Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.

J
DENGAN HIPERTENSI GRADE II
DI RUANG MEDIKAL BEDAH
RS ADVENT MEDAN

KARYA ILMIAH AKHIR

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ners
Dari Universitas Advent Indonesia

Disusun Oleh:
DESY HARIANJA
NIM: 2253033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN JUDUL

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. J


DENGAN HIPERTENSI GRADE II
DI RUANG MEDIKAL BEDAH
RS ADVENT MEDAN

KARYA ILMIAH AKHIR

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ners
Dari Universitas Advent Indonesia

Disusun Oleh:
DESY HARIANJA
NIM: 2253033

Menyetujui

(Idauli Simbolon, SKep, Ns, MSN, PhDNED)


Pembimbing

(Samuel Maju Simanjuntak, Ph.D) (Denny P. Ricky, M.Kep., Sp.Kep.J)


Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Kaprodi Profesi Ners

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah Akhir:

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. J


DENGAN HIPERTENSI GRADE II
DI RUANG MEDIKAL BEDAH
RS ADVENT MEDAN

Diterima dan disetujui oleh panitia ujian Karya Ilmiah Akhir di Program Studi
Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia
sebagai persyaratan akhir untuk memperoleh gelar Ners

Bandung, Oktober 2023

(Idauli Simbolon, SKep, Ns, MSN, PhDNED)


Pembimbing

Penguji:
1. Palupi Triwahyuni S.Kep., M.Kes.,Ners
2. Sapti Heru Widiarti S.Kep., Ners.,MPH

iii
HALAMAN PERNYATAAN NON-PLAGIASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini, telah menyusun suatu karya


ilmiah akhir dengan judul:

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. J


DENGAN HIPERTENSI GRADE II
DI RUANG MEDIKAL BEDAH
RS ADVENT MEDAN

Dengan ini menyatakan bahwa:


Dalam karya ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain atau bukan merupakan plagiasi dari
karya orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Bandung, Oktober 2023


Pembuat pernyataan,

Desy Harianja
2253033

iv
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. J


DENGAN HIPERTENSI GRADE II
DI RUANG MEDIKAL BEDAH
RS ADVENT MEDAN

Disusun Oleh:
DESY HARIANJA
NIM: 2253033

Hipertensi merupakan suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan


darah meningkat di atas tekanan darah yang disepakati normal. Nilai sistolik >140
mmHg dan nilai diastolik >90mmHg. Pada kasus hipertensi dengan masalah nyeri
akut ini ada beberapa penanganan atau pencegahan pada penderita yaitu klien
dianjurkan rutin melakukan pijat refleksi untuk mengurangi rasa nyeri. Tujuan :
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.J dengan hipertensi di ruang
Anggrek Rumah Sakit Advent Medan. Metode : Metode yang digunakan yaitu
pengkajian, anamnesa, pemeriksaan fisik observasi dan wawancara. Hasil :
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang ditemukan, penulis mendapatkan
masalah keperawatan nyeri akut, Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan
konsentrasi hemoglobin, Intoleransi aktivitas b.d kelemahan kemudian penulis
melakukan intervensi serta implementasi dan setelah itu penulis melakukan
evaluasi masalah keperawatan Tn. J teratasi sebagian.

Kata Kunci : Nyeri, hipertensi

v
ABSTRACT

Nursing Care OF MR. J WITH HYPERTENSION PROBLEMS


IN MEDAN ADVENTIST HOSPITAL

Compiled By:
DESY HARIANJA
NIM: 2253033

Hypertension is a chronic medical condition in which blood pressure


increases above the agreed normal blood pressure. Systolic value >140 mmHg and
diastolic value >90mmHg. In the case of hypertension with acute pain problems,
there are several treatments or preventions for sufferers, namely clients are
encouraged to routinely do reflexology to reduce pain. Objective: Able to carry
out nursing care for Mr. J with hypertension in the Orchid room at the Medan
Adventist Hospital. Methods: The methods used are assessment, anamnesis,
physical examination, observation and interviews. Results: Based on the
subjective and objective data found, the authors get the problem of acute pain
nursing, ineffective peripheral perfusion b/d decreased hemoglobin concentration,
activity intolerance b.d weakness, then the authors intervene and implement it,
and after that the authors evaluate Mr.'s nursing problems. J partially resolved.

Keywords: Pain, hypertension

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkatnya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah

Akhir yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. J

DENGAN HIPERTENSI GRADE II DI RUANG MEDIKAL BEDAH RS

ADVENT MEDAN.”

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapat bimbingan,

arahan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga karya ilmiah akhir ini dapat

penulis selesaikan, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Idauli S, Skep, Ns, MSN, PhDNED; selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, nasehat, motivasi,

serta semangat dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.

2. Palupi Triwahyuni S.Kep., M.Kes.,Ners; selaku ketua penguji yang telah

memberikan saran dan motivasi kepada penulis selama penyusunan Karya

Ilmiah Akhir ini.

3. Sapti Heru Widiyarti S.Kep., Ners.,MPH; selaku anggota penguji yang telah

memberikan saran dan motivasi kepada penulis selama penyusunan Karya

Ilmiah Akhir ini.

4. Samuel Maju Simanjuntak, Ph.D; Selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Advent Indonesia yang telah memberikan motivasi, bimbingan

dan nasihat selama penulisan Karya Ilmiah Akhir ini.

vi
vii

5. Denny Paul Ricky, M.Kep. Ns. Sp.Kep.J.,; Selaku Ketua Jurusan Program

Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia

yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan nasihat selama penulisan

Karya Ilmiah Akhir ini.

6. Kepada Tn. J yang telah bersedia menjadi bagian dalam melakukan asuhan

keperawatan dalam penyusunan karya ilmiah akhir, tanpa paksaan ataupun

tekanan dari siapapun

7. Kedua orang tuaku yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam me

nyusun Karya Ilmiah Akhir ini

8. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah berper

an dalam penelitian ini.

Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih banyak atas bantuan, motivasi,

dukungan, doa dan kerja samanya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

melindungi dan membalas kebaikan semua. Semoga karya ilmiah akhir ini memb

awa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bandung, Oktober 2023

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................i


HALAMAN PERNYATAAN NON-PLAGIASI.............................................iii
ABSTRAK...........................................................................................................iv
ABSTRACT..........................................................................................................v
KATA PENGANTAR........................................................................................vi
DAFTAR ISI......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................x

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum ......................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................4
1.3 Metode Penulisan...........................................................................5
1.4 Sistematika Penulisan......................................................................6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................7


2.1 Konsep Lansia................................................................................7
2.1.1 Pengertian..............................................................................7
2.1.2 Proses Penuaan......................................................................8
2.1.3 Masalah Yang Sering di Hadapi............................................8
2.2 Konsep Hipertensi........................................................................11
2.2.1 Definisi Hipertensi.............................................................11
2.2.2 Etiologi ..............................................................................11
2.2.3 Faktor Resiko.....................................................................12
2.2.4 Manifestasi Klinis..............................................................14
2.2.5 Patofisiologis......................................................................15
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang.....................................................17
2.2.7 Penatalaksanaan.................................................................18
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan......................................................21
2.3.1 Pengkajian...........................................................................21
2.3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................23
2.3.3 Intervensi.............................................................................24
2.3.4 Implementasi.......................................................................27
2.3.5 Evaluasi...............................................................................27

vii
BAB 3 LAPORAN KASUS.............................................................................28
3.1 Pengkajian.......................................................................................28
3.1.1 Identitas Klien.......................................................................28
3.1.2 Identitas Penanggungjawab..................................................28
3.1.3 Riwayat Kesehatan...............................................................30
3.1.4 Genogram..............................................................................31
3.1.5 Pola Aktifitas Sehari-hari......................................................32
3.1.6 Status Fisiologis....................................................................33
3.1.7 Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)..........................................33
3.1.8 Pemeriksaan Penunjangan....................................................39
3.1.9 Therapy.................................................................................40
3.2 Analisa Data....................................................................................40
3.3 Diagnosa Keperawatan...................................................................42
3.4 Intervensi.........................................................................................43
3.5 Implemantasi dan Evaluasi..............................................................45
3.6 Pendidikan Kesehatan......................................................................56

BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................55


4.1 Pengkajian....................................................................................................55
4.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................56
4.3 Intervensi Keperawatan................................................................................57
4.4 Implementasi................................................................................................59
4.5 Evaluasi........................................................................................................60

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................62


5.1 Kesimpulan...................................................................................................62
5.2 Saran..............................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................64
LAMPIRAN.......................................................................................................65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (BIODATA)....................................................66

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pola Aktifitas..........................................................................................22


Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium...........................................................28
Tabel 3.3 Therapy..................................................................................................29
Tabel 3.4 Analisa Data...........................................................................................29
Tabel 3.5 Rencana Asuhan Keperawatan...............................................................31
Tabel 3.6 Catatan Perkembangan...........................................................................33

ix
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan kronis

yng ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh

darah arteri. keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras

untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. (Yanita,

2022)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah kondisi umum yang

mempengaruhi lansia diseluruh dunia. populasi lansia cenderung mengalami

peningkatan tekanan darah akibat perubahan fisiologis dan penurunan fungsi

organ tubuh seiring bertambahnya usia. Lansia merupakan seseorang yang

mencapai usia 60 tahun keatas. Setiap orang mengalami tiga tahap

dikehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. tiga tahap ini berbeda secara

biologis, psikologis. Dimana masa usia tua mengalami kemunduran fisik

yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,

pendengaran kurang jelas, penglihatan kabur, gerakan lambat, kelemahan

organ, serta penyakit yang sering dialami lansia adalah hipertensi (Kholifah,

2016).

Seseorang dikatakan hipertensi jika pemeriksaan tekanan darah menunjukkan

hasil diatas 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan istirahat, dengan dua kali

pemeriksaan dan selang waktu 5 menit (Yanita, 2022).

1
2

Menurut WHO (World Health Organization) orang dewasa berusia 30-79

tahun meningkat dari 650 juta menjadi 1,28 miliar dalam tiga puluh tahun

terakhir di seluruh dunia, setengah dari orang-orang tersebut tidak

mengetahui bahwa mereka mengidap hipertensi. Hipertensi secara signifikan

meningkatkan risiko penyakit jantung, otak dan ginjal, dan merupakan salah

satu penyebab utama kematian dan penyakit diseluruh dunia (WHO, 2021)

Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi mengatakan kasus hipertensi

di Indonesia sangat banyak, bahkan sampai disebut silent killer. Dimana 1

dari 3 orang Indonesia mengidap hipertensi, bahkan angka kenaikan

hipertensi terus meningkat tiap tahunnya. (Kemenkes, 2023). Dari Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BalitBankes) melalui hasil data

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi penderita hipertensi di

indonesia saat ini sebanyak 34,1% mengalami kenaikan angka sebelumnya

ditahun 2013 yang menunjukkan kasus hipertensi sebesar 58,84% atau

sekitar 629.153 dari 1.069.53 kasus penyakit tidak menular (PTM) sedangkan

di kota Medan pada tahun 2019 Dinas Kesehatan Kota Medan melalui Badan

Pusat Statistik (BPS) mencatat kasus hipertensi sebanyak 89.333 dimana

kasus hipertensi ini masuk peringkat kedua terbanyak dikota Medan

(Purwono et al., 2020).

Berdasarkan data dari RS Advent Medan, pasien yang mengalami hipertensi

dari tahun 2021 sebanyak 543 orang, tahun 2022 sebanyak 750 dan data dari

tiga bulan terakhir Januari-Juli 2023 mencapai 196 baik dan 105 orang

merupakan lansia.
3

Faktor penyebab dari hipertensi itu seperti penggunaan tembakau atau

merokok, gaya hidup yang tidak sehat, alkohol, kurangnya aktivitas fisik,

obesitas dan Stres yang berlangsung lama dapat mengakibatkan peningkatan

tekanan darah yang menetap, sehingga penanganan dengan manajemen yang

tepat sangat diperlukan. Penanganan yang tidak diberikan akan

mengakibatkan semakin tinggi tekanan darah sehingga menimbulkan

komplikasi kondisi darurat seperti penyakit jantung koroner, stroke, penyakit

ginjal hingga kematian (WHO, 2015)

Lansia yang memiliki riwayat hipertensi namun tidak rutin kontrol tekanan

darahnya sehingga dampak komplikasi yang terajdi pada lansia lebih beresiko

terkena penyakit jantung coroner, stroke. (Ainurrafiq et al., 2019).

Penatalaksanaan pada lansia harus memeriksakan tekanan darahnya. secara

rutin, Jika tekanan darahnya tinggi, maka perlu konsultasi ke petugas

kesehatan. Mulai melakukan perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok,

makan sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari penggunaan

alkohol yang berbahaya. Pengurangan asupan garam juga bisa membantu dan

therapy farmakologis untuk mengontrol tekanan darah (WHO, 2015)

Penatalaksanaan keperawatan pada lansia dengan hipertensi berperan penting

sebagai pemberi edukasi untuk meningkatkan kesehatan. Mengatasi

hipertensi bisa dilakukan secara farmakologis maupun non farmakologis. Ter-

api non farmakologis berupa mengikuti pola hidup sehat, mengurangi berat

badan, menghindari alcohol atau kebiasaan merokok, sedangkan terapi far-


4

makologisnya dapat dilakukan berupa mengkonsumsi obat-obatan seperti am-

lodipin (Joyce BM, 2014).

Oleh karena itu dengan meningkatnya kejadian hipertensi setiap tahunnya,

maka penulis tertarik untuk menuliskan karya ilmiah akhir (KIA) dengan

judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn.J Dengan Hipertensi Grade II

di Ruang Medikal Bedah RS Advent Medan”.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk melakukan asuhan keperawatan Gerontik dengan hipertensi

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Melaksanakan pengkajian pada klien Tn.J dengan hipertensi grade II

di ruang Medikal Bedah RS Advent Medan

2) Mengidentifikasi analisa masalah, prioritas masalah dan menegakkan

diagnosa keperawatan pada Tn.J dengan hipertensi grade II di ruang

Medikal Bedah RS Advent Medan

3) Menentukan perencanaan intervensi dan implementasi keperawatan

pada Tn. J dengan hipertensi grade II di ruang Medikal Bedah RS

Advent Medan

4) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Tn.J dengan hipertensi

grade II di ruang Medikal Bedah RS Advent Medan

5) Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan pada

Tn. J dengan hipertensi grade II di ruang Medikal Bedah RS Advent

Medan
5

1.3 Metode Penulisan

Dalam penulisan karya ilmiah akhi ini menggunakan Metode Deskriptif

dengan tehnik pengumpulan data yang terdiri dari:

1) Studi Kepustakaan (library Research): Studi kepustakaan adalah

pengumpulan data yang dilakukan melalui membaca,

mempelajari, memahami literature literatur yang bersifat teoritis

berdasarkan pendapat para ahli yang berhubungan dengan judul

penulisan karya ilmiah akhir (KIA).

2) Studi kasus (case study): Pengumpulan data melalui

mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian mengenai individu

yang menjadi obyek penelitian.

3) Wawancara, melakukan percakapan atau berbincang-bincang

secara langsung kepada klien ataupun keluarga klien, dan

menanyakan riwayat kesehatan klien dan riwayat kesehatan

keluarga klien, pola hidup, riwayat pengobatan klien, riwayat

hospitalisasi, dan psiko-sosial dan spiritual klien.

4) Dokumentasi: Dengan melihat catatan pada status pasien

tentang pemeriksaan penunjang, laboratorium, radiologi, dan

pemeriksaan lainya yang berkaitan dengan masalah pasien serta

intrepretasi dari tindakan yang dilakukan.


6

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam studi kasus secara keseluruhan dibagi dalam 5 bagian, yaitu:

1. BAB 1: Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan manfaat penulisan, dan sistematika

penulisan studi kasus.

2. BAB 2: Tinjauan pustaka yang berisi tentang konsep penyakit dari

sudut medis dan asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.

3. BAB 3: Hasil yang berisi tentang data hasil pengkajian, diagnosa

keperawatan, dan evaluasi dari pelaksanaan.

4. BAB 4: Pembahasan kasus yang ditemukan yang berisi data, teori dan

opini serta analisis

5. BAB 5: Simpulan dan saran.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini dibahas tentang konsep lansia, konsep hipertensi dan konsep

asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi.

2.1 Konsep Lansia

Penulis akan membahas tentang defenisi, proses penuaan, masalah yang

sering dihadapi lansia.

2.1.1 Pengertian

Lansia adalah bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang

semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan

hidup. Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan

(WHO, 2019). Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60

tahun keatas. Lansia juga diartikan sebagai kelompok umur pada manusia

yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (Tarigan, 2019).

Lansia merupakan salah satu populasi beresiko yaitu sekumpulan orang

yang memiliki kemungkinan besar untuk mengalami perburukan masalah

kesehatan lebih cepat akibat faktor-faktor resiko yang mempengaruhinya

(Wisoedhanie, 2021). Perubahan tekanan darah yang fisiologis mungkin

benar-benar merupakan tanda penuaan yang normal.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa lansia adalah

seseorang yang telah berusia > 60 tahun, yang mengalami penurunan

kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari seorang diri. Penyakit yang sering dialami lansia adalah

7
8

hipertensi (Sitanggang et al., 2021). Hipertensi menjadi salah satu masalah

lansia yang paling sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke dan

penyakit jantung coroner (Tarigan, 2019).

2.1.2 Proses penuaan

Tahap dewasa merupakan tahap perkembangan tubuh secara maksimal

sampai akhir kemudian tubuh juga akan mulai berkurang atau menyusut

dikarenakan tubuh akan mengalami proses penuaan secara perlahan. (Maryam

dkk 2008 dalam Sunaryo dkk 2016).

2.1.3 Masalah yang sering dihadapi lansia

Masalah yang sering terjadi pada lansia menurut Lilik (2015) yaitu:

1. Masalah Gizi

1) Gizi berlebihan: Kebiasaan pola makan yang berlebihan semasa

muda sehingga berat badan meningkat, apalagi panda lansia yang

pengguanan kalori berkurang dikarenakan berkurangnya aktivitas

fisik. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit,

misalnya penyakit jantung, diabetes melitus, penyempitan pembuluh

darah, dan tekanan darah tinggi.

2) Gizi berkurang: disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi

dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu

rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang

dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein

maka menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat


9

diperbaik, berakibat rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit

menurun kemungkinan akan mudah kena infeksi.

3) Kekurangan vitamin: Jika mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran

kurang dalam makanan serta kurang protein didalam makanan, men-

gakibatkan nafsu makan yang berkurang, penglihatan akan kabur,

kulit kering, mudah letih, dan tidak bersemangat.

2. Resiko Cidera (jatuh)

Jika terjadi cidera jatuh akan menyebabkan cidera jaringan lunak bahkan

fraktur pada pangkal paha atau pergelangan tangan. Banyak faktor resiko

yang dapat diidentifikasi serta dapat dimodifikasi agar jatuh tak

terjadi/tak terulang.

1) Faktor Resiko Internal: Gangguan penglihatan, gangguan adaptasi

gelap, infeksi telinga., obat golongan Aminoglikosida, vertigo,

gangguan aliran darah otak, artrtitis, hipotensi, pneumonia,

penyakit sistemik (ISK, gagal jantung, dehidrasi, DM,

hipoglikemi).

2) Faktor Resiko Eksternal: Turun tangga, benda-benda yang harus

dilangkahi, lantai licin, kain atau celana yang terlalu panjang, tali

sepatu, tempat tidur terlalu tinggi. kursi roda tidak terkunci,

penerangan kurang, kamar mandi jauh, toilet terlalu rendah.

3. Delirium

Salah satu karakteristik pasien geriatrik yaitu gejala dan tanda penyakit

tidak khas sesuai dengan oragan/sistem organ yang sakit. sering terjadi
10

suatu penyakit sistematik muncul dalam bentuk gangguan kesadaran

walaupun sistem saraf pusatnya tidak terganggu. Dengan demikian maka

perlu ditingkatkan kewaspadaan untuk mendeteksi sedini mungkin

kelainan-kelainan sistematik yang dapat mendasari delirium agara

penyakit tidak berkembang menjadi berat. Penyebab delirium

dikarenakan oleh stroke, tumor otak, pneumonia, ISK, dehidrasi, diare,

hiper/hipglikemia, hipoksia, dll. Adapun gejala yang muncul antara lain,

gelisah, gangguan pola tidur, murung, perubahan kesadaran, disorientasi,

halusinasi, mudah lupa, sulit konsentrasi.

4. Immobilisasi

Immobilisasi atau berbaring terus ditempat tidur dapat menimbulkan

atrofi otot, dekubitus dan malnutrisi serta pneumonia.Faktor resiko:

Osteoartritis, fraktur, stroke, demensia, vertigo, PPOK, hipotyroid,

gangguan penglihatan, hipotensi postural,anemia, nyeri, lemah otot,

keterbatasan ruang lingkup gerak sendi, dan sesak nafas.

5. Hipertensi

Dari hasil penelitian epidemiologi terdahulu bahwa meningkatnya umur

seseorang maka tekanan darahpun meninggi. Hipertensi adalah salah satu

masalah pada lansia sehingga sering terjadi komplikasi yang terjadi

seperti stroke, jantung koroner. Diatas usia 60 tahun memiliki separuh

kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung coroner. Hipertensi pada

lanjut usia dibedakan sebagai berikut :


11

1) Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140

mmhg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih dari 90 mmHg.

2) Hipertensi sistolik terisolasi: tekanan sistolik lebih besar dari 190

mmhg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

2.2 Konsep Hipertensi

Penulis akan membahas tentang defenisi, etiologi, faktor resiko, manifestasi

klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan.

2.2.1 Defenisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami kenaikan

tekanan darah di atas batas normal yang akan menyebabkan kesakitan

bahkan kematian. Seseorang akan dikatakan hipertensi apabila tekanan

darahnya melebihi batas normal, yaitu lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan

darah naik apabila terjadinya peningkatan sistole, yang tingginya tergantung

dari masing-masing individu yang terkena, dimana tekanan darah berfluaksi

dalam batas-batas tertentu, umur, dan tingkat stress yang dialami (Fitri

Tambunan et al., 2021). Hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala yang

spesifik namun, tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan

kerusakan ginjal (WHO, 2019).

2.2.2 Etiologi

Secara umum hipertensi tidak mempunyai penyebab yang lebih spesifik.

Hipertensi terjadi akibat adanya respon curah jantung yang meningkat atau
12

peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang

memengaruhi terjadinya hipertensi.

1. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi

2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi dan mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

3. Stress karena lingkungan

4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)

2.2.3 Faktor Resiko

Faktor resiko yang dapat dikendalikan pada pasien hipertensi yaitu

kurangnya olahraga atau aktivitas fisik, merokok, kadar kalium rendah,

alkohol, stress dan pola makan yang salah. Sedangkan factor resiko yang

tidak dapat dikendalikan yakni keturunan, jenis kelamin, etnis (suku) dan

usia (Sulaiman, 2019).

Faktor resiko yang sering muncul pada penderita hipertensi yaitu:

1. Faktor Genetik atau Keturunan

Seseorang terkena hipertensi oleh karena individu itu sendiri dan bisa

juga karena factor genetik. Pada kasus ini didapatkan 70-80% dengan

riwayat hipertensi dalam lingkup keluarga.

2. Usia

Kejadian hipertensi akan meningkat seiring bertambahnya usia. Rata-

rata penderita hipertensi lanjut usia berusia 50- 60 tahun. Pada usia 60

keatas seseorang akan mengalami beberapa perubahan fisiologis


13

berupa peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik yang

mempengaruhinya (Adam, 2019). Maka dari itu peningkatan usia

sangat berhubungan dengan tekanan darah seseorang. Hal ini terjadi

saat proses penuaan dikarenakan berkurangnya kecepatan aliran darah

dalam tubuh sehingga terjadilah peningkatan tekanan darah.

3. Jenis Kelamin

Hipertensi sering terjadi pada pria maupun wanita. Tetapi pada pria

akan sangat rentan, karena pada wanita terlindung dari penyakit

kardiovaskuler dimana sebelum ada masa menopause. Perlindungan

tersebut mempunyai dampak yaitu imunitas wanita yang berpengaruh

pada usia pre-menopause (Eko Sari Ajiningtyas, 2019).

4. Etnis (suku)

Hipertensi banyak terjadi pada manusia yang berkulit hitam daripada

manusia yang berkulit putih. Tetapi sampai ini sumber belum

diketahui penyebabnya (SuJin Song, 2018).

5. Merokok

Perokok berat dapat digolongkan dari jenis hipertensi maligna. Hal ini

terjadi karena penyempitan salah satu atau lebih dari satu arteri yang

mengangkut darah menuju ginjal (stenosis arteri renal). Penyempitan

ini menyebabkan aliran darah berkurang sehingga terjadilah

peningkatan tekanan darah yang merusak jaringan ginjal (Perry,

2010).
14

6. Aktivitas Fisik

Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang mengakibatkan

tekanan darah akan meningkat. Sebaliknya, tekanan darah akan lebih

rendah ketika tubuh berisitirahat. Setiap melakukan gerakan tubuh,

maka keraja otot akan mengeluarkan energi pada tubuh manusia. oleh

sebab itu melakukan aktivitas akan mempengaruhi tekanan darah pada

penderita hipertensi (Nur Afni Karim, 2018).

7. Kognitif

Kognitif atau pola pikiran terbukti memiliki resiko tinggi terkena

hipertensi. Terutama pada seseorang yang suka bersifat ambisius,

suka bersaing, bekerja tidak kenal lelah, selalu dikejar waktu dan

selalu merasa tidak puas yang mengeluarkan katekolamin yang

menyebabkan kadar kolestrol meningkat sehingga aterosklerosis akan

mudah terjadi (Aidha, 2019).

2.2.4 Manifestasi Klinis

Menurut (Fitri Tambunan et al., 2021) tanda dan gejala hipertensi adalah :

a. Sakit di bagian belakang kepala

b. Leher terasa kaku

c. Sering kelelahan bahkan mual

d. Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, jantung,

dan ginjal

e. Sebagian besar hipertensi ini tidak memiliki gejala


15

Sedangkan menurut Adrian, 2019 penderita hipertensi pada umumnya

tidak memiliki keluhan. Adapun keluhan yang biasa muncul antara lain:

nyeri kepala, gelisah, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada,

mudah lelah, lelah. Peningkatan tekanan darah berkaitan dengan berat

badan, faktor gaya hidup, genetik, alkohol, obesitas.

2.2.5 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus

yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron pre- 18 ganglion melepaskan asetilkolin, yang

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketkronisan dapat

mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.

Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun

tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat

bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai

respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi epineprin,

yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan


16

steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II ,

vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua

factor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi. (Aspiani, 2016)


17

Bagan Patofisologi Hipertensi

Sumber: Smeltzer & Bare, 2011


18

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium

a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal

b. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena

parenkim ginjal dengan gagal ginjal kronis.

c. Darah perifer lengkap

d. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)

2) EKG

a. Hipertrofi ventrikel kiri

b. Iskemia atau infark miocard

c. Peninggian gelombang P

d. Gangguan konduksi

3) Foto Rontgen

a. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.

b. Pembendungan, lebar paru

c. Hipertrofi parenkim ginjal

d. Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)

2.2.7 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit

kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi

adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg

dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko. Hal
19

ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat anti

hipertensi. (Aspiani, 2016).

Penatalaksanaan faktor risiko dapat dilakukan dengan cara non-

farmakologis, yaitu :

1. Pengaturan diet

Beberapa ilmuan mengatakan bahwa diet dan pola hidup sehat dapat

menurunkan gejala gagal jantung dan mampu memperbaiki keadaan

hipertrofi ventrikel kiri. Adapun beberapa diet yang dianjurkan yaitu:

a. Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien

hipertensi. Dengan mengurangi mengkonsumsi garam akan

mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat

berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang

dianjurkan pada seseorang sekitar 50-100 mmol atau sama dengan

3-6 gram garam per hari.

b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah akan tetapi

mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena

dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya mediasi oleh

oksidanitrat pada dinding vascular.

c. Mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran

d. Diet rendah kolestrol untuk mencegah terjadinya jantung koroner.

2. Menurunkan berat badan

Obesitas pada seseorang dapat memicu tekanan darah tinggi, sehingga

sangat disarankan untuk menurunkan berat badan agar mengurangi beban


20

kerja jantung dan volume sekuncup. Beberapa studi mengatakan bahwa

obesitas mengakibatkan terjadinya hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri.

Jadi, penurunan berat badan sangat efektif untuk menurunkan tekanan

darah (Aspiani, 2016).

3. Olahraga

Olahraga yang teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan

jantung.

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Asap rokok diketahui mampu menurunkan aliran darah ke berbagai organ

sehingga memicu peningkatan beban kerja jantung (Aspiani, 2016).

Susyanti dalam Wulansari (2017) menyatakan bahwa pengobatan hipertensi

dibagi menjadi dua yaitu:

1) Farmakologi

Terapi farmakologi antihipertensi diberikan berdasarkan berat

ringannya derajat hipertensi. Ada beberapa golongan obat

antihipertensi, yaitu: diuretik, β-bloker, ACE inhibitor, Angiotensin

Reseptor Blocker (ARB), Calcium Channel Blocker (CCB),

vasodilator dan golongan antihipertensi lain yang penggunaannya lebih

jarang dibandingkan golongan obat yang disebutkan.

2) Non-Farmakologi

Penatalaksanaan nonfarmakologi bisa dilakukan dengan cara

memodifikasi gaya hidup diantaranya:


21

a. Senam Lansia

Senam lansia merupakan serangkaian gerak nada yang teratur dan

terarah serta terencana yang diikuti oleh lansia dalam bentuk

latihan fisik yang berpengaruh terhadap kemampuan fisik lansia

(Rahmiati & Zurijah, 2020). Target latihan yaitu untuk

memperbaiki kebugaran lansia sekitar 60-70% dari denyut jantung

maksimal. Denyut nadi latihan yang disarankan adalah 93-108 per

menit yang dilakukan sebanyak 1-3 kali seminggu (Eviyanti et al.,

2021). Latihan satu atau dua kali seminggu lebih baik dari pada

tidak latihan sama sekali, sedangkan latihan tiga kali seminggu

memberi lonjakan perbaikan yang cukup berarti. Dengan durasi

yang ideal adalah 30-45 menit dengan intensitas gerak ringan-

sedang (Ayu Anjani, 2020).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

Penulis akan membahas tentang pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, tahap implementasi, dan evaluasi.

2.3.1 Pengkajian

a. Identitas

Biodata meliputi nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,

pekerjaan, alamat, pendidikan dan status ekonomi, no telp keluarga yang

bisa dihubungi, no rekam medis, tanggal masuk.

b. Status Kesehatan Sekarang

c. Pemeriksaan Fisik
22

Menurut (N. Safitri, 2018) pada pasien-pasien hipertensi yang perlu dikaji

adalah:

1) Aktifitas/istirahat: Gejala yang perlu dikaji adalah lemah, letih,

nafas pendek, gaya hidup yang monoton. Tanda-tanda yang

perlu dikaji adalah frekwensi jantung meningkat, perubahan

irama jantung.

2) Sirkulasi: Gejala yang muncul pada riwayat hipertensi, penyakit

jantung coroner. Tanda-tanda yang perlu dikaji adalah pen-

ingkatan tekanan darah, takikardi, disaritmia.

3) Integritas ego: Gejala Ansietas, depresi, marah, faktor-faktor

stress, tanda yang perlu dilihat letupan suasana hati, gelisah, otot

mulai tegang

4) Eliminasi: Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.

5) Makanan/cairan: Gejala yang sering muncul yaitu dari makanan

yang disukai seperti: (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi

kolestrol) mual, muntah, perubahan berat badan (naik/turun),

riwayat penggunaan diuretic, dengan tanda berat badan normal

atau obesitas, adanya oedem.

6) Neurosensori: Gejala yang sering muncul pada pasien hipertensi

dengan keluhan pusing, sakit kepala sub oksipital, gangguan

penglihatan, orientasi, proses berpikir, memori, perubahan retina

optic, Respon motoric yang muncul penurunan kekuatan

genggaman tangan
23

7) Nyeri/ketidaknyamanan: Gejala yang muncul nyeri hilang

timbul pada tungkai, nyeri abdomen/massa

8) Pernafasan: Gejala yang muncul berkaitan dengan aktifitas/kerja

yaitu takipnea, batuk dengan/tanpa sputum, adanya riwayat

merokok dengan tanda bunyi nafas tambahan, sianosis, distress

respirasi/penggunaan alat bantu pernafasan

9) Keamanan: Gejala yang dapat muncul pada gangguan

koordinasi, yaitu cara berjalan.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Standart diagnosa keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa

keperawatan pasien yang mengalami hipertensi adalah sebagai berikut:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (SDKI

D.0077)

2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload

(SDKI D.0008)

3) Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan natrium (SDKI

D.0022)

4) Resiko cedera (SDKI D.0136)

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (SDKI D.0056)

6) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(SDKI D.0111)
24

2.3.3 Perencanaan Keperawatan

Menurut SDKI bahwa intervensi keperawatan yang diberikan sesuai

diagnosa diatas adalah sebagai berikut:

1) Untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis bertujuan untuk menurunkan tingkat nyeri dalam waktu

3x24jam dengan kriteria hasil: Keluhan nyeri menurun. Intervensi

yang dapat dilakukan adalah:

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan

intensitas nyeri

b. Identifikasi skala nyeri

c. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

d. Berikan teknik yarik nafas dalam untuk memngurangi nyeri

e. Fasilitasi kebutuhan istirahat dan tidur

f. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri

2) Untuk masalah Penurunan curah jantung berhubungan dengan

perubahan afterload bertujuan untuk menurunkan tekanan darah

dengan cara melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan hasil: Tekanan darah menurun, Palpitasi menurun, Lelah

menurun. Intervensi yang dilakukan adalah:

a. Lakukan identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah

jantung

b. Pantau tekanan darah

c. kolaborasi dengan ahli gizi


25

d. Beri posisi yanag nyaman

e. Anjurkan beraktivitass fisik sesuai toleransi

f. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap

3) Masalah pada Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan

natrium, bertujuan untuk menurunkan edama dengan melakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan harapan

keseimbangan cairan meningkat. Kriteria hasil edema menurun,

asites menurun. dengan hipertensi yang dapat dilakukan sebagai

berikut:

1) Identifikasi penyebab hypervolemia

2) Batasi asupan garam

3) Batasi pemberian cairan

4) Kolaborasi pemberian deuretik.

4) Masalah Resiko cedera bertujuan untuk menurunkan resiko cedera

dengan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil:

Kejadian cedera/jatuh menurun, Luka/lecet menurun, Perdarahan

menurun. Intervensi yang dapat dilakukan:

1) Identifikasi kebutuhan keselamatan

2) jauhkan benda-benda berbahaya

3) Modifikassi lingkungan untuk meminimalkan resiko jatuh

4) Gunakan perangkat pelindung

5) Masalah pada Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

fisik. Bertujuan untuk dapat melakukan aktivitas secara bertahap,


26

dengan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan hasil yang

diharapkan, meningkatkan aktivitas sehari-hari, lelah berkurang,

kekuatan tubuh meningkat. Intervensi dapat dilakukan sebagai

berikut:

1) Kaji kemampuan respon pasien terhadap aktivitas.

2) Instruksikan klien tentang teknik penghematan energi.

3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan

diri bertahap jika dapat ditoleransi.

4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan.

5) Pantau tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan

aktivitas

6) Masalah pada Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpapar sumber informasi dilakukan dengan tujuan tingkat

pengetahuan membaik setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam maka hasil yang diharapkan: Perilaku sesuai

anjuran meningkat, Kemampuan menjelaskan suatu topik

meningkat.

Intervensi yang dilakukan:

1) Kaji pengetahuan pasien tentang hipertensi.

2) Jelaskan tentang hipertensi dan komplikasi.

3) Bantu pasien untuk membuat jadwal minum obat dengan

teratur

4) Evaluasi kembali penjelasan yang disampaikan.


27

2.3.4 Tahan Implementasi

Pada tahap ini penulis akan membahas implementasi dari perencanaan yang

sudah dilakukan. Menurut PPNI (2019) implementasi keperawatan

merupakan perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat

mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi dimulai

setelah intervensi disusun dengan tujuan untuk membantu klien mencapai

tujuan yang diharapakan. Implementasi keperawatan dapat berjalan dengan

baik jika klien memiliki keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan

implemantasi keperawatan.

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan,

intervensi dan implementasi yang dilakukan sudah berhasil dicapai. Melalui

evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama

tahap pengkajian, analisa data, intervensi dan implementasi (PPNI, 2019).

Menurut Asmadi, 2008 komponen catatan perkembangan, antara lain

sebagai berikut: Kartu SOAP (data subjektif, data objektif,

analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat dipakai untuk

mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.

S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien,

kecuali pada klien yang afasia.


28

O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi

perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik,

tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.

A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul

kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi

diagnosis atau masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu

(teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga perlu

tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu, seing

memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan

diagnosis, rencana, dan tindakan.

P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang

pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun

yang akan dating (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan

tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini

berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan priode yang telah

ditentukan.
BAB 3

LAPORAN KASUS

Bab ini penulis akan membahas proses keperawatan meliputi pengkajian

fisik, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, evaluasi, dan

dokumentasi keperawatan.

3.1 Pengkajian

3.1.1 Indentitas Klien

Nama : Tn. J

Tempat/ tanggal lahir : Medan, 29 Agustus 1971

Jenis Kelamin : Pria

Usia : 69 Tahun

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Kamar : Anggrek 7

Diagnosa : Hipertensi berat

Alamat : Jln. Kapten Muslim Medan

Tanggal rawatan : 05-08 2023

3.1.2 Identitas Penanggung Jawab

Nama penanggung jawab : Ny.P

Hubungan dengan klien : Anak

Alamat : Jl. Kapten Muslim Medan

29
30

3.1.3 Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Keluhan utama yang dikatakan pasien saat dilakukan pengkajian pada

tanggal 05-08-2023 Tn. J mengeluh sering merasa pusing dan nyeri pada

leher seperti tertusuk dan dipukuli, nyeri yang dirasakan Tn. J hilang

timbul, BAB kehitaman, mual muntah.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Tn. J mengatakan sudah 15 tahun memiliki sakit hipertensi dan rutin

meminum obat Amlodipin 1x5mg, Asam mefenamat 3x500mg.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tn. J mengatakan bahwa Istrinya sudah meninggal dikarenakan

kecelakaan 6 tahun yang lalu.


31

3.1.4 Genogram

Komposisi keluarga menggunakan Genogram 3 generasi (Gambar)

Keluarga Tn.J Keluarga Ny.Z

Keluarga inti

Tn.J dan Ny.Z

Ny.P

Keterangan :

: Laki-Laki masih hidup

Ny.P : Perempuan masih hidup

: Laki-Laki Sudah Meninggal

: Perempuan Sudah Meninggal

: Tinggal Serumah
: Pasien
32

3.1.5 Pola Aktivitas Sehari-hari

Pola aktivitas pasien sehari-hari dapat dilihat pada tabel 3.1

Kegiatan Di Rumah Di Rumah Sakit


Nutrisi :
Jenis Nasi, sayur, serta Reguler
makanan-makanan yang
berlemak.
Frekuensi 2-3 kali sehari 3 kali sehari (makan ½
porsi
Minum 500-1000 liter/H 1,5-2 liter/H

Gangguan Tidak ada Tidak ada


Selera makan Sangat baik Cukup baik
Eliminasi
Urine : 5-8 x/hari 6-9 x/hari
Frekuensi Kuning pekat Kuning pekat
Warna Tidak ada Tidak ada
Kesulitan

Feses :
Frekuensi 1x per 1-2 hari Selama dirawat di RSA
Konsistensi Keras masih 1 x BAB
Warna kehitaman Coklat

Tidur :

Tidur malam 22.00-05.00 (7 jam) 22.00-05.00 (7 jam)


Tidur siang 15-30 menit (tidak ± 1 jam
Gangguan Rutin) Terbangun-bangun
Tidak ada
Personal Hygiene :

Mandi 2 kali / hari 1 kali / hari


Gosok gigi 2 kali / hari 2 kali / hari
Keramas 2 kali seminggu -
Ganti Pakaian 1 kali / hari 1 kali / hari
Kebiasaan Tidak merokok dan tidak Tidak ada
minum alcohol. Pasien
rutin minum teh/kopi
setiap pagi.

Psikologis Pasien tampak tenang Pasien tampak tenang

Sosial & Spiritual Pasien dapat melakukan Pasien dapat melakukan


33

ibadah secara rutin ibadah dan solat


seperti solat lima waktu. ditempat tidur

3.1.6 Status Fisiologi

1) Postur tulang belakang Tn. J yaitu sedikit membungkuk

2) Tanda-tanda vital dan status gizi

a. Suhu : 36,3°C

b. Tekanan Darah : 200/100 mmHg

c. Nadi : 99 x/menit

d. Respirasi : 23 x/menit

e. Berat Badan : 76 kg

f. Tinggi badan : 168 cm

3.1.7 Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

1) Kepala

Kepala Tn. J berbentuk simetris, bersih dan tidak ada benjolan, tidak ada

luka. Rambut bersih didominanin berwarna putih dengan rambut pendek.

2) Mata

Mata Tn. J conjungtiva tampak anemis, penglihatan kabur, tidak ada

kemerahan dikedua mata.

3) Hidung

Hidung Tn.J berbentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada gangguan

penciuman.

4) Mulut dan Tenggorokan


34

Kebersihan mulut Tn.J baik, mukosa bibir kering dan pecah-pecah, tidak

ada gangguan menelan.

5) Telinga

Kebersihan telinga baik, dan tidak ada gangguan pendengaran

6) Leher

Leher Tn.J tidak ditemukan pembesaran tyroid, dan tidak ad pembesaran

vena jugularis

7) Dada

Bentuk dada simetris, tidak tampak retraksi dada, tidak terdapat ronchi dan

wheezing.

8) Abdomen

Abdomen Tn.J normal, tidak terdapat nyeri tekan, bising usus 12x/menit,

tidak ada massa, tidak ada distensi abdomen.

9) Genetalia

Area Genetalia Tn.J terjaga bersih, ada rambut pubis, tidak ada hemoroid.

10) Ekstremitas

Tn. J tidak ditemukan fraktur. Tn.J memakai alat bantu untuk berjalan,

tidak ada tremor, postur tubuh normal, tidak ada edema.

11) Integumen

Warna kulit Tn.J berwarna sawo matang, hangat, kulit lembab.


35

12) Sistem Neurologis

GCS : E4V5M6, pemeriksaan CRT <2detik, jari-jari dapat digerakkan,

pasien dapat merasakan sensasi dari sentuhan yang perawat berikan dan

akral hangat.

Pengkajian nervous:

a. NI : Tn. J dapat mencium bau minyak kayu putih.

b. NII : Lapang pandang +/+

c. NIII, NIV, NVI : Pupil mengecil saat terkena cahaya, lapang

pandang luas

d. NV : Reflek kornea langsung

e. NVII : Tn. J dapat mendengarkan suara gesekan jari pada

kedua telinga.

f. NIX, NX : Reflek menelan +

g. NXI : Sternokleidomastoid terlihat

h. NXII : Lidah simetris.

13) Psikososial

Klien tidak merasa cemas, tidak depresi, tidak ketakutan, tidak insomnia,

tidak kesulitan dalam mengambil keputusan, tidak kesulitan konsentrasi,

mekanisme koping klien mengatakan ketika mendapat masalah meminta

kemudahan dengan sholat.


36

14) Spiritual

Aktivitas ibadah klien beragama islam klien berdoa dan tidak bisa

melakukan sholat secara normal (sholat sambil duduk). klien mengatakan

kesulitan berdiri dan harus pelan pelan saat berdiri maupun duduk.

aktivitas rekreasi klien adalah menonton TV.

15) Status Fungsional (kemandirian) menggunakan Barthel’s indeks

Kemampuan makan mandiri dengan skor 5 berpindah dari kursi roda ke

tempat tidur atau sebaliknya mandiri dengan skor 10, personal toilet

meliputi cuci muka, menysir rambut, gosok gigi mandiri dengan skor 0,

keluar masuk toilet meliputi mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram

mandiri dengan skor 5, mandi mandiri dengan skor 5, berjalan

dipermukaan datar mandiri dengan skor 5, naik turun tangga mandiri

dengan skor 5, mengenakan pakaian secara mandiri dengan skor 5, control

BAB mandiri dengan skor 10, control BAK mandiri dengan skor 10. Skor

yang didapat yaitu 60 poin, dengan interpretasi ketergantungan sebagian.

16) Aspek kognitif

Aspek kognitif menggunakan penilaian MMSE hasil yang didapat sebagai

berikut, orientasi dengan kriteria dapat menyebutkan tahun, hari,musim,

bulan serta tanggal klien mendapat skor 5. aspek kognitif orientasi tempat

klien dapat menyebutkan dimana sekarang klien berada yaitu negara,

propinsi, kabupaten/kota, rumah sakit, wisma dengan skor 5. aspek

kognitif registrasi klien dapat menyebutkan 3 nama objek (kursi, meja,

kertas) dengan skor 3. aspek kognitif perhatian dan kalkulasi klien dapat
37

berhitung mulai dari 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 tingkat (93, 86,

79, 72, 65) dengan skor 5. aspek kognitif mengingat klien dapat

mengulangi ketiga objek dengan skor 3. aspek kognitif bahasa pasien

dapat menjawab pertanyaan yang diajukan perawat dengan skor 9. Total

skor yaitu 30 dengan interpretasi hasil tidak ada gangguan kognitif.

17) Pengkajian Depresi

Pemeriksaan dilakukan dengan teknik pemeriksaan Geriatric Depression

Scale. Klien puas dengan kehidupannya dengan skor 0, klien tidak merasa

bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan dengan skor 0, klien tidak

merasa bahwa hidup hampa atau kosong dengan skor 0, klien sering

merasa bosan degan skor 1, klien memiliki motivasi yang baik sepanjang

waktu dengan skor 0, klien tidak takut ada sesuatu yang buruk terjadi

dengan skor 0, klien lebih merasa bahagia di sepanjang waktu dengan skor

0, klien tidak merasakan butuh bantuan dengan skor 0, klien lebih senang

tinggal dirumah daripada keluar melakukan sesuatu hal dengan skor 1,

klien tidak merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan dengan skor

0, klien menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa dengan skor 0,

klien merasa tidak berpikiran bahwa klien tidak tertarik dengan jalan

hidupnya dengan skor 0, klien tidak merasa dirinya sangat

energik/bersemangat dengan skor 0, klien merasa tidak punya harapan

dengan skor 1, klien berfikir bahwa orang lain lebih baik dari dirinya

dengan skor 1. Total skor yaitu 4 dengan interpretasi hasil klien tidak

depresi.
38

18) Fungsi Sosial Lansia

No Fungsi TP KK S
1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali √
bersama teman
teman/ keluarga saya untuk membantu pada
waktu sesuatu menyusahkan saya
2 Paetherenship Saya puas dengan cara teman teman/ kelu- √
arga saya membicarakan dan mendukung
keinginanan saya
untuk melakukan aktivitas
3 Growth Saya puas bahwa teman teman/ keluarga √
saya menerima dan mendukung keinginan
saya melakukan
aktivitas
4 Affection Saya puas bahwa teman teman/ keluarga √
saya
mengekspresikan efek dan meresepon ter-
hadap emosi emosi saya seperti marah,
sedih atau mencintai
5 Resolve Saya puas dengan cara teman teman/ √
keluarga saya dan saya menyediakan
waktu bersama sama
Total 9
Kesimpulan: 9 yang berarti fungsi social baik
39

3.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium Tn.J dapat dilihat pada tabel Tabel 3.2

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium (05-08-23)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi

Imunoglobulin
Rapid Tes Negatif Negatif Normal
Antigen SARS-
CoV-2
Darah Lengkap
Hemoglobin 7,0 P: 13-18 W:12-16 Menurun
Lekosit 10.620 5.000-10.000 Meningkat
Laju Endap Darah 49 P<15 W<20 Normal
Jumlah Trobosit 314.000 150.000-450.000 Normal
Hematokrit 19,2 P: 39-54 W: 36-47 Normal
Eritrosit 2,23 P: 4,50-6,50 W: 3,80- Normal
5,80
MCV 85,8 76-96 Normal
MCH 31,4 27-32 Normal
MCHC 36,6 30-35 Normal
RDW 12,6 11.50-14.50 Normal
PDW 15,6 10-18 Normal
MPV 7,4 6.50-9.50 Normal
PCT 0,233 0.100-0.500 Normal
Eosinofil 15 1-3 Normal
Basofil 0 0-1 Normal
Neutrofil Batang 1 2-6 Normal
Neutrofil Segmen 71 50-70 Normal
Limfosit 10 20-40 Normal
Monosit 3 2-8 Normal
Hasil Fall Ginjal
Ureum 202 15-43 Meningkat
Creatinin 12,0 L : 0,9 W :0,6-1,1 Meningkat
Gula Darah
KGD Random 111 50-150 Normal
Elektrolit
Natrium 137 136-145 Normal
Kalium 4,9 3,5-5,1 Normal
Clorida 97 97-111 Normal
40

2. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi pada Tn.J yang dilakukan adalah sebagai berikut

1) Foto Thorax :Kardiomegali (05-08-2023)

3.1.9 Medikasi

Medikasi atau terapi yang yang diberikan oleh dokter selama perawatan di

rumah sakit dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Medikasi klien

Nama Obat Dosis Indikasi


Amlodipine 1x5mg Menurunkan tekanan darah
Membantu memenuhi kebutuhan
Vit. B Complek 1x1
vitamin B kompleks pada tubuh
Asam Mefenamat 3 x500mg Membantu meredakan nyeri
Inj. Furosemide 2 amp esktra Menurunkan tekanan darah,
serangan jantung
Bicnat 3x2 Mengurangi asam lambung
Asam Folat 2x1 Menaikkan HB
Curcuma 3x1 Manjaga daya tahan tubuh,
memperbaiki nafsu makan
Kidmin 1fls/h Memenuhi kebutuhan asam amino
pada pasien gangguan ginjal yang
mengalami hipoproteinemia dan
malnutrisi
Inj.Ondansentron 8mg/8jam Pencegahan mual dan muntah
Inj.Ranitidin 1 amp/12jam Mengatasi nyeri lambung atau nyeri
ulu hati (tukak lambung)
Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam Mengobati dan mencegah infeksi
bakteri

3.2 Analisa Data

Setelah melakukan pengkajian, penulis membuat analisa data. Data-data yang

ditemukan baik subjektif dan objektif yang dapat dilihat dalam tabel 3.4 dibawah

ini.
41

Tabel 3.4 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 DS : Agen pencedera Nyeri akut
Fisiologi
- Tn. J mengatakan bahwa
dirinya merasakan nyeri
kepala
DO
:
P : Tekanan darah tinggi
Q ; Seperti tertekan
R : Kepala bagian be-
lakang
S : Skala 5 (1-10)
T : Hilang timbul
- TD : 200/100 mmHg
2 DS : Tn. J mengatakan Penurunan konsentrasi Perfusi perifer tidak
lemah, pusing dan BAB Hemoglobin efektif SDKI, D.0009
kehitaman Hal. 37
DO :
 Pasien tampak
lemah HB 7,0
gr/dL
 Pasien mengantuk
 CRT >2 detik
 Konjungtiva ane-
mis
 Akral dingin
 Warna kulit pucat
3 Ds : Pasien mengatakan Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
badannya terasa lemas aktivitas SDKI, D.0056 Hal. 128
sejak 2 hari, dan pusing
Do :
TD: 180/90
N:86x/mnt
S:36,5oC
RR: 20x/mnt
Spo2 : 95 %
42

3.3 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data pada tabel 3.4, maka dapat diangkat diagnosa

keperawatan:

1) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik D.0077 Hal 172

2) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin (SDKI,

D.0009)

3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (SDKI D.0056, hal 128)


43

3.4 Intervensi

Rencana atau intervensi keperawatan merupakan segala cara yang dilakukan oleh seorang perawat yang didasarkan oleh ilmu

pengetahuan serta penilaian klinis untuk mencapai tujuan yang diharapkan (PPNI, 2019). Intervensi keperawatan yang diberikan

kepada Tn.J dapat dilihat pada tabel 3.5

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1 Nyeri akut pencedera Tujuan: Setelah dilakukan Majaemen Nyeri (SIKI, 1.08238
fisik D.0077 Hal 172 intervensi selama 3 x 24 jam, hal 201) : Observasi
maka nyeri menurun dengan 1. Identifikasi lokasi nyeri, skala nyeri,
kriteria hasil (SLKI, L.0077 hal kualitas dan frekuensi nyeri
172) : 2. Kaji faktor yang memperberat dan mem-
peringan nyeri
1. Skala nyeri menurun 3. Kaji pengetahuan tentang nyeri
2. Tidak meringis 4. Pantau efek samping penggunaan analgesik
3. Gelisah berkurang Terapeutik
1. Ajarkan tehnik relaksasi
4. Pola napas membaik 2. Batasi pengunjung dan beri posisi
5. Tekanan darah membaik nyaman
Edukasi
 Jelaskan penyebab nyeri dan pemicu nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
44

2 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam 1. Periksa sirkulasi perifer
efektif b/d penurunan diharapkan perfusi perifer meningkat 2. Indikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
konsentrasi hemoglobin dengan kriteria hasil : 3. Lakukan hidrasi
(SDKI, D.0009) (SLKI, Hal. 37) 4. Pantau suhu badan, dan ekstremitas bawah
1. Tidak pucat 5. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang
2. Pengisian kapiler membaik diperlukan
3. Akral hangat
4. Turgor kulit membaik
3 Intoleransi aktivitas b.d Tujuan: Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi (SIKI 1.05178 hal 176) :
kelemahan (SDKI selama 3 x 24 jam, maka toleransi aktivitas Observasi
D.0056, hal 128) meningkat dengan kriteria hasil (SLKI, 1. kaji gangguan fungsi tubuh yang mengaki-
L.05047 hal 149): batkan kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat 2. Pantau kelelahan fisik dan emosional
2. Tidak mudah lelah 3. Monitor jam tidur
3. Dispneu saat/setelah aktivitas menu- 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
run melakukan aktivitas
4. Saturasi oksigen meningkat Terapeutik
5. Dapat melakukan aktivitas sehari-hari 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stim-
6. Tekanan darah membaik ulus
2. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
3. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika tidak
dapat berpindah/berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas bertahap
3. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
45

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara


meningkatkan asupan makanan

3.5 Catatan Perkembangan

Catatan perkembangan pasien selama perawatan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6 Catatan Perkembangan

Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi


Hari 1 Nyeri akut b.d agen Pukul 11.30Wib Pukul 11.30 Wib
Minggu/ 06- pencedera fisiologis  Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S: Klien mengatakan nyeri pada bagian
08-2023 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas ny-  belakang kepala (tengkuk).
eri. (lokasi nyeri di kepala bagian be-  Klien mengatakan nyeri timbul
lakang, frekuensi sewaktu, seperti di- ketika mengubah posisi dan
tusuk-tusuk, timbul ketika mengubah po- memberat ketika beraktivitas be-
sisi dan memberat ketika beraktivitas be- rat.
rat).  Klien mengatakan nyeri kepala
 Mengidentifikasi skala nyeri. (menggu- sudah timbul lama.
nakan skala nyeri Visual Analog Scale /  Klien mengatakan nyeri seperti
VAS dengan skor nyeri skala 6 nyeri ditusuk-tusuk.
sedang). O:
 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal.  Klien tampak meringis kesaki-
(terlihat meringis kesakitan dan gelisah). tan.
 Mengidentifikasi pengetahuan dan keyak-  Klien tampak gelisah dan tidak
inan tentang nyeri. (Klien tidak tahu cara tenang.
mengatasi masalah nyeri yang dialami).  Skala nyeri 6 (nyeri sedang).
46

 Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada  Keadaan umum: lemah, ke-


kualitas hidup. (klien mengatakan men- sadaran composmenti
galami kesulitan akibat nyeri yang di-  dengan GCS E4 V5 M6; obser-
alami mengakibatkan ketidaknyamanan vasi TTV TD 170/90 mmHg, N :
pada saat beraktifitas). 95 x/i, RR: 23x/i, SPO2 : 96%,
 Memberikan teknik nonfarmakologis un- Suhu : 36,9 0C; terpasang infus
tuk mengurangi rasa nyeri. (Mengajarkan ditangan sebelah kiri
teknik relaksasi dan distraksi yaitu men-  Terapi: Inj. Ketorolac 1 amp/
gajak berbicara, menonton TV, membaca 12 jam.
buku/majalah. A: Nyeri akut
 Mengontrol lingkungan yang memper- P: Intervensi dilanjutkan dengan
berat rasa nyeri (misalnya suhu ruangan, diharapkan 2x24 jam, klien dapat
pencahayaan, dan kebisingan) (mengatur mencapai:
suhu ruangan, pencahayaan dan memini-  Memonitor nyeri (lokasi, karakter-
malkan keributan dengan mengurangi istik, durasi, frekuensi, kualitas,
keluarga yang menjeguk). intensitas nyeri, skala nyeri).
 Memonitor respon non verbal.
 Memonitor TTV.
 Memberikan terapi farmakologis
dan nonfarmakologis.
Perfusi perifer tidak Pukul 13.00 Pukul 13.00
efektif b/d penurunan 1. Memeriksa Sirkulasi Perifer dengan S:
konsentrasi hemoglobin Hasil : CRT >2 detik 1. Pasien mengatakan masih
(SDKI, D.0009) 2. Mengindikasi faktor resiko gangguan merasa pusing
sirkulasi contoh: kram otot, ekstremi- 2. Pasien mengatakan badan
tas terasa dingin tidak memiliki tenaga, lemas
3. Menganjurkan pasien minum 8 gelas O:
perhari 1. CRT >2 detik
47

4. Memonitor panas, kemerahan, nyeri 2. Akral dingin


atau bengkak pada eksremitas 3. Warna kulit pucat
5. Memonitor hasil labolatorium yang 4. Turgor kulit menurun
di perlukan 5. Pasien minum 5 gelas
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
Intoleransi aktivitas b.d Pukul 13.30 Pukul 13.30
kelemahan (SDKI 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi S : Pasien mengatakan badannya
D.0056, hal 128) tubuh yang mengakibatkan kelelahan masih terasa lemas
2. Memonitor kelelahan fisik dan men- O:
gontrol emosional TTV :
3. Monitor pola dan jam tidur TD: 150/80 mmHg
4. Menyediakan lingkungan nyaman N:86 x/mnt
dan rendah stimulus S:37,5oC
5. Mengajarkan rentang gerak fasif dan RR: 20x/mnt
atau aktif Spo2 : 96 %
6. Menganjurkan tirah baring Pasien terlihat lebih rileks
7. Menganjurkan melakukan aktivitas A : Masalah belum teratasi
bertahap P : Intervensi 1,2,3,4,5,6,7 dilanjutkan
Hari ke 2 Nyeri akut b.d agen Pukul 11.30Wib Pukul 11.30 Wib
Senin/07-08- pencedera fisiologis  Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S: Klien mengatakan nyeri pada bagian
2023 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas ny-  belakang kepala (tengkuk).
eri. (lokasi nyeri di kepala bagian be-  Klien mengatakan nyeri timbul
lakang, frekuensi sewaktu, seperti di- ketika mengubah posisi dan
tusuk-tusuk, timbul ketika mengubah po- memberat ketika beraktivitas be-
sisi dan memberat ketika beraktivitas be- rat.
rat).  Klien mengatakan nyeri kepala
 Mengidentifikasi skala nyeri. (menggu- sudah timbul lama.
48

nakan skala nyeri Visual Analog Scale /  Klien mengatakan nyeri seperti
VAS dengan skor nyeri skala 6 nyeri ditusuk-tusuk.
sedang). O:
 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal.  Klien tampak meringis kesaki-
(terlihat meringis kesakitan dan gelisah). tan.
 Mengidentifikasi pengetahuan dan keyak-  Klien tampak gelisah dan tidak
inan tentang nyeri. (Klien tidak tahu cara tenang.
mengatasi masalah nyeri yang dialami).  Skala nyeri 6 (nyeri sedang).
 Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada  Keadaan umum: lemah, ke-
kualitas hidup. (klien mengatakan men- sadaran composmenti
galami kesulitan akibat nyeri yang di-  dengan GCS E4 V5 M6; obser-
alami mengakibatkan ketidaknyamanan vasi TTV TD 150/90 mmHg, N :
pada saat beraktifitas). 85 x/i, RR: 22x/i, SPO2 : 97%,
 Memberikan teknik nonfarmakologis un- Suhu : 360C; terpasang infus di-
tuk mengurangi rasa nyeri. (Mengajarkan tangan sebelah kiri dan
teknik relaksasi dan distraksi yaitu men-  Terapi: Inj. Ketorolac 1 amp/
gajak berbicara, menonton TV, membaca 12 jam.
buku/majalah. A: Nyeri akut
 Mengontrol lingkungan yang memper- P: Intervensi dilanjutkan dengan
berat rasa nyeri (misalnya suhu ruangan, diharapkan 3x24 jam, klien dapat
pencahayaan, dan kebisingan) (mengatur mencapai:
suhu ruangan, pencahayaan dan memini-  Memonitor nyeri (lokasi, karakter-
malkan keributan dengan mengurangi istik, durasi, frekuensi, kualitas,
keluarga yang menjeguk). intensitas nyeri, skala nyeri).
 Memonitor respon non verbal.
 Memonitor TTV.
 Memberikan terapi farmakologis
49

dan nonfarmakologis.
Perfusi perifer tidak Pukul 13.00 Pukul 13.00
efektif b/d penurunan  Memeriksa Sirkulasi Perifer Hasil : S:
konsentrasi hemoglobin CRT >2 detik 1. Pasien mengatakan pusing
(SDKI, D.0009)  Menganjurkan pasien minum 8 gelas berkurang
perhari 2. Pasien mengatakan badan mu-
 Memonitor panas, kemerahan, nyeri lai memiliki tenaga
atau bengkak pada eksremitas O:
1. CRT <2 detik
2. Akral hangat
3. Turgor kulit membaik
4. Pasien minum 6 gelas /
hari
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3
Intoleransi aktivitas b.d Pukul 13.30 Pukul 13.30
kelemahan (SDKI  Mengidentifikasi gangguan fungsi S:
D.0056, hal 128) tubuh yang mengakibatkan kelela- 1. Pasien mengatakan kesehatan-
han nya sudah lebih baik
 Monitor pola dan jam tidur 2. Pasien mengatakan tidak
 Menyediakan lingkungan nyaman merasa sesak setelah beraktifi-
 Periksa ketegangan otot, frekuensi tas
nadi, tekanan darah, dan suhu se- O:
belum dan sesudah latihan 1. TTV :
 Mendemonstrasikan dan latih TD: 120/80 mmHg
teknik relaksasi Nafas dalam N:86 x/mnt
S:36,5oC
RR: 20x/mnt
50

Spo2 : 98 %
2. Pasien tampak lebih rileks
3. Pasien rutin melakukan latihan
ROM dengan semangat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
dengan edukasi tehnik
relaksasi
Hari ke 3 Nyeri akut b.d agen Pukul 11.30 Wib Pukul 11.30 Wib
Selasa/08-08- pencedera fisiologis  Melanjutkan kembali identifikasi S:
2023 yang telah dilakukan hari sebelum-  Pasien mengatakan nyeri pada
nya tengkuk dank kepala msih
 Mengidentifikasi kembali lokasi, terasa
frekuensi, kualitas nyeri  Nyeri yang dirasa seperti
 Mengidentifikasi kembali respon ny- tertimpa beban berat dan terasa
eri non verbal panas
 Mengidentifikasi kembali skala nyeri O:
 Menjelaskan kembali teknik non far-  Pasien tampak meringis
makologis relaksasi nafas dalam  Skala nyeri 3 (0-10)
kepada pasien  Pasien tampak melakukan tarik
 Menyarankan kembali untuk nafas dalam
melanjutkan terapi analgesik yang  Pasien mengatakan akan terus
sudah pernah di lakukan sebelum- minum obat sesuai anjuran
nya dokter.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Perfusi perifer tidak Pukul 13.00 Pukul 13.00
efektif b/d penurunan  Memeriksa Sirkulasi Perifer Hasil : S:
51

konsentrasi hemoglobin CRT >2 detik 1. Pasien mengatakan pusing su-


(SDKI, D.0009)  Melakukan hidrasi dengan men- dah jauh berkurang
ganjurkan pasien minum 8 gelas per- 2. Pasien mengatakan ingin
hari Hasil : pasien biasa minum ku- segera pulang karena sudah
rang dari 8 gelas per hari lebih baik
O:
1. CRT <2 detik
2. Akral hangat
3. Warna kulit kemerahan
4. Turgor kulit membaik
5. Minum 8 gelas /hari
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
dengan memberikan edukasi
tentang pencegahan anemia
Hari ke 4 Nyeri akut b.d agen Pukul 10.20 Wib Pukul 10.20 Wib
Rabu/ 09-08- pencedera fisiologis  Mengidentifikasi kembali respon ny- S: -
2023 eri non verbal O:
 Mengidentifikasi kembali skala nyeri  Pasien tampak tenang
 Menjelaskan kembali teknik non far-  Pasien bisa melakukan tarik
makologis relaksasi nafas dalam nafas dalam dengan mandiri
kepada pasien dengan cara posisikan  Pasien mengatakan akan terus
pasien telentang minum obat sesuai anjuran
dokter.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi diberhentikan, Pasien
diperbolehkan pulang
52
53

3.6 Pendidikan Kesehatan

Pengetahuan merupakan langkah awal untuk merubah perilaku

seseorang, terutama dalam bidang kesehatan. Jika individu tidak

mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatannya,

maka perubahan perilaku sulit untuk dilaksanakan (Rasmussen, 2018).

Pengetahuan juga merupakan strategi kesehatan untuk mengubah

keyakinan individu tentang suatu hal atau merubah perilaku (Gross, 2012).

Pengetahuan saja tidak cukup untuk mengubah perilaku seseorang

secara permanen, diperlukan beberapa komponen lain untuk merubah

perilaku misalnya dukungan sosial di sekitar individu (Rasmussen,

2018). Namun bagaimanapun pengetahuan sangat penting diberikan

kepada masyarakat. Sangat penting untuk menjelaskan kepada

masyarakat mengapa mengubah perilaku itu penting untuk dilakukan.

Misalnya memahami risiko kesehatan terkait dengan hipertensi untuk

membuat keputusan mengkonsumsi makanan yang sehat dan rutin

memeriksakan kesehatan jika ada tanda gejala hipertensi (Arlinghaus &

Johnston, 2018).

Terdapat beberapa jenis pengetahuan, antara lain; pengetahuan atau

informasi umum, pengetahuan untuk meningkatkan kesadaran, dan

pengetahuan untuk meningkatkan keterampilan. Misalnya, kebanyakan

orang tahu bahwa penting untuk mematuhi rekomendasi pengobatan

hipertensi. Terdapat beberapa orang yang membuat keputusan tentang

pentingnya terus minum obat. Setelah mengkonsumsi beberapa obat, suatu


54

saat mungkin merasa lebih baik dan tidak lagi menganggap penting

untuk terus mengkonsumsi obat-obatan hipertensi. Orang tersebut saat

itu tidak memiliki keterampilan untuk mematuhi aturan tersebut dalam

jangka panjang. Misalnya, mereka mungkin lupa minum obat secara

teratur. Bagi individu-individu ini, pengetahuan lebih diperlukan untuk

meningkatkan kesadaran tentang pentingnya dan untuk memberikan

pelatihan tentang bagaimana melakukannya dengan sukses. Setelah gejala

mereda, pengetahuan umum bahwa mereka harus terus minum obat sesuai

anjuran tidak cukup. Tingkat kesadaran yang lebih tinggi tentang

mengapa melakukan rekomendasi untuk meningkatkan kesehatan secara

pribadi penting bagi individu itu untuk melanjutkan. Mereka yang berulang

kali lupa minum obat mungkin perlu dilatih tentang cara mengembangkan

sistem untuk membantu mereka mengingat minum obat. Masyarakat

perlu memahami sepenuhnya mengapa perubahan perlu dilakukan dan

bagaimana melakukan perubahan itu (Arlinghaus & Johnston, 2018).

Berdasarkan perencanaan yang sudah dilakukan pada Tn.J penulis juga

memberikan edukasi secara verbal kepada klien dan keluarga cara mencegah

hipertensi, yaitu: pentingnya melakukan pemeriksaan tekanan darah secara

rutin, menghindari makanan siap saji, menjaga pola makan, pentingnya

minum obat, pentingya suport keluarga kepada Tn.J untuk meningkatkan

kualitas kesehatannya.
55
BAB 4

PEMBAHASAN

Bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan gerontik dengan

diagnose medis hipertensi diruang Anggrek Rumah Sakit Advent Medan. Adapun

masalah tersebut berupa kesenjangan antara teori dan pelaksanaan praktik secara

langsung meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi keperawatan.

Masalah yang penulis temukan selama melaksanakan Asuhan Keperawatan

Gerontik Pada Tn. J dengan Masalah Hipertensi di ruang medikal bedah R S

Advent Medan sebagai berikut :

4.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan cara anamnesa pada klien, melakukan

pemeriksaan fisik, melakukan pemeriksaan dengan latihan fisik, dan

mendapatkan data dari waancara dan observasi pasien. pada dasarnya

pengkajian dengan tinjauan kasus tidak banyak kesenjangan, namun

gambaran klinis yang ada pada tinjauan Pustaka tidak semua dialami oleh

pasien.

Data yang didapatkan pada klien berinisial Tn. J, berusia 69 tahun. Klien

tinggal dirumah dengan anak perempuannya yang belum menikah.

Keluhan utama yang dikatakan pasien saat dilakukan pengkajian pada tanggal

05-08-2023 Tn.J mengatakan sering pusing dan nyeri pada leher dengan skala

nyeri 8 dari skala (1-10). Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk dan dipukuli

dengan nyeri yang hilang timbul, BAB kehitaman, mual muntah. Tn. J

55
56

memiliki Riwayat hipertensi sejak 15 tahun yang lalu, klien rutin meminum

obat yaitu Amlodipine 5mg (1x1) dan asam mefenamat 500mg (1x1).

Hipertensi yaitu suatu kondisi atau keadaan dimana seseorang mengalami

kenaikan tekanan darah di atas batas normal yang akan menyebabkan

kesakitan bahkan kematian. seseorang akan dikatakan hipertensi apabila

tekanan darahnya melebihi batas normal, yaitu >140/90 mmHg. tekanan

darah naik apabila terjadinya peningkatan sistole, yang tingginya tergantung

dari masing-masing individu yang terkena, dimana tekanan darah berfluaksi

dalam batas-batas tertentu, umur, dan tingkat stress yang dialami (Fitri

Tambunan et al., 2021).

Penulis berasumsi bahwa pada Tn. J pusing dan nyeri kepala sangat umum

terjadi pada lansia yang mengalami hipertensi, dan berhubungan dengan

morbiditas. Manajemen optimal dilakukan dengan terapi farmakologi yaitu

pemberian amlodipine untuk menurunkan tekanan darah, asam mefenamat

untuk mengurangi nyeri kemudian dilakukan terapi non farmakologi yaitu

senam hipertensi pada lansia hal ini sejalan dengan tinjauan pustaka.

4. 2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa dari pengkajian yang dilakukan pada Tn. J penulis

menetapkan tiga masalah keperawatan yaitu Nyeri akut b/d agen pencedera

fisik, Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin,

Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.

Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Tn. J tidak sama

dengan tinjauan pustaka oleh karena keluhan dan hasil laboratorium yang
57

ditemukan pada Tn. J mengalami penurunan hemoglobin sehingga penulis

memprioritaskan penurunan hemoglobin untuk meningkatkan kualitas

kesehatan klien.

4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

Intervensi dilakukan dengan ONEC yaitu (Observation) yaitu rencana

tindakan mengkaji melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien untuk

memantau secara langsung dan dilakukan secara kontinu, (Nursing) yaitu

rencana tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki dan

mencegah perluasan masalah, (Education) adalah rencana tindakan yang

berbentuk pendidikan kesehatan dan (Colaboration) yaitu tindakan

kerjasama dengan tim kesehatan lain yang dilimpahkan sebagian

pelaksanaannya kepada perawat.

Intervensi yang dilakukan pada Tn. J dengan diagnosa Nyeri akut b/d agen

pencedera fisik yaitu menjelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan

nyeri, menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri, mengajarkan teknik

relaksasi napas dalam saat nyeri muncul, menganjurkan mengurangi kegiatan

yang dapat menimbulkan rasa nyeri dan menganjurkan menggunakan

analgetik secara tepat. Menurut Tomy (2017) bahwa teknik relaksasi napas

dalam berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri pada lansia. Juga

menurut Sitinjak, V. M. (2016) tingkat pengetahuan lansia yang rendah

menimbulkan keterbatasan pengetahuan untuk mencegah, proteksi dini, dan


58

penatalaksanaan nyeri yang tepat guna meningkatkan derajat kesehatan

lansia.

Berdasarkan pernyataan diatas penulis memberikan edukasi manajemen

nyeri bertujuan untuk meningkatkan kemandirian lansia untuk mengetahui

penyebab nyeri, periode, dan strategi meredakan nyeri, memonitor nyeri

secara mandiri, melakuakan teknik relaksasi napas dalam saat nyeri muncul,

mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan rasa nyeri dan menggunakan

analgetik secara tepat.

Pada diagnosa Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi

hemoglobin intervensi yang dilakukan yaitu yaitu periksa sirkulasi perifer,

indikasi faktor resiko gangguan sirkulasi, lakukan hidrasi, monitor panas,

kemerahan, nyeri atau bengkak pada eksremitas.

Pasa diagnosa Intoleransi aktivitas b/d kelemahan intervensi yang dilakukan

yaitu identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan,

monitor kelelahan fisik dan emosional, monitor pola dan jam tidur, monitor

lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, sediakan

lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan),

lakukan rentang gerak fasif dan atau aktif, berikan aktivitas distraksi yang

menenangkan, fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah

atau berjalan, anjurkan tirah baring, anjurkan melakukan aktivitas secara

bertahap, anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan

tidak berkurang, ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan,

kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.


59

4.4 Implementasi

Implementasi yang diberikan penulis kepada Tn. J didapatkan setelah

melakukan intervensi didapatkan hasil nyeri teratasi pada hari ke empat. Pada

diagnosa intoleransi aktivitas b/d kelemahan teratasi hari kedua, sedangkan

perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin teratsi

sebagian pada hari ketiga.

Pada implementasi ini penulis lebih fokus pada edukasi karena nyeri yang

dirasakan oleh Tn. J timbul terutama pada saat tekanan darahnya tinggi.

Selama pemberian implementasi Tn. J mengungkapkan dan dapat

mempraktekkan melakukan teknik relaksasi napas dalam saat nyeri timbul,

Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb

dengan tindakan yang di lakukan kepada pasien adalah memeriksa sirkulasi

perifer dengan menekan ujung kuku, indikasi faktor resiko gangguan sirkulasi

seperti kram otot kaki, telapang tangan dingi, melakukan hidrasi dengan

menganjurkan minum 8 gelas/hari, memonitor panas, kemerahan, nyeri atau

bengkak pada eksremitas, Intoleransi aktivitas b/d kelemahan dengan

tindakan yang di lakukan kepada pasien adalah mengidentifikasi gangguan

fungsi tubuh ekstremitas atas dan bawah yang mengakibatkan kelelahan,

memonitor kelelahan fisik dan emosional, memonitor pola dan jam tidur

dimana pasien hanya tidur 4 jam, memonitor ketidaknyamanan selama

beraktifitas, menyediakan lingkungan yg nyaman dimana mengecek

kebersihan ruanga, melatih ROM tiap 3 jam sekali, memberikan aktivitas

distraksi yang menenagkan dan pasien tampak rileks.


60

4.5 Evaluasi

Pada tahap evaluasi penulis menemukan hasil yang dapat dilihat dan diukur.

Setelah pelaksanaan dari rencana tindakan yang dilakukan, adalah penting

bagi seorang perawat untuk mengevaluasi keefektifan tindakan yang sudah

dilakukan. Pada Tn. J terdapat tiga masalah keperawatan yaitu:

a. Untuk masalah nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis pada awal pengkajian skala nyeri pada Tn. J adalah 8,

dihari kedua skala nyeri hilang timbul, nyeri muncul pada saat

tekanan darah meningkat, pada hari ke-4 masalah nyeri teratasi.

Karena tercapainya tujuan intervensi yaitu Tn. J mampu

mengontrol rasa nyeri saat nyeri timbul dengan hasil yang

ditunjukkan Tn. J mampu melakukan tariknafas dalam saat nyeri

dan Tn. J mendapat terapi Amlodipine 3x5mg dan asam

mefenamat 3x500mg dikonsumsi sesuai resep.

b. Pada masalah keperawatan Perfusi perifer tidak efektif

berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb teratasi sebagian

dihari ketiga. Dimana pada masalah ini tidak adanya pemberian

transfusi oleh karena ureum creatinin yang meningkat, karena pada

umumnya transfusi dilakukan pada saat berlangsungya hemodialis

supaya beban kerja ginjal tidak terlalu berat.

c. Pada masalah Intoleransi aktivitas b/d kelemahan teratasi pada hari

kedua dengan hasil yang didapatkan keadaan umum baik, tidak


61

mengeluh kelelahan setelah beraktifitas. Di dapat TTV pasein TD:

120/80 mmHg, N:86 x/mnt, S:36,5oC, RR: 20x/mnt, Spo2 : 98 %,

Pasien tampak lebih rileks, Pasien rutin melakukan latihan ROM

dengan semangat.
BAB 5

KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan

secara langsung pada pasien dengan kasus Hipertensi di ruang Anggrek rumah

Sakit advent Medan, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan dan saran

yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. J selama empat

hari dari tanggal 06 Agustus 2023 sampai 09 Agustus 2023 ” Asuhan

Keperawatan Gerontik Pada Tn.J Dengan Hipertensi Grade II di Ruang Medikal

Bedah RS Advent Medan” maka dapat diketahui data sebagai berikut:

1) Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 05-08-2023 Tn.J

mengatakan sering pusing dan nyeri pada leher dengan skala nyeri 8 dari

skala (1-10). Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk dan dipukuli dengan

nyeri yang hilang timbul, BAB kehitaman, mual muntah. Tn. J memiliki

Riwayat hipertensi sejak 15 tahun yang lalu, klien rutin meminum obat

yaitu Amlodipine 5mg (1x1) dan asam mefenamat 500mg (1x1).

2) Berdasarkan hasil analisa data maka penulis menetapka tiga diagnosa

keperawatan yang utama pada Tn. J yaitu: Nyeri akut b/d agen pencedera

fisiologis, perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb, dan

Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.

62
63

3) Intervensi keperawatan yang diberikan sesuai dengan diagnosa

keperawatan utama dengan tujuan utama diharapkan keluhan nyeri

berkurang pada Tn. J dengan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam,

Meningkatnya kadar Hb, dapat melakukan pergerakan secara bertahap.

4) Hasil evaluasi pada tanggal 09-08-2023 didapatkan Tn.J mengontrol

nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam dengan hasil skala nyeri 1 (1-

10), mengatakan sudah tidak pusing, Pasien mengatakan badan lebih fit,

CRT <2 detik, Akral hangat, Warna kulit kemerahan, dan toleransi

aktifitas meningkat dengan keadaan umum baik, tidak mengeluh

kelelahan setelah beraktifitas.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil karya ilmiah akhir serta kesimpulan yang diambil penulis,

maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1) Pada tahap pengkajian penulis menyarankan untuk memulai menjalin

hubungan baik serta keterlibatan keluarga dan tim kesehatan lainnya

agar klien dan keluarga dapat terbuka akan penyakit yang dialami.

2) Pada tahap analisa data penulis bisa menemukan beberapa keluhan

yang dirasakan klien tetapi tidak semua diangkat menjadi masalah

keperawatan sehingga kurang optimalnya intervensi yang dilakukan,

oleh karena itu penulis menyarankan agar lebih optimal lagi dalam

menganalisa sehingga tercapai intervensi yang diharapkan.

3) Pada tahap diagnose keperawatan, penulis menyarankan agar lebih fo-

cus lagi dalam menetapkan diagnose keparawatan.


64

4) Pada tahap intervensi penulis menyarankan agar pendidikan kesehatan

yang dilakukan pada klien lebih

5) Diharapkan bagi perawat untuk meningkatkan sikap caring dan

professional dalam pemberian asuhan keperawatan secara holistic

serta meningkatkan pemahaman mengenai konsep manusia secara

komprehensif sehingga mampu menerapkan Asuhan Keperawatan

dengan baik dan professional.


DAFTAR PUSTAKA

Ainurrafiq, A., Risnah, R., & Ulfa Azhar, M. (2019). Terapi Non Farmakologi

dalam Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi: Systematic

Review. MPPKI (Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The

Indonesian Journal of Health Promotion, 2(3), 192–199.

Aisyah, S. (2017). Manajemen Nyeri Pada Lansia Dengan Pendekatan Non

Farmakologi. 2(1).

Andika Dimas Aldipratama, & Minardo, J. (2022). Pengelolaan Gangguan

Mobilitas Fisik pada Pasien dengan Stroke Non Hemoragik di Desa

Sokokulon. Journal of Holistics and Health Science, 4(1), 117–122.

https://doi.org/10.35473/jhhs.v4i1.108

Aspiani, R Y. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. In EGC.

Azhari, A. R., & Kusumayanti, A. (2021). Higeia Journal of Public Health.

Higeia Journal of Public Health Research and Development, 5(3), 227–238.

Kholifah, S. N. (2016). Keperawata. In Keperawatan Gerontik.

PPNI. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standart Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria

Hasil Keperawata (1st ed.). DPP PPNI.

65
66

PPNI. (2016). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

Prasetya, K. S., & Chanif, C. (2020). Penatalaksanaan Resiko Penurunan Perfusi

Jaringan Cerebral pada Pasien Hipertensi Emergency. Ners Muda, 1(1), 34.

https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5484

Anda mungkin juga menyukai