Anda di halaman 1dari 199

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA

DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

DE AJENG JELITA ANITASARI

P27220019059

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIPLOMA

III 2022

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : De Ajeng Jelita Anitasari

NIM : P27220019059

Program Studi : D-III Keperawatan

Institusi : Politeknik Kesehatan Surakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surakarta, 15 Juni 2022

Pembuat pernyataan

De Ajeng Jelita Anitasari


NIM : P27220019059

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh De Ajeng Jelita Anitasari NIM P27220019059 dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Di RSUD Dr.Moewardi

Surakarta” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surakarta, 15 Juni 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Siti Handayani, S.ST., M.Kes Yuyun Setyorini, S.Kp., Ns., M.Kep


NIP. 1959 0401 198212 2001 NIP. 19750604 199803 2 003

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh De Ajeng Jelita Anitasari NIM P27220019059

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia di RSUD

dr.Moewardi Surakarta” telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 20

Juni 2022

Penguji I : Suryanti, S.Kep., Ns., M.Sc


NIP. 19730110 199803 2001 (..........................)

Pembimbing II : Yuyun Setyorini, S.Kp., Ns., M.Kep


NIP. 19750604 199803 2 003 (............................)

Pembimbing I : Siti Handayani, S.ST., M.Kes


NIP. 1959 0401 198212 2 001 (............................)

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulil ahirabbil’alamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, Rahmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA DI RSUD DR.MOEWARDI

DI SURAKARTA”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada

yang terhormat :

1. Bapak Satino, SKM., M.Sc.N, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Surakarta

2. Widodo,MN, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

3. Ibu Sunarsih Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kep, Selaku Ketua Program Studi D

III Keperawatan

4. Ibu Siti Handayani S.ST., M.Kes, selaku pembimbing dan penguji anggota

yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,

inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi

sempurnanya studi kasus ini.

5. Ibu Yuyun Setyorini, S.Kp., Ns., M.Kes, selaku pembimbing dan penguji

anggota yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan,

v
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfalitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

6. Ibu Suryanti, S.Kep., Ns., M.Sc selaku penguji ketua yang telah

membimbing dengan baik, memberi solusi serta motivasi dalam

bimbingan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Semua dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta yang

telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu

yang bermanfaat

8. Staff dan Karyawan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta

yang telah membantu sarana dan prasarana dalam penyelesaian Karya

Tulis Ilmiah ini.

9. Klien dan keluarga yang telah bersedia menjadi responden dalam Karya

Tulis Ilmiah ini

10. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan,motivasi,semangat dan

doa demi terselesaikannya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan beserta telah

memberikan semangat,doa dan motivasi untuk menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah Ini

12. Teman teman kelas 3B yang telah memberikan semangat,dukungan dan

bantuan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini

vi
13. Teman teman semua yang telah memberikan semangat,dukunan dan

bantuan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini

14. Semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga studi kasus ini bermanfaat untuk perfkembangan ilmu

keperawatan, amin

Surakarta

Penulis

vii
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
De Ajeng Jelita Anitasari1, Siti Handayani2, Yuyun Setyorini3, Suryanti4 D-
III Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kementrian Surakarta ABSTRAK
Latar Belakang : Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang
mengenai saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan
sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan)
dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Khasanah, 2017). Pneumonia
adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya di
alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri,
jamur, maupun mikroorganisme lainnya. Tujuan : untuk mengetahui adanya
pengaruh adanya pengaruh latihan batuk efektif terhadap sputum yang susah
keluar srta untuk memperoleh gambaran penerapan asuhan keperawatan pada
pasien pneumonia di RSUD Dr, Moewardi. Metode : metode penelitian dengan
desain studi kasus deskriptif yaitu mendeskripsikan atau memaparkan asuhan
keperawatan pada pasien pneumonia dengan menggunakan pendekatan asuhan
keperawatan. Hasil : ada pengaruh latihan latihan batuk efektif terhadap sputum
yang susah keluar yang dibuktikan dengan adanya dapat mengeluarkan dahak,
sesak nafas berkurang. Kesimpulan : sputum yang susah keluar menyebabkan
gangguan jalan nafas tidak efektif, dengan diterapkannya intervensi keperawatan
latihan batuk efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari
mengalami dyspnea menurun walaupun belum sempurna. Saran : peneliti
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penyakit pneumonia dan dapat
menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif dan professional untuk
membantu proses kesembuhan pasien dan mengurangi angka kematian akibatt
stroke. Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Pneumonia, Latihan Batuk efektif

viii
Nursing Care for Pneumonia Patients at RSUD Dr. Moewardi Surakarta

De Ajeng Jelita Anitasari1, Siti Handayani2, Yuyun Setyorini3, Suryanti4 D-


III Nursing, Health Polytechnic, Ministry of Health Surakarta

ABSTRACK

Background: Pneumonia is an infectious disease that affects the lower


respiratory tract with signs and symptoms such as coughing and shortness of
breath. This is caused by the presence of infectious agents such as viruses,
bacteria, mycoplasma (fungi), and aspiration of foreign substances in the form of
exudate (fluid) and consolidation (cloudy patches) in the lungs (Khasanah, 2017).
Pneumonia is an acute infectious disease that affects the tissues (lungs) precisely
in the alveoli caused by several microorganisms such as viruses, bacteria, fungi,
and other microorganisms. Objectives: to determine the effect of effective
coughing exercises on sputum that is difficult to come out and to obtain an
overview of the application of nursing care in pneumonia patients at Dr.
Moewardi Hospital. Methods: research method with descriptive case study design
that is to describe or explain nursing care in pneumonia patients using a nursing
care approach. Results: there is an effect of effective coughing exercises on
sputum that is difficult to come out as evidenced by the presence of being able to
expel phlegm, reduced shortness of breath. Conclusion: Sputum that is difficult to
come out causes ineffective airway disorders, with the implementation of effective
cough training nursing interventions after nursing actions for 3 days experiencing
decreased dyspnea although not perfect. Suggestion: researchers are expected to
provide information about pneumonia and can apply comprehensive and
professional nursing care to help the patient's recovery process and reduce
mortality due to stroke. Keywords: Nursing Care, Pneumonia, Effective Cough
Exercise

ix
DAFTAR ISI

JUDUL.............................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................iv
ABSTRAK..................................................................................................viii
KATA PENGANTAR...................................................................................v
DAFTAR ISI..................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1. Latar Belakang....................................................................................1
2. Rumusan Masalah...............................................................................4
1) Tujuan Umum...............................................................................4
2) Tujuan Khusus..............................................................................4
3. Manfaat................................................................................................5
1) Manfaat Teoritis............................................................................5
2) Manfaat praktis..............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................6
A. KONSEP TEORI.....................................................................................6
1. Pengertian............................................................................................6
2. Anatomi fisiologis...............................................................................6
3. Etiologi..............................................................................................10
4. Patofisiologi......................................................................................13
5. Pathway.............................................................................................14
6. Klasifikasi.........................................................................................15
7. Faktor Resiko....................................................................................16
8. Manifestasi Klinik.............................................................................17
9. Pemeriksaan penunjang.....................................................................17
10. Penatalaksanan..................................................................................19

11. Komplikasi........................................................................................23
x
vi
B. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN..................................................24
1. Pengkajian.........................................................................................24
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................29
3. Intervensi Keperawatan.....................................................................30
4. Implementasi Keperawatan...............................................................43
5. Evaluasi Keperawatan.......................................................................43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................46
1. Jenis Rancangan Studi Kasus............................................................46
2. Subyek Studi Kasus...........................................................................46
3. Batasan istilah (Definisi Operasional)..............................................47
4. Lokasi Dan Waktu Penelitian...........................................................47
5. Prosedur penelitian............................................................................47
6. Metode dan instrument pengumpulan data.......................................48
7. Studi Dokumen.................................................................................48
8. Analisis Data......................................................................................50
9. Etika Penulisan..................................................................................52
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................54
A. Hasil dan Studi Kasus......................................................................54

B. Pembahasan......................................................................................74
C. Keterbatasan....................................................................................100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................101

A. Kesimpulan......................................................................................101

B. Saran...............................................................................................103

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................104

x
i
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai

saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan

sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus,

bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa

eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru

(Khasanah, 2017). Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang

mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh

beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun

mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).

Pneumonia merupakan penyakit menular melalui udara, sehingga

dapat menjadi suatu ancaman yang harus diperhatikan oleh kesehatan

dunia. Salah satu kelompok berisiko tinggi untuk pneumonia komunitas

adalah usia lanjut dengan usia 65 tahun atau lebih. Pada usia lanjut

dengan pneumonia komunitas memiliki derajat keparahan penyakit yang

tinggi, bahkan dapat mengakibatkan kematian (Ranny, 2016).

Berbasiskan data prevalensi pneumonia lansia menurut Riskesdas,

Indonesia Ramah Lansia (IRL) melihat ada kemungkinan peningkatan

kasus ini terjadi karena ketidaktahuan masyarakat mengenai penyakit ini.

1
2

pneumonia pada lansia di Indonesia mencapai 25-24 kasus per 1000 kasus

setiap tahunnya. Jumlah penderita pneumonia tersebut kira kira 4 kali

lebih besar dari populasi mereka yang lebih muda. Angka kejadian

pneumonia lebih sering terjadi di negara Indonesia. Pneumonia

menyerang sekitar 450 juta orang setiap tahunnya. Berdasarkan data

RISKESDAS tahun 2018, prevalansi pneumonia berdasarkan diagnosis

tenaga kesehatan yaitu sekitar 2% sedangkan tahun 2013 adalah 1,8%.

Berdasarkan data kemenkes 2014, jumlah penderita pneumonia di

Indonesia pada tahun 2013 berkisar antara 23%-27% dan kematian akibat

pneumonia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap dirumah sakit

atau angka kematian penyakit tertentu pada periode waktu tertentu dibagi

jumlah kasus adalah 7,6%

Menurut (WHO) World Health Organization (2016) pneumonia

hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada

orang orang dewasa di negara berkembang. Pneumonia merupakan salah

satu penyebab kematian terbesar di dunia. Angka kematian akibat

pneumonia sebesar 1,4 juta pertahunnya dan menyumbang angka 7%

penyebab kematian.

Gambaran klinis pneumonia bervariasi tergantung pada respon

sistemik terhadap infeksi, agen etiologi, tingkat keterlibatan paru dan

obstruksi jalan nafas. Adanya agen etiologi yang masuk ke dalam paru

paru akan menyebabkan proses infeksi yang pada akhirnya terjadi

produksi sputum yang berlebih. Sehingga, hal ini dapat menyebabkan


3

pola nafas menjadi tidak efektif pada pasien dengan pneumonia

(PPNI,2017)

Salah satu penyebab dari tingginya angka kematian dan menjadi

salah satu masalah kesehatan yang paling utama pada orang dewasa di

dunia seperti di amerika ada 12 kasus per 1000 orang pertahun yang

menderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut termasuk pneumonia

ini (Hidayah, 2019).

Berdasarkan data dari rekam medis RSUD dr.Moewardi Surakarta

tahun 2015 terdapat 1.438 pasien dengan rawat inap dan 287 pasien

dengan rawat jalan.

Perawat sebagai tenaga medis dalam pelayanan kesehatan bertugas

memberikan asuhan keperawatan pada pasien pneumonia untuk

pemenuhan kebutuhan oksigen secara tepat, sesuai dosis untuk

menghindari hiperkapnea dan professional pada pasien pneumonia agar

tidak menjadi komplikasi, mengurangi kesakitan, serta kematian akibat

pneumonia.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk

mengambil studi kasus tentang “Asuhan keperawatan pada pasien

pneumonia di RSUD Dr.Moewardi Surakarta”


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah studi

kasus ini adalah bagaimana gambaran asuhan keperawatan pasien

Pneumonia ?

C. Tujuan

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien pneumonia

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu mendiskripsikan pengkajian keperawatan pada

pasien yang mengalami pneumonia

b. Penulis mampu menggambarkan analisa data dalam menegakkan

diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami pneumonia

c. Penulis mampu menyusun prencanaan keperawatan pada pasien

yang mengalami pneumonia

d. Penulis mampu mendiskripsikan tindakan keperawatan pada

pasien yang mengalami pneumonia

e. Penulis mampu mendiskripsikan evaluasi pada pasien yang

mengalami pneumonia
5

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Karya tulis ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan ilmu

keperawatan, khususnya pada klien yang mengalami pneumonia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai referensi yang dapat diterapkan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami pneumonia

b. Bagi Perawat

1) Mampu memberikan asuhan keperawatan secara

komperhensif kepada pasien yang mengalami pneumonia

2) Melatih berfikir kritis dalam melakukan asuhan

keperawatan, khususnya pada pasien yang mengalami

pneumonia

c. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Sebagai referensi menambah wawasan khususnya para

mahasiswa yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada

pasien yang mengalami pneumonia.

d. Bagi Pasien Dan Keluarga

Sebagai bahan menambah pengetahuan dan informasi kepada

keluarga pasien mengenai tindakan bersihan jalan napas dan

pencegahan resiko pneumonia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan

bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk disertai dengan sesak nafas

yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma

(fungi), dan aspirasi subtansi asing, berupa radang paru paru yang

disertai eksudasidan konsolidasi (Nanda 2015)

Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru

paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit, dimana

pulmonary alveolus (alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap

oksigen dari atmosfir, mengalami peradangan dan terisi oleh cairan

(shaleh, 2013)

2. Anatomi Fisiologi

a. Rongga Hidung

Udara dari luarakan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).

Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar

minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).

Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat

saluran pernafasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal

yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.

6
7

Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang

berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Disebelah belakang

rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang disebut

choanae. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut rambut halus

dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk

ke dalam rongga hidung.

b. Faring (Tenggorokan)

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan

percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernafasan (nasofaring) pada

bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang.

Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring(tekak) tempat

terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring

akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.

Makan sambil bicara bisa menyebabkan makanan masuk ke saluran

pernafasan karena saluran pernafasan pada saat itu sedang terbuka.

Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan,

bernafas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga

mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi utama faring adalah

menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagai

jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan

ruang dengung (resonasi) untuk suara percakapan.


8

c. Pangkal tenggorokan (laring)

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan.

Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan larofaring. Salah

satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di

ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa

yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat

untuk menahan getaran getaran suara padal laring. Fungsi utama laring

adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya

udara. Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang

membentuk jakun. Pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan

makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu

bernafas katup membuka. Pada pangkal tenggorok dan pada waktu

bernafas katup membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput

suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada

waktu kita bicara.

d. Batang Tenggorokan(Trakea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian

di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis

dan kaku, dikelilingi oleh 4 cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam

rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing

yang masuk ke saluran pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak

di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang

tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di


9

dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi

saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa

gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).

e. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus

kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan

trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada

bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari

lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang cabang lagi menjadi

bronkiolus. Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu

bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-

paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah

kanan (bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris

(bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi

dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam

gelembung paru-paru atau alveolus. Fungsi utama bronkus adalah

menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.

f. Bronchiolus

Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak mengandung kelenjar

submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan ikat longgar, sel

bronkiolar tanpa silia (sel Clara). Lamina propria tidak mengandung sel

goblet. Bronchiolus berfungsi sebagai pengatur jumlah udara yang

masuk dan keluar dari alveoli.


10

g. Alveolus

Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat

terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan

udara yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta. Terdapat tiga jenis sel-

sel alveolar, Sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk diding

alveolar, Tipe II sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi

surfaktan, suatu fosfolifit yang melapisi permukaan dalam dan

mencegah alveolar agar tidak kolaps, dan Tipe III makrofag yang

merupakan sel-sel fagositis yang besar yang memakan benda asing

(mis, lendir, bakteri), dan bekerja sebagai mekanisme pertahan yang

penting.

3. Etiologi

Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah

bakteri. Penyebab paling umum pneumonia di Amerika Serikat yaitu

bakteri Streptococcus pneumonia, atau Pneumococcus. Sedangkan

pneumonia yang disebabkan karena virus umumnya adalah Respiratory

Syncytial Virus, rhinovirus, Herpes Simplex Virus, Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS), (Nursalam, 2016).

a. Bakteri

Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu

1) Typical organisme

Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :


11

a) Streptococcus pneumonia

Merupakan bakteri anaerob fakultatif. Bakteri patogen ini di

temukan pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-

60%, sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU

sebanyak 33%.

b) Staphylococcusaureus

Bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat

secara intravena (intravena drug abusers) memungkan infeksi

kuman ini menyebar secara hematogen dari kontaminasi injeksi

awal menuju ke paru- paru. Apabila suatu organ telah terinfeksi

kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis

dan pembentukan abses.

c) Enterococcus (E. faecalis, E faecium)

2) Atipikal organisme

Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp, chlamedia

sp, Legionella sp.

b. Virus

Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet,

biasanya menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus

penyebabnya adalah cytomegali virus, herpes simplex virus, varicella

zooster virus.
12

c. Fungi

Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur

oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup

udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp, Aspergillus sp,

Cryptococcus neoformans.

d. Lingkungan

Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi untuk

terjadinya pneumonia salah satunya yaitu pencemaran udara.

Pencemaran udara dalam rumah dipengaruhi oleh berbagai factor antara

lain, bahan bangunan (misal; asbes), struktur bangunan (misal;

ventilasi), bahan pelapis untuk furniture serta interior (pada pelarut

organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah (ambient air

quality), radiasi dari Radon (Rd), formaldehid, debu, dan kelembaban

yang berlebihan. Selainitu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh

kegiatan dalam rumah seperti dalam hal penggunaan energy tidak

ramah lingkungan, penggunaan sumber energi yang relative murah

seperti batu bara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak,

residu pertanian), perilaku merokok dalam rumah, penggunaan

pestisida, penggunaan bahan kimia pembersih, dan kosmetika. Bahan-

bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan polutan yang dapat bertahan

dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama (Kemenkes RI,

2019).
13

4. Patofisiologi

Umunya mikroorganismepenyebab terisap keparu perifer melalui saluran

napas. Mula mula terjadi udem karena reaksi jaringan yang mempermudah

proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru

yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadi sebukan sel

polimorfonuklir, fibrin, eritrosit, cairan udem dan ditemukan kuman di

alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya jumlah

sel mikrofag meningkat di alveoli, sel akan degenerasi dan fibrin menipis,

kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi.

Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap

normal. Antibiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong

perjalanan penyakit hingga stadium khas yang diuraikan di atas tidak

terjadi. Beberapa bakteri tertentu sering menimbulkan gambaran patologis

tertentu bila dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi Streptokokus

pneumoniae biasanya bermanifestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi

pada satu lobus (pneumonia lobaris). Pneumatokel atau abses abses kecil

sering disebabkan oleh stafilokokus aureus pada neonates atau bayi kecil

karena stafilokokus aureus menghasilkan berbagai toksin dan enzim

seperti hemolisin, lekosidin, stafilokinase dan koagulase. Toksin dan

enzim ini menyebabakan nekrosis, pendarahan dan kavitasi. Koagulase

berinteraksi dengan factor plasma dan menghasilkan bahan aktif yang

mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin hingga terjadi eksudat


14

fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara poduksi koagulase dan virulensi

kuman. Stafilokokus yang tidak menghasilkan koagulase jarang

menimbulkan penyakit yang serius. Pneumatokel dapat menetap sampai

berbulan bulan tetapi biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut.

5. Pathway

PNEUMONIA

Intoleransi
Bakteri,jamur,dan virus
Aktivitas

Terhirup
Suplai O2

Masuk ke alveoli
Kompliance Paru

Proses peradangan
Pola nafas tidak
efektif

Suhu tubuh Infeksi Cairan eksudat


Difusi
masuk kedalam
alveoli
Kerja sel
Gangguan
goblet Sputum
hipertermia Berkeringat,nafsu pertukaran gas
,Produksi tertelan ke
makan&minum
sputum lambung Cairan menekan
syaraf frenikus
Resiko Bersihan Jalan
Konsolidasi cairan
Hipovolemia Nafas Tidak
sputum Nyeri Akut
Efektif
dilambung

Asam
Mual & Defisit
lambung
Sumber : Mandaan, 2019 Muntah Nutrisi
15

6. Klasifikasi

Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak

anatomi (Nursalam, 2016) sebagai berikut:

a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi

1) Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada

seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit.

2) Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh

selama perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit

lain atau prosedur.

3) Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari

lambung, baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi

pada paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi

karena bahan teraspirasi mungkin mengandung bakteri aerobic atau

penyebab lain dari pneumonia.

4) Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia

yang terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh

lemah.
16

b. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi

1) Pneumonia lobaris

Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari

satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal

sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.

2) Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang

tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak

konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.

3) Pneumonia interstisial

Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar

(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

7. Factor Resiko

Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan situasi yang

umumnya menjadi faktor predisposisi individu terhadap pneumonia akan

membantu untuk mengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko terhadap

pneumonia. Memberikan perawatan antisipatif dan preventif adalah

tindakan keperawatan yang penting (Brunner & Suddarth, 2013).

a. Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan

mengganggu drainase normal paru (misalnya kanker, penyakit


17

obstruksi paru menahun) meningkatkan kerentanan pasien terhadap

pneumonia.

b. Pasien imunosupresif dan mereka yang neutrofil rendah (neutropeni)

c. Individu yang merokok berisiko, karena asap rokok mengganggu baik

aktivitas mukosiliari dan makrofag.

d. Setiap individu yang mengalami depresi reflex batuk (karena

medikasi, keadaan yang melemahkan, atau otot-otot pernafasan yang

lemah), telah menginspirasi benda asing kedalam paru-paru selama

priode tidak sadar (cedera kepala, anesthesia) atau mempunyai

mekanisme menelan abnormal.

e. Setiap orang yang menerima pengobatan dengan peralatan terapai

pernafasan dapat mengalami pneumonia jika alat tersebut tidak

dibersihkan dengan tepat.

8. Manifestasi Klinik

Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk

(baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir,

purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala

umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan

lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi

atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,

kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak

menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki.


18

Pneumonia menunjukan gejala klinis sebagai berikut:

a. Batuk

b. Sputum produktif

c. Sesak nafas

d. Ronki

e. Demam tidak setabil

f. Leukositosis

g. Infiltrat

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologi

Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan

pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan

diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat

sampai konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik

dan intertisial serta gambaran kavitas.

b. Laboratorium

Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000/ul,

Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat

pula ditemukanleukopenia.
19

c. Mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur

darah untuk mengetahui adanya pneumonia dengan pemeriksaan

koagulasi antigen polisakarida pneumokokkus.

d. Analisa Gas Darah

Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus,

tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium

lanjut menunjukkan asidosis respiratorik.

10. Penatalaksanaan

Karena penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya pun

akan disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, penanganan dan

pengobatan pada penderita pneumonia tergantung dari tinggkat

keparahan gejala yang timbul dari infeksi pneumonia itu sendiri (shaleh,

2013).

a. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri

Maka pemberian antibiotik adalah yang paling tepat. Pengobatan

haruslah benar-benar komplit sampai benar-benar tidak lagi adanya

gejala pada penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum

harus tidak lagi menampakkan adanya bakteri pneumonia. Jika

pengobatan ini tidak dilakukan secara komplit maka suatu saat

pneumonia akan kembali mendera si penderita (shaleh, 2013).


20

1) Untuk bakteri Streptococus Pneumoniae

Bisa diatasi dengan pemberian vaksin dan antibiotik. Ada dua

vaksin tersedia, yaitu pneumococcal conjugate vaccine dan

pneumococcal polysacharide vaccine. Pneumococcal conjugate

vaccine adalah vaksin yang menjadi bagian dari imunisasi bayi dan

direkomendasikan untuk semua anak dibawah usia 2 tahun dan anak-

anak yang berumur 2-4 tahun. Sementara itu pneumococcal

polysacharide vaccine direkomendasikan bagi orang dewasa.

Sedangkan antibiotik yang sering digunakan dalam perawatan tipe

pneumonia ini termasuk penicillin, amoxcillin, dan clavulanic acid,

serta macrolide antibiotics, termasuk erythromycin (shaleh, 2013).

2) Untuk bakteri HemophilusInfluenzae

Antibiotik yang bermanfaat dalam kasus ini adalah generasi

cephalosporins kedua dan ketiga, amoxillin dan clavulanic acid,

fluoroquinolones (lefofloxacin), maxifloxacin oral, gatifloxacin

oral, serta sulfamethoxazole dan trimethoprim (shaleh, 2013).

3) Untuk bakteri Mycoplasma

Dengan cara memberikan antibiotik macrolides (erythromycin,

clarithomycin, azithromicin dan fluoroquinolones), antibiotik ini

umum diresepkan untuk merawat mycoplasma pneumonia (shaleh,

2013).
21

b. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus

Pengobatannya hampir sama dengan pengobatan pada penderita flu.

Namun, yang lebih ditekankandalam menangani penyakit pneumonia

ini adalah banyak beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk

membantu pemulihan daya tahan tubuh. Sebab bagaimana pun juga

virus akan dikalahkan jika daya tahan tubuh sangat baik (shaleh,

2013).

c. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur

Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati penyakit

jamur lainnya. Hal yang paling penting adalah pemberian obat anti

jamur agar bisa mengatasi pneumonia (shaleh, 2013).

11. Penatalaksanaan medis

a. Oksigen 1-2L/menit

b. IVFD (IntraVenous fluid Drug) atau (pemberian obat melalui

intravena) 10% : NaCl 0,9%=3:1, + KCl mEq/500ml

cairan.jumlah cairan harus sesuai drngan berat badan, kenaikan

suhu, status hidrasi.

c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral

bertahap memulai selang nasogastrik dengan feding drip


22

d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpormukossiller

e. Koreksi gangguan asam basa dan elektrolit

f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan

12. Penatalaksanaan keperawatan

Peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia secara

primer yaitu memberikan pendidikan kepada keluarga klien untuk

meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia dengan

perlindungan kasus dilakukan melalui imunisasi, hygiene personal dan

sanitasi lingkungan. Peran sekunder dari perawat adalah memberikan

fisioterapi dada, nebulasi, suction, dan latihan nafas dalam dan batuk

efektif agar penyakit tidak kembali kambuh.

a. Penatalaksanaan untuk pneumonia community based:

b. Ampisilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

c. Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

d. Untuk kasus pneumonia hospital based :

e. Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

f. Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

Pada prinsipnya penatalaksanaan utama pneumonia adalah

memberikan antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi


23

pneumonia. Pemberian antibiotik bertujuan untuk memberikan terapi

kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi sebelum

antibiotika definitive diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif

untuk menjaga kondisi klien. Terapi antibiotika empiris

menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan klasifikasi pneumonia

dan kemungkinan organisme, karena hasil mikrobiologis umumnya

tidak tersedia selama 12-17 jam maka dari itu membedakan jenis

pneumonia (CAP atau HAP) dan tingkat keparahan berdasarkan

kondisi klinis pasien dan faktor predisposisi sangatlah penting, karena

menentukan pilihan antibiotika empiris yang akan diberikan kepada

pasien. Tindakan suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan

PaO2>8 kPa (SaO2>92%) dan resusitasi cairan intravena untuk

memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi : ventilasi non

invasive (misalnya tekanan jalan nafas positif kontinu ) atau ventilasi

mekanis mungkin diperlukan pada gagal nafas. Bila demam atau nyeri

pleuritik dapat diberikan antipirertik analgesik serta dapat diberikan

mukolitik atau ekspektoran untuk mengurangi dahak

13. Komplikasi

Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa

menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya

kelompok pasien risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi

seperti bakteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan

bernapas. Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang


24

menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi

ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pada 10%

pneumonia dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi

ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis,

peritonitis, dan empiema. Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi

cairan pada rongga pleura atau biasa disebut dengan efusi pleura. Efusi

pleura pada pneumonia umumnya bersifat eksudatif. Efusi pleura

eksudatif yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak

beserta dengan nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka

cairan perlu di drainage menggunakan chest tube atau dengan

pembedahan (Ryusuke, 2017)

B. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian yang cermat oleh perawat merupakan hal penting untuk

mendeteksi masalah ini. Melakukan pengkajian pada pernafasan lebih

jauh dengan mengidentifikasi manifestasi klinis pneumonia: nyeri,

takipnea, penggunaan otot pernafasan untuk bernafas, nadi cepat,

bradikardi, batuk, dan sputum purulen. Keparahan dan penyebab nyeri

dada harus diidentifikasi juga. Segala perubahan dalam suhu dan nadi,

jumlah sekresi, bau sekresi, dan warna sekresi, frekuensi dan keparahan

batuk, serta takipnea atau sesak nafas harus di pantau. Konsolidasi pada

paru-paru dapat di kaji dengan mengevaluasi bunyi nafas (pernafasan


25

bronkial, ronki, atau krekles) dan hasil perkusi (pekak pada bagian dada

yang sakit) (Brunner & Suddarth, 2013).

Pengkajian meliputi :

a. Identitas pasien

Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam

MRS, nomor registrasi, serta diagnose medis (Muttaqin, 2011).

b. Keluhan utama

Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan, penting untuk

mengenal tanda serta gejala umum sistem pernapasan. Termasuk

dalam keluhan utama pada sistem pernapasan, yaitu batuk, batuk

darah, produksi sputum berlebih, sesak napas, dan nyeri dada.

Keluhan utama pada bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk

tidak efektif, mengi, wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien

sebelumnya, yang dapat mendukung dengan masalah sistem

pernapasan. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya,

dengan sakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat,

pengobatan yang pernah dijalani dan riwayat alergi


26

2) Riwayat kesehatan sekarang

Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada sistem pernapasan

seperti menanyakan riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan

hingga klien meminta pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan

bersihan jalan napas tidak efektif dirasakan, berapa lama dan

berapa kali keluhan tersebut terjadi. Setiap keluhan utama harus

ditanyakan kepada klien dengan sedetail-detailnya dan semua

diterangkan pada riwayat kesehatan sekarang.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem pernapasan

adalah hal yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat

keluarga yang dapat memberikan presdiposisi keluhan seperti

adanya riwayat sesak napas, batuk dalam jangka waktu lama,

sputum berlebih dari generasi terdahulu

d. Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : Klien tampak lemah, Hasil pemeriksaan tanda-

tanda vital pada klien dengan pneumonia biasanya didapatkan

peningkatan suhu tubuh lebih dari 400C, frekuensi napas

meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya seirama

dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan

apabila tidak melibatkan infeksi sistem yang berpengaruh pada


27

hemodinamika kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada

masalah.

B1 (Breathing)

Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan

pemeriksaan fokus, berurutan pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi.

Inspeksi : Bentuk dada dan gerakan pernapasan, Gerakan

pernapasan simetris. Pada klien dengan pneumonia sering

ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta

adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Batuk dan

sputum. Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan

pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan

adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang

purulen.

Palpasi : Gerakan dinding thorak anterior/ ekskrusi pernapasan.

Pada palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas

biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri.

Getaran suara (frimitus vocal). Taktil frimitus pada klien dengan

pneumonia biasanya normal.

Perkusi : Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi,

biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang

paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia


28

didapatkan apabila bronkopneumonia menjadi suatu sarang

(kunfluens).

Auskultasi ; Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas

melemah dan bunyi napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang

sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan

hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi.

B2 (Blood)

Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi :

Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum.

Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.

Perkusi : Batas jantung tidak mengalami pergeseran.

Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung

tambahan biasanya tidak didapatkan.

B3 (Brain)

Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan

kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi

jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak

meringis. Menangis, merintih, merengang, dan mengeliat.


29

B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake

cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria

karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.

B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan napsu makan,

dan penurunan berat badan.

B6 (Bone)

Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan

ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam

melakukan aktivitas sehari-hari

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya

baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan

bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja

SIKI DPP PPNI, 2018).

Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan phatway,

diagnosa yang mungkin muncul yaitu


30

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan D.0001

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane

alveolus-kapiler D.0003

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

D.0005

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna

makanan D.0019

f. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit D.0130

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen D.0056

h. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif

D.0034

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh


perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). Intervensi keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut:

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi


tertahanD.0001
31

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan


jalan nafas meningkat L.01001

Kriteria hasil: L.01001

1) Batuk efektif meningkat

2) Produksi sputum menurun

3) Mengi menurun

4) Wheezing menurun

5) Dispnea menurun

6) Sianosis menurun

7) frekuensi nafas membaik

8) pola nafas membaik

Intervensi keperawatan:

Latihan batuk efektif 1.01006

a. Observasi

1) Identifikasi kemampuan batuk

2) Monitor adanya retensi sputum

3) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas

4) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik)

b. Terapeutik

1) Atur posisi semi-fowler atau fowler

2) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien

3) Buang sekret pada tempat sputum


32

c. Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

2) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4


detik,ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu (dibulatkan) selam 8 detik

3) Anjurkan tarik nafas dalam hingga 3 kali

4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam


yang ke-3

d. Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane


alveolus-kapiler D.0003

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


pertukaran gas meningkat L.01003

Kriteria hasil: L.01003

1) Dispnea menurun

2) Bunyi nafas tambahan menurun

3) Pusing menurun

4) Penglihatan kabur menurun

5) Nafas cuping hidung menurun

6) PCO2 dan PO2 membaik

7) Takikardi membaik

8) Sianosis membaik

9) Pola nafas membaik


33

Intervensi keperawatan:

Pemantauan respirasi 1.01014

a. Observasi

1) Monitor kemampuan batuk efektif

2) Monitor rekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas

3) Monitor adanya produksi sputum

4) Monitor adanya sumbatan jalan nafas

5) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

6) Auskultasi bunyi nafas

7) Monitor saturasi oksigen

8) Monitor AGD

9) Monitor hasil x-ray toraks

b. Terapeutik

1) Atur interval pemantuan respirasi sesuai kondisi pasien

2) Dokumentasikan hasil pemantauan

c. Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauaan

2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas


D.0005

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas


membaik L.010004

Kriteria hasil: L.010004


34

1) Kapasitas vital meningkat

2) Tekanan ekspirasi meningkat

3) Tekanan inspirasi meningkat

4) Dispnea menurun

5) Penggunaan otot bantu nafas menurun

6) Pernafasan cuping hidung menurun

7) Frekuensi nafas membaik

8) Kedalaman nafas membaik

9) Ekskursi dada membaik

Intervensi keperawatan:

Manajemen jalan nafas 1.01011

a. Observasi

1) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)

2) Monitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling,


mengi,wheezing, ronki)

3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

b. Terapeutik

1) Posisikan semi-fowler atau fowler

2) Berikan minum hangat

3) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

4) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

5) Berikan oksigen, jika perlu

c. Edukasi
35

1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi

2) Ajarkan teknik batuk efektif

d. Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran,mukolitik.


jika perlu

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat


nyeri menurun L.08066

Kriteria hasil: L.08066

Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

1) Keluhan nyeri menuru

2) Meringis menurun

3) Sikap protektif menurun

4) Kesulitan tidur menurun

5) Frekuensi nadi membaik

6) Pola nafas membaik

7) Tekanan darah membaik

8) Nafsu makan membaik

9) Pola tidur membaik

Intervensi keperawatan:

Manajemen nyeri 1.08238


36

a. Observasi

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,


kualitas,intensitas nyeri.

2) Identifikasi sekala nyeri

3) Identifikasi respon nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan


nyeri

5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah


diberikan

8) Monitor efek samping penggunaan analgetik

b. Terapeutik

1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

2) Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri


(misalkan suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

3) Fasilitasi istirahat dan tidur

4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan


strategi meredakan nyeri

c. Edukasi

1) Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri

2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat


37

5) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa


nyeri

d. Kolaborasi

1) Kolaborasi dalam pemberian analgetik

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan


makanan D.0019

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan status


nutrisi membaik L.03030

Kriteria hasil: L.03030

1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat

2) Perasaan cepat kenyang menurun

3) Frekuensi makan membaik

4) Nafsu makan membaik

5) Membran mukosa membaik

Intervensi keperawatan:

Manajemen nutrisi 1.03119

a. Observasi

1) Identifikasi status nutrisi

2) Identifikasi alergi dari intoleransi makananIdentifikasi


makanan yang disukai

3) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

4) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastik

5) Monitor asupan makanan

6) Monitor berat badan


38

7) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

b. Terapeutik

1) Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu

2) Fasilitasi menentukan pedoman diet

3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

6) Berikan suplemen makanan, jika perlu

c. Edukasi

1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu

2) Ajarkan diet yang diprogramkan

d. Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan


pereda nyeri, antlemetik), jika perlu

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori


dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

f. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit D.0130

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


termoregulasi membaik L.14134

Kriteria hasil: L.14134

1) Menggigil menurun

2) kulit merah menurun

3) suhu tubuh membaik


39

4) tekanan darah membaik

Intervensi keperawatan:

Manajemen hipertermia 1.15506

a. Observasi

1) Identifikasi penyebab hipertermia

2) Monitor suhu tubuh

3) Monitor kadar elektrolit

4) Monitor haluaran urine

5) Monitor komplikasi akibat hipertermia

b. Terapeutik

1) Sediakan lingkungan yang dingin

2) Longgarkan atau lepaskan pakaian

3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4) Berikan cairan oral

5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami


hiperhidrosis (keringat berlebih)

6) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada dahi,


leher, dada, abdomen, dan aksilia)

7) Berikan oksigen, jika perlu

c. Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

d. Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu


40

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen D.0056

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi

aktivitas meningkat L.05047

Kriteria hasil: L.05047

1) Saturasi oksigen meningkat

2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat

3) Keluhan lelah menurun

4) Dispnea saat aktivitas menurun

5) Dispnea setelah aktivitas menurun

6) Sianosis menurun

7) Tekanan darah membaik

8) Frekuensi nafas membaik

Intervensi keperawatan:

Manajemen energi 1.05178

a. Observasi

1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan


kelelahan

2) Monitor kelelahan fisik dan emosional

3) Monitor pola dan jam tidur


41

4) Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama aktivitas

b. Terapeutik

1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,


suara, kunjungan)

2) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan / atau aktif

3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah


atau berjalan

c. Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

4) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan


tidak berkurang

5) Ajarkan koping untuk mengurangi kelelahan

d. Kolaborasi

1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan


makanan

h. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif


D.0034

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status


cairan membaik L.03028

Kriteria hasil: L.03028

1) Tugor kulit meningkat

2) Dispnea menurun
42

3) Frekuensi nadi membaik

4) Tekanan darah membaik

5) Tekanan nadi membaik

6) Membrane mukosa membaik

7) Suhu tubuh membaik

Intervensi keperawatan:

Manajemen hipovolemia 1.03116

a. Observasi

1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (misalnya nadi teraba


lemah, tekanan darah menurun, tugor kulit menurun,
membrane mukosa kering, dan lemah)

2) Monitor intake dan output cairan

b. Terapeutik

1) Hitung kebutuhan cairan

2) Berikan asupan cairan oral

c. Edukasi

1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

d. Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)

2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,


NaCl 0,4%)

3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,plasmanate)


43

3) Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana

rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang

telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan

intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.

Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap

biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,

kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat

respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan

informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian,

dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana

perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya (Wilkinson.M.J,

2012).

4) Evaluasi Keperawatan

Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan

keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang

sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan

klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan

terbagi menjadi dua yaitu


44

a. Evaluasi formatif (proses)

Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil

kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi formatif harus

dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan telah

diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi

tersebut. Evaluasi formatif harus dilaksanakan terus menerus hingga

tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam

evaluasi formatif terdiri atas analisis rencana asuhan keperawatan,

pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan menggunakan

from evaluasi. Ditulis dalam catatan perawatan

b. Evaluasi Sumatif (hasil)

Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan

analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan

perkembangan. Fokus evaluasi sumatif adalah perubahan prilaku atau

setatus kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Evaluasi ini

dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna. Hasil

dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah tujuan tercapai/masalah

teratasi: jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan, tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian:

jika klien menunjukan perubahan sebagian dari standar dan kriteria

yang telah ditetapkan, dan tujuan tidak tercapai/ masalah tidak teratasi :

jika klien tidak menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali dan
45

bahkan timbul masalah baru. Penentuan masalah teratasi, teratasi

sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara

SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

Perumusan evaluasi sumatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal

dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan

perencanaan.

a. S (subjektif)

Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang

afasia

b. O (objektif)

Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.

c. A (analisis)

Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau dikaji

dari data subjektif dan data objektif.

d. P (perencanaan)

Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan,

baik yang sekarang maupun yang akan dating dengan tujuan

memperbaiki keadaan kesehatan pasien.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Studi Kasus

Jenis penulisan ini pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah studi kasus deskritif.

Rancangan penulisan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan asuhan

keperawatan dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan

evaluasi tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Pneumonia.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek yang digunakan dalam penelitian adalah individu dengan kasus

yang akan review secara rinci dan mendalam. Subyek dalam studi kasus

ini adalah pada pasien Pneumonia dewasa dengan kriteria :

Kriteria Inklusi

1. Pasien dewasa usia 12-65 tahun

2. Pasien yang mau untuk dilakukan studi kasus

3. Pasien baru

Kriteria Eksklusi

1. Pasien dengan penurunan kesadaran

2. Pasien tidak mau menjadi subjek penelitian ini

3. Pasien menarik diri

46
47

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Definisi operasional karya tulis ini adalah :.

1. Pneumonia adalah infeksi yang mengakibatkan peradangan pada kantong-

kantong udara (alveoli) di salah satu atau kedua paru-paru. Kantong-

kantong udara (alveoli) akan mengalami peradangan dan dipenuhi cairan

atau nanah, mengakibatkan sesak nafas, batuk berdahak, demam dan

menggigil. Pada kasus ini untuk menentukan Pasien dengan Pneumonia

adalah berdasarkan diagnosa medis dan laporan medik yang dapat di

lihat pada catatan rekam medik pasien.

2. Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh

mempertahankan jika kebutuhan oksigen dalam tubuh terganggu akan

mengakibatkan kekurangan oksigen pada tubuh dan dapat

menyebabkan gagal napas

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di RSUD dr. Moewardi Surakarta

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut :

1. Diawali dengan mahasiswa mengidentifikasi laporan asuhan

keperawatan terdahulu maupun melalui media internet

2. Kasus yang telah diperoleh mahasiswa dikonsultasikan ke pembimbing


48

3. Setelah disetujui kemudian mahasiswa dapat membuat review kasus

F. Metode dan instrument Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan, antara lain :

a. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden. Metode ini memberikan hasil

secara langsung. Metode ini dilakukan apabila ingin mengetahui

hal hal dari responden secara mendalam serta jumlah responden

sedikit. Pada wawancara ini berisi tentang identitas Pasien dengan

Pneumonia, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dahulu-

keluarga.

b. Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik : inspeksi,palpasi,

perkusi dan auskultasi

Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk

menentukan status kesehatan pasien, mengidentifikasi masalah

klien dan mengambil data dasar untuk menentukan renacana

tindakan keperawatan
49

1) Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan.

Diperlukan cahaya yang adekuat agar perawat dapat

membedakan warna, bentuk, dan kebersihan tubuh pasien.

Focus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran

tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu

dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu

dengan tubuh lainnya. Contohnya : mata kuning (icterus),

terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-

lain.

2) Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera

peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrument yang sensitive

digunakan untuk mengumpulkan data, contohnya tentang :

turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran. Langkah yang

perlu diperhatikan saat palpasi :

a. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai

b. Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering

c.Kuku jari perawat harus dipotong pendek


50

d. Semua bagian yang nyeri dipalpasi bagian paling akhir.

Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang),

dan lain-lain.

3) Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian

permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan

bagian tubuh lainnya (kiri dan kanan) dengan tujuan

menghasilkan suara. Perkusi bertujuan mengidentifikasi

lokasi, ukuran, bentuk, dan konsistensi jaringan. Perawat

menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk

menghasilkan suara.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan

suatu yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan

stetoskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa bunyi

jantung, paru dan bising usus.

c. Studi dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang

berasal dari dokumentasi asli. Dokumentasi tersebut dapat berupa

gambar, table, dan daftar periksa. Pada kasus ini penulis

melakukan studi dokumentasi melalui catatan medis dan

keperawatan berupa catatan status perkembangan pasien, laporan


51

hasil laboratorium, radiologi dan lainnya. Pengumpulan data ini

digunakan untuk menegakkan diagnosis maupun perkembangan

status kesehatan pasien

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan pada studi kasus ini adalah menggunakan

format asuhan keperawatan, dengan berpedoman pada format asuhan

keperawatan yang telah dibuat mulai dari pengkajian, diagnosis,

intervensi, implementasi sampai evaluasi

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan yaitu pada pasien pada

januari hingga februari sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua

data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan

fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya

dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh

dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digsunakan

dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menggunakan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti

dibandingkan teori yang sudah ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut.


52

H. Etika Studi Kasus

Merupakan suatu keharuasan pada saat akan memulai suatu studi kasus

untuk menjaga kerahasiaan dan memberi keamanan pada responden. Etika

studi kasus merupakan masalah yang sangat penting dalam studi kasus,

mengingat studi kasus keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi etika studi kasus harus diperhatikan. Masalah etika

yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:

1. Informed Consent (persetujuan)

Adalah bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden dengan

memberikan lembar persetujuan. Informed Consent persetujuan

menjadi responden. Tujuanya agar subyek mengerti maksud dan

tujuannya studi kasus. Jika responden bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan.

2. Anonymity (tanpa nama)

Adalah pemberian jaminan dalam penggunaan subyek studi kasus

dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil studi kasus yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasian)
53

Adalah pemberian jaminan hasil studi kasus, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin

kerahasiannya oleh penulis.

4. Ethnical clearance (kelayakan etik)

Adalah uji kelayakan etik sebagai pernyataan bahwa studi kasus yang

tergambar telah dilakukan kajian yang telah memenuhi kaidah etik

sehingga layak dilaksanakan.


BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang hasil dan pembahasan dari

“studi kasus pada pasien pneumonia” di Rumah Sakit RSUD dr.Moewardi

Surakarta. Asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi dan evaluasi keperawatan.

A. Hasil Studi Kasus

Pengkajian dilakukan pada hari selasa, 22 Februari 2022 dan 19 Maret

2022 pada pukul 08.00 WIB data diperoleh dengan wawancara langsung

dengan pasien, pemeriksaan fisik, dan catatan medis.

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas pasien dan penanggung jawab

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2


Nama Pasien Tn. J Ny.S
Umur 64 tahun 55 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Agama Islam Islam
Alamat Surakarta Surakarta
Pekerjaan Petani Ibu rumah
tangga
No RM 0156xxxx 015xxxx
Diagnosa masuk Pneumonia Pneumonia
Penanggung Jawab Anak Pasien Suami Pasien
Nama Tn.S Tn.R
Alamat Surakarta Surakarta
Tanggal MRS 19 Februari 2022 17 Maret 2022
Tanggal pengkajian 22 Februari 2022 19 Maret 2022
Keluhan Utama Sesak nafas Sesak nafas

54
55

b. Riwayat Kesehatan

Pasien 1 Pasien 2
Riwayat Kesehatan Pasien mengatakan pasien
Sekarang sesak nafas dan mengatakan
batuk berdahak sesak nafas dan
kurang lebih 2 sejak 3 hari
minggu yang lalu, yang lalu pasien
sebelum dibawa ke merasakan
rumah sakit pasien demam,
mengeluarkan kemudian
dahak berwarna keluarga
kuning, karena membawa ke
merasakan sesak IGD RSUD Dr.
nafas bertambah Moewardi
akhirnya keluarga Surakarta
membawa pasien dengan GCS E:4
ke RSUD dr. V:5 M:6 dan
Moewardi pada dilakukan
tanggal 15 Februari pengukuran
2022 jam 13.40 TTV TD:
WIB, pasien masuk 155/99mmHg,
melalui IGD S: 38,5oC, N:
dengan GCS E:4 102x/menit, RR:
V:5 M:6 dan 28x/menit,
dilakukan dilakukan
pengukuran TTV pemeriksaan
dengan hasil TD: laboratorium
130/70mmHg, S: dan foto thorax,
36,0oC, N: pasien mendapat
95x/menit, RR: terapi cairan
27x/menit pasien Ashering 500ml
diberikan terapi 20tpm, injeksi
infus RL 20 tpm, cefatriaxone 1gr,
injeksi injeksi
dexamethasone dexamethasone
4mg, injeksi 4mg, pasien
solvinex 4mg, juga diberikan
injeksi ceftriaxone oksigen nasal
1mg, pasien juga canul 2lpm.
diberikan O2 nasal Pada pukul
canul 5 lpm, 19.00 pasien
kemudian pasien dipindahkan ke.
56

Pasien 1 Pasien 2
dipindah ke bangsal
bangsal flamboyan flamboyan 7.
7 pada jam 15.00
Riwayat Kesehatan Tn.J mengatakan Ny. S
Dahulu pernah rawat jalan mengatakan
selama 1 minggu mempunyai
dengan penyakit riwayat penyakit
yang sama, pasien sakit jantung
tidak mempunyai dan hipertensi,
riwayat alergi baik pasien tidak
makanan atau obat mempunyai
dan tidak memiliki riwayat alergi
riwayat penyakit baik makanan
seperti diabetes atau obat-obatan
mellitus, hipertensi.

Riwayat Kesehatan Keluarga tidak Keluarga tidak


Keluarga memiliki riwayat memiliki
penyakit yang sama riwayat penyakit
seperti yang yang sama
dialami pasien saat seperti yang
ini, tidak memiliki dialami pasien
riwayat penyakit saat ini, tidak
keturunan lain memiliki
seperti DM (-) dan riwayat penyakit
Asma. keturunan lain
seperti DM (-)
dan Asma.

c. Genogram
 Tn. J
57

: Laki-laki atau Perempuan

: Garis Pernikahan

: Pasien

: Laki-laki/Perempuan meninggal

Klien menikah dengan ny.W dan dikaruniai 3 orang anak dan


kini klien tinggal dengan anaknya yang kedua. Didalam
anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti
yang diderita klien dan penyakit keturunan seperti
DM,Hipertensi, Jantung dan lainnya. Keluarga klien merasa
cemas bila ada keluarga yang sakit

 Ny. S

: Laki-laki atau Perempuan

: Garis Pernikahan
58

: Pasien

: Laki-laki/Perempuan meninggal

2. PEMERIKSAAN FISIK
Pasien 1 Pasien 2

Keadaan Umum pasien tampak Pasien tampak


composmentis, TTV : TD : composmentis
123/90 mmHg, N : V: TD : 155/99mmHg,
100x/menit, S : 36,0oC, RR : N : 102x/menit, S :
27x/menit. 38,5OC, RR : 28x/menit
Breathing (B1) pasien tampak sesak nafas, Pasien tampak sesak
bunyi nafas ronkhi, terdapat nafas, bunyi nafas
sputum yang sulit keluar, wheezing, pergerakan
nafas dangkal dan cepat, dada simetris, nafas
pergerakan dada simetris, cepat dan dangkal,RR :
pasien bernafas 28x/menit
menggunakan mulut, RR :
27x/menit..
Blood (B2) Irama jantung regular Irama jantung regular
S1/S2, suara jantung S1/S2, suara jantung
normal, CRT <2detik, akral normal, CRT <2detik,
hangat. akral hangat.

Brain (B3) Pupil isokor, respon Pupil isokor, respon


terhadap cahaya baik pupil terhadap cahaya baik,
kanan/kiri, sclera tidak pupil kanan/kiri, sclera
ikterik, bentuk hidung tidak ikterik, bentuk
normal. hidung normal.

Bladder (B4) Jumlah urine +/-600cc/hari, Pada Ny.S jumlah urine


warna urine kekuningan, +/-500cc/hari, warna
tidak terdapat pembesaran urine kekuningan, tidak
kandung kemih, tidak ada terdapat pembesaran
gangguan perkemihan. kandung kemih, tidak
ada gangguan
perkemihan
Bowl (B5) Nafsu makan menurun, Nafsu makan baik,
mulut terdapat secret, mulut tidak ada secret,
mukosa bibir lembab, mukosa bibir lembab,
abdomen normal, tidak abdomen normal, tidak
terdapat pembesaran hepar terdapat pembesaran
59

dan limfa, BAB sulit. hepar dan limfa, BAB


1x/hari secara teratur,
konsistensi feses
lembek dan
kekuningan.
Bone (B6) Pergerakan sendi bebas, Pergerakan sendi bebas,
tidak ada fraktur, tidak ada tidak ada fraktur, tidak
luka terbuka, kulit normal, ada luka terbuka, kulit
tidak bersisik, akral hangat, normal, tidak bersisik,
turgor kulit baik, tidak ada akral hangat, turgor
edema. kulit baik, tidak ada
edema.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pasien 1 Pasien 2
Laboratorium Hemoglobin 12,2 g/dl Hemoglobin 11.1 g/dl
(normal 13,2-17,3.1),
trombosit 4,20 rb/ul
(normal 140-420)
Foto Thorax Pneumonia dipulmo dextra Rontgen foto thorax kedua
et sinistra, tak tampak sinus/Diafragma normal,
gambarn pleura effusion, bentuk dan besar, cor
besar cor dalam batas membesar ke kiri,
normal pneumonia paru kanan
4. Program Terapi
Pasien 1 Pasien 2
Infus ringer lactat 20tpm, injeksi Infus ashering 20tpm, injeksi
dexamethasone 1 dexamethasone 1ampul/24jam,
ampul/24jam,injeki ceftriaxone injeksi ceftriaxone 2x1gr/12jam,
2x1gr, solvinex oral 3x4mg. paracetamol oral 500mg
60

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya

baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan

bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja

SIKI DPP PPNI, 2019)

Diagnosa Pasien 1 Pasien 2


Keperawatan
Pola nafas tidak Diagnosa yang Diagnosa yang
efektif berhubungan ditegakkan berdasarkan ditegakkan
dengan proses data subyektif dan data berdasarkan data
infeksi objektif pada tn.J yaitu subyektif dan data
data subjektif : pasien objektif pada Ny.S
mengatakan sulit yaitu data subyektif :
bernafas dan lemas, pasien mengatakan
serta batuk berdahak, sesak nafas, data
data objektif : klien obyektif : pasien
tampak pucat, TD : tampak sesak, TD :
135/90mmHg, N : 155/99mmHg, N :
100xmenit, S : 36,0OC, 102x/menit, S :
RR : 27x/menit, suara 38,5OC, RR :
nafas terdengar ronkhi, 28x/menit, terdengar
terpasang O2 nasal suara wheezing,
canul 3lpm, hasil terpasang O2 nasal
rontgen pneumonia di canul 2lpm, hasil
pulmo dextra et sinistra, rontgen pneumonia
paru kanan, bentuk
cor dalam batas
normal.

Bersihan jalan nafas Diagnosa yang -


tidak efektif ditegakkan berdasarkan
berhubungan dengan data subyektif dan data
penumpukan sputum objektif pada Tn.J yaitu
data subyektif : pasien
61

Diagnosa Pasien 1 Pasien 2


Keperawatan
mengatakan batuk -
berdahak dan dahak
berwarna kuning, data
obyektif : klien tampak
pucat, TD :
135/90mmHg, N :
100x/menit, RR :
27x/menit, S : 36,0oC,
Suara nafas ronkhi
Hipertermia Diagnosa yang
berhubungan dengan ditegakkan
proses penyakit berdasarkan data
subyektif dan data
objektif pada Ny.S
yaitu data subyektif :
pasien mengatakan
sudah 3 hari
merasakan demam,
serta badannya
menggigil, data
obyektif : pasien
tampak menggigil,
TD :
155/99mmHg, N :
102x/menit, S :
38,5oC, RR :
28x/menit, pasien
tampak lemah.

6. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi keperawatan merupakan penentuan tujuan, kriteria hasil dan

perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang

ada sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan :


62

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


Dx Keperawatan hasil keperawatan
Pasien 1
1. Pola nafas Setelah dilakukan 1. Monitor pola
tidak efektif tindakan asuhan nafas (frekuensi,
berhubungan keperawatan selama kedalaman,
dengan proses 3x24jam diharapkan usaha nafas)
infeksi pola nafas membaik 2. Monitor bunyi
dengan kriteria hasil nafas tambahan
- Frekuensi (misalnya
nafas gurgling, mengi,
membaik, wheezing, ronki)
- Dispnea 3. Posisikan semi-
menuru fowler
n 4. Berikan minum
hangat
5. Pemberian obat
antibiotika dan
oral

2 Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Identifikasi


nafas tidak tindakan asuhan kemampuan
efektif keperawatan selama batuk
berhubungan 3x24jam diharapkan 2. Monitor adanya
dengan bersihan jalan nafas retensi sputum
penumpukan meningkat dengan 3. Jelaskan tujuan
sputum kriteria hasil : dan prosedur
- Batuk efektif batuk efektif
meningkat, 4. Pemberian obat
-Produksi sputum antibiotika sesuai
menurun, resep dokter
-Ronchi menurun
-Dispnea menurun
-Frekuensi nafas
membaik.
Pasien 2
1 Pola nafas Setelah dilakukan 1. Monitor pola
tidak efektif tindakan asuhan nafas (frekuensi,
berhubungan keperawatan selama kedalaman,
dengan proses 3x24jam diharapkan usaha nafas)
infeksi pola nafas membaik 2. Monitor bunyi
dengan kriteria hasil nafas tambahan
- Frekuensi (misalnya
nafas
membaik
63

- Dispnea gurgling, mengi,


menurun wheezing, ronki)
. 3. Posisikan semi-
fowler atau
fowler
4. Pemberian obat
antibiotika
sesuai resep
dokter

2 Hipertermia Setelah dilakukan 1. Monitor suhu


berhubungan tindakan keperawatan tubuh
dengan proses selama 3x24jam 2. Lakukan
penyakit diharapkan pendinginan
termoregulaasi eksternal ( mis.
membaik dengan Kompres dingin
kriteria hasil : pada dahi, leher,
- Menggigil dada abdomen,
menurun, dan aksila)
- Suhu tubuh 3. Anjurkan tirah
membaik, baring
- Tekanan 4. Pemberian
darah analgesic sesuai
membai resep dokter
k

7. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi merupakan tahan keempat dan proses keperawatan dimana

rencana keperawtan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang

telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan

intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.

a. Pasien 1 dan 2 Tn.J dan Ny.S

Implementasi yang dilakukan pada Tn.J dan Ny. S dengan Pneumonia


64

1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi

Diagnosa Implementasi
Keperawatan
Pasien 1 (Tn.J) Pasien 2 (Ny.S)
Pola nafas tidak Pada tanggal 22 Pada tanggal 19
efektif Februari 2022 Maret 2022 pukul
berhubungan pukul 10.00 WIB 10.00 WIB
dengan proses memonitor pola memonitor pola
infeksi nafas pasien, nafas pasien,
memonitor bunyi memonitor bunyi
nafas tambahan, nafas tambahan,
data obyektif data obyektif
pasien tampak pasien tampak
sesak nafas, nafas sesak nafas, nafas
cepat dan dangkal, cepat dan dangkal,
terdengar bunyi terdengar bunyi
nafas ronkhi ,irama nafas wheezing,
nafas teratur, irama nafas teratur,
respiratori rate respiratori rate
27x/menit. 28x/menit
Pada pukul 10.15 Pada pukul 10.15
WIB memberikan WIB memberikan
posisi semi fowler posisi semi fowler
dan memberikan data obyektif
minum hangat, data pasien tampak
data obyektif rileks, nafas tidak
pasien tampak terengah-engah
rileks, nafas tidak setelah diberikan
terengah-engah posisi semi fowler.
setelah diberikan
65

No Dx Implementasi Keperawatan

Pasien 1 Pasien 2
posisi semi fowler Pada pukul12.00
dan tampak batuk memberikan obat
setelah minum air antibiotic, injeksi
hangat. dexamethasone ,
injeksi
Pada pukul 12.00
ceftriaxone, data
memberikan obat
obyektif pasien
antibiotik , injeksi
bersedia diberikan
dexamethasone,
obat injeksi
injeksi ceftriaxone,
dan salvinex oral, Pada tanggal 20
data obyektif pasien Maret 2022 pukul
bersedia diberikan 15.00 WIB
obat injeksi, pasien memonitor pola
tampak meringis nafas pasien,
ketika obat memonitor bunyi
dimasukkan nafas tambahan,
data obyektif
Pada tanggal 23
terdengar bunyi
februari 2022 pukul
nafas wheezing,
15.00 WIB
irama nafas
memonitor pola
teratur, respiratori
nafas pasien,
rate 25x/menit.
memonitor bunyi
nafas tambahan, data Pada pukul 15.20
obyektif terdengar WIB memberikan
bunyi nafas ronkhi posisi semi fowler
basah, irama nafas data obyektif
teratur.
66

Implementasi Keperawatan

Pasien 1 Pasien 2

respiratori rate tampak lebih rileks.


25x/menit.
Pada pukul 18.00
Pada pukul 15.20 WIB memberikan
WIB memberikan obat antibiotik ,
posisi semi fowler injeksi
dan memberikan dexamethasone,
minum hangat, data injeksi ceftriaxone,
obyektif pasien data subyektif
tampak lebih rileks. pasien mengatakan
tangan terasa pegal
Pada pukul 18.00
saat obat
WIB memberikan
dimasukkan, data
obat antibiotik ,
obyektif pasien
injeksi
bersedia obat
dexamethasone,
dimasukkan
injeksi ceftriaxone,
data obyektif Pada tanggal 21
pasien bersedia maret 2022 pukul
obat dimasukkan, 13.00 WIB
pasien tampak memonitor pola
meringis ketika nafas pasien,
obat dimasukkan memonitor bunyi
nafas tambahan,
Pada tanggal 24
data obyektif masih
februari 2022 pukul
terdengar suara
13.00 WIB,
nafas wheezing,
Memonitor pola
irama nafas teratur,
nafas pasien
67

Implementasi Keperawatan

Pasien 1 Pasien 2

,nafas tambahan, respiratori rate


data obyektif bunyi 25x/menit. Pada
nafas ronkhi sudah jam 13.20
tidak terdengar memberikan posisi
jelas respiratori rate semi fowler, data
22x/menit. obyektif pasien
tampak nyaman
Pada jam 13.20
dengan posisinya
memberikan posisi
semi fowler dan Pada pukul 14.00
memberikan WIB memberikan
minum hangat, data injeksi ceftriaxone,
obyektif pasien injeksi
tampak lebih rileks. dexamethasone,
data obyektif tidak
Pada 14.00 WIB
ada tanda tanda
memberikan injeksi
alergi setelah obat
ceftriaxone, injeksi
di masukkan.
dexamethasone,
solvinex oral, data
obyektif pasien
terlihat tenang saat
obat dimasukkan.
68

2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan sputum

Diagnosa Implementasi
Keperawatan
Pasien 1 (Tn.J)
Bersihan jalan Pada tanggal 22 februari 2022 pukul
nafas tidak efektif 10.30 memonitor adanya retensi sputum,
berhubungan data obyektif terdapat sputum yang susah
dengan keluar,
penumpukan Pada pukul 10.50 mengajarkan dan
sputum menganjurkan prosedur batuk efektif, data
obyektif pasien tampak memperhatikan
dan paham apa yang diajarkan.
Pada pukul 11.00 melaakukan latihan
batuk efektif, data obyektif
tampak melakukan latihan batuk efektif
dan dahak keluar sedikit dan berwarna
kuning.
Pada pukul 12.00 WIB memberikan
injeksi dexamethasone, injeksi
ceftriaxone, dan salvinex oral, data
obyektif pasien bersedia diberikan obat
injeksi, pasien tampak meringis ketika
obat dimasukkan
Pada pukul 15.40 memonitor adanya
retensi sputum data subyektif pasien
mengatakan masih merasakan ada banyak
sputum di tenggorokannya, terdapat
sputum yang masih susah keluar
Pada pukul 16.10 mengajarkan dan
menganjurkan prosedur batuk efektif, data
obyektif pasien paham apa yang sudah
diajarkan
Pukul 16.20 melakukan latihan batuk
efektif, data obyektif pasien melakukan
batuk efektif, sputum keluar lebih banyak
daripada kemarin dan berwarna kuning
keputih putihan.
69

Implementasi Keperawatan
Pasien 1 (Tn.J)
Pada pukul 18.00 memberikan injeksi
dexamethasone, injeksi ceftriaxone, data
obyektif pasien bersedia obat dimasukkan,
pasien tampak meringis ketika obat
dimasukkan
Pada tanggal 24 Februari 2022 pada pukul
13.40 memonitor adanya retensi sputum
data subyektif pasien mengatakan merasa
lebih lega tenggorokannya karena sputum
sudah berkurang,
Pada pukul 14.00 mengajarkan dan
menganjurkan latihan batuk efektif, data
obyektif pasien tampak sudah bisa
melakukan batuk efektif sendiri.
Pukul 14.15 WIB melakukan latihan
batuk efektif, data obyektif pasien
melakukan batuk efektif dan sputum yang
dikeluarkan sudah berkurang tidak seperti
kemarin.
Pada pukul 14.00 memberikan injeksi
dexamethasone, injeksi ceftriaxone, data
obyektif pasien bersedia obat dimasukkan,
dan pasien terlihat tenang saat obat
dimasukkan.
3) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Diagnosa Implementasi
Keperawatan
Pasien 2 (Ny.S)
Hipertermi Pada tanggal 19 Maret 2022 pukul 10.00
berhubungan WIB memonitor suhu tubuh, data obyektif
dengan proses suhu tubuh 38,5oC, tampak menggigil.
penyakit
Pada pukul 10.30 melakukan kompres
dingin pada dahi dan leher, data obyektif
pasien tampak bersedia dilakukan kompres
dingin, pasien tampak nyaman diberikan
kompres.
70

Implementasi Keperawatan
Pasien 2 (Ny.S)
.Pada pukul 10.45 menganjurkan tirah
baring, data obyektif pasien tampak paham
apa yang dijelaskan, pasien terlihat tidur
miring kekanan
Pada pukul 12.00 WIB memberikan obat
paracetamol 500mg, data subyektif pasien
mengatakan mengantuk setelah minum
obat.
Pada tanggal 20 Maret 2022 pukul 15.30
memonitor suhu tubuh, data obyektif suhu
tubuh Ny.S 37,50C
Pada pukul 15.35 melakukan kompres
dingin pada dahi dan leher, data obyektif
pasien tampak bersedia dilakukan kompres
dingin dan pasien tampak membaik.
Pada pukul 15.45 menganjurkan tirah
baring, data obyektif pasien tampak paham
apa yang dijelaskan dan pasien
mengatakan ingin tidur.
Pada pukul 18.00 memberikan injeksi dan
obat oral paracetamol 500mg. data
obyektif pasien tampak meminum obat.
Pada tanggal 21 Maret 2022 pukul 13.30
memonitor suhu tubuh pasien, data
obyektif suhu tubuh Ny.S 35,8OC.
implementasi kompres dingin pada dahi
dan leher sudah tidak dilakukan karena
suhu tubuh pasien sudah normal,
Pada pukul 13.35 menganjurkan tirah
baring data obyektifnya pasien tampak
melakukan apa yang sudah diajarkan.

8. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah tujuan tercapai/masalah

teratasi, jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar dan


71

kriteria yang telah ditetapkan, dan tujuan tidak tercapai/masalah tidak

teratasi, jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama

sekali bahkan timbul masalah baru. Penentuan masalah teratasi, teratasi

sebagian, tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP

dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Perumusan

evaluasi sumatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah

SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan perencanaa.

Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
Pasien 1 (Tn.J) Pasien 2 (Ny.S)
Pola nafas tidak Data subjektif pasien Data subjektif pasien
efektif mengatakan sudah tidak mengatakan sesak
berhubungan sesak nafas, sudah tidak nafas berkurang sudah
dengan proses terdengar jelas bunyi tidak seperti kemarin,
infeksi nafas ronkhi, data masih terdengar bunyi
obyektif pasien tampak wheezing, data
rileks dan tidak lemah, objektif didapatkan
tekanan pasien tampak lebih
darah110/70mmHg, nadi rileks, sudah tidak
88x/menit, suhu 36,5oC, lemah, tekanan darah
respiratori rate 135/80mmHg, nadi
23x/menit, masih 80x/menit, suhu tubuh
terpasang O2 nasal canul 35,5oC, respiratori
2lpm. Analisa masalah rate 22x.menit, Ny.S
pola nafas teratasi masih terpasang O2
sebagian. Planning : nasal canul 2lpm.
pertahankan intervensi. Analisa masalah :pola
nafas teratasi
sebagian. Planning :
72

Diagnosa Evaluasi Keperawatan


Keperawatan
Pasien 1 Pasien 2
Bersihan jalan Data subjektif - lanjutkan intervensi
nafas tidak efektif mengatakan sudah batuk
berhubungan berdahak berkurang,
dengan data objektif sudah tidak
penumpukan terdengar jelas bunyi
sputum ronkhi, tekanan darah
110/70mmHg, nadi
88x/menit, suhu 36,5oC,
resiratori rate 23x/menit.
Analisa masalah
bersihan jalan nafas
teratasi sebagian.
Planning : lanjutkan
intervensi
Hipertermia Data subjektif pasien
berhubungan mengatakan sudah
dengan proses tidak demam. Data
penyakit objektif pasien terlihat
sudah tidak
menggigil, tekanan
darah 135/80mmHg,
nadi 80x/menit, suhu
tubuh 35,5oC,
respiratori rate.
22x/menit. Analisa
masalah
termoregulasi teratasi.
Planning : hentikan
intervensi.

B. PEMBAHASAN

Pada sub bab ini penulis akan menjelaskan kesenjangan temuan,

perbandingan pasien pertama dengan pasien kedua didukung dengan teori

yang mendasarinya pada kasus kelolaan mulai dari pengkajian sampai

evaluasi. Selain itu penulis juga akan membahas masing masing keadaan
73

berdasarkan keadaan yang muncul pada pasien tapi terdapat dalam teori,

dan hal yang muncul pada pasien tapi tidak terdapat dalam teori.

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada Tn.J dan Ny.S dengan pneumonia

pengkajian yang pertama adalah biodata pasien, biodata penanggung

jawab, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

dahulu, riwayat alergi, dan riwayat kesehatan keluarga. Selanjutnya

adalah pengkajian persistem yang dilakukan meliputi B1-B6 untuk

menegakkan diagnosa keperawatan

2. Keadaan yang muncul pada pasien dan terdapat dalam teori

a. Batuk

Pada pasien Tn.J terjadi batuk progresif yang tidak adekuat

ditandai dengan pasien batuk dan terdapat sekret di mulut

pasien. Pada pasien pneumonia batuk terjadi akibat

pertumbuhan mikroorganisme yang menyebabkan reaksi radang

dan diikuti oleh inflamasi sel-sel pathogen sehingga terbentuk

akumulasi dan eksudat. Melalui reflek batuk sekresi tersebut

akan dikeluarkan dari saluran respiratorik.

Menurut pathway (Mandan,2019) dalam indonesian jurnal of

health development,September 2020. Batuk merupakan gejala

dari suatu penyakit yang menyerang saluran pernafasan, hal ini

disebabkan adanya mikroorganisme atau non-mikroorganisme

yang masuk ke saluran pernafasan sehingga diteruskan ke paru-


74

paru dan bagian bronkus maupun alveoli. Dengan masuknya

mikroorganisme menyebabkan terganggunya kinerja mikrofag

sehingga terjadilah proses infeksi, jika infeksi tidak ditangani

sejak dini akan menimbulkan peradangan atau inflamasi

sehingga timbulnya odema pada paru dan menghasilkan secret

yang banyak.

b. Sesak nafas (dyspnea)

Masalah yang dialami Tn.J dan Ny.S yaitu sesak nafas.

Adanya gejala sesak nafas pada pasien pneumonia dapat terjadi

karena penumpukan sekret/dahak pada saluran pernafasan

sehingga udara yang masuk dan keluar pada paru-paru

mengalami hambatan. Dari penjelasan pathway Mandan(2019)

gejala lemas/kelelahan juga merupakan tanda pneumonia, hal ini

disebabkan karena adanya sesak yang dialami seorang klien

sehingga kapasitas paru-paru untuk bekerja lebih dari batas

normal dan kebutuhan energi yang juga terkuras akibat usaha

dalam bernapas.

c. Ronkhi

Pada pasien 1 kelolaan saat pengkajian terdapat suara nafas

ronkhi. Ronkhi adalah suara nafas tambahan yang terdengar

kontinu dan bernada rendah sehingga bersifat sonor pada saluran

nafas besar seperti trakhea bagian bawah dan bronkus utama

(Djojodibroto, 2014). Suara ronkhi menunjukkan adanya


75

halangan pada saluran udara yang lebih besar oleh sekresi, atau

konsolidasi yang sering terjadi pada pasien pneumonia.

d. Wheezing

Pada pasien 2 saat pengkajian terdapat suara nafas wheezing.

Wheezing adalah suara paru yang ditimbulkan karena adanya

penyempitan saluran pernafasan atau penebalan dari dinding

saluran pernafsan (Fathurarrahman Rabani, 2021).

e. Demam

Pada Ny.S ditemukan keluhan demam. Pada pasien pneumonia

salah satu tandanya adalah demam akibat rangsangan bakteri

yang menyebabkan reaksi sitokin pirogen dalam tubuh

meningkat. Sitokin pirogen akan mengeluarkan rangsang zat

kimia dalam bentuk pirogen endogen yang bekerja pada pusaat

termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan

termostart. Bila reaksi pirogen endogen secara sistemik dalm

batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan

tubuh secara keseluruhan. Tetapi jika reaksi pirogen endogen

melebihi batas toleransi maka akan mebahayakan tubuh

(Permono, 2015).

3. Diagnosa Keperawatan

Dalam menentukan diagnosis keperawatan untuk pasien

dengan pneumonia berdasarkan karateristik definisi tertentu dan


76

etiologic yang terkait serta data mayor dan data minor yang

diperoleh saat pengkajian.

Dalam hal ini penulis membahas mengenai perumusan

diagnosa dan alasan penulis dalam menegakkan diagnosa

keperawatan. Selain itu juga membahas diagnosa yang muncul

pada pasien dan terdapat dalam teori serta diagnosa yang tidak

terdapat dalam pada pasien tetapi terdapat dalam teori.

a. Diagnosa yang muncul pada pasien dan terdapat dalam teori

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan sputum

Hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada Tn.J

dapat diambil data subyektif dan data obyektif dari pasien.

Data subyektif pada Tn.J yaitu psien mengatakan sesak

nafas dan batuk berdahak kurang lebih dua minggu yang

lalu. Dari data obyektif pasien tampak sesak nafas, sering

batuk-batuk, auskultasi paru : suara nafas ronkhi, terdapat

sputum yang sulit keluar dari mulut pasien, hasil rontgen

thorax : pneumonia di pulmo dextra et sinistra.

Alasan penegakan diagnosa bersihan jalan nafas

tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum

karena ada keluhan batuk berdahak selama 2 minggu dan

data obyektif penunjang berupa pasien tampak batuk pilek,

terdapat sekret pada mulut pasien, suara nafas ronkhi, dan


77

hasil foto thorax menunjukkan adanya pneumonia di dextra

et sinistra. Data tersebut menupakan data aktual yang

ditemukan saat pengkajian. Kondisi tersebut memerlukan

tindakan yang cepat dan tepat karena oksigen merupakan

kebutuhan dasar yang paling mendasar dan mendesak. Jika

sekret terus menumpuk akan mengakibatkan adanya

hambatan keluar masuknya oksigen dalam paru-paru.

Diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan sekresi yang tertahan sesuai dengan

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia tahun 2017 yang

menyatakan bahwa gejala dan tanda mayor obyektif

bersihan jalan nafas tidak efektif berupa batuk tidak efektif,

tidak mampu batuk, sputum berlebih, dan suara nafas

abnormal.

2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi

Hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada Tn.J

dan Ny.S dapat diambil data subyektif pasien mengatakan

sesak nafas dan data obyektif pasien tampak lemah dan

sesak nafas, adanya pernafasan cuping hidung

Alasan penegakan diagnosa pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan proses infeksi karena adanya keluhan

sesak nafas dan data peunjang obyektif pasien tampak

pucat, mukosa bibir lembab, terlihat adanya pernafasan


78

cuping hidung, TTV Tn.j hasil TD: 130/70mmHg, S:

36,0oC, N: 95x/menit, RR: 27x/menit sedangkan TTV Ny.S

TD: 155/99mmHg, S: 37,5oC, N: 102x/menit, RR:

28x/menit, Terlihat dari hasil rontgen Tn.J terdapat

pneumonia di dextra et sinistra sedangkan hasil rontgen

Ny.S terdapat pneumonia paru kanan.

Diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan

dengan proses infeksi sesuai dengan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia Tahun 2017 yang menyatakan

bahwa gejala dan tanda mayor obyektif pola nafas tidak

efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas, pola

nafas abnormal, tekanan ekspirasi menurun, tekanan

inspirasi menurun.

3) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada Ny.S

dapat diambil data subyektif dan obyektif dari pasien. Data

subyektif pada Ny.S yaitu pasien mengatakan sejak 2 hari

yang lalu merasakan demam. Dari data obyektif pasien

tampak menggil, akral hangat.

Alasan penegakan diagnosa hipertertia berhubungan

berdasarkan proses penyakit karena adanya keluhan demam

sejak tiga hari yang lalu dan data obyektif penunjang

berupa pasien tampak menggigil, suhu tubuh 38,5oC.


79

Diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses

penyakit ditegakkan sebagai diagnosa kedua pada Ny.S,

menurut keterangan pathway terjadinya gejala seperti

demam menggigil merupakan sebuah tanda adanya

peradangann atau inflamasi yang terjadi didalam tubuh

sehingga hipotalamus bekerja dengan memberi respon

menaikkan suhu tubuh. Sesuai dengan Standar Diagnosa

Keperawatan Indonesia tahun 2017 yang menyatakan

bahwa gejala dan tanda mayor obyektif hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit, suhu tubuh diatas

nilai normal.

b. Diagnosa yang tidak terdapat pada pasien tetapi terdapat dalam

teori

1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Menurut NANDA (2012) intoleransi aktivitas

merupakan kondisi dimana seseorang mengalami

penurunan energy fisiologis dan psikologis untuk

melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia tahun 2017 tanda dan

gejala mayor minor dari intoleransi aktivitas adalah

frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat,

dyspnea saat/setelah aktivitas, tekanan darah berubah >20%


80

dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia,

gambaran EKG menunjukkan iskemia, dan sianosis.

Alasan tidak ditegakkannya intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan sebagai diagnose adalah

saat pengkajian tidak ditemukan tanda peningkatan

frekuensi detak jantung >20%, selain itu gambaran EKG

tidak terekam dikarenakan pasien tidak dirawat di ruang

intensive.

2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mencerna makanan

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI tahun 2017,

defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolism. Nutrisi, seperti vitamin

dan mineral, penting bagi tubuh agar tetap berfungsi

dengan baik. Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan

Indonesia tahun 2017 tanda dan gejala mayor minor dari

defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mencerna makanan adalah nafsu makan menurun, diare,

rambut rontok berlebihan. Kram/nyeri abdomen, cepat

kenyang setelah makan.

Alasan tidak ditegakkannya defisit nutrisi

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

sebagai diagnose adalah saat pengkajian tidak ditemukan


81

nafsu makan menurun karena pasien makan seperti hari-

hari biasa, pasien tidak diare, dan tidak ditemukan

kram/nyeri abdomen.

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membrane alveolus-kapiler

Menurut Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2013

gangguan pertukaran gas adalah suatu kondisi ketika

individu mengalami penurunan aliran gas yang termasuk

didalamya adalah oksigen dan karbondioksida antara

alveoli paru-paru dan system vascular didalam tubuh.

Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan tahun 2917

tanda dan gejala mayor minor dari gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-kapiler

adalah pusing, penglihatan kabur, warna kulit abnormal,

kesadaran menurun.

Alasan tidak ditegakkan gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-kapiler

sebagai diagnosa adalah saat pengkajian tidak ditemukan

kesadaran menurun karena GCS pasien E4 V5 M6, pasien

tidak pusing dan penglihatan tidak kabur.

4) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Menurut PPNI 2016, nyeri akut adalah

pengalaman

sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan


82

jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan. Berdasarkan Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia tahun 2017 tanda dan

gejala mayor minor dari nyeri akut adalah mengeluh nyeri,

gelisah, tampak meringis.

Alasan tidak ditegakkannya nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisiologis adalah saat pengkajian

tidak ditemukan adanya keluhan nyeri, tidak tampak gelisan

dan meringis,

5) Resiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan

secara aktif

Menurut Tarwoto & Wartonah 2015, hipovolemia

adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan

ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi kehilangan cairan

melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, perdarahan sehingga

dapat menimbulkan syok. Berdasarkan Standar Diagnosa

Keperawatan Indonesia Tahun 2017 tanda dan gejala mayor

minor dari resiko hipovolemia yaitu mengeluh haus,

tekanan nadi menyempit, tekanan dara menurun,membrane

mukosa kering.

Alasan tidak ditegakkannya resiko hipovolemia

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif adalah saat


83

pengkajian tidak ditemukan pasien mengeluh haus, tekanan

darah normal, nadi tidak menyempit dan membare mukosa

lembab tidak kering.

4. Intervensi keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan penuntutan tujuan, kriteria

hasil, dan perencanaan disesuaikan dengan kondisi pasien dan

fasilitas sehingga tindakan dilakukan dengan spesifik, measurable,

asseptance, rasional, timeing.

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan sputum

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada Tn.J sama dan

tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Namun, ada beberapa

intervensi yang terdapat dalam teori namun tidak

diintervensikan kepada pasien

1) Intervensi yang terdapat dalam teori dan diintervensikan

pada pasien

a) Observasi kemampuan batuk dengan rasional untuk

pengeluaran sekret yang sulit keluar

b) Memonitor adanya sputum dengan rasional adanya

sputum yang sulit keluar sangat kental

c) Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif, dengan

rasional meningkatkan gerakan sekret untuk

dikeluarkan
84

d) Berkolaborasi pemberian obat antibiotika sesuai resep

dokter, jika perlu, dengan rasional untuk menurunkan

kekentalan sekret

2) Intervensi yang terdapat dalam teori namun tidak

diintervensikan

a) Memonitor input dan output cairan dengan rasional

untuk mengatur keseimbangan cairan

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi

Intervensi yang dilakukan pada Tn.J dan Ny.S tidak terdapat

perbedaan yang signifikan namun ada beberapa intervensi yang

ada di diagnose keperawatan lain yang diintervensikan

1) Intervensi yang terdapat dalam teori dan diintervensikan

a) Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas),

dengan rasional kecepatan biasanya mencapai kedalam

pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal napas.

Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelaksis

dan nyeri dada

b) Memonitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling,

mengi, wheezing, ronki), dengan rasional ronkhi

menyertai obstruksi jalan napas/ kegagalan pernapasan

c) Posisikan semi-fowler atau fowler, dengan rasional untuk

meningkatkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan


85

d) Berikan minum hangat, dengan rasional dapat

memobilisasi dan mengeluarkan sekret

e) Kolaborasi pemberian obat antibiotika sesuai resep dokter

2) Intervensi yang terdapat dalam teori namun tidak

diintervensikan

a) Melakukan fisioterapi dada, dengan rasional

meminimalkan dan mencegah sumbatan/obstruksi

saluran pernafasan

b) Memberikan oksigen jika perlu, dengan rasional

memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja

napas

c) Menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak

kontraindikasi, dengan rasional untuk mengganti

cairan yang hilang

b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Intervensi yang dilakukan pada Ny.S tidak terdapat perbedaan

yang signifikan namun ada beberapa intervensi yang ada di

diagnose keperawatan lain yang diintervensikan

1) Intervensi yang terdapat dalam teori dan diintervensikan

a) Memonitor suhu tubuh, dengan rasional untuk

mengetahui kenaikan suhu tubuh secara tiba tiba


86

b) Melakukan pendinginan eksternal ( mis. Kompres dingin

pada dahi, leher, dada, abdomen, dan aksila) dengan

rasional, untuk menurunkan suhu tubuh

c) Menganjurkan tirah baring, dengan rasional aktivitas

dapat meningkatkan suhu tubuh

d) Berkolaborasi pemberian analgetik sesuai resep dokter,

sangat penting bagi klien dengan suhu tinggi.

2) Intervensi yang terdapat dalam teori namun tidak

diintervensikan

a) Memonitor komplikasi akibat hipertermia

b) Memberikan cairan oral

c) Mengganti linen setiap hari atau lebih sering jika

mengalami hyperhidrosis

2. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

intervensi keperawatan. Tindakan kolaborasi, serta intervensi yang

digunakan dan yang tidak digunakan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penupukan

sputum

1) Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi

a) Mengobservasi kemampuan batuk, menurut yuswanto

(2016 dalam Efendi 2017) upaya batuk efektif adalah

untuk mengetahui secret yang keluar sehingga reflex


87

batuk dapat dirangsang dengan melakukan nafas dalam

sebelum batuk, jika batuk tidak bisa dikeluarkan secara

efektif akan terjadi komplikasi paru.

b) Memonitor adanya sputum, sputum adalah lendir yang

dibawa dari paru-paru, bronkus, dan trachea yang

mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan

(Kamus Kesehatan,2017). Ketika saluran pernafasan

mengalami peradangan produksi sputum akan

meningkat, sputum tersebut merupakan cairan

peradangan dari cairan mukosa dan sel-sel yang telah

mati (Aryanto,2018). Karateristik sputum biasanya

menandakan kondisi pathologic dari sputum itu sendiri

hal dapat dilihat dengan cara mengobservasi warna,

volume, dan konsestensinya (Sylvia & Wilson,2014)

c) Posisikan semi-fowler atau fowler, posisi semi fowler

mampu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan

upaya penggunaan alat bantu otot pernafasan (Susilo et

al.,2020). Tujuan dari pemberian posisi semi fowler

adalah menurunkan konsumsi oksigen karena adanya

penarikan gaya gravitasi bumi yang menarik diafragma

ke bawah, memaksimalkan ekspansi paru, serta

mempertahankan kenyamanan (Aini et al., 2018). Posisi

semi fowler membuat oksigen didalam paru-paru


88

semakin meningkat sehingga meringankan sesak nafas.

Posisi ini akan mengurangi kerusakan membrane

alveolus akibat tertimbunnya cairan (Majampoh et al.,

2020). Sesak nafas akan berkurang sesudah diberikan

posisi tersebut dan akhirnya proses perbaikan kondisi

pasien lebih cepat (Suhatridjas & Isnayati., 2020)

d) Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif,

keberhasilan dalam pengeluaran sputum ditunjang oleh

beberapa hal diantaranya produksi sputum, keadaan

pasien dan adanya obstruksi jalan nafas oleh benda asing.

Apabila ada salah satu dari ketiga hal tersebut terdapat

pada pasien pneumonia, maka sputum yang dikeluarkan

akan sedikit. Hal ini sesuai dengan penelitian mengenai

batuk efektif terhadap pengeluaran sputum yang

dilakukan oleh Nugroho (2015)

Alasan pemberian teknik batuk efektif yaitu bersihan

jalan nafas tidak efektif pada Tn. J dapat teratasi dan

dengan hal tersebut pernapasan pasien dapat berfungsi

secara maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa dengan

melakukan batuk yang benar yaitu batuk efektif dapat

menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat

mengeluarkan dahak secara maksimal, hal ini

disampaikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Yulia


89

Alie dan Rodiyah (2013). Maka pemberian tindakan

batuk efektif dapat mengatasi bersihan jalan napas pada

Tn.J . Hal ini sesuai dengan tujuan utama dilakukannya

batuk efektif yaitu mempertahankan patensi jalan napas

agar dapat berfungsi dengan baik (NOC, 2016)

e) Berkolaborasi pemberian terapi antibiotika ceftriaxone,

dexamethasone dan obat oral solvinex, ceftriaxone paling

banyak digunakan karena ceftriaxone merupakan

antibiotic yang sangat kuat untuk melawan bakteri gram

negative dan gram positif dan beberapa bakteri anaerob

lain termasuk streptococcus pneumonia (Yeni farida,

Ayu Trisna, Deasy Nur W, 2017), dexamethasone adalah

obat untuk meredakan peradangan. Peradangan pada

pneumonia dapat menyebabkan sejumlah kerusakan

paru, seperti penumpukan cairan (edema paru),

dexamethasone hanya digunakan pada pasien dengan alat

bantu napas atau ventilator dan juga terapi oksigen

(PDPI, 2020), obat oral solvinex, bekerja dengan

menghancurkan molekul lendir sehingga lendir akan

lebih cair sehingga dapat dikeluarkan dengan mudah saat

batuk

2) Intervensi yang terdapat dalam teori tetapi tidak di

implementasikan
90

a) Memonitor input dan output cairan, Pemantauan

dilakukan dengan cara mencatat jumlah cairan yang

diminum dan jumlah urin setiap harinya pada chart/tabel

(Shepherd, 2011). Sehubungan dengan pentingnya

program pembatasan cairan pada pasien dalam rangka

mencegah komplikasi serta mempertahankan kualitas

hidup, maka perlu dilakukan analisis praktek terkait

intervensi dalam mengontrol jumlah asupan cairan

melalui pencatatan jumlah cairan yang diminum serta

urin yang dikeluarkan setiap harinya.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi

1) Intervensi yang terdapat dalam teori dan diimplementasikan

a) Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha

nafas), menurut teori Tamsuri tahun 2012,

mengobservasi status pernapasan dan kedalaman keja

napas. Tindakan yang dilakukan diperlukan untuk

mengetahui adanya frekuensi nadi dari nilai

standar/dasar.

b) Memonitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling,

mengi, wheezing, ronki), menurut Wibowo, Jamiko, &

Sunarto, 2016 menyatakan intervensi yang dilakukan

untuk penatalaksanaan adalah mengkaji bunyi nafas

tambahan kondisi penyakit tersebut masih dalam proses


91

penyembuhan sehingga sangat penting dalam melakukan

intervensi tersebut.

c) Posisikan semi-fowler atau fowler, menurut Wibowo

2016, bahwa memposisikan semi fowler 45o bertujuan

agar gaya gravitasi dapat membantu perkembangan paru

dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma.

Hal ini sejalan dengan penelitian Fatmala, Angina dan

Darono 2017 bahwa sebelum dilakukan tindakan

keperawatan posisi semi fowler didapatkan hasil

frekuensi pernafasan sebelumnya 28x/menit, kemudian

krekuensi nafas setelah dilakukan pemberian posisi semi

fowler yaitu menjadi 24-26x/menit. Pemberian posisi

semi fowler terbukti efektif untuk membantu mengurangi

kesulitan bernafas dan mengurangi ketidaknyamanan

pasien karena sesak nafas disbanding posisi berbaring.

d) Berikan minum hangat, melakukan tindakan pemberian

minum air hangat dapat membantu mengencerkan dahak,

melancarkan jalan nafas dan penurunan pada frekuensi

nafas Adiputra (2017). Minum air hangat partikel-

partikel pemicu sesak dan lendir dalam bronkioli akan

terpecah dan menyebabkan sirkulasi pernafasan menjadi

lancer sehingga mendorong bronkioli mengeluarkan

lendir Yuanita (2014). Menurut penelitian Mjampoh


92

(2013) mengatakan bahwa frekuensi pernafasan sebelum

dilakukan pemberian minum air hangat termasuk

frekuensi sesak nafas sedang hingga berat dan frekuensi

pernapasan setelah dilakukan pemberian minum air

hangat termasuk frekuensi pernafasan yang normal.

e) Berkolaborasi pemberian terapi antibiotika ceftriaxone,

dexamethasone dan obat oral solvinex, ceftriaxone paling

banyak digunakan karena ceftriaxone merupakan

antibiotic yang sangat kuat untuk melawan bakteri gram

negative dan gram positif dan beberapa bakteri anaerob

lain termasuk streptococcus pneumonia (Yeni farida,

Ayu Trisna, Deasy Nur W, 2017), dexamethasone adalah

obat untuk meredakan peradangan. Peradangan pada

pneumonia dapat menyebabkan sejumlah kerusakan

paru, seperti penumpukan cairan (edema paru),

dexamethasone hanya digunakan pada pasien dengan alat

bantu napas atau ventilator dan juga terapi oksigen

(PDPI, 2020), obat oral solvinex, bekerja dengan

menghancurkan molekul lendir sehingga lendir akan

lebih cair sehingga dapat dikeluarkan dengan mudah saat

batuk

2) Intervensi yang terdapat dalam teori namun tidak di

implementasikan
93

a) Melakukan fisioterapi dada, fisioterapi dada bertujun

untuk membuang sekresi bronsial agar dapat

memperbaiki ventilasi dan meningkatkan efesien otot

pernafasan (Efendi 2017)

b) Memberikan oksigen jika perlu, terapi oksigen

merupakan terapi pernafasan dalam mempertahankan

oksigenasi jaringan yang adekuat (Ariyani 2014). Secara

klinis tujuan utama pemberian O2 adalah untuk

mengatasi keadaan hipoksemia, menurunkan kerja nafas

dan menurunkan kerja miocard. Hal ini sejalan dengan

penelitian Roca 2015 bahwa menurut teori ada 2 aliran

pemberian O2 yaitu aliran rendah dan aliran tinggi, dan

hasil observasi menunjukkan 95% pasien memilih

menggunakan terapi oksigen nasal kanul. Nasal kanul

dapat memberikan oksigen lebih baik dan dapat

menurunkan tingkat pernapasan yang lebih rendah.

c) Menganjurkan asupan caran 200ml, ketidakmampuan

responden dalam pengeluaran sputum dapat dipengaruhi

beberapa hal yaitu sebagian besar responden sudah

masuk bulan berobat 3 bulan sampai 6 bulan sehingga

produktifitas sputum menjadi berkurang dengan begitu

batuk efektif sangat diperlukan supaya pengeluaran


94

sputum menjadi maksimal dan 1 hari sebelumnya

disarankan minum air 2 liter

c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

1) Intervensi yang terdapat dalam teori dan diimplementasikan

a) Memonitor suhu tubuh, hasil yang didapatkan yaitu suhu

tubuh 38,5oC, kulit pasien panas, akral hangat. Menurut

penulis memonitor suhu tubuh sangat perlu dilakukan

pada pasien dengan masalah keperawatan hipertermi

karena untuk mengetahui apakah ada peningkatan atau

penurunan suhu harus dilakukan secara kontinyu

sehingga komplikasi akibat demam dapat dicegah

(Iqomh, Nurhaeni, & Wanda, 2019)

b) Melakukan pendinginan eksternal, melakukan kompres

water tepid sponge karena saat pengkajian diperoleh

suhu tubuh 38,5oC. menurut Haryani, Adimayanti, &

Astuti (2018) pada proses pemberian kompres tepid

sponge ini mekanisme kerja pada kompres tersebut

memberikan efek adanya penyaluran sinyal ke

hipotalamus melalui keringat dan vasodilatasi perifer

sehingga proses perpindahan panas yang diperoleh dari

kompres tepid sponge ini melalui dua proses yaitu

konduksi dan evaporasi dimana proses perpindahan

panas melalui proses konduksi ini dimulai dari tindakan


95

mengompres dengan waslap dan proses evaporasi ini

diperoleh dari adanya seka pada tubuh saat pengusapan

yang dilakukan sehingga terjadi proses penguapan panas

menjadi keringat.

c) Menganjurkan tirah baring, tirah baring dilakukan pada

pasien yang membutuhkan perawatan akibat sebuah

penyakit atau kondisi tertentu dan mengurangi aktivitas

yang membuat kondisi pasien menjadi buruk (Rahmasari

& Lestari, 2018).

d) Memberikan obat oral paracetamol 500mg, merupakan

obat penurun panas dengan indikasi paracetamol yaitu

sebagai penghilang panas dan rasa sakit (ISO, 2012)

2) Intervensi yang terdapat dalam teori namun tidak

diimplementasikan

a) Memonitor komplikasi akibat hiperterma, identifikasi

penyebab hipertermia adalah kondisi dimana terjadinya

peningkatan suhu tubuh dengan ketidakmampuan tubuh

untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan

produksi panas, penyebab hipertermia yaitu dehidrasi,

terpapar lingkungan panas, proses penyakit,

ketidaksesuaian pakaian dengan lingkungan, aktivitas

berlebihan (PPNI T.S., 2016)


96

b) Memberikan cairan oral, agar tidak terjadi dehidrasi pada

pasien karena suhu tubuh yang meningkat

mengakibatkan hilangnya cairan tubuh melalui

penguapan dan keringat serta membantu menurunkan

panas, hal ini disebabkan karena air minum merupakan

unsur pendingin tubuh yang penting dalam lingkungan

panas dan air sendiri diperlukan untuk mencegah

dehidrasi akibat keringat (Sodikin, 2014)

c) Mengganti linen setiap hari atau lebih sering jika

mengalami hyperhidrosis, menggunakan pakaian yang

tipis, menyerap keringat dan longgar karena yang

mengalami demam dipakaikan yang tebal akan

meningkatkan suhu tubuh. Menurut Mawardi 2016,

pengeluaran keringat merupakan salah satu mekanisme

tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis

yaitu 37oC, pengeluaran keringat menyebabkan

peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi

3. Evaluasi keperawatan

Evaluasi yang dilakukan untuk melihat kemampuan pasien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam intervensi keperawatan.

Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan untuk

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan sputum
97

Evaluasi dilakukan setelah dilakukan tindakan asuhan

keperawatan 3x24jam diharapkan bersihan jalan nafas teratasi

ditandai dengan jalan nafas bersih, bunyi nafas normal,

pergerakan normal

Evaluasi akhir setelah dilakukan tindakan asuhan

keperawatan selama 3x24jam masalah ketidakefektifan

kebersihan jalan nafas pada Tn.J teratasi sebagian ditandai dengan

auskultasi suara nafas ronkhi basah mulai menghilang, masih

terdapat sekret dimulut pasien, batuk berkurang. Intervensi

dilanjutkan sampai jalan nafas efektif

Untuk diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan sekresi yang tertahan pada Tn.J belum

teratasi. Kriteria keberhasilan belum terpenuhi dapat dilihat dari

data obyektif saat evaluasi sehingga pasien masih membutuhkan

perawatan. Selain itu menurut Rakhmadi et.al, 2015 pada Artikel

Penelitian Ners disebutkan bahwa ada beberapa factor yang dapat

memperpanjang lama perawatan pasien pneumonia yautu tingkat

keparahan, tindakan medis rumah sakit, lingkungan dll.

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi

Evaluasi dilakukan setelah dilakukan tindakan asuhan

keperawatan 3x24 jam diharapkan pola nafas membaik ditandai

dengan frekuensi nafas membaik, dyspnea menurun, pernafasan

cuping hidung hilang.


98

Masalah pola nafas tidak efektif pada Tn.J dan Ny.S

teratasi sebagian ditandai dengan dyspnea menurun, sudah tidak

terdapat pernafasan cuping hidung. Pada Tn.J didapatkan TTV

tekanan darah110/70mmHg, nadi 88x/menit, Suhu 36,5oC,

respiratori rate 23x/menit. Pada Ny.S didapatkan TTV tekanan

darah 135/80mmHg, nadi 80x/menit, suhu tubuh 35,5oC,

respiratori rate 22x.menit. intervensi dilanjutkan sampai pola

nafas membaik.

d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Evaluasi dilakukan setelah dilakukan tindakan asuhan

keperawatan 3x24 jam diharapkan termoregulasi membaik .

Masalah hipertermia pada Ny.S teratasi dibuktikan dengan hasil

suhu tubuh membaik yaitu 35,5oC, sudah tidak menggigil.

Intervensi dihentikan karena pasien sudah tidak mengalami

hipertermia.

C. KETERBATASAN

Penulis menyadari keterbatasan dalam pelaksanaan studi kasus ini.

Keterbatasan tersebut tidak diperbolehkan untuk mengakses rekam medis

elektronik rumah sakit dan hanya dapat mengakses rekam medis manual.

Hasil foto thorax hanya dapat diakses oleh keluarga pasien dan melalui

rekam medis elektronik. Penulis hanya dapat melihat hasil bacaan foto

thorax pada Tn. J dan Ny. S tidak melihat langsung foto thorax pasien

sehingga tidak bisa membandingkan secara langsung.


99
BAB V

PENUTU

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan

Pasien Pneumonia di ruang flamboyant 7 RSUD dr. Moewardi dilakukan

proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Penulis menuliskan beberapa kesimpulan yaitu :

1. Pengkajian keperawatan pada Tn. J didapatkan data pasien mengalami

sesak nafas, batuk, terdapat suara nafas tambahan ronkhi, pernafasan

cepat dan dangkal, irama nafas tidak teratur, terdapat sumbatan jalan

nafas berupa sekret, terdapat pernafasan cuping hidung dan adanya

retraksi dada, pada Ny. S didapatkan data pasien mengalami sesak

nafas, demam, terdapat suara nafas tambahan wheezing, adanya

retraksi dada.

2. Perumusan diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. J adalah

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sputum dan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses

infeksi. Pada Ny. S diagnosa keperawatan yang muncul adalah pola

nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit.

3. Intervensi keperawatan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan

yang ada pada kasus nyata, pada diagnose pertama di rencanakan


100
101

tindakan keperawatan pada Tn. J dan Ny. S adalah monitor pola nafas

(frekuensi, kedalaman, usaha nafas), monitor bunyi nafas tambahan

(wheezing, ronkhi), posisikan semi—fowler atau fowler, berikan

minum hangat, berkolaborasi pemberian terapi antibiotika sesuai resep

dokter.

Intervensi pada diagnosa kedua direncanakan tindakan

keperawatan pada Tn. J adalah identifikasi kemampuan batuk, monitor

adanya retensi sputum, jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif,

anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan

selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir dibulatkan

selama 8 detik, anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik

nafas dalam yang ke 3, berkolaborasi pemberian terapi antibotik sesuai

resep dokter.

Intervebsi pada diagnosa kedua direncanakan tindakan

keperawatan pada Ny. S adalah mpnitor suhu tubuh, lakukan

pendinginan eksternal ( mis. Kompres dingin pada dahi, leher, dada,

abdomen dan aksila), anjurkan tirah baring, berkolaborasi pemberian

analgesic sesuai resep dokter

4. Implementasi keperawatan pada Tn. J dan Ny. S dilaksanakan

berdasarkan intervensi yang telah disusun

5. Evaluasi keperawatan dari ke tiga diagnose yang penulis tegakkan

masalah teratasi sebagian dengan kriteria hasil yang tercapai yaitu

respiratory rate dan suhu tubuh dalam batas normal, respiratory rate
102

pada tn. J 23x/ menit, sesak nafas berkurang dan dapat mengeluarkan

dahak, pada Ny. S respiratory rate 25x/menit, sesak nafas berkurang,

suhu tubuh 35,5oC.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah disebabkan, ada beberapa hal yang perlu

ditingkatkan demi tercapainya asuhan keperawatan pada pasien

pneumonia. Saran yang diberikan untuk asuhan keperawatan pada Tn. J

dan Ny. S dengan pneumonia adalah :

1. Bagi pasien

Pasien dan keluarga mampu menjaga kesehatan anggota keluarga, dan

istirahat yang cukup dan menghindari aktivitas yang menngakibatkan

sesak nafas kambuh.

2. Bagi penulis

Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan ketelitian dalam

pembuatan studi kasus selanjutnya agar memperoleh pengalaman

dalam mengaplikasikan hasil studi kasus secara maksimal

3. Bagi institusi pendidikan

Laporan kasus ini dapat dijadikan bahan kepustakaan dan

perbandingan pada penanganan kasus pneumonia.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainul, Mamik Ratnawati, Program Studi, D. Keperawatan, Stikes

Pemkab, Program Studi, D. Keperawatan, and Stikes Pemkab. 2015.

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS DI PAVILIUN CEMPAKA RSUD

JOMBANG (Nursing Care Of Patient With Pneumonia Whith Inefektiveness

Respiration In Cempaka Room Of Jombang Regional Hospital).” Jurnal

Ilmiah Keperawatan 1(2):56–64.

Sari, Elza Febria, C. Martin Rumende, and Kuntjoro Harimurti. 2017. “Faktor–

Faktor Yang Berhubungan Dengan Diagnosis Pneumonia Pada Pasien Usia

Lanjut.” Jurnal Penyakit Dalam Indonesia 3(4):183. doi:

10.7454/jpdi.v3i4.51.

Abdjul, Rizka Lahmudin, and Santi Herlina. 2020. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Dewasa Dengan Pneumonia : Study Kasus Indonesian Jurnal of

Health Development.” Jurnal of Health Development 2(2):102–7.

Maratus Sholihah, Suradi, Jatu Aphridasari. 2019. “Respirologi Indonesia.”

Journal of The Indonesian Society of Respirology 39(1):44–53.

Press Release “ Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ( Pdpi ) Outbreak Pneumonia

Di TiongIndonesian Society Of Respirology. 2020. “Kok.” Ikatan Dokter

Indonesia (19):19–22.

Monita, Osharinanda, Finny Fitry Yani, and Yuniar Lestari. 2015. “Profil Pasien

Pneumonia Komunitas Di Bagian Anak RSUP DR. M. Djamil Padang

103
Sumatera Barat.” Jurnal Kesehatan Andalas 4(1):218–26. doi:

10.25077/jka.v4i1.225.

Farida, Yeni, Ayu Trisna, and Deasy Nur. 2017. “Study of Antibiotic Use on

Pneumonia Patient in Surakarta Referral Hospital.” JPSCR : Journal

of Pharmaceutical Science and Clinical Research 2(01):44. doi:

10.20961/jpscr.v2i01.5240.

Mulyana, Roza. 2019. “Tinjauan Pustaka Terapi Antibiotika Pada Pneumonia

Usia Lanjut.”8(1):17277.

PPNI, (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI

PPNI, T. Pokja SDKI (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Indikasi

dan Indikator Diagnostik (Cetakan II). Jakarta

Mardjanis, Rahajoe, Supriyatno , Setyanto Pneumonia. Dalam: Buku Ajar

Respiralogi.Jakarta: Badan Penerbit IDAI: 2015

Rahmiati, and Titis Kurniawan. 2013. “Ventilator-Associated Pneumonia Dan

Pencegahannya.” Jurnal Husada Mahakam III(6):263–318.

Wijaya, Chandra, Hafiz Irsyad, and Wijang Widhiarso. 2020. “Klasifikasi

Pneumonia Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor Dengan Ekstraksi

Glcm.” Jurnal Algoritme 1(1):33–44. doi: 10.35957/algoritme.v1i1.431.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

104
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Karateristik Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Raka Lahmudin Abdul, Santi Herlina. 2020. “ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DEWASA DENGAN PNEUMONIA” Indonesian Jurnal

of Health Development Vol. 2 No. 2

Mandaan, A. N. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Dengan

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

Wahyuningtyas, S. (2012). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

Oksigen. Jurnal Of Health, Education and Literacy, 2020 3(1) e-issn : 261-

9301, e-issn : 2714-7827

Efendi A. (2017). Upaya Peningkatan Kepatenan Jalan Napas. Jurnal Of

Health, Education and Literacy, 2020 3(1) e-issn : 261-9301, e-issn : 2714-

7827

Wibowo, A., Jamiko, A. W., & Sunarto. (2016). Upaya Penanganan Gangguan

Bersihan Jalan Napas. Jurnal Of Health, Education and Literacy, 2020 3(1)

e-issn : 261-9301, e-issn : 2714-7827

Ekacahyaningtyas, M., Setyarini, D., Agustin, W. R., & Rizqiea, N. S (2017).

Posisi Head Up 30o sebagai Upaya untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen.

Adi Husada Nursing Journal’s.

Rosyidi & Wulansari (2013) dan PPNI (2019)

105
106
LAMPIRAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PNEUMONIA

DI BANGSAL FLAMBOYAN 7 RSUD Dr. MOEWARDI

KOTA SURAKARTA

Disusun untuk memenuhi tugas akhir Karya Tulis Ilmiah

DISUSUN OLEH :

DE AJENG JELITA ANITASARI

P27220019059

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2022

105
A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan pada hari selasa, 22 Februari 2022 pada pukul 08.00

WIB data diperoleh dengan wawancara langsung dengan pasien,

pemeriksaan fisik, dan catatan medis.

1. Identitas

a. Identitas pasien

Nama : Tn. J

Umur : 64 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Surakarta

Agama : Islam

Pekerjaan : Tani

Diagnosa medis : Pneumonia

No. RM : 0156xxxx

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn.

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 49 tahun

Alamat : Surakarta

Agama : Islam

Pekerjaan : Tani

Hub. dengan pasien : Anak

106
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Sesak napas

b. Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak kurang lebih 2

minggu yang lalu, pasien juga mengatakan sebelum dibawa ke

rumah sakit pasien mengeluarkan dahak berwarna kuning, karena

pasien merasakan sesak nafas bertambah akhirnya keluarga

membawa pasien ke RSUD dr. Moewardi pada tanggal 19 Februari

2022 jam 13.40 WIB, pasien masuk melalui IGD dengan GCS E:4

V:5 M:6 dan dilakukan pengukuran TTV dengan hasil TD:

130/70mmHg, S: 36,0oC, N: 95x/menit, RR: 27x/menit pasien

diberikan terapi infus RL 20 tpm, injeksi dexamethasone 4mg,

injeksi solvinex 4mg, injeksi ceftriaxone 1mg, pasien juga

diberikan O2 nasal canul 5 lpm, kemudian pasien dipindah ke

bangsal flamboyant 7 pada jam 15.00 WIB

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien meengatakan pernah rawat jalan selama 1 minggu dengan

penyakit yang sama, pasien tidak mempunyai riwayat alergi baik

makanan atau obat dan tidak memiliki riwayat penyakit seperti

diabetes mellitus, hipertensi.

107
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang

sama seperti yang dialami pasien saat ini, pasien juga tidak

memiliki riwayat penyakit keturunan lain seperti DM (-) dan Asma

e. Genogram

: Laki-laki atau Perempuan

: Garis Pernikahan

: Pasien

: Laki-laki/Perempuan meninggal

Klien menikah dengan ny.W dan dikaruniai 3 orang anak dan

kini klien tinggal dengan anaknya yang kedua. Didalam

anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti

yang diderita klien dan penyakit keturunan seperti

DM,Hipertensi, Jantung dan lainnya. Keluarga klien merasa

cemas bila ada keluarga yang sakit

108
3. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Compos Mentis

GCS :

E4 : pasien membuka mata secara spontan

V5 : pasien berorientasi baik, dan bicara jelas

M6 : pasien mengikuti perintah dengan baik

Tanda Vital :

TD : 135/90 mmHg

S : 36,0oC

RR : 27x/ Menit

N : 100x/ Menit

1. Kepala

a. Rambut

I : Rambut tampak pendek, kulit kepala bersih tidak ada

ketombe, rambut tidak mudah dicabut. Tidak ada lesi dan

odema pada kulit kepala

P : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan

b. Mata

I : Mata tampak simetris, konjungtiva anemis, sklera ikterik,

pupil isocor dan penglihatan normal, pasien tidak

menggunakan alat bantu penglihatan

P : Tidak ada nyeri tekan

109
c. Telinga

I : Telinga tampak simetris kiri dan kanan, bersih tidak ada

serumen,tidak ada tanda-tanda infeksi dan pendengaran normal

pasien tidak menggunakan alat bantu dengar.

P : Tidak ada nyeri tekan

d. Hidung

I : Hidung tampak simetris , tampak ada secret dan tidak ada

polip, tidak ada perdarahan, penciuman baik

P : Tidak ada nyeri tekan

e. Mulut dan Gigi

I : Mulut dan gigi pasien tampak kurang di bersihkan, mukosa

mulut tampak kering, tidak ada radang gusi dan tidak ada

perdarahan

2. Leher

I : Warna kulit sama dengan kulit lain, integritas kulit baik,

bentuk leher tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri

tenggorokan

P : Tidak ada pembesaran kelenjer tyroid, tidak ada pembesaran

kelenjer limfe

3. Thorak

a. Paru-paru

I : Bentuk dada normal, warna kulit sama dengan yang lain,

tidak edema

110
P : Integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa

dan tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris

P : Terdengar bunyi sonor

A : Bunyi nafas normal, ada bunyi nafas tambahan yaitu ronkhi

b. Jantung

I : Bentuk dan postur dada simetris, tidak ada tanda-tanda

distress pernafasan, warna kulit sama dengan yang lain, tidak

edema

P : Denyutan aorta teraba

P : Suara pekak

A : Terdengar bunyi jantung I (lub) dan bunyi jantung II (dup),

tidak ada bunyi jantung tambahan S3/S4

4. Abdomen

I : Abdomen simetris kiri kanan tidak terdapat

luka A : Bising usus normal 12x/ Menit

P : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian ulu

hati P : Tympani disemua kuadran

5. Punggung

I : Punggung tampak simetris, tidak ada lesi dan warna kulit merata

P : Tidak ada nyeri tekan

111
6. Ektremitas

a. Atas

I : Simetris kiri dan kanan, integritas kulit baik, ROM aktif,

kekuatan otot penuh.

5555
5555
5555 5555

b. Bawa
h

I : Simetris kiri dan kanan, integritas kulit baik, kekuatan

otot penuh, tidak ada edema, tidak ada lesi.

7. Integumen

I : Warna kulit ikterik dan tidak ada jejas

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium

Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

HEMATOLOGI

Darah Lengkap

Hemoglobin 12,2 g/dl 13,2.-17,3.1

Leukosit 8,71 10^3/mm^3 3,80-10,60

Eritrosit 4,83 juta/mm^3 4,40-5,90

Trombosit 4,20 rb/mm^3 140-420

Hematokrit 40 % 40,0-52,0

Hitung Jenis Leukosit

112
Basofil 0 % 0-1

Eosinofil 1 % 1-5

Limfosit L6 % 20-40

Monosit H9 % 2-8

Neutrofil batang 2 % 2-6

Neutrofil segmen H 82 % 50-70

MCH 28,6 pg 26,0-34,0

MCHC 34.3 g.Dl 32,0-36,0

Rasio N/L H 25.35 Fl <3.13

b. Pemeriksaan Radiologi

Foto Thorax AP Dewasa

Hasil :

Pneumonia di pulmo dextra et sinistra

Tak tampak gambaran pleura effusion

Besar cor dalam batas normal

c. Pemeriksaan Mikrobiologi

Bahan : Sputum

Jamur : Tidak ditemukan

113
5. OBAT

NO Nama Obat Rute Dosis Obat Indikasi Obat


1. Infus Ringer Iv 20 tpm
Membantu mengembalikan
Lactat
keseimbangan elektrolit
pada pasien dehidrasi
2. Dexamethason Iv 1 ampul/24jam Obat anti radang yang
e digunakan pada berbagai
kondisi peradangan

3 Solvinex Iv 3x4mg
Untuk membantu
menghilangkan produksi
lender berlebih pada
penyakit saluran pernafasan
akut dan kronis
4 Ceftriaxone Iv 2x1mg
Untuk menghambat
pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri

6. ANALISA DATA

N DATA MASALAH ETIOLOGI


O

1 DS : pola nafas tidak Proses infeksi


efektif
 Pasien mengatakan
sulit bernafas dan
lemas

DO :
 Klien tampak pucat
 Tekanan darah :
135/90mmHg
 Nadi: 100x/menit
 Suhu: 36,0oC
 RR 27x.menit

114
 Suara nafas ronchi
 Pulmo dextra et
sinistra
2 DS : Bersihan jalan nafas Penumpukan
tidak efektif Sputum
 Pasien mengatakan
batuk berdahak
 Pasien mengatakan
dahak berwarna
kuning
DO :

 Klien tampak pucat


 Tekanan darah :
135/90mmHg
 Nadi : 100x/menit
 RR : 27x/menit
 Suhu : 36,0oC
 Suara nafas ronchi

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
spuum

8. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KH

1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan MENEJEMEN


efektif berhubungan tindakan JALAN NAPAS (I.
dengan proses keperawatan 01011)
infeksi selama 3x24 jam Observasi
diharapkan status 1. Monitor pola
napas

115
klien membaik (frekuensi,
kedalaman,
KH : usaha napas)
 Nafas rileks 2. Monitor
bunyi napas
 Sesak nafas tambahan
berkurang (mis.
Gurgling,
 Frekuensi
mengi,
nafas dalam
weezing,
batas ronkhi
normal kering)
3. Monitor
sputum
(jumlah,
warna,
aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan
kepatenan
jalan napas
dengan head-
tilt dan chin-
lift (jaw-
thrust jika
curiga trauma
cervical)
2. Posisikan
semi-Fowler
atau Fowler
3. Berikan
minum
hangat

4. Lakukan
fisioterapi
dada, jika
perlu
5. Lakukan
penghisapan
lendir kurang
dari 15 detik
6. Lakukan
hiperoksigen
asi sebelum
7. Penghisapan

116
endotrakeal
8. Berikan
oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikas
i.
2. Ajarkan
teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator
,ekspektoran,
mukolitik,
jika perlu.

2 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan LATIHAN BATUK


tidak efektif tindakan EFEKTIF (I.01006)
berhubungan dengan keperawatan Observasi
penumpukan sputum selama 3x24 jam
diharapkan jalan 1. Identifikasi
napas membaik kemampuan
dengan kriteria batuk
hasil: 2. Monito
r
 Batuk
adanya
efektif
retensi
meningkat
sputum
 Produksi 3. Monitor
sputum tanda dan
menurun gejala infeksi
saluran napas
 Wheezing 4. Monitor
menurun input dan
 Frekuensi output cairan
napas ( mis. jumlah
membaik dan
karakteristik)
 Pola napas
Terapeutik
1. Atur posisi

117
membaik semi-fowler
atau owler
2. Pasang
perlak dan
bengkok di
pangkuan
pasien
3. Buang sekret
pada tempat
sputum
Edukasi
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
batuk efektif
2. Anjurkan
tarik nafas
dalam
melalui
hidung
selama 4
detik.
Ditahan
selama 2
detik
kemudian
keluarkan
dari mulut
dengan bibir
dibulatkan
selama 8
detik
3. Anjurkan
mengulangi
tarik nafas
dalam hingga
3 kali
4. Anjurkan
batuk dengan
kuat
langsung
setelah tarik
napas dalam
yang ke 3
Kolaborasi
1. Kolaborasi

118
pemberian
mukolitik
atau
ekspetoran,
jika perlu

10. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


NO HARI,TGL/ IMPLEMENTASI RESPON TTD
DX JAM PASIEN

Selasa, 22
Februari
2022
1,2 1. Memonitor TTV DS:
10.00
2. Memonitor pola Pasien
pernafasan mengatakan

pasien sesak napas,


1 batuk berdahak
10.15 3. Mengatur posisi
dan sputum
pasien semi
berwarna
2 fowler
kuning
4. Memonitor
10.30
1 adanya
sumbatan jalan
2
10.40 nafas DO:
1,2
12.00 5. Mengnjurkan TTV :
pasien minum
TD : 135/90
air hangat mmHg
6. Mengajarkan S : 36oC
pasien latihan
N : 100x/menit
batuk efektif
RR : 27x/menit
7. Berikan terapi

119
antibiotic dan Terpasang
obat oral oksigen 3lpm
(injeksi
Suara nafas
dexamethasone,
ronkhi
injeksi
ceftriaxone, obat Ku:
oral solvinex) Composmentis

Pasien tampak
lemas

Rabu, 23
Februari
2022
1,2 1. Memonitor TT Ds :
15.00
2. Memonitor pola pasien
pernafasan mengatakan
pasien sesak nafas
1 3. Mengatur posisi saat digunakan
15.15
pasien semi bergerak,
fowler
2 pasien
4. Memonitor
mengatakan
adanya
masih batuk
sumbatan jalan
2 berdahak
15.30 nafas
5. Mengnjurkan pasien
mengatakan
2 pasien minum
15.40 nafas tidak
air hangat
terlalu
6. Mengajarkan
1,2 terengah engah
pasien latihan
18.00 ketika diberi
batuk efektif
posisi semi
7. Memberikan
injeksi antibiotic

120
dan obat oral fowler
(injeksi
pasien
dexamethasone,
mengatakan
innjeksi
setelah minum
ceftriaxone, obat
air hangat
oral solvinex)
tenggorokan
berasa lebih
nyaman

Do:

TTV :

TD :
115/80mmH

g N:

78x/menit S :

35,6oC

RR : 25x/menit

Terpasang O2
nasal canul
3lpm

Suara nafas
ronkhi

KU :
Composmentis

Pasien tampak
kooperatif dan
paham apa

121
yang telah

122
dijelaskan

Kamis, 24
Februari
2022 1. MemonitorTTV DS :

13.15 2. Memonitor pola Paien


1,2 pernafasan mengatakan
pasien sesak dan
batuk
3. Mengatur posisi berkurang
13.20 pasien semi sudah tidak
fowler seperti
1 4. Memonitor kemarin,
13.30 adanya pasien
sumbatan jalan mengatakan
nafas setiap batuk
1,2 13.40 diminumin air
5. Mengnjurkan hangat oleh
pasien minum keluarga
air hangat
14.00
DO :
6. Mengajarkan
pasien latihan TTV
batuk efektif
TD :
7. Memberikan 120/70mmH
injeksi
antibiotic dan g N :
obat oral
(injeksi 80x/menit S :
dexamethasone, 36,5oC
injeksi
ceftriaxone, RR : 23x/menit
obat oral
Ku :
solvinex
Composmentis
Terpasang O2
nasal canul 2
lpm
ronkhi
berkurang

122
11. EVALUASI KEPERAWATAN
TGL/JAM NO EVALUASI TT
DX D
Selasa, 22 1,2 S:
Februari 2022 - Pasien
12.00 mengatakan
sesak, batuk
berdahak
- Pasien
mengatakan
dahak berwarna
kuning
O:
- Ku :
Composmentis
- TD:
135/90mmHg
- N: 100x/mnt
- RR: 27x/mnt
- S: 36oC
- Terpasang infus
RL 20tpm
- Terpasang DC
- Terpasang O2
nasal canul
3lpm
- Terdengar suara
nafas ronkhi
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi

123
- Anjurkan pasien
mimun minuman
hangat
- Latihan batuk
efektif
- Berikan posisi
semi fowler
- Berikan terapi
antibiotic dan
obat oral
injeksi
ceftriaxone,
injeksi
dexamethasone,
solvinex 3x1.

Rabu, 23 1,2 S: LITA


Februari 2022 - Pasien
Jam 18.30 mengatakan
sesak nafas
berkurang ketika
dibeikan posisi
semi fowler
- Pasien
mengatakan
masih batuk
berdahak
- Pasien
mengatakan
tenggorokan
merasa nyaman

124
ketika minum air
hangat
O:
- Ku :
Composmentis
- TD:
115/80mmHg
- N: 79x/menit
- RR: 25x/menit
- S: 35,6o C
- Terpasang infus
RL
- Terpasang DC
- Terpasang O2
nasal canul 2lpm
- Ronkhi
berkurang
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Pertahankan
posisi semi
fowler
- Tetap anjurkan
minum air hangat
- Lakukan latihan
batuk efektif
- Berikan terapi
antibiotic dan
obat oral
Injeksi

125
ceftriaxone,
injeksi
dexamethasone,
solvinex 3x1
Kamis , 24 S: LITA
Februari 2022 - Pasien
Jam 15.00 mengatakan
sesak dan batuk
berkurang sudah
tidak seperti
kemarin
O:
- Keadaan umum :
Composmentis
- TD :
120/70mmHg
- Nadi : 80x/menit
- RR : 23x/menit
- S : 36,5oC
- Terpasang infus
RL 20tpm
- Terpasang Dc
- Terpasang O2
nasal canul 2 lpm
- Bunyi ronkhi
berkurang
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Tetap
pertahankan

126
posisi semi
fowler
- Anjurkan mimum
air hangat ketika
batuk
- Berikan terapi
antibiotic dan
obat oral
Injeksi
ceftriaxone,injeks
i dexamethasone,
solvonex 3x1

127
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN PNEUMONIA
DI BANGSAL FLAMBOYAN 7 RSUD Dr. MOEWARDI
KOTA SURAKARTA
Disusun untuk memenuhi tugas akhir Karya Tulis Ilmiah

DISUSUN OLEH :
DE AJENG JELITA ANITASARI
P27220019059

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURAKARTA TAHUN 2022

128
A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan pada hari Sabtu, 19 Maret 2022 pada pukul 10.00

WIB data diperoleh dengan wawancara langsung dengan pasien,

pemeriksaan fisik, dan catatan medis.

1. Identitas

a. Identitas pasien

Nama : Ny.S

Umur : 55 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Surakarta

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Diagnosa medis : Pneumonia

No. RM : 0157xxxx

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn.

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 58 tahun

Alamat : Surakarta

Agama : Islam

129
Pekerjaan : Tani

Hub. dengan pasien : Suami

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Sesak napas

b. Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan sesak nafas dan merasakan demam sejak 4 hari,

kemudian keluarga membawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi

Surakarta pada tanggal 17 Maret 2022 dengan GCS E:4 V:5 M:6

dan dilakukan pengukuran TTV TD: 155/99mmHg, S: 37,5oC, N:

102x/menit, RR: 28x/menit, dilakukan pemeriksaan laboratorium

dan foto thorax, pasien mendapat terapi cairan Ashering 500ml

20tpm, injeksi cefatriaxone 1gr, injeksi dexamethasone 4mg,

paracetamol 500mg, pasien juga diberikan oksigen nasal canul

2lpm. Pada pukul 19.00 pasien dipindahkan ke bangsal flamboyan

7.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit yang sedang

dialami sekarang, pasien tidak mempunyai riwayat alergi baik

makanan atau obat dan tidak memiliki riwayat penyakit seperti

diabetes mellitus, hipertensi.

130
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang

sama seperti yang dialami pasien saat ini, pasien juga tidak

memiliki riwayat penyakit keturunan lain seperti DM (-) dan Asma

3. Genogram

Ny. S

: Laki-laki atau Perempuan

: Garis Pernikahan

: Pasien

: Laki-laki/Perempuan meninggal

Klien menikah dengan Tn. R dan dikaruniai 2 orang anak .

Didalam anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit

seperti yang diderita klien dan penyakit keturunan seperti

131
DM,Hipertensi, Jantung dan lainnya. Keluarga klien merasa

cemas bila ada keluarga yang sakit

4. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos Mentis

GCS :

E4 : pasien membuka mata secara spontan

V5 : pasien berorientasi baik, dan bicara jelas

M6 : pasien mengikuti perintah dengan baik

Tanda Vital :

TD : 155/99 mmHg

S : 38,5oC

RR : 28x/ Menit

N : 102x/ Menit

a. Kepala

1) Rambut

I : Rambut tampak pendek, kulit kepala bersih tidak ada

ketombe, rambut tidak mudah dicabut. Tidak ada lesi dan

odema pada kulit kepala

P : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan

2) Mata

I : Mata tampak simetris, konjungtiva anemis, sklera ikterik,

pupil isocor dan penglihatan normal, pasien tidak

menggunakan alat bantu penglihatan

132
P : Tidak ada nyeri tekan

3) Telinga

I : Telinga tampak simetris kiri dan kanan, bersih tidak ada

serumen,tidak ada tanda-tanda infeksi dan pendengaran

normal pasien tidak menggunakan alat bantu dengar.

P : Tidak ada nyeri tekan

4) Hidung

I : Hidung tampak simetris , tampak ada secret dan tidak ada

polip, tidak ada perdarahan, penciuman baik

P : Tidak ada nyeri tekan

5) Mulut dan Gigi

I : Mulut dan gigi pasien tampak kurang di bersihkan,

mukosa mulut tampak kering, tidak ada radang gusi dan

tidak ada perdarahan

6) Leher

I : Warna kulit sama dengan kulit lain, integritas kulit

baik, bentuk leher tampak simetris kiri dan kanan,

tidak ada nyeri tenggorokan

P : Tidak ada pembesaran kelenjer tyroid, tidak ada

pembesaran kelenjer limfe

133
7) Thorak

a) Paru-paru

I : Bentuk dada normal, warna kulit sama dengan yang

lain, tidak edema

P : Integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

masa dan tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris

P : Terdengar bunyi sonor

A : Bunyi nafas normal, ada bunyi nafas tambahan

yaitu wheezing

b) Jantung

I : Bentuk dan postur dada simetris, tidak ada tanda-

tanda distress pernafasan, warna kulit sama dengan

yang lain, tidak edema

P : Denyutan aorta teraba

P : Suara pekak

A : Terdengar bunyi jantung I (lub) dan bunyi jantung

II (dup), tidak ada bunyi jantung tambahan

c) Abdomen

I : Abdomen simetris kiri kanan tidak terdapat luka

A : Bising usus normal 12x/ Menit

P : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian ulu hati

P : Tympani disemua kuadran

134
8) Punggung

I : Punggung tampak simetris, tidak ada lesi dan warna kulit

merata

P : Tidak ada nyeri tekan

9) Ektremitas

a) Atas

I : Simetris kiri dan kanan, integritas kulit baik, ROM

aktif, kekuatan otot penuh. Terdapat infus ashering

20tpm

5555 5555

5555 5555

10) Bawah

I : Simetris kiri dan kanan, integritas kulit baik, kekuatan

otot penuh, tidak ada edema, tidak ada lesi.

11) Integumen

I : Warna kulit ikterik dan tidak ada jeja

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
HEMATOLOGI

Darah Lengkap

Hemoglobin 11.2 g/dl 11.6-16.1

Leukosit 10.44 10^3/mm^3 3.80-10.60

135
Eritrosit 4,50 juta/mm^3 4,40-5,90

Trombosit 4.70 rb/mm^3 140-420

Hematokrit 50 % 40,0-52,0

Hitung Jenis Leukosit

Basofil 0 % 0-1

Eosinofil 2 % 1-5

Limfosit L9 % 20-40

Monosit 2.4 % 1-11

Neutrofil batang 2 % 2-6

Neutrofil segmen H 93.8 % 50-70

MCH 29,4 pg 28-33,0

MCHC 34.5 % 33,0-36,0

Rasio N/L H 25.35 Fl <3.13

b. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax AP Dewasa

Hasil :

Kedua sinus/Diafragma normal

Bentuk dan besar Cor membesar ke kiri

Pneumonia paru kanan

Corakan bronchovaskuler paru normal

136
6. OBAT
NO Nama Obat Rute Dosis Obat Indikasi Obat
1. Infus Ashering Iv 20 tpm
Untuk mengatasi asidosis
yang disebabkan oleh
dehidrasi dan kehilangan
ion alkali tubuh
2. Dexamethason Iv 1 ampul/24jam Obat anti radang yang
e digunakan pada berbagai
kondisi peradangan
4 Ceftriaxone Iv 2x1mg
Untuk menghambat
pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri
5 Paracetamol Oral 3x1 tablet
Untuk meredakan gejala
500mg
demam

B. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DS : pola nafas tidak Proses infeksi


efektif
 Pasien
mengatakan
merasa sesak

DO :

 Kesadaran
composmentis

 Pasien tampak
sesak

137
 GCS E4 V5 M6

 Tekanan darah :
155/99mmHg

 Nadi:
102x/meni
t

 Suhu: 38,5oC

 RR 28x.menit

 Terpasang
oksigen nasal
canul 2lpm

 Suara nafas
wheezing

 Pneumonia paru
kanan

 Bentuk dan
besar Cor
membesar ke
kiri
2 DS : Hipertermia Proses
penyakit
 Pasien
mengatakan
merasa sudah 3
hari merasakan
demam, serta
badannya
menggigil

138
DO :

 GCS E4 V5 M6

 Tekanan darah :
155/99mmHg

 Nadi :
102x/meni
t

 RR : 28x/menit

 Suhu : 38,5oC

 Terpasang
oksigen nasal
canul 2 lpm

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KH

1 Pola nafas tidak Setelah MENEJEMEN


efektif berhubungan dilakukan JALAN NAPAS
dengan proses tindakan (I. 01011)
infeksi keperawatan Observasi
selama 3x24 1. Monitor pola
jam diharapkan napas (frekuensi,
status klien kedalaman, usaha

139
membaik napas)
2. Monitor bunyi
KH :
napas tambahan
 Nafas (mis. Gurgling,
rileks mengi, weezing,

 Sesak ronkhi kering)

nafas 3. Monitor sputum

berkurang (jumlah, warna,


aroma)
 Frekuensi
Terapeutik
nafas
1. Pertahankan
dalam
kepatenan jalan
batas
napas dengan
normal
head-tilt dan
chin-lift (jaw-
thrust jika curiga
trauma cervical)
2. Posisikan semi-
fowler
3. Berikan minum
hangat
4. Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
5. Lakukan
penghisapan
lendir kurang dari
15 detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum

140
7. Penghisapan
endotrakeal
8. Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
2. Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik,jika
perlu.
2 Hipertermia Setelah MANAJEMEN
berhubungan dengan dilakukan HIPERTERMIA
proses penyakit tindakan (I.15506)
keperawatan Observasi
selama 3x24 jam 1. Identifkasi
diharapkan penyebab
diharapkan hipertermi (mis.
termoregulasi dehidrasi
membaik, terpapar
dengan kriteria lingkungan panas
hasil : penggunaan

 Menggigil incubator)
2. Monitor

141
menurun suhu tubuh
3. Monitor
 Kulit merah
kadar
menurun
elektrolit
 Pucat 4. Monitor
menuru haluaran
n urine

 Suhu tubuh Terapeutik

membaik 1. Sediakan
lingkungan
 Suhu kulit
yang dingin
membaik
2. Longgarkan atau
 Tekanan lepaskan pakaian
darah 3. Basahi dan kipasi
membaik permukaan tubuh
. 4. Berikan cairan
oral
5. Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat
berlebih)
6. Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
selimut
hipotermia atau
kompres dingin
pada dahi, leher,

142
dada,
abdomen,aksila)
7. Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
8. Batasi
oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO HARI,TGL IMPLEMENTASI RESPON TTD


DX /JAM PASIEN

Sabtu, 19
Maret 2022

10.00
1,2 - Memonito DS:
r TTV
- Pasien
- Monitor mengatakan
suhu tubuh sesak napas

- Memonitor - Badan

143
pola terasa
pernafasan menggigil
10.15
pasien
DO:
- Memonitor
TTV :
10.30 bunyi nafas
tambahan TD : 155/99
2
mmHg
10.45 - Mengatur
posisi pasien S : 38,5oC
2
semi fowler N : 102x/menit
12.00
- Melakukan RR : 28x/menit
1,2 kompres
Terpasang
dingin
oksigen 2lpm
- Menganjurk
Suara nafas
an tirah
wheezing
baring
Ku:
- Memberikan
Composmentis
obat
antibiotic Pasien tampak
dan obat lemas
oral, injeksi
ceftriaxone,
dexamethaso
ne,
paracetamol
500mg

144
Minggu, 20
Maret 2022 - Memonito
Ds :
r pola
15.00
1,2 pernafasan - pasien

pasien mengatak
an nafas
- Memonitor
berkurang
suhu tubuh
ketika
- Memonitor diberi
bunyi nafas posisi
tambahan semi
15.20 fowler
1 - Mengatur
posisi pasien
semi fowler
15.35 Do:
2
- Melakukan TTV :
kompres TD :
dingin pada 140/70mmHg

15.45 dahi dan N: 102x/menit


2
leher S : 37,5oC
RR : 25x/menit
- Menganjurk
18.00 Terpasang O2
1,2 an tirah
nasal canul 2lpm
baring
Suara nafas
- Memberikan
wheezing
obat
KU :
antibiotik
Composmentis
dan obat
oral, injeksi - Pasien

dexamethaso tampak

ne, injeksi kooperatif

ceftriaxone, dan paham

145
paracetamol apa yang
500mg telah
dijelaskan

- Pasien
tampak
menggigil

Senin, 21
Maret 2022
DS :
- Memonito
13.00
1,2 r pola - Pasien

pernafasan mengatak

pasien an sesak
berkurang
- Memonitor
bunyi nafas DO :

tambahan TTV

- Monitor TD :
13.20 suhu tubuh 125/80mmH
1
pasien
g N :
- Mengatur
14.00 95x/menit S :
1 posisi pasien
semi fowler 35,5oC

- Memberikan RR : 25x/menit
injeksi
Ku :
antibiotic
Composmentis
dan obat
oral, injeksi Terpasang O2

ceftriaxone, nasal canul 2


injeksi lpm

Wheezing
berkurang

146
dexamethaso Pasien tampak
ne, melakukan
aktivitas sudah
bisa seperti
biasa

E. EVALUASI KEPERAWATAN
TGL/ NO EVALUASI TTD
JAM

Sabtu, 1,2 S:
19 - Pasien mengatakan sesak nafas,
Maret badan merasakan demam,
2022 O:
14.00 - Ku : Composmentis
- Pasien mengatakan lemah
- TD: 140/90mmHg
- N: 102x/mnt
- RR: 28x/mnt
- S: 38,5oC
- Terpasang infus Ashering 20tpm
- Terpasang O2 nasal canul 2lpm
- Terdengar suara nafas wheezing
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Berikan posisi semi fowler
- Anjurkan tirah baring
- Berikan injeksi antibiotic dan obat
oral
Injeksi ceftriaxone, injeksi
dexamethasone, paracetamol 500mg

147
Ming 1,2 S:
gu, 20 - Pasien mengatakan sesak nafas
Maret berkurang ketika dibeikan posisi semi
2022 fowler
Jam - Pasien mengatakan badan masih
16.00 terasa demam
O:
- Ku : Composmentis
- Pasien tampak lemah
- TD: 120/80mmHg
- N: 88x/menit
- RR: 25x/menit
- S: 37,5o C
- Terpasang infus ashering 20tpm
- Terpasang O2 nasal canul 2lpm
- Wheezing berkurang
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Pertahankan posisi semi fowler
- Anjurkan tirah baring
- Berikan terapi antibiotik dan obat oral
Injeksi ceftriaxone, injeksi
dexamethasone, paracetamol 500mg
Senin S:
, 21 - Pasien mengatakan sesak sudah
Maret berkurang
2022 - Pasien mengatakan sudah tidak lemah
Jam O:
17.00 - Keadaan umum : Composmentis
- TD : 135/80mmHg
- Nadi : 80x/menit

148
- RR : 22x/menit
- S : 36,5oC
- Terpasang infus ashering 20tpm
- Terpasang O2 nasal canul 2 lpm
- Masih terdengar bunyi wheezing
tidak jelas
- Pasien tampak sudah bisa melakukan
aktivitas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Tetap pertahankan posisi semi fowler

150
SOP (Standart Operasional Prosedur)
Latihan Batuk Efektif
Pengertian Suatu tindakan melatih pasien yang tidak memiliki
kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan
laring, trakea, dan bronkiolus dari sekret atau benda
asing di jalan napas

Tujuan & manfaat 1. Membersihkan jalan nafas

2. Mencegah komplikasi infeksi saluran nafas

3. Mengurangi kelelahan saat batuk

4. Meningkatkan kapasitas paru

5. Mengurangi sesak napas akibat akumulasi secret

Indikasi Pasien dengan gangguan bersihan jalan napas akibat


akumulasi sekret dan pasien sadar dan mampu
mengikuti perintah.

Kontraindikasi 1. klien yang mengalami peningkatan tekanan intra


kranial (TIK)

2. gangguan fungsi otak

3. gangguang kardiovaskular (hipertensi berat,


aneurisma, gagal jantung, infrak miocard), dan
emfisema karena dapat menyebabkan ruptur
dinding alveolar.

Persiapan pasien 1. Menyedikan alat

2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

Persiapan alat 1. Tempat sputum (misalnya bengkok, gelas, dan


yang lainnya)

2. Perlak/alas

3. Lap wajah (misalnya saputangan atau kertas


tissue)

4. Sarung tangan

5. Masker

Prosedur kegiatan Fase Prainteraksi

151
1. Persiapkan alat

2. Mencuci tangan

3. Membawa alat ke dekat pasien

Fase Orientasi

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan

Fase Kerja

1. Menjaga privasi pasien

2. Mengatur posisi yang nyaman (semi fowler atau


fowler)

3. Memakai sarung tangan

4. Meminta klien meletakkan satu tangan di dada


dan satu tangan di perut

5. Anjurkan pasien melakukan napas dalam


melalui hidung selama 4 detik, jaga mulut tetap
tertutup, tetap rileks, jangan melengkungkan
punggung dan minta pasien konsentrasi pada
pengembangan perut

6. Meminta pasien menahan napas selama 2 detik

7. Anjurkan pasien menghembuskan napas


perlahan melalui mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik

8. Memasang perlak/ alas dan bengkok di


pangkuan klien bila duduk.
9. Anjurkan pasien mengulangi Tarik napas dalam
hingga 3 kali

10. Minta pasien batuk dengan kuat langsung


setelah Tarik napas dalam yang ke 3 pada
bengkok yang sudah di sediakan.

11. Membuang dahak pada tempat yang sudah

151
disediakan

Fase Terminasi

1. Merapikan alat

2. Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan

3. Mengevaluasi respon pasien dan keluhan pasien

Evaluasi 1. Tanyakan pada pasien bagaiamana perasaannya

2. Kaji jumlah dan warna sputum yang telah


dikeluarkan oleh pasien

Referensi Rosyidi & Wulansari (2013) dan PPNI (2019)

152
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/I Calon Responden

Di tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Diploma III Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta :
Nama : De Ajeng Jelita Anitasari
NIM : P27220019059
Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”
Mohon dengan hormat kepada responden untuk menjawab pertanyaan dengan
sejujur- jujurnya dan sesuai dengan kenyataan yang ada. Hasil penelitian ini
tidak akan dipublikasikan dan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas
ketersediannya, saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

( De Ajeng Jelita Anitasari )

149
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/I Calon Responden

Di tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Diploma III Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta :
Nama : De Ajeng Jelita Anitasari
NIM : P27220019059
Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”
Mohon dengan hormat kepada responden untuk menjawab pertanyaan dengan
sejujur- jujurnya dan sesuai dengan kenyataan yang ada. Hasil penelitian ini
tidak akan dipublikasikan dan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas
ketersediannya, saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

( De Ajeng Jelita Anitasari )

150
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca penjelasan peneliti ini dan mendapatkan


jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan, maka saya mengetahui
manfaat dan tujuan penelitian yang akan dilakukan oleh De Ajeng
Jelita Anitasari dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Pneumonia Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Saya mengerti tujuan
dari penelitian ini untuk mendiskripsikan asuhan keperawatan pada
klien Pneumonia, yang mana nantinya akan dilakukan tindakan
relaksasi nafas dalam dan latihan batuk efektif dan saya mengerti
bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak pasien /
anggota keluarga saya sebagai responden.
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak
negative bagi pasien atau anggota keluarga saya. Saya mengerti bahwa
keikutsertaan pasien dalam penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Dengan menandatangani formulir ini, saya menyetujui untuk
diikutsertakan dalam penelitian diatas dengan sukarela tanpa paksaan
dari pihak manapun.

Peneliti Yang Memberi Persetujuan

( De Ajeng Jelita Anitasari ) ( Sukadi )

151
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca penjelasan peneliti ini dan mendapatkan


jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan, maka saya mengetahui
manfaat dan tujuan penelitian yang akan dilakukan oleh De Ajeng
Jelita Anitasari dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Pneumonia Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Saya mengerti tujuan
dari penelitian ini untuk mendiskripsikan asuhan keperawatan pada
klien Pneumonia, yang mana nantinya akan dilakukan tindakan
relaksasi nafas dalam dan latihan batuk efektif dan saya mengerti
bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak pasien /
anggota keluarga saya sebagai responden.
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak
negative bagi pasien atau anggota keluarga saya. Saya mengerti bahwa
keikutsertaan pasien dalam penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Dengan menandatangani formulir ini, saya menyetujui untuk
diikutsertakan dalam penelitian diatas dengan sukarela tanpa paksaan
dari pihak manapun.

Peneliti Yang Memberi Persetujuan

( De Ajeng Jelita Anitasari )

152
SURAT PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : De Ajeng Jelita Anitasari
NIM : P27220019059
Pendidikan :Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surakarta
Dengan ini meminta anda berpartisipasi dengan sukarela dalam
penelitian studi kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Pneumonia Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Tujuan dari penelitian studi
kasus ini adalah untuk mendiskripsikan asuhan keperawatan klien dengan
pneumonia, yang mana nantinya akan dilakukan tindakan mobilisasi berupa
relaksasi nafas dalam dan latihan batuk efektif. Setiap kemampuan yang
diajarkan akan dimasukkan dalam jadwal harian untuk kemudian dilaksanakan .
Pelaksanaan jadwal harian dalam asuhan keperawatan ini bermanfaat untuk
meningkatkan ventilasi alveoli dan memelihara pertukaran gas.
Prosedur pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan observasi
yang akan berlangsung kurang lebih 20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan
ketidaknyamanan terapi anda tidak perlu khawatir karena penelitian studi kasus
ini untuk kepentingan pengembangan tindakan dalam asuhan keperawatan.
Keuntungan yang akan diperoleh dalam keikutsertaan anda pada
penelitian ini adalah anda dapat turut aktif mengikuti perkembangan asuhan
keperawatan yang diberikan. Jika saudara/i tidak menyetujui cara ini, maka
saudara/I berhak menolak pengambilan data dan tindakan yang akan dilakukan.
Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan akan
tetap dirahasiakan. Jika saudara/I membutuhkan informasi sehubungan dengan
penelitian ini, silahkan menghubungi peneliti dapat nomor HP/WA :
085933824865.
Hormat Saya

De Ajeng Jelita Anitasari


P27220019059

153
154
155
156
157
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK

KESEHATAN SURAKARTA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

KARYA TULIS ILMIAH

NAMA
MAHASISWA : De Ajeng Jelita Anitasari
NIM : P27220019059
NAMA PEMBIMBING I : Siti Handayani, S.ST., M.Kes
JUDUL : ASUHANKEPERAWATAN PADA PASIEN
PNEUMONIA DI RSUD DR.MOEWARDI
SURAKARTA
TANDA
NO HARI/ MATERI SARAN
TANGAN
TANGGAL
KONSULTASI PEMBIMBING PEMBIM
BING
1. 30 November - Konsultasi judul -Mengganti Judul
2021 KTI KTI

2 30 November -Konsultasi judul - ACC judul KTI


2021 KTI - Memperbaiki tujuan
dan Konsul BAB 1 khusus
- BAB 1 bagian latar
belakang dihapus
paragraf 6 tentang 163
peran perawat secara
promotif,preventif,kur
atif danrehabilitative.
-ditambahkan data
prevalansi
3. 04 Desember - Konsultasi BAB 1 - Ditambahkan data
2021 pasien di RSUD
dr.Moewardi
Surakarta
-Acc BAB 1 lanjut
BAB 2
4. 05 Desember Konsultasi BAB 1 Acc BAB 1
2021 dan BAB 2 -BAB 2
penatalaksanaan
ditambahkan
penatalaksanaan
medis.
-patofisiologi diganti
referensi dari buku
5 07 Desember Konsultasi BAB 2 -penatalaksanaan
2021 medis dikasih angka
Satuannya
-lanjut BAB 3

6 08 Desember Konsultasi BAB 2 -Acc BAB 2


2021 dan 3 -BAB 3 mengganti jenis
penelitian yang
dilakukan dengan
Deskriptif
-batasan operasional
diperbaiki dan
ditambahkan
7 09 Desember Konsultasi BAB 3 -Batasan operasional
ditambahkan

164
153
154
155
156
157
158
159
160
161
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : De Ajeng Jelita Anitasari


NIM : P27220019059
NAMA PEMBIMBING I : Siti Handayani, S.ST., M.Kes
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA DI RSUD
DR.MOEWARDI SURAKARTA
TANDA TANGAN
NO HARI/ MATERI SARAN
PEMBIMBING
TANGGAL KONSUL TASI PEMBIMBING

1. 30 November - Konsultasi judul -Mengganti Judul


2021 KTI KTI

162
2 30 November -Konsultasi judul KTI - ACC judul KTI
2021 dan Konsul BAB 1 - Memperbaiki tujuan
khusus
- BAB 1 bagian latar
belakang dihapus
paragraf 6 tentang
peran perawat secara
promotif,preventif,kur
atif danrehabilitative.
-ditambahkan data
prevalansi
3. 04 Desember - Konsultasi BAB 1 - Ditambahkan data
2021 pasien di RSUD
dr.Moewardi
Surakarta
-Acc BAB 1 lanjut
BAB 2

4. 05 Desember Konsultasi BAB 1 Acc BAB 1


2021 dan BAB 2 -BAB 2
penatalaksanaan
ditambahkan
penatalaksanaan
medis.
-patofisiologi diganti
referensi dari buku

163
5 07 Desember Konsultasi BAB 2 -penatalaksanaan
2021 medis dikasih angka
Satuannya
-lanjut BAB 3

6 08 Desember Konsultasi BAB 2 -Acc BAB 2


2021 dan 3 -BAB 3 mengganti
jenis penelitian yang
dilakukan dengan
Deskriptif
-batasan operasional
diperbaiki dan
ditambahkan
7 09 Desember Konsultasi BAB 3 -Batasan operasional
ditambahkan

164
8 10 Desember Konsultasi BAB 3 -Acc BAB 3
- perbaiki sistematika
penulisan dan
penomoran sesuai
panduan KTI
-hubungi penguji
untuk seminar
proposal
9 23 Februari Konsultasi data pasien Melengkapi data
2022 pasien

10 26 April 2022 Konsultasi asuhan - Pengkajian dibuat


keperawatan sama persis teori askep
- Memperbaiki kalimat
sesuai Eyd

165
11 27 Mei 2022 Konsultasi bab 4 - Memperbaiki data
kasus B6
- Memperbaiki program
terapi
- Seluruh data mulai
dari pengkajian di buat
kolom

12 30 Mei 2022 Konsultasi BAB 4 - Memperbaiki


intervensi
- Membaca ulang
tatalaksana pneumonia

13 02 Juni 2022 Konsultasi BAB 4 - Memperbaiki


pengkajian B6
- Memperbaiki
intervensi bagian
terapi antibiotika

166
14 07 Juni 2022 - Konsultasi BAB 4 dan - Memperbaiki sistema
BAB 5 penulisan
- ACC

M
e
n
g
e
t
a
h
u
i

Ketua Program Studi D III Keperawatan

Sunarsih
Rahayu,
S.Kep., Ns., 167
M.Kp NIP:
19641001
198603 2
001
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK
KESEHATAN SURAKARTA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : De Ajeng Jelita Anitasari

NIM : P27220019059
NAMA PEMBIMBING I : Yuyun Setyorini, S.Kp., Ns., M.Kep
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA
DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA
TANDA TANGAN
NO HARI/ MATERI SARAN
PEMBIMBING
TANGGAL KONSUL TASI PEMBIMBING
1. 13 Desember Seminar Proposal Perbaiki penomoran
2021 KTI dan penulisan sesuai
panduan KTI ,
mencari data terbaru
di RSUD
DR.MOEWARDI dan
memperbaiki jenis dan
rancangan studi kasus
2

168
dan rancangan studi
kasus

2. 30 Desember Konsultasi BAB 1 Memperbaiki


2021 latar belakang Penulisan
dan BAB 3
Jenis dan
rancangan studi
kasus
3 31Desember Konsultasi ACC
2021 perbaikan penulisan

169
4 09 Juni 2022 Konsultasi BAB 4-5 Memanbahkan MRS
pasien

5 12 Juni 2022 Konsultasi BAB 4-5 Memperbaiki sistema


penulisan

6 14 Juni 2022 Mengumpulkan ACC


BAB 1-5

M
e
n
g
e
t
a
h
u
i

Ketua Jurusan Studi D III Keperawatan

170

Sunarsih
Rahayu,
S.Kep., Ns.,
M.Kp NIP:
19641001
198603 2
001
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN

SURAKARTA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH


NAMA MAHASISWA : De Ajeng Jelita Anitasari
NIM : P27220019059
NAMA PEMBIMBING I : Suryanti, S.Kep., Ns., M.Sc
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
PNEUMONIA DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA
TANDA TANGAN
NO HARI/ MATERI SARAN
PEMBIMBING
TANGGAL KONSUL TASI PEMBIMBING
1. Jum’at 17 juni Sidang Hasil Karya - Menghapus data
2022 Tulis Ilmiah pernafasan cuping
hidung
- Memperbaiki
sistema penulisan

171
2. Selasa, 5 juli KTI lengkap Memperbaiki diagnosa
2022 keperawatan

3 Rabu, 6 juli KTI lengkap ACC


2022

Mengetahui

Ketua Jurusan Studi D III Keperawatan

Sunarsih Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kp


NIP: 19641001 198603 2 001

172

Anda mungkin juga menyukai