Anda di halaman 1dari 106

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH SENAM YOGA TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI

LITERATUR REVIEW

YULI KARTIKA
P17220181005

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021
PENGARUH SENAM YOGA TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI

LITERATUR REVIEW

KTI ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program


Pendidikan DIII Keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan Lawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

YULI KARTIKA
P17220181005

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021
PENGARUH SENAM YOGA TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI

LITERATUR REVIEW

Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)


dalam Program Studi DIII Keperawatan Lawang
Poltekkes Kemenkes Malang

YULI KARTIKA
P17220181005

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Yuli Kartika


NIM : P17220181005
Tanda Tangan :

Tanggal : 5 Mei 2021

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Literatur Revieuw oleh Yuli Kartika NIM. P17220181005
dengan judul “ Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
Lansia Penderita Hipertensi ” ini telah disetujui pada tanggal 21 Juni 2021.

Oleh:

Pembimbing Utama

Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,M.Kep
NIP.197306151997032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi D-III dan D-IV


Keperawatan Malang

Dr. Atti Yudiernawati.SKp.MPd


NIP. 196605091991032001

v
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah literatur review ini diajukan oleh


Nama : Yuli Kartika
NIM : P17220181005
Program Studi : D-III Keperawatan Lawang
Judul : Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Lansia Penderita Hipertensi.

Karya Tulis Ilmiah literatur review ini telah diuji dan dinilai:
Oleh panitia penguji pada
Program Studi D-III Keperawatan Lawang
Poltekkes Kemenkes Malang
Pada tanggal…………………….

Penguji Ketua Penguji Anggota

Kasiati, S.Kep,Ns, M.Kep Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,M.Kep


NIP. 196608161988032001 NIP.197306151997032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Malang

Imam Subekti, S.Kep, M.Kep, Sp. Kom


NIP. 196512051989121001

KATA PENGANTAR

vi
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Literatur Review dengan judul

“Pengaruh Senam Yoga Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia” sebagai salah

satu persyaratan menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan

Lawang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. Terima

kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada yang terhormat:

1. Budi Susatia, S.Kp, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Malang yang telah memberikan sarana dan prasarana kemudahan dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

2. Imam Subekti, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah memberikan sarana dan

prasarana kemudahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

3. Dr. Atti Yudiernawati.SKp.MPd, selaku Ketua Program Studi D III

Keperawatan Lawang yang telah memberikan sarana dan prasarana

kemudahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

4. Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,M.Kep selaku pembimbing yang selalu memberikan

bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. Kasiati, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji yang memberikan arahan dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh staf akademik Program Studi D III Keperawatan Lawang Politeknik

Kesehatan Kemenkes Malang yang telah menyediakan fasilitas, dukungan

dan bantuan yang diberikan selama ini.

vii
7. Untuk orang tua , Mama Suti dan Ayah Misrupi dan seluruh keluarga yang

telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan serta doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Untuk teman saya, Dea Rahmatika S, Amalia Rizki dan Faulya terimakasih

atas masukan atas pengerjaan karya ilmiah dan semangat untuk memotivasi

supaya laporan cepai selesai..

9. Sahabat – sahabat saya diluar sana terimakasih sudah menemani saya dalam

pengerjaan tugas akhir ini, menjadikan saya lebih giat dan semangat untuk

mengerjakan.

10. Rekan-rekan seperjuangan Diploma Tiga Keperawatan Lawang Angkatan

2018 dan semua pihak yang telah memberikan dukungan selama penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Kakak tingkat yang tidak pernah lelah mengarahkan, memberi masukan dan

memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa proposal ni masih jauh dari kata sempurna,

maka dari itu penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang

membangun bagi penulis. Penulis berharap proposal ini dapat menambah

pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca.

Lawang, Mei 2021

Penulis

viii
ABSTRAK

PENGARUH SENAM YOGA TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI Literature Review)
Yuli Kartika
Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,M.Kep

Latar Belakang : Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit
degenerative. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah
hipertensi yang dapat membuat aliran darah menjadi terganggu, hal ini tentunya
dapat mengganggu aktivitas. Salah satu pengobatan nonfarmakologi yang dapat
melancarkan aliran oksigen dalam darah adalah senam yoga.
Metode : Studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian senam yoga
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Dengan
menggunakan keyword (((Yoga) AND (Hypertension) AND Elderly) pada database
google scholar dan portal garuda. Dilakukan seleksi terhadap 6 artikel
menggunakan JBI Critical Appraisal tools. Artikel diambil dari data base
bereputasi yaitu 1 artikel diambil dari data base Portal garuda, sedangkan 5
artikel diambil dari data base Google Schoolar. Penyeleksian diambil dengan
memperhatikan PICO framework.
Hasil : Adanya perbedaan terhadap tekanan darah sebelum dan sesudah di
lakukan senam yoga terhadap lansia hipertensi dengan nilai (p value = 0,000) <
dari standart significan (α = 0,05).
Kesimpulan : Pemberian terapi senam yoga disarankan untuk dilakukan pada
lansia penderita hipertensi karena terjadi penurunan setelah dilakukan tindakan,
tetapi dari beberapa penelitian terdapat perbedaan pendapat antara peneliti satu
dengan peneliti lain mengenai hasil senam yoga terhadap hipertensi yang
membahas senam yoga tidak efektif untuk menurunkan tekanan darah pada
hipertensi. Sehingga pada peneliti selanjutnya dapat mengembangkan pemberian
pengobatan pada hipertensi secara non farmakologis untuk menurunkan tekanan
darah dengan alternatif lain untuk digabungkan, seperti menggunakan kombinasi
terapi lain agar lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah pada hipertensi.

Kata kunci : Yoga, Hipertensi, Lansia

ix
ABSTRAK

THE EFFECT OF YOGA EXERCISE ON DECREASE


BLOOD PRESSURE IN ELDERLY HYPERTENSION Literature Review)
Yuli Kartika
Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,M.Kep

Intruduction :The elderly are at high risk for degenerative diseases. One of the
diseases that are often experienced by the elderly is hypertension which can
disrupt blood flow, this of course can interfere with activities. One of the non-
pharmacological treatments that can improve the flow of oxygen in the blood is
yoga. This study was conducted to determine the effect of giving yoga exercise to
lowering blood pressure in the elderly with hypertension.
Methods : By using the keywords ((Yoga) AND (Hypertension) AND Elderly) in
the google scholar and portal garuda databases. 6 articles were selected using JBI
Critical Appraisal tools. Articles were taken from a reputable database, i.e. 1
article was taken from the garuda portal data base, while 5 articles were taken
from the Google Schoolar data base. The selection was taken by taking into
account the PICO framework, article 6 Test Wilcoxon Test.
Result : There is a difference in blood pressure before and after doing yoga
exercises for the elderly with hypertension with a value (p value = 0.000) < from
the standard significant (α = 0.05).
Conclution : Giving yoga exercise therapy is recommended to be done in elderly
people with hypertension because there is a decrease after the action, but from
several studies there are differences of opinion between one researcher and other
researchers regarding the results of yoga exercise on hypertension which discuss
yoga exercise is not effective for lowering blood pressure in hypertension. So that
further researchers can develop non-pharmacological treatment for hypertension
to lower blood pressure with other alternatives to be combined, such as using
other combination therapies to be more effective in lowering blood pressure in
hypertension.

Keywords: Yoga, Hypertension, Elderly

x
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN....................................................................................................i

SAMPUL DALAM..................................................................................................ii

HALAMAN JUDUL..............................................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................iv

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................v

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................vi

KATA PENGANTAR...........................................................................................vii

ABSTRAK..............................................................................................................ix

ABSTRACT...............................................................................................................x

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................4

1.4.1 Manfaat Teoritis........................................................................4

1.4.2 Manfaat Praktis.........................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

2.1 Konsep Lansia....................................................................................6

xi
2.1.1 Pegertian Lansia........................................................................6

2.1.2 Klasifikasi Lansia......................................................................7

2.1.3 Ciri - Ciri Lansia.......................................................................8

2.1.4 Tipe Lansia................................................................................9

2.1.5 Karakteristik Lansia..................................................................9

2.2 Konsep Hipertensi............................................................................11

2.2.1 Pegertian Hipertensi................................................................11

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi..............................................................12

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah...............14

2.2.4 Pengobatan Hipertensi ............................................................17

2.2.5 Gejala Penyakit Hipertensi .....................................................21

2.2.6 Komplikasi Penyakit Penyakit Hipertensi ..............................21

2.3 Konsep Senam Yoga.........................................................................23

2.3.1 Pengertian Senam Yoga..........................................................23

2.3.2 Indikasi dan Kontra Indikasi...................................................24

2.3.3 Tujuan Pelaksanaan Senam Yoga...........................................24

2.3.4 Cara Kerja Senam Yoga..........................................................24

2.3.5 Prosedur Pemberian Senam Yoga...........................................25

2.3.6 Manfaat Senam Yoga..............................................................29

2.3.7 Jenis dan Gerakan Yoga..........................................................30

2.3.8 Pengaruh Senam Yoga Terhadap Tekanan Darah...................31

BAB 3 METODE PENELITIAN..........................................................................33

3.1 Desain Studi Literatur.......................................................................33

3.2 Langkah-Langkah Penelusuran Literature........................................33

xii
3.2.1 Menentukan Topik..................................................................33

3.2.2 Merumuskan Rumus PICO.....................................................33

3.2.3 Membuat Keywords MESH....................................................34

3.2.4 Mencari Literature...................................................................34

3.2.5 Mendokumentasikan Hasil Pencarian dalam Prisma Flow

Chart........................................................................................35

3.2.6 Menentukan Kiteria Insklusi dan Ekslusi................................36

3.2.7 Tabel Kriteria Inklusi dan Eksklusi.........................................36

3.2.8 Seleksi Studi dan Penelitian Kualitas......................................37

3.2.9 Melakukan Review..................................................................43

3.2.10 Rencana Penyajian Hasil Literatur Review...........................44

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................45

4.1 Hasil Literature Review....................................................................45

4.1.1 Karakteristik Studi...................................................................45

4.1.2 Karakteristik Responden Studi................................................47

4.2 Temuan Review................................................................................48

4.3 Pembahasan......................................................................................51

4.4 Opini Ilmiah......................................................................................63

BAB 5 PENUTUP.................................................................................................67

5.1 Kesimpulan.......................................................................................67

5.2 Saran.................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................69

LAMPIRAN............................................................................................................71

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Usia Dewasa (> 18 Tahun) dan Lansia......12

Tabel 3.1 Rumus PICO..........................................................................................33

Tabel 3.2 Kata Kunci Literature Review...............................................................34

Tabel 3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi.................................................................36

Tabel 4.1 Karakteristik Penelitian..........................................................................45

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gerakan Bidalasana............................................................................26

Gambar 2.2 Gerakan Janu Sirsana.........................................................................27

Gambar 2.3 Gerakan Lying Twist..........................................................................27

Gambar 2.4 Gerakan Nadi Shodan........................................................................28

Gambar 3.1 Prisma Flow Chart..............................................................................35

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik

muda maupun tua. Penyakit yang sering terjadi atau sering dijumpai pada

lansia yaitu Hipertensi yang biasa ditandai dengan pusing, jantung berdebar-

debar dan sesak nafas, hal ini sangat mengganggu seseorang dalam kegiatan

sehari-harinya, karena penyakit ini paling sering mengenai bagian tengkuk

kepala, sehingga penyakit ini sangat mengganggu seseorang dalam

beraktivitas akibat rasa nyeri yang ditimbulkan (Utami et al., 2020). Banyak

sekali pengobatan yang bisa dilakukan, contohnya menggunakanan terapi

yoga, Tetapi menurut (Of et al., 2018) dalam teknik bernafas senam yoga, jika

kita bernapas dengan cepat dan dangkal akan mengurangi jumlah oksigen

yang tersedia dan otak akan bereaksi terhadap hal ini dengan panik, sehingga

jika kita melakukan terapi senam yoga tidak sesuai dengan prosedur, maka

hasilnya tidak akan baik, malah semakin akan memburuk. Terdapat penelitian

yang lain yaitu menurut (Wahyu, 2015) mengenai pengobatan non

farmakologis yaitu senam jantung dan senam yoga peneliti mengungkapkan

senam yoga kurang efektif dibandingkan senam jantung dikarenakan latihan

yoga merupakan jenis latihan fleksibilitas yang memerlukan waktu cukup

lama untuk dapat meningkatkan kontraksi otot. Dari beberapa penelitian

tersebut terdapat perbedaan pendapat dari penelitian yang dilakukan

(Pangaribuan & Berawi, 2016) mengenai pengaruh senam yoga terhadap

1
hipertensi. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan

penelitian mengenai terapi senam yoga untuk mengetahui bagaimanakah

pengaruh senam yoga terhadap penurunan tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi.

Pada susunan kehidupan ada tingkatan-tingkatan atau tahapan usianya,

setiap proses kehidupan termasuk proses penuaan pasti akan dialami oleh

setiap orang. Pada proses penuaan, banyak terjadi perubahan-perubahan,

seperti perubahan degeneratif pada kulit yaitu kulit menjadi keriput, pada

jantung, paru-paru, saraf, pembuluh darah, tulang dan jaringan tubuh lainnya.

Sehingga lanjut usia akan rentan terkena penyakit dibanding dengan usia-usia

lainnya (Dinata, 2015). Penyakit yang sering dijumpai yaitu hipertensi.

Hipertensi sering kali juga tidak menimbulkan gejala pada penderita, bukan

berarti hal ini tidak berbahaya(Hendarti et al., n.d.), menurut World Health

Organization (WHO) tahun 2012, hipertensi merupakan salah satu pemegang

andil terjadinya penyakit jantung dan stroke yang menjadi penyebab nomor

satu kecacatan dan kematian (Maulidia et al., 2019). Hipertensi berkontribusi

dari hampir 9,4 juta kematian penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Tetapi

dengan pengobatan yang tepat dan benar maka tekanan darah dapat dikurangi

dan diminimalisir. Penyakit hipertensi ini dapat dialami oleh semua orang dari

usia anak-anak hingga lanjut usia. Oleh karena itu perlu perhatian lebih untuk

menangani masalah hipertensi karena merupakan penyebab terjadinya

penyakit jantung dan stroke yang menjadi penyebab kecacatan dan kematian

di dunia (Maulidia et al., 2019). Dan tindakan untuk menghilangkan pusing,

jantung berdebar debar dan sesak nafas, secara nonfarmakologi yaitu

2
meningkatkan konsentrasi dan membawa kesadaran diri, menajamkan pikiran,

dan menjauhkan seseorang dari emosi dan pikiran negatif (Dinata, 2015)

dengan melakukan terapi senam yoga yang memadukan teknik relaksasi, dan

pernapasan serta meditasi (Putra & Asep, 2018).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya

sejumlah 893 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada

tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia (Baharuddin, 2017).

Menurut Depkes (2017) penderita hipertensi Provinsi Jawa Timur, presentase

hipertensi sebesar 20,43% atau sekitar 1.828.669 penduduk dengan proporsi

laki-laki sebesar 20,83% (825.412 penduduk) dan perempuan sebesar 20,11%

(1.003.257 penduduk).

Faktor risiko hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu faktor

risiko yang tidak diubah, yang terdiri dari faktor umur, jenis kelamin dan

keturunan dan faktor yang dapat diubah yaitu, obesitas, stress merokok, olah

raga, konsumsi alkohol berlebih, konsumsi garam berlebih dan hiperlipedemia

(Of et al., 2018). Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya

dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi konsumsi

lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan

kenaikan tekanan darah pada lansia. Apabila faktor yang mempengaruhi dapat

dikendalikan, maka dampak negatif peningkatan tekanan darah pada lansia

dapat untuk diminimalkan.

Banyak sekali metode untuk mengatasi tekanan darah tinggi baik secara

farmakologi atau non farmakologi. Metode dalam mengatasi tekanan darah

tinggi secara non farmakologi lebih efektif dibandingkan dengan metode

3
farmakologi. Terdapat lima pengobatan secara alami untuk mengendalikan

tekanan darah tinggi pada hipertensi dan juga bisa menurunkan stres dan

meningkatkan kesehatan yakni relaksasi otot progresif, medikasi, yoga, latihan

nafas dan terapi musik (Baharuddin, 2017).

Solusi yang dapat dilakukan yaitu menggunakan salah satu metode non

farmakologi adalah melakukan senam yoga. Senam Yoga merupakan salah

satu suatu mekanisme penyatuan dari tubuh, pikiran dan jiwa yang

mengkombinasikan antara teknik bernapas, relaksasi dan meditas serta latihan

peregangan (Of et al., 2018). Senam yoga terbukti dapat meningkatkan kadar

b-endorphine sampai lima kali di dalam darah. Semakin banyak melakukan

senam yoga maka akan semakin tinggi kadar b-endorphine dan ketika

seseorang melakukan senam yoga maka endorpin akan keluar dan ditangkap

oleh reseptor di dalam hipotalamus dan sistem limbik yang berfugsi untuk

mengatur emosi seseorang tersebut (Baharuddin, 2017). Peningkatan endorpin

ini terbukti berhubungan erat dengan penurunan pada rasa nyeri , peningkatan

daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah

dan pernapasan (Baharuddin, 2017). Terdapat penelitian sebelumnya menurut

(Technische Universtität München, 2018) mengungkapkan latihan yoga

berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita

hipertensi. Hal ini sesuai dengan jurnal yang dikemukakan oleh Cramer., et

al., (2014) dengan judul “ Yoga For Hypertension” bahwa pemberian yoga

yang dilakukan secara rutin, dapat berpengaruh secara signifikan terhadap

perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi. Lalu terdapat penelitian

yang lain juga yaitu menurut (Maulidia et al., 2019) penelitian yang dilakukan

4
Sari & Herawati (2017), Ovianasari (2015), Pangaribuan & Berawi (2011),

Hangins et.al (2013) dan Yasa dkk (2016) bahwa terdapat perbedaan nilai

tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan sebelum dan sesudah

diberikan intervensi senam yoga.

Menurut Kinasih (2010) juga melakukan penelitian tentang pengaruh

latihan yoga untuk meningkatkan kualitas hidup. Itu hasil menunjukkan

bahwa latihan yoga memiliki efek pada fisik, psikis dan spiritual. Dinata

(2015) dalam penelitiannya tentang cara menurunkan tekanan darah di lansia

melalui senam yoga menyimpulkan bahwa setiap bagian dari latihan yoga

memiliki manfaat yang baik untuk tubuh terutama untuk menurunkan tekanan

darah, jadi yoga sangat dianjurkan pada orang dengan tekanan darah tinggi.

Menurut penelitian ( putu (2009) dalam Tanjung et al., 2018) ternyata

senam yoga teratur selama 30-45 menit dan dilakukan 3-4 kali seminggu

terbukti lebih efektif menurunkan tekanan darah ( tekanan darah sistolik turun

4-8 mmhg)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengkaji lebih jauh

mengenai Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh Senam Yoga Terhadap

Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana pengaruh senam yoga terhadap penurunan tekanan darah pada

lansia hipertensi?”

5
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk menjelaskan

pengaruh senam yoga terhadap penurunan tekanan darah pada lansia.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan penatalaksanaan senam yoga.

2. Menjelaskan tekanan darah Sebelum diberikan terapi senam yoga.

3. Menjelaskan tekanan darah Sesudah diberikan terapi senam yoga .

4. Menjelaskan pengaruh senam yoga terhadap penurunan tekanan darah

pada lansia hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman tentang Pengaruh

Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita

Hipertensi .

2. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan tentang bagaimana cara penurunan tekanan darah

pada hipertensi dengan cara seam yoga. Sehingga masyarakat hipertensi

terutama lansia dapat menerapkan terapi Terapi Senam Yoga terhadp

penurunan tekanan darah.

6
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi

a. Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi

para penderita hipertensi bahwa dengan terapi senam yoga dapat

menimalisir kenaikan tekanan darah.

b. Diharapkan dapat bermanfaat untuk informasi atau penjelasan

tentang pemberian terapi senam yoga terhadap penurunan tekanan

darah pada hipertensi.

c. Diharapkan dapat memperkaya jumlah penelitian tentang

pemberian terapi senam yoga terhadap penurunan tekanan darah

pada hipertensi lansia.

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Pegertian Lansia

Lansia mengalami perubahan dari segi fisik, mental dan psikososial. Salah

satu perubahan fisik pada lansia yaitu pada sistem kardiovaskuler yang memicu

terjadinya peningkatan tekanan darah pada lansia. Usia lanjut merupoakan suatu

proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh

faktor biologik. Lansia beresiko tinggi terhadap penyakit-penyakit degeneratif,

seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), hipertensi, diabetes militus, gout

(rematik) dan kanker. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah

hipertensi. Hipertensi pada lansia dapat dicegah atau diobati antara lain dengan

mengkonsumsi obat-obatan penurun tekanan darah, pengaturan pola makan,

olahraga, mengurangi stres, menghindari alkohol, merokok. Ada berbagai cara

untuk mengobati hipertensi yaitu pengobatan non obat (nonfarmakologi) dan

pengobatan dengan obat-obatan (farmakologi), yang mana disini pengobatan

nonfarmakologi diantaranya obesitas/menurunkan kelebihan berat badan,

mengurangi asupan garam dalam tubuh, ciptakan keadaan rileks (meditasi,yoga

atau hipnotis), dan melakukan olah raga seperti senam aerobik dan senam yoga.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya

dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.

8
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui

tahap-tahap kehidupannya (Keerawata et al., n.d.).

Lanjut usia menurut definisi dari World Health Organization (WHO)

adalah orang yang berusia 60 tahun keatas. Lansia sangat rentan untuk terkena

penyakit. Beberapa penyakit yang dialami oleh lansia adalah hipertensi, rematik,

diabetes mellitus, gagal jantung dan lain-lain (Wijaya et al., n.d.).

2.1.2 Klasifikasi Lansia

Dibagi oleh sejumlah pihak dalam berbagai klasifikasi dari Batasan

(Emmelia, 2011) (Kesehatan, 2019).

1. Menurut WHO Batasan lanjut usia meliputi :

a. Middle Age : 45-59 tahun

b. Elderly : 60-70 tahun

c. Old : 75-90 tahun

d. Very Old : Diatas 90 tahun.

2. Klasifikasi lansia antara lain :

a. Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih /

seseorang yang berusia 60 tahun atau dengan masalah kesehatan

(Departemen kesehatan RI, 2003) (Kesehatan, 2019).

d. Lansia prensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa (Departemen

kesehatan RI, 2003).

9
e. Lansia tidak potensial Lansiayang tidak berdaya mencari mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

(Departemen kesehatan RI, 2003).

f. Menurut Kementrian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokkan

menjadi usia lanjut (60-69) dan usia lanjut usia dengan resiko tinggi

(lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan) (Kesehatan,

2019).

2.1.3 Ciri - Ciri Lansia

1. Usia lanjut merupakan peride kemunduran sebagai pemicu terjadinya

kemunduran pada lansia adalah factor fisik dan factor psikologis. Dampak

dari kondisi ini dapat mempengaruhi psikologis lansia.

2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas pandangan-

pandangan negative akan lansia dalam masyarakat sosial secara tidak

langsung berdampak pada terbentuknya status kelompok minoritas pada

mereka.

3. Menua membutuhkan perubahan kemuduran.

Kemuduran yang terjadi pada lansia berdampak pada perubahan peran

mereka dalam masyarakat sosial ataupun keluarga. Namun demikian,

perubahan peran ini sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri

bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

4. Penyesuaian yang buruk pada lansia.

Perilaku burtuk lansia terbentuk karena perlakuan buruk mereka yang

mereka terima. Perlakuan buruk tersebut secara tidak langsung. Membuat

10
lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk (Kesehatan,

2019).

2.1.4 Tipe Lansia

Mengelompokkan tipe lansia dalam beberapa poin, antara lain:

1. Tipe arif bijaksana

Banyak pengalaman kaya dengan hikmah, dapat menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, ramah, memiliki kerendahan

hati, sederhana, dermawan, dan dapat menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Tipe lansia mandiriyaitu mereka yang dapat menyesuaikan perubahan

pada dirinya. Mereka mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,

selektif dalam mencari pekerjaan, dan dapat berhaul dengan teman.

3. Tipe tidak puas

Tipe lansia tidak puas adalah lansia yang selalu mengalami konflik lahir

batin.

4. Tipe pasrah

Lansia tipe ini memiliki kecenderungan menerima dan mengganggu nasib

baik, rajin mengikuti kegiatan agama, dan mau melakukan pekerjaan apa

saja dengan ringan tangan.

5. Tipe bingung

Lansia tipe ini terbentuk akibat mereka mengalami syok akan perubahan

status dan peran.

11
2.1.5 Karakteristik Lansia

Menurut Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI (2016)

karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok berikut ini:

1. Jenis kelamin

Dari data Kemenkes RI (2015), lansia lebih didominisi oleh jenis kelamin

perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling

tinggi adalah perempuan.

2. Status perkawinan

Berdasarkan Bahwa Pusat Statistik RI, SUPAS 2015, penduduk lansia

ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60%)

dan cerai mati (37%).

3. Living arrangement

Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukkan perbandingan

banyaknya orang tidak produktif dengan orang yang produktif.

4. Kondisi kesehatan

Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi kemenkes RI (2016)

merupakan salah satu indikasi yang digunakan untuk mengukur derajat

kesehatan penduduk. Angka kesakitan bisa menjadi indicator kesehatan

negative. Artinya, semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat

kesehatan penduduk yang semakin baik.

5. Keadaan ekonomi

Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat berkualitas

adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, social, dan mental

12
sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang idup dan tetap berpartisipasi

dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat.

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Pegertian Hipertensi

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.

Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada

pelayanan kesehatan primer kesehatan,terutama kepada lansia.Hal itu merupakan

masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai

dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum

adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia

Tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam

arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko

terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau

lebih, tetapi tekanan diastolic kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolic masih

dalam kisaran normal. Hiperetensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan

dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan

darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan

doastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara

perlahan atau bahkan menurun drastis.

13
Hipertensi adalah keadaan dimana berlangsung meningkatnya tekanan

darah yang berkepanjangan atau secara terus- menerus terhadap pada batasan

normal yang menghasilkan tekanan darah sistoliknya bertambah lebih besar dari

140 mmHg serta pada diastoliknya bertambah lebih besar dari 90 mmHg (Putra &

Asep, 2018).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang ditandai

dengan peningkatan tekanan darah melebihi normal. Hipertensi sering

mengakibatkan keadaan yang berbahaya karena keberadaannya sering kali tidak

disadari dan kerap tidak menimbulkan keluhan yang berarti; sampai suatu waktu

terjadi komplikasi jantung, otak, ginjal, mata, pembuluh darah, atau organ-organ

vital lainnya (Legi et al., n.d.).

Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik

muda maupun tua, orang kaya maupun miskin. Hipertensi juga salah satu penyakit

mematikan di dunia dan saat ini terdaftar sebagai penyakit pembunuh ketiga

setelah penyakit jantung dan kanker (Baharuddin, 2017).

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC* VII, 2003 dalam (Kemenkes.RI,

2014).

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Usia Dewasa (> 18 Tahun) dan Lansia

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah Diastolik


Sistolik
Hipotensi <100 Mmhg <80 Mmhg
Normal <130 Mmhg <85 Mmhg
Normal Tinggi 130-139 Mmhg 85-89 Mmhg
Hipertensi
Stadium 1
140-159 Mmhg 90-99 Mmhg
(Hipertensi Ringan)
Stadium 2
160-179 Mmhg 100-109 Mmhg
(Hipertensi Sedang)

14
Stadium 3
180-209 Mmhg 110-119 Mmhg
(Hipertensi Berat)
Stadium 4
(Hipertensi ≥210 Mmhg ≥120 Mmhg
Maligna)
*JNC: Joint National Committee on the prevention, detection, evaluation and
treatment of high blood pressure, yang berpusat di Amerika.

Menurut Bennylin (2019) pada orang berusia 18 tahun ke atas, hipertensi

didefinisikan sebagai pengukuran tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang

terus-menerus melebihi nilai normal yang dapat diterima (saat ini sistolik 139

mmHg, diastolik 89 mmHg lihat tabel Klasifikasi (JNC). Bila pengukuran

diperoleh dari pemantauan ambulatori 24 jam atau pemantauan di rumah,

digunakan batasan yang lebih rendah (sistolik 135 mmHg atau diastolik 85

mmHg).

Beberapa pedoman internasional terbaru tentang hipertensi juga telah

membuat kategori di bawah kisaran hipertensi untuk menunjukkan risiko yang

berkelanjutan pada tekanan darah yang lebih tinggi dari kisaran normal. JNC

(2003) menggunakan istilah pra-hipertensi untuk tekanan darah dalam kisaran

sistolik 120–139 mmHg dan/atau diastolik 80–89 mmHg, sedangkan Pedoman

ESH-ESC (2007) dan BHS IV (2004) menggunakan kategori optimal, normal, dan

normal tinggi untuk membagi tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan diastolik

di bawah 90 mmHg. Hipertensi juga digolongkan lagi sebagai berikut: JNC

membedakan hipertensi derajat I, hipertensi derajat II, dan hipertensi sistolik

terisolasi. Hipertensi sistolik terisolasi mengacu pada peningkatan tekanan sistolik

dengan tekanan diastolik normal dan umumnya terjadi pada kelompok usia lanjut.

Pedoman ESH-ESC (2007) dan BHS IV (2004), mendefinisikan hipertensi derajat

ketiga (derajat III) untuk orang dengan tekanan darah sistolik di atas 179 mmHg

15
atau tekanan diastolik di atas 109 mmHg. Hipertensi tergolong “resisten” bila obat

penurun tekanan darah tertentu tidak mengurangi tekanan darah (menjadi normal)

dan perlu mencoba obat yang lain (Bennylin, 2019).

Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,

genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok,

konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan

konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres,

penggunaan estrogen. Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:

1. Berdasarkan penyebab

a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya

tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi

faktor gaya hid up seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.

Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.

b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui

penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya

adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan

hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

2. Berdasarkan bentuk Hipertensi Hipertensi diastolik {diastolic

hypertension}, Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi),

Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension (Kemenkes.RI, 2014b).

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah seseorang tidak konstan sepanjang hari karena dipengaruhi

oleh banyak faktor , seperti usia, stress, medikasi, variasi diurnal, dan jenis

kelamin.

16
1. Usia

Pada umunya tekanan darah akan naik dengan bertambahnya umur

terutama setelah umur 40 tahun. Hal ini disebabkan oleh kaku dan

menebalnya arteri karena arteriosclerosis sehingga dapat mengembang

pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Penyebab lain

dari arteriosclerosis karena adanya tumpukan kolestrol pada dinding

sebelah pembuluh darah, kolestrol juga menyebabkan penyempitan

pembuluh darah akan mengakibatkan hipertensi. Bertambahnya usia

pembuluh darah akan menjadi kaku karena terjadi pengapuran pada

dinding oleh karena itu pada lanjut usia cenderung lebih tinggi tekanan

darahnya dari pada orang muda. Dengan semakin bertambahnya usia,

seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pengaruh usia

terhadap kemunculan stress sering terjadi, banyak ditemukan para pensiun

yang tidak berkerja lagi menghadapi lingkungan yang ekstrem.

Menghadapi kondisi rumah yang tanpa aktivitas dan diposisikan sebagai

orang yang tak mampu lagi melakukan beberapa pekerjaan akan

memunculkan stress yang akan menyebabkan hipertensi. Dengan

bertambahnya umur, resiko hipertensi semakin besar sehingga prevalensi

dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu 4 akan memunculkan stress yang

akan menyebabkan hipertensi. Dengan bertambahnya umur, resiko

hipertensi semakin besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup

tinggi yaitu 40% dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun.

Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta darah meningkat seiring

dengan bertambahnya usia 50 an dan 60 an, dengan bertambahnya umur

17
dapat meningkatkan resiko hipertensi (Wijaya & Putri, 2013 dalam

Ferdinata (2016)).

2. Stress

Stress terjadi karena ketidakmampuan mengatasi ancaman yang

dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual seseorang. Kondisi

tersebut pada suatu saat akan dapat mempengaruhi kesehatan fisik

seseorang. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga terjadi

melalui aktivitas saraf simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat

meningkatkan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress

berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi Rasa

cemas, takut, nyeri, dan stres emosi meningkat stimulasi saraf otonom

simpatik yang meningkatkan volume darah, curah jantung, dan tekanan

vascular perifer. Efek stimulasi saraf bagian simpatik ini dapat

meningkatkan tekanan darah.

3. Medikasi

Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi tekanan darah, seperti antihipertensi, dan analgesik

narkotik yang dapat menurunkan tekanan darah.

4. Variasi Durial

Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari dan tidak ada

orang yang pola dan derajat variasinya sama.

5. Jenis Kelamin

18
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan

darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria

cenderung memiliki tekanan

Darah yang lebih tinggi, sedangkan setelah menopause wanita

cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria pada

usia tersebut (Dinata, 2015).

2.2.4 Pengobatan Hipertensi

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu

pengobatan non obat (nonfarmakologi) dan pengobatan dengan obat-obatan

(farmakologi), yang mana disini pengobatan nonfarmakologi diantaranya adalah

mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan, mengurangi asupan garam

dalam tubuh, ciptakan keadaan rileks(meditasi,yoga atau hipnotis), dan melakukan

olah raga seperti senam aerobik dan senam yoga (Namuwali, 2017).

1. Penatalaksanaan Farmakologis

Terdapat banyak jenis obat anti hipertensi yang beredar saat ini.

Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.

a. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan

tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan tubuh berkurang yang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

b. Penghambat simpatetik

19
Golongan ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf

yang bekerja saat kita beraktivitas). Contoh obatnya adalah : Metildopa,

Klonidin, dan Reserpin.

c. Betabloker

Mekanisme anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya

pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang

telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.

Contoh obatnya adalah : metoprolol, propranolon, dan atenolol. Pada

penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala

hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula darah turun menjadi sangat

rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua

terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)

sehingga pemberian obat harus hati-hati.

d. Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darahdengan

relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk golongan ini

adalah : prasosin, hidralasin. Efek samping yang memungkinkan akan

terjadi dari pemberian obat ini adalah: sakit kepala dan pusing.

e. Penghambat enzim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat

angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan

darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah kaptopri. Efek

samping yang mungkin timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala

dan lemas.

20
f. Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara

menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang masuk golongan

obat ini adalah nifedipin, diltiasem, dan verapamil. Efek samping yang

mungkin timbul adalah sembelit, pusing, sakit kepala, dan muntah.

g. Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat

angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya

pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah

Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit

kepala, pusing, lemas, dan mual. Dengan pengobatan dan kontrol yang

teratur, serta yang menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka

angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

2. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Salah satu terapi non farmakologi yang saat ini banyak digunakan

adalah terapi senam Yoga. Yoga salah satu mekanisme penyatuan dari

tubuh (body), pikiran (mind) dan jiwa (soul) yang mengkombinasikan

antara teknik bernapas, relaksasi dan meditasi serta latihan peregangan.

Yoga dianjurkan pada penderita hipertensi, karena yoga memiliki efek

relaksasi yang dapat meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

Sirkulasi darah yang lancar, mengindikasikan kerja jantung yang baik.

Senam yoga juga menstimulasi pengeluaran hormon endorfin. Endorphin

adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang.

Endorphin dihailkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon

21
ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak

yang melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam

tubuh untuk mengurangi tekanan darah tinggi (Dinata, 2015).

Menurut Kemenkes.RI (2014) penatalaksanaan hipertensi dapat

dilakukan dengan menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara

modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan

membatasi asupan garam tidak lebih dari setengah sendok teh (6

gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein,

rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita

hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit

dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-

8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-

obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga

anda. Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita

hipertensi adalah:

a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak

kelapa, gajih).

b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,

crackers, keripikdan makanan kering yang asin).

c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran

serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,

pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

22
e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber

protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah

(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,

tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya

mengandunggaram natrium.

g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada

makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam

tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota besar

di Indonesia. Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi

diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan

modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi

dapat dihindarkan (Kemenkes.RI, 2014a).

2.2.5 Gejala Penyakit Hipertensi

Gejala dari penyakit hipertensi yaitu:

1. Nyeri kepala (pusing) yang terkadang disertai dengan mual muntah dan

terasa berat di bagian tengkuk.

2. Mata berkunang-kunang atau pandangan terlihat kabur.

3. Susah tidur dan okturia (sering buang air kecil) dimalam hari.

4. Telinga seperti berdengung (tinitus), mimisan (epistaksis), sesak nafas,

kelelahan dan mudah marah

5. Edema dependen dan terjadi pembengkakan yang dikarenakan tekanan

kapiler yang meningkat (SULISTYANINSIH & PRAYITNO, n.d.).

23
2.2.6 Komplikasi Penyakit Penyakit Hipertensi

Tekanan darah yang melampaui batas normal di kenal sebagai hipertensi

arterial.Hipertensi menetap adalah salah satu factor risiko untuk stroke, serangan

jantung, gagal jantung, aneurisma ateri. Tekanan darah tinggi yang menetap juga

merupakan penyebab kedua terbanyak yang memicu gagal ginjal kronis setelah

diabetes mellitus.

Ada beberapa komplikasi dari penyakit hipertensi yaitu:

1. Stroke

Stroke dapat disebabkan karena adanya sumbatan pada arteri yang

membawa darah ke otak.Sumbatan tersebut menghambat aliran darah dan

oksigen ke otak dan memicu terjadinya infark (kematiansel-sel). Terlihat

bahwa pasien dengan tekanan darah tinggi beresiko tiga kali lebih besar

untuk terkena stroke. Banyak pasien dengan tekanan darah tinggi tidak

mengalami gejala tekanan darah tinggi sampai mereka terkena serangan

jantung atau stroke. “tekanan darah tinggi adalah pembunuh terselubung”.

Organ vital tubuh pun kemudian mengalami kerusakan yang tidak dapat

diperbaiki. Bila anda menderita tekanan darah tinggi, penting sekali untuk

memantau tekanan darah anda dengan bantuan dokter.

2. Infark Miokard

Infark miokard dapat terjadi jika arteri koroner yang aterosklerosis tidak

bisa menyuplai darah yang cukup, oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk trombus yang mengahambat aliran darah melalui pembuluh

tersebut.

3. Gagal ginjal

24
Gagal ginjal dapat terjadi akibat tekanan yang tinggi pada kapiler-kapiler

ginjal yaitu glomerulus. Tekanan darah tinggi membuat jantung anda

bekerja lebih keras. Hal ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah

dan filter pada ginjal anda, sehingga pembuangan zat yang tidak

dibutuhkan lagi oleh tubuh menjadi sulit. Akumulasi cairan tubuh bias

membuat tekanan darah anda menjadi lebih tinggi.

4. Ensefalopati

Ensefalopati atau yang disebut dengan kerusakan otak terjadi karena

adanya tekanan yang tinggi yang menyebabkan peningkatan kapiler yang

mendorong cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan syaraf

pusat (SULISTYANINSIH & PRAYITNO, n.d.).

2.3 Konsep Senam Yoga

2.3.1 Pengertian Senam Yoga

Senam Yoga adalah Penggabungan atau memfokuskan tubuh, dan pikiran

serta jiwa yang memadukan teknik relaksasi, dan pernapasan serta meditasi,

senam yoga sangat dianjurkan bagi orang- orang yang sedang mengalami tekanan

darah tinggi terutama pada lansia dikarenakan bisa merelaksasi hingga dapat

melancarkan ataupun memudahkan peredaran darah ke seluruh bagian tubuh

dengan lancar sehingga dapat menghasilkan tekanan darah yang normal (Putra &

Asep, 2018).

Senam yoga merupakan intervensi holistic yang menggabungkan postur

tubuh (asanas), teknik pernapasan (pramayamus) dan meditasi. Senam yoga

adalah sebuah aktifitas dimana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk

25
mengontrol panca indra dan tubuh secara keseluruhan. Senam yoga bias juga

menyeimbangkan tubuh dan fikiran (Tanjung et al., 2018).

Yoga sangat baik dalam penurunan tekanan darah pada lansia, hal ini

dikarenakan adanya peningkatan pengeluaran hormon endofrin pada otak yang

berfungsi untuk merilekskan pembuluh darah yang tegang dan menyempit

sehingga pembuluh darah mampu mengalirkan darah secara optimal keseluruh

tubuh (Putra & Asep, 2018).

2.3.2 Indikasi dan Kontra Indikasi

Indikasi :

1. Klien yang mengalami tekanan darah tinggi

2. Klien umur 40 keatas

3. Klien yang mengalami stres

4. Klien yang mengalami penurunan daya ingat

5. Spasme otot

Kontra Indikasi :

1. Klien diatas umur 75 tahun yang sudah menderita hipertensi

2. Klien tidak sadar

3. Klien yang tidak mampu bergerak

4. Klien menglami cacat fisik

5. Klien mengalami osteoporosis

2.3.3 Tujuan Pelaksanaan Senam Yoga

1. Meningkatkan sirkulasi darah keseluruh tubuh

26
2. Meningkatkan kebugaran dan mobilitas fisik

3. Membantu meredakan gejala penyakit

4. Mengurangi stres dan kecemasan

2.3.4 Cara Kerja Senam Yoga

Ada berbagai macam jenis latihan yoga yang intinya menggabungkan

antara teknik bernapas (pranayama), relaksasi dan meditasi serta latihan

peregangan, yoga dalam penelitian ini adalah jenis yoga dalam dikhususkan untuk

menurunkan tekanan darah pada lansia. Bernapas adalah suatu tindakan yang

otomatis tanpa harus diperintah untuk melakukannya. Tetapi, jika kita bernapas

dengan cepat dan dangkal akan mengurangi jumlah oksigen yang tersedia dan

otak akan bereaksi terhadap hal ini dengan panik. Bagian dari proses adalah

peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah. Dengan mengatur

napas menjadi lebih pelan dan dalam akan membuat peregangan pada otot-otot

tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh dan pikiran menjadi lebih relaks, nyaman dan

tenang yang membuat penurunan pada tekanan darah pranayama (teknik

bernapas) pada yoga berfungsi untuk menenangkan pikiran dan tubuh yang

membuat detak jantung lebih tenang sehingga tekanan darah dan produksi hormon

adrenalin menurun (Technische Universtität München, 2018).

2.3.5 Prosedur Pemberian Senam Yoga

1. Pengertian :

Senam yoga merupakan intervensi holistik yang menggabungkan postur

tubuh (asanas), teknik pernafasan (pranayamas) dan meditasi. Gerakan -

gerakan yoga juga dapat memperlancar sirkulasi darah. Selain hal itu yoga

juga meningkatkan kekebalan tubuh.

27
2. Indikasi :

Dilakukan pada kondisi-kondisi seperti lansia yang mengalami hipertensi.

Dilakukan 1 minggu 3 kali di ruangan terbuka.

3. Alat dan Bahan :

Matras

4. Prosedur :

Persiapan pasien dan Lingkungan

a. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan

dilakukan

b. Menyiapkan masing masing matras yang disediakan Persiapan perawat

c. Perawat menyiapkan diri

d. Atur posisi

Berikut ini adalah prosedur pemberian Senam Yoga.

1. Gerakan pertama pernafasan oase : berdiri seimbang tangan diturunkan

kemudian jari jari di jalin secara longgar didepan badan, hirup napas

sambil mengangkat kedua tangan hingga ke depan mulut lalu buang nafas

dengan mengembalikan telapak tangan ke atas, lalu angkat lengan ke atas

sampai terasa pereganggan. Ambil nafas lagi lalu turunkan tangan ke

depan mulut, balikkn tangan dan buang nafas. Lakukan gerakan 6 – 12

kali.

2. Gerakan kedua bidalasan (cat stretch) : Buang napas, tarik otot perut (tak

usah kuat-kuat) sambil melengkungkan punggung ke atas. Rasakan

peregangan sepanjang tulang belakang, leher dan pundak. Napas lambat

seiring gerakan. Dapat dilakukan sampai 2-3 set, masing-masing terdiri

28
dari 8 kali. Selingi istirahat di antara setiap set, yaitu duduk nyaman, boleh

bersila atau menyelonjorkan kaki.

Gambar 2.1 Gerakan Bidalasana

3. Gerakan ke tiga janu sirsana : Buang napas, bungkuk badan ke depan dan

tangan menjangkau kaki kanan. Ketika membungkuk, perut dibiarkan

relaks, otot jangan ditarik masuk. Masing-masing sisi 4 kali. Pada hitungan

ke-4, tetaplah pada pose membungkuk selama kira-kira 3 tarikan dan

hembusan napas dan rasakan perut yang mengembang sesuai napas.

Gambar 2.2 Gerakan Janu Sirsana

4. Gerakan ke empat Lying Twist : Caranya dengan berbaring. Tekuk lutut

kanan di atas perut. Kemudian bawa ke lantai sebelah kiri badan. Diam

dan nikmatilah pose ini sesukanya. Gerakan ini dapat dilakukan selama 1-

29
2 menit. Biarkan napas berlangsung wajar, rasakan dada kanan menjadi

lega dan lapang. Lalu kerjakan pada sisi lainnya.

Gambar 2.3 Gerakan Lying Twist


5. Gerakan ke lima Nadi Shodan : Langkah-langkahnya duduk sila di lantai

atau bisa juga duduk di kursi yang mantap, dengan telapak kaki menapak

lantai. Tutup lubang hidung kanan dengan ibu jari tangan kanan, dan

bernapas melalui lubang hidung sebelah kiri. Lalu tutup hidung kiri

dengan jari telunjuk, buka lubang hidung sebelah kanan, dan keluarkan

napas. Begitu seterusnya secara bergantian. Mata terpejam. Bernapaslah

secara lambat, lembut, rata dan tak bersuara. Diamlah sejenak antara napas

masuk dan keluar, begitu juga antara napas keluar dan masuk. Kerjakan

hal ini 5 putaran.

Gambar 2.4 Gerakan Nadi Shodan

6. Evaluasi

30
a. Setelah dilakukan terapi pasien catat setiap keluhan masing masing

lansia.

b. Menayakan gerakan yang belum di mengerti lansia.

7. Dokumentasi

a. Mencatat hasil terapi senam yoga.

b. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan prosedur.

c. Mencatat respon klien sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan

prosedur.

2.3.6 Manfaat Senam Yoga

Latihan yoga memiliki manfaat yang baik bagi tubuh terutama untuk

menurunkan tekanan darah, maka yoga sangat direkomendasikan pada penderita

tekanan darah tinggi. Yoga memiliki efek fisiologis pada kekuatan otot,

peningkatan beberapa asanas (posisi tubuh) yang dipercaya dapat mempengaruhi

sistem saraf otonom dan kelenjar endokrin yang mengatur fungsi internal

termasuk detak jantung dan produksi hormone (Pangaribuan & Berawi, 2016).

Banyak sekali manfaat yoga yang bias didapatkan dari yoga, seperti :

1. Memperbaiki postur tubuh, postur tubuh yang awalnya buruk menjadi

lebih baik lagi. Karena tubuh butuh keseimbangan pada tulang punggung

dan otot-otot punggung sebagai penyannga tubuh kita.

2. Otot menjadi lebih kuat, dimana peran otot yaitu menjaga tubuh dari

penyakit seperti arthritis dan nyeri punggung. Dengan otot yang kuat, kita

juga akan lebih menarik untuk dilihat.

3. Melindungi tulang punggung, agar ruasruas tulang belakang menjadi

fleksibel.

31
4. Mencegah osteoporosis, dengan melakukan pose downward atau upward

facing dog dapat membantu untuk menguatkan tulang lengan yang rentan

terkena osteoporosis.

5. Memperlancar peredaran darah, karena rasa rileks yang didapat dari yoga

membantu kelancaran sirkulasi darah dalam tubuh, khususnya di tangan

dan kaki.

6. Melindungi jantung, walaupun yoga tidak termasuk dalam olahraga

aerobic, namun latihan yoga dapat menurunkan tingkat jantung istirahat,

meningkatkan stamina dan memperbaiki asupan oksigen di dalam tubuh.

7. Membersihkan limfa, yang merupakan cairan yang kaya akan sel

kekebalan tubuh. Dengan berlatih yoga dapat membantu system limfatik,

merusak sel-sel kanker dan membuang racun-racun dari produksi fungsi

selular.

8. Menurunkan tekanan darah, yoga sangat baik bagi penderita hipertensi.

9. Menurunkan gula darah dan kolesterol jahat, khususnya pada penderita

diabetes, yoga dapat menurunkan kortisol dan kadar hormone adrenalin,

menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas pada insulin

(Dinata, 2015).

2.3.7 Jenis dan Gerakan Yoga

Olahraga yang dilakukan yaitu yoga dengan mencakup gerakan duduk

dalam postur duduk yoga untuk berlatih pernafasan (melatih paru-paru dan

menenangkan jantung, juga sebagai teknik pemusatan pikiran), dilanjutkan

dengan melakukan asana ringan sebagai pemenasan, dilanjutkan dengan Savasana

32
(Postur Mayat) dan diakhiri dengan kembali dalam Postur Duduk untuk

mengheningkan pikiran (Meditasi) (Tanjung et al., 2018).

1. Meditasi Yoga

Menganjurkan untuk meditasi. Meditasi membuat kita mengenali diri kita

sendiri. Tahap awalnya adalah dengan menghayati aliran darah pada saat

melakukan gerakan yoga.

2. Asana (savasana)

Gerakan-gerakan dalam yoga dikenal dengan nama Asana. Savasana

adalah salah satu postur penting dalam latihan yoga. Postur (asana)

tersebut sangat mudah dilakukan namun sanggup menimbulkan perasaan

rileks secara fisik dan pikiran. Individu yang melakukannya akan terbebas

dari tekanan dan kecemasan serta mendapatkan ketenangan pikiran.

Biasanya savasana dilakukan di sesi penutup dalam rangkaian latihan yoga

sebagai sesi relaksasi.

3. Relaksasi Latihan Relaksasi dan Meditasi Yoga

Mengikuti tahapan latihan persiapan awal yaitu memilih tempat yang

tenang, bersih dengan sirkulasi udara baik. Waktu latihan yang terbaik

yaitu fajar atau larut malam.

4. Padmasana (siddhasana)

Kebanyakan para yoga duduk dalam posisi padmasana atau siddhasana

ketika bermeditasi atas Tuhan. Beberapa bahkan bermeditasi dengan

berbaring dalam posisi shavasana. Semua asana ini dipraktekkan dengan

33
latihan menarik nafas dalam-dalam di bawah bimbingan seorang guru

yang ahli. (Dinata, 2015).

2.3.8 Pengaruh Senam Yoga Terhadap Tekanan Darah

Penurunan tekanan darah, disebabkan karena responden dalam penelitian

dapat mengikuti instruksi peneliti dengan baik. Sehingga, manfaat pada latihan

yoga dapat menunjukkan hasil yang optimal. Bagian dari proses adalah

peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah. Dengan mengatur

napas menjadi lebih pelan dan dalam akan membuat peregangan pada otot-otot

tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh dan pikiran menjadi lebih relaks, nyaman dan

tenang yang membuat penurunan pada tekanan darah (Of et al., 2018).

Penurunan pada tekanan darah disebabkan karena relaksasi pada yoga

prinsipnya adalah memposisikan tubuh dalam kondisi tenang, sehingga akan

mengalami relaksasi dan pada akhirnya akan mengalami kondisi keseimbangan,

dengan demikian relaksasi pada yoga berintikan pada pernafasan yang akan

meningkatkan sirkulasi oksigen ke otot-otot, sehingga otot-otot akan mengendur,

tekanan darah akan menurun (Tanjung et al., 2018).

Dampak yang sangat relevan dari senam yoga dengan perubahan yang

didapat dari hasil tekanan darrah lansia yang sedang mengalami atau menderita

tekanan darah tinggi atau bisa disebut penyakit hipertensi. Dalam hal ini juga

adalah termasuk dalam salah satu intervensi non farmakologi yang dapat

dilaksanakan dan dapat dilakukan oleh para tenaga medis seperti perawat terhadap

lansia secara sendiri atau mandiri yakni dalam penurunan tekanan darah tinggi

lansia, yaitu dengan melakukan tindakan senam yoga pada lansia yang mengalami

34
hipertensi atau dalam kondisi tekanan darah tinggi untuk menurunkan tekanan

darah tinggi yang dialami oleh lansia atau responden (Putra & Asep, 2018)

Kelebihan dan Kekurangan senam yoga

Rutin beryoga akan mengasah fokus mental Anda dan membuang racun

keluar dari dalam tubuh. Anda juga akan meningkatkan fleksibilitas tubuh, yang

tidak hanya bermanfaat untuk kesiapan fisik sebelum berolahraga tapi juga

mencegah cedera. Terdapat beberapa manfaatnya yaitu mengatur berat badan,

membantu mencegah dan mengobati beberapa masalah kesehatan seperti penyakit

jantung, artritis, asma, dan tekanan darah tinggi, meningkatkan kesehatan

mental dengan mengurangi stres, depresi, dan gangguan tidur, melancarkan

pernapasan, menguatkan keseimbangan tubuh, menjaga kebugaran tubuh,

relaksasi dan pemulihan otot setelah olahraga,meringankan nyeri dan cedera dan

membentuk otot.

Namun dari kelebihan tersebut, metode ini juga memiliki kelemahan yaitu

bisa menyebabkan berbagai macam keluhan pada tubuh. Yoga juga bisa

memberikan risiko cedera. Karena itu, penting bagi pengguna untuk mengetahui

risiko-risikonya agar Anda terhindar dari efek negatif yoga. Berbagai risiko yang

mungkin terjadi bila Anda tidak berhati-hati saat melakukan yoga yaitu

komplikasi glaukoma, cedera punggung, cedera otot.

35
Kerangka Konsep Hipertensi

1. Makanan berlemak 4. Mengonsumsi alkohol 7. Obesitas


2. Merokok
3. genetik 5. Kurang aktivitas fisik 8. Stress

Hipertensi

Penatalaksanaan Farmakologis Penatalaksanaan Non Farmakologis

Obat

Edukasi Nutrisi Olahraga Terapi Variabel


Komplementer Independen

Senam Yoga

Confounding Factor:

1. Perbedaan
36 pendapat antar
peneliti.
2. Lingkungan
3. Terapi
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Studi Literatur

Desain penelitian ini adalah literature review, rangkaian menyeluruh


dalam bentuk literatur review mengenai pengaruh senam yoga terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia. Protokol dan evaluasi dari literatur ini
akan menggunakan diagram prisma flowchart untuk penyelesaian studi yang
telah disesuaikan dengan topiknya. Penelitian ini menggunakan database
Google Scholar dan Portal Garuda. Jenis dan metode dalam penelitian
Literature Review ini yaitu menggunakan Systematic Literature Review.
Systematic literature review atau sering disingkat SLR atau dalam bahasa
Indonesia disebut tinjauan pustaka sistematis adalah metode literature review
yang mengidentifikasi, menilai, dan menginterpretasi seluruh temuan-temuan
pada suatu topik penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian (research
question) yang telah ditetapkan sebelumnya (Kitchenham & Charters, 2007
dalam Polkesma, 2020).

3.2 Langkah-Langkah Penelusuran Literature

37
3.2.1 Menentukan Topik

Pada penelitian ini penulis mengambil topik Keperawatan Gerontik dengan

judul “Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia

Penderita Hipertensi”.Adapun yang pertama dilakukan adalah memilih sesuai

keinginan dan kemampuan yang diminati. Setelah itu mengisi form peminatan

Karya Tulis Ilmiah dan kemudian pengajuan judul kepada dosen pembimbing.

3.2.2 Merumuskan Rumus PICO

Tabel 3.1 Rumus PICO


P (Populasi) Lansia Hipertensi
I (Intervensi) Pemberian Senam Yoga
Tekanan darah sebelum dan sesudah
C (Pembanding)
melakukan senam yoga.
O (Outcomes) Menurunkan Tekanan Darah

3.2.3 Membuat Keywords MESH

Pencarian artikel jurnal menggunakan keyword dan boolean operator

(AND, OR NOT or AND NOT) Berdasarkan hasil penelusuran di google

scholar dan pubmed. Kata kunci yang di peroleh sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kata Kunci Literature Review

Yoga AND Hipertensi AND Lansia


OR OR OR
Yoga Hypertension Elderly

Inggris : (((Yoga) AND (Hypertension) AND Elderly)

Indonesia : Yoga dan Lansia dan Hipertensi

38
3.2.4 Mencari Literature

Pencarian literature review dengan judul Pengaruh Senam Yoga Terhadap

Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi” menggunakan database google schoolar

dan portal garuda dengan keywords Senam Yoga dan Lansia dan Hipertensi

pencarian ini dilakukan pada bulan September 2020 didapatkan artikel sebanyak

518 kemudian di kategorikan ekslusi 5 tahun terakhir menjadi 319 kemudian

didentifikasi kembali dan disaring kembali menjadi 218 peneliti melakukan

skrining berdasarkan judul full text dipilih 20 jurnal yang sesuai dengan tema

dan 6 artikel yang inklusi dengan topik.

3.2.5 Mendokumentasikan Hasil Pencarian dalam Prisma Flow Chart

Catatan tambahan yang


Penelitian identifikasi
diidentifikasi melalui
melalui database Google
sumber lain
Schoolar (518)
Portal Garuda (n=10)

Judul kategorikan ekslusi 5


tahun terakhir dihapus Eksklusi (n=110)
(n=319) Partisipan
Tidak fokus pada lansia yang
mengalami Penurunan Tekanan
Darah (n=67)
Intervensi
Judul diidentifikasi dan Tidak menggunakan senam Yoga
disaring (n=298) (n= 38)
Hasil
Tidak membahas penurunan
tentang tekanan darah (n=5)
Full text diambil dan dinilai
kelayakan (n=20)

Studi termasuk dalam Inklusi (n=212)


sintesis (n= 6) Partisipan
Fokus pada lansia yang
39
mengalami Penurunan Tekanan
Darah (n=112)
Intervensi
Menggunakan Senam Yoga
Hasil
Membahas penurunan tekanan
darah (n=153)

Gambar 3.1 Prisma Flow Chart


3.2.6 Menentukan Kiteria Insklusi dan Ekslusi

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICO yang

terdiri dari :

1. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan dianalisis

sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

2. Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanaan terhadap kasus

perorangan atau masyarakat serta pemaparan sertapemaparan tentang

pentalaksanaan studi sesuai tema yang sudah ditentukan dalam literature

review.

3. Comparation yaitu intervensi atau pentalaksanaan lain yang digunakan

sebagai pembanding, jika tidak ada bias menggunakan kelompok control

dalam studi yang dipilih.

4. Outcome yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang akan

direview.

3.2.7 Tabel Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Tabel 3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Ekslusi


Population Lansia Hipertensi Lansia yang bukan
Hipertensi
Intervention Pemberian Senam Yoga Tidak diberikan Senam

40
Yoga
Comparison Tekanan darah setelahTekanan darah sebelum
pemberian senam yoga pemberian senam yoga
Outcome Keberhasilan Senam Yoga Tidak dijelaskannya
terhadap penurunan Tekanan keberhasilan Senam Yoga
Darah Lansia Hipertensi terhadap penururan Tekanan
Darah Lansia Hipertensi
Tahun publikasi Rentang waktu penerbitan Rentang waktu penerbitan
jurnal setelah tahun 2015- jurnal setelah tahun 2015-
2020 2020
Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Selain Bahasa Indonesia
Inggris dan Bahasa Inggris

3.2.8 Seleksi Studi dan Penelitian Kualitas

The Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal untuk beberapa jenis

Studi Quasi-experimental studies, cross-sectional dan artikel review digunakan

untuk menganalisis kualitas metodologi dalam setiap studi (n = 3). Checklist

daftar penilaian berdasarkan The JBI Critical Appraisal telah tersedia beberapa

pertanyaan untuk menilai kualitas dari studi. Penilaian kriteria diberi nilai 'ya',

'tidak', 'tidak jelas' atau 'tidak berlaku', dan setiap kriteria dengan skor 'ya' diberi

satu poin dan nilai lainnya adalah nol, setiap skor studi kemudian dihitung dan

dijumlahkan. Risiko bias dalam literature review ini menggunakan asesmen pada

metode penelitian masing-masing studi, yang terdiri dari:

1. Teori : Teori yang sesuai yaitu Ananda Maulidia, Wida Kuswida Bhakti,

Kharisma Pratama 2016 dalam jurnal Jurnal Keperawatan dan Kesehatan

Vol. 10 No. 1 – April 2019. Masalah yang sering dialami lansia terhadap

tekanan darah tinggi penderita hipertensi.

2. Desain : Desain sesuai dengan tujuan penelitian yaitu ke enam jurnal

menggunakan desain Pre Exsperiment dengan rancangan one group pre-test

post-test.

41
3. Sample : Jumlah rata-rata sampel yang diambil dalam penelitihan ini di

12-50 responden sampling menggunakan purposive sampling, probability

sampling dan quota sampling dan besar sampel sesuai dengan kaidah

pengambilan sampel.

4. Variabel : Variabel dependen (Penurunan Tekanan Darah), dan variabel

independen (Senam Yoga).

5. Instrumen : Instrumen yang di gunakan adalah instrumen data yaitu berupa

lembar observasi dan lembar analisa.

6. Analisis Data : Artikel 1 menggunakan pendekatan uji sampel dependen

atau berpasangan T , artikel 2 menggunakan pendekatan Analisa data yang

dilakukan dengan analisa univariat dan bivariat, artikel 3 menggunakan

Alat ukur yang digunakan adalah observasi yang hasilnya dianalisa dengan

uji wilcoxon , artikel 4 menggunakan Analisa Univariat dan Analisa

Bivariat, artikel 5 menggunakan analisis bivariat yaitu uji paired sample t

test dan uji independent sample t test, artikel 6 menggunakan statistik non

parametric dengan menggunakan Uji Wilcoxon Test.

3.2.9 Melakukan Review

Analisis data merupakan proses mengolah dan mengatur data secara

sistematis untuk dikaji sebagai temuan bagi orang lain. Jurnal penelitian yang

sesuai dengan kriteria inklusi ditelaah kemudian dikumpulkan dan dibuat

ringkasan jurnal yang meliputi nama peneliti, sumber, tahun terbit, tempat

penelitian, judul penelitian, metode dan ringkasan hasil atau temuan. Ringkasan

jurnal penelitian tersebut dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan

42
tahun terbit jurnal dan sesuai dengan format tersebut di atas. Analisis data dapat

dilakukan dengan beberapa teknik:

1. Mencari Kesamaan (Compare)

Teknik mereview studi dengan cara mencari kesamaan diantara beberapa

literature dan kemudian diambil kesimpulannya.

2. Mencari Ketidaksamaan (Contrast)

Teknik mereview studi dengan cara menemukan perbedaan diantara

beberapa literatur dan kemudian diambil kesimpulannya.

3. Memberikan Pandangan (Criticize)

Teknik mereview studi dengan cara menyampaikan pendapat/opini sendiri

terhadap literature yang dibaca.

4. Membandingkan (Synthesize)

Teknik mereview studi dengan membandingkan dua atau lebih literature

kemudian menggabungkannya untuk menjadi sebuah gagasan baru.

5. Meringkas (Summarize)

Teknik mereview studi dengan cara menulis kembali topik atau gagasan

dari sumbernya dengan kalimat sendiri.

3.2.10 Penyajian Hasil Literatur Review

Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan penyajian data berupa tabel

dan narasi, yang berisi tentang seluruh aspek dari literatur yang meliputi judul,

artikel, sumber artikel (nomor jurnal, nama jurnal, tahun terbit), tujuan penelitian,

metode penelitian, populasi sample, tempat, waktu penelitian, variable penelitian,

instrument pengumpulan data dan analisis data.

43
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Literature Review

4.1.1 Karakteristik Studi

Terdapat enam jurnal yang di pilih dan sesuai dengan kiteria insklusi

yang diambil dari google scholar dan portal garuda, ke enam jurnal

membahas mengenai penurunan tekanan menggunakan terapi senam

yoga, dengan tujuan studi untuk mengetahui pengaruh senam yoga

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi dengan

menggunakan terapi senam yoga. Metode yang di gunakan 3 artikel

dengan Kuantitatif dan 3 artikel dianalisis dengan Pre - Eksperiment.

Artikel 1 menggunakan pendekatan uji sampel dependen atau

berpasangan T , artikel 2 menggunakan pendekatan Analisa data yang

dilakukan dengan analisa univariat dan bivariat, artikel 3

menggunakan Alat ukur yang digunakan adalah observasi yang

hasilnya dianalisa dengan uji wilcoxon , artikel 4 menggunakan

Analisa Univariat dan Analisa Bivariat, artikel 5 menggunakan

44
analisis bivariat yaitu uji paired sample t test dan uji independent

sample t test, artikel 6 menggunakan statistik non parametric dengan

menggunakan Uji Wilcoxon Test.

Populasi yang di gunakan yaitu lansia yang mengalami hipertensi

atau tekanan darah tinggi. Jumlah rata-rata sampel yang diambil dalam

penelitihan ini di 12-50 responden membahas tentang pengaruh senam

yoga terhadap penurunan tekanan darah lansia pada penderita

hipertensi. Variable yang di gunakan yaitu independen (Senam Yoga)

dan dependen (Penurunan Tekanan Darah). Instrumen yang di

gunakan pada 12-50 responden adalah lembar observasi kemudian di

isi sesuai dengan nama,usia,jenis kelamin sesuai responden. Teknik

pengambilan sampel analisa data menggunakan purposive sampling.

Alat ukur yang digunakan yaitu Sphygmomanometer digital.

Studi yang sesuai dengan tinjauan sisitematis ini dilakukan di

berbagai tempat, yaitu di Kab.Sidoarjo (Erieska Safitri Hendarti ,

Ardiyanti Hidayah), di Medan (Panti Jompo Yayasan Guna Budi

Bakti, (Dinar Mesarihati Gea , Erme Ariska Nainggolan , Elfita Duha,

Karmila Br), di Puskesmas Banjar (Ananda Maulidia, Wida Kuswida

Bhakti, Kharisma Pratama), di Solok (Kurniati Maya Sari, Netty

Herawati), di Sumatra, Padang Banjar (Mariza Elvira), di Yogjakarta

(Ruby Susmawati , Yuli Isnaeni) . Persamaan ditemukan pada enam

artikel yang membahas penurunan Tekanan Darah dengan hasil yang

sama, lalu perbedaan pada enam artikel terletak pada metode yang

digunakan, waktu dan tempat pelaksanaan penelintian.

45
46
4.1.2. Tabel 1. Hasil Pencarian Literatur

No Metode
Author Nama (Tujuan,Metode,Populasi,Sample,temp Database
Judul Jurnal Hasil
Jurnal,Vol,No,Tahun at dan waktu
penelitian,variabel ,instrumen,Analisis)

Google Scholar
1 Erieska Safitri Hendarti , Pemberian Terapi Senam Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah Penelitian ini menunjukkan
Ardiyanti Hidayah, Prosiding Yoga Terhadap Perubahan menganalisis pengaruh senam yoga bahwa terdapat perubahan
Seminar Nasional Uminus Tekanan Darah PadaLansia terhadap perubahan tekanan darah pada tekanan darah setelah
(Volume 1, 2018), e-ISSN: 2654- Yang Mengalami Hipertensi lansia yang mengalami hipertensi di dilakukan senam yoga
3257 Di Kabupaten Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo. selama 4 minggu yaitu 42
p-ISSN: 2654-3168. Metode: Desain penelitian pra- responden (84%) yang
eksperimen menggunakan rancangan mengalami penurunan dan
penelitian pra eksperimen one group pre 8 responden (16%) tetap.
test post test design. Sehingga hasil penelitian
Populasi: Populasi yang digunakan ini menunjukkan ada
dalam penelitian ini adalah semua lansia pengaruh senam yoga
yang mengalami hipertensi di Kabupaten terhadap perubahan tekanan
Sidoarjo darah pada lansia yang
Sampel : 50 lansia mengalami hipertensi di
Tempat dan waktu : Kab.Sidoarjo , Kabupaten Sidoarjo,
dilakukan pada 04 – 27 Juli 2018 selama dengan nilai (p value =
4 minggu dengan frekuensi 1 kali dalam 0,000) < dari standart

47
seminggu. significan (α = 0,05).

Variabel : variabel Independen : senam


yoga dan dependent : perubahan tekanan
darah pada lansia yang mengalami
hipertensi.
Instrumen: 50 responden di beri lembar
observasi kemudian di isi sesuai dengan
(nama,usia,jenis kelamin)
Analisis data : Alat ukur yang digunakan
adalah observasi yang hasilnya dianalisa
dengan uji wilcoxon.

Hasil dari nilai penelitian Google Scholar


ini yakni untuk
2 Dinar Mesarihati Gea , Erme Pengaruh Senam Yoga Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk
memperlihatkan bahwa
Ariska Nainggolan , Elfita Duha, Terhadap Penurunan menganalisis terjadinya perubahan adanya penurunan tingkat
Karmila Br Kaban, Jurnal Ilmiah Tekanan Darah Pada Lansia. terhadap tekanan darah pada lansia yang hipertensi pada lansia
Pannmed (Pharmacyst, mengalami hipertensi di panti jompo budi melalui senam yoga dengan
Analyst,Nurse,Nutrition,Midwiver bakti yayasan medan pada tahun 2020. total nilai p value = 0,000
y,Environment,Dental Hygiene). Metode: Pre-eksperimen dengan melalui uji Wilcoxon rank
Vol. 15 No.2 Mei – Agustus 2020 rancangan atau metode one group pretest test. Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh,
posttest.
diharapkan orang lanjut
Populasi: Populasi yang digunakan usia yang mengalami
dalam penelitian ini adalah semua lansia hipertensi dapat
yang mengalami hipertensi. menjadikan senam yoga
sebagai manajemen non-

48
Sampel: 20 respondent. paharmakologis untuk
Tempat dan waktu : Panti Jompo Budi menurunkan tekanan darah
Bakti yayasan Medan, dilakukan pada tinggi.
tanggal 02-08 Juni Tahun 2020.
Variabel : variabel Independen : senam
yoga dan dependent : perubahan tekanan
darah pada lansia yang mengalami
hipertensi

Instrumen: Pengambilan data 20


responden menggunakan atau dengan
melakukan wawancara kepada responden
untuk mendapatkan informasi berupa
(nama,usia,jenis kelamin).
Analisis data : Analisa Univariat dan
Analisa Bivariat

Efektifitas senam yoga Berdasarkan uji Paired Portal Garuda


3 Ananda Maulidia, Wida Kuswida terhadap tekanan darah pada Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas sample t test menunjukkan
Bhakti, Kharisma Pratama, Jurnal lansia penderita hipertensi di senam yoga terhadap tekanan darah lansia hasil terdapat perbedaan
wilayah kerja Puskesmas penderita hipertensi di Wilayah Kerja rata-rata nilai tekanan darah
Keperawatan dan Kesehatan Vol.
Banjar Serasan Pontianak Puskesmas Banjar Serasan. sebelum dan sesudah
10 No. 1 – April 2019 p-ISSN
Timur. Metode: Penelitian ini merupakan diberikan senam yoga pada
2086-8375 Online sejak 15
Oktober 2016 di http://jurnal- penelitian kuantitatif dengan desain kelompok intervensi
penelitian true experiment. dengan p value (0,000)
stikmuh-ptk.id.
Populasi: Populasi dalam penelitian ini pada tekanan darah sistolik
adalah lansia penderita hipertensi di maupun diastolik serta

49
tidak terdapat perbedaan
wilayah kerja Puskesmas Banjar Serasan. rata-rata nilai tekanan darah
Sampel: 32 responden. sebelum dan sesudah
Tempat dan waktu : Puskesmas Banjar diberikan senam yoga pada
Serasan, diberikan intervensi senam yoga kelompok kontrol dengan p
sebanyak 6 kali perlakuan. value (0,233) pada tekanan
Instrumen: Menggunakan alat ukur yaitu darah sistolik dan p value
Sphygmomanometer digital yang sudah (0,144) pada tekanan darah
tervalidasi secara oleh organisasi diastolik. Berdasarkaan uji
independen European Sosiety of Independent sample t test
Hypertention International Protocol menunjukkan hasil bahwa
(ESH). Pengambilan data 32 responden tidak terdapat perbedaan
juga menggunakan atau dengan rata-rata pada kelompok
melakukan wawancara kepada responden intervensi dengan
untuk mendapatkan informasi berupa kelompok kontrol dengan
(nama,usia,jenis kelamin). nilai p value (0,121) pada
Analisis data : Analisis data yang tekanan darah sistolik dan p
digunakan adalah analisis bivariat yaitu value (0,995) pada tekanan
uji paired sample t test dan uji darah diastolik.
independent sample t test.

Kurniati Maya Sari, Netty Pengaruh Senam Yoga Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk Google Scholar
4 Herawati, Vol. XII, No. 3 April Terhadap Penurunan menganalisis terjadinya perubahan
2018, ISSN 1693-2617 LPPM Tekanan Darah Pada Lansia terhadap tekanan darah pada lansia yang
UMSB E-ISSN 2528-7613. Di Kelurahan Kampung Jawa mengalami hipertensi di panti jompo budi
Wilayah Kerja Puskesmas bakti yayasan medan pada tahun 2020.
Tanjung Paku Kta Solok Metode: Metode Penelitian ini

50
Tahun 2017. merupakan penelitian kuantitatif.
Menggunakan desain quasi eksperiment
dengan rancangan penelitian One group
pretest post tests design.
Populasi: Populasi dalam penelitian ini
adalah lansia penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
kota solok.
Sampel: Suatu pertimbangan yang
dilakukan oleh peneliti dalam memilih
responden adalah dengan kriteria tertentu
berdasarkan masalah yang ada dengan
jumlah sampel 13 orang lansia.
Tempat dan Waktu : di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Paku kota solok , 3-4
kali seminggu.
Instrument : Pengambilan data 13
responden menggunakan atau dengan
melakukan wawancara kepada responden
untuk mendapatkan informasi berupa
(nama,usia,jenis kelamin).
Data Analysis: Analisa data yang
dilakukan dengan analisa univariat dan
bivariat.

Mariza Elvira, Malaysian Journal Influence Of Yoga On The Tujuan: The purpose of this study is to The results of statistical Google Scholar
5 of Medical Research | Vol. 2 (3) Blood Preassure Of Elderly determine the effect of yoga exercises on tests showed a significant

51
JULY 2018. With Hypertensio. blood pressure in the elderly who influence between elderly
experienced hypertension in Social House blood pressure before yoga
Trisna Werdha Kasih Sayang Ibu gymnastics and after yoga
Batusangkar. exercises with p value =
0.000 (<0.05). So it can be
Metode: The research method used in concluded that there is a
this research is quantitative method. The relationship of yoga
research design used in this research is the exercises with blood
type of Preexperimental Design research pressure.It is expected to
design using the one group pretest- Trisna Werdha Kasih
posttest research design is a study with no Sayang Ibu at Batusangkar
control group, but it has been done the Social House to be able to
first observation (pretest) that allows make this yoga gymnastics
research can test the change - changes that as one of the main program
occur after an experiment. for elderly.

Populasi: The Elderly Hypertension.

Sampel: In this study the sample taken by


researchers as many as 12 people.This
research uses Total Sampling method
where all population is taken as sample.

Tempat dan Waktu : This research was


conducted in April to May 2017 in the
Social House Trisna Werdha Kasih
Sayang Ibu Batusangkar.

52
Instrument : The instrument used was
the observation sheet with elderly
respondents who suffered from
hypertension as many as 12 people that
meet the criteria with Total Sampling.

Data Analysis: The data analysis used is


T dependent or paired sample test to test
mean difference between two dependent
data groups. The results of statistical tests
showed a significant influence between
elderly blood pressure before yoga
gymnastics and after yoga exercises with
p value = 0.000 (<0.05).

Ruby Susmawati Yuli Isnaeni, Pengaruh Senam Yoga Tujuan: Mengetahui pengaruh senam Tekanan darah sistolik dan Google Scholar
6 School of Nursing Student, Terhadap Tekanan Darah yoga terhadap tekanan darah pada lansiadiastolik sebelum senam
Faculty of Health Sciences, Pada Lansia Penderita penderita hipertensi. yoga memiliki rerata
Aisyiah Univercity Of Hipertensi Di Wilayah Dusun sebesar 155 mmHg dan
Yogyakarta. Kwarasan Nogotirto Sleman Metode: Desain penelitian menggunakan 96,25 mmHg. Sedangkan
Yogyakarta. Pre Exsperiment dengan rancangan one tekanan darah sistolik dan
group pre-test post-test. diastolik setelah senam
yoga memiliki rerata
Populasi: Lansia Penderita Hipertensi.
sebesar 122 mmHg dan
Sampel: 16 responden. 81,25 mmHg. Selisih yang
didapatkan pada sistolik
Tempat dan Waktu : Di Wilayah Dusun mengalami penurunan

53
Kwarasan Nogotirto Sleman Yogyakarta sebesar 33 mmHg dan
selama Senam yoga dilakukan sebanyak 6 diastolik didapatkan
kali dalam dua minggu. penurunan 15 mmHg. Hasil
analisa statistik wilcoxon
Instrument : Pengambilan data menunjukkan hasi p-value
dilakukan dengan cara mengukur tekanan pada tekanan darah sistolik
darah dengan menggunakan sebesar 0,000dan tekanan
shygmomanometer dan pengambilan data darah diastolik sebesar
16 responden menggunakan atau dengan 0.000dengan taraf
melakukan wawancara kepada responden signifikansip <0.05. Ada
untuk mendapatkan informasi berupa pengaruh senam yoga
(nama,usia,jenis kelamin). terhadap tekanan darah
Analisis data yang pada lansia penderita
Data Analysis:
digunakan dalam penelitian ini adalah hipertensi.
statistik non parametric dengan
menggunakan Uji Wilcoxon Test.

54
55
4.1.3 Karakteristik Responden Studi

Karakteristik responden yang terdapat pada jurnal rata-rata

berumur 60 - 74 tahun dengan kelamin perempuan dan laki – laki, tetapi

lebih banyak perempuan yang mengalami hipertensi dikarenakan pola

hidup yang kurang sehat. Dengan intervensi yang digunakan dalam jurnal

adalah terapi dengan senam yoga untuk menurunkan tekanan darah pada

lansia hipertensi. Hasil membedah jurnal satu sampai enam termasuk

dalam kategori inklusi penelitian yang semua membahas mulai dari

sampel, populasi, variable, intervensi sama dengan kategori topik

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. berdasarkan

karakteristik pekerjaan sebagian besar adalah tidak bekerja karena sudah

lanjut usia yang ditandai dengan Tekanan Darah Tinggi mulai dari

hipertensi ringan (140-159 mmhg), hipertensi sedang (160-179 mmhg),

hipertensi berat (180-209 mmhg), dan hipertensi maligna (≥210 mmhg)

atau tidak terkontrol. Tekanan darah akibat hipertensi sebelum intervensi

pada jurnal 1 adalah tekanan darah sistolik 135 mmHg – 210 mmHg dan

diastolik 80 – 110 mmHg, dengan responden 50. Pada jurnal 2 sebesar

tekanan darah sistolik 140 mmHg – 179 mmHg dan diastolik 70 – 100

mmHg, dengan responden 20. Pada jurnal 3 sebesar tekanan darah sistolik

130 mmHg – 179 mmHg dan diastolik 80 – 89 mmHg, dengan responden

32. Pada jurnal 4 sebesar rata – rata tekanan darah sistolik 153 mmHg dan

diastolik 79 mmHg, dengan responden 13. Pada jurnal 5 sebesar tekanan

darah sistolik 160 – 179 mmHg dan diastolik 89 – 98 mmHg, dengan


responden 12. Pada jurnal 6 sebesar rata – rata tekanan darah sistolik 155

mmhg dan diastolik 96 mmHg, dengan 16 responden .

Dan untuk pemberian senam yoga pada lansia yang menderita penyakit

hipertensi yaitu dengan mengkombinasikan antara teknik bernapas,

relaksasi dan meditas serta latihan peregangan. Dengan memberikan terapi

senam yoga menunjukkan adanya pengaruh terhadap penurunan tekanan

darah sesudah melakukan senam yoga, hal ini ditunjukkan pada kelompok

intervensi atau kelompok eksperimen.

4.1.4 Karakteristik Responden Yang Mengalami Hipertensi

4.1.4.1 Usia

Terdapat pada jurnal pertama , kedua dan keempat rata-rata

berumur 60 - 67 tahun dengan kelamin perempuan dan laki – laki, tetapi

lebih banyak perempuan yang mengalami hipertensi dikarenakan pola

hidup yang kurang sehat dan pada jurnal ketiga, kelima dan keenam rata –

rata berumur 65 – 70 tahun dengan banyak responden sekitar 12 - 50

lansia yang usianya berbeda – beda. Pada umunya tekanan darah akan naik

dengan bertambahnya umur terutama setelah umur 40 tahun. Hal ini

disebabkan oleh kaku dan menebalnya arteri karena arteriosclerosis

sehingga dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui

arteri tersebut. Penyebab lain dari arteriosclerosis karena adanya

tumpukan kolestrol pada dinding sebelah pembuluh darah, kolestrol juga

menyebabkan penyempitan pembuluh darah akan mengakibatkan

hipertensi. Bertambahnya usia pembuluh darah akan menjadi kaku karena

terjadi pengapuran pada dinding oleh karena itu pada lanjut usia cenderung

57
lebih tinggi tekanan darahnya dari pada orang muda. Dengan semakin

bertambahnya usia, seseorang menderita hipertensi juga semakin besar.

Pengaruh usia terhadap kemunculan stress sering terjadi, banyak

ditemukan para pensiun yang tidak berkerja lagi menghadapi lingkungan

yang ekstrem. Menghadapi kondisi rumah yang tanpa aktivitas dan

diposisikan sebagai orang yang tak mampu lagi melakukan beberapa

pekerjaan akan memunculkan stress yang akan menyebabkan hipertensi.

Dengan bertambahnya umur, resiko hipertensi semakin besar sehingga

prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu 4 akan memunculkan

stress yang akan menyebabkan hipertensi. Dengan bertambahnya umur,

resiko hipertensi semakin besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut

cukup tinggi yaitu 40% dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60

tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta darah meningkat

seiring dengan bertambahnya usia 50 an dan 60 an, dengan bertambahnya

umur dapat meningkatkan resiko hipertensi (Wijaya & Putri, 2013 dalam

Ferdinata (2016)).

4.1.4.2 Jenis Kelamin

Pada Jurnal pertama, kedua, keempat dan kelima terdapat

persamaan bahwa lebih banyak perempuan yang mengalami hipertensi

dikarenakan pola hidup yang kurang sehat dan pada jurnal ketiga dan

enanam bahwa lebih banyak laki – laki yang mengalami hipertensi

dikarenakan lebih banyak merokok daripada perempuan. Secara klinis

tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak laki-laki

atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki tekanan darah

58
yang lebih tinggi, sedangkan setelah menopause wanita cenderung

memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria pada usia tersebut

(Dinata, 2015).

4.1.4.3 Stress

Pada jurnal ke enam , salah satu penyebab peningkatan tekanan

darah pada lansia penderita hipertensi adalah stres. Lansia yang

mengalamai stres dan kurang melakukan aktifitas fisik bisa berdampak

pada sistem pembuluh darah yang bisa menyebabkan tekanan darah pada

lansia meningkat menurut (Hermawan, 2014) dalam (Ovianasari & .,

2015). Stress terjadi karena ketidakmampuan mengatasi ancaman yang

dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual seseorang. Kondisi

tersebut pada suatu saat akan dapat mempengaruhi kesehatan fisik

seseorang. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga terjadi

melalui aktivitas saraf simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat

meningkatkan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress

berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi Rasa

cemas, takut, nyeri, dan stres emosi meningkat stimulasi saraf otonom

simpatik yang meningkatkan volume darah, curah jantung, dan tekanan

vascular perifer. Efek stimulasi saraf bagian simpatik ini dapat

meningkatkan tekanan darah.

59
4.1.4.4 Gaya Hidup

Pada Jurnal 6 yang dikemukakan oleh (Soenarta dkk, 2015) dalam

(Ovianasari & ., 2015) terdapat upaya penanganan hipertensi dapat

dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi. Penanganan

farmakologi sendiri menggunakan obat-obatan antihipertensi. Secara

farmakologi biasanya dianggap mahal oleh masyarakat sehingga

penanganan non farmakologi menjadi altenatif yang dapat dilakukan.

Salah satunya dengan menjalani pola hidup sehat. Beberapa pola hidup

sehat yang dianjurkan adalah mempertahankan berat badan dalam kondisi

normal, mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makanan rendah

garam dan memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan, mengurangi

asupan garam, mengurangi komsumsi alcohol, pengendalian stres dan

emosi, menghentikan kebiasaan merokok dan meningkatkan olahraga atau

aktifitas fisik, memeriksakan tekanan darah secara berkala.

4.1.4.5 Tekanan Darah Sebelum Senam Yoga.

Tekanan darah akibat hipertensi sebelum intervensi pada jurnal 1

adalah tekanan darah sistolik 135 mmHg – 210 mmHg dan diastolik 80 –

110 mmHg, dengan responden 50. Pada jurnal 2 sebesar tekanan darah

sistolik 140 mmHg – 179 mmHg dan diastolik 70 – 100 mmHg, dengan

responden 20. Pada jurnal 3 sebesar tekanan darah sistolik 130 mmHg –

179 mmHg dan diastolik 80 – 89 mmHg, dengan responden 32. Pada

jurnal 4 sebesar rata – rata tekanan darah sistolik 153 mmHg dan diastolik

79 mmHg, dengan responden 13. Pada jurnal 5 sebesar tekanan darah

sistolik 160 – 179 mmHg dan diastolik 89 – 98 mmHg, dengan responden

60
12. Pada jurnal 6 sebesar rata – rata tekanan darah sistolik 155 mmhg dan

diastolik 96 mmHg, dengan 16 responden . Menurut hasil jurnal yang

diteliti partisipan pada kelompok intervensi juga mengonsumsi obat

antihipertensi sebagai penatalaksanaan secara farmakologi. Penurunan

tekanan darah pada kelompok intervensi disebabkan oleh penggunaan obat

antihipertensi dan senam yoga. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh ( Prasetyaningrum dalam Maulidia et al., 2019) yang

menyatakan prinsip penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan

pemberian obat-obatan antihipertensi dan modifikasi gaya hidup (lifestyle)

dengan gaya hidup sehat. Salah satu gaya hidup sehat yang dapat

dilakukan yaitu melakukan aktivitas fisik seperti senam yoga.

4.1.4.6 Tekanan Darah Sesudah Senam Yoga.

Pada hasil penelitian yang melakukan intervensi, terjadi penurunan

tekanan darah sistolik dari rata-rata sebelum melakukan senam yoga nilai

157,25 menjadi 142,13 sesudah melakukan senam yoga dan diastolik dari

rata-rata nilai 95,75 menjadi 85,06 dengan p value (0,000) pada tekanan

darah sistolik maupun diastolik. Hal ini sejalan dengan teori pada jurnal ke

2 Shindu (2015), penurunan tekanan darah disebabkan oleh relaksasi

karena pada prinsipnya senam yoga adalah sebuah metode yang

menempatkan atau memposisikan tubuh dalam kondisi tenang. Setelah

dilakukan senam yoga, tekanan darah turun dikarenakan dapat

mengembalikan fleksibilitas jaringan dan bertambahnya relaksasi otot

pada pembuluh darah. Yang menjadi prioritas utama peneliti dalam

keperawatan yaitu untuk menurunkan atau menormalkan terhadap tekanan

61
darah pada lansia yang sedang mengalami atau sedang dalam kondisi

menderita penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh ( Pujiastuti, dkk, 2019 dalam Putra &

Asep, 2018) dengan mengatakan ada selisih dimana tekanan darah

sebelum secara keseluruhan dan pada tekanan darah setelah diberikan atau

dalam pemberian tindakan terapi yoga.

4.2 Pembahasan

Peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi terjadi karena

berbagai macam faktor yaitu usia, jenis kelamin, stress, gaya hidup,

medikasi, dan variasi durial. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk

mengobati baik secara farmakologis ataupun non-farmakologis. Dengan

pemberian senam yoga pada penurunan tekanan darah terapi ini dapat

dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain dan efektif untuk menurunkan

tekanan darah.

4.2.1. Menjelaskan penggunaan senam yoga.

Pada penelitian ini di dapatkan 6 jurnal yang memenuhi kriteria

inklusi, yang memiliki kesamaan yaitu 5 jurnal membahas tentang pengaruh

senam yoga terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dan 1 jurnal dari

(Maulidia et al., 2019) membahas tentang efektivitas penggunaan senam

yoga terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Dari keenam jurnal ini

memiliki hasil yang sama yaitu terdapat penurunan tekanan darah setelah

dilakukan intervensi.

Berdasarkan hasil review dari 6 jurnal bahwa senam yoga pada

penurunan tekanan darah dalam jurnal 1 dapat di lakukan selama 4 minggu

62
dengan frekuensi 1 kali dalam seminggu, lama pemberian senam yoga 30

menit. Sedangkan pada jurnal 2 dapat di lakukan selama 1 minggu dengan

frekuensi 1 kali, lama pemberian senam yoga selama 30 menit. Pada jurnal

3 dapat dilakukan selama 2 minggu dengan frekuensi 3 kali perlakuan

dengan lama pemberian selama 30 menit. Pada jurnal 4 dapat dilakukan

selama 30-45 menit dan dilakukan 3-4 kali seminggu terbukti lebih efektif

menurunkan tekanan darah. Pada jurnal 5 dapat dilakukan selama 30-40

menit atau paling sedikit 3 hari dan paling lama 4 hari dalam seminggu.

Sedangkan pada jurnal 6 dapat dilakukan sebanyak 6 kali dalam dua minggu

dalam pemberian 30 menit.

Yoga dalam penelitian adalah jenis yoga yang dikhususkan untuk

menurunkan tekanan darah pada lansia. Termasuk bernafas, bernafas adalah

tindakan yang sudah otomatis dilakukan tanpa harus diperintah oleh

siapapun. Tetapi jika kita melakukan nafas yang cepat dan dangkal, hal ini

akan mengurangi oksigen yang tersedia, maka hal ini akan berdampak buruk

dan menjadi hal yang panik. Bagian dari proses tersebut yaitu mempercepat

denyut jantung dan meningkatkan tekanan darah. Dengan mengatur pola

nafas dan lebih tenang, maka otot – otot akan menjadi lebih tenang dan

relaks. Hal tersebut akan menjadikan tubuh menjadi lebih relaks, terutama

pada pikiran yang mengalami stress dan tentunya bisa menurunkan tekanan

darah, dikarenakan latihan yoga juga menstimulasi pengeluaran hormon

Endorphin. Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat

relaks/tenang. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang

belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang

63
diproduksi otak yang menyalurkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar

endorphin dalam tubuh untuk mengurangi tekanan darah tinggi. Olahraga

terbukti dapat meningkatkan kadar b-endorphin empat sampai lima kali di

dalam darah. Sehingga, semakin banyak melakukan latihan maka akan

semakin tinggi pula kadar b-endorphin. Ketika seseorang melakukan

latihan, maka b-endorphinakan keluar dan ditangkap oleh reseptor didalam

hiphothalamus dan system limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi

yang dapat menimbulkan stress.

Teori ini dibuktikan dengan hasil penelitian menurut (Technische

Universtität München, 2018) hal ini dilakukan karena yoga dianjurkan pada

penderita hipertensi, karena yoga memiliki efek relaksasi yang dapat

meningkatkan sirkulasi darah yang lancar, mengindikasikan kerja jantung

yang baik.

Teori ini dibuktikan dengan hasil penelitian menurut ( Shindu

dalam Dinata, 2015) bahwa yoga berperan penting dalam meningkatkan

asupan oksigen ke dalam otak, menghilangkan kepenatan, meningkatkan

energi, dan vitalis, meningkatkan kelenturan dan stamina tubuh,

menstimulasi kelenjar hormonal dalam tubuh dan membuatnya stabil.

Gerakan-gerakan yoga juga dapat memperlancar sirkulasi darah. Selain hal

itu yoga juga meningkatkan kekebalan tubuh. Penggunaan terapi yoga

sangat baik untuk meningkatkan konsentrasi dan membawa kesadaran diri,

menajamkan pikiran, dan menjauhkan seseorang dari emosi dan pikiran

yang negatif.

64
Berdasarkan fakta dan teori, menurut hasil jurnal yang diteliti

memang terdapat berbagai macam jenis latihan yoga yang intinya

menggabungkan antara teknik bernapas, relaksasi dan meditasi serta latihan

peregangan. Relaksasi adalah suatu teknik yang dapat membuat pikiran dan

tubuh menjadi rileks melalui sebuah proses yang secara progresif akan

melepaskan ketegangan otot di setiap tubuh. Meditasi adalah adalah praktik

relaksasi yang melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang menarik,

membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari.

Penggunaan intervensi senam yoga bisa mengurangi penggunaan obat

farmakologi, hal ini sangat berguna dikarenakan mengurangi pemasukan

bahan kimiawi dalam tubuh, sehingga badan lebih sehat. Penggunaan

makanan yang tidak sehat atau makanan yang dilarang dalam penyakit

hipertensi juga harus diperhatikan, karena intervensi dengan senam yoga

akan sia – sia jika masih menerapkan pola hidup tidak sehat.

4.2.2. Menjelaskan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan


terapi senam yoga.

Pada penelitian ini di dapatkan 6 jurnal yang memenuhi kriteria

inklusi, yang memiliki kesamaan yaitu 5 jurnal membahas tentang pengaruh

senam yoga terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dan 1 jurnal

membahas tentang efektivitas penggunaan senam yoga terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia. Dari keenam jurnal ini semuanya memiliki hasil

yang sama yaitu terdapat penurunan nyeri setelah diberikan intervensi.

Pada jurnal 1,2 dan 4 di dapatkan bahwa ada hasil mengenai

penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi yang di lakukan senam di

65
bandingkan dengan yang tidak di lakukan senam. Pada hasil penelitian

yang melakukan intervensi, terjadi penurunan tekanan darah sistolik dari

rata-rata sebelum melakukan senam yoga nilai 157,25 menjadi 142,13

sesudah melakukan senam yoga dan diastolik dari rata-rata nilai 95,75

menjadi 85,06 dengan p value (0,000) pada tekanan darah sistolik maupun

diastolik. Hal ini sejalan dengan teori pada jurnal ke 2 Shindu (2015),

penurunan tekanan darah disebabkan oleh relaksasi karena pada prinsipnya

senam yoga adalah sebuah metode yang menempatkan atau memposisikan

tubuh dalam kondisi tenang.

Pada jurnal 1,2 dan 4 didapatkan hasil penelitian kelompok

kontrol rata rata nilai tekanan darah sistolik 160,56 menjadi 158,88 dan

nilai rata-rata diastolik dari 94,50 menjadi 92,50 . Hal ini disebabkan pada

kelompok kontrol tetap mengonsumsi obat antihipertensi. Masing –

masing setelah dilakukan senam yoga, tekanan darah turun sekitar 2

mmhg. Menurut (Maulidia et al., 2019) hal ini disebabkan karena obat

antihipertensi merupakan salah satu penatalaksanaan hipertensi secara

farmakologi. Obat antihipertensi dapat dibagi dalam beberapa kategori

berdasarkan cara kerja obat tersebut didalam tubuh. Sehingga dapat

disimpulkan tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai tekanan darah sebelum

dan sesudah diberikan senam yoga pada kelompok kontrol dengan p value

(0,233) pada tekanan darah sistolik dan p value (0,144) pada tekanan darah

diastolik.

Teori ini di buktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Triyanto (2014), penurunan tekanan darah yang disebabkan oleh relaksasi

66
karena memposisikan tubuh dalam kondisi tenang yang pada akhirnya

akan mengalami kondisi balance (seimbang),sehingga dapat meningkatkan

sirkulasi oksigen ke otot, dan otot pun menjadi rileks.

Teori lainya juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

( Susilo, 2018 dalam Putra & Asep, 2018) bahwa pola hidup yang buruk

atau pun pola hidup yang tidak sehat seperti merokok, meminum-minuman

alkohol, mengonsumsi makanan yang berlemak atau kadar kolesterol

tinggi dan makanan yang mengandung garam tinggi, faktor usia dan

genetik atau keturunan, hingga berat badan, stress, kurang berolahraga

merupakan faktor yang memicu terjadinya peningkatan tekanan darah.

kenaikan tekanan darah disebabkan oleh 2 faktor, yang pertama yaitu

faktor resiko yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol. Faktor resiko

yang tidak dapat dikontrol yaitu usia, jenis kelamin dan keturunan,

sedangkan faktor resiko yang dapat dikontrol yaitu gaya hidup. Pada

penggunaan intervensi senam yoga, adanya penurunan tekanan darah

disebabkan oleh sytim limbik yang menyebabkan seseorang menjadi

relaks dan pada penggunaan obat anthihipertensi yang tidak menggunakan

senam yoga, juga dapat menurunkan tekanan darah, tetapi tidak sebagus

yang diberikan intervensi senam yoga, hal ini dikarenakan tekanan darah

tidak akan turun apabila partisipan masih mengonsumsi garam yang tinggi

dan masih terlalu banyak merokok.

Teori lain juga di buktikan dengan teori dari ( Prasetyaningrum dalam

Maulidia et al., 2019) yang menyatakan prinsip penatalaksanaan hipertensi

dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan antihipertensi dan

67
modifikasi gaya hidup (lifestyle) dengan gaya hidup sehat. Salah satu gaya

hidup sehat yang dapat dilakukan yaitu melakukan aktivitas fisik seperti

senam yoga.

Teori lain juga di buktikan dengan teori yang dikemukakan oleh

( Pujiastuti, dkk, 2019 dalam Putra & Asep, 2018) dengan mengatakan ada

selisih dimana tekanan darah sebelum secara keseluruhan dan pada

tekanan darah setelah diberikan atau dalam pemberian tindakan terapi

yoga. Menurut hasil jurnal yang diteliti, pada umumnya tensi lansia

(lanjut usia) yang menderita hipertensi sebelum dilakukan senam yoga

mengalami tekanan darah yang tinggi, hal ini dapat berdampak pada lansia

sehingga dapat menimbulkan pergantian bentuk dan peran pada sistem

peredaran yang mengedarkan darah ke seluruh tubuh yang bertugas atas

peralihan tekanan darah, seperti peralihan hilangnya fleksibilitas jaringan

dan berkurangnya relaksasi otot pada pembuluh darah (aterosklerosis).

Tetapi setelah dilakukan senam yoga, tekanan darah turun dikarenakan

dapat mengembalikan fleksibilitas jaringan dan bertambahnya relaksasi

otot pada pembuluh darah. Yang menjadi prioritas utama peneliti dalam

keperawatan yaitu untuk menurunkan atau menormalkan terhadap tekanan

darah pada lansia yang sedang mengalami atau sedang dalam kondisi

menderita penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Berdasarkan fakta dan teori, menurut peneliti terdapat penurunan

tekanan darah sebelum di lakukan dan sesudah di lakukan terapi senam

yoga. Pemberian senam yoga yang di berikan pada seluruh tubuh dengan

metode olahraga, dengan efek rilex yang di salurkan lebih efektif, dapat

68
mengurangi tekanan darah tinggi dengan cepat, sehingga memperlancar

dan mengurangi kekakuan otot sehingga menimbulkan rasa nyaman walau

respon yang di berikan berbeda-beda. Sehingga dari hasil penelitian

tersebut terdapat perbedaan dan pengaruh yang signifikan pada tekanan

darah sebelum dan sesudah di berikan terapi senam yoga, di karenakan

manfaat dari senam yoga memberikan rasa nyaman pada lansia.

Keterbatasan dalam penulisan ini adalah terjadinya bias duplikasi

dalam proses pencarian jurnal dan menganalisis jurnal dengan kiteria

insklusinya. Dalam penelitian ini, pemilihan artikel sangat tergantung pada

kata kunci yang dimasukkan dalam pencarian database. Tidak semua

artikel yang diperoleh dapat dilakukan review, karena beberapa artikel

tidak memenuhi kriteria inklusi. Melihat jumlah artikel terbatas, kriteria

pengambilan akhirnya di turunkan. Setelah menurunkan tahun publikasi,

akhirnya artikel yang didapat berjumlah enam artikel. Selain itu artikel

yang di dapatkan ternyata ada yang heterogen dan homogeny dalam lokasi

pemberian intervensinya,sehingga pada proses penganalisaan jadi lebih

sulit untuk menganalisis keenam artikel tersebut sehingga memerlukan

waktu lama untuk penulis membaca ulang kenam artikel itu . Pada artikel

5 dan 6 tidak menyebutkan karakteristik subjek penelitian secara spesifik

hanya di sebutkan beberapa saja sehingga lebih sulit.

4.2.3 Menjelaskan pengaruh senam yoga terhadap tekanan darah

Berdasarkan hasil analisa univariat, analisa bivariate, uji

wilcoxon test dan alat ukur sfigmomanometer. Hasil penelitian ini

69
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara responden yang di lakukan

terapi senam yoga dan yang belum di lakukan dengan perbedaan

penurunan tekanan darah lebih kecil rata-rata.

Pada penelitian ini di dapatkan 6 jurnal yang memenuhi kriteria

inklusi, yang memiliki kesamaan yaitu 5 jurnal membahas tentang

pengaruh senam yoga terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dan 1

jurnal membahas tentang efektivitas penggunaan senam yoga terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia. Pada jurnal 1 terdapat hasil dengan

nilai (p value = 0,000) < dari standart significan (α = 0,05), pada jurnal 2

dengan hasil total nilai p value = 0,000, pada jurnal 3 dengan hasil p value

(0,000) , pada jurnal 4 didapatkan nilai p-value 0,000 < α (0,05), pada

jurnal 5 didapatkan nilai p-value 0,000 < α (0,05), dan yang terakhir pada

jurnal 6 didapatkan p-value 0.000dengan taraf signifikansip<0.05. Maka

dari keenam jurnal ini semuanya menjelaskan tentang pengaruh senam

yoga terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi lansia.

Menurut (Prawesti & Sylvia Nurcahyani, n.d.) tekanan darah

merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong

dengan tekanan dari jantung. Tekanan darah dalam sistem arteri tubuh

adalah indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskular. Senam yoga

termasuk ke dalam alternatif bentuk aktifitas fisik yang dapat membantu

dalam mencapai tingkat latihan fisik yang di sarankan untuk individu.

Semua orang dari anak-anak, lansia, dan perempuan hamil dapat

melakukan senam yoga. Senam yoga merupakan olahraga yang berfungsi

untuk penyelarasan pikiran, jiwa dan fisik seseorang. Senam yoga adalah

70
sebuah aktivitas dimana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk

mengontrol panca indra dan tubuhnya secara keseluruhan. Senam ini

memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh, kekuatan maupun vitalitas.

Obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman

dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi

tekanan darah tinggi. Gerakan senam yoga akan di paparkan untuk lebih

meringankan gejala dan mengantisipasi supaya gejala hipertensi tidak

timbul. Dengan berlatih yoga, otot tubuh akan lebih lentur dan hal ini

membuat peredaran darah lebih lancar dan hasilnya tekanan darah yang

normal. Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang dialami oleh

responden disebabkan karena penderita hipertensi merasa rileks, sehingga

dapat merangsang hormone Endorphin yang dapat menurunkan tekanan

darah. Selain dari hormon, gerakan-gerakan dari senam yoga dapat

mempengaruhi kerja jantung sehingga memperlancar peredarah darah dan

terjadi penurunan darah pada penderita hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa jurnal yang diteliti,

senam yoga dapat memberikan pengaruh pada tekanan darah seseorang

yang menderita hipertensi. Terapi senam yoga yang dilakukan oleh

responden bukan sebagai satu-satunya pengobatan yang dapat dilakukan

untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, akan tetapi

yoga dapat dilakukan untuk mendukung pengobatan farmakologi yang

telah dilakukan oleh penderita hipertensi. Sehingga penurunan tekanan

darah dapat terjadi dengan maksimal. Intervensi harus terus dilakukan

bilamana ingin mencapai hasil maksimal.

71
Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa jurnal yang diteliti,

latihan bernafas pada terapi senam yoga berfungsi untuk menenangkan

pikiran dan tubuh yang membuat detak jantung lebih tenang sehingga

tekanan darah dan produksi hormon adrenalin menurun. Dan untuk latihan

meditasi pada senam yoga, bertujuan untuk membuat tubuh menjadi relax.

Dengan memfokuskan pikiran pada sebuah pemikiran atau gambaran,

sebuah kondisi pikiran dapat menerima hal apapun yang masuk tanpa

harus dipertimbangkan. Hal ini berarti, kita dapat menarik diri sementara

dari aktivitas sehari-hari yang mampu membuat kita stres dan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Sehingga, kita dapat mencapai

kondisi yang relaks yang salah satu efeknya dapat menurunkan tekanan

darah. Dan untuk latihan peregangan dapat meningkatkan metabolisme

lemak dengan penurunkan kadar lipoprotein densitas rendah (LDL) dan

meningkatkan kadar lipoprotein densitas tinggi (HDL). Hal ini sejalan

dengan teori pada jurnal ke 4 (Jain dalam Dinata, 2015) bahwa senam

yoga berpengaruh pada penurunan tekanan darah.

Teori ini di buktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Cramer., et al., (2014) yang berjudul “Yoga For Hypertension” bahwa

pemberian yoga yang dilakukan secara rutin dapat berpengaruh secara

signifikan terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Dalam penelitian ini olahraga yang dilakukan yaitu yoga dengan

mencakup gerakan duduk dalam postur duduk yoga untuk berlatih

pernafasan (melatih paru-paru dan menenangkan jantung, juga sebagai

teknik pemusatan pikiran), dilanjutkan dengan melakukan asana ringan

72
sebagai pemenasan, dilanjutkan dengan Savasana (Postur Mayat) dan

diakhiri dengan kembali dalam Postur Duduk untuk mengheningkan

pikiran (Meditasi).

Teori ini juga di buktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sindhu (2015), dalam penelitian senam yoga yang dilakukan mencakup

postur (asana) ringan sebagai pemanasan, postur tadasana dan diakhiri

dengan postur katichakrasana yang digabungkan dengan latihan

pernafasan, senam yoga dapat menstimulasi pengeluaran hormone b-

endorphine yang berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi

oleh otak yang menyalurkan rasa nyaman dan dapat mengurangi tekanan

darah. Ketika seseorang melakukan senam yoga, maka bendorphine

terstimulasi untuk keluar dan di tangkap oleh reseptor didalam

hipotalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi.

Peningkatan b-endorphine terbukti berhubungan erat dengan penurunan

rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan,

kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan.

Teori ini juga di buktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Putra & Asep, 2018) berdasarkan penerapan hatta yoga pada tekanan

darah lansia yang menerima dan menjalani senam yoga dengan hasil nilai

uji statistik memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang relevan antara

hatta yoga kepada tekanan darah lansia.

Berdasarkan fakta dan teori, iketahui adanya dampak yang sangat

relevan dari senam yoga dengan perubahan yang didapat dari hasil tekanan

darrah lansia yang sedang mengalami atau menderita tekanan darah tinggi

73
atau bisa disebut penyakit hipertensi. Dalam hal ini juga adalah termasuk

dalam salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilaksanakan dan

dapat dilakukan oleh para tenaga medis seperti perawat terhadap lansia

secara sendiri atau mandiri yakni dalam penurunan tekanan darah tinggi

lansia, yaitu dengan melakukan tindakan senam yoga pada lansia yang

mengalami hipertensi atau dalam kondisi tekanan darah tinggi untuk

menurunkan tekanan darah tinggi yang dialami oleh lansia atau responden.

Keterbatasan dalam penulisan yang sudah saya baca ini adalah

yaitu peneliti tidak dapat mengontrol faktor yang memengaruhi tekanan

darah sepenuhnya seperti konsumsi garam, kebiasaan merokok, konsumsi

kafein, serta stress sehingga berpengaruh terhadap hasil pengukuran

tekanan darah partisipan. Peneliti juga tidak mendapatkan pelatihan senam

yoga oleh intruktur terlatih dan hanya mengikuti latihan yoga dengan

expert judgement yaitu pembimbing penelitian ini.

74
BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menyoroti mengenai pentingnya olahraga dalam

kehidupan sehari – hari terutama bagi lanjut usia yang berguna untuk

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Aktivitas senam

yoga pada lansia merupakan kegiatan yang dapat dilakukan secara

mandiri. Sebaiknya dilakukan selama 1 - 3 kali seminggu dengan durasi 15

– 30 menit. Hal ini akan berdampak baik pada penurunan tekanan darah

pada lansia hipertensi.

Berdasarkan hasil studi literatur dapat disimpulkan bahwa :

5.1.1 Tekanan Darah Sebelum Pemberian Senam Yoga

Tekanan darah sebelum dilakukan intervensi pada jurnal 1 sebanyak

20 responden mengalami Hipertensi Normal tinggi dan 30 responden

mengalami hipertensi sedang. Pada jurnal 2 sebanyak 9 responden

mengalami hipertensi ringan dan 11 responden mengalami hipertensi

sedang. Pada jurnal 3 sebanyak 30 mengalami hipertensi sedang dan 2

responden mengalami hipertensi ringan. Pada jurnal 4 sebanyak 13

responden mengalami hipertensi sedang. Pada jurnal 5 sebanyak 12

responden mengalami hipertensi sedang. Pada jurnal 6 sebanyak 16

responden mengalami hipertensi ringan.

75
5.1.2 Tekanan Darah Sesudah Pemberian Senam Yoga.

Setelah melakukan review jurnal penelitian sebanyak 6 jurnal, telah

terbukti bahwa pemberian intervensi senam yoga dapat menurunkan

tekanan darah, yaitu pada jurnal 1 sebanyak 20 responden mengalami

Hipertensi Normal tinggi dan 30 responden mengalami hipertensi ringan.

Pada jurnal 2 sebanyak 9 responden mengalami hipertensi normal tinggi

dan 11 responden mengalami hipertensi ringan. Pada jurnal 3 sebanyak 30

mengalami hipertensi ringan dan 2 responden mengalami hipertensi

normal tinggi. Pada jurnal 4 sebanyak 13 responden mengalami hipertensi

ringan. Pada jurnal 5 sebanyak 12 responden mengalami hipertensi ringan.

Pada jurnal 6 sebanyak 16 responden mengalami hipertensi normal tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian literature review dapat di simpulkan

bahwa ada pengaruh terhadap perbedaan yang signifikan pada tekanan

darah tinggi sebelum dan sesudah diberikan terapi senam yoga yang di

ukur menggunakan alat ukur sfigmomanometer. Hal ini terjadi di

karenakan manfaat dari senam yoga yang dapat memberikan rasa nyaman

dan rilex pada lansia hipertensi. Menurut asumsi peneliti senam yoga yang

di berikan untuk menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia , efek

tenang dan rilex yang di salurkan dapat mengurangi tekanan darah dengan

cepat, sehingga memperlancar peredaran darah dan mengurangi kekakuan

otot sehingga menimbulkan rasa nyaman walau respon yang di berikan

berbeda-beda.

76
5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan disarankan untuk :

5.1.1 Subjek Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan subjek penelitian senam yoga

secara rutin sebagai alternatif pengobatan non farmakologis untuk

menurunkan tekanan darah sekaligus pengobatan yang dapat menghemat

biaya. Dengan melakukan cara tersebut secara rutin dan tepat, subjek

dapat dengan mudah menurunkan tekanan darah pada lansia penderita

hipertensi.

5.1.2 Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya dapat mengembangkan

pemberian pengobatan hipertensi pada seluruh tingkatan skala hipertensi

secara non farmakologis fokusnya pada lansia dengan hipertensi berat

tidak terkontrol dengan menggunakan senam yoga yang dapat menurunkan

tekanan darah, serta mencari alternatif lain untuk digabungkan seperti

menggunakan kombinasi dengan senam lain agar lebih efektif lagi dalam

menurunkan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi.

5.1.3 Bagi Institusi Keperawatan

Mengenalkan kepada masyarakat khususnya pada keluarga yang

mengalami hipertensi bahwa tekanan darah tinggi dapat diturunkan secara

non farmakologi dengan cara menggunakan senam yoga secara rutin dan

tepat untuk membantu meringankan atau menurunkan rasa pusing, pegal p

- pegal pada lansia yang mengalami hipertensi.

77
5.1.4 Bagi Layanan Kesehatan

Diharapkan Layanan Kesehatan Desa memperhatikan klien yang mengalami

hipertensi dan resikonya, serta memberikan pendidikan kesehatan khususnya

tentang cara menurunkan tekanan darah dan menjaga pola hidup sehat agar

masyarakat dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya gangguan, salah

satunya dengan pemberian senam yoga. Dan menjadikan terapi ini sebagai salah

satu pengobatan yang dapat mengurangi penyakit hipertensi.

78
BAB 6

PENUTUP

Hasil penyusunan Karya Ilmiah Studi Literatur ini dengan judul Pengaruh Senam

Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi, merupakan

hasil penelitian yang masih umum. Untuk menyamakan persepsi serta gerak

langka dalam aplikasi yang lebih khusus sesuai dengan kondisi yang ada.

Selanjutnya diberikan kewenangan kepada jurusan untuk membuat petunjuk

teknisnya untk memperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam dan variatif.

79
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, R. (2017). Pengaruh Senam yoga savasana terhadap tekanan darah pada
klien hipertensi primer. Jurnal Ilmiah Kesehatan Iqra, V.

Dinata, W. (2015). Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansiamelalui Senam Yoga. Jurnal
Olahraga Prestasi, 11(2), 115083. https://doi.org/10.21831/jorpres.v11i2.5730

Hendarti, E., Nasional, A. H.-P. S., & 2018, undefined. (n.d.). Pemberian Terapi Senam
Yoga Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi
Di Kabupaten Sidoarjo. Prosiding.Unimus.Ac.Id. Retrieved December 9, 2020, from
http://prosiding.unimus.ac.id/index.php/semnas/article/view/119

Keerawata, Z. A., Senam, P., Penurunan, Y. T., Darah, T., Lansia, P., Hipertensi, P.,
Rumah, D., Kawal, B., Gunung, K., Kabupaten, K., Provinsi, B., Deni, K., Putra, E.,
& Asep, D. (n.d.). ZONA KEPERAWATAN L E M B A G A P E N E L I T I A N
DANPENGABDIANMASYARAKATUNIVERSITASBAT
A M. Ejurnal.Univbatam.Ac.Id. Retrieved December 9, 2020, from
http://ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/zkep

Kemenkes.RI. (2014a). Infodatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.


https://doi.org/10.1177/109019817400200403

Kemenkes.RI. (2014b). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.


https://doi.org/10.1177/109019817400200403

Kesehatan, K. (2019). No TitleΕΛΕΝΗ. Αγαη, 8(5), 55.

Legi, J., Ariska, A., Emergency, D. S.-J. O. C. and, & 2019, undefined. (n.d.).
PENGARUH SENAM PROLANIS TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PASIEN HIPERTENSI DI POSKES 13.10. 01 MANADO. Unpi.Ac.Id. Retrieved
December 9, 2020, from http://unpi.ac.id/ejournal/index.php/JOCE/article/view/225

Maulidia, A., Bhakti, W. K., Pratama, K., Tinggi, S., Keperawatan, I., & Pontianak, M.
(2019). Efektivitas Senam Yoga Terhadap Tekanan Darah pada Puskesmas Banjar
Serasan Pontianak Timur. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan, 10(1), 25–34.

Namuwali, D. (2017). Yoga Therapy Can Reduce Blood Pressure in Hypertension


Patients Terapi Yoga Dapat Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi.

80
Jurnal Kesehatan Primer, II(2), 71–80.
http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/jkp%0AYoga

Of, G., Gymnastic, Y., On, T., Pressure, B., In, C., That, E., Hypertension, E., Sidoarjo,
I., & Darah, T. (2018). Pemberian Terapi Senam Yoga Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Kabupaten Sidoarjo.
1, 176–182.

Ovianasari, A., & . W. (2015). Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Dusun Niten Nogotirto Gamping Sleman
Yogyakarta Naskah Publikasi. Naskah Publikasi, 1–8.

Pangaribuan, B. B. P., & Berawi, K. (2016). Pengaruh SenamJantung, Yoga, Senam


Lansia,dan Senam Aerobik dalam Penurunan Tekanan Darah pada Lanjut Usia.
Majority, 5(4), 1–6.

Polkesma, P. K. S. (2020). New24 Sept_PEDOMAN KTI STUDI LITERATUR-2.

Prawesti, D., & Sylvia Nurcahyani STIKES Baptis Kediri Jl Mayjend Panjaitan, A. R.
(n.d.). PENGARUH TERAPI YOGA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI THE YOGA THERAPY
DECREASE BLOOD PRESSURE TO ELDERLY WITH HYPERTENTION
BASED HYPERTENSION. In jurnal.stikesbaptis.ac.id. Retrieved December 9,
2020, from http://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/150

Putra, D. E., & Asep, D. (2018). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Rumah Bahagia Kawal Kecamatan ….
Zona Keperawatan: Program Studi …, 216–220.
http://ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/Keperawatan/article/view/121

SULISTYANINSIH, E., & PRAYITNO, H. (n.d.). Analisis Pengaruh Senam Ergonomis


Terhadap Penurunan Tekanan Darah, Denyut Nadi dan Tingkat Stres pada Penderita
Hipertensi Primer. Repository.Unej.Ac.Id. Retrieved December 9, 2020, from
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/99620

Tanjung, P., Kta, P., & Tahun, S. (2018). Vol. XII, No. 3 April 2018. XII(3), 72–79.

Technische Universtität München, L.-M.-U. M. (2018). 済無 No Title No Title. E-


Conversion - Proposal for a Cluster of Excellence, 10(2), 14–24.

81
Utami, S., Gati, N., & Hermawati, H. (2020). SENAM LANSIA AEROBIC LOW IMPACT
TRAINING UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA LANSIA
PENDERITA HIPERTENSI. http://eprints.aiska-university.ac.id/1404/

Wahyu, Y. dwi. (2015). Pengaruh Modifikasi Senam Jantung dan Yoga Terhadap Kadar
Serum Kolesterol Penderita Hipertensi Stadium 1 Yesiana Dwi Wahyu Werdani,
S.Kep., Ns.M.Kep. 2(September), 2–7.

Wijaya, I., Ekawati, N., COMMUNITY, N. U.-A. O., & 2018, undefined. (n.d.).
PERSEPSI TENTANG MANFAAT SENAM YOGA TERTAWA TERHADAP
KESEHATAN LANSIA DI KOTA DENPASAR. Ocs.Unud.Ac.Id. Retrieved
December 9, 2020, from https://ocs.unud.ac.id/index.php/ach/article/view/59334

82
Lampiran 1 JBI Tools

JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies

Reviewer : Yuli Kartika

Author : Mariza Elvira

Year : 2018

Record Number :1

Not
Yes No Unclear
Applicable
1. Were the criteria for inclusion in the
 □ □ □
sample clearly defined?
2. Were the study subjects and the setting
 □ □ □
described in detail?
3. Was the exposure measured in a valid and
 □ □ □
reliable way?
4. Were objective, standard criteria used for
 □ □ □
measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?  □ □ □
6. Were strategies to deal with confounding
 □ □ □
factors stated?
7. Were the outcomes measured in a valid
 □ □ □
and reliable way?
8. Was appropriate statistical analysis used?  □ □ □

Overallappraisal: Include  Exclude □ Seek further info □


Comments (Including reason for exclusion)

83
Lampiran 2 JBI Tools

JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies

Reviewer : Yuli Kartika

Author : Kurniati Maya Sari, WD1 ) Netty Herawati1)

Year : 2018

Record Number :2

Not
Yes No Unclear
Applicable
1. Were the criteria for inclusion in the
 □ □ □
sample clearly defined?
2. Were the study subjects and the
 □ □ □
setting described in detail?
3. Was the exposure measured in a
 □ □ □
valid and reliable way?
4. Were objective, standard criteria used
 □ □ □
for measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?  □ □ □
6. Were strategies to deal with
 □ □ □
confounding factors stated?
7. Were the outcomes measured in a
 □ □ □
valid and reliable way?
8. Was appropriate statistical analysis
 □ □ □
used?

Overallappraisal: Include  Exclude □ Seek further info □


Comments (Including reason for exclusion)

84
Lampiran 3 JBI Tools

JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies

Reviewer : Yuli Kartika

Author : Dian Prawesti, Rimawati, Ade Sylvia Nurcahyani

Year : 2015

Record Number :3

Not
Yes No Unclear
Applicable
1. Were the criteria for inclusion in the
 □ □ □
sample clearly defined?
2. Were the study subjects and the setting
 □ □ □
described in detail?
3. Was the exposure measured in a valid
 □ □ □
and reliable way?
4. Were objective, standard criteria used
 □ □ □
for measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?  □ □ □
6. Were strategies to deal with
 □ □ □
confounding factors stated?
7. Were the outcomes measured in a valid
 □ □ □
and reliable way?
8. Was appropriate statistical analysis
 □ □ □
used?

Overallappraisal: Include  Exclude □ Seek further info □


Comments (Including reason for exclusion)

85
Lampiran 4 JBI Tools

JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies

Reviewer : Yuli Kartika

Author : Erieska Safitri Hendarti, Ardiyanti Hidayah

Year : 2018

Record Number :4

Not
Yes No Unclear
Applicable
1. Were the criteria for inclusion in the
 □ □ □
sample clearly defined?
2. Were the study subjects and the setting
 □ □ □
described in detail?
3. Was the exposure measured in a valid
 □ □ □
and reliable way?
4. Were objective, standard criteria used
 □ □ □
for measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?
 □ □ □

6. Were strategies to deal with


 □ □ □
confounding factors stated?
7. Were the outcomes measured in a valid
 □ □ □
and reliable way?
8. Was appropriate statistical analysis
 □ □ □
used?

Overallappraisal: Include  Exclude □ Seek further info □


Comments (Including reason for exclusion)

86
Lampiran 5 JBI Tools

JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies

Reviewer : Yuli Kartika

Author : Ananda Maulidia, Wida Kuswida Bhakti, Kharisma Pratama

Year : 2019

Record Number :5

Not
Yes No Unclear
Applicable
1. Were the criteria for inclusion in the
 □ □ □
sample clearly defined?
2. Were the study subjects and the setting
 □ □ □
described in detail?
3. Was the exposure measured in a valid
 □ □ □
and reliable way?
4. Were objective, standard criteria used
 □ □ □
for measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?
 □ □ □

6. Were strategies to deal with


 □ □ □
confounding factors stated?
7. Were the outcomes measured in a valid
 □ □ □
and reliable way?
8. Was appropriate statistical analysis
 □ □ □
used?

Overallappraisal: Include  Exclude □ Seek further info □


Comments (Including reason for exclusion)

87
Lampiran 6 JBI Tools

JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross Sectional Studies

Reviewer : Yuli Kartika

Author : Ruby Susmawati , Yuli Isnaeni

Year : 2019

Record Number :6

Not
Yes No Unclear
Applicable
1. Were the criteria for inclusion in the
 □ □ □
sample clearly defined?
2. Were the study subjects and the setting
 □ □ □
described in detail?
3. Was the exposure measured in a valid
 □ □ □
and reliable way?
4. Were objective, standard criteria used
 □ □ □
for measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?
 □ □ □

6. Were strategies to deal with


 □ □ □
confounding factors stated?
7. Were the outcomes measured in a valid
 □ □ □
and reliable way?
8. Was appropriate statistical analysis
 □ □ □
used?

Overallappraisal: Include  Exclude □ Seek further info □


Comments (Including reason for exclusion)

88
LAMPIRAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

- Kampus Utama : Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang, 65112 Telp (0341) 566075, 571388Fax (0341) 556746
- Kampus I : Jl. Srikoyo No. 106 Jember, Telp (0331) 486613
- Kampus II : Jl. A. Yani Sumberporong Lawang Telp. (0341) 427847
- Kampus III : Jl. Dr. Soetomo No. 46 Blitar Telp. (0342) 801043
- Kampus IV : Jl. KH Wakhid Hasyim No. 64B Kediri Telp. (0354) 773095
- Kampus V : Jl. Dr. Soetomo No. 5 Trenggalek Telp (0355) 791293
- Kampus VI : Jl. Dr. Cipto Mangunkusomo No. 82A Ponorogo Telp (0352) 461792
Website : Http ://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LAWANG

NAMA : Yuli Kartika

NIM : P17220181005

JUDUL KTI : Pengaruh Senam Yoga Untuk Menurunkan Tekanan Darah

Pada Lansia Hipertensi

NAMA PEMBIMBING : Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,M.Kep

TANDA TANGAN
NO
TANGGAL URAIAN
. PEMBIMBIN MAHASISW
G A

Konsultasi
Judul &
1 11 September 2020 ACC judul
melalui via
WA

2
Konsultasi
29 September 2020 BAB 1
melalui via
WA

89
BAB 1 ACC
Lanjutkan
BAB 2
3 30 Oktober 2020 melalui via
WA

BAB 2 ACC
Lanjutkan
4 9 Desember 2020 BAB 3
melalui via
WA

BAB 3 edit
5 25 Desember 2020 lagi melalui
via WA

ACC semua
BAB maju
untuk
7 30 Desember 2020
sempro
melalui via
WA

Melakukan
8 14 Januari 2021
Sempro

9 23 Juni 2021 Konsul hasil


proposal

Konsul hasil
10 revisi
25 Juni 2021 proposal

11 Konsul bab
6 Juli 2021 1-6

12
9 Juli 2022 Acc semhas

90
13 19 Juli 2021 Melakukan
semhas

Mengirim
hasil revisi
14 30 Agustus 2021 ujian semhas

15 8 September 2021 ACC hasil


revisi KTI

Mengetahui,

Ketua Program Studi D-III dan D-IV Pembimbing 1


Keperawatan Lawang

Dr. Atti Yudiernawati.SKp.MPd


NIP.196605091991032001 Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,M.Kep
NIP.197306151997032001

Budiono, S.Kp.M.Kes
NIP.196907122002121001

Abdul Hanan, S.Kep, Ns, M.Kes.


NIP.

91

Anda mungkin juga menyukai