Anda di halaman 1dari 108

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.

E
DENGAN HIPERTENSI YANG DIBERIKAN EVIDENCE BASED
PRACTICE RENDAM KAKI AIR HANGAT UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TARUSAN

KARYA ILMIAH NERS

NASRI, S. Kep
NIM. 22131355

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2023
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.E
DENGAN HIPERTENSI YANG DIBERIKAN EVIDENCE BASED
PRACTICE RENDAM KAKI AIR HANGAT UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TARUSAN

KARYA ILMIAH NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners ( Ns)

NASRI, S. Kep
NIM. 22131355

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2023
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Nasri, S. Kep.
Nim : 22131355
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah Ners yang berjudul “Analisis Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Ny.E Dengan Hipertensi Yang Diberikan Evidence
Based Practice Rendam Kaki Air Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan “
Merupakan :
1. Hasil karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri.
2. Penggunaan sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk adalah yang
sesungguhnya bukan hasil rekayasa dan telah saya nyatakan dengan benar.
3. Karya Ilmiah Ners ini belum pernah disampaikan pada kesempatan apapun,
oleh karena itu pertanggung jawaban laporan ini sepenuhnya berada pada diri
saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya.

Padang, Juli 2023

( Nasri, S. Kep )
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama Lengkap : Nasri, S.Kep.


Nim : 22131355
Judul :Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E
Dengan Hipertensi Yang Diberikan Evidence Based
Practice Rendam Kaki Air Hangat Untuk Menurunkan
Tekanan Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan.

Pembimbing

(Ns. Yusriana,M.Kep.Sp.Kep.Kom)
NIDN. 1010048506

Ketua Program Studi

( Ns. Ria Desnita,M.Kep.Sp.Kep.MB )


NIDN. 1018128802
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Ners ini diajukan oleh :


Nama Lengkap : Nasri, S.Kep
Nim : 22131355
Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E
Dengan Hipertensi Yang Diberikan Evidence Based
Practice Rendam Kaki Air Hangat Untuk Menurunkan
Tekanan Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh gelar Ners pada Program
Studi Profesi Ners STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

Dewan Penguji

Pembimbing : Ns. Yusriana,M.Kep.Sp.Kep.Kom ( ………………………….)

Penguji I : Ns. Dedi Adha, M.Kep (………………………………)

Penguji II : Meria Kontesa, S.Kp, M.Kep (………….. ….............………)

Di tetapkan di : Padang
Tanggal : Juli 2023
KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan


petunjuk dan rahmat -Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Ners yang berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E
Dengan Hipertensi Yang Diberikan Evidence Based Practice Rendam Kaki
Air Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarusan”.
Dalam penulisan Karya Ilmiah Ners ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dengan mencurahkan segenap kemampuan, waktu dan tenaga untuk
menyelesaikannya. Namun demikian penulis menyadari karya ilmiah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulisan mengharapkan kritikan dan saran
yang besifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah Ners ini dapat
tersusun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Ns. Yusriana, M.Kep.Sp.Kep.Kom selaku dosen pembimbing
penulisan Karya Ilmiah Ners Profesi Ners STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang yang telah mengarahkan, memberikan
saran dan bimbingan serta meluangkan waktu untuk memberikan
petunjuk dan tuntutan dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Ners ini.
2. Ibu Ns. Ria Desnita, M.Kep.Sp.MB selaku Ketua Program Studi SI
Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
3. Ibu Ises Reni, S.Kep.M.Kep selaku Ketua STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.
4. Bapak Jasmarizal, S.Kp.MARS selaku Ketua Pengurus Yayasan
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
5. Kepala beserta staf Puskesmas Tarusan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan dan menerapkan
asuhan keperawatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan.

i
6. Staf dosen keperawatan STIkes MERCUBAKTIJAYA Padang yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan sebagai bekal bagi penulis.
7. Teristimewa buat kedua orang tua serta keluarga tercinta yang selalu
memberikan doa dan dukungan
8. Rekan – rekan mahasiswa Prodi Profesi Keperawatan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang yang telah menjadi keluarga dan selalu
ada memberikan semangat pada penulis untuk menyelesaikan Karya
Ilmiah Ners ini.
9. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Karya Ilmiah Ners ini yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.

Akhirnya penulis berharap agar karya ilmiah ini bermanfaat untuk kita
semua untuk perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan keperawatan
umumnya dan secara khusus diharapkan untuk memberikan masukan berharga
bagi ilmu keperawatan keluarga.

Padang, Juli 2023

Penulis

ii
Nama : NASRI, S.Kep
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E
Dengan Hipertensi Yang Dierikan Evidence Based Practice Rendam Kaki Air
Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tarusan “

ABSTRAK

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan arteri sistemik yang


menetap diatas batas normal dengan nilai sistolik 140 mmHg dan diastolic 90
mmHg dan salah satu penyebab terjadinya penyakit jantung, stroke dan gagal
ginjal . yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah dalam dinding
pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih
keras untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah hal ini
juga dapat mengganggu aliran darah, merusak pembuluh darah serta dapat
menyebabkan penyakit degeneratif hingga kematian.
Salah satu pengobatan non farmakologi dengan pemberian terapi rendam
kaki dengan air hangat, dimana secara ilmiah air hangat berdampak fisiologis bagi
tubuh terutama pada pembuluh darah, dimana hangatnya air membuat sirkulsi
darah menjadi lancar dan juga menimbulkan perasaan rileks yang bisa
mestabilkan kerja jantung sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Tujuan dari
laporan Karya Ilmiah Ners ini, adalah memberikan gambaran analisis
keperawatan yang komprehensif terhadap keluarga dengan hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Tarusan.
Pengumpulan data laporan karya ilmiah akhir ini menggunakan metode
studi kasus dengan wawancara dan observasi sedangkan asuhan keperawatan
diberikan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Hasil akhir pemberian
analisis keperawatan terlihat peningkatan pengetahuan keluarga tentang hipertensi
dan terjadi penurunan tekanan darah dibuktikan dengan hasil pengukuran tekanan
darah sebelum dan sesudah intervensi dilakukan.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan keluarga dan perawat
puskesmas mampu berperan aktif dalam merawat keluarga dan dapat
meningkatkan kemampuan perawatan secara mandiri dan mengaplikasikan
perawatan komplementer.

Kata kunci : Hipertensi, Terapi rendam kaki air hangat

iii
Nama : NASRI, S.Kep
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Analysis of Gerontic Nursing Care For Mrs.E With
Hypertension Given Evidence Based Practice Soaking Feet in Warm Water to
Lower Blood Pressure in the Work Area of the Tarusan Health Center.

ABSTRACT

Hypertension is a condition in which systemic arterial pressure remains


above normal limits with a systolic value of 140 mmHg and a diastolic of 90
mmHg and one of the causes of heart disease, stroke and kidney failure. which is
characterized by increased blood pressure in the walls of the arteries. This
situation causes the heart to work harder to circulate blood throughout the body
through blood vessels. This can also interfere with blood flow, damage blood
vessels and can cause degenerative diseases to death..
One of the non-pharmacological treatments is by giving warm water foot
soak therapy, scientifically warm water has a physiological effect on the body,
especially on the blood vessels, where warm water makes blood circulation
smooth and also creates a feeling of relaxation which can stabilize the work of the
heart so that it can reduce blood pressure. blood. The purpose of this Ners
Scientific Work report is to provide an overview of a comprehensive nursing
analysis of families with hypertension in the Working Area of the Tarusan Health
Center..
The data collection of this final scientific report uses a case study
method with interviews and observations while nursing care is provided using a
nursing process approach. The final result of providing nursing analysis showed
an increase in family knowledge about hypertension and a decrease in blood
pressure as evidenced by the results of blood pressure measurements before and
after the intervention was carried out.
After being given nursing care, it is hoped that the family and puskesmas
nurses will be able to play an active role in caring for the family and can improve
their ability to care independently and apply complementary care.

Keywords: Hypertension, warm water foot soak therapy

DAFTAR ISI

iv
COVER LUAR
COVER DALAM
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PERSETUJUAN
PERSETUJUAN PENGUJI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Perumusan Masalah..............................................................................8
C. Tujuan Penulisan...................................................................................8
D. Manfaat Penulisan................................................................................9

BAB II TINJAUAN LITERATUR


A. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian lansia.............................................................................11
2. Batasan-batasan lanjut usia.............................................................11
3. Ciri-ciri lansia.................................................................................12
4. Tugas perkembangan lansia............................................................12
5. Perubahan pada lansia.....................................................................13
6. Masalah Kesehatan pada lansia......................................................15
7. Tugas perkembangan lansia............................................................15
B. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi......................................................................16
2. Gejala Hipertensi............................................................................16
3. Etiologi Hipertensi..........................................................................17
4. Patofisiologi Hipertensi..................................................................17
5. Faktor resiko hipertensi..................................................................18

v
6. Jenis Hipertensi...............................................................................21
7. Komplikasi Hipertensi....................................................................21
8. Penatalaksanaan Hipertensi............................................................22
C. Konsep Dasar Rendam Kaki Air Hangat
1. Defenisi Pengertian Tindakan terapi rendam kaki air hangat........23
2. Prosedur Tindakan terapi rendam kaki air hangat.........................24
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
A. Ringkasan Kasus Kelolaan.............................................................26
B. Pengkajian dan Analisa Data..........................................................27
C. Analisa Data....................................................................................41
D. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas................................43
E. IntervensiKeperawatan ..........................................................................44
F. Implementasi Dan Evaluasi....................................................................47
BAB IV PEMBAHASAN
A. Profil Lahan Praktek..............................................................................61
B. Analisa ProsesKeperawatan ...........................................................61
C. Diagnosa Keperawatan ...................................................................63
D. Intervensi Keperawatan.....................................................................64
E. Analisis Intervensi Dengan Konsep Peneliti Terkait Aplikasi
Evidence Based
.......................................................................................................
65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan......................................................................................70
B. Saran................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : WOC

Lampiran 2 : Gancart

Lampiran 3 : Jurnal

Lampiran 4 : EBN

Lampiran 5 : SOP

Lampiran 6 : lembar balik dan leaflet

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua (lanjut usia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungannya, ditandai dengan kegagalan
seseorang individu untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi
stres fisiologis dan juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
kehidupan serta peningkatan kepekaan secara individual (Muhit, 2016).
Penduduk lansia di dunia mengalami peningkatan dari 8 % pada tahun
1950 menjadi 18 % pada tahun 2018 dan diperkirakan akan terus meningkat
dengan cepat hingga mencapai 27 % pada tahun 2040. Populasi lansia pada
tahun 2018 di dunia sebanyak 1054 juta jiwa atau sekitar 12 % dari total
populasi. (WHO, 2018). Sedangkan, jumlah lansia yang berumur 60-74 tahun
di Indonesia berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2018 diperkirakan
mencapai 20,24 juta jiwa atau setara dengan 8,03 % dari keseluruhan jumlah
penduduk. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah lansia perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah lansia laki – laki, yaitu 10,77 juta lansia
perempuan dan 9,47 juta lansia laki – laki (Kemenkes,2018).
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2018) selama
dalam kurun waktu hampir 50 tahun dari 1971 sampai 2018 persentase lansia
di Sumatera Barat meningkat dua kali lipat. Persentase lansia mencapai
9,27% atau sekitar 24,49 juta orang, adapun persentase lansia di Sumatera
Barat di dominasi oleh lansia muda yaitu kelompok umur 45 sampai 59 tahun
yang persentasenya mencapai 63,39 %, sisanya adalah lansia madya (lansia
usia pertengahan) yaitu kelompok umur dari 60 – 69 tahun sebesar 27,92 %
dan lansia tua yaitu kelompok umur 70 tahun keatas sebanyak 8,69 % dari
jumlah populasi tersebut. Di Kabupaten Pesisir selatan tahun 2020 jumlah
lansia yaitu 56.593 orang dan di wilayah kerja puskesmas Tarusan pada
tahun 2020 berjumlah 3.037 orang (Disdukcapil, 2020).

viii
Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit
degeneratif. Salah satu penyakit yang sering dialami lansia adalah hipertensi
(Utama, 2009). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
(Saputra, 2014). Hipertensi atau dikenal sebagai tekanan darah tinggi menjadi
masalah kesehatan yang mendunia (Mills et al, 2016). Hipertensi salah satu
terjadinya penyakit kardiovakuler pada lanjut usia. Pada usia lanjut tekanan
darah cendrung tinggi sehingga lansia lebih beresiko mengalami
hipertensi. Hipertensi salah satu penyakit degenerative yang perlu diwaspadai
bagi kesehatan, tetapi tidak secara langsung membunuh penderitanya.
Apabila tidak ditangani dengan baik, dapat memicu penyakit tergolong berat
seperti stroke, infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal, dan
gangguan penglihatan (Arifin & Weta, 2016).
World Health Organization (WHO) (2019) melaporkan angka
kejadian hipertensi pada lansia di Afrika memiliki prevalensi hipertensi
tertinggi sebesar 27 % dan Asia Tenggara berada diposisi ketiga dengan
prevalensi sebesar 25% terhadap total penduduk. Sebanyak 1,13 milliar kasus
dimana satu dari lima perempuan terkena hipertensi dan satu dari empat laki-
laki terkena hipertensi, diperkirakan meningkat pada tahun 2025 sebanyak
1,5 miliar kasus. Di Indonesia, hipertensi memiliki pravalensi 45,9% pada
kelompok usia 55-64 tahun, meningkat menjadi 57,6% pada kelompok usia
65-74 tahun dan meningkat menjadi 63,8% pada usia lebih dari 75 tahun.
Data Riskesdas tahun (2018) menunjukkan prevalensi hipertensi yakni 34,1%
mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 25,8% (Kementerian
Kesehatan RI, 2018).
Berdasarkan data dari profil kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun
2020 penyakit hipertensi pada lansia sudah mencapai jumlah 73.639 (Profil
Dinkes Provinsi Sumatera Barat,2020). Data prevelensi hipertensi dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Pesisir selatan tahun 2020. Puskesmas Tarusan
didapatkan bahwa penderita hipertensi lansia berjumlah 2974 jiwa. Sementara
untuk daerah Nagari Nanggalo, didapatkan data bahwa penyakit hipertensi

ix
merupakan penyakit terbanyak yang diderita lansia, diikuti oleh asam urat
dan rematik.
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah secara
abnormal, baik tekanan darah sistol maupun tekana darah diastole. Hipertensi
atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan kronis yang
ditandai dengan meningkatnya tekanan darah dalam dinding pembuluh darah
arteri. Keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk
mengedarkan darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah hal ini juga
dapat menggu aliran darah, merusak pembuluh darah serta dapat
menyebabkan penyakit degeneratif hingga kematian (Sari, 2017). Hipertensi
terjadi Ketika tekanan darah sistolik mengalami kenaikan melebihi 140
mmHg atau diastolic melebihi 90 mmHg, setelah melalui dua kali
pengukuran atau lebih (Hinkle & Cheever, 2018). Hipertensi merupakan
masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada
penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk
beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai silent
killer (Kemenkes, 2018).
Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit
kepala, leher terasa kaku, kelelahan, pandangan kabur, bahkan sebagian besar
Hipertensi ini tidak memiliki gejala (Nurmayni, 2021). Hipertensi terjadi
karena dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko. Faktor-faktor risiko yang
menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol,
genetik, stres, asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal
dan diabetes melitus (Sinubu R.B., 2015). Menurut Cahyahati, Kartini &
Ragfiludin (2018), hipertensi pada lansia yang tidak ditangani secara segera
dapat menyebabkan komplikasi.
Menurut (Dzau and Balatbat, 2019) komplikasi hipertensi yaitu stroke
trombolitik dan hemoragik, retinopati, Infark miokard akut, gagal jantung,
proteinuria, gagal ginjal, penyakit pembuluh darah aterosklerotik termasuk
stenosis dan aneurisma. Sehingga perlu adanya upaya penatalaksanaan
penyakit hipertensi. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan hipertensi adalah

x
umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan garam,
merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes melitus (Sinubu
R.B., 2015).
Melihat dampak dan komplikasi yang ditimbulkan hipertensi,
pemerintah telah melakukan upaya dalam pencegahan dan pengendalian
hipertensi diantaranya adalah meningkatkan promosi kesehatan melalui
Komunikasi Infromasi Edukasi (KIE) dalam pengendalian hipertensi seperti
perilaku CERDIK dan PATUH, meningkatkan pencegahan dan pengendalian
hipertensi berbasis masyarakat dengan self awareness melalui pengukuran
tekanan darah selain itu pemerintah juga telah melakukan upaya seperti
meningkatkan akses ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP),
optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu pelayanan, salah satu
upaya pencegahan komplikasi hipertensi khususnya penyakit jantung dan
pembuluh darah di FKTP melalui Pelayanan Terpadu (PANDU PTM 5).
Pemberdayaan masyarakat dalam deteksi dini dan monitoring faktor risiko
dini dan monitoring peningkatan faktor resiko hipertensi melalui Posbindu
PTM dan Posbindu Lansia (Kemenkes, 2019).
Peran perawat komunitas dalam menghadapi masalah hipertensi
lansia diwilayah kerja Puskesmas Tarusan untuk menghadapi dampak atau
akibat lebih lanjut yaitu dengan melakukan skrining pasien yang sehat
maupun yang beresiko dan di input ke dalam aplikasi ASIK, salah satu nya
untuk mengetahui lansia yang sudah pernah memeriksa kesehatan atau tidak.
Menurut (WHO, 2012), dari 50% penederita Hipertensi yang
diketahui, 25% mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang diobati dengan
baik. Pengobatan penderita Hipertensi belum efektif karena sering terjadi
kekambuhan serta menimbulkan efek samping berbahaya dalam jangka waktu
yang panjang (Dicky, 2011). Pemakaian obat antihipertensi dalam jangka
panjang dapat mengakibatkan ketergantungan akan obat, penurunan
metabolisme pada lansia, penurunan fungsi ginjal, penurunan kemampuan
jantung dan pembuluh darah, menyebabkan kerusakan fungsi kognitif yang
tidak baik bagi kesehatan lansia (Lutfiyati et al., 2017). Hal ini yang

xi
mendorong para ilmuwan untuk mengembangkan terapi non farmakologis.
Menurut Dalimartha (2018) terapi non farmakologis dapat digunakan
sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan farmakologis (obat
anti Hipertensi) yang lebih baik. Menurut Malinda (2022) pasien hipertensi
sangat di anjurkan untuk melakukan terapi non- farmakologis bertujuan agar
tekanan darah menurun dan faktor-faktor resiko serta penyakit lainnya dapat
dikendalikan. Penelitian dari Ainurrafiq dkk (2019) mengatasi hipertensi
dapat dilakukan berbagai upaya yaitu pemberian terapi non farmakologis
berupa: modifikasi gaya hidup, mengurangi berat badan, pembatasan asupan
natrium, modifikasi diet rendah lemak, pembatasan alkohol, pembatasan
kafein, menghentikan kebiasaan merokok dan kendalikan stres.
Penelitian yang dilakukan oleh Seke dkk (2016) menyebutkan ada
hubungan antara kejadian stres dengan hipertensi pada lansia. Menurut
Jadhav et al., (2014) dari 213 kasus hipertensi yang diteliti (5,92 %) ketika
stres meningkat maka resiko hipertensi meningkat. Hubungan yang signifikan
secara statistik ditemukan antara stres mental dan hipertensi terutama pada
laki-laki. Stres mental jelas merupakan salah satu faktor resiko hipertensi.
sehingga diperlukan tindakan dan latihan penghilang stres seperti tehnik
relaksasi.
Tekhnik relaksasi merupakan salah satu teknik pengolahan diri yang
didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Relaksasi
ini mampu menghambat stres atau ketegangan jiwa yang dialami seseorang
sehingga tekanan darah tidak meninggi atau menurun, sehingga relaksasi
akan membuat kondisi seseorang dalam keadaan rileks atau tenang, dalam
mekanisme autoregulasi, relaksasi dapat menurunkan tekanan darah dengan
cara penurunan denyut jantung dan Total Peripheral Resistance (Corwin,
2009).
Penatalaksanaan nonfarmakologi dengan terapi rendam kaki air
hangat salah satu terapi tradisional sabagai solusi yang efisien, murah, mudah
diterapkan dan diingat baik dilakukan secara mandiri, dengan bantuan
keluarga ataupu perawat (Nurmaulina & Hadiyanti, 2021). terapi rendam kaki

xii
air hangat sangat efektif dalam menurunkan tekanan darah (Ilkafah, 2016).
Terapi rendam kaki air hangat merupakan jenis terapi non farmakologi agar
tekanan darah mengalami penurunan dan terbilang mudah untuk dilakukan
dibandingkan terapi lainnya (Malinda, 2022).
Terapi rendam kaki air hangat menggunakan penerapan panas ke
tubuh sebagai intervensi untuk meningkatkan aliran darah, merevitalisasi
tubuh, dan meningkatkan relaksasi. Air panas mengaktifkan saraf
baroreseptor, yang mendorong impuls ke pusat vasomotor dan menyebabkan
dilatasi pembuluh darah dan arteriol, menghasilkan efek relaksasi terapi
rendam kaki. Vasodilatasi yang terjadi di arteriol menurunkan resistensi
perifer, yang menurunkan aliran balik vena dan menurunkan curah jantung.
Selain itu, terapi rendam kaki merangsang produksi bahan kimia endorfin dari
kelenjar hipofisis, yang mengaktifkan sistem saraf parasimpatis dan
menurunkan aktivitas daripada saraf simpatik. Hal ini menyebabkan
vasodilatasi menyeluruh, yang menurunkan tekanan darah dan menurunkan
resistensi perifer. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada lansia
hipertensi yang telah menjalani terapi rendam kaki terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai BP pretest dan posttest (P = 0,001) (Ignasimuthu &
Parimala, 2022)
Merendam kaki air hangat dapat memperlancar efek relaksasi bagi
tubuh dan dapat menurunkan peredaran darah. Racun dalam tubuh dapat
terserat oleh air hangat pada suhu 380 –
400 C sehingga dapat meringankan
sakit dan tegang pada otot dan membuat aliran peredaran darah lancar
(Darmayanti & Windyastuti, 2022; Dinkes, 2014). Terapi rendam kaki
menggunakan air juga bermanfaat menghilangkan rasa lelah dan mengatasi
nyeri (Ulinnuha et al., 2018) .Terapi rendam kaki menggunakan air hangat
termasuk ke dalam jenis hidroterapi yang berperan penting dalam efektivitas
proses sirkulasi darah, mengatasi pembengkakan, merileksasikan otot,
mengurangi rasa nyeri dan sakit pada otot, meningkatkan permeabilitas
kapiler melalui adanya transfer rasa hangat dari air menuju tubuh. Sejalan
dengan Ambarsari et al (2020) Kalor yang dihasilkan dari proses rendam kaki

xiii
air hangat membuat pembuluh darah menjadi lebar, saraf yang berada di kaki
terangsang sehingga sistem saraf parasimpatis dapat diaktifkan dan tekanan
darah mengalami penurunan.
Menurut Zarastika (2017) bahwa terapi rendam kaki dengan air
hangat sangat baik dilakukan agar tekanan darah dapat mengalami
penurunan. Pada penelitian Darmayanti & Windyastuti (2022) terjadi
perubahan signifikan pada tekanan darah dari 150/ 100 mmHg menjadi
140/90 mmHg setelah dilakukan 4 kali kunjungan dengan tindakan terapi
rendam kaki air hangat. Perubahan tekanan darah sistolik dipengaruhi oleh
psikologis sehingga dengan relaksasi atau terapi akan mendapatkan
ketenangan yangakan menurunkan tekanan darah sistolik (Dusek & Benson,
2009).
Tak hanya dapat menjadi antiseptik, merendam kaki dengan air hangat
juga dapat membantu menurunkan tekanan darah. Merendam kaki dalam air
hangat dibarengi dengan teknik relaksasi napas, akan menurunkan tekanan
darah cukup signifikan. Kelebihan terapi air hangat dari terapi lainnya yaitu
yang pertama sangat mudah untuk dilakukan dan bahan serta alat nya sangat
mudah ditemukan dapur rumah tetapi harus dilakukan secara konsisten.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astutik & Mariyam (2021)
menunjukkan bahwa adanya penurunan tekanan darah pada lansia yang
diberikan terapi rendam kaki dengan air hangat sebanyak tiga kali dan setiap
intervensi berlangsung selama 20 menit, rata-rata tekanan darah berkurang
sebesar 7,21 mmHg sistololik dan 1,1 mmHg diastolik. Proses terapi rendam
kaki air hangat terasa lebih berkhasiat karena energi panas dari air hangat
memiliki sifat mendilatasi sehingga membantu efektivitas sirkulasi darah juga
memberi rangsangan pada saraf-saraf kaki agar saraf parasimpatis dapat
diaktifkan serta mengendalikan tekanan darah (Astutik & Mariyam, 2021).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 Juni
2023 di Nagari Nanggalo, Kecamatan Koto XI Tarusan Kab Pesisir Selatan.
Pada keluarga Ny.E didapatkan masalah keperawatan pada salah satu lansia
yaitu Ny. E yang sudah menderita Hipertensi sejak ± 12 tahun yang laludan

xiv
sudah mendapatkan obat hipertensi yang diminum setiap hari. tetapi Ny. E
masih belum rutin meminum obat hipertensi dan hanya meminum jika ingat
saja. Gejala yang biasanya dirasakan oleh Ny. E yaitu nyeri dibagian kepala
dan sering merasakan pusing dan terkadang pandangan kabur, serta kuduk
terasa berat. Ny. E mengatakan sejak dulu tidakk pernah menjaga pola makan
dan menyukai makanan yang berlemak dan bersantan yang merupakan
pantangannya. Saat pengkajian didapatkan hasil pengukuran tekanan darah
yaitu 160/90 mmHg.
Ny. E mengetahui penyebab hipertensi yang dideritanya, namun Ny. E
masih kesulitan dalam perawatan dan pengobatan mengenai hipertensi serta
mematuhi pengobatan dan mengikuti pola hidup yang dianjurkan untuk
penderita Hipertensi dan belum menerapkan perawatan penyakit hipertensi
serta membutuhkan perawatan yang komprehensif, Maka mahasiswa merasa
perlu melakukan pembinaan pada salah satu lansia yang menderita penyakit
hipertensi tersebut dalam bentuk upaya promotif dan preventif. Pembinaan
lansia tersebut penulis dokumentasikan dalam sebuah Karya Ilmiah Ners yang
berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E Dengan
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Dan Evidence Based
Practice Rendam Kaki Air Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
karya tulis ilmiah akhir adalah: “Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Ny.E Dengan Hipertensi Yang Diberikan Evidence Based Practice Rendam
Kaki Air Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarusan ”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E Dengan
Hipertensi Yang Diberikan Evidence Based Practice Rendam Kaki Air
Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tarusan”

xv
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian dengan masalah hipertensi melalui
penerapan terapi rendam kaki air hangat
b. Menjelaskan diagnosa keperawatan dengan masalah hipertensi
melalui penerapan terapi rendam kaki air hangat
c. Menjelaskan intervensi keperawatan dengan masalah hipertensi
melalui penerapan terapi rendam kaki air hangat
d. Menjelaskan implementasi keperawatan dengan masalah
hipertensi penerapan terapi rendam kaki air hangat
e. Menjelaskan evaluasi keperawatan dengan masalah hipertensi
melalui penerapan terapi rendam kaki air hangat
f. Menjelaskan analisa kasus dengan masalah hipertensi melalui
penerapan terapi rendam kaki air hangat
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan keperawatan
a. Pengembangan kemampuan mahasiswa dalam memberikan
perawatan yang komprehensif dan menambah pengalaman
mahasiswa dalam merawat lansia dengan hipertensi dengan
menerapkan terapi rendam kaki air hangat pada lansia
b. Memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang ilmu keperawatan mengenai perawatan
pada lansia dengan hipertensi yang berkaitan dengan terapi rendam
kaki air hangat yang dapat menurunkan tekanan darah pada lansia.
c. Hasil laporan ilmiah akhir ini dapat dijadikan sebagai sumber
literatur dan bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin meneliti
penerapan asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi yang
berkaitan dengan terapi rendam kaki air hangat pada lansia dengan
pengembangan variabel lain.
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan/ keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam

xvi
menyusun rencana keperawatan mandiri, khususnya perawat komunitas
dalam membuat intervensi keperawatan sebagai terapi pada lansia
dengan hipertensi yang berdasarkan.

xvii
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Konsep Dasar Lansia


1. Pengertian lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas
(Kemenkes RI, 2018).
Menurut Pudjiastuti (2015) lansia adalah bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stress lingkungan. Proses menua terjadi sepanjang kehidupan dan tidak
akan pernah berhenti, mulai dari lahir sampai menjadi lanjut usia
(Kholifah, 2016).
2. Batasan-batasan lanjut usia
Batasan Klasifikasi kelompok lanjut usia sebagai berikut :
a. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
67 tahun 2015 Pasal 1 ayat 1. Lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas (Kemenkes, 2017)
b. Menurut World Health Organization (2019) batasan umur seseorang
dikatakan lanjut usia yaitu:
1) Usia pertengahan (Midlle Age) ialah kelompok usia 45 tahun
sampai dengan 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara umur 60 tahun sampai 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (Old) antara umur 75 tahun sampai dengan 90
tahun.
4) Usia sangat tua ( Very Old) diatas 90 tahun
c. Menurut (Nies & McEwen, 2019) populasi lansia merupakan
kelompok yang heterogen, pengelompokan tersebut meliputi :

18
19

1) Lansia awal (65-74 tahun)


2) Lansia pertengahan (75-84 tahun)
3) Lansia akhir (85-99 tahun)
4) dan lansia elit (lebih dari 100 tahun
3. Ciri-ciri lansia
Ciri-ciri dari seorang lansia menurut (Kholifah, 2016)
diantaranya, yaitu:
a. Seseorang yang sudah memasuki usia tua atau sudah memasuki
usia 60 tahun secara biologis akan mengalami kemunduran baik
secara fisik atau psikologis.
b. Seseorang yang memasuki usia lanjut akan mengalami kemunduran
di bidang sosial, namun ada juga sebagian lansia yang bisa menerima
pendapat orang lain dan sikap sosial di masyarakat akan tetap positif.
c. Pada saat memasuki usia lanjut seseorang akan mengalami
perubahan peran, karena pada masa ini seseorang akan mengalami
perunan secara biologis.
d. Pada masa memasuki usia lanjut seseorang akan lebih mudah
tersinggung dan merasa bersalah
4. Tugas perkembangan lansia
Seiring proses kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan
khusus menurut Potter dan Perry (2010), terdapat tujuh kategori utama
tugas perkembangan lansia meliputi:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring
terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi.
Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah
normal.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh
karena itu mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat
perubahan karena hilangnya peran bekerja.
20

c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan Mayoritas lansia


dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang anaknya.
Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang
menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya
dan sangat berarti bagi dirinya.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia Beberapa lansia
menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri Selama penuaan.
Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping
dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk
tidak memanggil mereka "nenek" atau menolak meminta bantun
dalam tugas yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang
besar
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup Lansia dapat
mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat
mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang
diri
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa Lansia
sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan
anakanaknya yang telah dewasa
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup Lansia
harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya
aktif secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif
mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat minat baru. Akan
tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas, mungkin
menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun
5. Perubahan pada lansia
a. Perubahan fisik
Ketika seseorang menjadi lansia, maka akan terjadi sebuah
perubahan fisik pada kulit, leher, lengan, tangan yang menjadi kering
dan keriput. Selain itu otot menjadi lembek dan mengendur disekitar
21

dagu, lengan bagian atas dan daerah perut. Kondisi ini diikuti dengan
adanya permasalahan sendi terutama pada bagian lengan dan tungkai
yang membuat lansia menjadi sulit berjalan (Ratnawati, 2017)
Kondisi lansia juga menyebabkan berkurangnya tenaga,
energi yang menurun, kulit makin keriput, tulang yang mulai rapuh
dan gigi mudah lepas. Ketika seseorang memasuki usia tua maka
akan terjadi penurunan yang signifikan serta mengalami berbagai
kerusakan pada berbagai organ tubuh seperti kekakuan pada
pembuluh darah sehingga lansia rentan terserang penyakit termasuk
hipertensi (Padila, 2013)
b. Perubahan pada psikososial
Perubahan psikososial yang dialami lansia yaitu terjadinya
kehilangan pekerjaan atau pensiunan, dimana ketika seorang telah
pensiun, ia akan mengalami kehilangan finansial, kehilangan status,
kehilangan teman maupun relasi. Pada masa tua, lansia juga merasa
takut akan kematian dan diikuti dengan munculnya perubahan-
perubahan dalam cara hidup, perubahan dalam perekonomian,
meningkatnya biaya hidup dan adanya penyakit kronis dan
ketidakmampuan (Bandiyah, 2009).
Pada saat penuaan berlangsung dan pensiuan telah menjadi
kenyataan, terdapat berbagai stressor atau kehilangan yang dialami
oleh beberapa lansia dan pasangannya yang akan mengganggu
transisi peran mereka.
Stresor ini dapat berupa :
1) Ekonomi, menyesuaikan terhadap penurunan pendapatan pokok,
selanjutnya mungkin menyesuaikan terhadap ketergantungan
ekonomi (bergantung pada keluarga atau pemerintah untuk
mendapat subsidi).
2) Perumahan, sering berpindah tempat ke rumah yang lebih
sederhana, fasilitas hidup dibantu, dan kadangkala dipaksa untuk
pindah ke panti jompo.
22

3) Sosial, kehilangan (kematian) teman, saudara kandung, dan


pasangan.
4) Pekerjaan, berhenti bekerja dengan pensiun atau mengundurkan
diri dan kehilangan peran kerja serta rasa produktivitas.
5) Kesehatan, penurunan fungsi fisik, kognitif, mental, merawat
pasangan yang kurang sehat (A. Nies & McEwen, 2019)
6. Masalah Kesehatan pada lansia
Menurut Azizah (2011), dikemukakan terdapat empat penyakit
yang sangat erat hubungannya dengan proses menua yakni:
a. Gangguan sirkulasi darah. seperti hipertensi, kelainan pembuluh
darah. gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal.
b. Gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus.
klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.
c. Gangguan pada persendian. seperti osteoartitis, gout arthritis, atau
penyakit kolagen lainnya.
d. Berbagai macam neoplasma
7. Tugas perkembangan lansia
Pada usia lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan
fisik yang terjadi seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini
bervariasi pada tiap individu, namun seiring penuaan sistem tubuh,
perubahan penampilan dan fungsi tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak
dihubungkan dengan penyakit dan merupakan perubahan normal.
Adanya penyakit terkadang mengubah waktu timbulnya perubahan atau
dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.
Adapun tugas perkembangan pada lansia adalah: beradaptasi
terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap
masa pensiun dan penurunan pendapatan,beradaptasi terhadap kematian
pasangan, menerima diri sebagai individu yang menua, mempertahankan
kehidupan yang memuaskan, menetapkan kembali hubungan dengan
anak yang telah dewasa, menemukan cara mempertahankan kualitas
hidup (Potter & Perry, 20010)
23

B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara abnormal dan terus-menerus pada beberapa kali
pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal (Majid, 2017).
Hipertensi merupakan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan
diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi diartikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan darahnya sistolik diatas 140 dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada manula hipertensi sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Manurung, 2018).
Hipertensi adalah faktor penyebab timbulnya penyakit berat
seperti serangan jantung, gagal jantung dan stroke. Angka yang diawal
merupakan tekanan darah sistolik yang berhubungan dengan didalam
pembuluh darah ketika jantung berkontraksi sedangkan tekanan
diastolik yang mewakili tekanan didalam pembuluh darah ketika jantung
dalam keadaan istirahat atau relax setelah berkontraksi (Nadjib, 2015).
2. Gejala Hipertensi
Hipertensi tidak memiliki gejala spesifik. Secara fisik, seseorang
yang mengalami hipertensi juga tidak menunjukkan kelainan apa pun.
Gejala hipertensi kadangkala menyerupai gejala atau keluhan kesehatan
pada umumnya sehingga sebagian orang tidak mengetahui bahwa dirinya
terkena hipertensi. Biasanya tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan
untuk hipertensi dan sering disebut “silent killer”. Pada kasus hipertensi
berat, gejala yang dialami klien antara lain : sakit kepala, rasa berat di
tengkuk, palpitasi, kelelahan, neusea, vomiting, ansietas, keringat
berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksi, pandangan kabur atau
ganda, tinnitus (telinga berdenging) serta kesulitan tidur (Udjianti, 2010)
24

3. Etiologi Hipertensi
Menurut (Manuntung, 2018), penyebab hipertensi dibagi kedalam
dua kelompok yaitu hipertensi esensisal dan hipertensi sekunder, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Hipertensi esensia atau primer
Penyebab pasti hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Berbagai factor diduga turut berperan sebagai
penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stress
psikologis, dan herediter. Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong hipertensi primer, sedangkan 10%nya tergolong hipertensi
sekunder
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguang kelenjar tiroid, penyakit kelenjar adrenal dan lain-lain.
Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensi
esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditunjukan
ke penderita hipertensi esensial.
4. Patofisiologi Hipertensi
Menurut Price dan Wilson (2010) peningkatan tekanan darah
sistematik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari
ventrikel kiri, hal ini menyebabkan beban kerja jantung bertambah
sehingga terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan
kontraksi. Akibatnya kemampuan ventrikel untuk mempertahankan
curah jantung dengan hipertropi konvensasi menurun, akhirnya terjadi
dilatasi dan payah jantung.
Jantung akan terancam oleh semakin parahnya aterosklerosis
koroner. Bila aterosklerosis berlanjut, penyediaan oksigen miokardium
berkurang. Peningkatan kebutuhan oksigen pada miokardium terjadi
akibat hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung
25

sehingga akan menyebabkan angina atau infrak miokardium. Sekitar


separuh kematian akibat hipertensi diakibatkan oleh infark miokardium
atau gagal jantung.
Menurut Anies, (2006) dalam buku (Widyanto, 2013),
peningkatan tekanan darah melalui mekanisme :
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan darah lebih
banyak cairan setiap detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga
tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut. Karena itu, darah diperiksa untuk melalui pembuluh
darah. Penebalan dan kakunya dinding arteri terjadi karena adanya
aterosklerosis. Tekanan darah juga meningkat saat terjadi
vasokontriksi yang disebabkan rangsangan syaraf atau hormon.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan
darah. Hal ini dapat terjadi karena kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang air dan natrium dalam tubuh akibatnya
volume darah dalam tubuh meningkat yang menyebabkan tekanan
darah juga meningkat. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah
dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu
pembetukan hormone angiotensin, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron.
5. Faktor resiko hipertensi
Menurut (Sari, 2017) Hipertensi dapat dipicu oleh berbagai
faktor. Pada kejadian hipertensi, 114 faktor resiko dibagi menjadi dua
kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah:
a. Faktor resiko kejadian hipertensi yang tidak dapat diubah
1) Usia
Usia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
hipertensi yang tidak daapt diubah. Pada umumnya, semakin
bertambah pula resiko terjadinya hipertensi. Hal tersebut
disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh darah seperti
26

penyempetitan lumen, serta dinding pembuluh darah. Menurut


beberapa penelitian, terdapatkecenderungan bahwa usia pria
lebih dari 45 tahun lebih rentan mengalami peningkatan
tekanan darah, sedangkan wanita cenderung mengalami
peningkatan tekanan darah pada usia diatas 55 tahun.
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya hipertensi yang tidak dapat diubah. Dalam hal ini
pria cenderung banyak menderita hipertensi dibandingkan
dengan wanita. Hal tersebut terjadi karena adanya dugaan
bahwa pria memiliki pola hidup yang kurang sehat
dibandingkan dengan wanita. Akan tetapi prevalensi hipertensi
pada wanita megalami peningkatan setelah memasuki usia
menopouse.
3) Genetik
Keturunan atau genetik juga merupakan salah satu
faktor resiko terjadinya hipertensi yang tidak bisa diubah.
Resiko terkena hipertensi akan lenh tinggi pada orang dengan
keluarga yang memiliki riwayat hipertensi.
b. Faktor resiko kejadian hipertensi yang dapat diubah
1) Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak
berlebihan dalam tubuh. Obesitas dapat diketahui dengan
menghitung masa indeks masa tubuh, obesitas dapat memicu
terjadinya hipertensi akibat terganggunya aliran darah.
2) Merokok
Merokok juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu
terjadinya hipertensi. Merokok dapat menyebabkan denyut
jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot
jantung mengalami peningkatan.
3) Konsumsi alkohol dan kafein yang berlebihan
27

Alkohol juga diketahui menjadi salah satu faktor resiko


terjadinya hipertensi. Hal tersebut diduga akibat adanya
peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah
merah, dan kekentalan darah yang mengakibatkan penigkatan
tekanan darah. Sementara itu, kafein diketahui dapat membuat
jantung berpacu lebih cepat sehingga mengalirkan darah
lebih banyak setiap detiknya. Akan tetapi, dalm hal ini kafein
memiliki reaksi yang berbeda pada setiap orang.
4) Konsumsi garam berlebih
Sudah banyak diketahui bahwa konsumsi garam
berlebihan dapat menyebabkan hipertensi. Hal tersebut
dikarenakan garam (NaCl) mengandung natrium yang dapat
menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan sehingga dapat
menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Hal ini yang
dapat membuat peningkatan volume dan tekanan darah.
5) Stress
Stres juga dapat menjadi salah satu resiko terjadinya
hipertensi. Kejadian hipertensi lebih besar terjadi pada
individu yang memiliki kecenderungan stres emosional.
Keadaan seperti tertekan, murung, dendam, takut, dan rasa
bersalah yang dapat meransang timbulnya hormon adrenalin
dan memicu jantung berdetak lebih kencang sehingga memicu
peningkatan tekanan darah.
6) Keseimbangan hormonal
Keseimbangan hormon antara estrogen dan
progresteron dapat mempengaruhi tekanan darah. Dalm hal ini,
wanita memiliki hormon estrogen yang berfungsi mencegah
terjadinya pengentalan darah dan mejaga dinding pembuluh
darah. Jika tejadi ketidakseimbangan maka dapat memicu
gagguan pada pembuluh darah. Gangguan tersebut berdampak
pada penigkatan tekanan darah.
28

6. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :
a. Hipertensi priemr atau essensial
Sembilan puluh persen penderita hipertensi mengalami
hipertensi esssensial (primer). Penyebabnya secara pasti belum
diketahui. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi essensial, yaitu faktor genetik, stress dan psikologis, faktor
lingkungan (Majid, 2017). Peningkatan tekanan darah adalah tanda
hipertensi primer. Umumnya gejala baru terlihat setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata,otak dan jantung
(Andra et al, 2013).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya sudah diketahui, Umumnya
berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan
cairan tubuh 5-10% penderita hipertensi penyebabnya ginjal yang
tidak berfungsi 1-2 % pemakaian kontrasepsi oral dan tergantung
keseimbangan hormone yang merupakan faktor pengatur tekanan
darah (Manurung,2018). Penyebab hipertensi sekunder diantaranya
adalah berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, retensi
insulin, hipertiroidisme. Hipertensi sekunder lebih mudah
dikendalikan dengan obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan
kortikosteroid (Majid, 2017).
7. Komplikasi Hipertensi
Hiperetensi merupakan faktor resiko untuk terjadinya segala
bentuk manifestasi klinik dan aterosklerosis. Hipertensi dapat
meningkatkan resiko untuk terjadinya kejadian kardiovaskular dan
kerusakan organ target, baik lansung maupun tidak langsung. Mortalitas
meningkat dua kali pada setiap kenaikan tekanan darah sebesar 20/10
mmHg. Pada keadaan dengan tekanan darah high-normal (130-139/ 85-
89 mmHg), didapatkan peningkatan kejadian kardivaskular 2,5 pada
29

wanita dan 1,6 kali pada pria bila dibandingkan dengan tekanan darah
normal. Sedang resiko untuk penyakit ginjal, meningkatnya tekanan
darah sistolik lebih erat kaitannya dengan kejadian penyakit ginjal tahap
akhir bila dibandingkan dengan tekanan darah diastolik, terutama pada
usia lebih dari 50 tahun. Tekanan darah yang meningkat dapat
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan parenkim ginjal.
Berbagai kerusakan target tersebut antara lain :
a. Pada jantung; hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokard,
dan gagal jantung kongestif.
b. Penyakit ginjal kronis dan penyakit ginjal tahap akhir
c. Retinopati
d. Pada otak;Stroke atau transient ischemic attack
e. Penyakit arteri perifer
Studi klinis juga yang membuktikan bahwa dalam penurunan
tekanan sistol dapat mencegah mortalitas dan morbiditas pada lansia.
Penurunan tekanan darah sistol sebesar 10 mmHg berhubungan dengan
semakin berkurangnya 13 % dari total kematian, 30 % resiko stroke, 28
% kematian akibat penyakit kardivaskular dan 23 % akibat penyakit
koroner dan pemberian terapi anti hipertensi pada lansia dalam
menurunkan tekanan darah harus sesuai kaidah JNC VII yaitu ” start low
go slow” dimana target penurunan darah adalah 140/90 mmHg dengan
penurunan rerata secara bertahap antara 7-10 mmHg. (Duthie & Katz,
2007)
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengobatan hipertensi bisa dengan pengobatan farmakologis dan
pengobatan non farmakologis.
a. Pengobatan farmakologis untuk mengatasi hipertensi adalah
pengobatan yang menggunakan obat-obat kimia. Tujuan pengobatan
modern ini adalah untuk mendiagnosis tingkat keparahan
hipertensinya dan menentukan jenis obat yang paling tepat untuk
pasien bersangkutan. Adapun obat modern yang digunakan adalah
30

dieuretik thiazide ini berfungsi untuk membantu ginjal membuang


garam dan air, yang akan mengurangi cairan diseluruh tubuh
sehingga menurun tekanan darah. Penghambat adrenergi yaitu
menghambat efek sistem saraf simpatis, vasodilator, obat ini
langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah (Wulandari,
2010)
b. Pengobatan non farmakologis merupakan terapi pengobatan tanpa
menggunakan obat-obatan. Jenis terapi pengobatan tanpa
menggunakan obat-obatan adalah terapi komplementer. Salah satu
terapi yang non farmakologis yaitu terapi rendam kaki air hangat.
Menurut Nurmaulina & Hadiyanti (2021) penatalaksanaan
nonfarmakologi dengan terapi rendam kaki air hangat salah satu
terapi tradisional sabagai solusi yang efisien, murah, mudah
diterapkan dan diingat baik dilakukan secara mandiri, dengan
bantuan keluarga ataupu perawat. Terapi rendam kaki air hangat
sangat efektif dalam menurunkan tekanan darah (Ilkafah, 2016).
Terapi rendam kaki air hangat merupakan jenis terapi non
farmakologi agar tekanan darah mengalami penurunan dan terbilang
mudah untuk dilakukan dibandingkan terapi lainnya (Malinda,
Herlina & Anggreny, 2022)
C. Konsep Dasar Rendam Kaki Air Hangat
1. Pengertian Tindakan terapi rendam kaki air hangat
Terapi merendam kaki dengan menggunakan air hangat merupakan
jenis terapi non farmakologi yang dapat diterapkan setiap individu tanpa
memikirkan waktu dan tempat yang bermanfaat menurunkan tekanan
darah tinggi.
Terapi rendam kaki rendam kaki air hangat ini bermanfaat dalam
mengatasi nyeri, menghilangkan rasa Lelah, meningkatkan pertahanan
tubuh serta memaksimalkan sistem kardiovaskular (Ulinnuha et al., 2018).
Terapi rendam kaki menggunakan air hangat termasuk ke dalam jenis
hidroterapi yang berperan penting dalam efektifitas proses sirkulasi darah,
31

mengatasi pembengkakakn, merileksasikan otot, mengurangi rasa nyeri


dan sakit pada otot, meningkatkan permeabilitas kapiler melalui adanya
transfer rasa hangat dari air ke tubuh (Malinda, 2018).
Terapi rendam kaki air hangat menggunakan penerapan panas ke
tubuh sebagai intervensi untuk meningkatkan aliran darah, merevitalisasi
tubuh, dan meningkatkan relaksasi. Air panas mengaktifkan saraf
baroreseptor, yang mendorong impuls ke pusat vasomotor dan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan arteriol, menghasilkan efek
relaksasi terapi rendam kaki. Vasodilatasi yang terjadi di arteriol
menurunkan resistensi perifer, yang menurunkan aliran balik vena dan
menurunkan curah jantung. Selain itu, terapi rendam kaki merangsang
produksi bahan kimia endorfin dari kelenjar hipofisis, yang mengaktifkan
sistem saraf parasimpatis dan menurunkan aktivitas daripada saraf
simpatik. Hal ini menyebabkan vasodilatasi menyeluruh, yang
menurunkan tekanan darah dan menurunkan resistensi perifer. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa pada lansia hipertensi yang telah menjalani
terapi rendam kaki terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai BP
pretest dan posttest (P = 0,001) (Ignasimuthu & Parimala, 2022).
Terapi rendam kaki air hangat ini tidak boleh dilakukan pada
penderita yang memiliki penyakit jantung yang parah, tekanan darah
rendah, penderita diabetes melitus karena kulit pasien akan mudah rusak
walau hanya dengan air hangat, pada pasien yang memiliki cidera dan
infeksi pada kaki.
2. Prosedur Tindakan terapi rendam kaki air hangat
Menurut Astutik & Maryam (2021) prosedur pengambilan data
dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan terapi rendam kaki dengan air
hangat. Klien diminta untuk menandatangani lembar persetujuan untuk
dilakukan terapi rendam kaki air hangat sebagai salah satu terapi alternatif
untuk menurunkan tekanan darah. Alat yang digunakan dalam melakukan
terapi, yaitu
a. Termometer air
32

b. Air hangat suhu 38-40ᴼ C


c. Timer
d. Baskom bersih
e. Handuk
f. Kain penutup baskom
1. Cara kerja
- Isi baskom dengan air hangat dengan suhu 38-40ᴼC dengan
ketinggian air 15-20 cm atau sebatas mata kaki
- Masukkan kedua kaki ke dalam baskom yang berisi air hangat
tadi (jika perlu sebelumnya suruh pasien memakai kaos kaki
untuk menjaga kehangatan kaki)
- Lalu tutup baskom dengan kain untuk menjaga kehangatan air
atau agar suhu air tidak berubah (jika perlu tambah air hangat
lagi agar suhu tetap stabil)
- Rendam kedua kaki selama 15 menit (akhiri terapi jika pasien
berkeringat banyak sebelum 15 menit
- Angkat kedua kaki lalu keringkan dengan handuk
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. Ringkasan Kasus Kelolaan

Keluarga kelolaan adalah Keluarga Tn. I merupakan keluarga Nuclear


family yang terdiri dari suami, istri dan 1 orang anak. Tn. I berumur 70 tahun
tinggal bersama istri yaitu Ny.E. berumur 65 tahun dan An K yang berumur
28 tahun. Ny E sudah menderita hipertensi 12 tahun yang lalu. Keluarga Tn.I
beralamatkan di Nagari Nanggalo yang merupakan bagian dari wilayah kerja
Puskesmas Tarusan Kecamatan Koto XI Tarusan.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 12–18 Juni 2023
didapatkan data pada keluarga Tn.I khususnya Ny.E dimana Ny.E
mengatakan kepala sering pusing, nyeri pada bagian tengkuk, kesemutan,
serta sulit tidur dan kadang - kadang mual dan mudah lelah dan letih serta
terkadang sesak nafas. Ny. E mengatakan tekanan darahnya sering tinggi,
kurang dalam mengontrol tekanan darahnya ke Pelayanan kesehatan. Ny.E
mengatakan sangat menyukai makanan yang bersantan dan sering
memikirkan anak -anaknya. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik terhadap
keluarga Tn.I, didapatkan hasil bahwa Ny.E dan pada saat di cek ternyata
benar Ny.E mengalami hipertensi dengan tekanan darah didapatkan 160/90
mmHg, Nadi : 100x/I pernaasan : 24x/I dan Ny.E mengatakan sakit kepala
dan kuduk dan terkadang mual, nyeri yang dirasakan hilang timbul seperti
tertimpah beban berat, jika di bawa berdiri pandangannya berkunang –
kunang dan terasa berat di kuduk. Ny E juga masih suka mengkonsumsi
makanan yang bersantan dan berlemak,
Adapun diagnosa yang muncul pada Ny.E adalah nyeri kronis dan
pemeliharan kesehatan tidak efektif. Intervensi yang dilakukan pada pasien
adalah dengan memberikan terapi rendam kaki dengan air hangat, dimana
terapi rendam kaki dengan air hangat ini dapat bermanfaat dalam menurunkan
kontraksi otot sehingga dapat menimbulkan perasaan rileks yang bisa
menstabilkan kerja jantung dan melancarkan aliran darah sehingga dapat

33
34

menurunkan tekanan darah. Manfaat dari terapi rendam kaki dengan air
hangat ini merupakan salah satu jenis terapi alamiah yang bertujuan untuk
meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan relaksasi otot, menyehatkan
jantung, menghilangkan stress, meringankan rasa sakit, meningkatkan
permeabilitas kapiler dan memberikan kehangatan pada tubuh sehingga
sangat bermanfaat dalam penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Diberikan dalam jangka waktu 7 hari dengan dilakukan secara rutin
(Puspitasari & Harini, 2021).
Hasil implementasi dan evaluasi yang telah dilakukan selama selama
7 hari yang telah dilakukan, dengan pemberian terapi rendam kaki dengan air
hangat berdampak positif pada Ny.E dengan berkurangnya nyeri kuduk dan
kepala dan adanya penurunan tekanan darah menjadi 140/90 mmHg yang
sebelum pemberian terapi rendam kaki dengan air hangat ini tekanan darah
160/90 mmHg selama 7 hari pemberian terapi. Masalah penurunan derajat
kesehatan keluarga sudah bisa ditangani dimana keluarga sudah mampu
memutuskan merawat anggota keluarga, mampu merawat anggota keluarga
dengan manajemen diet pada hipertensi, serta keluarga mampu memodifikasi
dan menggunakan fasilitas kesehatan dalam keluarga setelah dilakukan
kunjungan perawat oleh mahasiswa dari yang sebelumnya keluarga belum
mampu untuk mengenal masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga.
B. Pengkajian
I. Data umum
1. Identitas keluarga
a. Nama kepala keluarga : Tn. I
b. Usia kepala keluarga : 70 tahun
c. Alamat : Nagari Nanggalo
d. Pekerjaan : Swasta
e. Pendidikan : SMA
f. Komposisi keluarga
35

Tabel 3. 1. Komposisi keluarga

Imunisasi
No Nama J/k Hub Pdd U Pekerjaan
Bcg Dpt Polio Hep Camp
1 Ny. E P Istri S1 65 Pensiunan - - - - -
2 An. K P Anak S1 28 swasta √ √ √ √ √

2. Genogram
Gambar 3. 1 2.Genogram

Keterangan
=Laki-laki meninggal
=Laki-Laki hidup
= klien
= Perempuan Hidup
=Tinggal serumah

3. Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn.I yaitu Nuclear family dimana terdiri – dari ayah, ibu
dan anak dan tinggal dalam satu rumah.
4. Suku bangsa
Diketahui bahwa keluarga Tn.I semua bersuku Minang dimana memiliki
tradisi mengikuti garis keturunan ibu. Dan Bahasa sehari – hari keluarga
Tn.I adalah Bahasa Minang.
36

5. Agama
Keluarga Tn.I menganut agama Islam. Tn.I mengatakan melakukan
sholat 5 waktu dirumah dan kadang – kadang sholat berjamaah di Mesjid.
6. Status social ekonomi
Tn.I adalah seorang pekerja swasta dan memiliki istri Ny.E sebagai
seorang pensiunan yang memiliki cukup penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari . Ny.E mengatakan mempunyai tabungan untuk
keperluan yang tidak terduga.
7. Aktivitas rekreasi keluarga
Ny.E mengatakan aktivitas rekreasi keluarganya akan berkumpul saat
makan malam setiap harinya. dan pergi rekreasi kesuatu tempat disekitar
padang.
II. Riwayat perkembangan keluarga
1. Tahap perkembanga keluarga saat ini.
Tahap perkembangan keluarga Tn.I saat ini adalah keluarga
dengan lansia, berada pada tahap perkembangan keluarga lansia dan
pensiiunan. Tahap perkembangan keluarga lansia dimulai saat masuk
masa pension sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal. Adapun tugas perkembangan yang harus
terpenuhi pada tahapan ini, sebagai berikut:
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
b. Menyesuaikan terhadap pendapat yang menurun.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan.
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka
(penelaahan dan integritas hidup) (Friedman, et al, 2010).
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Seluruh tugas perkembangan keluarga lansia telah terpenuhi. Namun
beberapa tugas keperawatan keluarga masih ada yang belum terpenuhi
seperti mempertahankan pengatuhran hidup yang memuaskan yang
37

berkaitan dengan manajemen keluarga terhadap kesehatan anggota


keluarga terutama lansia. Keluarga belum mengetahui cara
memberikan lingkungan yang sehat dan aman.
3. Riwayat keluarga inti
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan riwayat kesehatan
keluarga sebagai berikut :
a. Tn.I
Pada saat dilakukan pengkajian dilakukan. Tn.I mengatakan tidak
ada keluhan ataupun penyakit yang dideritanya untuk saat ini.
b. Ny.E
Pada saat pengkajian Ny.E didapatkan pandangan terkadang
berkunang – kunang, kuduk terasa berat dan nyeri kepala, saat
muncul nyeri kepalanya ia meminum obat Amlodipine dan
membawanya istirahat, jika tidak sembuh baru di bawahnya untuk
berobat ke Puskesmas dan terkadang ke Rumah Sakit. Ny.E
mengatakan jarang mengontrol tekanan darahnya. Dan Ny.E
terkadang suka makanan bersantan dan berlemak dan sering
memikirkan anak – anaknya . saat pengkajian tekanan darah Ny.E
160/90 mmHg.
c. An. K
Pada saat pengkajian dilakukan An.K mengatakan tidak ada
keluhan yang terdapat pada dirinya dan juga anak K tampak sehat.
4. Riwayat Kesehatan keluarga sebelumnya.
Tn.I dan Ny.E mengatakan orang tua laki- laki dari Ny.E mempunyai
riwayat hipertensi, dan tidak ada yang menderita penyakit keturunan
lainnya seperti jantung, diabetes, kanker dan lainnya.
5. Peran yang terganggu pada keluarga
Ny.E sebagai istri dari Tn.I mengatakan, perannya sebagai sorang ibu
dalam keluarganya sedikit terganggu karna penyakit hipertensi yang di
rasakannya, sehingga peran dasar dan penting dalam keluarga
dilakukan tetapi tidak memuaskan.
38

III. Pengkajian Lingkungan


Gambar 3. 2. Pengkajian Lingkungan

KM DAPUR

KT

RUANG KELUARGA KT
Septik Tank

KT RT

1. Karakteristik rumah
Ruamah yang dimiliki Tn.I dan Ny.E sudah permanen dan milik sendiri,
yang memiliki tiga kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang
dapur dan 1 kamar mandi yang berlantai semen dengan dinding rumah
semen, Tn.I sudah memakai listrik sebagai penerangannya, peralatan
rumah tangga yang ada dirumah yaitu kursi tamu, lemari hiasan, kulkas,
kipas angin dan peralatan dapur. Peralatan rumah tertata dengan rapi,
kebersihan rumah cukup bersih, sanitasi cukup baik dan terpapar oleh
sinar matahari. Ny.E dan keluarga menggunakan air sumur dan PDAM
untuk mandi, memasak dan mencuci, air minum pake gallon. Jarak
anatara septi tank dengan wc ±10 Meter. Keadaan kamar mandi serta wc
dengan lantai semen, kebersihannya baik, Ny. E mengatakan ia menguras
bak mandi setiap satu kali seminggu.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas
Hubungan keluarga dengan masyarakat sangat baik, tipe komunikasi
ditempat tinggal adalah homogen dimana warga masih orang Minang.
Masyarakat sekitar banyak yang bekerja sebagai buruh tani sehingga di
pagi dan siang hari warga tidak ada dirumah, warga di lingkungan sekitar
rumah Tn.I baik dan ramah, lingkungan sekitar rumah Tn.I cukup bersih.
39

3. Mobilisasi geografi keluarga


Ny.E mengatakan ia tinggal di Padang sejak lahir, dan setelah menikah,
Tn.I dan Ny.E membuat rumah atau tempat tinggal bersama. Rumah
yang dimiliki Tn.I dan Ny.E sudah permanen dan milik sendiri.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Hubungan keluarga Tn.I dengan masyarakat sekitar sangat baik dan
akrab, Bahasa yang digunakan oleh Tn.I dalam berkomunikasi yaitu
Bahasa Minang. Jika ada kegiatan Ny.E selalu menghadirinya.
5. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Ny.E memiliki sistem keluarga yang sangat baik, apabila ada
anggota keluarga yang sakit maka anggota yang lain mengingatkan serta
mengantar berobat ke pelayanan Kesehatan. Sedangkan masyarakat
membezuk apabila ada anggota keluarga Tn.I yang sakit. Keluarga Ny.E
mempunyai kartu BPJS yang bisa digunakan sebagai pendukung
keluarga dalam berobat.
IV. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga Tn.I cara berkomunikasi terbuka dan
fungsional dimana dilakukan secara efektif, dan proses komunikasi Ny.E
dan keluarga berlangsung dua arah dan efektif, keluarga Tn.I mengatakan
jika ada pesan yang sangat penting mereka selalu membicarakannya
dengan keluarga dan masalah yang ada dikeluarga tersebut dapat diatasi.
2. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga Tn.I memegang kendali adalah suami sebelum keputusan
diambil keluarga Tn.I mengatakan mereka sebelumnya diskusi terlebih
dahulu. Tn.I mengatakan puas dengan cara yang mereka buat dan
berdampak positif bagi keluarga mereka.

3. Struktur peran
40

a. Tn.I
Berperan sebagai kepala keluarga, suami, ayah. Tn.I berperan dalam
mengambil keputusan keluarga dan pemegang kendali rumah tangga
dan mencari nafkah.
b. Ny.E
Berperan segai istri, ibu bagi anak – anaknya . Ny. E juga berperan
sebagai pengatur dan pengontrol pengeluaran keluarga serta
mendidik anak – anaknya.
c. An. K
An. K berperan sebagai anak yang memerlukan kasih sayang dan
perhatian.
4. Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn. I mengatakan bahwa keluarganya mengikuti nilai norma
yang berlaku di masyarakat mereka yang sesuai dengan keyakinan
mereka.Ny.E mengatakan percaya dengan pelayanan kesehatan, tetapi
bagi keluarga Ny.E semua kebenaran kembali lagi kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Dalam keluarga Tn.I mereka mengatakan mereka saling menghargai
satu sama lain dimana mereka sama-sama merasakan perasaan memiliki
dan dimiliki serta mereka saling mendukung satu sama lain.
2. Fungsi sosialisasi
Ny.E mengatakan dalam membesarkan anak mereka melakukan
bersama – sama dengan Tn.I. Ny.E mengatakan tidak pernah memakai
pembantu atau pengasuh anak dalam membesarkan anak-anak mereka.
Ny.E mengatakan anak mereka mengikuti mereka seperti agama dan
suku yang dianut.
3. Fungsi perawat Kesehatan
Ny.E mengatakan sehat adalah apabila keluarga masih dapat melakukan
aktivitas dengan normal dan tanpa gangguan Kesehatan, sedangkan
41

sakit adalah dimana jika keluarga tidak dapat melakukan aktivitas


secara normal karena sakit.
a. Kemampuan mengenal masalah Kesehatan
Pada saat melakukan pengkajian Ny.E kurang mengetahui apa itu
hipertensi atau tekanan darah tinggi, Ny.E menyebutkan Sebagian
tanda dan gejal dari hipertensi seperti sakit kepal, pusing, sakit
kuduk dan pandangan berkunang-kunang.
b. Mengambil keputusan
Keluarga mengatakan jika penyakit Ny.E tidak segera di obati bisa
lebih parah. Sedangkan Ny.E tidak mengetahui apa akibat lanjut
jika hipertensi tidak segera ditangani.
c. Merawat anggota keluarga
Ny.E mengatakan kurang mampu atau kurang mengetahui cara
merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Memelihara lingkungan yang sehat
Ny.E mengatakan mengetahui manfaat dari lingkungan yang
bersih, manfaat sanitasi lingkungan serta hygiene sanitasi
lingkungan.
e. Menggunakan fasilitas Kesehatan.
Ny.E mengatakan menggunakan pelayanan Kesehatan yang ada
seperti Puskesmas dan Rumah sakit. Ny.E juga mengatakan jarak
antara pelayanan Kesehatan dengan tempat tinggal mereka tidak
terlalu jauh dan masih terjangkau.
4. Fungsi Reproduksi
Tn.I dan Ny.E memiliki 3 orang anak, dimana ketiga anaknya
perempuan berjarak 4 tahun, dan anak pertam dan kedua sudah
menikah, Ny. E mengatakan mengatur jarak kelahiran anak dengan cara
menggunakan KB, jenis KB yang digunakan adalah system kalender.
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn.I mengatakan mampu memenuhi kebutuhannya dan Ny.E
memiliki tabungan untuk keperluan yang mendadak atau tiba – tiba.
42

VI. Sterssor dan Koping Keluarga


1. Stressor
Ny.E mengatakan untuk stressor jangka pendek adalah bagaimana
cara agar keluarga mereka tetap sehat seperti tidak adanya keluhan.
Ny.E dengan masalah kesehatan yang di deritanya saat ini dengan
hipertensi. Sementara untuk stressor jangka panjang Ny.E tidak
mengalami stressor jangka panjang.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor
Ny.E mengatakan tindakan untuk stressor jangka pendek adalah ia
akan mencari jalan keluar bagaimana cara mengatasi masalah yang
dialaminya dan dialami keluarganya.
3. Strategi koping yang digunakan
Ny.E selalu memberikan dukungan dan perhatian kepada anggota
keluarga yang sedang mengalami masalah.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak mempunyai adaptasi disfungsional karena keluarga
tidak pernah menggunakan kekerasan dalam menghadapi masalah.
5. Harapan keluarga
Harapan keluarga Ny.E terhadap pelayanan kesehatan hendaknya
pelayanan kesehatan diberikan secara merata terhadap warga yang
mampu maupun tidak mampu, dan keluarga berharap dengan adanya
kunjungan yang dilakukan oleh mahasiswa hendaknya pengetahuan
keluarga bertambah dan bermanfaat bagi keluarga nantinya.

VII. Pemeriksaan fisik


1. Tabel Pemeriksaan fisik
43

No Pemeriksaan Tn.I Ny.E An. K


fisik
1 Keadaan Ku: baik KU: Baik KU : Baik
umum TB : 160 cm TB: 153 cm TB: 157 cm
BB : 63 kg BB: 67 kg BB: 65 kg
TD: 120/80 TD:160/90 TD:120/70
mmHg mmHg mmHg
N: 78 x/i N: 83 x/i N: 64x/i
S: 36,5 0 C S: 37 0 C S: 36 0 C
2 Kepala Bersih, benjolan Bersih, benjolan Bersih, benjolan
tidak ada ,lesi tidak ada ,lesi tidak ada ,lesi
tidak ada, kulit tidak ada, kulit tidak ada, kulit
kepala bersih kepala bersih, kepala bersih
sering pusing
3 Rambut Pendek ,lurus, Rambut panjang , Rambut
rambut lurus,dan ada panjang,lurus
berwarna hitam uban tidak beruban
dan ada uban
4 Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva tidak
tidak anemis, tidak anemis, anemis, sklera
sklera tidak sklera tidak tidak ikterik,
ikterik, ikterik, penglihatan baik
penglihatan baik penglihatan dan normal
dan normal terkadang agak
kabur.
5 Hidung Simetris Simetris Simetris
kiri/kanan, kiri/kanan, kiri/kanan, bersih,
bersih, tidak bersih, tidak tidak terdapat
terdapat polip, terdapat polip, polip, tidak ada
tidak ada lender, tidak ada lender, lender, penciuman
penciuman baik penciuman baik baik

6 Telinga Simetris Simetris Simetris


kiri/kanan, tidak kiri/kanan, tidak kiri/kanan, tidak
44

No Pemeriksaan Tn.I Ny.E An. K


fisik
ada serumen, ada serumen, ada serumen,
telinga tampak telinga tampak telinga tampak
bersih bersih bersih
7 Mulut Lidah bersih, Lidah bersih, Lidah bersih,
nafas tidak nafas tidak nafas tidak
berbau, tidak berbau, tidak ada berbau, tidak ada
ada caries gigi caries gigi caries gigi
8 Leher Pembesaran Pembesaran Pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid dan
dan kelenjar dan kelenjar kelenjar limfe
limfe tidak ada. limfe tidak ada tidak ada
9 Dada I: simetris I:simetris I:simetris
kiri/kanan kiri/kanan kiri/kanan
P: fremitus ki/ka P: fremitus ki/ka P: fremitus ki/ka
P: sonor P: sonor P: sonor
A: vesikuler A: vesikuler A: vesikuler
10 Jantung I: iktus cordis I: iktus cordis I: iktus cordis
tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat
P: iktus cordis P: iktus cordis P: iktus cordis
teraba teraba teraba
P: redup P: redup P: redup
A: Ireguler A: Ireguler A: Ireguler
11 Abdomen I: tidak tampak I: tidak tampak I: tidak tampak
pembesaran pembesaran yang pembesaran yang
yang abnormal abnormal pada abnormal pada
pada abdomen abdomen abdomen
P: timpani P: timpani P: timpani
P: Bu 10x/i P: Bu 11x/i P: Bu 13x/i
A:tidak ada A: tidak ada nyeri A: tidak ada nyeri
nyeri tekan tekan tekan
12 Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kelainan
45

No Pemeriksaan Tn.I Ny.E An. K


fisik
atas pergerakan pada pergerakan pada pergerakan pada
ekstremitas ekstremitas ekstremitas
bagian atas dan bagian atas dan bagian atas dan
tidak ada edema tidak ada edema tidak ada edema
13 Ekstremitas Tidak ada Tidak ada edema Tidak ada edema
bawah edema dan tidak dan tidak ada dan tidak ada
ada varises varises varises
14 Genetalia Normal dan Normal dan tidak Normal dan tidak
tidak ada ada kelainan ada kelainan
kelainan

2. Pola Aktivitas dan Latihan

Kemampuan Peraatan Diri 0 1 2 3 4


Makan / Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah /berjalan √
Ambulasi/ROM √

Keterangan :
0: Mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang
lain dan alat, 4 : bergantung total

3. Pola tidur dan Istirahat


Ny E mengatakan tidur an istirahat kurang lebih 5-7 jam/hari, tetapi
suah beberapa hari ini sulit tidur karena kepala sering pusing, nyeri
pada bagian tengkuk, kesemutan, serta sulit tidur dan kadang -
46

kadang mual dan mudah lelah dan letih


4. Pola persepsi diri
a. Gambaran diri
Ny E berpenampilan rapi dan bersih serta sembuh ari penyakit
nya
b. Ideal diri
Ny E ingin penyakit nya sembuh dan terkontrol
c. Harga diri
Ny E mengatakan berinteraksi normal dalam keluarga dan
tidak ingin memebeani keluarga dengan keadaan penyakitnya
d. Peran diri
Ny E berperan sebagai istri dari Tn I dan orang tua untuk anak
– anaknya dan mengurus rumah tangga
5. Masalah Psikososial
a. Dukungan keluarga an kelompok
Ny E mengatakan keluarga nya selalu mendukung untuk
kesembuhan penyakitnya, serta tetangga ikut memberi
semangat dan dorongan
b. Hubungan dengan lingkungan
Ny E sangat baik dengan lingkungan
c. Keadaan pekerjaan, perumahan, ekonomi
Ny E adalah seorang pensiunan guru dan keutuhan keluarga dI
dapat dari dana pensiun
d. Pelayanan kesehatan dan harapan
Ny E berharap dapat pelayanan kesehatan yang baik dan bisa
sembuh
e. Mekanisme koping dan adaptasi stress
1) Koping adaptif
Ny E selalu menyelesaikan masalah yang terjadi dengan
kepala dingin
2) Koping maladaptif
47

Ny E tidak mudah tersinggung dan suka bergurau dengan


tetangga
48

C. Analisa Data
Tabel 3. 4. Analisa data
No Data Masalah
1 Data Subjektif : Nyeri kronis
1. Ny.E mengatakan sakit kepala dan kuduk dan
terkadang mual serta kesemutan
2. Ny.E mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul
3. Ny.E mengatakan nyerinya seperti tertimpah beban
berat
4. Ny.E mengatakan apabila nyerinya datang dia hanya
minum amlodipine dan membawanya istirahat
5. Ny.E mengatakan jika di bawa berdiri pandangannya
berkunang – kunang dan terasa berat di kuduk.
6. Ny.E mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak
12 tahun yang lalu.
Data objektif :
1. TD : 160/90 mmHg
2. Skala nyeri 6
3. Klien tampak meringis
4. Ny.E tampak memegang kepala dan kuduknya
2 Data Subjektif: Pemeliharaan
1. Ny.E mengatakan suka mengkonsumsi makanan Kesehatan
yang bersantan dan berlemak tidak efektif
2. Ny. E mengatakan selalu kepikiran anak – anaknya
3. Keluarga Ny. E mengatakan tidak mampu merawat
anggota keluarga dengan hipert ensi
Data Objektif :
1. TD : 160/90 mmhg
2. Nadi : 100x/i
3. RR : 24x/i
4. Saat ini Ny.E tidak mengkonsumsi obat penurun
amlodipine
49

D. Skala penentuan prioritas Asuhan


Keperawatan
1. Dx 1 : Nyeri kronis b/d penekanan saraf
No Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah: 3 1 1 Masalah ini bersifat aktual
aktual dimana tanda gejala sudah
- Aktual : 3 ada dan jika masalah ini
- Resiko : 2 berlarut – larut dan tidak
- Potensial : 1 diatasi maka akan
menyebabkan penyakit yang
lebih serius
2 Kemungkinan 1 2 1 Masalah ini dapat diubah
masalah: dapat sebagian jika Ny.E teratur
diubah sebagian melakukan perawatan
- Mudah : 2
- Sebagian: 1
- Tidak dapat : 0

3 Potensial masalah : 2 1 2/3 Masalah tidak dapat


cukup langsung diatasi dalam
- Tinggi : 3 waktu yang singkat,karena
- Cukup : 2 hal ini memerlukan kerja
- Rendah : 1 sama antara keluarga dan
perawat dalam
mengatasinya.
4 Menonjol 1 1 1/2 Ketidakefektifan
masalah : tidak manajemen kesehatan diri
segera Ny.E tidak perlu segera
- Ditangani :2 ditangani karena tidak
mengganggu kesehatan
50

No Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran


- Tidak segera : 1
- Tidak dirasakan
:0

Jumlah 3 1/6

DX 2 : Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif b/d ketidakmampuan


mengatasi masalah
No Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah: 3 1 1 Masalah ini merupakan ancaman
aktual karena keluarga tidak dapat
- Aktual : 3 melakukan perawatan pada anggota
- Resiko : 2 keluarga dengan hipertensi, jika
- Potensial : 1 masalah ini tidak segsra di tangani
dapat menjadi masalah yang actual
dan dapat menimbulkan gangguan
Kesehatan seperti sroke
2 Kemungkinan 1 2 1 Keluarga Ny.E ekonominya
masalah: dapat menengah, sehingga Ny.E dapat
diubah sebagian mengontrol tekanan darahnya ke
- Mudah : 2 puskesmas terdekat. tetapi Ny.E
- Sebagian: 1 tidak memiliki kekuatan untuk
- Tidak dapat : 0 berjalan ke puskesmas, dan
dukungan dari keluarga kurang
3 Potensial masalah : 2 1 2/3 Masalah hipertensi yang dialami
cukup
Ny.E cukup mudah untuk dicegah
- Tinggi : 3
- Cukup : 2 karena informasi tentang pelayanan
- Rendah : 1 Kesehatan yang telah diterima oleh
keluarga
4 Menonjol masalah : 2 1 1 Keluarga merasakan adanya masalah
tidak segera
Ny.E , karena keluarga menyadari
- Ditangani :2
bila hal ini tidak segera ditangani
51

No Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran


- Tidak segera : 1 akan menimbulkan masalah buruk
- Tidak dirasakan pada Ny.E
:0

Jumlah 3 2/3
Prioritas Diagnosa keperawatan:
1. Nyeri kronis b/d penekanan saraf
2. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif b/d ketidakmampuan mengatasi
masalah.
52

E. Intervensi Keperawatan

No Data Diagnosa SLKI SIKI


1 Data Subjektif : Nyeri kronis Tingkat nyeri Manajemen nyeri
1. Ny.E mengatakan sakit berhubungan Kriteria hasil untuk Observasi
kepala dan kuduk dan dengan membuktikan bahwa 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
terkadang mual serta penekanan tingkat nyeri menurun intensitas nyeri
kesemutan saraf adalah: 2. Identifikasi skala nyeri
2. Ny.E mengatakan nyeri 1. Keluhan nyeri 3. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
yang dirasakan hilang menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
timbul 2. Perasaan depresi nyeri
3. Ny.E mengatakan menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
nyerinya seperti tertimpah 3. Meringis menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
beban berat 4. Gelisah menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
4. Ny.E mengatakan apabila 5. Kemampuan 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
nyerinya datang dia hanya menuntaskan diberikan
53

minum amlodipine dan aktivitas meningkat 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
membawanya istirahat Terapeutik
5. Ny.E mengatakan jika di 1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
bawa berdiri (mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
pandangannya berkunang biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
– kunang dan terasa berat terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
di kuduk. 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis:
6. Ny.E mengatakan suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
memiliki riwayat 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
hipertensi sejak 12 tahun 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
yang lalu. strategi meredakan nyeri
Data objektif : Edukasi
1. TD : 160/90 mmHg 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Skala nyeri 6 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Klien tampak meringis 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ny.E tampak memegang 4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
kepala dan kuduknya 5. Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
54

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2 Data Subjektif: Pemeliharaan


pemeliharaan Edukasi kesehatan
1. Ny.E mengatakan suka kesehatan
kesehatan
mengkonsumsi makanan tidak efektif Observasi

yang bersantan dan berhubungan Kriteria hasil untuk 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

berlemak dengan membuktikan bahwa 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

2. Ny. E mengatakan selalu ketidakmamp pemeliharaan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

kepikiran anak – anaknya uan kesehatan meningkat


Terapeutik
3. Keluarga Ny. E mengatasi adalah:
1. Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
mengatakan tidak mampu masalah 1. Menunjukkan
2. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
merawat anggota keluarga perilaku adaptif
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
dengan hipertensi meningkat
2. Menunjukkan Edukasi
Data Objektif :
pemahaman perilaku 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
1. TD : 160/90 mmhg
sehat meningkat 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Nadi : 100x/i
3. Kemampuan 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
3. RR : 24x/i
menjalankan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
4. Saat ini Ny.E tidak
55

mengkonsumsi obat perilaku sehat


penurun amlodipine meningkat

F. Implementasi Dan Evaluasi


No Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan Tgl/
Jam
Nyeri kronis Senin TUK : 1 Pemeliharaan Kesehatan Evaluasi Indikator :
berhubungan 12 juni Dengan menggunakan lembar balik dan S:
dengan 2023 leafleat - Ny. E dan keluarga mengatakan bersedia mengikuti
penekanan saraf 1. Membina hubungan baik dengan Ny. E kegiatan yang akan di rencanakan oleh perawat
dan keluarga - Ny. E dan keluarga mengatakan hipertensi biasa
2. Menggali pengetahuan Ny. E dan terjadi oleh kebanyakan orang
keluarga mengenai hipertensi - Keluarga mengatakan hipertensi seharusnya di
3. Menjelaskan pada keluarga tentang obati supaya kondisinya tidak lebih parah lagi
penyebab tanda dan gejala hipertensi - Keluarga mengatakan ingin mendapatka
56

4. Meminta Ny. E dan kelaurga pengetahuan tentang nyeri supaya bisa menjaga
menyebutkan kembali informasi yang kondisinya
sudah disampiakan O:
5. Memberi pujian atas jawaban yang - TD : 160/90 mmHg
benar - Skala nyeri 6
- Klien tampak meringis
- Ny.E tampak memegang kepala dan kuduknya
- Keluarga memperhatikan saat penjelasan
- Terdapat kontak mata selama proses diskusi
- Sesekali menganggukan kepala saat di beri
pejelasan dan penguatan
A:
TUK 1 tercapai dimana Ny. E dan keluarga
bersedia mengikuti kegiatan yang akan dilakukan
oleh perawat bersama dan keluarga memiliki
pandangan yang lebih terbuka tentang hipertensi
P :
Lanjutkan ke TUK 2 : Kemampuan keluarga
57

mengambil keputusan
Selasa TUK : 2 S:
13 juni 1. Menjelasakan pada Ny. E dan keluarga - Keluarga mampu menyebutkan tetang akibat lanjut
2023 tentang akibat masalah kesehatan yang dari hipertensi yaitu Bisa mengganggu ativitas
akan terjadi kalau hipertensi tidak seperti belajar,bekerja dan hubunngan sosial
diobati - Keluarga mampu menyebutkan alternatif
2. Menjelasakan kepada Ny. E dan pemecahan masalah hipertensi dengan
kelaurga mengenai pemecahan O:
masalah nyeri yang di rasakan oleh - TD : 160/80 mmHg
Ny. E - Skala nyeri 5
3. Memberikan motivasi dukungan - Klien tampak rileks
keluarga memilih alternatif tuk - Keluarga tampak lancar menyebutkan akibat lanjut
mengatasi hipertensi dari hipertensi dan dapat memutuskan merawat
4. Memberi pujian atas pilihan yang tepat anggota keluarga dengan hipertensi
- Keluarga tampak mempertimbangkan setiap
keputusan
- Keluarga tampak siap membantu mengatasi maslah
hipertensi
58

A:
- Keluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat
dalam merawat anggota keluarga yang sakit
P:
Intervensi dilanjtkan pada TUK 3 yaitu cara merawat
anggota keluarga yang sakit dengan hipertensi
Rabu TUK : 3 S:
14 juni 1. Menjelaskan kepada keluarga makanan - Keluarga mengatakan mampu merawat anggota
2023 yang tidak boleh dikomsumsi oleh keluarga yang sakit dengan rendam kaki air hangat
penderita hipertensi dan makanan yang tidak boleh dikomsumsi oleh
2. Menjelaskan kepada keluarga tindakan penderita hipertensi
untuk cara perawatan nyeri pada - Keluarga mengatakan mulai mengerti tentang cara
hipertensi merawat anggota keluarga dengan hipertensi
3. Mempersiapkan alat dan bahan sebelum - Kelurga mampu melakukan teknik rendam kaki air
melakukan tindakan rendam kaki air hangat pada Ny. E
hangat O:
4. Mendemostrasikan cara rendam kaki air - TD : 154/80 mmHg
hangat dengan cara diberikan rendaman - Skala nyeri 4
59

kaki air hangat dengan suhu 39-40 derajat - Klien tampak rileks
celcius dengan waktu 20 menit dan setiap - Keluarga terlihat aktif saat proses diskusi
hari. - Keluarga menyetujui untuk menjadi pendukung
5. Memberi pujian atas upaya keluarga yang utama
benar. A:
Keluarga bersedia melakukan cara perawatan
hipertensi
P:
Lanjutkan TUK 3 ( melatih rendam kaki air hangat)

Kamis TUK : 3 S:
15 juni 1. Menjelaskan kepada keluarga makanan - Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang cara
2023 yang tidak boleh dikomsumsi oleh merawat anggota keluarga dengan hipertensi
penderita hipertensi - Kelurga mampu melakukan teknik rendam kaki air
2. Menjelaskan kepada keluarga tindakan hangat pada Ny. E
untuk cara perawatan nyeri pada - Ny. E mengatakan nyeri yang dirasakan mulai
hipertensi sudah berkurang
3. Mempersiapkan alat dan bahan sebelum O :
60

melakukan tindakan rendam kaki air -


hangat - TD : 147/78 mmHg
4. Melatih pemberian tindakan rendam kaki - Skala nyeri 4
air hangat - Klien tampak rileks
5. Memberi pujian atas upaya keluarga yang - Keluarga terlihat aktif saat proses diskusi
benar. - Keluarga mampu menyebutkan cara membuat
larutan untuk rendam kaki air hangat untuk merawat
keluarga dengan hipertensi
- Keluarga mampu menyebutkan cara rendam kaki air
hangat dengan cara diberikan rendaman kaki air
hangat dengan suhu 39-40 derajat celcius dengan
waktu 20 menit dan setiap hari.
A:
Keluarga bersedia melakukan cara perawatan
hipertensi
P:
Lanjutkan TUK 4 keluarga mampu memodifikasi
lingkungan
61

Jumat TUK 4 : S:
16 juni 1. Mendiskusikan bersama keluarga yang - Keluarga mampu menyebutkan lingkungan yang
2023 nyaman pada Ny. E dengan hipertensi baik bagi hipertensi yaitu lingkungan rumah yang
2. Memberikan lingkungan rumah yang nyaman, hindari kebisingan istirahat yang cukup
nyaman seperti menjauhkan dari - Keluarga mengatakan akan memberikan lingkungan
kebisingan baik untuk Ny. E
3. Memberi pujian atas upaya keluarga dan O:
Ny. E - TD : 140/70 mmHg
- Skala nyeri 3
- Klien tampak rileks
- Keluarga berpratisipasi dalam diskusi lingkungan
yang baik bagi penderita hipertensi
A:
- Mengetaui strategi utuk emodifikasi lingkgan yang
tepat untuk penderita yang mengalami hipertensi
P:
Lanjutkan TK 5 memanfaatkan Fasilitas kesehatan
yang ada
62

Sabtu TUK : 5 S:
17 juni - Keluarga mengatakan sudah mengetahui kondisi
2023 1. Anjurkan konsultasi kepada Ny. E jika penyakit Ny. E
merasakan tanda dan gejala penyakitnya - Keluarga mengatakan akan melakukan tindak lanjut
2. Memotivasi kelarga memantau intensitas pemeriksaan kesehatan jika hipertensi semakin
nyeri Ny. E dengan rendam kaki air berat dirasakan
hangat secara tidak langsunng dapat O:
mengatasi masalah hipertensi pada Ny. E - TD : 130/80 mmHg
3. Memotivasi keluarga memperhatikan - Skala nyeri 2
faktor penyebab apa yang menyebabkan - Klien tampak rileks
hipertensi - Keluarga tampak sesekali menganggukan kepala
4. Anjurkan keluarga untuk melakkan saat dilakukan konseling
pemeriksaan rutin melalui Puskesmas - Ny. E bersedia memeriksakan kesehatannya kepada
setempat Puskesmas setempatnya
A:
- Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
63

- Meminta bantuan dari petugas kesehatan profesional


untuk masalah hipertensi yang di butuhkan
P:
Lanjutkan pemantauan kesehatan Ny. E secara
berkala

No Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan Tgl/Jam
Pemeliharaan Senin TUK : 1 S:
kesehatan tidak 12 juni 1. Mengkaji pengetahuan tentang - Keluarga mengatakan mampu mengenal masalah
efektif 2023 hipertensi hipertensi adalah sebagai tekanan darah persisten
berhubungan 2. Menjelaskan pengertian hipertensi dimana tekanan darahnya sistolik diatas 140 dan tekanan

dengan adalah sebagai tekanan darah persisten diastoliknya diatas 90 mmHg

ketidakmampu dimana tekanan darahnya sistolik diatas 140 - Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala

an mengatasi dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg hipertensi

masalah 3. Memberikan kesempatan pada keluarga - Kelurga dapat mengidentifikasi masalah yang

(individu atau untuk bertanya dialami Ny. E yaitu dengan hipertensi


64

keluarga) 4. Menjawab pertanyaan keluarga O:


(SDKI D.0117 5. Meminta keluarga untuk mengulangi - Keluarga tampak lancar menyebutkan tentanng
pengertian hipertensi pengertian penyebab tanda gejala hipertensi serta
6. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang mampu mengidentifikasi masalah Ny. E
penyebab nyeri - Keluarga mampu mengidentifikasi masalah Ny. E
7. Menjelaskan penyebab hipertensi - Keluarga berantusias selama interaksi keluarga tidak
8. Meminta keluarga untu mengulangi ada meninggalkan ruangan selama interaksi
penyebab hipertensi A:
9. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang - Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan yang
tanda dan gejala hipertensi di alami keluarga
10. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi P:
11. Memberikan kesempatan keluarga untuk Intervensi dilanjutkan pada TUK 2 yaitu akibat
bertanya lanjut dan mengambil keputusan yang tepat untuk
12. Menjawab pertanyaan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
13. Meminta keluarga unntuk mengulang
tanda dan gejala hipertensi
Selasa TUK : 2 S:
13 juni 1. Mengkaji pengetahuan keluarga - Keluarga mengatakan sudah tahu tentang akibat
65

2023 akibat dari hipertensi lanjut dari hipertensi


2. Menjelaskan akibat lanjut dari O :
hipertensi - Keluarga tampak lacar menyebutkan akibat lajut
3. Memberika kesepatan pada keluarga dari hipertensi
untuk bertaya - Keluarga tidak ada meninggalkan ruangan selama
4. Menjawab pertanyaan keluarga interaksi berlangsung
5. Meminta keluarga mengulang akibat A :
dari hipertensi - Keluarga mampu memmutuskan untuk merawat
6. Memberi kesempatan keluarga untuk anggota keluarga yang sakit
mengambil keputusan P:
7. Membimbing keluarga untuk Intervensi di lanjutkan pada TUK 3 yaitu cara
mengambil kesempatan merawat anggota keluarga dengan hipertensi
Rabu TUK : 3 S:
14 juni 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentag - Keluarga mengatakan mampu merawat anggota
2023 cara perawatan hipertensi keluarga yang sakit
2. Menjelaskan cara perawatan hipertensi - Keluarga mengatakan mulai mengerti tentang cara
dengan minum obat rutin dan secara merawat anggota keluarga yang sakit dengan
teratur hipertensi
66

3. Memberikan kesempatan keluarga O :


untuk bertanya - Keluarga mampu menyebutkan cara merawat
4. Menjawab pertanyaan keluarga anggota keluarga yang sakit dengan hipertensi
5. Meminta keluarga untuk mengulang A:
cara perawatan hipertensi - Keluarga mampu merawat aggota keluarga yang
sakit
P:
Intervensi di lanjutkan pada TUK 3 yaitu cara
merawat anggota keluarga yang sakit dengan
rendam kaki air hangat
Kamis TUK 3 (rendam kaki air hangat dengan) S:
15 juni 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentag - Keluarga mengatakan sudah mengetahui cara
2023 cara perawatan hipertensi membuat air untuk rendam kaki air hangat untuk
2. Mendemostrasikan cara rendam kaki air merawat anggota keluarga yang sakit
hangat dengan cara diberikan rendaman O :
kaki air hangat dengan suhu 39-40 - Keluarga mampu menyebutkan cara membuat
derajat celcius dengan waktu 20 menit larutan untuk rendam kaki air hangat untuk merawat
dan setiap hari. keluarga dengan hipertensi
67

3. Memberikan kesempatan keluarga - Keluarga mampu menyebutkan cara rendam kaki air
untuk bertanya hangat dengan cara diberikan rendaman kaki air
4. Menjawab pertanyaan keluarga hangat dengan suhu 39-40 derajat celcius dengan
5. Meminta keluarga untuk mengulang waktu 20 menit dan setiap hari.
cara perawatan hipertensi A:
- Keluarga mampu meningkatkan derajat kesehatan
khususnya masalah hipertensi dengan menggunakan
obat tradisional
P:
Intervensi di lanjutkan pada TUK 3 yaitu cara
pencegahan penyakit hipertensi
Jumat TUK : 4 S:
16 juni 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang - Keluarga mengatakan sudah mengetahui cara
2023 teknik nonfarmakologis hipertensi rendam kaki air hangat
2. Mendemonstrasikan cara rendam kaki air O:
hangat - Keluarga mampu menyebutkan cara pijat rendam
3. Memberikan kesempatan keluarga tuk kaki air hangat untuk merawat anggota kelarga
bertanya yang sakit dengan hipertensi
68

4. Menjawab pertanyaan keluarga - Keluarga mampu melakukan demonstrasi cara


5. Meminta keluarga untuk engulang cara melakukan rendam kaki air hangat
perawatan hipertensi A:
6. Meminta keluarga untuk - Keluarga apu meingkatkan derajat kesejhatan
mendemonstrasikan cara piat efflerage khususnya maslah hipertensi dengan rendam kaki
massage air hangat
P:
- Intervensi dilajutkan ke TUK 5 yaitu cara
memanfaatkan pelayanan kesehatan
Sabtu TUK : 5 S:
17 juni 1. Mengkaji pegetauan keluarga tentang - Keluarga mengatakan merasa senang setiap
2023 pelayanan kesehatan yang dapat mengunjungi fasilitas kesehatan
dikunnjungi dan manfaat pelayanan - Keluarga mengatakan mau untuk mengunjungi
kesehatan fasilitas kesehatan
2. Menjelaskan pelayanan kesehatan yang O:
dapat di kunjungi - Kelarga terlihat memanfaatka pelayanan kesehatan
3. Memotivasi keluarga mengunjungi A :
fasilitas kesehatan - Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
69

P:
Intervensi dientikan
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Profil Lahan Praktek


Puskesmas Tarusan adalah salah satu Pusat Kesehatan masyarakat
yang terletak di Nagari Nanggalo Kecamatan Koto XI Tarusan Pesisir Selatan
provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Puskesmas Tarusan memiliki 3 gedung
yaitu Gedung pelayanan, tata usaha, dan ruang kepala Puskesmas, Gedung
Aula dan, dan Gedung IGD, rawatan dan laboratorium
Fasilitas yang disediakan dalam program keluarga sehat disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat yang membutuhkan pelayanan, mulai dari
kesehatan yang beresiko sampai dengan sakit. Upaya – upaya yang dilakukan
oleh Puskesmas Tarusan dalam mencapai keluarga sehat diantaranya
dilakukannya Puskesmas Keliling yang tersedia bagi balita dan juga lansia.
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan melalui proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, pengumpulan data, penegakan
diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan
dan evaluasi keperawatan. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai
“ Asuhan keperawatan pada keluarga Tn.I khususnya pada Ny.E dengan
gangguan system kardiovaskuler : Hipertensi “ Ny.E di bina oleh penulis dari
tanggal 12 Juni sampai 18 Juni 2023 di Nagari Nanggalo Kecamatan Koto
XI Tarusan melalui pendekatan studi kasus ini akan dibahas kesenjangan
yang ditemukan antara teori dengan kenyataan dilapangan, pembahasan ini
akan dibahas melalui Langkah – Langkah keperawatan sebagai berikut :
melakukan pengkajian, diagnose keperawatan, melakukan intervensi
keperawatan dan melakukan implementasi keperawatan.
B. Analisa Proses Keperawatan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnose
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi maka pada BAB ini
penulis akan memaparkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang
71

ditemukan dalam perawatan keluarga dengan hipertensi yaitu pada keluarga


Tn.I khususnya Ny.E yang dilakukan mulai tanggal 12 Juni sampai 18 Juni
2023 di Nagari Nanggalo Kecamatan Koto XI Tarusan.
Menurut Friedman, dkk ( 2012), guna pengkajian keluarga adalah agar
dapat bekerja sacara efektif antara klien dan keluarga guna melakukan
pengkajian dan melakukan asuhan keperawatan keluarga. Proses pengkajian
keluarga adalah ditandai dengan pengumpulan informasi, pengumpulan data
keluarga dari berbagai sumber wawancara klien tentang peristiwa yang lalu
dan saat ini, termasuk temuan objektif dan penilaian subjektif.
Sesuai dengan pengkajian yang telah dilakukan selama 1 hari yaitu
tanggal 12 Juni 2023, pada keluarga Tn.I dan Ny.E didapatkan data bahwa
keluarga Ny.E memiliki 2 orang anak, Ny.E mengatakan 2 orang anaknya
belum menikah dan tinggal bersam Tn.I dan Ny.E . tipe keluarga Tn.I adalah
Nuclear Family dimana Ny.E tinggal bersama dengan keluarga intinya yaitu
ayah, ibu dan anak dan tahap perkembangan keluarga Ny.E adalah tahap
perkembangan usia sekolah.
Keluarga Tn.I berada dalam tahap perkembangan keluarga dengan
usia sekolah dimana tahap perkembangan keluarga dengan lansia yaitu
mempertahankan suasana rumah yang nyaman, adaptasi dengan perubahan
kehilangan pasangan, teman, kelemahan fisik dan pendapatan,
mempertahankan hubungan suami istri dan saling merawat, mempertahankan
hubungan anak dan social masyarakat, melakukan file review, menerima
kematian pasangan dan mempersiapkan kematian.
Keluarga Ny.E mengatakan dalam keadaan tidak sehat dimana klien
mengatakan kepalanya tersa pusing dan tersa berat pada tengkuknya , Ny.E
juga mengatakan matanya terasa berkunang – kunang apabial saat dibawa
duduk dan berdiri, saat diperiksa tekanan darah Ny.E didapatkan yaitu 160/90
mmHg. Ny.E mengatakan suka makan makanan yang berlemak dan
bersantan. Ny.E juga mengatakan didalam keluarganya yaitu ibu dan
kakaknya juga mengalami penyakit yang sama yaitu hipertensi.
Tanda dan gejala yang dirasakan pada Ny.E yaitu kepala terasa
72

pusing, terasa berat di tengkuk, mata berkunang – kunang. Hal ini sesuai
dengan teori oleh Arief Mansjoer ( 2010) bahwa tanda dan gejala hipertensi
yaitu sakit kepala, epitaksis, rasa berat di tengkuk, mata berkunang – kunang.
C. Diagnosa Keperawatan
Menurut Analisa penulis, terjadinya hipertensi pada Ny.E karena
keturunan atau genetik dan kebiasaan suka makan makanan yang berlemak,
bersantan dan selalu memikirkan hal yang berat – berat, hal ini sesuai dengan
kebiasaan yang dianut oleh budaya suku Minang, dan ini dapat dicegah
dengan mengurangi makan makanan yang berlemak, bersantan selain itu
hipertensi yang terjadi pada Ny.E karena riwayat anggota keluarga yang
menderita hipertensi, dimana penyakit yang terjadi pada Ny.E karena ibu dan
kakaknya sendiri mengalami hipertensi. Dan hipertensi sendiri artinya salah
satu penyakit keturunan yang di turunkan melalui genetic.
Hal ini sesuai dengan teori Pinzon ( 2010) yang mengatakan bahwa
faktor resiko terjadinya hipertensi, terdiri atas dua factor resiko yaitu yang
dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Factor yang tidak dapat diubah
adalah riwayat keluarga, usia, jenis kelamin. Sedangkan untuk mencegah
terjadinya hipertensi adalah salah satunya dapat dilakukan dengan diet rendah
garam dan lemak.
Diagnose keperawatan keluarga termasuk masalah Kesehatan actual,
potensial dan resiko. Pada tingkat keluarga diagnose keperawatan dapat di
tegakkan bertolak dari salah satu teori keperawatan atau teori keluarga atau
menggunakan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ( SDKI).
Menurut teori Mubarak (2006), menyatakan bahwa unruk menetapkan
diagnosa yang paling prioritas ialah masalah individu dan keluarga
terindentifikasi, masalah tersebut perlu disusun dalam daftar berdasarkan
urutan prioritas kepentingan keluarga dengan menggunakan scoring. Untuk
mengetahui masalah yang paling prioritas maka penulis menggunakan
skoring hal ini sama dengan Friedman dimana jumlah skoring pada diagnose
pertama 3 1/6 dan diagnose kedua 3 2/3 hal ini sesuai dengan yang dijelaskan
diatas maka diagnose yang paling prioritas adalah Nyeri kronis b/d penekanan
73

saraf dan Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif b/d ketidakmampuan


mengatasi masalah dengan hipertensi.
Untuk mengatasi masalah klien perlu ditegakkan diagnose yang
bertujuan untuk mencapai serta mengetahui kriteria hasil. Umumnya
perencanaan yang ada pada tinjauan teoritis dapat di aplikasikan dan
diterapkan dalam Tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang ada
atau sesuai dengan prioritas masalah.
D. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan yang dilakukan kepada Ny.E sesuia
dengan masalah yang dialami Ny.E , dimana keluarga dan perawat sepakat
menetapkan tujuan untuk melakukan rencana Tindakan keperawatan. Dalam
menetapkan tujuan perawat diharapkan untuk bekerja sama dengan keluarga
dalam berbagai masalah yang perlu diatasi melalui intervensi keperawatan
( Friedman,2012).
Friedman ( 2012) mengatakan keluarga dan perawat sama – sama
menetapkan tujuan untuk melakukan rencana Tindakan keperawatan. Dalam
menetapkan tujuan perawat diharapkan untuk bekerja dengan keluarga
dengan berbagai masalah yang perlu diatasi melalui intervensi keperawatan,
setelah perencanaan kriteria hasil spesifik ditetapkan.
Intervensi atau perencanaan yang dilakukan bersama keluarga Tn.I
dan Ny.E adalah keluarga dapat mengenal masalah kesehatan dengan
menjelaskan pengertian, penyebab, tanda gejala, akibat lanjut dari hipertensi
dan mengambil keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga
dengan masalah hipertensi dengan memberikan kepercayaan pada keluarga
dan memotivasi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah
hipertensi , dengan cara menjelaskan terapi tradisional untuk mengontrol
tekanan darah yaitu terapi rendam kaki dengan air hangat. Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan masalah hipertensi. Keluarga
dapat menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi dan
manfaat pelayanan kesehatan.
Dengan pengobatan tradisional yang tepat, diharapkan gejala yang
74

dirasakan pada penderita hipertensi berkurang serta penderita dapat menjalani


aktifitasnya sehari – hari pada akhirnya dapat meningkatkan hidup mereka.
Lebih dari itu dengan pengetahuan dan kesadaran yang mendalam mengenai
penyakit hipertensi, diharapkan keluarga dapat lebih cepat dalam bertindak
mengatasi penyakit ini sehingga prevalensi penyakit hipertensi berkurang.
E. Analisis intervensi dengan konsep Peneliti Terkait Aplikasi Evidence
Based
Menurut Destia dkk ( 2014) digunakannya metode pemberian terapi
rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah bagi
penderita hipertensi, dimana prinsip kerja terapi rendam kaki dengan air
hangat mempergunakan air hangat dimana secara konduksi terjadi
perpindahan panas / hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan menyebabkan
pelebaran pembuluh darah dan penurunan ketegangan otot sehingga dapat
melancarkan peredaran darah yang akan mempengaruhi tekanan arteri oleh
baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan
respon yang di bawa serabut membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk
menginformasikan kepada otak terkait tekanan darah, volume darah dan
kebutuhan khusus semua organ ke pusat syaraf simpatis ke medulla sehingga
akan merangsang tekanan sistolik yakni regangan otot ventrikel untuk segera
mengerut sehingga dapat mengurangi ketegangan dan stress yang merupakan
penyebab awal hipertensi. Sehingga terapi rendam kaki dengan air hanagt ini
sangat bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
(Nurpratiwi, 2021).
Dengan adanya pemberian terapi komplementer , penulis mengajarkan
keluarga untuk menggunakan air hangat dan pemberian rendam kaki dengan
air hangat sebagai terapi hipertensi. Hal ini didasarkan pada penelitian yang
dilakukan Destie dkk, penggunaan terapi rendam kaki dengan air hangat
pada penderita hipertensi selama 7 hari berturut – turut.
Setelah dilakukan aplikasi evidence based didapatkan hasil :
75

Tabel 4. 1 Pemeriksaan tekanan darah

No Hari / tanggal Systole Diastole Ket


(mmHg) (mmHg)
1 Senin/ 12 – 6 -2023 160 90 Pengkajian hari 1
2 Selasa / 13 – 6-2023 160 90 Pengkajian hari 2
3 Rabu/ 14-6-2023 154 80 Evaluasi hari 1
4 Kamis/ 15-6-2023 147 78 Evaluasi hari 2
5 Jumat/ 16-6-2023 140 70 Evaluasi hari 3
6 Sabtu/ 17-6-2023 130 80 Evaluasi hari 4

Tekanan darah terakhir Ny.E sebelum diberikan perlakuan yaitu pada


saat dilakukan pengkajian dan sekaligus dilakukan pengukuran tekanan darah
pada hari senin tanggal 12 Juni 2023 dari 160/ 90 mmHg dan hari kedua
terlihat tidak mengalami penurunan penurunan yaitu 160/ 90 mmHg. Pada
hari ketiga terlihat penurunan tekanan darah setelah diberikan terapi rendam
kaki dengan air hangat yaitu 154/80 mmHg. Pada hari ke empat systole
mengalami penurunan 147 mmHg dan diastole turun 2 mmHg. Pada hari ke
lima tekanan darah systole turun ke 140 mmHg dan diastole turun 8 mmHg.
Pada hari keenam tekanan darah systole turun 130 mmHg sedangkan diastole
naik 10 mmHg.
Rata – rata tekanan darah systole Ny.E setelah melakukan terapi
rendam kaki dengan air hangat yaitu 140 – 130 mmHg lebih rendah dari
tekanan darah systole sebelum melakukan terapi tersebut ( 160 mmHg),
sedangkan rata -rata diastole 80 – 70 mmHg lebih rendah dari tekanan darah
diastole sebelum melakukan terapi rendam kaki dengan air hangat ( 90 mmHg
). Hasil yang didapat sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Destie
dkk, di wilayah Sp4 Setuntung Kecamatan Belitung Kabupaten Sekadau,
didapatkan yaitu rata- rata tekanan darah setelah pemberian terapi rendam
kaki dengan air hangat yaitu sistol 130 dan diastole 70 mmHg, dimana
sebelum terapi dilakukan tekanan darah yaitu systole 160 mmHg dan diastole
76

90 mmHg.
Implementasi keperawatan keluarga sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan dan direncanakan berdasarkan lima proses keperawatan keluarga,
penulis melakukan implementasi mulai tanggal 12 sampai 17 Juni 2023.
melakukan kunjungan tidak terduga pada tanggal 19 Juni 2023.
Penulis melakukan sesuai dengan 5 proses keperawatan keluarga ,
dimana pertemuan pertama pada tanggal 12 Juni 2023 penulis melakukan
pembinaan HAM dan pengkajian meliputi identitas, kepala keluarga,
komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku dan agama yang dianut,
status ekonomi keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, dan tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Pertemuan kedua pada hari
selasa tanggal 13 Juni 2023 penulis masih melakukan pengkajian pada Ny.E
meliputi Riwayat keluarga inti, pengkajian lingkungan, struktur keluarga dan
fungsi keluarga, stressor dan koping keluarga, melakukan pemeriksaan fisik
dan harapan pada keluarga. Pertemuan ketiga untuk proses keperawatan
keluarga mengenal masalah pada Ny.E dilakukan pada tanggal 14 Juni 2023
penulis menjelaskan pengertian hipertensi, penyebab dan tanda gejala
hipertensi dan akibat lanjut hipertensi.
Pertemuan keempat untuk proses keperawatan keluarga pada tanggal
15 Juni 2023 menjelaskan tentang mengambil keputusan yang tepat untuk
merawat anggota keluarga yang sakit dengan menjelaskan cara perawatan
hipertensi yaitu mengurangi makanan yang mengandung lemak dan
bersantan, mengurangi mengkonsumsi garam berlebihan, olahraga ringan,
makan obat teratur, obat tradisional yang dapat digunakan dan di konsumsi
untuk mengontrol tekanan darah. Pertemuan kelima pada tanggal 16 Juni
2023 ditujukan untuk proses keperawatan merawat anggota keluarga yang
sakit dengan pemberian terapi rendam kaki dengan air hangat sebagai
alternatif untuk perawatan hipertensi memberikan terapi rendam kaki dengan
air hangat dilakukan selama 7 hari yang dilakukan pada tanggal 12 sampai 17
Juni 2023, melakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah
melakukan terapi rendam kaki dengan air hangat. Pertemuan ke enam untuk
77

proses keperawatan tentang memodifikasi lingkungan dilakukan pada tanggal


17 Juni 2023, menjelaskan tentang lingkungan yang baik untuk penderita
hipertensi. Pertemuan ketujuh dilakukan untuk proses keperawatan keluarga
tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dapat di kunjungi.
Dari observasi dan wawancara yang penulis lakukan tampak keluarga
mengerti tentang apa yang sudah dijelaskan dan didemonstrasikan oleh
penulis, keluarga mampu mengenal hipertensi dengan mengulang pengertian,
penyebab dan tanda gejala hipertensi, dan pertemuan kedua keluarga mampu
memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah Kesehatan
yang ada. Pertemuan ketiga dan ke empat keluarga mengetahui cara terapi
rendam kaki dengan air hangat untuk merawat anggota keluarga yang sakit,
pada pertemuan ke lima keluarga juga mampu memodifikasi lingkungan
untuk penderita hipertensi yaitu Ny.E dan pertemuan ke enam keluarga
menunjukkan kartu berobat dalam menggunakan pelayanan Kesehatan serta
pada pertemuan ke tujuh tampak keluarga sudah mampu menerapkan asuhan
keperawatan dengan hipertensi.
Harapan keluarga terhadap kunjungan yang telah dilakukan perawat
ialah keluarga dapat melanjutkan mengatasi masalah termasuk perawatan
pada anggota keluarga yang sakit khususnya dengan masalah hipertensi.
Hal ini sejalan dengan teori dimana, rencana asuhan keperwatan
mencakup evaluasi dari hasil implementasi yang telah dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan yang telah diterapkan de perencanaan
tercapai.
Pada saat kunjungan tak terduga yang penulis lakukan setelah
kunjungan keluarga yang ke tujuh dimana penulis menanyakan kembali cara
merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
Dari penjelasan dapat disimpulkan dengan pemberian terapi non
farmakologi dalam bentuk terapi rendam kaki dengan air hangat yang mampu
mengendalikan tekanan darah pada penderita hipertensi dan menurunkan
terjadinya kenaikan tekanan darah yang akan menimbulkan gejala sakit
kepala, tengkuk terasa berat, penglihatan kabur atau berkunang – kunang.
78

Selain itu Ny.E juga harus ada peran keluarga dan petugas kesehatan. Dimana
peran keluarga untuk selalu bisa mengingatkan ataupun merawat jika gejala
hipertensi pada Ny. E Kembali kambuh. Tn.I telah mampu merawat keluarga
khususnya Ny.E dengan hipertensinya.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang dilakukan terhadap keluarga Tn.I khususnya
pada Ny.E dengan masalah hipertensi di Nagari Nanggalo Kecamatan Koto
XI Tarusan tahun 2023, maka dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Dalam melaksanakan pengkajian terhadap klien dan keluarga dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Ini di dukung dengan sikap
keluarga yang menerima dan terbuka kepada penulis sehingga
terciptanya kerja sama yang baik dan di bantu oleh format pengkajian
yang ada.
2. Analisa data dan diagnosa
Dalam mengumpulkan data dan menegakkan diagnose penulis tidak
menemukan hambatan karena keluarga klien sanagat terbuka dengan
penulis sehingga mempermudah penulis untuk mendapatkan data dan
mengetahui permasalahan yang dirasakan keluarga.
3. Intervensi keperawatan
Dalam membuat perencanaan keperawatan, penulis dapat
melaksanakannya dengan baik, karena di sesuaikan dengan teori yang
ada dan diharapkan dapat mengatasi masalah klien dengan hipertensi
4. Implementasi keperawatan
Pada tahap ini Tindakan keperawatan terhadap klien di sesuaikan dengan
perencanaan yang telah penulis susun yang didapat dari teoritis. Semua
perencanaan di implementasikan oleh penulis dan dapat tercapai sesuai
dengan kriteria hasil yang di inginkan, namun terdapat kendala yang
penulis temukan yaitu susahnya waktu berkunjung untuk menemui dan
melakukan Tindakan kepada keluarga.
80

B. Saran
1. Bagi penulis
Diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang
penerapan terapi komplementer terapi rendam kaki dengan air hangat
untuk masalah hipertensi
2. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan dengan memberikan asuhan keperawatan tentang
penyakitnya, pengetahuan klien dan keluarga bertambah dan bisa
bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga yang sakit sesuai dengan lima tugas Kesehatan keluarga.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan kepustakan untuk
meningkatkan dan pengembangan Pendidikan serta ilmu pengetahuan
tentang asuhan keperawatan keluarga penerapan terapi rendam kaki
dengan menggunakan air hangat untuk masalah hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

A. Nies, M., & McEwen, M. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan


keluarga (6th ed.). Singapore: Elsevier Singapore Pte Ltd.

American Heart Association (AHA). (2016). Ejection Fraction Heart Failure


Measurement. Anwari, Miskbahul, dkk. (2018).

Azizah. (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta : Graha Ilmu Cipta.

Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. (E. A.setiawan,


Ed.).Yogyakarta: Nuha Medika.

Banjarnahor, S. (2019). Pentingnya Dokumentasi Dalam Pengkajian


Keperawatan. hhtp://doi.org/10.31219/0sf.io/cus43.

Chalise, H. N. (2019). Aging: basic concept. Am J Biomed Sci & Res, 1(1), 8-10.

Depkes. 2010. Panduan Kesehatan Olahraga bagi Petugas Kesehatan. Direktorat


Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.

Duthie, E. & K. (2007). Practice of Geriatric (4th ed.). WB Saunders Company


USA.

Friedman,M. et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan
Praktik. Jakarta:EGC.

Hernawan, totok, dkk. (2017). Pengaruh Senam Hipertensi Lansia Terhadap


PenurunanTekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Wreda
Darma Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta. Surakarta: Jurnal Kesehatan

Ilkafah (2014), Pengaruh Latihan Fisik (Senam Lansia) Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi RinganSedang Di
Rektorat Unibraw Malang, Jurnal Surya, Vol 2 Nomer IV, Malang.

Kemenkes. (2017). Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Asia di Pusat


Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2018). Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Infodatin Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
ISSN 2442-7659.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Riskesdas 2018 (Vol. 134). Jakarta.

81
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. (P. S. Kesehatan, Ed.) (Pertama).
Jakarta.

Kusmana, D. (2006). Olahraga untuk orang sehat dan penderita penyakit jantung
trias syok & senam 10 menit edisi 2. Jakarta : FKUI.

Lestari, A. D. (2010). Pengaruh struktur aktiva, pertumbuhan, dan likuiditas


terhadap struktur modal perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi dan
Keuangan, 6(2), 155-165.

Lionakis, N., Mendrinos, D., Sanidas, E., Favatas, G., Georgopoulou, M.,
Lionakis, N., … Favatas, G. (2012). Hypertension in the elderly, 4(5),
135–147. https://doi.org/10.4330/wjc.v4.i5.135

Machfoedz, I., dan Suryani, E. 2012. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari


Promosi Kesehatan. Fitrayama: Yogyakarta

Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakart: Selemba
Medika

Notoatmodjo, S. (2012) . Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Jakarta:


Rineka Cipta.

Nugroho. (2012). Keperawatan gerontik & geriatrik, edisi 3. Jakarta :

EGC Padila. (2013). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pengaruh Senam Anti Hipertensi Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah


Lansia Di Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember.
Jember: The Indonesian Journal Of Health Science

Potter, P. (2010). Fundamental of nursing :consep, prosesand practice (7th ed.).


Jakarta: EGC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnosis, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakaerta:DPP PPNI.

Price, A.S., dan Wilson, M. . (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

82
Puspita, R.M., dan Immelati, R. . (2012). Makanan Berbahaya untuk Penderita
Darah Tinggi. Jakarta: Dunia Sehat.

Ratnawati, E. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press.

Sherwood L. (2012). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC.

So’emah, E. N., & AH, A. A. (2017). Effect of ergonomic gymnastic to lipid


profile and blood pressure in patients with hypertension at Sumber
Agung village Jatirejo district Mojokerto regency. International Journal
Of Nursing and Midwifery, 1(1).

Stephen J.McPhee & William F ganong. (2010). Patofisiologi Penyakit :


Pengantar menuju Kedokteran klinis, Ed.5. (F. Dany, Ed.) (5th ed.).
Jakarta: EGC.

Suardiman, S. P. (2011). Psikologi Usia Lanjut (1st ed.). Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Sumintarsih. (2006). Kebugaran Jasmani untuk Lanjut Usia. Yogyakarta: UPN.


"Veteran".

Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah dan Pengertian Senam, Manfaat Senam,
dan Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksanaan Teknis Mata Kuliah
Umum Olahraga Undip

Susanti, Deby. 2015. Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft)


Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kota Padang.

Susilo, Y., dan Wulandari, A. (2010). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. (Anda,
Ed.).
Yogyakarta.

Tim Bumi Medika. (2017). Berdamai dengan Hipertensi. (Yanita Nur Indah Sari,
Ed.) (1st ed.). Jakarta.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Udjianti, W. (2010). Kepererawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Unger T, dkk. (2020) International Society of Hypertension Global Hypertension


Practice Guidelines. Hypertension. 2020 Jun;75(6):1334-1357. doi:
10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026. Epub 2020 May 6. PMID:

83
32370572.

WHO. (2019b). hypertension. Retrieved September 25, 2019,


from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension

Widyanto, C. . dan T. W. C. (2013). Trend Disease (Trend Penyakit Saat


ini).Jakarta: Penerbit Buku Kesehatan

84
85
Nama Mahasiswa: Nasri S. Kep
NIM : 22131355

Jurnal 1
A. Pertanyaan Klinis
Tabel Analisis PICO
Unsur PICO Analisis Kata Kunci
P (Problem) Penurunan Tekanan Lowering Blood
Darah Pada Lansia Pressure in
Dengan Hipertensi Elderly with
Menggunakan Terapi Hypertension
Rendam Kaki Dengan Using Foot Soak
Air Hangat Therapy in Warm
Water

I (Intervention) Rendam Kaki Dengan Soak Feet With


Air Hangat Warm Water
C (Comparison)
O (Outcome) tekanan darah decreased blood
menurun pressure

B. Temuan Penelusuran EBN


Judul Artikel : Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi
Menggunakan Rendam Kaki dengan Air hangat
Referensi : Mila febri Astutik, Mariyam Ners Muda, Vol 2 No 1
Analisis Singkat Artikel :
Peneliti Mila febri Astutik, Mariyam
Metode Penelitian metode deskriptif dengan pendekatan proses
asuhan keperawatan yang dilakukan pada 2
pasien yang dilakukan terapi rendam kaki
dengan air hangat di Desa Ginggangtani
meliputi pengkajian,diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi. Studi kasus ini
mengukur tekanan darah pada pasien lansia
dengan hipertensi. Pengukuran tekanan
darah dilakukan pre-post test terapi rendam
dengan air hangat sebanyak 3x pertemuan
selama 3 hari setiap sesi dilakukan 20 menit
Intervensi Identifikasi pengetahuan tentang
pengobatan yang direkomendasikan, berikan
dukungan untuk menjalani program
pengobatan dengan baik dan benar, libatkan
keluarga untuk memberikan dukungan pada
pasien selama pengobatan, jelaskan manfaat
dan efek samping pengobatan, ajarkan
kemampuan melakukan pengobatan mandiri
(self- medication. misal rendam kaki dengan
air hangat
Hasil Terapi rendam kaki menggunakan air hangat
efektif menurunkan tekanan darah pada
lanjut usia didapatkan hasil uji Wilcoxon
didapatkan adanya penurunan yang signifikan
antara rata- rata tekanan darah pre-test dan
post-test diberikan terapi dimana p value
sistole <0,001 dan p value = <0,005 yang
artinya adanya pengaruh terapi rendam kaki
air hangat untuk menurunkan tekanan darah
Kekuatan dan Peneliti tidak menjelaskan kelemahan dan
Kelemahan kekuatan dijurnal
C. Prosedur Pelaksanaan EBN
Intervensi intervensi untuk menurunkan tekanan darah adalah
terapi rendam kaki air hangat
Pengertian Terapi rendam kaki adalah terapi yang membuat untuk
meningkatkan sirkulasi darah dengan cara memperlebar
pembulu darah sehingga dapat banyak oksigen ke
jaringan yang mengakibatkan pembengkakan
Prosedur tindakan . Instrumen studi kasus ini yang digunakan adalah
Sphymanometer, stetoskop, baskom, air hangat bersuhu
40oC, handuk kecil, termometer, timer. Penerapan terapi
dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan selama 20 menit,
memasukkan kaki pasien dalam baskom yang berisi air
hangat sebatas mata kaki

Jurnal 2
A. Pertanyaan Klinis
Tabel Analisis PICO
Unsur PICO Analisis Kata Kunci
P (Problem) pengaruh terapi The effect of foot soak
rendam kaki dengan therapy with warm water on
air hangat terhadap reducing blood pressure in
penurunan tekana hypertensive patients
darah pada penderita
hipertensi
I (Intervention) terapi rendam kaki foot soak therapy with warm
dengan air hangat water

C
(Comparison)
O (Outcome) tekanan darah decreased blood pressure
menurun

B. Temuan Penelusuran EBN


Judul Artikel : Pengaruh Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Referensi : Nazaruddin, Mimi Yati , Dewi Sari Pratiwi Prodi Keperawatan,
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Mandala Waluya

Analisis Singkat Artikel :


Peneliti Nazaruddin, Mimi Yati , Dewi Sari Pratiwi
Metode Desain penelitian ini yaitu Pre Eksperimen dengan
Penelitian melakukan pendekatan secara “One Group Pre and Post-
Test Design”. Hasil uji analisis diperoleh hasil nilai p
sistolik = 0,000 dan hasil nilai p diastolik = 0,000
maka dapat diartikan bahwa terapi rendam kaki dengan
air hangat efektif dalam menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi
Intervensi intervensi keperawatan untuk menurunkan tekanan darah
adalah terapi rendam kaki air hangat
Hasil Dari hasil yang telah dilakukan didapatkan jumlah
penurunan tekanan darah responden ada yang
penurunannya banyak dan ada juga yang sedikit. Hal ini
dikarenakan setiap individu memiliki respon tubuh yang
berbeda- beda terhadap terapi rendam kaki air hangat
Kekuatan Kekuatan :
dan Pengambilan sampel sudah dilakukan dengan metode
Kelemahan randomisasi
Kelemahan :
Tidak ditemukan kelemahan
C. Prosedur Pelaksanaan EBN
Intervensi Rendam kaki menggunakan air hangat akan merangsang
barareseptor,
Pengertian Hidroterapi rendam air hangat secara konduksi dimana
terjadi perpndahan panas dari air hangat ke tubuh
sehingga akan menyebabkan pelebaran pembulu darah
dan dapat menurunkan ketegangan otot
Prosedur tindakan Setelah melakukan pengukuran tekanan darah peneliti
menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam
proses tindakan dengan rendam air hangat, suhu air
mencapai 38 derajat celcius. Dilakukan selama 30
menit..

Jurnal 3
A. Pertanyaan Klinis
Tabel Analisis PICO
Unsur Pico Analisis Kata Kunci
P (Problem) penerapan terapi rendam application of warm
kaki air hangat pada water foot soak therapy
hipertensi untuk penurunan in hypertension to reduce
tekanan darah dengan blood pressure with

I rendam kaki air hangat soak feet in warm water


(Intervention)
C
(Comparison)
O (Outcome) penurunan tekanan darah drop in blood pressure

B. Temuan PenelusuranEBN
Judul Artikel : Penurunan Tekanan Darah dengan Penerapan Terapi
Rendam Kaki dengan Air Hangat pada Hipertensi.
Referensi : Dewi Siti Oktaviant, Putri Dwi Insani Madago Nursing
Journal Vol. 3 No. 1
Analisis Singkat Artikel :
Peneliti Dewi Siti Oktaviant, Putri Dwi Insani
Metode  Penelitian ini menggunakan desain Quasy
Penelitian Experiment, yaitu pre-test dan post-test
without control.
 Penelitian ini menggunakan lembar observasi pengukuran
tekanan darah dan lembar checlist pemberian terapi
rendam kaki air hangat yang dinilai sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi
 Uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji
paired T Test, untuk mengetahui perbedaan mean pada
kelompok sama dari dua hasil pengukuran (pre test dan
post test).
Intervensi Interverensi diberikan yaitu dengan terapi rendam kaki air
hangat dengan suhu 390- 400, yang dilakukan selama tujuh
kali selama 2 minggu dalam waktu 15 menit.
Hasil  Hasil dari penelitian ini adalah selisih tekanan darah
responden sebelum dan sesudah diberikan terapi
rendam kaki air hangat yaitu tekanan darah sistol 12,5
mmHg dan tekanan darah diastol 10 mmHg.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan terjadi
penurunan tekanan darah setelah diberikan intervensi.
 Hasil uji statistik didapatkan p-value : 0,0005 (<0,05)
maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan
pemberian terapi rendam kaki air hangat terhadap
tekanan darah.
Kekuatan Kekuatan
dan  Pada penelitian ini membuat interprestasi yang rasional
dan ilmiah berdasarkan teori terkini
Kelemahan
 Penelitian membandingkan hasil penelitian sebelumnya
terkait penggunaan terapi rendam kaki dengan air
hangat untuk penurunan tekanan darah.

C. Prosedur Pelaksanaan EBN


Intervensi Penelitian dilakukan dengan memberikan intervensi terapi
rendam kaki dengan air hangat
Pengertian Terapi rendam kaki air hangat dapat digunakan sebagai terapi
non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
Prosedur Alat yang dipersiapkan adalah Air hangat suhu 38-40ᴼ C,
tindakan Baskom bersih - Handuk , Kain penutup baskom. Kemudian,
Isi baskom dengan air hangat dengan suhu 38-40ᴼC dengan
ketinggian air 15-20 cm atau sebatas mata kaki , Masukkan
kedua kaki ke dalam baskom yang berisi air hangat tadi (jika
perlu sebelumnya suruh pasien memakai kaos kaki untuk
menjaga kehangatan kaki). Lalu tutup baskom dengan kain
untuk menjaga kehangatan air atau agar suhu air tidak
berubah (jika perlu tambah air hangat lagi agar suhu tetap
stabil). Rendam kedua kaki selama 15-30 menit (akhiri terapi
jika pasien berkeringat banyak sebelum 30 menit. Angkat
kedua kaki lalu siram dengan air dingin dan keringkan dengan
handuk.
Gancart

Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E Dengan Hipertensi Yang Diberikan EvidenceBased Practice Rendam Kaki Air
Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan

Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV MingguV Minggu VI


No Kegiatan
12-18 Juni 19-25 Juni 26 juni -2 Juli 3-9 Juli 10-16 Juli 17-23 Juli
1 pelaksanaan praktek KIN
2 Bimbinga KIN
3 Pendaftaran &pelaksanaan ujian
4 revisi laporan

Pembimbing Padang, Juli 2023


Penulis

Ns.Yusriana,M.Kep.Sp.Kep.Kom
NIDN. 1010048506
Nasri.S.Kep
NIM : 22131355
Terapi rendam kaki
air hangat

Oleh

Nasri
22131355

Program studi ners


Stikes mercubaktijaya padang
2023
Oleh
Nasri
22131355

Program studi ners


Stikes mercubaktijaya
padang
2023
Oleh
Nasri
22131355

Program studi ners


Stikes mercubaktijaya
padang
2023

Anda mungkin juga menyukai