Anda di halaman 1dari 12

Tabel 1.

Hasil Pencarian Literatur


Outcome
Author, Of Ringkasan
Studi desain, Sample, Variabel, Instrumen, Analisis
Tahun Analysis Hasil
Factor
Mariza Metode : The research method used in this research is Tekanan Terdapat atau
Elvira quantitative method. The research design used in this Darah diperoleh suatu
2018 research is the type of Preexperimental Design research perubahan
design using the one group pretest-posttest research tekanan darah
design is a study with no control group, but it has been sebelum
done the first observation (pretest) that allows research diberikan senam
can test the change - changes that occur after an yoga dan setelah
experiment. diberikan senam
Sampel : In this study the sample taken by researchers as yoga terhadap
many as 12 people.This research uses Total Sampling pasien lansia
method where all population is taken as sample. hipertensi

Variabel : In this study data collection is done by using


the implementation of Yoga Gymnastics and observation
sheet.
Instrumen : The instrument used was the observation
sheet with elderly respondents who suffered from
hypertension as many as 12 people that meet the criteria
with Total Sampling.
Analisis data : The data analysis used is T dependent or
paired sample test to test mean difference between two
dependent data groups. The results of statistical tests
showed a significant influence between elderly blood
pressure before yoga gymnastics and after yoga exercises
with p value = 0.000 (<0.05).
Kurniati Metode : Metode Penelitian ini merupakan penelitian Tekanan Terdapat atau
Maya kuantitatif. Menggunakan desain quasi eksperiment Darah diperoleh suatu
Sari, dengan rancangan penelitian One group pretest post tests perubahan
Netty design. tekanan darah
Herawati Sampel : Suatu pertimbangan yang dilakukan oleh sebelum
(2018) peneliti dalam memilih responden adalah dengan kriteria diberikan senam
tertentu berdasarkan masalah yang ada dengan jumlah yoga dan setelah
sampel 13 orang lansia. diberikan senam
Variabel : Variabel Independent pada penelitian ini yaitu yoga terhadap
Terapi senam yoga dan variabel Dependent yaitu tekanan pasien lansia
darah. hipertensi
Instrumen : Peneliti menggunakan teknik purposive
sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada
sesuatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri berdasarkan sifat atau ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya.
Analisis data : Analisa data yang dilakukan dengan
analisa univariat dan bivariat.
Erieska Metode : Desain penelitian pra-eksperimen menggunakan Tekanan Terdapat atau
Safitri rancangan penelitian pra eksperimen one group pre test Darah diperoleh suatu
Outcome
Author, Of Ringkasan
Studi desain, Sample, Variabel, Instrumen, Analisis
Tahun Analysis Hasil
Factor
Hendarti post test design. perubahan
dan Sampel : 50 Lansia tekanan darah
Ardiyanti Variabel : variabel Independen : senam yoga dan sebelum
Hidayah dependent : perubahan tekanan darah pada lansia yang diberikan senam
(2018) mengalami hipertensi yang dilakukan pada 04 – 27 Juli yoga dan setelah
2018 selama 4 minggu dengan frekuensi 1 kali dalam diberikan senam
seminggu, lama pemberian senam yoga 30 menit. yoga terhadap
Instrumen : dengan menggunakan teknik sampling pasien lansia
probability sampling dengan metode simple random hipertensi
sampling
Analisis data : Alat ukur yang digunakan adalah
observasi yang hasilnya dianalisa dengan uji wilcoxon.
Dinar Metode : Pre-eksperimen dengan rancangan atau metode Tekanan Terdapat atau
Mesarihat one group pretest posttest merupakan Darah diperoleh suatu
i Gea , Sampel : 20 respondent perubahan
Erme Variabel : variabel Independen : senam yoga dan tekanan darah
Ariska dependent : perubahan tekanan darah pada lansia yang sebelum
Nainggolan mengalami hipertensi diberikan senam
, Elfita Instrumen : Memakai model atau jenis non-probability yoga dan setelah
Duha, sampling yakni teknik purposive sampling, yang artinya diberikan senam
Karmila dimana dalam pengutipan sampel dengan purposive yoga terhadap
Br Kaban sampling mempunyai kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. pasien lansia
(2020) Analisis data : Analisa Univariat dan Analisa Bivariat. hipertensi
Ananda Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif Tekanan Terdapat atau
Maulidia, dengan desain penelitian true experiment. Darah diperoleh suatu
Wida Sampel : 32 responden perubahan
Kuswida Variabel : variabel Independen : senam yoga dan tekanan darah
Bhakti, dependent : perubahan tekanan darah pada lansia yang sebelum
Kharisa mengalami hipertensi. diberikan senam
Pratama Instrumen : Menggunakan alat ukur yaitu yoga dan setelah
(2019) Sphygmomanometer digital yang sudah tervalidasi secara diberikan senam
oleh organisasi independen European Sosiety of yoga terhadap
Hypertention International Protocol (ESH). pasien lansia
Analisis data : Analisis data yang digunakan adalah hipertensi
analisis bivariat yaitu uji paired sample t test dan uji
independent sample t test.

Ruby Metode: Desain penelitian menggunakan Pre Tekanan Terdapat atau


Susmaw Exsperiment dengan rancangan one group pre-test Darah diperoleh suatu
ati , Yuli post-test perubahan
Isnaeni Sampel : 16 responden tekanan darah
sebelum
(2019) Variabel: Teknik pengambilan sambel menggunakan
diberikan senam
simple ramdon yoga dan setelah
Instrumen : Pengambilan data dilakukan dengan diberikan senam
cara mengukur tekanan darah dengan menggunakan yoga terhadap
shygmomanometer
Outcome
Author, Of Ringkasan
Studi desain, Sample, Variabel, Instrumen, Analisis
Tahun Analysis Hasil
Factor
Analisis data : Analisis data yang digunakan dalam pasien lansia
penelitian ini adalah statistik non parametric dengan hipertensi
menggunakan Uji Wilcoxon Test

1.1.1 Karakteristik Responden Studi

Dari keenam artikel, berdasarkan variabel usia didapatkan lansia yang mengalami

penyakit rematik yaitu berusia 60-74 Tahun, lalu berdasarkan variabel jenis kelamin dari keenam

artikel jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami penyakit hipertensi daripada laki-laki,

dan berdasarkan karakteristik pekerjaan sebagian besar adalah tidak bekerja karena sudah lanjut

usia yang ditandai dengan Tekanan Darah Tinggi mulai dari hipertensi ringan (140-159 mmhg),

hipertensi sedang (160-179 mmhg), hipertensi berat (180-209 mmhg), dan hipertensi maligna

(≥210 mmhg) atau tidak terkontrol.

Dan untuk pemberian senam yoga pada lansia yang menderita penyakit hipertensi yaitu

dengan mengkombinasikan antara teknik bernapas, relaksasi dan meditas serta latihan

peregangan. Dengan memberikan terapi senam yoga menunjukkan adanya pengaruh terhadap

penurunan tekanan darah sesudah melakukan senam yoga, hal ini ditunjukkan pada kelompok

intervensi atau kelompok eksperimen.

1.2 Pembahasan

1.2.1 Menjelaskan penggunaan senam yoga

Hasil dari riset keenam jurnal ditemukan bahwa penggunaan senam yoga dilakukan

sekitar 2 - 4 minggu dengan dengan frekuensi 1 sampai 3 kali dalam 1 minggunya,

waktunya rata – rata dilakukan 30 – 45 menit. Dilakukan rata – rata 12 - 50 responden

lansia yang mengalami penyakit hipertensi dengan usia 60 – 70 tahun yang terdiri dari
wanita dan laki – laki. Dari riset jurnal, Senam yoga dilakukan dengan cara

menggabungkan teknik relaksasi, dan pernapasan serta meditasi. Menurut (Technische

Universtität München, 2018) hal ini dilakukan karena yoga dianjurkan pada penderita

hipertensi, karena yoga memiliki efek relaksasi yang dapat meningkatkan sirkulasi darah

yang lancar, mengindikasikan kerja jantung yang baik.

Menurut hasil jurnal yang diteliti memang terdapat berbagai macam jenis latihan yoga

yang intinya menggabungkan antara teknik bernapas, relaksasi dan meditasi serta latihan

peregangan. Relaksasi adalah suatu teknik yang dapat membuat pikiran dan tubuh

menjadi rileks melalui sebuah proses yang secara progresif akan melepaskan ketegangan

otot di setiap tubuh. Meditasi adalah adalah praktik relaksasi yang melibatkan pelepasan

pikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup

kita sehari-hari. Gerakannya sebagai berikut :

1. Gerakan pertama pernafasan oase : berdiri seimbang tangan diturunkan kemudian jari

jari di jalin secara longgar didepan badan, hirup napas sambil mengangkat kedua

tangan hingga ke depan mulut lalu buang nafas dengan mengembalikan telapak

tangan ke atas, lalu angkat lengan ke atas sampai terasa pereganggan. Ambil nafas

lagi lalu turunkan tangan ke depan mulut, balikkn tangan dan buang nafas. Lakukan

gerakan 6 – 12 kali.

2. Gerakan kedua bidalasan (cat stretch) : Buang napas, tarik otot perut (tak usah kuat-

kuat) sambil melengkungkan punggung ke atas. Rasakan peregangan sepanjang

tulang belakang, leher dan pundak. Napas lambat seiring gerakan. Dapat dilakukan

sampai 2-3 set, masing-masing terdiri dari 8 kali. Selingi istirahat di antara setiap set,

yaitu duduk nyaman, boleh bersila atau menyelonjorkan kaki.


3. Gerakan ke tiga janu sirsana : Buang napas, bungkuk badan ke depan dan tangan

menjangkau kaki kanan. Ketika membungkuk, perut dibiarkan relaks, otot jangan

ditarik masuk. Masing-masing sisi 4 kali. Pada hitungan ke-4, tetaplah pada pose

membungkuk selama kira-kira 3 tarikan dan hembusan napas dan rasakan perut yang

mengembang sesuai napas.

4. Gerakan ke empat Lying Twist : Caranya dengan berbaring. Tekuk lutut kanan di atas

perut. Kemudian bawa ke lantai sebelah kiri badan. Diam dan nikmatilah pose ini

sesukanya. Gerakan ini dapat dilakukan selama 1-2 menit. Biarkan napas berlangsung

wajar, rasakan dada kanan menjadi lega dan lapang. Lalu kerjakan pada sisi lainnya.

5. Gerakan ke lima Nadi Shodan : Langkah-langkahnya duduk sila di lantai atau bisa

juga duduk di kursi yang mantap, dengan telapak kaki menapak lantai. Tutup lubang

hidung kanan dengan ibu jari tangan kanan, dan bernapas melalui lubang hidung

sebelah kiri. Lalu tutup hidung kiri dengan jari telunjuk, buka lubang hidung sebelah

kanan, dan keluarkan napas. Begitu seterusnya secara bergantian. Mata terpejam.

Bernapaslah secara lambat, lembut, rata dan tak bersuara. Diamlah sejenak antara

napas masuk dan keluar, begitu juga antara napas keluar dan masuk. Kerjakan hal ini

5 putaran.

Yoga dalam penelitian adalah jenis yoga yang dikhususkan untuk menurunkan tekanan

darah pada lansia. Termasuk bernafas, bernafas adalah tindakan yang sudah otomatis

dilakukan tanpa harus diperintah oleh siapapun. Tetapi jika kita melakukan nafas yang

cepat dan dangkal, hal ini akan mengurangi oksigen yang tersedia, maka hal ini akan

berdampak buruk dan menjadi hal yang panik. Bagian dari proses tersebut yaitu
mempercepat denyut jantung dan meningkatkan tekanan darah. Dengan mengatur pola

nafas dan lebih tenang, maka otot – otot akan menjadi lebih tenang dan relaks. Hal

tersebut akan menjadikan tubuh menjadi lebih relaks, terutama pada pikiran yang

mengalami stress dan tentunya bisa menurunkan tekanan darah, dikarenakan latihan yoga

juga menstimulasi pengeluaran hormon Endorphin. Endorphin adalah neuropeptide yang

dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan

syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang

diproduksi otak yang menyalurkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin

dalam tubuh untuk mengurangi tekanan darah tinggi. Olahraga terbukti dapat

meningkatkan kadar b-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Sehingga,

semakin banyak melakukan latihan maka akan semakin tinggi pula kadar b-endorphin.

Ketika seseorang melakukan latihan, maka b-endorphinakan keluar dan ditangkap oleh

reseptor didalam hiphothalamus dan system limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi

yang dapat menimbulkan stress.

Menurut hasil jurnal yang diteliti penggunaan intervensi senam yoga bisa mengurangi

penggunaan obat farmakologi, hal ini sangat berguna dikarenakan mengurangi

pemasukan bahan kimiawi dalam tubuh, sehingga badan lebih sehat. Penggunaan

makanan yang tidak sehat atau makanan yang dilarang dalam penyakit hipertensi juga

harus diperhatikan, karena intervensi dengan senam yoga akan sia – sia jika masih

menerapkan pola hidup tidak sehat.

Menurut hasil jurnal yang diteliti, penggunaan terapi yoga sangat baik untuk

meningkatkan konsentrasi dan membawa kesadaran diri, menajamkan pikiran, dan


menjauhkan seseorang dari emosi dan pikiran yang negatif. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh ( Shindu dalam Dinata, 2015) bahwa yoga berperan penting

dalam meningkatkan asupan oksigen ke dalam otak, menghilangkan kepenatan,

meningkatkan energi, dan vitalis, meningkatkan kelenturan dan stamina tubuh,

menstimulasi kelenjar hormonal dalam tubuh dan membuatnya stabil. Gerakan-gerakan

yoga juga dapat memperlancar sirkulasi darah. Selain hal itu yoga juga meningkatkan

kekebalan tubuh.

1.2.2 Menjelaskan tekanan darah sebelum dan sesudah senam yoga

Pada hasil penelitian yang melakukan intervensi, terjadi penurunan tekanan darah sistolik

dari rata-rata sebelum melakukan senam yoga nilai 157,25 menjadi 142,13 sesudah

melakukan senam yoga dan diastolik dari rata-rata nilai 95,75 menjadi 85,06 pada

partisipan setelah diberikan intervensi senam yoga sebanyak kurang lebih 6 kali

perlakuan. Masing – masing setelah dilakukan senam yoga , tekanan darah turun sekitar

10 mmhg. Sehingga dapat disimpulkan rata-rata nilai tekanan darah sebelum dan sesudah

diberikan senam yoga pada kelompok intervensi dengan p value (0,000) pada tekanan

darah sistolik maupun diastolik.

Pada hasil penelitian kelompok kontrol rata rata nilai tekanan darah sistolik 160,56

menjadi 158,88 dan nilai rata-rata diastolik dari 94,50 menjadi 92,50 . Hal ini disebabkan

pada kelompok kontrol tetap mengonsumsi obat antihipertensi. Masing – masing setelah

dilakukan senam yoga, tekanan darah turun sekitar 2 mmhg. Menurut (Maulidia et al.,

2019) hal ini disebabkan karena obat antihipertensi merupakan salah satu

penatalaksanaan hipertensi secara farmakologi. Obat antihipertensi dapat dibagi dalam

beberapa kategori berdasarkan cara kerja obat tersebut didalam tubuh. Sehingga dapat
disimpulkan tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai tekanan darah sebelum dan sesudah

diberikan senam yoga pada kelompok kontrol dengan p value (0,233) pada tekanan darah

sistolik dan p value (0,144) pada tekanan darah diastolik.

Menurut Shindu (2015), penurunan tekanan darah disebabkan oleh relaksasi karena pada

prinsipnya senam yoga adalah sebuah metode yang menempatkan atau memposisikan

tubuh dalam kondisi tenang. Menurut Triyanto (2014), penurunan tekanan darah yang

disebabkan oleh relaksasi karena memposisikan tubuh dalam kondisi tenang yang pada

akhirnya akan mengalami kondisi balance (seimbang), sehingga dapat meningkatkan

sirkulasi oksigen ke otot, dan otot pun menjadi rileks.

Menurut hasil jurnal yang diteliti pada umumnya kenaikan tekanan darah disebabkan oleh

2 faktor, yang pertama yaitu faktor resiko yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol.

Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu usia, jenis kelamin dan keturunan,

sedangkan faktor resiko yang dapat dikontrol yaitu gaya hidup. Pada penggunaan

intervensi senam yoga, adanya penurunan tekanan darah disebabkan oleh sytim limbik

yang menyebabkan seseorang menjadi relaks dan pada penggunaan obat anthihipertensi

yang tidak menggunakan senam yoga, juga dapat menurunkan tekanan darah, tetapi tidak

sebagus yang diberikan intervensi senam yoga, hal ini dikarenakan tekanan darah tidak

akan turun apabila partisipan masih mengonsumsi garam yang tinggi dan masih terlalu

banyak merokok. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

( Susilo, 2018 dalam Putra & Asep, 2018) bahwa pola hidup yang buruk atau pun pola

hidup yang tidak sehat seperti merokok, meminum-minuman alkohol, mengonsumsi

makanan yang berlemak atau kadar kolesterol tinggi dan makanan yang mengandung
garam tinggi, faktor usia dan genetik atau keturunan, hingga berat badan, stress, kurang

berolahraga merupakan faktor yang memicu terjadinya peningkatan tekanan darah.

Hasil tersebut didukung oleh penelitian dilakukan oleh Sari & Herawati (2017),

Ovianasari (2015), Pangaribuan & Berawi (2011), Hangins et.al (2013) dan Yasa dkk

(2016) bahwa terdapat perbedaan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik secara

signifikan sebelum dan sesudah di berikan intervensi senam yoga.

Menurut hasil jurnal yang diteliti partisipan pada kelompok intervensi juga mengonsumsi

obat antihipertensi sebagai penatalaksanaan secara farmakologi. Penurunan tekanan darah

pada kelompok intervensi disebabkan oleh penggunaan obat antihipertensi dan senam

yoga. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh ( Prasetyaningrum dalam

Maulidia et al., 2019) yang menyatakan prinsip penatalaksanaan hipertensi dapat

dilakukan dengan pemberian obat-obatan antihipertensi dan modifikasi gaya hidup

(lifestyle) dengan gaya hidup sehat. Salah satu gaya hidup sehat yang dapat dilakukan

yaitu melakukan aktivitas fisik seperti senam yoga.

Menurut hasil jurnal yang diteliti, pada umumnya tensi lansia (lanjut usia) yang

menderita hipertensi sebelum dilakukan senam yoga mengalami tekanan darah yang

tinggi, hal ini dapat berdampak pada lansia sehingga dapat menimbulkan pergantian

bentuk dan peran pada sistem peredaran yang mengedarkan darah ke seluruh tubuh yang

bertugas atas peralihan tekanan darah, seperti peralihan hilangnya fleksibilitas jaringan

dan berkurangnya relaksasi otot pada pembuluh darah (aterosklerosis). Tetapi setelah

dilakukan senam yoga, tekanan darah turun dikarenakan dapat mengembalikan

fleksibilitas jaringan dan bertambahnya relaksasi otot pada pembuluh darah. Yang

menjadi prioritas utama peneliti dalam keperawatan yaitu untuk menurunkan atau
menormalkan terhadap tekanan darah pada lansia yang sedang mengalami atau sedang

dalam kondisi menderita penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh ( Pujiastuti, dkk, 2019 dalam Putra & Asep, 2018)

dengan mengatakan ada selisih dimana tekanan darah sebelum secara keseluruhan dan

pada tekanan darah setelah diberikan atau dalam pemberian tindakan terapi yoga.

Menurut hasil jurnal yang diteliti senam yoga merupakan terapi alternatif yang dapat

dilakukan secara mandiri. Selain itu, menurut beberapa riset responden yang

mendapatkan intervensi senam yoga dapat meningkatkan rasa nyaman dan relaks pada

tubuh . Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian senam yoga ini terjadi

karena responden diberikan perlakuan yang tepat sesuai prosedur yang diberikan.

1.2.3 Menjelaskan pengaruh senam yoga terhadap tekanan darah

Menurut (Prawesti & Sylvia Nurcahyani, n.d.) tekanan darah merupakan kekuatan lateral

pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan darah

dalam sistem arteri tubuh adalah indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskular.

Senam yoga termasuk ke dalam alternatif bentuk aktifitas fisik yang dapat membantu

dalam mencapai tingkat latihan fisik yang di sarankan untuk individu. Semua orang dari

anak-anak, lansia, dan perempuan hamil dapat melakukan senam yoga. Senam yoga

merupakan olahraga yang berfungsi untuk penyelarasan pikiran, jiwa dan fisik seseorang.

Senam yoga adalah sebuah aktivitas dimana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk

mengontrol panca indra dan tubuhnya secara keseluruhan. Senam ini memberikan

manfaat bagi kesehatan tubuh, kekuatan maupun vitalitas. Obat penenang alami yang

diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam

tubuh untuk mengurangi tekanan darah tinggi. Gerakan senam yoga akan di paparkan
untuk lebih meringankan gejala dan mengantisipasi supaya gejala hipertensi tidak timbul.

Dengan berlatih yoga, otot tubuh akan lebih lentur dan hal ini membuat peredaran darah

lebih lancar dan hasilnya tekanan darah yang normal. Penurunan tekanan darah sistolik

dan diastolik yang dialami oleh responden disebabkan karena penderita hipertensi merasa

rileks, sehingga dapat merangsang hormon Endorphin yang dapat menurunkan tekanan

darah. Selain dari hormon, gerakan-gerakan dari senam yoga dapat mempengaruhi kerja

jantung sehingga memperlancar peredarah darah dan terjadi penurunan darah pada

penderita hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa jurnal yang diteliti, senam yoga dapat

memberikan pengaruh pada tekanan darah seseorang yang menderita hipertensi. Terapi

senam yoga yang dilakukan oleh responden bukan sebagai satu-satunya pengobatan yang

dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, akan tetapi

yoga dapat dilakukan untuk mendukung pengobatan farmakologi yang telah dilakukan

oleh penderita hipertensi. Sehingga penurunan tekanan darah dapat terjadi dengan

maksimal. Intervensi harus terus dilakukan bilamana ingin mencapai hasil maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa jurnal yang diteliti, latihan bernafas pada

terapi senam yoga berfungsi untuk menenangkan pikiran dan tubuh yang membuat detak

jantung lebih tenang sehingga tekanan darah dan produksi hormon adrenalin menurun.

Dan untuk latihan meditasi pada senam yoga, bertujuan untuk membuat tubuh menjadi

relax. Dengan memfokuskan pikiran pada sebuah pemikiran atau gambaran, sebuah

kondisi pikiran dapat menerima hal apapun yang masuk tanpa harus dipertimbangkan.

Hal ini berarti, kita dapat menarik diri sementara dari aktivitas sehari-hari yang mampu

membuat kita stres dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Sehingga, kita dapat
mencapai kondisi yang relaks yang salah satu efeknya dapat menurunkan tekanan darah.

Dan untuk latihan peregangan dapat meningkatkan metabolisme lemak dengan

penurunkan kadar lipoprotein densitas rendah (LDL) dan meningkatkan kadar lipoprotein

densitas tinggi (HDL). Hal ini mengakibatkan hambatan pada dinding arteri menjadi

berkurang dan kekuatan aliran darah menjadi normal. Sehingga tekanan darah dapat

menurun. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Jain dalam Dinata, 2015)

yang membahas bahwa senam yoga berpengaruh pada penurunan tekanan darah.

Selain itu berdasarkan jurnal yang dikemukanan oleh Cramer., et al., (2014) yang

berjudul “Yoga For Hypertension” bahwa pemberian yoga secara rutin dapat berpengaruh

secara signifikan terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai