Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN RELAKSASI AUTOGENIC DALAM MENURUNKAN

TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


(KIAN)

USI PURNAMANING TYAS

G3A019018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul:


Penerapan Relaksasi Autogenic dalam Menurunkan Tekanan Darah Penderita Hipertensi pada
Lansia
adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.

Nama : Usi Purnamaning Tyas


NIM : G3A019018
Program Studi : Program Profesi Ners

Semarang, Maret 2020


Penulis
Ttd

Usi Purnamaning Tyas


HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul:


Penerapan Relaksasi Autogenic dalam Menurunkan Tekanan Darah Penderita Hipertensi pada
Lansia

Yang disusun oleh:

Nama : Usi Purnamaning Tyas


NIM : G3A019018
Program Studi : Program Profesi Ners

Telah dinyatakan layak untuk diseminarkan dihadapan Dewan Penguji Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIAN) Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Semarang, Maret 2020


Pembimbing
Ttd

Ns. Heryanto Adi Nugroho, SKp., M.Kep., Sp.Kom.


HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul:


Penerapan Relaksasi Autogenic dalam Menurunkan Tekanan Darah Penderita Hipertensi pada
Lansia

Yang disusun oleh :


Nama : Usi Purnamaning Tyas
NIM : G3A019018
Program Studi : Program Profesi Ners

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji pada tanggal 01 Mei 2020 dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar NERS pada
Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Penguji 1 : Ns. Siti Aisah, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom. ( .......... tanda tangan ........)

Penguji 2 : Dr. Edy Soesanto, S.Kp., M.Kes. ( .......... tanda tangan ........)

Penguji 3 : Ns. Heryanto Adi Nugroho, SKp., M.Kep., Sp.Kom. ( .......... tanda tangan ........)

Mengetahui
Ketua
Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Ns. Heryanto Adi Nugroho, SKp., M.Kep., Sp.Kom.


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Muhammadiyah Semarang, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Usi Purnamaning Tyas
NIM : G3A019018
Program Studi : Program Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Muhammadiyah Semarang Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Penerapan Relaksasi Autogenic dalam Menurunkan Tekanan Darah Penderita Hipertensi pada
Lansia” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Muhammadiyah Semarang berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Semarang, Maret 2020


Penulis
Ttd

Usi Purnamaning Tyas


Penerapan Relaksasi Autogenic dalam Menurunkan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi pada Lansia
Usi Purnamaning Tyas1, Heryanto Adi Nugroho2
1
Mahasiswa Profesi Ners, Universitas Muhammadiyah Semarang
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Semarang

Abstrak
Latar Belakang: Keluarga pada tahap tumbuh kembang lansia akan mulai mengalami perubahan fungsi
fisologi (degenerasi) tubuh dimana hal tersebut akan mengubah status kesehatan. Penurunan fungsi fisologi
tubuh pada lansia salah satunya adalah perubahan pada vaskuler ataupun sistem kardiovaskuler yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat. Data surveilans Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukan
57,10% dari 2.412.297 kasus penyakit tidak menular adalah hipertensi dan paling besar adalah lansia. Sebagai
upaya penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologi dapat dilakukan menggunakan relaksasi autogenik.
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap penurunan tekanan
darah sebagai aplikasi evidence based nursing practice.
Metode: Karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga
lansia dengan hipertensi dengan mengaplikasikan evidence based nursing practice autogenic relaxation. Kasus
diambil sebanyak 2 keluarga lansia dengan hipertensi. Evaluasi dilakukan dengan mengukur tekanan darah
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi autogenik.
Hasil : Relaksasi autogenik efektif dalam menurunkan tekanan sistolik ataupun diastolik pada penderita
hipertensi. Kasus I dengan penurunan sistolik/diastolik rerata 10 mmHg dan kasus II dengan penurunan
sistolik/diastolik adalah 5 mmHg.
Simpulan: Terdapat penurunan tekanan sistolik dan diastolik setelah dilakukan relaksasi autogenik.
Kata Kunci: Relaksasi Autogenic, Hipertensi, Lansia

Background: Families at the stage of growth and development of the elderly will begin to experience changes in
physiological function (degeneration) of the body where it will change the health status. Decreased
physiological function of the body in the elderly one of which is a change in the vascular or cardiovascular
system resulting in increased blood pressure. Central Java Provincial Health Office surveillance data showed
57.10% of 2,412,297 cases of non-communicable diseases were hypertension and most were elderly. In an effort
to manage hypertension in a non-pharmacological manner, autogenic relaxation can be done. This case study
aims to determine the effect of autogenic relaxation therapy on blood pressure reduction as an application of
evidence based nursing practice.
Method: This scientific work uses a case study method with an approach to nursing care of elderly families with
hypertension by applying evidence based nursing practice autogenic relaxation. Cases were taken as many as 2
elderly families with hypertension. Evaluation is done by measuring blood pressure before and after autogenic
relaxation.
Results: Autogenic relaxation is effective in reducing systolic or diastolic pressure in people with hypertension.
Case I with a decrease in systolic / diastolic mean of 10 mmHg and case II with a decrease in systolic / diastolic
was 5 mmHg.
Conclusion: There is a decrease in systolic and diastolic pressure after autogenic relaxation.
Keywords: Autogenic Relaxation, Hypertension, Elderly

PENDAHULUAN
Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Cheng, Bina, 2015). Dalam melaksanakan tugasnya
keluarga dibagi menjadi kedalam beberapa kriteria, salah satunya adalah keluarga dengan
usia lanjut. Usia lanjut sendiri merupakan usia seseorang ketika usianya 55-64 tahun sebagai
fase presenium dan lebih dari 65 tahun sebagai fase senium (Jateng, 2018)
Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar, salah satunya
adalah perubahan sistem kardiovaskuler. Perubahan struktur jantung dan sistem vaskular
menyebabkan penurunan kemampuan untuk berfungsi secara efisien. Katup jantung menjadi
lebih tebal dan kaku, jantung serta arteri kehilangan elastisitasnya. Tumpukan kalsium dan
lemak berkumpul didalam dinding arteri, vena menjadi sangat berkelokkelok. Meskipun
fungsi dijaga dalam keadaan normal, tetapi sistem kardiovaskuler berkurang cadangannya
dan kemampuannya dalam merespon stress menurun. Curah jantung saat istirahat (frekuensi
jantung x volume sekuncup) berkurang sekitar 1% per tahun setelah usia 20. Dalam kondisi
stress, baik curah jantung maksimum dan denyut jantung maksimum juga menurun tiap tahun
sehingga tubuh berkompensasi meningkatkan kerja jantung, menginkatkan angiotensin
sehingga tekanan darah juga akan menginkat (Istianah & Hendarsih, 2016).
Keluarga usia lanjut dalam mempertahankan tugas dan fungsinya adalah
mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan (Agustina, 2016), karena masalah yang
muncul pada usia lanjut adalah menurnnnya fungsi tubuh dan munculnya masalah masalah
kesehatan salah satunya adalah hipertensi (Khare D, 2016) . Data surveilans Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah menyebutkan 57,10% dari 2.412.297 kasus penyakit tidak menular
adalah hipertensi dan paling besar adalah lansia (Jateng, 2019).
Perawat adalah agens perubahan yang ideal untuk kemajuan pelayanan kesehatan
masyarakat. Trend meningkatnya usia harapan hidup pada lanjut usia di Indonesia, membawa
implikasi pada semakin banyaknya lanjut usia yang membutuhkan perawatan untuk
mempertahankan status kesehatannya. Filosofi keperawatan pada lanjut usia adalah
mempertahankan status kesehatan dengan adanya penurunan kemampuan pada lanjut usia
baik fisik dan mental karena proses degenerative sampai menghantarkan pada proses
kematian sejahtera. Untuk menciptakan hal demikian diperlukan keterampilan perawat
khususnya gerontic nurse (perawat lansia) untuk memberikan pelayanan keperawatan terbaik
didasarkan pada pengetahuan yang kuat (strong knowledge). Selain mempertahankan status
kesehatan peran perawat lansia disini adalah mengatasi masalah kesehatan yang dialami
lansia dimana proses penuaan akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan fisiologis,
anatomi, psikologis, dan sosiologis.
Data menunjukan sebanyak 11 keluarga di RT 02 RW 02 Desa Kembangarum
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak adalah keluarga dengan usia lanjut. Maslah-
masalah yang muncul paling banyak pada keluarga usia lansia adalah hipertensi. Hipertensi
atau tekanan darah tinggi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi diukur pada keadaan cukup istirahat atau
tenang sebanyak dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit. Peningkatan tekanan
darah dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (stroke) (Mahendroyoko, 2017).
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis maupun
nonfarmakologis. Penatalaksanaan nonfarmoakologi berupa perubahan gaya hidup
(membatasi asupan garam, menurunkan berat badan, menghindari minuman kafein, alkohol,
rokok), olahraga, istirahat cukup dan mengendalikan stres/ Terapi non farmakologis dapat
diberikan untuk mengatasi hipertensi salah satunya dengan terapi relaksasi autogenik
(Mahendroyoko, 2017).
Relaksasi autogenik merupakan salah satu teknik yang dapat menurunkan hipertensi
karena relaksasi dapat menghilangkan ketegangan. Pelatihan relaksasi dapat meningkatkan
hormone endorphin. Peningkatan kadar hormone endorphin yang dilepaskan oleh otak dapat
menurunkan rasa nyeri dengan mengaktifkan system parasimpatis untuk merilekskan tubuh
dan menurunkan tekanan darah, menstabilkan pernafasan dan detak jantung (Sandhya, 2013).
Latihan relaksasi autogenik merupakan tindakan untuk mengatasi kecemasan, stress, nyeri
dan berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah, nadi, respirasi serta meningkatkan suhu
tubuh. Tujuan relaksasi autogenik adalah mengalihkan perhatian dari kecemasan atau tekanan
kepada hal menyenangkan dan relaksasi (Micah R, 2011; Muhrosin, 2015). Penelitian yang
dilakukan oleh Irawati tahun 2014 terkait pengaruh relaksasi autogenik terhadap penurunan
tekanan darah pada klien yang mengalami hipertensi menunjukkan bahwa adanya pengaruh
tindakan relaksasi autogenik terhadap penurunan tekanan darah setelah hari ke-6 dengan =
5% baik sistole maupun diastole dengan rerata 5mmHg (Irawati, Popy, Salami, Saidah, 2014)

METODE

Karya ilmiah ini adalah studi kasus dengan melakukan asuhan keperawatan pada
keluarga lansia dengan hipertensi dan untuk mengatasi hipertensi dilakukan terapi non
farmakologi yaitu relaksasi autogenik. Pengambilan kasus pada studi kasus ini adalah
sejumlah 2 keluarga lansia dengan kriteria inklusi; (1) Memiliki riwayat hipertensi lama (>5
tahun); (2) Bersedia dilakukan asuhan keperawatan; (3) keluarga tinggal bersama suami/istri
dan atau tinggal bersama anak. Penerapan relasasi autogenik dilakukan selama 5 kali
pertemuan dengan durasi kurang lebih 30 menit setiap kali pertemuan selama 2 pekan.
Penerapannya adalah memusatkan konsentrasi pasien, mulai mengatur nafas secara rileks,
kemudian memfokuskan pikiran ke kalimat-kalimat positif. Evaluasi dilakukan dengan
mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah relaksasi. .

HASIL

Tabel 1
Pengkajian Lansia Kasus I dan II dengan Hipertensi yang Mendapatkan Terapi
Relaksasi Autogenic
Item yang dikaji Hasil Kasus I Hasil Kasus II
Demografi
Usia 57 Tahun 57 Tahun
Jenis kelamin Laki-laki Permpuan
Pekerjaan Guru SMP Buruh Cuci
Jumlah anak 3 Anak 3 Anak
Tinggal bersama Istri dan Anak ke 3 SuamiIstri dan Anak ke 3
dan menantu
Pemeriksaan Fisik
Head to toe Tidak terdapat masalah Konjungtiva anemis,
dalam pengkajian head to pemeriksaan fisik lainnya
toe normal

Vital sign TD 160/90 mmHg TD 160/90 mmHg


HR 76x/menit HR 80x/menit
RR 18x/menit RR 22x/menit
S 36,70 C S 37,1 0C

Pemerikasaan Kolesterol 266mg/dl Disangkal


Penunjang
Item yang dikaji Hasil Kasus I Hasil Kasus II
Keluhan Nyeri tengkuk Pusing, Nyeri tengkuk
Pengkajian Fungsi
Kesehatan Keluarga
Mengenal masalah Keluarga mampu Keluarga belum mampu
menjelaskan pengertian, menjelaskan pengertian,
tanda gejala dan tanda gejala dan
penyebab hipertensi. penyebab hipertensi.

Pengambilan Keluarga mengetahui Keluarga mengetahui


keputusan dampak hipertensi yang dampak hipertensi yang
tidak tertangani yaitu tidak tertangani yaitu
menyebabkan stroke menyebabkan stroke

Melakukan perawtan Keluarga rutin Keluarga belum mampu


terhadap anggota menyiapkan diit mendampingi minum
keluarga yang sakit hipertensi untuk klien, obat secara teratur, belum
kadang-kadang bisa menyiapkan diit
mengingkatkan untuk hipertensi, belum mampu
minum obat hipertensi. mengelola aktifitas,
latihan dan istirahat.

Rumah klien ditepi jalan Rumah ditepi sawah, jauh


Menciptakan raya, posisi kamar berada dari kebisingan.
lingkunan yang dapat di tengah untuk
meningkatkan menghindari kebisingan
kesehatan
Keluarga mendampingi Keluarga memeriksakan
Keluarga mampu klien kontrol di keluarga jika terdapat
memanfaatkan Puskesmas setiap bulan keluhan.
fasilitas kesehatan sekali.

Tabel 1 menunjukan kedua kasus masuk dalam kategori hipertensi grade I karena
tekanan darah sistol pada rentan 140-160 mmHg dan diastole pada rentan 90-99 mmHg.
Kasus I menunjukan perawatan kesehatan keluarga yang baik dimana pengetahuan keluarga
terkait hipertensi baik, penatalaksanaan diit yang baik, lingkungan yang baik dan
pemanfaatan fasilitas kesehatan yang baik. Kasus ke II menunjukan pengetahuan terkait
hipertensi yang kurang, kedisiplinan dalam meminum obat hipertensi yang kurang serta
aktifitas dan latihan yang belum terkelola dengan baik. Keluarga juga memanfaatkan layanan
Puskesmas jika terdapat keluhan saja.
Masalah keperawatan yang muncul pada kasus I adalah tekanan darah yang masih
belum stabil akan tetapi pengetahuan, penatalaksanaan, family support dan pemanfaatan
fasilitas kesehatan yang bagus. Sehingga diagnose keperawatan yang muncul pada kasus I
adalah Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan (00111) : melakukan relaksasi
autogenik.
Masalah kepeawatan pada kasus II adalah kurangnya pengetahuan terkait hipertensi,
belum dilaksanakannya diit hipertensi, kegiatan olahraga yang kurang serta pola aktifitas
istriahat yang belum baik. Klien juga tidak rutin meminum obat hipertensi dan datang ke
Puskesmas jika terdapat keluhan pusing dan nyeri tengkuk. Diagnosa keperawatan yang
muncul pada kasus II adalah Pemeliharaan kesehatan tidak efektif : diit hipertensi dan
aktifitas, istirahat dan olahraga pada keluarga kasus II khusunya klien (0116) berhubungan
dengan ketidakpatuhan akan kontrol makanan, olahraga, minum obat dan pemanfaatan
layanan kesehatan.
Intervensi yang dilakukan memberikan pendidikan kesehatan terkait hipertensi,
istirahat dan tidur, aktifitas dan olahraga serta aplikasi evidence based nursing practice yaitu
relaksasi autogenik. Pendidikan kesehatan dilakukan selama 3 hari dengan topik yang
berbeda. Hasil dari pendidikan kesehatan keluarga mengerti tentang diet hipertensi yang
benar. Keluarga mengerti istirahat tidur yang baik adalah kurang lebih 8 jam. Keluarga juga
mengerti olahraga yang baik seperti jalan santai + 30 menit setiap pagi dan senam hipertensi.
Intervensi fokus dalam menangani hipertensi adalah relaksasi autogenik. Relaksasi
ini dilakukan selama 5 kali pertemuan dengan duari kurang lebih 30 menit setiap pertemuan.
Klien juga mengaplikasikan secara mandiri ketika waktu senggang, terutama sebelum tidur,
ketika pusing ataupun merasa nyeri tengkuk. Evaluasi dilakukan dengan cara mengukur
tekanan darah klien sebelum dan sesudah dilaksanakan relaksasi autogenik.

Grafik 1
Penurunan Sistolik Lansia Kasus I dan II dengan Hipertensi Setelah Relaksasi
Autogenik

180 170 165


160155 155150 160 160155 155 160
160 150 145 150150 150145 145145140 150150
140 140
140
120
100
80
60
40
20
0
Pertemuan ke 1 Pertemuan ke 2 Pertemuanke 3 Pertemuan ke 4 Pertemuan ke 5 Pertemuan ke 6

Pre Kasus I Post Kasus I Pre Kasus II Post Kasus II


Grafik 1 menunjukan terjadi penurunan sistol yang pada kasus I ataupun kasus II.
Penurunan sistol pada kasus I rata-rata adalah 10 mmHg sementara penurunan pada kasus ke
II rata-rata adalah 5 mmHg.
Grafik 2
Penurunan Diastolik Lansia Kasus I dan II dengan Hipertensi Setelah Relaksasi
Autogenik
120
100
100 95 95 95 95
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
85 85 85 85 85
80 80 80
80

60

40

20

0
Pertemuan ke 1 Pertemuan ke 2 Pertemuanke 3 Pertemuan ke 4 Pertemuan ke 5 Pertemuan ke 6

Pre Kasus I Post Kasus I Pre Kasus II Post Kasus II

Grafik 2 menunjukan terjadi penurunan diastol pada kasus I ataupun kasus II.
Penurunan diastole pada kasus I rata-rata adalah 10 mmHg sementara penurunan pada kasus
ke II rata-rata adalah 5 mmHg.

PEMBAHASAN
Evaluasi hasil menunjukan bahwa tekanan darah kasus I cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan kasus II. Hal ini sesuai dengan teori yang berpendapat bahwa laki-laki
lebih tinggi mengalami hipertensi dari pada perempuan, karena laki-laki dalam aktifitas lebih
intens dibandingkan dengan perempuan serta pengendalian emosi perempuan cenderung
lebih baik dibandingkan dengan perempuan (Potter and Perry, 2011). Tingginya tekanan
darah kepada kedua klien yang suka mengkonsumsi makanan asin sesuai dengan teori bahwa
dengan mengkonsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun kemungkinan
meningkatkan tekanan darah karena meningkatkan kadar sodium dalam sel-sel otot halus
pada dinding arteriol. Kadar sodium yang tinggi ini memudahkan masuknya kalsium ke
dalam sel-sel tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan arteriol berkontraksi dan menyempit
pada lingkar dalamnya (Mahendroyoko, 2017), sehingga dari mekanisme itulah garam dapat
berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Muncul masalah yang sama pada kedua klien
yang memiliki tekanan darah tinggi yaitu nyeri tengkuk, hal ini karena kurangnya suplai
oksigen pada jaringan sehingga terjadi sensasi nyeri hal ini terjadi karena kemungkinan sudah
terjadinya penyempitan pembuluh darah sehingga kompensasi tubuh dalam memenuhi
kebutuhan oksigen adalah dengan cara menaikan tekanan darah.
Kedua klien mengalami penurunan diastolik maupun sistolik setelah mendapatkan
relaksasi autogenik. Hal tesebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irawati yang
menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah setelah dilakukan terapi relaksasi
autogenik pada klien (Irawati, Popy, Salami, Saidah, 2014). Hasil tersebut juga didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Muhrosin dkk menunjukan bahwa terdapat pengaruh
terapi relakasi auogenik terhadap penurunan tekanan darah pada klien (Muhrosin, 2015).
Kedua klien juga mendapatkan terapi kolaborasi keduanya sama-sama mendapatkan terapi
amlodipine 5 mg sekali dalam sehari. Kasus II mengalami penurunan tekanan darah lebih
signifikan dibanding Kasus I. Kasus I mengatakan kurang berkonsentrasi dalam melakukan
relaksasi. Hal ini sesuai dengan teori, dimana relaksasi yang efektif memerlukan partisipasi
dan kerjasama individu, sehingga dapat berkonsentrasi penuh dan mempengaruhi kondisi
fisiknya (Potter and Perry, 2011).
Kepatuhan diet, Kasus II lebih patuh dibandingkan dengan Kasus I dinilai dari Kasus
II tidak lagi mengkonsumsi gorengan dan memasak dengan rendah garam. Sementara Kasus I
masih mengkonsumsi gorengan dan makan-makanan asin saat di kantor. Kasus II juga
melakukan relaksasi autogenik sebelum tidur secara mandiri. Kasus I juga mengatakan
kurang berkonsentrasi dalam melakukan relaksasi. Hal ini sesuai dengan teori, dimana
relaksasi yang efektif memerlukan partisipasi dan kerjasama individu, sehingga dapat
berkonsentrasi penuh dan mempengaruhi kondisi fisiknya (Potter and Perry, 2011).
Selama empat hari, Kasus II melakukan relaksasi autogenik sebelum tidur dan saat
dilakukan kunjungan selama kurang lebih tiga puluh menit dalam satu kali latihan, sementara
Kasus I melakukannya hanya saat dilakukan kunjungan saja. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Wicaksono menyebutkan bahwa terdapat perubahan tekanan darah yang
sifgnifikan setelah melakukan relaksasi autogenik minimal selama 15 menit per hari selama
tiga hari. Terjadinya penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik pada klien
disebabkan karena relaksasi autogenik bekerja melalui interaksi respon fisiologis dan
psikologis (Wicaksono & M.T.A, 2016). Relaksasi autogenik dapat menurunkan tekanan
darah dengan menurunkan ketegangan otot. Pelatihan relaksasi dapat meningkatkan hormone
endorphin. Peningkatan kadar hormone endorphin yang dilepaskan oleh otak dapat
menurunkan rasa nyeri dengan mengaktifkan system parasimpatis untuk merilekskan tubuh
dan menurunkan tekanan darah, menstabilkan pernafasan dan detak jantung (Sandhya, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Setyawati pada tahun 2010 menyebutkan bahwa relaksasi
autogenik yang dilakukan sebanyak tiga kali memliki pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan tekanan darah dan kadar gula darah pada klien diabetes mellitus tipe 2 dengan
hipertensi.
Relaksasi autogenik dapat menjadi puncak relaksasi tubuh dari seluruh ketegangan
fisik dan mental, pikiran tenang, dan segala keresahan menjadi hilang, pada saat melakukan
relasasi autogenik seluruh saraf menjadi satu titik pada pengendaliannya di otak dan pikiran
dikendalikan oleh kesadaran akal untuk sehat dan bugar (Shigeo, 2011). Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismarina menyebutkan terapi relaksasi autogenik
dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 7,44 mmHg pada rata-rata sistolik dan penurunan
tekanan darah pada rata-rata distolik sebesar 5,22 mmHg. Relaksasi autogenik akan
memberikan tubuh merasakan kehangatan, merupakan akibat dari arteri perifer yang
mengalami vasodilatasi sedangkan ketegangan otot tubuh yang menurun mengakibatkan
munculnya sensasi ringan (D Ismarina, Herliwati, 2015).
Perubahan-perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi mempengaruhi
kerja saraf otonom. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fatimah tahun 2009 yang
menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada penurunan tekanan darah
sistolik pada klien yang diberikan relaksasi autogenik. Relaksasi autogenik dilakukan dengan
membayangkan diri sendiri berada dalam keadaan damai dan tenang, berfokus pada
pengaturan nafas, dan detakan jantung (Oberg, 2009). Hal ini sejalan dengan teori yang
menyatakan bahwa relaksasi autogenik efektif dilakukan selama 20 menit dan relaksasi ini
dapat dijadikan sebagai sumber ketenangan selama sehari (Kristiarini, 2013). Mini research
penerapan relaksasi autogenik terhadap lansia di Panti Wreda Harapan Ibu ngaliyan
menunjukan terdapat penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan rerata 4-5 mmHg
(Agustina, 2016). Penurunan sistol dan diastol juga terjadi pada lansia dengan hipertensi di
RT 04 RW 04 Kelurahan Rowosari Tembalang dengan rerata 3-5 mmHg setelah diberikan
relaksasi autogenik (Mahendroyoko, 2017).

SIMPULAN STUDI
Relaksasi autogenik efektif dalam menurunkan tekanan sistolik ataupun diastolik pada
penderita hipertensi. Kasus I dengan penurunan sistolik/diastolik rerata 10 mmHg dan kasus
II dengan penurunan sistolik/diastolik adalah 5 mmHg.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam Studi kasus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Peneliti secara
khusus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada klien dan keluarga pasien
kelolaan yang bersedia untuk dilakukan asuhan keperawatan. Terima kasih untuk
pembimbing yang sudah menyempatkan waktu luangnya dan penuh sabar serta cinta kasih
dalam membimbing., begitu pula rekan-rekan sejawat yang sudah memfasilitasi dan
mendukung dalam penelitian ini.

REFERENSI
Agustina, A. (2016). Efektifitas Relaksasi Autogenik terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Lansia di Panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan. Jurnal Profesi Ners Universitas
Diponegoro.
Cheng, Bina, J. (2015). Genetics of Hypertension. USA: Morgan & Claypool Life Sciences.
D Ismarina, Herliwati, P. . M. (2015). Perbandingan Perubahan Tekanan Darah Klien
Penderita Hipertensi Setelah Dilakukan Terapi Music Klasik dan Relaksasi Autogenic di
Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Palembang. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 2(2),
124–129.
Irawati, Popy, Salami, Saidah. (2014). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Klien. Jurnal Keperawatan ’Aisyiyah, 1(1), 1–6.
Istianah, U., & Hendarsih, S. (2016). Relaksasi Autogenik Untuk Menurunkan Tekanan
Darah Dan Tingkat Kecemasan Penderita Hipertensi Esensial Di Panti Sosial Tresna
Wredha Abiyoso Pakem Yogyakarta. Jurnal Teknologi Kesehatan, 12(2), 92–100.
Retrieved from http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/594/
Jateng, D. P. (2018). Profil Jateng 2018. Retrieved March 31, 2010, from
http://dinkesjatengprov.go.id/v2018/dokumen/profil_2018/files/basic-html/page113.html
Jateng, D. P. (2019). Profil Jateng 2018. Retrieved March 29, 2020, from
http://dinkesjatengprov.go.id/v2018/dokumen/profil_2018/files/basic-html/page113.html
Khare D, G. S. and S. A. (2016). Effects Of Aerobic Exercises Versus Autogenic Relaxation
Techniques In Hypertension. International Journal of Recent Scientific Research, 7(6),
11935–11938.
Mahendroyoko, Y. (2017). Efektifitas Relaksasi Autogenik Sebagai Upaya Menurunkan
Tekanan Darah Sitolik dan Diastolik pada Keluarga dengan Hipertensi di RT 04 RW 04
Rowotengah, Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang. Universitas Diponegoro.
Micah R, S. (2011). A Mind-Body Approach to the Treatment of Chronic Pain Syndrome and
Stress-Related Disorders (Mcfarland Health Topics).
Muhrosin, S. E. dan N. D. (2015). Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah
Pada Klien di Unit Pelayanan Sosial Wening Wardoyo Ungaran.
Potter and Perry. (2011). No TitleBuku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik (4th ed.; Y. Dkk, Ed.). Jakarta: EGC.
Sandhya, R. E. (2013). Perbandingan Penurunan Tekanan Darah antara Relakssi Autogenik
dan Terapi Sinar Matahari pada Lanjut Usia Penderita Hipertensi di Panti Sosial Tresna
Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013. Universitas Sriwijaya.
Shigeo, H. (2011). The Miracle of Endorphin: Sehat dan Praktis dengan Hormon
Kebahagiaan (terj. Muhamad Imamsyah, Ridwan Saleh). Bandung: Qanita.
Wicaksono, & M.T.A. (2016). Efektifitas Relaksasi Autogenic Terhadap Tekanan Darah
Pada Lanjut Usia dengan Hipertensi di Puskesemas Lerep Ungaran Barat Kabupaten
Semarang. Jurnal Stikes Ngudi Waluyo.

Anda mungkin juga menyukai