Anda di halaman 1dari 84

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY N DENGAN

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKLETAL (GOUT


ARTHRITIS) DI DESA GELELAH KECAMATAN
BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH
TAHUN 2022

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :

Sintia Warahmah
2114901033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (PROFESI NERS)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA
TAHUN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY N DENGAN
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKLETAL (GOUT
ARTHRITIS) DI DESA GELELAH KECAMATAN
BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH
TAHUN 2022

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Haji
Sumatera Utara

LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMBIMBING :s

Dr.Hj.Masdalifa Pasaribu.,S.Kep,. Ns,SKM., M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (PROFESI NERS)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA
TAHUN 2022

LEMBAR PERSETUJUAN

ii
Judul :Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny N Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskletal: Gout Arthritis Di Desa Gelelah
Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2022.
Nama : Sintia Warahmah
Nim : 2114901033
Prodi : Profesi Ners
Institusi : Universitas Haji Sumatera Utara

Laporan Tugas Akhir Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh Pembimbing
Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji LTA Program Studi Ilmu
Keperawatan/Ilmu Universitas Haji

Medan, Juli 2022

Disetujui Oleh :
Pembimbing LTA

(Dr.Hj.Masdalifa Pasaribu., S.Kep,.Ns,.SKM.,M.Kes )

Mengetahui :
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Haji Sumatera Utara

(Sukma Yunita, S.Kep, Ns, M.Kep)

LEMBAR PENGESAHAN

iii
Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny N Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskletal: Gout Arthritis Di Desa Gelelah
Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2022.
Nama : Sintia Warahmah
Nim : 2114901033
Prodi : Profesi Ners
Institusi : Universitas Haji Sumatera Utara
Medan Juli 2022

TIM PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Syamsul Idris S,Kep Ns.,M,Kep ……………

2. Dr.Hj.Masdalifa Pasaribu., S.Kep,.Ns,.SKM.,M.Kes ……………

Mengetahui :
Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Haji Sumatera Utara

(Yetti Fauziah Silalahi, S.Kep, Ns, M.Kep)

KATA PENGANTAR

iv
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberi

rahmat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny N Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskletal: Gout Arthritis Di Desa Gelelah Kecamatan

Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2022.

”.Laporan Tugas Akhir ini di maksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan Jurusan Profesi Ners Universitas Haji Sumatera Utara. Laporan Tugas

Akhir ini dapat diselesaikan dengan bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak,

dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat disampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Universitas Haji Sumatera Utara yang telah menyiapkan sarana prasarana.

2. Rektor Universitas Haji Sumatera Utara beserta civitas akademika yang telah

melaksanakan proses pembelajaran di Universitas Haji Sumatera Utara..

3. Dosen Pembimbing, Ibu Dr.Hj.Masdalifa Pasaribu.,S.Kep,.Ns,.SKM.,M.Kes,

atas kesabaran dalam memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam

penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Dosen Penguji I bapak , Syamsul Idris,

S.Kep,.Ns, M.Kep. atas saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.

4. Ayah dan Ibu tercinta dengan doa, motivasi, dan segala pengorbanan serta

bantuannya dalam proses menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan.

5. Teman-teman seperjuangan yang saya banggakan dan yang saya sayangi, atas

motivasi dalam penyusunan Laporan tugas Akhir ini. Dan Seluruh lansia atas

kerja sama dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian.

v
Akhirnya peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu penelitian dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Semoga dapat

bermanfaat bagi pembaca khususnya dibidang kesehatan.

Medan, 2022

Penulis

Sintia Warahmah

vi
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................... 5
1.3 Manfaat Penulisan....................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7
2.1 Lanjut Usia.................................................................................. 7
2.2 Gout Arthritis............................................................................. 11
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................... 22
BAB 3 LAPORAN KASUS............................................................................ 29
3.1 Pengkajian Keperawatan................................................................ 29
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................. 38
3.3 Intervensi Asuhan Keperawatan.................................................... 40
3.4 Implementasi dan Evaluasi............................................................ 42
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................. 52
4.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................. 52
4.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................... 52
4.3 Perencanaan keperawatan................................................................ 54
4.4 Implementasi Keperawatan.............................................................. 56
4.5 Evaluasi Keperawatan...................................................................... 57
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 59
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 59
5.2 Saran................................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Uraian Kronologis Kegiatan ........................................................ 29


Tabel 2 : Analisa Data .................................................................................. 39
Tabel 3 : Rencana Keperawatan ................................................................... 40
Tabel 4 : Implementasi dan Evaluasi ........................................................... 42

LAMPIRAN

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka kejadian arthiritis gout pada tahun 2021 yang dilaporkan oleh World

Health Organization (WHO) adalah mencapai 20% dari penduduk dunia mereka yang

berusia 55 tahun, prevalensi penyakit arthiritis gout adalah 24,7% prevalensi yang

didiagnosa oleh tenaga kesehatan lebih tinggi perempuan 13,4% dibanding laki-laki

10,3%. Diamerika Serikat angka prevalensi arthiritis gout padatahun 2010 sebanyak

807.552 orang dari 293.655.405 orang. Di Amerika Serikat 13,6kasus per 1000 laki-

laki dan 6,4 kasus per 1000 perempuan prevalensi ini berbeda disetiap negara.

Menurut Word Health Organization (WHO) pada tahun 2019 sebesar 81% penderita

arthiritis goutdi Indonesia hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71%

cenderung langsung mengkonsumsi obat pereda nyeri yang dijual secarabebas.

Sedangkan menurut Riskesdas (2017)

Dari data hasil Riskesdas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun

2018 jumlah penderita arthritis gout di Indonesia sebanyak 7,3 % dari jumlah

penduduk yaitu tertinggi di Aceh (13,26%), diikuti Bengkulu (12,11%), Bali

(10,46%), dan Jawa Tengah (6,78%). Sedangkan angka prevalensi Gout Athritis di

Indonesia pada lanjut usia (lansia) sebanyak (15,55%) dari jumlah penduduk.

Berdasarkan survei di Indonesia kasus Gout Arthritis akan meningkat seiring

bertambahnya usia (Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan RI,2018).

1
Usia lanjut adalah suatu proses yang alami yang tidak dapat dihindari oleh

manusia. Lansia ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan kehidupan seksual.

Gejala-gejala kemunduran fisik seperti merasa cepat lelah, stamina menurun, badan

menjadi membengkok, kulit keriput, rambut memutih, gigi mulai rontok, fungsi

pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2017).

Arthiritis Gout merupakan penyakit sendi yang yang diakibatkan oleh

gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan tingginya kadar arthiritis gout

dalam darah. kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar arthiritis gout dalam

darah antara 0,5–0,75 g/ml purin di dalam persendian dan organ tubuh lainnya

(Jaliana, 2017).

Penumpukan arthiritis gout membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang.

Apabila kadar arthiritis gout dalam darah terus meningkat menyebabkan penderita

penyakit ini tidak bisa berjalan, penumpukan kristal arthiritis gout berupa tofi pada

sendi dan jaringan sekitarnya, persendian terasa sangat sakit jika berjalan dan dapat

mengalami kerusakan pada sendi bahkan sampai menimbulkan kecacatan sendi dan

mengganggu aktifitas penderitanya (Susanto, 2018)

Angka kejadian arthiritis gout pada laki-laki dan perempuan setelah usia 60

tahun adalah sama dikarenakan seluruh organ akan mengalami penurunan fungsi.

Prevalensi arthiritis gout pada pria meningkat dengan bertambahnya usia dan

mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun. Wanita mengalami peningkatan resiko

arthiritis gout setelah menopause, kemudian resiko mulai meningkat pada usia

2
45tahun dengan penurunan level estrogen karena estrogen memiliki efek urikosurik,

hal ini menyebabkan arthiritis goutjarang pada wanita muda (Bandriah, 2018).

Penderita arthiritis gout memiliki tanda dan gejala peradangan pada sendi dan

jaringan sekitar yang menyebabkan nyeri bagi penderitanya. Bedasarkan hasil

pengkajian yang dilakukanan oleh mahasiswa D3 Keperawatan Poltekkes Kaltim

pada tanggal 19 November 2018 di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri

Samarinda didapatkan jumlah total Lansia adalah 84 orang lansia yaitu terdiri dari 40

orang perempuan dan 44 orang laki-laki.Rentang usia sekitar 60-110 tahun dengan 8

orang diantaranya mengalami arthritis gout,dengan gejala pada umumnya nyeri pada

bagian sendi dan menjalar sehingga mengganggu aktifitas Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda.

Penderita arthritis gout memiliki tanda dan gejala peradangan pada sendi dan

jaringan sekitar yang menyebabkan nyeri hebat pada saat sore hari. Perawatan Lansia

dengan Arthritis Gout perlu dilakukan agar tidak semakin memburuk serta tidak

muncul komplikasi yang sebenarnya masih dapat dicegah. Tindakan non

farmakologis untuk perawatan arthritis gout diantaranya adalah berguna untuk

menurunkan kadar Asam Urat seperti kompres hangat untuk meringankan rasa nyeri

dan Inflamasi (Andarmoyo, 2017).

Peran perawat dalam upaya promotif, preventif dan kuratif dalam manajemen

keperawatan dalam mengatasi penyakit arthritis gout yaitu diantaranya dengan

mengajarkan teknik distraksi, relaksasi, bimbingan antisipasi, dan terapi kompres

hangat. Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan

3
kompres hangat yang digunakan untuk memenuhi rasa nyaman dan mengurangi rasa

nyeri tindakan ini digunakan untukklien yang mengalami nyeri (Hidayat, 2018).

Selain itu peran perawat dalam melakukan kesehatan lansia adalah sebagai

pendidik, memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang diet rendah

purin agar dapat menjalankan asuhan kesehatan lansia secara mandiri dan

bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan lansia, perawat harus bersikap

terbuka dan bisa dipercaya dalam melakukan kunjungan rumah secara teratur untuk

mengidentifikasi tentang kesehatan lansia bertanggung jawab dalam memberikan

perawatan langsung (Muhlisin, 2018).

Upaya untuk menurunan arthiritis gout darah dapat dicegah dengan gaya

hidup sehat: menghindari makanan dengan kandungan purin tinggi (diet purin),

berolahraga secara teratur yang tidak terlalu membebani tubuh, minum air putih yang

cukup, kurangi makanan yan berlemak (Susanto, 2020).

Berdasarkan hasil wawancara di dapatkan data lansia dengan penyakit asam

urat (gout arthritis) di desa Gelelah Kecamatan Bebesen bahwa terdapat lansia yang

mengalami penyakit tersebut dikarenakan kurangnya menjaga kesehatan, dan

kurangnya menjaga pola hidup sehat, dan seringnya mengkonsumsi makanan yang

dapat ,menyebabkan muncuknya penyakit tesebut. Dan lansia di desa tersebut banyak

mengalami penyakit asam urat karena perubahan faktor usia dan menurunnya fungsi

fisiologis pada tubuh.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik membuat

laporan asuhan keperawatan ini yang berjudul“Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

4
Ny. N Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Gout Arthritis Di Desa Gelelah

Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2022”.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk Melaksanakan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.N Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Gout Arthritis Di Desa Gelelah Kecamatan

Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2022.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Agar dapat melakukan pengkajian keperawatan gerontik pada Ny. N Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Gout Arthritis Di Desa Gelelah

Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2022”.

2. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan gerontik pada Ny.N Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Gout Arthritis Di Desa Gelelah

Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2022”.

3. Dapat menyusun intervensi keperawatan gerontik pada Ny.N Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Gout Arthritis Di Desa Gelelah

Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2022”

4. Agar dapat melakukan implementasi keperawatan gerontik Ny.N Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Gout Arthritis Di Desa Gelelah

Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2022”

5
5. Dapat melakukan evaluasi keperawatan gerontik pada Ny.N Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Gout Arthritis Di Desa Gelelah

Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2022”

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi penulis

Hasil penulisan ini diharapkan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

peneliti sendiri dalam memahami asuhan keperawatan gout arthritis pada lansia dan

juga dapat menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang didapat selama proses

perkuliahan.

1.3.2 Bagi penulis selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan data pembanding

untuk pengembangan judul-judul selanjutnya bagi peneliti pada asuhan keperawatan

gout arthritis pada lansia dimasa mendatang.

1.3.3 Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wacana

kepustakaan di Universitas Haji Sumatera Utara mengenai asuhan keperawatan gout

arthritis pada lansia.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia

2.1.1 Defenisi Lansia

Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang seseorang yang mencapai

usia 60 tahun ke atas, proses menua akan kelihatan sejak umur 45 tahun dan

timbulnya msasalah di masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan

sosial secara bertahap. Lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan

dapat dibagi menjadi 4 bagian pertamafase iufentus, antara 25 dan 40 tahun, fase

verilitas, antara 40 dan 50 tahun, ketiga fase frasenium antara 55 dan 65 tahun dan

keempat fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia (Budhi, 2018).

Lanjut usia adalah seorang yang karna usianya mengalami perubahan

biologis, fisik, kejiwaan dan sosial berpengaruh terhadap aspek kehidupan termasuk

kesehatannya. Oleh karna itu lansia perlu mendapat perhatian khusus di tingkatkan

agar selama mungkin dapat hidupsecara produktif sesuai dengan kemampuannya

sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Fatimah, 2017).

2.1.2 Batasan Lansia

Menurut UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia adalah

seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila,

2017). Batasan lansia menurut beberapa ahli usia yang dijadikan patokan berbeda-

beda umumnya berkisar antara 60-65 tahun sebagai berikut :

7
a. Menurut World Health Organization (WHO)

Ada 4 kelompok yaitu : Usia pertengahan (middle age) antara 45-59 tahun,

lansia (elderly) antara 60-74 tahun, lansia tua (old) antara 75-90 tahun, lansia sangat

tua (very old) lebih dari 90 tahun.

b.Menurut Koessoemanto Setyonegoro

Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun, usia dewasa

penuh (midlle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun, lanjut usia (geriatric age)

usia >65/70 tahun,terbagi atas tiga:young old (usia 70-75 tahun), Old (usia 75-80

tahun), Very old (usia >80 tahun).

2.1.3 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Semakin bertambah umur manusia,terjadi proses penuan secara degenerative

yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya

perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Padila, 2017).

1.Perubahan Fisik

a. Sistem Pernapasan

Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetai,

tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang paru,

udara yang mengalir ke paru berkurang.

b. Sistem Pendengaran

Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)

pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi atau suara-suara atau nada-

8
nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata 50% terjadi pada usia

umur 65 tahun.

c. Sistem Penglihatan

Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar,

menurunnya lapang pandang, berkurang luas pandangannya, menurunya daya

membedakan warna.

d. Sistem Kardiovaskuler

Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan penurunan kontraksi dan

volumenya.Kehilangan elastis pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh

darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari duduk ke berdiri menyebabkan

tekanan darah seseorang menurun menjadi 65 mmHg yang (mengakibatkan pusing

mendadak). Tekanan darah meninggi diakibat kan oleh peningkatan resintensi dari

pembuluh darah perifer.

e. Sistem Kulit

Pada lansia kulit mengeriput atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

permukaan kulit kasar dan bersisik (karna kehilangan proses keratinasi serta

perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis).

f. Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan desnsity (cairan) dan makin rapuh, pinggang lutut dan jari-

jari pergelangan terbatas, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut

dan mengalami sklerosis dan otot-otot serabut mengecil.

9
2. Perubahan Kognitif

Perubahan kognitif yang drastis, keaadaan ini sering terjadi. Faktor yang

mempengaruhi perubahan kognitif yaitu :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kesehatan umum

c. Tinkat pendidikan

d. Lingkungan

e. Kenangan (Memory) jangka panjang maupun jangka pendek

f. Intellgentia Quantion (IQ) berkurangnya pengumpulan persepsi dan

keterampilan psikomotor

3. Perubahan Psikososial

Akibat berkurangnya fungsi indra pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan

sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia

seperti badan menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang penglihatan kabur

sehingga sering timbul keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu

mengajak mereka melakukan aktivitas selama yang bersangkutan masih sanggup,agar

tidak merasa terasingkan atau diasingkan. Karna jika terasingkan terjadi akan

semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang muncul

prilaku regresi seperti mudah nangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang

tidak berguna serta merengek-rengek sehingga prilakunya seperti anak kecil

(Bandiyah, 2017).

10
4.Penurunan Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali

berhubungan dengan gangguan fisik. Pada wanita ada kaitannnya dengan menopause

yang berarti fungsi seksual mengalami penurunan karna sudah tidak produktif

walaupun sebenarnya tidak harus begitu, karna kebutuhan biologis selama orang

masih sehat dan masih memerlukan tidak salahnya bila dijalankan terus secara wajar

tanpa mengganggu kesehatanya (padila, 2014).

2.2 Arthiris Gout

2.2.1 Defenisi Arthiris Gout

Arthritis gout adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya asam urat

didalam darah Arthritis gout biasanya bersifat mono artikular dan ditemukan pada

sendi ibu jari kaki, pergelangan kaki dan jari tangan.Nyeri sendi hebat yang terjadi

mendadak merupakan ciri khas yang ditemukan pada arthritis gout. Biasanya, sendi

yang terkena tampak merah, dan bengkak. Klien juga merasa demam dan jumlah sel

darah putih meningkat Arthritis gout biasanya dapat sembuh sendiri. Sebagian besar

gejala berulang setelah 10-14 hari walaupun tanpa pengobatan (Asikin, 2016).

Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) suatu zat

yang bernama purin. Asam urat merupakan hasil buangan dari zat purin ini.

Zat purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia

pembentuk DNA dan RNA. Asam urat sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh,

yaitu sebagai antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel. Setiap peremajaan

11
sel, kita membutuhkan asam urat. Jika tubuh kekurangan asam urat sebagai

antioksidan maka akan banyak oksidan dan radikal bebas yang bisa membunuh

sel kita, (Helmi, 2016).

Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin. Asam urat

sebetulnya diperlukan tubuh untuk membentuk inti-inti sel. Namun, yang

diperlukan tubuh hanya sedikit. Angka kadar asam urat normal 4,1-6,1 mg/dl.

Sisanya dikeluarkan melalui usus (30%) dan ginjal (70%). Tingginya kadar

asam urat dalam darah disebabkan sintesis asam urat berlebih, sementara

eksresi di ginjal sedikit, (Noor, 2016).

Penyakit Pirai (gout) atau gout arthritis adalah penyakit yang di

sebabkan oleh tumpukan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan

sendi. Gout berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang

memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yaitu jika

kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl. Catatan: kadar normal asam

urat dalam darah untuk pria adalah 8 mg/dl, sedangkan untuk wanita adalah 7

mg/dL,(Susanto, 2017).

Perkembangan arthritis gout biasanya merupakan kelanjutan darisuatu

rangkaian kejadian.Pertama, biasanya terdapat super saturasi urat dalam plasma dan

cairan tubuh. Hal ini diikuti dengan pengendapan Kristal asam urat. Serangan arthritis

gout yang berulang juga dapat merupakan kelanjutan traumalokal atau ruptur Tofi

(endapan natrium urat). Kristalisasi dan endapan asam urat merangsang serangan

12
arthritis gout. Kristal asam urat ini merangsang respon fagositosis oleh leukosit dan

saat leukosit memakan kristal urat tersebut,makarespon mekanisme peradangan lain

akan terangsang. Respon peradangan dipengaruhi oleh letak dan besar endapan kristal

asam urat. Reaksi peradangan yang terjadi merupakan proses yang berkembang dan

memperbesar akibat endapan tambahan kristal dari serum. (Asikin, 2019).

Arthritis gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolism purin

yang ditandai dengan hiperurisemi dan serangan sinopitis akut berulang-ulang.

Penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai lanjut usia dan

wanita paska menopause (Nur arif, 2018).

2.2.2 Klasifikasi Arthritis Gout

ArthritisGout terbagi atas 2 yaitu :

1. Arthritis gout primer, menyerang laki-laki usia degenerative, yang

meningkatkan produksi asam urat akibat pecahan purin yang disintesis

dalam jumlah yang berlebihan didalam hati. dampak langsung dari

pembentukan arthiritis gout tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan

ekresi arthiritis gout yaitu hiperurisemia karena gangguan metabolisme

purin atau gangguan ekresiarthiritis gouturin karena sebab genetik. Salah

satu sebabnya karena kelainan genetik yang dapat diidentifikasi, adanya

kekurangan enzim HGPRT (hypoxantin guanine phosphoribosyletranferase)

atau kenaikan aktifitas enzim PRPP (ephosphoribosyl pyrophosphate ),

kasus ini yang dapat diidentifikasi hanya 1 % saja (Asikin, 2016).

13
2. Arthiritis gout sekunder, terjadi pada penyakit yang mengalami kelebihan

pemecahan purin yang menyebabkan meningkatnya sintesis arthiritis gout

contohnya pada pasien leukemia disebabkan karena pembentukan arthiritis

gout yang berlebihan atau ekresi asam urat yang berkurang akibar proses

penyakit lain atau pemakaian obat tertentu. Merupakan hasil berbagai

penyakit yang penyebabnya jelas diketahui akan menyebab kan

hiperurisemia karena produksi yang berlebihan atau penurunan ekskresi

arthiritis gout di urin (Asikin, 2016).

2.2.3.Etiologi

Penyebab utama terjadinya arthiritis gout adalah karena adanya deposit/

penimbunan kristalarthiritis goutdalam sendi. Penimbunan arthiritis gout sering

terjadi pada penyakit dengan metabolisme arthiritis gout abnormal dan Kelainan

metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi arthiritis gout yang kurang dari

ginjal.

Beberapa faktor lain yang mendukung, seperti :

a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan

arthiritis gout berlebihan (hiperurisemia), retensi arthiritis gout atau

keduanya.

b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,

gangguan ginjal

c. Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperurisemia.

14
d. Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi arthiritis

goutseperti: aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta

zolamid dan etambutol.

e. Pembentukan arthiritis gout yang berlebih

f. Arthiritis gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah

g. Arthritis gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan arthritis gout

berlebih karana penyakit lain, seperti leukimia.

h. Kurang arthritis gout melalui ginjal

i. Arthiritis gout primer renal terjadi karena ekresi arthritis gout di tubulus distal

ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui. Arthritis gout sekunder renal

disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis kronik

atau gagal ginjal kronik.

2.2.4 Fatofisiologi

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang

mengandung arthiritis gout tinggi dan sistem ekskresi arthiritis gout yang tidak

adekuat akan mengasilkan akumulasi arthiritis gout yang berlebihan di dalam plasma

darah (hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal arthiritis gout menumpuk

dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon

Inflamasi (Sudoyo, dkk, 2017).

Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan arthritis gout.Salah

satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi arthiritis gout dalam

darah. Mekanisme serangan arthritis gout akut berlangsung melalui beberapa fase

15
secara berurutan yaitu, terjadinya presipitasi Kristal monosodium urat dapat terjadi di

jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di

rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.

kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein.

Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap

pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan factor kemotaksis yang

menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal

oleh leukosit (Nurarif, 2018).

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya

membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik lisosom yang

dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudahselaput protein dirusak, terjadi ikatan

hidrogen antara permukaan kristal membram lisosom. Peristiwa ini menyebabkan

robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam

sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi kerusakan

sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan

kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan (Nurarif,2018).

Saat arthritis gout menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh

lain,maka arthritis Gout tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam garam

urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif diseluruh tubuh,

penumpukan ini disebut tofi. adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan

netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi juga

menyebabkan inflamasi.

16
Serangan arthritis gout akut awalnya biasanya sangat sakit dan cepat

memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini

timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan tulang sendi terasa panas dan

merah.Tulang sendi metatar sophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi,

kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejala

yang dirasakan disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi

cenderung berulang (Sudoyo, dkk, 2017).

Periode inter kritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan

arthritis gout. kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada bulan ke-6

sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan poli

artikular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang

biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan arthiritis gout akut atau

arthiritis goutkronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi

yang besar pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi

terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendonachiles dan

organ internal seperti ginjal (Sudoyo, dkk, 2017).

17
Pathway
Bagan 2.1 Pathway Gout Arthritis

Diet Tinggi Purin Peningkatan Asam urat dalam


pemecahan sel serum

Katabolisme purin Asam urat dalam sel keluar Tidak di eksresi


melalui urin

Asam urat dalam Kemampuan ekskresi Penyakit ginjal


serum Meningkat asam urat terganggu

Hipersaturasi dalam Peningkatan asam laktat


Konsumsi alkohol
plasma dan garam urat sebagai produksi samping
di cairan tubuh metabolisme

Terbentuk Kristal Dibungkus oleh Merangsang


Monosodium urat berbagai protein neutrofil

Dijaringan lunak dan Terjadi pagositosis


persendian Kristal oleh leukosit

Penumpukan dan Terbentuk


pengedapan MSU pagolisosom

Pembentukan Respon inflamasi Merusak selaput


Tophus meningkat protein kristal

Terjadi ikatan
Pembesaran dan hydrogen
Hipertermia penonjolan sendi
Membran lisosom
robek

18
Peningkatan kerusakan
Nyeri akut Deformitas sendi jaringan

Terjadi saat
malam hari Kontraktur sendi Kekakuan sendi

Gangguan pola Fibrosis tulang Gangguan


tidur mobilitas fisik

Gangguan rasa Gangguan


integritas
nyaman
jaringan

Sumber : (Nurarif, 2015).

2.2.5 Manifestasi Klinis

Penyakit ini umumnya ditandai dengan rasa nyeri hebat yang tiba-tiba

menyerang sebuah sendi pada saat tengah malam, biasanya pada ibu jari kaki (sendi)

metatarsofalangeal pertama atau jari kaki (sendi tarsal). Jumlah sendi yang meradang

kurang dari empat (oligoartritis), dan serangannya di satu sisi (unilateral). Kulit

berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri. Pembengkakan sendi

umumnya terjadi secara asimetris (satu sisi tubuh), (Hadibroto, 2016).

Berikut beberapa tanda dan gejala arthritis gout:

1. Sendi terasa nyeri, ngilu, linu, kesemutan, bahkan membengkak

2. Biasanya, persendian terasa nyeri saat pagi hari (baru bangun tidur) atau

malam hari.

3. Rasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang.

19
4. Yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, lutut, tumit, pergelangan

tangan, dan siku.

5. Pada kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat bergerak, Bahkan

penderita sampai tidak bisa jalan. Tulang di sekitar sendi juga bisa kropos atau

mengalami pengapuran tulang.

2.2.6 Penatalaksanaan

Sasaran terapi arthiritis gout yaitu mempertahankan kadar arthiritis gout

dalam serum dibawah 6 mg/dl dan nyeri yang diakibatkan oleh penumpukan arthiritis

gout tujuan terapi yang ingin dicapai yaitu mengurangi peradangan dan nyeri sendi

yang dtimbulkan oleh penumpukan kristal monosodium urat monohidrat. kristal

tersebut ditemukan pada jaringan kartilago, subkutan dan jaringan particular, tendon,

tulang, ginjal serta beberapa tempat lainnya.Selain itu terapi arthiritis gout juga

bertujuan untuk mencegah tingkat keparahan penyakit lebih lanjut karena

penumpukan kristal dalam medulla ginjal akan menyebabkan chronic urate

nephropathy serta meningkatkan resiko terjadinya gagal ginjal. Terapi obat dilakukan

dengan mengobati nyeri yang timbul terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan

pengobatan dan penurunan kadar arthiritis gout dalam serum darah (Helmi, 2013).

1. Terapi Non-Farmakologis

a. Pembatasan urin. Apabila telah terjadi pembengkakan sendi, maka penderita

gangguan arthiritis gout harus melakukan diet bebas purin.

b. Kalori sesuai dengan kebutuhan. Jumlah asupan kalori harus benar

disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.

20
c. Tinggi karbohidrat. Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti, dan ubi

sangat baik dikonsumsi oleh penderita arthiritis gout karena akan

meningkatkanpengeluaran arthiritis gout melalui urine.

d. Rendah protein. Protein terutama yang berasal dari hewan dapat

meningkatkan kadar arthiritis gout dalam darah. Sumber makanan yang

mengandung proteinhewani dalam jumlah yang tinggi misalnya daging

kambing, ayam, ikan, hati, keju, udang, telur.

e. Rendah lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi arthiritis gout melalui

urine. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega

sebaiknya dihindari.

f. Tinggi cairan konsumsi cairan yang yang banyak dapat membantu membuang

arthiritis gout melalui urin. Oleh karena itu, disarankan untuk menghabiskan

minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas satu hari.

g. Tanpa alkohol. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar arthiritis gout

mereka yang mengkonsumsi alkohol lebih tinggi, dibandingkan mereka yang

tidak mengkonsumsi alkohol . Hal ini dikarenakan alcohol akan meningkatkan

asamlaktat. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran arthiritis gout dari

tubuh.

2. Manajemen non farmakologi

Yaitu diantaranya dengan mengajarkan teknik distraksi, relaksasi, bimbingan

antisipasi, dan terapi kompres hangat. Kompres hangat merupakan tindakan

keperawatan dengan memberikan kompres hangat yang digunakan untuk memenuhi

21
rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri tindakan ini digunakan untuk klien yang

mengalami nyeri (Andarmoyo, 2018).

2.2.7 Komplikasi

Arthiritis gout dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit ginjal. Tiga

komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal akut dan

kronis akibat arthiritis gout. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25% pasien dengan gout

primer. Kelarutan kristal arthiritis gout meningkat pada suasana ph urin yang basa.

Sebaliknya, pada suasana urin yang asam, kristal arthiritis gout akan mengendap dan

terbentuk batu. Arthritis gout dapat merusak ginjal sehingga pembuangan arthritis

gout akan bertambah buruk. Gangguan ginjal akut arthritis gout biasanya sebagai

hasil dari penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi tumor.

Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan arthritis gout pada duktus

koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Penumpukan jangka

panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan gangguan ginjal kronik (Asikin,

2016).

2.3 Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

1. Pengkajian

Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan objektif

(misalnya tanda vital, wawancara pasien atau keluarga, pemeriksaan fisik) dan

peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik. Perawat juga mengumpulkan

22
informasi tentang kekuatan (untuk mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan

resiko (area perawat dapat mencegah atau potensi masalah yang dapat ditunda

(Herdman & Kamitsuru, 2017).

1. Identitas: Meliputi nama, tempat/tgl lahir, jenis kelamin, status perkawinan,

agama dan suku.

2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi : Meliputi pekerjaan saat ini, pekerjaan

sebelumnya, sumber pendapatan, dan kecukupan pendapatan.

3. Lingkungan tempat tinggal: Meliputi ruang lingkup tempat tinggal dan

sekitarnya

4. Riwayat Penyakit Sekarang: Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di

otot sendi. Sifat dari nyeri nya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di

tarik-tarik dan nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak,

terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai

menggangu pergerakan danpada arthiritis gout Kronis didapakan benjolanatau

tofi pada sendi atau jaringan sekitar.

5. Riwayat Penyakit Dahulu : Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien,

apakah keluhan penyakit arthiritis gout sudah diderita sejak lama dan apakah

mendapat pertolongan sebelumnya

6. Pola Fungsional : Terdiri dari persepsi kesehatan dan kebiasaan sehari-hari,

nutrisi, eliminasi, aktivitas pola latihan rutinitas mandi, pola istirahat, pola

kognitif, persepsi diri, pola peran, sexsualiti, koping pola toleransi stres, dan

nilai pola keyakinan.

23
7. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi dari ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan

fisik pada daerah sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu

melihat dan mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi,

bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba

daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan

merasakan suhu di daerah sendi dananjurkan klien melakukan pergerakan

yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan

serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti

tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan

keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan

masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran

tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun

Yang mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2016).

Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout

Arthritis yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian.

4. Risiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun.

24
5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit.

6. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan

(peradangan kronik akibat adanya kristal urat)..

2.3.3 Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan

yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis

keperawatanyang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.

(Iqbal dkk, 2011).

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas nyeri.

 Pantau kadar asam urat.

 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

 Ajarkan teknik non farmakologi relaksasi napas dalam.

 Posisikan klien agarmerasa nyaman,misalnya sendi yang

nyeri diistarahatkan dan diberikan bantalan.

 Kaloborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak

berhasil.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian

 Memonitor vital sign sebelum dan sesudah latihan

25
 Kaji tingkat mobilisasi klien

 Bantu klien untuk melakukan rentang gerak aktif dan pasif pada sendi

 Lakukan ambulasi dengan alat bantu (misalnya tongkat, kursi roda,

walker, kruk)

 Latih klien dalam pemenuhan kebetuhan ADL secara mandiri sesuai

kemampuan.

 Motivasi klien untukmeningkatkan kembali aktivitas yang normal, jika

bengkak dan nyeri telah berkurang.

3. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit

 Monitor suhu sesering mungkin.

 Monitor warna dan suhu kulit.

 Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan.

 Monitor intake dan output.

 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

 Tingkatkan sirkulasi udara

 .Kompres klien pada lipat paha dan aksila.

 Kaloborasi pemberian cairan intravena dan obat antipiretik

4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit

 Identifikasi tingkat kecemasan

 Gunakan pendekatan yang menenangkan

 Temani klien untuk memberikan keamanan mengurangi takut

26
 Dengarklan dengan penuh perhatian

 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

 Instruksikan klien menggunakan teknik rileksasi.

 Kaloborasi pemberian obat untuk mengurangi kecemasan.

5. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan

(peradangan kronik akibat adanya kristal urat)

 Anjurkan klien untuk menggunakan alas kaki yang longgar.

 Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.

 Monitor aktivitas danmobilisasi klien.

 Monitor kulit akanadanya kemerahan.

 Monitor status nutrisiklien.

 Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka.

 Ajarkan klien tentangluka dan perawatanluka.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian

 Monitor dan catat kebutuhan tidur klien setiap hari dan jam

 Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur.

 Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

 Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur

(membaca).

 Ciptakan lingkungan yang nyaman.

27
 Diskusikan dengan klien tentang teknik tidur klien.

2.4.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

2.4.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan

tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

Rencana keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk

dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah

didentifikasi dari masalah keperawatan yang sering muncul yang terdiri dari

tujuan,kriteria hasil,dan intervensi.

28
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENGKAJIAN
Hari/ Tgl : Selasa, 23 April 2022

Jam : 10.00

Nama Mhs : Sintia Warahmah

1. Identitas
a. Nama : Ny. N
b. Tempat /tgl lahir : Bebesen, 19 Mei 1957
c. Umur : 65 Tahun
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Status Perkawinan : Janda
f. Agama : Islam
g. Suku : Gayo
h. Alamat : Gelelah

2. Keluarga yang Bisa Dihubungi


a. Nama : Tn. R
b. Alamat : Bebesen
c. Hubungan dengan klien : Anak

29
3. Riwayat Keluarga

Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Peremuan

: Meninggal

4. Riwayat pekerjaan dan status klien

Pekerjaan saat ini : Ibu Rumah Tangga


Sumber Pendapatan : Anak
5. Aktivitas rekreasi

Hobi : Mengaji
Bepergian :-

30
Keanggotaan Organisasi : Mengikuti wirit

6. Pola Kebiasaan sehari- hari

I. Nutrisi

Frekuensi makan : 3x Sehari

Nafsu makan : bagus

Jenis makanan : nasi + lauk

Pantangan makanan : Makanan yang mengandung kacang-

kacangan

II. Eliminasi

Frekuensi BAK : 6-7 x/ hari

Kebiasaan BAK malam hari : ada 2-3 x/hari

Frekuensi BAB : Teratur

Keluhan yang berhubungan dengan BAB : BAB teratur frekuensi 1x/hari

III. Personal Higene

a. Mandi

Frekuensi mandi : 2x sehari

Pemakaian sabun : ya, klien mandi menggunakan sabun

b. Oral higene

Frekuensi dan waktu gosok gigi : 2x sehari

Penggunaan pasta gigi : ya, klien gosok gigi menggunakan

pasta gigi

31
c. Cuci Rambut

Frekuensi : Seminggu 2 x

Penggunaan shampoo : ya, klien cuci rambut menggunakan shampoo

d. Kuku dan tangan

Frekuensi gunting kuku : seminggu 1 x

Kebiasaan mencuci tangan : setiap kali makan, setiap kali selesai

BAB dan BAK

IV. Istirahat dan tidur

Lama tidur malam : (4 jam/malam)

Tidur siang : tidak tidur siang

Keluhan yang berhubungan dengan tidur : klien mengatakan sulit tidur

karena nyeri yang dirasakan, klien tidak merasakan kepuasan dalam tidurnya

dikarenakan sering terbangun yang disebakan karena nyeri kadang muncul.

V. Kebiasaan mengisi waktu luang

Olahraga : tidak ada

Berkebun/memasak : klien mengisi waktu luang dengan memasak

Menonton tv : klien mengisi waktu luang dengan

menonton Tv

VI. Kebiasaan yang memengaruhi kesehatan

Ketergantungan terhadap obat (ya) : allupurinol 10 mg, piroxicam 10 mg.

32
VII. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari

Jenis kegiatan Lama waktu

05.00 Sholat subuh 10 menit

06.00 jalan santai 30 menit

07.00 masak 1 jam

08.00 makan 10 menit

08:30 duduk di ruang tamu 3 jam


sambil menonton tv

12.50 sholat dzuhur 20 menit

13.10 duduk di ruang tamu 3 jam


sambil menonton tv

16.00 sholat ashar 20 menit

16.20 mandi 20 menit

16.40 masak 1 jam

18.30 sholat magrib 20 menit

18:50 mengaji 40 menit

19:30 sholat isya 20 menit

19:50 makan malam 20 menit

33
7. Status Kesehatan

I. Status Kesehatan Saat ini

a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : klien mengeluh nyeri dan kram

pada lutut sebelah kiri ,bengkak pada sendi lutut sebelah kiri dan sulit

untuk tidur karena nyeri pada malam hari.

b. Gejala yang dirasakan : nyeri pada lutut sebelah kiri

c. Faktor pencetus : Faktor usia dan pola makan

d. Timbulnya keluhan : bertahap

e. Waktu timbulnya keluhan : pagi dan malam hari

f. Upaya mengatasi :upaya mengatasinya klien beristirahat dan

minum obat

g. Riwayat kesehatan masa lalu

a. Penyakit yang pernah diderita : asam urat semnjak 5 bulan yang lalu

b. Riwayat alergi : tidak ada alergi obat dan makanan

c. Riwayat kecelakaan : klien tidak ada riwayat kecelakaan

d. Riwayat dirawat dirumah sakit : klien tidak pernah masuk rumah sakit

e. Riwayat pemakain obat : klien menggunakan obat allupurinol 10 mg,

piroxicam 10 mg.

II. Pengkajian/ pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : baik, klien tampak bersih

b. TTV

TD : 130/80 mmHg

34
HR : 78 x/i

RR : 22x/i

Suhu : 36o C

c. Sistem Integumen

Inspeksi : tekstur kulit terlihat kendur, keriput (+), decubitus (-), bekas

luka (-)

d. Kepala : bentuk kepala bulat, tidak ada luka pada kulit kepala, rambut

berwarna putih dan hitam

e. Mata : bentuk mata simetris, tidak ada odema

f. Telinga : tidak ada luka ditelinga, bentuk telinga simetris

g. Mulut, gigi, bibir : tidak ada luka dimulut, gigi bersih, bibir kering

h. Dada : pergerakan dada simetris

i. Abdomen : tidak ada odema dan benjolan pada abdomen

j. Kulit : kulit berwarna sawo matang dan tidak ada luka pada kulit

k. Ektremitas atas : tonus otot baik,

l. Ekstremitas bawah : kekuatan otot kaki kananbaik dan kaki kiri terasa

nyeri sendi dan klien memakai tongkat

III. Tinjauan system

a. System pernafasan

- Inspeksi : pergerakan dada kanan dan kiri terlihat simetris

- Palpasi : tidak ada getaran

35
- Perkusi : suara paru sonor

- Auskultasi : suara nafas vasikular

b. Sistem Integumen

Inspeksi : tekstur kulit terlihat kendur, keriput (+), decubitus (-), bekas

luka (-)

c. Sistem perkemihan : os mengatakan sering BAK frekuensi BAK 8-10 x/I

frekuensi BAK di malam hari 2-3x/malam

d. Sistem endokrin :klien tidak menderita kencing manis

e. Sistem imun : klien mengatakan belum pernah disuntik imunisasi, riwayat

yang berkaitan dengan imunisasi klien mengatakan tidak tahu

f. Sistem gastrointestinal : klien hanya mengkonsumsi makanan yang

dimasaknya, klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang

disediakan tanpa keluhan mual.

g. Sistem reproduksi : klien mengatakan punya anak dari hasil

pernikahannya.

h. Sistem persyarafan : keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil.

Respon klien terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan

jelas, suara pelo (-), bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia.

Intrepretasi klien terhadap lawan bicara cukup baik

IV. Hasil pengkajian khusus

1. Fungsi kognitif SPMSQ : Skor benar 8, fungsi intelektual utuh

36
2. Status fungsional (katz indeks) : Skor mandiri 10, kemandirian dalam

seluruh aktivitas

3. MMSE : Skor benar 23, gangguan kognitif ringan

4. APGAR keluarga : Skore 10, disfungsi keluarga ringan

5. Skala depresi : Skore 4, tidak terjadi depresi

6. Screnning fall : Skore 20 detik, moderate to hight risk for falling

7. Skala Norton : Skore 20,kecil sekali / tidak terjadi

V. Lingkungan dan tepat tinggal

1. Kebersihan dan kerapian ruangan : ruangan agak sedikit berdebu dan rapi

2. Penerangan : penerangan cukup, lantai rumah dari keramik

3. Sirkulasi udara : sirkulasi udara, di ruang tamu dan dapur terdapat jendela

dan selalu di buka setiap hari

4. Keadaan kamar mandi dan WC : kamar mandi dan WC bersih tetapi

sedikit licin , air di kamar mandi bersih, WC menggunakan WC cemplung

5. Pembuangan air kotor : pembuangan air kotor melalui got

6. Sumber air minum : air mineral yang dimasak lagi

7. Pembuangan sampah : terdapat tempat sampah di samping rumah 1

minggu sekali dijemput petugas kebersihan.

37
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Diet tinggi purin


 Klien mengatakan lutut
kirinya nyeri karena asam
urat semenjak 5 bulan yang Katabolisme urin
lalu.
 Klien mengatakan Nyeri Asam urat dalam
saat terlalu banyak serum meningkat
melakukan aktivitas
 P : Nyeri karna asam urat. Terbentuknya
Nyeri akut
 Q : Kram dan nyeri seperti Kristal
ditusuk- tusuk. monosodium
 R : Lutut kiri.
 S:5 Kemampuan
 T : Hilang timbul. asam urat
terganggu
DO: Depormitas sendi
 Adanya bengkak pada
sendi lutut sebelah kiri Pembesaran dan
 Kadar asam urat 8,3 g/dl. penonjolan sendi
 Klien tampak meringis
apabila menekuk lutut Nyeri
kirinya

2. DS : asam urat dalam


 Klien mengatakan sulit serum meningkat
bergerak aktif karena lutut
terasa nyeri dan kram.
 Klien mengatakan apabila Penumpukan dan
lama bergerak lutut terasa pengendapan
nyeri.
MSU
 Klien mengatakan setelah
melakukan aktifitas kaki

38
terasa nyeri Respon
 Klien mengatakan merasa implamasi
tidak nyaman saat bergerak Gangguan
menigkat
karena nyeri.
mobilitas fisik
DO :
 Klien melakukan aktifitas Pembesaran dan
menggunakan bantuan
penonjolan sendi
tongkat.
 Klien terlihat berjalan
lambat. Kekakuan pada
 Lutut klien tampak tremor
setelah kembali dari sendi
berjalan disekitar rumah
 Pasien butuh bantuan saat
hendak ingin bangun dari Membatasi
duduknya
pergerakan sendi

Gangguan

mobilitas fisik

3. DS : Peningkatan asam
 Klien mengatakan tidak bisa urat
tidur karena nyeri pada lutut saat
malam hari.
Nyeri sendi pada
 Klien mengatakan tidur hanya Gangguan pola
sekitar 4 jam. malam hari
tidur
DO :
 Klien tampak mengantuk Kekakuan pada
sendi
 Klien tampak lelah dan lesu
 Kantung mata klien
terlihat menghitam

39
C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ( inflamasi) ditandai

dengan pasien mengeluh nyeri pada lutut kiri

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi ditandai

dengan pasien berjalan lambat dan lemah

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada malam hari

D. Rencana Keperawatan NOC NIC

NO Diagnosa NOC NIC

1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan  identifikasi lokasi


kondisi penyakit asuhan keperawatan karakteristik,
(Gout Arthritis) diharapkan nyeri durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
hilang atau terkontrol
nyeri.
dengan kriteria hasil :  Pantau kadar asam
1.Melaporkan bahwa urat.
nyeri berkurang  Indentifikasi
dengan menggunakan respons nyeri non
manajemen nyeri. verbal.
2.mampu mengenali  Ajarkan teknik non
farmakologi
nyeri (skala,
rileksasi napas
intensitas, frekuensi dalam.
dan tanda nyeri).  Berikan posisi
3.menyatakan rasa yang nyaman.
nyaman setelah nyeri  Berikan teknik
berkurang. nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri(mis.
Kompres hangat).
 Kaloborasi
pemberian
Analgetik, jika
perlu.
2. Gangguan Setelah dilakukan  Memonitor

40
mobilitas fisik b/d asuhan keperawatan frekuensi jantung
kekakuan pada diharapkan klien dan tekanan darah
sendi mampu melakukan sebelum ambulasi
dimulai.
rentan gerak aktif dan
 Identifikasi
ambulasi secara toleransi fisik
perlahan dengan melakukan
kriteria hasil : ambulasi.
1. Klien meningkat  Bantu klien untuk
dalam aktivitas fisik. melakukan rentan
2. Mengerti tujuan gerak aktif maupun
rentang gerak
dari peningkatan
pasif pada sendi.
mobilisasi.  Fasilitasi
3. Memperagaan melakukan
penggunaan alat bantu mobilisasi fisik,
dengan benar jika perlu.
 Berikan motivasi
untuk
meningkatkan
kembali aktivitas
yang normal, jika
bengkak dan nyeri
telah berkurang.
3. Gangguan pola tidur  Jumlah jam tidur  identifikasi pola
berhubungan dengan dalam batas normal dan aktivitas tidur
nyeri 6-8 jam/hari.  identifikasi faktor
 Pola tidur dan penggangu tidur.
kualitas tidur dalam  Jelaskan
batas normal. pentingnya tidur
 Perasaan segar yang cukup
setelah tidur
 Modifikasi
 Mampu
mengidentifikasi hal-
lingkungan seperti
hal yang dapat kebersihan tempat
meningkatkan tidur. tidur
 Kaloborasi
pemberian
obat tidur, jika
diperlukan

D. Catatan Perkembangan (Implementasi dan Evaluasi)

NO. Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi

41
Keperawatan tanggal
1. Nyeri akut b/d Selasa, 23 Kunjungan I  S : Klien
Agen cedera April  Menanyakan mengatakan
biologis (Gout 2022 nyeri yang lutut kirinya
Arthritis) dirasakan klien nyeri karena
termasuk asam urat
lokasi, semenjak 5
karakteristik, bulan yang lalu.
durasi, P : Nyeri karena
frekuensi dan asam urat
kualitas nyeri. Q : Ditusuk- tusuk.
P : Nyeri karna R : Lutut kiri
asam urat. S:5
Q : Kram dan T : Hilang timbul.
nyeri seperti  O:
ditusuk-tusuk. - Klien terlihat
R : Lutut kiri meringis
S:5 kesakitan saat
T : Hilang lutut ditekuk.
timbul. - Klien terlihat
 Memberikan lebih nyaman
bantalan setelah lutut
dibawah lutut diberi bantalan.
klien selama - Kadar Asam
10 menit Urat 8,3 g/dl.
 Perawat S  A : Masalah
Memeriksa nyeri akut belum
kadar asam teratasi.
urat dalam  P : Lanjutkan
darah. intervensi.
Kadar asam - Identifikasi
urat 8,3 g/dl. lokasi,
 - Mengukur karakteristik,
tekanan darah durasi,
- Mengukur frekuensi,
suhu. kualitas,
-Menghitung intensitas
nadi. nyeri.
- Menghitung - Pantau kadar

42
pernapasan. asam urat.
TD : 140/80 - Indentifikasi
Mmhg. respons nyeri
N : 88x/menit. non verbal.
RR : 20 - Ajarkan teknik
x/menit. T : non
35,9 oC. farmakologi
 Mengajarkan rileksasi napas
teknik non dalam.
farmakologi - Berikan posisi
relaksasi napas yang nyaman.
dalam dan - Berikan teknik
kompres air non
hangat . farmkologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri (mis.
kompres
hangat).
- Kaloborasi
pemberian
Analgetik, jika
perlu.
Gangguan Selasa, 23 Kunjungan I  S : Klien
mobilitas fisik April  Menanyakan mengatakan sulit
2022 kepada klien bergerak aktif
tingkat karenalutut terasa
mobilisasi nyeri
klien. - Klien
 Melihat mengatakan
kemampuan merasa tidak
untuk nyaman saat
mentransfer bergerak karena
dari tempat nyeri.
tidur ke kursi  O: - TD : 140/90
dan demikian Mmhg. N : 87
pula x/menit. RR : 20
sebaliknya. x/menit. T : 36,2
Karena klien oC - -Klien

43
sulit untuk terlihat berjalan
berjalan secara lambat.
mandiri  A: Masalah
gangguan
mobilitas fisik
belum teratasi.
 P : Lanjutkan
intervensi.
- Memonitor
frekuensi
jantungdan
tekanan darah
sebelum
ambulasi
dimulai.
- Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
ambulasi.
- Bantu klien
untuk
melakukan
rentan gerak
aktif maupun
rentan gerak
pasif pada sendi.
- Fasilitasi
melakukan
mobilisasi fisik,
jika perlu.
- Berikan
motivasi untuk
meningkatkan
kembali
aktivitas yang
normal, jika
bengkak dan
nyeri telah
berkurang.

44
Gangguan pola tidur Selasa, 23 Kunjungan I  S:Klien
berhubungan dengan April  Kaji pola tidur mengatakan
nyeri 2022 klien tidurnya hanya 4
 Jelaskan jam karena nyeri
pentingnya tidur sering timbul
yang adekuat pada malam hari
kepada klien  O : Mata klien
 Identifikasi terlihat sayu dan
penyebab mengantuk.
gangguan tidur, - Terlihat
 Fasilitasi klien lingkaran hitam
untuk tidur yang pada kelopak
adekuat seperti mata
lingkungan yang  A : Masalah
bersih dan gangguan pola
nyaman, lampu tidur belom
yang redup, dan teratasi.
ruangan yang  P : Lanjutkan
nyaman. intervensi.
 Mengurangi - Identifikasi pola
aktivitas dan
penyebab tidur tidur.
terganggu - Identifikasi
 Melihat faktor
karakteristik pengganggu
lingkungan yang tidur.
- Jelaskan
dapat
pentingnya tidur
meningkatkan yang cukup
potensi untuk - Kaloborasi
tidur pemberian obat
tidur, jika
perlu.Gunakan
alat bantu
berjalan(mis.
Kursi roda,
walker).
- Anjurkan
menggunakan
alas kaki yang
tidak licin.

45
2. Nyeri akut b/d Rabu, 24 Kunjungan II  S : Klien
kondisi kronis April  Menanyakan mengatakan nyeri
(Gout Arthritis) 2022 nyeri yang berkurang setelah
dirasakan klien diberi kompres
termasuk hangat.
lokasi, P : Nyeri karena
karakteristik, asam urat dan
durasi, banyak berjalan.
frekuensi dan Q : Ditusuk- tusuk.
kualitas nyeri. R : Lutut kiri.
P : Nyeri karna S:4
asam urat. T : Hilang timbul.
Q : Kram dan  O: Klien terlihat
nyeri seperti lebih rileks.
ditusuk-tusuk. - Klien terlihat
R : Lutut lebih nyaman
kanan S : 4  A : Masalah nyeri
T : Hilang kronis teratasi
timbul. sebagian.
 Melihat reaksi  P : Lanjutkan
nonverbal dari intervesi.
klien - Identifikasi
 Memposisiska lokasi,
n klien dengan Kaloborasi
lebih posisi pemberian
nyaman Analgetik, jika
 Mengukur perlu.
tekanan darah.
Mengukur
suhu.
Menghitung
nadi.
Menghitung
pernapasan.
TD : 140/80
Mmhg. N :
84x/menit.
RR : 20
x/menit. T :

46
36,1 oC.
 Memberikan
kompres
hangat untuk
mengurangi
intensitas
nyeri.
Gangguan Rabu, 24 Kunjungan II  S : Klien
mobilitas fisik April  Membantu mengatakan akan
2022 klien untuk melakukan
melakukan aktivitas sesuai
rentang gerak kemampuanya.
aktif.  O : - Klien
 Menganjurkan mampu
klien untuk melakukan
melakukan gerakan latihan
aktivitas dengan benar. -
sesuai dengan Klien dapat
kemampuanya melakukan ADL
. nya secara
 Membantu mandiri.
klien  A : Masalah
melakukan gangguan
ambulasi mobilitas fisik
menggunakan teratasi sebagian.
tongkat.  P : Lanjutkan
intervensi.
- Memonitor
frekuensi
jantungdan
tekanan darah
sebelum
ambulasi
dimulai.
- Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
ambulasi.
- Bantu klien

47
untuk
melakukan
rentan gerak
aktif maupun
rentan gerak
pasif pada sendi.
- Fasilitasi
melakukan
mobilisasi fisik,
jika perlu.
- Berikan
motivasi untuk
meningkatkan
kembali
aktivitas yang
normal, jika
bengkak dan
nyeri telah
berkurang.
Gangguan pola tidur Rabu, 24  mengkaji pola  S:Klien
berhubungan dengan April tidur klien mengatakan
nyeri 2022 tidurnya sudah
 menjelaskan
pentingnya tidur meningkat yaitu 5
yang adekuat jam karena nyeri
kepada klien sedikit berkurang
 mengidentifikasi  O : Mata klien
penyebab terlihat agak sayu
gangguan tidur, dan mengantuk.
 memfasilitasi - Terlihat
klien untuk tidur lingkaran hitam
yang adekuat pada kelopak
 menghilangkan mata berkurang
penyebab tidur  A : Masalah
terganggu gangguan pola
 Melihat tidur sebagian
karakteristik teratasi.
lingkungan yang  P : Lanjutkan
dapat intervensi.
- Identifikasi pola
meningkatkan

48
potensi untuk aktivitas dan
tidur tidur.
- Identifikasi
faktor
pengganggu
tidur.
- Jelaskan
pentingnya tidur
yang cukup
Kaloborasi
pemberian obat
3. Nyeri akut Kamis, 25 Kunjungan III  S :Klien
April  Menanyakan mengatakan
2022 nyeri yang setelah
dirasakan klien menggunakan
termasuk lokasi, air hangan.
karakteristik, dikompres
durasi, frekuensi hangat nyeri
dan kualitas berkurang
nyeri. menjadi skala 2
P : Nyeri karna dan tidak kaku
asam urat. lagi.
Q : Kram dan P : nyeri karna
nyeri seperti Asam Urat
ditusuk-tusuk. berkurang kadang-
R : Lutut kadang tidak nyeri
kanan S : 5  :Klien terlihat
T : Hilang lebih rileks.
timbul. - Klien terlihat
 Melihat reaksi lebih nyaman.
nonverbal dari - Kadar asam
ketidaknyaman urat 6,0 g/dl.
an  A : Masalah
 Memposisikan teratasi sebagian.
klien agar  P : Hentikan
merasa intervensi.
nyaman.
 Mengukur
kadar asam
urat
 Memberikan

49
kompres
dengan air
hangat.
Gangguan Kamis, 25  Mengukur  S : Klien
mobilitas fisik April tekanan darah. mengatakan
Mengukur hanya bisa
suhu. melakukan
Menghitung aktivitas yang
nadi. ringan.
Menghitung  O : Klien
pernapasan. bergerak dengan
TD : 130/80 lambat dan
Mmhg. perlahan-lahan
N : 76x/menit. - Klien kooperatif
RR : 19 dalam
x/menit. T : melakukan
36,4oC. rentang gerak
 Menanyakan aktif dan dapat
kepada klien melakukan
tingkat tanpa bantuan.
mobilisasi - Klien
klien. melakukan
 Menganjurkan aktifitasnya
klien untuk menggunakan
melakukan tongkat.
aktivitas sesuai  A : Masalah
dengan gangguan
kemampuanya. mobilitas fisik
teratasi sebagian.
 P : Hentikan
intervensi.
Gangguan pola tidur Kamis, 25  mengkaji  S :-
berhubungan dengan April pola tidur  O : Klien sudah
nyeripada malam klien mulai tidur pulas
hari karena nyeri
apakah
sudah sudah berkurang
optimal setelah diberikan
 Jelaskan terapi pada nyeri
pentingnya  A : Masalah

50
tidur yang gangguan pola
adekuat tidur teratasi
kepada  P : intervensi di
klien hentikan
 Menganjurk
an kline
tidur cepat
apabila
nyeri
berkurang

51
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan antara teori yang didapat

dengan kenyataan yang ditemukan dilapangan. Pembahasan ini akan diuraikan dalam

5 tahap dari proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan

perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada pengkajian atau tahap awal dari proses keperawatan memiliki

kesenjangan dengan teori, pada saat pengkajian ada beberapa tanda dan gejala yang

ada pada teori.Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny.N diketahui bahwa klien

menderita penyakit asam urat. Pada pengkajian dari proses keperawatan tidak jauh

berbeda dengan teori, karena saat pengkajian tanda dan gejala yang ada pada teori

ditemukan pada saat pengkajian dilapangan. seperti :klien mengeluh sakit sendi pada

lutut terasa seperti tertekan, panas serta semakin memberat makan yang mengadung

purin dan sangat menganggu aktifitas.

1.2 Diagnosa Keperawatan

Pada diagnosa keperawatan yang diangkat ditemukan kesenjangan antara teori

dengan dengan kasus dilapangan.Diagnosa yang muncul ada yangmenyimpang dari

teori hanya saja tidak semua diagnosa yang ada diteori muncul dikasus.

Berdasarkan teoritis diagnosa keperawatan sebagai berikut :

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian

52
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada maam hari

4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit

5) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan (peradangan

kronik akibat adanya kristal urat)

6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian

Sedangkan pada diagnosa pada lapangan ditemukan diagnosa keperawatan

dari analisis diatas, antara lain:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

ditandai dengan klien mengatatakan nyeri sendi pada lutut sebelah kiri seperti

tertusuk-tusuk dan tidak menyebar serta nyeri hilang timbul biasanya nyeri

berkurang saat di istirahatkan serta nyeri semakin memberat saat dibawa beraktivitas

dan mengkonsumsi makanan tinggi purin seperti, seperti jeroaan,kerang, wajah

meringis, dengan skala nyeri sedang 5 dan lutut bengkak, kadar asam urat :8,3mg/dL.

Indeks kemandirian katz bernilai A ( kemandirian dalam hal makan, kontinen

BAB/BAK, berpindah, kekamar kecil, mandi dan pakaian), screening fall 20 detik

( moderate to high risk for falling ). TD : 130/80 mmHg, N: 78x/I, RR: 20x/I, T: 36
o
C.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian

Berdasarkan data di atas diperoleh hasil pengkajian klien mengatakan sulit

bergerak aktif karena lutut terasa nyeri dan kram, klien mengatakan nyeri saat

berjalan, klien mengatakan setelah melakukan aktivitas kaki terasa nyeri, klien

melakukan aktivitas menggunakan tongkat, klien terlihat berjalan lambat.

53
Menurut As’adi (2010) gejala penyakit asam urat akan mengalami peradangan

pada daerah satu atau beberapa daerah sendi lainnya. Sendi yang paling sering adalah

pada jari kaki yang pertama kali terkena.Tetapi juga pada sendi lutut dan perhelangan

kaki.Nyeri biasanya tajam dan dan terkadang bisa membuat lansia yang terkena susah

untuk berjalan. Menurut asumsi penulis teori yang dikemukakan sesuai dengan yang

terjadi pada klien karena nyeri asam urat terjadi kekakuan sendi, kelemahan otot

klien terjadi pada sendi lutut.kadar asam urat : 8,3mg/dL. Indeks kemandirian katz

bernilai A (kemandirian dalam hal makan, kontinen BAB/BAK, berpindah, kekamar

kecil, mandi dan pakaian), screening fall 20 detik ( moderate to high risk for falling ).

TD : 130/80 mmHg, N: 78x/I, RR: 20x/I, T: 36 CR

3. Diagnosa yang ketiga yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

Berdasarkan data di atas diperoleh hasil pengkajian klien mengatakan tidak

bisa tidur karena nyeri pada bagian lutut kiri, yang diakibatkan karena gout

arthritis,klien mengatakan tidur hanya sekitar 4 jam pada malam hari, klien tampak

mengantuk, kantung mata klien terlihat menghitam. Menurut Ernawati (2017) dalam

penelitian yang dilakukannya mengemukakan usia menjadi salah satu factor penentu

lamanya tidur yang dibutuhkan seseorang. Semakin tua usia, maka semakin sedikit

pula lama tidur yang dibutuhkan. Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam sering

kali terjadi diantara lansia sebagai akibat penyakit kronik.

1.3 Perencanaan Keperawatan

Dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan penulis berpedoman pada

prioritas masalah dalam penyusunan rencana keparawatannya. Diagnosa pertama

54
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan klien

mengatatakan nyeri sendi pada lutut sebelah kiri seperti tertusuk-tusuk dan tidak

menyebar serta nyeri hilang timbul biasanya nyeri berkurang saat pasien di

istirahatkan serta nyeri semakin memberat saat dibawa beraktivitas dan

mengkonsumsi makanan tinggi purin seperti, seperti jeroaan, kerang, wajah meringis,

dengan skala nyeri sedang 5 dan lutut bengkak, kadar asam urat :8,3 mg/dL. Indeks

kemandirian katz bernilai A ( kemandirian dalam hal makan, kontinen BAB/BAK,

berpindah, kekamar kecil, mandi dan pakaian), screening fall 20 detik ( moderate to

high risk for falling ). TD : 130/80 mmHg, N: 78x/I, RR: 20x/I, T: 36 C.

Intervensinya yaitu mengkaji PQRST dan pemberian kompres hangat pada daerah

sendi yang nyeri.

Diagnosa kedua yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

persendian.Berdasarkan data di atas diperoleh hasil pengkajian klien mengatakan sulit

bergerak aktif karena lutut terasa nyeri dan kram, klien mengatakan nyeri saat

berjalan, klien mengatakan setelah melakukan aktivitas kaki terasa nyeri, kekuatan

otot klien mengalami kelemahan pada kaki kiri dengan nilai 3, klien melakukan

aktivitas menggunakan tongkat, klien terlihat berjalan lambat. Menurut As’adi (2010)

gejala penyakit asam urat akan mengalami peradangan pada daerah satu atau

beberapa daerah sendi lainnya. Sendi yang paling sering adalah pada jari kaki yang

pertama kali terkena.Tetapi juga pada sendi lutut dan perhelangan kaki. Nyeri

biasanya tajam dan dan terkadang bisa membuat lansia yang terkena susah untuk

berjalan. Menurut asumsi penulis teori yang dikemukakan sesuai dengan yang terjadi

55
pada klien karena nyeri asam urat terjadi kekakuan sendi, kelemahan otot klien terjadi

pada sendi lutut.. Indeks kemandirian katz bernilai A ( kemandirian dalam hal makan,

kontinen BAB/BAK, berpindah, kekamar kecil, mandi dan pakaian), screening fall 20

detik ( moderate to high risk for falling ). TD : 130/80 mmHg, N: 78x/I, RR: 20x/I, T:

36 C. Intervensi yang digunakan menanyakan pada klien tingkat mobilisasi klien,

menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan.

Diagnosa ketiga adalah gangguan pola tidur. Gangguan pola tidur yang

berhubungan dengan nyeri yang disebabkan karena adanya nyeri pada malam hari

akibat asam urat dan sangat menggangu tidur. Klien mengatakan tidur hanya

sekitar 4 jam, klien tampak mengantuk, kantung mata klien terlihat menghitam.

Perencanaan kaji jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari, Intervensi yang

digunakan kaji pola tidur dan kualitas tidur dalam batas normal, dan mengidentifikasi

hal- hal yang dapat meningkatkan tidur.

4.4 Implementasi Keperawatan

Setelah dirumuskan rencana keperawatan selanjutnya penulis melakukan

tindakan keperawatan pada Ny.N. Adapun implementasi yang telah dilakukan sebagai

berikut :pada diagnosa pertama implementasi yang dilakukan antara lain

meliputi:mengkaji nyeri PQRST, memberikan tindakan nonfarmakologi kompres air

hangat dengan skala nyeri 5.

Implementasi untuk diagnosa kedua yaitu menanyakan pada klien tingkat

mobilitas klien, melihat kemampuan untuk mentransfer dari tempat tidur ke kursi dan

demikian sebaliknya. Dan untuk implementasi pada diagnose ketiga yaitu

56
menganjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan lingkungan tempat tidur

seperti membersihkan kamar tidur dan memperhatikan dan memberikan intervensi

untuk mengatasi nyeri pada sendi dan kaki untuk meminimalkan gangguan pola tidur.

4.5 Evaluasi

Pada langkah ini perawat menetapkan apakah hasil akhir sesuai dengan

diharapkan bagi klien serta mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Dari

pelaksanaan tindakan yang sudah dilakukan diatas, maka hasil evaluasi yang

didapatkan adalah:

1. Nyeri Akut pada hari pertamabelum memiliki hasil evaluasi yang baik dimana

kritetia hasil belum tercapai, hari kedua hasil evaluasi dari setiap tindakan

yang sudah dilakukan sudah menunjukan perubahan yang lebih baik dan

pertemuan ke tiga masalah sebagian teratasi. Hal ini ditunjukan dengan skala

awal nyeri 5 dan menjadi 2 pada hari ketiga, dan telah diajarkan teknik

nonfarmakologi dalam menurunkan rasa ketidaknyaman yakni kompres

dengan menggunakan air hangat.

2. Gangguan mobilitas fisik pada hari pertama belum memiliki hasil evaluasi

yang baik dimana kretia hasil belum tercapai, hari kedua hasil evaluasi dari

setiap tindakan yang telah dilakukan sudah menunjukan perubahan yang lebih

baik dan pertemuan ke tiga masalah belum teratasi, hal ini dibuktikan dengan

klien melakukan aktivitasnya menggunakan tongkat dan klien bergerak

dengan lambat dan perlahan-lahan.

57
3. Gangguan pola tidur dimana klien mengatakan nyeri pada malam hari dan

nyeri sangat menggagu tidur klien sehingga klien merasa mengantuk, dan

tampak lelah pada siang hari saat melakukan aktivitas dan keluarga klien juga

tampak membersihkan kamar tidu agar tampak bersih dan mudah untuk tidur.

Masalah gangguan pola tidur teratasi karena adanya tindakan individu atau

pemberi asuhan keperawatan untuk meminimalkan faktor resiko yang dapat

memicu gangguan pola tidur.

58
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pada Ny. N dengan Gout Arthritis di

Desa Gelelah Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2022 di peroleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam melakukan pengkajian pada laporan ini dilakukkan dengan komunikasi

yang baik, ketelitian, ketajaman pemahaman sehingga dapat membangun

hubungan saling percaya antara pasien dengan perawatdan dapat memperoleh

data yang akurat untuk dianalisa.

2. Ada 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan yang

diberikan pada Ny N yaitu sebagai berikut : Nyeri Akut, Gangguan Mobilitas

Fisik, dan gangguan pola tidur. Tidak semua diagnosa yang terdapat pada

teori Nanda NIC-NOC diaplikasikan pada kasus karena sebagian diagnosa

tidak ada data pendukung untuk ditegakkan menjadi sebuah diagnosa.

3. Penyusunan intervensi keperawatan pada laporan ini dilakukan berdasarkan

teori Nanda NIC-NOC. Intervensi keperawatan ini disusun sesuai dengan

tujuan dari masing-masing diagnosa.

4. Implementasi tindakan keperawatan pada laporan ini disesuaikan dengan

prioritas masalah dan distandarkan pada intervensi tindakan yang disusun dan

implementasi pada Ny. N dilaksanakan sesuai dengan intervensi.

59
5. Hasil evaluasi yang telah dilaksanakan merupakan penilaian tentang

keberhasilan keperawatan. Semua hasil implementasi yang diberikan pada tiap

diagnosa sudah menunjukkan keberhasilan dilihat dari pencapaian tujuan yang

sudah terpenuhi.

5.2 Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan penulis mampu mengaplikasikan ilmu dan asuhan keperawatan

gerontik sesuai ilmu keperawatan.

2. Bagi Penulisi Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menerapkan dan

mengaplikasikan proses keperawatan secara komprehensif dan menambah

literatur kepustakaan untuk kelanjutan dari laporan yang penulis susun ini.

3. Bagi Institusi

Agar dapat meningkatkan kualitas, mutu serta minat membaca sehingga

dapat meningkatkan pengetahuan khususnya tentang asam urat dan dapat

meingkatkan praktek keperawatan dalam membuat asuhan keperawatan.

60
DAFTAR PUSTAKA

Asikin M, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ahmad, Nablory. 2011. Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan Hipertensi.
Jakarta: Rineka Cipta.

Arsip Rekamedik Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, 2015.

Asmadi.(2017). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG.

Andormoyo, Sulistyo. (2017). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri.

Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Budianti, A. Status Gizi dan Riwayat Kesehatan Sebagai Determinan Hiperurisemia


(Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 2008

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas


2013). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.

Diantari, Ervi, and Aryu Candra. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar
Asam Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mungkur,
Semarang. dissertation. Diponegoro University, 2013.

Fitriana, Rahmatul. (2016). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.

Fatimah. 2017. Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta Timur: CV.Trans Info Media
Hidayat, A. A. (2017). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.


Jakarta: Buletin Jendela.

Kholifah, Siti Nur. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Keperawatan
Gerontik.

Krisnatuti, dkk. 2008. Perencanaan Menu untuk Penderita Gangguan


AsamUrat.Jakarta: Penebar swadaya.

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Kepe
rawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf.

Mubarak, Wahit Iqbal, Dkk. 2015.Standar Asuhan Keperawatan Dan Prosedur


Tetap Dalam Praktek Keperawatan : Konsep Dan Aplikasi Dalam Praktek
Klinik. Jakarta : Salemba Medika.

Nanda. 2015.Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi10 editor


T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.Jakarta: EGC.

Noor, Helmi Z.. 2016. Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal. Jakarta Selatan:
Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta:
Mediaction.

Padila. 2017. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika


PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-3
(Revisi). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-2.


Jakarta: DPP PPNI.
Sutanto, Teguh. 2017. Deteksi, Pencegahan, Pengobatan Asam Urat. Yogyakarta:
Buku Pintar
Silviana, Hana, Sufiati Bintanah, and Joko Teguh Isworo. "Hubungan Status Gizi,
Asupan Bahan Makan Sumber Purin dengan Kadar Asam Urat pada Pasien
Hiperuresemia Rawat Jalan di Rumah Sakit Tugurejo Semarang." Jurnal Gizi
4.2 (2015).
Sutanto,Teguh. (2013).Deteksi,pencegahan, dan pengobatan asamurat. Yogyakarta :
Buku Pintar.
Wurangian, Mellynda dkk. 2017. Pengaruh Kompres Hanga tterhadap Penurunan
Skala Nyeri pada Penderita Gout Artritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu
Manado. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi: Manado

Zakiyah, Ana. 2015. Nyeri: Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik


Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta Selatan: Salemba Medika
Zahroh, Chilyatiz, Faizah, Kartika. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap
Penurun Nyeri pada Penderita Penyakit Arthritis Gout.
http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/article/download/328/pdf. Diunduh pada
tanggal 29 Mei 2019.
Pengkajian Khusus ( Format Terlampir )

a. Fungsi kognitif SPMSQ:

Status kognitif Short Portable Mental Status Questsionnaire


( SPMSQ )
No Item Pertanyaan Benar Salah
1. Jam berapa sekarang ? √
Jawab:……10.00………………………………………
2. Tahun berapa sekarang ? √
Jawab:…2022…………………………………………
3. Kapan Bapak/Ibu lahir? √
Jawab:…1957…………………………………………
4. Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ? √
Jawab:……65…………………………………………
5. Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ? √
Jawab:……di Gelelah………………………………
6. Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu?
Jawab:……1 org……………………………………..
7. Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu ? Jawab:……
Erna…………………………………
8. Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ? √
Jawab:……
1945……………………………………………
9. Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ? √
Jawab:……Jokowi……………………………………
10. Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ? √
Jawab:…tidak berurutan………………………………
JUMLAH 8 2
Analisis Hasil :
Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan
Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang Skore Salah :8-10 :
Kerusakan intelektual BERAT
a. Status fungsional (Katz Indeks )
Indeks Kemandirian Katz
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1. Mandi
Mandiri : Bantuan hanya pada satu
bagian mandi ( seperti punggung √
atau ekstremitas yang tidak
mampu ) atau mandi sendiri
sepenuhnya
Tergantung : Bantuan mandi lebih
dari satu bagian tubuh, bantuan
masuk dan keluar dari bak mandi,
serta tidak mandi sendiri

2. Berpakaian
Mandiri : Mengambil baju dari
lemari, memakai pakaian, √
melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung : Tidak dapat memakai
baju sendiri atau hanya sebagian
3. Ke Kamar Kecil
Mandiri : Masuk dan keluar dari
kamar kecil kemudian √
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung : Menerima bantuan
untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4. Berpindah
Mandiri : Berpindah ke dan dari
tempat tidur untuk duduk, bangkit
dari kursi sendiri Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih
perpindahan
5. Kontinen
Mandiri : BAK dan BAB
seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung : Inkontinensia parsial √
atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut
( pampers )
6. Makan
Mandiri : Mengambil makanan
dari piring dan menyuapinya sendiri √
Bergantung : Bantuan dalam hal
mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral (NGT)

Keterangan : Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien


Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah,
kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu
fungsi tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
dan satu fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan Nilai
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
b. MMSE:
Mini Mental Status Exam
(MMSE)
No ITEM PENILAIAN BENAR SALAH
(1) (0)
ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang 2022 (1)
2. Musim apa sekarang ? Panas(1)
3. Tanggal berapa sekarang ? Tanggal 23
(1)
4. Hari apa sekarang ? Sabtu (1)
5. Bulan apa sekarang ? Bulan 4 (1)
6. Di Negara mana anda tinggal ? Indonesia
(1)
7. Di Provinsi mana anda tinggal ? (1)
8. Di kabupaten mana anda tinggal ? Aceh (0)
Tengah (1)
9. Di kecamatan mana anda tinggal ? Bebesen(1) (0)
10. Di desa mana anda tinggal ? Gelelah(1)
1. REGISTRASI
Minta klien menyebutkan tiga obyek
11.…kursi……………………………… (1)
12. …meja……………………………… (1)
13. …pintu……………………………… (0)
2. PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari belakang,
misal” BAPAK “
14. K (1)
15. A (0)
16. P (0)
17. A (1)
18. B (1)
3. MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 obyek diatas
19.…………………………………………… (0)
20. (0)
………………………………………………
21. (0)
……………………………………………..
4. BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien
menyebutkan :
22. Jam tangan (1)
23. Pensil (1)
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat berikut :
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “ (0)
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas ! (1)
26. Lipat dua ! (1)
27. Taruh dilantai ! (1)
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata (1)
29. Tulis satu kalimat Menulis
nama(1)
30. Salin gambar (1)
JUMLAH 23

Analisis hasil :
Nilai 24-30 : Normal
Nilai 17-23 : gangguan kognitif ringan
Nilai 0-16 : gangguan kognitif berat
c. APGAR keluarga:
Pengkajian APGAR Keluarga

NO Items Pilihan Selalu Kadang- Tidak Pernah


(2) kadang (1) (0)
1. A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat (2)
kembali pada keluarga
( teman-teman ) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. P : Partnership
Saya puas dengan cara
keluarga ( teman-teman ) saya (1)
membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan
masalah saya.
3. G : Growth
Saya puas bahwa keluarga
( teman-teman ) saya (1)
menerima & mendukung
keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah
baru.
4. A : Afek
Saya puas dengan cara (0)
keluarga ( teman-teman ) saya
mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah,
sedih atau mencintai.
5. R : Resolve
Saya puas dengan cara teman- (0)
teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama-
sama mengekspresikan afek
dan berespon
Jumlah 4

Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
d. Skala Depresi:
GERIATRIC DEPRESSION SCALE
( SKALA DEPRESI )

NO Pertanyaan
1. APAKAH ANDA SEBENARNYA YA
PUAS DENGAN KEHIDUPAN
ANDA?
2. APAKAH ANDA TELAH YA
MENINGGALKAN BANYAK
KEGIATAN DAN
MINAT/KESENANGAN ANDA
3. APAKAH ANDA MERASA YA
KEHIDUPAN ANDA KOSONG?
4. APAKAH ANDA SERING MERASA YA
BOSAN?
5. APAKAH ANADA MEMPUNYAI TIDAK
SEMANGAT YANG BAIK SETIAP
SAAT?
6. APAKAH ANDA MERASA TAKUT YA
SESUATU YANG BURUK AKAN
TERJADI PADA ANDA?
7. APAKAH ANDA MERASA YA
BAHAGIA UNTUK SEBAGIAN
BESAR HIDUP ANDA?
8. APAKAH ANDA MERASA SERING YA
TIDAK BERDAYA?
9. APAKAH ANDA LEBIH SERING YA
DIRUMAH DARIPADA PERGI
KELUAR DAN MENGERJAKAN
SESUATU HAL YANG BARU?
10. APAKAH ANDA MERASA TIDAK
MEMPUNYAI BANYAK MASALAH
DENGAN DAYA INGAT ANDA
DIBANDINGKAN KEBANYAKAN
ORANG ?
11. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA TIDAK
KEHIDUPAN ANDA SEKARANG
MENYENANGKAN?
12. APAKAH ANDA MERASA TIDAK YA
BERHARGA SEPERTI PERASAAN
ANDA SAAT INI?
13. APAKAH ANDA MERASA PENUH TIDAK
SEMANGAT?
14. APAKAH ANDA MERASA BAHWA YA
KEADAAN ANDA TIDAK ADA
HARAPAN?
15. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA YA
ORANG LAIN, LEBIH BAIK
KEADAANNYA DARIPADA ANDA?

Setiap jawaban yangsesuai mempunyai skor “1 “ ( SATU ) :


SKOR 5-9 : kemungkinan depresi
skor 10 atau lebih : DEPRESI
e. Screening Fall:
SCREENING FAAL
FUNGTIONAL REACH (FR) TEST

No LANGKAH
1. MINTA PASIEN BERDIRI DI SISI TEMBOK DENGAN
TANGAN DI RENTANGKAN
2. KEDEPAN 2 BERI TANDA LETAK TANGAN I
3. MINTA PASIEN CONDONG KEDEPAN TANPA MELANGKAH
SELAMA 1-2 MENIT, DENGAN TANGAN DIRENTANGKAN KE
DEPAN
4. BERI TANDA LETAK TANGAN KE II PADA POSISI
CONDONG
5. UKUR JARAK ANTARA TANDA TANGAN I & KE II

INTERPRETASI :
USIA LEBIH 70 TAHUN : KURANG 6 INCHI : RESIKO ROBOH

THE TIMED UP AND GO (TUG) TEST


NO LANGKAH
1. POSISI PASIEN DUDUK DIKURSI
2. MINTA PASIEN BERDIRI DARI KURSI, BERJALAN 10
LANGKAH (3 METER), KEMBALI KE KURSI, UKUR WAKTU
DALAM DETIK

INTERPRETASI :
Score: ≤ 10 detik : Risiko jatuh rendah
11 - 19 detik : Risiko jatuh rendah sampai sedang
20 – 29 detik : Risiko jatuh sedang sampai tinggi
≥ 35- 40 detik : Gangguan yang berisiko jatuh
Pengkajian Skala Norton
Skala Norton menilai 5 faktor antara lain
1. Kondisi fisik
2. Status mental
3. Tingkat aktivitas
4. Mobilitas
5. Inkotinensia

Dengan masing-masing factor dimulai dari nilai 1 ( yaitu sangat buruk)


sampai 4 ( yaitu baik)
Berikut format nilai pengkajian skala Norton
SKOR NORTON
NO KEADAAN PASIEN SKOR
1. KONDISI FISIK UMUM
BAIK 4
LUMAYAN 3
BURUK 2
SANGAT BURUK 1
2. KESADARAN
COMPOSMENTIS 4
APATIS 3
SOPOR 2
KOMA 1
3. AKTIVITAS
AMBULAN 4
AMBULAN DENGAN BANTUAN 3
HANYA BISA DUDUK 2
TIDURAN 1
4. MOBILITAS
BERGERAK BEBAS 4
SEDIKIT TERBATAS 3

SANGAT TERBATAS 2
TIDAK BISA BERGERAK 1
5. INKONTINESIA
TIDAK ADA 4
KADAND-KADANG 3
SERING INKONTINENSIA URIN 2
INKONTINENSIA ALVI DAN URIN 1

Anda mungkin juga menyukai