Oleh
Oleh
Rizki Andriani S.Kep
NIM: 2114901376
Laporan Tugas Akhir Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh Pembimbing
Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Program Studi
Ilmu Keperawatan ( Profesi Ners)
Disetujui Oleh :
Pembimbing LTA
(Mardhiah S.Kep.,Ns.,M.Kep)
Mengetahui :
Disetujui Oleh :
Pembimbing LTA
(Mardhiah., S.Kep,.Ns.,M.Kep)
NIP………………….
TIM PENGUJI
Nim : 2114901376
Jurusan : Ners
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini dengan judul “Pengelolaan Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Pada
Klien: Hipertensi Dengan Pemberian Terapi Slow Deef Breathing Untuk Menurunkan
Tekanan Darah Di Ruang Rindu B 2 Rumah Sakit H. Adam Malik Tahun 2022
gelar Sarjana Keperawatan Jurusan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Flora Medan. Praktek Belajar Lapangan Komprehensif ini dapat diselesaikan dengan
bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa
1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Medan yang telah menyiapkan sarana
prasarana.
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Medan beserta civitas akademika
Akhir ini. Dosen Penguji Ibu Yuni Ramadhani S,Kep Ns.,M,Kep atas saran
iii
4. Ayah dan Ibu tercinta dengan doa, motivasi, dan segala pengorbanan serta
(Profesi Ners).
5. Teman-teman seperjuangan yang saya banggakan dan yang saya sayangi, atas
Seluruh lansia atas kerja sama dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam
penelitian.
membantu penelitian dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Semoga dapat
Medan, 2022
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………. ii
ABSTRAK………………………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… iv
DAFTAR ISI ….........…………………………………………………...… v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIR……………………………………………………….. Vii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 2
1.2 Tujuan Belajar................................................................................... 3
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................. 4
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................. 5
1.3 Manfaat ............................................................................................. 6
1.3.1 Bagi Mahasiswa Keperawatan.................................................... 6
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan............................................................. 7
1.2.3 Bagi Lahan Praktik...................................................................... 7
v
2.3.3 Manfaat Slow Deef Breathing..................................................... 34
2.3.7 Prosedur Slow Deef Breathing.................................................... 34
2.3.8 Dokumentasi Tindakan............................................................... 35
BAB 3 TINJAUAN KASUS......................................................................... 33
3.1. Pengkajian ....................................................................................... 46
3.1.1. Identitas Klien ......................................................................... 46
3.1.2. Riwayat Keperawatan ............................................................. 47
3.1.3. Pemeriksaan Fisik ................................................................... 49
3.1.4. Konsep Diri ............................................................................. 52
3.1.5. Pola Kebiasaan Sehari-hari ..................................................... 53
3.1.6. Data Penunjang ....................................................................... 54
3.1.7. Penatalaksanaan Medis ........................................................... 55
3.2. Asuhan Keperawatan ....................................................................... 56
3.2.1. Analisa Data ............................................................................ 56
3.2.2. Diagnosa Keperawatan ............................................................ 61
3.2.3. Intervensi Keperawatan ........................................................... 63
3.2.4. Implemetasi Keperawatan ....................................................... 65
3.2.5. Evaluasi Keperawatan ............................................................. 74
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................. 59
4.1 Tahap Pengkajian.............................................................................. 60
4.2 Tahap Diagnosa Keperawatan.......................................................... 61
4.3 Tahap Perencanaan/Intervensi Keperawatan.................................... 62
4.4 Tahap Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan............................... 63
4.5 Tahap Evaluasi Keperawatan........................................................... 66
4.6 Konsep EBN (Evidance Based Nursing) Dalam Asuhan
Keperawatan Pasien Ca Mamae...................................................... 63
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 68
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 69
5.2 Saran................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
No Judul
1 : Penyuluhan............................................................................................... 51
2 : Resume Kasus.......................................................................................... 52
3 : Jurnal EBNP............................................................................................. 55
4 : Daftar Riwayat Hidup.............................................................................. 57
5 : Lembar bimbingan................................................................................... 59
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh
selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung untuk
hidupnya dalam berespon terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan
tepat dan efektif untuk membantu klien dalam beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi disekitarnya.
komprehensif.
mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses
pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan
lahan praktek. Pada akhir kegiatan PBLK ini diharapkan mahasiswa mampu
yang berkualitas tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program
penting. Perawat sebagai tenaga profesional mempunyai beberapa peran dan fungsi.
Salah satu fungsi utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
rehabilitatif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab perawat. Selain itu,
perawat juga sebagai salah satu anggota tim yang terlibat langsung dalam
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan kronis yang
ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri.
menunjukkan hasil di atas 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan istirahat, dengan
dua kali pemeriksaan, dan selang waktu lima menit (Sari, 2017).
pembuluh-pembuluh darah dalam jantung, otak dan ginjal. Tekanan darah tinggi atau
stroke, dan gagal ginjal, sehingga terlihat bahwa hipertensi berdampak negatif pada
darah tinggi tahun 2014 pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas sekitar 22%.
Penyakit ini juga menyebabkan 40% kematian akibat penyakit jantung dan 51%
kematian akibat stroke. Selain secara global, hipertensi juga menjadi salah satu
penyakit tidak menular yang paling banyak di derita masyarakat Indonesia (57,6%),
penduduk dengan tekanan darah tinggi sebesar 34,11%. Prevalensi tekanan darah
tinggi pada perempuan (36,85%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki (31,34%).
jumlah penduduk yang bertambah, aktivitas fisik yang kurang dan pola hidup yang
tidak sehat. Pola hidup yang tidak sehat tersebut antara lain adalah diet yang tidak
sehat misalnya tinggi gula, lemak dan garam, dan kurang mengonsumsi makanan
berserat. Selain itu adalah penggunaan tembakau dan alkohol (Sri & Herlina, 2016).
12,8 % dari total kematian. Hal ini menyumbang 57 juta dari dissability adjust life
years (DALY). Tidak ada perbedaan prevalensi antara laki-laki dan wanita tetapi
tahun, dan 59,6 % untuk usia 60 tahun ke atas (Aoki dkk, 2014).
Menurut American Heart Assosiation (AHA), penduduk amerika yang berusia
diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa,
namun hamper sekitar 90-95 % kasus tidak diketahui penyebabnya. Saat ini
merupakan masalah kesehatan dengan tinggi yaitu sebesar 25,8%. tertinggi di Bangka
prevelensi sebanyak 25,8% di Indonesia yang banyak di alami oleh lansia, di Jawa
(25,8%), dan penyakit hipertensi di kota Bandung adalah peringkat ke 2 dari 10 besar
(RISKESDAS,2018).
adrenergik alfa dan beta antagonis (beta-bloker [BB]), vasodilator, kalsium antagonis
Slow Deep Breathing adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sadar dan
ketenangan yang bertujuan mengatur pernafasan secara lambat serta posisi tegap
santai yang mengakibatkan efek rileksasi, manfaat teknik ini bertujuan untuk
2011). Ketika oksigen yang kita hirup hanya untuk memperlancar peredaran darah,
melancarkan metabolism tubuh, dan mensuplai otak dengan kadar yang cukup.
Banyak fasilitas tubuh yang belum kita manfaakan secara optimal dalam mendukung
sistem kerja tubuh salah satu fasilitas tubuh yang kita miliki adalah berupa cadangan
energi’ yang bisa kita bangkitkan dan manfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan
manfaat yang diinginkan salah satu nya yaitu menurunkan hipertensi. Jenis-jenis
pernafasan khusus, yang umumnya telah dikenal adalah Nafas dada, dan nafas perut
(Lekas, 2016).
Latihan Slow Deep Breathing dapat menurunkan produksi asam laktat di otot
dengan cara meningkatkan suplai oksigen sementara kebutuhan oksigen didalam otak
Nafas dalam dan lambat juga dapat menstimulus saraf otonom yang berpengaruh
komplikasi penyakit lain yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner,
diabetes, gagal ginjal dan kebutaan. Stroke (51%) dan penyakit jantung koroner
pada semua umur (KEMENKES RI, 2017). Di kabupaten Bandung sendiri pola
penyakit penderita rawat jalan terbanyak di puskesmas untuk golongan umur 45 - <
75 tahun berbeda dengan pola penyakit dari golongan sebelumnya ini dapat dilihat
dominasi oleh penyakit Hipertensi Primer (esensial) dengan jumlah 95.479 jiwa
(16,82%), Myalgia dengan jumlah 58,198 jiwa (10,25%) dan Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Tidak Spesifik 52,323 jiwa (9,21%) (DINKES Kabupaten
B 2 Rumah Sakit H. Adam Malik Tahun 2022 diperoleh data penderita hipertensi
yang ditangani pada bulan juli s/d agustus yang di rawat di ruangan rindu b 2
sebanyak 35 orang.
hipertensi beserta keluhan-keluhan yang dirasakan pasien di ruangan rawat inap yang
mahasiswa dalam menerapkan konsep teori yang didapat selama pendidikan dan
keluarga.
1. Mahasiswa
yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola
2. Institusi Pendidikan
kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya
ilmiah.
3. Lahan Praktek
intervensi kasus sesuai dengan kasus kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah
intervensi perawat ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara
komprehensif.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi tekanan darah pada
dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai
“pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang khas. Satu-satunya cara
jika pemeriksaan tekanan darah menunjukan hasil diatas 140/90 mmHg atau lebih
dalam keaadan istirahat , dengan dua kali pemeriksaan, dan selang waktu lima menit.
Dalam hal ini, 140 atau nilai atas menunjukan tekanan sistolik , sedangkan 90 atau
2.1.3 Patofisiologi
dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre- ganglion melepaskan
darah.
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
pelepasan renin.
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
2016)
2.1.4 Etiologi
a. Hipertensi esensial
10-16% orang dewasa yang mengidap penyakit tekanan darah tinggi ini.
b. Hipertensi sekunder
menderita hipertensi jenis ini. Beberapa penyebab hipertensi menurut (Musakkar &
1. Keturunan
Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap hipertensi maka
2. Usia
3. Garam
Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang.
4. Kolesterol
5. Obesitas/kegemukan
Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki risiko lebih tinggi
mengidap hipertensi.
6. Stress
antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
7. Rokok
Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika merokok dalam
keadaan menderita hipertensi maka akan dapat memicu penyakit yang berkaitan
8. Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat
9. Alkohol
a. Laboratorium
2. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal
b. EKG
3. Peninggian gelombang P
4. Gangguan konduksi
5. Foto Rontgen
6. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
(Aspiani, 2016)
2.1.6 Komplikasi
a. Penyakit jantung
b. Ginjal
ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik
dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus , protein akan keluar melalui urin
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau
sehingga memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya
pembuluh darah otak yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan
angiopathy amyloid.
Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena berbagai
oleh berbagai faktor, sebagian besar berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial,
luas dan lokasi perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah
hingga bertahun-tahun. Gejala yang paling sering muncul pada pasien hipertensi jika
hipertensinya sudah bertahun-tahun dan tidak diobati antara lain seperti sakit kepala,
kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur, serta
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi
adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan
tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko. Hal ini dapat
dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Aspiani,
2016).
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan
1) Rendah garam,
diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.
natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan
mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal
c. Olahraga
efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah
(Aspiani, 2016)
yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor risiko yang
tidak dapat diubah antara lain umur, jenis kelamin, dan genetik. Faktor risiko yang
dapat diubah antara lain kebiasaan merokok, konsumsi serat, stres, aktivitas fisik,
Pembuluh
Pembuluh Vasokontiksi Resti penurunan curah
Penatalaksaan darah
dalah jantung
overload meningkat
1. Pemantauan diet
2. Penurunan berat badan Krisis Kurang
3. Olahraga Ansietas
situasional pengetahuan NIC
4. Memperbaiki gaya hidup
NOC
yang tidak sehat Cardiac care: Evaluasi adanya nyeri dada
(intensitas, lokasi, durasi), catat adanya Cardiac pump effectiveness, curculation
Pemeriksaan penunjang distitmia jantung, catat adanya tanda dan status, vital sign status
Koping individu gejala penurunan cardiac putput, monitor
1. Pemeriksaaan : keriteria hasil: tidak adanya sianosi,CRT,
tidak efektif status kadiovaskuler
laboratorium < 2 dtk, akral hangat, Rr Normal, Tidak
2. EKG Ada Bunyi Jantug Tambahan, Gcs Normal
3. Foto rontgen
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Identitas klien
a. Keluhan utama
e. Aktivitas / istirahat
obat.
lain-lain
f. Aktivitas / istirahat
g. Sirkulasi
1) Gejala :
penyakit serebrovaskuler
b) Episode palpitasi
2) Tanda :
h. Integritas ego
dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut
e. Ketidakefektifan koping
g. Resiko cedera
h. Defisiensi pengetahuan
i. Ansietas
2.2.3 Intervensi NIC-NOC
keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
menurun
terbimbing,kompres hangat/dingin)
pencahayaan,kebisingan)
meningkat
hipokalemia, hiponatremia)
meningkat
pengetahuan meningkat
ansietas menurun
prognosis
CVP)
jatuh menurun.
a. Identifikasi faktor risiko (mis. Usia >65 tahun, penurunan tingkat kesadaran,
penglihatan, neuropati)
b. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan
kebijakan institusi
darah menunjukkan hasil di atas 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan
istirahat, dengan dua kali pemeriksaan, dan selang waktu lima menit (Sari,
2017).
infark, serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal, sehingga terlihat bahwa
darah antara lain meditasi, yoga, rileksasi progresif, terapi musik, dan breathing
hipertensi primer yaitu latihan slow deep breathing karena termasuk ke dalam
2008).
mengenai pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah pada penderita
sesudah perlakuan adalah 11,61mmHg serta hasil dari uji statistik yaitu nilai
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi (Yanti, Mahardika & Prapti,
2016)
penelitian yaitu rata – rata tekanan darah sistolik dan distolik sebelum
dilakukan latihan slow deep breathing yaitu 151,1 mmHg dan 91,18 mmHg,
rata-rata tekanan darah sistolik dan distolik setelah diberikan latihan slow deep
breathing yaitu 140,0 mmHg dan 88,24 mmHg artinya ada pengaruh slow deep
(Rasyidah, 2018).
mengatasi hipertensi
a. Pengertian
Pengertian Slow Deep Breathing (SDB) merupakan tindakan yang
menimbulkan efek relaksasi Tarwoto (2011 dalam Satmoko, 2015). Slow Deep
pernafasan secara dalam dan lambat Martini (2006 dalam Anugraheni, 2017).
b. Tujuan
relaksasi slow deep breathing atau napas dalam adalah untuk meningkatkan
c. Manfaat
1) Ketentraman hati
2) Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah 3) Tekanan darah dan
baik
d. Prosedure pelaksanaan.
oleh Sepdianto (2018) dan Rahayu (2015) Langkah-langkah latihan Slow Deep
menarik napas.
Pada bab ini penulis menguraikan dua kasus yaitu kasus pertama pada
Tn.M. dan kasus kedua pada Ny. S pada tanggal 29 sampai dengan 31 Agustus
Malik.
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
Tabel 3.1. Tabel Pengkajian Identitas Klien Hipertensi Di Ruang Rindu B 2
Interpretasi : Melihat dari data diatas, ada perbedaan antara kasus 1 dan
terakhir yaitu SMA. Sedangkan pada kasus 2 pasien berusia 52 tahun dan
Dirasakan hilang
timbul.
Riwayat Penyakit Pasien pernah dirawat Klien mengatakan
Dahulu di rumah sakit 1 tahun tidak pernah
yang lalu dengan menderitah penyakit
riwayat amputasi jari kronis selain
kaki karena terjatuh hipertensi, pasien juga
dari sepeda motor. mengatakan tidak
Pasien mempunyai pernah operasi
riwayat tekanan darah sebelumnya, klien juga
tinggi. mengatakan tidak
mempunyai alergi
apapun
Riwayat Penyakit Pasien mengatakan Anak klien
Keluarga tidak ada riwayat mengatakan dalam
penyakit dari keluarga anggota keluarga tidak
pernah ada yang
menderita stroke
sebelum nya, anak
klien juga mengatakan
lingkungan rumah
klien bersih, hubungan
klien dengan tetangga
juga baik, hubungan
dalam keluarga juga
harmonis sehingga
tidak ada riwayat
penyakit apapun
kasus 1 dan kasus 2 yaitu kasus 1 klien mengeluh merasa nyeri pada kepala,
seperti Hipertensi, paru-paru basah, dan diabetes militus. Sedangkan pada kasus
2 klien mengatakan nyeri pada kepala bagian belakang lebih tepat pada tengkuk
Genogram
Keterangan :
Genogram
Keterangan :
5 5
RR:36x/menit, S: 200C, dan Skala nyeri 3 N:3. Hasil pemeriksaan inspeksi pada
didapatkan hasil kekuatan otot pada klien 1 total skor 14 dengan hasil
tidak simetris dan hasil kekuatan otot pada klien 2 total skor 20 dengan hasil
mandiri.
Tabel 3.4. Tabel Pengkajian Konsep Diri dengan Hipertensi Di Ruang Rindu B
Klien 1
1 DS : Hiperlipidemia,
Klien mengatakan merokok, obesitas Risiko perfusi
sakit kepala Gaya hidup, faktor serebral tidak efektif
Klien mengatakan emosional
pusing
Vasokonstriksi
DO:
pembuluh darah
Klien tampak lemas
- TD : 170/90 mmHg Peningkatan tekanan
(Hipertensi) darah
faktor risiko
2 DS : Suplai darah Nyeri Akut
Klien mengatakan
nyeri pada kepala dan
tidak nyaman pada Informasi tranduksi
tengkuk menurun
DO :
P : Adanya tekanan
Nyeri
darah tinggi
Q : Seperti ditusuk
dan ditekan
R : kepala bagian
belakang, leher, dan
tengkuk
S:5
T : Hilang timbul
TD: 170/90 mmHg
N : 65x/menit
RR:20x/menit
T :360C
Klien tampak lemas
dan hanya berbaring
di tempat tidur
3 DS : - Kurang terpapar Defisit pengetahuan
Klien mengatakan informasi
Sebelumnya tidak
pernah diberikan
pendidikan kesehatan
tentang hipertensi
Klien mengatakan
kurang begitu paham
Klien 2
1 DS : Suplai darah Nyeri akut
Klien mengatakan
sakit kepala dan nyeri
tengkuk Informasi tranduksi
menurun
DO:
Klien tampak lemas
- TD : 200/140 mmHg Nyeri di persepsika
(Hipertensi)
Nyeri
Risiko Jatuh
TD
- :Sistole:100–140 mmhg
- Diastole:60–90 mmhg
- N:60-100x/menit
- S:36,5 – 37°5
- RR: 20-24 x/menit
Hanya Kasus 1
Waktu 29 Agustus Waktu 29 Agustus Waktu 29 Agustus 2022
2022 2022
09.00 Memonitor 09.30 Memonit 10.00 Memonitor
tekanan or tekanan
darah, nadi, tekanan darah, nadi,
per darah, per napasan,
napasan, nadi, per dan suhu
dan suhu napasan, tubuh
tubuh dan suhu Memonitor
Memonitor tubuh peningkatan
peningkata Memonit TD
n TD or Memonitor
Memonitor peningkat pelebaran
pelebaran an TD tekanan nadi
tekanan Memonit (selisih TDS
nadi or dan TDD)
(selisih pelebaran Memonitor
TDS dan tekanan penurunan
TDD) nadi frekuensi
Memonitor (selisih jantung
penurunan TDS dan Memantau
frekuensi TDD) adanya
jantung Memonit keluhan sakit
Memantau or kepala
adanya penuruna Melakukan
keluhan n pemeriksaan
sakit kepala frekuensi riwayat
Melakukan jantung penyakit
pemeriksaa Memanta pasien secara
n riwayat u adanya rinci untuk
penyakit keluhan melihat faktor
pasien sakit risiko
secara rinci kepala Monitor
untuk Melakuka sirkulasi
melihat n
faktor pemeriksa
risiko an
Monitor riwayat
sirkulasi penyakit
pasien
secara
rinci
untuk
melihat
faktor
risiko
Monitor
sirkulasi
Dx:
Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
Kasus 1 dan 2
Waktu 30 Agustus Waktu 30 Agutus Waktu 30 Agustus
2022 2022 2022
10.30 1. Menentukan 10.45 1. Menentukan 10.50 1. Menentukan
karaktersitik karaktersitik karaktersitik
nyeri nyeri nyeri
2. Membuat 2. Membuat 2. Membuat
skala nyeri 0-10 skala nyeri 0- skala nyeri 0-10
rentang 10 rentang rentang
intensitasnya intensitasnya intensitasnya
menggunakan menggunakan menggunakan
VAS VAS VAS
3. 3. 3.
Mengobservasi Mengobservasi Mengobservasi
tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda vital
vital vital 4. Mengkaji
4. Mengkaji 4. Mengkaji pernyataan
pernyataan pernyataan verbal dan non
verbal dan non verbal dan non verbal nyeri
verbal nyeri verbal nyeri pasien.
pasien. pasien. 5. Mengevaluasi
5. 5. keefektifan
Mengevaluasi Mengevaluasi pemberian obat
keefektifan keefektifan 6. Memberikan
pemberian obat pemberian obat tindakan
6. Memberikan 6. Memberikan kenyamanan,
tindakan tindakan ubah posisi, dll.
kenyamanan, kenyamanan, 7. Menberikan
ubah posisi, dll. ubah posisi, lingkungan
7. Menberikan dll. tenang.
lingkungan 7. Menberikan 8. Mengajarkan
tenang. lingkungan terapi Slow Deef
8. Mengajarkan tenang. Breathing
terapi Slow 8. Mengajarkan
Deef Breathing terapi Slow
Deef
Breathing
Dx:
Defisit pengetahuan mengenai penyakit yang diderita b/d kurang terpapar
informasi
Hanya kasus 1
Waktu 31 Agustus Waktu 31 Agustus Waktu 31 Agustus
2022 2022 2022
11.00 11.15 1. Mengkaji 11.20 1. Mengkaji
1. Mengkaji tingkat tingkat
tingkat pengetahuan pengetahuan
pengetahuan klien dan klien dan
klien dan keluarga keluarga
keluarga tentang proses tentang proses
tentang proses penyakit penyakit
penyakit 2. Jelaskan 2. Jelaskan
2. Jelaskan tentang tentang
tentang patofisiologi patofisiologi
patofisiologi penyakit, tanda penyakit, tanda
penyakit, tanda dan gejala serta dan gejala serta
dan gejala serta penyebabnya penyebabnya
penyebabnya 3. Memberikan 3. Memberikan
3. Memberikan informasi informasi
informasi tentang tentang
tentang perkembangan perkembangan
perkembangan klien klien
klien 4. Diskusikan 4. Diskusikan
4. Diskusikan perubahan gaya perubahan
perubahan gaya hidup yang gaya hidup
hidup yang mungkin yang mungkin
mungkin diperlukan diperlukan
diperlukan untuk untuk
untuk
mencegah mencegah
mencegah komplikasi di komplikasi di
komplikasi di masa yang masa yang
masa yang akan akan datang akan datang
datang dan atau dan atau dan atau
kontrol proses kontrol proses kontrol proses
penyakit penyakit penyakit
5. Jelaskan 5. Jelaskan 5. Jelaskan
alasan alasan alasan
dilaksanakanny dilaksanakanny dilaksanakanny
a tindakan atau a tindakan atau a tindakan atau
terapi terapi terapi
6. Gambarkan 6. Gambarkan 6. Gambarkan
komplikasi komplikasi komplikasi
yang mungkin yang mungkin yang mungkin
terjadi terjadi terjadi
7. 7. 7.
Menganjurkan Menganjurkan Menganjurkan
klien untuk klien untuk klien untuk
melaporkan melaporkan melaporkan
tanda dan gejala tanda dan tanda dan
yang muncul gejala yang gejala yang
pada petugas muncul pada muncul pada
kesehatan petugas petugas
kesehatan kesehatan
Dx :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan sekitar
Hanya kasus 2
Hanya kasus 2
Waktu 31 Agustus Waktu 31 Agustus Waktu 31 Agustus
2022 2022 2022
11.20 Mengidentifika 11.30 Mengidentifi 12.00 Mengidentifi
si kebutuhan kasi kasi
keamanan klien kebutuhan kebutuhan
berdasarkan keamanan keamanan
tingkat fungsi klien klien
fisik, kognitif berdasarkan berdasarkan
dan riwayat tingkat fungsi tingkat fungsi
perilaku fisik, kognitif fisik, kognitif
sebelumnya. dan riwayat dan riwayat
perilaku perilaku
Mengidentifika sebelumnya. sebelumnya.
si karakteristik
lingkungan Mengidentifi Mengidentifi
yang mungkin kasi kasi
meningkatkan karakteristik karakteristik
potensial untuk lingkungan lingkungan
jatuh. yang yang
mungkin mungkin
Memantau gaya meningkatkan meningkatkan
berjalan, potensial potensial
keseimbangan untuk jatuh. untuk jatuh.
dan tingkat
kelelahan Memantau Memantau
selama amulasi gaya berjalan, gaya berjalan,
keseimbanga keseimbanga
Memberikan n dan tingkat n dan tingkat
informasi kelelahan kelelahan
tentang bahaya selama selama
lingkungan dan amulasi amulasi
ciri-cirinya.
Memberikan Memberikan
informasi informasi
tentang tentang
bahaya bahaya
lingkungan lingkungan
dan ciri- dan ciri-
cirinya. cirinya.
BAB 4
PEMBAHASAN
Bab ini penulis akan membahas mengenai permasalahan atau
terhadap Tn. M dan Ny. S dengan kasus Hipertensi Di Ruang Rindu B 2 Rumah
Sakit H. Adam Malik. Dalam bab ini penulis membandingkan antara teori yang
ada pada literatur dengan kasus yang ditemukan oleh penulis. Selain itu penulis
penulis temukan pada saat melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M dan Ny.
S, serta alternatif pemecahan masalah yang penulis berikan selama melakukan
keperawatan yang dilaksanakan selama tiga hari, yaitu dari tanggal 28 Agustus-
dilaksanakan pada Tn. M dan Ny. S adalah seperti yang diuraikan dibawah ini.
diawali pengumpulan informasi dan data dasar berupa data subyektif dan data
obyektif yang sesuai dengan pengkajian. Sedangkan data obyektif dan data
karena didukung adanya kerjasama yang baik dengan klien, keluarga klien,
ditemukan pada kasus sama dengan yang ada pada teoritis, tetapi juga
pengkajian.
pada klien 1 dan pada klien 2 dilakukan pengkajian pada tanggal 28 Agustus
2022. Hasil dari pengkajian sebagai berikut : Pada klien 1 berusia 63 tahun
jenis kelamin laki-laki pekerjaan petani, pendidikan terakhir SMA dengan
diagnosa medis Hipertensi dengan keluhan nyeri kepala, mual, muntah, dan
memiliki kesamaan yaitu nyeri kepala, sesuai dengan teori (Adrian, 2019)
bahwa pada pasien hipertensi keluhan yang dapat muncul yaitu nyeri kepala,
gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
dan 2, pada klien 1 skala nyeri 3 dan klien 2 skala nyeri 5 dengan
sedangkan pada klien 2 tekanan darah : 200/140 mmHg, nadi : 96 x/menit, suhu
pemeriksaan berat badan, dan tinggi badan sedangkan pada klien 2 tidak
terdapat pemeriksaan tersebut. Penulis berpendapat bahwa pemeriksaan berat
badan dan tinggi badan penting guna mengetahui keadaan nutrisi klien ,dimana
pada pemeriksaan klien 2 terdapat mual, muntah dan tidak nafsu makan yang
yaitu berdasarkan kebiasaan hidup seperti konsumsi garam yang tinggi (lebih
dari 30g), kegemukan atau (efedrin, makan berlebih, stress, merokok, minum
tidak terdapat data kebiasaan hidup klien sebelum masuk rumah sakit. Penulis
2. Diagnosa Keperawatan
klien terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI SPP PPNI, 2016).
Berdasarkan data hasil pengkajian pada klien 1 ditemukan data data untuk
tinjauan kasus atau pada kasus nyata, karena diagnosa keperawatan pada
keperawatan antara klien 1 dan klien 2 yang sesuai dengan teori antara lain :
a. Nyeri Akut
Masalah ini ditegakkan sesuai dengan teori (Tim Pokja SDKI, 2017) pada
pasien dengan nyeri akut ditemukan data-data yang sesuai dengan data mayor.
Di dapatkan keluhan nyeri pada kepala dan rasa tidak nyaman pada tengkuk dan
leher, nyeri yang dirasakan seperti tertusuk dan ditekan, nyeri yang dirasakan
pada kepala bagian belakang, leher dan tengkuk, dengan skala nyeri 3 (dari 1-
10), durasi nya hilang timbul. Tekanan darah : 170/90 mmHg Nadi : 65x/menit,
penegakan diagnosa didasarkan pada data mayor dan minor. Dalam hal ini data
sudah sesuai untuk diangkat diagnose nyeri tetapi pada SDKI diagnosa berubah
2016) yaitu rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang
Masalah ini ditemukan pada klien 1 namun tidak ditemukan pada klien
begitu paham tentang tekanan darah yang sering tinggi yang dideritanya. klien
tampak tegang dan diam saat ditanya tentang tekanan darah tinggi yang di
deritanya. penegakan diagnosa didasarkan pada data mayor dan minor. Dalam
hal ini data sudah sesuai untuk diangkat diagnose deficit pengetahuan.
diagnosa defisit pengetahuan yaitu karena faktor usia yang sudah tua
Masalah ini ditemukan pada klien 2 namun tidak ditemukan pada klien
data dari klien mengatakan badannya terasa lemas, tekanan darah : 180/100
tersebut sesuai dengan teori menurut (Aspiani, 2016) yaitu keluhan yang dapat
muncul pada penderita hipertensi antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan
impotensi.
Data klien 2 diagnosa resiko jatuh yaitu kekuatan otot (5,5,4,4). Penulis
penegakan diagnosa didasarkan pada data mayor dan minor. Dalam hal ini data
sudah sesuai untuk diangkat diagnosa pada SDKI menjadi Resiko jatuh ditandai
dan klien 2 yang tidak sesuai dengan teori pathway antara lain :
1, pada saat dilakukan pengkajian klien 2 mengatakan susah tidur karena tidak
180/100 mmHg, Pasien tampak pucat, konjungtiva anemis, area bawah mata
hitam, pasien tampak lemas. Penegakan diagnosa tersebut tidak sesuai dengan
respons pembuluh darah, rasa tidak nyaman yang dirasakan pasien akan
penegakan diagnosa didasarkan pada data mayor dan minor. Dalam hal ini data
sudah sesuai untuk diangkat diagnosa pada SDKI menjadi Gangguan pola tidur
Masalah ini ditemukan pada klien 1 namun tidak ditemukan pada klien
tersebut tidak sesuai dengan teori pada pathway namun, pada komplikasi yang
berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal
Diagnosa resiko perfusi serebral tidak efektif pada klien 1 dari data hasil
diatas diangkat menjadi diagnosa utama oleh peneliti, penulis berasumsi bahwa
diangkatnya diagnosa resiko perfusi serebral tidak efektif tidak tepat untuk
menjadi diagnosa utama karena sesuai teori (Tim Pokja SDKI SPP PPNI, 2016)
masalah, penyebab, dan tanda gejala, yang hanya dilakukan pada diagnosis
dibuktikan dengan adanya nyeri yang dirasakan pada kepala bagian belakang,
leher dan tengkuk, dengan skala nyeri 3 (dari 1-10), durasi nya hilang timbul.
Tekanan darah : 170/90 mmHg, Nadi : 65x/menit, RR: 20x/menit, T: 36◦C dan
dibuktikan juga pada hasil laboratorium klien 1 dengan Hb : 13.0 g/dl (normal:
3. Perencanaan
ditemukan pada klien. Perencanaan yang di buat penulis pada klien 1 dan 2
peningkatan TD, 3. Monitor pelebaran tekanan nadi ( selisih TDS dan TTD), 4.
6. Periksa riwayat penyakit pasien secara rinci untuk melihat factor resiko, 7.
Monitor sirkulasi.
darah otak yang dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan nyeri
pada klien berkurang atau hilang dengan kriteri hasil: Pasien mengetahui
nyeri berkurang 1-3, Tanda-tanda vital dalam batas normal, tekanan darah :
37°5, RR: 20-24 x/menit dengan intervensi 1.Ajarkan klien untuk melakukan
teknik rileksasi, 2. Kaji skala nyeri klien (0-10), 3.Perhatikan isyarat verbal dan
non verbal seperti: meringis, kaku, gerakan melindungi, 4.Kaji tanda-tanda vital
(tekanan darah, respirasi, Nadi, Suhu), 5.Kolaborasi pemberian analgesik sesuai
tanda gejala yang muncul pada penyakit dengan cara yang tepat, 4.Melakukan
pendidikan kesehatan.
kesehatan, 7. ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat, 8. ajarkan strategi yang
Berikan lingkungan yang tenang, 4.Ubah posisi pasien dengan perlahan dan
hasil: Tingkat jatuh (L.14138) Risiko jatuh dari tempat tidur menurun, Risiko
jatuh saat berjalan menuru, Risiko jatuh saat berdiri menurun dengan intervensi
risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan kebijakan institusi,
gangguan istirahat tidur tidak terjadi, kriteria hasil : 1.Pasien tampak rileks dan
segar, 2. TTV dalam batas normal, 3. Pasien dapat tidur selama 6-8 jam setiap
distraksi dan relaksasi., 3. Anjurkan pasien mandi/ seka air hangat untuk
persiapan tidur.
kualitas dan kuantitas tidur membaik, kriteria hasil : keluhan sulit tidur
menurun, keluhan pola tidur berubah menurun, keluham istirahat tidak cukup
masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan factor
perfusi serebral tidak terjadi dengan kriteria hasil : tekanan darah dalam rentang
pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan TDD), 4.Monitor penurunan frekuensi
pasien secara rinci untuk melihat faktor risiko, 7. Monitor sirkulasi perifer
(mis.nadi perifer, edema, CRT, warna, suhu, dan adanya rasa sakit pada
4. Implementasi
dilaksanakan dalam waktu dan tempat yang berbeda. Pada klien 1 asuhan atau
sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolic dibawah 90 mmHg dan
mengontrol factor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup
5. Evaluasi
Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 1 dengan diagnosa nyeri akut
tanggal 8 Mei 2019 karena klien 1 sudah tidak merasa nyeri di kepalanya, klien
Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 2 dengan diagnosa nyeri akut
Agustus 2022 Januari pasien mengeluh nyeri pada bagian kepala masih terasa
sakit, pasien tampak meringis sekala nyeri 3. Menurut asumsi penulis diagnosa
nyeri akut untuk klien 2 pada evaluasi tanggal 29 Agustus 2022 belum teratasi ,
karena pasien masih mengeluh nyeri pada bagian kepala dengan skala nyeri 3,
dan tidak memenuhi kriteria hasil yang menyatakan nyeri menghilang atau
Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 1 dengan diagnose nyeri akut
b/d agrn pencedera fisiologis pada tngl 29 Agustus 2022, klien mengatakan
nyeri kepala bagian belakang, dan rasa tidak nyaman di leher dan tengkuk, klien
terlihat meringis, klien terlihat tegang, adanya tekanan darah tinggi, nyeri
seperti di tusuk dan ditekan di bagian kepala belakang, leher dang tengkuk, s:3
T: hilang timbul, TD: 170/90 mmHg N: 65X/m RR: 20X/m T: 36,5C masalah
Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 2 dengan resiko jatuh dengan
berasumsi bahwa evaluasi diagnosa resiko jatuh harus tetap di buat guna
Agustus 2022 pasien mengatakan sudah tidak terbangun ketika istirahat malam
hari. Tekanan darah : 140/80 mmHg, konjungtiva tidak anemis, pasien tampak
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapat dari dua kasus yang sama yaitu
September 2022 menunjukkan adanya tanda dan gejala yang sama yang
2. Diagnosa keperawatan
nyeri akut, gangguan pola tidur, dan resiko jatuh. Di dalam teori muncul 5
keperawatan.
3. Perencanaan
Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh peneliti baik
lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri, berikan teknik non
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
selama 3 hari perawatan di rumah sakit pada tanggal 29 Agustus 2022 oleh
peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh
peneliti pada klien 1 dan klien 2 menunjukkan bahwa masalah yang dialami
kedua klien ada yang belum teratasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat
5.2 Saran
keperawatan lebih tepat dan lebih spesifik dengan melihat respon pasien dan
keluarga pasien.
lanjut.
b. Memperhatikan dalam pembuatan dokumentasi keperawatan, dengan
3. Institusi pendidikan
3. Bagi penulis
DAFTAR PUSTAKA
1. TOPIK
Hipertensi
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
3. SASARAN
Adam Malik
MATERI
A. Definisi
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg
B. Etiologi
– Mata berkunang-kunang,
– Telinga berdengung,
– Suka Tidur,
– Kesemutan,
– Kesulitan bicara,
– Rasa mual/muntah
Faktor yang mempengaruhi terjadinya Hipertensi:
– Umur,
– Kegemukan,
– Merokok,
– Stres,
– Alkohol,
– Obat-obatan,
– Kurang olahraga,
– Makanan berlemak,
– Berhenti haid,
Komplikasi:
– Stroke,
– Gagal jantung,
– Penyakit ginjal,
Pencegahan:
– Olahraga,
– Tidak/berhenti merokok,
– Rekreasi,
– Hindari/atasi stres,
– Keaktifan penderita,
– Penderita berusaha,
– Petugas membantu,
Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, seperti
bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sere,
cukak.
paling banyak 100 gram per hari. Telur ayam/telur bebek paling banyak 1 butir
sehari.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Tn. H
Umur : 60 Tahun
DX Medis : Hipertensi
2. Penanggung jawab
Nama : Ny. T
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Kesehatan
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya :
B. Quantity/quality
2. Bagaimana dilihat
255
Pening dan kepala sangat sakit
C. Region
1. Dimana lokasinya
2. Apakah menyebar
D. Severity
E. Time
6. Pemeriksaan Keperawatan/Medis
B. Analisa Data
256
2. DS : Nutrisi kurang Intake yang tidak
Pasien mengatakan makan dari kebutuhan adekuat
hanya habis ½ porsi tubuh
tenggorokanya sakit saat
menelan.
DO :
Mukosa bibir kering, Berat
badan sebelum sakit 75 kg.
Status nutrisi: a. Antropometri:
Berat badan:75kg, Tinggi
badan: 170 cm Indeks Masa
Tubuh ( IMT ) 2 2 100
C. Diagnosa Keperawatan
intrakranial
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
D. Intervensi Keperawatan
259
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER DENGAN: HIPERTENSI DI RUANG RINDU B 2
RUMAH SAKIT H.ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2022
A. Pengkajian
5. Identitas klien
Nama : Ny. A
Umur : 54 Tahun
DX Medis : Hipertensi
6. Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Pekerjaan : Wiraswasta
260
Alamat : Jl. Babura 1
7. Keluhan Utama
Ny.A mengatakan gejala yang dirasakan saat tekanan darah tinggi yaitu kelapa
sakit, pusing, tengguk terasa berat, badan terasa berat dan susah tidur
8. Riwayat Kesehatan
Klien menngatakan dalam satu tahun terakhir juga mengalami hal yang sama yaitu
sakit kepala, sering pusing dan tengguk terasa berat, badan terasa berat
A. Provocative/palliative
3. Apa penyebabnya :
Ny. A mengatakan jika merasa sakit kepala, pusing dan tengguk berat
B. Quantity/quality
4. Bagaimana dilihat
C. Region
3. Dimana lokasinya
4. Apakah menyebar
D. Severity
261
Nyeri yang dirasakan mengganggu aktivitas karena pernah membuat klien
E. Time
6. Pemeriksaan Keperawatan/Medis
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
Lampirn 1
265
Jurnal Keperawatan Silampari
Volume 5, Nomor 1, Desember 2021
e-ISSN: 2581-1975
p-ISSN: 2597-7482
DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.2917
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh slow deep breathing exercise terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Telaga Dewa
Kota Bengkulu. Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian quasy experiment. Hasil analisis univariat diperoleh rata-rata responden berusia
64 tahun dengan jenis kelamin mayoritas perempuan yaitu sebanyak 7 responden (53,3%).
Mayoritas responden memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi yaitu sebanyak 12
responden (80%). Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa nilai p <0,05. Simpulan, ada
penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah dilakukan intervensi
slow deep breathing pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Dewa
Kota Bengkulu.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of slow deep breathing exercise on reducing blood
pressure in hypertensive patients in the Telaga Dewa Health Center work area, Bengkulu
City. This research method is quantitative research with a quasi-experimental research
design. The results of univariate analysis obtained that the average respondent was 64
years old, with the majority gender being female, namely seven respondents (53.3%). Most
respondents have a family history of hypertension, as many as 12 respondents (80%). The
results of the bivariate analysis showed that the p-value <0.05. In conclusion, there is a
decrease in systolic and diastolic blood pressure before and after slow deep breathing
intervention in hypertension sufferers in the Telaga Dewa Health Center Work Area,
Bengkulu City.
266
Keywords: Hypertension, Slow Deep Breathing Exercise, Blood Pressure
PENDAHULUAN
Kelompok penyakit tidak menular yang sangat umum dan mudah dideteksi di
masyarakat adalah hipertensi (Wulandari & Puspita, 2019). Tekanan darah tinggi terjadi
ketika tekanan darah terlalu tinggi. Tekanan darah seseorang meliputi tekanan darah sistolik
dan diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah saat jantung berdetak. Tekanan
darah diastolik adalah tekanan darah saat jantung dalam keadaan istirahat. Tekanan darah
normalnya adalah 140/90 mmHg. Secara umum, hipertensi atau hipertensi diukur dua kali
dengan interval lima menit di bawah istirahat yang cukup.Tekanan darah sistolik meningkat
267
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik meningkat lebih dari 90 mmHg
(Harsismanto et al., 2020; Whelton et al., 2018).
Prevalensi hipertensi akan meningkat tajam, dan diperkirakan pada tahun 2025, 29%
orang dewasa di seluruh dunia akan terkena hipertensi. Tekanan darah tinggi menyebabkan
sekitar 8 juta kematian setiap tahun, dan 1,5 juta orang meninggal karena tekanan darah
tinggi di Asia Tenggara, yang dapat meningkatkan beban 4.444 item perawatan kesehatan.
Selain itu, hipertensi lebih banyak terjadi pada usia 35-44 tahun (6,3%), 45-54 tahun
(11,9%), dan 55-64 tahun (17,2%). Menurut status ekonomi orang, tingkat hipertensi
tertinggi berada pada kisaran menengah ke bawah (27,2%) dan menengah (25,9%)
(Kemenkes, 2017; Sulistyawati & Aminah, 2017).
Menurut data Rikesdas terakhir di Asia Tenggara pada tahun 2018, jumlah penderita
hipertensi di Indonesia mencapai 36, meningkat 34,1% dari tahun ke tahun. Dibandingkan
dengan data hasil Riskesdas tahun 2013, angka kejadian ini mengalami peningkatan yang
cukup tinggi, Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut pengukuran tekanan darah
orang Indonesia berusia 18 tahun ke atas, hingga 25,8% orang memiliki tekanan darah
tinggi, dan pengukuran tekanan darah mengalami peningkatan yang signifikan. nilai
penduduk di atas 60 tahun menyumbang 25,8% (Andri et al., 2021; Tirtasari & Kodim,
2019).
Padahal, penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita
masyarakat, jumlahnya mencapai 11.332 atau lebih dari penyakit tidak menular lainnya,
seperti penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, kanker, penyakit paru-paru, asma,
osteoporosis dan penyakit kronis. Penyakit gagal ginjal cukup banyak di Provinsi Bengkulu
yaitu mencapai 11.000 orang. Diantaranya, Kota Bengkulu memiliki jumlah pasien
terbanyak dengan 4.264 orang, dan terendah adalah wilayah Bengkulu bagian selatan,
dengan jumlah 400 pasien (Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2019). Gejala umum yang
biasanya dialami oleh penderita hipertensi adalah sakit kepala, kelelahan, leher tidak
nyaman, penglihatan berputar, detak jantung tidak teratur, dan tinnitus (Sartika et al., 2020;
Goleman et al., 2019).
Dengan tingginya angka kejadian hipertensi yang ada di Indonesia, perlu adanya
berbagai macam upaya yang bisa dilakukan untuk mengendalikan angka kejadian hipertensi
yang tinggi tersebut sehingga dapat menekan angka hipertensi (Andri et al., 2018; Sartika et
al., 2018).
Menurut penelitian Sumartini & Miranti (2019) pernapasan dalam lambat merupakan
salah satu teknik relaksasi yang mempengaruhi sistem saraf dan mempengaruhi pengaturan
tekanan darah, selain itu dapat digunakan sebagai terapi alternatif non-obat, olahraga atau
pengobatan untuk pasien hipertensi. Menurut penelitian Samosir & Triyulianti (2021)
perbedaan antara pre-test dan post-test dapat dilihat dari tekanan darah sistolik, dan
diperoleh p-value 0,027. Untuk tekanan darah diastolik nilainya berubah dari sebelum tes
dan setelah tes p-value 0,015, yang berarti ada perbedaan antara dan mempengaruhi setelah
Intervensi dan pijat punggung lambat memiliki efek menurunkan tekanan darah tinggi pada
pasien hipertensi.
Teknik relaksasi dan pernapasan dalam yang teratur dapat meningkatkan aliran darah
pada pasien hipertensi yang terhambat, sehingga menurunkan tekanan darah. Jika dilakukan
secara teratur, pernapasan yang lambat dan dalam ini akan memberikan hasil terbaik.
Keberhasilan terapi slow deep breathing pada penelitian ini dipengaruhi oleh dukungan
keluarga, karena keluarga mendampingi responden pada hari ke-2 sampai ke-4 dan
memotivasi mereka untuk bernapas secara perlahan dan dalam. Rata-rata penurunan
tekanan darah orang yang diwawancarai kecil karena ada faktor yang mempengaruhi
tekanan darah orang yang diwawancarai yaitu asupan garam harian > 1/2 sendok teh akan
mempengaruhi peningkatan tekanan darah (Kurniasari et al., 2020).
Saat terjadi relaksasi, serabut otot di dalam tubuh meregang, proses pengiriman
impuls saraf ke otak berkurang, dan fungsi bagian tubuh lainnya sama. Hasil dari
melakukan relaksasi nafas dalam ditandai dengan penurunan denyut nadi, pernafasan, dan
tekanan darah (Sumartini & Miranti, 2019; Yusuf et al., 2021).
Penelitian tentag terapi nonfarmakologi sudah pernah dilakukan di beberapa
penelitian sebelumnya, namun penelitian ini berfokus pada intervensi slow deep breathing
pada pasien hipertensi. Selan itu intervensi ini masih jarang digunakan dalam upaya
menurunkan tekanan darah di provinsi Bengkulu, khususnya di wilayah kerja puskesmas
Telaga Dewa Kota Bengkulu.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan quasy experiment, teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dengan purposive sampling yakni sampel diambil sesuai
dengan kriteria peneliti dengan sampel 30 orang. Dimana 15 untuk intervensi slow deep
breathing dan 15 intervensi alternate nostril breathing. Analisis data dalam penelitian ini
uji t dependen, wilcoxon dan mann whitney.
HASIL PENELITIAN
Tabel. 1
Tabel. 2
PEMBAHASAN
Gambaran Karakteristik Umur, Jenis Kelamin dan
Riwayat Keluarga
Hasil penelitian menunjukan usia berada pada rata-rata usia 64 tahun. Semakin tinggi
umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi seseorang yang lebih tua cenderung
mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arum (2019) yang melakukan penelitian
pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas Jagir dengan
total 36 responden dikarenakan di usia lebih dari 55 tahun, wanita yang lebih rentang
mengalami hipertensi dikarenakan wanita akan mengalami masa menopause.
Sebagian besar jenis kelamin pada penelitian ini adalah perempuan. Sejalan dengan
penelitian Arum (2019) yang menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak
daripada responden laki-laki yang mengalami hipertensi. Penelitian Aryantiningsih &
Silaen (2018) menyatakan bahwa kejadian hipertensi berhubungan dengan jenis kelamin.
Hal ini bisa disebabkan oleh hormon estrogen yang ada pada perempuan, hormon ini
didapatkan oleh perempuan pada saat menstruasi setiap bulannya dan terus diperbarui.
Namun apabila seorang wanita mengalami masa menopause, makan hormon estrogen akan
menurun dan risiko hipertensi akan meningkat (Arum, 2019).
Faktor lain yang bisa menyebabkan hipertensi diantaranya seperti riwayat keluarga
dimana penelitian ini secara keseluruhan mempunyai riwayat hipertensi keluarga. Hasil
yang sama didapatkan pada penelitian Lita (2017) bahwa faktor keturunan terjadi lebih
banyak pada penderita hipertensi. Kemudian pada penelitian oleh Angesti et al., (2018)
didapatkan bahwa riwayat hipertensi keluarga berhubungan dengan kejadian hipertensi
dan berisiko sebesar 3,884 kali terjadi hipertensi pada remaja. Hal tersebut dikarenakan
bahwa faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut
memiliki risiko menderita hipertensi. Kejadian hipertensi pada seseorang merupakan
hasil dari perubahan pada genetik.
SIMPULAN
Diketahui usia responden penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Bengkulu dengan rata-rata berusia 64 tahun , sedangkan jenis kelamin responden terbanyak
yaitu responden perempuan dan rata-rata responden memiliki riwayat hipertensi keluarga
Berdasarkan hasil penelitian diketahui tekanan darah sebelum dan setelah diberikan
intervensi slow deep breathing terdapat penurunan yang signifikan
SARAN
Disarankan bagi puskemas Telaga Dewa Kota Bengkulu untuk menggunakan teknik
relaksasi slow deep breathing dan alternate nostril breathing untuk menurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Andri, J., Padila, P., Sartika, A., Andrianto, M. B., & J, H. (2021). Changes of Blood
Pressure in Hypertension Patients Through Isometric Handgrip Exercise.
JOSING: Journal of Nursing and Health, 1(2), 54–64.
https://doi.org/10.31539/josing.v1i2.2326
Andri, J., Waluyo, A., Jumaiyah, W., & Nastashia, D. (2018). Efektivitas Isometric
Handgrip Exercise dan Slow Deep Breathing Exercise terhadap Perubahan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan Silampari, 2(1),
371–384. https://doi.org/10.31539/jks.v2i1.382
Angesti, A. N., Triyanti, T., & Sartika, R. A. D. (2018). Riwayat Hipertensi Keluarga
sebagai Faktor Dominan Hipertensi pada Remaja Kelas XI SMA Sejahtera 1
Depok Tahun 2017. Buletin Penelitian Kesehatan, 46(1), 1–10.
https://doi.org/10.22435/bpk.v46i1.41
Arum, Y. T. G. (2019). Hipertensi pada Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun) Yuniar.
Higeia Journal of Public Health Research and Development, 1(3), 625– 634.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/30235
Gholamrezaei, A., Diest, I. V., Aziz, Q., Vlaeyen, J. W. S., & Oudenhove, L. V. (2021).
Psychophysiological Responses to Various Slow Deep Breathing Techniques.
Psychophysiology, 58(2). https://doi.org/10.1111/psyp.13712
Goleman, D., Boyatzis, R., & Mckee, A. (2019). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Derajat
Hipertensi pada Lansia. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–
1699.
https://doi.org/https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Harsismanto, J., Andri, J., Payana, T. D., Andrianto, M. B., & Sartika, A. (2020).
Kualitas Tidur Berhubungan dengan Perubahan Tekanan Darah pada Lansia.
Jurnal Kesmas Asclepius, 2(1), 1–11. https://doi.org/10.31539/jka.v2i1.1146
Janet, S. K., & Gowri, M. (2017). Effectiveness of Deep Breathing Exercise on Blood
Pressure Among Patients with Hypertension. International Journal of Pharma and
Bio Science, 8(1). https://doi.org/10.22376/ijpbs.2017.8.1.b256-260
Kurniasari, Y. D., Ibnu, F., & Hidayati, R. N. (2020). Pengaruh Slow Deep Breathing
Exercise terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi [Stikes
Bina Sehat PPNI Mojokerto].
http://repository.stikes-
ppni.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123456789/280/MANUSKRIP.pdf?
seque nce=1&isAllowed=y
Lita, L. (2017). Faktor Risiko Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya
Pekanbaru. Scientia : Jurnal Farmasi dan Kesehatan, 7(2), 159.
https://doi.org/10.36434/scientia.v7i2.132
Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep Mind Mapping dan NANDA
NIC NOC Jilid 2. CV. Trans Info Media
Marliando, S. L., & Herawati, I. (2021). Pengaruh Pemberian Slow Deep Breathing
Exercise terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Penderita Hipertensi
(Literature Study). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/91801/
Nafi’ah, D., Budi, P. S., & Mustayah, M. (2020). Efektifitas Guided Imagery dan Slow
Deep Breathing terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di
RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan. Keperawatan Terapan, 06(01), 1–11.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&as_ylo=2017&q=pen
garuh+latihan+slow+deep+breathing+dan+guided+imagery&oq=pengaruh+latiha
n+slow+deep+breathing+dan+guided+im#d=gs_qabs&u=%23p%3D-W-
WAqDfzgEJ
Nirmalasari, N. (2017). Deep Breathing Exercise dan Active Range of Motion Efektif.
NurseLine Journal, 2(2), 159–165.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/NLJ/article/view/5940
Pramudiana, N., & Herawati, I. (2019). Pengaruh Pemberian Brisk Walking Exercise dan
Slow Deep Breathing terhadap Penurunan Darah Penderita Hipertensi Universitas
Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/71384/13/Naspub awal bab
di kiri.pdf
Samosir, N. R., & Triyulianti, S. (2021). Pengaruh Pemberian Deep Breathing Exercise
dan Slow Stroke Back Massage Efektif dalam Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
pada Penderita Hipertensi. Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi, 5(2), 158–164.
https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v5i2.146
Sartika, A., Betrianita, B., Andri, J., Padila, P., & Nugrah, A. V. (2020). Senam Lansia
Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia. Journal of Telenursing, 2(1), 11–20.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/joting.v2i1.1126
Sartika, A., Wardi, A., & Sofiani, Y. (2018). Perbedaan Efektivitas Progressive Muscle Relaxation (PMR)
dengan Slow Deep Breathing Exercise (SDBE) terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Jurnal
Keperawatan Silampari, 2(1), 356–
370. https://doi.org/https://doi.org/10.31539/jks.v2i1.380
Sulistyawati, L., & Aminah, A. N. (2017). Seperempat Warga Indonesia Hipertensi. Republika.
http://nasional.republika.co.id/berita/
nasional/umum/17/05/17/oq3seo384-seperempat-warga-indonesia-hipertensi
Sumartini, N. P., & Miranti, I. (2019). Pengaruh Slow Deep Breathing terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi
di Puskesmas Ubung Lombok Tengah. Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal), 1(1), 38.
https://doi.org/10.32807/jkt.v1i1.26
Tarigan, B. S., Butar-Butar, R. A., & Siringo-Ringo, T. (2020). Penurunan Tekanan Darah Melalui Slow Deep
Breathing pada Lansia yang Mengalami Hipertensi. Jurnal Penelitian Keperawatan Medik, 2(4),
59–63. http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM/article/download/339/276/
Tirtasari, S., & Kodim, N. (2019). Prevalensi dan Karakteristik Hipertensi pada Usia Dewasa Muda di
Indonesia. Tarumanagara Medical Journal, 1(2), 395–402.
https://journal.untar.ac.id/index.php/tmj/article/view/3851
Ublosakka-Jones, C., Tongdee, P., Pachirat, O., & Jones, D. A. (2018). Slow Loaded Breathing Training
Improves Blood Pressure, Lung Capacity and Arm Exercise Endurance for Older People with Treated and
Stable Isolated Systolic Hypertension. Experimental Gerontology, 108, 48–53.
https://doi.org/10.1016/j.exger.2018.03.023
Whelton, P. K., Carey, R. M., Aronow, W. S., Casey, D. E., Collins, K. J., Dennison Himmelfarb, C., DePalma,
S. M., Gidding, S., Jamerson, K. A., Jones, D. W., MacLaughlin, E. J., Muntner, P., Ovbiagele, B., Smith,
S. C., Spencer, C. C., Stafford, R. S., Taler, S. J., Thomas, R. J., Williams, K. A., & Wright, J. T. (2018).
2017
ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA Guideline for the Prevention,
Detection, Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults: A Report of the American
College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Pr. Journal of the American
College of Cardiology, 71(19), e127–e248. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2017.11.006
Wulandari, R., & Puspita, S. (2019). Hubungan Pengetahuan, Dukungan Keluarga, dan Peran Petugas
Kesehatan dengan Kepatuhan Penderita Hipertensi dalam Menjalani Pengobatan. Jurnal ’Aisyiyah
Medika, 4(3). https://doi.org/10.36729/jam.v4i3.206
Yusuf, B., Isnaniah, I., & Yuliati, Y. (2021). Penerapan Latihan Slow Deep Breathingterhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi: Literature Review. Jurnal IMJ: Indonesia Midwifery Journal,
4(2), 18–23. http://jurnal.umt.ac.id/index.php/imj/article/view/4272
JURNAL
KEPERAWAT p-ISSN: 2406-9698 (Print)
AN TERPADU e-ISSN: 2685-0710 (Online)
(Integrated Nursing Journal)
http://jkt.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/index
Abstrak
Hipertensi menjadi silent killer karena sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala apapun.
Hipertensi terus meningkat seiring bertambahnya umur. Penemuan kasus Hipertensi di Puskesmas
Ubung meningkat dimana tahun 2016 ditemukan 931 kasus dan tahun 2017 ditemukan 1.240 kasus
hipertensi. Lansia yang mengalami hipertensi sebanyak 805 orang. Pengobatan non farmakologi bisa
didapatkan dengan melakukan slow deep breathing, selain dengan olahraga atau senam dan
mengkonsumsi obat-obatan dapat memberikan keterampilan pada pasien dalam mengatasi tekanan
darah pada pasien hipertensi. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh slow
deep brething terhadap tekanan darah lansia hipertensi. Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif,
metode penelitian Quasy Experiment dengan desain Non Equivalent Control Group. Sampel dalam
penelitian ini adalah lansia hipertensi yang mendapat senam. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 30 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrument
penelitian menggunakan lembar observasi tekanan darah. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan uji Paired T-test. Hasil: Hasil Penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah sistol
kelompok intervensi sebelum diberi perlakuan sebesar 151,33 mmHg dan diastol sebesar 96,00 mmHg
dan sistol kelompok intervensi sesudah diberi perlakuan sebesar 136,00 mmHg dan diastol sebesar
85,33 mmHg dengan nilai signifikansi sistol (ρ value) 0.000 dan diastol (ρ value) 0.000 sehingga Hₒ
ditolak. Kesimpulan: Kesimpulan menunjukan adanya pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan
darah lansia hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok Tengah.
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal, baik tekanan sistolik dan atau diastolik (Triyanto, 2014 dalam Azizah, 2015). Hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Hipertensi menjadi silent killer
karena pada sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala apapun hingga pada suatu hari hipertensi
menjadi stroke dan serangan jantung yang mengakibatkan penderitanya meninggal. Bahkan sakit
kepala yang sering menjadi indikator hipertensi tidak terjadi pada beberapa orang atau dianggap
keluhan ringan yang akan sembuh dengan sendirinya (Kurniadi & Ulfa, 2015). Seiring bertambahnya
umur, tekanan darah akan meningkat terutama tekanan darah sistolik, sedangkan tekanan darah
diastolik pada mulanya meningkat, tetapi pada usia pertengahan akan menetap atau akan menurun
sejalan dengan pengerasan pembuluh darah (Kurniadi & Ulfa, 2015).
Proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia
secara global pada tahun 2013, dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan
peningkatan usia harapan hidup. Penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa tekanan darah
sistolik meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, tetapi tekanan darah diastolik meningkat hanya
sampai usia 55 tahun (Kurniadi & Ulfa, 2015). Prevalensi hipertensi di Indonesia pada golongan umur
50 tahun masih 10%, tetapi diatas 60 tahun angka tersebut terus meningkat mencapai 20-30%.
Berbagai penelitian melaporkan bahwa 1,3-28,6% penduduk diatas 20 tahun adalah penderita
hipertensi (Kurniadi & Ulfa, 2015). Prevalensi hipertensi pada usia kurang dari 31 tahun 5%, usia
antara 31-44 tahun 8-10%, usia lebih dari 45 tahun sebesar 20% (Kurniadi & Ulfa, 2015). Berdasarkan
pengukuran tekanan darah lansia hipertensi di Indonesia dihitung dari umur 55-64 tahun 20,5%, umur
65-74 tahun 26.4% dan umur 75 ke atas sebesar 27.7%, sedangkan di NTB dihitung dari umur 55-64
tahun 44.8%, umur 65-74 tahun 57.2% dan umur 75 ke atas sebesar 65.4% (RISKESDAS, 2013). Data
yang diperoleh dari Dikes Lombok Tengah semester 1 tahun 2017, dari 10 penyakit tertinggi di
Vol. 1 No. 1 (2019); Page 41
April
Lombok Tengah, hipertensi menepati peringkat kedua dengan jumlah kasus sebanyak 5005 kasus
(Dinkes Kab. Lombok Tengah, 2017). Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Ubung tahun
2016 terdapat 931 kasus penderita hipertensi, sedangkan pada tahun 2017 terjadi peningkatan dengan
jumlah kasus 1.240. Lansia yang mengalami hipertensi sebanyak 805 orang. Hasil studi pendahuluan
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasy Experiment dengan rancangan Non Equivalent Control
Group. Dalam penelitian ini, kelompok intervensi dan kelompok kontrol sama-sama dilakukan Pre-
test dan Post-test (Notoatmodjo, 2012). Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol sebelum latihan (pre test). Pada kelompok intervensi diberikan
latihan slow deep breathing sebanyak tiga (3) kali dalam kurun waktu 3 miggu, masing-masing 15
menit, kemudian diukur tekanan darahnya (post test) sedangkan kelompok kontrol mendapatkan
perawatan sesuai program puskesmas dan diukur tekanan darahnya (post test) (Dimiter & Phillip,
2003).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok Tengah
sebanyak 805 lansia. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang mendapat senam di Puskesmas
Ubung Lombok Tengah dan terpilih sebagai sampel. Besar sampel sesuai dengan Sugiyono (2010)
yang menyatakan bahwa untuk penelitian eksperimen dan kelompok kontrol, jumlah anggota sampel
masing-masing 10 sampai dengan 20 maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang terbagi
kedalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Tehnik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling dengan kriteria inklusi : (1) tidak mengalami gangguan pendengaran dan bicara,
(2) bersedia menjadi responden, (3) aktif mengikuti senam; sedangkan kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah : (1) terdapat komplikasi seperti gagal ginjal, gagal jantung dan asma, serta (2)
mengalami krisis hipertensi.
Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah slow deep breathing sedangkan
variabel dependen adalah tekanan darah. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data
Data dikumpulkan setelah mendapatkan ijin penelitian dari institusi terkait dan Komite Etik Poltekkes
Kemenkes Mataram. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan calon responden dan
kemudian mensosialisasikan tentang penelitian yang akan dilakukan (tujuan, manfaat) pada saat
kegiatan senam di Puskesmas dan mendata lansia hipertensi yang bersedia menjadi responden.
Selanjutnya memberikan lembar persetujuan kepada lansia hipertensi dan membagi responden
menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peneliti selanjutnya menjelaskan prosedur
penelitian kepada kedua kelompok. Peneliti mengisi lembar isian data karakteristik responden.
Melakukan pre test dengan melakukan pengukuran tekanan darah pada responden. Setelah senam,
kelompok eksperimen diberikan latihan slow deep breathing sebanyak 3 kali masing-masing selama
15 menit sedangkan kelompok kontrol mengikuti perawatan dari Puskesmas. Melakukan post test
setelah 3 minggu pada kedua kelompok.
Pengelolaan data dilakukan dengan memeriksa kembali semua lembar isian data responden dan lembar
observasi tekanan darah untuk menghindari kemungkinan kuesioner belum lengkap diisi. Data yang
terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam master table. Analisis data untuk perubahan tekanan darah
pada lansia hipertensi sebelum dan setelah melaksanakan slow deep breathing menggunakan uji
paired t-test dan untuk menganalisis perbedaan perubahan tekanan darah pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol digunakan uji independent t-test dengan bantuan SPSS for windows release
16.0 dengan penentuan taraf signifikansi jika p value < α (0,05) maka Hₒ ditolak dan jika p value > α
(0,05) maka Hₒ diterima.
HASIL PENELITIAN
Hasil pengumpulan data primer dan data sekunder terhadap responden dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Riwayat Hipertensi di
Puskesmas Ubung Lombok Tengah, April 2018.
Usia Jumlah Persentase (%)
55-64 19 66,7
≥ 65 11 33,3
Jenis Kelamin
Laki-Laki 12 40
Perempuan 18 60
Riwayat Hipertensi
Ada 26 76,7
Tidak Ada 4 23,3
2. Rata-rata Tekanan Darah Responden pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum
Dilakukan Slow Deep Breathing.
Tabel 2. Rata-Rata Tekanan Darah Responden Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol Sebelum Dilakukan Senam Di Puskesmas Ubung Lombok Tengah, April
2018.
Kelompok Tekanan Rata- Standar Nilai Nilai
Darah Rata Deviasi Minimum Maksimum
Intervensi Sistolik151,33 9,904 140 170
Diastolik 96,00 8,281 90 110
Kontrol Sistolik157,33 14,376 140 180
Diastolik 98,67 9,155 90 110
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan darah baik untuk sistolik
maupun diastolik pada kelompok kontrol sedikit lebih tinggi (157,33 dan 98,67)
dibandingkan rata-rata tekanan darah pada kelompok intervensi (151,33 dan 96,00) dengan
nilai maksimum sistolik lebih tinggi 10 poin.
3. Rata-rata Tekanan Darah Responden pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Setelah
Dilakukan Slow Deep Breathing.
Tabel 3. Rata-Rata Tekanan Darah Responden Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol Setelah Dilakukan Senam dan Diberikan Latihan Slow deep Breathing Di
Puskesmas Ubung Lombok Tengah, April 2018.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan darah lansia hipertensi pada
kelompok intervensi lebih rendah dari rata-rata tekanan darah pada kelompok control baik
untuk sistolik maupun diastolik. Pada kelompok intervensi, rata-rata tekanan darahnya
sudah menjadi normal setelah perlakuan. Untuk nilai minimum dan nilai maksimum
tekanan darah lansia hipertensi pada kelompok intervensi jauh lebih rendah dibandingkan
pada kelompok control baik untuk sistolik maupun diastolik.
paired t-test
pretest
dan
posttest tekanan darah sistol kelompok intervensi didapatkan nilai signifikan (ρ value) 0.001 sehingga
Hₒ ditolak dan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah
tekanan darah sistol pada kelompok intervensi dan hasil uji paired t-test pretest dan posttest tekanan
darah diastol kelompok intervensi didapatkan nilai signifikan (ρ value) 0.004 sehingga Hₒ ditolak dan
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah diastol pada
kelompok intervensi.
PEMBAHASAN
1. Identifikasi Tekanan Darah Responden Sebelum Latihan slow deep breathing pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol.
Rata-rata nilai tekanan darah sistol pada kelompok intervensi yaitu 151,33 mmHg dengan standar
deviasi 9,904 mmHg dan nilai minimum 140 mmHg serta nilai maksimum 170 mmHg. Kemudian
rata-rata nilai tekanan darah diastol pada kelompok intervensi yaitu 96,00 mmHg dengan standar
deviasi 8,281 mmHg dan nilai minimum 90 mmHg serta nilai maksimum 110 mmHg. Sedangkan rata-
rata nilai tekanan darah sistol pada kelompok kontrol yaitu 157,33 mmHg dengan standar deviasi
14,376 mmHg dan nilai minimum 140 mmHg serta nilai maksimum 180 mmHg. Kemudian rata-rata
nilai tekanan darah diastol pada kelompok kontrol yaitu 98,67 mmHg dengan standar deviasi 9,155
mmHg dan nilai minimum 90 mmHg serta nilai maksimum 110 mmHg.
3. Pengaruh Slow Deep Breathing terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi di Puskesmas Ubung,
Lombok Tengah
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan pretest dan posttest tekanan darah sistol
kelompok intervensi didapatkan nilai signifikansi (ρ value) 0.001 sehingga Hₒ ditolak dan disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah sistol pretest dan posttest pada
kelompok intervensi, sedangkan tekanan darah diastol pada kelompok intervensi didapatkan nilai
signifikansi (ρ value) 0.004 sehingga Hₒ ditolak dan disimpulakan terdapat pengaruh slow deep
breathing terhadap tekanan darah diastol pretest dan posttest pada kelompok intervensi. Dari hasil
perhitungan ini, terdapat pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi di
Puskesmas Ubung Lombok Tengah.
Berdasarkan penelitian Amandeep (2015), latihan slow deep breathing dianggap efek yang paling
bermanfaat dalam mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi. Studi terbaru menunjukkan
bahwa pasien yang rutin melakukan slow deep breathing telah berhenti mengonsumsi obat
antihipertensi dan berpaling pada latihan. Berbagai penelitian mengenai efek slow deep breathing
ditemukan bahwa ada penurunan yang signifikan dalam tekanan darah setelah berolahraga.
Penelitian tentang slow deep breathing yang dilakukan oleh Critchley tahun 2015 menunjukkan
hasil slow deep breathing dapat mempengaruhi cortex cerebri dan bagian medulla yang positif
berhubungan dengan relaksasi pada sistem saraf yang dapat mempengaruhi mekanisme penurunan
tekanan darah. Pernafasan yang lambat dan dalam mampu meningkatkan kadar oksigen di dalam
tubuh merangsang kemoreseptor tubuh. Rangsangan pada kemoreseptor tubuh dapat memberikan
respon vasodilatasi pembuluh darah kemudian menurunkan tekanan vaskular sehingga tekanan darah
turun (Fatimah & Setiawan, 2009).
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang terdahulu pada penelitian yang dilakukan
oleh Yanti (2016) tentang pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi. Penelitian tersebut memiliki kesimpulan bahwa adanya pengaruh pemberian slow deep
breathing terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti
berpendapat bahwa relaksasi slow deep breathing jika dilakukan dengan benar akan memberikan
pengaruh terhadap tekanan darah lansia hipertensi. Hasil wawancara, responden juga mengatakan
lebih tahu bagaimana cara untuk menurunkan tekanan darah selain senam dan minum obat. Hambatan
yang didapat peneliti saat melakukan penelitian adalah tidak dapat memantau pola hidup responden
dan pelaksanaan slow deep breathing yang dilakukan responden, karena pola hidup responden tidak
teratur dan responden tidak selalu melakukan latihan slow deep breathing karena kesibukan masing-
Vol. 1 No. 1 (2019); Page 56
April
masing.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Adinil, H. 2004. Penatalaksanaan Hipertensi Secara Komprehensif. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah 2 (2)
Amandeep K., Preksha S. M., Dirya S. 2015. Effectiveness of Abdominal Breathing Exercise On
Blood Pressure Among Hypertensive Patients. Internasional Journal Of Therapeutic Applications,
Volume 24, 2015. 39-49
Azizah, M. Lilik. 2015. Keperawatan Lanjut Usia Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu
Benson, Herbert dkk. 2012. Menurunkan Tekanan Darah. Gramedia: Jakarta.
Breathesy. 2006. Blood Pressure reduction : Frequently asked question, http:www.control your blood-
pressure.com/faq.html, diakses tanggal 9 Januari 2011.
Buckman, Robert dan Pasty Westcott. 2010.Apa Yang Seharusnya Anda Ketahui Tentang Tekanan
Darah Tinggi. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama
Cohen, Louis, Lawrence Manion, dan Keith Morrison. 2007. Research Methods in Education, Sixth
Edition. London: Routledge Falmer.
Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Hipertensi. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Dewi, S. dan Famila. 2010. Hidup Bahagia Bersama Hipertensi. Jakarta: A Plus Books
Dharma, Kelana Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian. Trans Info Media. Jakarta.
Geng, A., & Ikiz, A. 2009. Effect of Deep Breathing Exercises on oxygenatipn after head and neck
surgery. Elsevier Mosby.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. INFODATIN.Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI.HIPERTENSI.Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes RI). 2013. Riset Kesehatan Dasar. Diakses melalui:
//www.Kemenkesri.go.id//riskesdas.doc//pdf.
Kurniadi, Helmanu & Ulfa Nurrahmani. 2015. Stop Diabetes Hipertensi Kolesterol Tinggi Jantung
Koroner. Yogyakarta: Istana Media
Kushariyadi. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika.
Martini, F. 2006. Fundamentals of Anatomy & Physiology. Seventh Edition, Pearson, Benjamin
Cummings
Maryam, R.S.dkk. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Salemba Medika. Jakarta.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, 2016. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Edisi 4. Salemba
Medika. Jakarta
Palmer, Anna. 2007. Simpel Guide Tekanan Darah Tinggi. Erlangga: Jakarta
Jakarta: EGC
Sepdianto, T.C. Nurachmah, E., & Gayatri, D. 2010. Penurunan
Tekanan Darah dan Kecemasan Melalui Latihan Slow Deep
Breathing Pada Pasien Hipertensi Primer. Jurnal Keperawatan
Indonesia:13 (1), Hal 37-40.
https://Scholar.google.co.id/Jki.ui.ac.id.