Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL


DI RSP UNIVERSITAS HASANUDDIN

Nama Mahasiswa : Musfika Haddise


Nim : R014182004

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

( ) (Andriani, S.Kep., Ns., M.Kes)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
A. Kasus (Masalah Utama)
Harga diri rendah (situasional)
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Definisi
Harga diri rendah (kronik) adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri, hilangnya percaya diri, gagal mencapai keinginan. Harga diri
rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan
gambaran-gambaran negatif tentang dirinya. Sedangkan harga diri rendah situasional
adalah suatu perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri pada situasi
tertentu dan tidak berlangsung lama.
2. Etiologi
Harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba). Pada
klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1) Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptif.
3. Tanda dan Gejala
a. Mengungkapkan rasa malu/bersalah
b. Menjelek-jelekkan diri / hal-hal negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan
dan ketidakbergunaan)
c. Menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang
(sebelumnya evaluasi diri positif)
d. Sulit membuat keputusan
4. Komponen Konsep Diri
a. Citra tubuh (body image) : Sikap, persepsi keyakinan dan pengetahuan individu
secara sadar, atau tidak sadat, Terhadap tubuhnya yaitu :  ukuran, bentuk,,
struktur makna, dan obyek yang kontak secara terus menerus baik masa lalu
maupun sekarang. Citra tubuh dapat diartikan sebagai kumpulun sikap individu
yang disadari maupun tidak ada tubuhnya. Citra tubuh merupakan hal pokok
dalam konsep diri, citra tubuh harus realistis, karena semakin seseorang dapat
menerima dan menyukai tabuhnya, ia akan lebih bebas dan merasa aman dari
kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap
tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya menarik,
gemuk, atau kurus, dan lain-lain.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan obyek, pada klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan
citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stresor pada tiap kondisi kesehatannya
apakah semakin membaik atau memburuk, dan  hal inilah yang dapat
menentukan harga diri seseorang.
Perubahan di antaranya Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat
penyakit. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif seperti operasi, suntikan
dan pemasangan infus.  Perubahan struktur sama dengan perubahan bentuk
tubuh disertai dengan pemasangan alat di dalam tubuh. Keterbatasan gerak :
makan, kegiatan. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan
dandanan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien seperti infus, respirator,
suntik, pemeriksaan tanda vital.
b. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berprilaku
berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut
bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya berprilaku berdasarkan
standar,aspirasi, tujuan atau nilai yang diyakini. Penetapan ideal diri
dipengaruhi oleh kebudayaan, keluarga dan ambisi, keinginan kemampuan
individu dalam menyesuaikan diri dengan orang serta prestasi masyarakat
setempat. Individu cenderung mensetting tujuan yang sesuai dengan
kemampuannya, kultural, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas.
c. Harga diri (self esteem) adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian
ideal diri atau cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
d. Identitas diri adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari
penilaian dan observasi diri sendiri. Identitas ditandai dengan kemampuan
memandang diri sendiri beda dengan orang lain, mempunyai percaya diri, dapat
mengontrol diri, mempunyai persepsi tentang peran serta citra diri.
e. Peran adalah seperangkat prilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi indiidu pada bebagai kelompok sosial, tiap individu
mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu.
C. Pohon Masalah

Isolasi sosial

Effect Harga diri rendah : kronik

Core problem Harga diri rendah : situasional

Causa Koping individu tidak efektif

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji
a. Lebih banyak diam
b. Lebih suka menyendiri/ hubungan interpersonal kurang
c. Personal hygiene kurang
d. Merasa tidak nyaman diantara orang
e. Tidak cukupnya ketrampilan sosial
f. Berkurangnya frekwensi, jumlah dan spontanitas dalam berkomunikasi
2. Gangguan konsep diri harga diri rendah
Data yang perlu dikaji
a. Perasaan rendah diri
b. Pikiran mengarah
c. Mengkritik diri sendiri
d. Kurang terlibat dalam hubungan sosial
e. Meremehkan kekuatan/ kemampuan diri
f. Menyalahkan diri sendiri
g. Perasaan putus asa dan tidak berdaya.
3. Koping individu tidak efektif
a. Masalah yang di hadapi pasien (sumber koping)
b. Strategi dalam menghadapi masalah
c. Status emosi pasien
E. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah situasional
2. Isolasi sosial
3. Koping keluarga tidak efektif
F. Rencana Keperawatan
Tujuan umum : memperluas kesadaran diri klien
SP Harga Diri Rendah:
Pasien Keluarga
No
SP1P SP1K
1 Identifikasi kemampuan melakukan Diskusikan masalah yang dirasakan
kegiatan dan aspek positif pasien (buat dalam merawat pasieen
daftar kegiatan)
2 Bantu pasien menilai kegiatan yang Jelaskan pengertian, tanda & gejala,
dapat dilakukan saat ini (pilih dari dan proses terjadinya harga diri rendah
daftar kegiatan): buat daftar kegiatan (gunakan booklet)
yang dapat dilakukan saat ini
3 Bantu pasien memilih salah satu Diskusikan kemampuan atau aspek
kegiatan yang dapat dilakukan saat ini postif pasien yang pernah dimilki
untuk dilatih sebelum dan setelah sakit
4 Latih kegiatan yang dipilih (alat dan Jelaskan cara merawat harga diri
cara melakukannya) rendah terutama memberi pujian
semua hal yang positif pada pasien
5 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk Latih keluarga, memberi tanggung
latihan dua kali perhari jawab kegiatan pertama yang dipilih
pasien, bimbing dan beri pujian
6 Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan berikan pujian
SP2P SP2K
1 Evaluasi kegiatan pertama yang telah Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dilatih, berikan pujian membimbing pasien dalam
melaksanakan kegiatan pertama yang
dipilih dan dilatih pasien. Beri pujian
2 Bantu pasien memilih kegiatan kedua Bersama keluarga melatih pasien
yang akan dilatih dalam melakukan kegiatan kedua yang
dipilih pasien
3 Latih kegiatan kedua (alat dan cara) Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan beri pujian
4 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan : dua kegiatan, masing-masing
dua kali perhari
SP3P SP3K
1 Evaluasi kegiatan pertama dan kedua Evaluasi kegiatan keluarga dalam
yang telah dilatih dan berikan pujian membimbing pasien dalam
melaksanakan kegiatan pertama dan
kedua yang dipilih dan dilatih pasien.
Beri pujian
2 Bantu pasien memilih kegiatan ketiga Bersama keluarga melatih pasien
yang akan dilatih dalam melakukan kegiatan ketiga yang
dipilih pasien
3 Latih kegiatan ketiga (alat dan cara) Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan beri pujian
4 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan : dua kegiatan, masing-masing
dua kali perhari
SP4P SP4K
1 Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
ketiga yang telah dilatih. Berikan membimbing pasien dalam
pujian melaksanakan kegiatan pertama,
kedua dan ketiga. Beri pujian
2 Bantu pasien memilih kegiatan Bersama keluarga melatih pasien
keempat yang akan dilatih dalam melakukan kegiatan keempat
yang dipilih pasien
3 Latih kegiatan keempat (alat dan cara) Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
tanda kambuh
4 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk Anjurkan membantu pasien sesuai
latihan : dua kegiatan, masing-masing jadwal dan beri pujian
dua kali perhari
SP5P SP5K
1 Evaluasi kegiatan yang mampu Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dilakukan pasien dan beri pujian membimbing pasien dalam
melaksanakan kegiatan yang dipilih
oleh pasien
2 Latih kegiatan dipilih sampai tak Bersama keluarga melatih pasien
terhingga dalam melakukan kegiatan keempat
dan kelima yang dipilih rujukan
3 Nilai kemampuan yang telah mandiri Nilai kemampuan keluarga dalam
merawat keluarga
4 Nilai apakah harga diri klien
meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

NANDA. (2018-2020). Diagnosa Keperawatan, Defenisi dan Klasifikasi, Alih Bahasa: Made
Sumarwati, dkk. Jakarta: EGC.

Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stuart & Sundden. 1995. Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-5. St Louis:
Mosby Year Book.

Townsed, M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai