Anda di halaman 1dari 155

LAPORAN PBLK

PENGELOLAAN PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN HIPERTENSI DENGAN PEMBERIAN TERAPI
SLOW DEEP BREATHING UNTUK MENURUNKAN
TEKANAN DARAH DI RUANG RINDU B 2
RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2022

Oleh

Rizki Andriani S.Kep


NIM: 2114901376

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI


STIKES FLORA
MEDAN
2022
LAPORAN PBLK

PENGELOLAAN PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN HIPERTENSI DENGAN PEMBERIAN TERAPI
SLOW DEEP BREATHING UNTUK MENURUNKAN
TEKANAN DARAH DI RUANG RINDU B 2
RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2022

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Praktek Belajar Lapangan


Komprehensif
(PBLK)

Oleh
Rizki Andriani S.Kep
NIM: 2114901376

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI


STIKES FLORA
MEDAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul : Pengelolaan Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Pada Klien:
Hipertensi Dengan Pemberian Terapi Slow Deef Breathing Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Di Ruang Rindu B 2 Rumah Sakit
H. Adam Malik Tahun 2022
Nama : Rizki Andriani S.Kep
Nim : 2114901376
Prodi : Profesi Ners
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Medan

Laporan Tugas Akhir Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh Pembimbing
Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Program Studi
Ilmu Keperawatan ( Profesi Ners)

Medan, September 2022

Disetujui Oleh :
Pembimbing LTA

(Mardhiah S.Kep.,Ns.,M.Kep)

Mengetahui :

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Medan

(Suherni S.Kep, Ns, M.Kep)


LEMBAR PENGESAHAN

Nama :Rizki Andriani S.Kep


Nim :2114901376
Judul :Pengelolaan Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Pada Klien:
Hipertensi Dengan Pemberian Terapi Slow Deef Breathing Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Di Ruang Rindu B 2 Rumah Sakit
H. Adam Malik Tahun 2022

Laporan Hasil Praktek Lapangan Komprehensif (PBLK) Telah Mendapat


Persetujuan

Medan Desember 2022

Disetujui Oleh :
Pembimbing LTA

(Mardhiah., S.Kep,.Ns.,M.Kep)
NIP………………….

TIM PENGUJI

Yuni Ramadhani S,Kep Ns.,M,Kep


NIP……………………..

Ka. Prodi Ners Stikes Flora

(Suherni S.Kep, Ns, M.Kep)


ABSTRAK

Judul : Pengelolaan Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Pada Klien


Hipertensi Dengan Pemberian Terapi Slow Deep Breathing Untuk Menurunan
Tekanan Darah Di Ruang Rindu B 2 Rumah Sakit H. Adam Malik Medan Tahun
2022

Nama : Rizki Andriani

Nim : 2114901376

Jurusan : Ners

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan


darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)
dan angka kematian (mortalitas). tujuan dilakukan PBLK ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan konsep teori yang didapat
selama pendidikan dan mampu mensintesa ilmu pengetahuan,menerapkan proses
asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan
profesional kepada individu dan keluarga. Tekanan darah tinggi adalah faktor utama
yang menjadi masalah pada pasien hipertensi, oleh karena itu harus di lakukan terpi
untuk menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien, dengan terapi slow deep
breathing yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah tinggi pada psien
hipertensi. Di ruangan rindu B 2 rumah sakit H. Adam Malik Medan. Desain
penelitian studi kasus ini, responden yaitu pasien hipertensi, metode pengumpulan
data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, dengan
menggunakan format asuhan keperawatan.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Hipertensi, slow deep brething

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberi

rahmat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini dengan judul “Pengelolaan Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Pada

Klien: Hipertensi Dengan Pemberian Terapi Slow Deef Breathing Untuk Menurunkan

Tekanan Darah Di Ruang Rindu B 2 Rumah Sakit H. Adam Malik Tahun 2022

”.Praktek Belajar Lapangan Komprehensif ini di maksudkan untuk memperoleh

gelar Sarjana Keperawatan Jurusan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Flora Medan. Praktek Belajar Lapangan Komprehensif ini dapat diselesaikan dengan

bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa

hormat disampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Medan yang telah menyiapkan sarana

prasarana.

2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Medan beserta civitas akademika

yang telah melaksanakan proses pembelajaran di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Flora Medan

3. Dosen Pembimbing, Ibu Mardhiah.,S.Kep,.Ns.,M.Kep, atas kesabaran dalam

memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam penyusunan Laporan Tugas

Akhir ini. Dosen Penguji Ibu Yuni Ramadhani S,Kep Ns.,M,Kep atas saran

dan masukan dalam perbaikan laporan ini.

iii
4. Ayah dan Ibu tercinta dengan doa, motivasi, dan segala pengorbanan serta

bantuannya dalam proses menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan

(Profesi Ners).

5. Teman-teman seperjuangan yang saya banggakan dan yang saya sayangi, atas

motivasi dalam penyusunan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif ini. Dan

Seluruh lansia atas kerja sama dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam

penelitian.

Akhirnya peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu penelitian dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Semoga dapat

bermanfaat bagi pembaca khususnya dibidang kesehatan.

Medan, 2022

Penulis

Rizki Andriani S.Kep

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………. ii
ABSTRAK………………………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… iv
DAFTAR ISI ….........…………………………………………………...… v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIR……………………………………………………….. Vii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 2
1.2 Tujuan Belajar................................................................................... 3
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................. 4
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................. 5
1.3 Manfaat ............................................................................................. 6
1.3.1 Bagi Mahasiswa Keperawatan.................................................... 6
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan............................................................. 7
1.2.3 Bagi Lahan Praktik...................................................................... 7

BAB 2 PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN.................. 7


2.1 Tinjauan Teoritis Medis Hipertensi................................................... 7
2.1.1 Definisi Hipertensi …………...................................................... 7
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi.................................................................. 11
2.1.3 Patofisiologi Hipertensi............................................................... 22
2.1.4 Etiologi Hipertensi....................................................................... 23
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi............................................. 25
2.1.6 Komplikasi Hipertensi................................................................. 26
2.1.7 Tanda Dan Gejala Hipertensi...................................................... 27
2.1.8 Penatalaksanaan Medis................................................................ 27
2.1.8 Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi...................................... 28
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan........................................................... 29
2.2.1 Pengkajian Keperawatan............................................................. 29
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................ 29
2.2.3 Intervensi NIC-NOC................................................................... 29
2.3 Penerapan EBN ( Evidence Based Nursing)..................................... 30
2.3.1 Definisi Slow Deef Breathing..................................................... 30
2.3.2 Tujuan Slow Deef Breathing...................................................... 31

v
2.3.3 Manfaat Slow Deef Breathing..................................................... 34
2.3.7 Prosedur Slow Deef Breathing.................................................... 34
2.3.8 Dokumentasi Tindakan............................................................... 35
BAB 3 TINJAUAN KASUS......................................................................... 33
3.1. Pengkajian ....................................................................................... 46
3.1.1. Identitas Klien ......................................................................... 46
3.1.2. Riwayat Keperawatan ............................................................. 47
3.1.3. Pemeriksaan Fisik ................................................................... 49
3.1.4. Konsep Diri ............................................................................. 52
3.1.5. Pola Kebiasaan Sehari-hari ..................................................... 53
3.1.6. Data Penunjang ....................................................................... 54
3.1.7. Penatalaksanaan Medis ........................................................... 55
3.2. Asuhan Keperawatan ....................................................................... 56
3.2.1. Analisa Data ............................................................................ 56
3.2.2. Diagnosa Keperawatan ............................................................ 61
3.2.3. Intervensi Keperawatan ........................................................... 63
3.2.4. Implemetasi Keperawatan ....................................................... 65
3.2.5. Evaluasi Keperawatan ............................................................. 74
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................. 59
4.1 Tahap Pengkajian.............................................................................. 60
4.2 Tahap Diagnosa Keperawatan.......................................................... 61
4.3 Tahap Perencanaan/Intervensi Keperawatan.................................... 62
4.4 Tahap Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan............................... 63
4.5 Tahap Evaluasi Keperawatan........................................................... 66
4.6 Konsep EBN (Evidance Based Nursing) Dalam Asuhan
Keperawatan Pasien Ca Mamae...................................................... 63
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 68
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 69
5.2 Saran................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

vi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1 : Intervensi Keperawatan Teoritis ................................................... 29


Tabel 2 : Hasil Pemeriksaan Diagnostik....................................................... 39
Tabel 3 : Penatalaksaan dan Terapi............................................................... 40
Tabel 4 : Analisa Data .................................................................................. 39
Tabel 5 : Rencana Asuhan Keperawatan ...................................................... 40
Tabel 6 : Implementasi dan Evaluasi ........................................................... 42

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
No Judul
1 : Penyuluhan............................................................................................... 51
2 : Resume Kasus.......................................................................................... 52
3 : Jurnal EBNP............................................................................................. 55
4 : Daftar Riwayat Hidup.............................................................................. 57
5 : Lembar bimbingan................................................................................... 59

8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah

yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata

seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan

kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh

selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung untuk

memberikan masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan yang

komprehensif pada tempat yang menjadi lahan pratik.

Pelayanan komprehensif merupakan pelayanan klien secara total dan

pelayanan kesehatan holistic berkembang bagi konsep holisme. Kesehatan holistic

melibatkan individu secara total, keseluruhan status kehidupannya dan kualitas

hidupnya dalam berespon terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan

lingkungannya (Kozier 2016). Sehingga perawat dapat memberikan pelayanan secara

tepat dan efektif untuk membantu klien dalam beradaptasi terhadap perubahan yang

terjadi disekitarnya.

Keperawatan merupakan pelayanan asuhan profesional yang bersifat

humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat

keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar

operasional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama

(Nursalam, 2013). Proses pembelajaran dalam keperawatan menunjukkan adanya


kontinuitas antara teori dan praktek yang didapatkan melalui pengalaman belajar di

lahan praktik yang mendukung pertumbuhan dan pembinaan, kemampuan

professional untuk mendapat gambaran nyata dalam menjalankan peran secara

terintegrasi antara penatalaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan secara

komprehensif.

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah

yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi realita kerja

dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam

mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses

pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan

masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi

lahan praktek. Pada akhir kegiatan PBLK ini diharapkan mahasiswa mampu

mensintesis ilmu pengetahuan, menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif

sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada mahasiswa juga

diharapkan mampu melakukan manajemen pelayanan keperawatan secara efektif dan

efesien dengan mengorganisasikan kegiatan-kegiatan keperawatan untuk

meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan.

Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi

keperawatan yang berperan penting dalam menjamin adanya asuhan keperawatan

yang berkualitas tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program

pengendalian pelayanan rumah sakit. Keperawatan sebagai pelayanan asuhan

professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan


berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif klien,

mengacu pada standar professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan

sebagai tuntutan utama (Nursalam, 2017).

Penerapan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara juga sangat

penting. Perawat sebagai tenaga profesional mempunyai beberapa peran dan fungsi.

Salah satu fungsi utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,

serta memelihara kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab perawat. Selain itu,

perawat juga sebagai salah satu anggota tim yang terlibat langsung dalam

memberikan asuhan keperawatan, sehingga harus bisa memberikan kontribusi dalam

upaya meningkatan kualitas hidup pasien dengan memberikan asuhan keperawatan

yang komprehensif dan menyeluruh (Asmadi, 2018).

Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan kronis yang

ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri.

Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika pemeriksaan tekanan darah

menunjukkan hasil di atas 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan istirahat, dengan

dua kali pemeriksaan, dan selang waktu lima menit (Sari, 2017).

Hipertensi apabila tidak disembuhkan dalam jangka panjang dapat merusak

pembuluh-pembuluh darah dalam jantung, otak dan ginjal. Tekanan darah tinggi atau

hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, infark, serangan jantung,

stroke, dan gagal ginjal, sehingga terlihat bahwa hipertensi berdampak negatif pada

organ-organ tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian (Manurung, 2018).


Berdasarkan data World Health Organization (WHO), prevalensi tekanan

darah tinggi tahun 2014 pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas sekitar 22%.

Penyakit ini juga menyebabkan 40% kematian akibat penyakit jantung dan 51%

kematian akibat stroke. Selain secara global, hipertensi juga menjadi salah satu

penyakit tidak menular yang paling banyak di derita masyarakat Indonesia (57,6%),

di dalam (Jumriani et all, 2019).

Secara nasional hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi

penduduk dengan tekanan darah tinggi sebesar 34,11%. Prevalensi tekanan darah

tinggi pada perempuan (36,85%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki (31,34%).

Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (34,43%) dibandingkan dengan perdesaan

(33,72%). Prevalensi semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur

(Kemenkes RI, 2019).

Semakin meningkatnya prevalensi Hipertensi dari tahun ketahun di karenakan

jumlah penduduk yang bertambah, aktivitas fisik yang kurang dan pola hidup yang

tidak sehat. Pola hidup yang tidak sehat tersebut antara lain adalah diet yang tidak

sehat misalnya tinggi gula, lemak dan garam, dan kurang mengonsumsi makanan

berserat. Selain itu adalah penggunaan tembakau dan alkohol (Sri & Herlina, 2016).

Didunia, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau sekitar

12,8 % dari total kematian. Hal ini menyumbang 57 juta dari dissability adjust life

years (DALY). Tidak ada perbedaan prevalensi antara laki-laki dan wanita tetapi

prevelensi meningkat berdasarkan usia : 5 % usia 20-39 tahun, 26 % usia 40-49

tahun, dan 59,6 % untuk usia 60 tahun ke atas (Aoki dkk, 2014).
Menurut American Heart Assosiation (AHA), penduduk amerika yang berusia

diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa,

namun hamper sekitar 90-95 % kasus tidak diketahui penyebabnya. Saat ini

hipertensi merupakan tantangan besar di indonesia karena merupakan kondisi yang

sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer.

Berdasarkan data dari Riskesdas Depkes (2018), hipertensi di Indonesia

merupakan masalah kesehatan dengan tinggi yaitu sebesar 25,8%. tertinggi di Bangka

Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%),

Jawa Barat (29,4%). Hipertensi dikatakan dengan penyakit terbanyak dengan

prevelensi sebanyak 25,8% di Indonesia yang banyak di alami oleh lansia, di Jawa

Barat sebanyak 29,4%. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,6%

(25,8%), dan penyakit hipertensi di kota Bandung adalah peringkat ke 2 dari 10 besar

penyakit terbanyak sebanyak dengan jumlah prevelensi sebanyak 12,10%.

(RISKESDAS,2018).

Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu pengobatan farmakologis dan

pengobatan non farmakologis. Untuk pengobatan farmakologis obat obatan anti

hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi kategori sebagai berikut: diuretik,

adrenergik alfa dan beta antagonis (beta-bloker [BB]), vasodilator, kalsium antagonis

(calsium channel bloker [CCB]), enzim penukar-angiotensin (angiotensin-coverting

enzyme [ACE]), serta reseptor penghambat angiotensin (angiotensin receptor blocker

[ARBs]) (Black & Hawks, 2018). Untuk pengobatan nonfarmakologis dalam

menurunkan tekanan darah dengan melakukan modifikasi gaya hidup, pengurangan


berat badan, pembatasan natrium, modifikasi diet lemak, olahraga dan latihan beban

ringan, pembatasan alkohol, pembatasan kafein, tekhnik relaksasi seperti meditasi

transendental, relaksasi Slow Deep Breathing, yoga, biofeedback, relaksasi otot

progresif, dan psikoterapi menghentikan kebiasaan merokok, suplementasi kalium

(Black & Hawks, 2018).

Slow Deep Breathing adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sadar dan

ketenangan yang bertujuan mengatur pernafasan secara lambat serta posisi tegap

santai yang mengakibatkan efek rileksasi, manfaat teknik ini bertujuan untuk

mengatasi stress, hipertensi, nyeri dan gangguan penyakit pernafasan (Tarwoto,

2011). Ketika oksigen yang kita hirup hanya untuk memperlancar peredaran darah,

melancarkan metabolism tubuh, dan mensuplai otak dengan kadar yang cukup.

Banyak fasilitas tubuh yang belum kita manfaakan secara optimal dalam mendukung

sistem kerja tubuh salah satu fasilitas tubuh yang kita miliki adalah berupa cadangan

energi’ yang bisa kita bangkitkan dan manfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan

manfaat yang diinginkan salah satu nya yaitu menurunkan hipertensi. Jenis-jenis

pernafasan khusus, yang umumnya telah dikenal adalah Nafas dada, dan nafas perut

(Lekas, 2016).

Latihan Slow Deep Breathing dapat menurunkan produksi asam laktat di otot

dengan cara meningkatkan suplai oksigen sementara kebutuhan oksigen didalam otak

mengalami penurunan sehingga mengakibatkan keseimbangan oksigen didalam otak.

Nafas dalam dan lambat juga dapat menstimulus saraf otonom yang berpengaruh

terhadap penurunan saraf simpatis dan peningktakan saraf parasimpatis sehingga


dapat menimbulkan penurunan pada tekanan darah ( Downey, 2019 dalam Niken,

2015). Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan

komplikasi penyakit lain yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner,

diabetes, gagal ginjal dan kebutaan. Stroke (51%) dan penyakit jantung koroner

(45%) merupakan penyebab kematian tertinggi.

Menurut data Sample Registrasion System ( SRS) Indonesia tahun 2017,

hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima)

pada semua umur (KEMENKES RI, 2017). Di kabupaten Bandung sendiri pola

penyakit penderita rawat jalan terbanyak di puskesmas untuk golongan umur 45 - <

75 tahun berbeda dengan pola penyakit dari golongan sebelumnya ini dapat dilihat

dominasi oleh penyakit Hipertensi Primer (esensial) dengan jumlah 95.479 jiwa

(16,82%), Myalgia dengan jumlah 58,198 jiwa (10,25%) dan Penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan Akut Tidak Spesifik 52,323 jiwa (9,21%) (DINKES Kabupaten

Bandung Tahun 2018).

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 28 Agustus 2022 di Ruang Rindu

B 2 Rumah Sakit H. Adam Malik Tahun 2022 diperoleh data penderita hipertensi

yang ditangani pada bulan juli s/d agustus yang di rawat di ruangan rindu b 2

sebanyak 65 orang, dengan rata-rata tekanan darahnya di angka 100-130 mmHg

sebanyak 35 orang.

Berdasarkan hal ini maka penulis melakukan observasi tentang penyakit

hipertensi beserta keluhan-keluhan yang dirasakan pasien di ruangan rawat inap yang

selanjutnya dilakukan manajemen kasus dalam rangka mengatasi masalah pasien.


1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dilakukan PBLK ini adalah untuk meningkatkan kemampuan

mahasiswa dalam menerapkan konsep teori yang didapat selama pendidikan dan

mampu mensintesa ilmu pengetahuan,menerapkan proses asuhan keperawatan secara

komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional kepada individu dan

keluarga.

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan mengikuti PBLK ini di Ruang Rindu B 2 Rumah Sakit H.

Adam Malik maka mahasiswa akan mampu:

1. Mampu melakukan tahap pengkajian asuhan keperawatan pada klien

hipertensi di Ruang Rindu B 2 Rumah Sakit H. Adam Malik.

2. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada klien hipertensi di Ruang

Rindu B 2 Rumah Sakit H. Adam Malik

3. Mampu menetapkan rencana intervensi asuhan keperawatan pada klien

hipertensi di Ruang Rindu B 2 Rumah Sakit H. Adam Malik

4. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada klien Diabetes

hipertensi di Ruang Rindu B 2 Rumah Sakit H. Adam Malik

5. Mampu melakukan evaluasi pada klien hipertensi di Ruang Rindu B 2

Rumah Sakit H. Adam Malik

6. Mampu menerapkan Evidence Based Nursing (EBN) pada klien hipertensi di

Ruang Rindu B 2 Rumah Sakit H. Adam Malik


1.3 Manfaat

1. Mahasiswa

Manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai wadah latihan dan

gambaran menjadi perawat professional ynag dapat memberikan asuhan keperawatan

yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola

manajemen keperawatan secara efektif dan efesien.

2. Institusi Pendidikan

Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan

kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya

ilmiah.

3. Lahan Praktek

Selama kegiatan PBLK maka lahan praktek dapat menggunakan tenaga

mahasiswa untuk meningkatkan mutu pelayanan lahan praktek dengan penerapan

intervensi kasus sesuai dengan kasus kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah

intervensi perawat ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara

komprehensif.
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Teori Medis

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan

(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Aspiani, 2015).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi tekanan darah pada

dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai

“pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang khas. Satu-satunya cara

mengetahui apakah seseorang memiliki hipertensi adalah dengan melakukan

pengukuran tekanan darah (Anies, 2018).

Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi

jika pemeriksaan tekanan darah menunjukan hasil diatas 140/90 mmHg atau lebih

dalam keaadan istirahat , dengan dua kali pemeriksaan, dan selang waktu lima menit.

Dalam hal ini, 140 atau nilai atas menunjukan tekanan sistolik , sedangkan 90 atau

nilai bawah menunjukan diastolik ( Yanita, 2017)

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol


(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (Hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Grade 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik ≥140 <90
terisolasi
Sub-group: perbatasan 140-149 <90

2.1.3 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula

spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre- ganglion melepaskan

asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah.

Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi

sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,


mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi

epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol

dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan

pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan

retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani,

2016)

2.1.4 Etiologi

Ada 2 macam hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021) yaitu :

a. Hipertensi esensial

adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui penyebabnya. Sekitar

10-16% orang dewasa yang mengidap penyakit tekanan darah tinggi ini.

b. Hipertensi sekunder

adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya. Sekitar 10 % orang yang

menderita hipertensi jenis ini. Beberapa penyebab hipertensi menurut (Musakkar &

Djafar, 2021), antara lain :

1. Keturunan
Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap hipertensi maka

besar kemungkinan orang tersebut menderita hipertensi.

2. Usia

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seseorang maka

tekanan darah pun akan meningkat.

3. Garam

Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang.

4. Kolesterol

Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan timbunan

kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga mengakibatkan pembuluh

darah menyempit dan tekanan darah pun akan meningkat.

5. Obesitas/kegemukan

Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki risiko lebih tinggi

mengidap hipertensi.

6. Stress

Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana hubungan

antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan

saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu)

(Anggriani et al., 2019).

7. Rokok
Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika merokok dalam

keadaan menderita hipertensi maka akan dapat memicu penyakit yang berkaitan

dengan jantung dan darah.

8. Kafein

Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat

meningkatkan tekanan darah.

9. Alkohol

Mengonsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.

10. Kurang olahraga

Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan tekanan darah, jika

menderita hipertensi agar tidak melakukan olahraga berat.

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

1. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal

2. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal

dengan gagal ginjal akut.

3. Darah perifer lengkap

4. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)

b. EKG

1. Hipertrofi ventrikel kiri

2. Iskemia atau infark miocard

3. Peninggian gelombang P
4. Gangguan konduksi

5. Foto Rontgen

6. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.

7. Pembendungan, lebar paru

8. Hipertrofi parenkim ginjal

9. Hipertrofi vascular ginjal

(Aspiani, 2016)

2.1.6 Komplikasi

Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2018):

a. Penyakit jantung

Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.

b. Ginjal

Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan mengalir

ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik

dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus , protein akan keluar melalui urin

sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema.

c. Otak

Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada

hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi

dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.

d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga

kebutaan.

e. Kerusaka pada pembuluh darah arteri

Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau

yang sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh

darah). Komplikasi berupa kasus perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra

Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif

sehingga memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya

pembuluh darah otak yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan

angiopathy amyloid.

Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena berbagai

hal yaitu gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi arteriovenous, neoplasma

intrakranial, thrombosis atau angioma vena. Morbiditas dan mortalitas ditentukan

oleh berbagai faktor, sebagian besar berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial,

luas dan lokasi perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah

(Jasa, Saleh, & Rahardjo, n.d.2017)

2.1.7 Tanda dan gejala

Hipertensi Sebagian besar penderita hipertensi tidak menampakkan gejala

hingga bertahun-tahun. Gejala yang paling sering muncul pada pasien hipertensi jika

hipertensinya sudah bertahun-tahun dan tidak diobati antara lain seperti sakit kepala,

kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur, serta

mengalami penurunan kesadaran (Nurarif, 2015).


2.1.8 Penatalaksanaan Medis

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko

penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi

adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan

tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko. Hal ini dapat

dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Aspiani,

2016).

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-

farmakologis, antara lain:

a. Pengaturan diet

Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-

obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan

hipertrofi ventrikel kiri.

Beberapa diet yang dianjurkan:

1) Rendah garam,

diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.

Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-

angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan

natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.

2) Diet tinggi kalium


dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas.

Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya

dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vascular.

3) Diet kaya buah dan sayur

4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

b. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan

mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan

volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan

kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal

yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.

c. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.

d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi

efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah

ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

(Aspiani, 2016)

2.1.9 Faktor yang mempengaruhi hipertensi

Faktor risiko hipertensi Faktor risiko hipertensi dbagi menjadi 2 kelompok

yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor risiko yang
tidak dapat diubah antara lain umur, jenis kelamin, dan genetik. Faktor risiko yang

dapat diubah antara lain kebiasaan merokok, konsumsi serat, stres, aktivitas fisik,

konsumsi garam, kegemukan, kebiasaan konsumsi alkohol dan dislipidemia

(Kementerian Kesehatan RI, 2013).


NIC
NOC
Activity therapy kolaborasikan dengan tenaga
2.1.10 Mind Mapping Teori Energy conservatio, activity tolerance, self care: ADLS rehabilitas medik dalam merencanakan program
Kriteria hasil: berpartisipasi dala aktivitas fisik tanpa terapi yang tepat, bantu klien untuk identifikasi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi aktivitas yang mampu di lakukan., bantu untuk
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR,mampu
adalah peningkatan tekanan darah sistolik
melakukan aktivitas yangmampu melakukan ativitas memilih aktivitas konsisten yang sesui dengan ke
lebih dari 140 mmHg dan tekanan
sehari hari (ADLS) secara mandiri. mampuan fisik, psikologi dan sosial.
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu 5
menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang.
Kerja Resiko
Jantung jantung penurunan
Menifestasi klinis Intoleransi
Gangguan perfusi meningkat perfusi aktifitas
1. Sakit kepala jaringan jaringan
2. Pandangan kabur atau ganda
3. Telinga berdengung
4. Palpitasi
5. Kelelahan Otak Retensi pembuluh NYERI NIC
Suplai o2 Peningkatan TIK AKUT
6. Nausea darah otak
turun
7. epitaksis Pain management: lakukan
pengkajian nyeri secara
Etiologi
komprehensif, observasi
1. Genetik Noc reaksi nonverbal dari
2.
3.
Obesitas
Stres karena lingkungan
Hipertensi Kerusakan Perubahan ketidaknyamanan, gunakan
pembuluh stuktur Nyeri berkurang/
4. Hilangnya elastilitas
darah tekhnik komunikasi
jaringan terkontrol kriteria :
teraupetik
mampu mengontrol
Komplikasi
Status kesehatan nyeri, melaporkan bahwa
Penyumbatan
berubah Gangguan
1. Penyakit jantung pembuluh nyeri berkurang
2. Gagal ginjal sirkuatitas
darah
3. Gangguan otak
4. Gangguan mata

Pembuluh
Pembuluh Vasokontiksi Resti penurunan curah
Penatalaksaan darah
dalah jantung
overload meningkat
1. Pemantauan diet
2. Penurunan berat badan Krisis Kurang
3. Olahraga Ansietas
situasional pengetahuan NIC
4. Memperbaiki gaya hidup
NOC
yang tidak sehat Cardiac care: Evaluasi adanya nyeri dada
(intensitas, lokasi, durasi), catat adanya Cardiac pump effectiveness, curculation
Pemeriksaan penunjang distitmia jantung, catat adanya tanda dan status, vital sign status
Koping individu gejala penurunan cardiac putput, monitor
1. Pemeriksaaan : keriteria hasil: tidak adanya sianosi,CRT,
tidak efektif status kadiovaskuler
laboratorium < 2 dtk, akral hangat, Rr Normal, Tidak
2. EKG Ada Bunyi Jantug Tambahan, Gcs Normal
3. Foto rontgen
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas klien

1) Identitas klien meliputi :

Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,

suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS),

nomor register, dan diagnosa medik.

2) Identitas Penanggung Jawab

a. Keluhan utama

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

c. Riwayat kesehatan Dahulu

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

e. Aktivitas / istirahat

 Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,

palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah

lelah, dan impotensi.

 Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan

pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang

menyerta biasanya : sakit kepala, pusing, penglihatan buram,

mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.


 Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit

ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian

obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis

obat.

 Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit

metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran

kemih, dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan

lain-lain

f. Aktivitas / istirahat

g. Sirkulasi

1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

2) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

1) Gejala :

a) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan

penyakit serebrovaskuler

b) Episode palpitasi

2) Tanda :

a) Peningkatan tekanan darah

b) Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia

c) Murmur stenosis vulvular

d) Distensi vena jugularis


e) Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)

f) Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda

h. Integritas ego

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga

dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2017).

Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut

(Nurarif, 2015) dengan hipertensi :

a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload

b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia

c. Kelebihan volume cairan

d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

e. Ketidakefektifan koping

f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

g. Resiko cedera

h. Defisiensi pengetahuan

i. Ansietas
2.2.3 Intervensi NIC-NOC

Adapun perencanaan yang dapat dilakukan Intervensi keperawatan

adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat didasarkan pada

pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang

diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas

spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi

keperawatan

Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi

dan kolaborasi (PPNI, 2018)

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri

menurun

Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)

1) Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2

2) Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang

3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238)

1) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri


4) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:

akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi

terbimbing,kompres hangat/dingin)

5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,

pencahayaan,kebisingan)

6) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

7) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri

8) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer

meningkat

Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)

1) Nadi perifer teraba kuat

2) Akral teraba hangat

3) Warna kulit tidak pucat

Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )

1) Memonitor tekanan darah

2) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)

3) Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)

4) Memonitor suhu tubuh

5) Memonitor oksimetri nadi

6) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital


7) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien

8) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

c. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

keseimbangan cairan meningkat

Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L.)

1) Terbebas dari edema

2) Haluaran urin meningkat

3) Mampu mengontrol asupan cairan

Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)

1) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea, edema,

JVP/CVP meningkat, suara nafas tambahan)

2) Monitor intake dan output cairan

3) Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik, hipovolemia,

hipokalemia, hiponatremia)

4) Batasi asupan cairan dan garam

5) Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam

6) Ajarkan cara membatasi cairan

7) Kolaborasi pemberian diuretic

d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas

meningkat

Kriteria hasil : toleransi aktivitas (L.05047)

1) Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari

2) Pasien mampu berpindah tanpa bantuan

3) pasien mengatakan keluhan lemah berkurang

Rencana tindakan : (Manajemen energi I.050178)

1) Monitor kelelahan fisik dan emosional

2) Monitor pola dan jam tidur

3) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah

stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)

4) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan

5) Anjurkan tirah baring

6) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

7) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara

8) meningkatkan asupan makanan

e. Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat

pengetahuan meningkat

Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan

1. Pasien melakukan sesuai anjuran


2. Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang disampaikan

3. Pasien mengajukan pertanyaan

Rencana Tindakan : Edukasi kesehatan

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

2. identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan

motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

3. sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

4. jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

5. berikan kesempatan untuk bertanya

6. jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

7. ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

8. ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku

hidup bersih dan sehat

f. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat

ansietas menurun

Kriteria hasil : Tingkat ansietas

1. Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya

2. Pasien tampak tenang

3. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Rencana Tindakan : Reduksi ansietas

1. identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)


2. gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman

3. informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan , dan

prognosis

g. Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan curah jantung meningkat

Kriteria hasil : curah jantung

1. Tanda vital dalam rentang normal

2. Nadi teraba kuat

3. Pasien tidak mengeluh lelah

Rencana tindakan : Perawatan jantung

1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis: dispnea,

kelelahan, edema,ortopnea, paroxymal nocturnal dyspnea, peningkatan

CVP)

2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung ( mis:

peningkatan berat badan, hepatomegali,distensi vena jugularis,

palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)

3. Monitor tekanan darah

4. Monitor intake dan output cairan

5. Monitor keluhan nyeri dada

6. Berikan diet jantung yang sesuai

7. Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika perlu


8. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi

9. Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap

10. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

h. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat

jatuh menurun.

Kriteria Hasil : Tingkat jatuh (L.14138)

1. Risiko jatuh dari tempat tidur menurun

2. Risiko jatuh saat berjalan menurun

3. Risiko jatuh saat berdiri menurun

Rencana Tindakan : Pencegahan jatuh ( I.14540)

a. Identifikasi faktor risiko (mis. Usia >65 tahun, penurunan tingkat kesadaran,

defisit kognitif, hipotensi ortostatik. Gangguan keseimbangan, gangguan

penglihatan, neuropati)

b. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan

kebijakan institusi

c. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jstuh (mis. Morse

scale, humpty dumpty)

d. Pasang handrail tempat tidur

e. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpidah.

2.4. Penerapan EBN ( Evidence Based Nursing)

2.4.1. Penerapan EBN Slow Deep Breathing


Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan kronis yang

ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah

arteri. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika pemeriksaan tekanan

darah menunjukkan hasil di atas 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan

istirahat, dengan dua kali pemeriksaan, dan selang waktu lima menit (Sari,

2017).

Hipertensi apabila tidak disembuhkan dalam jangka panjang dapat

merusak pembuluhpembuluh darah dalam jantung, otak dan ginjal. Tekanan

darah tinggi atau hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner,

infark, serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal, sehingga terlihat bahwa

hipertensi berdampak negatif pada organ-organ tubuh bahkan dapat

mengakibatkan kematian (Manurung, 2018).

Ada lima terapi nonfarmakologi untuk menurunkan stres serta tekanan

darah antara lain meditasi, yoga, rileksasi progresif, terapi musik, dan breathing

exercise. Satu terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan pada penderita

hipertensi primer yaitu latihan slow deep breathing karena termasuk ke dalam

latihan dan relaksasi serta termasuk sebagai breathing exercise (Sepdianto,

2008).

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Eva Susanti 2021

mengenai pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur didapatkan hasil

rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan


adalah 18,04 mmHg sedangkan rata-rata perbedaan tekanan darah diastolik

sesudah perlakuan adalah 11,61mmHg serta hasil dari uji statistik yaitu nilai

signifikan (p)=0,000 yang berarti slow deep breathing memberi pengaruh

terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi (Yanti, Mahardika & Prapti,

2016)

Penelitian serupa yang juga pernah dilakukan dan menunjukan hasil

penelitian yaitu rata – rata tekanan darah sistolik dan distolik sebelum

dilakukan latihan slow deep breathing yaitu 151,1 mmHg dan 91,18 mmHg,

rata-rata tekanan darah sistolik dan distolik setelah diberikan latihan slow deep

breathing yaitu 140,0 mmHg dan 88,24 mmHg artinya ada pengaruh slow deep

breathing terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi

(Rasyidah, 2018).

Berdasarkan data penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif untuk memperoleh

gambaran dan menganalisis jurnal/artikel mengenai implementasi slow deep

breathing terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita

hipertensi sehingga dapat dirumuskannya rekomendasi hasil penelitian untuk

dapat dipergunakannya slow deep breathing sebagai terapi pendamping untuk

mengatasi hipertensi

2.4.2. Tekhnik Slow Deep Breathing

a. Pengertian
Pengertian Slow Deep Breathing (SDB) merupakan tindakan yang

disadari untuk mengatur pernafasan secara dalam dan lambat guna

menimbulkan efek relaksasi Tarwoto (2011 dalam Satmoko, 2015). Slow Deep

Breathing merupakan salah satu teknk relaksasi yang mengatur mekanisme

pernafasan secara dalam dan lambat Martini (2006 dalam Anugraheni, 2017).

b. Tujuan

Menurut Smeltzer & Bare (2013) menyatakan bahwa tujuan teknik

relaksasi slow deep breathing atau napas dalam adalah untuk meningkatkan

ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,

meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stres baik fisik maupun emosional.

Sedangkan menurut Bruner & Suddarth (2013)

Tujuan relaksasi napas dalam adalah mengontrol pertukaran gas agar

menjadi efisien, mengurangi kinerja bernapas, meningkatkan inflasi alveolar

maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas,

menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna, tidak

terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang

terperangkap serta mengurangi kerja bernapas.

c. Manfaat

Manfaat teknik relaksasi slow deep breathing (relaksasi napas dalam)

menurut Wardani (2015) adalah sebagai berikut:

1) Ketentraman hati
2) Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah 3) Tekanan darah dan

ketegangan jiwa menjadi rendah 4) Detak jantung lebih rendah 5) Mengurangi

tekanan darah 6) Meningkatkan keyakinan 7) Kesehatan mental menjadi lebih

baik

d. Prosedure pelaksanaan.

Prosedur Pelaksanaan Slow Deep Breathing Terdapat banyak teknik

nafas dalam, namun untuk prosedur Slow Deep Breathing peneliti

menggunakan prosesdur yang sama dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh Sepdianto (2018) dan Rahayu (2015) Langkah-langkah latihan Slow Deep

Breathing (University Of Pittsburgh Medical Center 2016 dalam Tarwoto,

(2016 dalam Rahayu, 2015; Sepdianto, 2008), adalah sebagai berikut :

1. Atur klien dengan posisi duduk.

2. Kedua tangan klien diletakkan diatas perut.

3. Anjurkan melakukan napas secara perlahan dan dalam melalui hidung.

4. Tarik napas selama 3 detik, rasakan abdomen mengembang saat

menarik napas.

5. Tahan napas selama 3 detik.

6. Kerutkan bibir, keluarkan melalui mulut dan hembuskan napas secara

perlahan selama 6 detik. Rasakan abdomen bergerak ke bawah.

7. Ulangi langkah 1 sampai 6 selama 15 menit.


BAB 3
PENGELOLAHAN ASUHAN KEPERAWATAN

Pada bab ini penulis menguraikan dua kasus yaitu kasus pertama pada

Tn.M. dan kasus kedua pada Ny. S pada tanggal 29 sampai dengan 31 Agustus

2022 dengan kasus Hipertensi di Di Ruang Rindu B 2 Rumah Sakit H. Adam

Malik.

3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
Tabel 3.1. Tabel Pengkajian Identitas Klien Hipertensi Di Ruang Rindu B 2

Rumah Sakit H. Adam Malik

Identitas Klien Klien 1 Klien 2


Nama Tn. M Ny. S
Umur 63 Tahun 52 Tahun
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Status perkawinan Duda Menikah
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMP
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Alamat Jl. Penghulu Raya Jl. Perjuangan 1
Ruangan/RS Ruang Rindu B 2 Ruang Rindu B 2
Tanggal Masuk 28 Agustus 2022 28 Agustus 2022
Tanggal Pengkajian 29 Agusus 2022 29 Agusus 2022
Diagnosa medis Hipertensi Hipertensi

Interpretasi : Melihat dari data diatas, ada perbedaan antara kasus 1 dan

kasus 2 dimana pada kasus 1 pasien berusia 63 tahun dan berpendidikan

terakhir yaitu SMA. Sedangkan pada kasus 2 pasien berusia 52 tahun dan

berpendidikan terakhir yaitu SMP.


3.1.2. Riwayat Keperawatan
Tabel 3.2. Tabel Pengkajian Riwayat Keperawatan Hipertensi Di Ruang Rindu
B2 Rumah Sakit H. Adam Malik
Hal Yang Dikaji Klien 1 Klien 2
Keluhan Utama Pasien mengatakan klien mengeluh nyeri
nyeri kepala kepala bagian belakang
lebih tepat pada
tengkuk
Riwayat Kesehatan a. Provocative/
Sekarang a. Provocative/ Paliatitive
Paliatitive Klien mengatakan
Klien mengatakan nyeri kepala
rasa sakit di bagian b. Quantity/Quality
kepala dan nyeri pada
pundak Saat beraktivitas.
b. Quantity/Quality c. Region

Saat bangun tidur. Lokasi sakit yang


c. Region dirasakan di daerah
Kepala bagian
Lokasi sakit yang belakang,
dirasakan di daerah
Kepala bagian d. Sevenity
belakang, leher dan (Mengganggu
tengkuk Aktifitas)

d. Sevenity Sakit yang dirasakan


(Mengganggu mengganggu aktifitas
Aktifitas) dan sulit dalam
beraktivitas
Sakit yang dirasakan Skala nyeri 5
mengganggu aktifitas e. Time
dan kenyamanan
klien. Skala nyeri 3 Dirasakan hilang
e. Time timbul.

Dirasakan hilang
timbul.
Riwayat Penyakit Pasien pernah dirawat Klien mengatakan
Dahulu di rumah sakit 1 tahun tidak pernah
yang lalu dengan menderitah penyakit
riwayat amputasi jari kronis selain
kaki karena terjatuh hipertensi, pasien juga
dari sepeda motor. mengatakan tidak
Pasien mempunyai pernah operasi
riwayat tekanan darah sebelumnya, klien juga
tinggi. mengatakan tidak
mempunyai alergi
apapun
Riwayat Penyakit Pasien mengatakan Anak klien
Keluarga tidak ada riwayat mengatakan dalam
penyakit dari keluarga anggota keluarga tidak
pernah ada yang
menderita stroke
sebelum nya, anak
klien juga mengatakan
lingkungan rumah
klien bersih, hubungan
klien dengan tetangga
juga baik, hubungan
dalam keluarga juga
harmonis sehingga
tidak ada riwayat
penyakit apapun

Interpretasi : Berdasarkan dari data diatas terdapat perbedaan antara

kasus 1 dan kasus 2 yaitu kasus 1 klien mengeluh merasa nyeri pada kepala,

tidak ada yang menderita penyakit keturunan yang umumnya menyerang,

seperti Hipertensi, paru-paru basah, dan diabetes militus. Sedangkan pada kasus

2 klien mengatakan nyeri pada kepala bagian belakang lebih tepat pada tengkuk

dan tidak ada riwayat penyakit keturunan dari anggota keluarga.


Genogram Kasus 1 (Tn. M)

Genogram

Keterangan :

laki-laki perempuan meninggal klien

Tinggal serumah --------------

Genogram

Keterangan :

laki-laki perempuan meninggal klien

Tinggal serumah --------------


3.1.3. Pemeriksaan Fisik
Tabel 3.3. Tabel Pengkajian Pemeriksaan Fisik Hipertensi Di Ruang Rindu B 2
Rumah Sakit H. Adam Malik
Hal Yang Klien 1 Klien 2
No Dikaji
Keadaan Klien tampak lemah Klien tampak lemah dan
1 Umum meringis
3 Tingkat Tingkat kesadaran Glasgow Coma Scale
2 Kesadaran Glasgow Coma Scale (GCS) 4-5
(GCS) E4M6V5
3 TTV TD : 170/70 mmHg TD : 200/140 mmHg
N : 65 x/menit N : 96 x/menit
S : 360C S : 360C
RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit
MAP : 143,3 mmHg
4 BB BB: 60 kg BB: 57 kg

5 Kepala Kulit kepala bersih, tidak Kulit kepala bersih


ada ketombe dan tidak ada Dan tidak ada uban
lesi. Penyebaran rambut
merata berwarna hitam
dan putih (uban), rambut
mudah patah, tidak
bercabang, dan tidak ada
kelainan

6 Mata Mata lengkap, simetris Mata, konjungtiva


kanan dan kiri., kornea anemis, sklera ikteris
mata jernih kanan dan putih, tidak ada
kiri. Konjungtiva anemis pembesaran palpebra,
dan sclera tidak ikterik tidak ada sirabismus,
ketajaman penglihatan
normal, tidak ada alat
bantu.
7 Telinga Bentuk telinga sedang, Telinga, bentuk simetris
simetris kanan dan kiri. antara kanan dan kiri,
Lubang telinga bersih, tidak ada keluhan,
tidak ada serumen ketajaman pendengaran
berlebih, pendengaran normal
berfungsi dengan baik
8 Hidung Tidak ada pernafasan Hidung normal, mukosa
Cuping hidung, posisi hidung bersih, tidak ada
septum nasal ditengah, sekret, ketajaman
lubang hidung bersih, penciuman normal
tidak ada secret
Mulut dan Mulut tampak bersih dan Mulut bersih, mukosa
9 tenggorokan keadaan mukosa bibir bibir lembab, bentuk
kering dan pucat. Tonsil bibir normal, gigi bersih,
ukuran normal uvula letak kebiasaan gosok gigi
simetris ditengah 2xsehari, tidak ada
kesulitan menelan, tidak
ada kemerahan, tidak
ada pembesaran tonsil
10 Leher Kelenjar getah bening Tidak ada pembesaran
teraba, tiroid teraba, posisi kelenjar tyroid, tidak
trakea letak ditengah tidak ada pembesaran
ada kelainan kelenjar, parotis, tidak
ada luka gangren, tidak
ada pus, tidak ada bau.

11 Thorak Inspeksi : bentuk dada Inspeksi : bentuk dada


simetris. simetris
Palpasi : Irama nafas Palpasi :Suara nafas
teratur teratur tidak ada
Auskultasi : tidak terdapat gangguan irama
suara nafas tambahan, pernafasan.
bunyi nafas vesikuler. Auskultasi : tidak
Perkusi : sonor terdapat suara nafas
tambahan, bunyi nafas
vesikuler.
Perkusi : sonor
12 Jantung Inspeksi : Tidak terdapat Tidak ada nyeri dada,
palpitasi, ictus cordis irama jantung : teratur,
tidak terlihat. pulsasi : kuat, posisi ics
Palpasi : 5 mid clavicula sinistra
Basic jantung berada di ics 5 mid sternalis
ICS II dari lateral ke dextra, bunyi jantung :
media linea , para sterna s1 s2 tunggal, tidak ada
sinistra, tidak melebar, bunyi jantung tambahan,
Pinggang jantung berada tidak ada cianosis, tidak
di ICS III dari linea para ada clubbing finger,
sterna kiri, tidak melebar, tidak ada pembesaran
Apeks jantung berada di jvp
ICS V dari linea
midclavikula sinistra,
tidak melebar.
Auskultasi :
bunyi jantung saat
auskultasi Terdengar
bunyi jantung normal dan
regular, bunyi jantung
dan tidak ada bunyi
jantung tambahan, dan
tidak ada kelainan. .
Perkusi : dalam batas
normal.
13 Abdomen tidak ada nyeri
Tidak terdapat lesi atau abdomen, Kebiasaan
massa, tidak tampak bekas BAB 2x sehari,
operasi, tidak ada nyeri konsistensi lembab,
tekan, Diet TKTP rendah warna kuning, bau khas
garam, nafsu makan feses, tempat yang
menurun , porsi makan digunakan kamar mandi,
habis ¼ porsi . peristaltic usus 12x/mnt,
Inspeksi : Bentuk tidak ada masalah
abdomen bulat dan datar,. eliminasi alvi
Auskultasi : peristaltic
25x/menit
Palpasi : Tegang
Tidak ada nyeri tekan,
mass, Hepar Lien tidak
ada kelainan Ginjal tidak
ada nyeri tekan, tidak ada
asietas.
14 Genetalia dan Kebersihan genitalia Bentuk alat kelainan :
perineal bersih, tidak ada keluhan Normal, libido normal,
kencing, alat kelamin bersih,
kemampuan berkemih Frekuensi Berkemih ±
spontan, produksi urin 3x/hr, teratur, bau khas
1300 ml/hari warna urine, jumlah ± 1200,
kuning pekat, tidak ada tempat yang digunakan
nyeri tekan. kamar mandi, tidak
menggunakan alat bantu
berkemih
15 Ekstremitas Atas Tidak ada sianosis dan Tidak ada sianosis dan
anemi, tidak ada anemi, tidak ada
kecacatan/kelainan, tidak kecacatan/kelainan
ada gangguan/nyeri, tidak
ada edema dan dapat
digerakkan dengan bebas
16 Ekstremitas Bawah Tidak ada gangguan/nyeri Dapat digerakkan
dan dapat digerakkan dengan bebas dan tidak
dengan bebas ada gangguan/nyeri dan

17 Kekuatan Otot kelainan tulang belakang, Kemampuan pergerakan


tidak fraktur, tidak sendi dan tungkai
menggunakan traksi, tidak (ROM) Bebas, Kekuatan
komparmentet syndrome, Otot 5,5,5,5, Tidak ada
kulit kemerahan, turgor fraktur, tidak ada
kulit kurang,Pergerakan dislokasi, akral hangat,
sendi bebas, ada kelainan turgor kulit elastis, CRT
ekstermitas, tidak ada < 3 dtk, tidak ada
5 5 oedema, kebersihan
kulit bersih,
5 5 Kemampuan melakukan
ADL mandiri
5 5

5 5

Interpretasi : melihat data dari pemeriksaan fisik yang dilakukan ditas

terdapat perbedaan hasil pemeriksaan pada kasus 1 dan 2. Dari hasil

pemeriksaan TTV pada kasus 1 didapatkan TD : 170/70 mmHg, HR:65x/menit,

RR:36x/menit, S: 200C, dan Skala nyeri 3 N:3. Hasil pemeriksaan inspeksi pada

thorak didapatkan bentuk dada simetris. Pada pemeriksaan kekuatan otot

didapatkan hasil kekuatan otot pada klien 1 total skor 14 dengan hasil

ketergantungan ringan. Sedangkan dari hasil pemeriksaan TTV pada kasus 2

didapatkan TD: 200/140 mmHg, HR: 96x/menit, RR : 20x/menit, S : 36 0C, dan


Skala Nyeri: 5. Hasil pemeriksaan inspeksi pada thorak didapatkan bentuk dada

tidak simetris dan hasil kekuatan otot pada klien 2 total skor 20 dengan hasil

mandiri.

3.1.4. Konsep Diri

Tabel 3.4. Tabel Pengkajian Konsep Diri dengan Hipertensi Di Ruang Rindu B

2 Rumah Sakit H. Adam Malik

No Hal Yang Dikaji Kasus 1 Kasus 2


1 Gambaran diri Klien mengatakan Klien mengatakan
diri nya tidak ada anggota tubuhnya
yang berubah masih lengkap
2 Harga diri Sejak sakit ini Sejak sakit ini
pasien merasa pasien merasa tetap
tetap dihargai dan dihargai dan
dihormati oleh dihormati oleh
suami dan anak- suami dan anak-
anaknya anaknya
3 Peran Diri Pasien adalah Pasien adalah
seorang ayah seorang ibu rumah
Selama di RS tangga. Selama di
pasien kooperati RS pasien
kooperatif

4 Ideal Diri asien mengatakan Pasien mengatakan


ingin segera ingin segera
sembuh dari sembuh dari
penyakitnya. penyakitnya

5 Identitas Diri Pasien Pasien mengatakan


mengatakan sebagai seorang
sebagai suami dan istri dan ibu.
ayah di
keluarganya
3.1.5. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Tabel 3.5. Tabel Pengkajian pola kebiasaan sehari-hari dengan
Hipertensi Di Ruang Rindu B 2 Rumah Sakit H. Adam Malik
No Hal Yang Dikaji Kasus 1 Kasus 2
1 Pola persepsi dan Klien mengatakan Klien mengatakan
manajemen terhadap merasa cemas merasa cemas
kesehatan dengan keadaan dengan keadaan
penyakitnya saat penyakitnya saat
ini ini.
2 Pola nutrisi dan Keluarga klien klien mengatakan
metabolik (diit dan mengatakan saat saat dirumah klien
pemasukan makanan) dirumah klien biasa makan 3x/hari
biasa makan dengan nasi, lauk
3x/hari dengan pauk dan sayuran.
nasi, lauk pauk Pada pagi hari klien
dan sayuran. Klien makan roti atau kue
minum 5-6 dengan minum
gelas/hari. Saat di kopi. Klien minum
rumah sakit, klien 5-6 gelas/hari. Saat
diberi diet M 2. di rumah sakit,
klien diberi diet M
2.
3 Pola eliminasi Sebelum sakit, Sebelum sakit, klien
klien mengatakan mengatakan biasa
biasa BAB 1x/hari BAB 1x/hari dan
dan BAK BAK 4-5x/hari.
4-5x/hari. Saat Saat dikaji
dikaji,
4 Pola aktivitas Keluarga klien Keluarga klien
mengatakan mengatakan
sebelum masuk sebelum masuk
rumah sakit klien rumah sakit klien
beraktivitas beraktivitas normal.
normal.

5 Pola istirahat: Tidur Sebelum sakit Sebelum sakit


keluarga klien keluarga klien
mengatakan mengatakan bahwa
bahwa klien biasa klien biasa tidur
tidur pukul 21.30 - pukul 22.30 - 05.00.
05.00. Klien biasa Klien biasa tidur
tidur siang. siang.

6 Pola peran hubungan Keluarga klien Keluarga klien


mengatakan klien mengatakan klien
mempunyai mempunyai
hubungan yang hubungan yang baik
baik dengan dengan keluarga .
keluarga .
7 Pola seksual dan Keluarga klien Keluarga klien
reproduksi mengatakan mengatakan bahwa
bahwa klien tidak klien tidak memiliki
memiliki masalah masalah pada organ
pada organ reproduksinya.
reproduksinya.
8 Pola koping dan Klien mengatakan Klien mengatakan
toleransi terhadap stress klien merasa klien merasa cemas
cemas dengan dengan keadaan
keadaan penyakitnya saat
penyakitnya saat ini, namun klien
ini, namun klien masih dapat
masih dapat mengontrol
mengontrol emosinya.
emosinya.
9 Pola nilai kepercayaan Klien mengatakan Semua di serahkan
segala sesuatunya ke pada sang
klien serahkan pencipta yaitu Allah
kepada Tuhan, dan Swt
klien pasrah
kepada Tuhan

3.1.6. Data Penunjang


Tabel 3.6. Tabel Data Penunjang dengan dengan Hipertensi Di Ruang Rindu B
2 Rumah Sakit H. Adam Malik
Pemeriksaan Hasil Hasil
Kasus 1 Kasus 2
Laboratorium tanggal 28/08/2022 tanggal :28/08/2022
1. Leukosit 11,52 LED :54/98 MM/jam
103/ul Darah Lengkap :
2. Eritrosit 4,53 Leukosit 22.20
10’6/ul Neutrofil 20.5
3. Hb 13.0 g/dl Limfosit 1.
4.Hematokrit 38,6 % Monosit 0.5
Eosinofil 0.0
Basofil 0.0 %
Neotrofil H92.4 %
Limfosit L5.2 %
Monosit L 2.3%
Eosinofil L0.0
Basofil 0.1
Eritrosit (RBC) L1.811
10%NL
Hemoglobin (HGB)
L5.53 9/dl
Hematokrit (HCT)
L14.93%
MCV 82.42 μm³
MCH 30.54 p9
MCHC H37.05 9/dl
RDW L11.15 %
PLT 293 10³/μL
MPV 6.222 FL
KIMIA KLINIK :
FAAL GINJAL
BUN 151 Mg/dl
Kreatinin 15.486 Mg/dl
Elektrolit
Natrium 134.90 Mm01/L

3.1.7. Penatalaksanaan Medis


Tabel 3.7. Tabel Penatalaksanaan Medis dengan dengan Hipertensi Di Ruang
Rindu B 2 Rumah Sakit H. Adam Malik
Nama Pasien Nama Obat

Kasus 1 1. Amlodipine (Oral) 1 x 10 mg


2. Candesartan (Oral) 1 x 8 mg
3. (IVFD) 20 tpm
Kasus 2 1. O2 nassal 4 Lpm (membantu pemenuhan O2
pasien)
2. inf Ns. 500cc/24 jam (membantu memenuhi cairan
pasien)
3. inj. Pumpisel 40mg diberikan secara
IV( mengurangi peningkatan asam lambung)
4. inj. Anbacim 1gr IV (antibiotik)

3.2. Asuhan Keperawatan


3.2.6. Analisa Data
Tabel 3.8 Tabel Analisa Data dengan dengan Hipertensi Di Ruang Rindu B 2
Rumah Sakit H. Adam Malik
No Data Etiologi Masalah

Klien 1
1 DS : Hiperlipidemia,
Klien mengatakan merokok, obesitas Risiko perfusi
sakit kepala Gaya hidup, faktor serebral tidak efektif
Klien mengatakan emosional
pusing
Vasokonstriksi
DO:
pembuluh darah
Klien tampak lemas
- TD : 170/90 mmHg Peningkatan tekanan
(Hipertensi) darah
faktor risiko
2 DS : Suplai darah Nyeri Akut
 Klien mengatakan
nyeri pada kepala dan
tidak nyaman pada Informasi tranduksi
tengkuk menurun
DO :
P : Adanya tekanan
Nyeri
darah tinggi
Q : Seperti ditusuk
dan ditekan
R : kepala bagian
belakang, leher, dan
tengkuk
S:5
T : Hilang timbul
TD: 170/90 mmHg
N : 65x/menit
RR:20x/menit
T :360C
Klien tampak lemas
dan hanya berbaring
di tempat tidur
3 DS : - Kurang terpapar Defisit pengetahuan
Klien mengatakan informasi
Sebelumnya tidak
pernah diberikan
pendidikan kesehatan
tentang hipertensi
Klien mengatakan
kurang begitu paham
Klien 2
1 DS : Suplai darah Nyeri akut
Klien mengatakan
sakit kepala dan nyeri
tengkuk Informasi tranduksi
menurun
DO:
Klien tampak lemas
- TD : 200/140 mmHg Nyeri di persepsika
(Hipertensi)
Nyeri

2 Ds : Terbangun pada Gangguan pola tidur


Pasien mengatakan malam hari
susah tidur karena
tidak terbiasa dengan
lingkungan rumah Sulit memulai tidur
sakit. kembali
Do :
K/U : Lemah Nyeri kepala
TTV : Tekanan darah :
180/100 mmHg,
Pasien tampak pucat,
konjungtiva anemis,
area bawah mata
hitam, pasien tampak
lemas

3 Ds : Adanya trauma Resiko jatuh


Pasien mengatakan
badannya terasa lemas Aliran darah ke otak
Do : menurun
K/U : Lemah
TTV : 180/100
mmHg Gangguan
keseimbangan

Risiko Jatuh

3.2.2. Diagnosa Keperawatan


Tabel 3.9 Tabel Diagnosa Keperawatan dengan Hipertensi Di Ruang Rindu B 2
Rumah Sakit H. Adam Malik

No Diagnosa Klien 1 No Diagnosa Klien 2


Dx Dx
1 Risiko perfusi serebral tidak 1 Nyeri akut berhubungan
efektif d.d factor risiko dengan resistensi pembuluh
darah otak.
2 Nyeri akut b/d agen 2 Gangguan pola tidur
pencedera fisiologis berhubungan dengan
perubahan lingkungan sekitar
3 Defisit pengetahuan 3 Resiko jatuh berhubungan
mengenai penyakit yang dengan penurunan fungsi
diderita b/d kurang kesehatan
terpapar informasi

Diagnosa NOC NIC


No Keperawatan
Klien 1
1 Risiko perfusi Tujuan Pemantauan Tanda-tanda
serebral tidak Setelah dilakukan vital
efektif d.d tindakan dan Tekanan Intrakranial
factor risiko keperawatan 3x 24  Monitor tekanan
( D.0017) jamdiharapkan risiko darah, nadi,
Kondisi perfusi serebral tidak pernapasan, dan
terkait : terjadi dengan kriteria suhu tubuh
- TD : 170/90 hasil :  Monitor
mmHg  Tekanan darah peningkatan Td
dalam rentang  Monitor pelebaran
(Hipertensi) normal (110/80- tekanan nadi
140/80) (selisih TDS dan
 .Tidak ada TDD)
ortostatik  Monitor
hipertensi penurunan
 Tidak ada tanda- frekuensi jantung
tanda peningkatan  Monitor adanya
tekanan keluhan sakit
intrakranial kepala
Klien melaporkan atau  Periksa riwayat
menunjukkan tidak ada penyakit pasien
tanda dispnea, angina dan secara rinci untuk
disritmia melihat faktor
risiko
 Monitor sirkulasi
perifer (mis. nadi
perifer, edema,
CRT, warna, suhu,
dan adanya rasa
sakit pada ekstremitas)
 Monitor adanya
tanda/gejala
peningkatan TIK
 Hindari aktivitas
yang dapat
meningkatkan
tekanan intracranial
2 Nyeri akut b/d Tujuan :  Kaji Manajemen
agen Setelah dilakukan Nyeri secara
pencedera tindakan komprehensif
fisiologis keperawatan 3 x 24 terhadap nyeri
(D.0077) jam diharapkan masalah termasuk lokasi,
DS : nyeri dapat teratasi karakteristik,
Klien dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi,
mengatakan  Klien kualitas, intensitas
nyeri pada mengatakan nyeri nyeri
kepala dan berkurang  Mengajarkan cara
tidak nyaman  Klien mengenal melakukan teknik
pada lamanya nyeri relaksasi nafas
tengkuk  Klien dapat dalam
DO : menggunakan  Kaji tipe dan
P : Adanya teknik non sumber nyeri
tekanan farmakologi  Kolaborasi
darah tinggi Klien tidak gelisah pemberian
Q : Seperti Analgetik
ditusuk  Tingkatkan
dan ditekan istirahat
R : kepala Monitor penerimaan
bagian pasien tentang manajemen
belakang, nyeri
leher, dan
tengkuk
S:3
T : Hilang
timbul
TD: 170/90
mmHg
N : 65x/menit
RR:20x/menit
T :36 C
Klien tampak
lemas
dan hanya
berbaring
di tempat
tidur
3 Defisit Tujuan : Edukasi Kesehatan
pengetahuan Setelah dilakukan  Berikan penilaian
mengenai tindakan tentang tingkat
penyakit yang keperawatan 3 x 24 jam pengetahuan
diderita b/d diharapkan Defisit pasien mengenai
kurang pengetahuan klien prosespenyakit
terpapar teratasi  Jelaskan
informasi dengan kriteria hasil : Patofisiologi
(D.0111) Klien mengungkap-kan penyakit dengan
DS : pemahaman tentang cara yang tepat
Klien penyakitnya  Gambarkan
mengatakan tandagejala yang
Sebelumnya muncul pada
tidak penyakit dengan
pernah cara yang tepat
diberikan Melakukan pendidikan
pendidikan kesehatan
kesehatan
tentang
hipertensi
Klien
mengatakan
kurang
begitu
paham
tentang
tekanan darah
yang sering
tinggi
yang
dideritanya
DO:
klien terlihat
tegang
Klien hanya
diam saat
ditanya
tentang
tekanan darah
tinggi
yang
dideritanya
Klien 2
1 Nyeri akut Tujuan : 1.Ajarkan klien untuk
berhubungan Setelah dilakukan melakukan teknik
dengan tindakan keperawatan rileksasi.
resistensi 1x24 jam diharapkan 2. Kaji skala nyeri klien(0-
pembuluh nyeri pada klien 10)
darah otak. berkurang atau hilang 3.Perhatikan isyarat verbal
dengan. Kriteria hasil: dan non verbal seperti:
meringis, kaku, gerakan
Pasien mengetahui melindungi
penyebab nyerinya. 4.Kaji tanda –tanda vital
- Pasien mengatakan (tekanan darah, respirasi,
Nyeri hilang. Nadi, Suhu)
- Pasien mampu 5.Kolaborasi pemberian
mendemonstrasikan analgesik sesuai dengan
ulang teknik relaksasi advice dokter
dan distraksi .
- Pasien rileks
- Skala nyeri berkurang
1-3
- Tanda-tanda vital dalam
batas normal.

TD
- :Sistole:100–140 mmhg
- Diastole:60–90 mmhg
- N:60-100x/menit
- S:36,5 – 37°5
- RR: 20-24 x/menit

2 Gangguan Setelah dilakuakn 1.Berikan ruangan yang


pola tidur tindakan keperawatan nyaman
berhubungan selama 1x 24 2. Ajarkan pasien distraksi
dengan jam diharapkan gangguan dan relaksasi.
perubahan istirahat tidur tidak 3.Anjurkan pasien mandi/
lingkungan terjadi dengan, seka air hangat untuk
sekitar Kriteria Hasil : persiapan tidur.
1.Pasien tampak rileks
dan segar
2.TTV dalam batas
normal
3.Pasien dapat tidur
selama 6-8 jam setiap
malam
3 Resiko jatuh Setelah dilakukan 1.Kaji kemampuan pasien
berhubungan tindakan keperawatan untuk melakukan aktivitas
dengan selama 2x24 jam normal, catat laporan
penurunan diharapkan pasien dapat kelemahan, keletihan.
fungsi meningkatkan partisipasi 2. TTV dalam batas
kesehatan dalam aktivitas dengan, normal.
Kriteria Hasil : 3. Berikan lingkungan
1.Klien dapat melakuakn yang tenang.
aktivitas secara mandiri.
2.Mampu melaksanakan
aktivitas sehari – hari.
3.2.4. Implementasi Keperawatan
Tabel 3.11.Tabel implemetasi keperawatan.
Dx:

Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d factor risiko

Hanya Kasus 1
Waktu 29 Agustus Waktu 29 Agustus Waktu 29 Agustus 2022
2022 2022
09.00  Memonitor 09.30  Memonit 10.00  Memonitor
tekanan or tekanan
darah, nadi, tekanan darah, nadi,
per darah, per napasan,
napasan, nadi, per dan suhu
dan suhu napasan, tubuh
tubuh dan suhu  Memonitor
 Memonitor tubuh peningkatan
peningkata  Memonit TD
n TD or  Memonitor
 Memonitor peningkat pelebaran
pelebaran an TD tekanan nadi
tekanan  Memonit (selisih TDS
nadi or dan TDD)
(selisih pelebaran  Memonitor
TDS dan tekanan penurunan
TDD) nadi frekuensi
 Memonitor (selisih jantung
penurunan TDS dan  Memantau
frekuensi TDD) adanya
jantung  Memonit keluhan sakit
 Memantau or kepala
adanya penuruna Melakukan
keluhan n pemeriksaan
sakit kepala frekuensi riwayat
Melakukan jantung penyakit
pemeriksaa  Memanta pasien secara
n riwayat u adanya rinci untuk
penyakit keluhan melihat faktor
pasien sakit risiko
secara rinci kepala  Monitor
untuk Melakuka sirkulasi
melihat n
faktor pemeriksa
risiko an
 Monitor riwayat
sirkulasi penyakit
pasien
secara
rinci
untuk
melihat
faktor
risiko
 Monitor
sirkulasi

Dx:
Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis

Kasus 1 dan 2
Waktu 30 Agustus Waktu 30 Agutus Waktu 30 Agustus
2022 2022 2022
10.30 1. Menentukan 10.45 1. Menentukan 10.50 1. Menentukan
karaktersitik karaktersitik karaktersitik
nyeri nyeri nyeri
2. Membuat 2. Membuat 2. Membuat
skala nyeri 0-10 skala nyeri 0- skala nyeri 0-10
rentang 10 rentang rentang
intensitasnya intensitasnya intensitasnya
menggunakan menggunakan menggunakan
VAS VAS VAS
3. 3. 3.
Mengobservasi Mengobservasi Mengobservasi
tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda vital
vital vital 4. Mengkaji
4. Mengkaji 4. Mengkaji pernyataan
pernyataan pernyataan verbal dan non
verbal dan non verbal dan non verbal nyeri
verbal nyeri verbal nyeri pasien.
pasien. pasien. 5. Mengevaluasi
5. 5. keefektifan
Mengevaluasi Mengevaluasi pemberian obat
keefektifan keefektifan 6. Memberikan
pemberian obat pemberian obat tindakan
6. Memberikan 6. Memberikan kenyamanan,
tindakan tindakan ubah posisi, dll.
kenyamanan, kenyamanan, 7. Menberikan
ubah posisi, dll. ubah posisi, lingkungan
7. Menberikan dll. tenang.
lingkungan 7. Menberikan 8. Mengajarkan
tenang. lingkungan terapi Slow Deef
8. Mengajarkan tenang. Breathing
terapi Slow 8. Mengajarkan
Deef Breathing terapi Slow
Deef
Breathing

Dx:
Defisit pengetahuan mengenai penyakit yang diderita b/d kurang terpapar
informasi

Hanya kasus 1
Waktu 31 Agustus Waktu 31 Agustus Waktu 31 Agustus
2022 2022 2022
11.00 11.15 1. Mengkaji 11.20 1. Mengkaji
1. Mengkaji tingkat tingkat
tingkat pengetahuan pengetahuan
pengetahuan klien dan klien dan
klien dan keluarga keluarga
keluarga tentang proses tentang proses
tentang proses penyakit penyakit
penyakit 2. Jelaskan 2. Jelaskan
2. Jelaskan tentang tentang
tentang patofisiologi patofisiologi
patofisiologi penyakit, tanda penyakit, tanda
penyakit, tanda dan gejala serta dan gejala serta
dan gejala serta penyebabnya penyebabnya
penyebabnya 3. Memberikan 3. Memberikan
3. Memberikan informasi informasi
informasi tentang tentang
tentang perkembangan perkembangan
perkembangan klien klien
klien 4. Diskusikan 4. Diskusikan
4. Diskusikan perubahan gaya perubahan
perubahan gaya hidup yang gaya hidup
hidup yang mungkin yang mungkin
mungkin diperlukan diperlukan
diperlukan untuk untuk
untuk
mencegah mencegah
mencegah komplikasi di komplikasi di
komplikasi di masa yang masa yang
masa yang akan akan datang akan datang
datang dan atau dan atau dan atau
kontrol proses kontrol proses kontrol proses
penyakit penyakit penyakit
5. Jelaskan 5. Jelaskan 5. Jelaskan
alasan alasan alasan
dilaksanakanny dilaksanakanny dilaksanakanny
a tindakan atau a tindakan atau a tindakan atau
terapi terapi terapi
6. Gambarkan 6. Gambarkan 6. Gambarkan
komplikasi komplikasi komplikasi
yang mungkin yang mungkin yang mungkin
terjadi terjadi terjadi
7. 7. 7.
Menganjurkan Menganjurkan Menganjurkan
klien untuk klien untuk klien untuk
melaporkan melaporkan melaporkan
tanda dan gejala tanda dan tanda dan
yang muncul gejala yang gejala yang
pada petugas muncul pada muncul pada
kesehatan petugas petugas
kesehatan kesehatan
Dx :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan sekitar

Hanya kasus 2

Waktu 29 Agustus Wakt 29 Agustus 2022 Wakt 29 Agustus 2022


2022 u u
1.Berikan .Berikan ruangan .Berikan ruangan
ruangan yang yang nyaman yang nyaman
nyaman 2. Ajarkan pasien 2. Ajarkan pasien
2. Ajarkan distraksi dan distraksi dan
pasien distraksi relaksasi. relaksasi.
dan relaksasi. 3.Anjurkan 3.Anjurkan
3.Anjurkan pasien mandi/ pasien mandi/
pasien mandi/ seka air hangat seka air hangat
seka air hangat untuk persiapan untuk persiapan
untuk persiapan tidur tidur
tidur
Dx :
Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi kesehatan

Hanya kasus 2
Waktu 31 Agustus Waktu 31 Agustus Waktu 31 Agustus
2022 2022 2022
11.20 Mengidentifika 11.30 Mengidentifi 12.00 Mengidentifi
si kebutuhan kasi kasi
keamanan klien kebutuhan kebutuhan
berdasarkan keamanan keamanan
tingkat fungsi klien klien
fisik, kognitif berdasarkan berdasarkan
dan riwayat tingkat fungsi tingkat fungsi
perilaku fisik, kognitif fisik, kognitif
sebelumnya. dan riwayat dan riwayat
perilaku perilaku
Mengidentifika sebelumnya. sebelumnya.
si karakteristik
lingkungan Mengidentifi Mengidentifi
yang mungkin kasi kasi
meningkatkan karakteristik karakteristik
potensial untuk lingkungan lingkungan
jatuh. yang yang
mungkin mungkin
Memantau gaya meningkatkan meningkatkan
berjalan, potensial potensial
keseimbangan untuk jatuh. untuk jatuh.
dan tingkat
kelelahan Memantau Memantau
selama amulasi gaya berjalan, gaya berjalan,
keseimbanga keseimbanga
Memberikan n dan tingkat n dan tingkat
informasi kelelahan kelelahan
tentang bahaya selama selama
lingkungan dan amulasi amulasi
ciri-cirinya.
Memberikan Memberikan
informasi informasi
tentang tentang
bahaya bahaya
lingkungan lingkungan
dan ciri- dan ciri-
cirinya. cirinya.

3.2.5. Evaluasi Keperawatan


Tabel 3.12.Tabel Evaluasi Keperawatan
Tanggal 29 Agustus 2022
No Waktu Kasus 1 Kasus 2
Dx
S: Klien mengatakan kepala S: Pasien mengatakan nyeri
terasa pusing pada bagian kepala masih
O: Klien tampak pusing terasa sakit
-TD 170/90 mmHg O: Klien tampak meringis
A : Masalah risiko perfusi skala nyeri 3
serebral tidak terjadi
P : Lanjutkan Intervensi A: Masalah belom teratasi.
1.5 Monitor sirkulasi P: Intervensi di lanjutkan
perifer (mis. nadi perifer,
edema, CRT, warna, suhu,
dan adanya rasa sakit pada
ekstremitas)
S : - Klien mengatakan S: Klien terbangun ketika
nyeri pada kepala bagian istirahat malam hari.
belakang, dan rasa tidak O:
nyaman di leher dan k/u baik
tengkuk TD : 140/80 mmHg
O : - Klien terlihat meringis konjungtiva tidak anemis
- Klien terlihat tegang pasien tampak rileks
P : Adanya tekanan darah pasien tampak lebih segar
tinggi A :Masalah sebagian teratasi.
Q : Seperti ditusuk dan P :intervensi dilanjutkan
ditekan
R : kepala bagian belakang,
leher, dan tengkuk
S:3
T : Hilang timbul
TD:170/90 mmHg
N :65 x/menit
RR:20x/menit
T :36,5 C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2.1 Kaji nyeri
2.2 Kolaborasi pemberian
analgetik
2.5 Tingkatkan istirahat
S : - Klien mengatakan S:
sebelumnya tidak pernah  Klien mengatakan kaki
diberikan pendidikan kirinya sulit digerakkan pada
kesehatan tentang saat beraktivitas.
hipertensi  Klien mengatakan nyeri
-Klien bertanya tentang yang dirasakan mengganggu
kondisi penyakitnya aktivitas karena pernah
-Klien mengatakan kurang membuat klien tidak bisa
begitu paham tentang berjalan.
penyakit yang dideritanya
O: - Klien terlihat tidak O:
tena  Klien terlihat
- Klien hanya diam saat menggunakan tongkat ketika
ditanya tentang penyakit berjalan.
yang dideritanya  Klien terlihat
A : Masalah belum teratasi kesulitanketika berjalan
P : Lanjutkan intervensi
5.3 Gambarkan proses A:
penyakit dengan cara yang Masalah Keperawatan
tepat
Tanggal 30 Agustus 2022
No Waktu Kasus 1 Kasus 2
Dx
Faktor Risiko : Hipertensi S: Pasien mengatakan nyeri
Kondisi Terkait : pada bagian kepala masih
TD : 150/90 mmHg terasa
A : Masalah risiko perfusi O: Klien tampak meringis
serebral tidak terjadi skala nyeri 3
P : Lanjutkan intervensi
1.7 Monitor adanya A: Masalah belom teratasi.
tanda/gejala peningkatan P: Intervensi di lanjutka
TIK
1.8 Hindari aktivitas yang
dapat meningkatkan
tekanan intracranial

S : Klien mengatakan rasa S: Klien terbangun ketika


berat di tengkuk dan kepala istirahat malam hari.
sudah hilang dan semalam O:
sudah dapat tidur dengan k/u baik
nyenyak TD : 140/80 mmHg
O: konjungtiva tidak anemis
P : Adanya tekanan darah pasien tampak rileks
tinggi pasien tampak lebih segar
Q : Seperti ditusuk dan A :Masalah sebagian teratasi.
tertimpa beban berat P :intervensi dilanjutkan
R : kepala bagian belakang,
leher, dan tengkuk
S:2
T : Hilang timbul
-TTV :
TD : 150/90 mmHg
N : 60x/ menit
RR : 19x/menit
T : 36,4 OC
A : Masalah nyeri teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2.1 Kaji nyeri
2.4 Kolaborasi pemberian
analgetik
2.5 Tingkatkan istirahat
S : Klien mengatakan mulai S:
memahami tentang proses  Klien mengatakan kaki
penyakit hipertensi yang kirinya lebih mudah
dideritanya digerakkan pada saat
O: Klien dapat menjawab beraktivitas.
beberapa pertanyaan yan  Klien mengatakan nyeri
diajukan perawat sesuai yang dirasakan mengganggu
informasi yang telah aktivitas
disampaikan
A : Masalah teratasi O:
sebagian  Klien terlihat
P : Lanjutkan intervensi menggunakan tongkat ketika
5.4 Melakukan pendidikan berjalan.
kesehatan
A:
Masalah Keperawatan
Resiko Jatuh Sebagian
Teratasi
P:
Intervensi 1,2,3 dan 4
dilanjutkan
Tanggal 31 Agustus 2022
No Waktu Kasus 1 Kasus 2
Dx
S: Klien mengatakan nyeri S: Pasien mengatakan nyeri.
sudah berkurang O:
O: Klien tampak membaik P: nyeri kepala
TD : 140/80 mmHg Q: nyeri seperti tertusuk-
A : Masalah Risiko perfusi tusuk.
serebral tidak terjadi R: Di kepala(tengkuk). S:
P : Lanjutkan intervensi Skala 5
T: Saat beraktifitas berat.
-Mengobservasi TTV:
TD: 180/100 mmhg.
N : 84x/Menit.
RR: 20x/Menit.
S:36°C
A: Masalah teratasi.
P: pasien pulang
: Klien mengatakan rasa S: Klien terbangun ketika
berat di tengkuk dan kepala istirahat malam hari.
sudah O:
hilang k/u baik
O: TD : 140/80 mmHg
-Pasien sudah dapat duduk konjungtiva tidak anemis
dan terlihat lebih segar pasien tampak rileks
-TTV pasien tampak lebih segar
TD : 140/80 mmHg A :Masalah sebagian teratasi.
N : 68x/ menit P :intervensi dilanjutkan
RR : 17 x/menit
T : 36 CO
A : Masalah nyeri sudah
teratasi
P : Hentikan intervensi
S : Klien mengatakan sudah S:
mualai paham mengenai  Klien mengatakan kaki
penyakit hipertensi yang kirinya mudah digerakkan
dideritanya pada saat beraktivitas.
O: Klien dapat mengulang
beberapa informasi tentang O:
penyakit hipertensi yang  Klien terlihat
telah disampaikan perawat menggunakan tongkat ketika
A : Masalah teratasi berjalan.
P : Hentikan Intervensi
A:
Masalah Keperawatan
Resiko Jatuh Sebagian
Teratasi
P:
Intervensi 3 dan 4
dilanjutkan

BAB 4
PEMBAHASAN
Bab ini penulis akan membahas mengenai permasalahan atau

kesenjangan yang terjadi selama melakukan asuhan keperawatan langsung

terhadap Tn. M dan Ny. S dengan kasus Hipertensi Di Ruang Rindu B 2 Rumah

Sakit H. Adam Malik. Dalam bab ini penulis membandingkan antara teori yang

ada pada literatur dengan kasus yang ditemukan oleh penulis. Selain itu penulis

juga membahas mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat yang

penulis temukan pada saat melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M dan Ny.
S, serta alternatif pemecahan masalah yang penulis berikan selama melakukan

asuhan keperawatan pada tiap tahap keperawatan.

Asuhan keperawatan pada Tn. M dan Ny. S menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang dilaksanakan selama tiga hari, yaitu dari tanggal 28 Agustus-

30 Agustus 2022. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah

dilaksanakan pada Tn. M dan Ny. S adalah seperti yang diuraikan dibawah ini.

4.1. Tahap Pengkajian

Pada tahap pengkajian, penulis menggunakan format pengkajian yang

diawali pengumpulan informasi dan data dasar berupa data subyektif dan data

obyektif yang sesuai dengan pengkajian. Sedangkan data obyektif dan data

penunjang diperoleh melalui interaksi dengan klien. Dalam tahap pengkajian

ini, penulis tidak menemukan hal-hal yang menghambat proses pengkajian

karena didukung adanya kerjasama yang baik dengan klien, keluarga klien,

perawat ruangan, dan dokter.

Setelah dilakukan pengumpulan data baik dari studi literatur, studi

dokumentasi, pemeriksaan fisik, observasi dan wawancara, sebagian data yang

ditemukan pada kasus sama dengan yang ada pada teoritis, tetapi juga

didapatkan beberapa kesenjangan antara teoritis dan kasus pada tahap

pengkajian.

Pada pengkajian ini difokuskan pada asuhan keperawatan. Pengkajian

pada klien 1 dan pada klien 2 dilakukan pengkajian pada tanggal 28 Agustus

2022. Hasil dari pengkajian sebagai berikut : Pada klien 1 berusia 63 tahun
jenis kelamin laki-laki pekerjaan petani, pendidikan terakhir SMA dengan

diagnosa medis Hipertensi dengan keluhan nyeri kepala, mual, muntah, dan

lemas. Sedangkan pada klien 2 berusia 52 tahun jenis kelamin perempuan

menikah pendidikan terakhir SMP dengan diagnose hipertensi dengan keluhan

nyeri kepala bagian belakang lebih tepat pada tengkuk.

Keluhan yang dirasakan antara klien 1 dan 2 pada saat pengkajian

memiliki kesamaan yaitu nyeri kepala, sesuai dengan teori (Adrian, 2019)

bahwa pada pasien hipertensi keluhan yang dapat muncul yaitu nyeri kepala,

gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah

lelah, dan impotensi.

Hasil pemeriksaan ditemukan perbedaan pada skala nyeri antara klien 1

dan 2, pada klien 1 skala nyeri 3 dan klien 2 skala nyeri 5 dengan

qualitas/quantitas nyeri yang sama yakni nyeri seperti tertusuk-tusuk. Pada

pemeriksaan tanda-tanda vital saat pengkajian pada klien 1 tekanan darah :

170/70 mmHg, Nadi : 65 x/menit, Suhu tubuh : 36◦C, pernapasan : 20x/menit,

sedangkan pada klien 2 tekanan darah : 200/140 mmHg, nadi : 96 x/menit, suhu

tubuh : 36◦C , pernapasan: 20 x/menit. Dari hasil pengkajian klien 1 dan 2

menurut teori (Nurarif, 2015) ditemukan bahwa klasifikasi hipertensi memiliki

perbedaan yaitu kategori hipertensi pada klien 1 yaitu grade 2 (sedang)

sedangkan pada klien 2 yaitu grade 3 (berat).

Pada pemeriksaan status nutrisi pada pengkajian pada klien 1 terdapat

pemeriksaan berat badan, dan tinggi badan sedangkan pada klien 2 tidak
terdapat pemeriksaan tersebut. Penulis berpendapat bahwa pemeriksaan berat

badan dan tinggi badan penting guna mengetahui keadaan nutrisi klien ,dimana

pada pemeriksaan klien 2 terdapat mual, muntah dan tidak nafsu makan yang

dapat mempengaruhi keadaan nutrisi klien.

Menurut (Aspiani, 2016) salah satu penyebab dari penyakit hipertensi

yaitu berdasarkan kebiasaan hidup seperti konsumsi garam yang tinggi (lebih

dari 30g), kegemukan atau (efedrin, makan berlebih, stress, merokok, minum

alkohol, minum obat-obatan prednisone, epinefrin). Namun dalam pengkajian

tidak terdapat data kebiasaan hidup klien sebelum masuk rumah sakit. Penulis

berpendapat bahwa pengkajian pola hidup klien penting untuk mengetahui

penyebab dari hipertensi yang di alami klien.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI SPP PPNI, 2016).

Berdasarkan data hasil pengkajian pada klien 1 ditemukan data data untuk

menegakan 3 masalah keperawatan menurut standar diagnosa keperawatan dan

pada klien 2 ditemukan 3 masalah keperawatan berdasarkan Nanda NIC NOC.

Tidak semua diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka muncul pada

tinjauan kasus atau pada kasus nyata, karena diagnosa keperawatan pada

tinjauan pustaka merupakan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa

hipertensi secara umum sedangkan pada kasus nyata diagnosa keperawatan


disesuaikan dengan kondisi klien secara langsung. Berikut masalah

keperawatan antara klien 1 dan klien 2 yang sesuai dengan teori antara lain :

a. Nyeri Akut

Masalah ini ditemukam pada pengkajian klien 1 dengan menggunakan

SDKI dan klien 2 menggunakan Nanda NIC NOC.

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi

Masalah ini ditemukan pada pengkajian klien 1 berdasarkan SDKI.

Masalah ini ditegakkan sesuai dengan teori (Tim Pokja SDKI, 2017) pada

pasien dengan nyeri akut ditemukan data-data yang sesuai dengan data mayor.

Di dapatkan keluhan nyeri pada kepala dan rasa tidak nyaman pada tengkuk dan

leher, nyeri yang dirasakan seperti tertusuk dan ditekan, nyeri yang dirasakan

pada kepala bagian belakang, leher dan tengkuk, dengan skala nyeri 3 (dari 1-

10), durasi nya hilang timbul. Tekanan darah : 170/90 mmHg Nadi : 65x/menit,

RR: 20x/menit, T: 36◦C, Pasien tampak lemas.

2) Nyeri akut berhubungan dengan resistensi pembuluh darah otak

Masalah ini ditemukan pada pengkajian klien 2 berdasarkan Nanda NIC

NOC, Do : KU : lemah, TTV : 200/140. Klien 2 mengeluh pusing kepala, nyeri

yang dirasakan cekot-cekot pada tengkuk seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 5

terjadi secara mendadak, ekspresi klien tampak menyeringai.

Sedangkan menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia),

penegakan diagnosa didasarkan pada data mayor dan minor. Dalam hal ini data
sudah sesuai untuk diangkat diagnose nyeri tetapi pada SDKI diagnosa berubah

menjadi nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisiologi.

Penulis beransumsi bahwa kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respons pembuluh darah. Secara teoritis menurut (Aspiani,

2016) yaitu rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Vasomotor tersebut berdampak iskemik disebagian pembuluh darah diotak

sehingga timbul nyeri kepala.

b. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (D.0111)

Masalah ini ditemukan pada klien 1 namun tidak ditemukan pada klien

2, pada saat dilakukan pengkajian klien 1 mengatakan sebelumnya tidak pernah

diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi. Klien mengatakan kurang

begitu paham tentang tekanan darah yang sering tinggi yang dideritanya. klien

tampak tegang dan diam saat ditanya tentang tekanan darah tinggi yang di

deritanya. penegakan diagnosa didasarkan pada data mayor dan minor. Dalam

hal ini data sudah sesuai untuk diangkat diagnose deficit pengetahuan.

Penulis beramsumsi bahwa faktor yang ditimbulkan dari diangkatnya

diagnosa defisit pengetahuan yaitu karena faktor usia yang sudah tua

membuatnya sering lupa dan faktor pendidikan. Kurangnya pengetahuan karena

derajat pendidikan terakhir klien 1 yakni SMP. Diangkatnya diagnosa defisit

pengetahuan untuk dilakukan intervensi guna menambah pengetahuan klien,


sesuai dengan teori (Gobel, Mulyadi, & Malara, 2016) bahwa peran perawat

sebagai (educator) atau pendidik, peran ini meningkatkan kesehatan melalui

pemberian pengetahuan terkait dengan keperawatan dan tindakan medis

c. Resiko jatuh dengan penurunan fungsi kesehatan.

Masalah ini ditemukan pada klien 2 namun tidak ditemukan pada klien

1, penegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan Nanda NIC NOC dengan

data dari klien mengatakan badannya terasa lemas, tekanan darah : 180/100

mmHg, kekuatan otot (5,5,4,4), Resiko jatuh adalah beresiko mengalami

kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh. Penegakan diagnosa

tersebut sesuai dengan teori menurut (Aspiani, 2016) yaitu keluhan yang dapat

muncul pada penderita hipertensi antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,

pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan

impotensi.

Data klien 2 diagnosa resiko jatuh yaitu kekuatan otot (5,5,4,4). Penulis

berasumsi bahwa terdapat kesalahan dalam memasukan data oleh peneliti

sehingga perbedaan data tersebut dapat mempengaruhi evaluasi akhir diagnose.

Sedangkan menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia),

penegakan diagnosa didasarkan pada data mayor dan minor. Dalam hal ini data

sudah sesuai untuk diangkat diagnosa pada SDKI menjadi Resiko jatuh ditandai

dengan gangguan keseimbangan. Berikut masalah keperawatan antara klien 1

dan klien 2 yang tidak sesuai dengan teori pathway antara lain :

a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan sekitar


Masalah ini ditemukan pada klien 2 namun tidak ditemukan pada klien

1, pada saat dilakukan pengkajian klien 2 mengatakan susah tidur karena tidak

terbiasa dengan lingkungan rumah sakit. Tanda-tanda vital : Tekanan darah :

180/100 mmHg, Pasien tampak pucat, konjungtiva anemis, area bawah mata

hitam, pasien tampak lemas. Penegakan diagnosa tersebut tidak sesuai dengan

teori pada pathway namun menurut (Aspiani, 2016)

Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respons pembuluh darah, rasa tidak nyaman yang dirasakan pasien akan

berpengaruh terhadap tekanan darahnya dan pola tidur yang terganggu.

Sedangkan menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia),

penegakan diagnosa didasarkan pada data mayor dan minor. Dalam hal ini data

sudah sesuai untuk diangkat diagnosa pada SDKI menjadi Gangguan pola tidur

berhubungan dengan hambatan lingkungan. Penulis berasumsi bahwa gangguan

pola tidur pada klien 1 karena ketidaknyamanan yang di rasakan klien.

b. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif d.d factor risiko (D.0017)

Masalah ini ditemukan pada klien 1 namun tidak ditemukan pada klien

2, diagnosa resiko perfusi serebral tidak efektif ditegakkan karena terkait

kondisi tekanan darah klien 1 dengan tekanan darah :170/90mmHg. Hal

tersebut tidak sesuai dengan teori pada pathway namun, pada komplikasi yang

di timbulkan dari peyakit hipertensi menurut (Trianto,2014) bahwa komplikasi

berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal

sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.

Diagnosa resiko perfusi serebral tidak efektif pada klien 1 dari data hasil

diatas diangkat menjadi diagnosa utama oleh peneliti, penulis berasumsi bahwa

diangkatnya diagnosa resiko perfusi serebral tidak efektif tidak tepat untuk

menjadi diagnosa utama karena sesuai teori (Tim Pokja SDKI SPP PPNI, 2016)

bahwa dalam perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis

diagnosis keperawatan, Mengutamakan metode penulisan yang tediri dari

masalah, penyebab, dan tanda gejala, yang hanya dilakukan pada diagnosis

aktual maka menurut penulis seharusnya peneliti mengangkat nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologi menjadi diagnosa utama,

dibuktikan dengan adanya nyeri yang dirasakan pada kepala bagian belakang,

leher dan tengkuk, dengan skala nyeri 3 (dari 1-10), durasi nya hilang timbul.

Tekanan darah : 170/90 mmHg, Nadi : 65x/menit, RR: 20x/menit, T: 36◦C dan

dibuktikan juga pada hasil laboratorium klien 1 dengan Hb : 13.0 g/dl (normal:

13-17 g/dl), dan pada penatalaksanaan klien 1 hanya terdapat Amlodipine

(Oral) 1 x 10 mg, Candesartan (Oral) 1 x 8 mg, dan (IVFD) 20 tpm.

3. Perencanaan

Pada tahap intervensi atau perencanaan, peneliti menyusun intervensi

dengan pendekatan SMART yang sesuai dengan diagnosa keperwatan yang

ditemukan pada klien. Perencanaan yang di buat penulis pada klien 1 dan 2

beradasarkan empat komponen yaitu observasi, terapeutik, tindakan edukasi,


dan tindakan kolaborasi,sebagai berikut ; Perencanaan asuhan keperawatan

yang dilakukan pada klien 1 dengan masalah keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologi diharapkan selama 3 x 24 jam

diharapkan masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil : Klien

mengatakan nyeri berkurang, klien mengenal lamanya nyeri, klien dapat

menggunakan teknik non farmakologi, klien tidak gelisah dengan intervensi

1.Monitor tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh, 2.Monitor

peningkatan TD, 3. Monitor pelebaran tekanan nadi ( selisih TDS dan TTD), 4.

Monitor penurunan frekuensi jantung, 5. Monitor adanya keluhan sakit kepala,

6. Periksa riwayat penyakit pasien secara rinci untuk melihat factor resiko, 7.

Monitor sirkulasi.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 2 dengan

masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan resistensi pembuluh

darah otak yang dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan nyeri

pada klien berkurang atau hilang dengan kriteri hasil: Pasien mengetahui

penyebab nyerinya, Pasien mengatakan nyeri hilang, pasien mampu

mendemonstrasikan ulang teknik relaksasi dan distraksi, pasien rileks, skala

nyeri berkurang 1-3, Tanda-tanda vital dalam batas normal, tekanan darah :

Sistole:100–140 mmhg, Diastole:60–90 mmhg, N:60-100x/menit, S:36,5 –

37°5, RR: 20-24 x/menit dengan intervensi 1.Ajarkan klien untuk melakukan

teknik rileksasi, 2. Kaji skala nyeri klien (0-10), 3.Perhatikan isyarat verbal dan

non verbal seperti: meringis, kaku, gerakan melindungi, 4.Kaji tanda-tanda vital
(tekanan darah, respirasi, Nadi, Suhu), 5.Kolaborasi pemberian analgesik sesuai

dengan advice dokter.

Sedangkan menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

dan SLKI ( Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang penulis gunakan

untuk diagnose nyeri akut dengan tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun, kriteria hasil : Tingkat nyeri

(L.08066) pasien mengatakan nyeri berkurang, pasien menunjukan ekspresi

wajah tenang, pasien dapat beristirahat dengan nyaman dengan intervensi

Manajemen nyeri (I.08238) (Observasi) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik

nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri, 2. Identifikasi skala nyeri,

3.Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri, (Terapeutik)

4.Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:

akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi

terbimbing,kompres hangat/dingin), 5. Kontrol lingkungan yang memperberat

rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan), (Edukasi) 6. Anjurkan

memonitor nyeri secara mandiri, 7. Ajarkan teknik non farmakologis untuk

mengurangi nyeri, (Kolaborasi) 8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dengan

masalah keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan deficit

pengetahuan klien teratasi, kriteria hasil : klien mengungkapkan

pemahamannya tentang penyakitnya dengan intervensi Edukasi kesehatan 1.


Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien mengenai proses

penyakit, 2.jelaskan patofisiologi penyakit dengan cara yang tepat, 3.gambarkan

tanda gejala yang muncul pada penyakit dengan cara yang tepat, 4.Melakukan

pendidikan kesehatan.

Sedangkan menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia),

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dan SLKI ( Standar Luaran

Keperawatan Indonesia) yang penulis gunakan untuk diagnosa defisit

pengetahuan b.d kurang terpapar informasi dengan tujuan setelah dilakukan

tindakan keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan meningkat,kriteria hasil:

Pasien melakukan sesuai anjuran, Pasien tampak mampu menjelaskan kembali

materi yang disampaikan, Pasien mengajukan pertanyaan dengan intervensi

Edukasi kesehatan ( I.12383) (Observasi) 1. Identifikasi kesiapan dan

kemampuan menerima informasi, 2. identifikasi factor-faktor yang dapat

meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat,

(Terapeutik) 3.sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, 4. jadwalkan

pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, 5. berikan kesempatan untuk

bertanya, (Edukasi) 6. jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi

kesehatan, 7. ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat, 8. ajarkan strategi yang

dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 2

berdasarkan Nanda NIC NOC dengan masalah keperawatan resiko jatuh

berhubungan dengan penurunan fungsi kesehatan selama selama 2x24 jam


diharapkan pasien dapat meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dengan

kriteria hasil : Klien dapat melakuakn aktivitas secara mandiri, mampu

melaksanakan aktivitas sehari – hari, keseimbangan aktivitas dan istirahat

dengan intervensi 1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas

normal, catat laporan kelemahan, keletihan, 2. TTV dalam batas normal, 3.

Berikan lingkungan yang tenang, 4.Ubah posisi pasien dengan perlahan dan

pantau adanya pusing.

Sedangkan menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

dan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang penulis gunakan

untuk diagnosa resiko jatuh ditandai dengan gangguan keseimbangan setelah

dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat jatuh menurun, kriteria

hasil: Tingkat jatuh (L.14138) Risiko jatuh dari tempat tidur menurun, Risiko

jatuh saat berjalan menuru, Risiko jatuh saat berdiri menurun dengan intervensi

Pencegahan jatuh ( I.14540) (Observasi) 1. Identifikasi factor risiko (mis. Usia

>65 tahun, penurunan tingkat kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik.

Gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati), 2. Identifikasi

risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan kebijakan institusi,

3. Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh (mis. Morse

scale, humpty dumpty), (Terapeutik) 4. Pasang handrail tempat tidur, (Edukasi)

5. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpidah.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 2

berdasarkan Nanda NIC NOC dengan masalah keperawatan gangguan pola


tidur berhubungan perubahan lingkungan sekitar selama 1x 24 jam diharapkan

gangguan istirahat tidur tidak terjadi, kriteria hasil : 1.Pasien tampak rileks dan

segar, 2. TTV dalam batas normal, 3. Pasien dapat tidur selama 6-8 jam setiap

malam dengan intervensi 1.Berikan ruangan yang nyaman, 2. Ajarkan pasien

distraksi dan relaksasi., 3. Anjurkan pasien mandi/ seka air hangat untuk

persiapan tidur.

Sedangkan menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia),

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dan SLKI ( Standar Luaran

Keperawatan Indonesia) yang penulis gunakan untuk diagnose gangguan pola

tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dengan tujuan keadekuatan

kualitas dan kuantitas tidur membaik, kriteria hasil : keluhan sulit tidur

menurun, keluhan pola tidur berubah menurun, keluham istirahat tidak cukup

menurun dengan intervensi dukungan nyeri (I.05174) (Observasi) 1.identifikasi

pola aktifitas dan tidur, 2. Identifikasi actor pengganggu tidur, (Terapeutik) 3.

Modifikasi lingkungan, 4. Lakukan prosedur peningkatan kenyamanan,

(Edukasi) 5. Anjurkan menepati kebiasaan tidur, 6. Ajarkan relaksasi otot

autogenic atau cara nonfarmakologi lainya.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dengan

masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan factor

risiko diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam risiko

perfusi serebral tidak terjadi dengan kriteria hasil : tekanan darah dalam rentang

normal (110/80-140/80), tidak ada ortostatik hipertensi, tidak ada tanda-tanda


peningkatan tekanan intracranial, kien melaporkan atau menunjukan tidak ada

tanda dyspnea, angina dan disritmia, dengan intervensi 1.Monitor tekanan

darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh, 2. Monitor peningkatan, 3.Monitor

pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan TDD), 4.Monitor penurunan frekuensi

jantung, 5.Monitor adanya keluhan sakit kepala, 6. Periksa riwayat penyakit

pasien secara rinci untuk melihat faktor risiko, 7. Monitor sirkulasi perifer

(mis.nadi perifer, edema, CRT, warna, suhu, dan adanya rasa sakit pada

ekstremitas), 8.Monitor adanya tanda/gejala peningkatan TIK, 9.Hindari

aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intracranial.

4. Implementasi

Pada tahap ini peneliti melakukan implementasi sesuai dengan

intervensi yang sudah direncanakan. Implementasi merupakan tindakan yang

sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan

mandiri dan tindakan kolaborasi (Wartonah, 2015). Proses pelaksanaan

implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan

kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2

dilaksanakan dalam waktu dan tempat yang berbeda. Pada klien 1 asuhan atau

pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan 29 Agustus 2022 s/d 31

Agustus 2022. Tindakan keperawatan penatalaksanaan hipertensi untuk

menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas


yang berkaitan. tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan

sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolic dibawah 90 mmHg dan

mengontrol factor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup

saja, atau dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2016).

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan

tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur

keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang

dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017)

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 1 dengan diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologi teratasi di hari ketiga pada

tanggal 8 Mei 2019 karena klien 1 sudah tidak merasa nyeri di kepalanya, klien

sudah dapat duduk dan terlihat lebih segar, TD : 140/80 mmHg.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 2 dengan diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial teratasi pada tanggal 29

Agustus 2022 Januari pasien mengeluh nyeri pada bagian kepala masih terasa

sakit, pasien tampak meringis sekala nyeri 3. Menurut asumsi penulis diagnosa

nyeri akut untuk klien 2 pada evaluasi tanggal 29 Agustus 2022 belum teratasi ,
karena pasien masih mengeluh nyeri pada bagian kepala dengan skala nyeri 3,

dan tidak memenuhi kriteria hasil yang menyatakan nyeri menghilang atau

nyeri berkurang 1-2 .

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 1 dengan diagnose nyeri akut

b/d agrn pencedera fisiologis pada tngl 29 Agustus 2022, klien mengatakan

nyeri kepala bagian belakang, dan rasa tidak nyaman di leher dan tengkuk, klien

terlihat meringis, klien terlihat tegang, adanya tekanan darah tinggi, nyeri

seperti di tusuk dan ditekan di bagian kepala belakang, leher dang tengkuk, s:3

T: hilang timbul, TD: 170/90 mmHg N: 65X/m RR: 20X/m T: 36,5C masalah

keperawatan nyeri akut pada pasien 1 belum teratasi.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 2 dengan resiko jatuh dengan

penurunan fungsi kesehatan tidak terdapat pada data. Sedangkan penulis

berasumsi bahwa evaluasi diagnosa resiko jatuh harus tetap di buat guna

mengetahui diagnosa tersebut terjadi atau tidak pada pasien.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 2 dengan diagnosa gangguan

pola tidur berhubungan perubahan lingkungan sekitar teratasi pada tanggal 31

Agustus 2022 pasien mengatakan sudah tidak terbangun ketika istirahat malam

hari. Tekanan darah : 140/80 mmHg, konjungtiva tidak anemis, pasien tampak

rileks, pasien tampak lebih segar, dan intervensi dihentikan.


BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapat dari dua kasus yang sama yaitu

Pengkajian pada klien 1 dan klien 2 dilakukan pengkajian pada tanggal 29

September 2022 menunjukkan adanya tanda dan gejala yang sama yang

dirasakan oleh klien 1 dan 2 yaitu nyeri kepala pada tengkuk.

2. Diagnosa keperawatan

Pada penegakkan diagnosa keperawatan ditemukan persamaan dan

perbedaan antara klien 1 dan 2 yaitu klien 1 memiliki 3 diagnosa keperawatan

diantaranya Resiko perfusi serebral tidak efektif, nyeri akut, defisit

pengetahuan, sedangkan klien 2 memiliki 3 diagnosa keperawatan diantaranya

nyeri akut, gangguan pola tidur, dan resiko jatuh. Di dalam teori muncul 5

diagnosa keperawatan namun yang sesuai dengan teori ada 3 diagnosa

keperawatan.

3. Perencanaan

Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh peneliti baik

intervensi yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi seperti Identifikasi

lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri, berikan teknik non

farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, identifikasi factor-faktor yang dapat

meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan (Implementasi) keperawatan dilakukan berdasarkan

perencanaan diagnosa keperawatan yang dibuat antara klien 1 dan 2 seperti

mengkaji nyeri, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, Mengukur tekanan


darah dan suhu pasien, menghitung nadi dan pernafasan, menganjurkan pada

pasien agar meningkatkan waktu istirahat nya.

5. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada klien klien 1 dilakukan

selama 3 hari perawatan di rumah sakit pada tanggal 29 Agustus 2022 oleh

peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh

peneliti pada klien 1 dan klien 2 menunjukkan bahwa masalah yang dialami

kedua klien ada yang belum teratasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat

dan ada yang sudah teratasi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Hipertensi , maka penulis ingin memberikan saran antara lain :

1. Bagi profesi keperawatan

Meningkatkan riset dalam bidang keperawatan agar pada saat

menentukan perencananaan serta pelaksanaan dalam pemberian asuhan

keperawatan lebih tepat dan lebih spesifik dengan melihat respon pasien dan

keluarga pasien.

2. Bagi rumah sakit

a. Menanggapi keluhan pasien dengan segera untuk dilakukan tindakan

lanjut.
b. Memperhatikan dalam pembuatan dokumentasi keperawatan, dengan

maksud pendokumentasian bukan bersifat rutinitas.

3. Institusi pendidikan

a. Meningkatkan proses bimbingan belajar, seperti bimbingan kepada

mahasiswa yang akan melakukan penyusunan Praktek Belajar Lapangan

Komprehensif. Dengan adanya bimbingan diharapkan target untuk

mencapai tujuan dalam penyelesaian tugas dapat tercapai.

b. Menambah inventaris laboratorium untuk meningkatkan proses belajar.

c. Menambah literatur-literatur baru, untuk mempermudah dalam proses

belajar mengajar maupaun penyelesaian tugas.

3. Bagi penulis

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan lebih cermat dalam

mencari literatur dalam pembuatan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana


Terbaru Pada Dewasa, 46(3), 172–178.
Aryantiningsih, D. S., & Silaen, J. B. (2018). Kejadian Hipertensi Pada
Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal
Ipteks Terapan, 12(1), 64. https://doi.org/10.22216/jit.2018.v12i1.1483
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta: EGC
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular.
Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan
Fisik & Riwayat Kesehatan (p. 49).
Dinarti, & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi
Keperawatan.1–172.http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp Gobel, M. G.
S., Mulyadi, N., & Malara, R. (2016). Hubungan Peran Parawat Sebagai
Care Giver Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Instalasi Gawat Darurat Di Rsu.
Gmibm Monompia Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal
Keperawatan, 4(2)
Hasanah, H. (2016). Teknik-Teknik Observasi. 21–46.(Sebuah
Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu Sosial).Universitas Islam
Negeri Semarang
Jasa, Z. K., Saleh, S. C., & Rahardjo, S. (n.d.). Dan Intraventrikular
Yang Dilakukan Vp-Shunt Emergensi Outcome Of Patients With Intracerebral
And Intraventricular Haemorrhage After An Emergency Vp-Shunt InsertioN.
1(3), 158–162.
Jumriani Ansar1, Indra Dwinata1, A. . (2019). Determinan Kejadian
Hipertensi Pada Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ballaparang Kota Makassar. Nasional Ilmu Kesehatan, 1, 28–35.

Angsoka di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda (Vol. 53).


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health


Profile 2018].http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Kemenkes.RI. (2018). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.
https://doi.org/10.1177/109019817400200403 .
Nurariif, A. H. (2017). Aplikasi Asuhan kepeawatan berdasarkan
diagnosa medis & Nanda Jilid 2.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI. PPNI, Tim
Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan.
Probosari, E. (2017). Faktor Risiko Hipertensi Pada Remaja. JNH
(Journal of Nutrition and Health), 5(1), 18–27.
https://doi.org/10.14710/JNH.5.1.2017.18-27
Arissaputra, S. S. (2017). Peningkatan Pengetahuan Terkait Hipertensi
Guna Perbaikan Tekanan Darah pada Pemuda di Dusun Japanan, Margodadi,
Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
(Indonesian Journal of Community Engagement), 3(1), 26–38.
https://doi.org/10.22146/jpkm.25944

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


HIPERTENSI

Hari / Tanggal : Kamis, 01 September 2022

Waktu : 10.00 wib

Pokok Bahasan : Hipertensi

Sub Pokok Bahasan : Menjelaskan mengenai Hipertensi


Tempat : RSU H. Adam Malik

1. TOPIK

Hipertensi

2. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan keluarga pasien dapat

mengerti dan memahami tentang Hipetensi

b. Tujuan Khusus

Pasien, keluarga pasien dan pengunjung dapat :

1) Menjelaskan pengertian Hipetensi

2) Menjelaskan penyebab terjadinya Hipetensi

3) Menjelaskan tanda dan gejala Hipetensi

5) Menjelaskan tentang pencegahan Hipetensi

6) Menjelaskan penatalaksanaan Hipetensi

3. SASARAN

a. Sasaran Langsung: pasien yang mengalami hipertensi yang berada di ruangan

rindu b di Rsu H. Adam Malik

b. Sasaran tidak langsung : keluarga pasien, pengunjung di rindu b di Rsu H.

Adam Malik

No Acara Waktu Tahapan Kegiatan Penyuluhan


1. Ceramah 5 Menit Pembukaan 1. Mengucapkan
salam.
2. Memperkenalkan
diri.
3. Menjelaskan
judul materi serta
tujuan yang akan
dicapai oleh peserta
penyuluhan dan
melakukan kontrak
waktu.
4. Menggali
pengetahuan peserta
penyuluhan.
Ceramah 15 Menit Penyajian Menjelaskan pada
peserta tentang:
1. Pengertian ca
mammae
2. Penyebab ca
mammae
3. Tanda & Gejala
ca mammae
4. Pemeriksaan ca
mammae
5. Pengobatan
struma
Tanya jawab 5 Menit Evaluasi 1. Memberikan
dan Diskusi reinforcement
positif kepada
peserta atas
kemampuan
bertanya
2. Menjawab
pertanyaan peserta
3. Memberikan
pertanyaan tentang
materi yang telah
disampaikan
Ceramah 5 Menit Penutup 1. Menyimpulkan
hasil penyuluhan
2. Mengucapkan
terima kasih atas
peran serta peserta
yang telah
berpartisipasi
3. Menutup acara
penyuluhan

MATERI

A. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana

tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg

B. Etiologi

Tanda dan gejala:

– Sakit kepala dan pusing,

– Nyeri kepala berputar,

– Rasa berat di tengkuk,

– Marah/emosi tidak terkendali,

– Mata berkunang-kunang,

– Telinga berdengung,

– Suka Tidur,

– Kesemutan,

– Kesulitan bicara,

– Rasa mual/muntah
Faktor yang mempengaruhi terjadinya Hipertensi:

– Riwayat keluarga dengan Hipertensi,

– Umur,

– Kegemukan,

– Merokok,

– Stres,

– Alkohol,

– Obat-obatan,

– Kurang olahraga,

– Makanan berlemak,

– Berhenti haid,

– Penyakit (Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal).

Komplikasi:

– Stroke,

– Penyakit jantung koroner,

– Gagal jantung,

– Penyakit ginjal,

– Penyakit pembuluh perifer (misalnya gejala semutan).

Pencegahan:

– Pertahankan berat badan idel,

– Olahraga,

– Batasi pemakaian garam,


– Hindari konsumsi alkohol,

– Tidak/berhenti merokok,

– Makan banyak buah dan sayuran,

– Hindari minum kopi berlebihan,

– Rekreasi,

– Hindari/atasi stres,

– Cek tensi teratur/bulan (bila umur > 40 tahun).

Bagi yang sudah sakit:

Ikuti petunjuk untuk pencegahan dan berobat secara teratur, mentaati

aturan minum obat, konsultasi bila akan minum obat lain.:

– Keaktifan penderita,

– Penderita berusaha,

– Petugas membantu,

– Hubungan baik dan kerjasama penderita dengan petugas.

Makanan untuk penderita dengan tekanan darah tinggi.

– Makanan yang diperbolehkan:

 Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, seperti

beras, kentang, ubi, mie, maizena, hunkwee, terigu, gula pasir,


 Kacang-kacangan dan hasilnya seperti kacang hijau, kacang merah, kacang

tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom,

 Minyak goreng, margarin tanpa garam,

 Sayuran dan buah-buahan tawar, Bumbu-bumbu seperti bawang merah,

bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sere,

cukak.

– Bahan makanan yang dibatasi:

Untuk diet rendah garam, penggunaan daging/daging ayam/ikan dibatasi

paling banyak 100 gram per hari. Telur ayam/telur bebek paling banyak 1 butir

sehari.

SOP PEMBERIAN TERAPI SLOW DEEP BREATHING


UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH DI RUANG
RINDU B 2 RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK

TERAPI SLOW DEEP BREATHING UNTUK NYERI


Pengertian Slow deep brathing adalah gabungan dari metode nafas
dalam (deep breathing) dan napas lambat sehingga dalam
pelaksanaan latihan pasien melakukan nafas dalam
dengan frekuensi kurang dari atau sama dengan 10 kali
permenit.
Tujuan Terapi relaksasi nafas dalam dan lambat (slow deep
breathing) untuk mengurangi intensitas nyeri
Prosedur Waktu yang dibutuhkan untuk memberikan terapi
relaksasi slow deep breathing yaitu 30 menit

Pelaksanaan pemberian terapi relaksasi slow deep


breathing 1.Persiapan
a. Siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang
b. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan
2.Pelaksanaan
a. Persiapan sebelum terapi
1) Atur posisi klien duduk atau tidur
2) Mencuci tangan
3) Kedua tangan diletakan diatas perut
b. Pelaksanaan
1) Anjurkan klien melakukan napas secara berlahan
dan dalam melalui hidung dan tarik napas secara
perlahan selama 3 detik, rasakan abdomen
mengembang saat tarik napas.
2) Tahan napas selama 3 detik
3) Kerutkan bibir keluarkan melalui mulut dan
hembuskan napas secara perlahan selama 6 detik.
Rasakan abdomen bergerak kebawah
4) Ulangi langkah 1 sampai 6 selama 15 menit.
5) Latihan slow deep breathing dilakukan dengan
frekuensi 3 kali sehari.
Evaluasi 1) Mengeksplorasi perasaan pasien.
2) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
memberikan umpan balik dari terapi yang telah
dilakukan.
Pengertian slow deep breating Apa Manfaatnya?
SLOW DEEP
Menurunkan tekanan

BREATHING Slow deep brathing adalah
darah
gabungan dari metode nafas dalam
 Menurunkan kadar
(deep breathing) dan napas lambat glukosa darah
Rizki andriani
 Menurunkan nyeri
sehingga dalam pelaksanaan menurunkan tengkat
latihan pasien melakukan nafas kecemasan
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes
dalam dengan frekuensi kurang
FLORA MEDAN
2021/2022 dari atau
sama dengan 10 kali
Langkah-langkah slow
deep breathing Ulangi langkah a
sampai e selama 15
menit g. Latihan slow
a. Atur pasien dengan posisi duduk deep breathing
atau berbaring dilakukan dua kali
sehari, yaitu pagi dan
b. Kedua tangan pasien diletakkan sore hari.
di atas perut

c. Anjurkan melakukan napas


secara perlahan dan dalam melalui
hidung dan tarik napas selama tiga
detik, rasakan perut mengembang
saat menarik napas.

Tahan napas selama tiga detik

e. Kerutkan bibir, keluarkan


melalui mulut dan hembuskan
napas secara perlahan selama
enam detik. Rasakan perut
bergerak ke bawah.
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER DENGAN: HIPERTENSI DI RUANG RINDU B 2
RUMAH SAKIT H.ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2022

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Tn. H

Umur : 60 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Gang Melur

DX Medis : Hipertensi

2. Penanggung jawab

Nama : Ny. T

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Gang Sejati

Hub. dengan klien : Istri

3. Keluhan Utama

Tn.H mengatakan pusing, sakit kepala, pandangan kabur.

4. Riwayat Kesehatan

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya :

Penyebabnya karena klien tidak sengaja mengkonsumsi ikan asin

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Isirahat dan berbaring.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan pening dan pandangan kabur

2. Bagaimana dilihat

255
Pening dan kepala sangat sakit

Klien terlihat meringis dan pucat

C. Region

1. Dimana lokasinya

Nyeri dirasakan dibagian kepala dan pundak

2. Apakah menyebar

Ya, Klien mengatakan menyebar sampak ke pundak dan leher

D. Severity

Nyeri yang dirasakan mengganggu aktivitas karena pernah membuat klien

pandangan kabur dan kepala sangat sakit.

E. Time

Saat mengkonsumsi makanan asin dan saat beraktivitas secara berlebihan

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan orang tuanya mempunyai penyakit yang sama dengannya.

6. Pemeriksaan Keperawatan/Medis

TTV: TD: 170/110, HR: 92x/i, RR: 24x/i, T: 36 ˚C

7. Terapi/ Tindakan Medis

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS : Gangguan perfusi Peningkatan tekanan
Pasien mengatakan kepala jaringan serebral Intrakranial
terasa pusing, tengkuk terasa
kaku, tangan terasa kesemutan
( jimpe – jimpe )
DO :
Pasien tampak lemas, mata
sulit untuk di buka, Tekanan
darah 170/110 mmHg, Nadi;
92 x/mennit, pernapasan; 24
x/menit, suhu 36,8˚ c

256
2. DS : Nutrisi kurang Intake yang tidak
Pasien mengatakan makan dari kebutuhan adekuat
hanya habis ½ porsi tubuh
tenggorokanya sakit saat
menelan.
DO :
Mukosa bibir kering, Berat
badan sebelum sakit 75 kg.
Status nutrisi: a. Antropometri:
Berat badan:75kg, Tinggi
badan: 170 cm Indeks Masa
Tubuh ( IMT ) 2 2 100

3. DS : Pasien mengatakan tangan Intoleransi Kelemahan fisik


kirinya sulit untuk digerakkan aktivitas
(mengeggam ), belum bisa
duduk, kaki juga masih kaku
untuk digerakkan, belum bisa
banyak gerak DO : Semua
kebutuhan pasien dibantu oleh
keluarga

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat

3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Noc Nic


1. Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tekanan darah
jaringan serebral keperawatan selama 3 x 24 2. Pertahankan tirah
berhubungan jam tidak terjadi kerusakan baring selama fase akut
dengan organ, dengan kriteria hasil ; 3. Ajari teknik relaksasi
peningkatan tekanan darah dalam batas 4. Beri tindakan
tekanan normal ( 130/90 mmHg – nonfarmakologis untuk
intrakranial 140/95 mmHg ) menghilangkan rasa
sakit misal; kompres
dingin pada dahi, pijat
punggung atau leher 5.
Anjurkan pasien untuk
meminimalkan aktivitas
yang dapat
menyebabkan kepala
pusing misal ;
257
mengejan saat buang air
besar, batuk panjang,
membungkuk 6. Bantu
pasien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan 7.
Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
terap
2. Gangguan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Beri makanan dalam
kurang dari keperawatan 3 X 24 jam porsi sedikit tapi sering
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi pasien 2. Motivasi pasien
berhubungan dapat terpenuhi, dengan untuk menghabiskan
dengan intake kriteria hasil ; mukosa bibir makanannya
yang tidak lembab, diit dari rumah sakit 3. Beri higien oral
adekuat bisa habis 2/3 porsi sebelum dan sesudah
makan
4. Awasi pemasukan
diit
5. Kaji ulang pola
makan
6. Berikan
diet,makanan ringan
tambahan yang disukai
pasien
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi.
3. Intolerasi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan
berhubungan keperawatan selama 3 X 24 umum
dengan kelemahan jam diharapkan pasien dapat 2. Kaji tingkat aktivitas
fisik memenuhi kebutuhannya pasien
secara optimal, dengan 3. Bantu pasien dalam
kriteria hasil; aktivitas dapat melakukan aktivitas
dilakukan secara mandiri 4. Beri support kepada
pasien
5. Anjurkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam memenuhi
kebutuhannya
6. Instruksikan pasien
tentang teknik
penghemat energi.
7. Beri dorongan untuk

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi


1 09.00  Pantau tekanan darah S:
 Pertahankan tirah baring Pasien
selama fase akut mengatakan
 Ajari teknik relaksasi pening berkurang
 Beri tindakan berkurang
O : TD 140/110
258
nonfarmakologis untuk mmHg
menghilangkan rasa sakit A : Maalah
misal; kompres dingin pada teratasi sebagian
dahi, pijat punggung atau P : Lanjutkan
leher intervensi
 Anjurkan pasien untuk Kolaborasi
meminimalkan aktivitas dengan dokter
yang dapat menyebabkan pemberian injeksi
kepala pusing misal ; novorapid 12
mengejan saat buang air
besar, batuk panjang,
membungkuk 6. Bantu
pasien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan 7.
Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
terap mengajarkan pasien
dan keluarga untuk
memberikan novorapid
16unit/ SC
2 10.30 Memberi makanan dalam S:
porsi sedikit tapi sering Pasien
Memotivasi pasien untuk mengatakan
menghabiskan makanannya nafsumakan
Memberi higien oral sebelum mulai ada
dan sesudah makan O: Klien tampak
Mengawasi pemasukan diit mengahabiskan
Mengkaji ulang pola makan makanan nya
Memberikan diet,makanan A: Masalah
ringan tambahan yang sebagian teratasi
disukai pasien P: Intervensi di
lanjutkan
Kolaborasi dengan ahli gizi.
Mengobservasi keadaan O:
umum Pasie mulai
Mengkaji tingkat aktivitas mampu
pasien 3 melkaukan
Membantu pasien dalam aktivitas secara
melakukan aktivitas mandiri
Memberi support kepada A : Masalah
pasien sebagian teratasi
Menganjurkan keluarga untuk P : Intervensi
membantu pasien dalam dilanjutjan
memenuhi kebutuhannya
Menginstruksikan pasien
tentang teknik penghemat
energi.
Memberi dorongan untuk

259
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER DENGAN: HIPERTENSI DI RUANG RINDU B 2
RUMAH SAKIT H.ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2022

A. Pengkajian
5. Identitas klien
Nama : Ny. A

Umur : 54 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Babura 1

DX Medis : Hipertensi

6. Penanggung jawab

Nama : Tn. S

Pekerjaan : Wiraswasta

260
Alamat : Jl. Babura 1

Hub. dengan klien : Suami

7. Keluhan Utama

Ny.A mengatakan gejala yang dirasakan saat tekanan darah tinggi yaitu kelapa

sakit, pusing, tengguk terasa berat, badan terasa berat dan susah tidur

8. Riwayat Kesehatan

Klien menngatakan dalam satu tahun terakhir juga mengalami hal yang sama yaitu

sakit kepala, sering pusing dan tengguk terasa berat, badan terasa berat

A. Provocative/palliative

3. Apa penyebabnya :

Penyakit lama terulang kembali

4. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Ny. A mengatakan jika merasa sakit kepala, pusing dan tengguk berat

biasanya langsung ke poli klinik PSWT untuk memeriksa tekanan darah.

B. Quantity/quality

3. Bagaimana dirasakan pening dan pandangan kabur

4. Bagaimana dilihat

Pening dan kepala sangat sakit

Klien terlihat meringis dan pucat

C. Region

3. Dimana lokasinya

Nyeri dirasakan dibagian kepala dan pundak

4. Apakah menyebar

Ya, Klien mengatakan menyebar sampak ke pundak dan leher

D. Severity

261
Nyeri yang dirasakan mengganggu aktivitas karena pernah membuat klien

pandangan kabur dan kepala sangat sakit.

E. Time

Ib.A mengatakan merasakan timbulnya keluhan di mulai saat bangun tidur.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan orang tuanya mempunyai penyakit yang sama dengannya.

6. Pemeriksaan Keperawatan/Medis

(TTV) TD. 160/90 mmHg 2. BB/TB 140 cm / 40 kg

7. Terapi/ Tindakan Medis

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Ds : Gangguan perfusi Nyeri
klien mengatakan sering jaringan serebral
pusing - klien mengatakan
mata kabur.
Do : -
skala nyeri 3
- nyeri hilang timbul
- lama nyeri sekitar 1 sampai 2
menit - TD : 170/90 mmHg -
Nadi : 90 x /menit
2. Ds : - Klien mengatakan susah Nyeri Gangguan aktivitas
berjalan karna kakinya sakit
Do : - Ekspresi Tampakdatar -
klien tampak memagang kaki
saat dikaji

3. DS : Pasien mengatakan tangan Intoleransi Kelemahan fisik


kirinya sulit untuk digerakkan aktivitas
(mengeggam ), belum bisa
duduk, kaki juga masih kaku
untuk digerakkan, belum bisa
banyak gerak DO : Semua
kebutuhan pasien dibantu oleh
262
keluarga

C. Diagnosa Keperawatan

1.Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular

serebralGangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat

2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Noc Nic


1. Gangguan perfusi Setelah diberikan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan 1x24 jam (1400) - Lakukan
jaringan serebral diharapkan tingkat nyeri pengkajian nyeri
berkurang. Kriteria Hasil: - komprehensif yang
berhubungan nyeri menurun. - Nafsu meliputi lokasi,
makan meningkat - Tingkat karakteristik, frekunsi,
dengan kenyamanan meningkat kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan
peningkatan faktor pencetus. -
Observasi adanya
tekanan petunjuk nonverbal
mengenai
intrakranial ketidaknyamanan. -
Gali pengetahuan dan
kepercayaan mengenai
nyeri. - Evaluasi
pengalaman nyeri -
Bantu dalam
menyediakan
lingkungan yang
nyaman. - Dorong
pasien untuk memonitor
nyeri. - Kendalikan
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien - Ajarkan
penggunaan teknik non
farmakologi
2. 2.Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1 Peningkatan latihan:
keperawatan 1 x24 jam peregangan (0202) -
aktivitas diharapkan daya tahan Berikan informasi
meningkat Kriteria hasil: - mengenal penuaan
berhubungan Daya tahan meningkat - terkait perubahan
Kenyamanan meningkat - struktur. - Bantu
dengan adanya Istirahat. mengebangkan rencana
latihan -
kelemahan umum Demonstrasikan ulang
263
latihan, jika diperlukan.
3. Kurang perawatan Setelah diberikan tindakan Bantuan perawatan diri:
diri berhungan keperawatan 1x 24 jam mandi/ kebersihan
dengan intoleransi diharapkan perawatan diri: (1801) - Pertimbangkan
aktivitas, kebersihan meningkat Kriteri budaya pasien saat
menurunnya daya hasil: - Status kenyamanan: mempromosikan
tahan dan kekuatan lingkungan - Penampilan aktivitas perawatan diri
ditandai dengan mekanik tubuh. - Pertimbangkan usia -
penurunan Sediakan barang pribadi
kemampuan yang diinginkan -
melakukan Fasilitasi pasin untuk
aktivitas sehari- mandy - Monitor
hari integritas kulit pasien.
Bantuan
perawatan:IADL (1805)
-Tentukan kebutuhan
individu terkait dengan
bantuan dalam IADL -
Instruksikan individu
untuk tidak merokok. -
Cek alat-alat untuk
keamanan di rumah

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi


1 09.00  1. mengkaji nyeri meliputi S : klien
lokasi mengatakan nyeri
karekteristik,durasifreku pada kepala dan
ensi ,intensitas,atau tengkuk O : skala
keparahan nyeri . 2. nyeri 3, ekspresi
mengkaji tingkat skala normal, TD
nyeri (0-10) 3. menciptakan 170/90 mmHg
lingkungan yang nyaman A : masalah
seperti menguragi belum teratasi P :
kebisigan suara 4. intervensi
mengajarkan klien posisi dilanjutkan I :
nyaman semi fowler 5. Intervensi 2, 3, 4,
mengajarkan teknik 5, 6, 7 E :
relaksasi napas dalam untuk diharapkan nyeri
mengurangi nyeri 6. klien berkurang
memberikan penkes tentang
nyeri kepada klien 7.
kolaborasikan dengan
pemberian analgetik sesuai
anjuran dokter 8.
mengajarkan latihan slow
deep breathing
2 10.30 1. kaji tingkat kemampuan S : pasien
pasien untuk berpindah dari mengatakan kalau
tempat tidur,berdiri. 2. kaji berjalan kakinya
respon emosi , sosial, dan terasa sakit
264
spiritual terhadap aktivitas . O : pasien tanpak
3. pantau asupan nutrisi untuk meringis
memastikan sumber energi kesakitan saat
yang adekuat 4. pantau pola berjalan A :
tidur pasien dan lamanya masalah belum
waktu tidur dam jam . 5. teratasai P :
bantu pasien untuk intervensi
mengubah posisi tidur dilanjutkan I :
secara berkala 6. anjurkan intervensi 1,2,3,
periode untuk istirahat dan 4, 5,6,7 E :
aktivitas secara bergantian . diharapkan klian
7. bantu pasien untuk bisa beraktivitas
mengidebtifikasi pilihan seperti biasa
aktivitas
1. Identifikasi kesulitan dalam S:klien
berpakaian/perawatan diri, mengatakan
seperti: keterbatasan gerak mandi kadang 1
fisik, apatis/depresi, kali dalam 1 hari
penurunan kognitif seperti O : klien banyak
apraksia. 2. Identifikasi diam, duduk
kebutuhan kebersihan dari diteras dan tidur
dan berikan bantuan sesuai dikamar A :
kebutuhan dengan peraatan masalah belum
rambut/kuku/kulit, teratasi P :
bersihkan kaca mata, dan intervensi
gosok gigi 3. Perhatikan dilanjutkan I :
adanya tanda-tanda intervensi 2. 3, 4
nonverbal yang fisiologis. E : diharapkan
4. Beri banyak aktu untuk pasien mampu
melakukan tugas melakukan
aktivitas seperti
biasa

Lampirn 1

265
Jurnal Keperawatan Silampari
Volume 5, Nomor 1, Desember 2021
e-ISSN: 2581-1975
p-ISSN: 2597-7482
DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.2917

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI MENGGUNAKAN


INTERVENSI SLOW DEEP BREATHING EXERCISE

Juli Andri1, Fahri Permata2, Padila3, Andry


Sartika4, Muhammad Bagus Andrianto5
Universitas Muhammadiyah Bengkulu1,2,3,4,5
juliandri@umb.ac.id1

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh slow deep breathing exercise terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Telaga Dewa
Kota Bengkulu. Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian quasy experiment. Hasil analisis univariat diperoleh rata-rata responden berusia
64 tahun dengan jenis kelamin mayoritas perempuan yaitu sebanyak 7 responden (53,3%).
Mayoritas responden memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi yaitu sebanyak 12
responden (80%). Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa nilai p <0,05. Simpulan, ada
penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah dilakukan intervensi
slow deep breathing pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Dewa
Kota Bengkulu.

Kata Kunci: Hipertensi, Slow Deep Breathing Exercise, Tekanan Darah

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of slow deep breathing exercise on reducing blood
pressure in hypertensive patients in the Telaga Dewa Health Center work area, Bengkulu
City. This research method is quantitative research with a quasi-experimental research
design. The results of univariate analysis obtained that the average respondent was 64
years old, with the majority gender being female, namely seven respondents (53.3%). Most
respondents have a family history of hypertension, as many as 12 respondents (80%). The
results of the bivariate analysis showed that the p-value <0.05. In conclusion, there is a
decrease in systolic and diastolic blood pressure before and after slow deep breathing
intervention in hypertension sufferers in the Telaga Dewa Health Center Work Area,
Bengkulu City.

266
Keywords: Hypertension, Slow Deep Breathing Exercise, Blood Pressure

PENDAHULUAN
Kelompok penyakit tidak menular yang sangat umum dan mudah dideteksi di
masyarakat adalah hipertensi (Wulandari & Puspita, 2019). Tekanan darah tinggi terjadi
ketika tekanan darah terlalu tinggi. Tekanan darah seseorang meliputi tekanan darah sistolik
dan diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah saat jantung berdetak. Tekanan
darah diastolik adalah tekanan darah saat jantung dalam keadaan istirahat. Tekanan darah
normalnya adalah 140/90 mmHg. Secara umum, hipertensi atau hipertensi diukur dua kali
dengan interval lima menit di bawah istirahat yang cukup.Tekanan darah sistolik meningkat

267
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik meningkat lebih dari 90 mmHg
(Harsismanto et al., 2020; Whelton et al., 2018).
Prevalensi hipertensi akan meningkat tajam, dan diperkirakan pada tahun 2025, 29%
orang dewasa di seluruh dunia akan terkena hipertensi. Tekanan darah tinggi menyebabkan
sekitar 8 juta kematian setiap tahun, dan 1,5 juta orang meninggal karena tekanan darah
tinggi di Asia Tenggara, yang dapat meningkatkan beban 4.444 item perawatan kesehatan.
Selain itu, hipertensi lebih banyak terjadi pada usia 35-44 tahun (6,3%), 45-54 tahun
(11,9%), dan 55-64 tahun (17,2%). Menurut status ekonomi orang, tingkat hipertensi
tertinggi berada pada kisaran menengah ke bawah (27,2%) dan menengah (25,9%)
(Kemenkes, 2017; Sulistyawati & Aminah, 2017).
Menurut data Rikesdas terakhir di Asia Tenggara pada tahun 2018, jumlah penderita
hipertensi di Indonesia mencapai 36, meningkat 34,1% dari tahun ke tahun. Dibandingkan
dengan data hasil Riskesdas tahun 2013, angka kejadian ini mengalami peningkatan yang
cukup tinggi, Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut pengukuran tekanan darah
orang Indonesia berusia 18 tahun ke atas, hingga 25,8% orang memiliki tekanan darah
tinggi, dan pengukuran tekanan darah mengalami peningkatan yang signifikan. nilai
penduduk di atas 60 tahun menyumbang 25,8% (Andri et al., 2021; Tirtasari & Kodim,
2019).
Padahal, penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita
masyarakat, jumlahnya mencapai 11.332 atau lebih dari penyakit tidak menular lainnya,
seperti penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, kanker, penyakit paru-paru, asma,
osteoporosis dan penyakit kronis. Penyakit gagal ginjal cukup banyak di Provinsi Bengkulu
yaitu mencapai 11.000 orang. Diantaranya, Kota Bengkulu memiliki jumlah pasien
terbanyak dengan 4.264 orang, dan terendah adalah wilayah Bengkulu bagian selatan,
dengan jumlah 400 pasien (Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2019). Gejala umum yang
biasanya dialami oleh penderita hipertensi adalah sakit kepala, kelelahan, leher tidak
nyaman, penglihatan berputar, detak jantung tidak teratur, dan tinnitus (Sartika et al., 2020;
Goleman et al., 2019).
Dengan tingginya angka kejadian hipertensi yang ada di Indonesia, perlu adanya
berbagai macam upaya yang bisa dilakukan untuk mengendalikan angka kejadian hipertensi
yang tinggi tersebut sehingga dapat menekan angka hipertensi (Andri et al., 2018; Sartika et
al., 2018).
Menurut penelitian Sumartini & Miranti (2019) pernapasan dalam lambat merupakan
salah satu teknik relaksasi yang mempengaruhi sistem saraf dan mempengaruhi pengaturan
tekanan darah, selain itu dapat digunakan sebagai terapi alternatif non-obat, olahraga atau
pengobatan untuk pasien hipertensi. Menurut penelitian Samosir & Triyulianti (2021)
perbedaan antara pre-test dan post-test dapat dilihat dari tekanan darah sistolik, dan
diperoleh p-value 0,027. Untuk tekanan darah diastolik nilainya berubah dari sebelum tes
dan setelah tes p-value 0,015, yang berarti ada perbedaan antara dan mempengaruhi setelah
Intervensi dan pijat punggung lambat memiliki efek menurunkan tekanan darah tinggi pada
pasien hipertensi.
Teknik relaksasi dan pernapasan dalam yang teratur dapat meningkatkan aliran darah
pada pasien hipertensi yang terhambat, sehingga menurunkan tekanan darah. Jika dilakukan
secara teratur, pernapasan yang lambat dan dalam ini akan memberikan hasil terbaik.
Keberhasilan terapi slow deep breathing pada penelitian ini dipengaruhi oleh dukungan
keluarga, karena keluarga mendampingi responden pada hari ke-2 sampai ke-4 dan
memotivasi mereka untuk bernapas secara perlahan dan dalam. Rata-rata penurunan
tekanan darah orang yang diwawancarai kecil karena ada faktor yang mempengaruhi
tekanan darah orang yang diwawancarai yaitu asupan garam harian > 1/2 sendok teh akan
mempengaruhi peningkatan tekanan darah (Kurniasari et al., 2020).
Saat terjadi relaksasi, serabut otot di dalam tubuh meregang, proses pengiriman
impuls saraf ke otak berkurang, dan fungsi bagian tubuh lainnya sama. Hasil dari
melakukan relaksasi nafas dalam ditandai dengan penurunan denyut nadi, pernafasan, dan
tekanan darah (Sumartini & Miranti, 2019; Yusuf et al., 2021).
Penelitian tentag terapi nonfarmakologi sudah pernah dilakukan di beberapa
penelitian sebelumnya, namun penelitian ini berfokus pada intervensi slow deep breathing
pada pasien hipertensi. Selan itu intervensi ini masih jarang digunakan dalam upaya
menurunkan tekanan darah di provinsi Bengkulu, khususnya di wilayah kerja puskesmas
Telaga Dewa Kota Bengkulu.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan quasy experiment, teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dengan purposive sampling yakni sampel diambil sesuai
dengan kriteria peneliti dengan sampel 30 orang. Dimana 15 untuk intervensi slow deep
breathing dan 15 intervensi alternate nostril breathing. Analisis data dalam penelitian ini
uji t dependen, wilcoxon dan mann whitney.

HASIL PENELITIAN
Tabel. 1

Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,


Riwayat Hipertensi Keluarga

Karakteristik Intervensi Slow Deep Breathing


Mean SD n %
Usia 64 - - -
Jenis Kelamin
Laki-Laki - - 7 46,7
Perempuan - - 8 53,3
Riwayat Keluarga Hipertensi
Ada - - 12 80
Tidak - - 3 20

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia 64 tahun


dengan jenis kelamin mayoritas perempuan yaitu sebanyak 7 responden (53,3%).
Mayoritas responden memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi yaitu sebanyak 12
responden (80%).

Tabel. 2

Distribusi Rata-rata Tekanan Darah Sebelum


dan Sesudah Intervensi

Variabel Kelompok Mean SD P value


Sistolik Sebelum 159,27 12,959 0.001
Setelah 142,47 14,937
Diastolik SDB Sebelum 104,13 11,445
Setelah 86,27 4,267
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa nilai p 0,000 < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan ada pengaruh sebelum dan setelah pemberian intervensi slow deep breathing
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas
Telaga Dewa Kota Bengkulu.

PEMBAHASAN
Gambaran Karakteristik Umur, Jenis Kelamin dan
Riwayat Keluarga
Hasil penelitian menunjukan usia berada pada rata-rata usia 64 tahun. Semakin tinggi
umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi seseorang yang lebih tua cenderung
mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arum (2019) yang melakukan penelitian
pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas Jagir dengan
total 36 responden dikarenakan di usia lebih dari 55 tahun, wanita yang lebih rentang
mengalami hipertensi dikarenakan wanita akan mengalami masa menopause.
Sebagian besar jenis kelamin pada penelitian ini adalah perempuan. Sejalan dengan
penelitian Arum (2019) yang menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak
daripada responden laki-laki yang mengalami hipertensi. Penelitian Aryantiningsih &
Silaen (2018) menyatakan bahwa kejadian hipertensi berhubungan dengan jenis kelamin.
Hal ini bisa disebabkan oleh hormon estrogen yang ada pada perempuan, hormon ini
didapatkan oleh perempuan pada saat menstruasi setiap bulannya dan terus diperbarui.
Namun apabila seorang wanita mengalami masa menopause, makan hormon estrogen akan
menurun dan risiko hipertensi akan meningkat (Arum, 2019).
Faktor lain yang bisa menyebabkan hipertensi diantaranya seperti riwayat keluarga
dimana penelitian ini secara keseluruhan mempunyai riwayat hipertensi keluarga. Hasil
yang sama didapatkan pada penelitian Lita (2017) bahwa faktor keturunan terjadi lebih
banyak pada penderita hipertensi. Kemudian pada penelitian oleh Angesti et al., (2018)
didapatkan bahwa riwayat hipertensi keluarga berhubungan dengan kejadian hipertensi
dan berisiko sebesar 3,884 kali terjadi hipertensi pada remaja. Hal tersebut dikarenakan
bahwa faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut
memiliki risiko menderita hipertensi. Kejadian hipertensi pada seseorang merupakan
hasil dari perubahan pada genetik.

Pengaruh Pemberian Intervensi Slow Deep Breathing


(SDB) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan 15
responden, kelompok 1 pemberian intervensi slow deep breathing. Intervensi pada peneliti
ini diberikan selama 4 hari dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.
Hasil dari analisis univariat distribusi frekuensi tekanan darah sistolik sebelum dan
setelah diberikan intervensi slow deep breathing dengan p value 0,001. Ditribusi frekunsi
tekanan darah diastolik sebelum dan setelah diberikan intervensi slow deep breathing
dengan p value 0,000 dengan demikian disimpulkan bahwa intervensi slow deep breathing
efektif dalam menurunan tekanan darah pada penderita hipertensi, dimana dalam 4 hari
setelah diberikannya intervensi sudah terdapat penurunan tekanan darah.
Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Andri et al., (2018) menunjukkan
bahwa terdapat penurunan sistolik dengan t value = 3,632, p value = 0,002 dan diastole t
value = 4,226, p value = 0,001, bahwa terdapat pengaruh pada penurunan tekanan darah.
Sejalan dengan penelitian Tarigan et al., (2020) yang menunjukkan bahwa ada Pengaruh
tindakan Slow Deep Breathing Terhadap penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Pustu
Desa Stungkit Binjai Tahun 2020.
Hasil penelitian Marliando & Herawati (2021) menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh slow deep breathing exercise terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi
sebagai konsentrasinya menggunakan system Critical Review dapat disimpulkan bahwa
slow deep breathing exercise berpengaruh dalam menurunkan tingkat tekanan darah pada
kondisi hipertensi. Hasil penelitian Nafi’ah et al., (2020) menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan dari tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah
dilakukan slow deep breathing dengan nilai p < 0,05. Sejalan dengan penelitian Azhari
(2019) menyatakan bahwa ada pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah pasien
hipertensi di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi.
Sejalan dengan penelitian Yusuf et al., (2021) yang menunjukkan bahwa terdapat
perubahan signifikan antara Pretest and Post-test reponden yang diberikan terapi Slow Deep
Breathing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Sejalan dengan
penelitian Pramudiana & Herawati (2019) yang menunjukkan bahwa intervensi slow deep
breathing dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di posyandu lansia
Ngudi Waras, Tohadun.
Terapi relaksasi dilakukan untuk mencegah ketegangan otot-otot akibat stres karena
ketegangan dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Untuk mendapatkan rileksasi yaitu
salah satunya dengan cara mengatur nafas dengan teknik slow deep breathing (Nirmalasari,
2017). Slow deep breathing adalah relaksasi yang disadari untuk mengatur pernafasan
secara dalam dan lambat. Slow deep breathing memberikan pengaruh terhadap tekanan
darah melalui peningkatan sensitivitas baroreseptor dan menurunkan aktivitas sistem saraf
simpatis serta meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatis pada penderita hipertensi
primer. Latihan nafas meningkatkan kesehatan fisik maupun mental yang akan
meningkatkan fluktuasi dari interval frekuensi pernafasan dan berdampak pada peningkatan
efektivitas barorefleks (Janet & Gowri, 2017).
Menurut penelitian Gholamrezaei et al., (2021) yang menyatakan bahwa slow deep
breathing dapat mengurangi tingkat tekanan darah dalam jangka waktu yang lama serta
mempunyai peranan efek pengurangan tekanan psikologikal yang berhubungan dengan
penyebab hipertensi. Diketahui bahwa teknik slow deep breathing berupa purse lip
breathing (PLB) dapat membuat pasien menjadi lebih nyaman dan tenang dibandingkan
teknik pernapasan lain. Selain itu penelitian ini juga mendukung bahwa slow deep
breathing dapat meningkatkan stimulasi baroreseptor yang dipengaruhi oleh dari variasi
tekanan darah berdasarkan respon dari latihan pernapasan yang dilakukan berdasarkan
mekanisme tertentu, serta memodulasi otonom dan emosional yang bermanfaat untuk
kondisi nyeri dan hipertensi.
Berdasarkan jurnal Ublosakka-Jones et al., (2018) latihan pernapasan berupa slow
loaded breathing dengan beban inspirasi yang relatif rendah dari beban yang sering
digunakan oleh penelitian lain, dapat dibuktikan bahwa cukup efisien untuk mengurangi
tingkat tekanan darah. Selain itu, mampu meningkatkan fungsi paru-paru seperti kapasitas
paru-paru, kekuatan otot inspirasi dan durasi latihan lengan. Latihan kekuatan otot inspirasi
yang diterapkan pada slow loaded breathing terbukti meningkatkan kapasitas latihan yang
mungkin dikarenakan otot inspirasi yang lebih kuat mampu bekerja pada persentase yang
lebih rendah dari kekuatan maksimum kontraksi dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini
sangat relevan karena selama latihan, otot interkostal dan aksesori pernapasan bertindak
untuk menstabilkan lengan dan batang tubuh, membatasi ekspansi dinding dada, sehingga
dengan demikian meningkatkan kerja otot-otot inspirasi.
Penurunan tekanan darah juga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya penurunan
daya ingat, gagal jantung dan kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler
(Manurung, 2018). Berdasarkan hasil penelitian Kurniasari et al., (2020) berpendapat
bahwa slow deep breathing jika dilakukan secara rutin dan benar maka dapat menurunkan
tekanan darah lansia dan lansia dapat berhenti untuk mengkonsumsi obat anti hipertensi
untuk menghindari kemungkinan terjadi efek samping obat.

SIMPULAN
Diketahui usia responden penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Bengkulu dengan rata-rata berusia 64 tahun , sedangkan jenis kelamin responden terbanyak
yaitu responden perempuan dan rata-rata responden memiliki riwayat hipertensi keluarga
Berdasarkan hasil penelitian diketahui tekanan darah sebelum dan setelah diberikan
intervensi slow deep breathing terdapat penurunan yang signifikan

SARAN
Disarankan bagi puskemas Telaga Dewa Kota Bengkulu untuk menggunakan teknik
relaksasi slow deep breathing dan alternate nostril breathing untuk menurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA
Andri, J., Padila, P., Sartika, A., Andrianto, M. B., & J, H. (2021). Changes of Blood
Pressure in Hypertension Patients Through Isometric Handgrip Exercise.
JOSING: Journal of Nursing and Health, 1(2), 54–64.
https://doi.org/10.31539/josing.v1i2.2326
Andri, J., Waluyo, A., Jumaiyah, W., & Nastashia, D. (2018). Efektivitas Isometric
Handgrip Exercise dan Slow Deep Breathing Exercise terhadap Perubahan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan Silampari, 2(1),
371–384. https://doi.org/10.31539/jks.v2i1.382
Angesti, A. N., Triyanti, T., & Sartika, R. A. D. (2018). Riwayat Hipertensi Keluarga
sebagai Faktor Dominan Hipertensi pada Remaja Kelas XI SMA Sejahtera 1
Depok Tahun 2017. Buletin Penelitian Kesehatan, 46(1), 1–10.
https://doi.org/10.22435/bpk.v46i1.41
Arum, Y. T. G. (2019). Hipertensi pada Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun) Yuniar.
Higeia Journal of Public Health Research and Development, 1(3), 625– 634.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/30235

Aryantiningsih, D. S., & Silaen, J. B. (2018). Hipertensi pada Masyarakat di Wilayah


Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal Ipteks Terapan, 12(1), 64.
https://doi.org/10.22216/jit.2018.v12i1.1483
Azhari, R. (2019). Pengaruh Slow Deep Breathing terhadap Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi. Riset Informasi
Kesehatan, 7(2), 155. https://doi.org/10.30644/rik.v7i2.178
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu

Gholamrezaei, A., Diest, I. V., Aziz, Q., Vlaeyen, J. W. S., & Oudenhove, L. V. (2021).
Psychophysiological Responses to Various Slow Deep Breathing Techniques.
Psychophysiology, 58(2). https://doi.org/10.1111/psyp.13712
Goleman, D., Boyatzis, R., & Mckee, A. (2019). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Derajat
Hipertensi pada Lansia. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–
1699.

https://doi.org/https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Harsismanto, J., Andri, J., Payana, T. D., Andrianto, M. B., & Sartika, A. (2020).
Kualitas Tidur Berhubungan dengan Perubahan Tekanan Darah pada Lansia.
Jurnal Kesmas Asclepius, 2(1), 1–11. https://doi.org/10.31539/jka.v2i1.1146
Janet, S. K., & Gowri, M. (2017). Effectiveness of Deep Breathing Exercise on Blood
Pressure Among Patients with Hypertension. International Journal of Pharma and
Bio Science, 8(1). https://doi.org/10.22376/ijpbs.2017.8.1.b256-260

Kemenkes, R. (2017). Sebagian Besar Penderita Hipertensi Tidak Menyadarinya.


http://www.depkes.go.id/article/view/17051800002/sebagian-besar-penderita-
hipertensi-tidak-menyadarinya.html

Kurniasari, Y. D., Ibnu, F., & Hidayati, R. N. (2020). Pengaruh Slow Deep Breathing
Exercise terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi [Stikes
Bina Sehat PPNI Mojokerto].
http://repository.stikes-
ppni.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123456789/280/MANUSKRIP.pdf?
seque nce=1&isAllowed=y

Lita, L. (2017). Faktor Risiko Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya
Pekanbaru. Scientia : Jurnal Farmasi dan Kesehatan, 7(2), 159.
https://doi.org/10.36434/scientia.v7i2.132

Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep Mind Mapping dan NANDA
NIC NOC Jilid 2. CV. Trans Info Media

Marliando, S. L., & Herawati, I. (2021). Pengaruh Pemberian Slow Deep Breathing
Exercise terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Penderita Hipertensi
(Literature Study). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/91801/

Nafi’ah, D., Budi, P. S., & Mustayah, M. (2020). Efektifitas Guided Imagery dan Slow
Deep Breathing terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di
RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan. Keperawatan Terapan, 06(01), 1–11.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&as_ylo=2017&q=pen
garuh+latihan+slow+deep+breathing+dan+guided+imagery&oq=pengaruh+latiha
n+slow+deep+breathing+dan+guided+im#d=gs_qabs&u=%23p%3D-W-
WAqDfzgEJ
Nirmalasari, N. (2017). Deep Breathing Exercise dan Active Range of Motion Efektif.
NurseLine Journal, 2(2), 159–165.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/NLJ/article/view/5940
Pramudiana, N., & Herawati, I. (2019). Pengaruh Pemberian Brisk Walking Exercise dan
Slow Deep Breathing terhadap Penurunan Darah Penderita Hipertensi Universitas
Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/71384/13/Naspub awal bab
di kiri.pdf

Samosir, N. R., & Triyulianti, S. (2021). Pengaruh Pemberian Deep Breathing Exercise
dan Slow Stroke Back Massage Efektif dalam Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
pada Penderita Hipertensi. Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi, 5(2), 158–164.
https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v5i2.146
Sartika, A., Betrianita, B., Andri, J., Padila, P., & Nugrah, A. V. (2020). Senam Lansia
Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia. Journal of Telenursing, 2(1), 11–20.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/joting.v2i1.1126
Sartika, A., Wardi, A., & Sofiani, Y. (2018). Perbedaan Efektivitas Progressive Muscle Relaxation (PMR)
dengan Slow Deep Breathing Exercise (SDBE) terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Jurnal
Keperawatan Silampari, 2(1), 356–
370. https://doi.org/https://doi.org/10.31539/jks.v2i1.380
Sulistyawati, L., & Aminah, A. N. (2017). Seperempat Warga Indonesia Hipertensi. Republika.
http://nasional.republika.co.id/berita/
nasional/umum/17/05/17/oq3seo384-seperempat-warga-indonesia-hipertensi
Sumartini, N. P., & Miranti, I. (2019). Pengaruh Slow Deep Breathing terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi
di Puskesmas Ubung Lombok Tengah. Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal), 1(1), 38.
https://doi.org/10.32807/jkt.v1i1.26

Tarigan, B. S., Butar-Butar, R. A., & Siringo-Ringo, T. (2020). Penurunan Tekanan Darah Melalui Slow Deep
Breathing pada Lansia yang Mengalami Hipertensi. Jurnal Penelitian Keperawatan Medik, 2(4),
59–63. http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM/article/download/339/276/
Tirtasari, S., & Kodim, N. (2019). Prevalensi dan Karakteristik Hipertensi pada Usia Dewasa Muda di
Indonesia. Tarumanagara Medical Journal, 1(2), 395–402.
https://journal.untar.ac.id/index.php/tmj/article/view/3851
Ublosakka-Jones, C., Tongdee, P., Pachirat, O., & Jones, D. A. (2018). Slow Loaded Breathing Training
Improves Blood Pressure, Lung Capacity and Arm Exercise Endurance for Older People with Treated and
Stable Isolated Systolic Hypertension. Experimental Gerontology, 108, 48–53.
https://doi.org/10.1016/j.exger.2018.03.023
Whelton, P. K., Carey, R. M., Aronow, W. S., Casey, D. E., Collins, K. J., Dennison Himmelfarb, C., DePalma,
S. M., Gidding, S., Jamerson, K. A., Jones, D. W., MacLaughlin, E. J., Muntner, P., Ovbiagele, B., Smith,
S. C., Spencer, C. C., Stafford, R. S., Taler, S. J., Thomas, R. J., Williams, K. A., & Wright, J. T. (2018).
2017
ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA Guideline for the Prevention,
Detection, Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults: A Report of the American
College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Pr. Journal of the American
College of Cardiology, 71(19), e127–e248. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2017.11.006
Wulandari, R., & Puspita, S. (2019). Hubungan Pengetahuan, Dukungan Keluarga, dan Peran Petugas
Kesehatan dengan Kepatuhan Penderita Hipertensi dalam Menjalani Pengobatan. Jurnal ’Aisyiyah
Medika, 4(3). https://doi.org/10.36729/jam.v4i3.206
Yusuf, B., Isnaniah, I., & Yuliati, Y. (2021). Penerapan Latihan Slow Deep Breathingterhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi: Literature Review. Jurnal IMJ: Indonesia Midwifery Journal,
4(2), 18–23. http://jurnal.umt.ac.id/index.php/imj/article/view/4272

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 38


April
Lampiran 2

JURNAL
KEPERAWAT p-ISSN: 2406-9698 (Print)
AN TERPADU e-ISSN: 2685-0710 (Online)
(Integrated Nursing Journal)
http://jkt.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/index

PENGARUH SLOW DEEP BREATHING TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA HIPERTENSI DI


PUSKESMAS UBUNG LOMBOK TENGAH

Ni Putu Sumartini1, Ilham Miranti2

Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Mataram, Indonesia


1,2

Abstrak
Hipertensi menjadi silent killer karena sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala apapun.
Hipertensi terus meningkat seiring bertambahnya umur. Penemuan kasus Hipertensi di Puskesmas
Ubung meningkat dimana tahun 2016 ditemukan 931 kasus dan tahun 2017 ditemukan 1.240 kasus
hipertensi. Lansia yang mengalami hipertensi sebanyak 805 orang. Pengobatan non farmakologi bisa
didapatkan dengan melakukan slow deep breathing, selain dengan olahraga atau senam dan
mengkonsumsi obat-obatan dapat memberikan keterampilan pada pasien dalam mengatasi tekanan
darah pada pasien hipertensi. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh slow
deep brething terhadap tekanan darah lansia hipertensi. Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif,
metode penelitian Quasy Experiment dengan desain Non Equivalent Control Group. Sampel dalam
penelitian ini adalah lansia hipertensi yang mendapat senam. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 30 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrument
penelitian menggunakan lembar observasi tekanan darah. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan uji Paired T-test. Hasil: Hasil Penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah sistol
kelompok intervensi sebelum diberi perlakuan sebesar 151,33 mmHg dan diastol sebesar 96,00 mmHg
dan sistol kelompok intervensi sesudah diberi perlakuan sebesar 136,00 mmHg dan diastol sebesar
85,33 mmHg dengan nilai signifikansi sistol (ρ value) 0.000 dan diastol (ρ value) 0.000 sehingga Hₒ
ditolak. Kesimpulan: Kesimpulan menunjukan adanya pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan
darah lansia hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok Tengah.

Kata Kunci : lansia, hipertensi, slow deep breathing

EFFECT OF SLOW DEEP BREATHING ON BLOOD PRESSURE OF ELDERLY WITH


HYPERTENSION IN PUSKESMAS UBUNG, CENTER OF LOMBOK

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 39


April
Abstract
Hypertension is known as the silent killer because most cases show no early symptoms. Hypertension
continuously increases further with age. Hypertension case finding in Puskesmas (Public Health
Centre) Ubung increased, in 2016 found 931 cases and in 2017 found 1,240 cases of hypertension.
Hypertension in elderly individuals are 805 people. Non-pharmacological treatment can be obtained
by doing slow deep breathing, in addition of sport or exercises and consumed drugs, are able to
improve skills of patients to solve their Hypertension. This research aimed to know the influence of
slow deep breathing on blood pressure of elderly hypertension. This research was quantitative study,
Quasi-Experimental research method with Non-Equivalent Control Group Design. The sample in this
study was elderly Hypertension who participated in gymnastic programme. The number of samples in
this study were 30 people with sampling technique using purposive sampling. The research instrument
used a blood pressure observation sheet. Data processing methods in this study using Paired T-test.
The results showed an average of systole blood pressure in the intervention group before treatment

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 40


April
was 151,33 mmHg and diastole was 96,00 mmHg and systole of intervention group after treated with
136,00 mmHg and diastole equal to 85,33 mmHg with systole significance value ( ρ value) 0.000 and
diastole (ρ value) 0.000 so Hₒ is rejected. This research shows the effect of slow deep breathing on
blood pressure of elderly hypertension in Puskesmas Ubung, Center of Lombok.

Keywords: elderly, hypertension, slow deep breathing

PENDAHULUAN

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal, baik tekanan sistolik dan atau diastolik (Triyanto, 2014 dalam Azizah, 2015). Hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Hipertensi menjadi silent killer
karena pada sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala apapun hingga pada suatu hari hipertensi
menjadi stroke dan serangan jantung yang mengakibatkan penderitanya meninggal. Bahkan sakit
kepala yang sering menjadi indikator hipertensi tidak terjadi pada beberapa orang atau dianggap
keluhan ringan yang akan sembuh dengan sendirinya (Kurniadi & Ulfa, 2015). Seiring bertambahnya
umur, tekanan darah akan meningkat terutama tekanan darah sistolik, sedangkan tekanan darah
diastolik pada mulanya meningkat, tetapi pada usia pertengahan akan menetap atau akan menurun
sejalan dengan pengerasan pembuluh darah (Kurniadi & Ulfa, 2015).
Proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia
secara global pada tahun 2013, dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan
peningkatan usia harapan hidup. Penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa tekanan darah
sistolik meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, tetapi tekanan darah diastolik meningkat hanya
sampai usia 55 tahun (Kurniadi & Ulfa, 2015). Prevalensi hipertensi di Indonesia pada golongan umur
50 tahun masih 10%, tetapi diatas 60 tahun angka tersebut terus meningkat mencapai 20-30%.
Berbagai penelitian melaporkan bahwa 1,3-28,6% penduduk diatas 20 tahun adalah penderita
hipertensi (Kurniadi & Ulfa, 2015). Prevalensi hipertensi pada usia kurang dari 31 tahun 5%, usia
antara 31-44 tahun 8-10%, usia lebih dari 45 tahun sebesar 20% (Kurniadi & Ulfa, 2015). Berdasarkan
pengukuran tekanan darah lansia hipertensi di Indonesia dihitung dari umur 55-64 tahun 20,5%, umur
65-74 tahun 26.4% dan umur 75 ke atas sebesar 27.7%, sedangkan di NTB dihitung dari umur 55-64
tahun 44.8%, umur 65-74 tahun 57.2% dan umur 75 ke atas sebesar 65.4% (RISKESDAS, 2013). Data
yang diperoleh dari Dikes Lombok Tengah semester 1 tahun 2017, dari 10 penyakit tertinggi di
Vol. 1 No. 1 (2019); Page 41
April
Lombok Tengah, hipertensi menepati peringkat kedua dengan jumlah kasus sebanyak 5005 kasus
(Dinkes Kab. Lombok Tengah, 2017). Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Ubung tahun
2016 terdapat 931 kasus penderita hipertensi, sedangkan pada tahun 2017 terjadi peningkatan dengan
jumlah kasus 1.240. Lansia yang mengalami hipertensi sebanyak 805 orang. Hasil studi pendahuluan

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 42


April
yang dilakukan peneliti, di Puskesmas Ubung sudah melakukan tindakan atau upaya untuk
menurunkan penyakit hipertensi, salah satunya adalah program senam. Lansia yang mengikuti senam,
dari 25 orang lansia semua mengalami hipertensi dengan rata-rata tekanan darah sistolik 165,6 mmHg
dan diastolik 103,6 mmHg.
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder.
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu dibedakan
menjadi dua kelompok yang terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di kendalikan seperti usia, jenis
kelamin, etnis/ras dan keturunan sedangkan faktor resiko yang dapat dikendalikan yaitu kegemukan,
stres, merokok, kurang olahraga, konsumsi alkohol, konsumsi garam berlebihan, dan kolesterol
(Depkes RI, 2006). Hipertensi dapat menjadi ancaman serius bila tidak ditangani. Tekanan darah tidak
terkontrol akan mengakibatkan stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati, dan kejang
(Tambayong, 2010). Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara
yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya,
arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang
pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa
untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah.
Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklierosis (Triyanto, 2014). Penyempitan pembuluh darah akibat hipertensi dapat menyebabkan
berkurangnya suplai darah dan oksigen ke jaringan yang akan mengakibatkan mikroinfark pada
jaringan. Komplikasi berat hipertensi adalah kematian karena obstruksi dan rupturnya pembuluh darah
otak (Price & Wilson, 2006). Penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung,
otak ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti pusing, gangguan penglihatan, dan sakit
kepala, sering kali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka
tertentu yang bermakna (Triyanto, 2014).
Hipertensi dapat dikendalikan dengan terapi non-farmakologi, seperti Slow Deep Breathing yang
termasuk ke dalam latihan dan relaksasi (Sepdianto, Nurachmah, & Gayatri, 2010). Slow Deep
Breathing adalah relaksasi yang disadari untuk mengatur pernapasan secara dalam dengan lambat
(Martini, 2006). Slow Deep Breathing adalah metode bernapas yang frekuensi napasnya kurang atau
sama dengan 10 kali per menit dengan fase ekshalasi yang panjang (Breathesy, 2007). Pada saat
relaksasi terjadi perpanjangan serabut otot, menurunnya pengiriman impuls saraf ke otak, menurunnya
aktivitas otak, dan fungsi tubuh yang lain, karakteristik dari respon relaksasi ditandai oleh menurunnya
denyut nadi, jumlah pernafasan dan penurunan tekanan darah (Potter & Perry, 2006). Slow Deep
Breathing berpengaruh terhadap modulasi sistem kardiovaskular yang akan meningkatkan fluktuasi
dari interval frekuensi pernafasan dan berdampak pada peningkatan efektifitas barorefleks serta dapat

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 43


April
berkontribusi terhadap penurunan tekanan darah (Sepdianto, Nurachmah, & Gayatri, 2010). Yanti,
(2016), melakukan penelitian Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur, dengan memberikan latihan Slow Deep

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 44


April
Breathing selama 21 hari 2 kali dalam sehari. Hasil penelitian diperoleh data ada pengaruh pemberian
Slow Deep Breathing terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Oleh karena itu, peneliti
tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ubung Lombok Tengah.
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah
lansia Hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok Tengah. Tujuan khusus penelitian ini adalah
Mengidentifikasi tekanan darah sebelum latihan slow deep breathing pada lansia hipertensi kelompok
intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Ubung Lombok Tengah. Mengidentifikasi tekanan
darah setelah latihan slow deep breathing pada lansia hipertensi kelompok intervensi dan kelompok
kontrol di Puskesmas Ubung Lombok Tengah. Menganalisis pengaruh slow deep breathing terhadap
tekanan darah pada lansia hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok Tengah.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasy Experiment dengan rancangan Non Equivalent Control
Group. Dalam penelitian ini, kelompok intervensi dan kelompok kontrol sama-sama dilakukan Pre-
test dan Post-test (Notoatmodjo, 2012). Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol sebelum latihan (pre test). Pada kelompok intervensi diberikan
latihan slow deep breathing sebanyak tiga (3) kali dalam kurun waktu 3 miggu, masing-masing 15
menit, kemudian diukur tekanan darahnya (post test) sedangkan kelompok kontrol mendapatkan
perawatan sesuai program puskesmas dan diukur tekanan darahnya (post test) (Dimiter & Phillip,
2003).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok Tengah
sebanyak 805 lansia. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang mendapat senam di Puskesmas
Ubung Lombok Tengah dan terpilih sebagai sampel. Besar sampel sesuai dengan Sugiyono (2010)
yang menyatakan bahwa untuk penelitian eksperimen dan kelompok kontrol, jumlah anggota sampel
masing-masing 10 sampai dengan 20 maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang terbagi
kedalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Tehnik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling dengan kriteria inklusi : (1) tidak mengalami gangguan pendengaran dan bicara,
(2) bersedia menjadi responden, (3) aktif mengikuti senam; sedangkan kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah : (1) terdapat komplikasi seperti gagal ginjal, gagal jantung dan asma, serta (2)
mengalami krisis hipertensi.
Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah slow deep breathing sedangkan
variabel dependen adalah tekanan darah. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 45


April
primer dan data sekunder. Data primer adalah tekanan darah lansia hipertensi sebelum dan setelah
dilakukan latihan slow deep breathing. Data sekunder meliputi data karakteristik responden yaitu usia,
jenis kelamin dan riwayat hipertensi keluarga; dan gambaran lokasi penelitian. Data primer
dikumpulkan dengan melakukan pemeriksan tekanan darah menggunakan spigmomanometer aneroid

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 46


April
merk one med, sedangkan data sekunder tentang karakteristik responden dikumpulkan dengan
menggunakan lembar isian data responden yang diisi oleh peneliti sesuai dengan data yang diberikan
oleh responden. Sedangkan data sekunder tentang gambaran umum lokasi penelitian yaitu Puskesmas
Ubung Lombok Tengah dikumpulkan melalui studi dokumentasi dan wawancara.

Data dikumpulkan setelah mendapatkan ijin penelitian dari institusi terkait dan Komite Etik Poltekkes
Kemenkes Mataram. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan calon responden dan
kemudian mensosialisasikan tentang penelitian yang akan dilakukan (tujuan, manfaat) pada saat
kegiatan senam di Puskesmas dan mendata lansia hipertensi yang bersedia menjadi responden.
Selanjutnya memberikan lembar persetujuan kepada lansia hipertensi dan membagi responden
menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peneliti selanjutnya menjelaskan prosedur
penelitian kepada kedua kelompok. Peneliti mengisi lembar isian data karakteristik responden.
Melakukan pre test dengan melakukan pengukuran tekanan darah pada responden. Setelah senam,
kelompok eksperimen diberikan latihan slow deep breathing sebanyak 3 kali masing-masing selama
15 menit sedangkan kelompok kontrol mengikuti perawatan dari Puskesmas. Melakukan post test
setelah 3 minggu pada kedua kelompok.
Pengelolaan data dilakukan dengan memeriksa kembali semua lembar isian data responden dan lembar
observasi tekanan darah untuk menghindari kemungkinan kuesioner belum lengkap diisi. Data yang
terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam master table. Analisis data untuk perubahan tekanan darah
pada lansia hipertensi sebelum dan setelah melaksanakan slow deep breathing menggunakan uji
paired t-test dan untuk menganalisis perbedaan perubahan tekanan darah pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol digunakan uji independent t-test dengan bantuan SPSS for windows release
16.0 dengan penentuan taraf signifikansi jika p value < α (0,05) maka Hₒ ditolak dan jika p value > α
(0,05) maka Hₒ diterima.

HASIL PENELITIAN
Hasil pengumpulan data primer dan data sekunder terhadap responden dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Riwayat Hipertensi di
Puskesmas Ubung Lombok Tengah, April 2018.
Usia Jumlah Persentase (%)
55-64 19 66,7
≥ 65 11 33,3
Jenis Kelamin
Laki-Laki 12 40
Perempuan 18 60
Riwayat Hipertensi
Ada 26 76,7
Tidak Ada 4 23,3

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 47


April
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa usia responden terbanyak berada pada
usia 55-64 tahun dengan persentase 66,7%, jenis kelamin responden terbanyak adalah
perempuan dengan

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 48


April
persentase 60% dan riwayat hipertensi terbanyak adalah ada riwayat hipertensi dengan
persentase 76,7%.

2. Rata-rata Tekanan Darah Responden pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum
Dilakukan Slow Deep Breathing.
Tabel 2. Rata-Rata Tekanan Darah Responden Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol Sebelum Dilakukan Senam Di Puskesmas Ubung Lombok Tengah, April
2018.
Kelompok Tekanan Rata- Standar Nilai Nilai
Darah Rata Deviasi Minimum Maksimum
Intervensi Sistolik151,33 9,904 140 170
Diastolik 96,00 8,281 90 110
Kontrol Sistolik157,33 14,376 140 180
Diastolik 98,67 9,155 90 110

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan darah baik untuk sistolik
maupun diastolik pada kelompok kontrol sedikit lebih tinggi (157,33 dan 98,67)
dibandingkan rata-rata tekanan darah pada kelompok intervensi (151,33 dan 96,00) dengan
nilai maksimum sistolik lebih tinggi 10 poin.
3. Rata-rata Tekanan Darah Responden pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Setelah
Dilakukan Slow Deep Breathing.
Tabel 3. Rata-Rata Tekanan Darah Responden Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol Setelah Dilakukan Senam dan Diberikan Latihan Slow deep Breathing Di
Puskesmas Ubung Lombok Tengah, April 2018.

Kelompok Tekanan Rata- Standar Nilai Nilai


Darah Rata Deviasi Minimum Maksimum

Intervensi Sistolik 136,00 10,556 120 150


Diastolik 85,33 8,338 70 100
Kontrol Sistolik 152,67 13,345 130 170
Diastolik 95,33 9,155 80 110

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan darah lansia hipertensi pada
kelompok intervensi lebih rendah dari rata-rata tekanan darah pada kelompok control baik
untuk sistolik maupun diastolik. Pada kelompok intervensi, rata-rata tekanan darahnya
sudah menjadi normal setelah perlakuan. Untuk nilai minimum dan nilai maksimum
tekanan darah lansia hipertensi pada kelompok intervensi jauh lebih rendah dibandingkan
pada kelompok control baik untuk sistolik maupun diastolik.

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 49


April
4. Analisis Pengaruh Slow Deep Breathing terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi di Puskesmas
Ubung Lombok Tengah.
Tabel 4. Hasil Uji Paired T-Test dan Independent T-test Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap
Tekanan Darah Lansia Hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok tengah Tahun 2018

Kelompok Tekanan N P value


Darah Rata-Rata
Pre Post
Berdasar Intervensi Sistol 151,33 136,00 15 .000
Diastol 96,00 85,33 15 .000
kan
Kontrol Sistol 157,33 152,67 15 .004
Diastol 98,67 95,33 15 .096
perhitungan SPSS P value Sistol .001
16.0 diatas uji Diastol .004

paired t-test
pretest
dan

posttest tekanan darah sistol kelompok intervensi didapatkan nilai signifikan (ρ value) 0.001 sehingga
Hₒ ditolak dan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah
tekanan darah sistol pada kelompok intervensi dan hasil uji paired t-test pretest dan posttest tekanan
darah diastol kelompok intervensi didapatkan nilai signifikan (ρ value) 0.004 sehingga Hₒ ditolak dan
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah diastol pada
kelompok intervensi.

PEMBAHASAN
1. Identifikasi Tekanan Darah Responden Sebelum Latihan slow deep breathing pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol.
Rata-rata nilai tekanan darah sistol pada kelompok intervensi yaitu 151,33 mmHg dengan standar
deviasi 9,904 mmHg dan nilai minimum 140 mmHg serta nilai maksimum 170 mmHg. Kemudian
rata-rata nilai tekanan darah diastol pada kelompok intervensi yaitu 96,00 mmHg dengan standar
deviasi 8,281 mmHg dan nilai minimum 90 mmHg serta nilai maksimum 110 mmHg. Sedangkan rata-
rata nilai tekanan darah sistol pada kelompok kontrol yaitu 157,33 mmHg dengan standar deviasi
14,376 mmHg dan nilai minimum 140 mmHg serta nilai maksimum 180 mmHg. Kemudian rata-rata
nilai tekanan darah diastol pada kelompok kontrol yaitu 98,67 mmHg dengan standar deviasi 9,155
mmHg dan nilai minimum 90 mmHg serta nilai maksimum 110 mmHg.

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 50


April
Didapatkannya perbedaan tekanan darah dari setiap responden karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhi besarnya tekanan darah setiap orang. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tekanan darah setiap orang yaitu terdiri
dari faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan seperti usia, jenis kelamin, etnis/ras dan keturunan
sedangkan faktor resiko yang dapat dikendalikan yaitu kegemukan, stres, merokok, kurang olahraga,
konsumsi alkohol, konsumsi garam berlebihan, dan kolesterol (Depkes RI, 2006).

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 51


April
Usia responden dalam penelitian ini berada dalam rentang usia 55-64 tahun dan ≥ 65 tahun. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan kejadian hipertensi semakin meningkat seiring bertambahnya
umur, tekanan darah akan meningkat terutama tekanan darah sistolik, sedangkan tekanan darah
diastolik pada mulanya meningkat, tetapi pada usia pertengahan akan menetap atau akan menurun
sejalan dengan pengerasan pembuluh darah (Kurniadi & Ulfa, 2015). Penyakit hipertensi paling
dominan terjadi pada kelompok umur 31-55 tahun, dikarenakan sering bertambahnya usia. Pada
umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia di atas 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah
usia 45 tahun (menopause) (Dalimartha, 2008).
Faktor yang kedua yaitu jenis kelamin, berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan pria
lebih banyak mengalami hipertensi ketika usia pertengahan, sedangkan wanita lebih banyak
mengalami hipertensi ketika memasuki usia lanjut (Tambayong, 2010). Pria diduga memiliki gaya
hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan perempuan. Akan
tetapi setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat. Wanita
memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Produksi hormon estrogen menurun saat
menopause, wanita kehilangan efek menguntungkannya sehingga tekanan darah meningkat (Benson,
2012).
Faktor selanjutnya yaitu faktor genetik, terdapat sebagian besar responden memiliki riwayat
hipertensi sebanyak 26 orang. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan faktor genetik pada
keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi.
Individu yang memiliki orang tua dengan hipertensi memiliki resiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi ketimbang individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Selain itu, individu normotensi yang memiliki orang tua yang mengidap hipertensi memiliki
reaktivitas vaskuler yang lebih tinggi terhadap stress mental maupun fisik dibanding individu dan
orang tua yang memiliki tekanan darah normal. Hal ini berkaitan dengan timbulnya hipertensi di
kemudian hari (Kurniadi & Ulfa, 2015).
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian dalam arteri saat darah
dipompa ke seluruh sistem peredaran darah. Tekanan darah tidak pernah konstan, tekanan darah dapat
berubah drastis dalam hitungan detik, menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu (Benson, 2012).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung
memompa lebih kuat, sehingga mengalirkan darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada
usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklierosis (Triyanto,
2014). Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana saat pembuluh darah tidak lagi

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 52


April
elastis. Kondisi ini menyebabkan tekanan pada pembuluh darah meningkat. Tekanan yang terlalu
tinggi dapat merobek pembuluh dan mengakibatkan terjadinya pendarahan atau komplikasi lainnya
(Wong, 2011). Peneliti berpendapat bahwa penatalaksanaan yang tidak tepat oleh penderita hipertensi

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 53


April
dengan tidak melakukan upaya perawatan diri yang benar, akan berdampak kepada peningkatan
tekanan darah yang berkepanjangan dan akan merusak pembuluh darah yang ada di sebagian besar
tubuh. Hali ini dibuktikan dengan hasil penelitian Susan A. Oliveria, et al. (2004) bahwa 50% sampai
75% pasien telah didiagnosa hipertensi dan sedang mendapatkan pengobatan tidak melakukan upaya
perawatan diri untuk mengontrol tekanan darah secara teratur.
2. Identifikasi Tekanan Darah Responden Setelah Latihan slow deep breathing pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol.
Rata-rata nilai tekanan darah sistol pada kelompok intervensi yaitu 136,00 mmHg dengan standar
deviasi 10,556 mmHg dan nilai minimum 120 mmHg serta nilai maksimum 150 mmHg. Kemudian
rata-rata nilai tekanan darah diastol pada kelompok intervensi yaitu 85,33 mmHg dengan standar
deviasi 8,338 mmHg dan nilai minimum 70 mmHg serta nilai maksimum 100 mmHg. Sedangkan rata-
rata nilai tekanan darah sistol pada kelompok kontrol yaitu 152,67 mmHg dengan standar deviasi
13,345 mmHg dan nilai minimum 130 mmHg serta nilai maksimum 170 mmHg. Kemudian rata-rata
nilai tekanan darah diastol pada kelompok kontrol yaitu 95,33 mmHg dengan standar deviasi 9,155
mmHg dan nilai minimum 80 mmHg serta nilai maksimum 110 mmHg.
Penurunan tekanan darah lebih banyak pada kelompok intervensi yang mendapatkan perlakuan
berupa senam dan slow deep breathing, dibandingkan kelompok kontrol yang hanya mendapatkan
senam saja. Slow deep breathing memberikan efek kepada sistem saraf dan mempengaruhi pengaturan
tekanan darah. Slow deep breathing menurunkan aktivitas saraf simpatis melalui peningkatan central
inhibitory rythms yang akan berdampak pada penurunan output simpatis. Penurunan output simpatis
akan menyebabkan penurunan pelepasan epinefrin yang ditangkap oleh reseptor alfa sehingga
mempengaruhi otot polos pembuluh darah. Otot polos vaskular mengalami vasodilatasi yang akan
menurunkan tahanan perifer dan menyebabkan penurunan tekanan darah. Oleh karena itu latihan slow
deep breathing dapat digunakan sebagai terapi nonfarmakolgis pada penderita hipertensi baik yang
mengkonsumsi obat ataupun tidak mengkonsumsi obat (Fatimah & Setiawan, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti berpendapat bahwa teknik relaksasi dengan bernafas yang
dalam secara rutin melancarkan peredaran darah kemudian membantu penurunan tekanan darah
menjadi normal. Seperti yang diketahui, pembuluh darah yang tersumbat membuat tekanan darah
meningkat, sehingga dapat menyebabkan resiko terjadinya komplikasi. Adapun pemberian relaksasi
slow deep breathing berarti telah memberikan penanganan alternative pada pasien secara non
farmakologi, selain dengan olahraga atau senam dan mengkonsumsi obat-obatan dapat memberikan
pengetahuan pada pasien dalam mengatasi tekanan darah pada pasien hipertensi.
Hasil penelitian pada kelompok kontrol ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sulistyowati (2010), dimana ada hubungan antara aktifitas olahraga dengan kejadian hipertensi,

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 54


April
dimana responden yang kebiasaan olahraganya kurang mempunyai risiko terkena hipertensi sebesar
2,38 kali lebih besar dibandingkan responden yang kebiasaan olahraganya baik. Penelitian pada
kelompok intervensi ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anderson (2010) tentang

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 55


April
pengaruh latihan rutin slow deep breathing terhadap tekanan darah dengan rata-rata tekanan darah
sistolik posttest adalah 153 mmHg dan tekanan darah diastolik posttest 96 mmHg.

3. Pengaruh Slow Deep Breathing terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi di Puskesmas Ubung,
Lombok Tengah
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan pretest dan posttest tekanan darah sistol
kelompok intervensi didapatkan nilai signifikansi (ρ value) 0.001 sehingga Hₒ ditolak dan disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah sistol pretest dan posttest pada
kelompok intervensi, sedangkan tekanan darah diastol pada kelompok intervensi didapatkan nilai
signifikansi (ρ value) 0.004 sehingga Hₒ ditolak dan disimpulakan terdapat pengaruh slow deep
breathing terhadap tekanan darah diastol pretest dan posttest pada kelompok intervensi. Dari hasil
perhitungan ini, terdapat pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi di
Puskesmas Ubung Lombok Tengah.
Berdasarkan penelitian Amandeep (2015), latihan slow deep breathing dianggap efek yang paling
bermanfaat dalam mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi. Studi terbaru menunjukkan
bahwa pasien yang rutin melakukan slow deep breathing telah berhenti mengonsumsi obat
antihipertensi dan berpaling pada latihan. Berbagai penelitian mengenai efek slow deep breathing
ditemukan bahwa ada penurunan yang signifikan dalam tekanan darah setelah berolahraga.
Penelitian tentang slow deep breathing yang dilakukan oleh Critchley tahun 2015 menunjukkan
hasil slow deep breathing dapat mempengaruhi cortex cerebri dan bagian medulla yang positif
berhubungan dengan relaksasi pada sistem saraf yang dapat mempengaruhi mekanisme penurunan
tekanan darah. Pernafasan yang lambat dan dalam mampu meningkatkan kadar oksigen di dalam
tubuh merangsang kemoreseptor tubuh. Rangsangan pada kemoreseptor tubuh dapat memberikan
respon vasodilatasi pembuluh darah kemudian menurunkan tekanan vaskular sehingga tekanan darah
turun (Fatimah & Setiawan, 2009).
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang terdahulu pada penelitian yang dilakukan
oleh Yanti (2016) tentang pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi. Penelitian tersebut memiliki kesimpulan bahwa adanya pengaruh pemberian slow deep
breathing terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti
berpendapat bahwa relaksasi slow deep breathing jika dilakukan dengan benar akan memberikan
pengaruh terhadap tekanan darah lansia hipertensi. Hasil wawancara, responden juga mengatakan
lebih tahu bagaimana cara untuk menurunkan tekanan darah selain senam dan minum obat. Hambatan
yang didapat peneliti saat melakukan penelitian adalah tidak dapat memantau pola hidup responden
dan pelaksanaan slow deep breathing yang dilakukan responden, karena pola hidup responden tidak
teratur dan responden tidak selalu melakukan latihan slow deep breathing karena kesibukan masing-
Vol. 1 No. 1 (2019); Page 56
April
masing.

KESIMPULAN

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 57


April
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa latihan slow deep breathing memiliki pengaruh
terhadap tekanan darah lansia Hipertensi di Puskesmas Ubung, Lombok Tengah. Berdasarkan hasil
penelitian ini maka disarankan bahwa slow deep breathing dimasukkan juga ke dalam program
pengendalian hipertensi yang dilakukan secara terjadwal di Puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA
Adinil, H. 2004. Penatalaksanaan Hipertensi Secara Komprehensif. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah 2 (2)

Almatsier, S. 2010. Penuntun Diet, Edisi Baru. Gramedia: Jakarta.

Amandeep K., Preksha S. M., Dirya S. 2015. Effectiveness of Abdominal Breathing Exercise On
Blood Pressure Among Hypertensive Patients. Internasional Journal Of Therapeutic Applications,
Volume 24, 2015. 39-49
Azizah, M. Lilik. 2015. Keperawatan Lanjut Usia Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu
Benson, Herbert dkk. 2012. Menurunkan Tekanan Darah. Gramedia: Jakarta.

Breathesy. 2006. Blood Pressure reduction : Frequently asked question, http:www.control your blood-
pressure.com/faq.html, diakses tanggal 9 Januari 2011.
Buckman, Robert dan Pasty Westcott. 2010.Apa Yang Seharusnya Anda Ketahui Tentang Tekanan
Darah Tinggi. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama

Cohen, Louis, Lawrence Manion, dan Keith Morrison. 2007. Research Methods in Education, Sixth
Edition. London: Routledge Falmer.

Corwin, Elizabet J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC


Delimatha, S. 2008. Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus

Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Hipertensi. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Dewi, S. dan Famila. 2010. Hidup Bahagia Bersama Hipertensi. Jakarta: A Plus Books

Dharma, Kelana Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian. Trans Info Media. Jakarta.

Geng, A., & Ikiz, A. 2009. Effect of Deep Breathing Exercises on oxygenatipn after head and neck
surgery. Elsevier Mosby.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. INFODATIN.Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI.HIPERTENSI.Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes RI). 2013. Riset Kesehatan Dasar. Diakses melalui:

//www.Kemenkesri.go.id//riskesdas.doc//pdf.
Kurniadi, Helmanu & Ulfa Nurrahmani. 2015. Stop Diabetes Hipertensi Kolesterol Tinggi Jantung
Koroner. Yogyakarta: Istana Media

Kushariyadi. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika.

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 58


April
Larsson, B., & Jane, C. 2004. Relaxation Treatment of Adolescent Headache Sufferers : Results From a
School-Based Replication Series, diakses tanggal 18 November 2017. http://web.ebscohost.com
Martiani, A & Rosa Lelyana. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Ditinjau Dari Kebiasaan Minum Kopi:
Journal of Nutrition College, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 78-85 Online,
http://ejournals1. undip.ac.id/index.php/jnc.

Martini, F. 2006. Fundamentals of Anatomy & Physiology. Seventh Edition, Pearson, Benjamin
Cummings

Maryam, R.S.dkk. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Salemba Medika. Jakarta.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Nugroho, W. 2012. Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedeokteran.

Nursalam, 2016. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Edisi 4. Salemba
Medika. Jakarta

Palmer, Anna. 2007. Simpel Guide Tekanan Darah Tinggi. Erlangga: Jakarta

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 59


April
Potter, A.P., & Perry, A. 2006. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC.

Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses


penyakit, Edisi 6, Volume 1.

Jakarta: EGC
Sepdianto, T.C. Nurachmah, E., & Gayatri, D. 2010. Penurunan
Tekanan Darah dan Kecemasan Melalui Latihan Slow Deep
Breathing Pada Pasien Hipertensi Primer. Jurnal Keperawatan
Indonesia:13 (1), Hal 37-40.
https://Scholar.google.co.id/Jki.ui.ac.id.

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Shanty, Meita. 2011. Silent Killer Diseases (Penyakit yang diam-


diam mematikan) Yogyakarta: Javalitera

Susilo, Yekti & Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu


Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: ANDI Sugiyono.
2010. Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Statistika Non Parametris Untuk Penelitian. Bandung:


Alfabet.

Sutanto. 2010. CEKAL (Cegah dan Tanggal) Penyakit Modern


Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan Diabetes.
Yogyakarta: ANDI

Sutomo, B. 2009. Menu Sehat Penakluk


Hipertensi. Jakarta: De Media Pustaka
Sylvia. 2003. Buku ajar Senam Jantung
Sehat. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu
Tambayong, J. 2010. Patofisiologi
Keperawatan. Jakarta : EGC

Tarwoto.2011. Pengaruh Latihan Slow


Deep Breathing Terhadap Intensitas
Nyeri Kepala Akut Pada Pasien Cedera
Kepala Ringan. Universitas Indonesia

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita


Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 1


Vitahealth. 2010. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Wahyunita, V. D. & Fitrah. 2010. Memahami Kesehatan pada
Lansia. Jakarta Timur: Trans Info Media

Widharto, 2009. Bahaya Hipertensi. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka

Wijayakusuma, S. 2000. Gaya Hidup Sehat Penderita Hipertensi. Bogor: CV.


Graha satya.

Wong, Fery M. 2011. Panduan Lengkap Pijat Cetakan 1. Jakarta:


Penebar Plus. https://books.google.co.id

World Health Organization. 2015. Clinical Guiddelines For The


Management of Hypertension. Cairo: World Health
Organization.Yogyakarta.

Yanti, N. 2016. Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Denpasar Timur. Nurscope. Jurnal Keperawatan
dan Pemikiran Ilmiah. 2 (4). 1-10.

Yuliati, Sufrida dan Maloedyn Sitanggang.2006. 30 Ramuan


Penakluk Hipertensi. Jakarta: Agro Media Pustaka

Vol. 1 No. 1 (2019); Page 2


Vol. 1 No. 1 (2019); Page 3

Anda mungkin juga menyukai