Syarat Alat Pelindung Diri (APD) menurut ketentuan Balai Hiperkes, yaitu :
● APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang spesifik
atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
● Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
● Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
● Bentuknya harus cukup menarik.
● Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
● Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam
menggunakannya.
● Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
● Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi
seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja
dari potensi bahaya di tempat kerja.
Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja di
rumah sakit, antara lain :
Jenis-jenis APD yang dapat tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan sebagai berikut:
3.2 APD
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan
oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam
bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE).
Dengan melihat kata "personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang
dikenakan harus mampu memperoteksi si pemakainya. APD dapat berkisar dari yang
sederhana hingga relatif lengkap. APD merupakan solusi pencegahan yang paling
mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia.
Strategi pencegahan dan kontrol infeksi yang diterapkan oleh tenaga medis adalah
dengan lebih menekankan Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai saat bekerja yang sesuai
dengan indikasi alat pelindung diri apa yang sebaiknya mereka gunakan saat bekerja. APD
adalah pakaian atau peralatan khusus yang dipakai oleh pekerja medis untuk melindungi diri
dari agen infeksius. APD ini digunakan/dipakai memiliki dua fungsi, yaitu untuk kepentingan
penderita dan sekaligus untuk kepentingan petugas medis itu sendiri. APD bertujuan untuk
melindungi dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret dan selaput lendir.
Selain melindungi, APD juga mengurangi penyebaran infeksi dari pasien.
Upaya untuk mencegah kecelakaan kerja adalah dengan menghilangkan risiko atau
mengendalikan sumber bahaya dan usaha yang terakhir adalah mengunakan alat pelindung
diri (APD). Menurut ILO (1989), hierarki pengendalian bahaya terdapat 5 (lima)
pengendalian bahaya yaitu eliminasi, substitusi, engineering, administrasi dan alat pelindung
diri (APD). Pencegahan tersebut lebih diarahkan pada lingkungan kerja, peralatan, dan
terutama adalah pekerja. Perilaku kesehatan dan keselamatan kerja perawat di rumah sakit
sangat penting, karena tindakan perawat sekecil apapun dapat menimbulkan risiko terhadap
perawat dan pasien.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 165, menyatakan
bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Rumah
sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan
atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di rumah sakit.
Dasar Hukum
1. Undang-undang No.1 tahun 1970.
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk
memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk memakai APD.
d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-cuma.
2. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban
pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk
menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat
mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan
dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
4. Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang
mengelola pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars
tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan.
APD dibagi menjadi 3 kelompok :
● Alat pelindung kepala antara lain : helmet (topi pengaman), safety glass (kacamata
pengaman), masker, respirator, ear plugs (penutup telinga).
● Alat pelindung badan antara lain : apron, jas laboratorium.
● Alat pelindung anggota badan antara lain : sepatu pelindung (safety shoes/boot),
sarung tangan (gloves).
1. Alat Pelindung Kepala
a. Topi Pelindung (Safety helmet)
Digunakan untuk melindungi kepala dari paparan bahaya kejatuhan benda ataupun bahaya
aliran listrik. Pemakaian topi pelindung harus sesuai dengan lingkar kepala sehingga nyaman dan
efektif melindungi pemakainya.
b. Kacamata Pelindung (Safety Glass)
Digunakan untuk melindungi mata dari bahaya loncatan benda tajam, debu,
partikel-partikel kecil, mengurangi sinar yang menyilaukan serta percikan bahan kimia.
c. Penyumbat Telinga (Ear Plug)
Digunakan untuk melindungi alat pendengaran yaitu telinga dari intensitas suara,
dapat dikurangi hingga 10-15dB.
d. Penutup telinga (Ear Muff)
Digunakan untuk melindungi alat pendengaran yaitu telinga dari intensitas suara,
dapat dikurangi hingga 20-30dB.
e. Masker
Digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti hidung dan mulut dari
resiko bahaya seperti asap solder, debu dan bau bahan kimia yang ringan.
f. Respirator
Digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti hidung dan mulut dari
resiko bahaya seperti asap solder, bau bahan kimia, debu, uap,gas serta partikel mist dan
partikel fume.
2. Alat Pelindung Badan
a. Jas laboratorium
Alat pelindung tubuh dari percikan bahan kimia dan suhu panas.Pakailah jas lab
sesuai dengan tubuh kita.Kancingkan jas lab dengan baik sehingga dapat memberikan
keleluasaan dalam beraktivitas.
3. Alat Pelindung Tangan dan Kaki
a. Sarung tangan (hand gloves)
Digunakan untuk melindungi tangan dari kontak bahan kimia, tergores atau lukanya
tangan akibat sentuhan dengan benda runcing dan tajam, pemasangan komponen agak
tajam, proses pemanasan dsb.
1) Gunakan sarung tangan sesuai dengan besar kecilnya tangan biar nyaman bila kita
memegang.
2) Gunakan sarung tangan yang sesuai dengan fungsi penggunaanya
- Untuk mereaksikan bahan-bahan kimia, dengan sarung tangan yang tipis, kuat dan
rapat
- Untuk memegang bahan-bahan yang panas, dengan sarung tangan yang tebal dan
kuat (jenis : insulatet gloves)
b. Sepatu pelindung (safety shoes)
Digunakan untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-benda tajam seperti
kaca ataupun potongan baja, larutan kimia dan aliran listrik. Sepatu pelindung terdiri dari
baja ujungnya dengan dibalut karet yang tidak dapat menghantarkan listrik.
DAFTAR PUSTAKA
Arruum,D.,Salbiah.,Manik,M. (2015).Pengetahuan Tenaga Kesehatan Dalam Sasaran
Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara: Idea Nursing
Journal.6,(2):1-4
Laranova, A., Afriandi, I., & Pratiwi, Y. S. (2018). Persepsi Tenaga Kesehatan Terhadap
Penggunaan APD Dan Kejadian Kecelakaan Akibat Kerja Di Salah Satu Rumah Sakit
di Kota Bandung. JSK. 3(4), 189-197.
Apriluana, G., Khairiyati, L., & Setyaningrum, R. (2016). Hubungan antara usia, jenis kelamin, lama
kerja, pengetahuan, sikap dan ketersediaan alat pelindung diri (APD) dengan perilaku penggunaan
APD pada tenaga kesehatan. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia (JPKMI), 3(3), 82-87.
Sudarmo, S., Helmi, Z. N., & Marlinae, L. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Untuk Pencegahan Penyakit Akibat Kerja. Faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Untuk
Pencegahan Penyakit Akibat Kerja.
Purba, I. E., Munthe, S. A., & Bangun, H. E. (2021). Enam Langkah Mencuci Tangan yang Benar
dalam Pencegahan Penularan Virus Covid 19. Jurnal Abdimas Mutiara, 2(2), 14-24.
Panirman, L., et all. (2021). Manajemen Enam Langkah Cuci Tangan Menurut Standar WHO Sebagai
Upaya Pencegahan Covid-19. Jurnal Abdi Masyarakat Humanis. 2(2), 105-113.