Anda di halaman 1dari 41

Teknik Konseling

Disampaikan oleh : Widya Asih Lestari, MKM


Tujuan konseling
 Mengikuti saran konselor
 Mengadakan perubahan perilaku secara positif
 Melakukan pemecahan masalah
 Melakukan pengambilan keputusan dan
pengembangan kemampuan
 Mengembangkan penerimaan diri
 Memberikan motivasi
Tahapan Konseling Gizi

 Persiapan konseling
 Perencanaan konseling
 Pelaksanaan konseling
 Monitoring dan evaluasi konseling
TAHAP
PERSIAPAN KONSELING GIZI

 Pengumpulan data
 Data pribadi
 Data pribadi (biodata diri)

 Data social budaya


 Suku, budaya, agama, pendidikan, dan status ekonomi

 Data riwayat
 Data riwayat penyakit klien, keluarga dan kesehatan keluarga
 Data riwayat gizi (anamnesa gizi), antara lain:
 Kebiasaan makan
 Jenis dan jumlah bahan makanan yang sering dikonsumsi
 Makanan pantangan dan alergi
 Kebiasaan mengolah makanan
 Kebiasaan membeli makanan
 Penggunaan bahan penyedap
Pengambilan data riwayat gizi dapat menggunakan 24-H Recall,
FFQ, Food Record, dll

 Data riwayat medic, antara lain:


 Kemungkinan pengaruh/dampak penyakit sebelumnya
 Terapi
 Pembedahan
 Tindakan medis lain yang sudah pernah dialami

 Data tentang gizi dan kesehatan, antara lain


 Pengetahuan tentang gizi
 Sikap terhadap makanan
 Aktivitas fisik
 Penggunaan suplemen dan obat-obatan

 Data Antropometri
 TB, BB
 IMT, LILA
 Data Fisik dan Klinis
 Tanda – tanda klinis klien seperti: Odema, retensi cairan, asites,
adanya penambahan dan penurunan berat badan, dsb.
 Data tekanan darah
 Keadaan fisik
 Status dan tanda – tanda dehidrasi

 Data Biokimia
 Hb
 Gula darah
 Profil lipid lengkap
 dsb
TAHAP
PERENCANAAN KONSELING GIZI

 Pengkajian dan identifikasi data


 Gambaran status gizi, sikap terhadap makanan dan
lingkungan
 Kebutuhan akan pendidikan gizi
 Kebutuhan akan motivasi

 Kesimpulan hasil identifikasi masalah klien


 Contoh : Asupan makanan melebihi dari kebutuhan ditandai
dengan …..
 Lingkungan klien dan dukungan keluarga masih kurang
ditandai dengan rendahnya pengetahuan gizi dan motiasi
klien untuk melakukan/menerapkan pola makan hidup
sehat
TAHAP
PERENCANAAN KONSELING GIZI

 Pengkajian Kebutuhan zat gizi klien


 Pengkajian kebutuhan zat gizi klien
 Menetapkan tujuan diet : disesuaikan dengan kebutuhan
 Sasaran : klien dan keluarga
 Materi : disesuaikan dengan permasalahan klien
TAHAP
PELAKSANAAN KONSELING GIZI

 Metode yang dapat dilakukan antara lain:


 Sharing
 Diskusi
 Tanya – jawab
 Demonstrasi
 Dll

 Media
 Leaflet
 Food model
 Contoh menu
TAHAP
MONEV KONSELING GIZI

 Tindak lanjut (follow up) hasil konseling


LANGKAH – LANGKAH DALAM PELAKSANAAN
KONSELING (Agus Triyanto, MPd, 2012)
1. Salam
sambut klien dengan ramah dan berdiri lalu berikan salam
2. Penerimaan dan Pengenalan
persilahkan klien untuk duduk dan buat merasa nyaman
perkenalkan diri anda sebagai konselor
berikan waktu klien untuk menjelaskan identitas dirinya
membangun hubungan dengan klien
3. Penyampaian pernyataan kerahasiaan dan tujuan
4. Analisis pengumpulan data
(Persiapan konseling)
5. Sintesis data
6. Diagnosis (Perencanaan konseling)
1. Identifikasi masalah
2. Identifikasi penyebab masalah
3. Pengelompokkan masalah sesuai dengan domain (intake, klinis, dan perilaku)
4. Pengkajian gizi dengan menggunakan komponen P E S
7. Prognosis (Perencanaan konseling)
1. Prediksi kondisi klien dari hasil analisis hingga diagnosis
LANGKAH – LANGKAH DALAM PELAKSANAAN
KONSELING (Agus Triyanto, MPd, 2012)

8. Konseling : Treatment/intervensi (Pelaksanaan konseling)


 Memilih rencana diet
 Menetapkan tujuan diet
 Menentukan preskripsi diet
 Perhitungan kebutuhan
 Menyusun menu
 Menyampaikan rencana diet dan pengaturan pola makan

9. Tindak Lanjut : Rencana Follow up monitoring dan kunjungan


berikutnya (Monev konseling)
 Monitoring perkembangan
 Mengukur hasil
 Evaluasi hasil
 Dokumnetasi hasil
 Pencatatan dan pelaporan

10. Ringkasan
11. Penutup
Keterampilan Dasar Konseling

Ada 3 jenis keterampilan dasar yang


harus dimiliki oleh konselor :

Keterampilan Keterampilan Keterampilan


antar pribadi intervensi integrasi
1. Keterampilan antarpribadi
 Keterampilan ini merupakan keterampilan inti dalam konseling.
 Termasuk dalam keterampilan ini adalah semua keterampilan
yang dibutuhkan untuk membangun realsi dengan klien, sehingga
klien dapat terlibat dalam proses konseling
 Leod (2006:536) mengemukakan bahwa keterampilan
antarpribadi berkaitan dengan :
 konselor mendemonstrasikan perilaku mendengar,

 berkomunikasi, empati,

 kesadaran komunikasi non verbal,

 sensitivitas terhadap kualitas suara,

 responsivitas terhadap ekspresi emosi,

 menstruktur waktu,

 dan menggunakan bahasa


Keterampilan antarpribadi secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis keterampilan:

1. Keterampilan verbal
Tujuan
 memberi perhatian pada klien untuk memperlancar jalannya
percakapan
 membantu klien merasa cukup nyaman memberi informasi pada

konselor sehingga konselor dapat menelaah pokok permasalahan


Macam keterampilan verbal
1. Parafrase : pengulangan kata-kata dan pemikiran kunci dari klien.
2. Merefleksikan perasaan dan body language : konselor bertugas
untuk mendengar secara cermat, menafsirkan perasaan yang
tersirat lalu merumuskannya dalam kalimat jelas. Selain itu
kemampuan konselor dalam ekspresi wajah, kontak mata, Gerak tubuh,
dan postur tubuh selama proses konseling
Macam keterampilan verbal

3. Interpretasi (penafsiran) : Penafsiran akan memberi satu cara pandang


alternatif bagi klien sehingga ia dapat melihat dirinya sendiri dan masalah-
masalahnya dengan cara berbeda.

4. Summarization (Peringkasan) : Peringkasan dalah suatu cara untuk


meninjau ulang isi wawancara

5. Clarification (Penajaman/Memperjelas) : penajaman membantu klien dalam


menggali pernyataan-pernyataannya, mengarahkan klien untuk memahami
lebih jauh pokok pembicaraan itu dan memberikan keterbukaan yang lebih
besar

6. Open and closed question (Pertanyaan tertutup dan terbuka) : kemampuan


konselor utnuk mengajukan pertanyaan dalam memperjelas masalah-
masalah klien
 Kemampuan dalam menanyakan pertanyaan
 Pertanyaan yang efektif adalah pertanyaan yang bisa mendapatkan
lebih banyak informasi akibat adanya diskusi.
 Pertanyaan yang sering ditanyakan dan tidak mengarah pada diskusi
yang efektif. Contohnya: “Apa yang anda makan …. ?”
 Pertanyaan terbuka memungkinkan klien mengekspresikan gagasan
dan pemikiran yang lebih luas.
 Pertanyaan tertutup membantu konselor dalam membuat
kesimpulan.
 Pernyataan dan pertanyaan berikut ini dapat menciptakan suasana
diskusi efektif:

 Kami disini untuk membantu anda, untuk berbagi cerita dan


pengalaman tentang pengaturan makan. Bisakah anda ceritakan dari
awal bagaimana riwayat atau kebiasaan makan anda sehari – hari?
 Apakah ada yang ingin anda diskusikan dengan saya tentang masalah
anda?
 Bagaimana pelaksanaan diet anda selama beberapa hari ini/beberapa
minggu ini? Apakah ada kesulitan? Atau ada pengalaman/cerita selama
menjalankan diet?
Keterampilan antarpribadi secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis keterampilan:

2. Keterampilan non - verbal


 Keterampilan ini mengacu pada perilaku non-verbal konselor yang
dapat menyebabkan kemajuan dalam proses konseling dan
memperlihatkan pendampingan pada klien.
 Penampilan dan sikap tubuh konselor memperlihatkan besarnya
perhatian dan keprihatian konselor yang sulit diungkapkan dengan
kata-kata
 Menurut Egan (1986), diantara sikap non verbal konselor
yang dapat meningkatkan hubungan konseling diantaranya
adalah
 (1). Menghadapi klien secara sejajar (facing the person squarely)
 (2) Memperlihatkan sikap tubuh terbuka (adopting an open
posture)
 (3) Posisi tubuh kedepan (learning forward)
 (4) Mempertahankan kontak mata (maintaining eye contact)
 (5) Bersikap rileks (being relaxed)
Menurut Hutahuruk (1983) beberapa sikap atau
keterampilan non verbal konselor sebagai berikut:

1. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan eksprsi muka)


diantara posisi badan yang baik dalam attending mencakup
a. Duduk dengan badan menghadap klien
b. Tangan diatas pangkuan atau berpegang bebas atau
kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak
isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal
c. Responsif dengan menggunakan bagian wajah, umpamnya
senyum spontan atau anggikan kepala sebagai persetujuan
atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti
d. Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong kearah
klien untuk menunjjukkan kebersamaan dengan klien.
Posisi badan yang tidak baik mencakup:
 Duduk dengan badan dan kepala membungkuk menghadap klien.
 Duduk dengan sangat kaku
 Gelisah atau tidak tenang (resah)
 Mempergunakan tangan, kertas dan kuku tangan.
 Sama sekali tanpa gerak isyarat pada tangan
 Selalu meukul-mukul dan menggerakkan tangan dan lengan.
 Wajah tidak menunjukkan perasaan
 Terlalu banyak senyum, kerutan dahi atau anggukan kepala yang tidak
berarti
2. Kontak mata :
 Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien
pada waktu dia berbicara kepada konselor dan sebaliknya.
 Kontak mata harus dipertahankan atau dipelihara dengan
menggunakan pandangan spontan yang mengekspresikan
minat dan keinginan mendengarkan serta merespon klien.

Kontak mata yang tidak baik mencakup:


 Tidak pernah melihat klien
 Menatap klien untuk secara tetap dan tidak memberi kesempatan
klien untuk membalas tatapan.
 Mengalihkan pandangan dari klien segera sesudah klien melihat
kepada konselor.
3. Mendengarkan :
 Mendengarkan dalam keterampilan ini adalah mendengar
dengan tepat dan mengingat apa yang klien katakan dan
bagaimana mengatakannya.
 Contohnya:
 Klien : saya benar – benar mencoba , tetapi saya tidak
sanggup. Suami saya selalu makan berlebihan. Bagaimana
saya harus bersikap?
 Konselor : apakah anda merasa keberatan jika suami
makan berlebihan? Apakah ada masalah dengan itu? Anda
ingin tetap makan bersama suami anda tanpa
menyinggung perasaan suami anda tetapi anda merasa
bingung karena kalau anda mengikuti itu dapat merusak
pola diet anda, apakah benar demikian?
Keterampilan antarpribadi secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis keterampilan:

3. Keterampilan Mengamati klien


 Konselor dalam hal ini dituntut untuk sungguh-sungguh sadar akan
apa yang sedang klien katakan khususnya melalui gerakan-
gerakan tubuh mereka, raut wajah, kualitas vokal, dan ketidaksesuaian
antara bahasa non verbal dengan ungkapan-unkapan verbal mereka
 keterampilan mengamati klien ini akan membantu konselor untuk
merespon dan mengetahui apa dan bagaimana bahasa verbal dan non
verbal klien
2. Keterampilan intervensi

 Keterampilan intervensi adalah kemampuan konselor


untuk melibatkan klien dalam pemecahan masalah.
 Dalam proses pemecahan masalah, konselor perlu
memiliki pengetahuan tentang berbagai strategi dan
cara yang berbeda untuk menolong klien menghadapi
masalah.
3. Keterampilan integrasi

 Keterampilan ini mengacu pada kemampuan-kemampuan konselor untuk


menerapakan strategi-strategi pada situasi-situasi khusus, sambil
mengingat konteks budaya dan sosio-ekonomi klien (Yeo, 2003).

 Hal ini dikarenakan konseling tidak dapat dipraktikkan tanpa


memperhatikan konteks budaya.

 Setiap budaya dapat berubah – ubah dan identic dengan “perilaku jaman
dulu” dimana jaman sekarang menganggap itu sudah bukan jamannya,
tertinggal, dan tidak mempunyai manfaat. Hal tersebut berdampak pada
keyakinan psikologis dan social seseorang.

 Berdiskusi dan bernegosiasi tentang kepercayaan (budaya) demi kebaikan


(penyembuhan) pasien terlepas dari masalah social, etnis, dan ras.
PENDEKATAN KONSELING

Pendekatan 1
konseling secara
psikologis

Pendekatan
konseling saat
intervensi 2
1. PENDEKATAN KONSELING SECARA
PSIKOLOGIS

1. Pendekatan kognitif
2. Pendekatan efektif
3. Pendekatan behavioral
1. Pendekatan kognitif

 Pendekatan kognitif konselor berusaha menekankan pada proses


berfikir rasional tentang apa yang dihadapi oleh klien.
 Pendekatan ini memberikan keyakinan bahwa klien dalam berfikir
akan mempengaruhi perasaan dan tindakannya.
 Pendekatan kognitif meliputi:
 Rasional emotif
 Analisis transaksional
 Trait dan faktor
a. Rasional emotif
 Konselor harus dapat merubah cara berfikir, konselor
memberikan petunjuk bahwa berfikir irasional akan
membahayakan dirinya sendiri.
 Dengan berfikir rasional, klien dapat menjalankan aktivitas
dan menyelesaikan masalahnya.
b. Analisis transaksional
 Penekanan analisis transaksional terletak pada pola interaksi
baik melalui verbal maupun nonverbal antara individu satu
dengan yang lainnya.
 Pendekatan ini sangat baik digunakan pada kelompok intervensi,
dengan kelompok konselor dapat mengamati dan memanipulasi
interaksi antara anggota kelompok.
c. Trait and factor
 Menekankan pada kemampuan manusia untuk berfikir rasional
dalam memandang masalah – masalah yang harus dipecahkan
dengan menggunakan kemampuan dirinya sendiri.
 Pendekatan ini menganjurkan individu untuk memahami dirinya
sesuai dengan kemampuan berfikir.
2. MODEL PENDEKATAN
KONSELING SAAT INTERVENSI

Not-Ready- Ready-to-
to-Change Change
Counseling Counseling
Sessions Sessions
1. Not-Ready-to-Change Counseling
Sessions

a. Pendekatan yang bisa dilakukan jika klien tidak siap untuk


berubah saat intervensi antara lain:
 Memberikan solusi atas ketidakmampuan klien dalam melakukan
perubahan dengan mempertimbangkan dampak dari perubahan
 Mengidentifikasi dan mengurangi kesulitan yang dialami oleh
klien dalam melakukan perubahan
 Mengidentifikasi langkah – langkah yang perlu dilakukan klien
disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing klien
Contoh pertanyaan yang dapat dimunculkan agar motivasi diri dapat
muncul adalah …
 Pengenalan masalah
 Hal apa yang membuat anda berfikir bahwa makan berlebihan merupakan
masalah?
 Pada saat apa dan dengan cara apa diet yang anda lakukan menjadi sebuah
kesalahan?
 Perhatian dan disiplin
 Bagaimana perasaan anda jika anda melewatkan diet anda?
 Bagaimana perasaan anda jika anda tidak olahraga dalam 2-3 hari ini?
 Menurut anda apa yang akan terjadi jika anda tidak disiplin melaksanakan diet
anda?
 Niat untuk berubah
 Faktanya adalah, anda berada disini karena ingin melakukan perubahan, apakah
betul? Lalu apa alasan anda melakukan perubahan?
 Jika Anda berhasil 100% dan semuanya berjalan dengan baik
seperti yang Anda inginkan, apa yang akan berbeda?
 Apa yang membuat anda berfikir, bahwa inilah saatnya anda berubah?
 Optimis dan percaya diri
 Apa yang mendorong anda untuk berubah?
b. Sesi akhir konseling
 Konselor menegaskan kembali tentang tujuan
 Konselor harus menyampaikan pesan – pesan motivator
 Konselor harus menyampaikan harapan dan kepercayaannya
pada klien
 Konselor harus menyampaikan waktu dan rencana follow-up
2. Ready-to-Change Counseling Sessions

Menetapkan
tujuan

Menyusun
rencana
tindakan
1. Menetapkan tujuan
 Menetapkan tujuan yang ingin dicapai bersama mencakup rencana

tindakan untuk klien

 Konselor menyediakan alat dan rencana diet untuk klien

 Menjelaskan posisi atau status kesehatan dan gizi klien sebelum

intervensi

 Penggunaan pertanyaan terbuka membantu klien mengkonfirmasi

dan membenarkan keputusan untuk membuat perubahan dan di area

mana

 Konselor membantu klien dalam menentukan tujuan dan perubahan yang

diharapkan (jangka pendek dulu) secara bertahap.


2. Menyusun rencana tindakan
 Setelah penetapan tujuan secara bertahap (jangka pendek dan jangka panjang),
lanjutkan dengan rencana tindakan atau intervensi dengan melakukan pemetaan
secara spesifik.
 Langkah – langkah yang bisa dilakukan adalah
 Identifikasi siapa saja dan apa saja yang dapat mendukung perubahan diet
klien
 Identifikasi hambatan yang dapat terjadi sehingga dapat menentukan
rencana/solusi
 Identifikasi kepatuhan klien
 Konselor dapat meminta klien untuk meringkas rencana diet mereka
 Konselor melakukan dokumentasi rencana diet klien dan memastikan klien
juga mempunyai salinan-nya.
 Memastikan diskusi sesi mendatang
 Memastikan follow-up
 Konselor dapat menyampaikan gagasan seperti:
 "Ingatlah bahwa perubahan itu bertahap dan membutuhkan waktu. Jika rencana
ini tidak berjalan, akan ada rencana lain untuk mencoba.”
PENGEMBANGAN SIKAP DAN
LANGKAH – LANGKAH ASERTIF

 Orang yang berperilaku asertif dapat disebutkan


sebagai orang yang mempunyai kepercayaan diri,
karena orang yang percaya diri selalu bersikap positif
pada dirinya sendiri dan orang lain.
 Sikap ini akan menjadikan seseorang menjadi tegas,
jujur dan terbuka, kritis, langsung dan nyaman, akan
tetapi mampu menghormati orang lain
Prosedur-prosedur Latihan Asertif
 Mengidentifikasi 3 dasar gaya perilaku interpersonal, apakah
agresif, pasif atau asertif.
 Mengidentifikasi situasi yang ada.
 Menguraikan masalah.
 Skenario untuk berubah.
 Skenario merupakan rencana kerja untuk mengatasi masalah
secara asertif.
 Mengembangkan bahasa tubuh asertif (contoh: memandang
wajah lawan bicara).
 Belajar bagaimana mendengarkan.
 Dalam mendengarkan secara asertif, perhatian dipusatkan pada
orang lain sehingga secara akurat dapat mendengarkan
pendapat, perasaan dan keinginannya.
 Membuat kesepakatan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai