Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN FRAKTUR FEMUR DENGAN

MASALAH HAMBATAN MOBILISASI FISIK


(Studi di RSUD Bangil Pasuruan)

Erika Damayanti1 Imam Fatoni2 Dwi Puji Wijayati3


123
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang
1
email : erikadamayanti806@gmail.com 2email : himamfatoni29@gmail.com 3email :
dwipujihaf4@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan Fraktur femur disebabkan karena putusnya kontiunitas pada jaringan atau
trauma secara langsung. Pada kondisi tersebut akan menimbulkan keterbatasan dalam gerak
karena terganggunya kesinambungan jaringan tulang dan mengakibatkan hambatan
mobilisasi fisik . Tujuan yang dilakukan untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan
cepat yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan bersifat menyeluruh dan melakukan
pendekatan khusus dengan latihan gerak ROM untuk memandirikan pasien , pemenuhan
ADLs dan mengembalikan kekuatan otot . Metode ini adalah deskriptif dan menggunakan
metode studi kasus yang dilakukan di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan , dengan 2
orang partisipan dan mengalami fraktur femur dengan masalah Hambatan Mobiisasi Fisik .
Hasil asuhan keperawatan pada tahap pengkajian bahwa klien Ny. A dan Ny. L sama
samamengatakan kalua kakinya sakit saat melakukan pergerakan dan kakinya terbalut
tensocrape . Diagnosa keperawatan yang ditetapkan dengan hambatan mobilisasi fisik .
Intervensi disusun menggunakan NIC NOC yang meliputi ROM dan pemenuhan ADLs
dengan mengkaji kekuatan otot dan tentang mobilisasi . Implementasi pada klien Ny. A dan
Ny setelah itu hasil pengkajian tersebut dikembangkan selama 3 hari . Kesimpulan
penelitiaan yang dilakukan selama 3 hari terdapat hambatan mobilisasi fisik dan dapat
teratasi sebagian memerlukan implementasi lanjutan agar teratasi sepenuhnya. Saran untuk
menambah wawasan mengenai fraktur dengan masalah hambatan mobilisasi fisik .

Kata Kunci : Fraktur Femur , Latihan ROM , Hambatan Mobilsasi Fisik

NURSING CARE FOR FEMUR FRACTURE CLIENTS WITH PROBLEMS OF


PHYSICAL MOBILIZATION
(Study in The RSUD Bangil Pasuruan)

ABSTRACT

Introduction Fracture femur caused by break continuity in system or trauma directly. In this
condition will be caused limit of motions because disturbed sustainability bone of system and
caused physical mobilization resistance. The purpose can be doing to get appropriate
treatment and quickly that is provide asuhan keperawatan to overall and by doing special
approach with motion ROM exercises for independently patient, fulfillment ADLs and
restore muscle strength . The Method is descriptive and using the case study method that’s
by doing in room Melati RSUD Bangil Pasuruan, with 2 woman participant and had a
fracture femur with problem physical mobilization resistance. The result of nursing care at
assessment stage that client Ny. A dan Ny. L same as saying that hers feet hurt when doing a
motion and they feet bandaged tensocrape. An assigned nursing diagnoses with physical
mobilization resistance. Interventions prepared using by NIC NOC which covers ROM and
fulfillment ADLs with assessment muscle strength and abot mobilization. Implementation on
client Ny. A dan Ny. L after that the result of assessment is developed for 3 days The
Conclusions of research conducted for 3 days there are physical mobilization resistance and
can be partly resolved, required advance implementation to be fully resolved.Suggestions
with impaired physical mobility problems.

Key word : Fracture Femur, ROM exercises, Physical Mobilization Resistance

PENDAHULUAN mencatat pada pasien yang mengalami


fraktur ekstermitas bawah mencapai 2,1 %
Didalam fraktur femur pasien sering terjadi diakibatkan karena jatuh dan kecelakaan
masalah, contoh masalahnya adalah lalu lintas.
banyak mengalami keterterbatasan gerak
karena terganggunya kesinambungan Keterbatasan aktivitas pada pasien fraktur
jaringan tulang pada penderita fraktur akibat ketidakefektifan dalam pemenuhan
femur disebabkan oleh diskontuniitas energi psikologis atau fisiologis untuk
jaringan atau trauma secara langsung melakukan aktivitasnya, seperti sulit
menurut (Wijaya, 2013) fraktur femur menggerakkan anggota badan dan sulit
termasuk golongan fraktur terbuka akan dalam memposisikan tubuh, sehingga
mengenai serabut saraf dan mengenai muncul hambatan mobilitas fisik dan
tulang yang terjadi pada neurovaskuler menurunnya kekuatan otot keterbatasan
dapat menimbulkan pembengkakan dan gerak serta aktivitas terganggu . Fraktur
kecacatan saat bergerak sehingga terjadi femur menjadikan tulang lemah karena
hambatan dalam pergerakkan dan sulit trauma minimal (Rosfita Rasyid 2012)
dalam melakukan aktifitas .(Ekawati, Dina, Biasanya juga ada pemasangan fiksasi
& Indriani, 2008), serta nampak metal interna yang mengakibatkan pasien
mengalami kesulitan membolak-balikan malas menggerakkan ekstermitasnya dan
posisi, Menurut (Tarwoto & Wartonah, berdampak pada kelemahan tulang
2015), bahwa pasien yang mengalami sehingga memperkuat hambatan mobilisasi
fraktur femur dimana kondisi ini tidak fisik ( Arman 2013) Ada juga beberapa
mampu melakukan pergerakan secara faktor yang mempengaruhi terjadinya
mandiri dan bisa tirah baring . fraktur karena trauma berupa cedera yang
disengaja maupun tidak disengaja seperti
Berdasarkan data WHO menyebutkan mengalami kecelakaan seperti jatuh dari
1,24 juta tiap tahunnya diseluruh dunia ketinggian dan kecelakaan kendaraan
mengalami fraktur akibat kecelakaan lalu bermotor.
lintas. Di Indonesia kasus fraktur femur
mencapai 67,9% diakibatkan kerena Solusi adanya hambatan mobilisasi fisik
kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu pada pasien fraktur femur perlu
lintas merupakan penyebab terbesar dari mendapatkan penanganan yang cepat dan
fraktur femur yang disebabkan oleh tepat . Penanganan terhadap masalah
kecelekaan mobil , motor, atau hambatan mobilisasi fisik pada pasien
kendaraan rekreasi (57,9%) dan jatuh fraktur femur membutuhkan asuhan
dari ketinggian (41,3%) dan mayoritas keperawatan bersifat menyeluruh dan
adalah pria (71,8%).2,3 yang berusia membutuhkan pendekatan khusus dalam
dewasa 17-34 tahun dan pada orang tua 70 pemberian asuhan keperawatan dengan
keatas mengalami insiden fraktur femur melakukan latihan gerak ROM untuk
sedangkan pada wanita sekitar (23,0 dari memandirikan pasien , pemenuhan ADLs
10.000 orang dalam satu tahun menurut dan untuk mengembalikan kekuatan otot
(Agus Desiartama 2013) . Di provinsi Jawa berdasarkan uraian maka peneliti akan
Timur yang mengalami fraktur ekstermitas melakukan studi kasus perawatan pasien
bawah mencapai 32,7%, pada fraktur fraktur femur dengan masalah hambatan
femur mencapai 2,2% (RISKESDAS, mobilisasi fisik .
2018) . Di Pasuruan khususnya di RSUD
Bangil Pasuruan pada tahun 2016-2017
BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4) RSUD Bangil Pasuruan adalah rumah
sakit di kota Pasuruan yang dijadikan
Desain penelitian penelitian

Studi kasus. Penelitian studi kasus adalah Partisipan


suatu penelitian yang dilakukan secara
intensif terinci dan mendalam terhadap Yang digunakan untuk penelitian adalah 2
suatu organisasi, lembaga atau gejala klien di diagnosa medik mengalami frsktur
tertentu. Studi kasus dilakukan dengan cara femur dengan masalah hambatan
meneliti suatu permasalahan melalui suatu mobilisasi fisik di RSUD Bangil Pasuruan
kasus yang terdiri dari unit tunggal. Jenis yaitu 2 klien yang mengalami frakur femur
penelitian studi kasus deskriptif ini dengan ,2 klien yang mengalami masalah
menggunakan metode observasi hambatan mobilitas fisik , 2 klien yang
partisipasif. Metode observasi partisipasi dirawat setelah 3 hari pasca operasi sampai
yaitu pengalaman terhadap subjek untuk pulang 2 klien dan 2 keluarga yang
mendapatkan informasi secara mendalam, bersedia untuk dilakukan penelitian studi .
dan peneliti
Lokasi penelitian sttudi kasus individu
yang digunakan adalah Studi Kasus. adalah dilakukan di RSUD Bangil Jalan Raya
rancangan penelitian terdiri dari pngkajian Raci Bangil Pasuruan Jawa Timur 67153.
satu unit dalam penelitian yang insetif
misalnya klien , keluarga , kelompok , Waktu yang ditetapkan yaitu minimal
komunitas dan instutusi .Studi kasus selama 3 hari sampai klien pulang , jika
dilakukan untuk menjelaskan masalah selama 3 hari klien sudah pulang maka
Asuhan Keperawatan pada Klien Fraktur harus mengganti klien yang memiliki
Femur dengan masalah Hambatan kasus yang sama . Langkah pengumpulan
Mobilisasi Fisik di RSUD Bangil data tergantung rancangan penelitian dan
Pasuruan. teknik yang digunakan (Nursalam,2016)
melakukan wawancara , observasi dan
Batasan masalah dokumentasi

peneliti ini sangat penting karena untuk Pengumpulan data


memberikan batasan masalah yang
digunakan dalam sebuah penelitian karena Diperoleh data yang seseuai dan lengkap
untuk menghindari keselahan dalam menggunakan metode sebagai berikut :
memahami judul penelitian dengan cara 1) Wawancara : pengumpulan data
sebagai berikut : dengan cara tanya jawab secara
1) Asuhan keperawatan pada klien fraktur langsung, hasil Anamnesis berisi
femur yaitu suatu proses pemecahan tentang identitas Klien , Keluhan
masalah keperawatan secara ilmiah utama, riwayat penyakit dahulu,
yang digunakan untuk riwayat penyakit keluarga, sumber
mengidentifikasi masalah klien dan data dari klien.
melaksanakan serta mengevaluas 2) Observasi dan pemeriksaan fisik,
tindakan keperawatan yang telah dilakukan dengan Head to toe pada
dilakukan . system klien.
2) Fraktur femur adalah patah tulang 3) Studi dokumentasi dan angkat ( hasil
pada bagian paha akibat trauma dari pemeriksaan Diagnostic dan data
langsung yang disebabkan kecelakaan lain yang
lalu lintas dan jatuh dari ketinggian .
3) Hambatan mobilisasi fisik adalah Uji Keabsahan
keterbatan pada pergerakan tubuh atau
satu bahkan lebih pada bagian Uji Keabsahan data dimasukkan untu
ekstermitas . menguji kualitas data informasi yang di
dapatkan dalam penelitian dan 4) Kesimpulan
menghasilkan data dengan validitas tinggi, Dari data yang disajikan, kemudian
uji Keabsahan data dapat dilakukan dengan data dilakukan dan dibandingkan
: dengan hasil. penelitian terdahulu dan
1) Uji Keabsahan data dilakukan dengan secara teoritis. Penarikan kesimpulan
memperpanjang waktu tindakan. dilakukan dengan metode induksi.
2) Sumber informasi tambahan
menggunakan Triagulasi dan Tiga Etik penelitian
sumber data utama yaitu Klien,
Perawat dan Keluarga dengan menggunakan prinsip prinsip etik yang
masalah yang diteliti. perlu diperhatikan antara lain .
1) Infored concent (persetujuan
Analisa data responden) dimana Subyek harus
mendapatka informasi secara lengkap
Analisa data dilakukan sejak penelitian di tentang tujuan penelitian yang akan
lapangan, sewaktu pengumpulan data dilaksanakan bahwa data yang
sampai dengan data terkumpul . Analisa diperoleh hanya akan digunakan untuk
data dilakukan dengan cara penegmbangan ilmu.
mengemukakan fakta, selanjutnya 2) Anonynity ( tanpa nama ) dimana
membandingkna dengan teori yang ada Subyek mempunyai hak untuk meminta
dan selnajutnya dituangkan dalam bahwa data yang diberikan harus
pembahasan. Teknik analisis yang dirahasiakan.
digunakan dengan cara menarasikan 3) Confidentialy (kerahasiaan) kerahasiaan
jawaban dari penelitian yang diperoleh dari dari Responden dijamin dengan jalan
hasil Interpretasi Wawancara. Teknik mengaburkan Identitas Responden.
Analisis digunakan dengan cara Observasi
oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
menghasilkan data, selanjutnya HASIL PENELITIAN
diIinterprestasikan oleh peneliti
dibandingkna teori yang ada sebagai bahan Hasil
untuk rekomendasi dalam Intervensi
tersebut yaitu : Gambaran Lokasi dan Pengumpulan Data .
Lokasi yang digunakan untuk penyusunan
1) Pengumpulan Data karya tulis ilmiah studi kasus dan
Data dikumpulka dari hasil wawancara pengambilan data ada di ruangan Melati 14
, Observasi, Dokumentasi hasil ditulis dengan kapasitas 10 pasien dalam satu
dalam catatan Lapangan, kemudian ruangan . Lokasinya di jl.Raya Raci –
disalin dalam bentuk Transkip. Bangil Pasuruan , Jawa timur .
2) Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul
dalam bentuk catatan lapangan PEMBAHASAN
dijadikan astu dalam bentuk Transkip
dan dikelompokkan menjadi data Berdasarkan hasil dari penelitian yang
Subyektif dan Obyektif, dianalisis telah dilakukan pada Klien Ny. A dan Ny .
berdasarkan hasil pemeriksaan L di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan
Diagnostic kemudian dibandingkan pada kasus Fraktur Femur dengan masalah
Nilai Normal. hambatan mobilisasi fisik . Menurut Black
3) Penyajian Data dan Hawks (2014) Fraktur tingkat
Penyajian data dapat dilakukan dengan keparahan yang terjadi bergantung pada
Tabel, Gambar, Bagan maupun Teks. gaya yang menyebabkan fraktur. Jika suatu
Kerahasiaan dari responden dijamin tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang
dengan jalan mengaburkan identitas mungkin hanya retak saja bukan patah.
dari responden. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti
tabrakan mobil, maka tulang paha dapat Fraktur adalah Patah Tulang yang biasanya
pecah berkepingkeping. Saat terjadi disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
fraktur, otot yang melekat pada ujung Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,
tulang dapat terganggu. Otot dapat
mengalami spasme dan menarik fragmen Klien 1 Klien 2
fraktur keluar posisi.Kelompok otot yang FrakturFemur denganFraktur Femur dengan
besar dapat menggeser tulang yang besar masalah Hambatanmasalah Hambatan
Mobilisasi Fisik Mobilisasi Fisik
seperti femur . Walaupun bagian
proksimal tulang patah tetap pada keadaan tulang dan jaringan yang lunak
tempatnya namun bisa bergeser karena disekitar tulang akan menentukan apakah
faktor patah pada otot otot sekitar . Selain fraktur tersebut lengkap atau tidak lengkap.
itu pembuluh darah serta sumsum tulang ( Price 7 Wilson, 2006 dalam buku Nurarif
yang patah dapat menyebabkan sering Amin Huda .2015)
terjadi perdarahan karena cedera pada
jaringan lunak atau cedera dari tulang itu Menurut Wahid (2013) setelah observasi
sendiri . Jaringan tulang sekitar lokasi dari data objektif dan subjektif kedua klien
fraktur akan mati dan menciptakan respon
peradangan yang hebat sehingga akan mengalaimi hambatan mobilitas fisik.
terjadi edema ; nyeri ; dan kehilangan Didapatkan ungkapan klien yang
fungsi sehingga jika terjadi seperti itu mengatakan ekstermitas yang sulit untuk
pasien mengalami hambatan dalam digerakkan dan data objektif ditemukan
pergerakan . semua aktifitas dibantu oleh keluarga.
Menurut peneliti kedua klien mengalami
Pengkajian kesamaan dalam pemeriksaan ekstermitas
bahwa yang mengalami fraktur pada klien
Tabel indetititas klien di Ruan Melati dengan tanda gejala yang menunjukkan
RSUD Bangil adana hambatan mobilitas fisik.
Identitas Klien 1 Klien 2
klien Berdasarkan penelitIan tersebut bahwa
Nama Ny.A Ny.L
klien Ny . A dan Ny. L tidak dapat
melakukan pergerakan karena mengalami
Umur 40 tahun 38 tahun
hambatan moblisasi fisik sehingga kedua
klien tersebut tidak bisa melakukan
aktifitasnya sehari hari Pekerjaan klien
Jenis Perempuan Perempuan
Kelamin Ny.A sebagai tukang sayur dan Ny.L
sebagai karyawan toko sekarang klien
Ny.A dan Ny.L tidak bisa melakukan
Hasil Pengkajian dari data subyektif Ny. aktifitas dan tidak bisa merawat dirinya
A mengeluh tidak bisa mandi , BAK dan secara mandiri akibat mengalami fraktur .
BAB sedangkan data obyektif yang
diporoleh klien tampak bedrest dan tampak Diagnosa Keperawatan
ada balutan di paha sebelah kanan , klien
takut untuk bergerak , klien hanya diseka Diagnosa pada klien 1 dan 2 yaitu
dan merintih kesakitan . Pada Ny. L mengalami hambatan mobilisasi fisik yang
mengeluh tidak bisa BAB ; BAK dan terganggunya neuvaskuler . Hal ini terlihat
mandi secara mandiri sedangkan data klien sangat sulit untuk bergerak dan tidak
obyektif yang dipeoleh dari Ny.L klien mealakukan aktifitasnya .
tampak lemah , tampak ada balutan di
bagian femur sebelah kiri , klien terlihat Berdasarkan pengkajian, hasil pemeriksaan
ketakutan saat bergerak dan klien hanya fisik yang didapatkan menunjukkan
diseka , klien merintih kesakitan. masalah yang dialami kedua klien adalah
hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan neuromuscular.
Menurut Amin dan Hardhi (2015) nyeri keperawatan pasien fraktur dengan
ekstermitas, klien tidak bisa bergerak diagnosa keperawatan hambatan mobilitas
secara bebas, klien bedrest,rentang gerak fisik.
terganggu pada ekstermitas yang
mengalami fraktur, dan semua ADL Hasil dari penelitian pada Ny. A dan Ny.L
dibantu orang lain merupakan tanda gejala yaitu terdapat perubahan yang sangat baik
dari diagnosa hambatan mobilitas fisik. seperti klien sudah bisa makan , minum ,
dan BAK secara mandiri . Kedua klien
Menurut peneliti bahwa kedua klien yang sangat komperhensif dalam proses
mengalami fraktur pasti mengalami penyembuhan dan sangat niat saat melatih
masalah dalam pergerakan karena bagian otot ototnya , klien juga diberikan motivasi
ektermitasnya yang terkena fraktur akan oleh keluarga untuk terus melatih
sangat nyeri dan sulit untuk bergerak melakukan mobilisasi dan meemnuhi
sehingga mengalami hambatan mobilisasi . kebutuhan ADLs secara mandiri .

Intervensi Keperawatan Implementasi Keperawatan

Intervensi yang diberikan pada klien Ny. A Tabel Implementasi


dan Ny. L dengan masalah hambatan Implementasi Keperawatan
mobilisasi fisik . Intervensi menggunakan
Klien 1 : Klien 2 :
NOC yaitu meningkatkan aktifitas fisik 1) Melakukan bina 1) Melakukan bina
dan pemenuhan kebutuhan ADLs . NIC hubungan saling hubungan saling
memberikan mobilisasi dan kebutuan percaya percaya
ADLs . 2) Melakukan 2)
assesment dengan Melakukan
Intervensi yang diberikan pada klien yang menanyakan assesment
mengalami hambatan mobilisasi fisik keluhan klien dengan
yaitu dengan cara melakukan pengkajian 3) Memonitor TTV menanyakan
seperti melihat kemampuan klien saat keluhan
klien
melakukan mobilsasi apakah klien bisa
3) Memonitor
atau tanpabantuan keluarga , latih klain TTV
dan bantu untuk memenuhi kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai dengan Pada klien Ny. A dan Ny. L diberikan
kemampuannya , ajari klien saat ingin sesuai dengan intervensi yang
merubah posisi ( Nuraarif , Amin Huda diimplementasikan pada kedua klien
dan Kusuma . H 2015 ) . tersebut .
Intervensi yang diberikan pada klien 1 dan Dalam memberikan asuhan keperawatan
2 dengan diagnosa yang sama hambatan pada klien Ny. A dan Ny. L dengan
mobilitas fisik berhubungan dengan melakukan self care yang berprinsip pada
gangguan neuromuskular yaitu dalam membantu klien yang tidak mampu
menggunakan terapi latihan ambulasi. melakukan aktifitas secara mandiri .
Yang digunakan yaitu NANDA NIC-NOC Perawat atau klien harus care atau
(2016) : kaji kemampuan mobilisasi, latih melakukan tindakan lain yang bersifat
dalam pemenuhan ADL secara mandiri ambulasi dimana klien atau perawat sangat
sesuai kemampuan, ajarkan merubah posisi beperan penting dalam tindakan perawatan
yang aman, ajarkan latihan ROM pasif dan , yang berorientasi secara eksternal
ROM aktif dengan bantuan sesuai indikasi, maupun internal tetapi harus perlu bantuan
dorong ambulasi independen dalam batas karna tidak mampu kalau melakukan
aman, beritahu keluarga dalam melakukan sendiri ( Orem,1999)
tehnik perpindahan yang aman, dan
kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai
indikasi. Menurut Yanti (2009) asuhan
Implementasi pada masalah hambatan kesehatan. Hal ini disebabkan karena
mobilisasi fisik dengan mengobservasi secara umum kedua klien mau kooperatif
keterbatasan klien dalam melakukan sehingga kondisi kesehatan klien cepat
aktifitas selama 3 hari dan mengalami pulih dan membaik.
peningkatan kekuatan otot karena klien Implementasi merupakan serangkain
sudah mampu berbaring . Hal ini sejalan perawat dalam melaksanakan rencana
dengan penelituian (Lestari . 2017 ) Bahwa asuhan keperawatan. Intruksi keperawatan
keterbatasan aktifitas dan kelemahan otot di Implementasikan untuk membantu klien
bisa terjadi apabila memenuhi kebutuhan yang telah
direncanakan.
Implementasi yang diberikan kepada kedua
klien 1 dan 2 sesuai dengan intervensi Dari hasil penelitian pada klien Ny. A dan
yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu Ny.L semua intervensi yang
sesuai rencana dalam Nursing Intervention diimplementasikan oleh peneliti dapat
Clasification, Implementasi yang dilakukan pada klien .
dilakukan peneliti yaitu mengendalikan
faktor lingkungan yang dapat Evaluasi Keperawatan
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan, mengkaji kemampuan Dari catatan hasil perkembangan selama 3
mobilisasi, memonitor penggunaan alat hari pada klien Ny. A dan Ny.L
bantu berjalan, membantu pasien untuk menunjukkan bahwa klien mengalami
duduk di sisi tempat tidur untuk perubahan yang sangat baik ditandai
memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh, dengan kedua klien sudah mampu
melatih pemenuhan ADL secara mandiri melakukan mobilisasi dan memenuhi
sesuai kebutuhan, melakukan kolaborasi kebutuhan ADLs meskipun masih harus
dengan tim dokter dalam pemberian terapi, dibantu . Kedua klien tersebut sangat
mengajarkan latihan ROM dengan bantuan kooperatif dalam proses penyembuhan dan
sesuai indikasi, mendorong ambulasi saat disuruh melakukan mobilisasi klien
independen dalam batas aman, sangat antusias sekali mengikuti , belatih
memberitahu keluarga dalam melakukan dalam pemenuhan kebutuhan ADLs .
teknik perpindahan yang aman,melakukan Perawatan self care atau perawatan diri
kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai adalah sebuah pelaksanaan aktivitas bagi
indikasi, mengobservasi tanda-tanda vital. individu yang berkaitan dengan
Setelah itu pada hari kedua dan ketiga pemenuhan kebutuhan dalam
peneliti memberikan implementasi dengan mempertahankan hidup , kesehatan dan
menyesuaikan hasil perkembangan dirinya ( Orem , 1999 ) .
kesehatan pasien pada evaluasi hari
pertama. Menurut peneliti pada catatan
perkembangan kedua klien mengalami
Menurut teori Potter (2005) implementasi suatu perubahan yaitu mulai bisa makan ,
keperawatan atau serangkaian kegiatan minum dan BAK secara mandiri serta
yang dilakukan oleh perawat untuk menunjukkan penyembuhan yang sangat
membantu klien dari masalah status baik dan itu dibuktikkan dengan klien bisa
kesehatan yang dihadapi ke status melakukan mobilisasi dan memenuhi
kesehatan yang lebih baik dilakukan sesuai kebutuhan ADLs nya meskpin masih
dengan intervensi atau perencanaan membutuhkan bantuan.
tindakan yang telah dibuat
sebelumnya.Menurut data peneliti pada Evaluasi keperawatan untuk masalah
implementasi yang dilakukan pada kedua mobilitas dapat dilihat dari peningkatan
klien dengan masalah hambatan mobilitas atau pemulihan fungsi sistem tubuh ,
fisik, sesuai dengan intervensi. Adapun kekuatan dana kelemahan otot ,
implementasi yang dilakukan oleh peneliti fleksibilitas sendi , serta fungsi motorik
selama 3 hari dan mengalami kemajuan timbulnya rasa nyaman pada klien dan
terdapat keceriaan padawajah klien , mengalami fraktur disebalah kiri dan klien
menurut (Saputra , 2013 ) 2 mengalami fraktur disebelah kanan .
Menurut peneliti pada klien 1 mengalami
Peran perawat dalam menjelaskan kepada fraktur pada bagian paha kiri sehingga
klien tentang guna dan fungsi alat bantu tidak bisa melakukan aktiftas seperti
diperlukan untuk memahami biasanya . Klien 2 mnegalami fraktur pada
penggunaannya di sini diperlukan bagian paha kanan dan juga tidak bisa
pengetahuan mengenai anatomi dan melakukan aktifitas .
fisiologi system musculoskeletal yang baik
dari perawat agar proses pembelajaran
dapat berjalan optimal. Pemberian alat SIMPULAN DAN SARAN
bantu bertujuan untuk mengistirahatkan
bagian tubuh yang mengalami gangguan, Simpulan
mengurangi beban tubuh, membantu untuk
berjalan, stabilisasi sendi, atau mencegah Setelah melakukan tindakan keperawatan
deformitas yang lebih berat, alat ortopedi pada pada Ny. A dan Ny. L yang
dapat terbuat dari kayu, aluminium, gips, mengalami fraktur femur dengan masalah
bidai, tongkat, atau alat bantu jalan hambatan mobilisasi fisik di Ruang Melati
lainnya.Menurut data peneliti kedua klien RSUD Bangil Pasuruan , maka penulis
dalam pengguanaan alat bantu jalan melakukan penelitian untuk mengambil
sangatlah penting ketika klien dirawat kesimpulan dan saran .
dirumah, alat bantu jalan berfungsi sebagai Kesimpulan berdasarkan dari data tersebut
alat bantu dalam melakukan mobilitas dapat disimpulkan sebagai berikut:
secara mandiri dan bebas tanpa bantuan.
1) Hasil pengkajian atau perkembangan
Analisa Data kedua klien selama 3 hari
menunjukkan bahwa kedua klien
Fraktur femur merupakan kondisi dimana tersebut sudah mulai mengalami
terjadi patah tulang bagian paha yang perubahan yang sangat baik , klien
disertai adanya kerusakan jaringan lunak sudah bisa melakukan mobilisasi dan
seperti pada otot , kulit , jaringan saraf , bisa memenuhi kebutuhan ADLs
dan pembuluh darah . Fraktur femur meskipun masih meminta bantuan .
apabila sampai terjadi hubungan langsung 2) Diagnosa keperawatan klien 1 dan 2
antara tulang dengan udara luar kondisi ini dengan masalah hambatan mobiilisasi
secara umum akan mengalami trauma fisik ditandai dengan tidak melakukan
langsung pada bagian paha dan darah arteri pergerakan sehingga tidak bisa
mengalir di tulang paha sehingga memenuhi ADLs secara mandiri.
mengalami cedera pada arteri femoralis 3) Intervensi Keperawatan klien 1 dan 2
berdampak pendarahan hebat , kondisi mengalami fraktur femur dengan
fraktur femur juga bisa menghambat dalam masalah hambatan mobilsasi fisik
melakukan pergerakkan , sebagian besar dengan meliputi harus memperhatikan
terjadi saat mengalami kecelakaan saat mobilisasi klien , latih klien dan
kerja atau dijalan . memenuhi kebutuhan ADLs klien
secara mandiri .
Keterbatasan dalam pergerakan fisik dari 4) Implementasi keperawatan klien yang
satu atau lebih ekstermitas secara mandiri mengalami fraktur femur dengan
dan terbaring lemah ditempat tidur masalah hambatan mobilisasi fisik
sehingga tidak dapat bergerak secara bebas dilakukan perawatan secara
karena kondisi menggangu pergerakan. menyeluruh dan sesuai dengan
rencana.
Pada klien 1 dan 2 sama sama mengalami 5) Evaluasi Keperawatan pada klien yang
fraktur femur tapi bedanya klien 1 mengalami fraktur femur dengan
masalah hambatan mobiisasi fisik , dari
hasil pengkajian perkembangan klien KEPUSTAKAAN
selama 3 hari kedua klien sudah ada
perubahan sangat baik dan klien sudah Askin Nasir , & Podding , (2012)
melakukan mobilisasi Keperewatan Medikal Bedah , sistem
6) sekligus memenuhi ADLs meskipun muskuloskletal
masih meminta bantuan
Brunner & Suddart. 2005. Keperawatan
Saran Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta :
EGC
1) Bagi tenaga kesehatan
Terutama bagi perawat dharapkan Bulechek, Gloria M, dkk. 2015. Nursing
mendengarkan keluhan setiap klien dan Outcomes Classification (NOC)
selalu kompak dalam memberikan Missouri : ELSEVIER
asuhan keperawatan pada pasien dan
memberikan pelayanan kesehatan Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
secara intensif , Untuk komunikasi Jakarta : Badan Penelitian dan
menggunkan komunikasi trapeutik agar pengembangan kesehatan
bina hubungan salin percaya antara kementrian kesehatan RI.
pasien dan tetap menerapkam etika
keperawatan . Dosen Team, D-III Keperawatan.2017.
Buku Panduan Penyusunan Karya
2) Bagi klien dan kelurarga Tulis Ilmiah : Studi Kasus. Jombang :
Keluarga sangat berperan penting STIKES ICME
dalam proses penyembuhan sehingga
keluarga harus membantu pemenuhan Helmi , Zairin Noor.2012 Buku Saku
aktifitas sehari hari atau ADLs dan Kedaruratan di Bidang Ortopaedi.
selalu memberikan motivasi pada klien Jakarta Salem Medika .
agar optimis untuk sembuh .
Herdman,T.Herther.2013 NANDA
Klien diharapkan untuk melakukan International Diagnosa Keperawatan
latihan seperti yang diajarkan walaupun Klarifikasi.Jakarta : ECG .
sudah pulang ke rumah agar
mempercepat proses penyembuhan dan Jitowiyono, Sugeng., Wenikritiyanti. 2010.
keluarga agar senantiasa membantu Asuhan Keperawatan
klien berlatih sehingga klien bisa Operasi.Yogyakarta: Nuha Medika .
beraktivitas seperti semula
Kowalak,Welsh, dan Mayer.2011. Buku
3) Bagi Dosen Ajar Patofisiologi Jakarta : ECG
Hasil penelitian ini dapat digunakam
sebagai tambahan refrensi bagi Nurarif , Amin Huda.,Hardhi Kusuma.
mahasiswa untuk menambah 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
wawasasan dan pengetahuan tentang Berdasarkan Diagnosa Medis dan
masalah fraktur femur . NANDA.Yogyakarta : Medication .

4) Bagi Peneliti Nanda Internasional.2012 Diagnosa


Untuk penelitian selanjutnya mampu Keperawatan : Definisi dan
memberikan wawasan tentang fraktur Klarifikasi 2015-2017 Jakarta : ECG .
femur dengan masalah hambatan
mobilisasi fisik , agar bisa mengetahui Noor , Z.2016, Buku Ajar Gangguan
asuhan keperawatannya secara spesifik Muskuloskletal. Jakarta : ECG
dan menyuluruh dan dapat digunakan
sebagai acuan atau refrensi peneliti
dalam seperti fraktur femur .
Rendy,M Clevo., Margareth
TH.2012.Asuhan Keperawatan
Mediikal Bedah Penyakit
Dalam.Yogyakarta : Nuha Medika .

Sylvia,.A.2005 . Patofisiologi
KonsepKlinis Proses-proses Penyakit
edisi 6, Jakarta : ECG .

Wijaya,AS & Putri YM.2013 Keperawatan


Medikal Bedah 2 Yogyakarta : Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai