Pengkajian keperewatan dan pemahaman klien dari konteks keluarga, masyarakat, dan
budaya
Tujuan instruksional
Setelah membaca bab ini, peserta didik keperwatan diharap kan mampu :
1. M enjelaskan tujuan pengkajian keperawatan
2. Mengendentifikasi aspek aspek yang perlu dikajikan dalam keluarga, masyarakat, dan
budaya.
3. Mengendentifikasikan alasan memahami klien dari kontexk ke luarga,masyarakat,dan
budaya
4. Menjelaska keluarga, masyarakat, dan budaya sebagai suatau sistem.
5. Mendiskusikan pentingnya bagi perawat untuk kompeten secara budaya.
Tujuan pengkajian keperwatan
Perawat masa kini di tuntun untuk memberikan pelayanan untuk memberikan pelayanan
kesehatan / keperwatan yang bermutu tinggi kepada masyarakat.hal ini dapat diujud kan bila
perawat mamapu mengunakan metode pendekatan pemecahan masalah (problem solving
approach).menerapkan hasil penelitian /pengetahuan terbaik (evidence based practice),bekerja
dengan baek bersama tim kesehatana, serta melakukan penkajian kemamapuan dari / refleksi diri
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari aspek profisional yang harus dikuasai.
penkajian fisik tidak dipandang secara terpisah karna aspek ini merupakan salah satu tahap
upaya penanganan kesehatan pasien.penulisan setuju dengan pendapat Carpenition (2004) yang
meyatakan bahwa perawat tidak akan mampu mendiognosis respons klien terhadap masalah yang
dialamiya dan merencanakan tindakan yg tepat tanpa adanya pemahaman situasi yang meliputi
potofisiologiTerapi, kepribadian, dan maturasi.model yang disaran kan Carpenito adalah model
praktik klinis bifokal. Model ini menguraikan berbagai stuasi yang berpengaruh pada individu,
klompok, dankomonitas, serta menjelaskan klafikasi renspons dari sudud pandang keperawatan
Tujuan pengkajian fisik keperawatan bergantung pada jenis pengkajian yang harus
dilakukan. Era pelayanan kesehatan ini tidak lagi memfokuskan pada kondisi sakit, tetapi pada
kesehatan promotif dan aspek kesehatan /kesejah terean (wellnes) pasien / klien.oleh karena itu,
dalam melakukan wawan cara dan mengumpulkan data riwayat kesehatan, kita harus menggali
aspek positif pasien /klien yang terkait, misalnya pola makan, aktifitas, istirahat, dan kegiatan
sosial guna mendukung upaya peningkatan kesehatan (Weber & kelley,2003).pada tahap awal
/wawancara dan skrining, menentukan pengkajian bertujuan untuk menen tukan status
kesehatan sekarang dan bagaimana daya tanggap klien, apakah tampak bingung, apakah mampu
berjalan sendiri, dll. Kemudian kita melakukan pengkajian fisik, misalnya denyut nadi, keadaan
kulit, kekuatanj otot, dan pola pernafasan.
Pengkajian yang lain adalah pengkajian fokus pada pengkajian ini, perawat melakukan
pengkajian berdasarkan kondisi klien. Pengkajian ini dapat juga dilakukan pada saat kita
melakukan pengjian awal. Sebagai contoh, bila kita menemukan bahwa klien datang ke klinik
dengan serangan asma, kita harus memfokuskan pengkajian pada pernafasan klien dan menggali
aspek aspek yang meringankan / memperburuk masalah. Contoh lain pengkajian fokus ini
ditemukan di berbagai ruang pengkajian, misalnya saat kita mengkaji status gizi pasien, tanda
tanda fital, atau fungsi kandung kemmih.
Bergantung pada jenis sistem pendokumentasian yang dipakai, pengkajian fisik dapat dipandang
sebagai kajian tahgap pengkajian pada proses keperawatan atau tahap pengkajian/ pemeriksaan
klinis dari sistem pelayanan terintegrasi ( integrated care pathway) pada tahap pengkajian,
perawat melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara, laporan teman sejawat,
catatan keperawatan atau catatan kesehatan yang lain, dan pengkajian fisik untuk Mencegah
adanya pengulangan yang tidak perlu,harus ada kesepakatan secara lokal tentang aspek-aspek
pengkajian yang harus dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan yang lain
.pendokumentasian pengkajian juga harus jelas.
Pengkajian fisik keperawatan pada prinsipnya menggunakan cara-cara yang sama dengan
pengkajian fisik kedokteran,yaitu inspeksi,palpasi,perkusi,dan auskultasi.pengkajian fisik
kedokteran biasanya dan di klasifikasikan menurut sistem tubuh manusia yang tujuan akhirnya
adalah menentukan penyebab penyakit dan menentukan penyakit yang di derita
pasien.pengkajian fisik keperawatan pada dasarnya dikembangkan berdasarkan model
keperawatan yang terfokus pada respons pasien terhadap adanya masalah kesehatan atau dengan
kata lain pengkajian fisik keperawatan harus mencerminkan diagnosis fisik yang secara umum
perawat dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Dalam integrated care
pathway,batasan ini sering menjadi tidak jelas sehingga membutuhkan kesepakatan untuk
menghindari pengulangan yang tidak perlu. Pra perawat spesialis di beberapa negara maju juga di
tuntut tidak hanya mampu memformulasikan masalah keperawatan, tapi juga masalah kesehatan
yang lebih kompleks termasuk masalah yang hanya dapat diselesaikan secara
kolaboratif,mendeteksi kemungkkinan komplikasi,dan merencanakan terapi.hal ini membuat
lingkup pengkajian keperawatan labih menjadi lebih luas.
Lingkunp pengkajian fisik keperawatan
Ditinjau dari kebutuhan keperawatan maka ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan dapat
dikembangkan berdasarkan model keperawatan.salah satu contoh yang dapat dipergunakan
adalah model keperawatan yang diperkembang kan oleh Gordon yang dikenal dengan 11 pola
kesehatan fungsional (untuk informasilebih lanjut pola kesehatan Gordon, baca bab 2 tahap awal
pengkajian fisik). Perawatan umum seyogianya harus mampu melakukan penkajian fisik yang
pada prinsipnya meliputi berbagai aspek,seperti yang disaran kan oleh Carpention-Moyet (2004).
Lihat Tabel 1.1
Tabel 1.1 Area penkajian fisik bagian perawatan umum
Desa Cipayung merupakan desa dijawabarat dengan jumlah kepela keluarga (kk)
420.desa ini terkenal dengan udara yang sejuk dan secsrs umum masyarakat nya
sehat. Akan tetapi ,pada sustu saat di musim hujan desa ini9 teserang wabah
demam berdarah . selain berbondong bondong ke puskeesmas, warga desa
mengadakan acara kerja bakti pemberantasan sarang nyamuk dan pembersihan
rumah. Mereka secara serempak meyatakan bahwa mereka ingin memberantas
penyakit demam berdarah
Suatu klompok angota masyarakat disustu kota menyadari bahwa angaka
penggunaan narkoba meningkat di kota tersebut.mereka kemudian mendirikan
suatu perkumpulan dengan misi memberantas pngunaan narkoba dikalnang
remaja, mereka mengadakan berbagai aktivitas termasuk penyuluhan kesehatan di
berbagi skolah dan dialog dengan remaja. Angka penggunan narkoba menjurun
setelah kelompok ini aktif beberapa bulan.setiap klompok masarayakat mempuyai
budaya yang telah di praktek kan secara turun temurun dan mungkin selama
berabad –abad.diberbagai wilayah indonisia aspek bujdaya masya rakat ini masih
sangat menonjol yang di praktek kan, sedangkan diwilayah lain seperti ysng
disebut kan pakar budaya aspek budaya ini sudah luntur. Contoh budaya yg masih
menonjol adalah budaya masyarakat bali.budaya bali cukup unik dang sangat
berfariasi mualai dari kelahiaran bayi sampai cara menghai kematian yang dikenal
dengan upacara ngaben.praktek masyarakat bali sangat menarik untuk dikaji dan
praktek ini meyangkut bagai mana masyarakat harus dipersiapkan untuk
melakukan nya yang bergantung pada tahap perkembangan dan pertumbuhan, usia
,sehat ,sakit ,dll. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat bali dan di in donesia
untuk meneliti lebih mendalalm.
Kompetensi Budaya bagi perawat
Beberapa tahun yang lalu di berbagai negara, perwat mulai menyadari penting nya
pemahaman budaya untuk memberikan asuhan keperawtan yang holistik. Hal ini bisa disebab
kan karna ada nya perbedan budaya yang menonjol antara perawat yang sebagian dari kolpok
entik mayoritas ( kulit butih) dngan klien dari entik minoritas, misal nya orang asia.Di indonesia
pesoalan ini sepertinya kurng dapat perhatian maskipun kta tau bahwa kita memiliki 300 suku
bangsa. Alasan lain yang mungkin adalah konsep entik minoritas di indonesia berbeda dengan
konsep etnek minoritas di negarabarat. Kita sering melihat konsep ini bukan dari latar belakang
suku. Aspek pemeliharan hidup sehari hari lebih dipengaruhi ajaran agama.perlu di inga terutama
bagi para perawat baru yg bekerja di daerah atau provinsi lain atau yang merawat klien dari suku
lain bahwa pemahaman budaya ini akan membantu mereka dalam menjalin hubungan dengan
klien.
Kompotensi budaya dapat di artikan sebagai suatu integrasi yang kompleks antra pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku guna meninkat kan komunikasi trans – budaya (cross- culturall) dan
interaksi yang tepat dengan orang lain (Adrews, 1997).Teori untuk meningkat kan kompotensi
budaya ini dapat dipelajari sejak menjadi mahasiswa keperwatan dan berbagai alat untuk
mengkaji ke mampuan transkultural ini sudah dikembang kan.dalam peraktiknya, kompotensi ini
tidak boleh dipandang secara terpisah dengan bagai mana perawat meman dng klien dan
berinterak si dengan klien. Dan demi kian, aspek prilaku memegang peranan penting
Latihan
1. Buat suatu kelompok yang terdiri dari sekitar lima orang dan diskusikan aspek – aspek
yang perlu dikaji pada pengkajian orang dewasa, anak- anak, dan lanjut usia (lansia).
2. Setelah anda mengetahui aspek –aspek pada tiap tiap pengkajian,diskusikan apa
pengunaan informasi tersebut sebagai perawat.
3. Diskusikan pula perbedaan aspek yang di kaji oleh perawat rumah sakit atau puskesmas
4. Umpamakan anda merawat seorang klain dari latar belakan etnik yang berbeda dengan
latar belakang etnit anda yang berbeda. Pilih salah satunya etnit, misalnya etnit jawa,
batak , sunda, bali, dll
5. Inditifikasi salah satu kebutuhan klain anda, misalnya diet, peran gendel, penghargaan
proses terhadap kematian, dll.
6. Diskusikan dengan teman anda dan gali pertimbangan apa yang harus anda miliki
sehingga anda dapat memberikan pelayanan keperawatan yang holistik
2
TAHAP AWAL PENGKAJIAN FISIK
Tujuan instruksional
PRINSIP UMUM
Pengkajian fisik harus di lakukan secara komprehensif.kita tidak saja menggantungkan
pengkajian pada data okjektiv, tetapi kita juga harus mempertimbangkan data dari sumber
lain dan riwayat kesehatan pasien. Beberapa hal yang perlu di perhatikan pada saat kita
melakukan kajian fisik, yaitu kita harus tetap menjaga kesopanan mengingat bahwa pada
kajian tertentu kita harus membuka pakaian pasien dan melihat bagian tubuh yang secara
umum di pandang tabu, memilih cara komunikasi yang tepat misalnya dengan
mempertimbangkan bahasa daera, usia, dan kondisi, pasien,mengatur pencahayaan dan
lingkungan yang memadai mempertimbangkan tahap pertumbuhan dan perkembangan
passien, melakukan pecatatan yang akurat, mengambil tindakan yang sesuai dengan
masalah atau kondisi pasien.
Pendekatan terhadap pasien dilakukna secara tepat dan aman. Bila jenis kelamin
antara pemeriksaan dan pasien tidak sama, adanya pihak ketiga sering akali dapat
membantu dala upaya menhargai pasien sesuai bila memunkinkan persiap kan pasien
dalamposisi dudukatau dapat juaga mengunakan posisi lain . ini bergantung pada jenis
pemeriksaan dan kondisi sewaktu diperiksa.untuk menjaga privasi pasien, kita hanya
membuka bagian tubuh yang di periksa serta menutup bagian yang di periksa.
Periksaan harus dilakukan secara sistematis dari kepala sampai kaki dengan mengingat
struktur anatomi, fungsi, dan keadaan abnormal. Bandingkan satu bagian tubuh dengan
bagian yang lain mengingat bentuk tubuh yang sistematis bilateral. Beri penjelasan pada
pasien nsecara seder hana shinga mudah dimengerti.
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi pertimbagan yang penting karna setiap tahap
pertumbuhan dan perkembangan manusia mempuyai cicri 2 struktur dan fungsi yang
berbeda sehinga pendekatan pengkajian fisikjuga disuai kan dengan tahap tahap
pertumbuhan dan perkembangan
Data didokumentasikan secara tepat dan benar. Pada dasar nya ada dua jenis data dari
pasien, yaitu data subjektif yang merupakan data riwayat kesehtan yang di peroleh dari
wawancara dengan pasien serta data objektif yang diperoleh
Dari pengkajian fisik pasien yang meliputi keadan normal maupun tidak normal.
Penulisan harus jelas yang meliputi indintitas / data biografi pasien, keadan umum , waktu
penkajian , teknik pengkajian yang digunakan, lokasi yang proses keperawatan, format
SOAPIE dapat digunakan (S=subjective data / data subjektif ; O=Objective data /data
objektib ;A = Assessment/ pengkajian ; p = planning/ perencaan ; I=
Implementation/implementasi; E = Evaluation/ evaluasia)
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan sumberdat okjektif tentang status kesehatan pasien
yang memberikan gambran tentang masalah kesetan aktual maupun potensial riwayat
kesehatan pasien, dan faktor- faktor seperti gaya hidup, hubungan/ pola dalam keluarga,
dan pengaruh budaya.
Formatmat riwayat kesehatan memberikan suatu urutan logis tehadap wawancara dan
pencatatan respons pasien yang terorganisasi , yang meyebab kan suatu perbedaan
pendapat apakah perawat harus mengunakan format riwayat kesehatan tradisional medis,
format yang mencermin kan modal keperwatan, atau format yang dapat digunakan
bersama dengan tim kesehatan yang lain, seperti format “integrated care pathawey” yang
digunankan di berbagai negara maju.
Memang tidak mudah menentukan kerangka riwayar kesehatan yang harus di kembang
kan di tatanan klinis tertentu dan keadaan ini telah memicu sebagai pendapat yang
berbeda di kalangan para perawat dan sepertinya kita tidak dapat menyetujui satu model
keperwatan yang dapat dipakai. Sebagai contoh gordon (1987) mengampangkan 11 pola
kesehatan funsional yang dapat dipakai sebagai dasar dalam menyusun format pengkajian
keperawatan dan diagnosis (Tabel 2.1).
Dalam buku ini, riwayat kesehatan pengkajian tiap-tiap sistem atau fungsi tubuh dijelas kan
dengan mengacu pad format riwayat kesehatan yang terdiri dari lima hal utama, yaitu data
bigrafi, pola sehat – sakit, pemeliharan pola peranaan – kekerabataan, dan rinkasan data riwayaat
keperawataan (Morton, 1991).dalam aplikasi klinis, format riwaayat kesehatan lain dapat pula
digunakan untuk meyesuaikan dengan kebutuhan setempat.istilah riwayat kesehatan danriwayat
keperawatan digunakan dalam buku ini dan para pembaca dapat memakai saalah satu istilah
tersebut dalam pengembangan pola pengkajian keperawatan ditatanan klinis.penggunan pola ini
hanya sebagai salah satu contoh. Daalam aplikasi x ,kita dapat memilih dan menggunakan pola
yang lain.untuk membantu pasien dalam mengutara kan masalah atau keluahanya secara lengkap
kita daapat menggunakan analisis simtom PQRST yang terdapat pada tabel 2.2.
Wawancara
Pada saat menerima klien maupun dirung rawat naupun di ruang gawat
darurat ataau unit rawat jalan, perawaat sering berperan dalaam menkaji klien.
Kelenkapan wawan caara berbentuk paada jenis daataaa yaang dikumpul kan.
Cara perawat melakukan wawancara baik formal ataupun informal jjuaga
bergantu pada tujuan pengkajian. Untuk menghasilan suatu pemahaman
terhadap kebutuhan status kesehatan pasien dengan perwat / praktisi
kesehatan.marsehall (1988) meyarankan bahwa wawancara harus mendukung
terjadi nya interaksi / percakapan yang nyaman antara kedua pihak (bersifst
diologis)
Idealnya wawancara dibagi dalam tiga tahap. Tahap awal saat perawat
memperkenalkan diri, mengatur posisi, serta mengemukakan wawancara. Tahap
kedua adalah tahap kerja saat
Pola sehat-sakit
- konsep diri
- pengeruh budaya, spiritual,dan agama
- pola seksual dan reproduksi
- pola dungungan sosial
- status emosi
riwayat kesehatan memberikan data subjektif pasien. Daftar di atas mencakup semua
komponen riwayat kesehatan konprehensi.
Gambar 2.1. perawat sedang mengadakan wawancara denga pasien (sumber :
kozier, B,et al.
(2004). Fundamentals of nursing : consepts, process, and practice ( 7 th ed.) new
jersey : prentike hall)
Keadaan umum pasien di amatain mulai saat pertama kali bertemu dengan
pasien, di lanjutkan sewaktu mengukur tanda-tanda vital ( tekanan darah,
pernafasan, denyut nadi) dan sewaktu mengukur tingggi dan berat badan. Amati
pasien sewaktu masuk keruangan. Bila pasien berbaring, amatin darti kepala ke
kaki ( sefat-lokaudal).
ada bebrapa hal yanng perlu diamati unruk mengetahui ke adaan umum
pasien, yaitusuku, jenis kelamin, perkiraan usia, status gizi, kondisi psikologis,
caraberbaring dan mobilitas, pakayan,kebersihan, perkawinan, dan ke sadaran.
Keadaan sakit di amati apakah berat, sedang ringan, atau tidak tampak sakit,
amati puala status gizi pasien apakah tergolong gemuk, normal, atau kurus.
Selama pemeriksaan lihat cara berbaring dan mobilitas pasien, apakah aktifatau
pasif, ssikap terpaksa karena nyeri , apati atau gelisah. Kesadaran pasien di
amati apakah sadar sepenuhnya ( kompas mentis), apti,somnolen,
delirium,semikoma, atau koma. Lihat tabel 2.4 tentang tingkat kesadaran.
Tanda-tanda vital diukur setelah diatur dalam posisi yang nyaman sertakeadaan umum diketahui.
Hal-hal yang perlu diukur disini adalah tekanan darrah, suhu, nadi, dan pernapasan, serta berat
badan dan tinggi badan. Dalam mengukur tanda-tanda vital,perawat perlu mempertimbangkan
data yang diperoleh dari riwayat keperawatan, keluhan, status perkembangan/pertumbuhan, serta
keadaan emosi pasien karna hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tanda vital.
persiapan pengkajian
Ada beberapahal perlu dipersiapkan sebelum kita melakukan pengkajian fisik, antara lain
persiapan ruangan, peralatan, dan oasien. Ruangan hendak diatur sehingga tindakan dapat
dikerjakan dengan mudah dan pivasi pasien tetap terjaga. Ruangan sebaiknya terpisah dengan
ruangan yang lain atau bila tidak memungkinkan pasang penyakit.
Ppencahayaan diatur secukupnya dan pertahankan ketengan ruangan misalnya dengan
membatasi pengunjung Untuk memper mudah pengkajian, meja pemekrisaan diatur setingging
pinggang pemekrisaan.
Peralatan yang dipersiapkan bergantung pada jenis dan tujuan pengkajian (Gambar 2.2).
Pada pengkajian dasar,pewralatan yang dipersiapkan adalah stetoskop, tensimeter, termometer,
lampu senter, kartu snellen, penggaris/meteran, spidol / pensil, dan timbangan. Untuk pengkajian
khusus misalnya neurolgi, perlu peralatan antara lain penekan lidah,penjepit,bola kapas, botol
yang bnerisi air hangat dan air dingin, bubuk kopi,teh,dan sarung tangan. Untuk pengkajian
dalam , perlu peralatan tertentu misalnya oftalmoskop,nasoskop,otoskop,dangarpu tala.
sebelum pengkajian dikerjakan, pasien perlu dipersiapkan sehingga kenyamanan tetap
terjaga, misalnya pasien dianjurkan buang air kecil dahulu. Jaga privasi pasien dengan hanya
membuka bagian yang akan diperiksa, serta ajak teman ketiga bila pemeriksa dan pasien
berlainan jenis kelamin.beritaahu pasien tentang tindakan yang di lakukan. Atur waktu seefisien
mungkin sehingga pasien maupun anda tidak kecapaian atur posisi pasien untuk mempermudah
pengkajian.
Inspeksi
3. Lenturkan jari tengah tangan kanan ke atas dengan lengan bawah relaks.
Pertahankan kelenturan tangan pada pergelangan tangan.
4. Gerakkan pergelangan tangan dengan cepat, jelas, dan relaks, serta ketukkan
ujung jari tengah tangan kanan pada jari tengah tangan kiri. Arahkan pada ujung
jari tengah tangan kiri (setelah batas kuku) yang memiliki tekanan mendesak
paling besar pada permukaan yang di perkusi.
5. Segera angkat jari tengah tangan kanan untuk menghindari vibrasi teredam.
6. Pertahankan gerakan pada pergelangan tangan, tidak pada jari, siku, atau pundak.
Gambar 2.6. posisi tangan perkusi. (Sumber: B.,et al. (2004). Fundamentals of
nursing: concepts, process, and practice (7th ed.). new jersey: prentice Hall).
Auskultasi
4. pastikan bahwa aksis longitudinal telinga luar dan earpice benar tepat
5. pilih bagian diafgram atau bel sesuai dengan apa yang di dengar.
Setiap rumah sakit atau institusi pelayanan mempunyai sistem yang berlainan
dalam mendokumentasikan sebagai sistem dokumentasi yang secara standar
mempersiapkan setiap format dalam catatan komputer. Banyak pula rumah sakit
yang menggunakan sistem source Oriented Records. Dalam sistem ini, setiap
profisi lainnya mendokumentasikan pada lembaran yang terpisah satu sama lain
Bick ( 2003, hlm. 796) meyarankan prinsip prinsip – prinsip umum yang harus
kita pegang guna menghasilkan pencacatan yang baik , antara lain data harus
disajikan dengan urutan yang baik, siap sewak tu waktu digunakan atau perlu
dilihat lagi,dan harus cukup terperinci.
Data hasil pengkajian fisik haru di catat dengan urutan yang jelas. Untuk
pengkajian fisik yang lengkap yang meliputi semua bagian tubuh , data ditulis
dari kepala sampai kaki untuk stip tubuh (mis,kepala),diuraikan menjadikan
bagian- bagian yang lebih kecil (mis, kepala=mata, konjungva tidak anies, sklera
tidak tektirek)pada setiyah har yang dikaji harus dituli metode/ teknik
pengkajian yang digunakan (mis, hauklurkultasi paru- paru=visikuler)
Untuk memper jelelas lokasi pada tubuh, setiap gangguan tersebut harus
dijelas kan sesuia dengan letak anatomis nya (mis, tersabenjolan padat tidak
dapat digerak kan dengan dia meter 3 cm di dada depan pada ruang interkostal
ke 3kiri, 3cm dari setornom)
Untuk memperjelas informasi, setiap data harus diuraikan sesuai denga
parameternya (mis, denyut nadi dijelaskan tentang amplitudonya, jantung
frekuensinya, dan otot kekuatannya)
Untuk organ atau setiap massa (mis, pembesaran nadi limfe atau lesi pada
kulit ), jelaskan ciri cirinya yang meliputi tekstur(lunak, keras), ukuranan ,
bentuk, mobilitas, nyeri tekan, panas, warna, dan lokasinya
Bila suatu bagian tubuh mngeluarkan cairan(mis, darah atau cairan yang lain) ,
dalam pendokumentasikan cairan ini, jelaskan tentang warna, konsistensi , bau
dan jumlahnya
Latihan