Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH (HDR)

A. Masalah Utama
Harga diri Rendah

B. Pengertian
1. Harga diri rendah atau HDR merupakan evaluasi atau perasaan negatif
terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berati, tidak
berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu yang lama dan terus
menerus (SDKI, 2016).
2. Harga diri adalah penularaan individu tentang yang diperoleh dengan
menanalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal dirinya
( Struat,2006).
3. Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri sehingga
kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai keinginan nya ( Sujono dan
Teguh 2009).

C. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
a.       Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan).
b.      Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama. 
Harga diri rendah dapat terjadi secara :
a.    Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan

1
malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-
tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1)   Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2)   Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3)   Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
b.    Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif.

D. Penyebab
1. Faktor predisposisi
a. Biologi
Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
diawal atau sakit ,stressor ffisik atau jasmanai yang seperti suhu dingin
atau panas,suara bising ,nyeri,kelelahan, lingkungan yang tidak memadai
dan pencemaran udara.

b. Psikologi
Penolakaan orang tua harapan orang tua adalah yang tidak realistis ,dan
kegagalan yang berulang ,kurang mempunyai tanggung jawab
,ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realities stressor
yang lain adalah konflik,tekanan kritis dan kegagalan.
c. Social cultural

2
Strotpi peran Gender ,tuntutan peran kerja harapan peran budaya tekanaan
dari kelompok sebagai perubahan struktur social.
2. Faktor pre sipitasi
Dapat disebabkan oleh faktor dalam atau faktor luar individu terdiri dari.
a. Trauma seperti penganiyayan seksual dan psikologis
b. Ketegangan peran adalah berhubungan dengan peran yang diharapkan
dalam individu, mengalami sebagai frutasi ada 3 jenis transasi peran:
1) Perkembangan transisi perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan-pertumbuhan tahap perkembangan kehidupan individu
dan norma-norma budaya serta tekanan untuk menyesuaikkan diri.
2) Situasi transisi peran: bertambah, berkurangnya anggota melalui
orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau
kematian
3) Transisi peran sehat-sehat akibat pergoresan diri keadaan sehat atau
sakit.
Transisi ini dapat dicetuskan Oleh:
a) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan tubuh
b) Perubahan fisik yang berkaitan dengan tubuh kembang normal
c) Proses medis dan perawat

E. Manifestasi klinis
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2. Penurunan produktivitas
1. Obstruktif yang diharapkan pada orang lain
2. Perasaan yang tidak mampu
3. Rasa bersalah
4. Mudah tersinggung
5. Perasaan neagtif tentang tubuhnya sendiri
6. Ketegangan peran yang dirasakan
7. Pandangan hidup yang pesimis

3
F. Pohon Masalah

G.

Penatalaksanaan Medis
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak
digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan
antipersan, karena fungsi dari obat anti depersan adalah memblok pengambilan
kembali neurotransmitter torepneprin dan serotonin, meningkatkan
konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi defsit yang diperkirakan
menyebabkan alaram perasaan melankolis. Hal ini sesuai dengan masalah
neurotransmitter yang dihadapi oleh klien dengan harga diri rendah adanya
penurunan neurotransmitter seperti serotin dan norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah
kali ini pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam jenis Tricyclic
Anti Depresan . Amitriplin Imipramine, desipramine notriptilin, sesuai dengan
fungsi obat yaitu untuk meningkatakan reuptake serotonin dan norepinrfrin
sehingga meningkatkan motivasi klien dengan sesuai indikasinya yaitu
pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami
skizofernia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.

H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian

4
a. Keluhan utama atau alasan masuk:
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat dirumah
sakit, apakah suda tau penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah ini.
b. Faktor predisposisi :
Faktor predisposisi terjadi harga diri rendah kronik adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tangung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis.
c. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan serta menurunnya produktivitas.
d. Konsep diri
 Gambaran diri: presepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian
yang disukai.
 Ideal diri: presepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.
 Harga diri: penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis sebagai seberapa prilaku dirinya dengan ideal diri.
 Identitas: prinsip perorganisasian kepribadian yang bertanggungjawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsentrasi dan keunikan individu .
 Peran: serangkain pola prilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.

2. Diagnosa keperawatan
a. Harga diri rendah kronik
3. Intervensi

5
Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
keperawata
n
Harga diri Harga diri Manajemen prilaku
rendah Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi dan mengelola prilaku
kronik keperawatan selama 12 x negatif
30 menit di harapkan klien 2. Jadwalkan kegiatan terstruktur
mampu menurunkan 3. Bicara dengan nada rendah dan
perasaan rendah diri tenang
dengan kriteria hasil: 4. Cegah prilaku pasif dan agresif
1.1 Penilaian diri positif 5. Informasikan keluarga bahwa
1.2 Perasaan memiliki keluarga sebagai dasar pembentukan
kelebihan dan kognitif.
kemampuan positif Intervensi untuk pasien:
Sp 1
1.3 Penerimaan penilaian
positif diri 1. Identifikasi kemampuan melakukan
terhadap
kegiatan dan aspek positif pasien
sendiri (buat daftar kegiatan)
1.4 Minat mencoba hal 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang
dapatdilakukan saat ini (pilih dari
baru daftar kegiatan): buat daftar kegiatan
1.5 Berjalan menampakan yang dapat dilakukan saat ini
3. Bantu pasien memilih salah satu
wajah kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
1.6 Piostur tubuh untuk dilatih
4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan
menampakan wajah cara melakukannya)
5. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan dua kali perhari
Sp 2
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah
dilatih. Beri pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua
yang akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara)

6
4. Masuukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan(2 kegiatan masing-
masing 2 kali per hari)
Sp 3
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua
yang telah dilatih. Beri pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga
yang akan dilatih
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal Evaluasi
kegiatan pertama, kedua dan ketiga
yang telah dilatih dan beri pujian
5. Bantu pasien memilih kegiatan ke
empat yang akan dilatih
6. Latih kegiatan ke empat (alat dan cara)
7. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan: tiga kegiatan masing-masing
dua kali perhari
8. kegiatan untuk latihan: 3 kegiatan
masing-masing 2 kali perhari
Sp 4
1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan
pujian
2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak
terhingga
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Nilai apakah harga diri pasien
meningkat

Intervensi untuk keluarga:


Sp 1
1. Diskusikan masalah yang dirasakan
dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala,
dan proses terjadinya hdr (gunakan
booklet)
3. Diskusikan kemampuan atau aspek
fisik pasien yang pernah dimiliki
sebelum dan setelah sakit
4. Jelaskan cara merawat diri terutama
memberikan pujian semua hal yang
positif pada pasien

7
5. Latih keluarga memberikan tanggung
jawab kegiatan pertama yang dipilih
pasien: bimbing dan beri pujian
6. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal
Sp 2
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
membimbing pasien melaksanakan
kegiatan pertama yang dipilih dan
dilatih pasien. Beri pujian
2. Bersama keluarga melatih pasien
dalam melakukan kegiatan kedua yang
dipilih pasien
3. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberi pujian
Sp 3
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
membimbing pasien melaksanakan
kegiatan pertama dan kedua yang telah
dilatih. Beri pujian
2. Bersama keluarga melatih pasien
melakuan kegiatan ketiga yang dipilih
3. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
Sp 4
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
membimbing pasien melakukan
kegiatan pertama, kedua dan ketiga.
Beri pujian
2. Bersama keluarga melatih pasien
melakukan kegiatan ke empat yang
dipilih
3. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
tanda kambuh, rujukan
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal kegiatan dan memberikan
pujian
Sp 5
1. Evaluasi kegiatan kelurga dalam
merawat dan membimbing pasien
melakuan kegiatan yang dipilih oleh

8
pasien. Beri pujian
2. Nilai kemampuan keluarga dalam
merawat klien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol ke RSJ/PKM

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti , Mukripoh,( 2008) Komunikasi Terapeutik dalam praktik

keperawatan Bandung: Refika Aditama

Nihayati Endang dan Fitryasan Rizky ,( 2015) Buku Ajaran

Keperawatan Kesehatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta Selatan

Kilat Anna dan Akermat, ( 2009) Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas

Kelompok, EGC , Jakarta

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia

Yosep Iyus dan Sutini Titin, ( 2014) Buku Ajaran Keperawatan

Jiwa,PT, Refika Aditama, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai