Anda di halaman 1dari 45

KONSELING HIV/AIDS

Pengertian Konseling
• Good (1945) : Cara tersendiri dan pribadi dalam mendidik serta membantu
seseorang menyangkut masalah pendidikan maupun vakasional
• Pepinsky & Pepinsky (1954): Suatu proses yang melibatkan interaksi antara
seseorang konselor dengan kliennya. Suatu proses pembelajaran yang lebih
menekankan kepada membantu individu-individu menemukan dan mencapai
segala kehendaknya, membimbing serta menilai potensi-potensi individu itu,
membina tujuan-tujuan hidup mereka serta menyusun dan merencanakan
tindakan-tindakan bagi memenuhi pelayanan untuk mencapai tujuan mereka
• Shebib (2003): Hubungan yang dibatasi oleh waktu dimana konselor membantu
klien meningkatkan kemampuan menghadapi tuntutan-tuntutan kehidupan.
Seseorang memerlukan konseling kerana mengalami krisis yang tidak dapat diatasi
seperti kehilangan pekerjaan, masalah relasi, atau perasaan-perasaan yang
menimbulkan penderitaan
KESIMPULAN:
– Konseling bertujuan menolong orang membuat pilihan dan
bertindak terhadap pilihannya itu
– Konseling merupakan proses pembelajaran bagi klien dan juga
konselor
– Konseling sebagai perkembangan dan pengembangan
kepribadian
– Konseling merupakan suatu proses bantuan yang dijalankan
oleh konselor untuk mengubah tingkah laku kliennya,
membantu kliennya membuat pilihan, keputusan dan
menyelesaikan masalahnya dengan baik serta menjalin
hubungan yang erat sehingga klien benar-benar merasakan ada
orang lain dalam hidupnya yang dapat membantu dalam
keadaan terganggu ataupun dihadapkan pada suatu masalah.
Konseling Pekerjaan Sosial
1. Memiliki ciri khas yang berbeda dengan profesi
lainnya dalam bidang konseling (psikolog, psikiater,
dan sebagainya)
2. Fokus utama konseling dalam pekerjaan sosial adalah
bekerja dengan individu dan lingkungan (Shebib,
2003).
3. Pekerja sosial mempunyai asumsi bahwa individu
hanya dapat dipahami dalam kontek lingkungan
mereka dan memberikan perhatian yang khusus
kepada interaksi orang dengan persekitarannya
(interaction of peope and their environment)
KONSELING PEKERJAAN
SOSIAL

Membantu KLIEN meningkatkan pemahaman, pemecahan


masalah, menghadapi masalah-masalah emosional, atau
meningkatkan relasi

Dukungan kepada klien melalui pemberian informasi,


melatih keterampilan sosial, atau pemanfaatan sumber

Meningkatkan perubahan dan adaptasi klien terhadap


sistem sosial dan politik

• Merespon secara lebih efektif


terhadap pemenuhan keperluan klien
• Misi berkelanjutan: Membina sistem dan komunitas
yang tersusun dengan baik untuk memberikan
dukungan sosial dan membantu jaringan kerja bagi
kliennya
KONSELING HIV/AIDS
Komunikasi rahasia klien dan konselor untuk meningkatkan kemampuan
menghadapi tekanan dan mengambil keputusan terkait HIV/AIDS
TUJUAN:
1.Memberikan INFORMASI kepada orang secara konsisten, dapat difahami dan
diterima secara budaya, untuk merubah praktek dan perilaku yang tidak aman
dan pencegahan penularan.
2.Mengurangi risiko tertular HIV/AIDS kepada orang lain melalui pengubahan
perilaku berisiko
3.Memelihara kesehatan fisik, emosional dan dukungan sosial terhadap ODHA
dan orang lain yang memberikan perawatan,
4.Memastikan ODHA tetap produktif baik secara ekonomi maupun sosial

TUJUAN DARI SETIAP konseling HIV/AIDS adalah pencegahan


PENULARAN HIV/AIDS dan dukungan terhadap ODHA dan OHIDHA yang
memberikan rawatan dan pelayanan. Konseling merupakan bagian
program utama untuk mengendalikan dan menghentikan penularan HIV,
dan sebagai pelayanan krisis serta sumber untuk memberikan dukungan
emosional dan sosial (WHO, 1992).
Konseling HIV
 Merupakan perpaduan proses wawancara dan teknik
pemecahan masalah
 Mewawancarai bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang komprehensif tentang klien dan permasalahannya
 Pemecahan masalah dalam konseling merupakan tujuan
utama konseling, yang memiliki karakteristik:

- memberikan/meningkatkan pengetahuan
- berorientasi pada masalah
- memiliki konteks mencari solusi
- didominasi perasaan
- bersifat terarah dan terkendali
- menyampaikan informasi yang penting
- membantu mengklarifikasi dan menempatkan
masalah
- memberi dukungan pada saat krisis
- ada kontraknya
Masalah/persoalan apa yang dihadapi klien HIV

 Berbagai persoalan yang bervariasi


tingkatannya tergantung pengalaman hidup
dan kemampuan coping mechanism ybs

 Ketidakmampuan untuk menghadapi


perasaan-perasaannya sendiri

 Ketidakmampuan untuk menghadapi


perubahan (berkaitan dengan konsekuensi
yang dihadapi)
Apa kebutuhan klien HIV ?
 Pengertian terhadap masalahnya

 Managemen masalah

 Dukungan (bersifat emosional, harga diri dan


informasi)

 Kekuatan

 Perawatan
Mengapa konseling HIV diperlukan ?

• Sebab infeksi HIV adalah seumur hdup

• Sebab diagnosis HIV dapat menimbulkan tekanan


dan kecemasan psikologis yang hebat

• Sebab perubahan perilaku dapat mencegah


seseorang mendapat infeksi HIV atau menularkan
kepada orang lain
Untuk siapakah konseling ?

• Mereka yang berperilaku resiko tinggi


• Mereka yang sedang pre/post tes HIV
• Mereka yang terinfeksi HIV/AIDS
• Keluarga, teman atau orang yang terinfeksi HIV
• Petugas kesehatan atau tenaga ahli/profesional
yang sering kontak dengan alat yang beresiko
menularkan HIV
Fungsi utama konseling HIV
A. Dukungan psikososial

1. Stigma dan diskriminasi


- efek fisik dari terinfeksi
- pendidikan
- keuangan
- perjalanan penyakit
- hubungan keluarga
- depresi
- kemarahan
2. Memberdayakan pengidap HIV

B. Pencegahan
1. Menentukan perilaku beresiko tinggi
terinfeksi HIV
2. Peduli HIV/AIDS
3. Menetapkan kehidupan, sikap dan
perilaku
4. Membantu mengenali potensi perilaku
5. Mempertahankan perubahan perilaku
Pre- tes konseling

• Konseling sebelum tes HIV diberikan kepada


mereka yang mempertimbangkan melakukan
pemeriksaan:
- motif tes
- interpretasi hasil tes
- estimasi hasil
- rencana ketika hasil tes diperoleh
- pengambilan keputusan
Komponen

- Sukarela
- Informasi HIV/AIDS
- Informasi/penilaian tentang resiko
- Informasi dan konsekuensi hasil tes
- Waktu dan tempat tes
- Dukungan dan tindak lanjut
Post - tes konseling

Komponen

- Penyampaian hasil (kepada ybs)


- Berikan keterangan tentang hasil
- Strategi pengurangan resiko
- Pemberitahuan kepada pasangan/keluarga hanya
atas ijin klien
- Referal/rujukan
Hasil Tes
• Negatif
- memahami arti jendela
- melakukan pemeriksaan kembali
- mengingatkan resiko dari perilaku tertentu
- perubahan perilaku

• Positif
- memahami hasil tes
- kondisi psikologis
- perubahan perilaku
Kondisi psikologis, Jika hasil positif
• Syok

• Penyangkalan diri

• Kemarahan

• Bunuh diri

• Ketakutan
 Isolasi

 Kehilangan

 Kesedihan

 Bersalah/berdosa

 Depresi

 Kecemasan

 Kehilangan harga diri


Teknik Perubahan Perilaku
• Perubahan perilaku adalah membuat pilihan-
pilihan positif
• Komunikasi perubahan perilaku adalah
strategi komunikasi untuk mendorong
dipilihnya pilihan-pilihan positif
• Terdiri dari penilaian resiko dan rencana
pengurangan resiko
Langkah-langkah Perubahan Perilaku:

1. Unfreezing (pemecahan kebekuan)


Adanya penilaian terhadap resiko
2. Change (rencana perubahan)
Menyusun perubahan yg diinginkan
3. Refreezing (pembekuan kembali)
Mempertahankan perubahan
Kondisi yg diperlukan untuk perubahan perilaku:
1. PERSEPSI RESIKO: 2. EFEKTIFTITAS PEMECAHAN MASALAH:
a. Punya pengetahuan a. Yakin masalah dapat dipecahkan
lengkap dan benar b. yakin manfaatnya lebih dari
b. Masalah serius “kerugian”
c. Masalah dapat terjadi pada
siapa saja
d. mampu menilai resiko 4. LINGKUNGAN SOSIAL YG MENDUKUNG :
a. Dukungan teman sebaya,
3. KEYAKINAN/KEMAMPUAN DIRI: pasangan, masyarakat , Yakin
a. Yakin diri sendiri dapat masalah dapat dipecahkan
melakukan b. Norma, nilai, peraturan yg berlaku
b. Yakin berhasil
c. Yakin orang lain juga
melakukan hal yang sama
5. SUMBER PELAYANAN:
d. Yakin mempunyai cara
Pelayanan tersedia, dapat diakses, dan
tertentu untuk berhasil
terjangkau
CONFIDENTIALITY

INFORMED
CONSENT

SELF
DETERMINATION

understanding NILAI DAN SIKAP


grief, mourning, EMPATHY KONSELOR HIV/AIDS
and loss

ACCEPTANCE

POSITIVE REGARD

Mobilizing
resources
PROSES KONSELING
1. PERMULAAN:
a. Menanyakan fakta yang terjadi, melakukan asesmen tentang pengetahuan, sikap dan
perilaku atau gabungan daripada dua pendekatan tersebut.
b. Menghadapi perasaan krisis secara cepat, dan meningkatkan pengambilan sejarah (history-
taking).
c. Hal-hal yang menjadi perhatian konselor dalam proses history taking:
1) Cara menceritakan sejarah, baik terhadap isu-isu dan perasaan-perasaan utama ataupun
isu-isu lain yang dikemukakan.
2) Tingkat konsistensi perasaan yang diceritakan klien
3) Sikap kepada konselor
4) Sifat dan kualitas relasi klien dengan orang lain, menurut gambaran klien
5) Cerita klien tentang jaringan-jaringan dukungan personal
6) Reaksi klien apabila konselor bertanya , mengalihkan perbincangan.
7) Respon klien ketika konselor memberikan melakukan klarifikasi
8) Gelisah atau cemas dalam situasi konseling
9) Harapan klien agar masalah dapat diselesaikan secara sendiri/ konselor/orang lain
10) Respon klien untuk mengungkapkan dorongan dan dukungan konselor
d. Klien mengakui bahwa konselor dapat dipercaya, dapat memberikan informasi, bimbingan
dan dukungan dan membina kemandirian
e. Bekerja dengan klien untuk memikirkan rencana tindakan meliputi perubahan perilaku,
menceritakan orang lain, dan mencari dukungan sosial dan rawatan kesihatan
2. PERTENGAHAN:
a. Penyempurnaan dan implementasi rancangan tindakan, misalnya:
1) Pemeliharaan perilaku aman untuk mencegah penularan.
2) Kalau sudah tertular, perbincangan dengan keluarga, rekan dan orang lain mengenai pencegahan
penularan lebih lanjut dan perawatan masa depan
3) Masalah keuangan dan keperluan anak-anak, suami/isteri, atau pasangan.
4) Masalah-masalah relasi sosial
d. Mengatasi masalah ketakutan dan kemarahan klien. Konselor akan mendukung dan mendorong
pengungkapan ekspresi-ekspresi tersebut sehingga dapat mendorong upaya-upaya kemandirian
dan pengambilan keputusan.

3. AKHIR:
a. Konselor mengamati secara rutin untuk memastikan apakah klien menjalankan tugas yang harus
dikerjakan sesuai dengan rencana ?, apakah tujuan konseling telah tercapai? Apakah masalah
klien terpecahkan?. Pengakhiran dilakukan apabila aspek-aspek ini telah tercapai.
b. Pengakhiran akan sulit dilakukan terhadap klien yang mempunyai tingkat perasaan dan
ketakutan yang kuat, sehingga memperkuat hubungan dengan konselor.
c. Konselor mengakhiri relasi hanya apabila klien secara pasti dapat mempertahankan perubahan
perilaku, dapat menangani dan merancang dengan benar keberfungsian klien secara penuh dan
mempunyai sistem dukungan (keluarga, rakan, kumpulan sokongan dan lain-lain).
d. Klien harus diberikan jaminan untuk mendapatkan perkhidmatan konseling kapan saja diperlukan.
KETERAMPILAN2 KONSELING
• Membina suatu relasi pertolongan
• Asesmen dan motivasi
• Memahami tanda2 kecemasan psikologikal
• Kejelasan masalah & penyelesaian alternatif
• Perilaku pertolongan mendukung:
Verbal : Menggunakan bahasa yang difahami klien; diulangi dengan kata-kata lain dan menjelaskan pernyataan klien;
menghuraikan secara jelas dan tepat; memberikan kesimpulan dan respon kepada pesan-pesan utama
Non Verbal: Menggunakan nada suara yang tetap kepada klien; melihat klien dengan mata; menganggukkan kepala
dan menggunakan ekspresi wajah; membuat gerakan isyarat; serta tidak berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat.
• Perilaku pertolongan tidak mendukung:
Verbal: Menilai secara moral; menyalahkan; pernyataan ”mengapa”; menyimpang daripada topik; dan sikap-sikap yang
merendahkan.
Non verbal: Seringkali memalingkan muka; menjauhi; mengejek; mengerutkan dahi dan menunjukkan rasa marah;
menguap; nada bicara yang tidak menyenangkan; serta berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat.
• Menetapkan Tujuan
• Menolong orang lain untuk meningkatkan keterampilan
• Kemahiran-kemahiran khusus kaunseling : perhatian penuh (attentiveness), mendengar (listening), mendorong
ungkapan kemarahan (encouraging expression of anger), dan menantang (challenging)
KONSELING PENCEGAHAN
HIV/AIDS

Disebut juga Pra-konseling dengan aktivitas


yang dilaksanakan adalah aplikasi perilaku
klien yang menyebabkan klien berisiko tinggi
terjangkiti HIV dan apakah klien mengetahui
HIV/AIDS dengan benar.
KONSELING KRISIS
Menyangkut adanya Implikasi-implikasi infeksi, upaya-upaya mempertahankan kehidupan dan
stigma sosial, munculnya perasaan-perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, dan kehilangan
pengendalian, serta krisis emosional.
Hal yang harus diperhatikan:
•Kaunseling difokuskan kepada “disini dan hari ini”, iaitu diarahkan kepada ekspresi klien
mengenai perasaan-perasaan dan kecemasan.
•Mengklarifikasi apa-apa yang klien anggap sebagai suatu krisis
•Menentukan perasaan-perasaan klien mengenai suatu peristiwa atau maklumat
•Melakukan pengecekan, melalui pertanyaan dan observasi, terhadap perasaan-perasaan tidak
berdaya, tidak ada harapan dan kehilangan pengendalian
•Amati apakah klien memperlihatkan tanda-tanda kekuatan dan kemampuan untuk membuat
keputusan bahkan dalam kondisi krisis, atau memberikan suatu pengaruh terhadap kelumpuhan
dan kekurangan pemecahan
•Membuat kesimpulan kepada daripada hasil identifikasi yang dilakukan konselor mengenai
kedudukan dan menyatakan penilaian konselor terhadap kesungguhan mengenai perasaan-
perasaan krisis
•Memastikan apa yang klien pandang sebagai aspek krisis sebagai yang terburuk, dan juga
berbagai ancaman
•Sepakat mengenai apa yang dikerjakan untuk menanggulangi atau menyelesaikan krisis
KONSELING PENYELESAIAN MASALAH

• Menitikberatkan pada sokongan emosional dan empati


• Pendekatan pemecahan masalah digunakan untuk membantu klien memahami sifat dari rasa
sakit, berfikir tentang pengaruh penyakit dalam kehidupan sehari-hari, diperolehinya
keterampilan personal untuk menghadapi krisis, dan merubah perilaku untuk melindungi diri
mereka sendiri dan orang lain.
• Konselor melakukan berbagai kegiatan yaitu:
 Pemahaman terhadap masalah klien
 Menggali semua aspek daripada masalah
 Menunjukkan keterbukaan dan membahas perasaan-perasaan dan ketakutan-ketakutan klien,
 Mendiskusikan tindakan-tindakan apa yang sudah dan akan dilakukan oleh klien melalui
upaya meyakinkan kembali secara realistis
 Menjelaskan secara akurat tindakan-tindakan perlindungan terhadap klien yang perlu
dilakukan
 Membantu klien menetapkan suatu rancangan aktivitas
KONSELING PEMBUATAN KEPUTUSAN
• Membantu klien fokus kepada kegelisahan tetapi memerlukan keputusan
• Beberapa masalah yang harus diputuskan segera:
 Perubahan-perubahan apakah yang diperlukan?
 Siapa yang dapat memberikan sokongan emosional?
 Siapa yang akan memberikan rawatan dan sokongan pada saat rasa sakit
meningkat?
 Maukah klien meninggalkan rumah?
 Apa yang akan dikerjakan dengan harta benda dan kepemilikan lainnya?
 Siapa yang perlu diberitahu mengenai keadaan sekarang dan bagaimana dan kapan
mereka akan diberitahukan?
 Siapa yang akan diminta untuk mengelola urusan-urusan dan pemberian rawatan
klien?
 Bagaimana klien akan melanjutkan untuk mengurus masalah-masalah keuangan,
hukum dan lainnya?
 Jenis perubahan apakah yang dapat dibuat dalam pengaturan pola makan atau
gaya hidup untuk menjaga kesehatan klien?
KONSELING WANITA DENGAN HIV/AIDS
ISU ISU PSIKOSOSIAL YANG DIHADAPI WANITA DENGAN HIV/AIDS:
• Wanita yang terjangkiti merasakan sangat terisolasi, Ketakutan ditinggalkan dan
mengalami stigma sosial.
• Kehilangan mendapatkan dukungan dari keluarga, teman-teman mereka dan juga
wanita lainnya yang terinfeksi.
• Wanita yang terjangkiti mengalami duka cita yang mendalam karena kehilangan
kesehatan dan keadaan tubuhnya secara ideal dan keterbatasan-keterbatasan
untuk melaksanakan hubungan seksual, melahirkan anak, dan menjadi ibu.
• Wanita yang terjangkiti bahkan akan melihat kematian anaknya atau melakukan
rencana perawatan anak-anaknya setelah kematiannya.
• Di beberapa negara, kasus HIV lebih banyak dialami oleh lelaki dibandingkan
wanita, oleh karena itu wanita kesulitan untuk menemukan pekerja kesehatan yang
terlatih mengenai isu-isu yang khususnya berhubungan dengan wanita dan HIV dan
yang sensitif terhadap kebutuhan khas wanita.
TUGAS KONSELOR
• Meyakinkan wanita mempunyai resiko tinggi terjangkiti HIV jika dia melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan kondom atau telah menggunakan NAPZA Jarum suntik secara bergantian dengan ODHA
• Wanita juga menjadi beresiko jika pasangan seksualnya telah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan kondom dengan seseorang yang beresiko tinggi
• Membantu wanita memahami bahwa semakin banyak memiliki pasangan seksual, semakin tinggi
resikonya menjadi terinfeksi.
• Wanita yang menjalin hubungan secara monogami dengan pasangannya yang tidak menggunakan NAPZA,
tidak mempunyai hubungan seksual dengan orang lain, aau tidak melakukan transfusi darah memiliki
resiko rendah terjangkiti HIV
• Di banyak tempat, wanita takut meminta pasangan seksualnya untuk menggunakan kondom karena
mereka akan kehilangan daya tarik. Konselor menggali masalah ini dengan wanita dan mendukung
motivasi untuk menggunakan kondom untuk menghindari infeksi atau penularan.
• Meskipun wanita akan berhadapan dengan kesukaran, adalah tugas konselor untuk membicarakan
masalah ini dengan sangat mendalam dengan wanita secara langsung dan terbuka. Mereka harus hidup
dengan tanpa keraguan mengenai kebutuhan menggunakan kondom dalam hubungan seksual dan disisi
lain hubungan monogami mereka berjalan dengan stabil.
• Wanita seronegatif sebagaimana halnya lelaki seronegatif harus selalu berperilaku yang sama
sebagaimana halnya seropositif dan bertindak secara bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan diri
mereka dan orang lain.

Aktivitas konseling HIV/AIDS yang dapat dilaksanakan terhadap wanita adalah


konseling test dan hasil test; konseling kehamilan; konseling masa menyusui; dan
konseling kontrasepsi dan perilaku seksual
KONSELING KELUARGA YG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA ODHA

ISU ISU YANG DIALAMI KELUARGA YANG PERLU DITANGANI KONSELOR :


• Keluarga harus menerima bahwa hubungan diantara generasi akan berubah.
Orang dengan HIV/AIDS biasanya adalah pemuda. Orang muda tidak diharapkan
untuk mati atau menjadi tergantung kepada orang tua mereka untuk keperluan
sehari-hari mereka. Namun, dengan AIDS, hal ini dapat terjadi.
• Keluarga akan dihadapkan kepada proses penyembuhan dari shock awal dan
respon keluarga untuk keperluan perawatan telah diputuskan dan juga keluarga
akan berhadapan dengan berbagai bentuk masalah lainnya.
• Keluarga dihadapkan kepada stigma sosial dan sikap sosial
• Pemahaman dan pandangan keluarga terhadap homoseksual, prostitusi,
penyalahgunaan dadah, promiskuitas dan ketidaksetiaan, serta penerimaan dan
perawatan mereka terhadap ahli keluarga yang terjangkiti.
• Pandangan-pandangan budaya yang menganggap HIV/AIDS sebagai pembalasan
hukuman yang sewajarnya.
• Masalah kehilangan yang dialami oleh orang dengan HIV/AIDS
KONSELING KELUARGA YG MEMPUNYAI ANAK DENGAN HIV/AIDS (ADHA)

ISU ISU YANG DIALAMI KELUARGA YANG PERLU DITANGANI KONSELOR :


• Membantu orang tua untuk membicarakan mengenai penderitaan atau kesusahan
dan rasa bersalah
• Menolong orang tua mengatasi kecaman dari orang lain, khasnya ahli keluarga
• Peneguhan maklumat penularan, pencegahan dan amaran mengenai masa
hadapan kehamilan.
• Mengendalikan keadaan sakit kanak atau bayi
• Mendukung anak dalam perkembangan fisik dan sosial sebaik mungkin, melalui
dukungan secara klinis
• Menerangkan kepada orang tua, keluarga, pihak sekolah dan lain-lain mengenai
resiko penularan penyakit kepada anak-anak dan orang dewasa lainnya.
• Mendukung orang tua didalam menghadapi berbagai ketidakpastian mengenai
masa depan kesehatan dan kesejahteraan anak mereka.
KONSELING KELUARGA YG MEMPUNYAI ANAK DENGAN HIV/AIDS (ADHA)

Konseling yang dilakukan:


• Konselor menerangkan dan kembali menerangkan pentingnya resiko, test, dan
berbagai ancaman jangkitan HIV, dan menekankan keperluan rawatan secara nyata
dan potensial kepada bayi yang terjangkiti sebagaimana layaknya rawatan terhadap
bayi-bayi yang normal.
• Membantu keluarga dalam menjangkau pelayanan kesihatan, serta melakukan
pengawasan dan perlindungan selama menjalani pelayanan kesehatan.
• Membantu keluarga dalam menemukan kepastian anak-anak mereka memperoleh
rawatan yang tepat dan sebagaimana mestinya.
• Mendukung orang tua dan saudara kandung untuk dapat mengendalikan keadaan
sakit dan kesulitan-kesulitan emosional mereka
• Memberikan konseling mengenai menyusui bayi, konseling mengenai imunisasi,
konseling mengenai kehidupan anak-anak di sekolah mereka, dan konseling
mengenai kedukaan.
KONSELING PENGURANGAN RESIKO BAGI PASANGAN (HIV risk-reduction
counseling for couples)

Upaya untuk memutus atau mencegah jangkitan HIV dari seseorang yang telah
dinyatakan HIV terhadap pasangannya, dimana salah satunya telah diketahui
mengidap HIV positif sementara satunya lagi tidak terinfeksi (HIV serodiscordant
couples), sehingga akan berusaha untuk mencegah terjadinya penularan HIV.
Kegiatan konseling yang dilakukan:
1.Memberikan pendidikan tentang transmisi HIV,
2.Akses dan penggunaan kondom,
3.Membuat keputusan perubahan perilaku mencakup pemilihan perilaku untuk tidak
berhubungan seksual dengan pasangannya atau selalu menggunakan kondom.
Pelayanan Kaunseling HIV secara langsung dan cepat melalui Hotline
dan telepon (HIV Hotlines and Telephone Counselling)

• Tidak semua orang yang mempunyai masalah (khasnya menyangkut


HIV/AIDS) mau mengungkapkan secara langsung atau bertatap
muka kepada orang lain.
• Ada orang mempunyai masalah dan tidak mengalami hambatan
untuk mengungkapkan secara langsung (face to face) dengan orang
lain, tetapi kerana keterbatasan waktu yang dimilikinya, akhirnya
tidak boleh menggunakan saluran tersebut.
• Melalui saluran hotline dan telepon, dimungkinkan orang akan
mengajukan berbagai soalan seputar HIV/AIDS. Kalichman
(1998:96) mengungkapkan sebahagian besar soalan yang diajukan :
“ Saya melakukan oral seks dengan seorang lelaki semalam dan
saya ingin tahu apakah saya dapat terkena HIV?”; “ Dapatkah saya
terinfeksi HIV kalau saya melakukan aktiviti anal seks dengan
pasangan saya?” ; dan “ Dapatkah saya terkena AIDS setelah
melakukan oral seks dengan pelacur?”.
Kompetensi seorang petugas hotline HIV/AIDS

• Kemampuan dalam menggali masalah untuk mengetahui motivasi apakah


yang dimiliki oleh penelepon;
• Pengetahuan yang memadai tentang pelayanan yang ada yang mungkin
diperlukan atau dapat direkomendasikan kepada penelepon;
• Kemampuan sebagai pengirim informasi secara akurat dan menghilangkan
mitos tentang AIDS;
• Penguasaan terhadap dasar-dasar mendengarkan dan konseling;
• Kemampuan dalam membantu penelepon untuk mengungkapkan
masalah secara terstruktur, meminta pertanyaan, membantu penelepon
untuk menentukan prioritas tentang keperluan mereka, mencari motivasi
apa dibalik masalah-masalah yang diajukan melalui telepon, dan
mengelola panggilan-panggilan krisis;
• Kemampuan mengarahkan penelepon untuk memahami apa yang
menjadi masalah dan keperluan utama yang mendorong mereka
menelepon.

Fungsi dari petugas hotline adalah sebagai konselor telepon menyangkut keperluan
penelepon khusus berkenaan dengan pengurangan resiko HIV/AIDS.
VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT)

• Aktivitas melakukan konseling dan ujian HIV


secara sukarela atas kemauan sendiri dengan
aktiviti utama iaitu konseling dan ujian HIV
• Konseling pre-test dan post-test dapat
dilaksanakan secara efektif mengacu kepada
tiga hal yaitu konselor mampu memjelaskan
secara rinci tujuan dari konseling, konseling
dilaksanakan secara terfokus dan adanya
batasan waktu.
Bor, Miller dan Goldman (1992:64) mengemukakan bahwa
tujuan utama daripada konseling test antibodi HIV:
1.Mengetahui dan menjelaskan kepentingan dan resiko individu terhadap
HIV,
2.Memahami pengetahuan mereka terhadap transmisi HIV, pencegahannya
dan pengertian daripada ujian antibodi,
3.Membantu orang untuk mengambil keputusan yang tepat dengan
memberikan pertimbangan keuntungan dan kerugian menjalani ujian,
4. Membantu orang untuk memberikan saran menyangkut hal yang terbaik
yang harus mereka lakukan apabila hasil ujian negatif atau positif,
5. Memberikan informasi menyangkut dampak-dampak personal, medikal,
sosial, psikologis dan hukum berkenaan dengan dengan hasil diagnosa positif
atau negatif,
6.Membantu mempersiapkan orang terhadap berbagai kesulitan yang akan
mereka hadapi pada masa depan dan memberikan dukungan kepada
individu, keluarga dan rekan-rekannya
PEDOMAN KONSELING PRE-TEST

• informasikan prinsip kerahasiaan.


• Identifikasi pandangan klien terhadap resiko HIV, pencegahan dan pengobatan
• Informasi tentang ujian antibodi HIV.
• Implikasi untuk klien, teman-teman dan keluarganya mengenai ujian HIV harus dibicarakan.
Beberapa keuntungan dan kelemahan menjalani ujian harus disampaikan.
• Klien harus disiapkan untuk mendapatkan apakah hasil ujian positif atau negatif.
• Terkait dengan kemungkinan hasil ujian positif, konselor dapat mendiskusikan dengan klien
menyangkut kepada siapa klien akan menceritakan tentang hasil ujian tersebut seperti
kepada teman-teman, keluarga, doktor dan lain-lain.
• Adalah penting untuk menggali keadaan dukungan sosial klien. Klien kadang mengalami
tekanan pada saat melakukan ujian dan menunggu hasil ujian. Pada masalah ini, konselor
harus dapat menawarkan dan menyediakan masa sekiranya klien memerlukan kawan untuk
bercakap dan berbagai perasaan.
• Konselor harus memahami bahwa keputusan klien untuk melakukan ujian adalah oleh dirinya
sendiri dan bukan didasarkan daripada berbagai tekanan orang lain.
• Mengakhiri konseling. Pada masa ini konselor harus memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengajukan pertanyaan berkaitan dengan berbagai hal yang ingin ditanyakan oleh
klien. Sebelum mengakhiri kaunseling, konselor harus menetapkan aturan yang jelas terkait
dengan pemberian hasil ujian.
KONSELING HASIL TES POSITIF HIV

1. Memberikan empati dan sokongan untuk membantu klien mengatasi ketakutan dan kecemasan
mereka ketika menunggu hasil test;
2. Membantu klien mengatasi perasaan-perasaan klien manakala test positif dan hidup dengan
penyakit;
3. Membantu klien mengatasi berbagai tantangan yang muncul ( keluarga, teman, pasangan
seksual);
4. Membantu klien mengatasi isu-isu diskriminasi;
5. Membantu klien dalam melakukan penyesuaian gaya hidup dan mencegah penyebaran virus,
termasuk melakukan praktik seks yang aman;
6. Membantu klien mengatasi tantangan dalam melakukan dan menjaga relasi;
7. Mendidik klien mengenai penyembuhan preventif, kesihatan pribadi, nutrisi, isu-isu kesihatan
lainnya;
8. Bekerja dengan keluarga untuk membantu mereka memahami bagaimana menciptakan
persekitaran yang aman dan medukung bagi orang dengan HIV;
9. Membantu klien memenuhi kebutuhan dasar (pengaturan hidup, keuangan, kesihatan,
transportasi);
10. Membantu klien dalam masalah-masalah kecemasan identitas seksual; mendukung pasangan
apabila salah satunya HIV positif dan satunya negatif;
11. Menghubungkan klien kepada kumpulan-kumpulan dukungan dan pelayanan masyarakat yang
tepat
KONSELING HASIL TES: AIDS

1. Membantu klien memenuhi kebutuhan dasar


2. Membantu klien mengatasi perasaan yang berkenaan dengan penyakit seperti takut mati,
depresi dan lain-lain
3. Konseling dukacita untuk membantu klien mengatasi kehilangan orang lain yang AIDS
4. Membantu klien menemukan tujuan hidup, menyangkut bagaimana harapan hidup mereka
yang tersisa
5. Membantu klien mengatasi diskriminasi
6. Membantu klien menghubungkan dengan kumpulan dukungan dan pelayanan yang tepat
7. Membantu klien mengambil keputusan menyangkut isu kematian (meningkatkan
ketergantungan kepada orang lain, perawatan rumah sakit, harapan, pengendalian sakit,
bunuh diri)
8. Membantu pemberi perawatan (partner, keluarga, teman) mengatasi stres fisik dan
emosional mereka
9. Mendukung klien yang akan menghadapi kematian (membantu pengaturan pemakaman,
ucapan perpisahan kepada orang lain, pengungkapan proses dan pemahaman kematian)
10. Menyerahkan klien kepada organisasi keagamaan yang tepat untuk dukungan spiritual

Anda mungkin juga menyukai