman di permukaan kulit mati
dengan pemakaian sabun karena tangan adalah sumber penularan infeksi karena akumulasi
kuman dari berbagai kegiatan yang mayoritas dilakukan oleh tangan kita dari waktu ke
waktu.
Dalam melakukan kegiatan mencuci tangan, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan. Peralatan yang diperlukan untuk mencuci tangan adalah wastafel yang
dilengkapi dengan kran air untuk mengalirkan air bersih, tempat sampah injak tertutup
dengan dilapisi kantong sampah medis, alat pengering seperti lap tangan atau tisu, sabun
cair sebagai pembersih tangan, lotion tangan, dan alas kaki di bawah wastafel yang terbuat
dari bahan handuk.
Teknik mencuci tangan yang digunakan adalah enam prosedur langkah cuci tangan
yang terdiri sebagai berikut :
a. Melepaskan semua aksesoris atau benda yang melekat pada daerah tangan
termasuk pergelangan tangan, contohnya cincin dan jam tangan
b. Membuka kran air dan membasahi tangan
c. Menuangkan sabun cair ke telapak tangan secukupnya
d. Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun ke kedua telapak tangan
e. Kedua punggung tangan saling menumpuk secara bergantian
f. Membersihkan telapak tangan dan sela-sela jari saling bertautan dengan gerakan
menyilang
g. Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan
h. Melakukan gerakan memutar pada ibu jari secara bergantian
i. Posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar ke dalam telapak tangan secara
bergantian
j. Bilas tangan dengan air mengalir
k. Keringkan tangan dengan tisu sekali pakai
l. Tutup kran air menggunakan siku atau tisu, untuk mempertahankan keadaan steril
setelah mencuci tangan
m. Lakukan seluruh prosedur diatas selama 40-60 detik.
Mencuci tangan dengan cairan pembersih tangan merupakan alternatif lain selain
cuci tangan dengan sabun. Kegiatan cuci tangan memakai cairan pembersih tangan
dilakukan ketika fasilitas cuci tangan dengan sabun tidak tersedia atau terlalu jauh jaraknya.
Cuci tangan dengan sabun tidak bisa serta merta digantikan fungsi utamanya dengan cuci
tangan memakai cairan pembersih dikarenakan cuci tangan dengan sabun mampu
menghilangkan hampir 99 persen kuman yang berada di permukaan tangan dimana
kemampuan ini tidak mampu dicapai oleh cairan pembersih tangan. Cairan pembersih
tangan umumnya digunakan pada tangan yang tampak tidak kotor secara kasat mata. Cuci
tangan memakai cairan pembersih tangan memiliki keunggulan yaitu praktis, mudah
digunakan terutama untuk tempat yang terbatas air bersih. Untuk mengurangi iritasi dari
bahan alkohol perlu ditambahkan bahan pelembab dan pengharum dalam cairan pembersih
tangan sehingga saat digunakan dapat mengurangi iritasi hingga kerusakan kulit dari
pengguna.

3.2 APD
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan
oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam
bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE).
Dengan melihat kata "personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang
dikenakan harus mampu memperoteksi si pemakainya. APD dapat berkisar dari yang
sederhana hingga relatif lengkap. APD merupakan solusi pencegahan yang paling
mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia.
Strategi pencegahan dan kontrol infeksi yang diterapkan oleh tenaga medis adalah
dengan lebih menekankan Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai saat bekerja yang sesuai
dengan indikasi alat pelindung diri apa yang sebaiknya mereka gunakan saat bekerja. APD
adalah pakaian atau peralatan khusus yang dipakai oleh pekerja medis untuk melindungi diri
dari agen infeksius. APD ini digunakan/dipakai memiliki dua fungsi, yaitu untuk kepentingan
penderita dan sekaligus untuk kepentingan petugas medis itu sendiri. APD bertujuan untuk
melindungi dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret dan selaput lendir.
Selain melindungi, APD juga mengurangi penyebaran infeksi dari pasien.
Upaya untuk mencegah kecelakaan kerja adalah dengan menghilangkan risiko atau
mengendalikan sumber bahaya dan usaha yang terakhir adalah mengunakan alat pelindung
diri (APD). Menurut ILO (1989), hierarki pengendalian bahaya terdapat 5 (lima)
pengendalian bahaya yaitu eliminasi, substitusi, engineering, administrasi dan alat pelindung
diri (APD). Pencegahan tersebut lebih diarahkan pada lingkungan kerja, peralatan, dan
terutama adalah pekerja. Perilaku kesehatan dan keselamatan kerja perawat di rumah sakit
sangat penting, karena tindakan perawat sekecil apapun dapat menimbulkan risiko terhadap
perawat dan pasien.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 165, menyatakan
bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Rumah
sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan
atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di rumah sakit.
Dasar Hukum
1. Undang-undang No.1 tahun 1970.
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk
memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk memakai APD.
d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-cuma.
2. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban
pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk
menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat
mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan
dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
4. Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang
mengelola pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars
tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan.
APD dibagi menjadi 3 kelompok :
● Alat pelindung kepala antara lain : helmet (topi pengaman), safety glass (kacamata
pengaman), masker, respirator, ear plugs (penutup telinga).
● Alat pelindung badan antara lain : apron, jas laboratorium.
● Alat pelindung anggota badan antara lain : sepatu pelindung (safety shoes/boot),
sarung tangan (gloves).
1. Alat Pelindung Kepala
a. Topi Pelindung (Safety helmet)
Digunakan untuk melindungi kepala dari paparan bahaya kejatuhan benda ataupun bahaya
aliran listrik. Pemakaian topi pelindung harus sesuai dengan lingkar kepala sehingga nyaman dan
efektif melindungi pemakainya.
b. Kacamata Pelindung (Safety Glass)
Digunakan untuk melindungi mata dari bahaya loncatan benda tajam, debu,
partikel-partikel kecil, mengurangi sinar yang menyilaukan serta percikan bahan kimia.
c. Penyumbat Telinga (Ear Plug)
Digunakan untuk melindungi alat pendengaran yaitu telinga dari intensitas suara,
dapat dikurangi hingga 10-15dB.
d. Penutup telinga (Ear Muff)
Digunakan untuk melindungi alat pendengaran yaitu telinga dari intensitas suara,
dapat dikurangi hingga 20-30dB.
e. Masker
Digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti hidung dan mulut dari
resiko bahaya seperti asap solder, debu dan bau bahan kimia yang ringan.
f. Respirator
Digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti hidung dan mulut dari
resiko bahaya seperti asap solder, bau bahan kimia, debu, uap,gas serta partikel mist dan
partikel fume.
2. Alat Pelindung Badan
a. Jas laboratorium
Alat pelindung tubuh dari percikan bahan kimia dan suhu panas.Pakailah jas lab
sesuai dengan tubuh kita.Kancingkan jas lab dengan baik sehingga dapat memberikan
keleluasaan dalam beraktivitas.
3. Alat Pelindung Tangan dan Kaki
a. Sarung tangan (hand gloves)
Digunakan untuk melindungi tangan dari kontak bahan kimia, tergores atau lukanya
tangan akibat sentuhan dengan benda runcing dan tajam, pemasangan komponen agak
tajam, proses pemanasan dsb.
1) Gunakan sarung tangan sesuai dengan besar kecilnya tangan biar nyaman bila kita
memegang.
2) Gunakan sarung tangan yang sesuai dengan fungsi penggunaanya
- Untuk mereaksikan bahan-bahan kimia, dengan sarung tangan yang tipis, kuat dan
rapat
- Untuk memegang bahan-bahan yang panas, dengan sarung tangan yang tebal dan
kuat (jenis : insulatet gloves)
b. Sepatu pelindung (safety shoes)
Digunakan untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-benda tajam seperti
kaca ataupun potongan baja, larutan kimia dan aliran listrik. Sepatu pelindung terdiri dari
baja ujungnya dengan dibalut karet yang tidak dapat menghantarkan listrik.

DAFTAR PUSTAKA
Arruum,D.,Salbiah.,Manik,M. (2015).Pengetahuan Tenaga Kesehatan Dalam Sasaran
Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara: Idea Nursing
Journal.6,(2):1-4
Laranova, A., Afriandi, I., & Pratiwi, Y. S. (2018). Persepsi Tenaga Kesehatan Terhadap
Penggunaan APD Dan Kejadian Kecelakaan Akibat Kerja Di Salah Satu Rumah Sakit
di Kota Bandung. JSK. 3(4), 189-197.

Falamy, Ryan. 2018. ALAT PELINDUNG DIRI ( A P D )

Apriluana, G., Khairiyati, L., & Setyaningrum, R. (2016). Hubungan antara usia, jenis kelamin, lama
kerja, pengetahuan, sikap dan ketersediaan alat pelindung diri (APD) dengan perilaku penggunaan
APD pada tenaga kesehatan. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia (JPKMI), 3(3), 82-87.

Sudarmo, S., Helmi, Z. N., & Marlinae, L. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Untuk Pencegahan Penyakit Akibat Kerja. Faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Untuk
Pencegahan Penyakit Akibat Kerja.

Purba, I. E., Munthe, S. A., & Bangun, H. E. (2021). Enam Langkah Mencuci Tangan yang Benar
dalam Pencegahan Penularan Virus Covid 19. Jurnal Abdimas Mutiara, 2(2), 14-24.

Panirman, L., et all. (2021). Manajemen Enam Langkah Cuci Tangan Menurut Standar WHO Sebagai
Upaya Pencegahan Covid-19. Jurnal Abdi Masyarakat Humanis. 2(2), 105-113.

Anda mungkin juga menyukai