Somatogenik
Sosiogenik
Psikogenik
Somatogenik
Neuroanatomi
Neurofiologi
Neurokimia
Tingkat perkembangan organik
Faktor pre and perinatal
Excessive secretion of the neurotransmitter nor
epineprine
Sosiogenik (sosial budaya)
Kestabilan keluarga
Pola asuh anak
Tingak ekonomi
Perumahan
Pengaruh rasial dan keagamaan, nilai-nilai
Psikogenik
Interaksi ibu dan anak
Peranan ayah
Persaingan antar saudara kandung
Hubungan dalam keluarga, pekerjaan dan
masyarakat
Kehilangan
Kosep diri
Pola adaptasi
Tingkat perkembangan emosi
Kebutuhan dan Masalah
Kesehatan Jiwa
Serta Pelayanan Keswa
Masalah Kesehatan Jiwa
di Indonesia
NO GANGGUAN JIWA PREVALENS
I
Riskesdas Riskesdas Riskesdas PASUNG PASUNG
2007 2013 2018 (Riskesdas (Riskesdas
2013) 2018)
1 ODGJ Berat 14 %
0.46% 0.17% 7% 14.3% (dipasung
3 bulan
terakhir
31.5 %)
2 ODGJ Ringan (GME)
11.6% 6.0% 9.8%
Sehat
Risiko
Sakit
Promosi
Kuratif &
Pencegahan Rehabilitasi
12/6/2020 10
Kanak2 SAKIT DI
Remaja
KELUARGA/
SEHAT DI KOMUNITAS
KELUARGA/
KOMUNITAS Bayi Dewasa
RISIKO DI
KELUARGA/
Bumil Lansia KOMUNITAS
TARGET PELAYANAN KESEHATAN JIWA
Pasal 1
Kesehatan Jiwa
Orang dengan masalah kesehatan jiwa (ODMK)
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif
UPAYA PROMOSI
KESEHATAN JIWA UNTUK KELOMPOK SEHAT
Keluarga;
Lembaga pendidikan;
Tempat kerja;
Masyarakat;
Fasilitas pelayanan kesehatan;
Media massa;
Lembaga keagamaan dan tempat ibadah; dan
Lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan.
Upaya pencegahan masalah
kesehatan jiwa
Kelompok resiko Upaya pencegahan
Sakit fisik Manajemen stres di fasilitas
pelayanna kesehatan
Putus sekolah Manajemen stres
Putus kerja Ketahanan mental
Program antisipasi
Kehilangan orang yang dicintai
Narapidana
Kemiskinan Program kesejahteraan
Korban bencana Manajemen stres
Tujuan upaya preventif kesehatan jiwa
UU KESWA NO 18, 2014, Pasal 8
Komunitas
RSU
Komunitas
Tujuan upaya Kuratif kesehatan jiwa
UU KESWA NO 18, 2014, Pasal 18
Dirawat Di RS
Holistik
Ansietas
• kira-kira 2-5%
•
• prevalensi > tinggi
dari anak
• Diagnosa Fisik
• skala sedang-berat
• Diagnosa Psikososial
• fungsi klg
• perlu treatment
CONSULTATION LIASION MENTAL
HEALTH NURSING
Pemberian pelayanan kesehatan mental pada
seting non spesialis (rumah sakit umum dan
komunitas)
Fokus utama:
Meningkatkan kesehatan mental
Sehat mental
Masalah psikososial
ALASAN UTAMA DIPERLUKANNYA
PENGELOLAAN CLMHN
Perawat
Farmasi
dokter
Lab
Klien
Keluarga Psikolog
Komponen Kolaborasi
CMHN
(community mental heatlh nursing)
Latar Belakang CMHN di Indonesia
Masalah:
•Fisik
•Psikologis RECOVERY
•Sosial
•Budaya
•Spiritual
Tsunami & Gempa
UU nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan (pasal 147 ayat 1, pasal 148 ayat 1, pasal 149 ayat 1 dan 2)
- Penderita gangguan jiwa mempunyai hak yang sama sebagai warga negara, wajib mendapatkan
pengobatan dan perawatan
Undang-Undang Dasar RI tahun 1945
- Jaminan terhadap perlindungan hak asasi bagi setiap warga negara (ODGJ memiliki hak yang sama
dengan orang normal pada umumnya)
UU nomer 39 pasal 27 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
- Setiap warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dna wajib menjunjung tinggi hukum
- Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dna penghidupan yang layak
- Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara
UU nomer 19 tahun 2011 tentang Hak-hak Penyandang Disabilitas
- Setiap penyandang disalibitas harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang kejam, tidak
manusiawi, merendahkan martabat manusia, bebas dari eksploitasi, ekkerasan dan perlakuan
semena-mena serta memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan
fisiknya berdasarkan kesamaan dengan orang lain
Dampak Pemasungan
KOORDINASI
PELEPASAN BERBATAS WAKTU
(Pemerintah, pendidikan,
KEBERSIHAN DIRI MAKAN OBAT SOSIAL-ISASI aparat, masyarakat,
keluarga)
MAINTENANCE REHABILITASI
(psikofarmaka, askep, (TERAPI OKUPASI)
TAK, posyandu jiwa)
1. PENDIDIKAN INFORMAL
• BC- CMHN
PERAWAT •
•
•
IC -CMHN
AC- CMHN
TAK
SEHAT
ODMK ODGJ
3. KOORDINASI LINTAS SEKTOR
Tahap Persiapan
Tahap pelaksanaan dan pasca
pelepasan pasung
Tahap Persiapan_Masyarakat
1. Keluarga
a. Memahami dan menerima anjuran petugas kesehatan
untuk mendukung proses pembebasan pasung.
b. Bersedia memberikan perawatan pada anggota
keluarga pasca pembebasan pasung sesuai anjuran
petugas kesehatan.
c. Mendampingi pasien pasung bila harus dirujuk
2. Tokoh Agama/Tokoh Masyarakat (TOGA/TOMA)
a. Membantu menurunkan kecemasan keluarga dan lingkungan selama proses dan
pasca pembebasan pasung.
b. Membantu menghapus stigma dan dukungan sosial terhadap keluarga dan
lingkungan
c. Memberikan informasi yang proporsional tentang pasung.
d. Melaporkan kepada kader kesehatan jiwa maupun tenaga kesehatan terdekat bila
menemukan orang dengan gangguan jiwa di wilayahnya yang mengalami hal-hal di
bawah ini:
Diikat atau dibatasi pergerakannya dengan benda apapun pada bagian-bagian
tubuh tertentu (misalnya dengan tali, rantai, kayu pasung)
Dikurung pada ruangan atau tempat tertentu.
e. Membantu mempersiapkan dan melengkapi persyaratan administratif yang berkaitan
dengan sistem rujukan kesehatan.
f. Mendampingi keluarga bila dibutuhkan.
3. Kader kesehatan jiwa
a. Melakukan deteksi dan melaporkan kasus pasung di wilayahnya ke
Puskesmas.
b. Melakukan kunjungan rumah untuk menurunkan kecemasan keluarga
dan memberikan motivasi agar keluarga bersedia untuk dilakukan
pembebasan pasung.
c. Melakukan penggerakan masyarakat untuk mendukung proses dan pasca
pembebasan pasung.
d. Menghapus stigma keluarga dan dukungan sosial terhadap keluarga dan
lingkungan
e. Melakukan dokumentasi kasus pasung di wilayahnya.
f. Mendampingi pasien bila dibutuhkan
Tahap Persiapan _ Tenaga kesehatan di Puskesmas (dokter
dan atau perawat)
1. Melakukan deteksi, pemetaan dan identifikasi kasus pasung di wilayah kerja
puskesmas (dengan mencantumkan nama, jenis kelamin, umur, alamat dan foto
waktu di pasung).
2. Melaporkan temuan kasus kepada Kepala Puskesmas setempat.
3. Melakukan pendekatan dan memberikan edukasi kesehatan jiwa kepada keluarga
dan lingkungan sekitar pasien pasung.
4. Memotivasi keluarga untuk bersedia dilakukan pembebasan pasung.
5. Memberikan tindakan perawatan sesuai dengan kondisi kesehatan pasien pasung
sebelum dilakukan pembebasan pasung.
6. Melatih keluarga untuk dapat merawat pasien di rumah pasca pembebasan pasung.
7. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait (keluarga, kader, TOGA, TOMA, perangkat
desa dan kepolisian/babinsa) untuk mendukung proses pembebasan pasung.
PENANGANAN PASCA PERAWATAN
DI RUMAH SAKIT
sumber : Pedoman Teknis Pembebasan Pasien Pasung Dinkes Propinsi Jatim
Melakukan kunjungan rumah secara rutin minimal 1 kali per minggu, setelah
pasien kembali dari perawatan di rumah sakit rujukan atau selama menjalani
rawat jalan.
Melakukan hal-hal berikut saat melakukan kunjungan rumah:
a. Memantau obat yang diminum oleh pasien (nama obat, dosis, obat yang
tersisa).
b. Memantau aktivitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh
c. pasien.
d. Memantau kemampuan keluarga dalam merawat pasien.
e. Mengidentifikasi tanda-tanda kambuh.
f. Mengingatkan keluarga tentang jadwal kontrol selanjutnya.
g. Melaporkan hasil kunjungan rumah ke dokter atau perawat puskesmas.
PERAN PERANGKAT DESA PASCA
PERAWATA DI RS
Membantu memotivasi keluarga agar tetap melakukan perawatan pasien
sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan.
Membantu mengedukasi lingkungan sekitar pasien agar mendukung
perawatan dan rehabilitasi pasien.
PERAN DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
PASCA PERAWATAN DI RS
Meminta laporan Puskesmas tentang perkembangan
penanganan pasung.
Membantu Puskesmas dalam berkoordinasi dengan RS dan
lintas sektor lainnya tentang penanganan pasung
PERAN DINAS SOSIAL KAB/KOTA PASCA
PERAWATAN DI RS
Membantu Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam
rehabilitasi penanganan pasien pasung
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KELOMPOK SEHAT
Promosi Kelompok
Kesehatan Sehat
FAKTOR PROTEKTIF
FAKTOR PROTEKTIF
Biologi / Neurobiologi
Psikologis
Sosial Budaya
12/6/2020 102
UPAYA PROMOSI
KESEHATAN JIWA UNTUK KELOMPOK SEHAT
USIA PROMOSI KESEHATAN JIWA TEMPAT
BUMIL TKT IBU HAMIL POSYANDU BUMIL
Kesehatan Mental Ibu Hamil DSSJ/PUSKESMAS
Persiapan Menjadi Orang Tua RSU/RSJ
BAYI TKT BAYI POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh RSU/RSJ
KANAK 2 TKT KANAK-KANAK POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh PAUD, TK, UKS JIWA
RSU
APRAS TKT APRAS POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh PAUD, TK,
103
UKS JIWA
RSU
UPAYA PROMOSI
KESEHATAN JIWA UNTUK KELOMPOK SEHAT
USIA PROMOSI KESEHATAN JIWA TEMPAT
ANAK TKT USIA SEKOLAH DSSJ/PUSKESMAS
SEKOLAH Stimulasi Perkembangan UKS JIWA
Pola Asuh RSU/RSJ
Pencegahan Buyilling & Bunuh Diri
Keluarga;
Lembaga pendidikan;
Tempat kerja;
Masyarakat;
Fasilitas pelayanan kesehatan;
Media massa;
Lembaga keagamaan dan tempat ibadah; dan
Lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan.
ASKEP PADA BAYI
Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses
perkembangan yang ditandai dengan pemupukan rasa
percaya pada orang lain dan diawali dengan kepercayaan
terhadap orang tua, khususnya ibu
TUGAS PERKEMBANGAN
Trust vs mistrust
Ciri/karakteristik perkembangan yang normal:
1. Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
2. Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
3. Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya
4. Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
5. Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
6. Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan
orang yang tidak dikenalnya
7. Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
Tugas perkembangan.....
Tempertantrum
Tidak mampu bersosialisasi
Tidak berani melakukan sesuatu / kegiatan
Merasa takut melakukan sesuatu
Merasa terpaksa dalam melakukan tindakan
Melakukan tindakan dengan ragu-ragu
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Anak pra sekolah mengidentifikasi peran gender
Anak pra sekolah mencapai keterampilan motorik,
kognitif, sikap tertentu
Anak pra sekolah mengidentifikasi peran di keluarga
Intervensi perkembangan normal
Tujuan
Anak mengenali kemampuan dirinya
Anak mengikuti kegiatan sosial
Anak merasa puas terhadap keberhasilan yang dicapai
Tindakan keperawatan
Tujuan
Remaja mampu menyebutkan karakteristik perkembangan
psikososial yang normal dan menyimpang
Remaja mampu menjelaskan cara mencapai
perkembangan psikososial yang normal
Remaja mampu melakukan tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial yang normal
Intervensi perkembangan yang normal
Diskusikan ciri perkembangan yang normal dan
menyimpang
Diskusikan cara untuk mencapai perkembangan psikososial
yang normal
Anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain
yang membuatnya nyaman mencurahkan perasaan,
perhatian dan kekhawatiran
Anjurkan
remaja untuk mengikuti organisasi yang
mempunyai kegiatan positif
Bimbing dan motivasi remaja dalam membuat rencana
kegiatan dan melaksanakan rencana yang telah dibuatnya
Intervensi penyimpanagan
perkembangan
Diskusikan aspek positif / kelebihan yang dimiliki remaja
Bantu mengidentifikais peran yang dapat ditmpilkan
remaja dalam kehidupannya
Diskusikan penampilan peran yang terbaik untuk remaja
Bantu remaja mengidentifikasi perannya di keluarga
Askep pada perkembangan
psikososial dewasa (25-65 tahun)
generativity vs stagnasi
Pengertian
Keluarga
Lembaga
Masyarakat.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Ansietas
Gangguan Citra Tubuh
Harga Diri Rendah Situasional
Ketidakberdayaan
Keputusasaan
ASUHAN KEPERAWATAN
DAN INTERVENSI
PSIKOSOSIAL
ANXIETAS
Pengertian Ansietas
Perasaan was – was, kuatir atau tidak nyaman seakan2 akan terjadi
sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman.
Berbeda dengan takut
TAKUT : penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
Ansietas adl respon emosional terhadap penilaian tsb.
Efek Fisiologis Ansietas
Kardiovaskuler: palpitasi, berdebar-debar, TD, pinsan, TD, N .
Pernafasan: P, nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa
tercekik, terengah-engah.
Neuromuskuler: refeks, terkejut, mata berkedip-kedip,
insomnia, tremor, kaku-kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan
umum, gerakan lambat, kaki goyah.
Efek Fisiologis Ansietas
•(Nadi, TD)
Objektif
•bicara berlebihan, tremor, berkeringat ,
gelisah
•Terlihat sulit konsentrasi, mudah
lupa,tidak fokus , bloking
• KELUHAN :
• fisik berulang
• Keluhan sulit konsentrasi.
RINGAN KELUARGA
BERAT
SEDANG
1.Diskusi masalah yang dirasakan keluarga
2.Mengenal anxietas
3.Latihan mengurangi anxietas
3.Relaksasi otot : -Teknik distraksi
RUJUK otot wajah -Teknik napas dalam
Otot leher - relaksasi otot
Otot bahu -Teknik hipnotis 5 jari
Otot perut 4. Nilai apakah keluarga mampu merawat pasien
Otot tangan dan kaki
PERTEMUAN 1 (SP 1 pasien)
Membina hub. saling percaya
Membantu pasien mengenal ansietas (tanda,gejala,penyebab, akibat,
mekanisme koping)
Mengajarkan teknik pengalihan situasi/ distraksi
Latihan melakukan teknik pengalihan situasi/distraksi
Pertemuan 2(sp 2 pasien)
Evaluasi kemampuan pasien mengenal ansietas
Evaluasi kemampuan distraksi
Mengajarkan relaksasi nafas dalam
Latihan relaksasi nafas dalam
Pertemuan 3 (sp 3 pasien)
Evaluasi kemampuan pasien mengenal masalah
Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi nafas dalam
Melatih pasien untuk relaksasi otot
Latihan relaksasi otot
Pertemuan 4 (sp 4 pasien)
OBJEKTIF
• Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh
yang terganggu
• Menolak melihat bagian tubuh
• Menolak menyentuh bagian tubuh
• Aktifitas sosial menurun
SUBJEKTIF
• Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak
berharga, keputusasaan.
• Menolak berinteraksi dengan orang lain.
• Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
terhadap bagian tubuh yang terganggu.
• Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan
yang terjadi.
• Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
TUJUAN
Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya
Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya
Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
TINDAKAN KEPERAWATAN
Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini,
perasaan dan harapan citra tubuhnya saat ini.
Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
Bantu pasien meningkatkan fungsi tubuh yang terganggu.
Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :
1. Gunakan protese, wig, kosmetik atau lainnya sesegera mungkin, gunakan
pakaian yang baru
2. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
3. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
4. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada
pembentukan tubuh yang ideal
TINDAKAN.............
Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
1. Susun jadual kegiatan sehari-hari
2. Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam aktifitas
dalam keluarga dan sosial
3. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran penting baginya.
4. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi
TINDAKAN PADA
KELUARGA
TUJUAN
Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4 )Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
ASUHAN KEPERAWATAN
KETIDAKBERDAYAAN
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa
tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara
bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan
TANDA DAN GEJALA
Data subyektif:
Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai
kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu
Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap
ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas
sebelumnya
Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran
Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
DATA OBYEKTIF
Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya
Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah.
Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan.
Apatis dan pasif
Ekspresi muka murung
Bicara dan gerakan lambat
Tidur berlebihan
Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
Menghindari orang lain
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan Umum:
Klien mampu mengatasi rasa ketidakberdayaan yang dialaminya
Tujuan khusus:
Membina hubungan saling percaya
Mengenali dan mengekspresikan emosinya
Memodifikasi pola kognitif yang negatif
Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenan dengan
perawatannya sendiri
Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
ASUHAN KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN
Tujuan
Pasien mampu :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
3. Menilai kemampuan yang dapat diguankan
4. Menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
5. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
6. Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan :
Keluarga mampu
Mengenal masalah harga diri rendah
Mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah
Merawat harga diri rendah
Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan
harga diri rendah
Menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
TINDAKAN KEPERAWATAN
Mendiskusikan masalah yang dirasakab dalam mnerawat
pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya harga diri rendah
Melatih keluarga cara merawat HDR
Membimbing keluarga merawat HDR
Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang mendukung meningkatkan HDR
Mendiskusikan tanda dna gejala kekambuhan yang
memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan
kesehatan
Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan
secara teratur
SP 1 Keluarga
• Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien dirumah,
menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara-
cara merawat pasien harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien harga
diri rendah dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara
merawt
SP 2 Keluarga
• Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien harga diri rendah langsung
pada pasien
SP 3 Keluarga
• Membantu keluarga membuat perencanaan pulang (membuat jadwal aktifitas dirumah
termasuk minum obat)
• Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang
ASUHAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami penurunan atau sama sekali
tidak mampu berinteraksi degan orang lain
disekitarnya
Pasein mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dnegan orang lain
1. Faktor Biologis
Faktor herediter
Risiko bunuh diri
Riwayat penyakit atau trauma kepala
Riwayat penggunaan NAPZA
Lanjutan....
2. Faktor psikologis
Pengalaman negatif pasien terhadap gambaran
diri
Ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang
dimiliki
Kegagalan dalam mencapai harapan atau cita-
cita
Krisisidentitas dan kurangnya penghargaa baik
dari diri sendiri maupun lingkungan
Lanjutan....
3. Faktor sosial budaya
Sosial ekonomi rendah
Riwayatpenolakan lingkungan pada tahap
tumbuh kembang anak
Tingkat pendidikan rendah
Kegagalan dalam hubungan sosial
FAKTOR PRESIPITASI
Riwayat penyakit infeksi
Penyakit kronis atau kelainan struktur otak
Kekerasan dalam keluarga
Kegagalan dalam hidup
Kemiskinan
Adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau
masyarakat yang sering tidak sesuai dnegan
pasien
Konflik antar masyarakat
Subyektif
Merasa sepi
Merasa tidak aman
Merasa bosan dna waktu terasa lambat
Tidak mampu berkonsentrasi
Merasa ditolak
Obyektif
Banyak diam
Tidak mau bicara
Menyendiri
Tidak mau berinteraksi
Tanmpak sedih
Ekspresi datar dan dangkal
Kontak mata kurang
Gejala Obyektif
Klien banyak diam dan tidak mau bicara
Tidak mengikuti kegiatan
Banyak berdiam diri dikamar
Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat
Klien tampak sedih, afek datar dan dangkal
Kontak mata kurang
kurang spontan
Apatis
DIAGNOSA KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL
Posisi diagnosa
Domain 12 : comfort
Kelas 3 : social comfort
SP 1 pasien : membina hubungan saling percaya, membantu pasien
mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal
keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan
Tindakan :
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang manfaat berinteraksi dengan orang
lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan seseorang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP 2 pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara
bertahap (berkenalan dengan orang pertama)
Tindakan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang
3. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP 3 pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan
dengan orang kedua)
Tindakan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP 1 Keluarga :
memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial, epnyebab
isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
Tindakan :
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi social
SP 2 Keluarga :
melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi
sosial langsung dihadapan pasien
Tindakan :
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi social
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien isolasi sosial
SP 3 Keluarga :
membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Tindakan :
Membantu keluarga membuat perencanaan pulang (membuat jadwal aktifitas
dirumah termasuk minum obat)
Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang
PENGERTIAN
Halusinasi penglihatan • melihat seseorang yang sudah meninggal, •Tatapan mata pada tempat tertentu
(visual-seeing persons melihat makhluk tertentu, melihat bayagan, • menunjuk kearah tertentu
or things) hantu atau sesuatu yang menakutkan • ketakutan pada obyek yang dilihat
Halusinasi penghidu/ •Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, • ekspresi wajah seperti mencium
penciuman bayi, feses, bau masakan, bau parfum yang sesuatu dengan gerakan cuping hidung,
(olfactory-smelling menyenangkan mengarahkan hidung pada tempat
odors) • klien seing mengatakan emncium bau tertentu
sesuatu
Jenis Halusinasi Data Subyektif Data Obyektif
Halusinasi perabaan klien mengatakan ada sesuatu yang • mengusap, menggaruk-ngaruk, meraba-
(tactile-feeling bodily menggerayangi tubuh seperti tangan, raba permukaan kulit
sensations) binatang kecil, makhluk halus •Terlihat menggerakkan badan seperti
Merasakan sesuatu dipermukaan kulit, merasakan sesuatu rabaan
merasakan sangat panas atau dingin,
merasakan ersengat aliran listrik
Halusinasi pengecapan • klien seperti sedang merasakan makanan •Seperti mengecap sesuatu, gerakan
(gustatory- tertentu, rasa tertentu atau mengunyah mengunyah, meludah atau muntah
experiencing tastes) sesuatu
1. Mengkaji jenis halusinasi
2. Mengkaji isi halusinasi
3. Mengkaji waktu terjadinya halusinasi
4. Mengkaji frekuensi halusinasi
5. Situsi yang menyebabkan munculnya halusinasi
6. Respons halusinasi
Gangguan sensori persepsi (00122)
POSISI DIAGNOSA
Keluarga mampu :
• mengenal masalah halusinasi
• mengambil keputusan untuk merawat isolasi sosial
• merawat halusinasi
• memodifikasi lingkungan yang mendukung pasien
• memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Intervensi keperawatan
Domain 11 : safety/protection
Kelas 3 ; violence
SP 1 Pasien : membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
Tindakan ;
1. Bina hubungan saling percaya
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak setiap kali bertemu klien
2. Diskusikan bersama klien penyebab PK saat ini dan yang lalu
3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab PK
Diskusikan tanda dan gejala PK secara fisik
Diskusikan tanda dan gejala PK secara psikologis
Diskusikan tanda dan gejala PK secara sosial
Diskusikan tanda dan gejala PK secara spiritual
Diskusikan tanda dan gejala PK secara intelektual
4. Diskusikan bersama klien PK yang biasa dilakukan pada saat marah secara
- Verbal - Terhadap diri sendiri
- Terhadap orang lain - Terhadap lingkungan
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6. Diskusikan bersama klien cara mengontrol PK secara Fisik I
Latih klien mengontrol PK dengan latihan nafas dalam
Susun jadwal Latihan nafas dalam
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
ke-2
Tindakan ;
1. Evaluasi latihan nafas dalam
2. Latih cara fisik ke-2 : pukul kasur dan bantal
3. Susun jadwal kegiatan harian cara ke-2
Tujuan :
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
SP 1 Keluarga : memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang
cara merawat pasien perilaku kekerasan dirumah
Tindakan ;
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncl, dan akibat dari perilaku
tersebut)
3. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda / orang lain
SP 2 Keluarga : melatih keluarga melakukan cara2 mengontrol
kemarahan
Tindakan ;
1. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
2. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat
3. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
4. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala2 perilaku kekerasan
Risiko bunuh diri merupakan salah satu kondisi yang harus dikaji
oleh perawat pada setiap pasien gangguan jiwa terutama pada kasus
gangguan depresi.
Keinginan untuk mengakhiri hidup ini dapat mengakibatkan
kematian.
Asuhan keperawatan risiko bunuh diri perlu dilakukan agar pasien
dan keluarga dapat mencegah terjadinya perilaku bunuh diri.
A. Pengertian
b. Psikologis
Riwayat kekerasan masa kanak-kanak, riwayat keluarga
bunuh diri, homoseksual saat remaja, perasaan bersalah,
kegagalan dalam mencapai harapan
c. Sosial
Perceraian, perpisahan, hidup sendiri, tidak bekerja
B. PROSES TERJADINYA RISIKO BUNUH DIRI
Faktor Presipitasi:
Perasaan marah/bermusuhan
Hukuman pada diri sendiri,
Keputusasaan
Perasaan terisolasi
Kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang
berarti,
Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress
bentuk perilaku bunuh diri
Data Subjektif:
Merasa hidupnya tak berguna lagi
Ingin mati
Pernah mencoba bunuh diri
Mengancam bunuh diri
Merasa bersalah / putus asa
TANDA DAN GEJALA RISIKO BUNUH DIRI
Data Objektif:
Ekspresi murung
Tak bergairah
Banyak diam
Ada bekas percobaan bunuh diri
PENGKAJIAN
1. Wawancara
2. Observasi
Wawancara
Bagaimana perasaan pasien saat ini?
Apakah pasien mempunyai pikiran ingin mati?
Berapa sering muncul pikiran ingin mati?
Kapan terakhir berpikir ingin mati?
Apakah pasien pernah mencoba melakukan percobaan bunuh
diri? Kapan terakhir melakukannya? Dengan apa pasien
melakukan percobaan bunuh diri? Apa sebabnya pasien ingin
melakukan percobaan bunuh diri?
Apakah saat ini masih berpikir untuk melakukan perilaku bunuh
diri?
OBSERVASI
Tujuan:
1. Keluarga dengan ancaman/percobaan bunuh diri
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri----Ancaman/percobaan bunuh
diri
2. Keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri:
a. Keluarga mampu mengenal masalah risiko bunuh diri
b. Keluarga mampu memutuskan merawat pasien risiko bunuh diri
c. Keluarga mampu menciptakan suasana keluarga dan lingkungan
yang aman.
d. Keluarga mampu memantau dan membimbing pasien dalam
mengatasi risiko bunuh diri
e. Keluarga mampu follow-up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya risiko bunuh diri dan mengambil keputusan
merawat pasien.
3. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang aman
4. Melatih keluarga cara-cara membimbing dan memantau
pasien mengatasi risiko bunuh diri dan kemampuan
pasien dalam mencapai masa depan.
5. Menganjurkan follow-up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur
Strategi Pelaksanaan Pertemuan 1
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak
b. Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan.
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya
waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan
stress yang menumpuk.
Faktor presipitasi
Tindakan keperawatan ;
a) Bantu orientasi realita
b) Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
c) Bantu pasien memenuhi kebutuhannya
d) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II Pasien
Mengidentifikasi kemampuan positif pasien
Tindakan keperawatan :
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Diskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
c) Melatih kemampuan positif yang dimiliki
d) Ajarkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III Pasien
Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
Tindakan keperawatan :
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c) Ajarkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Tindakan keperawatan :
SP I Keluarga:
Membina hubungan saling percaya dengan keluarga, Mengidentifikasi
masalah, menjelaskan proses terjadinya masalah
Tindakan keperawatan ;
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di
rumah
b) Diskusikan dengan keluarga waham yang dialami pasien
c) Diskusikan dengan keluarga cara-cara merawat pasien waham
Tindakan keperawatan :
SP II Keluarga:
Melatih keluarga cara merawat pasien
Tindakan keperawatan ;
a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasein dengan
waham
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
waham
Tindakan keperawatan :
SP III Keluarga:
membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Tindakan keperawatan ;
a) Membantu keluarga membuat jadual aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
b) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
12/6/2020 339