PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
Tujuan Pembahasan
berkesinambungan
14. Mahasiswa dapat mengetahui pentingnya konseling HIV/AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Konseling
Konseling IMS
9 Membangun
. otonomi dan tanggungjawab diri terhadap klien
1 0 . Memperhatikan situasi
interpersonal
1 1 . Kesiapan untuk berubah
1 2 . Menyediakan informasi terkini
1 3 . Mengembangkan rencana
perubahan perilaku atau rencana aksi
1 4 . Mengajukan pertanyaan,
menyediakan informasi, mengulas
15. informasi, dan mengembangkan rencana
Konseling pasien IMS sebaiknya diberikan oleh dokter
yang merawat atau tenaga kesehatan lain yang ditunjuk, yang
benar-benar mengerti tentang IMS. Konseling IMS merupakan
kesempatan untuk memberikan edukasi pencegahan IMS dan HIV.
Penelitian tentang pencegahan telah membuktikan tentang
efektifitas konseling untuk penurunan resiko dalam menurunkan IMS
6 . Meningkatkan
kepercayaan klien
bahwa perubahan
adalah
7. suatu hal yang
mungkin terjadi
8 . Meningkatkan
kepercayaan klien
bahwa perubahan
adalah
9. suatu hal yang
mungkin terjadi
Meningkatkan kepercayaan klien bahwa perubahan
adalahsuatu hal yang mungkin terjadi
6. Klarifikasi kesalahpahaman
7 . Fokus pada
kesalahpahaman klien
yang tersirat dan hindari
8. diskusi yang bersifat
umum
9 . Fokus pada
kesalahpahaman klien
yang tersirat dan hindari
10. diskusi yang bersifat
umum
Fokus pada kesalahpahaman klien yang tersirat dan
hindaridiskusi yang bersifat umum
1. Negosiasi sebuah tahap konkret yang dapat dicapai
dalamperubahan perilaku yang akan menurunkan resiko IMS/HIV
Langkah-langkah penurunan resiko harus dapat
diterimaklien
Jika terdapat resiko, fokus pada perubahan perilaku
yangpaling diinginkan klien.
2. Sediakan kesempatan waktu membangun kemampuan klien
misaldengan bermain peran, demonstoasi pemakaian kondom, dan
lain-lain
3. Gunakan bahasa yang jelas dalam menyampaikan hasil tes,
hindaripembicaraan yang bisa mengaburkan pesan pencegahan
4. Kembangkan dan terapkan protokol konseling tertulis
Untuk menjaga supaya klinisi atau konselor dan
supervisertetap terjaga dalam tugasnya
Dapat meliputi contoh-contoh pertanyaan terbuka
danlangkah-langkah penurunan risiko
Sebaiknya dijadikan sebagai bagian dari pesan-pesan klinis
5. Gunakan bahasa
yang jelas dalam
menyampaikan hasil
tes, hindari
6. pembicaraan yang
bisa mengaburkan
pesan pencegaha
11. Yakinkan bahwa ada dukungan dari superviser dan adminisfator
1 2 . Sediakan
kesempatan untuk
pelatihan yang
diperlukan oleh
13. klien
Sediakan kesempatan untuk pelatihan yang diperlukan
olehklien
12. Hindari menggunakan waktu konseling untuk mengumpulkan data:
1 3 . Jika
memungkinkan,
lengkapi catatan
medis di akhir
14. konseling
Jika memungkinkan, lengkapi catatan medis di
akhirkonseling
7. Hindari informasi yang tidak penting, diskusi risiko secara
teoritisbisa memindahkan fokus klien terhadap situasi
berisiko yangdimiliki klien dan dapat mengurangi ketertarikan
klien.
Konseling HIV/AIDS
Konseling HIV & AIDS memiliki perbedaan dengan konselingsecara umum dalam
hal:
KTHIV harus mengikuti prinsip yang telah disepakati secara globalyaitu 5 komponen
dasar yang disebut "5 C" yaitu:
1. Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling(TIPK) atau
provider-iniliated HIV testing and counseling (PITC)
2. Konseling dan tes HIV secara sukarela (KTS) atau Voluntary counseling
and testing (VCT)
3. Layanan pclncriksaan
HIV yang menuntut
peran aktif dari klien
4. untuk mencari
layanan tersebut baik
di fasilitas kesehatan
atau layanan
5. tersebut baik di
fasilitas kesehatan atau
layanan pemeriksaan
HIV berbasis
6. komunitas.
Pendekatan yang dipakai
dalam KTS adalah
option-out. KTS
7. menekankan penilaian
pengelolaan infeksi HIV
dari klien yang
dilakukan
8. oleh seorang
konselor, membahas
perihal keinginan klien
yang dilakukan
9. oleh seorang
konselor, membahas
perihal keinginan klien
untuk menjalani
10. pemeriksaan HIV,
dan strategi untuk
mengurangi resiko
tertular HIV. KTS
11. bertujuan untuk:
Layanan pclncriksaan HIV yang menuntut peran aktif dari klienuntuk
mencari layanan tersebut baik di fasilitas kesehatan atau layanantersebut
baik di fasilitas kesehatan atau layanan pemeriksaan HIV berbasiskomunitas.
Pendekatan yang dipakai dalam KTS adalah option-out. KTSmenekankan
penilaian pengelolaan infeksi HIV dari klien yang dilakukanoleh seorang
konselor, membahas perihal keinginan klien yang dilakukanoleh seorang
konselor, membahas perihal keinginan klien untuk menjalanipemeriksaan HIV,
dan strategi untuk mengurangi resiko tertular HIV. KTSbertujuan untuk:
a. Pencegahan penularan HIV, dengan menyediakan informasi tentangperilaku
berisiko, penularan, dan membantu orang dalam
mengembangkan ketrampilan pribadi yang diperlukan untukpembahan
perilaku dan negosiasi praktek lebih aman.
b. Menyediakan dukungan psikologis, misahya dukungan yangberkaitan
dengan kesejahteraan emosi, psikologis, sosial, danspiritual seseorang
yang terinfeksi HIV atau lainnya.
c. Memastikan evektifitas rujukan kesehatan, tcrapi, dan perawatanmelalui
pemecahan masalah kepatuhan berobat.