E
DENGAN HIPERTENSI YANG DIBERIKAN EVIDENCE BASED
PRACTICE RENDAM KAKI AIR HANGAT UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TARUSAN
NASRI, S. Kep
NIM. 22131355
NASRI, S. Kep
NIM. 22131355
( Nasri, S. Kep )
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing
(Ns. Yusriana,M.Kep.Sp.Kep.Kom)
NIDN. 1010048506
Dewan Penguji
Di tetapkan di : Padang
Tanggal : Juli 2023
KATA PENGANTAR
i
6. Staf dosen keperawatan STIkes MERCUBAKTIJAYA Padang yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan sebagai bekal bagi penulis.
7. Teristimewa buat kedua orang tua serta keluarga tercinta yang selalu
memberikan doa dan dukungan
8. Rekan – rekan mahasiswa Prodi Profesi Keperawatan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang yang telah menjadi keluarga dan selalu
ada memberikan semangat pada penulis untuk menyelesaikan Karya
Ilmiah Ners ini.
9. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Karya Ilmiah Ners ini yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Akhirnya penulis berharap agar karya ilmiah ini bermanfaat untuk kita
semua untuk perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan keperawatan
umumnya dan secara khusus diharapkan untuk memberikan masukan berharga
bagi ilmu keperawatan keluarga.
Penulis
ii
Nama : NASRI, S.Kep
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E
Dengan Hipertensi Yang Dierikan Evidence Based Practice Rendam Kaki Air
Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tarusan “
ABSTRAK
iii
Nama : NASRI, S.Kep
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Analysis of Gerontic Nursing Care For Mrs.E With
Hypertension Given Evidence Based Practice Soaking Feet in Warm Water to
Lower Blood Pressure in the Work Area of the Tarusan Health Center.
ABSTRACT
DAFTAR ISI
iv
COVER LUAR
COVER DALAM
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PERSETUJUAN
PERSETUJUAN PENGUJI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Perumusan Masalah..............................................................................8
C. Tujuan Penulisan...................................................................................8
D. Manfaat Penulisan................................................................................9
1. Pengertian Hipertensi......................................................................16
2. Gejala Hipertensi............................................................................16
3. Etiologi Hipertensi..........................................................................17
4. Patofisiologi Hipertensi..................................................................17
5. Faktor resiko hipertensi..................................................................18
v
6. Jenis Hipertensi...............................................................................21
7. Komplikasi Hipertensi....................................................................21
8. Penatalaksanaan Hipertensi............................................................22
C. Konsep Dasar Rendam Kaki Air Hangat
1. Defenisi Pengertian Tindakan terapi rendam kaki air hangat........23
2. Prosedur Tindakan terapi rendam kaki air hangat.........................24
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
A. Ringkasan Kasus Kelolaan.............................................................26
B. Pengkajian dan Analisa Data..........................................................27
C. Analisa Data....................................................................................41
D. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas................................43
E. IntervensiKeperawatan ..........................................................................44
F. Implementasi Dan Evaluasi....................................................................47
BAB IV PEMBAHASAN
A. Profil Lahan Praktek..............................................................................61
B. Analisa ProsesKeperawatan ...........................................................61
C. Diagnosa Keperawatan ...................................................................63
D. Intervensi Keperawatan.....................................................................64
E. Analisis Intervensi Dengan Konsep Peneliti Terkait Aplikasi
Evidence Based
.......................................................................................................
65
A. Kesimpulan......................................................................................70
B. Saran................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : WOC
Lampiran 2 : Gancart
Lampiran 3 : Jurnal
Lampiran 4 : EBN
Lampiran 5 : SOP
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua (lanjut usia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungannya, ditandai dengan kegagalan
seseorang individu untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi
stres fisiologis dan juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
kehidupan serta peningkatan kepekaan secara individual (Muhit, 2016).
Penduduk lansia di dunia mengalami peningkatan dari 8 % pada tahun
1950 menjadi 18 % pada tahun 2018 dan diperkirakan akan terus meningkat
dengan cepat hingga mencapai 27 % pada tahun 2040. Populasi lansia pada
tahun 2018 di dunia sebanyak 1054 juta jiwa atau sekitar 12 % dari total
populasi. (WHO, 2018). Sedangkan, jumlah lansia yang berumur 60-74 tahun
di Indonesia berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2018 diperkirakan
mencapai 20,24 juta jiwa atau setara dengan 8,03 % dari keseluruhan jumlah
penduduk. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah lansia perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah lansia laki – laki, yaitu 10,77 juta lansia
perempuan dan 9,47 juta lansia laki – laki (Kemenkes,2018).
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2018) selama
dalam kurun waktu hampir 50 tahun dari 1971 sampai 2018 persentase lansia
di Sumatera Barat meningkat dua kali lipat. Persentase lansia mencapai
9,27% atau sekitar 24,49 juta orang, adapun persentase lansia di Sumatera
Barat di dominasi oleh lansia muda yaitu kelompok umur 45 sampai 59 tahun
yang persentasenya mencapai 63,39 %, sisanya adalah lansia madya (lansia
usia pertengahan) yaitu kelompok umur dari 60 – 69 tahun sebesar 27,92 %
dan lansia tua yaitu kelompok umur 70 tahun keatas sebanyak 8,69 % dari
jumlah populasi tersebut. Di Kabupaten Pesisir selatan tahun 2020 jumlah
lansia yaitu 56.593 orang dan di wilayah kerja puskesmas Tarusan pada
tahun 2020 berjumlah 3.037 orang (Disdukcapil, 2020).
viii
Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit
degeneratif. Salah satu penyakit yang sering dialami lansia adalah hipertensi
(Utama, 2009). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
(Saputra, 2014). Hipertensi atau dikenal sebagai tekanan darah tinggi menjadi
masalah kesehatan yang mendunia (Mills et al, 2016). Hipertensi salah satu
terjadinya penyakit kardiovakuler pada lanjut usia. Pada usia lanjut tekanan
darah cendrung tinggi sehingga lansia lebih beresiko mengalami
hipertensi. Hipertensi salah satu penyakit degenerative yang perlu diwaspadai
bagi kesehatan, tetapi tidak secara langsung membunuh penderitanya.
Apabila tidak ditangani dengan baik, dapat memicu penyakit tergolong berat
seperti stroke, infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal, dan
gangguan penglihatan (Arifin & Weta, 2016).
World Health Organization (WHO) (2019) melaporkan angka
kejadian hipertensi pada lansia di Afrika memiliki prevalensi hipertensi
tertinggi sebesar 27 % dan Asia Tenggara berada diposisi ketiga dengan
prevalensi sebesar 25% terhadap total penduduk. Sebanyak 1,13 milliar kasus
dimana satu dari lima perempuan terkena hipertensi dan satu dari empat laki-
laki terkena hipertensi, diperkirakan meningkat pada tahun 2025 sebanyak
1,5 miliar kasus. Di Indonesia, hipertensi memiliki pravalensi 45,9% pada
kelompok usia 55-64 tahun, meningkat menjadi 57,6% pada kelompok usia
65-74 tahun dan meningkat menjadi 63,8% pada usia lebih dari 75 tahun.
Data Riskesdas tahun (2018) menunjukkan prevalensi hipertensi yakni 34,1%
mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 25,8% (Kementerian
Kesehatan RI, 2018).
Berdasarkan data dari profil kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun
2020 penyakit hipertensi pada lansia sudah mencapai jumlah 73.639 (Profil
Dinkes Provinsi Sumatera Barat,2020). Data prevelensi hipertensi dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Pesisir selatan tahun 2020. Puskesmas Tarusan
didapatkan bahwa penderita hipertensi lansia berjumlah 2974 jiwa. Sementara
untuk daerah Nagari Nanggalo, didapatkan data bahwa penyakit hipertensi
ix
merupakan penyakit terbanyak yang diderita lansia, diikuti oleh asam urat
dan rematik.
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah secara
abnormal, baik tekanan darah sistol maupun tekana darah diastole. Hipertensi
atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan kronis yang
ditandai dengan meningkatnya tekanan darah dalam dinding pembuluh darah
arteri. Keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk
mengedarkan darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah hal ini juga
dapat menggu aliran darah, merusak pembuluh darah serta dapat
menyebabkan penyakit degeneratif hingga kematian (Sari, 2017). Hipertensi
terjadi Ketika tekanan darah sistolik mengalami kenaikan melebihi 140
mmHg atau diastolic melebihi 90 mmHg, setelah melalui dua kali
pengukuran atau lebih (Hinkle & Cheever, 2018). Hipertensi merupakan
masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada
penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk
beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai silent
killer (Kemenkes, 2018).
Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit
kepala, leher terasa kaku, kelelahan, pandangan kabur, bahkan sebagian besar
Hipertensi ini tidak memiliki gejala (Nurmayni, 2021). Hipertensi terjadi
karena dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko. Faktor-faktor risiko yang
menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol,
genetik, stres, asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal
dan diabetes melitus (Sinubu R.B., 2015). Menurut Cahyahati, Kartini &
Ragfiludin (2018), hipertensi pada lansia yang tidak ditangani secara segera
dapat menyebabkan komplikasi.
Menurut (Dzau and Balatbat, 2019) komplikasi hipertensi yaitu stroke
trombolitik dan hemoragik, retinopati, Infark miokard akut, gagal jantung,
proteinuria, gagal ginjal, penyakit pembuluh darah aterosklerotik termasuk
stenosis dan aneurisma. Sehingga perlu adanya upaya penatalaksanaan
penyakit hipertensi. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan hipertensi adalah
x
umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan garam,
merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes melitus (Sinubu
R.B., 2015).
Melihat dampak dan komplikasi yang ditimbulkan hipertensi,
pemerintah telah melakukan upaya dalam pencegahan dan pengendalian
hipertensi diantaranya adalah meningkatkan promosi kesehatan melalui
Komunikasi Infromasi Edukasi (KIE) dalam pengendalian hipertensi seperti
perilaku CERDIK dan PATUH, meningkatkan pencegahan dan pengendalian
hipertensi berbasis masyarakat dengan self awareness melalui pengukuran
tekanan darah selain itu pemerintah juga telah melakukan upaya seperti
meningkatkan akses ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP),
optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu pelayanan, salah satu
upaya pencegahan komplikasi hipertensi khususnya penyakit jantung dan
pembuluh darah di FKTP melalui Pelayanan Terpadu (PANDU PTM 5).
Pemberdayaan masyarakat dalam deteksi dini dan monitoring faktor risiko
dini dan monitoring peningkatan faktor resiko hipertensi melalui Posbindu
PTM dan Posbindu Lansia (Kemenkes, 2019).
Peran perawat komunitas dalam menghadapi masalah hipertensi
lansia diwilayah kerja Puskesmas Tarusan untuk menghadapi dampak atau
akibat lebih lanjut yaitu dengan melakukan skrining pasien yang sehat
maupun yang beresiko dan di input ke dalam aplikasi ASIK, salah satu nya
untuk mengetahui lansia yang sudah pernah memeriksa kesehatan atau tidak.
Menurut (WHO, 2012), dari 50% penederita Hipertensi yang
diketahui, 25% mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang diobati dengan
baik. Pengobatan penderita Hipertensi belum efektif karena sering terjadi
kekambuhan serta menimbulkan efek samping berbahaya dalam jangka waktu
yang panjang (Dicky, 2011). Pemakaian obat antihipertensi dalam jangka
panjang dapat mengakibatkan ketergantungan akan obat, penurunan
metabolisme pada lansia, penurunan fungsi ginjal, penurunan kemampuan
jantung dan pembuluh darah, menyebabkan kerusakan fungsi kognitif yang
tidak baik bagi kesehatan lansia (Lutfiyati et al., 2017). Hal ini yang
xi
mendorong para ilmuwan untuk mengembangkan terapi non farmakologis.
Menurut Dalimartha (2018) terapi non farmakologis dapat digunakan
sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan farmakologis (obat
anti Hipertensi) yang lebih baik. Menurut Malinda (2022) pasien hipertensi
sangat di anjurkan untuk melakukan terapi non- farmakologis bertujuan agar
tekanan darah menurun dan faktor-faktor resiko serta penyakit lainnya dapat
dikendalikan. Penelitian dari Ainurrafiq dkk (2019) mengatasi hipertensi
dapat dilakukan berbagai upaya yaitu pemberian terapi non farmakologis
berupa: modifikasi gaya hidup, mengurangi berat badan, pembatasan asupan
natrium, modifikasi diet rendah lemak, pembatasan alkohol, pembatasan
kafein, menghentikan kebiasaan merokok dan kendalikan stres.
Penelitian yang dilakukan oleh Seke dkk (2016) menyebutkan ada
hubungan antara kejadian stres dengan hipertensi pada lansia. Menurut
Jadhav et al., (2014) dari 213 kasus hipertensi yang diteliti (5,92 %) ketika
stres meningkat maka resiko hipertensi meningkat. Hubungan yang signifikan
secara statistik ditemukan antara stres mental dan hipertensi terutama pada
laki-laki. Stres mental jelas merupakan salah satu faktor resiko hipertensi.
sehingga diperlukan tindakan dan latihan penghilang stres seperti tehnik
relaksasi.
Tekhnik relaksasi merupakan salah satu teknik pengolahan diri yang
didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Relaksasi
ini mampu menghambat stres atau ketegangan jiwa yang dialami seseorang
sehingga tekanan darah tidak meninggi atau menurun, sehingga relaksasi
akan membuat kondisi seseorang dalam keadaan rileks atau tenang, dalam
mekanisme autoregulasi, relaksasi dapat menurunkan tekanan darah dengan
cara penurunan denyut jantung dan Total Peripheral Resistance (Corwin,
2009).
Penatalaksanaan nonfarmakologi dengan terapi rendam kaki air
hangat salah satu terapi tradisional sabagai solusi yang efisien, murah, mudah
diterapkan dan diingat baik dilakukan secara mandiri, dengan bantuan
keluarga ataupu perawat (Nurmaulina & Hadiyanti, 2021). terapi rendam kaki
xii
air hangat sangat efektif dalam menurunkan tekanan darah (Ilkafah, 2016).
Terapi rendam kaki air hangat merupakan jenis terapi non farmakologi agar
tekanan darah mengalami penurunan dan terbilang mudah untuk dilakukan
dibandingkan terapi lainnya (Malinda, 2022).
Terapi rendam kaki air hangat menggunakan penerapan panas ke
tubuh sebagai intervensi untuk meningkatkan aliran darah, merevitalisasi
tubuh, dan meningkatkan relaksasi. Air panas mengaktifkan saraf
baroreseptor, yang mendorong impuls ke pusat vasomotor dan menyebabkan
dilatasi pembuluh darah dan arteriol, menghasilkan efek relaksasi terapi
rendam kaki. Vasodilatasi yang terjadi di arteriol menurunkan resistensi
perifer, yang menurunkan aliran balik vena dan menurunkan curah jantung.
Selain itu, terapi rendam kaki merangsang produksi bahan kimia endorfin dari
kelenjar hipofisis, yang mengaktifkan sistem saraf parasimpatis dan
menurunkan aktivitas daripada saraf simpatik. Hal ini menyebabkan
vasodilatasi menyeluruh, yang menurunkan tekanan darah dan menurunkan
resistensi perifer. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada lansia
hipertensi yang telah menjalani terapi rendam kaki terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai BP pretest dan posttest (P = 0,001) (Ignasimuthu &
Parimala, 2022)
Merendam kaki air hangat dapat memperlancar efek relaksasi bagi
tubuh dan dapat menurunkan peredaran darah. Racun dalam tubuh dapat
terserat oleh air hangat pada suhu 380 –
400 C sehingga dapat meringankan
sakit dan tegang pada otot dan membuat aliran peredaran darah lancar
(Darmayanti & Windyastuti, 2022; Dinkes, 2014). Terapi rendam kaki
menggunakan air juga bermanfaat menghilangkan rasa lelah dan mengatasi
nyeri (Ulinnuha et al., 2018) .Terapi rendam kaki menggunakan air hangat
termasuk ke dalam jenis hidroterapi yang berperan penting dalam efektivitas
proses sirkulasi darah, mengatasi pembengkakan, merileksasikan otot,
mengurangi rasa nyeri dan sakit pada otot, meningkatkan permeabilitas
kapiler melalui adanya transfer rasa hangat dari air menuju tubuh. Sejalan
dengan Ambarsari et al (2020) Kalor yang dihasilkan dari proses rendam kaki
xiii
air hangat membuat pembuluh darah menjadi lebar, saraf yang berada di kaki
terangsang sehingga sistem saraf parasimpatis dapat diaktifkan dan tekanan
darah mengalami penurunan.
Menurut Zarastika (2017) bahwa terapi rendam kaki dengan air
hangat sangat baik dilakukan agar tekanan darah dapat mengalami
penurunan. Pada penelitian Darmayanti & Windyastuti (2022) terjadi
perubahan signifikan pada tekanan darah dari 150/ 100 mmHg menjadi
140/90 mmHg setelah dilakukan 4 kali kunjungan dengan tindakan terapi
rendam kaki air hangat. Perubahan tekanan darah sistolik dipengaruhi oleh
psikologis sehingga dengan relaksasi atau terapi akan mendapatkan
ketenangan yangakan menurunkan tekanan darah sistolik (Dusek & Benson,
2009).
Tak hanya dapat menjadi antiseptik, merendam kaki dengan air hangat
juga dapat membantu menurunkan tekanan darah. Merendam kaki dalam air
hangat dibarengi dengan teknik relaksasi napas, akan menurunkan tekanan
darah cukup signifikan. Kelebihan terapi air hangat dari terapi lainnya yaitu
yang pertama sangat mudah untuk dilakukan dan bahan serta alat nya sangat
mudah ditemukan dapur rumah tetapi harus dilakukan secara konsisten.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astutik & Mariyam (2021)
menunjukkan bahwa adanya penurunan tekanan darah pada lansia yang
diberikan terapi rendam kaki dengan air hangat sebanyak tiga kali dan setiap
intervensi berlangsung selama 20 menit, rata-rata tekanan darah berkurang
sebesar 7,21 mmHg sistololik dan 1,1 mmHg diastolik. Proses terapi rendam
kaki air hangat terasa lebih berkhasiat karena energi panas dari air hangat
memiliki sifat mendilatasi sehingga membantu efektivitas sirkulasi darah juga
memberi rangsangan pada saraf-saraf kaki agar saraf parasimpatis dapat
diaktifkan serta mengendalikan tekanan darah (Astutik & Mariyam, 2021).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 Juni
2023 di Nagari Nanggalo, Kecamatan Koto XI Tarusan Kab Pesisir Selatan.
Pada keluarga Ny.E didapatkan masalah keperawatan pada salah satu lansia
yaitu Ny. E yang sudah menderita Hipertensi sejak ± 12 tahun yang laludan
xiv
sudah mendapatkan obat hipertensi yang diminum setiap hari. tetapi Ny. E
masih belum rutin meminum obat hipertensi dan hanya meminum jika ingat
saja. Gejala yang biasanya dirasakan oleh Ny. E yaitu nyeri dibagian kepala
dan sering merasakan pusing dan terkadang pandangan kabur, serta kuduk
terasa berat. Ny. E mengatakan sejak dulu tidakk pernah menjaga pola makan
dan menyukai makanan yang berlemak dan bersantan yang merupakan
pantangannya. Saat pengkajian didapatkan hasil pengukuran tekanan darah
yaitu 160/90 mmHg.
Ny. E mengetahui penyebab hipertensi yang dideritanya, namun Ny. E
masih kesulitan dalam perawatan dan pengobatan mengenai hipertensi serta
mematuhi pengobatan dan mengikuti pola hidup yang dianjurkan untuk
penderita Hipertensi dan belum menerapkan perawatan penyakit hipertensi
serta membutuhkan perawatan yang komprehensif, Maka mahasiswa merasa
perlu melakukan pembinaan pada salah satu lansia yang menderita penyakit
hipertensi tersebut dalam bentuk upaya promotif dan preventif. Pembinaan
lansia tersebut penulis dokumentasikan dalam sebuah Karya Ilmiah Ners yang
berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E Dengan
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Dan Evidence Based
Practice Rendam Kaki Air Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
karya tulis ilmiah akhir adalah: “Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Ny.E Dengan Hipertensi Yang Diberikan Evidence Based Practice Rendam
Kaki Air Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarusan ”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E Dengan
Hipertensi Yang Diberikan Evidence Based Practice Rendam Kaki Air
Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tarusan”
xv
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian dengan masalah hipertensi melalui
penerapan terapi rendam kaki air hangat
b. Menjelaskan diagnosa keperawatan dengan masalah hipertensi
melalui penerapan terapi rendam kaki air hangat
c. Menjelaskan intervensi keperawatan dengan masalah hipertensi
melalui penerapan terapi rendam kaki air hangat
d. Menjelaskan implementasi keperawatan dengan masalah
hipertensi penerapan terapi rendam kaki air hangat
e. Menjelaskan evaluasi keperawatan dengan masalah hipertensi
melalui penerapan terapi rendam kaki air hangat
f. Menjelaskan analisa kasus dengan masalah hipertensi melalui
penerapan terapi rendam kaki air hangat
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan keperawatan
a. Pengembangan kemampuan mahasiswa dalam memberikan
perawatan yang komprehensif dan menambah pengalaman
mahasiswa dalam merawat lansia dengan hipertensi dengan
menerapkan terapi rendam kaki air hangat pada lansia
b. Memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang ilmu keperawatan mengenai perawatan
pada lansia dengan hipertensi yang berkaitan dengan terapi rendam
kaki air hangat yang dapat menurunkan tekanan darah pada lansia.
c. Hasil laporan ilmiah akhir ini dapat dijadikan sebagai sumber
literatur dan bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin meneliti
penerapan asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi yang
berkaitan dengan terapi rendam kaki air hangat pada lansia dengan
pengembangan variabel lain.
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan/ keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
xvi
menyusun rencana keperawatan mandiri, khususnya perawat komunitas
dalam membuat intervensi keperawatan sebagai terapi pada lansia
dengan hipertensi yang berdasarkan.
xvii
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
18
19
dagu, lengan bagian atas dan daerah perut. Kondisi ini diikuti dengan
adanya permasalahan sendi terutama pada bagian lengan dan tungkai
yang membuat lansia menjadi sulit berjalan (Ratnawati, 2017)
Kondisi lansia juga menyebabkan berkurangnya tenaga,
energi yang menurun, kulit makin keriput, tulang yang mulai rapuh
dan gigi mudah lepas. Ketika seseorang memasuki usia tua maka
akan terjadi penurunan yang signifikan serta mengalami berbagai
kerusakan pada berbagai organ tubuh seperti kekakuan pada
pembuluh darah sehingga lansia rentan terserang penyakit termasuk
hipertensi (Padila, 2013)
b. Perubahan pada psikososial
Perubahan psikososial yang dialami lansia yaitu terjadinya
kehilangan pekerjaan atau pensiunan, dimana ketika seorang telah
pensiun, ia akan mengalami kehilangan finansial, kehilangan status,
kehilangan teman maupun relasi. Pada masa tua, lansia juga merasa
takut akan kematian dan diikuti dengan munculnya perubahan-
perubahan dalam cara hidup, perubahan dalam perekonomian,
meningkatnya biaya hidup dan adanya penyakit kronis dan
ketidakmampuan (Bandiyah, 2009).
Pada saat penuaan berlangsung dan pensiuan telah menjadi
kenyataan, terdapat berbagai stressor atau kehilangan yang dialami
oleh beberapa lansia dan pasangannya yang akan mengganggu
transisi peran mereka.
Stresor ini dapat berupa :
1) Ekonomi, menyesuaikan terhadap penurunan pendapatan pokok,
selanjutnya mungkin menyesuaikan terhadap ketergantungan
ekonomi (bergantung pada keluarga atau pemerintah untuk
mendapat subsidi).
2) Perumahan, sering berpindah tempat ke rumah yang lebih
sederhana, fasilitas hidup dibantu, dan kadangkala dipaksa untuk
pindah ke panti jompo.
22
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara abnormal dan terus-menerus pada beberapa kali
pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal (Majid, 2017).
Hipertensi merupakan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan
diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi diartikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan darahnya sistolik diatas 140 dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada manula hipertensi sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Manurung, 2018).
Hipertensi adalah faktor penyebab timbulnya penyakit berat
seperti serangan jantung, gagal jantung dan stroke. Angka yang diawal
merupakan tekanan darah sistolik yang berhubungan dengan didalam
pembuluh darah ketika jantung berkontraksi sedangkan tekanan
diastolik yang mewakili tekanan didalam pembuluh darah ketika jantung
dalam keadaan istirahat atau relax setelah berkontraksi (Nadjib, 2015).
2. Gejala Hipertensi
Hipertensi tidak memiliki gejala spesifik. Secara fisik, seseorang
yang mengalami hipertensi juga tidak menunjukkan kelainan apa pun.
Gejala hipertensi kadangkala menyerupai gejala atau keluhan kesehatan
pada umumnya sehingga sebagian orang tidak mengetahui bahwa dirinya
terkena hipertensi. Biasanya tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan
untuk hipertensi dan sering disebut “silent killer”. Pada kasus hipertensi
berat, gejala yang dialami klien antara lain : sakit kepala, rasa berat di
tengkuk, palpitasi, kelelahan, neusea, vomiting, ansietas, keringat
berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksi, pandangan kabur atau
ganda, tinnitus (telinga berdenging) serta kesulitan tidur (Udjianti, 2010)
24
3. Etiologi Hipertensi
Menurut (Manuntung, 2018), penyebab hipertensi dibagi kedalam
dua kelompok yaitu hipertensi esensisal dan hipertensi sekunder, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Hipertensi esensia atau primer
Penyebab pasti hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Berbagai factor diduga turut berperan sebagai
penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stress
psikologis, dan herediter. Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong hipertensi primer, sedangkan 10%nya tergolong hipertensi
sekunder
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguang kelenjar tiroid, penyakit kelenjar adrenal dan lain-lain.
Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensi
esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditunjukan
ke penderita hipertensi esensial.
4. Patofisiologi Hipertensi
Menurut Price dan Wilson (2010) peningkatan tekanan darah
sistematik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari
ventrikel kiri, hal ini menyebabkan beban kerja jantung bertambah
sehingga terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan
kontraksi. Akibatnya kemampuan ventrikel untuk mempertahankan
curah jantung dengan hipertropi konvensasi menurun, akhirnya terjadi
dilatasi dan payah jantung.
Jantung akan terancam oleh semakin parahnya aterosklerosis
koroner. Bila aterosklerosis berlanjut, penyediaan oksigen miokardium
berkurang. Peningkatan kebutuhan oksigen pada miokardium terjadi
akibat hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung
25
6. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :
a. Hipertensi priemr atau essensial
Sembilan puluh persen penderita hipertensi mengalami
hipertensi esssensial (primer). Penyebabnya secara pasti belum
diketahui. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi essensial, yaitu faktor genetik, stress dan psikologis, faktor
lingkungan (Majid, 2017). Peningkatan tekanan darah adalah tanda
hipertensi primer. Umumnya gejala baru terlihat setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata,otak dan jantung
(Andra et al, 2013).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya sudah diketahui, Umumnya
berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan
cairan tubuh 5-10% penderita hipertensi penyebabnya ginjal yang
tidak berfungsi 1-2 % pemakaian kontrasepsi oral dan tergantung
keseimbangan hormone yang merupakan faktor pengatur tekanan
darah (Manurung,2018). Penyebab hipertensi sekunder diantaranya
adalah berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, retensi
insulin, hipertiroidisme. Hipertensi sekunder lebih mudah
dikendalikan dengan obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan
kortikosteroid (Majid, 2017).
7. Komplikasi Hipertensi
Hiperetensi merupakan faktor resiko untuk terjadinya segala
bentuk manifestasi klinik dan aterosklerosis. Hipertensi dapat
meningkatkan resiko untuk terjadinya kejadian kardiovaskular dan
kerusakan organ target, baik lansung maupun tidak langsung. Mortalitas
meningkat dua kali pada setiap kenaikan tekanan darah sebesar 20/10
mmHg. Pada keadaan dengan tekanan darah high-normal (130-139/ 85-
89 mmHg), didapatkan peningkatan kejadian kardivaskular 2,5 pada
29
wanita dan 1,6 kali pada pria bila dibandingkan dengan tekanan darah
normal. Sedang resiko untuk penyakit ginjal, meningkatnya tekanan
darah sistolik lebih erat kaitannya dengan kejadian penyakit ginjal tahap
akhir bila dibandingkan dengan tekanan darah diastolik, terutama pada
usia lebih dari 50 tahun. Tekanan darah yang meningkat dapat
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan parenkim ginjal.
Berbagai kerusakan target tersebut antara lain :
a. Pada jantung; hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokard,
dan gagal jantung kongestif.
b. Penyakit ginjal kronis dan penyakit ginjal tahap akhir
c. Retinopati
d. Pada otak;Stroke atau transient ischemic attack
e. Penyakit arteri perifer
Studi klinis juga yang membuktikan bahwa dalam penurunan
tekanan sistol dapat mencegah mortalitas dan morbiditas pada lansia.
Penurunan tekanan darah sistol sebesar 10 mmHg berhubungan dengan
semakin berkurangnya 13 % dari total kematian, 30 % resiko stroke, 28
% kematian akibat penyakit kardivaskular dan 23 % akibat penyakit
koroner dan pemberian terapi anti hipertensi pada lansia dalam
menurunkan tekanan darah harus sesuai kaidah JNC VII yaitu ” start low
go slow” dimana target penurunan darah adalah 140/90 mmHg dengan
penurunan rerata secara bertahap antara 7-10 mmHg. (Duthie & Katz,
2007)
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengobatan hipertensi bisa dengan pengobatan farmakologis dan
pengobatan non farmakologis.
a. Pengobatan farmakologis untuk mengatasi hipertensi adalah
pengobatan yang menggunakan obat-obat kimia. Tujuan pengobatan
modern ini adalah untuk mendiagnosis tingkat keparahan
hipertensinya dan menentukan jenis obat yang paling tepat untuk
pasien bersangkutan. Adapun obat modern yang digunakan adalah
30
33
34
menurunkan tekanan darah. Manfaat dari terapi rendam kaki dengan air
hangat ini merupakan salah satu jenis terapi alamiah yang bertujuan untuk
meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan relaksasi otot, menyehatkan
jantung, menghilangkan stress, meringankan rasa sakit, meningkatkan
permeabilitas kapiler dan memberikan kehangatan pada tubuh sehingga
sangat bermanfaat dalam penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Diberikan dalam jangka waktu 7 hari dengan dilakukan secara rutin
(Puspitasari & Harini, 2021).
Hasil implementasi dan evaluasi yang telah dilakukan selama selama
7 hari yang telah dilakukan, dengan pemberian terapi rendam kaki dengan air
hangat berdampak positif pada Ny.E dengan berkurangnya nyeri kuduk dan
kepala dan adanya penurunan tekanan darah menjadi 140/90 mmHg yang
sebelum pemberian terapi rendam kaki dengan air hangat ini tekanan darah
160/90 mmHg selama 7 hari pemberian terapi. Masalah penurunan derajat
kesehatan keluarga sudah bisa ditangani dimana keluarga sudah mampu
memutuskan merawat anggota keluarga, mampu merawat anggota keluarga
dengan manajemen diet pada hipertensi, serta keluarga mampu memodifikasi
dan menggunakan fasilitas kesehatan dalam keluarga setelah dilakukan
kunjungan perawat oleh mahasiswa dari yang sebelumnya keluarga belum
mampu untuk mengenal masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga.
B. Pengkajian
I. Data umum
1. Identitas keluarga
a. Nama kepala keluarga : Tn. I
b. Usia kepala keluarga : 70 tahun
c. Alamat : Nagari Nanggalo
d. Pekerjaan : Swasta
e. Pendidikan : SMA
f. Komposisi keluarga
35
Imunisasi
No Nama J/k Hub Pdd U Pekerjaan
Bcg Dpt Polio Hep Camp
1 Ny. E P Istri S1 65 Pensiunan - - - - -
2 An. K P Anak S1 28 swasta √ √ √ √ √
2. Genogram
Gambar 3. 1 2.Genogram
Keterangan
=Laki-laki meninggal
=Laki-Laki hidup
= klien
= Perempuan Hidup
=Tinggal serumah
3. Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn.I yaitu Nuclear family dimana terdiri – dari ayah, ibu
dan anak dan tinggal dalam satu rumah.
4. Suku bangsa
Diketahui bahwa keluarga Tn.I semua bersuku Minang dimana memiliki
tradisi mengikuti garis keturunan ibu. Dan Bahasa sehari – hari keluarga
Tn.I adalah Bahasa Minang.
36
5. Agama
Keluarga Tn.I menganut agama Islam. Tn.I mengatakan melakukan
sholat 5 waktu dirumah dan kadang – kadang sholat berjamaah di Mesjid.
6. Status social ekonomi
Tn.I adalah seorang pekerja swasta dan memiliki istri Ny.E sebagai
seorang pensiunan yang memiliki cukup penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari . Ny.E mengatakan mempunyai tabungan untuk
keperluan yang tidak terduga.
7. Aktivitas rekreasi keluarga
Ny.E mengatakan aktivitas rekreasi keluarganya akan berkumpul saat
makan malam setiap harinya. dan pergi rekreasi kesuatu tempat disekitar
padang.
II. Riwayat perkembangan keluarga
1. Tahap perkembanga keluarga saat ini.
Tahap perkembangan keluarga Tn.I saat ini adalah keluarga
dengan lansia, berada pada tahap perkembangan keluarga lansia dan
pensiiunan. Tahap perkembangan keluarga lansia dimulai saat masuk
masa pension sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal. Adapun tugas perkembangan yang harus
terpenuhi pada tahapan ini, sebagai berikut:
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
b. Menyesuaikan terhadap pendapat yang menurun.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan.
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka
(penelaahan dan integritas hidup) (Friedman, et al, 2010).
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Seluruh tugas perkembangan keluarga lansia telah terpenuhi. Namun
beberapa tugas keperawatan keluarga masih ada yang belum terpenuhi
seperti mempertahankan pengatuhran hidup yang memuaskan yang
37
KM DAPUR
KT
RUANG KELUARGA KT
Septik Tank
KT RT
1. Karakteristik rumah
Ruamah yang dimiliki Tn.I dan Ny.E sudah permanen dan milik sendiri,
yang memiliki tiga kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang
dapur dan 1 kamar mandi yang berlantai semen dengan dinding rumah
semen, Tn.I sudah memakai listrik sebagai penerangannya, peralatan
rumah tangga yang ada dirumah yaitu kursi tamu, lemari hiasan, kulkas,
kipas angin dan peralatan dapur. Peralatan rumah tertata dengan rapi,
kebersihan rumah cukup bersih, sanitasi cukup baik dan terpapar oleh
sinar matahari. Ny.E dan keluarga menggunakan air sumur dan PDAM
untuk mandi, memasak dan mencuci, air minum pake gallon. Jarak
anatara septi tank dengan wc ±10 Meter. Keadaan kamar mandi serta wc
dengan lantai semen, kebersihannya baik, Ny. E mengatakan ia menguras
bak mandi setiap satu kali seminggu.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas
Hubungan keluarga dengan masyarakat sangat baik, tipe komunikasi
ditempat tinggal adalah homogen dimana warga masih orang Minang.
Masyarakat sekitar banyak yang bekerja sebagai buruh tani sehingga di
pagi dan siang hari warga tidak ada dirumah, warga di lingkungan sekitar
rumah Tn.I baik dan ramah, lingkungan sekitar rumah Tn.I cukup bersih.
39
3. Struktur peran
40
a. Tn.I
Berperan sebagai kepala keluarga, suami, ayah. Tn.I berperan dalam
mengambil keputusan keluarga dan pemegang kendali rumah tangga
dan mencari nafkah.
b. Ny.E
Berperan segai istri, ibu bagi anak – anaknya . Ny. E juga berperan
sebagai pengatur dan pengontrol pengeluaran keluarga serta
mendidik anak – anaknya.
c. An. K
An. K berperan sebagai anak yang memerlukan kasih sayang dan
perhatian.
4. Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn. I mengatakan bahwa keluarganya mengikuti nilai norma
yang berlaku di masyarakat mereka yang sesuai dengan keyakinan
mereka.Ny.E mengatakan percaya dengan pelayanan kesehatan, tetapi
bagi keluarga Ny.E semua kebenaran kembali lagi kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Dalam keluarga Tn.I mereka mengatakan mereka saling menghargai
satu sama lain dimana mereka sama-sama merasakan perasaan memiliki
dan dimiliki serta mereka saling mendukung satu sama lain.
2. Fungsi sosialisasi
Ny.E mengatakan dalam membesarkan anak mereka melakukan
bersama – sama dengan Tn.I. Ny.E mengatakan tidak pernah memakai
pembantu atau pengasuh anak dalam membesarkan anak-anak mereka.
Ny.E mengatakan anak mereka mengikuti mereka seperti agama dan
suku yang dianut.
3. Fungsi perawat Kesehatan
Ny.E mengatakan sehat adalah apabila keluarga masih dapat melakukan
aktivitas dengan normal dan tanpa gangguan Kesehatan, sedangkan
41
Keterangan :
0: Mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang
lain dan alat, 4 : bergantung total
C. Analisa Data
Tabel 3. 4. Analisa data
No Data Masalah
1 Data Subjektif : Nyeri kronis
1. Ny.E mengatakan sakit kepala dan kuduk dan
terkadang mual serta kesemutan
2. Ny.E mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul
3. Ny.E mengatakan nyerinya seperti tertimpah beban
berat
4. Ny.E mengatakan apabila nyerinya datang dia hanya
minum amlodipine dan membawanya istirahat
5. Ny.E mengatakan jika di bawa berdiri pandangannya
berkunang – kunang dan terasa berat di kuduk.
6. Ny.E mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak
12 tahun yang lalu.
Data objektif :
1. TD : 160/90 mmHg
2. Skala nyeri 6
3. Klien tampak meringis
4. Ny.E tampak memegang kepala dan kuduknya
2 Data Subjektif: Pemeliharaan
1. Ny.E mengatakan suka mengkonsumsi makanan Kesehatan
yang bersantan dan berlemak tidak efektif
2. Ny. E mengatakan selalu kepikiran anak – anaknya
3. Keluarga Ny. E mengatakan tidak mampu merawat
anggota keluarga dengan hipert ensi
Data Objektif :
1. TD : 160/90 mmhg
2. Nadi : 100x/i
3. RR : 24x/i
4. Saat ini Ny.E tidak mengkonsumsi obat penurun
amlodipine
49
Jumlah 3 1/6
Jumlah 3 2/3
Prioritas Diagnosa keperawatan:
1. Nyeri kronis b/d penekanan saraf
2. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif b/d ketidakmampuan mengatasi
masalah.
52
E. Intervensi Keperawatan
minum amlodipine dan aktivitas meningkat 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
membawanya istirahat Terapeutik
5. Ny.E mengatakan jika di 1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
bawa berdiri (mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
pandangannya berkunang biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
– kunang dan terasa berat terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
di kuduk. 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis:
6. Ny.E mengatakan suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
memiliki riwayat 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
hipertensi sejak 12 tahun 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
yang lalu. strategi meredakan nyeri
Data objektif : Edukasi
1. TD : 160/90 mmHg 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Skala nyeri 6 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Klien tampak meringis 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ny.E tampak memegang 4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
kepala dan kuduknya 5. Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
54
yang bersantan dan berhubungan Kriteria hasil untuk 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
berlemak dengan membuktikan bahwa 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
2. Ny. E mengatakan selalu ketidakmamp pemeliharaan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
4. Meminta Ny. E dan kelaurga pengetahuan tentang nyeri supaya bisa menjaga
menyebutkan kembali informasi yang kondisinya
sudah disampiakan O:
5. Memberi pujian atas jawaban yang - TD : 160/90 mmHg
benar - Skala nyeri 6
- Klien tampak meringis
- Ny.E tampak memegang kepala dan kuduknya
- Keluarga memperhatikan saat penjelasan
- Terdapat kontak mata selama proses diskusi
- Sesekali menganggukan kepala saat di beri
pejelasan dan penguatan
A:
TUK 1 tercapai dimana Ny. E dan keluarga
bersedia mengikuti kegiatan yang akan dilakukan
oleh perawat bersama dan keluarga memiliki
pandangan yang lebih terbuka tentang hipertensi
P :
Lanjutkan ke TUK 2 : Kemampuan keluarga
57
mengambil keputusan
Selasa TUK : 2 S:
13 juni 1. Menjelasakan pada Ny. E dan keluarga - Keluarga mampu menyebutkan tetang akibat lanjut
2023 tentang akibat masalah kesehatan yang dari hipertensi yaitu Bisa mengganggu ativitas
akan terjadi kalau hipertensi tidak seperti belajar,bekerja dan hubunngan sosial
diobati - Keluarga mampu menyebutkan alternatif
2. Menjelasakan kepada Ny. E dan pemecahan masalah hipertensi dengan
kelaurga mengenai pemecahan O:
masalah nyeri yang di rasakan oleh - TD : 160/80 mmHg
Ny. E - Skala nyeri 5
3. Memberikan motivasi dukungan - Klien tampak rileks
keluarga memilih alternatif tuk - Keluarga tampak lancar menyebutkan akibat lanjut
mengatasi hipertensi dari hipertensi dan dapat memutuskan merawat
4. Memberi pujian atas pilihan yang tepat anggota keluarga dengan hipertensi
- Keluarga tampak mempertimbangkan setiap
keputusan
- Keluarga tampak siap membantu mengatasi maslah
hipertensi
58
A:
- Keluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat
dalam merawat anggota keluarga yang sakit
P:
Intervensi dilanjtkan pada TUK 3 yaitu cara merawat
anggota keluarga yang sakit dengan hipertensi
Rabu TUK : 3 S:
14 juni 1. Menjelaskan kepada keluarga makanan - Keluarga mengatakan mampu merawat anggota
2023 yang tidak boleh dikomsumsi oleh keluarga yang sakit dengan rendam kaki air hangat
penderita hipertensi dan makanan yang tidak boleh dikomsumsi oleh
2. Menjelaskan kepada keluarga tindakan penderita hipertensi
untuk cara perawatan nyeri pada - Keluarga mengatakan mulai mengerti tentang cara
hipertensi merawat anggota keluarga dengan hipertensi
3. Mempersiapkan alat dan bahan sebelum - Kelurga mampu melakukan teknik rendam kaki air
melakukan tindakan rendam kaki air hangat pada Ny. E
hangat O:
4. Mendemostrasikan cara rendam kaki air - TD : 154/80 mmHg
hangat dengan cara diberikan rendaman - Skala nyeri 4
59
kaki air hangat dengan suhu 39-40 derajat - Klien tampak rileks
celcius dengan waktu 20 menit dan setiap - Keluarga terlihat aktif saat proses diskusi
hari. - Keluarga menyetujui untuk menjadi pendukung
5. Memberi pujian atas upaya keluarga yang utama
benar. A:
Keluarga bersedia melakukan cara perawatan
hipertensi
P:
Lanjutkan TUK 3 ( melatih rendam kaki air hangat)
Kamis TUK : 3 S:
15 juni 1. Menjelaskan kepada keluarga makanan - Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang cara
2023 yang tidak boleh dikomsumsi oleh merawat anggota keluarga dengan hipertensi
penderita hipertensi - Kelurga mampu melakukan teknik rendam kaki air
2. Menjelaskan kepada keluarga tindakan hangat pada Ny. E
untuk cara perawatan nyeri pada - Ny. E mengatakan nyeri yang dirasakan mulai
hipertensi sudah berkurang
3. Mempersiapkan alat dan bahan sebelum O :
60
Jumat TUK 4 : S:
16 juni 1. Mendiskusikan bersama keluarga yang - Keluarga mampu menyebutkan lingkungan yang
2023 nyaman pada Ny. E dengan hipertensi baik bagi hipertensi yaitu lingkungan rumah yang
2. Memberikan lingkungan rumah yang nyaman, hindari kebisingan istirahat yang cukup
nyaman seperti menjauhkan dari - Keluarga mengatakan akan memberikan lingkungan
kebisingan baik untuk Ny. E
3. Memberi pujian atas upaya keluarga dan O:
Ny. E - TD : 140/70 mmHg
- Skala nyeri 3
- Klien tampak rileks
- Keluarga berpratisipasi dalam diskusi lingkungan
yang baik bagi penderita hipertensi
A:
- Mengetaui strategi utuk emodifikasi lingkgan yang
tepat untuk penderita yang mengalami hipertensi
P:
Lanjutkan TK 5 memanfaatkan Fasilitas kesehatan
yang ada
62
Sabtu TUK : 5 S:
17 juni - Keluarga mengatakan sudah mengetahui kondisi
2023 1. Anjurkan konsultasi kepada Ny. E jika penyakit Ny. E
merasakan tanda dan gejala penyakitnya - Keluarga mengatakan akan melakukan tindak lanjut
2. Memotivasi kelarga memantau intensitas pemeriksaan kesehatan jika hipertensi semakin
nyeri Ny. E dengan rendam kaki air berat dirasakan
hangat secara tidak langsunng dapat O:
mengatasi masalah hipertensi pada Ny. E - TD : 130/80 mmHg
3. Memotivasi keluarga memperhatikan - Skala nyeri 2
faktor penyebab apa yang menyebabkan - Klien tampak rileks
hipertensi - Keluarga tampak sesekali menganggukan kepala
4. Anjurkan keluarga untuk melakkan saat dilakukan konseling
pemeriksaan rutin melalui Puskesmas - Ny. E bersedia memeriksakan kesehatannya kepada
setempat Puskesmas setempatnya
A:
- Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
63
ketidakmampu dimana tekanan darahnya sistolik diatas 140 - Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala
masalah 3. Memberikan kesempatan pada keluarga - Kelurga dapat mengidentifikasi masalah yang
3. Memberikan kesempatan keluarga - Keluarga mampu menyebutkan cara rendam kaki air
untuk bertanya hangat dengan cara diberikan rendaman kaki air
4. Menjawab pertanyaan keluarga hangat dengan suhu 39-40 derajat celcius dengan
5. Meminta keluarga untuk mengulang waktu 20 menit dan setiap hari.
cara perawatan hipertensi A:
- Keluarga mampu meningkatkan derajat kesehatan
khususnya masalah hipertensi dengan menggunakan
obat tradisional
P:
Intervensi di lanjutkan pada TUK 3 yaitu cara
pencegahan penyakit hipertensi
Jumat TUK : 4 S:
16 juni 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang - Keluarga mengatakan sudah mengetahui cara
2023 teknik nonfarmakologis hipertensi rendam kaki air hangat
2. Mendemonstrasikan cara rendam kaki air O:
hangat - Keluarga mampu menyebutkan cara pijat rendam
3. Memberikan kesempatan keluarga tuk kaki air hangat untuk merawat anggota kelarga
bertanya yang sakit dengan hipertensi
68
P:
Intervensi dientikan
BAB IV
PEMBAHASAN
pusing, terasa berat di tengkuk, mata berkunang – kunang. Hal ini sesuai
dengan teori oleh Arief Mansjoer ( 2010) bahwa tanda dan gejala hipertensi
yaitu sakit kepala, epitaksis, rasa berat di tengkuk, mata berkunang – kunang.
C. Diagnosa Keperawatan
Menurut Analisa penulis, terjadinya hipertensi pada Ny.E karena
keturunan atau genetik dan kebiasaan suka makan makanan yang berlemak,
bersantan dan selalu memikirkan hal yang berat – berat, hal ini sesuai dengan
kebiasaan yang dianut oleh budaya suku Minang, dan ini dapat dicegah
dengan mengurangi makan makanan yang berlemak, bersantan selain itu
hipertensi yang terjadi pada Ny.E karena riwayat anggota keluarga yang
menderita hipertensi, dimana penyakit yang terjadi pada Ny.E karena ibu dan
kakaknya sendiri mengalami hipertensi. Dan hipertensi sendiri artinya salah
satu penyakit keturunan yang di turunkan melalui genetic.
Hal ini sesuai dengan teori Pinzon ( 2010) yang mengatakan bahwa
faktor resiko terjadinya hipertensi, terdiri atas dua factor resiko yaitu yang
dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Factor yang tidak dapat diubah
adalah riwayat keluarga, usia, jenis kelamin. Sedangkan untuk mencegah
terjadinya hipertensi adalah salah satunya dapat dilakukan dengan diet rendah
garam dan lemak.
Diagnose keperawatan keluarga termasuk masalah Kesehatan actual,
potensial dan resiko. Pada tingkat keluarga diagnose keperawatan dapat di
tegakkan bertolak dari salah satu teori keperawatan atau teori keluarga atau
menggunakan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ( SDKI).
Menurut teori Mubarak (2006), menyatakan bahwa unruk menetapkan
diagnosa yang paling prioritas ialah masalah individu dan keluarga
terindentifikasi, masalah tersebut perlu disusun dalam daftar berdasarkan
urutan prioritas kepentingan keluarga dengan menggunakan scoring. Untuk
mengetahui masalah yang paling prioritas maka penulis menggunakan
skoring hal ini sama dengan Friedman dimana jumlah skoring pada diagnose
pertama 3 1/6 dan diagnose kedua 3 2/3 hal ini sesuai dengan yang dijelaskan
diatas maka diagnose yang paling prioritas adalah Nyeri kronis b/d penekanan
73
90 mmHg.
Implementasi keperawatan keluarga sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan dan direncanakan berdasarkan lima proses keperawatan keluarga,
penulis melakukan implementasi mulai tanggal 12 sampai 17 Juni 2023.
melakukan kunjungan tidak terduga pada tanggal 19 Juni 2023.
Penulis melakukan sesuai dengan 5 proses keperawatan keluarga ,
dimana pertemuan pertama pada tanggal 12 Juni 2023 penulis melakukan
pembinaan HAM dan pengkajian meliputi identitas, kepala keluarga,
komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku dan agama yang dianut,
status ekonomi keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, dan tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Pertemuan kedua pada hari
selasa tanggal 13 Juni 2023 penulis masih melakukan pengkajian pada Ny.E
meliputi Riwayat keluarga inti, pengkajian lingkungan, struktur keluarga dan
fungsi keluarga, stressor dan koping keluarga, melakukan pemeriksaan fisik
dan harapan pada keluarga. Pertemuan ketiga untuk proses keperawatan
keluarga mengenal masalah pada Ny.E dilakukan pada tanggal 14 Juni 2023
penulis menjelaskan pengertian hipertensi, penyebab dan tanda gejala
hipertensi dan akibat lanjut hipertensi.
Pertemuan keempat untuk proses keperawatan keluarga pada tanggal
15 Juni 2023 menjelaskan tentang mengambil keputusan yang tepat untuk
merawat anggota keluarga yang sakit dengan menjelaskan cara perawatan
hipertensi yaitu mengurangi makanan yang mengandung lemak dan
bersantan, mengurangi mengkonsumsi garam berlebihan, olahraga ringan,
makan obat teratur, obat tradisional yang dapat digunakan dan di konsumsi
untuk mengontrol tekanan darah. Pertemuan kelima pada tanggal 16 Juni
2023 ditujukan untuk proses keperawatan merawat anggota keluarga yang
sakit dengan pemberian terapi rendam kaki dengan air hangat sebagai
alternatif untuk perawatan hipertensi memberikan terapi rendam kaki dengan
air hangat dilakukan selama 7 hari yang dilakukan pada tanggal 12 sampai 17
Juni 2023, melakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah
melakukan terapi rendam kaki dengan air hangat. Pertemuan ke enam untuk
77
Selain itu Ny.E juga harus ada peran keluarga dan petugas kesehatan. Dimana
peran keluarga untuk selalu bisa mengingatkan ataupun merawat jika gejala
hipertensi pada Ny. E Kembali kambuh. Tn.I telah mampu merawat keluarga
khususnya Ny.E dengan hipertensinya.
BAB V
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang dilakukan terhadap keluarga Tn.I khususnya
pada Ny.E dengan masalah hipertensi di Nagari Nanggalo Kecamatan Koto
XI Tarusan tahun 2023, maka dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Dalam melaksanakan pengkajian terhadap klien dan keluarga dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Ini di dukung dengan sikap
keluarga yang menerima dan terbuka kepada penulis sehingga
terciptanya kerja sama yang baik dan di bantu oleh format pengkajian
yang ada.
2. Analisa data dan diagnosa
Dalam mengumpulkan data dan menegakkan diagnose penulis tidak
menemukan hambatan karena keluarga klien sanagat terbuka dengan
penulis sehingga mempermudah penulis untuk mendapatkan data dan
mengetahui permasalahan yang dirasakan keluarga.
3. Intervensi keperawatan
Dalam membuat perencanaan keperawatan, penulis dapat
melaksanakannya dengan baik, karena di sesuaikan dengan teori yang
ada dan diharapkan dapat mengatasi masalah klien dengan hipertensi
4. Implementasi keperawatan
Pada tahap ini Tindakan keperawatan terhadap klien di sesuaikan dengan
perencanaan yang telah penulis susun yang didapat dari teoritis. Semua
perencanaan di implementasikan oleh penulis dan dapat tercapai sesuai
dengan kriteria hasil yang di inginkan, namun terdapat kendala yang
penulis temukan yaitu susahnya waktu berkunjung untuk menemui dan
melakukan Tindakan kepada keluarga.
80
B. Saran
1. Bagi penulis
Diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang
penerapan terapi komplementer terapi rendam kaki dengan air hangat
untuk masalah hipertensi
2. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan dengan memberikan asuhan keperawatan tentang
penyakitnya, pengetahuan klien dan keluarga bertambah dan bisa
bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga yang sakit sesuai dengan lima tugas Kesehatan keluarga.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan kepustakan untuk
meningkatkan dan pengembangan Pendidikan serta ilmu pengetahuan
tentang asuhan keperawatan keluarga penerapan terapi rendam kaki
dengan menggunakan air hangat untuk masalah hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Chalise, H. N. (2019). Aging: basic concept. Am J Biomed Sci & Res, 1(1), 8-10.
Friedman,M. et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan
Praktik. Jakarta:EGC.
Kemenkes RI. (2018). Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Infodatin Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
ISSN 2442-7659.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Riskesdas 2018 (Vol. 134). Jakarta.
81
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. (P. S. Kesehatan, Ed.) (Pertama).
Jakarta.
Kusmana, D. (2006). Olahraga untuk orang sehat dan penderita penyakit jantung
trias syok & senam 10 menit edisi 2. Jakarta : FKUI.
Lionakis, N., Mendrinos, D., Sanidas, E., Favatas, G., Georgopoulou, M.,
Lionakis, N., … Favatas, G. (2012). Hypertension in the elderly, 4(5),
135–147. https://doi.org/10.4330/wjc.v4.i5.135
Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakart: Selemba
Medika
82
Puspita, R.M., dan Immelati, R. . (2012). Makanan Berbahaya untuk Penderita
Darah Tinggi. Jakarta: Dunia Sehat.
Sherwood L. (2012). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC.
Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah dan Pengertian Senam, Manfaat Senam,
dan Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksanaan Teknis Mata Kuliah
Umum Olahraga Undip
Susilo, Y., dan Wulandari, A. (2010). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. (Anda,
Ed.).
Yogyakarta.
Tim Bumi Medika. (2017). Berdamai dengan Hipertensi. (Yanita Nur Indah Sari,
Ed.) (1st ed.). Jakarta.
83
32370572.
84
85
Nama Mahasiswa: Nasri S. Kep
NIM : 22131355
Jurnal 1
A. Pertanyaan Klinis
Tabel Analisis PICO
Unsur PICO Analisis Kata Kunci
P (Problem) Penurunan Tekanan Lowering Blood
Darah Pada Lansia Pressure in
Dengan Hipertensi Elderly with
Menggunakan Terapi Hypertension
Rendam Kaki Dengan Using Foot Soak
Air Hangat Therapy in Warm
Water
Jurnal 2
A. Pertanyaan Klinis
Tabel Analisis PICO
Unsur PICO Analisis Kata Kunci
P (Problem) pengaruh terapi The effect of foot soak
rendam kaki dengan therapy with warm water on
air hangat terhadap reducing blood pressure in
penurunan tekana hypertensive patients
darah pada penderita
hipertensi
I (Intervention) terapi rendam kaki foot soak therapy with warm
dengan air hangat water
C
(Comparison)
O (Outcome) tekanan darah decreased blood pressure
menurun
Jurnal 3
A. Pertanyaan Klinis
Tabel Analisis PICO
Unsur Pico Analisis Kata Kunci
P (Problem) penerapan terapi rendam application of warm
kaki air hangat pada water foot soak therapy
hipertensi untuk penurunan in hypertension to reduce
tekanan darah dengan blood pressure with
B. Temuan PenelusuranEBN
Judul Artikel : Penurunan Tekanan Darah dengan Penerapan Terapi
Rendam Kaki dengan Air Hangat pada Hipertensi.
Referensi : Dewi Siti Oktaviant, Putri Dwi Insani Madago Nursing
Journal Vol. 3 No. 1
Analisis Singkat Artikel :
Peneliti Dewi Siti Oktaviant, Putri Dwi Insani
Metode Penelitian ini menggunakan desain Quasy
Penelitian Experiment, yaitu pre-test dan post-test
without control.
Penelitian ini menggunakan lembar observasi pengukuran
tekanan darah dan lembar checlist pemberian terapi
rendam kaki air hangat yang dinilai sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi
Uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji
paired T Test, untuk mengetahui perbedaan mean pada
kelompok sama dari dua hasil pengukuran (pre test dan
post test).
Intervensi Interverensi diberikan yaitu dengan terapi rendam kaki air
hangat dengan suhu 390- 400, yang dilakukan selama tujuh
kali selama 2 minggu dalam waktu 15 menit.
Hasil Hasil dari penelitian ini adalah selisih tekanan darah
responden sebelum dan sesudah diberikan terapi
rendam kaki air hangat yaitu tekanan darah sistol 12,5
mmHg dan tekanan darah diastol 10 mmHg.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan terjadi
penurunan tekanan darah setelah diberikan intervensi.
Hasil uji statistik didapatkan p-value : 0,0005 (<0,05)
maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan
pemberian terapi rendam kaki air hangat terhadap
tekanan darah.
Kekuatan Kekuatan
dan Pada penelitian ini membuat interprestasi yang rasional
dan ilmiah berdasarkan teori terkini
Kelemahan
Penelitian membandingkan hasil penelitian sebelumnya
terkait penggunaan terapi rendam kaki dengan air
hangat untuk penurunan tekanan darah.
Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.E Dengan Hipertensi Yang Diberikan EvidenceBased Practice Rendam Kaki Air
Hangat Untuk Menurunkan Tekanan Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan
Ns.Yusriana,M.Kep.Sp.Kep.Kom
NIDN. 1010048506
Nasri.S.Kep
NIM : 22131355
Terapi rendam kaki
air hangat
Oleh
Nasri
22131355