Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Oleh:
BJ. Andini Fadiyah Putri
PO713201191108

CI LAHAN CI INSTITUSI

----------------------------------- Rahman, A.Kep, S.Pd, M.Kes


196306141990031003

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

A. MASALAH UTAMA
Harga diri rendah
Menurut Nanda (2005),harga diri rendah adalah berkembangnya persepsi diri yang negatif
dalam berespon terhadap situasi yang sedang terjadi. Sedangkam menurut CMHN (2006),
harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Harga diri
rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya atau kemampuan dirinya negatif
atau suatu perasaan menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat
bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

Herdman (2012), mengatakan bahwa, harga diri rendah kronik merupakan evaluasi diri negatif
yang berkepanjangan/ perasaan tentang diri atau kemampuan diri Harga diri rendah yang
berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan lain, terutama kesehatan jiwa

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Selain itu adanya riwayat penyakit kronis atau trauma kepala merupakan merupakan salah satu
faktor penyebab gangguan jiwa

b. Psikologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otakyang abnormal.
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah adalah
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan orang
terdekat serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang mempunyai
tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain
merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu pasiendengan harga
diri rendah memiliki penilaian yang negative terhadap gambaran dirinya, mengalami
krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis.
c. Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah adalah adanya penilaian
negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi rendah, pendidikan yang rendah serta
adanya riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak.

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian
tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang
menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
situasional atau kronik. Secara situsional misalnya karena trauma yang muncul tiba-
tiba, sedangkan yang kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan memingkat saat dirawat (yosep,
2009)
Menurut Kemenkes RI (2012) faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:
1) Trauma
Penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi
a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian

c) Transisi peran sehat-sakit: sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat dan
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh;
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik
yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal; prosedur medis dan
keperawatan.

3. Perilaku (Tanda dan Gejala)


 Data Subjektif:
Pasien mengungkapkan tentang:
1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penolakan terhadap kemampuan diri
5) Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi
 Data Objektif:
1) Penurunan produktivitas
2) Tidak berani menatap lawan bicara
3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4) Bicara lambat dengan nada suara lemah
5) Bimbang, perilaku yang non asertif
6) Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna

Menurut CMHN (2006), tanda dan gejala harga diri yang rendah adalah:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
f. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan kurang,
tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan
nada suara lemah.
Townsend (1998), menambahkan karakteristik pasiendengan harga diri rendah adalah:

- Ekspresi rasa malu atau bersalah


- Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal baru atau situasi-situasi baru
- Hipersensitifitas terhadap kritik

4. Mekanisme Koping
a. Jangka pendek
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis: pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonton TV terus menerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial, keagaman, politik).
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga kontes
popularitas).
4) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara (penyalahgunaan obat).
b. Jangka panjang
1) Menutup identitas
2) Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.

5. Sumber Koping
Keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas untuk
mengepresikan stress interpersonal seperti kesenian musik atau tulisan.

6. Pohon Masalah (Psikodinamika)

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Mekanisme Koping Tidak Efektif

7. Tindakan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan
1) Harga diri rendah
2) Isolasi sosial

- Rencana Tindakan Keperawatan


 Diagnosa 1: Gangguan Presepsi Sensori: Halusinasi
 SP1
1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
2) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
3) Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
untuk dilatih
4) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya)
5) Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan dua kali per hari

 SP2
1) Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
2) Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
3) Latih kegiatan kedua kedua (alat dan cara)
4) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: dua kegiatan masing-masing
dua kali per hari

 SP3
1) Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
2) Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih
3) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
4) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan, masing-
masing dua kali per hari

 SP4
1) Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah dilatih dan berikan
pujian
2) Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
3) Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
4) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: empat kegiatan masing-
masing dua kali per hari

C. REFERENSI
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/perpus-ilovepdf-compressed.pdf

Anda mungkin juga menyukai