Warna
Warna merupakan penilaian mutu secara subyektif dengan
menggunakan mata (indra penglihatan). Warna adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi penampilan suatu produk. Kriteria
warna yang dihasilkan pada produk mie ubi ungu kedelai meliputi
warna coklat, coklat keunguan, ungu tua, ungu, dan ungu muda.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.
TABEL 8
HASIL UJI ORGANOLEPTIK WARNA MIE UBI UNGU KEDELAI
T1 T2 T3
Kriteria
n % n % n %
Coklat 5 16,7 4 13.3 6 20
Coklat keunguan 5 16,7 9 30 9 30
Ungu muda 6 20,0 4 13.3 13 43.3
Ungu 6 20,0 10 33.3 2 6.7
Ungu tua 8 26,7 3 10 0 0
Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0
Keterangan :
T1 = tepung terigu : tepung ubi : tepung kedelai (60g : 30g : 10g)
T2 = tepung terigu : tepung ubi : tepung kedelai (70g : 20g : 10g)
T3 = tepung terigu : tepung ubi : tepung kedelai (80g : 10g : 10g)
Berdasarkan tabel 8, secara umum dapat dilihat bahwa
persentase panelis paling banyak menyatakan mie ubi ungu kedelai
memiliki warna ungu tua dengan persentase pada perlakuan T1
sebesar 26,7%. Pada perlakuan T2 sebesar 10%, sedangkan pada
perlakuan T3 tidak ada panelis yang memilih warna ungu tua (0%).
Dari ketiga jenis perlakuan yang diujikan, dapat dilihat bahwa
panelis memiliki penilaian yang berbeda-beda. Respon panelis
pada perlakuan T1 sebanyak 26,7% menyatakan berwarna ungu
tua. Respon panelis pada perlakuan T2 sebanyak 33% menyatakan
berwarna ungu. Respon panelis pada perlakuan T3 sebanyak
43,3% menyatakan berwarna ungu muda.
1. Warna
Warna adalah penelitian mutu secara subjektif dengan menggunakan indera
penglihatan. Hasil uji organoleptik terhadap warna produk mie kelor basah tersubstitusi
mocaf dapat dilihat pada Tabel berikut :
TABEL 10
Perlakuan
Warna T1 T2 T3 T4
n % n % n % n %
Hijau Tua 6 6,67 9 10,00 8 8,89 2 2,22
Hijau Pucat 52 57,78 49 54,44 51 56,67 61 67,78
Hijau
17 18,89 16 17,78 11 12,22 13 14,44
Kekuningan
Hijau Muda 15 16,67 16 17,78 20 22,22 14 15,56
100,0
Hasil 90 100,00 90 100,00 90 90 100,00
0
Keterangan : T1 = mie kelor basah tersubstitusi mocaf 0 : 100
T2 = mie kelor basah tersubstitusi mocaf 15 : 85
T3 = mie kelor basah tersubstitusi mocaf 30 : 70
T4 = mie kelor basah tersubstitusi mocaf 45 : 55
80
70
60 HIJAU TUA
50 HIJAU PUCAT
40 HIJAU
KEKUNINGAN
30
HIJAU MUDA
20
10
0
T1 T2 T3 T4
GAMBAR 2. Hasil Uji Organoleptik Warna Mie Kelor Basah Tersubstitusi Mocaf
Berdasarkan tabel 10, dapat dilihat bahwa presentase tertinggi pada kategori
hijau tua yaitu pada T2 sebesar 10%, presentase tertinggi warna hijau pucat pada T4
sebesar 67,78%, presentase tertinggi hijau kekuningan pada T1 sebesar 18,89% serta
kategori hijau muda yang tertinggi pada T3 sebesar 22,22%.
Gambar 2 menunjukkan bahwa warna hijau pucat mendominasi warna mie yang
dihasilkan. Panelis terbanyak menyatakan warna dari mie kelor basah tersubstitusi
mocaf adalah hijau pucat. Penyebab dari warna hijau pucat yaitu dari banyaknya
tepung mocaf yang diberikan. Semakin banyak konsentrasi mocaf yang diberikan,
maka semakin pucat warna yang ditimbulkan karena tepung mocaf memiliki warna
yang lebih putih dibandingkan dengan tepung terigu.
2. Aroma
Aroma merupakan salah satu mutu mie ubi ungu kedelai
yang dinilai secara subyektif dengan menggunakan indera
penciuman. Penilaian aroma dapat dipengaruhi oleh faktor fisiologi
sehingga dapat menimbulkan penilaian yang berbeda. Aroma yang
dihasilkan dari produk mie ubi ungu kedelai meliputi amat sangat
langu, sangat langu, langu, agak langu, dan tidak langu. Untuk hasil
dari uji organoleptik yang telah dilakukan oleh panelis terhadap
aroma mie ubi ungu kedelai dapat dilihat pada tabel 11.
TABEL 11
HASIL UJI ORGANOLEPTIK AROMA MIE UBI UNGU KEDELAI
T1 T2 T3
Kriteria
n % n % n %
Amat sangat langu 2 6,7 0 0,0 0 0,0
Sangat langu 1 3,3 1 3,3 1 3,3
Langu 6 20,0 9 30,0 8 26,7
Agak langu 14 46,7 11 36,7 14 46,7
Tidak langu 7 23,3 9 30,0 7 23,3
Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0
Berdasarkan tabel 11, secara umum dapat dilihat bahwa
persentase panelis paling banyak menyatakan mie ubi ungu kedelai
memiliki aroma tidak langu dengan persentase pada perlakuan T2
sebesar 30%. Sedangkan pada perlakuan T1 dan T3 sebesar
23,3%.
Dari ketiga jenis perlakuan yang diujikan, dapat dilihat bahwa
panelis memiliki penilaian yang berbeda-beda. Respon panelis
terhadap aroma mie ubi ungu kedelai pada perlakuan T1 sebanyak
46,7% menyatakan beraroma agak langu. Respon panelis terhadap
aroma mie ubi ungu kedelai pada perlakuan T2 sebanyak 36,7%
menyatakan beraroma agak langu. Respon panelis terhadap aroma
mie ubi ungu kedelai pada perlakuan T3 sebanyak 46,7%
menyatakan beraroma agak langu.
Dari ketiga jenis perlakuan yang diujikan, secara umum dapat
dilihat dari hasil penilaian panelis bahwa aroma yang dihasilkan
dari ketiga formulasi mie ubi ungu kedelai beraroma agak langu.
Adapun hasil uji statistik menggunakan uji Friedman dapat dilihat
pada tabel 12.
2. Aroma
Aroma adalah penilaian mutu secara subjektif dengan menggunakan indera
penciuman. Aroma juga dapat mempengaruhi mutu dan tingkat kesukaan terhadap
suatu produk. Hasil uji organoleptik terhadap aroma produk mie kelor basah
tersubstitusi mocaf dapat dilihat pada Tabel berikut :
TABEL 11
Perlakuan
Aroma T1 T2 T3 T4
n % n % n % n %
Sangat
8 8,89 3 3,33 2 2,22 5 5,56
Langu
Langu 23 25,56 22 24,44 24 26,67 19 21,11
Agak
25 27,78 31 34,44 27 30,00 25 27,78
Langu
Tidak
34 37,78 34 37,78 37 41,11 41 45,56
Langu
100,0
Hasil 90 100,00 90 100,00 90 90 100,00
0
Keterangan : T1 = mie kelor basah tersubstitusi mocaf 0 : 100
T2 = mie kelor basah tersubstitusi mocaf 15 : 85
T3 = mie kelor basah tersubstitusi mocaf 30 : 70
T4 = mie kelor basah tersubstitusi mocaf 45 : 55
50
45
40
35 SANGAT
LANGU
30
LANGU
25
20 AGAK LANGU
15 TIDAK LANGU
10
5
0
T1 T2 T3 T4
GAMBAR 3. Hasil Uji Organoleptik Aroma Mie Kelor Basah Tersubstitusi Mocaf
Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa presentase tertinggi pada kategori
sangat langu yaitu pada T1 sebesar 8,89%, presentase tertinggi bau langu pada T3
sebesar 26,67%, presentase tertinggi agak langu pada T2 sebesar 34,44% serta
kategori tidak langu yang tertinggi pada T1 dan T2 sebesar 37,78%.
Gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian mie yang dihasilkan tidak memiliki bau
yang langu. Penyebab dari aroma tidak langu yaitu dari banyaknya tepung mocaf yang
diberikan. Semakin banyak konsentrasi mocaf yang diberikan, maka aroma semakin
tidak langu karena tepung mocaf tidak memiliki bau langu yang khas.
Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji Friedman yang dilakukan
dengan ɑ = 0,05 diperoleh hasil X2 hitung 11,12 < X2 tabel 19,675 menunjukkan bahwa
Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh substitusi tepung mocaf
terhadap aroma mie kelor basah.
3. Rasa
Rasa merupakan salah satu mutu mie ubi ungu kedelai yang
dinilai secara subyektif dengan menggunakan indera pengecap.
Penilaian rasa dapat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan panelis,
sehingga panelis yang akan melakukan uji organoleptik harus
dalam keadaan sehat. Kriteria rasa terdiri dari amat sangat berasa
ubi, sangat berasa ubi, berasa ubi, agak berasa ubi, dan tidak
berasa ubi. Hasil uji organoleptik yang telah dilakukan dapat dilihat
pada tabel 13.
TABEL 13
HASIL UJI ORGANOLEPTIK RASA MIE UBI UNGU KEDELAI
T1 T2 T3
n % n % n %
Kriteria
Amat sangat berasa ubi 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Sangat berasa ubi 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Berasa ubi 5 16,7 3 10,0 1 3,3
Agak berasa ubi 14 46,7 13 43,3 13 43,3
Tidak berasa ubi 11 36,7 14 46,7 16 53,3
Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0
Keterangan :
T1 = tepung terigu : tepung ubi : tepung kedelai (60g : 30g : 10g)
T2 = tepung terigu : tepung ubi : tepung kedelai (70g : 20g : 10g)
T3 = tepung terigu : tepung ubi : tepung kedelai (80g : 10g : 10g)
3. Rasa
Rasa adalah penilaian mutu secara subjektif dengan menggunakan indera
perasa atau pengecap. Rasa merupakan salah satu faktor penentu penilaian suatu
produk dapat diterima atau tidak oleh konsumen. Rasa dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen lain. Hasil uji
organoleptik terhadap rasa produk mie kelor basah tersubstitusi mocaf dapat dilihat
pada Tabel berikut :
TABEL 12
HASIL UJI ORGANOLEPTIK RASA MIE KELOR BASAH TERSUBSTITUSI MOCAF
Perlakuan
Rasa T1 T2 T3 T4
n % n % n % n %
Sangat
0 0,00 1 1,11 1 1,11 0 0,00
Pahit
Pahit 2 2,22 4 4,44 1 1,11 4 4,44
90
80
70
60
SANGAT PAHIT
50
PAHIT
40
AGAK PAHIT
30
TIDAK PAHIT
20
10
0
T1 T2 T3 T4
GAMBAR 4. Hasil Uji Organoleptik Rasa Mie Kelor Basah Tersubstitusi Mocaf
Berdasarkan tabel 12, dapat dilihat bahwa presentase tertinggi pada kategori
sangat pahit yaitu pada T2 dan T3 sebesar 1,11%, presentase tertinggi pahit pada T2
dan T4 sebesar 4,44%, presentase tertinggi agak pahit pada T3 sebesar 25,56% serta
kategori tidak pahit yang tertinggi pada T4 sebesar 83,33%.
Gambar 4 menunjukkan hasil bahwa panelis terbanyak menyatakan rasa dari
mie kelor basah tersubstitusi mocaf adalah tidak pahit. Penyebab dari rasa tidak pahit
yaitu dari tepung mocaf yang diberikan karena tepung mocaf tidak memiliki rasa pahit
sama seperti tepung terigu.
Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji Friedman yang dilakukan
dengan ɑ = 0,05 diperoleh hasil X2 hitung 1,52 < X2 tabel 19,675 menunjukkan bahwa
Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh substitusi tepung mocaf
terhadap rasa mie kelor basah.
4. Tekstur
Tekstur merupakan salah satu mutu mie ubi ungu kedelai
yang dinilai secara subyektif dengan menggunakan indera peraba.
Tekstur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penampilan
suatu produk yang harus diperhatikan. Penilaian terhadap tekstur
dipengaruhi oleh faktor fisiologi sehingga dapat menimbulkan
penilaian berbeda. Kriteria untuk penilaian tekstur mie ubi ungu
kedelai terdiri dari hancur, tidak kenyal, agak kenyal, kenyal, dan
sangat kenyal. Hasil penilaian panelis terhadap tekstur mie ubi
ungu kedelai dapat dilihat pada tabel 15.
TABEL 15
HASIL UJI ORGANOLEPTIK TEKSTUR MIE UBI UNGU KEDELAI
T1 T2 T3
Kriteria
n % n % n %
Hancur 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Tidak kenyal 7 2303 5 16,7 5 16,7
Agak kenyal 15 50,0 16 53,5 16 53,5
Kenyal 8 26,7 8 26,7 8 26,7
Sangat kenyal 0 0,0 1 3,3 1 3,3
Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0
Keterangan :
T1 = tepung terigu : tepung ubi : tepung kedelai (60g : 30g : 10g)
T2 = tepung terigu : tepung ubi : tepung kedelai (70g : 20g : 10g)
T3 = tepung terigu : tepung ubi : tepung kedelai (80g : 10g : 10g)
4. Tekstur
TABEL 13
HASIL UJI ORGANOLEPTIK TEKSTUR MIE KELOR BASAH TERSUBSTITUSI MOCAF
Perlakuan
Tekstur T1 T2 T3 T4
n % n % n % n %
Sangat
Tidak 2 2,22 1 1,11 2 2,22 4 4,44
Kenyal
Tidak
4 4,44 6 6,67 11 12,22 14 15,56
Kenyal
Agak
31 34,44 38 42,22 42 46,67 40 44,44
Kenyal
Kenyal 53 58,89 45 50,00 35 38,89 32 35,56
100,0
Hasil 90 100,00 90 100,00 90 90 100,00
0
Keterangan : T1 = mie kelor basah tersubstitusi mocaf 0 : 100
T2 = mie kelor basah tersubstitusi mocaf 15 : 85
T3 = mie kelor basah tersubstitusi mocaf 30 : 70
T4 = mie kelor basah tersubstitusi mocaf 45 : 55
70
60
SANGAT TIDAK
50 KENYAL
40 TIDAK KENYAL
30 AGAK KENYAL
20 KENYAL
10
0
T1 T2 T3 T4
GAMBAR 5. Hasil Uji Organoleptik Tekstur Mie Kelor Basah Tersubstitusi Mocaf
Berdasarkan tabel 13, dapat dilihat bahwa presentase tertinggi pada kategori
sangat tidak kenyal yaitu pada T4 sebesar 4,44%, presentase tertinggi tidak kenyal
pada T4 sebesar 15,56%, presentase tertinggi agak kenyal pada T3 sebesar 46,67%
serta kategori kenyal yang tertinggi pada T1 sebesar 58,89%.
Gambar 5 menunjukkan bahwa tingkat kekenyalan mie yang dihasilkan semakin
menurun. Hasil dari data tersebut bahwa panelis terbanyak menyatakan mie pada
perlakuan T1 paling kenyal. Penyebab dari tekstur kenyal yaitu dari semakin sedikitnya
tepung mocaf yang diberikan. Semakin banyak konsentrasi mocaf yang diberikan, maka
tekstur yang dihasilkan semakin kurang kenyal karena tepung mocaf tidak memiliki
gluten yang dapat membuat tekstur kenyal.
Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji Friedman yang dilakukan
dengan ɑ = 0,05 diperoleh hasil X2 hitung 19,02 < X2 tabel 19,675 menunjukkan bahwa
Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh substitusi tepung mocaf
terhadap tekstur mie kelor basah.
TABEL 14
Perlakuan
Tingkat
T1 T2 T3 T4
Kesukaan
n % n % n % n %
Tidak Suka 10 11,11 10 11,11 10 11,11 11 12,22
Agak Suka 38 42,22 34 37,78 40 44,44 44 48,89
50
TIDAK SUKA
40
AGAK SUKA
30 SUKA
SANGAT
20 SUKA
10
0
T1 T2 T3 T4
GAMBAR 6. Hasil Uji Organoleptik Tingkat Kesukaan Mie Kelor Basah Tersubstitusi Mocaf
Berdasarkan tabel 14, dapat dilihat bahwa presentase tertinggi pada kategori
tidak suka yaitu pada T4 sebesar 12,22%, presentase tertinggi agak suka pada T4
sebesar 48,89%, presentase tertinggi suka pada T3 sebesar 42,22% serta kategori
sangat suka yang tertinggi pada T2 sebesar 12,22%.
Gambar 6 menunjukkan bahwa sebagian besar panelis menyatakan tingkat
kesukaan dari mie kelor basah tersubstitusi mocaf adalah agak suka . Penyebab dari
penurunan tingkat kesukaan ini karena substitusi tepung mocaf bepengaruh terhadap
warna yang dihasilkan sehingga dapat mengurangi tingkat kesukaan panelis. Serta
semakin banyaknya substitusi tepung mocaf yang diberikan maka tekstur mie semakin
kurang kenyal.
Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji Friedman yang dilakukan
dengan ɑ = 0,05 diperoleh hasil X2 hitung 8,05 < X2 tabel 19,675 menunjukkan bahwa
Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh substitusi tepung mocaf
terhadap tingkat kesukaan mie kelor basah.
TABEL 20
NILAI GIZI MIE UBI UNGU KEDELAI TERPILIH DALAM 100g
Zat gizi Jumlah
Energi (kkal) 296,75
Protein (g) 9,225
Lemak (g) 3,27
Karbohidrat (g) 62,25
Antosianin (mg) 15,7875
Produk mie ubi ungu kedelai yang terpilih adalah T1, dengan
konsentrasi tepung terigu 60 g, tepung ubi ungu 30 g, dan tepung kedelai
10 g. Penentuan produk mie terpilih didasarkan pada kandungan
antosianin pada produk mie ubi ungu T1 paling tinggi, dengan kadar
antosianin sebesar 18,945 g. Produk mie ubi ungu kedelai T1 juga telah
memenuhi syarat mutu mie basah menurut SNI 2987-2015 pada kriteria uji
kadar protein yaitu memiliki kadar protein minimal 9 g dalam keadaan
mentah.
TABEL 21
BIAYA PRODUKSI PEMBUATAN MIE UBI UNGU KEDELAI
Harga
Jumlah
No Bahan Satuan satuan Biaya (Rp)
kebutuhan
(Rp)
1 Tepung terigu cakra
Kg 12.000 60 g 720
kembar
2 Tepung ubi ungu Kg 38.000 30 g 1.140
3 Tepung kedelai Kg 35.000 10 g 350
4 Telur Kg 22.000 10 g 220
Bungkus
5 Garam 3.000 5g 75
(200 g)
6 Air merang L 10.000 10 ml 100
Total foodcost 2.605
Transportasi, tenaga (20%) 544
Gas dan listrik (10%) 260
Keuntungan (20%) 544
Total biaya keseluruhan 3.953
Harga/100g 3.294
Berat bahan
Bahan Baku Harga Biaya yang
Satuan yang
(per 200 g) satuan dikeluarkan
digunakan
Tepung terigu 1 kg 170 g Rp 10.000 Rp 1.700
Tepung mocaf 1 kg 30 g Rp 25.000 Rp 750
Tepung daun
250 g 10 g Rp 68.000 Rp 2.720
kelor
Telur 100 g 40 g Rp 2.400 Rp 960
Garam 200 g 2,5 g Rp 4.000 Rp 50
Minyak 1 kg 10 g Rp 14.000 Rp 140
Total biaya yang dikeluarkan ( per 200 g mie kelor basah ) Rp 6.320
Tenaga dan Kemasan ( 5% ) Rp 316
Gas, dll ( 5% ) Rp 316
Total biaya kesuluruhan ( per 200 g mie kelor basah ) Rp 6.952
Total biaya kesuluruhan ( per 100 g mie kelor basah ) Rp 3.476