Kelompok VII :
► Magdalena Ade Irma
► Mario Stefanus Leo
1. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah suatu kondisi
dimana individu menilai dirinya atau
kemampuan dirinya negatif atau suatu
perasaan menganggap dirinya sebagai
seseorang yang tidak berharga dan
tidak dapat bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri (Nurhalimah,
2016).
2. Proses Terjadinya Masalah
Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya
harga diri rendah meliputi :
Biologis
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbu
lnya harga diri rendah adalah pengalaman masa
lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari
lingkungan dan
orang terdekat serta harapan yang tidak realistis.
Faktor Sosial Budaya
Sosial budaya yang dapat menimbulkan harga
diri rendah adalah adanya penilaian negatif dari
lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi
rendah, pendidikan yang rendah serta adanya
riwayat penolakan lingkungan pada tumbuh
kembang anak.
Faktor Presipitasi, faktor presipitasi yang
menimbulkan harga diri rendah antara lain :
1) Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan
seksual dan pengalaman psikologis yang tidak
menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban
maupun saksi dari perilaku kekerasan.
2) Ketegangan peran
Transisi peran perkembangan: perubahan normatif
yang berkaitan dengan pertumbuhan seperti transisi
dari masa kanak-kanak ke remaja.
Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah
atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat
pergeseran dari kondisi sehat kesakit.Transisi ini
dapat dicetuskan antara lain karena kehilangan
sebagian anggota tuhuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh. Atau
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh
kembang normal, prosedur medis dan keperawatan.
3. Rentang Respon Konsep Diri
Keterangan :
aktualisasi diri merupakan pernyataan diri tentang
konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata, sukses, dan diterima.
Konsep diri positif merupakan kondisi individu yang
memiliki pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
Harga diri rendah merupakan transisi atau peralihan
respons konsep diri adaptif dengan konsep
maladaptif.
Identitas kacau adalah kegagalan individu dalam
mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak ke dalam kematangan aspek
psikososial kepribadian pada masa dewasa yang
harmonis.
Depersonalisasi merupakan perasaan yang
tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang memiliki kaitan dengan
ansietas, kepanikan, serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
Konsep Asuhan Keperawatan
Harga Diri Rendah
1. Pengkajian
Data Subjektif: Pasien mengungkapkan
tentang:
a. Hal negatif diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penolakan terhadap kemampuan diri
e. Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi
situasi
Data Objektif :
a. Penurunan produktivitas
b. Tidak berani menatap lawan bicara
c. Lebih banyak menundukkan kepala saat
berinteraksi
d. Bicara lambat dengan nada suara lemah
e. Bimbang, perilaku yang non asertif
f. Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak
berguna
Pohon Masalah
2. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat
berdasarkan pohon masalah adalah :
Harga diri rendah kronik ;
Koping individu tidak efektif ;
Isolasi sosial.
3. Tindakan Keperawatan Harga
Diri Rendah
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Harga Diri
Rendah
Tujuan : Pasien mampu :
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
3) Menilai kemampuan yang dapat digunakan
4) Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan
5) Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
6) Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya
Tindakan Keperawatan :
1) Membina hubungan saling percaya, dengan cara :
Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien.
Perkenalkan diri dengan klien : perkenalkan nama dan
nama panggilan yang
Perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan
pasien yang disukai
Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
Buat kontrak asuhan : apa yang Perawat akan lakukan
bersama klien, berapa lama
akan dikerjakan, dan tempatnya dimana. Jelaskan bahwa
Perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi.
Tunjukkan sikap empati terhadap klien.
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memerlukan
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki klien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah :
Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek
positif pasien (buat daftar kegiatan)
Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan
penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan klien.
3) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
(pilih dari daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini.
Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan klien.
4) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan
kegiatan berdasarkan daftar kegiatan yang dapat
dilakukan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih
saat pertemuan.
Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan
yang ia tetapkan.
Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara
melakukannya).
Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua
kali per hari.
Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap
kemajuan yang diperlihatkan klien.
5) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
yang telah dilatihkan.
Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktivitas.
Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga.
Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan
perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.
Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas
yang dilakukan klien.
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga dengan
Pasien Harga Diri Rendah
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien harga diri
rendah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang
efektif bagi klien.
1) Tujuan : Keluarga mampu :
a) Mengenal masalah harga diri rendah
b) Mengambil keputusan untuk merawat harga diri
rendah
c) Merawat harga diri rendah
d) Memodifikasi lingkungan yang mendukung
meningkatkan harga diri klien
e) Menilai perkembangan perubahan kemampuan klien
f) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
2) Tindakan Keperawatan :
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
klien
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya harga diri rendah dan mengambil keputusan
merawat klien
c) Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah
d) Membimbing keluarga merawat harga diri rendah
e) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri klien
f) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang
memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan
kesehatan
g) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur.
4. Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam
Merawat Pasien Harga Diri Rendah
A. Studi Kasus
1. Pengkajian
Identitas Klien
Nama : Tn. I
Umur : 31 Tahun
Alamat : Ngabang
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa: Melayu/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan: Petani
Keluhan Utama
Klien mengatakan disuruh ibu dan istrinya untuk melanjutkan berobat,
Alasan Masuk
2 bulan sebelum masuk RSJ klien sering menyendiri, membanting
barang, bicara sedikit, sulit komunikasi, bicara sendiri dan sulit tidur.
Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa ±3 tahun yang lalu, pernah
rawat jalan di RSJ.Sungai Bangkong Pontianak
Kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasil
Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
yaitu ia jatuh dari sepeda.
Pemeriksaan Fisik
Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
Pernafasan : 26 x/menit
Kondisi Fisik :
Klien tidak mengeluh sakit apa–apa, tidak ada
kelainan fisik.
Psikososial
Konsep Diri
Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang
paling disukai adalah mata karena bisa melihat.
Identitas : Klien mengatakan anak ke-5 dari 5
bersaudara.
Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya
atau dirumah sebagai anak.
Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh
dan pulang, merasa bosan dan ingin bekerja lagi.
Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan
langsung dengan orang lain selain ibu dan adiknya,
klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang
lain, kurang interaksi sosial.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah
Hubungan Sosial
Orang yang dekat dengan klien adalah ibu,
istri dan kedua anaknya.
Peran serta kelompok/masyarakat : sebelum
klien sakit sering mengikuti gotong royong
didesanya.
Hambatan dalam hubungan dengan orang
lain: selama klien rawat jalan/berobat jalan
temannya berkurang karena klien malu
berkomunikasi.
Masalah Keperawatan : Menarik diri
Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, jika sholat
klien shabis sholat klien berdoa agar cepat sembuh.
Status Mental
Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, klien
menggunakan baju yang disediakan di RSJ.
Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai
dan dapat dipahami.
Aktivitas Motorik : Klien labih banyak menunduk, aktivitas
klien menyesuaikan.
Alam perasaan : Klien mengatakan bosan di RSJ ingin cepat
sembuh dan pulang, klien sedih belum bisa bertemu ibu, istri
dan kedua anaknya.
Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat
Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang karena
menunduk, sesekali klien menengadah, selalu menjawab
jika ditanya.
Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
Pola Fikir : Tidak ada waham.
Tingkat kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat
pengkajian, hari jumat tanggal 28 november 2014 jam 10.30 WIB,
hari berikutnya juga klien sadar hari sabtu tanggal 12 januari 2014.
Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh
20–15 = 5
Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar
setelah makan atau membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih
membereskan kursi.
Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit
jiwa.
Mekanisme Koping
Klien mampu berbicara dengan orang lain, terlihat malu
Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,
lebih suka diam.
Pohon Masalah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
b. Diagnosa Keperawatan
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.
Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien
menarik diri dari lingkungan
Masalah dengan kesehatan (-)
Masalah dengan perumahan : Klien tinggal dengan
kedua orang tua dan 2 saudaranya.
Masalah dengan Ekonomi : Kebutuhan klien dipenuhi
oleh ibunya.
Masalah Keperawatan
Harga Diri Rendah
Menarik Diri
Koping Individu Tidak Efektif
3. Intervensi Keperawatan
Harga
Diri Rendah Koping Individu Tidak Efektif
16 3. Mengidentifikasi S:
Januari kemampuan dan aspek Klien mengatakan cara penilaian
2013 positif yang dimiliki dengan positif tidak boleh berfikir jelek
Jam : terhadap orang lain, sopan santun
17.00 • Membantu dan ramah yang diutamakan.
mengidentifikasi dengan O:
aspek yang positif Klien dapat mengungkapkan
• Mendorong agar perasaannya
berpenilaian positif A : SP 3 teratasi sebagian
• Membantu P:
mengungkapkan -lanjutkan SP 1 keluarga
perasaannya -Anjurkan klien untuk
mempertahankan hubungan saling
percayadan berinteraksi secara
terarah.
B. Pembahasan
Diagnosa yang Muncul di Kasus :
Klien mengalami harga diri rendah dalam konsep
dasar menurut (Stuart & Sundeen dalam Riyadi,
2009) yang mengacu pada pohon masalah
terdapat dua diagnosa keperawatan.
Diagnosa tersebut adalah :
a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan
dengan harga diri rendah.
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
berhubungan dengan koping individu tidak efektif
Namun di dalam kasus klien setelah di kaji hanya di
temukan satu diagnosa keperawatan. Diagnosa yang
ditemukan pada kasus nyata sesuai dengan konsep dasar
antara lain :
1. Pengertian diagnosa keperawatan
Interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga
diri rendah.
Harga diri rendah didefinisikan sebagai evaluasi diri dan
perasaan- perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negative yang dapat di ekspresikan secara langsung
atau tidak langsung (Townsend,2002) dengan karakteristik
sebagai berikut : menarik diri dalam isolasi social, kurang
kontak mata, menangis berlebihan bergantian dengan
eksperesi marah, penolakan partisipasi pada terapi- terapi
dan aktifitas-aktifitas merawat diri sendiri, tergantung pada
orang lain, adanya ekspersi rasa malu atau rasa bersalah
2. Alasan penegakan diagnosa keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian hari Jumat tanggal
28 november 2014 jam 10.30 WIB, maka
didapatkan analisa data oleh penulis adalah :
Data subyektifnya : Klien mengatakan teman
berkurang semenjak sakit, dan klien malu
dengan teman karena klien merasa tidak pantas
diantara mereka.
Data obyektifnya : Klien tampak malu saat
berbicara. Berdasarkan data-data yang
ditunjukan oleh klien maka penulis menegakkan
diagnosa keperawatan gangguan konsep diri :
harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tidak efektif sebagai diagnosa kedua.
Setelah dilakukan asuhan keperwatan selama 3 x 24 jam
didapatkan hasil evaluasi :
Tahap terakhir proses keperawatan adalah evaluasi yang
merupakan catatan hasil perkembangan yang dicapai
setelah dilakukan implementasi dan tahap evaluasi
menggunakan pendekatan SOAP (Subjektif, Objektif,
Assesment, Planning). Dari diagnosa pertama yaitu
gangguan konsep diri : harga diri rendah di dapatkan
evaluasi sebagai berikut :
TUK I didapatkan hasil Data subyektif : Klien menjawab
salam dan mengatakan selamat pagi, menyebutkan nama
dan alamat. Data obyektifnya : klien mau berjabat tangan,
klien mau duduk berdampingan dengan perawat, klien mau
mengutarakan masalahnya. Assesment : masalah TUK I
mulai dari memberikan salam sampai mau mengutarakan
masalah yang dihadapi sudah teratasi. Planing : lanjutkan
Tuk II (klien dapat mengidentifiksi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki) dan pertahankan BHSP.
TUK II didapatkan Data subyektif : klien dapat
mengidentifikasi kemampuan dan spek positif yang dimiliki,
kemampuan yang dimiliki klien, aspek positif keluarga, aspek
positif lingkungan yang dimiliki klien. Assement : masalah TUK
II dari klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki teratasi. Planing : lanjutkan TUK III (klien
dapat menilai kemampuan yang digunakan).
TUK III didapatkan hasil Data subyektif : klien menilai
kemampuan yang dapat digunakan. Data obyektif : klien dapat
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, Memberikan
reinforcement positif atas jawaban klien. Assement : masalah
TUK III mulai dari klien mengungkapkan perasaan klien tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain sampai memberi
kesempatan klien mengungkapkan perasaan tentang kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain tertasi. Planing : lanjutkan
intervensi TUK IV ( klien dapat (menetapkan) merencanakan
kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki).
TUK IV didapatkan hasil Data subyektif : Klien dapat
(menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki, klien mau membuat jadwal
harian. Data obyektif : klien tampak menyapu jika melihat
lantai kotor setelah makan siang. Assesment : Masalah TUK
IV sudah tertasi kecuali klien belum mau sholat belum
teratasi. Planning : Lanjutkan intervensi V (Klien dapat
melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya).
TUK V didapatkan hasil data subyektif : klien dapat
melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya. Data obyektif : klien tampak menyapu jika
melihat lantai kotor setelah makan siang. Assement :
Masalah Tuk V sudah teratasi kecuali Motivasi klien supaya
mau sholat teratasi. Planning : ulangi intervensi Tuk V yang
motivasi klien mandiri dan lanjutkan Tuk VI.
Sekian & Terima
kasih,,.