FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan umum =
1. Mahasiswa mampu melakukan survey konsumsi gizi
2. Mahasiswa mampu menganalisa status gizi dan atau status kesehatan
berdasarkan Kartu Menuju Sehat
Tujuan khusus =
1. Mahasiswa mampu melakukan food recall 24 jam
2. Mahasiswa mampu menganalisa kecukupan kebutuhan energy
berdasarkan survey konsumsi
3. Mahasiswa mampu menggunakan food model ketika melakukan food
recall
4. Mahasiswa mampu mengisi Kartu Menuju Sehat pada masing-masing
kelompok usia
5. Mahasiswa mampu menganalisa status gizi dan atau status kesehatan
berdasarkan KMS pada masing-masing kelompok usia
BAB 1
SURVEI KONSUMSI GIZI
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung yaitu
melalui metode antropometrik, biokimia, klinis, dan biofisik. Penilaian status gizi
secara tidak langsung melalui metode statistik vital, faktor ekologi, dan survei
konsumsi. Seorang petugas gizi profesional harus menguasai bagaimana menilai
status gizi individu, kelompok, dan masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
374/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi gizi disebutkan bahwa ada
beberapa kompetensi Ahli Gizi dengan dasar pendidikan S-1 Gizi yang
berhubungan penilaian status gizi yaitu menilai status gizi individu dengan kondisi
kesehatan kompleks, melakukan penilaian status gizi kelompok masyarakat,
mengawasi penapisan status gizi kelompok masyarakat, dan mengelola pemantauan
asupan makanan dan gizi klien. Sedangkan kompetensi Ahli Gizi dengan dasar
pendidikan D-III Gizi yang berhubungan dengan penilaian status gizi populasi
dan/atau kelompok masyarakat, membantu menilai status gizi populasi dan/atau
kelompok masyarakat, dan melakukan pengkajian gizi (nutritional assessment)
pasien tanpa komplikasi.
Jenis kualifikasi tenaga gizi ada bermacam-macam. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI nomor 26 tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan
dan praktek tenaga gizi disebutkan kualifikasi tenaga gizi ada 4 (empat) yaitu
lulusan Diploma II Gizi sebagai Ahli Madya Gizi, lulusan Diploma IV sebagi
Sarjana Terapan Gizi, lulusan Sarjana (S-1) sebagai Sarjana Gizi, dan tenaga gizi
lulusan pendidikan profesi sebagai Registered Diestisien. Jenis tenaga gizi tersebut
harus menguasai keterampilan bagaimana menilai status gizi. Dalam uraian
berikutnya ada dibahas bagaimana menilai status gizi dengan metode pengukuran
konsumsi makanan (dietary assessment).
A. PENGERTIAN PENGUKURAN KONSUMSI MAKANAN
Pengukuran konsumsi makanan adalah salah satu metode pengukuran status
gizi secara tidak langsung dengan cara mengukur kualitas dan kuantitas makanan
yang dikonsumsi baik tingkat individu, rumah tangga, dan masyarakat. Metode ini
sangat efektif digunakan untuk melihat tanda awal dari kekurangan gizi. Data
pengukuran konsumsi makanan dapat dipergunakan untuk melengkapi data-data
dari pengukuran antropometrik, biokimia, dan klinis. Hasil pengukuran makanan
ini sangat berguna untuk interval program gizi seperti pendidikan gizi dan pedoman
pemberian makanan.
Menurut Supariasa et al. (2001) mengatakan bahwa walaupun data survei
konsumsi makanan sering digunakan untuk mengukur status gizi secara tidak
langsung, namun hasilnya dapat digunakan sebagai bukti awal terjadinya
kekurangan gizi pada seseorang. Oleh karena itu metode ini sudah umum digunakan
oleh hampir semua negara termasuk penggunaannya di Indonesia. Di Indonesia
penggunaan metode ini sudah banyak dipakai mulai pada tahun 1970an dan sampai
sekarang. Hal ini dapat terlihat pada penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.
A. PENGERTIAN
Metode recall 24 jam adalah salah satu metode survei konsumsi yang
menggali atau menanyakan apa saja yang dimakan dan diminum responden selama
24 jam yang berlalu baik yang berasal dari rumah maupun di luar rumah. Menurut
Patterson dan Pietinen (2005) menyatakan bahwa recall makanan 24 jam adalah
wawancara dengan meminta responden untuk menyebutkan semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi selama 24 jam sebelumnya. Sedangkan menurut Gibson
(2005) metode recall 24 jam adalah suatu metode yang memberikan gambaran
informasi makanan yang dimakan 24 jam lalu atau sehari sebelumnya. Recall yang
tidak diberitahukan sebelumnya direkomendasikan untuk dilakukan karena
responden tidak dapat mengubah apa yang mereka makan secara retrospektif dan
dengan demikian instrumen ini tidak dapat mengubah pola makan responden.
Metode ini paling sering digunakan dalam suatu penelitian karena cukup akurat,
cepat pelaksanaannya, murah, mudah, dan tidak memerlukan peralatan yang mahal.
e-Siong, Dop, Winichagon (2004) dalam Widajanti (2009)
menyatakan bahwa metode survei konsumsi untuk individu disarankan
menggunakan recall 24 jam dan frekuensi makanan (FFQ). Dalam Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) mulai tahun 2010 – sekarang, metode recall 24 jam selalu
digunakan.
B. TUJUAN
Tujuan metode recall 24 jam adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan informasi tentang makanan yang sebenarnya dimakan 24
jam yang lalu. Makanan dapat berupa makanan utama dan makanan selingan
serta minuman yang nyata dimakan 24 jam yang lalu.
2. Untuk mengetahui rata-rata asupan dari masyarakat dengan catatan sampel
harus betul-betul mewakili suatu populasi.
3. Untuk mengetahui tingkat konsumsi energi dan zat-zat gizi tertentu. Zat gizi
yang umum diketahui yaitu yang dapat menggambarkan kuantitas dan kualitas
makanan seperti Energi (Karbohidrat) dan protein. Di samping itu pula dapat
ditentukan konsumsi lemak, vitamin, dan mineral.
4. Perbandingan internasional hubungan antara asupan zat gizi dengan kesehatan
dan golongan rawan gizi.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari metode recall 24 jam dapat digunakan dalam skala
nasional, rumah tangga, dan individu. Di tempat pelayanan kesehatan seperti rumah
sakit, metode ini paling umum digunakan untuk mengetahui asupan makanan/zat
gizi pasien. Begitu juga dalam skala nasional, Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Kementrian Kesehatan RI dalam melaksanakan survei konsumsi selalu
menggunakan metode recall 24 jam. Riset dalam skala nasional seperti Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) untuk mengetahui asupan zat gizi selalu
menggunakan metode recall 24 jam.
F. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
Beberapa langkah dan prosedur dari pelaksanaan recall 24 jam adalah
sebagai berikut:
1. Responden mengingat semua makanan dan minuman yang dimakan 24 jam
yang lalu.
2. Responden menguraikan secara mendetail masing-masing bahan makanan yang
dikonsumsi seperti bahan makanan atau makanan jadi. Mulai dari makan pagi,
makan siang, makan malam, dan berakhir sampai akhir hari tersebut.
3. Responden memperkirakan ukuran porsi yang dimakan, sesuai dengan ukuran
rumah tangga yang biasa digunakan, antara lain dengan menggunakan food
model atau foto-foto bahan makanan asli dan alat-alat makan.
4. Pewawancara dan responden mengecek/mengulangi kembali apa yang dimakan
dengan cara mengingat kembali.
5. Pewawancara mengubah ukuran porsi menjadi setara ukuran gram.
Menurut Gibson (2002) dalam Essential of Human Nutrition dan Seamoe-
Recfon, 2011 terdapat empat tahapan yang sering digunakan dalam teknik
wawancara bertingkat ganda (multiple-pass interviewing technique), seperti
diuraikan di bawah ini:
1. Tahap pertama: mengumpulkan sebuah daftar lengkap yang memuat seluruh
makanan dan minuman yang dikonsumsi hari sebelumnya.
2. Tahap kedua: membuat deskripsi rinci dari tiap-tiap makanan dan minuman
yang dikonsumsi, termasuk cara memasak dan mereknya jika memungkinkan.
3. Tahap ketiga: mendapatkan perkiraan jumlah tiap-tiap bahan makanan dan
minuman yang dikonsumsi, secara umum dalam ukuran rumah tangga, serta
dimasukkan dalam lembaran data (datasheet) atau formulir pemasukan data
berbasis komputer. Informasi tentang bahan-bahan dalam masakan yang
dicampur juga harus dikumpulkan pada saat ini.
4. Tahap keempat: proses recall ditinjau kembali untuk meyakinkan bahwa semua
bahan makanan, termasuk penggunaan suplemen dan mineral, telah tercatat
dengan benar.
Pedoman untuk recall 24 jam pada anak seperti diuraikan di bawah ini:
1. Wawancara dapat dilakukan pada anak di atas 8 tahun dan usia dewasa. Orang
yang gangguan ingatan dan orang tua, wawancara recall 24 jam tidak boleh
dilakukan.
2. Anak usia 4-8 tahun, wawancara dilakukan bersamaan dengan pengasuh anak
tersebut. Anak yang di bawah 4 tahun, yang diwawancarai adalah pengasuh
utama anak tersebut.
3. Wawancara untuk beberapa orang sangat penting bila anak berada di sekolah
atau bermain di rumah temannya untuk meyakinkan bahwa makanan yang
dimakan di luar rumah tetap tercatat dan dilaporkan.
4. Untuk anak remaja, wawancara dapat dilakukan langsung kepada anak tersebut.
Kesepakatan dalam keluarga bahwa anggota keluarga atau saudara kandung
atau tempat dapat membantu mengingat apa yang dimakan, sehingga dapat
meningkatkan akurasi data.
Contoh Formulir Recall 24 Jam
(Riskesdas, 2010)
Selingan
Siang
Selingan
Malam
Selingan
Siang
Selingan
Malam
FORM PENILAIAN WAWANCARA
RECALL 24 JAM
Nama Interviewer :
Nama Interviewee :
Tempat :
No. Kegiatan Dilaksanakan Keterangan
Ya Tidak
1 Salam, senyum, dan sapa
2 Perkenalkan diri
3 Membina hubungan baik (rapport)
4 Meminta kesediaan menjadi responden
(inform Concern)
5 Menjelaskan maksud dan tujuan
6 Memulai/pelaksanaan wawancara:
a. Sikap dan gaya bertanya yang baik
b. Memulai pertanyaan yang mudah
c. Melakukan paraphrase
d. Melakukan probing
e. Penggunaan URT
f. Konversi URT ke berat (gram)
g. Mencatat jawaban (lengkap)
7 Mengakhiri wawancara:
a. Mengecek kelengkapan jawaban
b. Memberi penghargaan (bila
perlu)/kompensasi
c. Memohon kesediaan diwawancarai
kembali
d. Memohon maaf bila ada
kesalahan/kekeliruan
e. Ucapan terima kasih
Catatan Khusus/Komentar:
1.
2.
Penulis/observer,
BAB 3
METODE PENIMBANGAN MAKANAN
(FOOD WEIGHING)
A. PENGERTIAN
Metode penimbangan makanan adalah salah satu metode survei konsumsi
kuantitatif. Pada dasarnya metode ini adalah responden atau petugas diminta
menimbang dan mencatat makanan dan minuman yang dikonsumsi selama satu
hari, termasuk cara memasak, merek makanan, dan komposisi (bila
memungkinkan). Asal makanan yang ditimbang adalah makanan yang berasal dari
rumah dan makanan yang berasal dari luar rumah. Hasil pengukuran metode ini
dapat dijadikan gold standard (standar baku) dalam rangka menentukan seberapa
banyak makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok
masyarakat tertentu.
Dalam suatu tempat yang khusus, seperti di institusi tempat kerja,
perusahaan, panti sosial, lembaga pemasyarakatan di mana seseorang tinggal
bersama-sama, maka metode ini sangat membantu menetapkan konsumsi makanan
secara benar dan tepat. Hal ini disebabkan karena makanan yang mereka makan
sudah tahu jenisnya, porsinya, ukurannya, mereknya, komposisinya yang
kesemuanya bisa dicatat dan ditimbang oleh petugas. Ini adalah menunjukkan
asupan yang sebenarnya (actual intake).
Penggunaan metode ini dilakukan di rumah tangga atau institusi khusus,
apabila tersedia timbangan makanan. Umumnya pedesaan di Indonesia jarang yang
mempunyai timbangan makanan. Oleh karena itu petugas survei atau pengumpul
data harus menyediakan timbangan. Timbangan ada beberapa jenis seperti
timbangan digital dan non digital atau menggunakan per. Skala timbangan
sebaiknya dalam gram.
Di negara-negara benua Eropa, metode penimbangan makanan lebih sering
digunakan karena rumah tangga di negara-negara tersebut terbiasa menimbang
berat bahan makanan sebelum diolah (Gibson, 2005). Pernyataan tersebut didukung
dengan penjabaran bahwa dalam penimbangan makanan yang diukur beratnya.
Responden, orang tua responden, atau pembantu rumah tangga diinstruksikan untuk
menimbang berat bahan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh responden
dalam periode waktu tertentu. Hal-hal yang juga harus dicatat atau direkam secara
detail antara lain metode persiapan makanan, deskripsi tentang makanan, dan merek
bahan makanan (jika tercantum).
Karakteristik dari metode penimbangan makanan adalah sebagai berikut
(Seameo Recfon, 2011):
1. Makanan dan sisanya ditimbang menggunakan alat timbangan atau
menggunakan teknik komputerisasi yang disediakan oleh peneliti.
2. Metode paling tepat untuk memperkirakan asupan makanan dan zat gizi yang
biasa dikonsumsi seorang individu.
3. Lebih disarankan oleh beberapa peneliti untuk mengumpulkan data pada
individu.
4. Membutuhkan tingkat kerja sama yang lebih tinggi dibanding metode Perkiraan
Makanan (estimated food record) dan lebih cenderung memiliki dampak yang
lebih besar terhadap kebiasaan makan dibanding Perkiraan Makanan.
5. Biaya timbangan sangat mahal dalam beberapa kasus.
6. Tingkat ketepatan lebih tinggi dibanding Catatan Perkiraan Makanan karena
ukuran porsinya ditimbang dengan mengurangi kontribusi terhadap keragaman
dari kesalahan pengukuran.
B. TUJUAN
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari metode penimbangan makanan, antara
lain:
1. Mengukur aktual asupan makanan dan zat gizi dari responden atau subyek
penelitian.
2. Hasilnya sebagai dasar untuk melaksanakan konseling gizi.
3. Menentukan gold standar bagi seseorang yang bekerja di institusi tertentu
seperti karyawan di suatu perusahaan, pasien di rumah sakit, dan orang-orang
yang tinggal di panti.
C. ALAT YANG DIBUTUHKAN
Alat dan bahan yang dibutuhkan agar pelaksanaan metode penimbangan
makanan dapat berjalan efektif dan efisien adalah sebagai berikut:
1. Timbangan makanan. Timbangan makanan ada 2 (dua) jenis yaitu timbangan
digital dan non digital atau timbangan menggunakan per. Kapasitas timbangan
yaitu 1 (satu) kg dan 4 (empat) kg. Gambar jenis timbangan dapat dilihat pada
Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
2. Formulir penimbangan, seperti terlihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
3. Buku saku untuk catatan khusus.
4. Ukuran rumah tangga (URT) dan ukuran porsi makanan.
5. Pensil dan bulpoin.
6. Karet penghapus.
7. Daftar komposisi bahan makanan (DKBM).
8. Kalkulator.
9. Software, antara lain Nutrisurvei dan Nutrsoft.
10. Pedoman survei.
Sumber: foto merupakan koleksi pribadi Sumber: foto merupakan koleksi pribadi
yang diambil di Laboratorium yang diambil di Laboratorium
Percobaan Makanan Percobaan Makanan
Departemen Gizi Masyarakat Departemen Gizi Masyarakat
FEMA IPB FEMA IPB.
Gambar 4.1 Timbangan Digital Gambar 4.2 Timbangan Non digital/per
D. KEBAIKAN DAN KELEMAHAN
1. Kebaikan
a. Metode survei konsumsi yang paling akurat, karena mengukur asupan yang
sebenarnya.
b. Data valid karena pengukuran sampai 5 hari.
c. Tidak tergantung pada daya ingat.
d. Dapat menganalisa pola makanan dan kebiasaan makan dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial-kependudukan responden.
e. Dapat mendukung interpretasi data laboratorium, data antropometrik, dan
data klinik.
f. Pengukuran selama beberapa lebih hari akan lebih mewakili asupan yang
biasanya.
2. Kelemahan
a. Responden enggan menimbang makanan yang dimakan di luar rumah.
b. Beban tinggi yang diemban responden dapat menghasilkan tingkat respons
yang rendah.
c. Peneliti atau pengumpul data harus mencari/membeli makanan yang mirip
dimakan oleh responden jika responden makan di luar rumah. Di samping
itu responden diminta memperlihatkan porsi makanan yang dimakan untuk
kemudian ditimbang.
d. Menuntut motivasi dan pengertian yang tinggi dari kedua belah pihak yaitu
pengumpul data dan responden.
e. Perlu melatih atau menjelaskan kepada responden bagaimana cara
menimbang yang baik.
f. Tidak dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
g. Responden dapat mengubah pola makannya.
h. Karena harus menimbang dan mencatat, kemungkinan responden kurang
bisa bekerjasama.
i. Memerlukan waktu yang lama.
j. Memerlukan tenaga analisis yang intensif dan mahal.
k. Kesalahan melaporkan yang signifikan masih bisa saja terjadi.
E. WAKTU PELAKSANAAN SURVEI
Banyak pendapat para ahli gizi atau ahli survei konsumsi tentang waktu
pelaksanaan survei. Idealnya survei dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari, yaitu mulai
hari senin sampai Minggu. Hal ini sangat tergantung pada tujuan survei, tersedianya
tenaga, peralatan, dan dana yang tersedia. Apabila ada keterbatasan maka survei
dapat dilakukan minimal 3 hari dalam seminggu yang terdiri dari hari pertama dan
kedua tidak dilaksanakan secara berturut-turut, dan hari ketiga dilaksanakan saat
libur atau week end agar mewakili siklus menu atau hari selama satu Minggu
(Arisman, 2009; Widajanti, 2009).
F. LANGKAH-LANGKAH
Beberapa langkah dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Kunjungan pendahuluan.
Pada saat kunjungan ini peneliti atau pengumpul data ke tempat tinggal
responden untuk memberikan gambaran tentang beberapa hal tentang
pengumpulan data seperti tujuan, menunjukkan inform Concern, apa yang harus
diperhatikan dan dikerjakan responden, waktu pelaksanaan, dan pentingnya
kerja sama selama pengumpulan data.
2. Responden menimbang dan mencatat makanan dan minuman yang dimakan
selama satu hari. Makanan dan minuman yang ditimbang dapat berasal dari
dalam rumah maupun dari luar rumah. Untuk mengetahui makanan yang
dimakan dapat dilakukan penimbangan makanan dan minuman sebelum makan
dan menimbang kembali sisa makanan/minuman setelah selesai makan. Selisih
berat sebelum makan dan setelah makan adalah berat aktual makanan dan
minuman yang dikonsumsi oleh responden. Apabila responden mengalami
kesulitan dalam teknik penimbangan dapat didampingi oleh pengumpul data
atau interviewer.
3. Hal-hal yang perlu dicatat juga adalah cara memasak, merek makanan, dan
komposisi (bila memungkinkan).
4. Setelah seluruh data terkumpul (sesuai dengan berapa hari melakukan
penimbangan) maka dilakukan perhitungan konsumsi makanan baik energi dan
zat gizi lainnya. Perhitungan dapat dilakukan secara manual dengan
menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) atau menggunakan
software yang telah ditentukan.
5. Lakukan analisis dengan cara membandingkan asupan energi dan zat gizi
dengan angka kecukupan gizi.
Makanan yang dimakan di luar rumah: Deskripsikan makanan dan cara memasak. Perkirakan
beratnya.
a
Gambarkan sebuah lingkaran di sekitar unit yang diukur jumlahnya
b
Hitunglah dari total ‘man values’ menggunakan ‘Rome Scale’
Ibu (I) umur ..., Ayah (A) umur ..., Anak Lelaki Pertama (AL1) umur ..., Anak Lelaki Kedua (AL2)
umur ..., Anak Perempuan pertama (AP1) umur ..., Anak Perempuan kedua (AP2) umur ...,
Pengunjung Lelaki 1 (PL1) umur ..., Pengunjung Prempuan 1 (PP1) umur ...,
Sumber: Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press. New
York. Halaman 35.
Tabel 4.2 Contoh Formulir Penimbangan Makanan Rumah Tangga
Wakt Nama UR Jenis Berat Berat Sisa Jumla Rata-
u makana T bahan menta masak (gram h rata/orato
maka n makana h (gram ) orang r (Mentah)
n n (gram) ) yang
makan
Sumber: Modifikasi dari: Supariasa et al., 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. Halaman 293.
BAB 5
METODE FOOD RECORD
B. UNIT KONSUMSI
Unit konsumsi (UK) atau meal unit (MU) juga disebut Consumption Unit
(CU) adalah penyetaraan dari jumlah kali makan utama (meals) dalam sehari. Bila
seseorang atau keluarga dalam suatu masyarakat mempunyai kebiasaan makan
utama tiga kali sehari yaitu, sarapan, makan siang dan makan malam, maka satu
unit makan setara dengan 3 kali makan utama yang dilakukan di rumah. Apabila
seseorang hanya makan dua kali di rumah dan satu kali di luar rumah, maka dia
mempunyai 2/3 unit makan jika makanan yang dimakan di luar rumah tidak di catat.
Namun apabila makanan yang dikonsumsi di luar rumah dicatat, maka unit makan
yang berlaku untuk dia tetap satu (1).
Kalau kaidah di atas digeneralisir maka bisa menimbulkan kesalahan karena
setiap anggota keluarga mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda.
Misalnya, anak balita mungkin mempunyai kebiasaan makan empat kali sehari,
orang-orang tertentu ada yang tidak pernah sarapan atau makan malam. Jadi
penggunaan angka koreksi dengan UM ini harus dilakukan per individu dari setiap
anggota keluarga. Dengan demikian harus diperoleh informasi apakah seseorang
makan di luar rumah atau tidak selama survei berlangsung. Dengan cara ini tentu
akan memperkecil kesalahan dalam perhitungan konsumsi per kapita maupun
tingkat kecukupannya.
Dengan demikian tidak selamanya 1 UM setara dengan 3 kali makan, atau
2 kali makan setara dengan 2/3 UM. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan makan
seseorang, keluarga atau masyarakat. Sebagai contoh seseorang yang biasa makan
utama dua kali dalam sehari, maka 1 UM sama dengan 2 kali makan.
Proporsi makanan antar waktu makan, kadang-kadang tidak sama. Pada
masyarakat tertentu makan pagi porsinya sedikit, makan siang dan sore jumlahnya
banyak dan makan malam adalah sisa makanan pada waktu makan siang. Di
Indonesia belum ada penelitian yang mengarah pada proporsi makanan untuk setiap
waktu makan. Dengan demikian untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam
perhitungan konsumsi pangan keluarga, maka perlu dilakukan penelitian ke arah
sana, baik secara nasional maupun antar etnik. Kalaupun penelitian tersebut tidak
dapat dilakukan, setidaknya dalam setiap pengumpulan data sebelum diolah lebih
lanjut perlu dicari proporsi konsumsi setiap waktu makan khususnya energi.
Tabel 5.1 Rata-rata Persentase Kontribusi Makan terhadap Asupan Energi dan
11 Zat Gizi Selama Sehari
Waktu makan
Zat gizi Minum Makan Snack Makan Snack Makan
pagi pagi pagi siang siang sore
Energi 6 20 9 30 10 34
Protein 5 19 8 33 7 36
Lemak 5 17 7 32 9 37
Karbohidrat 7 22 10 28 12 31
Kalsium 10 24 13 26 10 29
Besi 2 21 6 33 7 37
Vit. A 5 17 7 34 7 37
Tiamin 5 33 7 29 6 30
Riboflavin 10 32 10 24 8 28
Asam nikotinat 5 24 7 32 6 33
Vit. C 6 14 7 36 7 37
Serat makanan 1 25 6 32 7 35
Makan utama saja 20 30 34
Cambridge Survei Pangan 21 29 34
Nasional
Sumber: Cameron dan Staveren, 1988
Atas dasar itu maka apabila seseorang sewaktu survei dilakukan tidak
makan siang di rumah sebanyak tiga kali, maka dia kehilangan unit makan sebanyak
0.04 × 3= 0.12. Dengan demikian nilai unit makannya adalah sama dengan 0.88
UM.
Nilai konsumsi unit untuk satu keluarga dalam periode waktu survei
kemudian dijumlah. Satu keluarga dengan beranggotakan 5 orang. Di mana salah
satu di antara anggota keluarganya tidak makan siang satu kali pada waktu survei
dilakukan, maka mempunyai nilai 4,96 unit. Sedangkan untuk keluarga lain dengan
anggota keluarga yang sama, namun pada waktu makan siang kedatangan tamu satu
kali, maka unit makannya menjadi 5,04 unit.
Nilai konsumsi unit untuk setiap keluarga tersebut kemudian digunakan
untuk menghitung angka konsumsi per kapita untuk energi dan zat gizi lainnya.
Unit konsumsi dari masing-masing keluarga juga nantinya digunakan dalam
perhitungan kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi selama survei.
B. METODE KOMBINASI
Tidak ada metode yang terbaik untuk semua tujuan studi. Hal ini terlihat
dari adanya kelemahan dan kelebihan dari setiap metode. Untuk mengurangi
kekurangan dari suatu metode biasanya dilakukan kombinasi dengan metode yang
lain yang dapat menutupi kekurangan dari suatu metode, atau melakukan
modifikasi seperlunya.
Kombinasi dari dua metode dapat memberikan informasi lebih, sehingga
informasi dari suatu hasil penelitian dapat lebih lengkap. Kombinasi yang dapat
dilakukan di antaranya adalah:
Kombinasi antara metode penimbangan dengan metode estimasi, yaitu untuk
memperoleh informasi mengenai jumlah makanan yang dikonsumsi di luar
rumah.
Kombinasi antara metode penimbangan langsung dengan metode “recall”
untuk menggali data konsumsi pangan di antara dua waktu makan (“snack).
Kombinasi antara metode recall dengan riwayat makan.
Kombinasi antara “recall” 24 jam yang lalu dengan food record (untuk tingkat
rumah tangga).
BAB 6
METODE DIETARY HISTORY
A. PENGERTIAN
Riwayat makan (Dietary history) dipergunakan untuk mengukur asupan gizi
individu dalam kurun waktu tertentu seperti beberapa Minggu, beberapa bulan atau
beberapa tahun yang lalu. Metode ini secara tradisional telah diasosiasikan dengan
pengukuran kebiasaan makan dan dikembangkan oleh BUrke pada tahun 1940-an.
Pada awalnya oleh Burke, metode ini melibatkan 4 (empat) langkah yaitu, pertama
mengumpulkan informasi yang bersifat umum tentang kesehatan (Health habits).
Kedua pertanyaan tentang pola makan. Ketiga, mengecek data yang dikumpulkan
pada langkah kedua. Keempat, melengkapi data responden tentang catatan makan
selama 3 hari.
Ahli gizi yang terlatih memulai wawancara dengan menanyakan pertanyaan
tentang jumlah menu yang dimakan sehari, nafsu makan, makanan yang tidak
disukai, mual dan muntah, suplemen yang dimakan, merokok, kebiasaan yang
berkaitan dengan tidur, istirahat, kerja dan olahraga, dan lain-lain. Ini
memungkinkan interviewer untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Selanjutnya
diikuti dengan recall 24 jam di mana interviewer menemukan pola umum makan
responden selama dan di antara menu yang disajikan, dimulai dengan makanan dan
minuman pertama pada hari itu.
Interviewer mencatat deskripsi mengenai apa yang biasa dimakan, termasuk
jenis makanan yang dimakan, ukuran saji, frekuensi dan waktu, dan variasi yang
paling sering dimakan. Dengan dicatatnya makanan responden, interviewer bisa
mengecek data dengan menanyakan tentang kebiasaan dan kesukaan responden.
Sebagai contoh responden mungkin mengatakan bahwa dia minum 8 (delapan) ons
susu tiap pagi. Interviewer kemudian harus mengumpulkan informasi tentang
kebiasaan minum susu responden untuk mengklarifikasi dan memverivikasi
informasi yang diberikan tentang asupan susu responden. Akhirnya, responden
ditanya untuk melengkapi food record selama 3 (tiga) hari, yang disajikan sebagai
cara tambahan untuk mengecek asupan yang masuk seperti biasanya (Lee dan
Nieman, 2010)
B. KELEBIHAN
Ada beberapa kelebihan dari metode dietary history, antara lain sebagai
berikut:
a. Lebih menggambarkan kebiasan makan, dibandingkan 7 (tujuh) hari food
weighing.
b. Dapat mendeteksi perubahan musim.
c. Dapat diperoleh semua data zat gizi.
d. Dapat dikorelasikan dengan data biokimia.
C. KEKURANGAN
Di bawah ini akan dikemukakan beberapa kekurangan metode dietary
history yaitu:
a. Memerlukan waktu wawancara lebih lama, yaitu kurang lebih 2 (dua) jam per
responden.
b. Overestimate asupan zat gizi dibanding metode penimbangan.
c. Dibutuhkan interviewer yang terlatih.
d. Tingkat kesulitan tinggi dan mahal.
e. Membutuhkan kerja sama yang baik dengan responden.
BAB 7
METODE FOOD ACCOUNT DAN FOOD INVENTORY
𝐾𝐺𝑗17 = ∑ 𝐾𝑖 𝑁𝐺𝑗⁄100
Di mana:
KGj = Konsumsi zat gizi selama seminggu
NGj = Nilai gizi per 100 gram pangan
J = Jenis zat gizi
Ki = berat pangan ke-1
Rata-rata konsumsi zat gizi per kapita per hari = KGj/N, di mana N adalah
jumlah anggota keluarga.
BAB 8
ANGKA KECUKUPAN GIZI
A. PENDAHULUAN
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia. Pangan ini mengandung
energi dan zat gizi yang sangat dibutuhkan untuk mencapai status gizi yang baik.
Kekurangan dan kelebihan zat gizi akan mengakibatkan berbagai masalah gizi
antara lain kekurangan gizi seperti marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwashiorkor dan kelebihan Gizi pada umumnya diperlihatkan dalam bentuk
kelebihan berat badan dan obesitas. Kebutuhan energi dan zat gizi sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain umur, jenis kelamin, aktivitas, berat
badan, dan iklim. Untuk mendapatkan gambaran kecukupan gizi, perlu disusun
angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia agar
mencapai status kesehatan dan gizi yang optimal.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan pertama kali dikeluarkan pada tahun
1968 dalam Widya Karya Pangan dan Gizi yang diselenggarakan oleh Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Berdasarkan konsep dan perkembangan Iptek
Gizi, perubahan demografi, dan pola penyakit maka AKG ditinjau kembali setiap
lima tahun sekali. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia
paling akhir dikeluarkan pada tahun 2013 melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 75 tahun 2013.
B. PENGERTIAN
Para Ahli Gizi mendefinisikan angka kecukupan gizi (AKG) dengan cara
yang berbeda-beda ditinjau dari narasi yang disampaikan, namun makna dan
pengertiannya relatif sama. AKG dalam bahasa Inggris disebut Recommended
Dietary Allowances (RDA). Sunita Alamatsier, 2006 mendefinisikan AKG adalah
taraf konsumsi zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup
untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat.
Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) tahun 2003 para Direktori
Gizi Indonesia dalam Rangka Mensukseskan Program Perbaikan Gizi Indonesia
menyatakan bahwa AKG adalah jumlah energi dan zat gizi yang harus dipenuhi
oleh seseorang berdasarkan kelompok umur, berat badan, jenis kelamin, aktivitas
dan keadaan khusus (hamil dan menyusui). Tujuannya adalah agar dapat hidup
sehat dan melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti bekerja, belajar, berolahraga,
berekreasi dan aktivitas lainnya.
Menurut Kemenkes, 2014 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi
Bangsa Indonesia selanjutnya disingkat AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat
gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. AKG
merupakan kecukupan pada tingkat konsumsi sedangkan pada tingkat produksi dan
penyediaan pangan perlu diperhitungkan kehilangan dan penggunaan lainnya dari
tingkat produksi sampai tingkat konsumsi. Rata-rata kecukupan energi dan protein
bagi penduduk Indonesia masing-masing sebesar 2150 Kilo kalori dan 57 gram per
orang per hari pada tingkat konsumsi.
C. KEGUNAAN
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 2013 tentang Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan bagi bangsa Indonesia, menyatakan bahwa kegunaan utama
dari AKG adalah untuk:
1. Acuan dalam menilai kecukupan gizi
2. Acuan dalam menyusun makanan sehari-hari termasuk perencanaan makanan
di institusi
3. Acuan perhitungan dalam perencanaan penyediaan pangan tingkat regional
maupun nasional
4. Acuan pendidikan gizi, dan
5. Acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi.
Perlu diketahui bahwa AKG yang dianjurkan adalah di tingkat konsumsi
dan tingkat faal/fisiologis, oleh karena itu kalau merencanakan produksi pangan
harus mempertimbangkan kehilangan pangan yang terjadi pada tahan perlakuan
pasca panen. AKG ditetapkan dengan memperhatikan kebutuhan faal rata-rata
tubuh terhadap zat gizi yang susah diserap oleh tubuh. Penetapan ini pula
mempertimbangkan kehilangan karena penyerapan tubuh tidak sempurna. Dengan
demikian dalam AKG sudah mempertimbangkan faktor keamanan untuk setiap zat
gizi, kondisi faalinya, dan variasi antar penduduk.
Pada perhitungan kecukupan zat gizi yang dianjurkan, pada umumnya
sudah diperhitungkan faktor variasi kebutuhan individu, sehingga AKG kecuali
untuk energi setingkat dengan kebutuhan rata-rata ditambah 2 kali simpang baku
(standar deviasi). Dengan demikian kecukupan yang dianjurkan sudah mencakup
lebih dari 97,5 % populasi. Penetapan kecukupan vitamin dan mineral sudah
mencakup terciptanya cadangan zat gizi bersangkutan dalam tubuh. Cadangan ini
dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan pada waktu konsumsi zat gizi kurang dari
kebutuhan dalam waktu tertentu.
Penentuan AKG didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing
kelompok umur dan jenis kelamin. Berat badan yang menjadi patokan adalah
penduduk yang mempunyai derajat kesehatan yang optimal. Berat badan ini adalah
rata-rata, oleh karena itu apabila ada penyimpangan berat badan seperti di suatu
populasi banyak yang kurus, maka angka kecukupan dapat dihitung dari berat
badan idealnya.
Angka kecukupan gizi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI tahun
2013 terdiri dari 3 jenis tabel yaitu:
1. Angka Kecukupan Energi, protein, lemak, karbohidrat, serta dan air yang
dianjurkan untuk orang Indonesia (per orang per hari).
2. Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia (per orang
per hari) Kelompok.
3. Angka Kecukupan Mineral yang dianjurkan untuk orang Indonesia (per orang
per hari).
Untuk lebih jelasnya tentang AKG yang dianjurkan untuk bangsa Indonesia
sesuai dengan Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran 1.
Bahan makanan tiap golongan dalam jumlah yang dinyatakan dalam daftar,
bernilai gizi hampir sama, oleh karena itu satu sama lain dapat saling menukar.
Karena satu sama lain saling bisa ditukar, maka istilah tersebut dinamakan 1 (satu)
satuan penukar.
Beberapa lembaga yang bergerak di bidang gizi banyak mengeluarkan
daftar bahan makanan penukar (DKBM) antara lain Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, Kementrian Kesehatan RI, Instalasi Gizi di berbagai rumah sakit, dan
Dinas Kesehatan Propinsi. Masing-masing instansi mengeluarkan sesuai dengan
versi dan data yang dimiliki oleh instansi tersebut. Sebagai contoh Pusat Diabetes
& lipid Jakarta, RSCW/FKUI dan Instalasi Gizi RSCM, 2011 menyusun buku
Daftar Bahan Makanan Penukar. Buku tersebut berisi petunjuk praktis perencanaan
makan sehat, seimbang, bervariasi, dan sistem carbohydrate counting yang
dilengkapi dengan bahan makanan penukar berbagai masakan.
2. Kegunaan
Ada beberapa kegunaan dibuatnya daftar bahan makanan penukar.
Kegunaan tersebut antara lain:
a. Cara mudah bagi dietesin/Ahli Gizi dan pasien dalam merencanakan dan
menyusun variasi menu. Menu yang disusun disesuaikan dengan kebutuhan,
keadaan fisiologis dan patologis, bahan makanan yang tersedia, ekonomi, dan
budaya.
b. Sebagai alat untuk pengumpulan data survei konsumsi. Dalam pengumpulan
data di suatu daerah, kadang-kadang bahan makanan/makanan tidak dijumpai
dalam daftar komposisi bahan makanan (DKBM), oleh karena itu sangat
diperlukan daftar bahan makanan penukar sebagai padanan bahan makanan
daerah tersebut.
c. Sebagai alat atau bahan untuk konseling gizi. Dalam proses konsultasi gizi,
DBMP sangat diperlukan baik oleh konselor gizi maupun pasien/klien.
Biasanya sehabis konsultasi gizi pasien diberi leaflet DBMP untuk dapat
dijadikan dasar dalam penyusunan menu di rumah.
Tabel 10.1 Kandungan Energi dan Zat Gizi Bahan Makanan Penukar
Bahan makanan penukar Karbohidrat Protein Lemak Energi
(gram) (gram) (gram) (Kkal)
I. Sumber karbohidrat 40 4 - 175
II. Sumber protein hewani
Rendah lemak - 7 2 50
Lemak sedang* - 7 5 75
Lemak tinggi# - 7 13 150
III. Sumber protein nabati 7 5 3 75
IV. Sayuran
Golongan A - - - -
Golongan B 5 1 - 25
Golongan C 10 3 - 50
V. Buah-buahan dan gula 12 - - 50
VI. Susu
Tanpa lemak 10 7 - 75
Lemak sedang 10 7 6 125
Tinggi lemak 10 7 10 150
VII. Minyak
Lemak tidak jenuh - - 5 50
Lemak jenuh - - 5 50
VIII. Makanan tanpa kalori
Protein rendah lemak (2g) *Protein lemak sedang (5g) #Protein tinggi lemak
(13g)
Sumber: Sarwono Waspadji, dkk. 2011. Daftar Bahan Makanan Penukar.
Badan Penerbit Fakultar Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Halaman 3.
BAB 10
TEKNIK WAWANCARA DALAM SURVEY KONSUMSI
Ada berbagai cara dan teknik pengumpulan data survei konsumsi. Di antara
teknik tersebut adalah dengan cara penimbangan, pencatatan, observasi, dan teknik
wawancara. Dalam pengumpulan data survei konsumsi teknik wawancara adalah
merupakan teknik yang paling sering digunakan. Untuk maksud tersebut di bawah
ini akan diuraikan secara komprehensif teknik wawancara yang meliputi,
pengertian, tujuan, jenis, kelebihan dan kelemahan, faktor-faktor yang
mempengaruhi, persiapan wawancara, teknik wawancara, wawancara efektif,
sumber kesalahan, dan penerapan dalam survei konsumsi.
A. PENGERTIAN
Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan wawancara atau
interview. Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dalam pengumpulan
data terutama pada penelitian yang bersifat sosial dengan cara bertanya langsung
oleh pewawancara atau interviewer kepada responden atau interviewer. Umumnya
dalam wawancara menggunakan ceklist atau daftar pertanyaan.
Menurut notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa wawancara adalah suatu
metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapat
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran atau responden, atau
bercakap-cakap bertatap muka dengan orang tersebut (face to face
Communications). Joseph (2011) mengatakan wawancara adalah bentuk khusus
komunikasi antarpribadi. Dalam wawancara, dua orang berkomunikasi terutama
melalui bentuk tanya jawab untuk mencapai tujuan tertentu. Gejala sosial yang
tidak dapat terlihat melalui observasi dapat digali secara mendalam melalui teknik
wawancara. Menurut Hadi (2002), keterangan yang bersifat verbal dapat dicek
dengan ekspresi muka serta gerak gerik tubuh, sedangkan ekspresi dan gerak gerik
dapat dicek dengan pertanyaan verbal.
Pada saat interview berlangsung masing-masing pihak mempunyai
kedudukan yang berbeda. Pihak pertama berkedudukan sebagai pengejar
informasiasx (information hunter) sedangkan pihak kedua sebagai pemberi
informasi (information supplier) atau informan. Tugas pengejar informasi adalah
mengajukan pertanyaan, menilai jawaban, meminta penjelasan, melaksanakan
paraphrase, mencatat, dan mengadakan prodding atau menggali keterangan yang
lebih mendalam. Sedangkan tugas informan atau responden adalah menjawab
pertanyaan, memberikan penjelasan, dan kadang-kadang juga
membahas/mengajukan pertanyaan yang sulit dimengerti.
Dalam wawancara tidak hanya mendapatkan jawaban secara lisan dalam
bentuk beberapa variabel tetapi dengan wawancara peneliti mendapat beberapa hal
penting yaitu:
1. Memperoleh kesan langsung dari responden.
2. Menilai kebenaran yang dikatakan responden.
3. Membaca raut muka atau mimik dari responden.
4. Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak dimengerti responden.
5. Menggali jawaban bila diperlukan hal-hal yang mendetail.
Teknik wawancara bukan merupakan hal yang terpisah dari suatu penelitian
tetapi merupakan pelengkap bagi metode-metode lainnya. Dengan wawancara akan
diperoleh data yang mempunyai akurasi dan presisi yang tinggi. Oleh karena itu
hubungan antara pewawancara dan responden harus:
1. Saling melihat, saling mendengar, dan saling mengerti.
2. Proses komunikasi yang biasa, tidak terlalu formal.
3. Saling menghargai.
4. Saling menjaga hal-hal yang bersifat sensitif.
5. Fokus pada tujuan wawancara.
6. Membina suasana yang menyenangkan.
7. Adanya keterbukaan antara pewawancara dan responden.
B. TUJUAN
Secara umum dalam bidang kesehatan, tujuan wawancara ada 2 (dua) yaitu
untuk kepentingan diagnostik dan untuk pengobatan. Tujuan secara diagnostik
adalah untuk mengetahui kondisi dari responden seperti masalah yang dialami dan
penyebab masalah tersebut. Contoh di masyarakat sekarang banyak prevalensi anak
balita pendek sebanyak 35,6%. Penyebab terjadinya balita pendek tersebut akibat
konsumsi yang sangat kurang pada saat 1000 hari kehidupan atau saat dalam
kandungan sampai berumur 2 tahun.
Tujuan wawancara pengobatan adalah untuk mendapatkan data dengan
tujuan terapi. Contoh data berat badan dapat digunakan untuk menentukan dosis
obat pada pasien. Data tanda dan gejala seseorang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis penyakit dan pada akhirnya dapat digunakan sebagai dasar
pengobatan.
C. JENIS WAWANCARA
Wawancara dapat dibedakan berdasarkan jenisnya. Menurut Notoatmodjo
(2010) ada 4 (empat) jenis wawancara yaitu wawancara tidak terpimpin (non
directive or unguided interview), wawancara terpimpin (structured interview),
wawancara bebas terpimpin, dan Free talk dan diskusi atau wawancara bebas tidak
terpimpin. Dalam pelaksanaan survei konsumsi umumnya menggunakan
wawancara terpimpin, seperti yang dilakukan pada saat pengumpulan data
konsumsi makanan Riskesdas tahun 2010. Di bawah ini akan diuraikan keempat
jenis wawancara tersebut di atas.
2. Wawancara terpimpin
Wawancara terpimpin merupakan kebalikan dari wawancara tidak
terpimpin. Ciri pokok dari wawancara ini adalah interviewer terikat oleh suatu
fungsi yang telah dipersiapkan sebelum pelaksanaan wawancara. Inti dari
wawancara terpimpin adalah adanya pedoman wawancara, sehingga siapa pun
sebagai interviewer harus mengikuti sistematika, tujuan, dan prosedur yang telah
ditetapkan.
Ada beberapa kebaikan dari wawancara terpimpin yaitu:
a. Pengumpulan dan pengolahan data berjalan dengan cermat dan teliti.
b. Interviewer dapat dilakukan oleh banyak orang, karena adanya buku pedoman
yang jelas.
c. Hasilnya dapat disajikan secara kualitatif dan kuantitatif.
d. Adanya pertanyaan yang sama akan memungkinkan hasilnya bisa
dibandingkan.
e. Pemecahan masalah dan pembuktian hipotesis akan lebih mudah dilakukan.
f. Hasil kesimpulan lebih valid dan reliabel.
Kelemahan dari jenis wawancara ini adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan wawancara terlihat kaku dan kurang fleksibel.
b. Hubungan dan suasana saat wawancara terlihat sangat formal dan data yang
diperoleh kurang mendalam. Seolah-olah suasana wawancara antara
interviewer dan interviewee seperti tanya jawab antara hakim dan terdakwa.
c. Interviewer terbatas menanyakan sesuatu, sehingga hasilnya kurang mendetail
atau mendalam.
Situasi Wawancara:
1. Waktu
2. tempat
Pewawancara: Responden:
1. Karakteristik sosial 1. Karakteristik sosial
2. Keterampilan 2. Kemampuan
Isi kuesioner:
1. Peka untuk
ditanyakan
2. Sukar
Sumber: Warwick Donald P, dkk dalam Singarimbun dan Efendi, 1987. Metode
Penelitian Survei. Halaman 146.
2. Pelaksanaan wawancara
Pelaksanaan wawancara harus efektif dan efisien. Efektif artinya waktu
yang dibutuhkan singkat tapi mendapatkan data yang lengkap. Efisien artinya
tujuan tercapai dan tidak menimbulkan dampak yang negatif. Untuk maksud
tersebut di bawah ini akan diuraikan langkah-langkah wawancara survei konsumsi
agar efektif dan efisien, yaitu:
1. Memberi salam kepada responden. Jenis salam menyesuaikan dengan budaya
dan adat istiadat di daerah penelitian. Dalam layanan prima sekarang ini
beberapa instansi menyarankan “5 S” yaitu senyum, sapa, salam, sopan, dan
santun.
2. Memperkenalkan diri. Identitas yang perlu diperkenalkan adalah yang bersifat
netral, antara lain: nama, alamat, dan profesi.
3. Membina hubungan yang baik. Hubungan baik dapat dilakukan dengan
menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan kondisi fisik dan psikologis
responden seperti kondisi ruangan yang nyaman, letak rumah yang strategis,
foto dan gambar yang ada dalam ruangan, dan keadaan kesehatan responden.
Strategi yang bisa dilakukan adalah cara “rapport”. Rapport adalah suatu
kondisi psikologis yang menunjukkan bahwa responden bisa bekerjasama,
bersedia menjawab pertanyaan, dan memberikan informasi yang sebenarnya.
4. Meminta ketersediaan untuk menjadi responden. Jika diperlukan dalam bentuk
inform concent. Hal ini sangat perlu dilakukan untuk menghargai hak asasi
mereka. Kalau responden tidak bersedia, sebaiknya wawancara tidak perlu
diteruskan.
5. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara. Responden harus mengetahui
tujuan wawancara agar jawaban bisa lebih terarah sesuai dengan substansi
penelitian.
6. Memulai bertanya sesuai dengan kuesioner.
a. Dalam bertanya jangan memperlihatkan gaya seperti hakim (menghakimi),
perlihatkan kesungguhan, sikap dewasa, memperhatikan etika, cara
berbicara sesuai dengan kondisi responden, tunjukkan sikap empati, dan
menghargai setiap jawaban yang diberikan.
b. Mulai pertanyaan yang mudah dijawab responden seperti nama responden,
umur, alamat, jumlah anggota keluarga, dan lain-lain. Selanjutnya
pertanyaan mengikuti sistematika yang ada.
c. Apabila responden belum bisa menjawab karena pertanyaan belum
dimengerti, lakukan paraphrase. Paraphrase adalah mengubah pertanyaan
sesuai dengan bahasa pewawancara agar mudah dimengerti oleh responden.
d. Apabila menginginkan jawaban yang lebih rinci atau mendetail, lakukan
probing. Probing adalah menggali informasi lebih mendalam.
e. Apabila kesulitan dalam menentukan berat bahan makanan, gunakan URT
untuk mengonversi ke berat dalam gram.
f. Catat semua jawaban yang telah diberikan dalam kuesioner/atau lembar
catatan tersendiri. Bisa juga mencatat kejadian-kejadian khusus selama
wawancara berlangsung. Pewawancara jangan sibuk sendiri mencatat
sehingga ada jeda dan responden bosan menunggu pertanyaan berikutnya.
Ada kalanya saat wawancara hanya mencatat poin-poin saja, setelah
wawancara diisi secara lengkap. Jangan menunda mengisi karena semakin
lama diisi kemungkinan lupa lebih besar.
3. Mengakhiri wawancara
Dalam rangka mengakhiri wawancara lakukan hal berikut, antara lain:
a. Mengecek kembali jawaban responden sesuai kuesioner. Apabila ada yang
belum terisi, tanyakan kembali kepada responden.
b. Memohon maaf apabila ada tutur kata dan perilaku yang kurang berkenan.
c. Memberikan penghargaan atas ketersediaan menjadi responden (bila perlu
cinderamata/kompensasi).
d. Ucapan terima kasih.
e. Memohon kepada responden kesediaannya dikunjungi kembali, apabila
diperlukan.
f. Mengecek peralatan dan bahan jangan sampai ada yang tertinggal.
g. Memberikan kesan yang baik.
Contoh Formulir Recall 24 Jam
(Riskesdas, 2010)
Selingan
Siang
Selingan
Malam
Nama Interviewer :
Nama Interviewee :
Tempat :
No. Kegiatan Bobot Penilaian
0 1 2
1 Salam, senyum, Perkenalan diri 1
2 Pendahuluan : 1
a. Meminta kesediaan menjadi responden
(inform Concern)
b. Menjelaskan maksud dan tujuan
3 Menanyakan identitas (nama, usia, jenis kelamin, 1
pekerjaan, aktifitas, riwayat penyakit, faktor resiko)
4 Wawancara: 1
h. Sikap dan gaya bertanya yang baik dan
sopan
i. Menanyakan secara lengkap 24 jam
5 Penggunaan URT dan food model 2
6 Menanyakan atau mengukur antropometri (TB, 2
BB)
7 Mengakhiri wawancara: 1
f. Ucapan terima kasih
g. Salam
8 Kebutuhan kalori : 1
a. Menentukan BMR
b. Menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan kalori (usia,
penyakit, status gizi)
c. Menentukan kebutuhan kalori
9 Penilaian status gizi : 1
a. Menghitung IMT/z score
(BB/U,TB/U,BB/TB)
b. Interpretasi status gizi
10 Menganalisa kesesuaian antara data dengan 1
kecukupan/kebutuhan kalori dan
Memberikan rekomendasi terkait gizi
11 Mengeplot data pasien ke KMS 1 secara lengkap 2
12 Mengeplot data pasien ke KMS 2 secara lengkap 2
13 Mengeplot data pasien ke KMS 1 secara benar 2
14 Mengeplot data pasien ke KMS 2 secara benar 2
15 Melakukan interpretasi KMS 1 2
16 Melakukan interpretasi KMS 2 2
Penguji,
DAFTAR SINGKATAN
PTM : Penyakit Tidak Menular
WHO : World Health Organization
FFQ : Food Frequency Questionnaire
Gaki : Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
KVA : Kekurangan Vitamin A
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
NTB : Nusa Tenggara Barat
AKG : Angka Kecukupan Gizi
DKBM : Daftar Komposisi Bahan Makanan
NTT : Nusa Tenggara Timur
PKG : Pemantauan Konsumsi Gizi
PGRS : Pelayanan Gizi Rumah Sakit
ABCD” : Anthropometry (antropometrik), Biochemical (biokimia), Clinical
(klinis), dan Dietary (diet).
URT : Ukuran Rumah Tangga
DBMP : Daftar Bahan Makanan Penukar
DKGJ : Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan
DKMM : Daftar Konversi Berat Mentah Masak
DKPM : Daftar Konversi Penyerapan Minyak
ASI : Air Susu Ibu
FAO : Food and Agricultural Organization
UK : Unit Konsumsi
UM : Meal Unit
CU : Consumption Unit
BB : Berat Badan
TB : Tinggi Badan
RDA : Recommended Dietary Allowances
Persegi : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
Bdd : Bagian yang dapat dimakan
5’ S : Senyum, sapa, salam, sopan, dan santun