Anda di halaman 1dari 83

NYERI KRONIS AKIBAT ARTHRITIS GOUT PADA NY.

S
DI WILAYAH PUSKESMAS PEMBANTU
PAL IX DUSUN PARIT KELADI II

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)


ILMU KEPERAWATAN GERONTIK

OLEH:
DHIKA ANDRIANI
NIM: SRP21318031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN
SIDANG KARYA ILMIAH AKHIR

Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini diajukan oleh :

Nama : Dhika Andriani

NIM : SRP21318031

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners (Tahap Profesi)

Judul : “Nyeri Akut Akibat Arthritis Gout pada Ny. S Di


Wilayah Puskesmas Pembantu PAL IX Dusun Parit
Keladi II”

Untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji sebagai persyaratan yang


diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Pendidikan Profesi
Ners (Tahap Profesi) STIK Muhammadiyah Pontianak

PEMBIMBING

Ns. Ditha Astuti Purnamawati


NIDN. 1102048801

Diajukan di : Pontianak

Tanggal : 4 Juli 2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat


Allah Subhanawata’aala atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan
laporan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA) yang berjudul “Nyeri Akut Akibat
Arthritis Gout pada Ny.S Di Wilayah Puskesmas Pembantu PAL IX Dusun Parit
Keladi II”. KIA ini juga merupakan prasyarat untuk mencapai Gelar Ners (Ns.)
pada Program Studi Ners tahap profesi di Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
Muhammadiyah Pontianak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan KIA ini tidak akan pernah
lepas dari peran serta berbagai pihak. Sehingga penulis pada kesempatan ini
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Haryanto, S.Kep, Ns, MSN, Ph. D. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan Muhammadiyah Pontianak dan sebagai dosen pembimbing
2. Ns. Indah Dwi Rahayu, M.Kep. Selaku Ketua Program Studi S1 Sekolah
Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.
3. Ns. Ditha Astuti Purnamawati M.Kep Selaku Dosen Pembimbing yang
selalu meluangkan waktu, memberikan pembelajaran, masukan dan
semangat yang sangat bermanfaat dan menginspirasi bagi penulis.
4. Dosen dan seluruh civitas akademik STIK Muhammadiyah Pontianak
yang telah banyak membantu baik dalam ilmu yang diberikan maupun hal
lain yang membantu peneliti dalam menyelesaikan KIA.
5. Ibu dan saudara saudara saya yang selalu memberikan doa, semangat,
dukungan moril serta kasih sayang, sehingga peneliti terus belajar,
berusaha, bersemangat, tanggung jawab, kuat dan sabar mendengar keluh
kesah dalam menyelesaikan KIA ini.
6. Teman-teman satu pembimbing, teman sekelas dan satu angkatan Profesi
Ners Angkatan 2021 STIK Muhammadiyah Pontianak yang selalu bekerja
sama dan saling memberikan motivasi dalam proses penyelesaian KIA.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan KIA ini masih belum
sempurna, oleh sebab itu penulis menerima kritik, saran dan masukan-masukan
yang bersifat membangun sehingga KIA ini dapat menjadi lebih baik. Semoga
KIA ini dapat bermanfaat, membangun derajat kesehatan, bermanfaat bagi
pembaca, bagi kesehatan dan bagi dunia pendidikan.

Pontianak, 4 Juli 2022

Penulis
NYERI AKUT AKIBAT ARTHRITIS GOUT PADA NY. S
DI WILAYAH PUSKESMAS PEMBANTU PAL IX
DUSUN PARIT KELADI II

Dhika Andriani1, Ditha Astuti Purnamawati2 , Hidayah3


1
Mahasiswa Program Studi Ners Keperawatan STIK Muhammadiyah Pontianak
2
Dosen STIK Muhammadiyah Pontianak
E-mail : dhikandriani91@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Artritis gout merupakan salah satu penyakit inflamasi pada sendi yang
paling sering ditemukan, salah satu tanda dan gejala dari arthritis gout adalah nyeri sendi,
tanpa penanganan yang efektif kondisi ini dapat berkembang menjadi gout kronik dan
bahkan dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal berat, serta penurunan kualitas hidup.
Studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan Juni 2022 di wilayah Puskesmas
Dusun Parit Keladi II saat melakukan kegiatan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
pada sejumlah lansia di wilayah Dusun Parit Keladi II didapatkan bahwa rata-rata
lansia mengalami artritis gout sebanyak 46% lansia. Kompres hangat jahe merupakan
terapi non farmakologis yang dapat diterapkan dan mudah untuk dilakukan serta memiliki
khasiat untuk mengurangi rasa nyeri sendi. Kompres hangat jahe merupakan salah satu
terapi komplementer yang dapat diaplikasikan perawat sebagai pengobatan alternatif yang
memiliki manfaat untuk menunrunkan intensitas nyeri.
Tujuan Umum : Menggambarkan hasil analisis penerapan terapi kompres hangat jahe
terhadap penurunan nyeri sendi arthritis gout pada asuhan keperawatan lansia.
Metode Penulisan : Metode penyelesaian masalah pada karya ilmiah ini adalah
menggunakan strategi pelaksanaan pengkajian, diagnosa asuhan keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
Hasil : Tahap pengkajian keluhan utama klien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kanan,
rentang gerak terbatas dan belum mengetahui tentang penyakitnya.setelah dilakukan
sesuai dengan intervensi keperawatan kompres hangat jahe skala nyeri sendi menurun
menjadi 3 secara bertahap. Rentang gerak meningkat setelah dilakukan latihan ROM, dan
tingkat pengetahuan meningkat setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang artritis
gout. Intervensi ini dapat diterapkan oleh pasien maupun keluarga dalam merawat pasien
dengan arthritis gout secara mandiri.
Kata Kunci : Arthritis Gout, Nyeri Sendi, Kompres Hangat Jahe.
PAIN ACCUTE OF GOUT ARTHRITIS IN THE NY.S
ON THE REGIONAL OF PAL IX HEALTH CENTER
DUSUN PARIT KELADI II

Dhika Andriani, Ditha Astuti Purnamawati2, Hidayah3


1
Student Nurse of STIK Muhammadiyah Pontianak
2
Lecture STIK Muhammadiyah Pontianak
E-mail : dhikandriani91@gmail.com

ABSTRAC

Background : Gout is one of the most common inflammatory diseases in the joints,
one of the signs and symptoms of gout is joint pain, without effective treatment
this condition can develop into chronic gout and can even lead to severe kidney
dysfunction and decreased quality of life. A study conducted in June 2022 in the
Dusun Parit Keladi II community Health Center during a medical examination
on several ederly 46% of the elderly had artritis gout. Ginger warm compress is a
non-pharmacological therapy that can be applied and easy to do and has
properties to reduce joint pain. Ginger warm compress is a complementary
therapy that can be applied by nurses as an alternative medicine which has the
benefit of reducing pain intensity.
General Purpose : Describe the results of the application of warm ginger
compress therapy to the reduction of gouty arthritis joint pain elderly nursing
care.
Method : the method of solving problem in this scientific work is to use the
strategy of implementing the assessment, nursing care diagnose, nursing
intervention, implementation and evaluastion.
Result : the stage of assesing client pain in the right leg, limited rang of motionn
and did’t knot about the disease. After nursing intervention warm compresses of
ginger joint pain scale to 3 decreased gradually, range of motion increased after
ROM exercises. This intervention can be applied by patients and families in
treating patients with arthiritis gout independently.
Keywords : Gout, Joint Pain, Warm Ginger Compress.
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
ABSTAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR SKEMA .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
A...Latar Belakang .......................................................................... 1
B...Tujuan Penulisan ....................................................................... 4
C...Manfaat Penulisan ..................................................................... 4
D...Sistematika Penulisan ................................................................ 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A...Konsep Dasar Masalah Utama .................................................. 7
B...Konsep Dasar Lansia ................................................................. 10
C...Konsep Dasar Arthritis Gout ..................................................... 13
D...Konsep Dasar Kompres Hangat Jahe........................................ 19
E... Asuhan Keperawatan Teoritis ................................................... 22
BAB III : LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
A...Pengkajian ................................................................................. 29
B...Analisa Data .............................................................................. 35
C...Diagnosa Keperawatan .............................................................. 36
D...Rencana, Implementasi, Evaluasi ............................................. 36
BAB IV : PEMBAHASAN
A...Analisis Proses Keperawatan .................................................... 44
B...Pembahasan Proses Praktik Profesi ......................................... 49
BAB V : PENUTUP
A...Kesimpulan ............................................................................... 51
B...Saran .......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Pathway Arthritis Gout......................................................................... 17


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : SOP kompres hangat jahe


Lampiran 2 : SOP ROM
Lampiran 3 : SAP Arhritis Gout
Lampiran 4 : Brosur diit Arhritis Gout
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia merupakan salah satu kelompok berisiko (population at risk) yang
semakin meningkat jumlahnya. Allender, Rector, dan Warner (2014)
mengatakan bahwa populasi berisiko (population at risk) adalah kumpulan
orang-orang yang masalah kesehatannya memiliki kemungkinan akan
berkembang lebih buruk karena adanya faktor faktor yang mempengaruhi.
Penuaan menyebabkan penurunan cadangan fungsional dalam organ dan
sistem, serta sindrom geriatri yang muncul dengan parameter multifaktorial,
inkontinensia, gangguan tidur, malnutrisi, delirium, luka tekan, nyeri dan
jatuh, yang berhubungan dengan kematian (AA & Boy, 2020) .
Laju populasi penduduk lanjut usia di seluruh dunia akan meningkat
secara dramatis. Diperkirakan pada tahun 2050 populasi di dunia yang berusia
60 tahun dan lebih tua (lanjut usia) akan berjumlah sekitar 2 miliar orang
(WHO, 2018). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud lanjut usia
(lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 ke atas, dan merupakan
tahapan akhir dari fase kehidupannya (Infodatin, 2014).
Salah satu sindrom yang paling umum dijumpai pada lansia adalah nyeri
sendi artritis gout. Artritis gout atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit
asam urat merupakan salah satu penyakit inflamasi pada sendi yang paling
sering ditemukan, yang ditandai dengan penumpukan kristal monosodium
urat di dalam maupun di sekitar persendian. Penyakit ini merupakan penyakit
kronik muskuloskeletal akibat deposisi kristal monosodium urat (MSU) di
persendian, ginjal, dan jaringan ikat lain sebagai akibat hiperurisemia yang
telah berlangsung kronik. Tanpa penanganan yang efektif kondisi ini dapat
berkembang menjadi gout kronik, terbentuknya tofus, dan bahkan dapat
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal berat, serta penurunan kualitas hidup
(PRI, 2018).
Menurut WHO dalam Ahrawati (2021) prevalensi Artritis Gout di
Amerika Serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 laki – laki dan 6,4 kasus per 1000
perempuan atau berkisar 0,27, di Selandia Baru sekitar 10,3%. Sedangkan
prevalensi artritis gout di Indonesia diperkirakan 12%-34% dari 18,3 juta
penduduk. Menurut Riskesdas 2018, angka kejadian asam urat berdasarkan
diagnosa tenaga kesehatan sebanyak 7,3 % , dan jika dilihat dari karakteristik
usia, prevalensi tertinggi pada kategori usia >75 tahun sebanyak 18,9%.
Penderita wanita sebanyak 8,5 %, sedangkan pada pria hanya 6,1%. Penderita
terbanyak terjadi di pedesaan sebanyak 7,8% jika dibanding dengan penderita
di perkotaan sebnayak 6,9%.
Berdasarkan survei WHO, Indonesia merupakan negara terbesar ke 4 di
dunia yang penduduknya menderita arthritis gout (Afnuhazi, 2019). Angka
kejadian penyakit sendi di provinsi Kalimantan Barat menempati urutan ke 5
dari 34 provinsi. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan jenis kelamin lebih
banyak terjadi pada perempuan (8,5%), dibandingkan dengan laki-laki (6,1%)
dan lebih banyak terjadi didaerah perdesaan (7,8%) dibanding daerah
perkotaan (6,9%). Untuk angka kejadian asam urat di Kalimantan Barat yang
telah didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 14,2%, angka tersebut merupakan
urutan ke 12 dari 34 provinsi di Indonesia. Khusus provinsi Kalimantan Barat,
kabupaten Mempawah menempati urutan ke 3 penderita penyakit sendi
terbanyak untuk tingkat kota/kabupaten se-KALBAR (Riskesdas, 2018).
Menurut American College of Rheumatology dan Persatuan
Reumatologi Indonesia (2018) salah satu faktor penyebab terjadinya asam
urat dikarenakan mengonsumsi makananan laut tinggi purin seperti ikan
sarden, kerang, udang, lobster, kepiting, jeroan dan tiram.Selain faktor
makanan, faktor penurunan fungsi tubuh pada lansia juga mempengaruhi
lansia banyak menderita arthritis gout, dampak atau gejala yang ditimbulkan
akibat arthritis gout berupa nyeri pada sendi, dan kekakuan sendi sehingga
perlu adanya penatalaksanaan terapi non farmakologis untuk mengurangi
nyeri sendi bisa dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat salah satunya
memberikan kompres hangat jahe. Tidak hanya dengan menggunakan air
hangat. Kombinasi air hangat dengan parutan jahe sangat efektif untuk
mengurasi rasa nyeri, penggunaan jahe dalam bentuk kompres lebih aman dan
mudah untuk digunakan (Radharani, 2020).
Pemanfaatan jahe dengan teknik kompres hangat selama 15-20 menit
cukup efektif untuk mengatasi nyeri. Hasil penelitian Rahmawati (2021)
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari kompres hangat jahe
terhadap penurunan nyeri pada kasus Osteoartritis dan Artritis Gout. Jahe
(Zingiber Officinale) merupakan salah satu tanaman dengan akar atau batang
bawah digunakan untuk kebutuhan kuliner maupun pengobatan. Dalam
pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati selesma, batuk,
diare dan penyakit radang sendi seperti arthritis.
Studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan Juni 2022 di
wilayah Puskesmas Dusun Parit Keladi II saat melakukan kegiatan
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada sejumlah lansia di wilayah
Dusun Parit Keladi II didapatkan bahwa rata-rata lansia mengalami artritis
gout sebanyak 46% lansia, disusul dengan diabetes millitus sebanyak 21%
lansia. setelah dilakukan wawancara empat dari lima lansia mengatakan
bahwa mereka tidak mengetahui jika menderita artritis gout karena tidak
pernah memeriksakan kesehatannya di Puskesmas terdekat, selain itu,
mereka juga mengatakan tidak mengetahui cara untuk mengatasi jika nyeri
itu timbul hanya mengkonsumsi obat dari warung atau membelinya di opotik
terdekat dan tidak pernah mendapatkan informasi mengenai pola makan
untuk penderita artritis gout.
Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan membantu
penderita asam urat untuk mempertahankan kadar asam urat pada tingkat
normal dan meningkatkan kualitas kehidupan secara maksimal dengan cara
memberi intervensi asuhan keperawatan sehingga dapat memperbaiki kondisi
kesehatan penderita. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penulis
tertarik untuk membuat Karya Ilmiah Akhir Ners mengenai “Nyeri Akut
Akibat Arthritis Gout Pada Ny.S Di Wilayah Puskesmas Pembantu PAL IX
Dusun Parit Keladi II”.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus yaitu:
1. Tujuan Umum
Menggambarkan hasil penerapan terapi kompres hangat jahe terhadap
penurunan nyeri akibat arthritis gout pada asuhan keperawatan lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar penyakit arthritis gout yang meliputi
pengertian, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
pathway, penatalaksanaan, komplikasi.
b. Mengetahui gambaran pengkajian pada Ny.S dengan arthritis gout di
wilayah Puskesmas Pembantu PAL IX Dusun Parit Keladi II.
c. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. S dengan
nyeri sendi akibat arthritis gout di Wilayah Puskesmas Pembantu
PAL IX Dusun Parit Keladi II.
d. Mengetahui gambaran perencanaan pada Ny.S dengan arthritis gout
di Wilayah Puskesmas Pembantu PAL IX Dusun Parit Keladi II.
e. Mengetahui gambaran implementasi pada Ny.S dengan arthritis gout
di Wilayah Puskesmas Pembantu PAL IX Dusun Parit Keladi II.
f. Mengetahui gambaran evaluasi pada Ny.S dengan arthritis gout di
Wilayah Puskesmas Pembantu PAL IX Dusun Parit Keladi II.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Karya ilmiah akhir Ners dapat menjadi sumber rujukan, menambah
referensi dan informasi bagi penulis selanjutnya tentang pemberian
intervensi kompres hangat jahe terhadap nyeri sendi pada lansia dengan
arthritis gout.
2. Manfaat praktis
a. Bagi lansia
Diharapkan karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan lansia
mengenai penyakit arthritis gout atau asam usat serta diharapkan lansia
dapat menerapkan intervensi kompres hangat jahe secara mandiri
sebagai terapi tambahan untuk mengurangi nyeri sendi akibat arthritis
gout.
b. Bagi institusi pelayanan
Diharapkan karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai kebijakan dalam
pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien dan juga sebagai
sumber informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan gerontik
khususnya pada klien dengan penyakit arthritis gout dengan pemberian
terapi kompres hangat jahe.
c. Bagi institusi pendidikan
Karya ilmiah ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi institusi
pendidikan dalam proses pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan
untuk memperoleh pengetahuan tentang penerapan intervensi kompres
hangat jahe terhadap nyeri sendi pada lansia dengan arthritis gout.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan ini, sistematika penulisan terdiri
atas lima bab, masing-masing uraian yang secara garis besar dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan, mempunyai sub yaitu latar belakang, rumusan
masalah, tujuan umum dan tujuan khusus penulisan, kemudian sistematika
penulisan.
2. BAB II Landasan teoritis, berisi tentang penjelasan teori sesuai dengan
studi pelaksanaan terdiri dari: landasan teori yang membahas tentang
masalah keperawatan utama dan konsep dasar penyakit hipertensi,
patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis serta asuhan keperawatan yang
berisi tentang pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
3. BAB III Asuhan keperawatan berisi tentang penjelasan kasus dari
pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
4. BAB IV Pembahasan berisi tentang penjelasan perbandingan teori dan
hasil studi kasus dilapangan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
BAB V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Nyeri Kronis
1. Definisi
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan,
yang berlangsung lebih dari 3 bulan. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus selama
6 bulan atau lebih. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan
yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau
cidera spesifik. Nyeri kronis ini berbeda dengan nyeri akut dan
menunjukan masalah baru, nyeri ini sering mempengaruhi semua aspek
kehidupan penderitanya dan menimbulkan distress, kegalauan emosi dan
mengganggu fungsi fisik dan ssosial (Potter & Perry, 2005 dalam
Handayani, 2015).
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermitern yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan
penyebab atau cidera fisik (Yulindasari, 2022).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri kronik
merupakan nyeri yang berlangsung secara terus-menerus atau lebih dari 3
bulan, nyeri kronik ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
telah diperkirakan dan dapat mempengaruhi kesehatan bagi penderitanya.
2. Tanda dan gejala mayor
a. Subjektif : Mengeluh nyeri, merasa depresi (tertekan)
b. Objektif :
1) Tampak meringis
2) Gelisah
3) Tidak mampu menuntaskan aktivitas
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
3. Tanda gejala minor
a. Subjektif : Merasa takut mengalami cedera berulang
b. Objektif:
1) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
2) Waspada
3) Pola tidur berubah
4) Anoreksia
5) Fokus menyempit
6) Berfokus pada diri sendiri
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
4. Penyebab
a. Kondisi muskuloskeletal kronis
b. Kerusakan sistem saraf
c. Penekanan saraf
d. Infiltrasi tumor
e. Ketidakseimbangan neurotransmiter, neuromodular, dan reseptor
f. Gangguan imunitas (mis. Neuropati terkait HIV, virus varicella-zoster)
g. Gangguan fungsi metabolik
h. Riwayat posisi kerja statis
i. Peningkatan indeks massa tubuh
j. Kondisi pasca trauma
k. Tekanan emosional
l. Riwayat penganiayaan (mis. Fisik, psikologis, seksual)
m. Riwayat penyalahgunaan obat/zat
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
5. Penilaian respon intensitas nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Derajat nyeri
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu derajat nyeri ringan, sedang dan berat.
Pengukuran derajat nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS),
a. Numeric Rating Scale
Dimana dalam instrumen tersebut terdapat skala 0-10 (skala 0
menunjukan tidak nyeri sedangkan 10 menunjukan skala nyeri terberat)
(Price, 2012).
Gambar 2.1 Numerical Rating Scale

Sumber: (Potter & Perry, 2010)


Keterangan :
Skala 0 = tidak nyeri
Skala 1-3 = nyeri ringan
Skala 4-6 = nyeri sedang
Skala 7-9 = sangat nyeri, tetapi masih dapat dikendalikan
Skala 10= nyeri sangat hebat, tidak bisa dikendalikan

b. Skala Wajah
Nyeri juga dapat diukur dengan menggunakan skala wajah.
Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang
menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum (tidak
merasa nyeri) kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah
kurang bahagia, wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat
ketakutan.
Sumber: (Potter & Perry, 2010)
Pada usia anak dan lansia, kesulitan untuk memahami nyeri, anak
usia muda yang belum mempunyai kosa kata yang banyak cenderung
lebih kesulitan untuk mendeskripsikan nyeri, sementara untuk orang
dewasa dapat mendeskripsikan dengan mengatakan secara langsung
nyeri yang dirasakan.
6. Kondisi klinis terkait
a. Kondisi kronis (mis. Arthritis reumatoid)
b. Infeksi
c. Cedera modula spinalis
d. Kondisi pasca trauma
e. Tumor
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
B. Konsep Dasar Lansia
1. Definisi
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah memasuki usia 60
keatas, lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan mengalami suatu proses penuaan (WHO,
2020).
Lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Menua atau proses menjadi tua merupakan proses sepanjang hidup tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang akan dilalui oleh
setiap orang dalam tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua
(Dayaningsih, 2021).
Lansia atau lanjut usia adalah kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahap akhir dari fase kehidupannya. Hal tersebut
merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dicegah dan merupakan
hal yang wajar dialami oleh seseorang (Sitanggang, 2021).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
lansia adalah suatu keadaan atau peroses menjadi tua yang merupakan
suatu proses alami yang akan dialami seseorang yang akan memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya.

2. Proses Menua
Menjadi tua tau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan
jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya (Muhith & Siyoto,
2016). Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur
seseorang, manusia mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya
umur tersebut. Semakin bertambahnya umur seseorang semakin
berkurang pula fungsi-fungsi organ di dalam tubuh (Sunaryo, 2015).
Penuaan ditandai dengan hilangnya integritas fisiologis yang progresif,
yang memicu gangguan fungsi dan meningkatkan risiko kematian.
Kemunduran fungsi ini menjadi faktor resiko patologis utama pada
manusia meliputi kanker, diabetes, kelainan kardiovaskuler dan penyakit
degeratif lainnya (Zalukhu, 2016).
3. Batasan usia lanjut
Menurut WHO dalam Dayaningsih (2021), klasifikasi lansia sebagai
berikut :
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 – 49 tahun.
b. Usia lanjut (eldery), yaitu kelompok dengan usia 60 – 74 tahun.
c. Lansia muda (Young Old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
d. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
e. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia diatas 90 tahun.
4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Penuaan
Menurut Muhith dan Siyoto (2016) penuaan dapat terjadi secara
biologis dan patologis, beberapa faktor yang mempengaruhi proses
penuaan:
a. Hereditas atau genetik
Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang
dikaitkan dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme
pengendalian fungsi sel. Secara genetik, perempuan ditentukan oleh
sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu kromosom X.
Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga
perempuan berumur lebih panjang dari lak-laki.
b. Nutrisi atau makanan
Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi
kekebalan.
c. Status kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses
penuaan, sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya
sendiri, tetapi lebih disebabkan oleh faktor luar yang merugikan yang
berlangsung tetap dan berkepanjangan.
d. Pengalaman hidup
1) Paparan sinar matahari: kulit yang tidak terlindungi sinar
matahari akan mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi
kusam.
2) Kurang olahraga: Olahraga membantu pembentukan otot dan
menyebabkan lancarnya sirkulasi darah.
3) Mengonsumsi alkohol: Alkohol dapat memperbesar pembuluh
darah kecil pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darah
dekat permukaan kulit.
e. Lingkungan
Proses menua secara biologis berlangsung secara alami dan
tidak dapat dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan
dalam status sehat.
f. Stress
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah,
pekerjaan ataupun masyrakat yang tercermin dalam bentuk gaya
hidup.
5. Tipe-Tipe Lansia
Menurut Dewi (2015) tipe pada lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan
ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, penyesuaian diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
a. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
b. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik,
dan banyak penuntut.
c. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
dan melakukan pekerjaan apa saja.
d. Tipe kebingungan
Kaget, kehilangan kepribadian, pengasingan diri,, minder,
menyesal, pasif dan acuh tak asuh.
C. Konsep Dasar Penyakit Artritis gout
1. Definisi
Arthritis gout atau yang sering dikenal dengan asam urat merupakan
gangguan metabolik yang ditandai dengan arthritis inflamasi akut yang
dipicu oleh kristalisasi urat dalam sendi. Gout terjadi sebagai respons
terhadap reproduksi berlebihan atau ekskresi asam urat yang kurang
(LeMone et al, 2016).
Arthritis gout adalah penyakit deposisi kristal yang ditandai oleh
supersaturasi dan presipitasi kristal monosodium urat dalam jaringan yang
menghasilkan peradangan dan kerusakan jaringan. Gout ditandai oleh
serangan akut atau subakut dari peradangan sendi atau jaringan lunak yang
dihasilkan dari dari deposisi kristal monosodium urat (Abelson et al, 2010)
Artritis Gout merupakan suatu penyakit peradangan pada persendiaan
yang dapat diakibatkan oleh kelebihan kadar senyawa asam urat didalam
tubuh, baik karena produksi berlebih atau peningkatan asupan purin
Dampak yang dapat ditimbulkan dari gout artritis dapat berupa nyeri
khususnya pada sendi.
2. Klasifikasi
Menurut Black dan Hawks (2014) klasifikasi gout dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Gout Primer
Gout primer diakibatkan oleh defek yang diturunkan oleh
metabolisme purine, mengakibatkan ekskresi renal yang meningkat dan
menurun. Hal ini termasuk 85% dari keseluruhan kasus, dimana 95%
mengenai pria.

b. Gout Sekunder
Gout sekunder merupakan kondisi yang dapat terjadi mengikuti
kelainan hematopoetik (mieloma multiple, polisitemia vera, dan
leukmia), atau kelainan ginjal.
3. Etiologi
Menurut American College of Rheumatology (2019) dan Persatuan
Reumatologi Indonesia (2018) gout terjadi ketika asam urat berlebih
(produk limbah normal) terkumpul di dalam tubuh, dan kristal urat
seperti jarum mengendap di persendian. Ini dapat terjadi karena produksi
asam urat meningkat atau, lebih sering, ginjal tidak dapat mengeluarkan
asam urat dari tubuh dengan cukup baik. Makanan dan obat-obatan
tertentu dapat meningkatkan kadar asam urat dan menyebabkan serangan
asam urat. Ini termasuk:
a. kerang, udang kepiting, ranjungan daging merah, sup, dan daging
organ seperti hati dan kacang-kacangan (emping) kaya akan purin
b. alkohol berlebihan
c. minuman manis dan makanan yang mengandung banyak fruktosa
d. beberapa obat, seperti:
1) aspirin dosis rendah (tetapi karena dapat membantu melindungi
terhadap serangan jantung dan stroke, kami tidak menyarankan
orang dengan gout berhenti minum aspirin dosis rendah)
2) diuretik tertentu ("pil air") seperti hidroklorotiazid (Esidrix, Hydro-
D) dan Lasix
3) imunosupresan yang digunakan dalam transplantasi organ seperti
siklosporin (Neoral, Sandimmune) dan tacrolimus (Prograf)
Seiring waktu, peningkatan kadar asam urat dalam darah dapat
menyebabkan deposit kristal urat di dalam dan sekitar sendi. Kristal-
kristal ini dapat menarik sel darah putih, menyebabkan serangan gout
yang parah dan menyakitkan dan artritis kronis. Asam urat juga dapat
mengendap di saluran kemih, menyebabkan batu ginjal.
4. Manisfestasi Klinis
Tanda-tanda seseorang menderita gout menurut LeMone et al (2016)
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri akut
b. Sendi merah, hangat, bengkak, dan lunak
c. Demam, menggigil, malaise
d. Peningkatan WBC dan laju endapan
e. Biasanya monoarticular, mengenai sendi metatarsophalangeal jari kaki
besar, pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, atau sendi.
f. Tofi terdapat pada sendi, lapisan tendon, titik tekan, hileks telinga
g. Kekakuan sendi, keterbatasan ROM, dan deformitas
h. Ulserasi tofi rabas seperti kapur
i. Hiperurisemia (>6,8 mg/dl)
5. Patofisiologi
Patofisiologi gout dihubungkan erat dengan metabolisme purin atau
metabolisme seluler purin dan fungsi ginjal. Kebanyakan mamalia kecuali
manusia, memiliki enzim urikase yang berfungsi mengkatalisis konversi
asam urat menjadi alatoin, sehingga mencegah produksi berlebihan dari
asam urat. faktor genetik dan lingkungan juga memegang peranan penting
pada konsentrasi urat seseorang (Heuther & McCance 2019).
Kebanyakan asam urat dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal. Urat
difiltrasi pada glomerulus dan mengalami proses reabsorpsi serta ekskresi
di dalam tubulus ginjal. Pada gout primer, ekskresi urat melalui ginjal
berjalan lambat. Ekresi yang lambat ini mungkin disebabkan oleh
berkurangnya filtrasi glomerulus dari urat atau akselerasi dari reabsorpsi
urat. Sebagai tambahan kristal monosodium urat (MSU) dideposisi di
jaringan interstisial ginjal, menyebabkan gangguan aliran urine (Heuther &
McCance 2019).
Proses pasti mengenai deposisi asam urat pada sendi dan menginduksi
terjadinya artritis gout belum jelas, tetapi beberapa mekanisme yang
mungkin terjadi meliputi: monosodium urat mengalami prepitasi pada
bagian perifer tubuh, dimana suhu tubuh yang lebih rendah dapat
mengurangi solubilitas monosodium urat dan kadar albumin
glikosaminoglikan menurun, yang berakibat turunnya solubilitas urat
(Heuther & McCance 2019).
6. Pathway
Skema 2.1 Pathway

Alkohol Makanan (kepiting, seafood, dll) Pembentukan asam


urat yg berlebihan

Multifaktor yang menyebabkan terjadinya penimbunan kristal urat


monohidrat

Kurang informasi ARTHRITIS GOUT Respons sistemik

Defisit Pengetahuan Respons lokal Peningkatan


metabolisme umum
Respons psikologis
Penimbunan kristal pd membran
senovia dan tulang Malaise, mual,
Ansietas anoreksia

Respons inflamasi Erosi tulang rawan, proliferasi


synovia, pembentukan panus Defisit Nutrisi
lokal

Kompresi saraf Degenerasi kartilago Pembentukan tofus pada


kaki kaki

Gangguan Mobilitas Fisik


Nyeri Perubahan bentuk kaki

(Sumber: Muttaqin; 2011 & PPNI SDKI; 2017) Gangguan Citra Tubuh
7. Penatalaksanaan
Menurut American College of Rheumatology (2019) pengobatan
medis gout adalah sebagai berikut :
a. Colchicine
Obat ini bisa efektif jika diberikan di awal serangan. Colchicine juga
memiliki peran penting dalam mencegah serangan gout .
b. Obat Anti Iinflamasi Nonsteroid
Biasa disebut NSAID adalah obat yang menyerupai aspirin yang dapat
mengurangi peradangan dan nyeri pada persendian dan jaringan lain.
NSAID, seperti indometasin (Indocin) dan naproxen (Naprosyn), telah
menjadi pilihan pengobatan untuk sebagian besar serangan gout akut.
c. Kortikosteroid
Seperti prednisone, methylprednisolone, dan triamcinolone, adalah
pilihan yang berguna untuk pasien yang tidak dapat menggunakan
NSAID.
d. Perawatan untuk menghilangkan asam urat berlebih
1) Obat yang paling sering digunakan untuk mengembalikan kadar
asam urat darah ke normal adalah allopurinol (Lopurin, Zyloprim).
Ini memblokir produksi asam urat. Febuxostat (Ulorik), obat yang
lebih baru, juga memblokir asam urat.
2) Probenecid (Benemid) dan Lesinurad (Zurampic) membantu
ginjal mengeluarkan asam urat. Hanya pasien dengan fungsi
ginjal yang baik yang tidak memproduksi asam urat berlebihan
yang harus menjalani terapi ini.
e. Obat pereda nyeri ditambahkan untuk mengendalikan nyeri.
8. Komplikasi
Penyakit ginjal dapat terjadi pada pasien gout yang tidak ditangani,
terutama ketika ada hipertensi. Kristal urat menumpuk di jaringan
interstisial ginjal. Kristal asam urat juga terbentuk di tubula pengumpul,
pelvis ginjal dan ureter, membentuk batu. Batu dapat memiliki ukuran
beragam dari butiran pasir hingga struktur massif yang mengisi ruang
ginjal. Batu asam urat dapat berpotensi mengobstruksi aliran urine dan
menyebabkan gagal ginjal akut (LeMone et al, 2016).
9. Pencegahan
Menurut Herliana (2013) pencegahan yang dapat dilakukan untuk
menghindari serangan gout:
a. Mengatur pola makan
Mencegah penyakit asam urat dapat dilakukan dengan mengatur pola
makan yang seimbang. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
mencegah asam urat
b. Membatasi makanan yang mengandung kandungan purin tinggi
c. Mengonsumsi makanan yang cukup kalori dan karbohidrat
d. Mengonsumsi makanan yang rendah protein dan lemak
e. Berolahraga
Dengan berolahraga system metabolisme akan berjalan lancer sehingga
proses distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi lebih
efektif dan efesien. Sistem metabolisme yang berjalan lancer akan
mengurangi risiko menumpuknya asam urat di dalam tubuh.
f. Menghindari Alkohol
Kadar alkohol yang tinggi didalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakan beberapa fungsi organ di dalam tubuh. Contohnya
mengganggu fungsi ginjal dalam mengekskresikan asam urat.
g. Minum air putih secara rutin
Asam urat yang terlarut dalam air akan dibuang dan diekskresikan
melalui ginjal bersama urine. Pasokan air didalam tubuh sebaiknya
tetap dijaga agar tubuh tidak kekurangan cairan. Normalnya 8-10 gelas
perhari.
D. Konsep Dasar Kompres Hangat Jahe
1. Definisi kompres hangat
Kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan
memberikan cairan hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
mengurangi atau membebaskan rasa nyeri, mengurangi atau mencegah
terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat. Tetapi kompres
hangat dengan menggunakan rebusan jahe fungsinya selain sebagai
penurun nyeri juga bisa digunakan sebagai antiinflamasi dan antioksidan
(Selawati, 2016).
Kompres hangat merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh
dengan dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan
hangat pada bagian tubuh yang memerlukan (Asmadi, 2010).
2. Manfaat Kompres Hangat
Kompres hangat mempunyai manfaat fisiologis diantaranya dapat
mempelebar pembuluh darah (vasodilatasi), meningkatkan permeabilitas
kapile, meningkatkan metabolisme selular, merileksasikan otot,
mengurangi inflamasi, meningkatkan aliran darah ke suatu area,
meredakan nyeri dengan merileksasikan otot, mengurangi kekakuan sendi
dengan menurunkan fiskositas cairan sinovial serta meningkatkan
distenbilitas jaringan (Kozier et al, 2009).
Kompres hangat juga memiliki beberapa pengaruh meliputi
melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran daerah di dalam
jaringan tersebut, pada otot panas memilki efek menurunkan ketegangan,
meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan
serta adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan
sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan oksigen dan
karbondioksida didalam darah akan meningkat sedangkan derajat
keasaman darah akan mengalami penurunan (Anugraheni, 2013).
Penggunaan kompres air hangat dapat membuat sirkulasi darah
menjadi lancar, terjadi vasodilatasi yang membuat relaksasi pada otot
karena otot mendapat nutrisi lebih yang dibawa oleh darah sehingga
kontraksi otot menurun. Kompres hangat dengan suhu 50oC-60oC
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi yang bisa membuka aliran darah
membuat sirkulasi darah lancar kembali sehingga terjadi relaksasi pada
otot mengakibatkan kontraksi otot menurun (Anugraheni, 2013).
Kompres hangat jahe dapat mengurangi nyeri radang pada pasien
asam urat. Kompres jahe adalah pengobatan tradisional atau terapi
alternatif non farmakologi untuk mengurangi nyeri radang pada sendi.
Kompres hangat jahe mengandung enzim siklooksigenase yang dapt
mengurangi peradangan dan nyeri pada penderita asam urat (Radharani,
2020).
3. Khasiat dan Manfaat Jahe
Jahe (zingiber officinale) merupakan tanaman yang dapat digunakan
sebagai bahan laternatif pengobatan seperti Ostheoartritis, Artritis gout,
Rhematic, Migran, Hipoglikemi dan penyakit pada sistem Gastrointestinal
dan Kardiovaskuler. Secara umum, jahe memiliki kansungan zat gizi dan
senyawa aktif. Dari segi nutrisi, jahe mengandung kalori, karbohidrat,
serat, protein, sodium, besi, potasium, magnesium, fosfor, zeng, folat,
vitamin C, vitamin B6, vitamin A, riboflavin dan niacin. Beberapa
senyawa kimia aktif dalam rimpang jahe yang berefek farmakologis
terhadap kesehatan (Aryanta, 2019).
Efek panas dari jahe tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan sirkulasi darah
dan menyebabkan penurunan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk
inflamasi seperti bradikinin, histamine dan prostaglandin yang
menimbulkan nyeri. Panas akan merangsang sel saraf menutup sehingga
transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak dapat dihambat (Putri,
2017). kandungan air dan minyak yang menguap pada jahe yang berfungsi
sebagai enhancer dapat meningkatkan permebilitas oleoresin menembus
kulit. Nyeri sendi mengalami penurunan pada tahap transduksi, dimana
pada tahapan ini jahe merah mempunyai kandungan gingerol yang
mengandung siklooksigenase yang bisa menghambat terbentuknya
prostaglamdin sebagai mediator nyeri sehingga terjadi penurunan nyeri
sendi (Handayani, 2020).
Efek panas dari kompres jahe yang diberikan ke responden 2 kali
selama 20 menit. Jahe merupakan tanaman rimpang yang memiliki tingkat
kepedasan dipengaruhi oleh senyawa gingerol dan shogaol. Gingerol
merupakan senyawa rasa pedas dari jahe segar, sedangkan shogaol
merupakan senyawa rasa pedas dari jahe kering. Senyawa tersebut
memberikan efek farmakologis dan fisiologis seperti antioksidan, anti-
inflamasi yang dapat menghambat siklooksigenase-2 sehingga dapat
mengurangi peradangan nyeri.
4. Proseder Kompres Hangat Jahe
a. Bahan dan alat
1) 2 – 3 rimpang jahe (zingiber officinale)
2) Air 500 cc
3) Wadah untuk merebus
4) Handuk Kecil
5) Baskom kecil
6) Termometer Air
b. Prosedur pelaksanaan
1) Siapkan jahe
2) Cuci bersih jahe, lalu parut jahe.
3) Masukkan jahe kewadah yang telah di isi air 500 cc, kemudian
direbus
4) Setelah direbus tuangkan kebaskom kecil, biarkan sebentar sampai
suhu air 37°C-40oC.
5) Masukkan handuk kecil kedalam air rebusan jahe kemudian diperas
6) Letakkan handuk pada sendi yang terasa sakit atau nyeri
7) Pengompresan dilakukan selama 20 menit, setiap 5 menit handuk
dicelupkan kedalam air rebusan serai untuk menjaga agar compress
tetap hangat
8) Setelah selesai rapikan alat yang sudah digunakan
Radharani (2020) & Handayani (2020).
E. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Artritis Gout
Memberikan asuhan keperawatan harus menggunakan pendekatan yang
sistematis yaitu pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan
digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu: pengkajian,
diagnose, perencanaan keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
Menurut Arif Muttaqin (2008) proses keperawatan klien gout meliputi:
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Indentitas: meliputi nama, jenis, kelamin, usia, alamat, agama,
Bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan.
Pada umumnya keluhan utama pada pasien gout adalah nyeri pada
sendi metatarsophalangeal. Untuk mengkaji nyeri perawat dapat
menggunakan metode PQRST.
a) Provoking : faktor yang memperberat nyeri
b) Quality : nyeri yang dirasakan bersifat menusuk
c) Region : daerah nyeri umumnya pada sendi
d) Scale : nyeri yang dirasakan antara skala 1-10
e) Time : berapa lama nyeri berlangsung, apakah hilang datang.
2) Riwayat penyakit sekarang: pengumpulan data dilakukan sejak
munculnya gejala dan secara umum mencakup awitan gejala dan
bagaimana gejala tersebut berkembang.
3) Riwayat penyakit dahulu: pada pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya gout (misal,
penyakit GGK, leukemia, hipertirodisme)
4) Riwayat penyakit keluarga: kaji adakah keluuarga dari generasi
sebelumnya yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien
5) Riwayat psikososial: kaji respons emosi klien terhadap penyakit
yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yang pemeriksaan umum dan
setempat
1) B1 (breathing). Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernapasan,
biasanya dotemukan kesimetrisan rongga dada. Palpasi: taktil
fremitus seimbang kanan dan kiri. Perkusi: suara resonan pada
seluruh lapang paru. Auskultasi: suara napas menghilang/melemah
pada sisi yang sakit
2) B2 (blood). Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering
ditemukan keringat dingin dan pusing karena nyeri
3) B3 (brain). Kesadaran biasanya kompos mentis
4) B4 (bladder) produksi urine dalam batas normal dan tidak ada
keluhan pada system perkemihan, kecuali penyakit gout sudah
mengalami komplikasi ke ginjal
5) B5 (bowel) keluhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan,
tetapi tetap perlu dikaji
6) B6 (bone). Pada pengkajian ini ditemukan:
a) Look: keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama
yang mendorong klien mencari pertolongan, nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan atau saat beraktifitas, salah satu
sendi pergelangan kaki secara perlahan membesar atau
membengkak.
b) Feel: adanya nyeri tekan pada sendi kaki yang membengkak
c) Move: hambatan gerakan sendi biasanya semakin bertambah
berat
c. Pemeriksaan Diagnostik
Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang
berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus
lebih lanjut, terlihat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil. Kadar
asam urat > 7,0 mg/dl.
2. Dignosa Keperawatan
a. Nyeri akut/kronis b.d peradangan sendi, penimbunan krital, erosi
tulang rawan
1) DS : Mengeluh nyeri, Merasa depresi
2) DO : Tampak meringis, Gelisah, Sulit tidur, tidak mampu
menuntaskan aktivitas, diaforesis, waspada, bersikap protektif,
dan nadi meningkat
b. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan rentang gerak
1) DS : Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, nyeri saat
bergerak, enggan melakukan pergerakan, cemas saat bergerak
2) DO : Kekuatan otot menurun, ROM menurun, sendi kaku, gerakan
tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk kaki dan terbentuknya
tofus.
1) DS : Menungkapkan kecatatan/kehilangan anggota tubuh,
mengungkakpkan perasaan negative, mengungkapkan
kekhawatiran penolakan
2) DO: Kehilangan bagian tubuh, fungsi/struktur tubuh
berubah/hilang, menyembunyikan bagian tubuh, fokus berlebihan
pada bagian tubuh, respons nonverbal pada perubahan dan
persepsi tubuh, hubungan sosial berubah.
(SDKI, 2017).
3. Rencana Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjekan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018)
(SLKI DPP PPNI 2019).

a. Nyeri akut/kronis b.d peradangan sendi, penimbunan krital, erosi


tulang rawan
1) Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan nyeri berkurang, hilang atau teratasi dengan kriteria
hasil: klien melaporkan penurunan nyeri, menunjukkan prilaku
yang lebih rileks, skala nyeri 1-3 atau teratasi
2) Intervensi Keperawatan (Manajemen Nyeri I.08238)
a) Observasi : kaji karakteristik nyeri (PQRST)
a) Terapeutik : berikan teknik non farkamakologi
b) Edukasi : jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan
pereda nyeri nonfarmakologis, ajarkan teknik relaksasi ,
ajarkan metode distraksi.
c) Kolaborasi : kolaborasikan terkait pemberian analgesik.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan rentang gerak
1) Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan klien mampu melaksanakan aktivitas
fisik sesuai kemampuan dengan kriteria hasil: tidak mengalami
kontraktur sendi, kekuatan otot bertambah, klien ikut dalam
program latihan.
2) Intervensi Keperawatan (Dukungan Mobilisasi I.05173)
a) Observasi : kaji mobilitas pasien, identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya.
b) Terapeutik : fasilitasi aktivitas mobilisasi, bantu klien
melakukan mobilisasi
c) Edukasi : bantu klien melakukan latihan ROM, ajarkan klien
melakukan latihan gerak aktif
d) Kolaborasi : kolaborasikan dengan ahli fisioterapi
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk kaki
1) Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan citra diri klien meningkat dengan
kriteria hasil : mampu menyatakan penerimaan diri, tidak merasa
harga dirinya negatif.
2) Intervensi Keperawatan :
a) Observasi : kaji perubahan persepsi dan hubungannya dengan
derajat ketidakmampuan
b) Terapeutik : ingatkan kembali realita bahwa masih dapat
menggunakan sisi yang sehat.
c) Edukasi anjurkan orang dekat untuk mengizinkan klien
melakukan hal untuk dirinya sendiri
d) Kolaborasi : kolaborasikan dengan ahli neuropsikologi bila
ada indikasi.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperawatan yang
dilakukan sesuai dengan rencana perawatan yang telah dibuat. Perawat
memberikan pelayanan kesehatan yang memilihara kemampuan
fungsional lansia dan mencegah komplikasi serta meningkatkan
ketidakmampuan. Tindakan keperawatan berdasarkan rencana
keperawatan dari setiap diagnosa keperawatan yang telah dibuat dengan
didasarkan pada konsep asuhan keperawatan (Sunaryo, 2015).
Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa nyeri yaitu
dengan melakukan indentifikasi dari kualitas nyeri yang dirasakan klien
dan mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri dengan
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik kompres hangat.
Diagnosa gangguan mobilitas fisik penulis dapat mengkaji kekuatan otot
dan mengajarkan teknik ROM untuk mengurangi kekakuan pada sendi
pasien yang mengalami artritis gout serta dapat meningkatkan
pengetahuan pada pasien lansia tentang artritis gout serta diit untuk
penderita artritis gout.
5. Evaluasi Keperawatan
a. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan
klien terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
b. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan klien,
membandingkan respons, klien dengan kriteria hasil dan
menyimpulkan hasil kemajuan
c. Perawat akan mencatat hasil evaluasi dalam lembar evaluasi atau
dalam catatan kemajuan
d. Dalam menelaah kemajuan klien dalam pencapaian hasil, perawat
akan mencatat salah satu dari keputusan berikut, dalam lembar
evaluasi atau dalam catatan kemajuan pada saat ditentukan untuk
melakukan evluasi:
1) Lanjutkan: diagnosa masih berlaku, tujuan dan kriteria standar
masih relevan
2) Direvisi: diagnosis masih berlaku tetapi tujuan dan tindakan
keperawatan memerlukan perbaikan
3) Teratasi: tujuan keperawatan telah dicapai, dan rencana
keperawatan tidak dilanjutkan
4) Dipakai lagi: diagnosis yang telah teratasi terjadi lagi
Evaluasi juga dapat disusun dengan menggunakan SOAP atau
SOAPIER. Format ini digunakan apabila implementasi keperawatan dan
evaluasi didokumentasikan dalam satu catatan kemajuan (Sunaryo, 2015).
Hasil evaluasi yang diharapkan penulis setelah melakukan tindakan
keperawatan pada pasien lansia yaitu klien mengatakan nyeri berkurang
setelah diberikan intervensi keperawatan, pada diagnosa yang kedua yaitu
gangguan mobilitas fisik kekuatan otot klien meningkat 4/5 dan tingkat
pengetahuan klien meningkat ditandai dengan klien mampu memhami
materi yang telah disampaikan oleh perawat.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses melakukan pemeriksaan atau
penyelidikan yang dilakukan oleh perawat untuk mempelajari keadaan pasien
sebagai langkah awal yang akan dijadikan dasar pengambilan keputusan
tindakan keperawatan. Pengkajian keperawatan merupakan tahap yang paling
menentukan bagi tahap berikutnya untuk menentukan diagnosa keperawatan
(Rohmah & Walid, 2019). Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian pada
tanggal 9 – 10 Juni 2022 sehingga data-data yang didapatkan dari Ny.S
sebagai berikut:
1. Identitas klien :
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 69 Tahun
c. Status perkawinan : Cerai mati
d. Agama : Islam
e. Suku : Bugis
f. Alamat : jln. Parit Keladi II RT.80
2. Riwayat Pekerjaan
a. Pekerjaan saat ini
Klien mengatakan saat ini ia tidak lagi bekerja dan hanya dirumah saja,
klien juga mengatakan sebelumnya ia bekerja sebagai pembantu
persalinan (dukun).
b. Sumber pendapatan
Klien mengatakan saat ini sumber pendapatannya hanya dari anaknya
yang menjaga kaming dan kebun milik tetangganya, klien juga
mentakan saat ini klien merasa kebutuhannya tercukupi.
3. Riwayat Lingkungan Hidup
Rumah tempat tinggal klien tampak bersih dan rapi halaman rumah klien
tampak bersih. Penerangan dirumah klien baik, kebersihan dan kerapian
kamar klien baik, sirkulasi udara baik, keadaan kamar mandi dan wc
cukup bersih, lantai rumah klien mayoritas masih menggunakan papan
dan lantai lantai dirumah klien tidak terdapat tonjolan. Disamping rumah
klien terdapat kandang kambing. Sumber air minum dirumah Ny.S
menggunakan air hujan yang dimasak. Klien saat ini tinggal bersama
anaknya, Klien mengatakan tidur sendirian didalam kamar.
4. Riwayat Rekreasi
Ny. S mengatakan ia dan keluarga nya jika libur kumpul bersama anak-
anak dan cucu nya di rumah keluarga terdekat rumah.
5. Sistem Pendukung
Ny.S mengatakan jika sakit ia memeriksakan kesehatannya dengan
perawat di puskesmas pembantu terdekat di rumah nya.
6. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama
Klien mengatakan sering terasa nyeri Klien mengatakan nyeri
pada sendi lutut kanan P: Nyeri bertambah saat beraktivitas Q:
Seperti tertusuk-tusuk R: sendi lutut kaki kanan S: Skala 6 T:
Hilang datang, biasanya pagi dan malam hari. Klien mengatakan
susah tidur saat timbul nyeri klien mengatakan sulit beraktivitas
saat timbul nyeri dan sulit menggerakkan sendi lutut kaki kanan
karena terasa kaku, saat berjalan pasien tampak sesekali
meringis, dan saat duduk pasien biasanya memegang sendi yang
terasa nyeri, klien mengatakan sulit tidur di malam hari saat
nyeri timbul. Klien juga tidak pernah melakukan latihan
pergerakan dan tidak pernah berolahraga hanya beres-beres
rumah saja. Klien tampak perlahan-lahan ketika mengubah
posisi duduk dan tidak mampu untuk berjalan jauh. Tampak
sedikit bengkak sendi sebelah kaki kanan.
2) Gejala yang dirasakan
Klien merasakan nyeri dibagian sendi lutut sebelah kanan, nyeri
yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Klien juga mengatakan
pergelangan kaki sebelah kirinya sulit untuk digerakkan dan
terasa kaku.
3) Timbulnya keluhan
Klien mengtakan nyeri yang dirasakan hilang datang dan
bisanya dipagi dan malam hari.
4) Pemahaman & Penatalaksanaan masalah kesehatan
Klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakitnya dan
belum juga mengetahui teknik non farmakologi untuk
meredakan nyeri, selain itu Ny.S juga belum mengetahui diit
dengan Artritis Gout.
7. Pemeriksaan Penunjang
Ny. S terdata di Puskesmas Pembantu desa Parit Keladi II mengalami
penyakit Arthritis Gout dan pernah mendapatkan terapi obat untuk dosis
obatnya klien dan keluarga sudah lupa. Berdasarkan pemeriksaan terakhir
tanggal 4 Juni 2022 nilai kadar asam urat Ny. S: 16,3 mg/dl.
8. Aktivitas Hidup Sehari-hari (ADL)
a. Nutrisi metabolik
Klien mengatakan ia makan 2-3 kali sehari, klien mengatakan lauk
yang sering dimakan yaitu makanan laut seperti ikan-ikanan, udang
dan sayur-sayuran. Keluarga klien juga mengatakan Ny.N suka
makan kacang-kacangan, sayur kangkung, tempe. Klien mengatakan
nafsu makannya baik.
b. Eliminasi
Klien mengatakan tidak adalah masalah dalam buang BAB dan BAK,
frekuensi BAB 1 kali sehari dan frekuensi BAK sekitar 6 kali sehari.
c. Aktivitas pola latihan
Klien mengatakan sulit beraktivitas saat timbul nyeri dan sulit
menggerakkan sendi lutut sebelah kanan karena terasa ngilu, klien
juga tampak perlahan-lahan ketika ingin mengubah posisi duduk,
klien tampak tidak mampu untuk berjalan jauh dan kadang-kadang
berpegang pada dinding. Keluarga klien mengatakan sebelumnya
Ny.S pernah jatuh saat naik tangga dirumah.
9. Pola kognitif persepsi
Sebelum sakit : klien mengatakan sebelum sakit ia mengatakan kaki
kanan nya tidak terasa nyeri, klien dapat beraktivitas dengan baik dan
masih bisa bekerja dengan berjalan kaki jarak tempuh yang jauh.
Saat sakit : Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan (P: Nyeri bertambah
saat melakukan aktivitas, Q: nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, R: Nyeri
terasa dibagian pergelangan sendi lutut sebelah kanan, S: Nyeri yang
dirasakan skala 6, T: Nyeri terasa hilang hilang datang, biasanya saat pagi
dan malam hari, penulis mengkaji nyeri yang dirasakan oleh klien
menggunakan penilaian nyeri skala deskriptif dan numeric rating scale
(NRS). Klien mengatakan penglihatannya masih baik dan
pendengarannya juga masih baik.
10. Pola peran hubungan
Status perkawinan klien saat ini cerai mati karena suaminya telah
meninggal dunia, klien juga mengatakan hubungan dengan anggota
keluarga yang lain baik, klien juga mengatakan selalu bergaul dengan
tetangganya.
11. Sexualitas
Tidak dikaji dikarenakan klien telah memasuki lanjut usia (eldery) dan
telah mengalami menopause. Klien mengatakan tidak ingat sejak umur
berapa ia tidak lagi mengalami menstruasi.
12. Koping pola toleransi stress
Klien mengatakan tidak ada beban pikiran, klien juga suka berjalan
dirumah tetangga saat kakinya tidak terasa nyeri.
13. Nilai pola keyakinan
Klien mengatakan ibadah yang biasa dilakukannya di rumah adalah
sholat, zikir dan berdoa kepada allah SWT.
14. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Saat dilakukan pengkajian keadaan umum klien tampak baik dan
kesadaran klien compos mentis
b. TTV :
TD : 138/100 mmHg RR : 24 x/menit
N : 98 x/menit Suhu : 36,4oC
c. BB/TB
BB : 65 Kg TB : 151 cm
d. Kepala
Rambut klien tampak pendek sebahu, berwarna hitam dan ada yang
sudah beruban, saat diraba tidak teraba nyeri tekan pada kepala klien.
e. Mata
Pergerakan bola mata klien baik, tidak ada masalah pada penglihatan,
dan tidak terdapat anemia
f. Hidung
Bentuk hidung klien tampak simetris dan tidak terdapat benjolan,
penciuman pasien masih baik dan dapat membedakan bau kopi dan
minyak kayu putih.
g. Telinga
Tidak ada masalah pada pendengaran, dan tidak ada cairan yang
keluar dari telinga..
h. Mulut, gigi dan bibir
Mukosa tampak bibir tampak sedikit kering, mulut tampak bersih,
keadaan gigi klien sudah tidak lengkap.
i. Dada
Pasien mengatakan didadanya tidak terdapat luka, dan tidak terdapat
nyeri tekan, suara jantung S1 dan S2.
j. Abdomen
Tidak ada nyeri tekan saat dipalpasi, perut klien tampak sedikit
membuncit, tidak teraba masa pada perut, bising usus 7 x/menit.
k. Kulit
Turgor kulit klien sudah menurun, warna kulit sawo matang, kulit
tampak keriput dan tidak terdapat lesi atau lebam.
l. Ekstremitas atas
Anggota tubuh atas klien lengkap, kekuatan otot tangan kanan dan
kiri (5 - 5), kedua tangan klien dapat berjabat tangan dengan kekuatan
penuh dan dapat mengikuti instruksi.
m. Ekstremitas bawah
Anggota tubuh bawah klien lengkap, sendi pergelangan kaki sebelah
kiri sedikit bengkak, kekuatan otot kaki kanan dan kiri (3 - 4), kaki
kanan klien dapat diangkat tetapi saat diberi tekanan klien tidak bisa
menahannya terlalu lama, sedangkan kekuatan kaki kiri klien dapat
melawan gravitasi (kaki bisa diangkat) tetapi tidak dapat melawan
tahanan pemeriksa.
15. Status Kognitif / Afektif / Sosial
a. Fungsi kognitif SPMSQ
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa Ny.S memiliki kerusakan
intelektual ringan, karena dari 10 pertanyaan Ny. salah sebanyak 3
pertanyaan.
b. Status fungsional (Katz Indeks)
Status fungsional klien termasuk dalam kategori A karena klien
Aktivitas dalam hal makan, berpindah, ke kamar mandi dan aktivitas
lainnya bisa dilakukan secara mandiri.
c. MMSE
Hasil pengkajian MMSE didapatkan skor sebesar 24 yang berarti
klien memiliki aspek kognitif dan fungsi mental baik.

B. Analisa Data
Setelah melakukan pengkajian pada Ny. S maka selanjutnya penulis
mengelompokkan data-data guna untuk menegakkan diagnosa keperawatan.
1. Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada sendi lutut kanan, nyeri
yang dirasakan sudah sejak lebih dari 3 bulan. P: Nyeri bertambah saat
beraktivitas Q: seperti tertusuk-tusuk R: sendi lutut kaki kanan S: Skala 6
T: Hilang datang, biasanya pagi dan malam hari, Klien mengatakan susah
tidur saat timbul nyeri. Data Objektif : wajah klien tampak sesekali
meringis saat berjalan, klien tampak mengelus sendi yang nyeri, nilai UA :
16,3 mg/dl. TTV : TD : 138/100 mmHg, N : 98 x/menit, RR : 24 x/menit, S :
36,4 oC.
Problem : Nyeri Kronis. Etiologi : kondisi kronis (artritis gout)
Data Subjektif : Klien mengatakan sulit beraktivitas saat timbul
nyeri,sulit menggerakkan sendi lutut kaki kanan karena terasa kaku. Data
Objektif : klien tampak perlahan-lahan ketika ingin mengubah posisi
duduk, klien tampak tidak mampu untuk berjalan jauh dan kadang-kadang
berpegang pada dinding, Nilai kadar UA : 16,3 mg/dl, gerakan klien
tampak terbatas, rentang gerak klien tampak menurun, kekuatan otot :
5 5
3 4
Problem : Gangguan Mobilitas Fisik. Etiologi : kekakuan pada sendi
2. Data Subjektif : klien mengatakan tidak tahu tentang asam urat, klien
mengatakan nyeri yang ia rasakan terjadi didalam kakinya bukan diluar,
klien mengatakan sering makan makanan yang tinggi purin seperti
kangkung,tempe,kacang-kacangan, klien mengatakan sebelumnya ia
belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan mengenai asam urat dan
diit asam urat. Data Objektif : klien tampak diam dan bingung saat
ditanya tentang penyakitnya.
Problem : Defisit Pengetahuan. Etiologi : kurang terpapar informasi
kesehatan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi kronis (artritis gout)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
kesehatan.
D. Perencanaan, Implementasi, Evaluasi
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi kronis (artritis gout)
Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada sendi lutut kanan, nyeri
dirasakan sudah lebih dari 3 bulan yang lalu. P: Nyeri bertambah saat
beraktivitas Q: seperti tertusuk-tusuk R: sendi lutut kaki kanan S: Skala 6
T: Hilang datang, biasanya pagi dan malam hari Klien mengtakan susah
tidur saat timbul nyeri. Data Objektif : wajah klien tampak sesekali
meringis saat berjalan, klien tampak mengelus sendi yang nyeri, nilai UA :
16,3 mg/dl. TTV : TD : 138/100 mmHg, N : 98 x/menit, RR : 24 x/menit, S :
36,4 oC.
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan sebanyak 3x pertemuan
diharapkan tingkat nyeri klien berkurang dengan Kriteria Hasil :
Keluhan nyeri yang dirasakan menurun (skala 2/3), Tidak Meringis,
Klien dapat tidur di malam hari
b. Perencanaan tindakan
Manajemen Nyeri (I.08238) :
Observasi :Identifikasi karakteristik nyeri (PQRST). Terapeutik:
Berikan teknik nonfarmakologis (kompres hangat Jahe) Ajarkan
teknik relaksasi napas dalam. Edukasi : Anjurkan meningkatkan
istirahat
c. Implementasi
Hari senin tanggal 13 Juni 2022 pada jam 09: 20 – 09:31
Action : Mengidentifikasi karakteristik nyeri (PQRST) Respon :
klien mengatakan nyeri P: Nyeri bertambah saat beraktivitas Q:
Seperti tertusuk-tusuk R: Pergelangan sendi lutut pada kaki kanan S:
Skala 6 T: Hilang datang, biasanya saat pagi dan malam hari. Hasil :
Klien sesekali tampak meringis dan mengelus sendi yang terasa nyeri.
Action : melakukan kontrak waktu untuk mengajarkan teknik
nonfarmakologis (kompres hangat jahe) Hasil: klien setuju untuk
dilakukan kompres hangat di pertemuan selanjutnya (Rabu, 15 Juni
2022). Action : Menganjurkan meningkatkan istirahat. Hasil: Klien
mengatakan akan melakukan anjuran untuk beristirahat dan tidak
banyak untuk berjalan
Hari Rabu tanggal 15 Juni 2022 pada jam 09: 00 – 09: 25
Action : Mengidentifikasi karakteristik nyeri (PQRST) Respon: klien
mengatakan nyeri, P: Nyeri bertambah saat beraktivitas, Q: Seperti
tertusuk-tusuk, R: Pergelangan sendi lutut kaki kanan, S: Skala 6, T:
Hilang datang, biasanya saat pagi dan malam hari. Hasil: Klien masih
sesekali meringis. Action : Memberikan teknik nonfarmakologis
(kompres hangat jahe ). Respon : klien mengatakan nyeri sudah
berkurang, skala 4. Hasil: klien tampak tenang dan rileks saat
diberikan kompres hangat jahe. Action : Mengajarkan teknik relaksasi
napas dalam. Hasil: klien dapat mempraktekkan teknik relaksasi
dengan baik.
Hari Jum’at tanggal 17 Juni 2022 jam 09:00, 09:05 09:08, 09:10
Action : Mengidentifikasi karakteristik nyeri (PQRST) H: klien
mengatakan nyeri sudah berkurang P: Nyeri bertambah saat
beraktivitas Q: Seperti tertusuk-tusuk. Respon: Pergelangan sendi
lutut sebelah kanan S: Skala 4 T: Hilang datang. Action :
Menganjurkan untuk melakukan teknik nonfarmakologis (kompres
hangat jahe) Respon: klien mengatakan melakukan kompres hangat
jahe saat nyeri timbul, skala 3, dan klien mengatakan tadi malam
dapat tidur. Hasil: klien tidak tampak meringis. Action : Mengajarkan
teknik relaksasi napas dalam. Hasil: klien sudah dapat melakukannya
secara mandiri. Action : Menganjurkan meningkatkan istirahat. Hasil :
istirahat terpenuhi.
d. Evaluasi
Hari Senin tanggal 13 Juni 2022 pada jam 09: 32
Data Subjektif : Klien mengatakan masih terasa nyeri P: Nyeri
bertambah saat beraktivitas Q: Seperti tertusuk-tusuk R: Pergelangan
sendi lutut sebelah kanan S: Skala 6 T: Hilang datang, biasanya pagi
dan malam hari. Data Objektif : Klien masih sesekali meringis, klien
tampak mengelus sendi yang terasa nyeri, klien tampak tenang saat
diberikan kompres hangat jahe. TTV :TD: 138/100 mmHg, RR: 20
x/menit, N: 90 x/menit, S: 36,1oC. Analisa : Masalah keperawatan
belum teratasi. Perencanaan : Lanjutkan Intervensi : Identifikasi
karakteristik nyeri (PQRST), Berikan teknik nonfarmakologis
(kompres hangat jahe, Ajarkan teknik relaksasi napas dalam,
Anjurkan meningkatkan istirahat.
Hari Rabu tanggal 15 Juni 2022 pada jam 09 : 26
Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang, P: Nyeri
bertambah saat beraktivitas Q: Seperti tertusuk-tusuk R: sendi lutut
sebelah kanan S: Skala 4 T: Hilang datang, biasanya pagi dan malam
hari. Data Objektif : Klien masih sesekali meringis, Klien tampak
tenang dan rileks saat diberikan kompres hangat jahe, TTV: TD:
130/100 mmHg RR: 22 x/menit, N: 82 x/menit, S: 36 oC. Analisa :
Masalah keperawatan belum teratasi. Perencanaan : Lanjutkan
Intervensi : Identifikasi karakteristik nyeri (PQRST), Berikan teknik
nonfarmakologis (kompres hangat jahe, Ajarkan teknik relaksasi
napas dalam, Anjurkan meningkatkan istirahat
Hari Jum’at tanggal 17 Juni 2022 pada jam 09 : 11
Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri berkurang, P: Nyeri
bertambah saat beraktivitas, Q: Seperti tertusuk-tusuk, R: sendi lutut
sebelah kanan, S: Skala 3, T: Hilang datang, Klien mengatakan tadi
malam dapat tidur. Data Objektif : Klien tidak tampak meringis,
TTV: TD: 130 /90 mmHg, RR: 20 x/menit, N: 86 x/menit, S: 36,1oC.
Analisa : Masalah keperawatan teratasi. Perencanaan : intervensi
keperawatan dihentikan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi
Data Subjektif : : Klien mengatakan sulit beraktivitas saat timbul
nyeri,sulit menggerakkan sendi lutut kaki kanan karena terasa kaku. Data
Objektif : klien tampak perlahan-lahan ketika ingin mengubah posisi
duduk, klien tampak tidak mampu untuk berjalan jauh dan kadang-kadang
berpegang pada dinding, Nilai kadar UA : 16,3 mg/dl, gerakan klien
tampak terbatas, rentang gerak klien tampak menurun, kekuatan otot :
5 5
3 4
a. Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan sebanyak 3x pertemuan
diharapkan mobilitas fisik pasien meningkat dengan Kriteria hasil
Kekuatan otot meningkat (4) , keluhan nyeri yang dirasakan menurun
(skala 2/3)
b. Perencanaan tindakan
Dukungan Mobilisasi (I.05173) :
Observasi : Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya,
Terapetik : Bantu mobilisasi klien, berikan klien latihan ROM secara
perlahan. Edukasi: Anjurkan untuk tidak terlalu banyak melakukan
aktivitas.
c. Implementasi
Hari Senin tanggal 13 Juni 2022 jam 09 : 33, 09: 35, 09 : 37
Action : Mengindentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
Hasil: klien mengatakan nyeri pada sendi lutut pada kaki kanan, skala
6 dan sulit untuk digerakkan. Action: Menjadwalkan klien latihan
ROM. Hasil: klien mau untuk dilatih ROM. Action : Mengajurkan
untuk tidak terlalu banyak melakukan aktivitas. Hasil : klien
mengatakan akan melakukannya.
Hari Rabu tanggal 15 Juni 2022 jam 09 : 39, 09: 41, 09 : 45
Action : Mengindentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
Hasil: klien mengatakan nyeri mulai berkurang pada sendi lutut
sebelah kanan , skala 4. Action : Membantu mobilisasi klien. Hasil:
klien tetap dibantu untuk duduk diatas kursi secara perlahan.
Memberikan klien latihan ROM. Hasil: kedua kaki diberikan latihan
ROM aktif dan pasif secara perlahan Kekuatan otot 5 5
3 4
Menganjurkan untuk banyak istirahat. Hasil : pasien tidak banyak
melakukan aktivitas.
Hari Jum’at tanggal 17 Juni 2022 09 : 47 , 09 : 50
Action : Mengindentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
Hasil: klien mengatakan nyeri disendi lutut sebelah kanan berkurang
skala 3 dan sudah tidak sakit saat digerakkan. Action: Membantu
mobilisasi klien. Hasil: klien mulai bisa duduk secara mandiri. Action:
Memberikan klien latihan ROM. Hasil: klien diberikan latihan ROM
aktif dan pasif,kekuatan otot 5 5
3 4
d. Evaluasi
Hari Senin tanggal 13 Juni 2022 jam 09 : 38
Data Subjektif : Klien mengatakan terasa nyeri, skala 6 Sendi lutut
sebelah kanan sedikit sulit untuk digerakkan. Data Objektif : Klien
dibantu duduk dikursi secara perlahan, Gerakan klien masih tampak
terbatas. Analisa : Masalah keperawatan belum teratasi.
Perencanaan : Lanjutkan Intervensi : Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya, Bantu mobilisasi klien, Berikan klien latihan
ROM, Anjurkan untuk banyak istirahat
Hari Rabu tanggal 15 Juni 2022 jam 09 : 46
Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri mulai berkurang, skala 4,
sendi lutut sudah mulai enak saat digerakkan. Data Objektif : Klien
masih tampak sulit berjalan, Klien perlahan mulai bisa duduk dikursi
seperti biasa, Rentang gerak klien mulai meningkat. Analisa :
Masalah keperawatan belum teratasi. Perencanaan : Lanjutkan
Intervensi : Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, Bantu
mobilisasi klien, Berikan klien latihan ROM, Anjurkan untuk banyak
istirahat
Hari Jum’at tanggal 17 Juni 2022 jam 09 : 55
Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri berkurang, skala 3, sendi
pergelangan kaki kiri sudah bisa digerakkan. Data Objektif : Klien
dapat duduk diatas kursi secara mandiri , rentang gerak klien
meningkat, ekuatan otot ekstermitas bawah meningkat (4 – 4).
Analisa: Masalah Keperawatan terasi. Perencanaan : Intervensi
keperawatan dihentikan.
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
kesehatan.
Data subjektif : klien mengatakan tidak tahu tentang asam urat, klien
mengatakan nyeri yang ia rasakan terjadi didalam kakinya bukan diluar,
klien mengatakan sering makan makanan yang tinggi purin seperti
kangkung,tempe,kacang-kacangan, klien mengatakan sebelumnya ia
belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan mengenai asam urat dan
diit asam urat. Data Objektif : klien tampak diam dan bingung saat
ditanya tentang penyakitnya.
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan sebanyak 3x pertemuan
diharapkan tingkat pengetahuan klien meningkat dengan Kriteria hasil:
Klien mengatakan paham mengenai penyakit, klien paham mengenai
cara penanganan penyakit, mampu menjawab saat dievaluasi.
b. Perencanaan tindakan
Edukasi Kesehatan (I.12333) :
Observasi : Kaji tingkat pengetahuan klien. Terapeutik : sediakan
materi dan media pendidikan kesehatan, berikan informasi mengenai
penyakit klien. Edukasi :Anjurkan klien menghindari makanan
pemicu asam urat (diit artritis gout), evaluasi materi yang telah
disampaikan.
c. Implementasi
Hari Senin tanggal 13 Juni 2022 jam 09 : 39, 09 : 42, 09: 45
Action : Mengkaji tingkat pengetahuan klien. Hasil: Klien
mengatakan tidak tahu penyebab penyakit asam urat dan klien tidak
banyak tahu makanan pemicu asam urat. Action : melakukan kontrak
waktu untuk penkes. Respon : klien setuju untuk dilakukan penkes
pada hari jumat. Action : Memberikan informasi mengenai penyakit
klien. Hasil: klien mengatakan mulai paham mengenai penyakit yang
dideritanya. Action: menganjurkan klien menghindari makanan
pemicu asam urat. Hasil: pasien mengatakan akan mencoba
melakukannya.
Hari Rabu tanggal 15 Juni 2022 jam 09 : 50 – 10:00
Action : Memberikan informasi mengenai diit asam urat. Hasil: Klien
mengatakan mulai paham mengenai penyakit asam urat dan diit nya.
Action : Mengevaluasi materi yang telah disampaikan. Hasil: Klien
dapat menjawab pertanyaan saat dievaluasi
Hari Jum’at tanggal 17 Juni 2022 jam 10 :00 – 10 : 20
Action : Menyediakan materi dan memberikan pendidikan kesehatan.
Hasil: leaflet dan SAP. Action: Memberikan informasi mengenai
penyakit klien dan diit asam urat Hasil: klien mengatakan mulai
paham mengenai penyakit yang dideritanya. Action: Menganjurkan
klien menghindari makanan pemicu asam urat. Hasil: pasien
mengatakan akan mencoba melakukannya. Action: Mengevaluasi
materi yang telah disampaikan. Hasil: klien masih mengingat materi
yang telah disampaikan.
d. Evaluasi
Hari Senin tanggal 13 Juni 2022 jam 09 : 47
Data Subjektif : Klien mengatakan mulai paham mengenai penyakit
yang dideritanya. Data Objektif : Saat diberikan informasi mengenai
penyakit asam urat klien tampak menyimak, Klien masih kesulitan
menjawab pertanyaan saat dievaluasi. Analisa : Masalah keperawatan
belum teratasi. Perencanaan : Lanjutkan Intervensi : Berikan
informasi mengenai penyakit klien dan diit asam urat, evaluasi materi
yang telah disampaikan
Hari Rabu tanggal 15 Juni 2022 jam 10 :00
Data Subjektif : Klien mengatakan sudah paham mengenai penyakit
asam urat dan diit asam urat. Data Objektif : Saat diberikan
informasi mengenai penyakit asam urat klien tampak menyimak, klien
sedikit ragu menjawab pertanyaan saat dievaluasi. Analisa : masalah
keperawatan belum teratasi. Perencanaan : lanjutkan intervensi :
evaluasi materi yang telah disampaikan.
Hari Jum’at tanggal 17 Juni 2022 jam 10 : 22
Data Subjektif : Klien mengatakan sudah tahu mengenai penyakit
asam urat dan diit asam urat. Data Objektif : Klien masih mengingat
materi yang telah disampaikan, klien dapat menjawab pertanyaan
yang diajukan. Analisa: masalah keperawatan sudah teratasi.
Perencanaan : intervensi dihentikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Proses Keperawatan dengan Konsep Terkait Teori dan Kasus
Terkait
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. S menggunakan format yang
diperoleh dari institusi STIK Muhammadiyah Pontianak. Penulis
memperoleh data subjektif dari hasil wawancara pada klien serta keluarga
klien dan data objektif diperoleh dari hasil observasi (pengamatan) pada
klien secara langsung.
Keluhan yang klien rasakan yaitu klien mengatakan sering terasa
nyeri pada sendi lutut pada kaki sebelah kanan,nyeri timbul biasanya pagi
dan malam hari, klien mengatkan sulit beraktivitas saat timbul nyeri dan
sulit menggerakkan sendi pada kakinya, klien juga mengatakan sulit tidur
di malam hari saat nyeri timbul. Klien tampak perlahan-lahan ketika
mengubah posisi duduk dan tidak bisa berjalan jauh. Tampak sedikit
bengkak pada sendi lutut sebelah kanan. Keluhan yang dialami klien
sesuai dengan konsep teori mengenai arthritis gout, Perhimpunan
Reumatologi Indonesia (2012) dan Nurhayati (2018) juga menyatakan
selain nyeri, penyakit asam urat juga dapat membuat persendian
membengkak, merah, panas, kaku, sulit digerakkan, sehingga penderita
tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya dan salah satu sendi yang
terkena biasanya sendi pergelangan pada kaki.
Selama proses pengkajian adanya faktor pendukung serta
penghambat yang penulis rasakan. Faktor pendukung selama pengkajian
yaitu klien serta keluarga terbuka sehingga memudahkan penulis
melakukan pengkajian. Faktor penghambat selama pengkajian yaitu peran
keluarga dalam memutuskan masalah dan berkomunikasi masih kurang
dikarenakan keluarga Ny. S tidak memiliki banyak waktu karena bekerja
sehingga sulit untuk berdiskusi bersama-sama tentang masalah yang klien
dan keluarga hadapi. Setelah penulis membandingkan hasil pengkajian

84
yang didapat dengan teori, penulis tidak menemukan perbedaan antara
teori dengan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S.
2. Diagnosa
Berdasarkan data-data pengkajian yang didapatkan penulis
diperoleh tiga diagnosa yang dapat diangkat dari klien. Diagnosa pertama
adalah nyeri kronik b.d kondisi kronis (artritis gout), diagnosa kedua
gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan pada sendi, dan diagnosa yang
ketiga defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi. Dari teori
menurut Muttaqin (2011) tiga diagnosa yang diangkat diantaranya yaitu
diagnosa pertama nyeri akut, dan yang kedua gangguan mobilitas fisik.
Alasan penulis mengangkat diagnosa ketiga yaitu defisit pengetahuan
dikarenakan sesuai dengan data subjektif dan objektif yang diperoleh dari
pengkajian. Untuk diagnosa Gangguan citra tubuh dan Ansietas tidak
diangkat penulis dikarenakan tidak ada data yang menunjang untuk
diangkatnya diagnosa tersebut. Gangguan citra tubuh tidak diangkat
karena tidak ada terjadinya perubahan bentuk pada kaki pasien, serta tidak
diangkatnya diagnosa Ansietas dikarenakan adanya koping keluarga yang
adekuat serta pasien menerima keadaannya.
Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri kronis b.d kondisi kronis
(artritis gout) sebagai prioritas pertama karena jika tidak segera ditangani
maka inflamasi akan semakin parah dan skala nyeri akan semakin
meningkat, dampak lain dari nyeri yang berkepanjangan akan
menghambat mobilitas klien. Jika nyeri tidak ditangani terlebih dahulu
maka skala nyeri akan meningkat dan masalah gangguan mobilitas fisik
tidak bisa teratasi.
Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas membuktikan bahwa
tidak ada perbedaan antara diagnosa keperawatan pada kasus yang terjadi
dilapangan dengan diagnosa keperawatan pada teori yang ada, dimana
dari tiga diagnosa yang ada di teori, dua diantaranya diangkat menjadi
diagnosa utama pada klien karena sesuai dengan kasus atau data-data
yang diperoleh dari hasil pengkajian terhadap klien.
3. Intervensi
Masalah utama yang terjadi pada Ny. S adalah nyeri kronis, dari
hasil pengkajian didapatkan Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada
sendi lutut kanan, nyeri dirasakan sudah lebih dari 3 bulan yang lalu. P:
Nyeri bertambah saat beraktivitas Q: seperti tertusuk-tusuk R: sendi lutut
kaki kanan S: Skala 6 T: Hilang datang, biasanya pagi dan malam hari
Klien mengtakan susah tidur saat timbul nyeri. Data Objektif : wajah
klien tampak sesekali meringis saat berjalan, klien tampak mengelus sendi
yang nyeri, nilai UA : 16,3 mg/dl. TTV : TD : 138/100 mmHg, N : 98
x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36,4 oC.
Diagnosa tersebut disusun rencana tindakan untuk mengatasi
masalah keperawatan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingin
dicapai. Penyusunan rencana keperawatan (intervensi) dan kriteria hasil
pada klien mengacu pada SIKI dan SLKI yang menjadi dasar dalam
proses keperawatan. Adapun rencana tindakan untuk mengatasi nyeri akut
adalah: identifikasi karakteristik nyeri (PQRST), berikan teknik
nonfarmakologis (kompres hangat jahe), ajarkan teknik relaksasi napas
dalam dan anjurkan meningkatkan istirahat
Untuk diaganosa keperawatan kedua yaitu gangguan mobilitas fisik
perencanaan tindakan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk klien
disusun berdasarkan SIKI dan SLKI. Adapun rencana tindakan yang
diperlukan untuk mengatasi masalah keperawatan pada diagnosa
gangguan mobilitas fisik adalah: identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya, bantu mobilisasi klien, berikan klien latihan ROM secara
perlahan dan anjurkan untuk tidak terlalu banyak melakukan aktivitas
Sedangkan untuk diaganosa keperawatan yang ketiga yaitu defisit
pengetahuan perencanaan tindakan dan kriteria hasil yang akan dilakukan
untuk klien juga disusun berdasarkan SIKI dan SLKI. Adapun renacana
tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah keperawatan pada
diganosa defisit pengetahuan adalah: kaji tingkat pengetahuan klien,
sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, berikan informasi
mengenai penyakit klien, anjurkan klien menghindari makanan pemicu
asam urat dan evaluasi materi yang telah disampaikan
Dalam proses penyusunan rencana tindakan keperawatan yang ada
diteori disesuaikan kembali dengan kondisi serta kebutuhan klien. Rencana
keperawatan secara teoritis tidak semuanya diambil dan dipakai karena
disesuaikan dengan kondisi klien dilapangan, oleh karena itu hendaknya
seseorang perawat melatih kemampuan dalam penyusunan rencana
keperawatan sesuai dengan kondisi dan keadaan klien yang ada dilapangan.
Faktor pendukung dalam penyusunan rencana keperawatan untuk
klien yaitu ada kesamaan diagnosa yang muncul dengan teori yang ada
sehingga dalam penyusunan rencana keperawatan tinggal disesuaikan
kembali dengan kondisi klien. Hambatan pada proses ini tidak dirasakan
oleh penulis dikarenakan rencana keperawatan pada teori bisa dimodifikasi
dan mengacu pada SIKI dan SLKI serta disesuaikan dengan kondisi dan
keadaan klien.
4. Implementasi
Implementasi pada klien dilakukan dengan menerapkan manajemen
nyeri. Klien diberikan manajemen nyeri dengan teknik non farmakologi
yaitu tindakan kompres hangat jahe dan teknik relaksasi nafas dalam
untuk menurunkan skala nyeri yang dirasakan oleh klien. Hal ini
didukung oleh penelitian Radharani (2020) dengan dilakukan kompres
hangat jahe selama 15 – 20 menit terbukti lebih efektif dalam mengurangi
intensitas nyeri dibandingkan dengan kompres hangat hanya
menggunakan air hangat saja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Doliarn’do dkk (2018) bahwa dengan dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam juga dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien artritis gout.
Dengan dilakukan relaksasi nafas dalam mampu menenangkan pikiran
dan tubuh dapat melepaskan ketegangan otot-otot sehingga nyeri dapat
berkurang dan menjadi lebih rileks.
Dalam hal ini penulis sebagai pemberi pelayanan keperawatan
memberikan tindakan atau intervensi sesuai dengan rencana keperawatan
yang telah dibuat, manajemen nyeri yang diterapkan kepada klien selama
3 kali pertemuan dengan hasil yang signifikan terhadap keluhan nyeri
yang dirasakan, dan klien juga tidak mengkonsumsi obat pereda nyeri
selama implementasi keperawatan.
Pada diagnosa gangguan mobilitas fisik, pertama-tama penulis
mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, setelah itu
membantu mobilisasi klien, memberikan klien latihan ROM agar
kekakuan sendi berkurang dan meningkatkan kekuatan otot, serta
menganjurkan klien untuk tidak terlalu banyak melakukan aktivitas guna
mempertahankan istirahat pada klien. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Azizah & Kartono (2021) latihan ROM adalah latihan
yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot, hal ini terbukti
bahwa dilakukan latihan range of motion dapat meningkatkan kekuatan
otot sendi dengan adanya pergerakan melalui aktivitas fisik.
Kemudian untuk mengatasi diagnosa keperawatan defisit
pengetahuan pada klien. Dilakukan implementasi berupa penyuluhan
kesehatan tentang arthritis gout atau penyakit asam urat yang dialami
klien mulai dari pengertian sampai dengan penatalaksanaan asam urat
dan nyeri yang dirasakan serta mengajurkan klien untuk diit pada artritis
gout. Setelah itu dilakukan evaluasi mengenai materi yang telah
disampaikan guna mengetahui tingkat pengetahuan klien. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ferdiani (2021) dengan
dilakukan penyuluhan kesehatan pada pasien lansia dapat meningkatkan
pengetahuan dan sikap pasien serta dapat meningkatkan kesehatannya
terhadap penyakit dan pola makanan yang tepat sehingga dapat
membentuk sikap pencegahan kekambuhan artritis gout.
Tindakan keperawatan yang diberikan penulis kepada klien secara
umum sesuai dengan rencana keperawatan dan penulis mendapatkan
dukungan dari keluarga dalam memberikan perawatan pada klien, hal
tersebut merupakan faktor pendukung dalam tahap ini.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan,
penulis menilai sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai dalam
pemberian ashuhan keperawatan dengan membandingkan hasil dari
ashuhan keperawatan dengan kriteria hasil yang telah disusun sebelumnya.
Evaluasi dilakukan dengan menilai perkembangan serta keefektifan
tindakan keperawatan selama menjalani program asuhan keperawatan.
Masalah nyeri pada Ny. S teratasi pada hari ketiga. Hal ini ditunjukan
dengan berkurangnya keluhan nyeri yang dirasakan pada Ny. S. Klien
mengatakan nyeri pada sendi lutut berkurang dan terasa enak saat
diberikan intervensi kompres hangat jahe, skala nyeri yang dirasakan
awalnya 6 (sedang) turun menjadi skala 3 (ringan), klien juga tidak
tampak meringis.Hal ini dapat teratasi karena klien mampu melakukan
teknik nonfarmakologi (kompres hangat jahe) saat nyeri itu timbul.
Kompres hangat jahe terbukti efektif untuk mengurangi nyeri pada
penderita artritis gout.
Pada diagnosa gangguan mobilitas fisik, dapat teratasi setelah
dilakukan perawatan selama 3 kali pertemuan, Hal ini ditunjukan dengan
tercapainya kriteria hasil yang diharapkan yaitu pergerakan ekstremitas
meningkat, kekuatan otot meningkat, dan nyeri menurun. Hasil yang
didapatkan yaitu Klien mengatakan nyeri berkurang dan sendi
pergelangan kaki kiri sudah bisa digerakkan. Klien tampak bisa bergerak
secara mandiri dan kekuatan otot klien meningkat pada bagian ekstremitas
bawah sebelah kanan. Masalah ini dapat teratasi pada klien yaitu dengan
mengajarkan klien ROM untuk meningkatkan mobilitas dan mengurangi
rasa kekakuan pada sendi.
Sedangkan untuk diagnosa defisit pengetahuan teratasi pada hari
ketiga. Hal ini dibuktikan dengan klien dan keluarga mengatakan paham
dengan penyakit dan diit asam urat, serta saat dievaluasi mengenai materi
yang telah disampaikan, klien dapat menjawab dengan benar. Untuk
mengatasi masalah keperawatan pada diagnosa ini, diperlukannya suatu
kegiatan pendidikan kesehatan tentang penyakit yang diderita klien.
Selian itu pendidikan kesehatan juga dapat meningkatkan pengetahuan
dan digunakan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat untuk
menjelaskan ide, pengertian atau pesan kesehatan, disertai diskusi dan
tanya jawab secara langsung.
B. Pembahasan proses praktik profesi dalam pencapaian target
Praktek profesi pada stase keperawatan gerontik dilaksanakan selama 7
hari, mahasiswa keperawatan STIK Muhammadiyah Pontianak secara
langsung untuk melaksanakan asuhan keperawatan di wilayah puskesmas
pembantu PAL IX Dusun Parit Keladi II. Mahasiswa berkesempatan untuk
melakukan asuhan keperawatan dari tahap pengkajian, menentukan intervensi
dan melakukan implementasi sampai tahap evaluasi yang salah satunya
seperti pasien dengan Artritis Gout secara professional.
Mahasiswa melakukan implementasi cara mengatasi nyeri dengan
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan terapi kompres hangat, selain
itu mahasiswa juga melakukan cara mengatasi kekakuan sendi dengan
mengajarkan teknik ROM serta mahasiswa juga melakukan kegiatan penkes
untuk menambah pengetahuan pasien dengan masalah Artritis Gout.
Mahasiswa keperawatan mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara
holistik sesuai dengan prinsip etik keperawatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan dan pembahasan yang telah
dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian pada kasus Ny.S didapatkan hasil Klien mengatakan sering
terasa nyeri dibagian pinggang sampai ke lutut kaki kanan, nyeri terasa
hilang datang dan biasanya pada pagi dan malam hari, klien mengatakan
sulit beraktivitas saat timbul nyeri dan sulit menggerakkan sendi lutut
kaki kanankarena terasa kaku, saat berjalan pasien tampak sesekali
meringis, dan saat duduk pasien biasanya memegang sendi yang terasa
nyeri, klien mengatakan sulit tidur di malam hari saat nyeri timbul. Klien
juga tidak pernah melakukan latihan pergerakan dan tidak pernah
berolahraga hanya beres-beres rumah saja. Klien tampak perlahan-lahan
ketika mengubah posisi duduk dan tidak mampu untuk berjalan jauh.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny. S yaitu nyeri kronis
b.d kondisi kronis (artritis gout), gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan
pada sendi dan defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.
3. Intervensi pada kasus yang didaptkan dari tiga diagnosa tersebut adalah
dilakukan manajemen nyeri, dukungan mobilisasi dan edukasi kesehatan.
4. Implementasi pada asuhan keperawatan pada kasus yaitu dilakukan
selama 3 kali pertemuan dengan dilakukan teknik non farmakologi
manajemen nyeri; kompres hangat jahe dan relaksasi nafas dalam.
Menurut penelitian yang dilakukan bahwa dengan melakukan kompres
hangat jahe selama 15-20 menit dapat menurunkan intensitas nyeri dan
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri
dan membuat pasien menjadi lebih rileks.
Berdasarkan hasil evaluasi kasus klien yang mengalami arthritis gout
terdapat pengaruh pemberian kompres hangat jahe terhadap penurunan skala
nyeri sendi. Nilai skala nyeri Ny. S hari pertama adalah 6 setelah dilakukan
intervensi pemberian kompres hangat jahe selama 3 hari skala nyeri Ny. S
turun menjadi 3.
B. Saran
1. Bagi Klien
Hasil penelitian ini diharapkan klien untuk tetap menjaga pola
hidup yang sehat sehingga kadar asam urat tetap dalam rentang normal
dan klien diharapkan dapat menerapkan terapi dengan menggunakan
kompres hangat jahe secara mandiri untuk mengatasi nyeri sendi yang
dirasakan.
2. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat dijadikan
sebagai rujukan tambahan bagi intsitusi pendidikan. Misalnya media pada
karya ilmiah akhir ners ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran
serta dapat dijadikan referensi yang dapat menambah pengetahuan
mahasiswa tentang keefektifan kompres hangat jahe sebagai intervensi
untuk nyeri sendi khususnya penyakit arthritis gout pada lansia.
3. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA) ini dapat di jadikan sebagai bahan
pembelajaran untuk menentukan diagnosa keperawatan terkait, faktor-faktor
yang berhubungan, serta pemberian intervensi keperawatan yang tepat
berdasarkan evidence based dan alternative pemecahan masalah atau
solusinya pada asuhan keperawatan pada klien arthritis gout.
Lampiran 1

DAFTAR PUSTAKA

AA, M. P., & Boy, E. (2020). Prevalensi Nyeri Pada Lansia. MAGNA MEDICA:
Berkala Ilmiah Kedokteran Dan Kesehatan, 6(2), 138.
file:///C:/Users/admin/Downloads/6661-16950-1-PB.pdf
Abelson, et al. (2010). Current Clinical Medicine. China: Elsevier.
Afnuhazi, Ridhyalla. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Gout pada Lansia. Jurnal Human Care, Volume 4, No.1.
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/humancare/article/download/242/pdf.
Anugraheni, Vonny M.D. (2013). Warm Compress Effectiveness In Reduction
Dysmenorrhea Pain Intensity Student On STIKes RS. Baptis Kediri.
Jurnal STIKES Volume 6, No. 1.
https://pdfs.semanticscholar.org/8a80/fb425818
a5a48152d0500e9c3baca5d399f8.pdfAmerican College of Rheumatology.
(2019). Empowering Rheumatology Professional.
https://www.rheumatology.org/I-Am-A/Patient-Caregiver/ Diseases-
Conditions/Gout
Azizah, N., Chloranyta, S., & Kartono, J. (2021). Penerapan Relaksasi Napas
Dalam Saat Dilakukan Range Of Motion Pada Responden Asam Urat
Terhadap Nyeri. Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (JIKSI), 2(2).
Ahrawati, A., Sulaeman, S., & AL, J. P. (2021). Pemberian Secang Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia. Jurnal Inovasi dan Pengabdian
Masyarakat (JIPengMas), 1(1), 24-29.
Aryanta, I. W. R. (2019). Manfaat jahe untuk kesehatan. Widya Kesehatan, 1(2),
39-43.
Black, Joyce. M. & Hawks, Jane. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Buku 1. (Alih bahasa oleh: Nampira, Ashari., dkk). Singapore: Elsevier.
Doliarn’do, D. A. B., Kurniajati, S., & Kristanti, E. E. (2018). Kompres Hangat
Dan Relaksasi Nafas Dalam Efektif Menurunkan Nyeri Pasien Reumatoid
Artritis. Jurnal Penelitian Keperawatan, 4(2).
Dayaningsih, D., Astuti, Y., Yuwinda, N. T., & Rahayu, N. D. (2021).
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU LANSIA DENGAN
DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH KOTA
SEMARANG. JURNAL KEPERAWATAN SISTHANA, 6(2), 44-47.
Dewi, S.R. (2015). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.
Ferdiani, F. D. N., & Yuliana, N. (2021). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Diet
Gout Artritis terhadap Tingkat Pengetahuan Lansia di Desa
Karangmojo. Jurnal Stethoscope, 2(1).
Handayani, I. (2020). Pengaruh Kompres Parutan Jahe Merah Terhadap Nyeri
Sendi Pada Lansia Penderita Rhematoid Arthritis Kecamatan
Sendana. Healthy Papua-Jurnal keperawatan dan Kesehatan, 3(1), 114-120.
Lampiran 1

Heuther, Sue. E & McCance, Kathryn. L. (2019). Buku Ajar Patofisiologi. (Alih
bahasa oleh: Soeatmadji, dkk). Singapore: Elsevier.
Herliana, Ersi. (2013). Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta:
FMedia
Infodatin. (2014). Infodatin Kementrian Kesehatan RI, Situasi dan Analisis Lanjut
Usia.https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/inf
odatin/infodatin-lansia.pdf
LeMone, Priscilla., et al. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Muskuloskeletal. (Alih bahasa oleh: Pratiani & Linda). Jakarta:
EGC.
Muhith, A. & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Andi.
Muttaqin, Arif. (2011). Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Selawati, S., Darwati, L. E., & Nugraha, S. T. (2016). Kompres hangat jahe atau
tanpa jahe menurunkan nyeri sendi lutut lansia. Jurnal Ilmiah Permas:
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 6(2), 45-53.
Sitanggang, Y. F., Frisca, S., Sihombing, R. M., Koerniawan, D., Tahulending, P.
S., Febrina, C., ... & Siswadi, Y. (2021). Keperawatan Gerontik. Yayasan
Kita Menulis.
Radharani, R. (2020). Kompres Jahe Hangat dapat Menurunkan Intensitas Nyeri
pada Pasien Gout Artritis. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(1),
573-578.
Putri, S. Q. D., Rahmayanti, D., & Diani, N. (2017). Pengaruh Pemberian
Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Gout Artritis Pada Lansia Di
Pstw Budi Sejahtera Kalimantan Selatan. Dunia Keperawatan: Jurnal
Keperawatan dan Kesehatan, 5(2), 90-95.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2012). Apakah Nyeri Sendi Saya Akibat
Asam Urat? Kenali Gout. http://reumatologi.or.id/reumedtail?id=32
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI. (2018). Standar luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Riset Kesehatan Dasar. (2018). Laporan Provinsi Kalimantan, Barat Riskesdas
2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.
https://dinkes.kalbarprov.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Laporan-RKD-
2018-Kalbar.pdf
Sunaryo, dkk. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi.
Lampiran 1

WHO. (2020). World Health Organization.


https://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/ (diakses
tanggal 22 April 2020).
WHO. (2018). World Health Organization. https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/ageing-and-health (diakses tanggal 22 April 2020).
Yulendasari, R., Prasetyo, R., & Ayu, S. P. (2022). Penyuluhan kesehatan tentang
manajemen nyeri. JOURNAL OF Public Health Concerns, 2(1), 10-17.
Zalukhu, M. L., Phyma, A. R., & Pinzon, R. T. (2016). Proses Menua, Stres
Oksidatif, dan Peran Anti Oksidan. Cermin Dunia Kedokteran, 43(10),
733-736.
Lampiran 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


KOMPRES HANGAT JAHE

A. Pengertian
Kompres jahe adalah pengobatan tradisional atau terapi alternatif non
farmakologi untuk mengurangi nyeri radang pada sendi. Kompres hangat jahe
mengandung enzim siklooksigenase yang dapt mengurango peradangan dan
nyeri pada penderita asam urat.
B. Manfaat
Manfaat kompres hangat jahe dapat membuat sirkulasi darah menjadi lancar,
terjadi vasodilatasi yang membuat relaksasi pada otot karena otot mendapat
nutrisi lebih yang dibawa oleh darah sehingga kontraksi otot menurun. Efek
panas dari jahe tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan sirkulasi darah dan
menyebabkan penurunan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk
inflamasi seperti bradikinin, histamine dan prostaglandin yang menimbulkan
nyeri.
C. Bahan dan alat yang diperlukan
1. 2 – 3 rimpang jahe (zingiber officinale)
2. Air 500 cc
3. Wadah untuk merebus
4. Handuk Kecil
5. Baskom kecil
6. Termometer Air
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan jahe
2. Cuci bersih jahe, lalu parut jahe.
3. Masukkan jahe kewadah yang telah di isi air 500 cc, kemudian direbus
4. Setelah direbus tuangkan kebaskom kecil, biarkan sebentar sampai suhu
air 37°C-40oC.
5. Masukkan handuk kecil kedalam air rebusan jahe kemudian diperas
Lampiran 1

6. Letakkan handuk pada sendi yang terasa sakit atau nyeri


7. Pengompresan dilakukan selama 20 menit, setiap 5 menit handuk
dicelupkan kedalam air rebusan serai untuk menjaga agar compress tetap
hangat
8. Setelah selesai rapikan alat yang sudah digunakan

Sumber :
Radharani, R. (2020). Kompres Jahe Hangat dapat Menurunkan Intensitas Nyeri
pada Pasien Gout Artritis. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(1), 573-578.
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN


LATIHAN ROM TERHADAP PENYAKIT ASAM URAT
PADA LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS PEMBANTU
DESA PARIT KELADI II

Pokok Bahasan : Gangguan Sistem Muskuloskeletal


Sub Pokok Bahasan : Latihan ROM pada Lansia
Sasaran : Ny. S
Hari/Tanggal : Juma’t / 15 Juni 2022
Waktu : 09.00 – Selesai
Tempat : Rumah Ny. S Desa Parit Keladi II
Penyuluh : Dhika Andriani

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Latihan Gerak, selama 15
menit, di harapkan keluarga khususnya pasien Ny. S mengetahui manfaat
latihan gerak dan mampu melakukan latihan rentang gerak.
B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit di harapkan pasien mampu:
1. Menjelaskan Pengertain ROM
2. Menyebutkan Tujuan ROM
3. Menyebutkan Manfaat ROM
4. Mendemostrasikan teknik gerakan ROM
C. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
D. Karakteristik Peserta
1. Peserta bisa diajak kerjasama
2. Peserta dapat berkomunikasi
3. Pesertadapat berkonsentrasi kurang lebih selama 15 menit
4. Peserta sudah dilakukan kontrak program 1 hari sebelumnya
Lampiran 2

E. Pengorganisasian

K K

Keterangan :
P : Pemateri
K : Peserta

F. Kegiatan Penyuluhan
NO Tahap Waktu Kegiatan
1. Pembukaan 3  Mengucapkan Salam
menit  Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan kegiatan
 Kontrak waktu
2. Penyajian 10  Menjelaskan Pengertian ROM
menit  Menjelaskan Tujuan ROM
 Menjelaskan Manfaat ROM
 Melakukan Demonstrasi gerakan ROM
3. Tanya 5  Memberikan kesempatan kepada peserta
Jawab menit untuk bertanya terkait materi yang telah
disampaikan
4. Penutup 5  Menyimpulkan hasil penyuluhan
menit  Evaluasi singkat
 Tindak lanjut

G. Media
1. Brosur latihan ROM
H. Evaluasi
1. Klien kooperatif dan dapat mempraktekkan gerakan ROM
Lampiran 2

MANFAAT DAN LATIHAN GERAKAN ROM

A. Pengertian
Range of Motion (ROM) Range of motion atau rentang gerak merupakan
jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu
dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan transfersal. Potongan sagital
adalah garis yang melewati tubuh dari depan kebelakang, membagi tubuh
menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi
kesisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan
transfersal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas
dan bawah.
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahakan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
B. Tujuan ROM
1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah kelainan bentuk
5. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
6. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
7. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal
dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
8. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau
berkomunikasi
C. Manfaat ROM
1. Memperbaiki tonus otot
2. Meningkatkan mobilisasi sendi
3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
4. Meningkatkan massa otot
5. Mengurangi kehilangan tulang
Lampiran 2
Lampiran 3

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


ROM AKTIF/PASIF

Instruksin Kerja Tanggal Dilakukan Pukul

Pengertian Latihan pada tubuh manusia dengan konsep gerak dasar


yang dilakukan pada bagian sendi
Tujuan 1. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot
dan kelenturan otot
2. Mempertahankan fungsi kardiorespirasi
3. Menjaga fleksibelitas dari masing-masing persendian
4. Mencegah kontraktur pada persendian
Kebijakan
Petugas Perawat/Mahasiswa
Peralatan -
Prosedur A. Pra Interaksi
1. Verifikasi data pasien
2. Handscoon bersih (jika diperlukan)
B. Orientasi
1. Mengucapkan salam teraupetik dan
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
3. Menanyakan kesiapan klien
4. Mendekatkan alat-alat dan menjaga privasi klien
5. Mencuci tangan
C. Kerja
1. Kaji kebutuhan rentang gerak sendi klien,
identifikasi ROM pasif atau aktif dan atur posisi
klien dekat dengan perawat berdiri atau atur posisi
tempat tidur kien agar memudahkan perawat untuk
melatih klien
2. Lakukan ROM pada leher/cervikal
a. Flexi-extensi : tekuk kepala ke depan hingga
dagu menempel di dada, kemudian kembali ke
posisi tegak
b. Laterak kanan dan kiri : tekuk kepala ke arah
samping (bahu) kanan dan kiri secara
bergantian
c. Rotasi kanan dan kiri : palingkan muka ke
kanan dan kiri secara bergantian
3. Lakukan ROM pada bahu
a. Abduksi-adduksi (arterior dan posterior) :
angkat tangan kanan klien ke samping tubuh
hingga sejajar bahu lalu kembalikan sampai
melewati sumbu tubuh
Lampiran 3

b. Rotasi internal-exsternal : posisikan tangan


sejajar bahu lalu tekuk siku. Gerakan tangan ke
atas sehingga jari-jari menghadap atas dan
bawah
4. Lakukan RPS pada siku
a. Flexi-exstensi : gerakkan siku hinga jari-jari
menyentuh bahu kemudian luruskan
b. Supinasi-pronasi : putar lengan bawah kearah
luar sehingga telapak tangan menghadap atas
lalu putar kearah sebaliknya sehingga telapak
tangan menghadap bawah
5. Lakukan RPS pada pergelangan tangan
a. Flexi-extensi-hiperextensi : tekuk telapak
tangan kearah bawah, kemudian luruskan, lalu
tekuk ke atas
b. Flexi radial-flexi ulnar : bengkokkan telapak
tangan ke samping kearah ibu jari, luruskan
kembali, kemudian bengkokkan ke arah
kelingking
c. Sirkumduksi : putar telapak tangan dengan
pergelangan tangan sebagai poros
6. Lakukan RPS pada jari-jari tangan
a. Flexi-extebsu-hiperextensi : kepalkan jari-jari
tangan klien dan kemdian luruskan kembali
lalu bengkokkan jari-jarike belakang sejauh
mungkin
b. Flexi–extensi ibu jari : bengkokkan ibu jari
kemudian luruskan kembali
c. Abduksi-adduksi : kembangkan jari-jari tangan
dan kemudian rapikan kembali
d. Oposisi : seutuhnya ujung ibu jari ke ujung
jari-jari yang lain
7. Lakukan RPS pada lutut dan pangkal paha
a. Flexi-extensi : angkat kaki lurus lalu tekuk
lutut kearah dada sejauh mungkin. Turunkan
kaki, luruskan kaki, kembalikan ke posisi
semula
b. Abduksi-adduksi : gerakkan kaki ke samping
menjauhi sumbuh tubuh lalu gerakkan kearah
sebaliknya sehingga melewati sumbu tubuh
menyilangkan kaki lainnya
c. Rotasi internal-external : putar bahu kearah
dalam lalu ke ke samping tubuh
8. Letakkan RPS pada pergelangan kaki
a. Flexi-extensi : tekuk pergelangan kaki kearah
dalam kemudian sebaliknya
Lampiran 3

b. Dorso flexi-plantar flexi : dorong telapak kaki


ke atas, kembalikan ke posisi semula lalu
dorong ke bawah
c. Inerversi-eversi : putar telapak kaki ke dalam
lalu keluar
d. Sirkumduksi : putar telapak kaki dengan poros
pada sendi tumit
9. Lakukan RPS pada jari-jari kaki
a. Flexi-extensi : dorong jari-jari kaki kearah atas
dan ke bawah
b. Abduksi-adduksi : lebarkan jari kaki kemudian
dekatkan jari kaki bersama-sama
D. Terminasi
1. Rapikan alat kemudian mencuci tangan
2. Penutup :
a. Tanyakan respon klien
b. Rencana tindak lanjut
c. Salam teraupetik
3. Dokumentasi keperawatan
4. Aspek kognitif/responsif
Sumber STIK MUHAMMADIYAH Pontianak
Lampiran 4

Latihan ROM (RANGE OF MOTION)


KEPALA

TANGAN

KAKI
Lampiran 4
Lampiran 4

MAKANAN YANG DIHINDARI


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai