DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
JUDUL…………………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………...
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….
Bab 1 Pendahuluan …………………………………………………………………………..
Bab II Isi
1) Pengertian Asma ………………………………………………………………………..
2) Etiologi Asma …………………………………………………………………………...
3) Manifestasi Klinik Asma ……………………………………………………………….
4) Pencegahan Asma ………………………………………………………………………
5) Pemeriksaan Penunjang Asma ………………………………………………………..
6) Pengobatan Asma ……………………………………………………………………...
7) Asuhan Keperawatan Asma …………………………………………………………..
1. Latar Belakang
1. Pengertian Asma
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang
memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak
nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Atau
dengan kata lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan saluran nafas
yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental yang berlebih
(Prasetyo, 2010)
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan
oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-
lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea,
whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan
terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).
Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama yang
biasa kita pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan
penyakit menular, tetapi faktor keturunan (genetic) sangat punya peranan besar di
sini. Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberikan respon
yang sangat berlebihan jika mengalami rangsangan atau ganguan. Saluran
pernafasan tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang
masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa mengakibatkan salah satu atau
gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, nafas pendek, tersengal-
sengal, hingga nafas yang berbunyi ”ngik-ngik” (Hadibroto et al, 2006).
2. Etiologi Asma
GINA (2012) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya
asma dibagi menjadi faktor yang menyebabkan perkembangan asma dan faktor
yang memicu gejala asma.
a. Faktor host
1) Genetik
Studi keluarga dan analisis asosiasi kontrol kasus telah mengidentifikasi
sejumlah kromosom yang berkaitan dengan kerentanan asma. Kecenderungan
untuk menghasilkan kadar serum IgE total yang meningkat bersamaan dengan
terjadinya hiperresponsif jalan napas merupakan salah satu contoh penyebab
terjadinya asma yang disebabkan oleh faktor genetik.
2) Obesitas
Asma cenderung banyak ditemukan pada orang obesitas dengan BMI > 30
kg/m2 dan sulit untuk dikontrol. Efek obesitas pada mekanisme paru berpengaruh
pada jalan napas sehingga mengakibatkan penurunan fungsi paru, dalam hal ini
pasien obesitas memiliki pengurangan volume cadangan respirasi dan pola napas
yang berpengaruh terhadap elastisitas otot polos dan fungsi saluran napas lainnya.
3) Jenis kelamin
Pada usia anak-anak yaitu sebelum usia 14 tahun, jenis kelamin laki-laki
lebih berisiko mengalami asma dibandingkan dengan perempuan, hal tesebut
dikarenakan ukuran paru-paru pada laki-laki ketika lahir lebih kecil dibandingkan
perempuan. Akan tetapi, ukuran paru-paru pada laki-laki ketika dewasa lebih
besar dibandingkan perempuan, sehingga beberapa penelitian menyebutkan di
usia dewasa perempuan cenderung lebih berisiko mengalami asma dibandingkan
laki-laki.
b. Faktor lingkungan
1) Alergen
Alergen dapat menyebabkan kekambuhan pada penyakit asma. Jenis
alergen dibagi menjadi dua, yaitu alergen indoor dan alergen outdoor. Alergen
indoor merupakan alergi sebagai faktor pencetus asma yang didapatkan dari
dalam ruangan, seperti debu rumah, bulu pada binatang (anjing, kucing, dan
hewan pengerat), alergen pada kecoak dan jamur (alternaria, aspergilus,
caldosporium, dan candida), sedangkan alergen outdoor merupakan alergen yang
didapatkan dari luar ruangan, seperti serbuk pada pohon, gulma, rumput, jamur,
dsb.
2) Infeksi
Sejumlah virus berkaitan dengan fenotif asma muncul sejak masa bayi.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan parainfluenza virus menghasilkan pola
gejala bronkiolitis yang mirip dengan gejala asma pada anak. Hipotesis terkait
kebersihan menunjukkan bahwa paparan infeksi di awal kehidupan perkembangan
anak juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang berkaitan dengan
terjadinya asma pada anak.
3) Asap rokok
Asap rokok pada perokok aktif maupun pasif menyebabkan terjadinya
percepatan penurunan fungsi paru, meningkatkan keparahan asma,
glukokortikosteroid sistemik, mengakibatkan penderita asma kurang responsif
terhadap pengobatan yang diberikan sehingga mengakibatkan rendahnya
kemungkinan dapat terkontrolnya suatu penyakit asma pada pederita.
4) Makanan
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa bayi yang diberikan susu sapi
maupun susu protein kedelai memiliki insiden lebih tinggi mengalami mengi
dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI. Peningkatan penggunaan makanan
olahan yang mengandung pewarna, pengawet, mengandung lemah jenuh
berkontribusi dalam peningkatan gejala munculnya penyakit asma.
4. Pencegahan Asma
Masalah paru yang satu ini adalah jenis penyakit yang dapat dikendalikan
dengan mengatur pola hidup sehat. Selain itu, sebaiknya perhatikan beberapa hal
berikut:
- Mengenali dan menghindari pemicu asma
- Mengikuti anjuran rencana penanganan asma dari dokter
- Melakukan langkah pengobatan yang tepat dengan mengenali penyebab
serangan asma
- Menggunakan obat-obatan asma yang telah dianjurkan oleh dokter secara
teratur;
- Memonitor kondisi saluran napas.
Perlu diperhatikan, penggunaan inhaler justru berisiko meningkatkan
reaksi asma oleh karena itu, penting untuk mendiskusikannya dengan dokter,
supaya rencana penanganan asma disesuaikan dengan kebutuhan. Vaksinasi
flu dan pneumonia juga disarankan untuk pengidap asma untuk mencegah
komplikasi berbahaya yang berkaitan dengan pernapasan.
beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mencegah datangnya
masalah asma.
6. Pengobatan Asma
Pengobatan asma bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah timbulnya
serangan asma. Dokter akan menyesuaikan metode pengobatannya dengan
penyebab asma, serta usia, tingkat keparahan kondisi, dan respons pasien terhadap
pengobatan. Pengobatan asma dapat dilakukan dalam jangka pendek atau jangka
panjang. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing metode beserta
pengobatannya:
Pengobatan Jangka Pendek
Metode pengobatan jangka pendek bertujuan untuk secara cepat meredakan
serangan asma saat sedang terjadi dan mencegah kekambuhan gejala. Ada tiga
jenis obat yang dapat digunakan pada metode ini, yaitu:
1. Inhaler short-acting beta2-agonist
Inhaler dapat digunakan untuk meredakan gejala dengan cepat saat serangan asma
sedang berlangsung. Obat ini dapat membuka saluran pernapasan yang
menyempit sehingga udara dapar kembali masuk. Meski inhaler dapat dengan
mudah meredakan gejala asma, obat ini sebaiknya hanya digunakan sesuai dengan
anjuran dokter. Hal ini karena penggunaannya tidak boleh terlalu sering dan perlu
dicatat tiap minggunya.
2. Kortikosteroid oral atau infus
Dokter akan meresepkan kortikosteroid untuk meredakan peradangan di saluran
pernapasan.
3. Obat antikolinergik
Obat antikolinergik, seperti ipratropium dan tiotropoium, digunakan untuk
melemaskan saluran pernapasan sehingga pasien bisa lebih mudah bernapas.
b) Diagnosa Keperawatan
Menurut diagnosis keperawatan Nanda (2015),
diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada pasien dengan
asma adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
mucus dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi
mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan
otot pernafasan dan deformitas dinding dada
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon
dioksida
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas
dan volume sekuncup jantung
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan laju metabolic, dispnea saat makan,
kelemahan otot penguyah
7. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita
c) Intervensi Keperawatan
Berikut ini adalah intervensi yang dirumuskan untuk mengatasi masalah
keperawatan pada klien dengan asma bronkial : Ketidakefektifan bersihan
jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret. Nursing Outcomes
Classification (NOC) : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan
mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif. Domain 2 : kesehatan
Fisiologis, Kelas E : jantung paru. 0410 : saluran trakeobronkial yang
terbuka dan lancar untuk pertukaran udara berat (2) menjadi ringan
(4)dengan indikator :Kemampuan untuk mengeluarkan sekret, frekuensi
pernafasan, suara napas tambahan, batuk. Nursing Interventions
Classification (NIC) Airway Management : 1) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, 2) keluarkan sekret dengan batuk (teknik batuk
efektif), 3) monitor vital sign (RR), 4) observasi suara tambahan, 5) latih
napas dalam (teknik relaksasi).Ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan keletihan. otot pernafasan dan deformitas dinding dada. Nursing
Outcomes Classification (NOC) : setelah dilakukan tindakan keperawatan
pasien akan mempertahankan pola napas yang efektif. Domain 2 :
kesehatanFisiologis, Kelas E : jantung paru. 0402: pertukaran
karbondioksida dan oksigen di alveoli untuk mempertahankan
konsentrasi darah arteri berat (2) menjadi ringan (4) dengan
indikator : Saturasi oksigen, sianosis, gangguan kesadaran, keseimbangan
ventilasi dan perfusi. Nursing Interventions Classification (NIC) : Monitor
Pernapasan 1) Monitor kecepatan, irama, kedalam dan kesulitan bernafas, 2)
Monitor saturasi oksigen, 3) palpasi kesimetrisan ekspansi paru, 4) monitor
pola napas.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon
dioksida. Nursing Outcomes Classification (NOC) : setelah
dilakukan tindakan keperawatan pasien akan mempertahankan
pertukaran kepatenan pertukaran gas. Domain 2 : kesehatan
Fisiologis, Kelas E : jantung paru. 4020 : pertukaran karbondioksida dan
oksigen di alveoli untuk mempertahankan konsentrasi darah arteri berat (2)
menjadi ringan (4) dengan indikator : Saturasi oksigen, Sianosis, Gangguan
kesadaran, Keseimbangan ventilasi dan perfusi. Nursing Interventions
Classification (NIC) : Terapi oksigen : 1) Pertahankan kepatenan
jalan napas, 2) Berikan oksigen seperti yang diperintahkan, 3)
Monitor aliran oksigen, 4)Batasi merokok. Penurunan curah jantung
berhubungan dengan kontakbilitas dan volume sekuncup jantung.Nursing
Outcomes Classification (NOC) : setelah dilakukan tindakan keperawatan
pasien akan mempertahankan curah jantung yang stabil dengan kriteria hasil
Domain 2 : kesehatan Fisiologis, Kelas E : jantung paru, Denyut nadi apikal,
Tekanan darah sistol dan distol, Ukuran jantung, Intoleransi aktivitas.
Nursing Interventions Classification (NIC) : Perawatan jantung : 1) Catat
tanda dan gejala penurunan curah jantung, 2) Monitor EKG, 3) Evaluasi
perubahan tekanan darah, 4) Monitor sesak, kelelahan, takipnea Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(hipoksia) kelemahan. Nursing Outcomes Classification (NOC) : setelah
dilakukan tindakan keperawatan pasien akan mempertahankan toleransi
aktivitas yang adekuat dengan kriteria hasil:Domain 1 : fungsi kesehatan,
Kelas A :
pemeliharaan energi, Saturasi oksigen ketika beraktivitas, Frekuensi
nadi keyika beraktivitas, Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas,
Warna kulit, Tekanan darah sistolik dan diastolik ketika beraktivitas.
Nursing Interventions Classification (NIC): Manajemen energi : 1) Monitor
respirasi pasien selama kegiatan, 2) Bantu pasien identifikasi pilihan-pilihan
aktivitas, 3) Bantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat, 4) Monitor
respon oksigen pasien.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan laju metabolic, dispnea saat makan, kelemahan
otot penguyah. Nursing Outcomes Classification (NOC) :
setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan mempertahankan
nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:Domain 2 : kesehatan fisiologi,
Kelas K :
pencernaan & nutrisi, Asupan makanan, Asupan cairan, Energi, Rasio tinggi
badan/berat badan. Nursing Interventions Classification (NIC): Pemberian
makan : 1) Tanyakan pasien makanan yang disukai, 2) Atur makanan sesuai
dengan kesenangan pasien, 3) Beri minum pada saat makan, 4) Catat
asupan.Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita. Nursing
Outcomes Classification (NOC) : setelah dilakukan tindakan keperawatan
pasien akan menurunkan tingkat kecemasannya dengan kriteria
hasil:Domain 3 : kesehatan psikososial, Kelas M : kesejahteraan psikologis,
Perasaan gelisah, Kesulitan berkonsentrasi, Meremas-remas tangan, Wajah
tegang. Nursing Interventions Classification (NIC): Pengurangan kecemasan
: 1) Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatakan kepercayaan, 2)
Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi, 3) Kaji
untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan, 4) Dorong keluarga
untuk mendampingi klien.
d) Implementasi Keperawatan
1. Hindari alergen
Salah satu penatalaksanaan asma adalah menghindari eksaserbasi. Anak
yang rentan tidak dibiarkan untuk terpajan cuaca yang sangat dingin,
berangin, atau cuaca ekstrem lainnya, asap,spray, atau iritan lainnya.
2. Meredakan bronkospasme
Anak diajarkan untuk mengenali tanda dan gejala awal serangan sehingga
dapat dikendalikan sebelum gejala tersebut semakin berat. Tanda-tanda
objektif yang dapat diobservasi orang tua antara lain rinorea, batuk, demam
ringan, iritabilitas, gatal (terutama leher bagian depan dan dada), apati,
ansietas, gangguan tidur, rasa tidak nyaman pada abdomen, kehilangan
nafsu makan.Anak yang menggunakan nebulizer, MDI, diskhaler,
atau rotahaler untuk memberikan obat perlu mempelajari cara penggunaan
alat tersebut dengan benar.(Wong,2014)
e) Evaluasi Keperawatan
Efektivitas intervensi keperawatan ditentukan dengan
pengkajian ulang yang kontinu dan evaluasi perawatan berdasarkan
panduan observasi dan hasil yang diharapkan berikut ini:
1. Tanyakan keluarga mengenai upaya membasmi atau
menghindari alergen
2. Amati anak untuk adanya tanda-tanda gejala pernapasan
3. Kaji kesehatan umum anak
4. Amati anak dan tanyakan keluarga mengenai infeksi atau
komplikasi lainnya
5. Tanyakan anak tentang aktivitas sehari-hari
6. Tantukan tingkat pemahaman keluarga dan anak terhadap
kondisi anak dan tentang terapu yang harus dilakukan.(Wong,
2014)
BAB III
PENUTUP
1) Kesimpulan
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif
intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu : Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) ,Asma
gabungan. Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab
timbulnya serangan asma bronkhial yaitu : faktor predisposisi(genetic),
faktor presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja,
olahraga/ aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan serangan asma dapat
dilakukan dengan :
1. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
2. Menghindari kelelahan
3. Menghindari stress psikis
4. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
Olahraga renang, senam asma
2) Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua
pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah terulis
dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan
pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah
kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 22 Juni 2012 dari USU
digital library:
Clark Varnell Margaret. (2013). Asma; Panduan Penatalaksanaan Klinis. Jakarta : EGC
Nelson. (2013). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, vol.1. Jakarta : EGC