Anda di halaman 1dari 13

KONSELING GIZI

Materi 6: Perencanaan Konseling Gizi

 Konseling berasal dari kata “guidance dan counseling”. Guidance berasal dari kata guide
(bimbingan) yang artinya menunjukkan jalan, menuntun, mengatur, mengarahkan,
memberikan nasehat. Konseling adalah Suatu proses komunikasi interpersonal/dua arah
antara konselor dan klien untuk membantu klien mengenali, mengatasi, dan membuat
keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapinya (Depkes, 2000).
 Konselor Gizi adalah Seorang yang berprofesi dalam tugasnya bekerja membantu klien
dalam mengenali masalahnya, memberikan alternatif pemecahan masalah dan membantu
klien dalam mengambil keputusan pemecahan masalah, apa yang dapat klien lakukan atas
usahanya dalam mengatasi gizi yang dihadapinya.
 Klien adalah seorang yang sedang dalam masalah dan orang yang diberi bantuan oleh
konselor untuk keluar dari suatu permasalahan.
 Pendamping klien adalah seorang yang mendampingi klien dapat membantu dalam
mengingat kegiatan apa saja yang dilakukan.
 Langkah-langlah perencanaan gizi :
-Membangun dasar-dasar konseling
-Menggali permasalahan
-Menegakkan diagnosa gizi
-Intervensi gizi
-Monitoring evaluasi
-Mengakhiri konseling
 Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Penyuluhan Konseling Gizi
- Analisa Kebutuhan : ruangan yang nyaman, alat peraga, media gambar, dsb.
- Sasaran : klien yang memiliki masalah kesehatan
- Tujuan : membantu klien dalam merubah perilaku
 Perencanaan konseling gizi
-Pembukaan (salam, mengidentifikasi masalah pasien,, tujuan konseling)
-Assesment (mengukur antropometri,dietary history, food recall, biokimia, klinis,
sosekbud / kepercayaan,aktivitas dan gaya hidup, riwayat perubahan bb,riwayat penyakit
pasien dan keluaraga,psikologi dan mengitung kebutuhan)
-Diagnosa Gizi (pes)
-Implementasi ( preskripsi diet, leaflet, anjuran diet, anjuran makanan dgn menggunakan
food model ,mendiskusikan hambatan,mendiskusikan pengetahuan, kunjungan
ulang,mencatat konseling gizi)

Materi 7 : PELAKSANAAN KONSELING GIZI

Pengertian konseling gizi

Konseling gizi adalah Serangkaian kegiatan proses komunikasi 2 arah untuk menanamkan
dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku sehingga membantu klien / pasien untuk
mengenali dan mengatasi masalah gizi melalui pengaturan makanan dan minuman yang
dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.

Tujuan pelaksanaan konseling gizi

 Mengubah perilaku yang tidak selaras dengan masyarakat dan kebutuhan pribadi
 Membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih efisien
 Memecahkan masalah yang dihadapi klien
 Mengadakan perubahan perilaku di masa yang akan datang

Tahapan pelaksanaan konseling gizi

Tata laksana konseling gizi harus mengikuti langkah-langkah Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT) untuk menjawab masalah gizi pada klien berdasarkan hasil pengkajian
diagnose gizi.

PAGT terdiri dari empat langkah yaitu :

o Pengkajian Gizi (Nutrition Assessment)


o Diagnosis Gizi (Nutrition Diagnosis)
o Intervensi Gizi (Nutrition Intervention)
o Monitoring dan Evaluasi Gizi (Nutrition Monitoring and Evaluation).

Alur konseling gizi yang mengikuti langkah-langkah PAGT :

 Membangun dasar-dasar konseling

Agar klien dapat menjelaskan masalahnya keprihatinan, serta alasan berkunjung, Seperti,
sambutlah klien dengan bersalaman atau berjabat tangan ramah, tersenyum dan berikan salam.

 Cukup dengan berdiri sambal tersenyum atau menganggukkan kepala dan


dilanjutkan dengan memberi salam
 Persilahkan klien untuk duduk dan upayakan klien merasa nyaman. Upayakan posisi
sama tinggi.
 Ciptakan hubungan yang positif berdasarkan rasa percaya, keterbukaan, dan
kejujuran berekspresi.
 Sampaikan tujuan konseling
 Waktu konseling berlangsung sekitar 30-60 menit.

Pembukaan

o Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri


o Mengidentifikasi masalah pasien yang dirujuk/pengalaman konseling pasien
sebelumnya
o Menjelaskan tujuan dan proses konseling gizi

 Menggali permasalahan dengan pengkajian gizi

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang sesuai dalam
upaya mengidentifikasi masalah gizi terkait dengan masalah asupan gizi atau faktor lain yang
menimbulkan masalah gizi.

 Pengukuran dan pengkajian data antropometri


 Pemeriksaan dan pengkajian data biokimia
 Pemeriksaan dan pengkajian data pemeriksaan klinis dan fisik
 Riwayat Makan
 Riwayat Personal
Assessment

o Mengukur antropometri (BB, TB, PB, Tinggi Lutut, LPi, Lpa, dll)
o Mengidentifikasi pola dan mengukur asupan makanan (food frekuensi, dietary history
food recall, food record)
o Mengkaji data laboratorium yang berkaitan dengan penyakit pasien
o Mencatat data klinis yang berkaitan dengan penyakit pasien
o Mencatat data sosekbud dan kepercayaan
o Mengkaji pola aktivitas dan gaya hidup yang berkaitan dengan masalah gizi pasien
o Mengkaji riwayat perubahan berat badan
o Mengkaji riwayat penyakit pasien
o Mengkaji riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan penyakit pasien
o Mengkaji masalah psikologis yang berkaitan dengan masalah gizi pasien
o Menghitung kebutuhan gizi pasien sesuai masalah pasien

 Menegakkan Diagnosis Gizi

Diagnosis gizi diuraikan berdasarkan komponen masalah gizi (problem), penyebab


masalah gizi (etiology), dan tanda serta gejala adanya masalah gizi (sign and symptom).

 Problem menunjukkan adanya masalah gizi yang digambarkan dengan terjadinya


perubahan status gizi klien.
 Etiology menunjukkan faktor penyebab timbulnya problem gizi.
 Sign and symptom menunjukkan tanda serta gejala yang ada pada masalah gizi
tersebut.

 Implementasi Konseling Gizi


 Menetapkan preskripsi diet (jenis, bentuk, kandungan zat gizi makanan)
 Mengisi leaflet anjuran makanan diet sehari
 Menjelaskan anjuran diet yang ditetapkan menggunakan leaflet yang sesuai
 Mendiskusikan perubahan pola makan mengikuti anjuran diet (makanan yang boleh
dan tidak boleh) dengan alat bantu food model
 Mendiskusikan hambatan yang mungkin muncul dalam menerapkan anjuran diet
 Mengukur pengetahuan gizi pasien berkaitan dengan penyakit dan diet yang diberikan
 Menganjurkan kunjungan ulang untuk konseling gizi lanjutan
 Mencatat data konseling gizi di catatan medic

 Komunikasi
 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
 Menunjukkan sikap kesetaraan dengan pasien
 Menunjukkan sikap tidak menghakimi/menggurui
 Menjaga kontak mata selama proses konseling gizi
 Mengarahkan komunikasi kearah tujuan konseling gizi
 Memperhatikan/menggunakan bahasa non-verbal dengan tepat
 Dapat mengatasi gangguan komunikasi selama proses konseling
 Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dengan tepat
 Mengajukan pertanyaan dengan tepat
 Mengklarifikasi penjelasan yang sudah diberikan
 Menutup komunikasi dengan sopan

Materi 8 : MONITORING DAN EVALUASI

Pengertian monitoring

Menurut Casely & Kumar (1987), yaitu monitoring merupakan penilaian yang terus-
menerus terhadap fungsi kegiatan-kegiatan kasus di dalam konteks rancangan, jadwal pelaksanaan
dan terhadap pengunaan input-input kasus oleh kelompok sasaran di dalam konteks harapan.

Menurut Clayton & Petry (1983), monitoring adalah suatu proses mengukur, mencatat,
mengumpulkan, memproses, dan mengomunikasikan informasi untuk membantu pengambilan
keputusan manajemen projek.

Menurut Dadang solihin (2008), monitoring merupakan proses pengumpulan dan analisis
informasi (berdasarkan indikator yang telah ditetapkan) secara sistematik dan berkelanjutan
tentang kegiatan/program, sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk menyempurnakan
kegiatan/program selanjutnya.
Sumber data yang penting untuk monitoring adalah alat verifikasi pada tingkat kegiatan,
dan keluaran (output) yang umumnya merupakan dokumen internal, seperti laporan
bulanan/triwulan, catatan kerja dan perjalanan, catatan pelatihan, notulen rapat dan sebagainya.

Tujuan monitoring

o Mengkaji apabila kegiatan yang telah dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana
o Mengidentifikasi masalah yang muncul sehingga dapat langsung diatasi
o Menilai apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai
tujuan.
o Mengetahui kaitan antara kegiatan dan tujuan untuk mengetahui ukuran kemajuan
o Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah tanpa menyimpan dari tujuan.

Aspek monitoring

 Aspek masukan/input kegiatan : termasuk tenaga manusia, dana, bahan, peralatan, data,
kebijakan, dll yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan.
 Aspek proses/aktivitas : proses kegiatan seperti penelitian, pelatihan, proses produksi,
pemberian bantuan, dsb.
 Aspek keluaran/output : mencangkup hasil dari proses yang terutama berkaitan dengan
kuantitas/jumlah.

Langkah – langkah monitoring

1. Perencanaan
 Merancang sistem monitoring yang spesifik : apa yang akan dimonitor, mengapa, dan
untuk siapa (user)
 Menentukan ruang lingkup monitoring: luasnya area, apakah bersifat klinis, atau
pelayanan (service), siapa yang terlibat, dan beberapa lama monitoring akan dilakukan.
 Memilih dan menentukan indikator: menentukan batasan sasaran konseling.
 Menentukan sumber-sumber informasi.

2. Implementasi
 Memilih menentukan proses yang akan dilakukan.
 Tabulasi data dan analisis data: membandingkan temuan atau pencapaian dengan
perencanaan.
 Temuan dalam monitoring: apakah ada penyimpangan, bila ada perlu diidentifikasi
penyebabnya.
 Menggali penyebab dan mengambil tindakan perbaikan. Rencana monitoring perlu
disusun jangka pendek untuk menjamin bahwa tindakan dilaksanakan sesuai dengan
rencana dan memberi efek sesuai dengan harapan.

3. Menentukan kelanjutan monitoring


 Dirancang sesuai dengan kinerja saat ini atau jangka pendek. Ketika program
memberikan perubahan yang signifikan, maka kelangsungan program akan
mendapatkan perhatian.
 Penilaian secara periodik dapat dilakukan untuk mempertimbangkan kapan indikator
atau frekuensi monitoring dikurangi, atau perlu direncanakan lagi dan dilanjutkan.

Tipe monitoring

1. Monitoring rutin

Kegiatan pengumpulan informasi secara regular digunakan untuk mengidentifikasi penerapan


program, baik dengan atau tanpa perencanaan.

2. Monitoring jangka pendek

Dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan biasanya untuk aktivitas yang spesifik. Biasanya untuk
mengetahui apakah proses sudah diterapkan sesuai rencana dan sesuai dengan keluaran (output)
yang diingikan

Pengertian evaluasi

Dadang Solihin (2008), evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan
mengungkapkan masalah kinerja program/kegiatan untuk memberikan umpan balik bagi
peningkatan kualitas kinerja program/kegiatan.

Wrightstone, dkk (1956), evaluasi adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan
ke arah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan.
Sudijono (1996), evaluasi adalah interpretasi atau penafsiran yang bersumber pada data
kuantitatif, sedang data kuantitatif merupakan hasil dari pengukuran.

Nurkancana (1983), Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses
untuk menentukan nilai dari suatu hal.

Tujuan evaluasi

Tujuan Umum: agar hasil penilaian tersebut dapat digunakan sebagai umpan balik untuk
perencanaan sebelumnya.

Menurut Prayitno (1997), tujuan evaluasi yaitu:

 Memperbaiki pelaksanan program dan perencanaan program yang akan datang


 Memperbaiki alokasi sumber daya
 Memperbaiki pelaksaan suatu kegiatan yang sedang berjalan
 Mengadakan perencanaan kembali yang lebih baik terhadap suatu program.

Langkah – langkah evaluasi

 Menentukan tujuan
 Menentukan bagian yang dievaluasi
 Mengumpulkan data awal
 Mempelajari tujuan program
 Menentukan tolak ukur (Indikator)
 Menentukan metode penilaian
 Mengumpulkan data
 Mengolah dan menyimpulkan
 Umpan balik (feedback) dan saran lebih lanjut

Jenis – jenis evaluasi

1. Evaluasi formatif

Evaluasi ini dilakukan saat program sedang berjalan untuk menilai suatu program yang
hasilnya digunakan untuk pengembangan atau perbaikan program.
Evaluasi ini cenderung fokus pada proses dan penekanan strategi pada usaha memberikan
informasi yang berguna secepatnya bagi perbaikan program.

2. Evaluasi sumatif

Merupakan suatu evaluasi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari suatu program dan
memutuskan apakah suatu program konseling seharusnya dilanjutkan atau diulang.

Evaluasi sumatif juga digunakan untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau


lanjutan.

Evaluasi ini cenderung fokus kepada hasil atau outcome.

Evaluasi sumatif ada 2 , yaitu:

o Evaluasi output: untuk menilai hasil kegiatan program


o Evaluasi dampak/outcome: untuk menilai dampak

Materi 9 : KONSELING DI MASYARAKAT

◦ LANGKAH-LANGKAH KONSELING GIZI DI MASYARAKAT :

1. Membangun dasar-dasar konseling


Gunakan keterampilan komunikasi, sambutlah klien dengan baik dan ramah, berdiri
serta berikan salam kepada klien. Persilahkan klien untuk duduk dan buat klien merasa
nyaman.
2. Menggali Permasalahan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang lengkap dan
sesuai dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi yang terkait dengan masalah asupan
energi dan zat gizi atau faktor lain yang dapat menimbulkan masalah gizi.
3. Memilih solusi dengan menegakkan diagnosis.
Merupakan proses identifikasi serta pemberian nama masalah, menentukan penyebab
dan faktor resiko yang mendukung, catatan tentang gejala dan tanda serta dokumentasi
diagnosis gizi.
4. Intervensi memilih rencana.
Seorang konselor harus melakukan bersama-sama klien dengan menggunakan
keterampilan komunikasi dan konseling.
5. Memperoleh komitmen.
Konseling tidak akan berhasil tanpa adanya kesediaan dan komitmen dari klien.
6. Monitoring dan evaluasi.
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui respon klien terhadap intervensi

7. Pencatatan dan pelaporan.


Pencatatan dilakukan pada setiap langkah kegiatan konseling, sedangkan pelaporan
dilakukan berkala sesuai dengan waktu dan kebutuhan yang diperlukan.

HAMBATAN DALAM KONSELING GIZI DI MASYARAKAT


ASAS-ASAS KONSELING GIZI DI MASYARAKAT
 Asas kerahasiaan
 Asas kesukarelaan
 Asas keterbukaan
 Asas kekinian
Hambatan Solusi

Grogi, nervous karena belum menguasai materi Perbanyak praktik atau latihan dengan materi.

Kurang bisa memahami bahasa dari klien Minta bantuan orang lain (translator)

Pertanyaan tidak terstruktur Persiapan terkait dengan pemahaman materi dan


pengalaman

Pemahaman terhadap masalah yang dihadapi Persiapan materi, penguasaan materi terkait
pasien/klien. masalah pasien/klien.

Keterampilan komunikasi, penguasaan bahasa Berlatih komunikasi interpersonal, menyesuaikan


(jenis dan level), Konselor tidak mampu dengan level bahasa dari klien.
menyampaikan pesan kepada klien/pasien.
Konselor tidak mampu menyampaikan masalah Menggunakan bahasa yang sederhana dan bisa
yang dihadapi pasien/klien. dipahami klien, latihan komunikasi.

 Asas kegiatan
 Asas Kemandirian
 Asas Kedinamisan
 Asas keterpaduan
 Asas kenormatifan
 Asas keahlian
 Asas alih tangan

Materi 10 : Kepatuhan Hasil Konseling


Kepatuhan Pasien
◂ Sarafino (1990), kepatuhan (Compliance) adalah tingkat ketaatan pasien dalam
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh
konselor gizi.
◂ Lutfey dan Wishner (1999), konsep kepatuhan (Compliance) dalam konteks medis adalah
tingkatan yang menunjukkan perilaku pasien dalam mentaati dan mengikuti prosedur atau
saran dari ahli medis.
Kepatuhan diet merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
penatalaksanaan penyakit yang diderita oleh pasien. Hal tersebut dikarenakan
perencanaan makan merupakan salah satu pilar utama dalam pengelolaan penyakit
yang diderita oleh pasien.

Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Hasil Konseling


Menurut Green:
a) Faktor Predisposisi
Faktor utama yang ada didalam diri individu yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, kepercayaan dan keyakinan, nilai-nilai serta sikap.
b) Faktor Pendukung
Faktor yang diluar individu seperti : Pendidikan, Akomodasi, Modifikasi faktor
lingkungan dan sosial, Perubahan model terapi.
c) Faktor Pendorong
Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
yang lain.

Menurut Brunner & Suddarth (2002)


a) Faktor Demografi
Seperti usia, jenis kelamain, suku bangsa, status sosial, ekonomi dan pendidikan.
b) Faktor Penyakit
Seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi.
c) Faktor Psikososial
Seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan, penerimaan atau penyangkalan
terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya dan biaya financial dan lainnya.

Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Hasil Konseling Pada Pasien DM


 Usia
 Jenis kelamin
 Pengetahuan
 Pendidikan
 Pendapatan
 Lama menderita dan keparahan penyakit
 Persepsi
 Motivasi diri
 Keikutsertaan penyuluhan gizi
 Tenaga kesehatan
 Dukungan keluarga
 Keteraturan cek kesehatan

Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Hasil Konseling Gizi


 Pemahaman Tingkat Intruksi
 Kualitas Interaksi
 Isolasi Sosial Dan Keluarga
 Keyakinan, Sikap, dan Kepribadian

Anda mungkin juga menyukai