Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONSELING GIZI

Dosen Pengampu :

Erwandi, S.TP, M. Kes

Disusun oleh:
KELOMPOK 1
Melda Yuliska P07131121015
Muhammad Subqi P07131121046
Raihan Salsabila P07131121023
Rizka Mahbengi P07131121026
Silvia Maulida P07131121029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
2022/2023
PEMBAHASAN

1. Pengertian Konseling Gizi


Konseling gizi merupakan suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara
seorang individu yang terganggu oleh masalah – masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri
dengan bekerja professional yaitu orang yang terlatih dan berpengalaman membantu orang
lain dalam mencapai pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi.
Proses konseling gizi membutuhkan kombinasi antara keahlian dalam bidang gizi,
fisiologi dan psikologi yang terfokus pada perubahan perilaku tentang makanan dan
hubungannya dengan penyakit atau masalah gizinya.

2. Tujuan Konseling Gizi


Konseling gizi bertujuan untuk membantu klien dalam upaya mengubah perilaku yang
berkaitan dengan gizi, sehingga status gizi dan kesehatan klien menjadi lebih baik.

3. Manfaat Konseling Gizi


 Membantu klien untuk menggali masalah kesehatan dan gizi yang dihadapi
 Membantu klien memahami penyebab terjadinya masalah
 Membantu klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang paling sesuai baginya
 Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi klien

4. Azas – Azas Konseling Gizi


Didalam bimbingan konseling, azas bimbingan konseling merupakan dasar hukum
dalam melakukan layanan bimbingan. Pedoman atau dasar tersebut kemudian menjadi hal
yang harus dijalankan agar tercapai keberhasilan dalam program layanan. Sedangkan azas
konseling gizi adalah ketentuan – ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan
pelayanan konseling.

a. Azas kerahasiaan, Asas ini berhubungan dengan rahasia individu baik data atau
persoalan yang dihadapi untuk dijaga dengan tujuan individu tersebut memiliki jaminan
rasa aman terhadap pandangan buruk orang lain.
b. Azas kesukarelaan, klien secara suka rela, tanpa ragu – ragu, tanpa terpaksa
menyampaikan masalah yang dihadapinya serta mengungkapkan fakta, data, yang
berkenanaan dengan masalah tersebut.
c. Azas keterbukaan, klien diharapkan berbicara jujur, berterus terang tentang dirinya
guna penelaahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan klien dan konselor
harus terbuka dan bersedia menjawab pertanyaan – pertanyaan klien.
d. Azas kekinian, masalah yang ditanggulangi adalah masalah sekarang yang sedang
dirasakan, bukan masalah yang sudah lampau atau masalah yang mungkin akan dialami
dimasa yang akan datang.
e. Azas kegiatan, klien harus aktif menjalani proses konseling dan aktif melaksanakan
atau menerapkan hasil – hasil konseling.
f. Azas kemandirian, klien dapat mandiri dengan ciri – ciri berikut: mengenal diri sendiri
dan lingkungannya, menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan
dinamis, mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri, mengarahkan diri sesuai
dengan keputusan, ,mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, dan minat
dan kemampuan yang dimiliki.
g. Azas kedinamisan, perubahan perilaku klien kearah yang lebih baik, menuju ke suatu
pembaruan, sesuatu yang lebih maju dan dinamis sesuai dengan arah perkembangan
klien yang dikehendaki
h. Azas keterpaduan, keterpaduan diri klien yaitu aspek kepribadian, serasi dan seimbang,
isis dan proses konseling.
i. Azas kenormatifan, konseling tidak bertentangan dengan norma – norma yang berlaku,
seperti norma agama, norma adat, norma hokum, atau negara, norma ilmu, dan
kebiasaan sehari – hari.
j. Azas keahlian, keahlian konselor menguasai teori dan praktek secara teratur dan
sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik, dan alat (instrument konseling).
k. Azas alih tangan, alih tangan dilakukan apabila konselor belum mampu membantu
klien setelah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien, maka klien
dapat dikirim atau dialihkan kepada petugas yang lebih ahli.
l. Azas tutwuri handayani, konsling dirasakan manfaatnya oleh klien baik ketika dalam
proses konseling maupun setelah konseling dilakukan.

5. Sasaran Konseling
 Klien yang mempunyai masalah kesehatan yang terkait dengan gizi
 Klien yang ingin melakukan tindakan pencegahan
 Klien yang ingin mempertahankan dan mencapai status gizi yang optimal

6. Tempat dan waktu konseling


Konseling gizi dapat dilakukan dimana saja, seperti dirumah sakit, di posyandu, poli
klinik atau puskesmas, atau tempat lain yang disiapkan untuk melakukan konseling gizi.
Yang terpenting adalah tempat yang harus: aman, nyaman dan tenang.

7. Langkah – langkah Konseling Gizi


A. Persiapan Konseling gizi
Pengumpulan data
- Data antropometri, pengukuran yang umum dilakukan, anatara lain tinggi
badan atau panjang badan, berat badan, tinggi lutut, lingkar lengan atas, tebal
lemak, lingkar pinggang dan lingkar pinggul. Kecepatan pertumbuhan dan
kecepatan perubahan berat badan juga termasuk data yang dinilai dalam aspek
ini.
- Data biokimia, pemeriksaan dan pengkajian data biokimia meliputi hasil
pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan keadaan gizi seperti
analisis darah, urin dan jaringan tubuh lainnya.
- Data klinis, data pemeriksaan fisik dan klinis meliputi kondisi kesehatan gigi
dan mulut, penampilan fisik secara umum.
- Riwayat personal,pengkajian data riwayat personal meliputi ada tidaknya alergi
pada makanan dan pantangan makanan, keadaan sosial ekonomi, pola aktivitas,
riwayat penyakit klien, riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan
penyakit klien, serta masalah psikologis yang berkaitan dengan masalah gizi
klien.
- Riwayat makan meliputi: pola dan kebiasaan makan, data riwayat gizi: food
recall makanan 24 jam dilengkapi dengan data food frekuensi dan food record,
pengetahuan tentang gizi, sikap terhadap makanan, aktivitas fisik, penggunaan
obat – obatan, penggunaan suplemen zat gizi. Perkiraan jumlah asupan zat gizi
dalam periode waktu tertentu, jenis dan jumlah bahan makanan yang sering
dikonsumsi, makanan pantangan, kebiasaan mengolah atau membeli makanan.
B. Perencanaan Konseling gizi
- Pengkajian kebutuhan zat gizi klien, membandingkan data yang sudah
diperoleh dari pengunpulan data kemudian dibandingan dengan nilai normal
sehingga dapat dikaji dan diidentifikasi berapa besar masalahnya.
- Menetapkan tujuan, tujuan harus jelas, rasional, menyesuaikan kebutuhan
klien, dibuat berdasarkan perubahan perilaku dan sesuai dengan target waktu.
- Sasaran, adalah klien dan keluarganya
- Materi, disesuaikan dengan permasalahan klien, diawali dengan penjelasan
tentang hal – hal yang mudah sampai ke yang rumit.
- Metode, yang digunakan dengan menggabungkan berbagai metode belajar
seperti, diskusi, tanya jawab dan demonstrasi.
- Media, sebaiknya menggunakan lebih dari satu media seperti, leaflet atau
brosur, food model, contoh menu dll.

C. Pelaksanaan Konseling Gizi


D. Evaluasi Konseling Gizi
CONTOH
Klien bernama Ria Hana Julaika mendatangi ahli gizi Helda Dwi Kusumaningrum untuk
melakukan konsultasi yang pertama terkait penyakit DHF.

Skenario dialog klien dengan konselor


Pada siang hari diruangan poli gizi, sorang ahli gizi sedang merapikan mejanya. Ada
seorang pasien datang dan mengetuk pintu.
Langkah 1 : Perkenalan
Klien : (Mengetuk pintu) tok tok tok…
Konselor : iya. Silahkan masuk.
Klien : (Membuka pintu) Assalamu’alaikum bu..
Konselor : Wa’alaikumussalam
Klien : (Masuk ke ruangan poli gizi)
Konselor : (Memperkenalkan diri sambal berjabat tangan dengan pasien) Perkenalkan
bu, saya Helda Dwi Kusumaningrum ahli gizi yang saat ini bertugas, dengan
Ibu siapa?
Klien : saya ibu Ria Hana Julaika bu.
Konselor : ohhh ibu Ria ya, silahkan duduk bu.
Klien : terima kasih bu.

Langkah 2 : Assesment Gizi


Konselor : Bagaimana bu, ada yang bisa saya bantu?
Klien : saya kesini atas rujukan dari dokter karena masalah gizi terkait saya di
diagnose DHF.
Konselor : iya bu, boleh saya lihat surat rujukan dokternya bu?
Klien : iya bu boleh. (sambal memberikan surat rujukan yang diberikan oleh dokter)
Konselor : (melihat hasil rujukan dari dokter)
Ibu, berdasarkan hasil rujukan dari dokter dan data – datanya, ibu di diagnosis
medis penyakit DHF. Apakah ibu tau apa itu penyakit DHF?
Klien : iya sedikit bu, tapi ada beberapa yang saya kurang mengerti bu
Konselor : baik bu saya jelaskan sedikit. DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. Penyakit ini lebih
dikenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue (DBD). Oleh karena itu,
tujuan konseling gizi pada siang hari ini adalah mendiskusikan tentang
penyakit DHF, tuujuan pemberian diet, dan tentang pengaturan serta
pemeliharaan bahan makanan yang boleh dan tidak boleh. Proses konsseling
gizi ini akan berlangsung kurang lebih dari 60 menit, meliputi pengkajian gizi
serta nanti penetapan diagnosis gizi dan implementasinya. Saya berharap ibbu
bersedia untuk bekerja sama untuk keberhasilan proses konseling ini. Apakah
ibu bersedia?
Klien : iya saya bersedia bu
Konselor : sebelumnya apakah ibu sudah mengukur tinggi badan dan menimbang berat
badan?
Klien : sudah lama tidak bu.
Konselor : baik, bisakah ibu berdiri? Saya akan mengukur tinggi badan dan menimbang
berat badan ibu.
Klien : Iya boleh
Konselor : (berjalan menuju microtoa) sepatunya dilepas ya bu. Biar hasilnya lebih
akurat.
Kakinya dirapatkan kedindingnya ya bu.
Klien : iya bu
Konselor : baiklah. Sekarang saya akan mengukur berat badan ibu.
Klien : baik bu
Konselor : sudah ya bu. Silahkan ibu duduk kembali
(konselor dank lien menuju kursinya masing – masing)
Konselor : berat badan ibu 48 kg dan tinggi ibu 150 cm
Klien : bagaimana bu?
Konselor : berdasarkan tinggi badan dan berat badan itu ibu tergolong kategori status
giziz normal
Klien : ohh begitu ya bu
Konselor : kalau boleh saya tau ya bu, ibu ada keluhan apa saja?
Klien : keluhan saya sering nyeri kepala, mual dan muntah
Konselor : hmm, bagaimana riwayat makan ibu dahulu?
Klien : saya biasa makan tidak teratur, kadang tidak makan pagi karena tidak sempat,
makan siang selalu diluar, dan tidak mengonsumsi sayur – sayuran.
Konselor : apa – apa saja makanan ibu 1 hari kemarin?
Klien : kemarin saya bangun jam 7 saya hanya mengkonsumsi segelas air putih, jam
9 saya makan siomay dan segelas teh manis, pada jam 12 siang saya
mengkonsumsi nasi goreng + telur dadar dan segelas teh manis, jam 4 sore
saya mengkonsumsi 4 iris martabak + jus mangga dengan gula, dan malam
saya makan ikan mas goreng dan 1 centong nasi putih dengan tahu dan tempe.
Klien : berapa gelas sehari ibu minum air putih?
Konselor : sekitar 8 gelas
Konselor : apakah ada yang terlupa bu? Ada tambahan begitu
Klien : saya rasa tidak bu.
Konselor : baik bu. Saya lihat dari hasil makan ibu sehari kemarin, ibu pola makannya
memang tidak teratur dan tidak suka mengkonsumsi sayur – sayuran.
Konselor : baik bu, mohon tunggu sebentar ya bu? Saya akan menghitung kebutuhan ibu
dulu. Selagi saya menghitung, ibu boleh baca – baca ya bu (memberi leaflet
DHF)
Klien : baik bu

Langkah 3 : Diagnosa Gizi


Setelah 10 menit kemudian, konselor telah selesai menghitung asupan recall ibu Ria….
Konselor : Ibu. Maaf sudah membuat ibu menunggu
Klien : iya bu. Tidak apa – apa. Jadi bagaimana bu?
Konselor : jadi ibu setelah saya hitung kebutuhan ibu didapatkakn hasil energy 1100
kkal, protein 30 gram, lemak 42 gram dan KH 159 gram
Konselor : jadi dari hasil dari ibu memiliki ganggua pola makan yang berkaitan dengan
pola makan yang salah dibuktikan dengan ibu Ria biasa makan tidak teratur.
Klien : ohh. Begitu ya bu? Apakah itu buruk bagi saya bu?
Konselor : kalua ibu terus – terusan begitu maka akan memperburuk keadaan ibu apalagi
asupan oral ibu tidak adekuat sehingga energy, protein, lemak dan KH menjadi
defisit berat.

Langkah 4 : Intervensi Gizi


Klien : saya tidak mau sakit saya tambah parah. Lalu apa yang harus saya lakukan
bu?
Konselor : ibu hanya perlu mengikuti diet yang saya anjurkan.
Konselor memperlihatkan leaflet diet untuk penyakit DHF
Konselor : Bagaimana bu?
Klien : sulit sekali ya bu.
Konselor : tidak susah kok bu, saya yakin ibu pasti bisa
Klien : berarti saya harus memperbaiki pola makan saya ya bu?
Konselor : pasti nya bu, perlahan – lahan ibu pasti bisa. Ibu juga harus perlahan – lahan
menyukai sayur karena sangat bermanfaat sekali bagi kesehatan ibu
Klien : begitu ya bu (dengan ekspresi sedikit tidak yakin)
Konselor : perlahan – lahan saja bu. Ibu juga harus bisa memperhatikan jadwal makan
ibu jangan sampai makan tidak teratur lagi, tidak sarapan pagi dan mulailah
untuk membuat makanan sendiri. Saya akan memberikan ibu diet tinggi
energy tinggi protein. Usahakan ibu makan sebanyak 3x makan utama dan 2x
selingan dengan diselingi sayur dan buah, dan usahakan setiap makanan yang
ibu makan bervariasi, baik itu bahannya, warnanya dan cara pengolahannya.
Klien : iya bu saya akan berusaha yang terbaik.
Konselor : jadi lebih jelasnya saya akan ibaratkan seperti piring makan ya (mengambil
food model berupa miring) setengah dari piring makan berupa sayur dan buah
beraneka jenis dan warna, seperempat piring makan berupa protein baik
hewani (telur/ayam/ikan/daging) maupun nabati (kacang – kacangan), batasi
konsumsi produk olahan, seperempat piring makan berupa karbohidrat
komleks (biji – bijian/beras) artinya membatasi karbohidrat simpleks (gula,
tepung – tepungan dan produk turunan dari tepung). Konsumsi minyak
secukupnya dengan minyak sehaat seperti minyak zaitun, minyak jagung dan
minyak kanola, serta minum air putih sesuai kebutuhan. Hindari minuman
kemasan dengan kadar gula yang tinggi.
Klien : baik bu, saya akan berusaha terapkan dalam kehidupan saya
Konselor : tujuan diet yang saya berikan ini untuk memberi asupan tinggi energy dan
tinggi protein untuk mencegah kerusakan jaringan tubuh akibat penyakit
Dengue Hemorrhagic Fever yang diderita oleh ibu serta meningkatkan status
gizi ibu ke angka normal. Selain itu tujuan dit ini juga untuk memperbaiki pola
makan ibu dan meningkatkan nafsu makan.
Klien : lalu bagaimana lagi bu?
Konselor : ini ada beberapa prinsip diet untuk penyakit DHF yaitu Energgi tinggi,
Protein tinggi, Lemak cukup, Karbohidrat cukup, rendah serat, vitamin dan
mineral cukup. Jadi setelah saya hitung energy ibu akan diberikan sebesar
1579,9 kkal sesuai kemampuan ibu untuk menerimanya, protein akan
diberikan sebesar 76,8 gram untuk membantu memberi rasa kenyang dan
untuk menunjang aktivitas, lemak akan diberikan sebesar 26,33 gram sebagai
penambah rasa gurih pada makanan, kerbohidrat diberikan secukupnya sebesar
259,04 gram untuk mengganti simpanan glikogen dan mencegah ketosis,
rendah serat terutama serat tidak larut air. Pemberian serat akan di tingkatkan
secara bertahap, cukup cairan dan vitamin, terutama vitamin C untuk
meningkatkan faktor pembekuan, tidak mengandung bahan makanan atau
bumbu yang tajam, serta tidak merangsang.
Klien : oh jadi begitu ya bu, saya mengerti sekarang.

Langkah 5 : Monitoring dan Evaluasi


Konselor : coba ibu ulangi lagi apa – apa yang harus ibu lakukan
Klien : Baik lah bu, saya akan memperhatikan jadwal makan 3x utama dan 2x
selingan, makan sayur dan buah, lalu makan makanan yang bervariasi baik itu
bahannya, warnanya dan cara pengolahannya, apakah benar bu?
Konselor : iya bu. Jika masih ada yang belum ibu pahami, bisa menghubungi saya di
nomor telepon yang tertera di kartu nama tadi ya bud an dipersilahkan datang
lagin untuk konsultasi satu bulan kedepan ya bu?
Klien : iya bu. Berarti kertas (leaflet) inni untuk saya bu?
Konselor : iya bu. Baik bu, konseling selanjutnya kita rencanakan satu bulan mendatang
dan proses konseling gizi hari ini telah selesai. Sampai ketemu satu bulan
mendatang ya bu. Terima kasih bu.
Konselor : iya bu sama sama. Saya akan datang lagi. Terima kasih juga ya bu (sambal
berjabat tangan)
Kemudian klien pun meninggalkan ruangan poli gizi…….

Anda mungkin juga menyukai