Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK K USIA 4 TAHUN DENGAN

BATUK BUKAN PNEUMONIA DI PMB SITI RUGAYAH, AMd.Keb


KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG

Tanggal : 4 November 2019

Asuhan Kebidanan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik


Kebidanan II Semester V

OLEH :

ZANATUN FATIMAH

NIM. BOB0171737

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
semua rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan “Asuhan
Kebidanan Pada Anak K Usia 4 Tahun dengan Batuk Bukan Pneumonia”, sebagai
salah satu syarat menyelesaikan Tugas Praktek Klinik Kebidanan II pada Program
Studi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :

1. dr. Mulyohadi Sungkono, SpOG (K), selaku Pembina Yayasan Ken Dedes
Malang
2. drg. Suharwati selaku Ketua Yayasan Ken Dedes Malang
3. dr. Endah Puspitorini, MscIH, DTMPH, selaku PLH Ketua Yayasan Ken
Dedes Malang
4. Dr. Edi Murwani, AMd.Keb., S.Pd., MMRS, selaku Ketua STIKes Kendedes
Malang
5. Lilik Winarsih, S.ST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
STIKes Kendedes Malang
6. Eva Inayatul Faiza, SKM., M.Kes, selaku Pembimbing Institusi
7. Siti Rugayah, AMd.Keb, selaku Pembimbing Klinik
8. Riski Akbarani, SKM.,M.Kes, Selaku Pembimbing Akademik
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam
penyusunan asuhan kebidanan ini. Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan asuhan kebidanan
ini.

Malang, 4 November 2019

2
Penulis

LEMBAR PENGESAHAN

Ditulis Oleh : Zanatun Fatimah


NIM : BOB0171737
Judul : Asuhan Kebidanan Pada Anak K Usia 4 Tahun dengan Batuk
Bukan Pneumonia di PMB Siti Rugayah, AMd.Keb Kecamatan Pakis Kabupaten
Malang

Siti Rugayah, AMd.,Keb (......................) (........................)


NIP. 197504152008012013 TandaTangan Tanggal
Pembimbing Klinik

Eva Inayatul Faiza,SKM.,M.Kes (......................) (........................)


NIDN. 0710028401 TandaTangan Tanggal
Pembimbing Institusi

Riski Akbarani,SKM.,M.Kes (.....................) (.........................)


NIDN. 0707098302 TandaTangan Tanggal
Pembimbing Akademik

3
LEMBAR KONSUL

Ditulis Oleh : Zanatun Fatimah


NIM : BOB0171737
Judul : Asuhan Kebidanan Pada Anak K Usia 4 Tahun dengan Batuk
Bukan Pneumonia di PMB Siti Rugayah, AMd.Keb Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang

Hari/Tanggal Materi Yang Di Konsulkan Perbaikan Tanda Tangan

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1


1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................... 1
1.2.1 Tujuan Umum............................................................................... 1
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................... 1
1.3 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan........................................................................................ 2
1.5 Sistematika Penulisan................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep ISPA .......................................................................................... 4

2.2 Konsep Pneumonia ................................................................................. 15

2.3 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan.................................................. 25

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian............................................................................................... 37

3.2. Identifikasi Masalah Diagnosa/ Masalah................................................. 38

3.3. Antisispasi Masalah Potensial................................................................. 39

3.4. Identifikasi Kebutuhan Segera................................................................ 39

3.5. Intervensi................................................................................................. 39

3.6. Implementasi........................................................................................... 40

3.7. Evaluasi................................................................................................... 41

5
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 42

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 48


5.2 Saran .............................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA

6
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anak merupakan kelompok masyarakat yang rentan untuk terserang


berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi. Masa balita merupakan masa
yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini sangat pendek serta tidak
dapat diulangi lagi maka masa balita disebut juga sebagai “masa keemasan”
(golden period) dan “masa kritis” (critical period). Pertumbuhan dasar yang
berlangsung pada masa bayi dan anak akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Oleh sebab itu, kelompok ini harus
mendapat perlindungan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan menjadi terganggu atau
bahkan dapat menimbulkan kematian.
Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut sebagai ISPA adalah
infeksi yang mengganggu proses pernafasan seseorang. Infeksi ini umumnya
disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea (pipa pernafasan), atau
bahkan paru-paru. ISPA menyebabkan fungsi pernapasan menjadi terganggu.
Jika tidak segera ditangani, infeksi ini dapat menyebar ke seluruh sistem
pernapasan dan menyebabkan tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen.
Kondisi ini bisa berakibat fatal, bahkan sampai berujung pada kematian.
ISPA lebih banyak terjadi di negara berkembang dibandingkan negara
maju dengan persentase masing-masing sebesar 25%-30% dan 10%-15%.
Kematian balita akibat ISPA di Asia Tenggara sebanyak 2,1 juta balita pada
tahun 2004. India, Bangladesh, Indonesia dan Myanmar merupakan negara
dengan kasus kematian balita terbanyak akibat ISPA. ISPA selalu menduduki
peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyakdi Indonesia.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi ISPA ditemukan
sebesar 25,0%. Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi
pada kelompok umur 1-4 tahun yaitu sebesar 25,8%. Pada tahun 2014 kasus
ISPA pada balita tercatat sebesar 657.490 kasus (29,47%).

7
Dari hasil pencacatan dan pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur dan Dinas Kesehatan Kota Malang Tahun 2013, Cakupan penemuan
penderita ISPA peneumonia pada balita di Jawa Timur sebesar 31,81%
dengan jumlah penderita yang di laporkan oleh kabupaten/kota sebesar
97.735 orang balita . Di Malang tercatat sebanyak 4.665 (20,78%) balita yang
menderita ISPA pneumonia pada tahun 2013.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah melakukan asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa
dapat memberikan asuhan kebidanan pada kasus anak sakit dengan
Batuk Bukan Pneumonia
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan mahasiswa diharapkan dapat:
1. Melakukan pengkajian pada anak sakit dengan Batuk Bukan
Pneumonia
2. Mengidentifikasi masalah dan diagnosa pada anak sakit dengan
Batuk Bukan Pneumonia
3. Melakukan antisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi
pada anak sakit dengan Batuk Bukan Pneumonia
4. Melakukan identifikasi kebutuhan segera pada anak sakit dengan
Batuk Bukan Pneumonia
5. Membuat rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada anak
sakit dengan Batuk Bukan Pneumonia
6. Melaksanakan tindakan dari perencanaan yang telah dibuat pada
anak sakit dengan Batuk Bukan Pneumonia
7. Melakukan evaluasi yang telah dilaksanakan dan melakukan
asuhan selanjutnya pada anak sakit dengan Batuk Bukan
Pneumonia

1.3 Manfaat

8
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
memberikan asuhan kebidanan pada anak sakit dengan Batuk Bukan
Pneumonia serta dapat membantu dalam pelayanan kesehatan secara
langsung

1.4 Metode Penulisan


1.4.1 Wawancara
Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada keluarga
anak.
1.4.2 Observasi
Yaitu dengan melakukan pemantauan dan melihat tindakan yang
dilakukan klien.
1.4.3 Praktek langsung
Yaitu dengan melakukan tindakan yang dilakukan pada klien secara
langsung.
1.4.4 Dokumentasi status
Yaitu dengan cara melihat pada pencatatan data, pendokumentasian
mengenai klien di puskesmas.
1.4.5 Studi kepustakaan
Yaitu dengan membaca dan meninjau kasus yang diangkat pada buku
atau literatur yang ada.
1.5 Sistematika Penulis
Penyusunan asuhan kebidanan ini terbagi menjadi 5 bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan metodologi penulis dan
sistematika penulis.
BAB II TINJAUAN TEORI
Isi berupa cuplikan/ rujukan teori, konsep yang memiliki relevensi
dengan asuhan kebidanan yang diberikan beserta konsep teori
manajemen kebidanan sesuai dengan kasus yang dihadapi
BAB III TINJAUAN KASUS

9
Berisi tentang pengkajian data, identifikasi diagnosa/ masalah,
identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera,
intervensi, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan.
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan merupaka analisa dari penulis mengenai perbedaan
yang terjadi pada tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA )


2.1.1 Definisi ISPA
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan
atas. Yang benar II ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan
saluran pernapasan bagian bawah.
Istilah ISPA diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute
Respiratory Infections (ARI). ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi,
saluran pernapasan dan akut dengan pengertian (Yudarmawan, 2015),
sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit.
2. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga
alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup
saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian
bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernapasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam
saluran pernapasan (respiratory tract).
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut
meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
2.1.2 Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus,
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan
Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan

11
Miksovirus, Adnovirus Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2013 ).
2.1.3 Faktor Resiko ISPA
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2014 ) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
1. Jenis Kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki
lakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena
mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering
berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara.
2. Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak
terserang penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena
banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil
menggendong anaknya.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen
kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang
di masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya,
sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana pelayanan
kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti
bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang
penyakit ISPA.
4. Status gizi
Hasil penelitian Nuryanto (2014) menyebutkan bahwa balita
yang status gizinya kurang menyebabkan ISPA sebesar 29,91
kali lebih tinggi dibandingkan dengan balita yang mempunyai
status gizi baik.

12
5. Berat badan lahir rendah
Berdasarkan hasil penelitian Sarmia dan Suhartatik (2014) di
Kota Makkasar, didapatkan bahwa balita dengan berat badan
lahir rendah, yaitu: kurang dari 2.500 gram, menderita
pneumonia berulang sebesar 35%. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0.001 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai p<α, berarti ada hubungan antara
berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian pneumonia.
6. Status imunisasi
Menurut Depkes RI (2012), imunisasi adalah suatu upaya
untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular
tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu.
Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa
pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam
pemeliharaan kesehatan anak. Imunisasi bermanfaat untuk
mencegah beberapa jenis penyakit, seperti: polio (lumpuh
layu), TBC (batuk berdarah), difteri, liver (hati), tetanus, dan
pertusis. Bahkan imunisasi juga dapat mencegah kematian
dari akibat penyakit-penyakit tersebut. Jadwal pemberian
imunisasi sesuai dengan yang ada dalam Kartu 20 Menuju
Sehat (KMS) yaitu BCG : 0-11 bulan, DPT 3 kali : 2-11
bulan, Polio 4x : 0-11 bulan, Campak 1 kali : 9-11 bulan,
Hepatitis B 3 kali : 0-11 bulan. Selang waktu pemberian
imunisasi yang lebih dari 1 kali adalah 4 minggu. Berdasarkan
hasil penelitian Catiyas (2012), ada hubungan yang bermakna
antara status imunisasi dengan kejadian penyakit ISPA pada
balita. Balita yang status imunisasinya tidak lengkap memiliki
risiko 3,25 kali lebih besar untuk menderita penyakit ISPA
dibandingkan dengan balita dengan status imunisasi lengkap.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian
penyakit ISPA. Faktor lingkungan tersebut dapat berasal dari dalam

13
maupun luar rumah. Untuk faktor yang berasal dari dalam rumah
sangat dipengaruhi oleh kualitas sanitasi dari rumah itu sendiri,
seperti:
1. Kelembaban ruangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan
Udara Dalam Ruang Rumah menetapkan bahwa kelembaban
yang sesuai untuk rumah sehat adalah 40- 60%. Kelembaban
yang terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan
suburnya pertumbuhan mikrorganisme, termasuk
mikroorganisme penyebab ISPA (Kemenkes RI, 2012). Suhu
ruangan Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah
memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu
ruangan rumah di bawah 180C atau di atas 300C, keadaan
rumah tersebut tidak memenuhi syarat (Kemenkes RI, 2012).
2. Penerangan alami Rumah yang sehat adalah rumah yang
tersedia cahaya yang cukup. Suatu rumah atau ruangan yang
tidak mempunyai cahaya, dapat menimbulkan perasaan
kurang nyaman, juga dapat mendatangkan penyakit.
Sebaliknya suatu ruangan yang terlalu banyak mendapatkan
cahaya akan menimbulkan rasa silau, sehingga ruangan
menjadi tidak sehat.
3. Ventilasi
Ventilasi sangat penting untuk suatu tempat tinggal, hal ini
karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama
sebagai lubang masuk dan keluar angin sekaligus udara dari
luar ke dalam dan sebaliknya. Dengan adanya jendela sebagai
lubang ventilasi, maka ruangan tidak akan terasa pengap
asalkan jendela selalu dibuka. Fungsi ke dua dari jendela
adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar (cahaya
alam/matahari). Suatu ruangan yang tidak mempunyai sistem
ventilasi yang baik akan menimbulkan beberapa keadaan

14
seperti berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya kadar
karbon dioksida, bau pengap, suhu dan kelembaban udara
meningkat. Keadaan yang demikian dapat merugikan
kesehatan dan atau kehidupan dari penghuninya, bukti yang
nyata pada kesehatan menunjukkan terjadinya penyakit
pernapasan, alergi, iritasi membrane mucus dan kanker paru.
Sirkulasi udara dalam rumah akan baik dan mendapatkan
suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi minimal 10%
dari luas lantai (Depkes RI, 2012).
4. Kepadatan hunian rumah
Kepadatan penghuni rumah merupakan perbandingan luas
lantai dalam rumah dengan jumlah anggota keluarga
penghuni rumah tersebut. Kepadatan hunian ruang tidur
menurut Permenkes RI Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999
adalah minimal 8 m2, dan tidak dianjurkan digunakan lebih
dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di
bawah umur lima tahun
5. Penggunaan anti nyamuk
Pemakaian obat nyamuk bakar merupakan salah satu
penghasil bahan pencemar dalam ruang. Obat nyamuk bakar
menggunakan bahan aktif octachloroprophyl eter yang
apabila dibakar maka bahan tersebut menghasilkan
bischloromethyl eter (BCME) yang diketahui menjadi
pemicu penyakit kanker, juga bisa menyebabkan iritasi pada
kulit, mata, tenggorokan dan paru-paru (Kemenkes RI, 2012).
6. Bahan bakar untuk memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari
dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak, terutama
akibat penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan, serta
penggunaan sumber energi yang relatif murah seperti
batubara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan
ternak, residu pertanian) (Kemenkes RI, 2012).

15
7. Keberadaan perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga
perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200
di antaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida
(CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-
lain (Kemenkes RI, 2011a). Berdasarkan hasil penelitian
Nasution et al. (2015) serta Winarni et al. (2010), didapatkan
hubungan yang bermakna antara pajanan asap rokok dengan
kejadian ISPA pada Balita.
8. Debu rumah
Menurut Kemenkes RI (2012), partikel debu diameter 2,5µ
(PM2,5) dan Partikel debu diameter 10µ (PM10) dapat
menyebabkan pneumonia, gangguan system pernapasan,
iritasi mata, alergi, bronchitis kronis. PM2,5 dapat masuk ke
dalam paru yang berakibat timbulnya emfisema paru, asma
bronchial, dan kanker paru-paru serta gangguan
kardiovaskular atau kardiovascular (KVS). Secara umum
PM2,5 dan PM10 timbul dari pengaruh udara luar (kegiatan
manusia akibat pembakaran dan aktivitas industri). Sumber
dari dalam rumah antara lain dapat berasal dari perilaku
merokok, penggunaan energi masak dari bahan bakar
biomasa, dan penggunaan obat nyamuk bakar.
9. Dinding rumah
Fungsi dari dinding selain sebagai pendukung atau
penyangga atap juga untuk melindungi rumah dari gangguan
panas, hujan dan angin dari luar dan juga sebagai pembatas
antara dalam dan luar rumah. Dinding berguna untuk
mempertahankan suhu dalam ruangan, merupakan media bagi
proses rising damp (kelembaban yang naik dari tanah) yang
merupakan salah satu faktor penyebab kelembaban dalam
rumah. (Depkes RI, 2012).

16
10. Status ekonomi dan pendidikan Persepsi masyarakat
mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda dari satu individu
dengan individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit, persepsi
terhadap penyakitnya merupakan hal yang penting dalam
menangani penyakit tersebut. Untuk bayi dan anak balita
persepsi ibu sangat menentukan tindakan pengobatan yang
akan diterima oleh anaknya.
2.1.4 Klasifikasi ISPA
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di
bawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin,
2013):
a) Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1. Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk
golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih.
2. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur
kurang 2 bulan, yaitu:
a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun
sampai kurang dari ½ volume yang biasa diminum)
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Wheezing
f) Demam / dingin.
2. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
1. Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada
bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada

17
saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak
menangis atau meronta).
2. Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau
lebih
b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan
tidak ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2
bulan-5 tahun yaitu :
a) Tidak bisa minum
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Gizi buruk
Klasifikasi ISPA :
1. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan
gejala batuk, pilek dan sesak.
2. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh
lebih dari 390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti
mengorok.
3. ISPA berat
Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak
teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru
(sianosis) dan gelisah.

2.1.5 Tanda dan Gejala


Penyakit ISPA pada balita dapat menimbulkan bermacam-macam
tanda dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan,

18
pilek, sakit telinga dan demam. Derajat serangan ISPA tergantung pada
spesifikasi host meliputi jenis kelamin, usia dan kekebalan seseorang.
Dalam hal ini ISPA lebih mudah terjadi pada balita dan anak-anak
dengan gejala batuk, pilek dan panas. Tanda dan gejala ISPA menjadi
tiga yaitu ISPA ringan, ISPA sedang dan ISPA berat.
1. Ispa Ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Batuk
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu
mengeluarkan suara (pada waktu berbicara atau menangis)
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C.
2. Ispa Sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut :
a) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu : untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali
per menit atau lebih untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali
per menit atau lebih pada umur 12 bulan - < 5 tahun.
b) Suhu tubuh lebih dari 39°C
c) Tenggorokan berwarna merah
d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
3. Ispa Berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Bibir atau kulit membiru

19
b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak
gelisah
d) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f) Tenggorokan berwarna merah.
2.1.6 Mekanisme penularan ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah
tercemar, bibit penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan,
oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne
Disease. Penularan melalui udara diaksudkan adalah cara penularan
yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi.
Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular
melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian
besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung
unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab (WHO, 2012).
2.1.7 Penatalaksanaan ISPA
Penatalaksanaan ISPA menurut yuliani 2015 :
1. Pencegahan Medik
a. Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin, imunisasi, menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan, menghindari
berhubungan dengan penderita ISPA, dll.
b. Antibiotik
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b) Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan
S.Aureus.
c) Menurut WHO :
1) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,
Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain.

20
2) Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,
kloksasilin, gentamisin.
c. Obat saluran Pernapasan
Golongan obat saluran napas merupakan golongan obat
ISPA dengan frekuensi paling tinggi karena sebagian besar
penderita ISPA mengalami keluhan sakit pada saluran
napas. Terjadinya infeksi, virus dan flora normal di saluran
napas dapat merubah pola kolonisasi bakteri atau virus.
Timbul mekanisme pertahanan pada jalan napas seperti
reflek batuk, sesak napas dan peradangan pada saluran
napas. Karena menurunnya daya tahan tubuh pada
penderita, maka bakteri atau virus dapat melewati
mekanisme sistem pertahanan tubuh. Akibatnya terjadi
invasi di daerah-daerah saluran pernapasan (Brunner,
2015). Obat saluran napas yang paling banyak digunakan
adalah Glyseril Guaiacolate.
Glyseril Guaiacolate berkhasiat untuk mempertinggi
sekresi saluran pernapasan dan atau mencairkan riak agar
mudah dikeluarkan (Tjay, 2013 ).
d. Golongan Vitamin
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk
membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. ISPA
perlu diberi vitamin agar daya tahan tubuh pasien
meningkat dan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Vitamin yang digunakan menurut catatan resep ISPA
adalah Vitamin C, Vitamin B1, Vitamin B6, Vitamin B
Complek. Vitamin yang paling banyak digunakan adalah
Vitamin B Complek
Vitamin C berfungsi untuk pencegahan, pengobatan
skorbut dan sebagai antioksidan. Vitamin B1 digunakan

21
untuk pencegahan dan pengobatan berbagai neuritis yang
disebabkan oleh defisiensi Thiamin.
Vitamin B6 digunakan untuk mencegah dan mengobati
defisiensi vitamin B6, untuk mencegah atau mengobati
neuritis perifer. Vitamin B6 dapat diberikan bersama
dengan vitamin B lainnya atau sebagai multivitamin untuk
pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B Complek.
Vitamin B Complek digunakan untuk mencegah dan
mengobati defisiensi vitamin B Complek (Gunawan dkk,
2013 ).
e. Analgesik-Antipiretik
Adanya infeksi virus atau bakteri yang masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernapasan dapat menyebabkan rasa
nyeri dan demam sebagai respon dari keadaan tubuh yang
tidak normal. Rasa nyeri sebagai isyarat adanya gangguan
di jaringan tubuh seperti radang, demam atau panas.
Analgesik –antipiretik yang paling banyak digunakan
adalah Parasetamol. Parasetamol bekerja dengan cara
mengurangi rasa sakit dan menurunkan suhu tubuh
(Kuncara dkk, 2014).
f. Chlorpeniramine Maleat didasarkan sebagian dari penderita
ISPA mengalami reaksi alergi seperti bersin-bersin.
Pemberian CTM dimaksudkan untuk mengurangi efek
alergi pada penderita ISPA (Anonim, 2014 ).
g. Pencegahan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit ISPA pada anak antara lain:
1) Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik,
diantaranya dengan cara memberikan makanan kepada
anak yang mengandung cukup gizi.
2) Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar
daya tahan tubuh terhadap penyakit baik.

22
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar
tetap bersih.
4) Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah
satu cara adalah memakai penutup hidung dan mulut
bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau
orang yang sedang menderita penyakit ISPA.
2. Kebidanan
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
1. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari.
2. Meningkatkan makanan bergizi.
3. Bila demam beri kompres dan banyak minum.
4. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang
hidung dengan sapu tangan yang bersih.
5. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup
tipis tidak terlalu ketat.
6. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI
bila anak tersebut masih  menetek.
7. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres,
memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air (tidak perlu air es).
8. Mengatasi batuk dianjurkan memberi obat batuk yang
aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok
teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari. (Rita Yuliani.2015).

2.2 Konsep Pneumonia


2.2.1 Definisi
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang
biasanya terjadi pada anak-anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi
dan awal masa kanak-kanak dan secara klinis pneumonia dapat
terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi dari penyakit lain.

23
Kemenkes RI (2011) mendefinisikan Pneumonia adalah
infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia
Balita ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran
bernapas seperti napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam (TDDK), atau gambaran radiologi foto thorax menunjukkan
infiltrat paru akut. Demam bukan merupakan gejala yang spesifik
pada balita. Dalam penatalaksanaan pengendalian ISPA semua
bentuk pneumonia seperti bronkopneumonia, bronkiolitis disebut
“pneumonia”.
2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia pada balita berdasarkan kelompok
usia:
3. Usia anak 2 bulan - <5 tahun :
a. Batuk bukan pneumonia ditandai dengan tidak ada nafas cepat
dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah.
b. Pneumonia ditandai dengan adanya nafas cepat dan tidak ada
tarikan dinding dada bagian bawah.
c. Pneumonia berat ditandai dengan adanya tarikan dinding dada
bagian bawah ke depan.
4. Usia kurang dari 2 bulan
a. Bukan pneumonia ditandai dengan tidak ada nafas cepat dan
tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat.
b. Pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat dan tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat.

2.2.3 Etiologi
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya
disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara
bakteri dan virus) dan protozoa.
5. Bakteri

24
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja,
dari bayi sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab
pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae
sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan
tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang
terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas
terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat.
6. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan
oleh virus. Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini
kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita
gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya
sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam
waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus
Influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian.
c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang
menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa
diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki
karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya
berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala
jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda.
Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut
Pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah
Pneumocystitis carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis
sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya
dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi
juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan

25
jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang
berasal dari paru (Djojodibroto, 2009).
2.2.4 Patofisiologi
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme
di paru. Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila
terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat
berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru sangat
tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak
permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme
mencapai permukaan yaitu inokulasi langsung, penyebaran melalui
pembuluh darah, Inhalasi bahan aerosol, kolonisasi dipermukaan mukosa.
Dari keempat cara tersebut yang terbanyak adalah secara kolonisasi. Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria
atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 m melalui udara
dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi proses
infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring)
kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar
infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada
orang normal waktu tidur, lima puluh persen juga pada keadaan penurunan
kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse). Sekresi
orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 8-10/ml, sehingga
aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001-1,1ml) dapat memberikan titer
inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia. (Perhimpunan Ahli
Paru, 2003).
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi
atau aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat di saluran napas
bagian atas sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada
beberapa penelitian tidak di temukan jenis mikroorganisme yang sama.
Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguan
sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran napas bagian bawah.
Agen-agen mikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk

26
transmisi primer yaitu aspirasisekret yang berisi mikroorganisme patogen
yang telah berkolonisasi pada orofaring, infeksi aerosol yang infeksius dan
penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi
agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan
pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang
(Perhimpunan Ahli Paru, 2003).
2.2.5 Gambaran Klinis
Menurut WHO (2009) menjelaskan gambaran klinis pneumonia dibagi
dalam :
1. Pneumonia ringan
Ditandai dengan adanya batuk atau kesulitan bernafas,
hanya terdapat nafas cepat saja. Indikator nafas cepat pada anak
umur 2 bulan-11 bulan adalah ≥ 50 kali/menit dan pada anak
umur 1 tahun-5 tahun adalah ≥ 40 kali/menit.
2. Pneumonia berat
Batuk dan atau kesulitan bernafas ditambah minimal salah satu
hal berikut:
1. Kepala terangguk-angguk
2. Pernafasan cuping hidung
3. Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
4. Foto dada yang menunjukkan gambaran infiltrat luas
konsolidasi
Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut :
a. Nafas cepat
1. Anak umur <2 bulan : ≥60 kali/menit
2. Anak umur 2-11 bulan : ≥50 kali/menit
3. Anak umur 1-5 tahun : ≥40 kali/menit
4. Anak umur >5 tahun : ≥30 kali/menit
b. Suara merintih/grunting pada bayi muda
c. Pada auskultasi terdengar crackles (ronki), suara pernapasan
menurun, suara pernapasan bronkial.
2.2.6 Penularan

27
Menurut WHO (2010), pneumonia dapat menyebar dalam
beberapa cara. Virus dan bakteri biasanya ditemukan di hidung atau
tenggorokan anak yang dapat menginfeksi paru-paru jika dihirup. Virus
dan bakteri juga dapat menyebar melalui droplet udara lewat batuk atau
bersin. Selain itu, radang paru-paru bisa menyebar melalui darah,terutama
setelah lahir.
2.2.7 Pencegahan
Di Negara-negara berkembang telah mengidentifikasi 6 strategi
untuk mengontrol infeksi saluran pernapasan akut yang dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas akibat pneumonia pada anak-anak (WHO,
2010). Adapun 6 strategi yang dimaksud adalah :
1. Pemberian imunisasi. Pencegahan pneumonia dapat dilakukan
dengan pemberian imunisasi campak, Dipteri Pertusis Tetanus
(DPT) untuk menyiapkan balita menghadapi lingkungan yang
tidak selalu bisa dijamin kebersihan udaranya. Selain itu, asupan
makanan yang kaya gizi tentu akan mempertahankan stamina
balita sendiri.
2. Memberikan kemoprofilaksis (pelega tenggorokan/pereda batuk)
pada anak dengan infeksi pernapasan akut
3. Memperbaiki nutrisi.
Untuk mencegah risiko pneumonia pada bayi dan anak-
anak yang disebabkan karena malnutrisi sebaiknya dilakukan
dengan pemberian ASI pada bayi sampai dengan umur 2 tahun.
Hal ini disebabkan karena ASI terjamin kebersihannya dan
mengandung faktor-faktor antibodi cairan tubuh sehingga dapat
memberikan perlindungan terhadap infeksi bakteri dan virus.
Selain pemberian ASI peningkatan status gizi anak penderita
pneumonia juga perlu perhatian untuk kesembuhan anak tersebut.
4. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam
ruangan, lingkungan berasap rokok dan polusi di luar ruangan.
5. Mengurangi penyebaran kuman dan mencegah penularan
langsung dengan cara menjauhkan anak dari penderita batuk.

28
6. Memperbaiki cara-cara perawatan anak. Usaha untuk mencari
pertolongan medis, memberikan pendidikan pada ibu tentang cara
perawatan anak yang baik
2.2.8 Manajemen Terpadu Balita SAKIT Umur 2 bulan sampai 5 Tahun
2.2.8.1 Manajemen Terpadu Balita Sakit
TANYAKAN KELUHAN UTAMA :
Apakah anak Menderita batuk atau Sukar Bernapas?
Tabel 2.1 Manajemen Terpadu Balita Sakit (2015)
JIKA YA,
TANYAKAN: LIHAT, DENGAR, DAN PERIKSA :
Berapa lama ?  Hitung napas dalam 1 menit
 Lihat apakah ada tarikan dinding
Anak Harus
dada ke dalam
Tenang
 Lihat dan dengar adanya wheezing
 Periksa dengan Pulse oxymeter (Jika ada) untuk
menilai saturasi oksigen

Umur anak : Napas cepat apabila


 Bulan - < 12 50 kali atau lebih
permenit
 12 bulan - < 5 tahun 40 kali atau lebih
permenit

Tabel 2.2 Klasifikasi BATUK atau SUKAR BERNAFAS


GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN /
PENGOBATAN
 Tarikan dinding PNEUMONIA  Berikan Oksigen
dada ke dalam BERAT Maksimal 2-3 liter per
ATAU menit
 Beri dosis pertama

29
 Satubari antibiotik yang sesuai
Oksigen < 90  RUJUK SEGERA *
%
 Napas cepat PNEUMONIA  Berikkan Amoksisilin
2x sehari selama 3
hari **
 Berikan peleda
tenggorokan dan
pereda batuk yang
aman
 Obati wheezing bila
ada
 Apabila batuk > 14
hari atau wheezing
berulang, RUJUK
untuk pemeriksaan
lanjut
 Nasehati kapan
kembali segera
 Kunjungan Ulang 3
hari
 Tidak ada BATUK BUKAN  Berikan peleda
tanda-tanda PNEUMONIA tenggorokan dan
Pneumonia pereda batuk yang
berat maupun aman
pneumonia  Obati wheezing bila
ada
 Apabila batuk > 14
hari atau wheezing
berulang, RUJUK
untuk pemeriksaan

30
lanjut
 Nasehati kapan
kembali segera
 Kunjungan Ulang 5
hari jika tidak ada
perbaikan

Keterangan :

* : Rujukan tidak memungkinkan, Tangani anak sesuai dengan pedoman


nasional rujukan pneumonia atau sebagaimana pada Buku Saku.Tatalaksanaan
Anak di RS

** : Pemberian amoksisilin oral untuk 5 hari dapat di gunakan pada pasien


dengan napas cepat tanpa tarikan dinding dada ke dalam pada daerah HIV
meluas / terkonsentrasi

Dimaksud dengan RUJUKdisini adalah ke Dokter Puskesmas,Puskesmas


Perawat atau rumah sakit

2.3 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan Varney


I. Pengkajian
Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data subyektif
maupun data obyektif disertai hari/tanggal dan jam pada saat dilakukan
pengkajian, tanggal masuk rumah sakit, jam masuk rumah sakit, nomor
register ( Christina, 2013).
Tanggal : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajia
Jam : Untuk mengetahui waktu dilakukan pengkajian
No. Reg :Untuk dapat membedakan antara pasien satu dengan
pasien yang lainnya.

31
A. Data Subyektif
1. Biodata
a. Biodata Bayi
Nama Bayi : Untuk mengetahui identitas anak bahwa
anak tersebut adalah benar-benar anak dari
orang tuanya.
Jenis Kelamin :Untuk perbedaan jenis/gender.
Tanggal lahir :Untuk mengetahui umur anak.
Anak ke berapa :Untuk mengetahui bayi tersebut anak ke
berapa
b. Bidata Orang tua
Nama Ayah/Ibu :Untuk mengenal, memanggil, dan
menghindari terjadinya
kekeliruan( Christina, 2013).
Umur Ibu :Untuk mengetahui keadaan Ibu terutama
pada persalinan pertama.
Suku :Untuk mengetahui adat istiadat yang
dianut.
Pekerjaan Ayah/Ibu :Untuk mengetahui status ekonomi dan
aktivitas serta sosial ekonomi penderita
agar nasehat kitananti sesuai.
Pendidikan :Untuk mengetahui status
pengetahuanorang tua.
Agama :Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien/klien. Dengan diketahuinya agama
pasien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan didalam melaksanakan asuhan
kebidanan (Depkes RI. 2010)
Alamat :Untuk mengetahui tempat tinggal
klienberada, dapat menilai apakah
lingkungan cukup aman bagi bayi.

32
2. Keluhan Utama
Apa yang dikeluhkan Ibu tentang keadaan anaknya (batuk, pilek)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama
a) Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama
penyakit menular seperti TBC, hepatitis
b) Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis,
kelainan pembekuan darah, gangguan jiwa, asma
c) Riwayat kehamilan kembar, faktor yang meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur
wanita dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah
melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai
karena hal ini bisa menurun pada Ibu(Manuaba, 2010).
d) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
a. Kehamilan
Ditanyakan pada Ibu ini kehamilan beberapa, keluhan Ibu
pada saat hamil ini, periksa kemana dan sudah beberapa kali
periksa, mendapat obat apa saja setelah periksa.
b. Persalinan
Ditanyakan pada Ibu melahirkan dimana, ditolong siapa,
bagaimana caranya serta penyulit yang dialami sewaktu Ibu
melahirkan, kemudian ditanyakan tentang jenis kelamin,
berat badan, panjang badan bayi yang dilahirkan.
c. Nifas
Ditanyakan pada Ibu mengeluarkan darah yang bagaimana,
seberapa banyak, kontraksi uterus baik atau tidak (bila
kontraksi baik, uterus bulat dan mengeras). ASI sudah
keluar apa belum, ada luka jahitan atau tidak.
d. Neonatal
Ditanyakan pada Ibu tentang jenis kelamin, berat badan,
panjang badan, lingkar lengan, lingkar kepala bayi yang
dilahirkan.

33
4. Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi Ibu, eliminasi, istirahat,
aktivitas personal hygiene.
5. Riwayat Psikologi dan Budaya
a. Psikologi
Bagaimana respon Ibu dan keluarga terhadap kelahiran
anaknya.
b. Sosial
Apakah hubungan Ibu dengan suami keluarga serta petugas
kesehatan baik atau tidak.
c. Budaya
Untuk mengetahui tradisi yang dianut keluarga yang
merugikan termasuk pantang makan, minum jamu dan
kebiasaan berobat jika sakit.
6. Data Spiritual
Untuk mengetahui bagaimana sikap Ibu terhadap agama yang
diyakininya.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik/cukup/lemah
Kesadaran : composmentis/samnolen/koma
Tanda-tanda Vital :
Pernafasan : normal (40 – 60 x / menit)
Suhu : normal (36,5 – 37,5oC)
Nadi : normal (120 – 160 x/menit)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Kepala : Simetris, tidak ada benjolanabnormal,
rambut hitam menyebarmerata.
- Wajah : Simetris, tidak pucat, dan tidakKuning.
- Mata : Simetris, sklera tidak
kuning,konjungtiva tidak anemis.

34
- Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
- Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada
Labioschisis, tidak ada labiopalatoschisis,
lidah bersih.
- Telinga :Simetris, tidak ada pengeluaran serumen.
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan pembesaran limfe.
- Dada : Simetris, gerak nafas teratur.
- Perut : tidak ada benjolan abnormal.
- Ekstremitas
Atas :Simetris, tidak terdapat polydaktil maupun
Syndaktil.
Bawah :Simetris, tidak terdapat polydaktil maupun
Syndaktil.
Reflek :+/+.
- Integumen :Bersih, turgor baik.
- Genetalia :Bersih, labia minora tertutupi labia mayora.
- Anus : Bersih, tidak terdapat atresia ani.
b. Palpasi
- Kepala :Tidak teraba benjolan abnormal.
- Leher :Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid,
tidak teraba pembesaran kelenjar limfe, dan
tidak terabapembesaran vena jugularis.
- Perut :Tidak teraba benjolan abnormal, tidak
teraba pembesaran hepar.
- Ekstremitas :
Atas :Tidak teraba adanya retensi air
(tidakedema).
Bawah :Tidak teraba adanya retensi air (tidak
edema).
- Integumen :Bersih, turgor baik.

35
c. Auskultasi
- Dada : normal tidak terdengar wezing dan ronchi.
- Perut : Terdengar bising usus ± 12x / menit.
d. Perkusi
- Abdomen : Kembung / tidak.
- Reflek patell: +/+.
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Diagnosa yang ditentukan harus berdasarkan data subyektif dan
obyektif yang ditemukan pada klien.
Dx :An. ......Usia .....bulan/tahun dengan ........
Ds:Data berasal dari klien atau pasien yang mendukung diagnosa
klien.
Do: Data berasal dari hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosa.
III. Antisipasi Masalah Potensial
Masalah /diagnosa potensial apa saja yang mungkin terjadi identifikasi
diagnosa yang diambil didukung oleh data subyektif (Sesak, Bronchi
pneomonia)
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Menentukan tindakan apa yang harus segera diambil yang didukung
oleh data subyektif ( Kolabirasi dengan dr. Sp.A untuk tindak lanjut)

V. Intervensi
Dx :An. ......Usia .....bulan/tahun dengan ...........
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan batuk,
pilek dan panas berhenti dan keadaan umum bayi/anak
membaik.
Kriteria Hasil : Klien mendapat pelayanan kesehatan.
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda Vital :
Pernafasan : normal (40 – 60 x / menit)
Suhu : normal (36,5 – 37,5oC)

36
Nadi : normal (120 – 160 x/menit)
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan terapeutik kepada ibu.
R/ Agar terjalin hubungan baik antara petugas kesehatan
dengan keluarga pasien dan untuk memudahkan dalam
melaksanakan penanganan.
2. Lakukan pemeriksaan TTV dan penimbangan pada bayi.
R/ Sebagai parameter tubuh, sehingga masalah dapat teratasi.
3. Anjurkan ibu untuk memberi minyak telon anak atau minyak
kayu putih pada dada bayi setiap sehabis mandi.
R/ Minyak telon anak atau minyak kayu putih dapat
menghangatkan tubuh bayi.
4. Beri KIE pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada anak
seperti pernafasan lebih dari 50 x/menit dan disertai tarikan
dinding dada serta demam tinggi yaitu suhu badan anak lebih
dari 38°C.
R/ Deteksi dini terjadinya komplikasi.
5. Anjurkan pada ibu untuk melanjutkan pemberian ASI ekskusif
sampai bayi usia 6 bulan.
R/ Meningkatkan kesehatan dan kecerdasan pada bayi.
6. Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan makanan tambahan
sebelum bayi usia 6 bulan.
R/ Dapat menimbulkan gangguan pencernaan pada bayi.
7. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI minimal 8x/
harinya.
R/ Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sesuai dengan usia
bayi.
8. Anjurkan ibu untuk menghindari alergen.
R/ Batuk dan pilek dapat timbul karena reaksi alergi terhadap
udara dingin, jadi anjurkan ibu untuk menjaga anaknya
tetap hangat dan tidak membawa keluar rumah

37
9. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pemberian
pengobatan.
R/ Pemberian terapi pengobatan yang tepat dapat mengurangi
batuk dan pilek.
10. Anjurkan ibu untuk kontrrol 3 hari lagi jika masih belum
sembuh.
R/ Agar dapat merencanakan tindakan selanjutnya dan rujukan
11. Lakukan pendokumentasian.
R/ Pendokumentasian sebagai pencatatan dan pelaporan
tindakan yang telah dilakukan.
VI. Implementasi
Dilaksanakan sesuai intervens idan kondisi anak.
VII. Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan
dari asuhan yang telah kita berikan dengan mengacu pada kriteria hasil.

38
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Hari/Tanggal : Jum’at, 01 November 2019
Jam : 10.30 WIB

A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Anak : An.K
Umur : 4 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke :1
Alamat : Ds. Trajeng 05/01 Pakis
Biodata Orangtua
Nama Ibu : Ny.S Nama Ayah : Tn.M
Umur : 23 tahun Umur : 29 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan :- Penghasilan :Rp. 2.500.000
Alamat : Ds. Trajeng 05/01 Pakis
2. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya yang sedang sakit
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya batuk,pilek sejak 3 hari yang lalu
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan anaknya sedang menderita Batuk dan pilek kurang
lebih 3 hari yang lalu
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

39
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun keluarga ayah tidak
ada yang sedang mengalami batuk maupun batuk yang
membutuhkan pengobobatan selama 6 bulan, dan tidak pernah
mengalami demam selama 3 hari yang disertai bintik-bintik merah.
6. Riwayat Imunisasi
No Imunisasi Umur

1 Hb0 Beberapa jam setelah lahir

2 BCG 1 bulan

3 Polio 1 1 bulan

4 DPT,HB,HIB 1 2 bulan

5 Polio 2 2 bulan

6 DPT,HB,HIB 2 3 bulan

7 Polio 3 3 bulan

8 DPT,HB,HIB 3 4 bulan

9 Polio 4 4 bulan

11 Campak 9 bulan

12 Imunisasi Difteri 3tahun

7. Pola Kebiasaan Sehari – hari


Nutrisi Sehat Sakit
Ibu mengatakan Ibu mengatakan
anak mendapat nafsu makan
makan 3-4 kali anaknya berkurang 2
sehari dengan

40
komposisi nasi,lauk, kali sehari
sayur, tahu, tempe, Dengan komposisi
buah-buahan . nasi lauk, sayur,
minum 7-8 x/ tahu, tempe
hari,sering makan .
jajan setiap hari Minum 5x/hari.
Aktifitas setiap hari anak Beberapa hari ini
banyak waktu untuk anak lebih sering
bermain dan tidur menghabiskan waktu
di rumah tidur dan
lesu.
Eliminasi BAB : 1 x/hari BAB : 1 x/hari
dengan konsistensi dengan konsistensi
lunak lunak
BAK : 5-6 x/hari BAK : 5-6 x/hari
dengan warna dengan warna kuning
kuning jernih jernih
Istirahat Siang : 2-3 jam Siang :4-5 jam
Malam : 7-8 jam Malam : 5-6 jam
Anak susah tidur di
malam hari.
Personal hygiene Mandi 2 x/hari, Mandi 1 x/hari, ganti
ganti baju tiap kali baju tiap kali habis
habis mandi, mandi, keramas 2
keramas 2 hari hari sekali,gosok gigi
sekali,gosok gigi di di bantu oleh ibu
bantu oleh ibu

8. Riwayat Psikososial

41
Psikologi :Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan
anaknya sekarang
Sosial :Ibu mengatakan hubungan ibu dengan suami
dan anak baik,hubungan dengan masyarakat
sekitar juga baik
Budaya :Ibu mengatakan keluarga menganut budaya
jawa ,jika sakit selalu memeriksakan diri ke
petugas kesehatan dan tidak ada pantangan
terhadap makanan tertentu
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital :
N : 98 x/m
S : 36,8 0 C
RR : 36 x/m
BB : 11,6 kg
TB : 81 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Rambut : Tampak bersih
Kepala : Tampak simetris,tidak ada benjolan
Wajah : Tidak pucat
Mata : Tampak simetris,Sclera putih,congjuntiva merah
muda
Hidung : Simetris,tampak sekret, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
Telinga : Simetris,bersih tidak ada serumen
Mulut : Simetris,bersih,tampak sedang batuk,tidak pucat
Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe

42
Dada : Tampak simetris,tidak tampak pernapasan retraksi
dada
Abdomen : tampak bersih
Ekstremitas :
Atas :Tampak simetris,pergerakan aktif,tidak
polidaktil dan tidak sindaktil dan kuku jari tidak
pucat
Bawah :Tampak simetris,pergerakan aktif,tidak
polidaktil dan tidak sindaktil dan kuku jari tidak
pucat
b. Palpasi
Leher :Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe
Abdomen : Tidak teraba pembesaran abnormal,tidak ada nyeri
tekan
c. Auskultasi
Dada : Tidak terdengar ronchi dan wheezing
d. Perkusi
Abdomen : Tidak kembung
II. Identifikasi Diagnosa /Masalah
Dx : An.K usia 4 tahun dengan Batuk Bukan Pneumonia ringan di
PMB Siti Rugayah.,Amd.Keb
Ds : Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya yang telah
mengalami batuk dan pilek kurang lebih 3 hari
Do :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital :
N : 98 x/m
S : 36,8 0 C
RR : 36 x/m

43
BB : 11,6 kg
TB : 81 cm
7. Pemeriksaan Fisik
Mulut : Simetris,bersih,tampak sedang batuk,tidak pucat
III. Antisipasi Masalah Potensial
-
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
-
V. Intervensi
Tanggal : Jum’at, 01 november 2019
Jam : 10.40 WIB
Dx : An.K usia 4 tahun dengan Batuk Bukan Pneumonia
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan batuk, pilek
berhenti dan keadaan anak membaik.

Intervensi :

1. Lakukan pendekatan terapeutik kepada ibu.


R/ Agar terjalin hubungan baik antara petugas kesehatan dengan
keluarga pasien dan untuk memudahkan dalam melaksanakan
penanganan Beritahu orangtua anak hasil pemeriksaan
R/Agar kondisi anak diketahui oleh orangtuanya
2. Anjurkan ibu untuk menjaga pola nutrisi anaknya dan hindari
makanan atau minuman yang merangsang batuk.
R/Untuk menambah sistem kekebalan tubuh anak, makan makanan
yang meranngsang batuk,minuman yang mengandung pemanis
buatan,dan makanan ringan seperti chiki dan kerupuk,gorengan
adalah salah satu pemicu sakit dari anak .
3. Anjurkan ibu untuk memberi minyak telon anak atau minyak kayu
putih pada dada anak setiap sehabis mandi.
R/Untuk tetap menjaga badan anak tetap hangat
4. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga badan anak dalam kondisi hangat
dan terhindar dari udara dingin terutama pada pagi dan malam hari

44
R/batuk dan pilek dapat timbul karena reaksi alergi terhadap udara
dingin
5. Kolaborasi dengan tenaga medis lain yaitu dokter untuk pemberian
obat untuk pemberian Antibiotik
R/ pemberian terapi pengobatan yang tepat dapat mengurangi batuk
dan pilek.
6. Anjurkan ibu untuk kontrol 3 hari lagi jika masih belum sembuh.
R/ agar dapat merencanakan tindakan selanjutnya dan rujukan.

VI. Implementasi
Tanggal : Jum’at,01 November 2019
Jam : 10.50 WIB
1. Memberi salam dan Memperkenalkan diri pada ibu dan anaknya
2. Memberitahu orang tua anak hasil pemeriksaan bahwa anaknya
sekarang sedang sakit infeksi saluran pernapasan akut yang ringan
berat badan anak
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan anaknya (jangan
makan/ minum yang merangsang batuk,Hidari minuman yang
mengandung pemanis buatan,Hindari jajan yang seperti
chiki,krupuk,gorengan dll karena makanan tersebut adalah salah
satu pemicu batuk pada anak dan menyarankan ibu untuk
memperbanyak makanan pokok seperti nasi,sayuran dan buah
untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak
4. Menganjurkan ibu untuk memberi minyak telon anak atau minyak
kayu putih pada dada anak setiap sehabis mandi untuk menjaga
badan anak tetap hangat. , jadi anjurkan ibu untuk menjaga
anaknya tetap hangat dengan cara memberikan selimut ,jaket ,kaos
kaki,baju dan celana panjang
5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga badan anak tetap dalam
kondisi hangat terutama pada saat pagi hari dan malam hari
6. Memberikan obat yang diberikan berupa puyer
GG : 3 tablet
Amox : 3 tablet

45
PCT : 3 tablet
BC : 3 tablet
CTM : 3 tablet
Semuanya dijadikan 12 puyer dengan aturan minum 3x1/hari
8. Menganjurkan ibu untuk kontrol 3 hari lagi jika masih belum
sembuh untuk mengecek keadaan anak lagi.
VII. Evaluasi
Tanggal :Jum’at, 01 November 2019
Jam : 11.00 WIB
Dx : An.K usia 4 tahun dengan Batuk Bukan Pneumonia
1. Ibu mengerti keadaan anaknya
2. Ibu paham cara pemberian obat anaknya yaitu dengan cara Semuanya
dijadikan 12 puyer adan di minum 3 x 1.
3. Ibu bersedia menjaga nutrisi anaknya dan akan melakukan semua saran
dari bidan yaitu menghindari minuman yang mengandung pemanis
buatan,dan makanan ringan seperti chiki dan kerupuk,gorengan.
4. Ibu bersedia datang kontrol anaknya 3 hari lagi apabila sakit anaknya
belum sembuh.

46
BAB IV

PEMBAHASAN

Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang biasanya


terjadi pada anak-anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-
kanak dan secara klinis pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau
komplikasi dari penyakit lain. Kemenkes RI (2011) mendefinisikan Pneumonia
adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia Balita
ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran bernapas seperti napas
cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK), atau gambaran
radiologi foto thorax menunjukkan ntibiotic paru akut. Demam bukan merupakan
gejala yang spesifik pada balita. Dalam penatalaksanaan pengendalian ISPA
semua bentuk pneumonia seperti bronkopneumonia, bronkiolitis disebut
“pneumonia”.
Faktor resiko timbulnya Pneumonia menurut (Dharmage 2014 ) adalah
salah satunya faktor demografi yang diantaranya adalah Usia anak balita lebih
banyak terserang ISPA,Status gizi juga menunjukkan faktor pencetus terjadinya
ISPA,BBLR dan faktor Lingkungan juga berpengaruh pada penyebab
Pneumonia .Pneumonia di klasifikasikan Batuk Bukan Pneumonia , Pneumonia
dan Pneumonia Berat dan berat. Batuk bukan Pneumonia ringan ditandai dengan
gejala tidak ada tanda-tanda Pneumonia Berat serta Pneumonia , Pneumonia
ditandai gejala dengan gejala napas Cepat , Pneumonia Berat Di tandai Gejala
napas cepat dan tarikan dinding dada ke dalam atau salurasi oksigen <90%.
Batuk Bukan Pneumonisa perlu diberi vitamin agar daya tahan tubuh
pasien meningkat dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Vitamin yang
digunakan menurut catatan resep ISPA adalah Vitamin C, Vitamin B1, Vitamin
B6, Vitamin B Complek. Vitamin yang paling banyak digunakan adalah Vitamin
B Complek. Adanya infeksi virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pernapasan dapat menyebabkan rasa nyeri dan demam sebagai
respon dari keadaan tubuh yang tidak normal. ntibioti –antipiretik yang paling
banyak digunakan adalah Parasetamol. Parasetamol bekerja dengan cara
mengurangi rasa sakit dan menurunkan suhu tubuh (Kuncara dkk, 2014).

47
Pada tanggal 01 November 2019 melakukan Pengkajian Pada An’’ A’’
usia 3 tahun yang di dapatakan informasi melalui orang tua dan ntibiot anak batuk
bukan peneumonia karna tidak terdapat Gejala napas cepat dan tarikan dinding
dada ke dalam atau salurasi oksigen <90%(MTBS,2015). Dan pada saat
melakukan pengkajian data obyektif ada An ‘‘A’’ Berat badan An ‘’A’’ di
dapatkan 11.6 kg dan Tinggi badan 81 cm, Berdasarakan Tabel berat badan /tinggi
badan (Direktorat Gizi Masyarakat 2002) Tinggi badan (cm) 81 cm berat badan
berdasarkan jenis kelamin anak perempuan normalnya 8.0-13.6 dan anak laki-laki
9.1-14.1.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada An. “K” usia 4 tahun Batuk
Bukan Pneumonia di PMB Siti Rugayah.,Amd.Keb melalui tahap pengumpulan
data dengan wawancara, observasi, pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik
antara asuhan yang ada dilapangan dengan tindakan yang ada di teori pada
dasarnya sama,Berdasarkan Bberat badasehingga tidak ada kesenjangan antara
teori dan prakteknya pada kasus ini.Pada teori Pneumonia ditandai dengan batuk
dan pilek yang tidak disertai dengan napas cepat dan tarikan dinding dada ke
dalam atau salurasi oksigen <90% yang terjadi pada anak A juga demikian.
Sedangkan pada prakteknya tidak menyimpang dari pada teori (mengenai
penatalaksanannya) mulai dari pengkajian data, identifikasi masalah / diagnosa,
antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi,
implementasi maupun evaluasi. Pada kasus ini penanganan yang diberikan sudah
sesuai dan benar dan tidak ada komplikasi yang serius yang terjadi pada anak.
Setelah pasien diperiksa oleh tenaga kesehatan, tenaga kesehatan (dalam
pengkajian ini adalah bidan ) memberikan beberapa macam terapi pengobatan.
Selain itu, orang tua pasien diberikan KIE tentang perawatan anaknya, tentang
kebersihan anak dan lingkungannya membuat anak nutrisinya terpenuhi dan selalu
kontrol ke dokter untuk memeriksakan kondisi anaknya.Sesuai dengan teori
pemberian terapi obat disesuaikan dengan jenis sakit anak yakni obat batuk
anak,antibiotik dan vitamin untuk anaknya dan pemberian KIE juga disesuaikan
dengan teori karena salah satu faktor pendukung dari ISPA adalah faktor
lingkungan dan makanan maka ibu disarankan untuk menjaga nutrisi anak dan
menghindari anak dari udara dingin. Pada pengobatan juga telah diberikan obat

48
yang sudah sesuai dengan teori dan kasus yang terjadi pada Balita ,yakni GG
untuk saluran pernapasan,Amoxilin untuk ntibiotic,Parasetamol untuk
antipiretik,BC untuk ketahanan tubuh ibu dan CTM untuk obat alergi pada balita.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembuatan asuhan kebidanan pada
An. “K” usia 4 Tahun dengan Batuk Bukan Pneumonia yaitu pada tahap
pengkajian data yang terdiri atas data subyektif diperoleh data secara lengkap
yang berasal dari pasien dengan metode wawancara atau tanya jawab. Dengan
menggunakan managemen kebidanan varney yaitu:

1. Pengkajian data yang terdiri dari data subyektif dan obyektif pada An.
“K” Usia 4 Tahun dengan Batuk Bukan Pneumonia..
2. Interpretasi data/ diagnose masalah diambil dari hasil pengkajian yaitu
An. “K” Usia 4 Tahun dengan Batuk Bukan Pneumonia.
3. Diagnosa potensial pada An. “K” Usia 4 Tahun dengan Batuk Bukan
Pneumonia yaitu tidak ada.
4. Kebutuhan segera pada An. “K” Usia 4 Tahun dengan Batuk Bukan
Pneumonia yaitu tidak memerlukan tindakan kebutuhan segera.
5. Melakukan intervensi yang diberikan pada An. “K” Usia 4 Tahun Tahun
dengan Batuk Bukan Pneumonia .
6. Melakukan implementasi pada An. “K” Usia 4 Tahun dengan Batuk
Bukan Pneumonia.
7. Melakukan evaluasi pada An. “K” Usia 4 Tahun dengan Batuk Bukan
Pneumonia..
5.2 Saran
5.2.1 Bagi petugas kesehatan
1. Diharapkan dalam memberikan asuhan / pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan klien.

49
2. Diharapkan petugas mempunyai pengetahuan dan kemampuan
serta ketrampilan dalam melakukan tindakan asuhan kebidanan
pada klien.
3. Memberi waktu kepada klien dan keluarga untuk bertanya serta
memberikan keterangan dan informasi yang jelas dan tepat.
5.2.2 Bagi mahasiswa
1. Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan yang
komprehensif.
2. Agar mahasiswa mampu melakukan praktek kebidanan yang baik
dan benar.

50
DAFTAR PUSTAKA
Afifah I. 2013. Waspada ISPA dan Pneumonia. 27 Maret 2019.
http://dinkes.surabaya.go.id/portal/artikel-kesehatan/waspada-ispa-
danpneumonia/.

Budiono. 2014. Ispa (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Yogjakarta : Nuha


Medika
Dharmage, Chandrika R, Lalani F, Dulitha N. 2014. Risk Factors of Acute Lower
Respiratory Tract Infections in Children Under Five Years of Age.
Southeast Asian Journal of Trop.Med Public Health. 27 (1) 2014. 107 –
110.

Marmi, 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta
Pustaka Pelajar
Muttaqin, A. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistim
Pernafasan, Jakarta, Salemba Medika

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI.2014. Buku


Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga.Jakarta

Tjay, T.H & Rahardja, K., 2013, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingya, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Suhandayani I. 2013 . Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA


pada Balita di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2006. [Skripsi
Ilmiah]. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES

51

Anda mungkin juga menyukai