Anda di halaman 1dari 339

Pengantar Kuliah

Keperawatan Kesehatan Jiwa II

Nurul Mawaddah, S.Kep.Ns., M.Kep.


Departemen Keperawatan Jiwa
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Stikes Majapahit Mojokerto
KESEHATAN

 Kesehatan adalah kondisi sehat fisik, mental, sosial dna


spiritual, bukan saja bebas dari sakit dan cacat
 Kesehatan
- FISIK
- MENTAL
- SOSIAL SPIRITUAL
- TIDAK HANYA TIDAK SAKIT DAN TIDAK CACAT
 TIDAK ADA KESEHATAN TANPA KESEHATAN
Pengertian Kesehatan Jiwa

 Kes Jiwa bukan hanya tdk ada gangguan jiwa


melainkan megandung berbagai karakteristik yg positif
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya ( WHO)
 Kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, psiritual dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. (UU Kes. Jiwa no 18 thn 2014).
Penyebab Terjadinya Gangguan Jiwa

 Somatogenik
 Sosiogenik
 Psikogenik
Somatogenik

 Neuroanatomi
 Neurofiologi
 Neurokimia
 Tingkat perkembangan organik
 Faktor pre and perinatal
 Excessive secretion of the neurotransmitter nor
epineprine
Sosiogenik (sosial budaya)

 Kestabilan keluarga
 Pola asuh anak
 Tingak ekonomi
 Perumahan
 Pengaruh rasial dan keagamaan, nilai-nilai
Psikogenik
 Interaksi ibu dan anak
 Peranan ayah
 Persaingan antar saudara kandung
 Hubungan dalam keluarga, pekerjaan dan
masyarakat
 Kehilangan
 Kosep diri
 Pola adaptasi
 Tingkat perkembangan emosi
Kebutuhan dan Masalah
Kesehatan Jiwa
Serta Pelayanan Keswa
Masalah Kesehatan Jiwa
di Indonesia
NO GANGGUAN JIWA PREVALENS
I
Riskesdas Riskesdas Riskesdas PASUNG PASUNG
2007 2013 2018 (Riskesdas (Riskesdas
2013) 2018)

1 ODGJ Berat 14 %
0.46% 0.17% 7% 14.3% (dipasung
3 bulan
terakhir
31.5 %)
2 ODGJ Ringan (GME)
11.6% 6.0% 9.8%
Sehat
Risiko
Sakit

Promosi

Kuratif &
Pencegahan Rehabilitasi
12/6/2020 10

RENTANG SEHAT – RISIKO – SAKIT


TARGET PELAYANAN & SAKIT DI
ASUHAN KEPERAWATAN RUMAH
SAKIT
Anak Pra Anak
Sekolah Sekolah

Kanak2 SAKIT DI
Remaja
KELUARGA/
SEHAT DI KOMUNITAS
KELUARGA/
KOMUNITAS Bayi Dewasa

RISIKO DI
KELUARGA/
Bumil Lansia KOMUNITAS
TARGET PELAYANAN KESEHATAN JIWA

1. SEHAT JIWA TETAP SEHAT


2. RISIKO GANGGUAN JIWA JADI SEHAT JIWA
3. GANGGUAN JIWA JADI
MANDIRI DAN PRODUKTIF

JAWA TIMUR SEHAT JIWA


KOMPETENSI
1. MAMPU MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA
 Halusinasi
 Harga diri rendah
 Defisit perawatan diri
 Resiko Perilaku kekerasan
 Isolasi sosial
 Waham
 Resiko bunuh diri
 Kerusakan komunikasi verbal
 Regimen individu inefektif
 Penatalaksanaan regimen keluarga inefektif
 Berduka yang kompleks
KOMPETENSI
2. MAMPU MERAWAT PASIEN RISIKO GANGGUAN JIWA (PSIKOSOSIAL)
 Ansietas
 Harga diri rendah situasional
 Gangguan citra tubuh
 Ketidakberdayaan
 Keputusasaan
 Koping keluarga inefektif
 Koping individu inefektif
 Berduka antisipasi
 Penampilan peran inefektif
 Resiko penyimpangan perilaku sehat
 Sindroma pasca trauma
KOMPETENSI
3. MAMPU MERAWAT PASIEN SEHAT JIWA
 Kesiapan peningkatan perkembangan Infant
 Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler
 Kesiapan peningkatan perkembangan Pre Schoo
 Kesiapan peningkatan perkembangan Usia Sekolah
 Kesiapan peningkatan perkembangan Remaja
 Kesiapan peningkatan perkembangan Dewasa muda
 Kesiapan peningkatan perkembangan Dewasa tengah
 Kesiapan peningkatan perkembangan Lansia
 Kesiapan meningkatkan koping
 Kesiapan peningkatan Pengetahuan
 Kurang Pengetahuan
 Kesiapan peningkatan Perawatan Diri
Kontribusi keperawatan kesehatan jiwa
pada pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia

 dibagi di tiga tatanan pelayanan kesehatan yaitu


1. rumah sakit jiwa,
2. rumah sakit umum dan
3. masyarakat.
 Dalam rangka berkontribudi dalam ketiga tatanan
pelayanan kesehatan jiwa maka dikembangkan pelayanan
keperawatan jiwa yang professional yaitu
1. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa di rumah
sakit jiwa (MPKP Jiwa)
2. Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat (Community
Mental Helath Nursing) di masyarakat dan
3. Keperawatan Konsultasi Kesehatan Jiwa (Consultation
Liaison Mental Health Nursing) di rumah sakit umum
bagi klien gangguan fisik.
Kebijakan Kesehatan Jiwa
Payung Hukum di Tahun 2014

 UNDANG-UNDANG KESEHATAN JIWA


No 18 tahun 2014
 UNDANG-UNDANG KEPERAWATAN
No 38 tahun 2014
 UNDANG-UNDANG TENAGA KESEHATAN
No 36 Tahun 2014
Bab 1. Ketentuan Umum

 Pasal 1
 Kesehatan Jiwa
 Orang dengan masalah kesehatan jiwa (ODMK)
 Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)

Sehat Resiko ODMK-ODGJ


Asas Upaya Kesehatan Jiwa
(pasal 2)
 Keadilan
 Perikemanusiaan
 Manfaat
 Transparansi Asas Praktik
Keperawatan
 Akuntabilitas
 Komprehensif
 Pelindungan
 Nondiskriminasi
Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa
(UU Keswa no 18 tahun 2014, pasal 4)

 Promotif
 Preventif
 Kuratif
 Rehabilitatif
UPAYA PROMOSI
KESEHATAN JIWA UNTUK KELOMPOK SEHAT

USIA PROMOSI KESEHATAN JIWA TEMPAT

BUMIL TKT IBU HAMIL POSYANDU BUMIL


Kesehatan Mental Ibu Hamil DSSJ/PUSKESMAS
Persiapan Menjadi Orang Tua RSU/RSJ
BAYI TKT BAYI POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh RSU/RSJ
KANAK 2 TKT KANAK-KANAK POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh PAUD, TK, UKS JIWA
RSU
APRAS TKT APRAS POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh PAUD, TK, UKS JIWA
RSU 23
UPAYA PROMOSI
KESEHATAN JIWA UNTUK KELOMPOK SEHAT

USIA PROMOSI KESEHATAN JIWA TEMPAT

ANAK SEKOLAH TKT USIA SEKOLAH DSSJ/PUSKESMAS


Stimulasi Perkembangan UKS JIWA
Pola Asuh RSU/RSJ
Pencegahan Buyilling & Bunuh Diri

REMAJA TKT REMAJA DSSJ/PUSKESMAS


Stimulasi Perkembangan UKS JIWA
Pola Asuh RSU/RSJ
Pencegahan Buyilling & Bunuh Diri

DEWASA TKT DEWASA DSSJ/PUSKESMAS


Manajemen Stres dan Manajemen Konflik UKS JIWA
RSU

LANSIA TKT LANSIA DSSJ/POSBINDU


Program Kesehatan Mental Lansia: Pencegahan Demensia,
12/6/2020 PUSKESMAS
24
Alzeimer RSU
Target Upaya promotif
UU KESWA NO 18, 2014, Pasal 8

 Keluarga;
 Lembaga pendidikan;
 Tempat kerja;
 Masyarakat;
 Fasilitas pelayanan kesehatan;
 Media massa;
 Lembaga keagamaan dan tempat ibadah; dan
 Lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan.
Upaya pencegahan masalah
kesehatan jiwa
Kelompok resiko Upaya pencegahan
Sakit fisik Manajemen stres di fasilitas
pelayanna kesehatan
Putus sekolah Manajemen stres
Putus kerja Ketahanan mental
Program antisipasi
Kehilangan orang yang dicintai
Narapidana
Kemiskinan Program kesejahteraan
Korban bencana Manajemen stres
Tujuan upaya preventif kesehatan jiwa
UU KESWA NO 18, 2014, Pasal 8

 Mencegah timbulnya masalah kejiwaan


 Mencegah timbulnya dan atau kambuhnya gangguan jiwa
 Mengurangi faktor resiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat
secara umum atau perorangan dan atau
 Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial
Upaya Kuratif dan Rehabilitatif

 Orang dengan masalah kesehatan jiwa (ODMK)


 RSU

 Komunitas

 Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)


 RSJ

 RSU

 Komunitas
Tujuan upaya Kuratif kesehatan jiwa
UU KESWA NO 18, 2014, Pasal 18

 Penyembuhan atau pemulihan


 Pengurangan penderitaan
 Pengendalian disabilitas
 Pengendalian gejala penyakit
Tujuan upaya Rehabilitatif kesehatan
jiwa
UU KESWA NO 18, 2014, Pasal 25

 Mencegah atau mengendalikan disabilitas


 Memulihkan fungsi sosial
 Memulihkan fungsi okupasional
 Mempersiapkan dan memberi kemampuan mandiri di
masyarakat
Target asuhan keperawatan pada ODGJ

 Kemampuan mengendalikan tanda dan gejala


 Asuhan keperawatan
 Asuhan medik (kepartuhan minum obat)
 Kemampuan perawatan diri
 Kemampuan sosialisasi
 Kemampuan kegiatan sehari-hari/ rumah tangga
 Kemampuan bekerja
Fasilitas pelayanan kesehatan jiwa
UU Keswa no 18 tahun 2014, pasal 48

 Puskesmasdan jejaring, klinik pratama, praktik dokter


dengan kompetensi pelayanan kesehatan jiwa
 Rumah sakit umum
 Rumah sakit jiwa
 Rumah perawatan
Kondisi Patologis

Dirawat Di RS

Klien Keluarga/ caregiver:


Masalah psikososial

Holistik
Ansietas
• kira-kira 2-5%

• prevalensi > tinggi
dari anak
• Diagnosa Fisik
• skala sedang-berat
• Diagnosa Psikososial
• fungsi klg
• perlu treatment
CONSULTATION LIASION MENTAL
HEALTH NURSING
 Pemberian pelayanan kesehatan mental pada
seting non spesialis (rumah sakit umum dan
komunitas)
 Fokus utama:
 Meningkatkan kesehatan mental
Sehat mental
Masalah psikososial
ALASAN UTAMA DIPERLUKANNYA
PENGELOLAAN CLMHN

 Pelayanan Liaison berkontribusi sebagai upaya preventif


masalah kesehatan jiwa
 Individu yang mengalami masalah kesehatan fisik akan
mempengaruhi kesehatan mental
 Faktanya: kebutuhan mental kurang menjadi
perhatian bagi perawat di unit pelayanan umum
Fungsi CLMHN

 Memberikan konsultasi terkait kesehatan mental

 Memberikan asuhan keperawatan terkait masalah


fisik
Mental health Non Mental health

Perawat

Farmasi
dokter
Lab

Klien

Keluarga Psikolog
Komponen Kolaborasi

 Berbagi tanggung jawab pada berbagai aspek yang


berbeda namun tetap pada satu pendekatan pada
pasien/ klien
 Sharing ketrampilan dan pengetahuan profesional
demi keuntungan pasien/ klien
 Mengintegrasikan pengetahuan dalam penanganan
klien dipandang dari berbagai dasar pengetahuan
setiap anggota kelompok profesional
 Melaksanakan riset bersama
PELAYANAN KESEHATAN JIWA
DI RSJ
 Pasien bebas pasung yang terindikasi
 Membahayakan diri sendiri
 Membahayakan orang lain dan lingkungan
 Pasien bebas pasung yang mempunyai indikasi dirawat di
Masyarakat
– Keluarga yang diedukasi
– Kader Kesehatan Jiwa yang terlatih
– TOMA yang diedukasi
– perawat dan Dokter terlatih
PERAWATAN GANGGUAN JIWA AKUT /
INTENSIF

1. Kondisi akut gangguan jiwa (MRS Pertama)

2. Kondisi kambuh pasien gangguan jiwa

3. Pasien bebas pasung yang perlu dirawat


Pelayanan Kesehatan Jiwa
Berbasis Masyarakat

CMHN
(community mental heatlh nursing)
Latar Belakang CMHN di Indonesia
Masalah:
•Fisik
•Psikologis RECOVERY
•Sosial
•Budaya
•Spiritual
Tsunami & Gempa

•Konsep kep jiwa komunitas


•Tiga tkt pencegahan
•Aplikasi konsep kep jiwa kom
TRY OUT
Pengertian

CMHN (Community Mental Health Nursing)


Atau Keperawatan kesehatan jiwa komunitas
Adalah upaya yang digunakan untuk membantu
masyarakat dalam menyelesaikan masalah-
masalah kesehatan jiwa akibat konflik atau
bencana. (Keliat, dkk. 2006)
Tujuan

1. Mempertahankan anggota masyarakat yang sehat jiwa


agar tetap sehat
2. Meningkatkan kesehatan anggota masyarakat yang risiko
agar menjadi sehat
3. Membantu anggota masyarakat yang gangguan jiwa agar
mandiri
Jenis Pelayanan Keperawatan Jiwa
Komunitas
 Pencegahan primer
 Pencegahan sekunder
 Pencegahan tersier
Pencegahan primer

 Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada


peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya
gangguan jiwa.
 Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan
jiwa , mempertahankan dan meningkatkan kesehtan jiwa.
 Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum
mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur
yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
 Aktivitas pada pencegahan primer adalah program
pendidikan kesehatan , program stimulasi perkembangan,
program sosialisasi kesehatan jiwa , manajemen stress ,
persiapan menjadi orang tua.
Pencegahan sekunder

 Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan


sekunder adalah deteksi dini dan penanganan dengan
segera masalah psikososial dan gangguan jiwa.
 Tujuan pelayanan adalah menurunkan angka kejadian
gangguan jiwa.
 target pelayanan adalah anggota masyarakat yang
beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah
dan gangguan jiwa. Aktivitas : deteksi dini,
penjaringan kasus
Pencegahan tersier

 Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan


yang berfokus pelayana keperawatan adalah : pada
peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
 tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan atau
ketidakmampuan akibat gangguan jiwa.
 Target pelayanan yaitu anggota masyarakat
mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
 Aktivitas : dukungan sosial, program rehabilitasi,
program sosilisasi, program mencegah stigma
Prinsip Pelayanan Kesehatan Jiwa
Komunitas
• Keterjangkauan
 Keadilan
 Perlindungan Hak Azasi Manusia .
 Terpadu,Terkoordinasi dan Berkelanjutan
 Efektif
 Hubungan Lintas Sektoral
 Pembagian wilayah pelayanan
 Kewajiban
PENATALAKSANAAN
KESEHATAN JIWA
BERBASIS MASYARAKAT
PEMASUNGAN
 PEMASUNGAN adalah suatu tindakan yang menggunakan cara
pengikatan atau pengisolasian.
 PENGIKATAN merupakan semua metode manual yang menggunakan
materi atau alat mekanik yang dipasang atau ditempelkan pada tubuh
dan membuat tidak dapat bergerak dengan mudah atau yang
membatasi kebebasan dalam menggerakan tangan, kaki atau kepala.
 PENGISOLASIAN merupakan tindakan mengurung sendirian tanpa
persetujuan atau dengan paksa, dalam suatu ruangan atau area yang
secara fisik membatasi untuk keluar atau meninggalkan ruangan/area
tersebut.
DASAR HUKUM LARANGAN PASUNG

 UU nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan (pasal 147 ayat 1, pasal 148 ayat 1, pasal 149 ayat 1 dan 2)
- Penderita gangguan jiwa mempunyai hak yang sama sebagai warga negara, wajib mendapatkan
pengobatan dan perawatan
 Undang-Undang Dasar RI tahun 1945
- Jaminan terhadap perlindungan hak asasi bagi setiap warga negara (ODGJ memiliki hak yang sama
dengan orang normal pada umumnya)
 UU nomer 39 pasal 27 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
- Setiap warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dna wajib menjunjung tinggi hukum
- Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dna penghidupan yang layak
- Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara
 UU nomer 19 tahun 2011 tentang Hak-hak Penyandang Disabilitas
- Setiap penyandang disalibitas harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang kejam, tidak
manusiawi, merendahkan martabat manusia, bebas dari eksploitasi, ekkerasan dan perlakuan
semena-mena serta memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan
fisiknya berdasarkan kesamaan dengan orang lain
Dampak Pemasungan

 Pemasungan dapat berdampak secara fisik maupun mental


 Secara fisik yang sering ditemukan :
1. penyakit kulit seperti iritasi hingga luka parah yang mengakibatkan kulit
mati rasa
2. Athropi otot (pengecilan otot karna lama tidka digunakan)
Lanjutan....
 Dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) tidak ada pasal yang mengatur
secara khusus tentang pemasungan,
Pemasungan dikategorikan dengan perampasan kebebasan

Pasal 333 KUHP tentang merampas kemerdekaan :


1. Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum merampas kemerdekaan
seseorang atau meneruskan perampasan kemerdekaan yang demikian, diancam
dengan pidana penjara paling lama delapan tahun
2. Bila perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, maka yang bersalah diancam
dengan pidanan penjara paling lama sembilan tahun
3. Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun
4. Pidana yang ditentukan dalam pasal ini diterapkan juga bagi orang yang sengaja
dan melawan hukum memberi tempat untuk perampasan kemerdekaan
Hambatan bebas pasung

 sebagian keluarga keberatan melepas penderita pasung


untuk dibebaskan dan dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ).
 banyak dari keluarga yang beranggapan bahwa selesai
dibebaskan berarti sudah sembuh.
ALUR PELEPASAN PASUNG

PELATIHAN DETEKSI DINI


MAPPING (Sehat,
(Perawat, dokter, (Nakes, kader,
ODMK, ODGJ)
kader) mahasiswa+dosen)

KOORDINASI
PELEPASAN BERBATAS WAKTU
(Pemerintah, pendidikan,
KEBERSIHAN DIRI MAKAN OBAT SOSIAL-ISASI aparat, masyarakat,
keluarga)

MAINTENANCE REHABILITASI
(psikofarmaka, askep, (TERAPI OKUPASI)
TAK, posyandu jiwa)
1. PENDIDIKAN INFORMAL

• BC- CMHN

PERAWAT •


IC -CMHN
AC- CMHN
TAK

KADER • PELATIHAN KADER

DOKTER • PELATIHAN GP PLUS


2. DETEKSI DINI DAN MAPPING DATA

SEHAT

ODMK ODGJ
3. KOORDINASI LINTAS SEKTOR

 Pelepasan Pasung Lintas Sektor


– Melibatkan lintas sektor
 Dinsos dan TKSK
 Bapeda
 Dinkes
 Aparat pemerintahan
 Petugas keamanan
KEGIATAN BEBAS PASUNG PERLU
KONTRIBUSI LINTAS SEKTOR
 Peran sera dinas kesehatan
 Peran serta pendidikan kesehatan
 Peran serta dinas sosial
 Peran serta pemerintah daerah
 Peran serta SATPOL PP
 Peran serta PKK
 Peran serta dinas tenaga kerja
 Peran serta dinas agama
 Peran serta perusahaan
 DLL
PERAN SERTA INSTITUSI PENDIDIKAN
KESEHATAN
 Menetapkan Kecamatan/Kelurahan/RW/Rt tempat
praktik di masyarakat
 Deteksi Kesehatan Jiwa Masyarakat : termasuk
pasung
 Melatih Kader Kesehatan Jiwa
 Asuhan Keperawatan Jiwa dengan melakukan
kunjungan rumah
PERAN SERTA DINAS SOSIAL
 Identifikasi Peran Dinas Sosial & Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
(TKSK)
 Kerjasama tentang pasien gangguan jiwa yang : gelandangan
 Rehabilitasi Psikososial di Masyarakat
PERAN SERTA SATPOL PP

 Deteksi Pasien Gangguan Jiwa


 Penanganan Pasien Gangguan Jiwa
– Mengetahui sistem rujukan
– Cara menangkap yang pasien gangguan jiwa
– Koordinasi dengan pemerintah setempat
PERAN SERTA PKK

 Dari RT – RW – Kelurahan – Kecamatan – Propinsi – Pusat


 Fasilitasi Kader Kesehatan Jiwa
 Peningkatan Kesadaran Kesehatan Jiwa Masyarakat
PEMBERDAYAAN LINTAS SEKTOR
Sumber: JUKNIS BEBAS PASUNG PROPINSI JAWA TIMUR
 Tenaga Kesehatan
 Tokoh agama
 Tokoh masyarakat
 Perangkat Desa
 Kader Kesehatan jiwa
 Camat
 Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota
 Dinas Tenaga Kerja Provinsi/Kabupaten/Kota
 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten/Kota
 Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten/kota
 Kepolisian Daerah/Resort/Sektor
 TNI tingkat Komando Daerah/Resort/Distrik/Rayon Militer
PROSES PELEPASAN PASUNG

Tahap Persiapan
 Tahap pelaksanaan dan pasca
pelepasan pasung
Tahap Persiapan_Masyarakat

1. Keluarga
a. Memahami dan menerima anjuran petugas kesehatan
untuk mendukung proses pembebasan pasung.
b. Bersedia memberikan perawatan pada anggota
keluarga pasca pembebasan pasung sesuai anjuran
petugas kesehatan.
c. Mendampingi pasien pasung bila harus dirujuk
2. Tokoh Agama/Tokoh Masyarakat (TOGA/TOMA)
a. Membantu menurunkan kecemasan keluarga dan lingkungan selama proses dan
pasca pembebasan pasung.
b. Membantu menghapus stigma dan dukungan sosial terhadap keluarga dan
lingkungan
c. Memberikan informasi yang proporsional tentang pasung.
d. Melaporkan kepada kader kesehatan jiwa maupun tenaga kesehatan terdekat bila
menemukan orang dengan gangguan jiwa di wilayahnya yang mengalami hal-hal di
bawah ini:
 Diikat atau dibatasi pergerakannya dengan benda apapun pada bagian-bagian
tubuh tertentu (misalnya dengan tali, rantai, kayu pasung)
 Dikurung pada ruangan atau tempat tertentu.
e. Membantu mempersiapkan dan melengkapi persyaratan administratif yang berkaitan
dengan sistem rujukan kesehatan.
f. Mendampingi keluarga bila dibutuhkan.
3. Kader kesehatan jiwa
a. Melakukan deteksi dan melaporkan kasus pasung di wilayahnya ke
Puskesmas.
b. Melakukan kunjungan rumah untuk menurunkan kecemasan keluarga
dan memberikan motivasi agar keluarga bersedia untuk dilakukan
pembebasan pasung.
c. Melakukan penggerakan masyarakat untuk mendukung proses dan pasca
pembebasan pasung.
d. Menghapus stigma keluarga dan dukungan sosial terhadap keluarga dan
lingkungan
e. Melakukan dokumentasi kasus pasung di wilayahnya.
f. Mendampingi pasien bila dibutuhkan
Tahap Persiapan _ Tenaga kesehatan di Puskesmas (dokter
dan atau perawat)
1. Melakukan deteksi, pemetaan dan identifikasi kasus pasung di wilayah kerja
puskesmas (dengan mencantumkan nama, jenis kelamin, umur, alamat dan foto
waktu di pasung).
2. Melaporkan temuan kasus kepada Kepala Puskesmas setempat.
3. Melakukan pendekatan dan memberikan edukasi kesehatan jiwa kepada keluarga
dan lingkungan sekitar pasien pasung.
4. Memotivasi keluarga untuk bersedia dilakukan pembebasan pasung.
5. Memberikan tindakan perawatan sesuai dengan kondisi kesehatan pasien pasung
sebelum dilakukan pembebasan pasung.
6. Melatih keluarga untuk dapat merawat pasien di rumah pasca pembebasan pasung.
7. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait (keluarga, kader, TOGA, TOMA, perangkat
desa dan kepolisian/babinsa) untuk mendukung proses pembebasan pasung.
PENANGANAN PASCA PERAWATAN
DI RUMAH SAKIT
sumber : Pedoman Teknis Pembebasan Pasien Pasung Dinkes Propinsi Jatim

 Yang terlibat dalam penanganan pasca perawatan di Rumah Sakit adalah :


a. Rumah Sakit
b. Puskesmas
c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
d. Dinas Sosial Kabupaten/Kota
e. Keluarga
f. Kader Kesehatan Jiwa
g. Pihak Perangkat Desa
Peran RS pasca perawatan di RS

a. Dokter yang merawat berkoordinasi dengan manajemen


RS untuk persiapan pemulangan pasien pasca pasung.
b. Dokter yang merawat melengkapi form rujukan balik dan
saran– saran terapi untuk pasien yang telah diijinkan
rawat jalan.
c. Manajemen RS (diwakili oleh kepala ruang rawat inap)
menghubungi pihak puskesmas untuk menyiapkan
penjemputan pasien yang telah diijinkan rawat jalan dan
rehabilitasi.
PERAN PUSKESMAS PASCA PERAWATAN DI
RS
 Pihak puskesmas menghubungi keluarga untuk ikut menjemput pasien di rumah
sakit rujukan.
 Puskesmas menunjuk kader yang ditugaskan mendampingi pasien pasca perawatan
 Puskesmas berkoordinasi dengan perangkat Desa, Dinas Kesehatan / Dinas Sosial
Kab/Kota untuk tindak lanjut pasca perawatan di rumah sakit rujukan.
 Semua pasien yang telah diijinkan rawat jalan, diperiksa ulang oleh dokter
puskesmas sebelum dipulangkan ke rumah atau panti sosial.
 Dokter puskesmas mengecek saran terapi dan obat – obat yang digunakan pasien.
 Dokter puskesmas dapat melakukan konsul ulang pertelepon ke rumah sakit rujukan
bila dipandang perlu.
PERAN PUSKESMAS PASCA PERAWATAN DI
RS
 Perawat penanggung jawab melakukan kunjungan rumah secara rutin minimal 2 minggu
sekali khususnya dalam 3 bulan pertama setelah pasien kembali.
 Perawat melakukan asuhan keperawatan.
 Perawat mengevaluasi kondisi pasien dan keluarga.
 Perawat mengevaluasi obat yang diminum oleh pasien.
 Perawat mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan di RS.
 Perawat melanjutkan asuhan keperawatan fisik dan jiwa yang dibutuhkan oleh pasien :
terapi individu, terapi kelompok dan okupasi.
 Perawat mengindentifikasi tanda-tanda kambuh.
 Perawat mengingatkan jadwal kontrol selanjutnya.
 Perawat mendiskusikan hasil kunjungan rumah dengan dokter puskesmas.
Peran keluarga pasca perawat di RS
 Merawat pasien sesuai dengan informasi yang diberikan oleh dokter dan
perawat puskesmas.
 Memberikan obat kepada pasien secara teratur dan benar.
 Membawa pasien untuk kontrol secara teratur dan mencegah terjadinya putus
obat.
 Memberikan perhatian, dukungan dan kasih sayang kepada pasien.
 Melatih dan memotivasi pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara
teratur.
 fMelaporkan kepada kader atau tenaga kesehatan terdekat bila Terjadi gejala
kekambuhan.
 Membawa pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat bila terjadi
kekambuhan.
PERAN KADER KESWA PASCA PERAWATAN DI RS

 Melakukan kunjungan rumah secara rutin minimal 1 kali per minggu, setelah
pasien kembali dari perawatan di rumah sakit rujukan atau selama menjalani
rawat jalan.
 Melakukan hal-hal berikut saat melakukan kunjungan rumah:
a. Memantau obat yang diminum oleh pasien (nama obat, dosis, obat yang
tersisa).
b. Memantau aktivitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh
c. pasien.
d. Memantau kemampuan keluarga dalam merawat pasien.
e. Mengidentifikasi tanda-tanda kambuh.
f. Mengingatkan keluarga tentang jadwal kontrol selanjutnya.
g. Melaporkan hasil kunjungan rumah ke dokter atau perawat puskesmas.
PERAN PERANGKAT DESA PASCA
PERAWATA DI RS
 Membantu memotivasi keluarga agar tetap melakukan perawatan pasien
sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan.
 Membantu mengedukasi lingkungan sekitar pasien agar mendukung
perawatan dan rehabilitasi pasien.
PERAN DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
PASCA PERAWATAN DI RS
 Meminta laporan Puskesmas tentang perkembangan
penanganan pasung.
 Membantu Puskesmas dalam berkoordinasi dengan RS dan
lintas sektor lainnya tentang penanganan pasung
PERAN DINAS SOSIAL KAB/KOTA PASCA
PERAWATAN DI RS
 Membantu Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam
rehabilitasi penanganan pasien pasung
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KELOMPOK SEHAT
Promosi Kelompok
Kesehatan Sehat
FAKTOR PROTEKTIF

FAKTOR PROTEKTIF
Biologi / Neurobiologi
Psikologis
Sosial Budaya
12/6/2020 102
UPAYA PROMOSI
KESEHATAN JIWA UNTUK KELOMPOK SEHAT
USIA PROMOSI KESEHATAN JIWA TEMPAT
BUMIL TKT IBU HAMIL POSYANDU BUMIL
Kesehatan Mental Ibu Hamil DSSJ/PUSKESMAS
Persiapan Menjadi Orang Tua RSU/RSJ
BAYI TKT BAYI POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh RSU/RSJ
KANAK 2 TKT KANAK-KANAK POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh PAUD, TK, UKS JIWA
RSU
APRAS TKT APRAS POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh PAUD, TK,
103
UKS JIWA
RSU
UPAYA PROMOSI
KESEHATAN JIWA UNTUK KELOMPOK SEHAT
USIA PROMOSI KESEHATAN JIWA TEMPAT
ANAK TKT USIA SEKOLAH DSSJ/PUSKESMAS
SEKOLAH Stimulasi Perkembangan UKS JIWA
Pola Asuh RSU/RSJ
Pencegahan Buyilling & Bunuh Diri

REMAJA TKT REMAJA DSSJ/PUSKESMAS


Stimulasi Perkembangan UKS JIWA
Pola Asuh RSU/RSJ
Pencegahan Buyilling & Bunuh Diri
DEWASA TKT DEWASA DSSJ/PUSKESMAS
Manajemen Stres dan Manajemen Konflik UKS JIWA
RSU
LANSIA TKT LANSIA DSSJ/POSBINDU
Program Kesehatan Mental Lansia: Pencegahan
12/6/2020 104PUSKESMAS

Demensia, Alzeimer RSU


Target Upaya promotif
UU KESWA NO 18, 2014, Pasal 8

 Keluarga;
 Lembaga pendidikan;
 Tempat kerja;
 Masyarakat;
 Fasilitas pelayanan kesehatan;
 Media massa;
 Lembaga keagamaan dan tempat ibadah; dan
 Lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan.
ASKEP PADA BAYI
 Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses
perkembangan yang ditandai dengan pemupukan rasa
percaya pada orang lain dan diawali dengan kepercayaan
terhadap orang tua, khususnya ibu
TUGAS PERKEMBANGAN
 Trust vs mistrust
 Ciri/karakteristik perkembangan yang normal:
1. Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
2. Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
3. Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya
4. Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
5. Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
6. Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan
orang yang tidak dikenalnya
7. Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
Tugas perkembangan.....

8. Menoleh mencari sumber suara saat namanya


dipanggil
9. Saat diajak bermain memperlihatkan wajah
senang
10. Saat diberikan mainan meraih mainan atau
mendorong dan membantingnya.
CIRI PENYIMPANGAN Perkembangan

 Sulit berpisah dari ibunya


 Hanya mau berinteraksi dengan ibu/pengasuh
 Menangis kuat/menjerit saat berpisah dengan ibu
 Fokus pada diri sendiri
 Sulit didiamkan
 Tidak tertarik dengan sesuatu yang menarik
Diagnosa Keperawatan

 Kesiapan peningkatan perkembangan infant


 Tindakan keperawatan untuk perkembangan
psikososial bayi bertujuan untuk :
1. Bayi merasa aman dan nyaman
2. Bayi dapat mengembangkan rasa percaya
INTERVENSI : rasa percaya

a. Panggil nama bayi sesuai namanya


b. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat
bayi menangis
c. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah,
sakit)
d. Memberi selimut saat bayi kedingingan
e. Mengajak berbicara dengan bayi
f. Memanggil bayi sesuai dengan namanya
g. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan
benda,memperlihatkan benda berwarna menarik, benda
berbunyi)
INTERVENSI

h. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan


atau kemarahan pada bayi
i. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan
bila bayi mengalami masalah kesehatan atau sakit
Intervensi : Rasa tidak percaya
 Penuhi kebutuhan dasar dan rasa aman dan nyaman
 Fokuskan perhatian pada bayi saat menyusui, jangan
sambil melakukan pekerjaan lainnya
 Tidak membiarkan bayi tidur sendiri, tetapi tetap bersama
orang tua
 Kontak dengan bayi sesering mungkin
 Tidak membiarkan bayi bermain sendirian, tidak
memainkan bayi dengan cara mengganti antara putting
dan empeng
 Tetap memberi ASI sampai 2 tahun
 Tidak mengganti pengasuh bayi terlalu sering
Askep pada perkembangan
psikososial kanak-kanak /
todler (18 bulan – 3 tahun)
Pengertian

 Adalah tahap perkembangan anak usia 1.5 – 3 tahun


dimana pada usia ini anak akan belajar mengerjakan
segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhannya
secara mandiri (otonomi).
TUGAS PERKEMBANGAN
 autonomy/kemandirian vs doubt/malu-malu/ragu-ragiu
Ciri perkembangan normal
a. Anak mengenal namanya sendiri
b. Anak bertanya segala hal yang baru atau asing menurutnya
c. Anak melakukan kegiatanya sendiri dan tidak mau dibantu
d. Anak sering mengatakan “tidak” atau “jangan”
e. Anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orangtua
f. Anak mulai belajar untuk mengikuti kegiatan keagamaan
Penyimpangan perkembangan

 Tempertantrum
 Tidak mampu bersosialisasi
 Tidak berani melakukan sesuatu / kegiatan
 Merasa takut melakukan sesuatu
 Merasa terpaksa dalam melakukan tindakan
 Melakukan tindakan dengan ragu-ragu
Diagnosa keperawatan

 Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler


Intervensi perkembangan normal pada
anak
 Tujuan:
 Mengembangkan rasa kemandirian dalam melakukan
kegiatan sehari-hari
 Bekerjasama dan memperlihatkan kelebihan diri
diantara orang lain
Intervensi
 Memberikan mainan sesuai perkembangan anak
 Melatih dan membimbing anak untuk melakukan kegiatan secara mandiri
 Memberikan pujian pada keberhasilan anak
 Tidak menggunakan kalimat perintah tetapi memberikan alternatif pilihan
 Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk penganiayaan fisik pada
anak (memukul, menjambak, menendang dll)
 Melibatkan anak dalam kegiatan agama keluarga
 Hindarkan suasana yang dapat membuat anak merasa tidak aman (menakut-nakuti,
membuat terkejut, kalimat negatif, mencela)
 Bila anak mengamuk, lindungi dari bahaya cidera, terjatuh, terluka
 Membimbing anak untuk BAK/BAB di toilet
 Beritahu tindakan-tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, yang baik dan yang
buruk dengan kalimat positif, contoh:
 Mau tidak mainan Kaka diambil orang? Kalau begitu Kaka juga tidak boleh mengambil
punya orang.
 Supaya Mila cantik kalo mau pergi memakai baju yang rapi.
Intervensi penyimpangan perkembangan

 Yakinkan anak bahwa dia mampu melakukan tugas yang


diberikan dan bimbing dalam melakukannya
 Berikan tugas sederhana dan mampu dilakukan sendiri
 Berikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan tugas
tertentu
 Berikan pujian terhadap keberhasilannya
 Jangan memberi pernyatan negatif terhadap perilaku anak
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PRA-SEKOLAH
(3-6 tahun)
inisiatif vs rasa bersalah
Pengertian
 Perkembangan psikososial adalah proses perkembangan kemampuan
anak dalam berinisiatif menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai
dengan pengetahuannya.
 Kemampuan ini diperoleh jika konsep diri anak positif karena anak
mulai berkhayal dan kreatif serta meniru peran-peran di
sekelilingnya. Anak berinisiatif melakukan sesuatu dan memberi
hasil. Anak merasa bersalah jika tindakannya berdampak negatif.
 Sikap lingkungan yang suka melarang dan menyalahkan, membuat
anakn kehilangan inisiatif. Pada saat dewasa, anak akan mudah
mengalami rasa bersalah jika melakukan kesalahan dan tidak kreatif
(Keliat et.al, 2011).
TUGAS PERKEMBANGAN Yang normal
 Anak suka mengkhayal dan kreatif
 Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat di rumah
 Anak suka bermain dengan teman sebaya
 Anak mudah berpisah dengan orang tua
 Anak mengerti mana yang benar dan yang salah
 Anak belajar merangkai kata dan kalimat
 Anak mengenal berbagai warna
 Anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana
 Anak mengenal jenis kelaminnya
 Belajar ketrampilan baru melalui permainan
Penyimpangan perkembangan : rasa
bersalah
 Tidak percaya diri, malu untuk tampil
 Pesimis, tidak memiliki minat dan keinginan
 Takut salah dalam melakukan sesuatu
 Sangat membatasi aktivitasnya sehingga terkesan
malas dan tidak mempunyai inisiatif.
DX.KEPERAWATAN
KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN PRA SEKOLAH
Tindakan keperawatan

Tujuan
 Anak pra sekolah mengidentifikasi peran gender
 Anak pra sekolah mencapai keterampilan motorik,
kognitif, sikap tertentu
 Anak pra sekolah mengidentifikasi peran di keluarga
Intervensi perkembangan normal

 Beri kesempatan kepada anak untuk mencapai


kemampuan tertentu yang dapat dipelajarinya, seperti
naik sepeda, menulis, menggambar, menyusun balok,
puzzle
 Dukung anak untuk bermain berkelompok
 Beri kesempatan kepada anak untuk bermain peran
menggunakan alat-alat yang sesuai (memasak, sekolah,
berperan sebagai orang tua)
 Beri tugas yang sesuai dengan kemampuan anak
 Jadi role model bagi anak mengenai cara menerima
keunikan orang lain
Intervensi penyimpangan perkembangan

 Beri waktu pada anak untuk bermain/beraktivitas secara


berkelompok
 Ajarkan anak mengenai permainan sederhana yang
membutuhkan kerja sama dan koordinasi (puzzle, susun
balok)
 Sampaikan harapan yang sesuai dengan kemampuann anak
 Beri pujian terhadap keberhasilan yang dicapai oleh anak
 Dengarkan seluruh keluhan anak dan diskusikan cara
mengatasi rasa tidak mampu yang dialami anak
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
ANAK USIA SEKOLAH (6-12
TAHUN)
(Industri vs Harga Diri Rendah)
Pengertian

 Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah


(6-12 tahun) adalah kemampuan menghasilkan karya,
berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan
kemampuan diri sendiri.
 Pencapaian kemampuan ini akan membuat anak bangga
terhadap dirinya. Hambatan atau kegagalan dalam
mencapai kemampuan ini menyebabkan anak merasa
rendah diri sehingga pada masa dewasa, anak dapat
mengalami hambatan dalam bersosialisasi (Keliat et al,
2011).
Ciri perkembangan yang normal
(produktif/industri)
 Menyelesaikan tugas (sekolah dan rumah) yang diberikan
 Mempunyai rasa bersaing (kompetisi)
 Senang berkelompok dengan teman sebaya dan
mempunyai sahabat karib
 Berperan dalam kegiatan kelompok
Ciri penyimpangan perkembangan (hdr)

 Tidak mau mengerjakan tugas sekolah


 Membangkang pada orang tua untuk mengerjakan tugas
 Tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesan malas
 Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok
 Memisahkan diri dari teman sepermainan dan teman
sekolah
Diagnosa keperwatan

 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Sekolah


Intervensi keperawatan pada anak

Tujuan
 Anak mengenali kemampuan dirinya
 Anak mengikuti kegiatan sosial
 Anak merasa puas terhadap keberhasilan yang dicapai
Tindakan keperawatan

 Diskusikan kemampuan atau kelebihan diri anak dan


target pencapaian tugas
 Berikan tugas sesuai kemampuan anak
 Berikan pujian terhadap kemampuan anak
 Fasilitasi kegiatan kelompok: bermain, les, kegiatan
agama
 Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari
Askep pada perkembangan
psikososial remaja (12-18
tahun) : pembentukan
identitas diri vs bingung
peran
Pengertian

 Perkembangan psikososial remaja adalah kemampuab


remaja untuk mencapai identitas dirinya yang meliputi :
peran, tujuan pribadi, dan keunikan atau ciri khas diri
 Kemampuan ini tercapai melalui serangkaian tugas
perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja, jika
tidak remaja akan mengalami kebingungan peran yang
berdampak pada rapuhnya kepribadian shg terjadi
gangguan konsep diri
Ciri perkembangan yang normal

 Menilai diri secara objektif


 Merencanakan masa depannya
 Dapat mengambil keputusan
 Menyukai dirinya
 Berinteraksi dengan lingkungannya
 Bertanggung jawab
 Mulai memperlihatkan kemandirian dalam keluarga
 Menyelesaikan masalah dengan meminta bantuan orang
lain yang menurutnya mampu
Ciri penyimpangan perkembangan

 Tidak menemukan ciri khas dirinya


 Merasa bingung
 Tidak mempunyai rencana untuk masa depannya
 Tidak mampu berinteraksi dengan lingkungannya
 Memiliki perilaku antisosial
 Sulit mengambil keputusan
 Tidak mempunyai minat
 Tidak mandiri
Diagnosa keperawatan

 Kesiapan peningkatan perkembangan


Remaja
Tindakan keperawatan

Tujuan
 Remaja mampu menyebutkan karakteristik perkembangan
psikososial yang normal dan menyimpang
 Remaja mampu menjelaskan cara mencapai
perkembangan psikososial yang normal
 Remaja mampu melakukan tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial yang normal
Intervensi perkembangan yang normal
 Diskusikan ciri perkembangan yang normal dan
menyimpang
 Diskusikan cara untuk mencapai perkembangan psikososial
yang normal
 Anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain
yang membuatnya nyaman mencurahkan perasaan,
perhatian dan kekhawatiran
 Anjurkan
remaja untuk mengikuti organisasi yang
mempunyai kegiatan positif
 Bimbing dan motivasi remaja dalam membuat rencana
kegiatan dan melaksanakan rencana yang telah dibuatnya
Intervensi penyimpanagan
perkembangan
 Diskusikan aspek positif / kelebihan yang dimiliki remaja
 Bantu mengidentifikais peran yang dapat ditmpilkan
remaja dalam kehidupannya
 Diskusikan penampilan peran yang terbaik untuk remaja
 Bantu remaja mengidentifikasi perannya di keluarga
Askep pada perkembangan
psikososial dewasa (25-65 tahun)
generativity vs stagnasi
Pengertian

 Adalah tahap perkembangan dimana pada tahap ini


merupakan tahap dimana individu mampu terlibat dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan mampu
membimbing anaknya.
 Individu harus menyadari hal ini, apabila kondisi tersebut
tidak terpenuhi dapat menyebabkan ketergantungan
dalam pekerjaan dan keuangan.
Karakteristik Normal
 Menilai pencapaian hidup
 Merasa nyaman dengan pasangan hidup
 Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
 Membimbing dan menyiapkan generasi di bawah usianya secara arif
dan bijaksana
 Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudah lansia
 Kreatif
: mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yang
bermanfaat
 Produktif
: mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya
dan orang lain, mengisi waktu luang dengan hal yang positif dan
bermanfaat
 Perhatian dan peduli dengan orang lain : memperhatikan kebutuhan
orang lain
 Mengembangkan minat dan hobi
Karakteristik penyimpangan
perkembangan
 Tidakkreatif : kurang memiliki keinginan untuk melakukan
sesuatu yang bermanfaat
 Bertindak sesuka hati, tidak peduli dengan orang lain
 Tidak
mempunyai hubungan akrab, kurang berminat bekerja
dan berkeluarga
 Tidak mempunyai komitmen pribadi yang jelas
 Tidak
memiliki pekerjaan dan profesi yang tetap sehingga tidak
dapat mandiri secara keuangan dan sosial
 Berperilaku antisosial (kriminal, tindak asusila, narkoba)
 Tidak bertanggung jawab terhadap keluarga
Diagnosa keperawatan

 Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa


Intervensi Perkembangan Normal

 Menjelaskanperkembangan usia dewasa yang


normal dan perkembangan yang menyimpang
 Menerima proses penuaan dan perubahan peran
dalam keluarga
 Berinteraksi
dengan baik dengan pasangan dan
menikmati kebersamaan dengan keluarga
 Memperluas dan memperbaharui minat/kesenangan
 Memanfaatkan kemandirian dan kemampuan/potensi
diri secara positif
Intervensi Penyimpangan Perkembangan

 Menganjurkanindividu membuka diri, menjalin


hubungan dengan orang lain
 Membantu menemukan pedoman dan nilai-nilai
kehidupan serta konsep diri yang jelas
 Tetapmenjalin hubungan baik dengan individu yang
bermasalah (kriminal, tindak asusila, narkoba)
sambil terus membimbingnya
 Memfasilitasiindividu untuk mengikuti kegiatan
sosial di masyarakat
 Menganjurkanindividu mengembangkan minat,
bakat dan kemampuan yang dimilikinya
Askep pada perkembangan
psikososial lanjut usia (>
65 tahun)
integritas diri vs putus asa
Pengertian

 Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya


integritas diri yang utuh
 Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan
menyebabkan lansia berusaha emmbimbing generasi
berikutnya (anak, cucu)
 Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa
putus asa dan menyesali masa lalunya karena tidak
merasakan hidupnya bermakna
Karakteristik perilaku lansia normal

 Mempunyai harga diri yang tinggi


 Merasa disayang oleh keluarga
 Menilai kehidupannya berarti
 Menerima nilai dan keunikan orang lain
 Memamndang sesuatu hal secara keseluruhan (tuntutan
dan makna hidup)
 Menerima datangnya kematian
Karakteristik penyimpangan
perkembangan
 Memandang rendah/menghina/mencela orang lain
 Merasa kehidupannya selama ini tidak berarti
 Merasakan kehilangan
 Masih ingin berbuat banyak tetapi takut tidak mempunyai
waktu lagi
Diagnosa keperawatan

 Kesiapan meningkatkan perkembangan lansia


Tindakan keperawatan perkembangan psikososial
lansia yang normal
 Jelaskan ciri perilaku perkembanhan lansia yang normal dan
mneyimpang
 Diskusiakn cara yang dapat dilakukan lansia untuk mencapai integritas
diri yang utuh
 Mendiskusikan makna hidup lansia selama ini
 Melakukan life review dan reminiscence
 Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai oleh lansia
 Mengikuti kegiatan sosial dilingkungannya
 Melakukan kegiatan kelompok
 Bimbing lansia dalam membuat rencana kegaiatan untuk mencapai
integritas diri yang utuh
 Motivasi lansi untuk melaksanakan rencana yang telah dibuatnya
Tindakan keperawatan perkembangan
psikososial lansia yang mneyimpang

 Diskusiakn penyebab dan hambatan dalam mencapai tugas


perkembangan lansia, seperti adanya penyakit dan putus
asa
 Diskusikan cara mengatasi hambatan dan motivasi
keinginan lansia untuk mengobati penyakit fisik yang
dialaminya
 Bantu lansia bersosialisasi secara bertahap
 Fasilitasi untuk ikut kegiatan kelompok lansia
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KELOMPOK RISIKO

Nurul Mawaddah, S.Kep.Ns., M.Kep.


Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Majapahit Mojokerto
Pencegahan Kelompok
Kesehatan Risiko
FAKTOR RISIKO / STRESOR /
PENYEBAB GANGGUAN JIWA

Predisposisi dan Presipitasi


Biologi / Neurobiologi
Psikologis
Sosial Budaya
12/6/2020 163
KONDISI YANG MEMERLUKAN
PERTOLONGAN PERTAMA KESEHATAN JIWA
KONDISI / KEJADIAN
Sakit Fisik
Putus Sekolah
Putus Kerja
Kehilangan Orang yang dicintai
Nara Pidana
Kemiskinan
Korban KDRT/Kekerasan dan Bencana
12/6/2020 164
Tujuan Upaya preventif Kesehatan Jiwa
(UU KESWA, NO 18, 2014, pasal 11)

 Mencegah terjadinya masalah kejiwaan;


 Mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya
gangguan jiwa
 Mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa
pada
masyarakat secara umum atau perorangan;
dan/atau
 Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial.
TEMPAT MELAKSANAKAN UPAYA
PREVENTIF KESWA

 Keluarga

 Lembaga

 Masyarakat.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Ansietas
Gangguan Citra Tubuh
Harga Diri Rendah Situasional
Ketidakberdayaan
Keputusasaan
ASUHAN KEPERAWATAN
DAN INTERVENSI
PSIKOSOSIAL
ANXIETAS
Pengertian Ansietas
 Perasaan was – was, kuatir atau tidak nyaman seakan2 akan terjadi
sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman.
 Berbeda dengan takut
 TAKUT : penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
 Ansietas adl respon emosional terhadap penilaian tsb.
Efek Fisiologis Ansietas
 Kardiovaskuler: palpitasi, berdebar-debar, TD, pinsan, TD, N .
 Pernafasan: P, nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa
tercekik, terengah-engah.
 Neuromuskuler:  refeks, terkejut, mata berkedip-kedip,
insomnia, tremor, kaku-kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan
umum, gerakan lambat, kaki goyah.
Efek Fisiologis Ansietas

 Gastrointestinal: hilang nafsu makan, menolak makan, abdomen


tdk nyaman, nyeri abdomen, mual, perih, diare.
 Sistem perkemihan: tekanan utk b.a.k., sering b.a.k.
 Kulit: wajah kemerahan, keringat lokal, gatal-gatal, rasa panas
dingin, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
Respon Perilaku

 Motorik: gelisah, ketegangan fisik, tremor, sering kaget, bicara


cepat, kurang koordinasi, cenderung celaka, menarik diri,
menghindar, menahan diri, hiperventilasi.
 Kognitif: gg perhatian, tak bisa konsentrasi, pelupa, salah tafsir,
pikiran blocking, menurunnya lahan persepsi, bingung, kesadaran
diri berlebihan, waspada berlebihan, hilangnya obyektivitas, takut
hilang kontrol, takut luka/mati.
Respon Perilaku
 Afektif:tdk sabar, tegang, nervous, takut berlebihan,
teror, gugup, sangat gelisah.
TANDA GEJALA ANSIETAS

•(Nadi, TD)

Objektif
•bicara berlebihan, tremor, berkeringat ,
gelisah
•Terlihat sulit konsentrasi, mudah
lupa,tidak fokus , bloking

• KELUHAN :
• fisik berulang
• Keluhan sulit konsentrasi.

Subjektif • Mimpi buruk, << lapang persepsi, bloking,


fokus pada satu hal
• Merasa tidak nyaman, merasa grogi, takut,
merasa bersalah, merasa malu, frustasi,
tidakberdaya
ALGORITMA TINDAKAN KEPERAWATAN ANXIETAS

1. TANDA DAN GEJALA PASIEN


2. PENYEBAB
1.TEKNIK DISTRAKSI 4.LATIHAN HIPNOTIS 5 JARI
3. AKIBAT PENGLIHATAN Duduk santai, tubuh rileks dan tutup mata
•Baca komik, nonton Letakkan tangan di paha
PENDENGARAN Tarik napas dan tiup perlahan lahan
•Dengar musik, nyanyi Sentuhkan ujung ujung jari:
KEGIATAN • Ibu jari + telunjuk bayangkan badan yang sehat
•Jalan jalan, mengisi TTS, masase, • Ibu jari +jari tengah bayangkan orang tersayang
OR • Ibu jari + jari manis  bayangkan prestasi dan penghargaan
YA yang pernah dirasakan
• Ibu jari +kelingking  bayangkan berada di tempat yang paling
2.LATIHAN NAPAS DALAM disukai
•Duduk santai -Tarik napas dan tiup perlahan lahan
•Mata tertutup atau terbuka -Buka mata
ANXIETAS •Otot-otot rileks  kening, leher,
bahu, dada, punggung, tangan,kaki
•Tarik napas perlahan melalui hidung,
tahan beberapa detik (hitungan 3) 5.Nilai apakah pasien mampu mengatasi anxietas
•Tiup napas perlahan melalui mulut 6.Nilai apakah anxietas berkurang
•Lakukan 1-5 kali

RINGAN KELUARGA
BERAT
SEDANG
1.Diskusi masalah yang dirasakan keluarga
2.Mengenal anxietas
3.Latihan mengurangi anxietas
3.Relaksasi otot : -Teknik distraksi
RUJUK  otot wajah -Teknik napas dalam
 Otot leher - relaksasi otot
 Otot bahu -Teknik hipnotis 5 jari
 Otot perut 4. Nilai apakah keluarga mampu merawat pasien
 Otot tangan dan kaki
PERTEMUAN 1 (SP 1 pasien)
 Membina hub. saling percaya
 Membantu pasien mengenal ansietas (tanda,gejala,penyebab, akibat,
mekanisme koping)
 Mengajarkan teknik pengalihan situasi/ distraksi
 Latihan melakukan teknik pengalihan situasi/distraksi
Pertemuan 2(sp 2 pasien)
 Evaluasi kemampuan pasien mengenal ansietas
 Evaluasi kemampuan distraksi
 Mengajarkan relaksasi nafas dalam
 Latihan relaksasi nafas dalam
Pertemuan 3 (sp 3 pasien)
 Evaluasi kemampuan pasien mengenal masalah
 Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi nafas dalam
 Melatih pasien untuk relaksasi otot
 Latihan relaksasi otot
Pertemuan 4 (sp 4 pasien)

 Evaluasi kemampuan mengenal ansietas


 Evaluasi kemampuan distraksi, relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot
 Melatih hipnotik limajari
 Latihan hipnotik 5 jari
 Latih sampai membudaya
 Nilai kemampuan mengatasi anxietas
 Nilai apakah anxietas teratasi
PERTEMUAN 1(SP 1 keluarga)
 Membina hub. saling percaya
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien pasien
 Membantu keluarga mengenal ansietas pasien (tanda,gejala,penyebab dan
akibat)
 Mengajarkan teknik pengalihan situasi/ distraksi
 Latihan melakukan teknik pengalihan situasi/distraksi
Pertemuan 2(sp 2 keluarga)
 Evaluasi kemampuan keluarga mengenal ansietas
 Evaluasi kemampuan keluarga dalam distraksi
 Mengajarkan relaksasi nafas dalam
 Latihan relaksasi nafas dalam
Pertemuan 3 (sp 3 keluarga)

 Evaluasi kemampuan keluarga mengenal masalah


 Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi
 Melatih keluarga untuk relaksasi otot
 Latihan relaksasi otot
Pertemuan 4(sp 4 keluarga)
 Evaluasi kemampuan keluarga mengenal ansietas
 Evaluasi kemampuan keluarga distraksi, relaksasi nafas dalam dan relaksasi
otot
 Melatih hipnotik limajari
 Latihan hipnotik 5 jari
 Latih keluarga sampai membudaya/terbiasa
 Nilai kemampuan mengatasi anxietas
 Nilai apakah anxietas teratasi
ASKEP PADA GANGGUAN
CITRA TUBUH
DEFINISI

Perasaan tidak puas terhadap


perubahan bentuk, struktur dan
fungsi tubuh karena tidak
sesuai dengan YANG
DIINGINKAN.
TANDA DAN GEJALA
• Hilangnya bagian tubuh Perubahan anggota tubuh
baik bentuk maupun fungsi

OBJEKTIF
• Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh
yang terganggu
• Menolak melihat bagian tubuh
• Menolak menyentuh bagian tubuh
• Aktifitas sosial menurun

• Menolak perubahan anggota tubuh saat ini,


• Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya
yang tidak berfungsi.

SUBJEKTIF
• Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak
berharga, keputusasaan.
• Menolak berinteraksi dengan orang lain.
• Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
terhadap bagian tubuh yang terganggu.
• Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan
yang terjadi.
• Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
TUJUAN
 Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya
 Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya
 Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
 Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
 Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
TINDAKAN KEPERAWATAN
 Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini,
perasaan dan harapan citra tubuhnya saat ini.
 Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
 Bantu pasien meningkatkan fungsi tubuh yang terganggu.
 Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :
1. Gunakan protese, wig, kosmetik atau lainnya sesegera mungkin, gunakan
pakaian yang baru
2. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
3. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
4. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada
pembentukan tubuh yang ideal
TINDAKAN.............
 Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
1. Susun jadual kegiatan sehari-hari
2. Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam aktifitas
dalam keluarga dan sosial
3. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran penting baginya.
4. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi
TINDAKAN PADA
KELUARGA
TUJUAN

1. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra


tubuh
2. Keluarga mengetahui cara mengatasi masalah
gangguan citra tubuh
3. Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra
tubuh
4. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien
dan memberikan pujian atas keberhasilannnya.
TINDAKAN KEPERAWATAN KLG
1. Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada
2. pasien
3. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh.
4. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien :
a) menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah
b) memfasilitasi interaksi dirumah
c) melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
d) memberikan pujian atas kegiatan yang telah dilakukan pasien
5. Ajarkan kepada keluarga untuk mengevaluasi perkembangan kemampuan pasien seperti pasien
mampu menyentuh dan melihat anggota tubuh yang terganggu, melakukan aktifitas dirumah dan
dimasyarakat tanpa hambatan
6. Beri pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

 Persepsi diri yang negatif dalam berespon


terhadap situasi yang terjadi (NANDA, 2005
TANDA DNA GEJALA

 Ungkapan diri yang negatif


 Bimbang
 Perilaku tidak esertif
 Perasaan tidak berdaya
 Perasaan tidak berguna
 Merasa tidak mampu mengatasi situasi
TINDAKAN KEPERAWATAN

Tujuan :
 1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
 dimiliki
 2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
 3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
 4 )Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
 5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
ASUHAN KEPERAWATAN
KETIDAKBERDAYAAN
 Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa
tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara
bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan
TANDA DAN GEJALA
Data subyektif:
 Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai
kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
 Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu
 Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap
ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas
sebelumnya
 Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran
 Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
DATA OBYEKTIF
 Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
 Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
 Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya
 Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
 ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah.
 Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
 mendapat perlawanan.
 Apatis dan pasif
 Ekspresi muka murung
 Bicara dan gerakan lambat
 Tidur berlebihan
 Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
 Menghindari orang lain
INTERVENSI KEPERAWATAN

 Tujuan Umum:
 Klien mampu mengatasi rasa ketidakberdayaan yang dialaminya

 Tujuan khusus:
 Membina hubungan saling percaya
 Mengenali dan mengekspresikan emosinya
 Memodifikasi pola kognitif yang negatif
 Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenan dengan
perawatannya sendiri
 Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
ASUHAN KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN

 Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seseorang


individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada
alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak
dapat memobilisasi energi yang dimilikinya (NANDA,
2005).
INTERVENSI KEPERAWATAN

 Tujuan umum : Klien mampu mampu mengekspresikan


harapan positif tentang masa depan, mengekspresikan
tujuan dan arti kehidupan
 Tujuan khusus: klien mampu
 Membina hubungan saling percaya
 Mengenal masalah keputusasaan
 Berpartisipasi dalam aktivitas
 Menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung
TANDA DNA GEJALA
 Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya
tidak dapat melakukan sesuatu”)
 Sering mengeluh dan tampak murung
 Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
 Menunjukkan kesedihan, efek datar atau tumpul
 Menarik diri dari lingkungan
 Kontak mata kurang
 Mengangkat bahu tanda masa bodoh
 Nampak selalu murung atau blue mood
 Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takippneu)
 Menurun atau tidak adanya selera makan
 Peningkatan waktu tidur
 Penurunan keterlibatan dalam perawatan
 Bersikap pasif dalam menerima perawatan
 Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KELOMPOK GANGGUAN

Nurul Mawaddah, S.Kep.Ns., M.Kep.


Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Majapahit Mojokerto
Kuratif dan Kelompok
Rehabilitatif GANGGUAN
Asuhan Keperawatan
Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri

Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya


tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif
tentang dirinya, menolak dirinya sendiri, merasa tidak berharga,
dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri.
Individu gagal menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita
1. Faktor Biologis
 Faktor herediter
 Riwayat penyakit atau trauma kepala
Lanjutan....
2. Faktor psikologis
 Penolakan dan harapan orang tua yang tidka
realistis
 Kegagalan berulang
 Kurang mempunyai tanggung jawab
 Ketergantungan pada orang lain
 Ideal diri yang tidak realistik
 Penilaian negatif pasien terhadap diri
 Pengaruh penialaian internal individu
Lanjutan....
3. Faktor sosial budaya
 Penilaiannegatif dari lingkungan terhadap
pasien yang memepengaruhi penialain pasien
 Sosial ekonomi rendah
 Riwayatpenoalkan lingkungan pada tahap
tumbuh kembang anak
 Tingkat pendidikan rendah
FAKTOR PRESIPITASI
Kehilangan bagian tubuh
Perubahan penampilan / bentuk tubuh
Kegagalan / produktivitas yang menurun
Trauma (penganiaaan seksual dan psikologis atau
menaksikan peristiwa yang mengancam
kehidupan
Subyektif : pasien mengungkapkan tentang
Hal negatif tentang diri tau orang lain
Perasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimis
Penolakan terhadap kemampuan diri
Obyektif :
Penurunan produktifitas
tidak berani menatap lawan bicara
lebih banyak menunduk :
bicara lambat dengan nada suara lemah
Diagnosis keperawatan

HARGA DIRI RENDAH KRONIS


POSISI DIAGNOSA

Domain 6 : persepsi diri


Kelas 2 : harga diri
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

Tujuan
Pasien mampu :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
3. Menilai kemampuan yang dapat diguankan
4. Menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
5. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
6. Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya
TINDAKAN KEPERAWATAN

Bina hubungan saling percaya


Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
Perkenalkan diri dengan pasien
Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
Buat kontrak asuhan
Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi
yang diperoleh untuk kepentingan terapi
Tunjukka sikap empati terhadap pasien
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
TINDAKAN KEPERAWATAN

Identifikasi kemampuan dna aspek positif yang


masih dimiliki
Diskusikan kemampuan melakukan kegiatan dan
aspek positif pasien
(Buat daftar kegiatan)
Beri pujian yang realistik dna hindarkan
memberikan penilaian yang negatif setiap kali
bertemu dengan pasien
TINDAKAN KEPERAWATAN

Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat


digunakan
Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan),
buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini
Bantu pasien menyebutkannya dan memberi
penguatan terhadap kemampuan yang
diungkapkan pasien
TINDAKAN KEPERAWATAN

Bantu pasien untuk dapat memilih/menetapkan


kegiatan berdasarkan daftar kegaitan yang dapat
dilakukan
Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk
dilatih saat pertemuan
Bantu pasien memberikan alasan terhadap
pilihan yang ia tetapkan
TINDAKAN KEPERAWATAN

Latih kegiatan yang telah dipilih pasien


Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara
melakukannya)
Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
dua kali per hari
Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap
kemajuan yang diperhatikan pasien
TINDAKAN KEPERAWATAN
Rencanakan kegiatan sesuai kemampuan pasien dna
menyusun rencana kegiatan
Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegaitan
yang telah dilatihkan
Beri pujian atas aktifitas / kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktifitas
Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga
Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasanya
setelah pelaksanaan kegiatan
Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktofitas
yang dilakukan pasien
SP 1 Pasien :
 Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu Pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian
SP 2 Pasien :
 Pasien dapat melatih kegiatan lain sesuai dengan kemampuan pasien
TINDAKAN KEPERAWATAN TERHADAP
KELUARGA

Tujuan :
Keluarga mampu
Mengenal masalah harga diri rendah
Mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah
Merawat harga diri rendah
Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan
harga diri rendah
Menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
TINDAKAN KEPERAWATAN
Mendiskusikan masalah yang dirasakab dalam mnerawat
pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya harga diri rendah
Melatih keluarga cara merawat HDR
Membimbing keluarga merawat HDR
Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang mendukung meningkatkan HDR
Mendiskusikan tanda dna gejala kekambuhan yang
memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan
kesehatan
Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan
secara teratur
SP 1 Keluarga
• Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien dirumah,
menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara-
cara merawat pasien harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien harga
diri rendah dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara
merawt
SP 2 Keluarga
• Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien harga diri rendah langsung
pada pasien
SP 3 Keluarga
• Membantu keluarga membuat perencanaan pulang (membuat jadwal aktifitas dirumah
termasuk minum obat)
• Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang
ASUHAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami penurunan atau sama sekali
tidak mampu berinteraksi degan orang lain
disekitarnya
Pasein mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dnegan orang lain
1. Faktor Biologis
 Faktor herediter
 Risiko bunuh diri
 Riwayat penyakit atau trauma kepala
 Riwayat penggunaan NAPZA
Lanjutan....
2. Faktor psikologis
 Pengalaman negatif pasien terhadap gambaran
diri
 Ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang
dimiliki
 Kegagalan dalam mencapai harapan atau cita-
cita
 Krisisidentitas dan kurangnya penghargaa baik
dari diri sendiri maupun lingkungan
Lanjutan....
3. Faktor sosial budaya
 Sosial ekonomi rendah
 Riwayatpenolakan lingkungan pada tahap
tumbuh kembang anak
 Tingkat pendidikan rendah
 Kegagalan dalam hubungan sosial
FAKTOR PRESIPITASI
Riwayat penyakit infeksi
Penyakit kronis atau kelainan struktur otak
Kekerasan dalam keluarga
Kegagalan dalam hidup
Kemiskinan
Adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau
masyarakat yang sering tidak sesuai dnegan
pasien
Konflik antar masyarakat
Subyektif
Merasa sepi
Merasa tidak aman
Merasa bosan dna waktu terasa lambat
Tidak mampu berkonsentrasi
Merasa ditolak
Obyektif
Banyak diam
Tidak mau bicara
Menyendiri
Tidak mau berinteraksi
Tanmpak sedih
Ekspresi datar dan dangkal
Kontak mata kurang
Gejala Obyektif
Klien banyak diam dan tidak mau bicara
Tidak mengikuti kegiatan
Banyak berdiam diri dikamar
Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat
Klien tampak sedih, afek datar dan dangkal
Kontak mata kurang
kurang spontan
Apatis
DIAGNOSA KEPERAWATAN

ISOLASI SOSIAL
Posisi diagnosa

Domain 12 : comfort
Kelas 3 : social comfort
SP 1 pasien : membina hubungan saling percaya, membantu pasien
mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal
keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan
Tindakan :
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang manfaat berinteraksi dengan orang
lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan seseorang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
 SP 2 pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara
bertahap (berkenalan dengan orang pertama)

Tindakan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang
3. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
 SP 3 pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan
dengan orang kedua)

Tindakan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian
 SP 1 Keluarga :
memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial, epnyebab
isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
Tindakan :
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
 Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi social
 SP 2 Keluarga :
 melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi
sosial langsung dihadapan pasien
Tindakan :
 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi social
 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien isolasi sosial
 SP 3 Keluarga :
 membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Tindakan :
 Membantu keluarga membuat perencanaan pulang (membuat jadwal aktifitas
dirumah termasuk minum obat)
 Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang
PENGERTIAN

 Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari


proses pancaindra tanpa adanya rangsangan
eksternal
 Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak ada
faktor predisposisi

 Biologis : herediter atau genetika, riwayat penyakit,


trauma kepala dna riwayat penggunaan NAPZA
 Psikologis : kegagalan berulang, korban kekerasan,
kurangnya kasih sayang atau overprotektif
 Sosiobudaya dna lingkungan : penolakan yang
berulang, sosial ekonomi rendah, perceraian,
perpisahan, terisolasi oleh lingkungan dan tidak
bekerja
faktor presipitasi

 Riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis, atau


kelainan struktur otak
 Kekerasan dalam kelaurga
 Kegagalan-kegagalan dalam hidup
 Kemiskinan
 Adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau
masyarakat yang sering tidak sesuai dnegan
pasien
 Konflik antar masyarakat
Stage I : Sleep Disorder
Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi
klien merasa banyak masalah yang semakin terakumulasi
Insomnia yang lama sehingga terbiasa menghayal
Stage II : Comforting (Moderate level of anxiety)
Halusinasi secara umum ia terima sebagai sesuatu yang alami
Klien merasa nyaman dengan halusinasinya
Stage III : Condemning (Severe level of anxiety)
Secara umum halusinasi sering mendatangi klien
Klien merasa mulai tidak tidak mampu lagi mengontrolnya
Klien mulai menarik diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama
Stage IV : Controlling (Severe level of anxiety)
Fungsi sensori menjadi tidak relevan dengan kenyataan
Klien mencoba melawan suara-suara yang datang
Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir

Stage V : Conquering (Panic level of anxiety)


Klien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya
Klien mulai merasa terancam dengan datangnya suara-suara
Terjadi gangguan psikotik berat
TANDA DAN GEJALA

11 Batasan Karakteristik Menurut NANDA 2015-2017

Bagaimana FAKTA yang sering ditemukan di Lapangan


Batasan karakteristik

 Perubahan dalam pola perilaku


 Perubahan dalam kemampuan menyelesaikan masalah
 Perubahan dalam ketajaman sensori
 Perubahan dalam respon yang biasa terhadap stimulus
 Disorientasi
 Halusinasi
 Hambatan komunikasi
 Iritabilitas
 Konsentrasi yang buruk
 Gelisah
 Distorsi sensori
1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien
a. Awali pertemuan dengan selalu mengucapkan salam
b. Berkenalan dengan pasien
c. Buat kontrak asuhan
d. Bersikap empati
mendengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian
tidak membantah dan tidak menyokong halusinasi pasien
segera menolong pasien jika pasien membutuhkan perawat
2. Mengkaji tipe/jenis halusinasi
Jenis Halusinasi Data Subyektif Data Obyektif
Halusinasi dengar  mendengar suara menyuruh melakukan • mengarahkan telinga pada sumber
(Auditory-Hearing sesuatu yang berbahaya suara
voices or sounds)  mendengar suara atau bunyi • bicara atau tertawa sendiri
 mendengar suara yang mengajak bercakap- • marah-marah tanpa sebab
cakap •Menutup telinga
 mendengar seseorang yang sudah meninggal • mulut komat kamit
 mendengar suara yang mengacam diri klien •Ada gerakan tangan
atau orang lain atau suara lain yang
membahayakan

Halusinasi penglihatan • melihat seseorang yang sudah meninggal, •Tatapan mata pada tempat tertentu
(visual-seeing persons melihat makhluk tertentu, melihat bayagan, • menunjuk kearah tertentu
or things) hantu atau sesuatu yang menakutkan • ketakutan pada obyek yang dilihat

Halusinasi penghidu/ •Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, • ekspresi wajah seperti mencium
penciuman bayi, feses, bau masakan, bau parfum yang sesuatu dengan gerakan cuping hidung,
(olfactory-smelling menyenangkan mengarahkan hidung pada tempat
odors) • klien seing mengatakan emncium bau tertentu
sesuatu
Jenis Halusinasi Data Subyektif Data Obyektif

Halusinasi perabaan  klien mengatakan ada sesuatu yang • mengusap, menggaruk-ngaruk, meraba-
(tactile-feeling bodily menggerayangi tubuh seperti tangan, raba permukaan kulit
sensations) binatang kecil, makhluk halus •Terlihat menggerakkan badan seperti
Merasakan sesuatu dipermukaan kulit, merasakan sesuatu rabaan
merasakan sangat panas atau dingin,
merasakan ersengat aliran listrik

Halusinasi pengecapan • klien seperti sedang merasakan makanan •Seperti mengecap sesuatu, gerakan
(gustatory- tertentu, rasa tertentu atau mengunyah mengunyah, meludah atau muntah
experiencing tastes) sesuatu
1. Mengkaji jenis halusinasi
2. Mengkaji isi halusinasi
3. Mengkaji waktu terjadinya halusinasi
4. Mengkaji frekuensi halusinasi
5. Situsi yang menyebabkan munculnya halusinasi
6. Respons halusinasi
Gangguan sensori persepsi (00122)
POSISI DIAGNOSA

 Domain 5: persepsi / koqnisi


 Kelas 3 : sensasi / persepsi
Tujuan
Pasien mampu:
– Membina hubungan saling percaya
– mengenali halusinasi yang dialaminya
– mengontrol halusinasinya
– mengikuti program pengobatan secara optimal
TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Bantu klien mengenali halusinasi


• Mendiskusikan tentang isi halusinasi (apa yang di
dengar, dilihat atau dirasa), waktu terjadinya
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi
yang menyebabkan halusinasinya muncul dan
respons klien saat halusinasi muncul
TINDAKAN KEPERAWATAN

2. Melatih klien mengontrol halusinasi


a. Menghardik halusinasi
• Menjelaskan cara menghardik halusinasi
• Memperagakan cara menghardik
• Meminta klien memperagakan ulang
• Memantau penerapan cara dan menguatkan perilaku klien
TINDAKAN KEPERAWATAN

b. Bercakap-cakap dengan orang lain


c. Melakukan aktivitas yang terjadwal
• Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi
• Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien
• Melatih pasien melakukan aktivitas
• Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai
aktivitas mulai dari bangun tidur pagi sampai tidur malam
• Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan
penguatan terhadap perilaku perilaku pasien yang positif
TINDAKAN KEPERAWATAN

d. Minum obat secara teratur


• Jelaskan kegunaan obat
• Jelaskan akibat jika putus obat
• Jelaskan cara mendapatkanobat/berobat
• Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benar
obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar
dosis)
SP I Pasien :
 Membantu pasien mengenali halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi engan cara pertama :
menghardik halusinasi
Tindakan :
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Melatih pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian
SP 2 Pasien :
 Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua : bercakap-
cakap dengan orang lain
Tindakan :
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain saat terjadi halusinasi
 Melatih pasien memasukkan kegiatan bercakap-cakap dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan harian
SP 3 Pasien :
• Pasien dapat mengontrol halusinasinya dengan melaksanakan aktivtas
terjadwal
Tindakan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan pasien dirumah, mulai dengan 2 kegiatan)
3. Melatih pasien memasukkan kegiatan kebiasaan di rumah ke dalam
jadwal kegiatan harian
SP 4 Pasien :
 Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Tindakan :
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
 Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penggunaan obat secara
teratur
 Melatih pasien memasukkan penggunaan obat secara teratur dalam
jadwal kegiatan harian
TINDAKAN UNTUK keluarga
Tujuan

Keluarga mampu :
• mengenal masalah halusinasi
• mengambil keputusan untuk merawat isolasi sosial
• merawat halusinasi
• memodifikasi lingkungan yang mendukung pasien
• memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Intervensi keperawatan

 Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam


merawat klien
 Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami klien, tanda dan
gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara
merawat klien halusinasi
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
memperagakan cara merawat klien dengan halusinasi
langsung dihadapan klien
 Buat perencanaan pulang dengan keluarga
SP I Keluarga :
Pendidikan kesehatan tentang pengertianhalusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan
cara-cara merawat pasien halusinasi
Tindakan
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan oleh keluarga dalam
merawat pasien
 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, jenis dan proses
terjadinya halusinasi yang dialami pasien
 Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
SP 2 Keluarga :
Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
Tindakan
 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
halusinasi
 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung di hadapan pasien
halusinasi
SP 3 Keluarga :
membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Tindakan
 Membantu keluarga membuat perencanaan pulang (membuat jadwal
aktifitas dirumah termasuk minum obat)
 Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang
ASUHAN KEPERAWATAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
PENGERTIAN

 Marah adalah perasaan jengkel dan tidak nyaman karena


tidak terpenuhinya / ancaman kebutuhan fisik, psikologis
dna sosial
 Perilaku kekerasan adalah respon terhadap perasaan
marah yang dapat membahayakan diri, orang lain dna
lingkungan
 Perilaku ekkerasan dapat dilakukan secara verbal, dan
atau fisik yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
faktor predisposisi

 Biologis : herediter atau genetika, riwayat


penyakit, trauma kepala dna riwayat penggunaan
NAPZA
 Psikologis : Pengalaman gagal kehidupan yang
mengakibatkan perasaan frustasi, gagal dan tidak
berguna
 Sosiokultural : korban kekerasan, kontrol sosial
yang kurang
faktor presipitasi

 Presipitais dapat bersifat faktor internal maupun


eksternal dari individu
 Faktor internal : perasaan gagal dan kehilangan
 Faktor eksternal :
 Korban kekerasan, lingkungan yang stresful (ribut,
padat, dihina)
TANDA DAN GEJALA
Data subyektif
 Ungkapan perasaan kesal, kecewa
 Ungkapan ingin memukul
Data obyektif
 Wajah memerah dan tegang
 Pandangan tajam
 Mengatupkan rahang dengan kuat
 Mengepalkan tangan
 Bicara kasar
 Suara tinggi, menjerit atau berteriak
 Mondar mandir
 Melempar atau memukul benda / orang
Diagnosa keperawatann

 Resiko perilaku kekerasan

 Resiko kekrasan terhadap diri


 Resiko kekerasan terhadap orang lain
Posisi Diagnosa

 Domain 11 : safety/protection
 Kelas 3 ; violence
SP 1 Pasien : membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
Tindakan ;
1. Bina hubungan saling percaya
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak setiap kali bertemu klien
2. Diskusikan bersama klien penyebab PK saat ini dan yang lalu
3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab PK
Diskusikan tanda dan gejala PK secara fisik
Diskusikan tanda dan gejala PK secara psikologis
Diskusikan tanda dan gejala PK secara sosial
Diskusikan tanda dan gejala PK secara spiritual
Diskusikan tanda dan gejala PK secara intelektual
4. Diskusikan bersama klien PK yang biasa dilakukan pada saat marah secara
- Verbal - Terhadap diri sendiri
- Terhadap orang lain - Terhadap lingkungan
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6. Diskusikan bersama klien cara mengontrol PK secara Fisik I
Latih klien mengontrol PK dengan latihan nafas dalam
Susun jadwal Latihan nafas dalam
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
ke-2
Tindakan ;
1. Evaluasi latihan nafas dalam
2. Latih cara fisik ke-2 : pukul kasur dan bantal
3. Susun jadwal kegiatan harian cara ke-2

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara


sosial/ verbal
Tindakan ;
1. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
2. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
3. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
spiritual
Tindakan ;
1. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal
2. Latihan sholat / berdoa
3. Buat jadwal latihan sholat / berdoa
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
Tindakan ;
1. Evaluasi jadwal harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih
2. Latih klien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama klien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum
obat, benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat
3. Susun jadwal minum obat secara teratur
Tindakan keperawatan untuk keluarga

Tujuan :
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
SP 1 Keluarga : memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang
cara merawat pasien perilaku kekerasan dirumah
Tindakan ;
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncl, dan akibat dari perilaku
tersebut)
3. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda / orang lain
SP 2 Keluarga : melatih keluarga melakukan cara2 mengontrol
kemarahan
Tindakan ;
1. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
2. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat
3. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
4. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala2 perilaku kekerasan

SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang besama


keluarga
Tindakan ;
1. Buat perencanaan pulang bersama keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN
RISIKO BUNUH DIRI
PENDAHULUAN

 Risiko bunuh diri merupakan salah satu kondisi yang harus dikaji
oleh perawat pada setiap pasien gangguan jiwa terutama pada kasus
gangguan depresi.
 Keinginan untuk mengakhiri hidup ini dapat mengakibatkan
kematian.
 Asuhan keperawatan risiko bunuh diri perlu dilakukan agar pasien
dan keluarga dapat mencegah terjadinya perilaku bunuh diri.
A. Pengertian

Risiko bunuh diri adalah


 Perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja
untuk mengakhiri kehidupan. Individu secara
sadar berkeinginan untuk mati sehingga
melakukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan
keinginan tersebut.
 Rentan terhadap menyakiti diri sendiri dan cedera
yang mengancam jiwa (NANDA 2015-2017)
PROSES TERJADINYA RISIKO BUNUH DIRI
Faktor Predisposisi:
a. Biologis
Penyakit Fisik, riwayat mengalami Gg. Jiwa, riwayat
penggunaan Napza, riwayat nyeri kronik, faktor
herediter, penyakit terminal

b. Psikologis
Riwayat kekerasan masa kanak-kanak, riwayat keluarga
bunuh diri, homoseksual saat remaja, perasaan bersalah,
kegagalan dalam mencapai harapan

c. Sosial
Perceraian, perpisahan, hidup sendiri, tidak bekerja
B. PROSES TERJADINYA RISIKO BUNUH DIRI
Faktor Presipitasi:
 Perasaan marah/bermusuhan
 Hukuman pada diri sendiri,
 Keputusasaan
 Perasaan terisolasi
 Kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang
berarti,
 Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress
bentuk perilaku bunuh diri

1. Isyarat bunuh diri


2. Ancaman bunuh diri
3. Percobaan bunuh diri
 Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku yang secara tidak
langsung ingin bunuh diri
 Misalnya dengan mengatakan : “tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh !” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”
 Pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri
 Umumnya pasien mengungkapan perasaan ; rasa bersalah, sedih,
marah, putus asa, tidak berdaya
 Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan HDR
 Umumnya diucapkan oleh pasien
 Berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana
untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut
 Dibutuhkan pengawasan yang ketat meskipun pasien
belum mencoba bunuh diri
 Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien
mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri
kehidupannya
 Pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara :
gantung diri, minum racun, memotong urat nadi,
atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi
TANDA DAN GEJALA RISIKO BUNUH DIRI

Data Subjektif:
 Merasa hidupnya tak berguna lagi
 Ingin mati
 Pernah mencoba bunuh diri
 Mengancam bunuh diri
 Merasa bersalah / putus asa
TANDA DAN GEJALA RISIKO BUNUH DIRI

Data Objektif:
 Ekspresi murung
 Tak bergairah
 Banyak diam
 Ada bekas percobaan bunuh diri
PENGKAJIAN

1. Wawancara
2. Observasi
Wawancara
 Bagaimana perasaan pasien saat ini?
 Apakah pasien mempunyai pikiran ingin mati?
 Berapa sering muncul pikiran ingin mati?
 Kapan terakhir berpikir ingin mati?
 Apakah pasien pernah mencoba melakukan percobaan bunuh
diri? Kapan terakhir melakukannya? Dengan apa pasien
melakukan percobaan bunuh diri? Apa sebabnya pasien ingin
melakukan percobaan bunuh diri?
 Apakah saat ini masih berpikir untuk melakukan perilaku bunuh
diri?
OBSERVASI

 Pasien tampak murung


 Pasien tidak bergairah
 Pasien banyak diam
 Ditemukan adanya bekas percobaan bunuh dri
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

RISIKO BUNUH DIRI (00150)


Posisi Diagnosa

DOMAIN 11 : KEAMANAN/ PERLINDUNGAN


 KELAS 3 : PERILAKU KEKERASAN
RESIKO BUNUH DIRI
TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN
Tujuan:
1. Pasien ancaman/percobaan bunuh diri
a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien tetap aman dan selamat

2. Pasien isyarat bunuh diri


a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien mampu mengontrol pikiran bunuh diri melalui
pikiran positif diri
c. Pasien mampu mengontrol pikiran bunuh diri melalui
pikiran positif keluarga dan lingkungan
d. Pasien mampu menyusun rencana masa depan
e. Pasien mampu melakukan kegiatan rencana masa
depan
TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN

1. Membina hubungan saling percaya


2. Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri (Ancaman/percobaan
bunuh diri)
3. Isyarat bunuh diri :
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri:
berpikir positif terhadap diri, keluarga dan lingkunga
b. Meningkatkan harga diri pasien
c. Meningkatkan kemampuan meyusun rencana masa depan
Strategi Pelaksanaan Pertemuan 1
Lindungi dan bantu pasien mengontrol keinginan bunuh diri dengan
melihat aspek positif diri:
 Mengidentifikasi beratnya masalah risiko bunuh diri: isarat,
ancaman,percobaan tanda, gejala, penyebab dan akibat dari resiko
bunuh diri (jika percobaan segera rujuk)
 Mengidentifikasi benda-benda berbahaya dan mengamankannya
(lingkungan aman untuk pasien)
 Menjelaskan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat
daftar aspek positif diri sendiri,
 Melatih klien cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat
daftar aspek positif diri sendiri,
 Melatih klien afirmasi/berpikir aspek positif yang dimiliki
 Melatih klien memasukan latihan mengendalikan dengan membuat
daftar aspek positif diri dan latihan afirmasi positif ke dalam jadwal
kegiatan harian klien.
Strategi Pelaksanaan Pertemuan 2

Melatih mengontrol keinginan bunuh diri dengan berpikir positif terhadap


keluarga dan lingkungan:
 Menjelaskan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh
diri: buat daftar aspek positif keluarga dan lingkungan
 Melatih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri:
buat daftar aspek positif keluarga dan lingkungan,
 Melatih afirmasi/berpikir aspek positif keluarga dan
lingkungan
 Melatih klien memasukan latihan cara mengendalikan diri
dari dorongan bunuh diri: membuat daftar aspek positif
keluarga dan lingkungan, dan melatih afirmasi/ berpikir
aspek positif keluarga dan lingkungan ke dalam jadwal
kegiatan harian klien.
Strategi Pelaksanaan Pertemuan 3

Latihan menyusun rencana masa depan


 Bersama klien mendiskusikan harapan dan masa depan
 Bersama klien mendiskusikan cara mencapai harapan dan
masa depan
 Menjelaskan cara mencapai harapan dan masa depan secara
bertahap (setahap demi setahap)
 Melatih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara
bertahap (setahap demi setahap)
 Melatih klien memasukan latihan cara-cara mencapai
harapan dan masa depan secara bertahap (setahap demi
setahap)
Strategi Pelaksanaan Pertemuan 4

Latihan kegiatan mencapai masa depan


1. Evaluasi data, kemampuan berpikir positif tentang diri,
keluarga dan lingkungan serta kegiatan yang dipilih dan
manfaatnya. Berikan Pujian,
2. Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan.
3. Masukkan pada jadual latihan berpikir positif tentang diri,
keluarga dan lingkungan, serta kegiatan yang di pilih untuk
persiapan masa depan.
TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tujuan:
1. Keluarga dengan ancaman/percobaan bunuh diri
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri----Ancaman/percobaan bunuh
diri
2. Keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri:
a. Keluarga mampu mengenal masalah risiko bunuh diri
b. Keluarga mampu memutuskan merawat pasien risiko bunuh diri
c. Keluarga mampu menciptakan suasana keluarga dan lingkungan
yang aman.
d. Keluarga mampu memantau dan membimbing pasien dalam
mengatasi risiko bunuh diri
e. Keluarga mampu follow-up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya risiko bunuh diri dan mengambil keputusan
merawat pasien.
3. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang aman
4. Melatih keluarga cara-cara membimbing dan memantau
pasien mengatasi risiko bunuh diri dan kemampuan
pasien dalam mencapai masa depan.
5. Menganjurkan follow-up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur
Strategi Pelaksanaan Pertemuan 1

Keluarga mengenal masalah, melindungi pasien


dan meningkatkan harga diri pasien
 Mendiskusikan dengan keluarga mengenal resiko bunuh diri
dan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien dan
melatih keluarga membimbing pasien cara mengontrol
 Menjelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses
terjadinya risiko bunuh diri (gunakan booklet)
 Menjelaskan cara merawat risiko bunuh diri
 Melatih cara memberikan pujian hal positif pasien, memberi
dukungan pencapaian masa depan
 Menganjurkan keluarga membantu klien memasukan
kegiatan sesuai jadwal dan berikan pujian
Strategi Pelaksanaan Pertemuan 2

Keluarga dapat mendukung peningkatan harga diri pasien dan menciptakan


suasana yang positif
1. Menjelaskan pada keluarga cara memberi penghargaan pada klien dan
menciptakan suasana positif dalam keluarga: tidak membicarakan
keburukan anggota keluarga
2. Melatih cara memberi penghargaan pada klien dan menciptakan suasana
positif dalam keluarga: tidak membicarakan keburukan anggota keluarga
3. Menganjurkan keluarga membantu klien memasukan kegiatan sesuai
jadwal dan berikan pujian pada keluarga

Lakukan Latihan Sp2


Strategi Pelaksanaan Pertemuan 3

Keluarga dapat mendukung harapan masa depan pasien.


1. Evaluasi data, kemampuan keluarga dalam memberikan pujian
dan penghargaan pada pasien serta menciptakan suasana positif
dalam keluarga, manfaat kegiatan. Beri pujian,
2. Bersama keluarga berdiskusi dengan pasien tentang harapan
masa depan serta langkah-langkah mencapainya.
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan berikan pujian
Strategi Pelaksanaan Pertemuan 4
Keluarga dapat mendukung pasien dalam melakukan kegiatan masa depan.

 Bersama keluarga berdiskusi dengan klien tentang harapan


masa depan serta langkah-langkah mencapainya
 Menganjurkan keluarga mendiskusikan dengan klien tentang
harapan masa depan serta langkah-langkah mencapainya
sesuai jadwal dan berikan pujian pada keluarga
 Menjelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan
ASUHAN KPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
 Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan, berhias diri, dan
eliminasi (buang air besar dan buang air kecil) secara
mandiri
 Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan
bau, serta kuku panjang dan kotor
 Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakain
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada
pasien perempuan tidak berdandan
 Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya
 Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar (BAB)atau
buang air kecil (BAK) tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan diri dengan baik
setelah BAB/BAK
SP I Pasien :
melatih pasein cara perawatan kebersihan diri (mendiskusikan pentingnya
kebersihan diri, cara-cara merawat diri, dan melatih pasien tentang cara-
cara perawatan kebersihan diri)
SP I I Pasien :
Melatih pasien berhias (laki-laki : berpakaian, menyisir rambut,
bercukur. Perempuan : berpakaian, menyisir rambut, berhias)
SP III Pasien :
melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara mempersiapkan
makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan cara merapikan
peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahapan makan
yang baik)
SP I V Pasien :
Melatih pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri (menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai, menjelaskna cara membersihkan diri setelah BAB/BAK,
menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK)
SP I keluarga :
Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah perawatan
diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah defisit
perawatan diri
SP I I keluarga :
Melatih keluarga cara merawat pasien
SP I I I keluarga :
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
 Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap obyek dan tidak
konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya (Rawlin,
1993)

 Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan


secara kuat / terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan
(Stuart & Sundeen, 1998)

 Waham adalah keyakinan yang salah yang tidak dapat diubah


dengan alasan logis / kejadian nyata (Cook dan Fontaine, 1987)
Faktor predisposisi

a. Biologis
 Gangguan perkembangan dan fungsi otak
b. Psikososial
 Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan.
c. Sosial Budaya
 Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya
waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan
stress yang menumpuk.
Faktor presipitasi

 Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham


merupakan karakteristik umum latar belakang termasuk
riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan
kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang
perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak
berguna ataupun tidak berdaya.
Fase Lack Fase lack Fase control Fase Fase Fase
of human of self internal environment
comforting improving
need esteem eksternal support
Tanda dan gejala
 Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang
kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
 Klien tampak tidak mempunyai orang lain
 Curiga
 Bermusuhan
 Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
 Takut, sangat waspada
 Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
 Ekspresi wajah tegang
 Mudah tersinggung
1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Contoh : “saya ini titisan bung karno, punya banyak perusahaan, punya rumah diberbagai
negara, dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit”.
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan /
mencederai dirinya, diucapkan berkali-kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Contoh : “banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup
saya, suster akan meracuni makanan saya”
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Contoh ; “tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus menerus memakai pakaian
putih setiap hari agar masuk surga”
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Contoh : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya banyak
kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubh saya menghilang”
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/ meninggal, diucapkan
berulangkalibtetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Contoh ; “saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada di sii adalah roh-roh,
sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia”
6. Waham Siar pikir
Klien yakin orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun tidak dinyatakannya
pada orang tersebut, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
7. Waham Kontrol Pikir
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan
8. Waham Sisip pikir
Klien yakin bahwa ada ide pikiran orang lain yang disisipkan kedalam pikirannya,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Tindakan keperawatan :
SP I Pasien :
Membina hubungan saling percaya, Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi

Tindakan keperawatan ;
a) Bantu orientasi realita
b) Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
c) Bantu pasien memenuhi kebutuhannya
d) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II Pasien
Mengidentifikasi kemampuan positif pasien

Tindakan keperawatan :
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Diskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
c) Melatih kemampuan positif yang dimiliki
d) Ajarkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III Pasien
Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

Tindakan keperawatan :
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c) Ajarkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Tindakan keperawatan :
SP I Keluarga:
Membina hubungan saling percaya dengan keluarga, Mengidentifikasi
masalah, menjelaskan proses terjadinya masalah

Tindakan keperawatan ;
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di
rumah
b) Diskusikan dengan keluarga waham yang dialami pasien
c) Diskusikan dengan keluarga cara-cara merawat pasien waham
Tindakan keperawatan :
SP II Keluarga:
Melatih keluarga cara merawat pasien

Tindakan keperawatan ;
a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasein dengan
waham
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
waham
Tindakan keperawatan :
SP III Keluarga:
membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Tindakan keperawatan ;
a) Membantu keluarga membuat jadual aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
b) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
12/6/2020 339

Anda mungkin juga menyukai