Anda di halaman 1dari 38

KEWASPADAAN ISOLASI

Pendahuluan
HAIs merupakan masalah di Fasyankes

Untuk mencegah HAIs laksanakan PPI

Salah satu program PPI adalah


penerapan Kewaspadaan Isolasi

Kewaspadaan isolasi terdiri dari dua lapis yaitu lapis


pertama Kewaspadaan standar dan lapis kedua
Kewaspadaan berdasarkan trasmisi
Latar Belakang
Kewaspadaan Isolasi mengalami perkembangan sejak tahun
P 1800 sampai tahun 1990, bertujuan memutus rantai Infeksi

Tahun 1990 , Universal Precaution dan Body Substain Isolation


P digabung menjadi Kewaspadaan standar

• Kepatuhan pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi yang terdiri dari 11


I point masih rendah sehingga kejadian HAIs masih tinggi
Rekomendasi
Rekomendasi dikategorikan sebagai berikut :
• Kategori I A:
Sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit, telah didukung penelitian dan studi
epidemiologi.
• Kategori I B:
Sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit dan telah ditinjau efektif oleh para ahli di
lapangan.
Dan berdasar kesepakatan HICPAC (Hospital Infection Control Advisory Committee) sesuai dengan
bukti rasional walaupun mungkin belum dilaksanakan suatu studi scientifik.
• Kategori II:
Dianjurkan untuk dilaksanakan di rumah sakit. Anjuran didukung studi klinis dan epidemiologik,
teori rasional yang kuat, studi dilaksanakan di beberapa rumah sakit.
• Tidak direkomendasi :
Masalah yang belum ada penyelesaiannnya.
Belum ada bukti ilmiah yang memadai atau belum ada kesepakatan mengenai efikasinya.
Perkembangan Kewaspadaan Isolasi
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
1985 Universal Precaution Epidemik HIV petugas Kesehatan , dikatakan
waspada terhadap darah dan cairan tubuh,
tangani dengan menggunakan sarung tangan,
gaun,masker , pelindung mata
1988 Universal Precaution Darah , cairan tubuh sumber HIV,HVB, waspada
terhadap darah , cairan tubuh (semen , vagina
,peritonial, perikardial sinovial,
amniotic,cerebrospinal), bukan feces, urine,
muntah, sputum, sekret hidung keringat, kecuali
kena darah
Setelah melepas sarung tangan harus cuci tangan
Perkembangan Kewaspadaan Isolasi

Tahun Teknik Isolasi Perlakuan


1987 Body Substance Isolation Waspada terhadap darah, feses, urine
(BSI)di Seatle, Washington, sputum,saliva,wound drainage,cairan
San Diego, California tubuh lainnya, permukaan tubuh yang
basah dan lembab, gunakan sarung
tangan, setelah melepas tidak perlu
cuci tangan
1990 A new Isolation Guideline Kewaspadaan Isolasi Terdiri dari 2 lapis
Lapis I Kewaspadaan Standar
Lapis II kewaspadaan berdasarkan
transmisi
Perkembangan Kewaspadaan Isolasi
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
1996 Isolation Precaution Lapis I Kewaspadaan Standar
ditujukan kepada semua pasien tanpa memandang apakah infeksi
atau tidak, waspada terhadap darah dan cairan tubuh, sekresi,
ekskresi , kecuali keringat, gunakan APD jika tindakan terkena
atau memungkinkan terkena darah, cairan, sekresi,ekskresi

Lapis II Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


Airborne, droplet, kontak, ditujukan pada pasien yang yang sudah
terinfeksi atau di duga infeksi
Perkembangan Kewaspadaan Isolasi
Tahun Teknik Isolasi Perlakuan
1996 Isolation Precaution Kewaspadaan Standar meliputi
1.Kebersihan tangan,
2.Penggunaan APD (sarung tangan,masker,
pelindungmata /wajah. Gaun/apron),
3.Peralatan perawatan pasien,
4.Pengendalian lingkungan ,
5.Penanganan limbah,
6.Penempatan pasien
7.Penanganan linen,
8.Kesehatan karyawan
Perkembangan Kewaspadaan Isolasi
• Tahun 2007
❑ Standard Precaution ditambah dengan
▪ Hygiene respirasi/Etika batuk
▪ Praktek menyuntik yang aman
▪ Praktek pencegahan untuk prosedur lumbal punksi
❑ Hospital Acquired Infection (HAI) menjadi Healthcare Associated Infections
( HAIs)
❑ Cuci tangan menjadi kebersihan tangan
Tujuan Kewaspadaan Isolasi

Memutus mata rantai infeksi

Pasien Pasien

Lingkungan

Pengunjung Petugas
Ruang Lingkup Kewaspadaan Isolasi
YANG MELAKSANAKAN KEWASPADAAN ISOLASI

Semua individu
terlibat di RS
dan Fasyankes

HH Penempatan pasien Praktik lumbal punksi


APD Pemrosesan alat kesehatan
Limbah Penanganan linen
Lingkungan Perlindungan Karyawan
Etika batuk Penyuntikan yang aman
Dokter

Semua individu Perawat dan Dokter


1. Kebersihan Tangan

✓ Tangan merupakan media transmisi


mikroorganisme
✓ Tangan bagaikan pistol, mikroorganisme
pelurunya, jika tidak melakukan kebersihan
tangan bisa membunuh (silent killer)
✓ Tanggungjawab setiap individu untuk
membersihkan tangannya
✓ Kebersihan tangan merupakan pilar dalam
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Kebersihan Tangan (lanjutan)

✓ Kebersihan tangan bertujuan memutus mata rantai


infeksi sehingga dapat mencegah kejadian HAIs (ISK,
IAD, Plebitis, IDO, VAP, Covid 19)
✓ Kebersihan tangan dapat dilaksanakan dengan
menggosok tangan dengan handrub berbasis alcohol
bila tangan tampak bersih atau mencuci tangan di air
mengalir bersih menggunakan sabun/antiseptic
✓ Fasilitas kebersihan tangan harus tersedia setiap saat
✓ Dukungan manajemen (kebijakan, pedoman, panduan,
program, SPO)
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

❑APD merupakan alat kesehatan yang terdiri


dari masker, topi, sarung tangan,pelindung
wajah, sepatu yang digunakan petugas
maupun pasien untuk melindungi diri dari
kontaminasi penyakit infeksi.
❑Digunakan sesuai indikasi
❑Segera dilepas jika sudah selesai tindakan
3. Pemrosesan Alat Kesehatan

❑ Segera proses alat kesehatan yang sudah dipakai


melalui proses pre-cleaning – cleaning – disinfeksi
– sterilisasi sesuai klasifikasi peralatan; kritikal-
semi kritikal-non kritikal
❑ Simpan peralatan yang sudah diproses sesuai
kebijakan dan SOP
❑ Tidak menempatkan peralatan kesehatan
sembarang tempat
❑ Tidak menggunakan peralatan kesehatan
sebelum diproses setelah dipakai sebelumnya
4. Penanganan Linen

❑ Ganti linen setiap satu atau dua hari


atau jika kotor dan sesuai dengan
kebijakan rumah sakit
❑ Tempatkan linen bersih pada lemari
tertutup, dan tidak bercampur dengan
peralatan lainnya
❑ Pisahkan linen kotor ternoda darah dan
cairan tubuh dengan linen kotor tanpa
noda darah dan cairan tubuh
5. Pengendalian Lingkungan

❑ Pertahankan ventilasi udara ruangan


bersih dan baik, tidak bau
❑ Pertahankan mutu air di bersih
❑ Pertahankan permukaan lingkungan
ruangan senantiasa dalam kondisi
bersih
❑ Tempatkan peralatan ruangan
sedemikian rupa sehigga mudah untuk
dibersihkan
6. Penanganan Limbah

❑ Segera buang limbah yang dihasilkan, ke tempat


pembuangan limbah sesuai kebijakan dan SOP
❑ Limbah padat infeksius ke kantong plastik kuning dan
limbah padat non infeksius ke kantong plastik hitam
❑ Limbah jarum dan benda tajam lainnya ke wadah tahan
tusuk dan tahan air
❑ Limbah cair infeksius ke saluran khusus
❑ Kontainer limbah tertutup, sebaiknya membuka
menggunakan injakan kak
❑ Pertahankan tempat limbah tidak lebih mencapai 3/4
penuh sudah dibuang
❑ Pertahankan kebersihan kontainer sampah senantiasa
bersih
7. Perlindungan Kesehatan Karyawan

❑ Pertahankan kondisi kesehatan prima saat


bekerja
❑ Pertahankan tidak menggunakan asesoris di
tangan saat bekerja
❑ Pertahankn menggunakan pakaian seragam
dalam kondisi bersih
❑ Tidak merokok
❑ Tidak melakukan recapping jarum bekas pakai
❑ Vaksin Hepatitis B, Covid 19
8. Penempatan Pasien

❑ Pasien infeksius di ruang terpisah, beri


jarak >1 m
❑ Kohorting bila tidak memungkinkan bila
kedua-dua nya tidak memungkinkan
konsultasi dengan petugas PPIRS
❑ Pisahkan pasien yang tidak dapat
menjaga kebersihan lingkungannya
❑ Tempatkan pasien sesuai dengan transmisi
mikroorganisme kontak, droplet, airborne
9. Penyuntikan Yang Aman

❑Pertahankan senantiasa menggunakan


jarum suntik sekali pakai
❑Segera buang jarum suntik yang sudah
dipakai ke tempat benda tajam tahan
tusuk dan tahan air
❑Tidak menempatkan jarum suntik habis
pakai di sembarang tempat
❑Tidak pernah menutup kembali jarum
suntik yang telah digunakan
❑Obat suntikan kalau sdh dilarutkan segera
diberikan
10. Etika Batuk/Bersin

❑Menutup mulut & hidung saat batuk/ bersin;pakai tisu


❑Buang ke tempat sampah (kuning ) bila telah terkena
sekret saluran napas dan
❑Lakukan kebersihan tangan (dg sabun /antiseptik dan &
air mengalir, alkohol handrub) setelah kontak dengan
sekret
❑Jaga jarak terhadap orang dg gejala ISPA dg demam
Etika batuk/bersin
11. Praktik Lumbal Punksi

❑Masker harus dipakai klinisi saat melakukan lumbal


pungsi,anaestesi spinal /epidural/pasang kateter vena sentral
❑Cegah droplet flora orofaring,dapat menimbulkan meningitis
bakterial
Penerapan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi Kontak

✓ Laksanakan kewaspadaan standar/lapis pertama


✓ Menempatkan pasien di ruangan tersendiri, jika tidak memungkinkan
lakukan kohorting
✓ Pasien senantiasa berada di ruangan, kecuali jika ada tindakan/terapi
keluar ruangan lain
✓ Membersihan ruangan dua kali sehari dan bila perlu, tidak perlu
melakukan fogging dan UV
Penerapan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi Kontak
• Menggunakan Alat Pelindung Diri;
• Sarung tangan dipakai jika kontak dengan pasien atau permukaan ruangan pasien
• Gaun,
• jika diperkirakan pakaian akan tercemar saat kontak dg pasien, permukaan
lingkungan atau peralatan pasien (diare, inkontinensia, kolonostomi, slang
drainase).
• lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan dan pastikan pakaian tidak
menyentuh lagi permukaan tercemar dlm ruangan
• Masker atau pelindung wajah, jika tindakan kemungkinan ada percikan atau cipratan
• Peralatan kesehatan, tensi meter,stetoscope,termometer dipakai tersendiri, segera di
disineksi atau dibuang setelah dipakai
Penerapan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi Droplet
❑Melaksanakan kewaspadaan standar/lapis pertama
❑Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh terbuka
❑Membersikan ruangan dua kali sehari dan bila perlu, tidak perlu melakukan fogging dan UV
❑Menempatkan pasien di ruangan tersendiri, jika tidak memungkinkan lakukan kohorting,
tidak memungkin ber jarak minimal satu meter
▪ Pasien senantiasa berada di ruangan, kecuali jika ada tindakan/terapi keluar ruangan
lain, pasien menggunakan masker bedah
❑Menggunakan Alat Pelindung Diri
▪ Menggunakan masker bedah dalam jarak 1 m dari pasien (2 m pada pasien flu burung)
▪ Sarung tangan dan gaun
Penerapan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi Droplet

❑ Memindahan pasien :
Minimalisasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat proses
pemindahan

❑ Menangani Limbah
▪ Limbah terkontaminasi darah dan cairan tubuh dimasukkan dalam kantong
kuning
▪ Limbah sekresi dan ekxkresi dianggap infeksius, dimasukkan kantong kuning.
▪ Limbah yang tidak terkontaminasi dar, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi
dimasukkan dalam kantong hitam
Penerapan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi Airborne

❑Melaksanakan kewaspadaan standar/lapis pertama


❑Ventilasi udara, pertukaran udara setiap 5-10 menit atau 6-12 kali
/jam
❑Ruangan tekanan negatif, termonitor, pintu harus selalu tertutup
rapat
❑Tidak menggunakan AC sentral, tapi gunakan AC + filter HEPA (high
efficiency particulate air) yang menyaring udara ruangan yang
dibuang keluar.
Penerapan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi Airborne

❑ Pembersihan ruangan dua kali sehari dan bila perlu ,tidak perlu melakukan fogging
dan UV
❑ Tempatkan pasien di ruangan tersendiri, jika tidak memungkinkan lakukan
kohorting,jika tidak memungkin beri jarak minimal dua met
❑ Pasien senantiasa berada di ruangan, kecuali jika ada tindakan/terapi keluar
ruangan lain, pasien menggunakan masker bedah
❑ Gunakan Alat Pelindung Diri
Gunakan masker bedah untuk pasien, masker N95 untuk petugas jika melakukan
tindakan yang menghasilkan aerosol
Penerapan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi Airborne

Pemindahan pasien :
▪ Minimalisasi transportasi pasien, pasangkan masker bedah pada pasien saat
proses pemindahan
▪ Edukasi etika batuk,

Penanganan Limbah
▪ Limbah terkontaminasi darah dan cairan tubuh, termasuk sekresi dan ekskresi
dimasukkan dalam kantong kuning
▪ Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan tubuh dimasukkan dalam
kantong hitam
Penerapan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi Airborne

Pengendalian lingkungan udara:


✓ Penggunaan Sistem Ventilasi:
- Alamiah
- Mekanik
- Campuran
✓ Penggunaan Radiasi Ultraviolet pada Aliran Udara Atas
Penerapan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi Airborne

Ventilasi Alami

 Membuat jendela dan pintu agar terjadi pergerakan udara masuk dan
keluar
 Menciptakan penataan ruang tunggu, ruang pemeriksaan, dan ruang
perawatan yang benar
 Terbaik dan yang sangat dianjurkan
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di Ruangan
Isolasi Protektif

❑Untuk Rumah Sakit yang melakukan transplantasi organ


❑Diperlukan tekanan udara positif terhadap koridor
❑Hepafilter dengan 6-12 ACH
❑Mis: transplantasi stemcell→hati hati terhadap spora jamur, pasien
immunosupressive
Kesimpulan
❑Program pencegahan infeksi terkait pelayanan kesehatan pasien Kewaspadaan
Isolasi harus diterapkan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan
❑Tujuan kewaspadaan isolasi untuk memutus mata rantai infeksi sehingga infeksi
dapat diminimalkan baik pada pasien, petugas, pengunjung maupun
masyarakat sekitar Rumah Sakit
❑Kewaspadaan isolasi terdiri dari dua lapis, lapis pertama kewaspadaan standar
dan lapis kedua kewaspadaan berdasarkan transmisi
❑Kepatuhan Kewaspadaan dapat dilaksanakan bila memiliki hati dan kesadaran
diri dalam setiap pelayanan kesehatan kepada pasien
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai