Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Respiratory


Distress Syndrome (RDS)
Di Rumah Sakit Sentra Medika Hospital Minahasa Utara

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan


Tahap Profesi Ners

Oleh
(Dea Lasabuda, S.Kep)
(21062133)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2022

Laporan Karya Ilmiah Akhir Ners


Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Respiratory
Distress Syndrome (RDS)
Di Rumah Sakit Sentra Medika Hospital Minahasa Utara

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan


Tahap Profesi Ners

Oleh
(Dea Lasabuda, S.Kep)
(21062133)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dea Lasabuda


NIM : 21062133
Program studi : Profesi Nurse

Menyatakan bahwa karya tulis akhir ners ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya, saya
tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah
dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain atau sebgian bahan
yang pernah diajukan untuk gelar Ners atau ijazah pada Universitas Katolik
De La Salle Manado atau perguruan tinggi lainnya.

Apabila pada masa yang akan datang diketahui bahwa pernyataan ini tidak
benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala
konsekuensinya.

Demikian pernyataan in saya buat dengan sebenar-benarnya.

Manado, September 2022

Materai 10000

(Dea Lasabuda)

HALAMAN PERSERUJUAN
Respiratory distress sindrom (RDS)

Laporan Karya Ilmiah Akhir Ners

Telah disetujui untuk diuji di hadapan tim penguji KIAN


Program Studi Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado

Manado, September 2022

Pembimbing KIAN

(Annastasia S. Lamonge, S.Kep., Ns., MAN., PhD.NS)

Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Ners

Johanis Kerangan, S.Kep., Ns., M.Kep.

LEMBAR PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh:

Nama : Dea Lasabuda

NIM : 21062133

Program Studi : Prifesi Ners

Judul KIAN : Gangguan Respiratory distress sindrom (RDS)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji dan diterima sebagai


persyaratan yang di perlukan untuk memperoleh gelar Ners pada program
studi ners Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.

TIM PENGUJI

Pembimbing : Annastasia S. Lamonge, S.Kep., Ns., MAN., PhD.NS

Penguji : ()

Ditetapkan di : Manado
Tanggal : September 2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan laporan Karya
Tulis Ilmiah guna untuk memenuhi tugas akhir ini dapat selesai sesuai
dengan yang diharapkan.Dalam penyusunan karya tulis ini dapat teratasi
atas pertolongan Allah SWT dan melalui bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tentunya memiliki
hambatan yang selalu mengiringi namun atas bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak,sehingga pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kaasih kepada:

1. Prof. Dr. Johanis Ohoitimur sebagai Rektor universitas Katolik De


La Salle Manado.
2. Wahyuny Langelo, BSN., M.Kes sebagai Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
3. Natalia Rakinaung, S.Kep., Ns., MNS, sebagai Wakil Dekan
Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
4. Johanis Kerangan, S.Kep., Ns., M.Kep, Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Katolik De La salle Manado.
5. Annastasia S. Lamonge, S.Kep., Ns., MAN., PhD.NS sebagai Dosen
Pembimbing yang telah setia dan sabar membimbing serta
memberikan kritik dan juga saran dan motivasi yang membangun
demi kelancaran dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Keluarga dalam memberikan motivasi, nasehat, dukungan dan
semangat serta doa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Teman-teman kelompok 3 ners yang sama-sama berjuang dan
memberikan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini, yang tidak dapat saya ucapkan satu per satu atas
dukungan dan doa yang telah diberikan.
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karna itu
penulis mengharapkan masukan, kritik serta saran guna untuk
kesempatan Karya Tulis Ilmiah ini. Dengan akhirnya Karya Tulis
Ilmiah ini di buat untuk memenuhi tugas akhir program profesi ners,
semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Manado, September 2022

Dea Lasabuda
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pernyataan Orsinalitas
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Abstrak Bahasa Indonesia
Abstrak Bahasa Inggris
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori
2.2 Asuhan Keperawatan Teori
2.3 Penelitian Terkait
BAB III Gambaran Kasus
BAB IV Pembahasan
4.1 Asuhan Keperawatan Teori
4.2 Analisis dan Diskusi Hasil
4.3 Keterbatasan Pelaksanaan
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sindrom gawat napas atau yang lebih dikenal dengan Respiratory
Distress Syndrome(RDS), adalah salah satu ancaman penting pasien
anak-anak dan bayi baru lahir, terutama saat masa penyembuhan
setelah sakit keras. Salah satu tanda gejalanya adalah kurangnya
oksigen dalam darah dalam tiga hari (ejurnalmalahayati, 2021).
Respiratory Distress Syndrome merupakan mordibitas neonatal yang
sering terjadi di seluruh dunia, prevalensi yang dilaporkan dari beberapa
negara yaitu 18,5% di Prancis, 4,24% di Pakistan dan 20,5% di Cina
(WHO,2019). Berdasarkan hasil penelitian dari Baseer dkk (2020).
didapatkan faktor-faktor risiko yang dipertimbangkan dalam RDS
adalah kelahiran prematur sebesar 72,2%, ketuban pecah dini
sebesar 33,3%, diabetes ibu sebesar 19,4%, hipertensi ibu sebesar 18%,
dan oligohidramnion sebesar 5,5%. Faktor resiko lain juga termasuk
kelahiran Caesar. Di Arab Saudi kelahiran Caesar menjadi faktor
risiko dari RDS sebesar 52,5%. Pada kasus RDS ini biasanya
terjadi pada neonatus berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 55,8%
dibandingkan perempuan sebesar 44,2% (Baseer dkk, 2020). Secara
global pada tahun 2018 terdata 2,5 juta anak meninggal pada bulan
pertama kehidupan. Sekitar 7000 kematian bayi baru lahir setiap
harinya, kejadian ini naik dari 40% pada tahun 1990 menjadi
47% kematian pada anak dibawah 5 tahun.
Di indonesia tingkat kematian neonatal pada tahun 2018 yaitu
sebanyak 33,78% per 1000 kelahiran hidup. Di negara berkembang
termasuk Indonesia belum ada laporan tentang kejadian RDS sampai
saat ini. Di akabupaten lumajang terlapor kematian bayi sebanyak
24,03% atau 56 kasus yang disebabkan oleh kegawatan nafas yaitu
Respiratory distress syndrome. Di Provinsi Sumatera Barat lebih
tepatnya di RSUP Dr. M. Djamil Padang terlapor bayi penderita
Respiratory Distress Syndrome mengalami kenaikan yang signifikan
pada 2 tahun terakhir, yaitu sebaynak 46 kasus pada tahun 2018 dan 79
kasus pada tahun 2019. Untuk itu Respiratory Distress Syndrome pada
neonatus merupakan masalah yang dapat meningkatakan mordibitas
dan mortalitas pada bayi baru lahir. (WHO,2019).
Di Provinsi Sulawesi Utara antara lain BBLR dengan RDS(32,6%),
Asfiksia (29,3%), Tetanus (0,38%), Sepsis (6,2%), Kelainan Kongenital
(4,7%), Ikterus (0,38 %), dan lain-lain (26,4%). Prevalensi BBLR
dengan RDS di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 10,2% dan mengalami
penurunan pada 2018 menjadi 6,2 %. Indonesia memiliki angka kejadian
BBLR yang bervariasi antar provinsi. Provinsi yang paling tertinggi
disusuki oleh Sulawesi tengah (8,9%) dan yang terendah disusuki oleh
Jambi (2,6%) (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data observasi selama dinas di Ruang NICU sentra
medika hospital minahasa utara sejak di temukan salah satu penyakit
yaitu Respiratory Distress Syndrome (RDS). Karena adanya kasus ini
penulis tertarik dan menyususnnya jadi laporan akhir yaitu Karya Ilmiah
Profesi Ners. Karya akhir profesi ners ini sebagai gambaran penerapan
asuhan keperawatan pada pasien Respiratory Distress Syndrome (RDS).
Adapun pembuatan karya ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu tugas dari penulis dalam tingkat pendidik profesi ners.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memahami lebih
dalam tentang kasus Respiratory Distress Syndrome (RDS). Serta peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan seperti memberikan
tindakan keperawatan dan intervensi serta melakukan evaluasi agar
pasien mendapat diberikan terapi yang tepat, sehingga di kemudian hari
nanti ada kemajuan ke aras yang lebih baik terkain penerapan Asuhan
keperawatan pada pasien yang menderita Respiratory Distress
Syndrome (RDS).
1.2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah Asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada klien
dengan masalah Respiratory distress syndrom (RDS) Diruangan NICU,
Centra Medika Hopital.

1.3. TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari karya ilmiah akhir ners ini adalah menganalisis
asuhan keperawatan mengenai pasien dengan masalah kesehatan
Respiratory Distress Sindrome (RDS) Di Ruangan NICU Sentra
Medika Hospital.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk menganalisis pengkajian kasus pada klien dengan
Respiratory Distress Sindrome (RDS).
b. Untuk menganalisis klaifikasi data pada klien dengan Respiratory
Distress Sindrome (RDS).
c. Untuk menganalisis analisa data pada klien dengan Respiratory
Distress Sindrome (RDS).
d. Untuk menganalisis diagnosa keperawatan pada klien dengan
Respiratory Distress Sindrome (RDS).
e. Untuk menganalisis rencana keperawatan pada klien dengan
Respiratory Distress Sindrome (RDS).
f. Untuk menganalisis implementasi keperawatan pada klien dengan
Respiratory Distress Sindrome (RDS).
g. Untuk menganalisis evaluasi keperawatan pada klien dengan
Respiratory Distress Sindrome (RDS).
h. Untuk menganalisis kesenjangan keperawatan pada klien dengan
Respiratory Distress Sindrome (RDS).
1.4. MANFAAT
1.4.2 Manfaat Teoritis
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat sebagai acuan atau
referensi bagi institusi dibidang kesehatan terlebih khusus dibidang
pendidikan profesi ners yang harus di kuasai oleh setiap mahasiswa
keperawatan maupun mahasiswa profesi ners kedepannya.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Universitas
Sebagai dasa tambahan atau sumber informasi serta tolak ukur dari
keberhasilan dari program studi pendidikan keperawatan

b. Bagi pelayanan kesehatan


Menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit
terlebih khusus perawat dalam mengambil langkah-langkah serta
kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

c. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan dapat di jadikan sebagai referensii untuk para peneliti
selanjutnya untuk dapat memberikan asuhan keperawatan terutama
terkait dengan klien dengan masalah respiratory distress sindrome
(RDS) pada bayi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Sindrom gawat napas atau yang lebih dikenal dengan
Respiratory Distress Syndrome(RDS), adalah salah satu ancaman
penting pasien anak-anak dan bayi baru lahir, terutama saat
masa penyembuhan setelah sakit keras. salah satu tanda gejalanya
adalah kurangnya oksigen dalam darah dalam tiga hari(mahalyati
2021). Menurut (Lissauer, dalam Metafebriagrina 2017) Respiratory
Distress Syndrome (RDS) atau sindrom gawat nafas merupakan suatu
sindrom yang sering ditemukan pada neonatus. RDS disebut juga
sebagai penyakit membran hialin (hyalin membrane disease, (HMD)
atau penyakit paru akibat difisiensi surfaktan (surfactant deficient lung
disease (SDLD), gangguan pernapasan paling umum yang terjadi pada
bayi preterm (kurang bulan), serta penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada bayi preterm RDS menimbulkan defisiensi oksigen
(hipoksia) dalam tubuh bayi, sehingga bayi mengaktifkan metabolisme
anaerob. Metabolisme anaerob akan menghasilkan produk sampingan
berupa asam laktat. Metabolisme anaerob yang terjadi dalam waktu
lama akan menyebabkan kerusakan otak dan berbagai komplikasi pada
organ tubuh. Respiratory Distress Syndrome (RDS) atau biasa disebut
sindrom gagal nafas adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi
pernafasan pada neonatus, gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan kterlambatan perkembangan maturitas paru atau
tidak adekuatnya jumblah surfaktan dalam paru, di mana fungsi
surfaktan sendiri adalah untuk mngurangi tekanan permukaan paru-paru
dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak
terjadi kolabs pada akhir pernafasan Moi, M. Y. (2019). dari berbagai
Definisi di atas dapat di simpulkan bahwa Respiratory Distress
Syndrome (RDS) adalah gangguan pernafasan pada bayi baru lahir yang
disebabkan oleh paru-paru yang belum tumbuh atau berkembang
sepenuhnya yang bisa mnyebabkan bayi kesulitan bernafas secara
normal.
Berikut beberapa penyebab dari Respiratory Distress Syndrome pada
neonatus yang terdiri dari faktor ibu, usia ibu, plasenta, faktor janin dan
faktor persalinan. Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih,
sosial ekonomi rendah, maupun penyakit pembuluh darah, ibu yang
menganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit
jantung,diabetes melitus dan lain-lain. Faktor plasenta meliputi
perdarahanplasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak
menempel pada tempatnya Moi, M. Y. (2019). 
Adapun penyebab dari Respiratori Distress Syndrome yaitu
kekurangan suatu zat aktif atau atau difesiensi surfaktan didalam alveoli
yang mencegah kolab di paru dimana zat tersebut diproduksi pada
saluran pernafasan yang berfungsi membuka kantung udara di paru,
sehingga paru dapat mengembang dan oksigen dapat masuk.
Kekurangan zat ini berpotensi menyebabkan paru-paru bayi mengampis
dan menjadi rusak, akibatnya bayi menjadi sulit untuk bernafas (Wiwin,
N. W. 2020).

Hidung merupakan organ utama saluran pernafasan yang langsung


berhubungan dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan
keluarnya udara, mempertahannkan dan menghangatakan udara yang
masuk, sebagai filter dalam membersihkan benda asing yang masuk dan
berperan untuk rasonansi suara serta sebagai tempat reseptor
olfaktorius. faring berupa tabung yang terletak di belakang mulut dan
rongga hidung dan menghubungkan keduanya ke trakea serta tempat
persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. fungsi faring
adalah menyalurkan aliran udara dari hidung dan mulut ke trakea. laring
merupakan saluran pernafasan yang terletak dibawah persimpangan
saluran faring yang membelah menjadi trakea dan kerongkongan,
berfungsi sebagai jalan masuknya udara da sebagai produksi suara.
trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak
paru, panjangnya sekitar 10-12 cm, setinggi servikal 6 toraks 5 ujung
trakea bercabangbmenjadi dua bronkus yang disebut karina. Fungsi
trakea dalam sistem pernafasan cukup penting, yaitu mengalirkan udara
dari dan menuju paru-paru. bronkus merupakan cabang dari trakea yang
bercabang dua ke paru-paru kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih horizontal, lebih panjang dan lebih sempit, brongkus
yang berfungsi untuk menyalurkan udara dari bronkus ke alveoli. paru-
paru berfungsi untuk menukar oksigen dari udara dengan karbon
dioksidandari darah. Jika paru-paru terganggu fungsinya, maka
kesehatan tubuh manusia bisa terpengaruh secara keseluruhan. bagian
dari paru-paru yang merupakan kelompok terkecil yang disebut kantung
alveolus di ujung bronkiolus.paru-paru menghasilkan campuran lemak
dan protein yang disebut dengan surfaktan paru-paru. Campuran lemak
dan protein ini melapisi permukaan alveoli dan membuatnya lebih
mudah untuk mengembang dan mengempis saat bernafas.

Gambar 1. Anatomi Sistem Pernafasan

Oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan


dapat berkaitan dengan darah didalam kapiler pulmonaris. Hanya satu
lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan
oksigen menembus membran ini dan diambil oleh hemoglobin (sel darah
merah) dan dibawah ke jantung. Selanjutnya dipompa didalam arteri ke
semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan
oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobin 95% jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke
alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dikeluarkan melaui
hidung dan mulut. Semua proses diatus sedemikian rupa sehingga darah
yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada
saat melakukan aktifitas seperti berlari, lebih banyak darah yang datang
di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dab sedikit O2. Jumlah
tersebut tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri
bertambah. Hal ini merangsang pusat pernafasan dalam otak untuk
memperbesar kecepatan dalamnya pernafasan interna, darah yang telah
menjenuhkan hemoglobinya dengan oksigen didistribusikan keseluruh
tubuh dan mencapai kapilaer, dimana darah bergerak sangat lambat. sel
jaringan mengambil oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan
distribusi oksigen berlangsung dann darah menerima sebagai gantinya
yaitu karbondioksida (Devi mediarti et al,2020)

Respiratory distress syndrome dapat diklasifikasikan menjadi tiga


yaitu berat, sedang, ringan. RDS berat, frekuensi nafas >60 kali/menit
dengan sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi atau > 90 kali/menit dengan sianosis sentral dan tarikan dinding
dada atau merintih saat ekspirasi. RDS sedang, frekuensi nafas 60-90
kali/menit dengan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi tetapi
tanpa sianosis sentral. RDS ringan, frekuensi nafas 60-90 kali/menit
tanpa tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis
sentral. Maskome, J. N., Laihad, M. L., & Lalenoh, D. C. (2021).

Berikut adalah kumpulan gejala RDS (Keliat et al., 2018). yang


terdiri dari dispnea dan hiperpnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari
60 kali per menit dengan kelainan otot – otot pernapasan pada saat
inspirasi,napasan yang sangat cepat pada bayi, sianosis perioral, merintih
waktu saat ekspirasi,terjadi retraksi substrernal serta
intercostal,terjadinya inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
secara adekuat.
Patofisiologi RDS ditandai dengan perubahan mekanisme paru
(menurunnya komplians, penurunan kapasitas residu fungsional dengan
instabilitas alveolar yang cenderung kolaps, atelektasis, asidosis, dan
hipoksia). Usaha napas diperberat dengan menurunnya aliran volume
atau hipoekspansi paru dan peningkatan dead space. Pada RDS,
komponen surfaktan normal namun tidak dapat membentuk mielin
tubular. Hal ini dapat disebabkan oleh defisiensi lipid dan protein
surfaktan yang penting untuk membentuk monolayer fungsional.
Surfaktan dihasilkan oleh pneumosit tipe 2 yang terdiri dari 90% lipid
dan 10% protein pada usia gestasi 24-28 minggu, sedangkan kandungan
lipid utama pada surfaktan adalah phosphatidylcholine dan
phosphatidylglycerol. Fosfolipid membentuk lapisan yang penting untuk
mempertahankan tegangan permukaan alveoli saat terjadi kompresi.
Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tegangan permukaan cairan
yang melapisi alveolar dan mempertahankan integritas struktural
alveoli.Penurunan surfaktan menyebabkan peningkatan usaha napas
untuk ekspansi paru pada setiap napas dan meningkatkan kemungkinan
kolaps alveolar pada akhir ekspirasi. klien RDS akan mengalami
atelektasis generalisata, ketidaksesuaian antara ventilasi-perfusi, yang
berakhir menjadi hipoksemia dan asidosis respiratorik. Saat bernapas,
stres pada alveoli dan bronkiolus terminalis terjadi akibat usaha repetitif
untuk membuka kembali alveoli yang kolaps dan distensi berlebih pada
alveoli yang terbuka. Tekanan ini dapat merusak struktur paru, sehingga
terjadi kebocoran debris proteinaseosa ke jalan napas. Debris ini dapat
semakin mengganggu fungsi surfaktan, sehingga dapat menyebabkan
gagal napas. (Silvia suminto, 2017).
Pathway RDS (Suryadi&Yuliani, 2019).

Bayi Cukup Bulan:


SindromMekonium Atelektasis
Asidosis

Ventilasi pefusi
menurun
Tegangan
RDS
Permukaan
Meningkat
Takikardi

Kolaps Alveoli Produksi Surfaktan


Menurun Usaha Nafas
Paru
Meningkat

Penurunan Penggunaan Energi yg Nafas


Ventilasi paru paru
Stabilitas Alveoli Maksimal Untuk Periodik
terganggu
bernafas

Hipoksia Berat Pengeluaran energi Pola Nafas


Refeleks
menngkat tdk efektif
Menghisap Lemah

Cidra Paru
Intake Nutrisi in Kelelahan
adekuat

Terjadi Reaksi
Kelemahann
Defisit Nutrisi fisik

Edema interstitial
Alveoli Paru Membran hialin
terbentuk Intoleransi
aktivitas

Akumulasi fibrin
Hipervolemia
di alveolus

Mengendap
Pefusi perifer
tidak efektif

Berikut adalah pemeriksaan penunjang (Moi, M. Y. 2019). pada


bayi dengan RDS yaitu Kajian foto thoraks, Pola retikulogranular difus
bersama udara yang saling tumpang tindih, Tanda paru sentral dan batas
jantung sukar dilihat, hipoinflasi paru, Kemungkinan terdapat
kardiomegali bila sistem lain juga terkena (bayi dari ibu diabetes,
hipoksia atau gagal jantung kongestif), X-ray untuk melihat bayangan
timus yang besar, pemeriksaan gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis
respiratorik dan atau metabolik, Pemeriksaan darah lengkap,
Pemeriksaan elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum, Tes
cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk menentukan
maturitas paru ), Tes oksimetri nadi untuk menentukan hipoksia.

Adapun penatalaksanaan dari RDS yaitu menyediakan lingkungan


yang Optimal, Suhu tubuh harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas
normal (36, 5 - 37◦C). Untuk memperoleh suhu ini, anak bisa diletakkan
di dalam inkubator. Kelembapan ruangan juga harus adekuat, yaitu 70-
80%, Pemberian Oksigen, Pemberian oksigen harus hati-hati karena
dapat berpengaruh kompleks terhadap bayi yang lahir prematur. Untuk
mencegah timbulnya komplikasi tersebut, pemberian O2 sebaiknya dikuti
dengan pemeriksaan analisis gas darah. Tekanan jalan napas positif
secara kontinu melalui kanul nasal untuk mencegah kehilangan volume
selama ekspirasi, Pemberian Antibiotik, Pemberian antibiotik bertujuan
mencegah infeksi sekunder. Bayi dapat diberi penisilin dengan dosis
5.0000-10.0000 U/kg BB/hari dengan atau tanpa gentamicin 3-5/kg
BB/hari. pemberian surfaktan eksogen melalui endotrakbeal tube. Obat
ini terbukti sangat efektif dalam mengobati terjadinya RDS.
(Putupermatadewi2020).
Ada beberapa koplikasi yang terjadi pada klien RDS, komplikasi
tersebut terdiri dari dua bagian yaitu komplikasin dalam waktu singkat
dan komplikasi dlam waktu yang lama, Komplikasi dalam waktu
singkat : atelektasis paru – paru tidak terisi oleh udara, adanya infeksi
dikernakan oleh keadaan klien yang menurun dapat menyebakan
terjadinya ketidak seimbangan jumblah leukosit dsan dapat
mengakibatkan trombositopeni/ kekurangan trombosit, bayi dengan RDS
yang lahir kurang bulan dapat terjadi perdarahan intrakarnial sebesar
20% - 40%. Komplikasi dalam waktu lama: Bronchopulmmonary
Dsyplasma adalah kedaan dimana gangguan pada paru-paru kronik,
Retinopathy premaur,ketidak sempurnaan pada fungsi neurologi.
(Respiratory, AcuteSyndrome, Distress, 2018)

2.2 Asuhan keperawatan teori


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian dapat dilakukan secara sistematik berawal dari
pengkajian data mengenai identitas pasien, identitas penanggung
jawab, keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit, riwayat
penyakit sebelumnya, riwayat kehamilan dan kelahiran, riwayat
penyakit keluarga, riwayat tumbuh kembang, psikologi keluarga,
pola kebiasaan sehari hari, dan pemeriksaan fisik sesuai dengan
sistem tubuh, sebagai berikut:

1) Pengkajian Pernafasan pada bayi RDS Pengkajian pada bayi


RDS diawali dengan fungsi pernafasan. Pengkajian pernafasan
dilakukan dengan:
a. Observasi bentuk dada (barrel, cembung) kesimetrian,
adanya insisi, selang dada, atau penyimpangan lainnya.
b. Observasi otot aksesori: Pernafasan cuping hidung, retraksi
dada.
c. Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
d. Auskultasi bunyi pernafasan: Stridor, mengi, ronchi, area
yang tidak ada bunyinya, keseimbangan bunyi nafas.
e. Observasi saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan
tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida.
f. Secara singkat, perhatikan: Bentuk cuping hidung, dada
simetris atau tidak, otot-otot pernafasan retraksi intercostae,
subclavicula, frekuensi pernafasan, bunyi nafas ada ronchi
atau tidak. Hal-hal yang biasanya ditemukan pada
pengkajian pernafasan bayi RDS adalah Jumlah penafasan
rata-rata 40 - 60 per menit dibagi dengan periode apneu,
pernafasan tidak teratur dengan flaring nasal (nasal
melebar) dengkuran, retraksi (interkostal, supra sternal,
substernal), terdengar suara gemerisik pada auskultasi paru-
paru, takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah
kelahiran cesaria atau persentasi bokong, pola nafas
diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari
dada dan abdomen, dan perhatikan adanya sekret yang
mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping
hidung.

2) Pengkajian kardiovaskuler pada bayi RDS Pengkajian sistem


kardiovaskuler dilakukan untuk mengukur tekanan darah,
menghitung denyut jantung, dan menilai pengisian kembali
kapiler pada bayi:

a. Tentukan frekuensi, irama jantung, dan tekanan darah


b. Auskultasi bunyi jantung, termasuk adanya mur-mur
c. Observasi warna kulit bayi seperti adanya sianosis, pucat,
dan ikterik pada bayi
d. Kaji warna kuku, membrane mukosa, dan bibir
e. Gambaran nadi perifer, pengisian kapiler (< 2-3 detik)
3) Pengkajian gastrointestinal pada bayi RDS Pengkajian yang
dapat dilakukan adalah mengecek refleks mengisap dan
menelan, menimbang berat badan bayi, mendengarkan bising
usus dan observasi pengeluaran mekonium.
4) Pengkaian genitourinaria pada bayi RDS Masalah pada sistem
perkemihan yaitu ginjal bayi pada bayi RDS tidak dapat
mengekresikan hasil metabolisme dan obat obatan dengan
akurat, memekatkan urin, mempertahankan keseimbangan
cairan, asam basa dan elektrolit. Pengkajian dilakukan dengan
cara menghitung intake dan output.

5) Pengkajian neurologis – muskulusteletal pada bayi RDS Pada


bayi RDS sangat rentan terjadi injuri susunan saraf pusat.
Pengkajian yang dilakukan adalah observasi fleksi, ekstensi,
reflex hisap, tingkat respon, respon pupil, gerakan tubuh dan
posisi bayi.

6) Pengkajian suhu pada bayi RDS Banyak faktor yang


menyebabkan suhu tidak stabil pada bayi RDS terutama pada
bayi BBLR salah satunya yaitu kurangnya lemak subkutan
pada bayi. Pengkajian suhu yang dapat dilakukan adalah
tentukan suhu kulit melalui aksila bayi, tentukan dengan suhu
lingkungan.

7) Pengkajian kulit pada bayi RDS Dalam pengkajian kulit bayi


yang dikaji yaitu monitor adanya perubahan warna kulit, area
kulit yang kemerahan, tanda iritasi, mengkaji tekstur atau
turgor kulit bayi, ruam, lesi pada kulit bayi.

8) Pengkajian respon orang tua pada bayi RDS Respon orangtua


yang bayinya dengan RDS umunya merasa sedih, cemas, dan
takut kehilangan. Hal hal yang dapat dikaji perawat adalah
ekspresi wajah orangtua bayi dengan RDS, mengkaji perilaku
dan mekanisme pemecahan masalah yang dilakukan orang tua
bayi, Maryunani, dalam Dewi, P. P. (2020).
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial (Tim Pokja SDKI, 2017).

Pola nafas tidak efektif (D.0005) merupakan inspirasi atau


ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat,
kemungkinan penyebabnya yaitu depresi pusat pernafasan, hambatan
upaya nafas (mis.nyeri saat bernafas,kelemahan otot pernafasan),
deformitas dinding dada, deformitas tulang dada, gangguan
neurovaskular, ganguan neurologis (mis.elektroensefalogram [EGG]
positif,cedera kepala,gangguan kejang), imaturitas paru, penurunan
energi, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru,
sindrom hipoventilasi, kerusakan inervasi diagfragma, cedera pada
medula spinalis, efek agen farmakologis, kecemasan. tanda dan
gejala mayor : subjektif dipsnea, objektif penggunaan otot bantu
pernafasan, fase ekspirasi mememanjang, pola nafas abnormal
(mis.takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kusmaul, cheyne-stokes).
tanda dan gejala minor : subjektif ortopnea, objektif pernafasan
pursed-lip, pernafasan cuping hidung, diameter thorak anterior-
posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital
menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun,
ekskursi dada berubah.

Defisit Nutrisi (D.0019) merupakan asupan nutrisi tidak


cukup memenuhi kebutuhan metabolisme kemungkinan penyebab
yaitu ketidak mampuan menelan makanan, ketidakmampuan
mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor ekonomi (mis.finansial
tidak mencukipi), faktor psikologis (mis.stres,keengganan untuk
makan). tanda dan gejala mayor : subjektif (tidak tersedia) objektif
berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.tanda dan
gejala minor : subjektif cepat kenyang, kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun, objektif bising usus hiperaktif, otot pengunyah
lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan,
serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare.

Intoleransi aktivitas (D.0056) merupakan ketidak cukupan


energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari penyebabnya yaitu
ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah
baring, kelemahan, imobilitas, gaaya hidup monoton. tanda dan
gejala mayor : subjektif mengeluh lelah, objektif frekuensi jantung
meningkatkan > 20% dari kondisi istirahat. tanda dan gejala minor :
subjektif dipsnea saat/setelah menelan, merasa tidak nyaman
setelam beraktivitas, merasa lemah, objektif tekanan darah berubah
> 20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukan aritmia,
gambaran EKG menunjukan iskemia, sianosis.
Pefusi perifer tidak efektif (D.0009) merupakan penurunan
sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolisme tubuh. Penyebabnya yaitu hiperglikemia, penurunan
konsentrasi hemoglobin, peningkatan tekanan darah, kekurangan
volume cairan, penurunan aliran arteri dan/atau vena, kurang
terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis.merokok,gaya hidup
monoton,trauma,obesitas,asupan garam,imobilitas), kurang aktivitas
fisik. tanda dan gejala mayor : subjektif (tidak tersedia) objektif
pengisian kapiler > 3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba,
akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun. tanda
dan gejala minor subjektif parasetesia, nyeri ekstremitas (klau
dikadisi intermen), objektif edema, penyembuhan luka lambat,
indeks ankie-bracial < 0,90, bruit femoral.
Hipervolemia (D.0022) merupakan peningkatan volume
cairan intravaskuler,interstitial, dan/atau intraseluler penyebabnya
yaitu ganggaun mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan,
kelebihan asupan natrium, gangguan aliran balik vena, efek agen
farmakologis (mis.kortokosteroid, chlorpropamide, tolbutamide,
vincristine, tryptilinescarbamazepine) tanda dan gejala mayor
subjektif ortopnea, dipsnea, paroxysmal objektif edema anasarka
dan/atau edema perifer, berat badan meningkat dalam waktu singkat,
jugular venous pressure(jvp)dan/atau central venous pressure(cvp),
refleks hepatojugular positif. tanda dan gejala minor subjektif (tidak
tersedia) objektif distensi vena jugularis, terdengar suara nafas
tambahan, hepatomegali, kadar hb turun, oliguria, intake lebih
banayak dari output, kongesti paru.
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran yang di harapkan (Tim
pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Pemantauan Respirasi (I.01014) yaitu mengumpulkan dan
menganalisis data untuk memamstikan kepatenan jalan nafas dan
keefektifan pertukaran gas. Tindakan obsevasi : monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan upaya napas, monitor pola napas (seperti
bradipnea, takiepnea, hiperventilasi, kusmaul, cheyne-
stokes,biot,ataksik, monitor kemampuan batuk efektif, monitor
adanya produksi sputum, monitor adanya sumbatan jalan nafas,
palpasi kesemetrisan ekspansi paru, auskultasi bunyi napas, monitor
nilai AGD, monitor hasil x-ray thoraks. Terapeutik : atur interval
pemantauan respirasi sasuai kondisi pasien, dokumentasikan hasil
pemantauan. Edukasi : jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan,
informasiakan hasil pemantauan,jika perlu.

Manajement nutrisi (I.03119) yaitu mengidentifikasi dan


mengelola asupan nutrisi yang seimbang. Tindakan observasi :
indentifikasi status nutrisi, indentifikasi alergi dan intoleransi
makanan, identifikasi makanan yang disukai, identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrien, identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogestrik, monitor asupan makanan, monitor berat badan, monitor
hasil pemeriksaan laboratorium. Terapeutik : lakukan oral hygine
sebelumm makanan, jika perlu, fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis.piramida makanan), sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai, berikan makanan tinggi serat, berikan makanan tinggi
kalori tinggi protein, berikan suplemen, jika perlu, hentikan
pemberian makanan melalui NGT jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi : anjurkan posisi duduk,jika perlu, ajarkan diet yang
diprogramkan. Kolaborasi : kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis.pereda nyeri),jika perlu, kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumblah kslorii dan jenis nutrien yang
dibutuhkan,jika perlu.

Manajemen energi (l.05178) yaitu mengidentifikasi dan


mengelola penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah
kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan. Tindakan
observasi : identifikasi gangguan fungsu tutbuh yang
mengakibatkan kelelahan, monitor kelelahan fisik dan emosional,
monitor pola dan jam tidur, monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas. Terapeutik : sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus (mis.cahaya,suara,kunjungan), lakukan
latihan rentan gerak pasif dan aktif, berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan, fasilitasi duduk disisi tempat tidur,jika tidak dapat
berpindah atau berjalan. Edukasi : anjurkan tirah baring, anjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap, anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang, ajarkan strategi
koping untuk mengurangi kelelahan. Kolaborasi : kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.

Manajemen hipervolemia (I.03114) yaitu : Mengidentifikasi


dan mengelola kelebihan volume cairan intravakuler dan
ekstraseluler serta serta mencegah terjadinya komplikasi. Tindakan
observasi : periksa tanda dan gejala hipervolemia(mis.ortopnea,
dipsnea, edema, JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular
positif,suara nafas tambahan), identifikasi penyebab hipervolemia,
monitor status hemodinamik (mis.frekuansi jantung tekanan
darah,MAP,CVP,PAP,PCWP,CO,CI), jika perlu, monitor intake dan
output cairan, monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma
(mis. Kadar protein dan albumin meningkat), monitor efek samping
diuretik (mis.hipotensi, hipovolemia, hipokelemia, hiponatremia).
Terapeutik : timbangan berat badan setiap hari, batasi asupan cairan
dan garam, tinggikan kepala tempat tidur 30-40ᵒ. Edukasi : anjurkan
melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari, ajarkan cara
mengukur dan mencatar asupan dan pengaluaran cairan, ajarkan cara
membatasi cairan. Kolaborasi : kolaborasi pemberian diuretik,
kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik, kolaborasi
pemberian continuous renal replacement theraphy CRRT,jika perlu.

Perawatan sirkulasi (I.02079) yaitu mengidentifikasi dan


merawat area lokal dengan keterbatasan sirkulasi perifer. Tindakan
observasi : periksa sirkulasi perifer (mis.,nadi perifer, edema,
pengisian kapiler, warna, suhu), identifikasi faktor resiko gangguan
sirkulasi (mis.diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar
kolestrol tinggi), monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak
pada ekstremitas. Terapeutik : hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area keterbatasan pefusi, hindari pengukuran
tekan an darah pada ekstremitas dengan keterbatasan pefusi, hindari
penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera,
lakukan pencegahan infeksi, lakukan perawatan kaki dan kuku,
lakukan hidrasi. Edukasi : anjurkan berhenti merokok, anjurkan
berolahrag rutin, anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari
kulit terbakar, anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
darah,anti koogulan dan penurun kolestrol,jika perlu, anjurkan
minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur, anjurkan
menghindari penggunaan obat penyakit beta, anjurkan melakukan
perwatan kulit yang tepat (mis.rendah lemah jenuh,minyak ikan
omega 3), informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis.rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa).

Implementasi keperawatan ialah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (AHA, 2018).

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.


Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan. Menurut (Santos M, n.d. 2019). Evaluasi ini dilakukan
segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan
guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif
(data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan
teori), dan perencanaan. Evaluasi sumatif (hasil), evaluasi sumatif
adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas proses
keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
yaitu dengan melakukan wawancara pada akhir pelayanan,
menanyakan respon pasien dan keluarga terkai pelayanan
keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan.
2.3 Penelitian Terkait
Menurut (Mugihartadi, Mei Rika Handayani, 2020).
penelitian yang dilakukan Di ruangan ICU/ICCU RSUD
dr.Soedirman Kebumen untuk diagnosa Pola nafas tidak efektif
menunjukkan bahwa ada perubahan pola nafas menjadi lebih
baik, tidak mengalami sesak dan frekuensi pernafasan normal
setelah diberikan terapi oksigenasi.Oksigenasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen pada konsentrasi yang
lebih tinggi dari udara bebas untuk mencegah terjadinya
hipoksemia dan hipoksia yang akan mengakibatkan
kematian sel Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan
melalui : nasal kanul, masker (simple face mask, rebreathing
mask dan non rebreathing mask). Penelitian yang dilakukan oleh
(Siti Qomariah, 2022) Diruang Interna RSD Balung Jember,
Menujunkan bahwa klien yang mengalami pola nafas tidak efektif.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, pola nafas
membaik pola nafas dapat teratasi dengan tindakan keperawatan
berupa fisioterapi dada, posisi semi fowler dan terapi inhalasi.
Menurut penelitian (Elva Dina Agustina, 2020) Di RSUD
dr.Loekmono Hadi Kudus didapatkan masalah keperawatan yaitu
pola nafas tidak efektif. Rencana keperawatan untuk mengatasi
masalah pola nafas tidak efektif meliputi auskultasi bunyi napas dan
catat adanya bunyi nafas tambahan, beri posisi semi fowler, monitor
tanda-tanda vital, kolaborasi pemberian oksigen tambahan, bantu
fisioterapi dada, kolaborasi pemberian nebulizer. Tindakan
keperawatan dilakukan selama 3x24 jam dengan hasil evalusi
masalah keperawatan pola nafas tidak efektif pada kedua klien
teratasi.
Menurut (Pakaya, Retro iriana, 2022). Penelitian yang
dilakukan di ruangan NICU RSUD Labuan Baji Makasar untuk
diagnosa Defisit nutrisi menunjukan bahwa rencana tindakan yang
akan diberikan yaitu Manajemen Nutrisi, intervensi dilakukan
selama 3x24 jam. Setelah diberikan tindakan keperawatan tersebut
peneliti memberikan intervensi manajemen nutrisi yaitu mulai dari
memonitor asupan nutrisi, dimana hari pertama bayi “R” sedang
menjalani stop oral , kemudian memonitor kepatenan akses
intravena, dan mengatur kecepatan pemberian Dextrose 10%/13
ml/jam/SP. Di hari kedua masih tetap memberikan manajemen
nutrisi, pada hari kedua tidak ada kenaikan ataupun penurunan berat
badan bayi dimana BB bayi tetap 2,08 gram. Pada hari ketiga bayi
sudah bisa minum susu, refleks menghisap By.R sangat baik. By.R
menghabiskan susu ± 20 ml dan pemberian cairan infus dikurangi
menjadi 6ml/ jam. Penelitian yang dilakukan oleh (Putrianti Dian
Octavelina, 2021). di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
dengan diagnosa defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak
mampuan menelan pada By.NY.S dengan intervensi antara lain
monitor asupan makanan dan monitor berat badan intervensi tersebut
di tetapkan sesuai dengan kondisi klien yang lahir kurang bulan dan
refleks menghisap lemah, diberikan asi lewat ugt ±10cc selama
kurang lebih empat hari dan memeonitor berat badan di dapatkan
hasil refleks menelan membaik dan berat badan klien bertanbah
tetapi belum mencapai standar berat badan bayi normal. Dengan
hasil evaluasi masalah keperawatan defisit nutrisi teratasi sebagian.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Whyuni, I.S. 2019)


Di RS Hasan Sadikin Bandung. dengan diagnosa intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan. Pada Ny.s dengan rencana tindakan
yaitu dengan kaji penyebab kelemahan, kaji tingkat kemampuan
klien untuk berpindah dari tempat tidur,berdiri,dan ambulasi dan
implementasi yang dilakukan selama tiga hari, dalam implementasi
hari pertama masih lemah, hari kedua klien mulai membaik dan hari
ketiga intoleransi aktivitas teratasi dibuktikan dengan tubuhnya
sudah tidak lemah serta tidak merasa pusing jika klien berdiri dan
sudah bisa melakukan aktivitas secara mandiri. Penelitian yang
dilakukan oleh (Isnaeni, N. N., & Puspitasari, E. (2018). di RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang dengan intervensi melakukan
aktivitas secara bertahap dan implementasi selama 3 hari,pada hari
pertama diantaranya adalah ada 4 tanda intoleransi aktivitas
diantaranya adalah ketidaknyamanan Dispneau saat beraktivitas,
melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal,
ketidaknyamanan setelah beraktivitas, perubahan EKG Yang
menunjukan aritmia atau iskemia. Hari kedua terdapat karakteristik
2 yaitu: melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal. Dan
hari ketiga: 0 atau pasien sudah bisa melakukan intoleransi
aktivitas.Ada pengaruh latihan aktivitas secara bertahap untuk
mengatasi masalah intoleransi aktivitas pada klien teratasi.

Menurut penelitian dari Anggun Wahyu Ramadhani, A.


(2021). Di di ruang ICU Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Untuk diagnosa hipervolemia dengan Intervensi pemantauan
intake output cairan pada klien dilakukan dalam waktu 24 jam dan
dapat dibagi tiap shift jaga (±7 jam) untuk kemudian dimasukkan
ke dalam chart atau table sesuai jam dan jenis intake klien atau
IWL untuk kemudian dihitung balance cairan pada klien. Hasil
studi kasus dengan masalah kelebihan volume cairan yang
dilakukan tindakan pemantauan intake output cairan selama tiga
hari menunjukan terjadinya penurunan dalam cairan balance yang
signifikan pada hari kedua serta pada hari ketiga juga mengalami
penurunan namun tidak sebanyak penurunan balance cairan pada
hari kedua karena perawat telah mempertimbangkan jumlah
pembatasan cairan yang masuk pada pasien dalam jumlah kebutuan
cairan pada klien. Menurut Putra, Gilang Permana (2020) di RSUP
Dr. Sardjito mulai bulan November 2019 sampai dengan 3 Februari
2020 tercatat 15 kasus dari 146 pasien terdiri dari 10 laki-laki dan 5
perempuan. Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis ingin mengetahui
gambaran hipervolemia pada pasien anak dengan nefrotik sindrom.
Untuk diagnosa hipervolemia dengan intervensi keperawatan yang
dilaksanakan yaitu fluid monitoring.  Keluarga sudah memenuhi
peran sesuai dengan teori yang ada dalam mencapai kesembuhan
pasien. Evaluasi yang didapat yaitu masalah teratasi sebagian.

Menurut penelitian dari Pratiwi, Ida Ayu Gede Intan


Indra (2020) di UPT Kesmas Sukawati I Gianyar untuk diagnosa
pefusi perifer tidak efektif dengan intervensi atau rencana
keperawatan yaitu pasien dapat menggunakan terapi pijat kaki.
Implementasi yang diberikan pada pasien oleh perawat yaitu
pemberian terapi pijat kaki. Hasil evaluasi yang didapatkan dengan
data subjektif pasien mengatakan rasa kesemutan pada kakinya
mulai membaik dan data objektif pasien tampak kooperatif.
Pembahasan intervensi yang dilakukan berupa gerakan pemijatan
stroking, toe pulls and squeezes, toe slides, arch press yang dapat
melancarkan sirkulasi darah di bagian perifer. Simpulan hasil
penelusuran jurnal penelitian terdapat penurunan kesemutan. Saran
diharapkan pasien mampu mencari informasi mengenai terapi pijat
kaki dan menerapkan terapi pijat kaki secara mandiri yang sudah
diajarkan oleh peneliti. Penelitian yang dialakukan oleh Zuanita, S.
(2020). DI RS dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Untuk
diagnosa Pefusi perifer tidak efektif peneliti melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yaitu
pemeriksaan sirkulasi perifer, identifikasi pemeriksaan
laboratorium yang diperlukan, identifikasi rencana tranfusi,
Monitor hasil laboratorium yang diperlukan, Monitor tanda-tanda
vital, Monitor reaksi tranfusi, Berikan NaCl 0,9% 50-100 mL
sebelum tranfusi, Jelaskan tanda dan gejala reaksi tranfusi yang
perlu dilaporkan.Hasil dari evaluasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 hari didapatkan hasil masalah teratasi
sebagiandengan hasil HB mengalami kenaikan meskipun belum
dalam batas normal, sudah tidak sesak nafas lagi.

BAB III
Gambaran Kasus

3.1 Gambaran umum tempat studi kasus

Gambaran kasus ini dilakukan Di RS Sentra Medica Hospital


Minahasa Utara yang mrupakan salah satu rumah sakit rujukan di
daerah minahasa utara.studi kasus ini dilakukan pada tanggal 30
maret-04 april 2022 di ruangan NICU yang merupakan ruang
perawatan intensif yang disediakan untuk bayi baru lahir yang
mengalami gangguan kesehatan.

3.2 Pengkajian studi kasus

Pengkajian dilakukan di ruangan NICU 29 maret 2022.saat


dilakukan pengkajian terkait identitas pasien dengan melihat
status klien dan didapatkan nama klien By.Ny.M berjenis
kelamin laki-laki,berumur 4 hari tanggal lahir 27 maret
2022,tanggal masuk RS 29 maret dengan jenis persalinan SC
dengan indikasi gawat janin.Tempat persalin di RSUD Sam
Ratulangi Tondano.Pasien masuk di ruangan NICU dengan
diagnosa medis RDS sedang.Riwayat bayi usia 38-39
minggu,dengan berat badan lahir 3,050 gram, PB: 50cm, LK:
34cm, LP: 32cm, LILA: 11cm. TTV: Nadi:159x/menit, Suhu:
36,8℃, Pernapasan: 73x/menit, SpO2 94%. suhu lingkungan
ber-AC,Pasien di tempatkan di dalam inkubator, kulit teraba
hangat. Komplikasi persalinan tidak ada, ada aspirasi mekonium
,tidak ada lilitan tali pusat. Dengan Riwayat ibu: gravida: 1,
partus: 0 abortus: 0. Pada saat pemeriksaan fisik di dapatkan
keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis. Refleks
moro : lemah, menggenggam lemah, mengisap lemah dan
menelan. Tonus/ aktivitas : tenang, menangis lemah, warna kulit
merah muda, tugor kulit elastis, Bentuk kepala normal, frontanel
anterior lunak, mata normal refleks terhadap cahaya, kedua bola
mata simetris, THT: normal, bibir tidak sumbing, abdomen
tegas, hepar tidak teraba , keadaan tali pusat masih basah, masih
diklem dan belum kering. Umbilikus:normal, paru-paru:suara
napas kanan kiri sama, suara napas cepat, bersih, respirasi :
dyspnea , terpasang alat bantu pernafasan Bcpap
8lpm.Pemeriksaan genitalia, bentuk kelamin normal, tidak ada
oedema dan masa, Punggung normal, Anus paten. Pada
Ekstremitas gerakan bebas, ekstremitas atas normal, ekstremitas
bawah normal.

3.3 Klasifikasi data


Berdasarkan data hasil pengkajian didapatkan klasifikasi
data, Data Subjektif (DS) : - Data Objektif (DO) : -Nafas tampak
cepat,klien tampak sesak :RR:73x/menit, HR:94%,
N:159x/menit, SB:36,8℃. -Reflex menghisap lemah, Tampak
kesulitan menelan sufor lewat oral. -klien tampak terbaring
lemas, tampak keadaan umum klien lemah, Refleks moro: lemah,
menggenggam lemah, mengisap lemah dan menelan.
3.4 Analisa data
Berdasarkan dari klasifikasi data didapatkan analisa yang
ada,yaitu Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nafas
periodik dengan Data fokus : Data subjektif (DS) : - Data
objektif (DO): Nafas tampak cepat,klien tampak sesak,
RR:73x/menit, HR:94%, N:159x/menit, SB:36,8℃. Etiologi:
Nafas periodik, Masalah: Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan nafas periodik. Data Subjektif (DS): - Data Objektif
(DO): Reflex menghisap lemah, Tampak kesulitan menelan sufor
lewat oral. Etiologi: Intake nutrisi in adekuat. Masalah: Defisit
nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat. Data
Subjektif (DS):-. Data objektif (DO): klien tampak terbaring
lemas, tampak keadaan umum klien lemah, Refleks moro:lemah,
menggenggam lemah, mengisap lemah dan menelan. Etiologi:
kelemahan fisik. Masalah: Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan kelemahan fisik.

3.5 Diagnosa keperawatan


Dari hasil data pengkkajian yang ada di dapatkan diagnosa
keperawatan pada kasus By.NY.M yaitu Diagnosa pertama Pola
nafas tidak afektif berhubungan dengan nafas periodik dengan
Data subjektif (DS) : - Data objektif (DO) Data fokus : Data
Subjektif : - Data Objektif : Nafas tampak cepat,klien tampak
sesak, RR:73x/menit, HR:94%, N:159x/menit,
SB:36,8℃.Diagnosa kedua Defisit nutrisi berhubungan dengan
intake nutrisi in adekuat dengan Data Subjektif (DS): - Data
Objektif (DO): Reflex menghisap lemah, Tampak kesulitan
menelan sufor lewat oral. Diagnosa ke tiga Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan kelemahan fisik dengan Data subjektif
(DS): - Data objektif (DO): klien tampak terbaring lemas,
tampak keadaan umum klien lemah, Refleks moro: lemah,
menggenggam lemah, mengisap lemah dan menelan.
3.6 Intervensii keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada By.NY.M disusun
berdasarkan prioritas diagnosa keperawatan yang di temukan
yakni pola nafas tidak efektif, Defisit nutrisi, intoleransi
aktivitas. Setiap diagnosa memiliki tujuan, kriteria hasil dan
beberpa intervensi yang akan diberikan, dalam hal ini penulis
menggunakan standar penulisan SIKI dan SLKI. Perencanaan
keperawatan yang dibuat pada klien dengan diagnosa medis
Respiratory distress sindrome dengan masalah keperawatan yang
pertama adalah Pola nafas tidak efektif yaitu menggunakan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Pola napas
(L.01004) : ventilasi semenit meningkat, Kapasitas vital
meningkat, Tekanan ekspirasi meningkat, Tekanan inspirasi
meningkat, Dispnea menurun, Penggunaan otot bantu napas
menurun, Frekuensi napas membaik dan Kedalaman napas
membaik. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) :
Manajemen jalan napas (I.01011); Observasi : Monitor pola
nafas ( frekuensi, kedalaman, irama nafas), Monitor bunyi nafas
tambahan ( mis. Gurgling, mengi, wizzing, ronkhi kering),
Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma); Terapeutik :
Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan heat-tilt dan chin-lift (
jau-thrust jika curiga trauma serfikal), Posisikan semi fowler
atau fowler, Berikan minum hangat, Lakukan fisioterapi dada
jika perlu, Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik,
Berikan oksigen, jika perlu; Edukasi: Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak kontra indikasi, Ajarkan teknik batuk
efektif; Kolaborasi : Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika
perlu. Kedua Defisit nutrisi dengan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) : Status nutrisi (L.03030); Porsi makan yang
dihabiskan meningkat, Perasaan cepat kenyang menurun, Nyeri
abdomen menurun, Berat badan membaik, Indek Massa Tubuh
(IMT) membaik, Frekuensi makan membaik, Nafsu makan
mambaik, Tebal lipatan kulit trisep membaik. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) : Manajemen status nutrisi
(I.03119), Observasi: Identifikasi status nutrisi, Identifikasi
alergi dan intoleransi makanan, Identifikasi makanan yang
disukai, Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi,
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric, Monitor
asupan makanan, Monitor berat badan, Montor hasil
pemeriksaan laboratorium; Terapeutik: Lakukan oral hygine
sebelum makan, jika perlu, Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan), Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai, Berikan makanan yang tinggi serat untuk
mencegahkonstipasi, Berikan makanan tinggi protein dan kalori,
Berikan suplemen makanan, Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi;
Edukasi: Anjurkan posisi duduk, jika perlu, Ajarkan diet yang
diprogamkan; Kolaborasi: Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic), jika diperlukan,
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu. Ke tiga dengan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Toleransi
aktivitas (L.05047); Frekuensi nadi meningkat, Saturasi oksigen
meningkat, Kemjudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
meningkat, Keluhan lelah menurun, Dipsnea saat dan setelah
aktivitas menurun, Perasaan lemah menurun, Aritmia saat dan
sesudah aktivitas menurun, sianosis menurun, Warna kulit
membaik, tekanan darah membaik, Frekuensi nafas membaik,
EKG iskemia membaik. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) : Manajement energi (I.05178), Observasi :
Identifikasi gangguan fungsu tutbuh yang mengakibatkan
kelelahan, Monitor kelelahan fisik dan emisional, Monitor pola
dan jam tidur, Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas. Terapeutik : Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus (mis.cahaya,suara,kunjungan),
Lakukan latihan rentan gerak pasif dan aktif, Berikan aktivitas
distraksi yang menenangkan, Fasilitasi duduk disisi tempat
tidur,jika tidak dapat berpindah atau berjalan. Edukasi: Anjurkan
tirah baring, Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap,
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang, Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan. Kolaborasi: Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
3.7 Implementasi keperawatan
Implementasi yang dilakukan terhadap tiga diagnosa yang
diangkat pada By.NY.M dilakukan sesuai dengan rencana
intervensi keperawatan yang telah disusun sebelumnya.
Implementasi ini dilakukan selam 3 x 7 jam.
Perawatan hari pertama, Diagnosa 1: Pola nafas tidak efektif
b.d nafas periodik. Tanggal 31 maret 2022 pukul 14:30-selesai.
Observasi: 1.Memonitor pola nafas, Hasil: klien tampak sesak.
2.Memonitor bunyi nafas ,Hasil: terdengar bunyi wheezing.
Terapeutik: 3.Memposisiskan semi fowler, Hasil: Pasien tampak
nyaman. 4.Memberikan bantuan oksigen, Hasil : Terpasang
(Buble Cpap 7lpm). Diagnosa 2 : Defisit nutrisi b.d intake in
adekuat, Tanggal 31 maret 2022 pukul 16.00-selesai.Observasi:
1.Mengidentifikasi status nutrisi. Hasil : tampak kesulitan
meminum sufor lewat oral. 2.Memonitor asupan makanan,
Hasil : Sufor diberkan tiap 3 jam sekali, 3.Memonitor berat
badan Hasil : BB : 3,050 gram, 4.Memberikan asupan asupan
makanan lewat ngt, Hasil: diberikan sufor lewat ugt sbnyak 5cc.
Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik, Tanggal
31 maret 2022 16:00-selesai.Observasi : 1.mengidentifikasi
ganguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan,Hasil:
ventilasi paru-paru terganggu. 2.memonitor kelelahan fisik dan
emosional, Hasil:klien tampak lemah,kemampuan menghisap
juga tampak masih lemah, 3.memonitor pola tidur,Hasil: klien
tampak gelisah, Terapeutik : 4.menyediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus (mis.cahaya,suara,kunjungan) Hasil
: klen mulai tampak nyaman.
Perawatan hari kedua, Diagnosa 1 : Pola nafas tidak efektif
b.d nafas periodik. Tanggal 01 April 2022 pukul 08:00-selesai.
Observasi :1.Memonitor pola nafas, Hasil: klien tampak masih
sesak.2.Memonitor bunyi nafas ,Hasil: terdengar bunyi
wheezing. Terapeutik:3.Memposisiskan semi fowler, Hasil:
Pasien tampak nyaman. 4.Memberikan bantuan oksigen, Hasil :
Terpasang (Buble Cpap 6lpm). Diagnosa 2 : Defisit nutrisi b.d
intake in adekuat, Tanggal 01 April 2022 pukul 10.00-
selesai.Observasi: 2.Memonitor asupan makanan, Hasil : Sufor
diberkan tiap 3 jam sekali, 3.Memonitor berat badan Hasil : BB :
3,050 gram, 4.Memberikan asupan asupan makanan lewat ngt,
Hasil: diberikan sufor lewat ugt sbnyak 5cc. Diagnosa 3 :
Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik, Tanggal 01 April 2022
12:00-selesai.Observasi : 2.memonitor kelelahan fisik dan
emosional, Hasil:klien tampak masih lemah,kemampuan
menghisap juga tampak masih lemah, 3.memonitor pola
tidur,Hasil: klien tampak masih gelisah, Terapeutik :
4.menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
(mis.cahaya,suara,kunjungan) Hasil : klen tampak nyaman.
Perawatan hari ke tiga, Diagnosa 1 : Pola nafas tidak efektif
b.d nafas periodik. Tanggal 02 April 2022 pukul 08:00-selesai.
Observasi :1.Memonitor pola nafas, Hasil: mulai
membaik.2.Memonitor bunyi nafas ,Hasil: masih sedikit
terdengar bunyi wheezing. Terapeutik:3.Memposisiskan semi
fowler, Hasil: Pasien tampak nyaman. 4.Memberikan bantuan
oksigen, Hasil : Terpasang (Buble Cpap 10lpm). Diagnosa 2 :
Defisit nutrisi b.d intake in adekuat, Tanggal 02 April 2022
pukul 10.00-selesai.Observasi: 2.Memonitor asupan makanan,
Hasil : Sufor diberkan tiap 3 jam sekali, 3.Memonitor berat
badan Hasil : BB : 3,050 gram, 4.Memberikan asupan asupan
makanan lewat ngt, Hasil: diberikan sufor lewat ugt sbnyak 5cc.
Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik, Tanggal
02 April 2022 12:00-selesai.Observasi : 2.memonitor kelelahan
fisik dan emosional, Hasil:klien tampak masih masih
lemah,kemampuan menghisap masih lemah, 3.memonitor pola
tidur,Hasil: klien tampak masih gelisah, Terapeutik :
4.menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
(mis.cahaya,suara,kunjungan) Hasil : klen tampak nyaman.
Perawatan hari ke empat, Diagnosa 1 : Pola nafas tidak
efektif b.d nafas periodik. Tanggal 03 April 2022 pukul 14:00-
selesai. Observasi :1.Memonitor pola nafas, Hasil: nafas klien
tampak membaik. 4.Memberikan bantuan oksigen, Hasil :
Terpasang (Nasal kanul 3lpm). Diagnosa 2 : Defisit nutrisi b.d
intake in adekuat, Tanggal 03 April 2022 pukul 10.00-
selesai.Observasi: 2.Memonitor asupan makanan, Hasil : Sufor
diberkan tiap 3 jam sekali, 3.Memonitor berat badan Hasil : BB :
3,060 gram, 4.Memberikan asupan asupan makanan lewat ngt,
Hasil: diberikan sufor lewat ugt sbnyak 15cc. Diagnosa 3 :
Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik, Tanggal 03 April 2022
16:00-selesai.Observasi : 2.memonitor kelelahan fisik dan
emosional, Hasil:klien tampak mulai bertenaga,kemampuan
menghisap mulai membaik, 3.memonitor pola tidur,Hasil: klien
tampak sudah tidak gelisah , Terapeutik : 4.menyediakan
lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
(mis.cahaya,suara,kunjungan) Hasil: klien tampak nyaman.
Perawatan hari ke lima, Diagnosa 1: Pola nafas tidak efektif
b.d nafas periodik. Tanggal 04 April 2022 pukul 08:00-selesai.
Observasi: 1.Memonitor pola nafas, Hasil: nafas klien tampak
baik. 4. Memberikan bantuan oksigen, Hasil: Sudah tidak
terpasang Buble Cpap/Nasal kanul. Diagnosa 2 : Defisit nutrisi
b.d intake in adekuat, Tanggal 04 April 2022 pukul 10.00-
selesai.Observasi: 2.Memonitor asupan makanan, Hasil : Sufor
diberkan tiap 3 jam sekali, 3.Memonitor berat badan Hasil : BB :
3,060 gram, 4.Memberikan asupan asupan makanan lewat ngt,
Hasil: diberikan sufor lewat oral sbnyak 20cc. Diagnosa 3 :
Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik, Tanggal 04 April 2022
16:00-selesai.Observasi : 2.memonitor kelelahan fisik dan
emosional, Hasil:klien tampak bertenaga,kemampuan menghisap
sudah baik. Terapeutik : 4.menyediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus (mis.cahaya,suara,kunjungan) Hasil
: klien tampak nyaman.
3.8 Evaluasi keperawatan
Evaluasi untuk diagnosa Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan nafas periodik.Evaluasi pada hari pertama
Evaluasi : S:- O: Nafas tampak cepat, HR: 118x/m, RR: 49x/m
SB: 36,7℃, SpO2: 99%. A:Masalah belum teratasi. P: Lanjut
intervensi 1,2,3,4. Evaluasi hari ke dua Evaluasi : S:- O: Nafas
masih cepat, HR: 120x/m, RR: 58x/m SB: 36,4℃, SpO2: 98%.
A:Masalah belum teratasi. P: Lanjut intervensi 1,2,3,4. Evaluasi
hari ke tiga Evaluasi : S:- O: Nafas perlahan mulai membaik,
HR: 120x/m, RR: 50x/m SB: 36,4℃, SpO2: 99%. A:Masalah
teratasi sebagian . P: Lanjut intervensi 1,2,3,4. Evaluasi hari ke
empat Evaluasi : S:- O: Nafas sudah mulai membaik, HR:
118x/m, RR: 51x/m SB: 36℃, SpO2: 99%. A:Masalah teratasi
sebagian. P: Lanjut intervensi 1&4. Evaluasi pada hari ke lima
Evaluasi : S:- O: Nafas sudah kembali normal, HR: 118x/m, RR:
51x/m SB: 36℃, SpO2: 99%. A:Masalah teratasi. P: Intervensi
dihentikan.
Evaluasi untuk diagnosa Defisit nutrisi berhubungan dengan
intake in adekuat. Pada hari pertama Evaluasi: S:- O: Reflex
masih lemah . A: masalah belum teratasi. P: Intervensi 1
dihentikan,lanjut intervensi 2,3,4. Evaluasi pada hari ke dua
Evaluasi : S:- O: Reflex menghisap masih lemah A: masalh
belum teratasi P: Intervensi 1 dihentikan,lanjut intervensi 2,3,4.
Evaluasi pada hari ke tiga Evaluasi : S:- O: Reflex menghisap
masih lemah A: masalah belum tertasi P: Intervensi 1
dihentikan,lanjut intervensi 2,3,4. Evaliasi pada hari ke empat
Evaluasi : S:- O: sudah mulai kembali normal A: msalah tertasi
sebagian P: Intervensi 1 dihentikan,lanjut intervensi 2,3,4.
Evaluasi pada hari ke lima. Evaluasi pada hari ke lima Evaluasi :
S:- O: Reflex menelan sudah baik A: Masalah teratasi P:
Intervensi di hentikan.
Evalaluasi untuk diagnosa Intoleransi akatifitas berhubungan
dengan kelemahan fisik pada hari pertama Evaluasi: S:-
O:tampak lemah dalam melakukan aktivitas fisik A:masalah
belum teratasi P: Lanjut intervensi 2,3,4. Evaluasi pada hari ke
dua Evaluasi: S:- O:tampak masihlemah dalam melakukan
aktivitas fisik A:masalh belum teratasi P: Lanjut intervensi 2,3,4
Evaluasi pada hari ke tiga Evaluasi: S:- O:tamapak masih lemah
dalam melakukan aktivitas fisik A: masalah belum teratasi P:
Lanjut intervensi 2,3,4. Evaluasi pada hari ke empat Evaluasi:
S:- O:klien tamapak sudah mulai bisa melakukan aktivitas fisik
secara normal A: masalah teratasi sebagian P: Intervensi 1&3
dihentikan,lanjut intervensi 2&4. Evaluasi hari ke lima Evaluasi :
S:- O: klien tampak sudah bisa melakukan aktivitas fisik secara
normal A: Masalah teratasi P: Intervensi di hentikan.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisi dan Diskusi Hasil

Pada bab ini penulis membahas tentang asuhan keperawatan


pada klien dengan Respiratory Distress Syndrome(RDS) sesuai
dengan konsep-konsep teori yang ada dengan asuhan keperawatan
yang di buat selama lima hari. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien dengan Respiratory Distress Syndrome(RDS) dimulai pada
tanggal 31 maret samapai dengan tanggal 04 april di ruangan ICU
(NICU) Sentra Medika Hospital Minahasa Utara.

Berikut adalah penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien


denga Respiratory Distress Syndrome(RDS). berdasarkan proses
yang meliputi, yaitu sebagai berikut:
4.1.1 Pengkajian

Pada pengkajian dari klien RDS menurut teori dari


(Maryunani, dalam Dewi, P. P. 2020). Pengkajian dapat dilakukan
secara sistematik berawal dari pengkajian data mengenai identitas
pasien, identitas penanggung jawab, keluhan utama, riwayat
perjalanan penyakit, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat
kehamilan dan kelahiran, riwayat penyakit keluarga, riwayat tumbuh
kembang, psikologi keluarga, pola kebiasaan sehari hari, dan
pemeriksaan fisik sesuai dengan sistem tubuh, sebagai berikut: 1)
Pengkajian Pernafasan pada bayi RDS Pengkajian pada bayi RDS
diawali dengan fungsi pernafasan. 2) Pengkajian kardiovaskuler
pada bayi RDS Pengkajian sistem kardiovaskuler dilakukan untuk
mengukur tekanan darah, menghitung denyut jantung, dan menilai
pengisian kembali kapiler pada bayi. 3) Pengkajian gastrointestinal
pada bayi RDS Pengkajian yang dapat dilakukan adalah mengecek
refleks mengisap dan menelan, menimbang berat badan bayi,
mendengarkan bising usus dan observasi pengeluaran mekonium. 4)
Pengkaian genitourinaria pada bayi RDS Masalah pada sistem
perkemihan yaitu ginjal bayi pada bayi RDS tidak dapat
mengekresikan hasil metabolisme dan obat obatan dengan akurat,
memekatkan urin, mempertahankan keseimbangan cairan, asam basa
dan elektrolit. Pengkajian dilakukan dengan cara menghitung intake
dan output. 5) Pengkajian neurologis – muskulusteletal pada bayi
RDS Pada bayi RDS sangat rentan terjadi injuri susunan saraf pusat.
Pengkajian yang dilakukan adalah observasi fleksi, ekstensi, reflex
hisap, tingkat respon, respon pupil, gerakan tubuh dan posisi bayi. 6)
Pengkajian suhu pada bayi RDS Banyak faktor yang menyebabkan
suhu tidak stabil pada bayi RDS terutama pada bayi BBLR salah
satunya yaitu kurangnya lemak subkutan pada bayi. Pengkajian suhu
yang dapat dilakukan adalah tentukan suhu kulit melalui aksila bayi,
tentukan dengan suhu lingkungan. 7) Pengkajian kulit pada bayi
RDS Dalam pengkajian kulit bayi yang dikaji yaitu monitor adanya
perubahan warna kulit, area kulit yang kemerahan, tanda iritasi,
mengkaji tekstur atau turgor kulit bayi, ruam, lesi pada kulit bayi. 8)
Pengkajian respon orang tua pada bayi RDS Respon orangtua yang
bayinya dengan RDS umunya merasa sedih, cemas, dan takut
kehilangan. Hal hal yang dapat dikaji perawat adalah ekspresi wajah
orangtua bayi dengan RDS, mengkaji perilaku dan mekanisme
pemecahan masalah yang dilakukan orang tua bayi.

Dari hasil pengkajian di dapatkan bahwa klien bernama


By.D, klien berjenis kalamin laki-laki umur 4 hari tanggal lahir 27
maret 2022,tanggal masuk RS 29 maret dengan jenis persalinan SC
dengan indikasi gawat janin.Tempat persalin di RSUD Sam
Ratulangi Tondano.Pasien masuk di ruangan NICU dengan diagnosa
medis RDS sedang. Riwayat bayi usia 38-39 minggu,dengan berat
badan lahir 3,050 gram, PB: 50cm, LK: 34cm, LP: 32cm, LILA:
11cm. TTV: Nadi:159x/menit, Suhu: 36,8℃, Pernapasan:
73x/menit, SpO2 94%. suhu lingkungan ber-AC,Pasien di tempatkan
di dalam inkubator, kulit teraba hangat. komplikasi persalinan tidak
ada, ada aspirasi mekonium ,tidak ada lilitan tali pusat. Dengan
Riwayat ibu: gravida: 1, partus : 0 abortus: 0. Pada saat pemeriksaan
fisik di dapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
composmentis. Refleks moro : lemah, menggenggam lemah,
mengisap lemah dan menelan. Tonus/ aktivitas : tenang, menangis
lemah, warna kulit merah muda, tugor kulit elastis, Bentuk kepala
normal, frontanel anterior lunak, mata normal refleks terhadap
cahaya, kedua bola mata simetris, THT: normal, bibir tidak sumbing,
abdomen tegas, hepar tidak teraba , keadaan tali pusat masih basah,
masih diklem dan belum kering. Umbilikus:normal, paru-paru:suara
napas kanan kiri sama, suara napas cepat, bersih, respirasi: takipnea,
terpasang alat bantu pernafasan Bcpap 8lpm.Pemeriksaan genitalia,
bentuk kelamin normal, tidak ada oedema dan masa, Punggung
normal, Anus paten. Pada Ekstremitas gerakan bebas, ekstremitas
atas normal, ekstremitas bawah normal. Pengkajian respon orang tua
tidak di kaji dikarnakan hanya walinya saja yang ada untuk menjaga
klien itupun dengan jam kunjungan yang telah di tentukan oleh
rumah sakit.

4.1.2 Klasifikasi data dan Analisa data

Klasifikasi dan analisa data pada kasus dan teori, untuk kasus
dilakukan pengkajian pada klien dengan cara tanya jawab dan
observasi sehingga didapati data subjektif dan objektif dan bisa
ditemukan masalah-masalah apa yang dialami oleh klien tersebut.
Sedangkan pada tinjauan teori untuk tanda dan gejala berdasarkan
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) dibagi tanda
mayor dan minor, namun sejauh ini tidak ada kesenjangan untuk
klasifikasi data dan analisa data pada kasus maupun teori sama-sama
memiliki data subjektif, objektif, masalah keperawatan dan
penyebabnya.

4.1.3 Diagnosa keperawatan

Berdasarkan hasil analisa data yang di dapatkan dari klien


By.D ada tiga masalah keperawatan yang di angkat oleh penulis
yaitu, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nafas periodik,
defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat,
intoleransi ativitas berhubungna dengan kelemahan fisik. Sedangkan
untuk diagnosa keperawatan teoritis terdapat lima masalah
keperawatan yang terjadi pada klien dengan Respiratory Distress
Syndrome (RDS) yaitu, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
nafas periodik, defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi in
adekuat, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik,
Pefusi perifer tidak efektif berhubungan dengan akumulasi fibrin di
alveolus mengendap, hipervolemia berhubungan dengan edema
interstitial alveoli paru. Dapat di simpulkan bahwa dari lima maslah
keperawatan berdasaran teori yang ada hanya tiga masalah
keperawatan yang di dapatkan penulis dilapangan menyesuaikan dari
data objektif yang ada pada klien.
4.1.4 Intervensi keperawatan

Dalam penyusunan pemberian intervensi keperawatan pada


kasus klien dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS)
menggunakn Strandar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan
Standar Intervensi Keperawatan Indinesia (SIKI). Namun,
berdasarakana prioritas masalah yang ditemukan pada kasus ini tidak
semua intervensi pada teori dapat diberikan pada kasus ini
disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien. Jadi dapat di
simpulkan bahwa intervensi teori tidak semua diberikan atau di
aplikasikan pada kasus ini karena harus sesuai dengan keadaan klien.

4.1.5 Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien By.D


sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan menurut SIKI dan
SLKI sert berdasarkan dengan kebutuhan klien saat itu. Kasus ini
dilaksanakan selama lima hari yaitu mulai dari 31 maret-04 april
2022 dise suaikan dengan sift penulis yaitu 5x8 jam. Dan pada
tinjauan teoritis dilakukan hanya tiga hari namun waktu pelaksanaan
asuhan keperawatan nya di lakukan selama 3x24 jam.

Pelaksanaan asuhan keperawaatana pada kasus Respiratory


Distress Syndrome (RDS). mengikutiperencanaan yang suadah ada
berdasarkan SIKI dan SLKI. Namun ketika dilapangan perencanaan
yang disusun tidak semua dapat di aplikasikan atau diberikan pada
klien dikarenakan terkait dengan kondisi klien saat itu dan apa saja
tindakan yang perlu dan harus dilakukan pada klien.

4.1.6 Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.


Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan. (Santos M, n.d. 2019). Evaluasi yang dilakukan pada
kasus ini yaitu untuk masalah keperwatan yang pertama pola nafas
tidak efektif, Masalah teratasi, nafas sudah kembali normal, HR:
118x/m, RR: 51x/m SB: 36℃, SpO2: 99%.intervensi dihentikan.
Evaluasi untuk masalah keperawatan yang ke dua yaitu defisit
nutrisi, masalah teratasi, reflex menelan sudah baik, intervensi di
hentikan. Evaluasi untuk masalah keperawatan yang ke tiga masalah
teratasi, klien tampak sudah bisa melakukan aktivitas fisik secara
normal, Intervensi di hentikan klien sudah bisa pulang ke rumah.

4.2 Keterbatasan Penelitian

Ners yaitu dalam proses penyusunan karya ilmiah akhir ners


kurun waktu yang cukup singkat dan banyak kekurangan dalam
penyusun KIAN ini kerena baru pertama kali meyusun laporan akhir
ners.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. pengkajian dilakukan di ruangan NICU 29 maret 2022.saat
dilakukan pengkajian terkait identitas pasien dengan melihat status
kien.Dan didapatkan nama klien By.Ny.M berjenis kelamin laki-
laki,berumur 2 hari tanggal lahir 27 maret 2022,tanggal masuk RS
29 maret dengan jenis persalinan SC dengan indikasi gawat
janin.Tempata persalin di RSUD Sam Ratulangi Tondano.Pasien
masuk di ruangan NICU dengan diagnosa medis RDS
sedang.Riwayat bayi usia 38-39 minggu,dengan berat badan lahir
3,050 gram, PB: 50cm, LK: 34cm, LP: 32cm, LILA: 11cm. TTV:
Nadi:159x/menit,Suhu:36,8℃,Pernapasan: 73x/menit,SpO2 94%.
suhu lingkungan ber-AC,Pasien di tempatkan di dalam inkubator,
kulit teraba hangat. komplikasi persalinan tidak ada, ada aspirasi
mekonium ,tidak ada lilitan tali pusat. Dengan Riwayat ibu: gravida:
1, partus : 0 abortus: 0. Pada saat pemeriksaan fisik di dapatkan
keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis. Refleks moro
ada, menggenggam kuat, mengisap lemah dan menelan. Tonus/
aktivitas : tenang, menangis kuat, warna kulit merah muda, tugor
kulit elastis, Bentuk kepala normal, frontanel anterior lunak, mata
normal refleks terhadap cahaya, kedua bola mata simetris, THT:
normal, bibir tidak sumbing, abdomen tegas, hepar tidak teraba ,
keadaan tali pusat masih basah, masih diklem dan belum kering.
Umbilikus:normal, paru-paru:suara napas kanan kiri sama, suara
napas cepat, bersih, respirasi spontan , terpasang alat bantup
pernafasan Bcpap 8lpm. Pemeriksaan genitalia, bentuk kelamin
normal, tidak ada oedema dan masa, Punggung normal, Anus paten.
Pada Ekstremitas gerakan bebas, ekstremitas atas normal,
ekstremitas bawah normal.
2. Klasifikasi data di dapati dari hasil pengkajian dan hasil observasi
yang di lakukan pada klien, data yang di temukan menjasi data
subjektif (DS) dan data objektif (DO).
3. Analisa data di dapatkan dari klasifikasi data yang mana untuk
menentukan masalah keperawatan pada kasus kasus Respiratory
Distress Syndrome (RDS) dan diapati untuk masalah keperawatan
yang ditemukan ada 5 masalah keperawatan.
4. Diagnosa keperawatan yang di dapat pada klien ada 3 masalah yang
di dapat Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nafas periodik,
Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat dan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan fisik.
5. Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan yaitu pola nafas tidak efektif dengan tujuan klien
mampu menunjukan pola nafas membaik dengan intervensi yang
dilakukan adalah manajemen pola nafas. Defisit nutrisi dengan
tujuan klien mampu menunjukan status nutrisi membaik dengan
intervensi yang dilakukan adalah manajemen status nutrisi dan
intoleransi aktivitas dengan tujuan klien mampu menunjukan
toleransi aktivitas meningkat dengan intervensi manajemen energi.
6. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada kasus Respiratory Distress
Syndrome (RDS) dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di
buat , sesusai kondisis dan kebutuhan klien yang ada.
7. Evaluasi keperawatan yang dilakukakan pada klien kasus
Respiratory Distress Syndrome (RDS) yaitu selama perawatan dan
dibuat dalam bentuk SOAP. Reaspon klien dan keluarga saat
pelaksanaan asuhan keperawatan baikjuga sangan kooperatif dalam
penatalaksanaan tindakan keperawatan.
8. Kesenjangan yang ada dalam penulisan asuhan keperawatan pada
klien dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) dalam
pengkajian teoritis dan kasus, diagnosa keperawatan, perencanan,
dan evaluasi keperawatan.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Keperawatan

Karya Ilmial Akhir Ners ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber yang dapat menambah ilmu dan wawasan tentang asuahan
keperawatan pada klien Respiratory Distess Sindrome (RDS).

5.2.2 Saran untuk Rumah Sakit/Komunitas

Diharapkan dapat mempertahankan kualitas dalam memberikan


pelayanan kesehatan dan mempertahankan kerjasama yang baik
antar tim kesehatan, klien, serta rumah sakit untuk mendukung
meningkatkan kesehatan klien sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang telah diberikan selama ini.

5.2.3 Saran untuk Penelitian

Diharapkan Karya ilmiah akhir Ners ini dapat digunakan sebagai


data dasar yang menunjang untuk penelitian selanjutnya khususnya
yang berkaitan dengan klien Respiratory Distess Sindrome (RDS).

DAFTAR PUSTAKA

Agrina, Meta Febri, et al. “kasus Respiratory Distress Syndrome (RDS) and Low

Birth Weight Infant.” Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia (JIKI), vol. 3,

no. 2, 18 Jan. 2018, p. 125, 10.31290/jiki.v(3)i(2)y(2017).page:125-131.

---. “Tingkat kejadian kasus Respiratory Distress Syndrome (RDS) antara bblr

preterm dan bblr dismatur.” Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia (JIKI),

vol. 3, no. 2, 18 Jan. 2018, p. 125, 10.31290/jiki.v(3)i(2)y(2017).page:125-

131.
Dewi, Putu Permata, et al. “Gambaran Asuahan Keperawatan Pada Bayi kasus

Respiratory Distress Syndrome (RDS) dengan pola nafas tidak efektif di

ruang NICU RSD Mangusada Tahun 2020.” Repository.poltekkes-

Denpasar.ac.id, 30 June 2020, repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4575/.

Accessed 21 Aug. 2022.

Efriza, Efriza. “Gambaran faktor resiko kasus Respiratory Distress Syndrome

(RDS) Pada Neonatus Di RSUP dr. M. Djamil Padang.” Healthty : Jurnal

Inovasi Riset Ilmu Kesehatan, vol. 1, no. 2, 8 Apr. 2022, pp. 73–80,

10.51878/healthy.v1i2.1064. Accessed 17 Aug. 2022.

M.Kes, Ns Devi Mediarti, S. Pd , S. Kep, et al. Ilmu Keperawatan Medikal Bedah

Dan Gawat Darurat. Google Books, Media Sains Indonesia, 7 Jan. 2022,

books.google.co.id/books?

hl=id&lr=&id=CytgEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA15&dq=anatomi+fisiolo

gi+sistem+pernafasan&ots=-

2CN6iTwfI&sig=wkcbwxTzlAlhYlNSR4prVkybJSw&redir_esc=y#v=one

page&q=anatomi%20fisiologi%20sistem%20pernafasan&f=false.

Accessed 19 Aug. 2022.

Moi, Maria Yosefa, et al. “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. T Dengan Rds

(Respiratory Distress Syndrom) Di Ruangan NHCU RSUD Prof. Dr. W. Z.

Johanes Kupang.” Repository.poltekeskupang.ac.id, 3 July 2019,

repository.poltekeskupang.ac.id/564/. Accessed 19 Aug. 2022.

Mugihartadi, Mei Rika Handayani, Mugihartadi, Mei Rika Handayani. “Pemberian

terapi oksigenasi dalam mengurangi ketidak efektifan pola nafas pada

pasien Congestive Heart Failure (CHF) Di ruangan ICU/ICCU RSUD dr.

Soedirman Kebumen.” Nursing Science Journal (NSJ), vol. 1, no. 1, 6 June

2020, pp. 1–6, 10.53510/nsj.v1i1.13. Accessed 9 Feb. 2022.


Supriatin, Titin, and Yani Nurhayani. “Pengaruh Prone Positioning Terhadap

Respiratory Rate Dan Saturasi Oksigen Pada Bayi Gawat Napas kasus

Respiratory Distress Syndrome (RDS) Di Ruang NICU RSUD Gunung Jati

Cirebon.” Malahayati Nursing Journal, vol. 3, no. 4, 1 Oct. 2021, pp. 500–

506, 10.33024/mnj.v3i4.4541.

---. “Pengaruh Prone Positioning Terhadap Respiratory Rate Dan Saturasi Oksigen

Pada Bayi Gawat Napas kasus Respiratory Distress Syndrome (RDS) Di

Ruang NICU RSUD Gunung Jati Cirebon.” Malahayati Nursing Journal,

vol. 3, no. 4, 1 Oct. 2021, pp. 500–506, 10.33024/mnj.v3i4.4541. Accessed

6 Nov. 2021.

Wardani, Wilantika Ida, et al. “Gangguan Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien

Congestive Heart Failure (CHF).” (JKG) JURNAL KEPERAWATAN

GLOBAL, vol. 3, no. 2, 12 Dec. 2018, 10.37341/jkg.v3i2.57. Accessed 12

May 2021.

LAMPIRAN
I. DATA BAYI

Nama bayi : By.D

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir/usia : 27-03-2022/2hari

Nama orang tua, Ayah : Tn.M


Ibu : Ny.M.D

Pendidikan Ayah : SMA

Ibu : D3

Pekerjaan Ayah : Swasta

Ibu : Perawat

Diagnosis medis : Respiratory Distress Syndrome

Tanggal dirawat : 30-03-2022

Alamat : Buku utara jaga 1 kec.Belang

A. RIWAYAT BAYI

Apgar score : 4

Warna kulit : merah muda

Deyut jantung: >100 kali/menit

Refleks:lemah

Tonus otot:lemah

Pernapasan:lemah,tidak teratur

Usia gestas : 38-39 minggu

Berat Badan : 3,050

Komplikasi persalinan

Ada ( ) Tidak ( )

a. Aspirasi mekonium ( )
b. Denyut jantung janin abnormal ( )
c. Masalah lain :
d. Prolabs tali pusat/lilitan tali pusat ( )
e. Ketuban pecah dini ( ) ; Berapa Jam :
B.Riwayat Ibu

USIA GRAVIDA PARTUS ABORTUS


26 1 0 0

Jenis persalinan :

Pervaginam ( )

Section cesare ( ) ; Alasan : Aspirasi


mekonium

Komplikasi kehamilan

Tidak ada ( ) Ada ( )

Perawatan antenal

Ruptur plasenta/plasenta previa ( )

Pre eklamsia/toxcemia ( )

Suspect sepsis ( )

Persalinan premature/post matur ( )

Masalah lain : _________________

II. PENGKAJIAN FISIK NEONATUS

Instruksi : Beri tanda cek ( ) pada istilah yang tepat/sesuai dengan


data-data dibawah ini Gambaran semua abnormal secara objectif,
gunakan kolom data tambahan bila perlu.

1. Refleks :
Moro ( )Menggenggam ( );kuat/lemah
Menghisap ( ); kuat/lemah
2. Tonus/aktivitas
a. Aktif ( ) Tenang ( )Letergi(
)
Kejang ( )
b. Menangis ( ) Sulit menagis ( )
3. Kepala/leher
a. Fontanel anterior Lunak ( ) Tegas ( )
Datar ( ) Menonjol( )
Cekung( )
b. Sutura sagitaris tepat ( ) Terpisah( )
c. Gambaran wajah Simetris ( ) Asimetris( )
d. Molding ( ) Caput succedaneum ( )
Cephalhetoma ( )
4. Mata
Bersih ( ) Sekresi ( )
Jarak interkantus : _______ Sklera : ______
5. THT
a. Telinga Normal ( ) Abnormal ( )
b. Hidung Simetris( ) Asimetris ( )
Sekresi ( ) Napas cuping hidung ( )
6. Wajah
a. Bibir sumbing ( )
b. Sumbing langit-langit/platum ( )
7. Abdomen
Bibir sumbing ( )
a. Lunak ( ) Tegas ( )
Datar ( ) Kembung ( )
b. Lingkar ……Cm
c. Liver : Teraba ( ) ≤ 2cm ( )
Teraba ( ) > 2cm ( )
8. Thoraks
a. Simetris ( ) Asimetris ( )
b. Retraksi derajat 0 ( ) Derajat 1 ( ) Derajat 2
( )
c. Klavikula normal ( ) Abnormal ( )
9. Paru-paru
a. Suara nafas kanan kiri sama ( ) Tidak
sama ( )
b. Suara nafas bersih ( ) Ronchi ( )
Sekresi ( )
Wheezeng ( ) vesikuler ( )
c. Repirasi spontan ( )
Alat bantu nafas ( ) Oxihood
( ) Nasal kanul
( ) O2 / incubator
Konsentrasi O2 : 8ltpm
10. Jantung
a. Bunyi Normal Sinus Rhytim (NSR)
( ) Frekuensi : ___
b. Murmur ( ) PMI ( )
Lokasi :_______
c. Waktu pengisian kapiler : _________
d. Denyut nadi : 159
11. Ekstremitas
Gerak bebas ( ) ROM Terbatas ( ) Tidak terkaji( )
Ekstremitas atas Normal ( ) Abnormal( )
Sebutkan : ________
Ekstremitas bawah Normal ( ) Abnormal( )
Sebutkan : ________
Panngul Normal ( ) Abnormal( )
Sebutkan :
12. Umbiliku
Normal ( ) Abnormal ( )
Inlamasi ( ) Drainase ( )
13. Genetalia
Perempuan Normal ( ) Laki-laki Normal( )
Abnormal ( ) Sebutkan :
14. Anus Paten ( ) Imperforata ( )
15. Kulit
a. Warna Pink ( ) Pucat ( ) Imperforata( )
Sianosis pada kuku (Sebutkan) : _______________
16. Suhu
a. Lingkungan
Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu ( )
Suhu ruang ( ) Inkubator ( ) Boks
terbuka ( )
b. Suhu kulit : 36,8℃

III. RIWAYAT SOSIAL


1. Struktur Keluarga (Genogram tiga generasi)
Ket : = Laki-laki

= Perepuan
= Meninggal
= Garis perkawinan
= Garis keturunan

------- = Garis serumah

= Klien

2. Antisipasi vs pengalaman nyata kelahiran : -


3. Budaya : -
4. Suku : Sanger
5. Agama : Kristen
protestan
6. Bahasa utama : -
7. Perencanaan makanan bayi : -
8. Masalah social yang penting : -
9. Hubungan orang tua dan bayi : baik
10. Orang terdekat yang dapat dihubungi : Tante
11. Orangtua berespon terhadap hospitalisasi : ya ( )
tidak ( )
12. Riwayat anak lain : tidak ada
Patoflow Kasus

Bayi cukup
bulan:Sindrome
mekonium asidosis
Ventilasi pefusi
menurun
Tegangan
RDS
Permukaan
Meningkat
Takikardi

Kolaps Alveoli Produksi Surfaktan


Menurun Usaha Nafas
Paru
Meningkat
Penurunan Penggunaan Energi yg Nafas
Ventilasi paru paru
Stabilitas Alveoli Maksimal Untuk Periodik
terganggu
bernafas

Hipoksia Berat Pengeluaran energi Pola Nafas


Refeleks
menngkat tdk efektif
Menghisap Lemah

Cidra Paru
Intake Nutrisi in Kelelahan
adekuat

Terjadi Reaksi
Kelemahann
Defisit Nutrisi fisik

Edema interstitial
Alveoli Paru Membran hialin
terbentuk Intoleransi
aktivitas

Akumulasi fibrin
Hipervolemia
di alveolus

Mengendap

Pefusi perifer
tidak efektif

KLASIFIKASI DATA

No Data subjektif (DS) Data objektif (DO)


.
1. - - Nafas tampak cepat
- Klien tampak sesak
- Terdengar bunyi wheezing
2. - - Tampak kesulitan meminum
sufor lewat oral
- Reflex menghisap lemah
3. - - klien tampak terbaring lemah
- kemampuan menghisap juga
tampak masih lemah

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS : - BCB:Sindrom Pola nafas tidak
DO : - Nafas tampak mekonium efektif
cepat berhubungan
asidosis
- Klien tampak sesak dengan nafas
- Terdengar bunyi periodik
RDS
wheezing

Pruduksi surfaktan
menurun

Takikardi

Usaha nafas
meningkat

Ventilasi paru-paru
terganggu

Sesak nafas

Pola nafas tidak


efektif

2. DS : - BCB:Sindrom Defisit nutrisi


DO : - Tampak mekonium asidosis berhubungan
kesulitan meminum dengan intake
sufor lewat oral RDS nutrisi in
- Reflex menghisap adekuat
lemah Pruduksi surfaktan
menurun

Penggunaan energi
yang maksimal untuk
bernafas

Refleks menghisap
lemah

Intake nutrisi in
adekuat

Defisit nutrisi
3. DS : - BCB:Sindrom Intoleransi
DO : - klien tampak mekonium asidosis aktivitas
terbaring berhubungan
RDS
lemah dengan
- kemampuan kelemahan fisik
Pruduksi surfaktan
menghisap juga
menurun
tampak masih lemah

Atelektasis

Ventilasi pefusi
menurun

Takikardi

Usaha nafas
meningkat

Ventilasi paru-paru
terganggu

Pengeluaran energi
yang meningkat

Kelelahan

Kelemahan fisik

Intoleransi
aktivitas
INTERVENSI
Nama : By.D
Umur : 4 hari
Ruangan : ICU (NICU)
N Hari/ Diagnosa Tujuan/Kriteria hasil Intervensi Raisional
o Tangg keperawatan
al
1. Rabu,3 Pola nafas tidak Setelah di berikan
0-03-22 efektif b.d nafas tindakan selama 5x7 Obsevasi : Observasi :
periodik jam diharapkan:
-Ventilasi semenit -Monitor frekuensi, irama, -mengetahui
meningkat kedalaman dan upaya napas frekuensi,irama,kedalaman dan upaya
-Diameter thoraks -Monitor pola napas (seperti napas.
anterior posterior bradipnea,takiepnea,hiperventilasi,ku -mengetahui pola nafas
meningkat smaul,cheyne-stokes,biot,ataksik
-Dipsnea menurun -Monitor kemampuan batuk efektif
-Penggunaan otot bantu -Monitor adanya produksi sputum -mengetahui seberapa mampu klien
napas menurun -Monitor adanya sumbatan jalan dalam mengeluarkan sputum
-Frekuensi nafas nafas -mengetahui frekuensi produksi
membaik -Palpasi kesemetrisan ekspansi paru sputum
-Kedalaman membaik -Auskultasi bunyi napas -mengetahui adanya sumbatan jalan
-Monitor nilai AGD nafas
-Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik : -mengtahui kesimetrisan paru
-Atur interval pemantauan respirasi
sasuai kondisi pasien -mengtahui bunyi nafas
-Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi : -mengtahui nilai AGD
-Jelaskan tujuan dan prosedur
-mengtahui hasul x-ray thotaks
pemantauan
-Informasiakan hasil Terapeutik :
pemantauan,jika perlu -membantu klien mencapai kesehatan
yang optimal
-merupakan bukti perawat telah
menerapkan asuhan keperawatan
sesuai prosedur

Edukasi:

-mengetahui tujuan dan prosedur


pemantauan

-mengtahui perkembangan hasil


pemantauan
2. Rabu,3 Defisit nutrisi Setelah di berikan
0-03-22 b.d intake nutrisi tindakan selama 5x7 Observasi : Observasi :
in adekuat jam diharapkan: -Indentifikasi status nutrisii
- Klien -Indentifikasi alergi dan intoleransi -mengetahui status nutrisi
makanan
mampumeminum sufor -Identifikasi makanan yang disukai -mengtahui adanya alergi dan
lewat oral -Identifikasi kebutuhan kalori dan intoleransi makanan.
jenis nutrien -mengetahui makanan yang disukai
- Reflex menghisap -Identifikasi perlunya penggunaan
kembali normal selang nasogestrik -mengtahui kebutuhan kalori dan jenis
-Monitor asupan makanan nutrien
-Monitor berat badan
Terapeutik : -mengetahui perlunya penggunaan
-Lakukan oral hygine sebelumm selang nasogestrik
makanan, jika perlu
-Fasilitasi menentukan pedoman diet -menjaga asupan makanan yangmasuk
(mis.piramida makanan)
-mengetahui adanya penurunan BB
-Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai pada anak
-Berikan makanan tinggi serat Terapeutik :
-Berikan makanan tinggi kalori -mengurangi rasa mual
tinggi protein
-Berikan suplemen, jika perlu -memberi pilihan variasi makanan
-Hentikan pemberian makanan pada pasien
melalui NGT jika asupan oral dapat -meningkatkan nafsu makan
ditoleransi
-makanan tinggi serat dapat mencegah
Edukasi : terjadinya konstipasi
-Anjurkan posisi duduk,jika perlu -membantu dalam proses
-Ajarkan diet yang diprogramkan penyembuhan
Kolaborasi -menigktakan nafsu makan
-Kolaborasi pemberian medikasi -pemberian ngt akan dihentikan jika
sebelum makan (mis.pereda asupan oral sudah dapat ditoleransi
nyeri),jika perlu
-Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Edukasi:
menentukan jumblah kslorii dan -mencegah mual
jenis nutrien yang dibutuhkan,jika -akan meningkatakan pencapaian dan
perlu mempertahankan berat badan yang
sehat
Kolaborasi:
-menjaga asupan makan yang
dibutuhkan tubuh
-menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan klien

3. Rabu,3 Intoleransi Setelah di berikan


0-03-22 aktivitas b.d tindakan selama 5x7 Observasi : Observasi :
kelemahan fisik jam diharapkan: -Identifikasi gangguan fungsu tubuh -mengtahui ganggyan fungsi tubuh
-Frekuensi nadi yang mengakibatkan kelelahan yang mengkibatkan kelelahan
meningkat -Monitor kelelahan fisik dan
-saturasi oksigen -mengetahui kelelahan fisik dan
meningkat emisional emosional yang di alami klien
-kemudahan dalam -Monitor pola dan jam tidur
melakukan aktivitas -Monitor lokasi dan -mengetahui pola dan jam tidur
- Perasaan lemah ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas -mengetahui lokasi dan
menurun Terapeutik : ketidaknyamanan selama melakukan
- dipsnea saat dan -Sediakan lingkungan yang nyaman aktivitas
dan rendah stimulus
setelah aktivitas (mis.cahaya,suara,kunjungan) Terapeutik:
menurun -Lakukan latihan rentan gerak pasif
dan aktif -memberikan rasa aman dan nyaman
-frekuensi nafas -Berikan aktivitas distraksi yang pada klien
membaik menenangkan
-Fasilitasi duduk disisi tempat
tidur,jika tidak dapat berpindah atau -meminimalkan atrofi otot
berjalan
Edukasi :
-memberikan rasa nyaman pada klien
-Anjurkan tirah baring
-Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap -mengjarkan mobilisasi sederhana
-Anjurkan menghubungi perawat jika yang harus dilakukan
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang Edukasi:
-Ajarkan strategi koping untuk -mencegah komplikasi dan
mengurangi kelelahan mempercepat penyembuhan
Kolaborasi :
-Kolaborasi dengan ahli gizi tentang -melatih kekuatan otot dan pergerakan
cara meningkatkan asupan makanan klien

-agar perawat dapat mengidentifikasi


rencana tindakan selanjutnya yang
akan diberikan

-untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi:

-meningkatkan selera makan klien

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama : By.D
Umur : 4 hari
Ruangan : ICU (NICU)
No DX Hari/ Implementasi Evaluasi
Keperawatan tanggal
1. Pola nafas Kamis,3 Observasi :1.Memonitor pola nafas, Hasil: klien tampak Evaluasi : S:- O: Nafas cepat, HR:
tidak efektif 1-03-22 sesak.2.Memonitor bunyi nafas ,Hasil: terdengar bunyi wheezing. 118x/m, RR: 49x/m SB: 36,7℃,
b.d nafas Terapeutik:3.Memposisiskan semi fowler, Hasil: Pasien tampak SpO2: 99%. A:Masalah belum
periodik nyaman. 4.Memberikan bantuan oksigen, Hasil : Terpasang (Buble teratasi. P: Lanjut intervensi
Cpap 7lpm 1,2,3,4

2. Defisit nutrisi Kamis,3 Observasi: 1.Mengidentifikasi status nutrisi. Hasil : tampak kesulitan Evaluasi: S:- O: Reflex masih
b.d intake 1-03-22 meminum sufor lewat oral. 2.Memonitor asupan makanan, Hasil : lemah . A: masalah belum teratasi.
nutrisi in Sufor diberkan tiap 3 jam sekali, 3.Memonitor berat badan Hasil : BB P: Intervensi 1 dihentikan,lanjut
adekuat : 3,050 gram, 4.Memberikan asupan asupan makanan lewat ngt, intervensi 2,3,4
Hasil: diberikan sufor lewat ugt sbnyak 5cc.
3 Intoleransi Kamis,3 Observasi : 1.mengidentifikasi ganguan fungsi tubuh yang Evaluasi: S:- O:tampak lemah
aktivitas b.d 1-03-22 mengakibatkan kelelahan,Hasil: ventilasi paru-paru terganggu. dalam melakukan aktivitas fisik
kelemahan 2.memonitor kelelahan fisik dan emosional, Hasil:klien tampak A:masalah belum teratasi P: Lanjut
fisik lemah,kemampuan menghisap juga tampak masih lemah, intervensi 2,3,4
3.memonitor pola tidur,Hasil: klien tampak gelisah, Terapeutik :
4.menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
(mis.cahaya,suara,kunjungan) Hasil : klen mulai tampak nyaman.
1. Pola nafas Jumat, Observasi :1.Memonitor pola nafas, Hasil: klien tampak masih Evaluasi : S:- O: Nafas masih
tidak efektif 01-04-22 sesak.2.Memonitor bunyi nafas ,Hasil: terdengar bunyi wheezing. cepat, HR: 120x/m, RR: 58x/m
b.d nafas Terapeutik:3.Memposisiskan semi fowler, Hasil: Pasien tampak SB: 36,4℃, SpO2: 98%.
periodik nyaman. 4.Memberikan bantuan oksigen, Hasil : Terpasang (Buble A:Masalah belum teratasi. P:
Cpap 6lpm). Lanjut intervensi 1,2,3,4

2. Defisit nutrisi Jumat, Observasi: 2.Memonitor asupan makanan, Hasil : Sufor diberkan tiap Evaluasi : S:- O: Reflex
b.d intake 01-04-22 3 jam sekali, 3.Memonitor berat badan Hasil : BB : 3,050 gram, menghisap masih lemah A: masalh
nutrisi in 4.Memberikan asupan asupan makanan lewat ngt, Hasil: diberikan belum teratasi P: Intervensi 1
adekuat sufor lewat ugt sbnyak 5cc dihentikan,lanjut intervensi 2,3,4

3. Intoleransi Jumat, Observasi : 2.memonitor kelelahan fisik dan emosional, Hasil:klien Evaluasi: S:- O:tampak
aktivitas b.d 01-04-22 tampak masih lemah,kemampuan menghisap juga tampak masih masihlemah dalam melakukan
kelemahan lemah, 3.memonitor pola tidur,Hasil: klien tampak masih gelisah, aktivitas fisik A:masalh belum
fisik Terapeutik : 4.menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah teratasi P: Lanjut intervensi 2,3,4
stimulus (mis.cahaya,suara,kunjungan) Hasil : klen tampak nyaman.
1. Pola nafas Sabtu,02 Observasi :1.Memonitor pola nafas, Hasil: mulai Evaluasi : S:- O: Nafas perlahan
tidak efektif -04-22 mulai membaik, HR: 120x/m, RR:
membaik.2.Memonitor bunyi nafas ,Hasil: masih sedikit terdengar
b.d nafas 50x/m SB: 36,4℃, SpO2: 99%.
periodik bunyi wheezing. Terapeutik:3.Memposisiskan semi fowler, Hasil: A:Masalah teratasi sebagian . P:
Lanjut intervensi 1,2,3,4
Pasien tampak nyaman. 4.Memberikan bantuan oksigen, Hasil :
Terpasang (Buble Cpap 10lpm).
2. Defisit nutrisi Sabtu,02 Diagnosa 2 : Defisit nutrisi b.d intake in adekuat, Tanggal 02 April Evaluasi : S:- O: Reflex
b.d intake -04-22 menghisap masih lemah A:
2022 pukul 10.00-selesai.Observasi: 2.Memonitor asupan makanan,
nutrisi in masalah belum tertasi P: Intervensi
adekuat Hasil : Sufor diberkan tiap 3 jam sekali, 3.Memonitor berat badan 1 dihentikan,lanjut intervensi 2,3,4
Hasil : BB : 3,050 gram, 4.Memberikan asupan asupan makanan
lewat ngt, Hasil: diberikan sufor lewat ugt sbnyak 5cc.
3. Intoleransi Sabtu,02 Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik, Tanggal 02 Evaluasi: S:- O:tamapak masih
aktivitas b.d -04-22 lemah dalam melakukan aktivitas
April 2022 12:00-selesai.Observasi : 2.memonitor kelelahan fisik dan
kelemahan fisik A: masalah belum teratasi P:
fisik emosional, Hasil:klien tampak masih masih lemah,kemampuan Lanjut intervensi 2,3,4
menghisap masih lemah, 3.memonitor pola tidur,Hasil: klien tampak
masih gelisah, Terapeutik : 4.menyediakan lingkungan yang nyaman
dan rendah stimulus (mis.cahaya,suara,kunjungan) Hasil : klen
tampak nyaman.

1. Pola nafas Minggu, Observasi :1.Memonitor pola nafas, Hasil: nafas klien tampak Evaluasi : S:- O: Nafas lsudah
tidak efektif 03-04-22 membaik. 4.Memberikan bantuan oksigen, Hasil : Terpasang (Nasal mulai membaik, HR: 118x/m, RR:
b.d nafas kanul 3lpm). 51x/m SB: 36℃, SpO2: 99%.
periodik A:Masalah teratasi sebagian. P:
Lanjut intervensi 1&4

2. Defisit nutrisi Minggu, Observasi: 2.Memonitor asupan makanan, Hasil : Sufor diberkan tiap Evaluasi : S:- O: sudah mulai
b.d intake 03-04-22 3 jam sekali, 3.Memonitor berat badan Hasil : BB : 3,060 gram, kembali normal A: msalah tertasi
nutrisi in 4.Memberikan asupan asupan makanan lewat ngt, Hasil: diberikan sebagian P: Intervensi 1
adekuat sufor lewat ugt sbnyak 15cc. dihentikan,lanjut intervensi 2,3,4

3. Intoleransi Minggu, Observasi : 2.memonitor kelelahan fisik dan emosional, Hasil:klien Evaluasi: S:- O:klien tamapak
aktivitas b.d 03-04-22 sudah mulai bisa melakukan
tampak mulai bertenaga,kemampuan menghisap mulai membaik,
kelemahan aktivitas fisik secara normal A:
fisik 3.memonitor pola tidur,Hasil: klien tampak sudah tidak gelisah , masalah teratasi sebagian P:
Intervensi 1&3 dihentikan,lanjut
Terapeutik : 4.menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
intervensi 2&4
stimulus (mis.cahaya,suara,kunjungan) Hasil : klien tampak nyaman.

1. Pola nafas Senin,04 Observasi :1.Memonitor pola nafas, Hasil: nafas klien tampak baik. Evaluasi : S:- O: Nafas sudah
tidak efektif -04-22 kembali normal, HR: 118x/m, RR:
4.Memberikan bantuan oksigen, Hasil : Sudah tidak terpasang Buble
b.d nafas 51x/m SB: 36℃, SpO2: 99%.
periodik Cpap/Nasal kanul . A:Masalah teratasi. P: Intervensi
dihentikan.

2. Defisit nutrisi Senin,04 Observasi: 2.Memonitor asupan makanan, Hasil : Sufor diberkan tiap Evaluasi : S:- O: Reflex menelan
b.d intake -04-22 sudah baik A: Masalah teratasi P:
3 jam sekali, 3.Memonitor berat badan Hasil : BB : 3,060 gram,
nutrisi in Intervensi di hentikan.
adekuat 4.Memberikan asupan asupan makanan lewat ngt, Hasil: diberikan
sufor lewat oral sbnyak 20cc. Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas b.d
Kelemahan fisik, Tanggal 04 April 2022 16:00-selesai.
3. Intoleransi Senin,04 Observasi : 2.memonitor kelelahan fisik dan emosional, Hasil:klien Evaluasi : S:- O: klien tampak
aktivitas b.d -04-22 sudah bisa melakukan aktivitas
tampak bertenaga,kemampuan menghisap sudah baik. Terapeutik :
kelemahan 4.menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus fisik secara normal A: Masalah
fisik teratasi P: Intervensi di hentikan.
(mis.cahaya,suara,kunjungan) Hasil : klien tampak nyaman.
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Nama : By.Ny. M. D No: 6124

Tanggal Lahir : 27-03-2022 /Thn P/L

No.RM : 165880

dr.Pengirim : dr. Randy

Klinik/Ruangan : Neonati

HEMATOLOGI NILAI NORMAL

Hemoglobin : 17,5 gr % L:13,5-17,5/P:11,5-16,5

Eritrosit : 4,6 juta/mm³ L:4,4-6,5/P:3,8-5,0

Leukosit : 12.400 /mm³ 4.000 – 10.000

Laju Endap Darah : /Jam P:15/1 Jam / L: 20/1 Jam 1

Diff.Count : Segmen : 80% 40 - 75 %

Limphocyt : 15% 20 – 45 %

Monocyt : 5% 2–8%

Nilai-Nilai MC : MCV : 105 fl 80 – 100 fL

MCHC : 35 g/dl 32 – 34 g/dL

MCH : 37 pg 28 – 34 pg

Thrombocyt : 99.000 /mm³ 150.000 – 450.000

PCV : 49 % L: 45-52%/P: 40-48%


LAMPIRAN

DAFTARA OBATA YANG DIBERIKAN PADA PASIEN

Nama Obat : Amoxan

Klasifikasi Obat : Antibiotik & anti jamur

Dosis Obat : Penggunaan obat ini harus sesuai dengan resep atau
petunjuk dari dokter. Dewasa dana anak-anak 20mg/kgBB dalam 2 dosis
terbagi tiap 8 jam. Infeksi berat Dosis ganda. GO akut 2-3 g dosis tunggal.

Dosis yang diberikan pada pasien : 2 x 160 mg

Cara pemberian Obat : via injeksi

Mekanisme kerja / fungsi obat : Menghambat langkah transpeptidasi


akhir sintesis peptidoglikan didinding sel bakteri dengan meningkat 1 atau
lebih protein pengiat penisislin (PBP) sehingga menghambat biosintesis
dinding sel dan akhirnya menyebabkan lisis bakteri. Obat ini digunakan
untuk infeksi yang disebabkan oleh strain-strain bakteri yang peka spt
Staphylococcus.

Kontraindikasi : Hipersensitivitas atau riwayat reaksi alergi berat


(misalnya anafilaksis, sindrom Steven-Jhonsosn) terhadap amoksisilin atau -
laktam lainya (mislnya penisislin,sefalosporin, karbepenem, monobaktam).
Mononukleosis menular (dicurigai atau dikonfirmasi).

Efek samping : Pemakaian obat umumnya memeiliki efek samping


tertentu dan sesuai dengan masing-masing individu. Jika terjadi efek
samping yang berlebihan dan berbahaya, harap konsultasikan kepada tenaga
medis. Efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat adalah:
Kejang (dosis tinggi), kristaluria (dosis parenteral tinggi). Gangguan sistem
darah dan limfatik: Jarang, trombositopenia, leukopenia. Gangguan
gastriontestinal: mual, diare, muntah, prubahan warana gigi (coklat, kuning,
abu-abu) teeutama pada anak-anak.
Nama Obat : Otsu – D10%

Klasifikasi Obat : Dextrose Anhydrous

Dosis Obat : Penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk


dari dokter, Disesuaikan dengan kondisi atau keadaan pasien.

Dosis yang diberikan pada pasien : 8cc / Jam

Cara pemberian Obat : Intravena (i.v)

Mekanisme kerja / fungsi obat : Digunaan dalam perawatan, kontrol,


pencegahan, perbaikan penyakit dan sebagai cairan atau nutisis pengganti
dalam tubuh.

Kontraindikasi :

Efek samping : Rasa panas, flebitis (radang pada pembuluh darah vena),
infeksi pada daerah penyuntikan.

Anda mungkin juga menyukai