Anda di halaman 1dari 6

1.

Perilaku kesehatan merupakan atribut pribadi seperti keyakinan, harapan, motif, nilai, persepsi, dan
elemen kognitif lainnya, karakteristik kepribadian, termasuk keadaan dan sifat afektif dan emosional, dan
pola perilaku, tindakan, dan kebiasaan terbuka yang terkait dengan pemeliharaan kesehatan, pemulihan
kesehatan, dan peningkatan Kesehatan

Meningkatkan perilaku sehat dan mengurangi perilaku yang berisiko terhadap kesehatan adalah
tantangan utama yang dihadapi para profesional kesehatan. Berikut adalah strategi perubahan perilaku
kesehatan yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan untuk dapat mengubah perilaku kesehatan klien
mereka (Pender, Murdaugh and Parsons, 2019).

1, Meningkatkan kesadaran

Model transtheoretical menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran ketika klien tidak berniat
melakukan perubahan perilaku atau baru mulai mempertimbangkan untuk mengubah perilaku. Penting
untuk menilai alasan kenapa seseorang tidak ingin berkomitmen pada perubahan, seperti kurangnya
pengetahuan, kurangnya keterampilan, kurangnya sumber daya dan dukungan, dan kurangnya waktu.
Peningkatan kesadaran sangat penting untuk membantu klien menyadari masalah kesehatan atau
perilaku yang perlu ditangani. Perawat dapat menggunakan alat bantu berupa literasi maupun audio
visual yang sesuai dengan budaya dan pilihan pribadi pasien

2. Mengevaluasi Kembali diri sendiri

Hal ini mengacu pada Social Cognitive Theory yang menjelaskan bahwa perubahan dihasilkan dari
adanya ketidakpuasan dalam diri seseorang yang mengarah pada penilaian seseorang terkait dengan
perilakunya. Misalnya, apakah saya akan lebih menyukai diri saya jika saya berhenti merokok? Ketika
klien yakin bahwa mereka dapat mengatasi hambatan, mereka akan cenderung mengubah perilakunya.
Ketika klien tidak yakin bahwa mereka dapat berubah, maka perawat harus menilai alasan kenapa klien
menolak untuk berubah dan hambatan yang dirasakan saat klien ingin berubah.

3. menetapkan tujuan untuk beurbah

Jika klien sudah siap untuk berubah, maka mereka harus membuat komitmen dan mengembangkan
rencana tindakan untuk memulai perilaku yang baru. Membuat komitmen adalah strategi efektif untuk
memulai perubahan. Tujuan sebaiknya ditetapkan oleh klien dan perawat dapat memberikan saran
terhadap klien. Misalnya, klien membuat tujuan untuk berjalan kaki 10 menit setiap hari selama satu
minggu. Klien harus yakin bahwa tujuan dapat dicapai karena dapat membangun kepercayaan dirinya

4. memperomosikan efikasi diri

Klien harus difasilitasi untuk dapat melakukan perilaku sesuai dengan tujuan. Perawat juga harus
memberikan umpan balik positif sehingga mampu meningkatkan efikasi diri klien. Belajar dari
pengalaman orang lain serta mengamati perilaku orang lain adalah salah satu strategi kognitif sosial yang
paling efektif untuk meningkatkan efikasi diri. Berikut adalah beberapa pertimbangan yang dapat
dilakukan untuk menghasilkan perubahan perilaku: 1. Klien harus mampu berbagi mengenai jenis
kelamin, usia, etnis, ras, dan bahasa. 2. Klien harus memiliki kesempatan untuk mengamati perilaku yang
diinginkan. 3. Klien harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk terlibat dalam
perilaku. 4. Klien perlu merasakan manfaat terlibat dalam perilaku sasaran. 5. Klien perlu memiliki
kesempatan untuk mempraktikkan perilaku

5. Meningkatkan manfaat dari adanya perubahan

Memberikan penghargaan atau reinforcement merupakan suatu cara untuk meningkatkan manfaat dari
perubahan perilaku. Pentingnya reinforcement didasarkan pada premis bahwa semua perilaku
ditentukan oleh konsekuensi. Jika konsekuensi positif, kemungkinan besar perilaku tersebut akan terjadi
kembali. Namun jika konsekuensi negatif, kemungkinan kecil perilaku tersebut akan terulang kembali.
Pemberian reinforcement positif lebih efektif dalam perubahan perilaku dibandingkan dengan
pemberian reinforcement negatif atau hukuman (pengalaman yang tidak menyenangkan).

6. Menggunakan clue untuk melakukan perubahan

Penggunaan clue tidak dapat sepenuhnya dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi atau dibatasi.
Misalnya ketika makan hanya memilih salad dan sayuran daripada makanan lainnya.

7. Mengelola hambatan untuk berubah

Adanya hambatan untuk berubah adalah konstruksi utama dalam Health Belief Model, The Social
Cognitive Model, dan The Health Promotion Model. Contoh dari hambatan internal adalah: 1. Tujuan
jangka pendek dan jangka panjang yang tidak jelas 2. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan 3.
Kekurangan sumber daya 4. Kurangnya motivasi 5. Kurangnya dukungan Hambatan seperti ini sering kali
perlu diatasi saat memulai proses perubahan dengan meningkatkan kesadaran mengevaluasi kembali diri
sendiri.

2. TUJUAN PROMOSI KESEHATAN

Susilowati (2016) menjelaskan bahwa tujuan promosi kesehatan dapat dilihat dari beberapa pandangan
berikut, yaitu:

1. Tujuan Umum

Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang Kesehatan

2. Tujuan Khusus

a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi masyarakat b. Menolong individu agar
mampu secara mandiri/berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat. c.
Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

3. FUNGSI DAN MANFAAT PROMOSI KESEHATAN

Selain menjadi corong pemerintah dalam hal promosi di bidang


kesehatan, program promosi kesehatan juga memiliki fungsi sebagai penyaring
informasi langsung dari tingkat masyarakat. Kegiatan promosi yang berlangsung di
tingkat masyarakat dapat menjadi sebuah media efektif untuk mengumpulkan data dan
informasi yang kemudian dapat diolah, dianalisis dan digunakan sebagai informasi
penunjang untuk merancang perencanaan dan pelaksanaan berbagai macam
program promosi kesehatan selanjutnya.

Tugas penting lain dari aktivitas promosi kesehatan adalah menjadi pembimbing dan


pengendali teknis kegiatan promosi kesehatan.

Promosi ini dapat berupa kegiatan lintas program, lintas sektoral ataupun melibatkan
berbagai elemen masyarakat, instansi pemerintah ataupun instansi swasta.

5. CARA MEMAKSIMALKAN HASIL DARI PROMOSI KESEHATAN

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan (Knollmueller and Blum, 1975); (Badura and Kickbusch, 1991); (Gochman, 1988); (Irwan, 2017):

1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima

2. . Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagian suatu kemampuan untuk menjelaskan


secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum –
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

4. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen –
komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain

5. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian
di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

6. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada
6. KONSEP PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

Hendrik L. Bloom dalam teorinya menyebutkan bahwa status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh
empat faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan (Hills and Carroll, 2009).
Dari keempat faktor tersebut, yang paling memengaruhi derajat kesehatan adalah faktor lingkungan baik
lingkungan fisik, biologi maupun lingkungan sosial secara kumulatif berkontribusi sebesar 40%, kemudian
perilaku kesehatan berpengaruh sebesar 30%, disusul ketersediaan dan akses terhadap pelayanan
kesehatan memberikan pengaruh sebesar 20% serta faktor genetika atau keturunan berkontribusi
sebesar 10% (Kemenkes, 2016); (Hasnidar et al., 2020).

Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu (Ajzen and Fishbein, 2000):

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) Usaha-usaha seseorang untuk memelihara


atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan upaya penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, (health seeking
behavior).

3. Perilaku kesehatan lingkungan Bagaimana seseorang merespon lingkungan baik fisik, sosial, budaya,
dan sebagainya agar tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga dan masyarakat

7. EVIDENCE BASED

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA PELAJAR DI
SMA KATOLIK KARITAS KOTA TOMOHON

Angle T.G Watugigir 2019

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap PHBS pada pelajar di
SMA Katolik Karitas Kota Tomohon Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian true eksperimen
yang menggunakan pre-test dan post-test dengan kontrol grup. Jumlah pelajar kelas X berjumlah 84 dan
kelas XI yaitu 85 pelajar dengan jumlah keseluruhan responden 169. Dapat disimpulkan dalam penelitian
ini terdapat pengaruh promosi kesehatan yang signifikan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada
pelajar sebelum dan sesudah diberikan promosi kesehatan dengan nilai p Value < 0,005. Saran bagi
sekolah untuk dapat menerapkan PHBS pada pelajar di sekolah dan untuk pelajar agar dapat
meningkatkan dan mempraktikan PHBS dalam kehidupan seharihari terutama dalam lingkungan sekolah.

8. TREND DAN ISU

Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan komunitas

Trend dan Issue dalam Keperawatan Rizky khoirunisa,dkk 2017


Keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakinberkembang dan
dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Peranperawat kesehatan masyarakat
sangat dibutuhkan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang terjadi di masa yang akan
datang karena mengikuti perubahan secara keseluruhan. Dampak perubahan tersebut
dapat berpengaruh pada peran yang dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan
masarakat diberbagai tingkat pelayanan akan semakin besar dikarnakan adanya
kelalaian,ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok,dan
masyarakat.
Komponen
 –
komponen perubahan dalam masyarakat 5 :
1. Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk secara cepat (population) dan perubahan
dalam gambaran penduduk, diantaranya perubahan dalam komposisi usia, penyebarannya, dan
kepadatan penduduk kota besar.
2. Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi penyakit yaitu perubahan penyakit
menular ke penyakit degenerative, seperti penyakit jantung, kanker,depresi mental dan ansietas,
stroke, peningkatan kecelakaan, alkoholisme, dan yang akhir-akhir ini marak adalah
penyalahgunaan narkotika
3. Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social. Perkembangan industrialisasi
serta perubahan kondisi social yang cepat dengan di sertai perubahan-perubahan sikap, niali,
gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-kelompok masyarakat baru, masalh individu,
dan masyarakat
4.  Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai pelayanan kesehatan akanmeningkatkan juga
harapan mereka terhadap mutu pelayanan keperawatan dankesehatanpola pelayanan kesehatan
yang baru akan meningkatkan pencpaian kesehatan bagi semua orang
5.  Kurang tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab atau wewenang pada
perawat
6. Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan kesehatan masyarakat.Banyak
pelayanan yang akan dilaksanakan di luar rumah sakit, misalnya pelayanan pada rehabilitasi,
kesehatan jiwa, dan lain-lain

9. TINKGAT KOMPETENSI DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN


Sekolah mempunyai peranan penting untuk perkembangan dan pertumbuhan baik secara fisik dan
mental, di sekolah dapat diterapkan pendidikan kesehatan sejak dini atau masa anak- anak, remaja, dan
dewasa muda. yang termasuk dalam pengelompokan sekolah dimulai dari tempat penitipan anak, usia
Prasekolah, taman kanak – kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah menengah atas serta
perguruan tinggi baik itu diploma maupun sarjana. disini ada hubungan antara proses pembelajaran dan
kesehatan yang telah didokumentasikan. Promosi kesehatan sekolah mempunyai peran yang sangat
strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, WHO’s Global school Health
Initiative”promosi kesehatan yang diarahkan pada penguatan promosi kesehatan dan pendidikan
kesehatan dengan sasaran anak usia sekolah serta Pengaruh promosi kesehatan terhadap derajat
kesehatan anak sekolah, guru, karyawan dan lingkungan sekolah.

( Notoatmodjo 2012 ). (Dan et al., 2019) Ada pengaruh promosi kesehatan di sekolah terhadap tingkat
pengetahuan anak dan sikap anak tentang Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) setelah dilakukan
promosi kesehatan di sekolah. Artinya adanya perubahan perilaku pada siswa setelah diberikan promosi
kesehatan baik itu dengan melakukan penyuluhan kepada siswa tentang perlunya PHBS.

Anda mungkin juga menyukai