Konseling Gizi yang efektif adalah komunikasi dua arah antara klien
dan konselor gizi tentang segala sesuatu yang memungkinkan
terjadinya perubahan perilaku makan klien
Membantu klien untuk mengenali permasalahan
kesehatan dan gizi yang dihadapi
Keterbukaan (Openness)
Empati (Empathy)
Sikap Mendukung
(Supportiveness)
Sikap Positif (Positiveness)
Kesetaraan (Equality)
Keterbukaan mencakup tiga aspek dari komunikasi
interpersonal, yaitu
1)Komunikator terbuka kepada orang yang diajaknya
berinteraksi
2)Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak
kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan
peserta percakapan yang menjemukan
3)“Kepemilikan” perasaan dan pikiran mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang komunikator lontarkan
adalah memang miliknya bertanggungjawab atasnya.
Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang
yang mengalaminya, berada di situasi yang sama dan
merasakan perasaan yang sama dengan cara yang
sama
Empati dapat ditunjukkan secara verbal dan non verbal
yaitu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang
sesuai, konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur
tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik serta
sentuhan atau belaian yang sepantasnya
SIKAP MENDUKUNG ditujukkan dengan bersikap deskriptif, spontan,
dan provisional
Suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap suportif
Seseorang dengan sikap suportif lebih banyak meminta informasi atau
deskripsi tentang suatu hal. Dalam suasana seperti ini, biasanya orang
tidak merasa dihina atau ditantang, tetapi merasa dihargai.
Orang yang spontan dalam komunikasi adalah orang terbuka dan
terus terang tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang seperti
itu akan ditanggapi dengan cara yang sama, terbuka dan terus
terang.
Provisional adalah memiliki sikap berpikir, terbuka, ada kemauan
untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia menerima
pendapat orang lain, bila memang pendapatnya keliru.
Tahapan dalam komunikasi terapeutik
Fase pre interaksi. Pre interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan
klien. Nutrisionis mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi
perasaan, kekuatan diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien;
Fase orientasi. Pada tahap orientasi, Nutrisionis dapat mengucapkan salam
saat menemui pasien, memperkenalkan diri, membuat kontak awal dengan
pasien, menanyakan kabar pasien,, menunjukkan sikap siap membantu dan
tidak memaksa pasien untuk bercerita keadaannya;
Kerja. Pada fase kerja nutrisionis menggunakan komunikasi dua arah,
menanggapi keluhan pasien dengan serius, bersikap jujur kepada pasien,,
menciptakan suasana lingkungan yang nyaman sehingga mendukung
terjadinya komunikasi yang efektif, mengulang pertanyaan dengan lebih jelas
jika pasien belum mengerti, serta tidak mendesak pasien
Terminasi
KETERAMPILAN KOMUNIKASI
klien
Keterampilan Mendengarkan dan Mempelajari