Anda di halaman 1dari 50

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

PENGARUH RENDAM KAKI AIR HANGAT DENGAN CAMPURAN


GARAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA PASIEN HIPERTENSI TINGKAT I
DI SENDANGMULYO

Klaudia Betrix Loke


2108008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS TAHAP PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2021
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

PENGARUH RENDAM KAKI AIR HANGAT DENGAN CAMPURAN


GARAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA PASIEN HIPERTENSI TINGKAT I
DI SENDANGMULYO

Karya Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk


menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners

Klaudia B. Loke
2108008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS TAHAP PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir Ners oleh Klaudia B. Loke (2108008) dengan judul

Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Dengan Campuran Garam Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Tingkat I Di Sendangmulyo

telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Semarang, 23 Juli 2022

Pembimbing

Arifianto, S,Kep., Ns., M.Kep

i
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners oleh Klaudia B. Loke dengan “pengaruh rendam kaki air
hangat dengan campuran garam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi tingkat I di sendangmulyo” telah diseminarkan di depan pembimbing pada
tanggal 2022

Dewan Pembimbing

( )
Arifianto, S,Kep., Ns., M.Kep

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners
Universitas Widya Husada Semarang

( )
Ns. Niken Sukesi, S.Kep.,M.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul “pengaruh rendam kaki air hangat
dengan campuran garam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi
tingkat I di sendangmulyo”. Ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan KIAN
ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. Hargianti Dini Iswandari, dr. g, MM. selaku Rektor Universitas Widya
Husada Semarang
2. Dr. Ari Dina Permana Citra, SKM., M. Kes selaku Dekan Fakultas
Keperawatan, Bisnis dan Teknologi Universitas Widya Husada Semarang.
3. Ns. Niken Sukesi, S. Kep., M. Kep selaku Kaprodi Profesi Ners Universitas
Widya Husada Semarang.
4. Ns. Dwi Nur Aini, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing yang telah
membimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
5. Seluruh dosen Program Studi Profesi Ners Universitas Widya Husada yang
selalu memberi dukungan dan motivasi kepada penulis.
6. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan kritik untuk
perbaikan KIAN.

Semarang, 23 Juli 2022

Penulis

iii
Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Dengan Campuran Garam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Tingkat I Di Sendangmulyo

Klaudia B Loke1 Arifianto2


1
Mahasiswa Prodi Profesi Ners Universitas Widya Husada Semarang
2
Dosen Prodi Profesi Ners Universitas Widya Husada Semarang
Email : klaudialoke07@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Tekanan darah tinggi disebut the silent killer karena termasuk
penyakit yang mematikan, penyakit ini dapat menyerang siapa saja baik muda
maupun tua. Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
merupakan keadaan perubahan dimana tekanan darah meningkat secara kronik
(Fildayanti, 2020)
Tujuan : Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
rendam kaki air hangat dengan campuran garam terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi tingkat I di sendangmulyo
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen dengan desain pra eksprement dengan rancangan one group pretest
posttest.
Hasil : Hasil penelitian di ketahui rendam kaki air hangat dengan campuran garam
dijelaskan bahwa empat responden setelah dilakukan rendam kaki dengan
campuran garam mengalami penurunan tekanan darah dengan presentase 100%.
Kesimpulan : Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh rendam kaki air hangat
dengan campuran garam di kelurahan sendangmulyo

Kata Kunci : Rendam Kaki, Air Hangat, Tekanan Darah, Hipertensi

iv
The Effect of a Warm Water Foot Soak with a Mix of Salt on
Lowering Blood Pressure in Hypertensive Patients
Level I at Sendangmulyo

Klaudia B Loke1 Arifianto2


1
Mahasiswa Prodi Profesi Ners Universitas Widya Husada Semarang
2
Dosen Prodi Profesi Ners Universitas Widya Husada Semarang
Email : klaudialoke07@gmail.com

ABSTRACT

Background : High blood pressure is called the silent killer because it is a deadly
disease, this disease can attack anyone, young or old. Hypertension is a disease of
the heart and blood vessels characterized by an increase in blood pressure.
Hypertension or high blood pressure is a state of change in which blood pressure
increases chronically (Fildayanti, 2020)
Purpose : The general purpose of this study was to determine the effect of soaking
feet in warm water with a mixture of salt on lowering blood pressure in level I
hypertension patients in Sendangmulyo.
Methods : The method used in this study is an experimental research method with
a pre-experimental design with a one group pretest posttest design
Result : The results of the study found that foot soaking in warm water with a
mixture of salt explained that four respondents after soaking their feet with a
mixture of salt experienced a 100% decrease in blood pressure
Conclusion : This shows that there is an effect of foot soaking in warm water with
a mixture of salt in the village of Sendangmulyo

Keywords : Foot Soak, Warm Water, Blood Pressure, Hypertension

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
ABSTRAK......................................................................................................... iv
ABSTRACT......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3 Tujuan Studi Kasus ......................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 5
1.3.2 Tujuan khusus .......................................................................... 5
1.4 Manfaat Studi Kasus........................................................................ 5
1.4.1 Bagi institusi pendidikan........................................................... 5
1.4.2 Bagi perawat ............................................................................. 6
1.4.3 Bagi peneliti ............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
2.1 Konsep Teori Penyakit .................................................................... 7
2.1.1 Definisi Hipertensi .................................................................... 7
2.1.2 Klasifikasi ................................................................................ 7
2.1.3 Etiologi Hipertensi .................................................................... 9
2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi .................................................... 9
2.1.5 Patofisiologi Hipertesi .............................................................. 9
2.1.6 Faktor Penyebab Hipertensi .................................................... 11
2.1.7 Upaya Pengendalian Hipertensi .............................................. 13
2.1.8 Komplikasi Hipertensi ............................................................ 14
2.1.9 Penatalaksanaan Hipertensi ..................................................... 14

vi
2.2 Konsep Rendam Kaki Air Hangat .................................................. 17
2.2.1 Pengertian............................................................................... 17
2.2.2 Manfaat rendam kaki air hangat .............................................. 17
2.2.3 Mekanisme rendam air hangat pada kaki dalam menurunkan
tekanan darah dengan garam ................................................... 19
BAB III METODE STUDI KASUS ............................................................... 21
3.1 Rancangan Studi Kasus ................................................................. 21
3.2 Subjek Studi Kasus ........................................................................ 21
3.3 Kriteria sampel .............................................................................. 21
3.3.1 Kriteria Inklusi ................................................................... 21
3.3.2 Kriteria eklusi .................................................................... 21
3.4 Fokus Studi ................................................................................... 22
3.5 Definisi Operasional ...................................................................... 22
3.4.1 Rendam Kaki Air Hangat Dengan Campuran Garam .......... 22
3.4.2 Tekanan Darah ................................................................... 22
3.6 Instrumen Studi Kasus ................................................................... 22
3.5.1 Sphygmomanometer .......................................................... 22
3.5.2 Lembar Observasi .............................................................. 22
3.5.3 Prosedur rendam Kaki Air Hangat Dengan Campuran Garam
.......................................................................................... 22
3.7 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 22
3.8 Lokasi dan Waktu Studi Kasus ...................................................... 23
3.9 Penyajian Data .............................................................................. 23
3.10 Etika Studi Kasus .......................................................................... 23
3.10.1 Informed Consent (Persetujuan) ....................................... 23
3.10.2 Anonimity (Tanpa Nama) ................................................. 24
3.10.3 Confidentiality (Kerahasiaan) .......................................... 24
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ................................ 25
4.1. Hasil Studi Kasus .......................................................................... 25
4.1. Pembahasan................................................................................... 27
4.2. Keterbatasan Studi Kasus .............................................................. 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 32

vii
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 32
5.2 Saran ............................................................................................. 32
5.2.1 Bagi Responden ............................................................... 32
5.2.2 Bagi Universitas Dan Mahasiswa ..................................... 32
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 33
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 37

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Klasifikasi Derajat Hipertensi ............................................................. 8

Tabel 4. 1 Distribusi frekuensi tekanan darah tinggi sebelum di lakukan rendam

kaki air hangat dengan campuran garam .......................................... 25

Tabel 4. 2 Tekanan Darah Penderita hipertensi Setelah Melakukan rendam air

hangat dengan campuran garam ....................................................... 26

Tabel 4. 3 Analisa pengaruh rendam kaki air hangat dengan campuran garam

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di kelurahan

sendangmulyo .................................................................................. 26

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tekanan darah tinggi disebut the silent killer karena termasuk penyakit
yang mematikan, penyakit ini dapat menyerang siapa saja baik muda maupun
tua. Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi atau tekanan darah
tinggi merupakan keadaan perubahan dimana tekanan darah meningkat secara
kronik (Fildayanti, 2020)
Data World Health Organization (WHO) menunjukan satu milyar
orang di dunia menderita Hipertensi, 2/3 diantaranya berada di Negara
berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi Hipertensi
akan terus meningkat dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang
dewasa di seluruh dunia terkena Hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan
kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di
Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita Hipertensi sehingga dapat
menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan (Uliya & Ambarwati, 2020).
Prevalensi Hipertensi di Indonesia menduduki peringkat ke delapan
dalam kelompok penyakit tidak menular (PTM) yang ditimbulkan dari
penyakit kardiovaskuler. Prevalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas
2013 sebesar 25,8%, sedangkan hasil Riskesdas 2018 menunjukan prevalensi
hasil pengukuran tekanan darah, Hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%.
Berdasarkan Kemenkes RI (2018), prevalensi Hipertensi di Jawa Tengah
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur >18 tahun didapatkan
37,57%. Dan di Kota Magelang sendiri memiliki prevalensi hipertensi 39,02%
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur >18 tahun (Kemenkes RI,
2018).
Profil kesehatan Jawa Tengah (2018), menyebutkan bahwa hasil
rekapitulasi data kasus baru penyakit tidak menular (PTM), jumlah kasus PTM
yang dilaporkan secara keseluruhan pada tahun 2018 adalah 2.412.297 kasus.
Adapun porsi kasus tertinggi dengan jumlah terbanyak menepati urutan
pertama yaitu pada penyakit hipertensi sebesar 57,10%. Jika penyakit

1
2

hipertensi tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat maka, akan
menimbulkan penyakit PTM lanjutan seperti jantung, stroke, serta gagal ginjal
hingga menyebabkan kematian. Kematian akibat hipertensi menduduki
peringkat atas dari pada penyebabpenyebab lainnya (Bambang, 2011).
Penyebab pasti dari Hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat di ketahui. Berbagai faktor yang diduga dapat menjadi penyebab
Hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stress psikologis, dan hereditas
(keturunan). Hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat diketahui, antara
lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain-lain (Wulandari et
al., 2016).
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan.
Keluhan yang dapat muncul antara lain nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi
(Johanes, 2019).
Komplikasi dari Hipertensi akan menimbulkan stroke, gagal jantung,
dan ginjal sehingga tindakan keperawatan untuk menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi secara nonfarmakologis yaitu dengan cara rendam
kaki menggunakan air hangat (Uliya & Ambarwati, 2020).
Terapi farmakologis dari hipertensi adalah ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan obat-obatan dan penatalaksanaan medis, seperti golongan
diuretik, penghambat adrenergic, ACE-inhibitor, angiotensin-IIbloker,
angiotensin kalsium dan vasodilator. Dan terapi non farmakologis adalah
tindakan non medis yang terdiri dari latihan fisik, menghindari alkohol,
berolahraga teratur, menghindari stress, pendidikan kesehatan, menghentikan
rokok, dan alternatifnya dilakukan pengobatan (hydrotherapy) yang
sebelumnya dikenal sebagai hidropati (hydropathy) adalah metode pengobatan
menggunakan air untuk mengobati atau meringankan kondisi yang
menyakitkan dan merupakan metode terapi dengan pendekatan “lowtech” yang
mengandalkan pada respon respon tubuh terhadap air. Hidroterapi rendam air
hangat merupakan salah satu jenis terapi alamiah yang bertujuan untuk
meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi edema, meningkatkan relaksasi
3

otot, menyehatkan jantung, mengendorkan otot otot, menghilangkan stress,


nyeri otot, meringankan rasa sakit, meningkatkan permeabilitas kapiler,
memberikan kehangatan pada tubuh sehingga sangat bermanfaat untuk terapi
penurunan tekanan darah pada Hipertensi, dan prinsip kerja dari hidroterapi ini
yaitu dengan menggunakan air hangat yang bersuhu sekitar 40,5-43C secara
konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari air hangat ke tubuh sehingga
akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan dapat menurunkan
ketegangan otot (Uliya & Ambarwati, 2020).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Harnani & Axmalia, 2017)
dengan judul terapi rendam kaki menggunakan air hangat dengan garam efektif
menurunkan tekanan darah pada lanjut usia, penelitian ini dilakukan
pengukuran sebelum diberikan intervensi (pre-test) dan dilakukan pengukuran
setelah diberikan intervensi (post-test) populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh lansia yang penderita hipertensi jumlah sampel dalam penelitian ini
yaitu 20 orang. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah tensimeter
(sphygmomanometer) yaitu alat mekanik untuk mengukur tekanan darah,
pengukuran tekanan darah dilakukan langsung oleh peneliti kepada lansia
penderita hipertensi, kemudian pengamatan tekanan darah sebelum dan
sesudah rendam kaki menggunakan air hangat dilakukan pada jam yang sama
selama tiga hari, intervensi dilakukan menggunakan air hangat bersuhu 38-
40°C selama 25-35 menit, setelah dilakukan terapi rendam kaki menggunakan
air hangat dengan garam terdapat 16 orang terjadi penurunan (tidak mengalami
hipertensi) dengan tekanan darah < 160/90 mmHg, dan 4 orang tidak terjadi
penurunan (masih mengalami hipertensi) dengan tekanan darah 160/80 mmHg.
Hasil uji statisti menunjukan p value sitole = < 0,001 dan p value diastole = <
0,001. Dengan demikian terapi rendam kaki menggunakan air hangat efektif
menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Dan penelitian
yang dilakukan oleh (Arafah, 2019) dengan judul pengaruh rendam kaki
dengan menggunakan air hangat dengan garam terhadap penurunan tekanan
darah pada hipertensi diwilayah kerja kelurahan sendangmulyo dengan hasil
penelitian tekanan darah sebelum diberikan rendam kaki menggunakan air
hangat dengan garam mempunyai rata – rata tekanan darah sistolik sebesar
4

155,33 mmHg, menurun menjadi 136,67 mmHg setelah diberikan terapi


rendam kaki dengan menggunakan air hangat. Kesimpulan terdapat pengaruh
yang sangat signifikan rendam kaki dengan dengan menggunakan air hangat
terhadap penurunan tekanan darah pada hipertensi diwilayah kerja puskesmas
Pattallassang Kab Takalar.
Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia pada tahun 2018 mengalami
peningkatan selama 5 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2013 pravelensi
hipertensi di Indonesia sekitar 25,8 % dan pada tahun 2018 meningkat menjadi
34,1% (Riskesdas, 2018). Di Jawa Tengah sendiri pravelensi hipertensi pada
tahun 2018 mencapai 37,57 % pravelensi pada perempuan (40,17%) lebih
tinggi dibandingkan dengan laki laki (34,83%). Pravelensi hipertensi
diperkotaan lebih tinggi dibandinkan dengan perdesaan, pravelensi di
Kabupaten sendiri mencapai 13,32% dan di Kota Magelang jauh lebih tinggi
daripada di Kabupaten Magelang yaitu mencapai 100% kenaikan akan terus
bertambah seiring dengan bertambahnya umur (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2019)
dimana secara umum angka kejadian hipertensi lali-laki lebih tinggi
dari pada perempuan. Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki dari
pada perempuan dikarenakan adanya masalah pekerjaan yang dilampiaskan
dengan perilaku merokok dan meminum alkohol yang diiringi dengan makanan
yang tidak sehat hal tersebutlah yang menyebapkan tekanan darah menjadi naik
Menghadapi pasien hipertensi diperlukan adanya kepatuhan untuk
meningkatkan kesehatan salah satu terapi yaitu dengan menggunakan terapi
non farmakologi. Dalam lingkup keperawatan dikembangkan beberapa terapi
non farmakologis sebagai tindakan mandiri perawat seperti massage dengan
cara melakukan pemijatan yang bertujuan untuk membantu melancarkan
peredaran darah, akupuntur adalah cara penyembuhan dengan cara
menusukkan jarum ke titik-titik tertentu, dan hidroterapi (rendam kaki air
hangat dengan campuran garam) terapi yang sangat sederhana dan alami
karena metode perawatan ini tidak memiliki efek samping yang membayakan,
dan tidak menggunakan obat-obatan modern. Secara ilmiah air hangat dapat
memperlancar sirkulasi darah, dengan demikian penderita hipertensi tidak
5

hanya mengkonsumsi obat obatan, tetapi juga bisa menggunakan alternatif


terapi non farmakologi rendam air hangat dengan campuran garam selain biaya
yang murah dan mudah sekali didapat dan bisa dilakukan dirumah (Liszayanti,
2019)
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “pengaruh rendam kaki air hangat dengan
campuran garam terhadap penurunan tekanan daearh pada pasien lansia
hipertensi tingkat I di sendangmulyo”
1.2 Rumusan Masalah
Adakah pengaruh rendam kaki air hangat dengan campuran garam
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi tingkat I di
sendangmulyo
1.3 Tujuan Studi Kasus
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh rendam kaki air hangat dengan campuran garam terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi tingkat I di
sendangmulyo
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan tekanan darah pada pasien hipertensi di jalan tulus
harapan sendangmulyo sebelum dan sesudah dilakukan rendam
kaki air hangat dengan garam
b. Mengidentifikasi manfaat rendam kaki air hangat dengan garam
terhadap penurunan tekanan darah di jalan tulus harapan
sendangmulyo

1.4 Manfaat Studi Kasus


1.4.1 Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah sumber kepustaakaan bagi Universitas
Widya Husada Semarang dan menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya
mahasiswa fakultas keperawatan.
6

1.4.2 Bagi perawat


Sebagai bahan masukan dan informasi tentang pengaruh rendam kaki air
hangat dengan garam sebagai pengendali penurunan tekanan darah sehingga
perawat dapat menjadikan rendam kaki air hangat dengan garam sebagai salah satu
intervensi dalam memberikan asuhan keperawatan pada kasus hipertensi
1.4.3 Bagi peneliti
Peneliti mampu membuktikan secara ilmiah tentang pengaruh rendam kaki air
hangat dengan garam terhadap penurunan tekanan darah di jalan tulus harapan
sendangmulyo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori Penyakit
2.1.1 Definisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi disebut the silent killer karena termasuk
penyakit yang mematikan, penyakit ini dapat menyerang siapa saja baik
muda maupun tua. Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan perubahan
dimana tekanan darah meningkat secara kronik (Fildayanti, 2020)
Hipertensi juga salah satu penyakit degeneratif yang banyak
terjadi dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta
mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas seseorang menurut
Wijaya & putri (2014).
2.1.2 Klasifikasi
a. Klasifikasi berdasarkan Etiologi
1) Hipertensi Esensial (Primer) Sampai saat ini masih belum
diketahui penyebabnya secara pasti, namun faktor yang
berpengaruh terjadinya hipertensi esensial diantaranya seperti
faktor genetic terlalu banyak pikiran menimbulkan stress, pola
makan dan faktor lingkungan dan diet (peningkatan
penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium atau
kalsium) (Wijaya & Putri, 2014).
2) Hipertensi sekunder Pada Hipertensi sekunder penyebab dapat
diketahui dengan jelas. Penyebab terjadinya Hipertensi
sekunder diantaranya kelainan endokrin (obesitas), diabetes,
kelainan aorta, kelainan ginjal, pengaruh obat-obatan
(kontrasepsi oral kortiskosteroid) (Wijaya & Putri, 2014)
b. Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi
1) Berdasarkan JNC VIII

7
8

Tabel 2. 1
Klasifikasi Derajat Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan
(mmHg) Diastolik
(mmHg)
Tanpa Diabetes/CKD
• >60 tahun <150 <90
• <60 tahun <140 <90

Dengan Diabetes/CKD
 Semua umur dengan DM tanpa <140 <90
CKD

 Semua umur dengan CKD <140 <90


dengan/tanpa DM

Sumber : Fitri & Rianti Dina (2015)


2) Menurut European Society of Cardiology
Klasifikasi Hipertensi dapat dilihat dari masing-masing tekanan
yang sudah di golongkan dalam kategori berikut :
3) Tekanan darah optimal : pada kategori ini tekanan sistolik <120
mmHg dan tekanan diastolik <80 mmHg
4) Tekanan darah normal : pada kategori ini tekanan darah sistolik
120-129 mmHg dan tekanan diastolik 80-84 mmHg
5) Tekanan darah normal tinggi : pada kategori ini tekanan darah
sistolik 130-139 mmHg dan tekanan diastolik 85-89 mmHg
6) Hipertensi tingkat 1 : pada kategori ini tekanan darah sistolik
140-159 mmHg dan tekanan diastolik 100-109 mmHg
7) Hipertensi tingkat 2 : pada kategori ini tekanan darah sistolik
160179 mmHg dan tekanan darah diastolik 100-109 mmHg.
8) Hipertensi tingkat 3 : Tekanan darah sistolik >180 mmHg dan
tekanan darah diastolik >110 mmHgHipertensi sistolik
terisolasi : Tekanan darah sistolik >140 dan tekanan darah
diastolik <90 mmHg (Suling, 2018).
9

2.1.3 Etiologi Hipertensi


Sekitar 95% pasien dengan hipertensi primer (esensial).
Penyebab Hipertensi esensial ini masih belum diketahui, tetapi faktor
genetik dan lingkungan dalam menyebabkan kenaikan sistem saraf
simpatik sensivitas dari sistem renninangiotensi aldosterone dan sistem
saraf simpatik sensivitas garam terdapat tekanan darah. Selain faktor
genetik, faktor yang mempengaruhi antara lain konsumsi garam,
obesitas, gaya hidup, konsumsi alkohol, dan merokok. Hipertensi
sekunder disebabkan oleh adanya penyakit komorbid atau penggunaan
obat obatan tertentu. Baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi. Penghentian penggunaan obat tersebut atau
mengobati kondisi 18 komorbid yang menyertainya merupakan tahapan
pertama dalam penanganan Hipertensi sekunder. (Badjo et al., 2020)
2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi
Manisfestasi klinis hipertensi menurut (Sudibjo, P. &
Apriyanto, 2018) adalah sebagai berikut:
a. Nyeri kepala, kadang-kadang di sertai mual dan muntah
b. Pusing
c. Jantung berdebar-debar
d. Mudah lelah
e. Penglihatan kabur
f. Telinga berdenging
2.1.5 Patofisiologi Hipertesi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan
perifer akan mempengaruhi tekanan darah. Pada dasarnya, awal dari
suatu kelainan darah tinggi disebabkan oleh peningkatan aktifitas pusat
vasomotor dan meningkatnya kadar norepineprin plasma sehingga
terjadi kegagalan sistem pengendalian tekanan darah yang meliputi,
tidak berfungsinya reflek baroreseptor ataupun kemoreseptor.
Epineprin adalah zat yang disekresikan pada ujung-ujung syaraf
simpatis atau syaraf vasokonstriktor yang langsung bekerja pada otot
10

polos pembuluh darah sehingga menyebabkan vasokonstriksi. Impuls


baroreseptor menghambat pusat vasokonstriktor di medulla oblongata
dan merangsang pusat nervus vagus. Efeknya adalah vasodilatasi di
seluruh sistem sirkulasi perifer dan menurunnya frekuensi dan kekuatan
kontraksi. Oleh karena itu perangsangan baroreseptor oleh tekanan
didalam arteri secara reflek menyebabkan penurunan tekanan arteri.
Sedangkan mekanisme reflek kemoreseptor berlangsung jika terjadi
perubahan kimia darah seperti rendahnya kadar oksigen, meningkatnya
kadar karbordioksida dan hydrogen atau menurunnya pH. Keadaan ini
merangsang reseptor kimia yang terdapat di sinus caroticus untuk
mengirim rangsang yang berjalan di dalam Herving’s nerve dan saraf
vagus ke pusat vasomotor di area pressor atau cardiaccelelator yang
mengeluarkan rangsang yang berjalan dalam saraf simpatis menuju
jantung dan area vasokonstriktor mengirim rangsang ke pembuluh
darah sehingga menyebabkan pengecilan diameter pembuluh darah.
Tidak berfungsinya kedua reflek tersebut mengakibatkan pusat
vasomotor di batang otak menjadi hiperaktif.
Saat pusat vasomotor mengatur tingkat penyempitan pembuluh
darah, ia juga mengatur aktivitas jantung. Bagian lateral mengirimkan
impuls eksitasi melalui serabut saraf simpatis ke jantung untuk
meningkatkan frekuensi dan kontraktilitas jantung, bagian medial yang
terletak dekat nucleus motoris dorsalis nervus vagus, mengirim impuls
melalui nervus vagus ke jantung untuk menurunkan frekuensi jantung.
Hipotalamus juga mempengaruhi sistem vasokonstriktor karena
dapat menimbukakan efek eksitasi dan inhibisi. Bagian posterolateral
hipotalamus menyebabkan eksitasi, sedangkan bagian anterior
menyebabkan eksitasi atau inhibisi, tergantung bagian mana yang di
rangsang
Pengendalian tekanan darah dilakukan oleh renin-angiotensin
diawali dengan disekresinya bahan renin oleh juxtaglomerular cell yang
terdapat pada dinding arteriola aferen yang telah mengadakan
penyatuan dengan macula densa di dinding tubulus distalis. Maka
11

terjadi perubahan angiotensinogen menjadi angiotensin I dan dalam


sirkulasi pulmonal angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Selanjutnya bahan ini yang berperan terhadap terjadinya perubahan
tekanan darah. Angiotensin II mempengaruhi dan merangsang pusat
haus pada hypothalamus dalam otak sehingga meningkatkan masukan
air dan merangsang pusat vasomotor sehingga meningkatkan
rangsangan saraf simpatis pada arteriola myocardium dan pacu jantung.
Angiotensin II juga memiliki kemampuan merangsang bagian cortex
kelenjar adrenalis, sehingga memproduksi aldosterone yang
meningkatkan reabsorbsi air natrium pada tubulus distalis, sehingga
terjadi proses retensi air dan natrium yang menyebabkan kenaikan
volume darah (Hastuti, 2019).
2.1.6 Faktor Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi terbagi menjadi dua golongan yaitu :
a) Hipertensi esensial atau hipertensi prime
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa
kelainan dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus
merupakan hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor
genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan
terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh
darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet,
kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain (Nafrialdi,
2009).
Berpendapat bawah penyebab dari hipertensi esensial
sampai saat ini masih belum dapat di ketahui berbagai faktor di duga
turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer seperti
tambahnya umur, stress spisokologis, dan keturunan menurut
(Guimareas 2013)
b) Hipertensi non esensial atau hipertensi sekunder
Guimareas (2013) berpendapat bahwa hipertensi sekunder
adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui yaitu kelainan
12

pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),


penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Meliputi 5-10%
kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkantekanan
darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal
kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang
paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun
tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi
dengan menaikkan tekanan darah. Faktor pencentus munculnya
hipertensi sekunder yaitu penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan,
peningkatan volume intravaskuler, luka bakar dan stres. Beberapa
faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
esensial adalah sebagai berikut :
1 Genetik
Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan
hipertensi, berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini
dibandingkan orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat
lebih banyak menderita hipertensinya, dan lebih besar tingkat
morbiditasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi
dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan
terdapat kelainan pada genangiotensinogen tetapi
mekanismenya mungkin bersifat poligenetik (Gray, 2015).
2 Usia
Kebanyakan orang yang berusia diatas 60 tahun sering
mengalami hipertensi, bagi mereka yang mengalami hipertensi,
risiko mengalami hipertensi bagi mereka yang mengalami
hipertensi, risiko stroke dan kardiovaskular yang lain akan
meningkat bila tidak ditangani secara benar (Soeharto, 2009).
Umur merupakan faktor risiko penyakit hipertensi yang tidak
dapat dicegah karena menurut penelitian semakin meningkatnya
umur seseorang maka semakin besar risiko terkena hipertensi.
a) Jenis Kelamin
13

Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki dari pada


perempuan. Hal ini kemungkinan karena laki-laki memiliki
faktor pendorong terjadinya hipertensi, seperti stress, kelelahan,
dan makan tidak terkontrol. Adapun hipertensi pada perempuan
peningkatan risiko terjadi setelah menopause yaitu sekitar 45
tahun (Dalimartha, 2009). Menurut Marlina (2010) bahwa
penyakit hipertensi lebih jarang terjadi pada usia semasa muda,
tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun,
sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering
dikaitkan dengan perubahan hormone esterogen setelah
menopause.
b) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara
langsung berhubungandengan berkembangnya hipertensi.
c) Berat badan
Obesitas (lebih dari 25% diatas berat badan ideal)
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi. Sebanyak 60%
dari semua orang yang mengidap hipertensi dalah orang-
orang yang berkelebihan berat badan (Wolff, 2008).
d) Gaya hidup
Merokok dan mengkonsumsi alcohol dapat
meningkatkan tekanan darah bila gaya hidup mereka
menetap
2.1.7 Upaya Pengendalian Hipertensi
Muhammadun (2010) menyatakan bahwa ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam upaya pengendalian hipertensi yaitu :
a. Upaya pengendalian hipertensi dengan cara olahraga teratur.
b. Upaya pengendalian hipertensi dengan cara istirahat cukup.
c. Upaya pengendalian hipertensi dengan cara medis.
d. Upaya pengendalian hipertensi dengan cara tradisional.
e. Upaya pengendalian hipertensi dengan cara mengatur pola makan.
14

f. Upaya pengendalian hipertensi dengan cara mengurangi konsumsi


garam satusendok teh perhari.
2.1.8 Komplikasi Hipertensi
Muhammadun (2010) berpendapat bahwa beberapa cara untuk
menghindari terjadinya komplikasi hipertensi yang fatal, maka
penderita perlu mengambil tindakan pencegahan yang baik (stop high
blood pressure) sebagai berikut :
a. Mengurangi mengkonsumsi garam
b. Mengurangi kegemukan atau obesitas
c. Membatasi konsumsi lemak
d. Olahraga teratur
e. Makan banyak buah dan sayur segar
f. Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman berakohol
g. Melakukan relaksasi atau meditasi
h. Berusaha membina hidup yang postif
2.1.9 Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler. Prinsip
penatalaksanaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi obat (farmakologis)
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya meurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Endang (2014)
menyatakan bahwa terapi farmakologis dilakukan dengan
pemberian obat-obatan seperti berikut :
1 Golongan diuretic
Biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk
mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang
garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh
tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga
menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik
menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga
15

kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.


Diuretik sangat efektif pada orang kulit hitam, lanjut usia,
kegemukan, penderita gagal ginjal jantung atau penyakit ginjal
menahun.
2 Penghambat adrenergic
Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-bloker, beta
bloker labenol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.
Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang segera akan
memberikan respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan
tekanan darah. Sehingga yang paling sering digunakan adalah
beta-bloker yang efektif diberikan pada penderita usia muda,
penderita yang mengalami serangan jantung.
3 ACE-inhibitor
Obat ini efektif diberikan kepada oran kulit putih, usia muda,
penderita gagal jantung. Angiotension Converting Enzyme
Inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan
darah dengan cara melebarkan arteri.
4 Angiotension-II-bloker
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu
mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.
5 Antagonis kalsium
Menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme
yang benar-benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada
orang kulit hitam, lanjut usia, nyeri dada, dan sakit kepala
(migrain).
b. Terapi obat nonfarmakologis
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dansebagai suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat meliputi:
1 Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi yaitu :
16

a) Restraksi garam secara modorat dari 10 gram/hari menjadi


5 gram/hari.
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan : penderita hipertensi yang obesitas
dianjurkan untuk menurunkan berat badan, membatasi
asupan kalori dan peningkatan pemakaian kalori dengan
latihan fisik secara teratur.
2. Menghindari alcohol
Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah danmenyebabkan
resistensi terhadap obat anti hipertensi. Penderita yang minum
alcohol sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar satu ons
sehari.
a) Menghentikan rokok
merokok tidak berhubungan langsung dengan hipertensi
tetapi merupakan faktor utama penyakit kardiovaskuler.
Penderita hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk berhenti
merokok.
b) Berolahraga teratur
Seseorang penderita hipertensi bukan dilarang untuk
berolahraga, tetapi dianjurkan olahraga secara teratur.
Memang ada beberapa jenis olahraga yang tidak
dianjurkan, bahkan dilarang dilakukan oleh penderita
hipertensi, yaitu karena yoga dan olahraga sejenisnya. Bagi
penderita hipertensi semua olaraga baik di lakukan asal
tidak menyebabkan kelelahan fisik dan selain itu olaraga
ringan yang dapat sedikit meningkatkan denyut jantung dan
mengeluarkan keringat. Beberapa olahraga yang dapat
dipilih adalah gerak jalan, senam, dan berenang.
c) Menghindari stress
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Carell Medical
College menyatakan bahwa seseorang yang mengalami
tekanan jiwa (stress) selama bertahun- tahun di tempat kerja
17

dapat mengalami risiko hipertensi sebanyak tiga kali lebih


besar. Sebaliknya orang-orang yang berpikiran positif dan
optimis mempunyai peluang lebih kecil terkena hipertensi.
Beberapa cara untuk menghindari stress, diantaranya
dengan melakukan relaksasi atau meditasi serta berusaha
dan membina hidup yang bersifat positif.
d) Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Pendidikan kesehatan tujuannya untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
e) Pengobatan hydrotherapy
Bertujuan untuk membuat pembuluh darah melebar dan
meningkatkan sirkulasi darah
2.2 Konsep Rendam Kaki Air Hangat
2.2.1 Pengertian
Kaki adalah jantung kedua tubuh manusia, barometer yang
mencerminkan kondisi kesehatan badan. Ada banyak titik akupuntur di
telapak kaki. Enam meridian ( hati, empedu,kantung kemih, ginjal,
limpa, dan perut) ada di kaki Air hangat adalah salah satu media terapi
yang bisa mencegah dan memulihkan seseorang dari penyakit
hipertensi. Hal tersebut dikarenakan efek hidrostatik, hidrodinamik, dan
suhu hangatnya yang membuat peredaran darah di dalam tubuh menjadi
lancar. Selain dapat memperlancar peredaran darah air hangat juga
memberikan efek ketenangan bagi tubuh sehingga keseimbangan dalam
tubuh (homeostasis) dapat tercapai dengan baik (Tari, 2015).
2.2.2 Manfaat rendam kaki air hangat
Manfaat atau efek hangat adalah efek fisik panas atau hangat
yang dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian
ke segala arah dan dapat meningkatkan reaksi kimia. Pada jaringan akan
tejadi metabolisme seiiring dengan peningkatan pertukaran antara zat
kimia tubuh dengan cairan tubuh. Efek biologis panas atau hangat dapat
18

menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan


peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap
panas yaitu menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan
pembekuan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan
metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon
dari hangat inilah yang dipergunakan untuk keperluan terapi pada
berbagai kondisi dan keadaan dalam tubuh (Damayanti, 2014).
Santoso (2015) menyatakan merendam kaki dengan air hangat
akan membuat pembuluh darah melebar dan meningkatkan sirkulasi
darah. Sehingga dapat merelaksasikan seluruh tubuh dan mengurangi
kelelahan dan hari yang penuh dengan aktifitas. Sedangkan menurut
Damayanti (2014), berpendapat prinsip kerja terapi rendam kaki air
hangat dengan campuran garam yaitu secara konduksi dimana terjadi
perpindahan panas atau hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan
menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan penurunan ketegangan
otot sehingga dapat melancarkan peredaran darah yang akan
mempengaruhi tekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus kortikus dan
arkus aorta yang akan menyampaikan impuls yang dibawa serabut saraf
yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk
menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah
dan kebutuhan khusus semua organ ke pusat saraf simpatis ke medulla
sehingga akan merangsang tekanan sistolik yaitu regangan otot
ventrikel akan merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi.
Merendam bagian tubuh ke dalam air hangat dapat
meningkatkan sirkulasi, mengurangi edema, meningkatkan relaksasi
otot. Terapi rendam kaki pada air hangat mempunyai banyak manfaat
diantaranya yaitu :
a. Mendilatasi pembuluh darah, melancarkan peredaran darah, dan
memicu syaraf yang ada pada telapak kaki untuk bekerja. Saraf yang
ada pada telapak kaki menuju ke organ vital tubuh diantaranya
menuju ke jantung, paru-paru, lambung dan pankreas.
19

b. Berdampak pada pembuluh darah. Hangatnya air membuat sirkulasi


darah menjadi lancar.
c. Faktor pembebanan di dalam air akan menguatkan otot-otot dan
ligament yang mempengaruhi sendi-sendi tubuh.
d. Latihan di dalam air berdampak positif terhadap otot jantung dan
paru-paru.
e. Latihan di dalam air membuat sirkulasi pernapasan menjadi lebih
baik. Efek hidrostatik dan hidrodinamik pada terapi ini juga
membantu menopang berat badan saat latihan jalan (Damayanti,
2014).
2.2.3 Mekanisme rendam air hangat pada kaki dalam menurunkan tekanan
darah dengan garam
Perubahan tekanan darah setelah di lakukan rendam kaki
menggunakan air hangat di sebabkan kaerena manfaat dari rendam kaki
menggunakan air hangat yaitu membilatasi pembulu drah,
melancarkan peredaran darah dan memicu saraf yang ada pada telapak
kaki untuk bekerja merendam sebagian tubuh kedalam air hangat dapat
meningkatkan sirkulasi, mengurangi edema meningkatkan relaksasi
otot. Merendam juga dapat disertai dengan pembungkusan bagian
tubuhdengan balutan dan membasahnya dengan larutan hangat (Pratika,
2012).
Bahwa prinsip kerja air hangat yaitu secara konduksi dimana
terjadi perpindahan dari air hangat dalam tubuh akan menyebabka
pelebaran pembuluh darh dan menurunkan ketegangan otot sehinggah
dapat melancarkan peredaran darah yang akan memprngaruhi tekanan
arteri oleh beroseptor pada sinus kortikus dan arkus aorta yang akan
menyampaikan implus yang di bawah serabut saraf yang membawa
isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak
perihal tekanan darah volume darah dan kebutuha kusus semua organ
ke pusat syaraf simpatis ke medula merangsang tekanan sistolik yaitu
regangan otot ventrikel akan merangsang ventrikel untuk segera
berkontraksi. Pada awal kontraksi, katup aorta dan katup seminularis
20

belum terbuka. Sehingga untuk membuka katup aorta, tekanan di dalam


ventrikel harus melebihi tekanan katup aorta. Keadaan dimana
kontraksi ventrikel mulai terjadi sehingga dengan adanya pelebaran
pembuluh darah, aliran darah akan lancar sehingga akan mudah
mendorong darah masuk ke jantung sehingga menurunkan tekanan
sistoliknya. Menurut ( Damayanti 2014 )
BAB III
METODE STUDI KASUS

3.1 Rancangan Studi Kasus


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen dengan desain pra eksprement dengan rancangan one group
pretest posttest. Rancangan ini tidak ada kelompok pembandingan (kontrol),
tetapi terlebih dahulu dilakukan observasi pertama (pretest) yang
memungkinkan menguji perubahan - perubahan yang terjadi setelah adanya
eksperimen (program).
3.2 Subjek Studi Kasus
Subjek kasus yang di gunakan dalam penelitian ini adalah lansia di
desa Sendangmulyo yang memiliki penyakit hipertensi tingkat 1 berjumlah 4
responden baik laki - laki maupun perempuan.
3.3 Kriteria sampel
Dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu inklus i dan
eklusi (Nursalam, 2015).
3.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian darisuatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.
a. Penderita hipertensi tingkat 1 di Sendangmulyo yang memiliki
tekanan darah sistoliknya nya 140-159 mmhg dan diastolic nya 90-
99 mmhg
b. Bersedia menjadi responden dalam penelitian.
c. Riwayat menderita hipertensi selama 2 tahun terakhir
d. Tidak mempunyai penyakit komplikasi
3.3.2 Kriteria eklusi
Kriteria eklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan
subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi yaitu penderita hipertensi
yang menolak menjadi responden, penderita hipertensi yang tidak ada
pada saat penelitian.

21
22

3.4 Fokus Studi


Fokus studi kasus ini adalah untuk menurunkan tekanan darah tinggi pada
penderita hipertensi tingkat 1 dengan penerapan rendam kaki air hangan
dengan campuran garam.
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.4.1 Rendam Kaki Air Hangat Dengan Campuran Garam
Pengobatan nonfarmakologi yang di lakukan dengan cara
merendam kaki menggunakan air hangat dengan campuran garam
untuk menurunkan tekanan darah.
3.4.2 Tekanan Darah
Tekanan darah yang dalam pembuluh darah yang dapat di ukur
dengan menggunankan sphygmomano meter
3.6 Instrumen Studi Kasus
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.5.1 Sphygmomanometer
(tensimeter) yang digunakan untuk mengukur tekanan darah klien.
3.5.2 Lembar Observasi
untuk mencatat hasil tekanan arah klien sebelum dan sesudah
dilakukan senam pemberian rendam kaki air hangat dengan campuran
garam.
3.5.3 Prosedur rendam Kaki Air Hangat Dengan Campuran Garam
Ember berisi air sebanyak 3 liter dengan sehu 40˚, garam 3 sendok teh
di lakukan selama 7 hari berturut-turut atau satu minggu baik di lakukan
pada pagi hari jam 09.00 WIB di lakukan selama 15 menit.

3.7 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2015). Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu :
a. Data primer
23

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh


peneliti terhadap responden atau atau objek penelitian. Data yang
dikumpulkan meliputi keberhasilan melakukan rendam kaki air hangat
dengan campuran garam dan untuk mengukur tekanan darah klien dibantu
oleh tenaga perawat menggunakan sphygmomanometer (tensi meter)
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber dan
biasanya sudah diperiksa terlebih dahulu oleh instansi atau yang punya data.
Data yang dikumpulkan meliputi nama, umur, jenis kelamin dan alamat
yang diperoleh dari Sendangmulyo
3.8 Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Lokasi penelitian ini dilakukan di Sendangmulyo. Untuk waktu
penelitian dilakukan pada bulan juni.
3.9 Penyajian Data
a. Narasi
Penulis akan menggunakan penyajian secara teks untuk menyajikan karya
tulis ilmiah ini. Penulis akan memberikan keterangan dalam bentuk teks
mengenai jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan serta tekanan darah
sebelum dan sesudah di lakukan terapi.
b. Tabel
Penulis menggunakan penyajian dalam bentuk angka (data menarik) yang
disusun dalam kolom dan baris dengan tujuan untuk menuliskan hasil
wawancara pada klien. Sebagai contoh penulis akan menggunakan tabel
untuk jenis kelamin usia dan pekerjaan. Penulis juga akan menggunakan
tabel berisi tekanan darah klien sebelum dan sesudah diberikan terapi
rendam kaki air hangat dengan campuran garam
3.10Etika Studi Kasus
3.10.1 Informed Consent (Persetujuan)
Informed consent merupakan lembar persetujuan yang akan
diteliti agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Sebelum
dilakukan penelitian peneliti terlebih dahulu memberikan lembar
persetujuan kepada responden untuk menjadi responden.
24

3.10.2 Anonimity (Tanpa Nama)


Untuk menjaga kerahasiaan dan identitas subyek, peneliti tidak
akan mencantumkan nama subyek dalam lembar persetujuan. Cukup
dengan inisial dan memberi nomor atau kode pada masing - masing
lembar tersebut.
3.10.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh subyek dijamin
oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan
sebagai hasil riset/penelitian (Hidayat, 2011).
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menyajikan mengenai hasil pengumpulan data yang diperoleh
sejak tanggal 1 Juni sampai 12 juni 2022. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian eksperimen dengan desain pra eksprement dengan
rancangan one group pretest posttest. Rancangan ini tidak ada kelompok
pembandingan (kontrol), tetapi terlebih dahulu dilakukan observasi pertama
(pretest) yang memungkinkan menguji perubahan - perubahan yang terjadi setelah
adanya eksperimen (program). Subyek dalam penelitian ini adalah warga kelurahan
sendangmulyo yang berjumlah 4 orang.
Pemilihan responden dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi kemudian
diberikan penjelasan tentang penelitian meliputi tujuan, manfaat, dan prosedur yang
ada dari penelitian yang akan dilakukan. Apabila penderita hipertensi tersebut
bersedia menjadi responden penelitian ini maka mendatangani lembar persetujuan
(inform consent).
4.1. Hasil Studi Kasus
a. Tekanan Darah Penderita hipertensi Sebelum Melakukan rendam kaki air
hangat dengan campuran garam

Tabel 4. 1
Distribusi frekuensi tekanan darah tinggi sebelum di lakukan rendam kaki
air hangat dengan campuran garam

Kriteria Frekuensi Prosentase


(%)
Hipertensi tngkat 1 140–159 mmHg/90–99 3 75.0
mmHg
Hipertensi tingkat 2 > 160 mmHg/> dari 1 25.00
100 mmHg
Hipertensi krisis > dari 180/120 mmHg - 00.0

Total 4 100.0

Berdasarkan dari tabel 4.1 frekuensi di dapatkan bahwa 3 responden


mempunyai hipertensi tingkat 1 (140–159 mmHg/90–99 mmHg) (75%)

25
26

dan sebanyak 1 responden mempunyai hipertesi tingkat 2 2 > 160


mmHg/> dari 100 mmHg (25%).
b. Tekanan Darah Penderita hipertensi Setelah Melakukan rendam air hangat
dengan campuran garam
Tabel 4. 2
Tekanan Darah Penderita hipertensi Setelah Melakukan rendam air
hangat dengan campuran garam

Kriteria Frekuensi Prosentase (%)

Normal 120/80 mmhg 00.0

Prahipertensi 120-139 2 50.0


mmhg/80-89 mmhg

Hipertensi tngkat 1 140– 2 50.0


159 mmHg/90–99 mmHg
Total 4 100.0

Berdasarkan dari tabel 4.2 frekuensi di dapatkan bahwa separuh


responden mempunyai tekanan darah Prahipertensi 120-139 mmhg/80-89
mmhg sebanyak 2 responden (50%) dan sebanyak 2 responden lainnya
memiliki tekanan darah hipertensi tingkat 1 140–159 mmHg/90–99 mmHg
(50%), yang artinya bahwa redam kaki air hangat dengan campuran garam
memiliki pengaruh terhadap penurunan tekanan darah di kelurahan
sendangmulyo.

c. Pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah rendam kaki air hangat
dengan campuran garam
Tabel 4. 3
Analisa pengaruh rendam kaki air hangat dengan campuran garam terhadap
tekanan darah pada pasien hipertensi di kelurahan sendangmulyo
Responden Tekanan darah pre-test dan posttest
Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest Selisih Freq
1 1 2 2 3 3
Ny S 150/90 140/90 140/90 130/90 140/90 130/85 14 1
Ny M 140/90 148/90 156/98 140/90 150/98 135/80 28 1
Ny S 159/90 150/90 150/90 140/90 159/90 130/80 33 1
Ny J 130/89 130/90 135/89 120/85 130/89 120/80 23 1
27

Berdasarkan tabel 4.3 hasil analisis tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan
intervensi rendam kaki air hangat dengan campuran garam dijelaskan bahwa empat
responden setelah dilakukan rendam kaki dengan campuran garam mengalami
penurunan tekanan darah dengan presentase 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
ada pengaruh rendam kaki air hangat dengan campuran garam di kelurahan
sendangmulyo
4.1. Pembahasan
a. Tekanan darah pasien sebelum melakukan rendam kaki air hangat
dengan campuran garam
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa semua responden berjumlah 4 orang,
dimana tiga responden memiliki tekanan darah Hipertensi tngkat 1 140–159
mmHg/90–99 mmHg dan satu responden memiliki tekanan darah
Hipertensi tingkat 2 > 160 mmHg/> dari 100 mmHg tekanan darah pada
pasien hipertensi sebelum diberikan rendam kaki air hangat dengan
campuran garam kurang baik. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
pasien diketahui bahwa pasien belum pernah melakukan rendam kaki air
hangat dengan campuran garam dalam menjaga tekanan darahnya. Hal
yang dilakukan hanyalah melakukan diet rendah garam . Pola makan
perlu di waspadai,pembatasan asupan natrium (komponen utama garam
sangat di anjurkan karna baik untuk kesehatan penderita hipertensi
Nurhidayat (2015)
Berdasarkan data yang diperoleh semua pasien berusia diatas 45
tahun dan memiliki tekanan darah diatas 150/95 mmhg. Hal ini
menunjukkan bahwa tingginya tekanan darah dalam tubuh di sebabkan
banyak faktor, salah satunya adalah usia. Kondisi ini menunjukkan bahwa
meningkatnya risiko hipertensi seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan
dengan terjadinya penurunan fungsi fisiologis tubuh. Untuk jenis kelamin
didapatkan data bahwa sebagian besar pasien memiliki jenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 3 responden (75%) dan pasien berjenis kelamin
laki - laki berjumlah 1 orang (25%). Peneliti berpendapat bahwa baik
perempuan maupun pria beresiko menderita penyakit hipertensi.
28

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pasien sebelum


dilakukan rendam kaki air hangat dengan campuran garam responden yang
memiliki hipertensi terendah yaitu 130/90mmhg, sedangkan nilai tertinggi
yaitu 150/90mmhg, dimana hal ini dapat diartikan bahwa diet rendah garam
menunjukkan perubahan yang cukup berarti pada kadar gula darah pasien.
Diet yang paling sering dilakukan oleh pasien adalah mengurangi konsumsi
garam yang berlebih. Hal ini memungkinkan pasien tersebut tetap memiliki
tekanan darah yang tetap tinggi meskipun sudah melakukan diet rendah
garam
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali
pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko
yang tidak berjalan sebagai mana mestinya dalam mempertahankan tekanan
darah normal (Wijaya & Putri, 2013).
b. Tekanan darah pasien sesudah melakukan rendam kaki air hangat
dengan campuaran garam
Tekanan darah pada penderita hipertensi setelah dilakukan rendam
kaki air hangat dengan campuran garam di sendangmulyo berdasarkan tabel
4.2 di dapatkan bahwa separuh responden mempunyai tekanan darah
hipertensi 120-139 mmhg/80-89 mmhg sebanyak 2 responden (50%) dan
sebanyak 2 responden lainnya memiliki tekanan darah hipertensi tingkat 1
140–159 mmHg/90–99 mmHg (50%) Data menunjukkan bahwa semua
responden yang melaksanakan rendam kaki air hangat dengan campuran
garam mengalami penurunan tekanan darah. ada yang mencapai nilai
normal meskipun ada juga beberapa pasien yang mengalami penurunan
tekanan darah tetapi masih belum berada pada rentang nilai normal.
Rendam kaki air hangat dengan campuran garam diberikan selama
6 (enam) hari, pasien tetap diperbolehkan melakukan diet rendah garam
seperti yang dilakukan sebelum di berikan rendam kaki air hangat dengan
campuran garam. Serta penulis memberikan edukasi tentang makanan yang
harus dibatasi pada penderita hipertensi. Pengukuran tekanan darah
dilakukan awal sebelum di lakukannya rendam kaki air hangat dengan
29

campuran garam dan setelah pelaksanaan rendam kaki air hangat dengan
campuran garam selama enam hari berturut-turut. Rendam kaki air hangat
dengan campuran dilakukan pagi pada jam 09.00 WIB dan sore hari,
sementara pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 6 (enam) kali,
yaitu : tiga kali sebelum pelaksanaan rendam kaki air hangat dengan
campuran garam pada pagi hari dan 3 (kali) kali pada sore hari 2 jam setelah
di lakukan rendam kaki air hangat dengan campuran garam dilakukan setiap
dua hari sekali.
Terapi rendam kaki air hangat dicampur garam adalah terapi non
farmakologis yang memberikan efek fisiologis terhadap beberapa bagian
tubuh organ manusia seperti jantung dan tekanan hidrostatik air terhadap
tubuh mendorong aliran darah dari kaki menuju kerongga dada dan darah
akan berakumulasi di pembuluh darah besar jantung (Fildayanti, 2020).
Sesuai dengan rencana keperawatan untuk mengatasi Resiko Perfusi
Perifer Tidak Efektif yaitu terapi rendam kaki air hangat dengan campuran
garam dapat dilakukan selama 15-20 menit selama 6 kali kunjungan.
Menurut teori Damayanti bahwa efek biologis panas atau hangat dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan
sirkulasi darah, secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu
menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan pembekuan darah,
menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan
meningkatkan permeabilitas kapiler (Fildayanti, 2020).
Prinsip kerja terapi rendam kaki air hangat dengan campuran garam
yaitu secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas atau hangat dari air
hangat kedalam tubuh akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan
penurunan ketegangan otot sehingga dapat melancarkan peredaran darah
yang akan mempengaruhi tekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus
kontikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan implus yang dibawah
serabut saraf yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk
mengkonfirmasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan
kebutuhan khusus semua organ ke pusat syaraf simpatis ke medulla
30

sehingga akan merangsang tekanan sistolik yaitu regangan otot ventrikel


akan merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi Dumayanti (2014).
c. Pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah rendam kaki air hangat
dengan campuaran garam pada pasien hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 menunujukkan bahwa
setelah dilakukan rendam kaki air hangat dengan campuran garam semua
responden (4 orang) mengalami penurunan tekanan darah dengan
presentase 100%.
Dari hasil perhitungan selisih rata - rata menunjukkan bahwa
terdapat penurunan tekanan darah semua responden yang artinya bahwa ada
pengaruh renam kaki air hangat dengan campuran garam terhadap
perubahan tekanan darah di sendangmulyo.
Berdasarkan hasil penelitian Ismatul & Ambarwati (2020)
yang berjudul “Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat Dengan
Campuran Garam Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi” didapatkan ρ value = 0,000 dengan α = 0,05. Dimana ρ
value 0,000 ≤ 0,05, sehingga ada pengaruh rendam kaki air hangat
dengan campuran garam terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok perlakuan interfensi
(rendam kaki air hangat dengan campuran garam, dengan menggunakan uji
Wilcoxon di bapatkan pada sistolik p-value yaitu 0,002 < 0,05, dan diastolic
menggunakan uji paired T-Tes p-value yaitu 0,000 < 0,05, yang berarti ada
pengaruh (rendam kaki air hangat dengan campuran garam ) terhadap
perubahan tekanan darah sistolik dan diastolic hasil penelitian ini di dukung
oleh Santoso (2015)
Penelitian lainnya yang sejalan dengan penelitian ini yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Julia V. Rottie (2017) Hasil uji statistik uji Wilcoxon
(Signed Ranks Test). Nilai rata – rata tekanan darah sistolik sebelum
diberikan terapi rendam kaki dengan air hangat 147,06 mmHg, lebih tinggi
dari nilai rata – rata tekanan darah sistolik sesudah dilakukan terapi rendam
kaki dengan air hangat dengan campuran garam yaitu 135,69 mmHg, yang
31

berarti nilai rata – rata tekanan darah sistolik mengalami penurunan, dimana
hal ini menunjukkan adanya penurunan tekanan darah sistolik setelah
dilakukan terapi rendam kaki dengan air hangat dengan campuran garam
pada pasien dengan hipertensi. Analisis menggunakan uji statistik uji
Wilcoxon (Signed Ranks Test) dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05) yang
menunjukkan hasil Sig. (2-tailed) atau P-value = 0,000. Dengan P-value =
0,000 < α = 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil
analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
terapi rendam kaki dengan air hangat dengan campuran garam terhadap
penurunan tekanan darah di puskesmas bahu manado menunjukan ada nya
pengaruh terapi rendam kaki air hangat dengan campuran garam terhadap
penurunan tekanan darah, hasil penelitian ini di dukung oleh Jayadi (2017)
Dari pembahasan di atas penulis berasumsi bawah rendam kaki air
hangat dengan campuran garam terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan
tekanan darah pada penderita hipertensi
4.2. Keterbatasan Studi Kasus
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengakui adanya banyak
kekurangan dan kelemahan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum
optimal atau belum bisa dikatakan sempurna. Dalam melakukan penelitian ini
peneliti mempunyai keterbatasan dimana peneliti tidak melakukan observasi
setiap harinya sehingga tidak dapat diketahui perubahan - perubahan kadar
tekanan darah secara lebih terperinci dan jumah responden yang sangat sedikit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan di uraikan pada
pembahasan di bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan
se bagai berikut :
a. Tekanan darah responden di Sendangmulyo sebelum melakukan rendam
kaki air hangat dengan campuran garam yaitu 159/90 mmhg dan setelah
di lakukan rendam kaki air hangat dengan campuran garam mengalami
penuruan tekanan darah menjadi 130/80 mmhg.
b. Tekanan darah responden setelah melakukan rendam kaki air hangat
dengan campuran garam di Sendangmulyo, 4 responden mengalami
penurunan tekanan darah
c. Ada pengaruh rendam kaki air hangat dengan campuran garam terhadap
penurunan tekanan darah di Sendangmulyo.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Responden
Diharapkan responden dapat mematuhi diet yang dianjurkan serta lebih
aktif dalam melakukan rendam air hangat dengan campuran garam dan
pengecekan tekanan darah secara rutin setiap rendam air hangat.
5.2.2 Bagi Universitas Dan Mahasiswa
Diharapkan studi kasus ini dapat dijadikan referensi dan digunakan
bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai faktor - faktor lain seperti (riwayat keluarga HT,
bertambahnya usia) yang berhubungan dengan kejadian HT. Dan
melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan cara diukur tekanan
darah responden kelompok kasus dan kontrol serta besar sample dapat
ditambah lagi

32
DAFTAR PUSTAKA

Fildayanti. (2020). Pengaruh Pemberian Rendam Kaki Air Dengan Air Hangat
Campuran Garam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi. Jurnal Ilmiah Karya Kesehatan, 01, 70–75.
https://stikeskskendari.e-journal.id/jikk

Uliya, I., & Ambarwati. (2020). Jurnal Profesi Keperawatan Terapi Rendam Kaki
Menggunakan Air Hangat Dengan Campuran Garam Dan Serai Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Jurnal Profesi
Keperawatan Akademi Keperawatan Krida Husada Kudus
PENDAHULUAN 140 mmHg atau tekan. 7(2), 88–102.

Kemenkes RI. (2018). Laporan Provinsi Jawa Tengah Riskesdas 2018. In


Kementerian Kesehatan RI.

Wulandari, P., Arifianto, & Sekarningrum, D. (2016). Pengaruh Rendam Kaki


Menggunakan Air Hangat dengan Campuran Garam dan Serai Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Podorejo
RW 8 Ngaliyan. Keperawatan, 7(2009), 43–47.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/3918/43
97

Johanes, A. S. (2019). Diagnosis Dan Tatalaksana Terbaru Pada Dewasa. Cdk274,


46(3), 172–178.
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/503%0Adiakses
pada tanggal 28 oktober 2020

Malibel, et al. (2020). Pengaruh pemberian hidroterapi (rendam kaki air hangat)
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Sikumana Kota Kupang. CHMK HEALTH JOURNAL. Vol 4
No 1.

Harnani, Y., & Axmalia, A. (2017). Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat
Efektif Menurunkan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 3.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH :

KEPERAWATAN DEWASA TEORI DAN CONTOH ASKEP. Nuha Medika.

Suling, F. R. W. (2018). HIPERTENSI (A. Simatupang & Med (eds.); 1st ed., Issue
2). Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.

Fitri, & Rianti Dina. (2015). Diagnose Enforcement And Treatment Of High Blood
Pressure. Jurnal Kedokteran, 4(3), 47–51.
juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/549

33
34

Sudibjo, P. & Apriyanto, K. . (2018). Aerobic Based Activity Programs in Elderly


to Improve Fitness and Quality Of Anthropometry (xvii).

Hananta, P. Yuda, dkk. 2011. Deteksi Dini Dan Pencegahan 7 Penyakit Penyebab
Mati Muda.Yogyakarta: Medpress.

Muhammadun, Arif. 2010. Hidup Bersama Hipertensi, dalam


http://www.coursehero.com (di akses pada tanggal 23 Januari 2018
pukul 09.40 WIB).

Santoso, A. 2015. Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah
Kerja Upk Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak, dalam
jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/view/113 (di akses
pada tanggal 23 Desember 2017 pukul 18:15 WIB).

Tari, M. 2015. Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Skripsi Universitas Esa Unggul
Jakarta Barat.

Wolff, H.P. 2008. Hipertensi. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

Priyoto. 2015. NIC dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: Salemba Medika.

Marliani, Lili dan Tantan. 2010. 100 Questions and Answers Hipertention.

Jakarta: Gramedia.

Pratika, M.I. 2012. Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Desa Bendungan
Kecamatan Kraton Pasuruan. Majapahit: Jurnal STIKES Majapahit
Mojokerto.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Jadwal Kegiatan
Bulan
Juli
No Mei-Juli

29/05/ 30/05/ 19 -25 20 - 28 /06- 07 -


Kegiatan 2022 2022 /06/ 23/06/ 04/07/ /07/2022

2022 2022 2022


1 Survey tempat penelitian
2 Konsultasi judul
penelitian
3 Penyusunan laporan studi
kasus
4 Bimbingan studi kasus
bab 1 – III
5 Penelitian ke lapangan
6 Penyusunan laporan studi
kasus bab IV – V
7 Penyusunan artikel
ilmiah
8 Seminar karya tulis imiah
ners
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
(Persetujuan menjadi Partisipan)

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah


mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh Klaudia B. Loke dengan judul “Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat
Dengan Campuran Garam terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di
SendangMulyo” Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian
ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu - waktu tanpa sanksi
apapun.

Semarang, 2022
Yang memberikan persetujuan
Lampiran 3

Prosedur Tindakan Pemberian Terapi Rendam Kaki Air Hangat dan Garam

NO TINDAKAN YANG DILAKUKAN


A. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan prosedur.
4. Menanyakan kesiapan klien.
B. Fase Kerja
1. Menjaga privasi klien.
2. Mengatur posisi klien.
Mengukur tingkat nyeri Klien sebelum dilakukan terapi rendam kaki air
3.
hangat.
Memasukan air hangat sebanyak 2 liter di baskom tempat merendam kaki
4.
dengan suhu 40ºC.
Memasukkan garam 20 mg (tiga sendok teh) lalu aduk hingga garam
5.
larut.

6. Membantu memasukan kaki klien ke dalam baskom setinggi pergelangan


kaki.
7. Rendam kaki selama 15 menit.
8. Mengangkat kaki dari air hangat dan keringkan dengan handuk bersih.

9. Mengukur tingkat nyeri Klien sesudah dilakukan terapi


rendam kaki air hangat dan garam.
C. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan.
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut.
3. Berpamitan.
Sumber : (Kusumaastuti, 2008)
Lampiran 4
Lembar Observasi

Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
HARI/TANGGAL PRE POST
Lampiran 5

LEMBAR KONSULTASI KIAN PRODI NERS UNIVERSITAS WIDYA


HUSADA SEMARANG TAHUN 2022

Nama : Klaudia B. Loke


NIM : 2108008
Pembimbing : Arifianto, S,Kep., Ns., M.Kep
Judul KIAN : Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Dengan Campuran Garam
terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di SendangMulyo
PARAF
NO HARI/TANGGAL HASIL KONSULTASI PEMBIMBIMBING
1. Senin, 30 mei 2022 - Konsulitasi Judul
penelitian
- Acc judul penelitian

2. Minggu, 19-20 juni - Konsultasi Bab 1


2022 - Acc Bab 1

3. Sabtu, 25-28 juni - Konsultasi Bab II dan


2022 bab III
-
4. Senin, 04-07 juli - Konsultasi Bab IV dan
2022 Bab V

5. Kamis, 07 juli 2022 - Penyusunan Artikel

Anda mungkin juga menyukai