Anda di halaman 1dari 35

Konseling Gizi, Komunikasi Terapeutik dan

Keterampilan dalam Konseling Gizi


Oleh: Suhaema, S.Si.T, MPH
Disampaikan pada Mata Kuliah Konseling Gizi
Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika
TA 2021/2022
Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi 2 arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap dan perilaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan
mengatasi masalah gizi melalui pengaturan makanan dan minuman
yang dilakukan oleh ahli gizi/nutrisionis/dietisen

Konseling Gizi yang efektif adalah komunikasi dua arah antara klien
dan konselor gizi tentang segala sesuatu yang memungkinkan
terjadinya perubahan perilaku makan klien
Membantu klien untuk mengenali permasalahan
kesehatan dan gizi yang dihadapi

Membantu klien mengatasi masalah.

Mendorong klien untuk mencari cara pemecahan


masalah

Mengarahkan kien untuk memilih cara


pemecahan yang sesuai baginya

Membantu proses penyembuhan penyakit


melalui perbaikan gizi klien
Akhir dari proses konseling gizi adalah terjadinya
perubahan perilaku klien ke arah yang lebih baik

Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan konseling:


 Faktor klien: motivasi, kesiapan untuk berubah, komitmen,
kepercayaan diri, perasaan aman dan nyaman dalam
proses konseling, tujuan yang realistis
 Konselor: personality konselor, kompeten: pengetahuan
dan keterampilan
 Lingkungan: waktu dan tempat, kondisi/privasi, dukungan
keluarga, dll
TEORI PERUBAHAN PERILAKU

 TEORI STIMULUS ORGANISME RESPONE S-O-R

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya


perubahan perilaku tergantung pada rangsang (stimulus)
yang berkomunikasi dengan organisme.
Misalnya kualitas seorang sumber informasi/petugas
kesehatan seperti kredibilitas, kepemimpinan, gaya bicara
sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku
seseorang, kelompok ataupun masyarakat.
Teori Kurt Lewin

 Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku


manusia adalah suatu keadaan yang seimbang
antara kekuatan pendorong (driving forces) dan
kekuatan penahan (restining forces).
 Perilaku dapat berubah apabila terjadi
ketidakseimbangan antara kedua kekuatan
tersebut di dalam diri seorang.
LAQUATRA DAN DANISH

 Perubahan perilaku terdiri dari 2 tahap, yaitu 1) mengembangkan


hubungan yang kuat dan saling percaya 2) pembentukan strategi
perubahan perilaku
 Keberhasilan konseling didasari oleh kemampuan membangun
komunikasi dan keterampilan mendengar dan mempelajari serta
keterampilan membangun percaya diri dan memberi dukungan
PAVLOV, et al

 Perubahan perilaku secara langsung bila dirasakan


perubahan tersebut dapat memenuhi kebutuhannya
 Perubahan perilaku karena Meniru, misalnya seseorang akan
menurangi intake lemak setelah pasangannya melakukan
hal tersebut
 Perubahan tidak berdasar, misalnya setelah melihat video
penurunan BB tnpa upaya yang wajar, perilaku tersebut akan
dicontohnya tanpa penilaian secara rasional
HEALTH BELIEVE MODEL (HBM)

 Teori ini memfokuskan pada kemampuan seseorang


mengarahkan keberhasilan untuk memperoleh
kesehatan yang lebih baik melalui perubahan perilaku
 Seseorang akan mengadopsi perilaku setelah mengetahi
konsekuensinya
 Perubahan perilaku tergantung dari keseimbangan
antara hambatan dengan keuntungannya
MODEL TRANSTEORETIKAL
Terdapat 6 tahapan

Prekontemplasi: klien belum menyadari masalah dan kebutuhan perubahan

Kontemplasi: Sudah menyadari adanya masalah, namun masih ragu-ragu.


Konselor mendiskusikan keuntungan dan kerugian perubahan perilaku

Preparasi: Kesempatan untuk melangkah maju atu kembali ke tahap


kontemplasi. Klien perlu bantuan dalam menentukan strategi perubahan

Aksi: Klien mulai melalui melakukan perubahan

Pemeliharaan perubahan perilaku yang telah dicapai

Relaps: saat terjadi kekambuhan, proses perubahan perlu diawali kembali.


Perubahan perilaku hanya terjadi saat seseorang sudah siap berubah
STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU

1. Menggunakan Kekuatan/Kekuasaan Dan Dorongan .

 Strategi yang digunakan adalah paksaan, dimana terjadinya


perubahan perilaku karena dipaksakan kepada sasaran sehingga
mau berperilaku seperti yang diharapkan.
 Strategi ini dapat ditempuh dengan membuat peraturan, norma
atau perundangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat.
 Cara ini akan menghasilkan perubahan perilaku dalam waktu
singkat tetapi perubahan tersebut tidak bertahan
2. Pemberian Informasi

 Strategi ini dengan memberikan informasi-informasi sehingga


pengetahuan sasaran akan meningkat  menimbulkan
kesadaran  Mengubah perilakunya sesuai yang diharapkan.

 Perubahan perilaku dengan strategi ini memerlukan waktu lebih


lama tetapi perubahan ini akan langgeng karena didasari
kesadaran dan pemahamannya sendiri (bukan paksaan).
3. Diskusi dan Partisipasi.

 Strategi ini dilakukan melalui Penyampaian informasi


yang bersifat dua arah, sasaran dapat ikut aktif
berpatisipasi melalui diskusi  pengetahuan diperoleh
secara mantap dan mendalamakan diikuti dengan
perubahan perilaku yang lebih mantap.

 Memerlukan waktu lebih lama, Perubahan perilaku


besifat kekal karena didasari pemahaman dan kesadaran
dari masyarakat itu sendiri.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK

 Komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio (pemberitahuan


atau pertukaran ide).
 Komunikasi dalam bidang kesehatan merupakan proses untuk
menciptakan hubungan antara petugas kesehatan dengan klien dan
menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi
kebutuhan
 Terapeutik merupakan suatu hal yang diarahkan kepada proses
dalam memfasilitasi penyembuhan pasien.
 Komunikasi terapeutik merupakan salah satu bentuk komunikasi
yang dilakukan secara terencana dan dilakukan untuk membantu
proses penyembuhan pasien
Komunikasi Terapeutik

 Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal


dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar
petugas kesehatan dengan klien
 Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk
membina hubungan saling percaya terhadap klien dan
pemberi informasi yang akurat kepada klien, sehingga
diharapkan dapat berdampak pada peningkatan pengetahuan
klien tentang pesan kesehatan yang disampaikan
TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
 Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan
segala yang ada dalam fikiran dan diri pasien ke arah yang
lebih positif, yang nantinya akan dapat mengurangi beban
perasaan pasien dalam menghadapi maupun mengambil
tindakan tentang kesehatannya.
 Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan pasien serta mencapai tujuan yang realistis
Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
 Hubungan petugas kesehatan dengan klien merupakan hubungan yang
saling menguntungkan yaitu tidak hanya sekedar hubungan seorang
penolong dengan kliennya tapi merupakan hubungan antar manusia
yang bermartabat.
 Petugas kesehatan harus menghargai keunikan setiap klien, memahami
perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang
keluarga, budaya, dan lingkungan setiap individu.
 Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini petugas kesehatan harus
mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
 Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya
harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan
memberikan alternatif pemecahan

Suryani, 2006. Komunikasi Terapeutik


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Keterbukaan (Openness)

Empati (Empathy)
Sikap Mendukung
(Supportiveness)
Sikap Positif (Positiveness)

Kesetaraan (Equality)
 Keterbukaan mencakup tiga aspek dari komunikasi
interpersonal, yaitu
1)Komunikator terbuka kepada orang yang diajaknya
berinteraksi
2)Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak
kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan
peserta percakapan yang menjemukan
3)“Kepemilikan” perasaan dan pikiran  mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang komunikator lontarkan
adalah memang miliknya bertanggungjawab atasnya.
 Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang
yang mengalaminya, berada di situasi yang sama dan
merasakan perasaan yang sama dengan cara yang
sama
 Empati dapat ditunjukkan secara verbal dan non verbal
yaitu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang
sesuai, konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur
tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik serta
sentuhan atau belaian yang sepantasnya
 SIKAP MENDUKUNG ditujukkan dengan bersikap deskriptif, spontan,
dan provisional
 Suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap suportif
 Seseorang dengan sikap suportif lebih banyak meminta informasi atau
deskripsi tentang suatu hal. Dalam suasana seperti ini, biasanya orang
tidak merasa dihina atau ditantang, tetapi merasa dihargai.
 Orang yang spontan dalam komunikasi adalah orang terbuka dan
terus terang tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang seperti
itu akan ditanggapi dengan cara yang sama, terbuka dan terus
terang.
 Provisional adalah memiliki sikap berpikir, terbuka, ada kemauan
untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia menerima
pendapat orang lain, bila memang pendapatnya keliru.
Tahapan dalam komunikasi terapeutik
 Fase pre interaksi. Pre interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan
klien. Nutrisionis mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi
perasaan, kekuatan diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien;
 Fase orientasi. Pada tahap orientasi, Nutrisionis dapat mengucapkan salam
saat menemui pasien, memperkenalkan diri, membuat kontak awal dengan
pasien, menanyakan kabar pasien,, menunjukkan sikap siap membantu dan
tidak memaksa pasien untuk bercerita keadaannya;
 Kerja. Pada fase kerja nutrisionis menggunakan komunikasi dua arah,
menanggapi keluhan pasien dengan serius, bersikap jujur kepada pasien,,
menciptakan suasana lingkungan yang nyaman sehingga mendukung
terjadinya komunikasi yang efektif, mengulang pertanyaan dengan lebih jelas
jika pasien belum mengerti, serta tidak mendesak pasien
 Terminasi
KETERAMPILAN KOMUNIKASI

Keterampilan Mendengarkan dan


Mempelajari

Keterampilan Memberi Dukungan


dan Membangun Kepercayaan Diri
klien

klien
Keterampilan Mendengarkan dan Mempelajari

A. Keterampilan menggunakan komunikasi non verbal


1. Sikap tubuh: kepala sama tinggi
2. Kontak Mata: memberikan perhatian
3. Singkirkan penghalang
4. Ketersediaan waktu
5. Sentuhan wajar (situasional)
Penampilan personal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik
sampai 4 menit pertama, 84 % dari kesan terhadap seseorang
berdasarkan penampilan
Keterampilan Mendengarkan dan Mempelajari

B. Keterampilan Mengajukan Pertanyaan Terbuka


Pertanyaan terbuka biasanya dimulai dengan
Bagaimana?
Apa? Kapan? Di mana?
Mengapa?”
C. Keterampilan Menggunakan Respon dan Gerakan Tubuh Yang
Menunjukkan Perhatian
 dengan isyarat: memandang padanya, mengangguk,
senyum;
 dengan respons sederhana: mengatakan “Ooh”, Mmm”,
Keterampilan Mendengarkan dan Mempelajari

D. Keterampilan Mengatakan Kembali Apa Yang Dikatakan Klien


Klien: ”Saya sering buang air kecil belakangan ini…terutama
malam hari… ”
Konselor:”Bapak Sering BAK dan membuat istirahat Bapak
terganggu…?
E. Keterampilan Berempati – Menunjukkan Kita Paham Perasaan Klien
Bila klien mengatakan sesuatu yang menunjukkan perasaannya
konselor merespon dengan cara yang menunjukkan bahwa
mendengarkan apa yang ia ungkapkan, serta memahami
perasaannya dari sudut pandang klien
Empati berbeda dengan simpati. Jika bersimpati mengasihani
seseorang, tapi melihatnya dari sudut pandang Konselor
Cont….
“Baju saya terasa lebih longgar, padahal
makan saya banyak!”
Konselor merespons terhadap apa yang klien
rasakan, mungkin seperti ini: “Ibu merasa berat
badannya turun sedangkan sudah makan
banyak…….?”
Jika bersimpati, mungkin konselor mengatakan:
“Oh, saya mengerti perasaan ibu. Saudara saya
yang DM juga dulu seperti itu, bingung karena
makannya tetap tapi berat badannya terus
berkurang,”
Keterampilan Mendengarkan dan Mempelajari
F. Keterampilan Menghindari Kata-Kata Yang Menghakimi
contoh: benar, salah, baik, buruk, bagus, tepat.
Jika menggunakan kata-kata yang menghakimi ketika bicara
terutama saat mengajukan pertanyaanbisa membuat klien merasa
dirinya salah
Catatan

 Kadang perlu menggunakannya; terutama kata-kata


yang positif, yaitu ketika sedang membangun percaya
diri klien.
 Akan tetapi berlatihlah menghindari kata-kata tersebut
sebanyak mungkin, kecuali ada alasan yang sangat
penting untuk menggunakannya.
 Pertanyaan yang menghakimi sering kali berupa
pertanyaan tertutup.
 Menggunakan pertanyaan terbuka membantu
menghindari penggunaan kata-kata yang menghakimi.
KETERAMPILAN MEMBANGUN RASA
PERCAYA DIRI DAN MEMBERI DUKUNGAN

1. Menerima apa yang dipikirkan dan rasakan.


2. Mengenali dan memuji apa yang dilakukan dengan benar
oleh klien
3. Memberikan bantuan praktis.
4. Memberikan sedikit informasi yang relevan.
5. Menggunakan bahasa sederhana.
6. Memberikan satu atau dua saran, bukan perintah.
Latihan: (Dapat menggunakan skenario pada buku konseling
Gizi, PERSAGI 2010 dan/atau Buku Ajar Konseling Gizi, 2017, dll.

1. Menerima apa yang dipikirkan dan rasakan.


2. Mengenali dan memuji apa yang dilakukan dengan benar oleh klien
3. Memberikan bantuan praktis.
4. Memberikan sedikit informasi yang relevan.
5. Menggunakan bahasa sederhana.
6. Memberikan satu atau dua saran, bukan perintah.

Praktikkan/berikan contoh Keterampilan Mendengar dan mempelajari serta


keterampilan Memberi Dukungan dan Membangun Kepercayaan Diri dalam proses
konseling gizi (tema: Bebas)

Selamat Berlatih, semoga sukses

Anda mungkin juga menyukai