“DIET DISLIPIDEMIA”
Disusun oleh :
Nama : Nurlaila Ekaputri
Nim : 18134110036
Semester : IV-B
1
SATUAN ACARA KONSULTASI GIZI
I. TUJUAN INTRUKSIONAL
Konsultasi mengenai Diet dislipidemia ini bertujuan untuk membuat
perubahan yang diinginkan pada perilaku makan klien yang memiliki
masalah pada jantung
II. SASARAN
Orang dewasa yang mengalami Dislipidemia
III. METODE
Diskusi dua arah dengan klien
IV. MEDIA
Leaflet
Video
V. WAKTU
Durasi video : 4 Menit
2
VI. KEGIATAN KONSULTASI
A. Asuhan Gizi
1 Afektif Persiapan:
3
c. Monitoring pemeriksaan fisik dan
klinis dan lain-lainnya
3 Kognitif Mampu membuat atau melakukan
konsultasi sesuai dengan kasus yang
didapat
B. Melakukan Konsultasi
NO PENILAIAN KEGIATAN KONSULTASI
1 Afektif Persiapan:
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Tujuan konseling
4. Penampilan
5. Mengucapkan salam dan terima kasih
selesai melakukan konsultasi
2 Kognitif 1. Persiapan
2. Pembukaan
3. Memulai proses
- Proses pembukaan
- Kesiapan klien untuk memulai proses
konseling
- Konselor memulai dengan menanyakan
perasaan klien saat ini dan menanyakan
permasalahanya
- Sikap konselor mendengarkan
4. Mendengarkan dengan aktif
- Konselor selalu merespon apa yang
disampaikan klien
4
- Konselor dapat melakukan pengamatan
sikap dan perilaku klien pada saat
menyampaikan masalah atau
perasaannya
- Konselor dengan pemakaian bahasa
non verbal dengan menganggukkan
kepala dapat membuat klien merasa
diperhatikan
5. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi
masalah
- Konselor sebaiknya mencoba
mengidentifikasi dan mengklarifikasi
permasalahan klien
- Konselor meringkas apa yang menjadi
permasalahan klien
- Apabila klien telah membenarkan apa
yang telah diringkas konselor, maka
konseling bias memasuki fase proses
selanjutnya
6. Memfasilitasi perubahan perilaku
- Konselor harus menjajaki apakah klien
telah memahami tentang perasaannya
- Jika klien sudah memahami, konselor
harus mempermudah kien untuk
melakukan perubahan sikap
7. Mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan
dan memfasilitasi tindakan
5
- Tugas konselor adalah membantu klien
untuk mengeksplorasi diri sendiri
- Konselor mengajak klien untuk
menggali kemungkinan-kemungkinan
positif yang dimilikinya dalam
menyelesaikan masalah
- Pada waktu melakukan eksplorasi diri,
klien tidak merasa tertekan dan
diharapkan klien bisa menikmati proses
konseling
8. Terminasi
- Mengakhiri pertemuan konseling
- Sebelumnya, konselor menyampaikan
ringkasan dari keseluruhan proses
konseling yang telah dilakukan
- Hal ini perlu dilakukan agar klien
merasa memiliki keputusan dank lien
merasa sadar bahwa ia telah
mengambil keputusan untuk dirinya
sendiri
3 Psikomotor 1. Attending
Attending adalah suatu sikap berupa
pemberian perhatian kepada klien.
Attending mempunyai beberapa
komponen:
a. Kontak melalui mata
Memandang orang lain pada mata
6
mereka adalah suatu cara untuk
menunjukkan perhatian yang sungguh-
sungguh. Sebab kontak mata adalah
salah satu alat pokok untuk
berkomunikasi. Beberapa situasi yang
mengharuskan adanya kontak mata
lebih banyak, yaitu pada saat berikut
ini:
Seseorang sacara fisik jauh dari
orang lain
Topic mudah dan tidak pribadi
Tidak ada lagi objek yang dilihat
Perhatian individu tertarik pada
orang lain atau objek lain
Menghadapi klien dengan
kepribadian terbuka
Seseorang ingin terlibat dalam
diskusi
Menghadapi klien yang bersikap
menyamakan antara mendengar
dan berbicara
Referensi :
7
Almatsier Sunita. 2016. Penuntun Diet Edisi Baru. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Anwar, A. 2004. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan . Jakarta: Sumber
Wijaya.
Arsana, P.M., Rosandi, R., Manaf, A., Budhiarta, A.A.G., Hermana, H.,
Sucipta, K.W., dkk. 2015. Konsensus Pengelolaan Dislipidemia di
Indonesia. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
UI. Jakarta.
Brown, C. T., 2006. Penyakit Aterosklerotik Koroner, dalam Price, S.A. dan
Wilson, L.M., Patofisiologi Konsep-konsep Proses Penyakit,
diterjemahkan oleh Pendit, B.U., Hartanto, H., Wulansari, P., Susi, N.
dan Mahanani, D.A., Volume 2, Edisi 6, 579-585, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Musunuru, K. 2010. Atherogenic Dyslipidemia: Cardiovascular Risk and
Dietary Intervention.Cardiovascular Research Center and Center for
Human Genetic Research. Boston.
Konselor
(Nurlaila Ekaputri)
8
LAMPIRAN
9
Nama pasien : Abudar Yusup
Usia :
BB :
TB :
Konsultasi : Diet Dislipidemia
Lampiran II : Materi
“DIET DISLIPIDEMIA”
A. Latar Belakang
Dislipidemia merupakan suatu kelainan yang terjadi pada
metabolisme lipoprotein, baik itu berlebihan ataupun kekurangan.
Keadaan yang mungkin timbul dapat berupa peningkatan dari kadar
kolesterol total, kadar low density lipoprotein (LDL), dan kadar trigliserida
serta penurunan dari kadar high density lipoprotein (HDL) di dalam darah
(Musunuru, 2010).
Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL. Kadar
kolesterol yang tinggi, merupakan salah satu faktor resiko utama
terjadinya PJK dan stroke selain karena hipertensi, merokok,
abnormalitas glukosa darah, dan inaktifitas fisik (Arsana dkk, 2015).
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat
berbahaya dikarenakan penyakit jantung koroner merupakan penyakit
penyebab kematian terbanyak (Brown, 2006). Hal ini mengindikasikan
bahwa dengan menurunkanangka kejadian dislipidemia maka angka
10
kejadian penyakit jantung koroner diharapkan akan menurun (Anwar,
2004).
Selain sebagai faktor resiko PJK, hiperkolesterolemia dapat
menyebabkan penyakit aterosklerosis (Richardson et al., 2005).
B. Penyebab Dislipidemia
Dislipidemia adalah kandungan kadar lemak dalam darah yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kadar lemak dalam darah merupakan
kandungan lemak yang umumnya terdiri dari trigliserida, kolesterol, low-
density lipoproteins (LDL) dan high-density lipoproteins (HDL). Meskipun
keadaan lemak yang baik dicapai dengan diet lemak yang cukup,
beberapa orang memerlukan penanganan khusus dan obat-obatan untuk
mengatasi keadaan tersebut.
Secara umum, dislipidemia dibagi menjadi dua, dislipidemia
primer dan sekunder. Dislipidemia primer disebabkan oleh faktor genetik
yang diturunkan dari keluarga. Dislipidemia sekunder disebabkan oleh
gaya hidup dan kondisi medis yang mempengaruhi kadar lemak dalam
darah, seperti:
1. Obesitas, terutama obesitas sentral dengan penumpukan lemak di
sekitar perut.
2. Diabetes.
3. Hipotiroidisme, kondisi dimana produksi hormon tiroid di bawah
normal.
4. Alkoholisme, penggunaan alkohol berlebihan.
5. Sindrom metabolik, kumpulan gejala berkaitan dengan metabolisme
tubuh.
11
6. Konsumsi lemak berlebih, terutama lemak jenuh dan lemak trans.
7. Sindrom cushing, kumpulan gejala akibat tingginya hormon
kortikotropin dalam darah.
8. Infeksi berat, seperti pada pengidap HIV.
9. Aneurisma aorta abdominal, kelainan pada pembuluh darah aorta di
perut.
C. Faktor Resiko Dislipidemia
Beberapa faktor diketahui berpengaruh terhadap meningkatnya
dislipidemia pada seseorang, di antaranya yaitu:
1. Obesitas.
2. Kurangnya aktivitas fisik.
3. Penggunaan alkohol.
4. Merokok.
5. Diabetes.
6. Diet tinggi lemak.
7. Penyakit ginjal dan liver kronis.
8. Usia tua.
9. Perempuan, diketahui bahwa perempuan memiliki kadar LDL yang
lebih tinggi setelah masa menopause.
D. Patofisiologi
12
E. Tanda dan Gejala Dislipidemia
Pada umumnya, penderita tidak merasakan gejala apapun.
Biasanya penderita baru mengetahui adanya penyakit ini saat sedang
melakukan pemeriksaan untuk kondisi kesehatan lain. Namun, apabila
tidak segera ditangani, penyakit ini dapat menimbulkan masalah
kesehatan lain seperti penyakit arteri koroner dan penyakit arteri perifer.
Keduanya dapat mengakibatkan beberapa komplikasi, seperti serangan
jantung dan stroke. Beberapa tanda-tanda dan gejala yang mungkin
dirasakan ketika mengalami dislipidemia adalah:
1. Kaki sakit, terutama saat berdiri atau berjalan
2. Nyeri dada
3. Dada tertekan dan terasa sesak
4. Kesulitan benapas
5. Sakit di leher, rahang, pundak, dan punggung
13
6. Gangguan pencernaan
7. Kepala pusing
8. Palpitasi jantung
9. Keringat dingin
10. Mual dan muntah
12. Pingsan
14
aktivitas fisik, sehingga keadaan kadar lemak yang seimbang dapat
tercapai dengan sendirinya.
Pada pengidap dengan kadar komponen lemak yang tinggi, dapat
diberikan satu atau lebih obat untuk menurunkan kadar lemak,
tergantung pada komponen mana yang memiliki risiko paling besar,
seperti :
1. Golongan statin, diberikan pada pengidap yang memiliki kadar
kolesterol total yang tinggi, atau kadar LDL yang tinggi.
2. Golongan niasin, diberikan pada pengidap yang memiliki kadar HDL
(lemak baik) yang rendah
3. Golongan fibrat, direkomendasikan untuk penderita yang memiliki
kadar trigliserida yang sangat tinggi, sehingga berisiko menimbulkan
komplikasi penyakit jantung atau stroke.
15
dan domba dengan ikan goreng, daging
potongan tipis. Hidangan kambing, daging babi,
laut dan kerang, putih jeroan otak, sardine,
telur dengan bebas corned beef, bacon,
kolesterol. sosis, salami. Kuning
telur (2-4 butir/minggu)
16
minyak jagung, minyak krim.
kedelai, dan dimasak
dengan santan encer.
17
Jeruk
18
Lampiran III : Leaflet
19
20
21
Lampiran IV : Dokumentasi video
22