Corresponding author:
Richa Jannet Ferdisa
richajnnt@gmail.com
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021
e-ISSN: 2723-8067
DOI: https://doi.org/10.26714/nm.v2i2.6281
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 47-52 48
Richa Jannet Ferdisa - Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Menggunakan Terapi Relaksasi Otot
Progresif
darah sistolik lebih dari 130 mmHg dan terapi relaksasi adalah dengan terapi
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. relaksasi otot progresif yang dapat
Faktor penyebab hipertensi diantaranya membuat tubuh dan pikiran terasa tenang
seperti : usia diatas 50 tahun, riwayat dan rileks, dan memudahkan untuk tidur
keluarga, kebiasaan gaya hidup yang kurang (Sherwood, 2011).
sehat (merokok, sering mengonsumsi
makanan berlemak, kurang beraktivitas), Pada studi kasus ini menggunakan terapi
jenis kelamin, dan tingkat stress (Rahayu, relaksasi otot progresif untuk mengetahui
2020). penurunan skala nyeri kepala pada pasien
hipertensi. Dalam rangkaian
Nyeri kepala pada pasien hipertensi pelaksanaannya disertai relaksasi nafas
disebabkan oleh kerusakan vaskuler dalam. Teknik relaksasi nafas dalam
pembuluh darah. Nyeri timbul sebagai termasuk suatu bentuk asuhan
suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh keperawatan yang dalam hal ini perawat
yang timbul ketika jaringan sedang dirusak megajarkan kepada klien dengan
sehingga menyebabkan individu tersebut menginstruksikan klien untuk melakukan
bereaksi dengan cara memindahkan cara nafas lambat (menahan inspirasi
stimulus nyeri (Nurman, 2017). Hipertensi secara maksimal) dan bagaimana
jika terjadi secara berkepanjangan akan menghembuskan nafas secara perlahan,
meningkatkan resiko tekanan stroke, selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
serangan jantung, dan gagal ginjal kronis. teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
Sejalan dengan betambahnya usia hampir meningkatkan ventilasi paru dan
setiap orang mengalami kenaikan tekanan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer,
darah dan akan terus meningkat sampai S. C, & Bare, 2016). Mekanisme relaksasi
usia 80 tahun (Novianti, 2015). otot progresif memusatkan perhatian pada
suatu aktivitas otot dengan
Penatalaksanaan asuhan keperawatan mengidentifikasi otot yang tegang
nonfarmakologis dimaksudkan untuk kemudian menurunkan ketegangan dengan
membantu penderita hipertensi dalam melakukan teknik relaksasi untuk
mempertahankan tekanan darah pada mendapatkan perasaan rileks. Sehingga
tingkat normal sehingga memperbaiki terapi relaksasi otot progresif ini banyak
kondisi sakitnya. Penatalaksanaan manfaatnya bagi tubuh, terapi ini bisa
hipertensi tidak selalu menggunakan obat- dilakukan secara mandiri dan mudah tanpa
obatan (farmakologis). Beberapa penelitian efek samping (Ekarini et al., 2019).
menunjukkan bahwa pendekatan
nonfarmakologis dapat dilakukan pada METODE
penderita hipertensi, salah satunya dengan
menggunakan relaksasi otot progresif Metode studi ini menggunkan desain
(Mersil, 2019). deskriptif dengan pendekatan studi kasus
berdasarkan penerapan Evidence Based
Teknik relaksasi otot progresif adalah Nursing Practice yaitu terapi relaksasi otot
teknik relaksasi otot dalam yang tidak progresif terhadap penurunan nyeri kepala
memerlukan imajinasi, ketekunan, atau pada pasien hipertensi. Waktu pemberian
sugesti. Teknik relaksasi otot progresif terapi dilakukan selama 3 hari. Studi kasus
memusatkan perhatian pada suatu aktivitas ini dilakukan di ruang nakula 2 RSUD
otot dengan mengidentifikasi otot yang K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang.
tegang kemudian menurunkan ketegangan Pada bulan Januari – Februari 2020. Jumlah
dengan melakukan teknik relaksasi untuk sampel yang digunakan sebanyak 2 orang
mendapatkan perasaan rileks. Salah satu pasien. Kriteria pasien yang dijadikan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 47-52 49
Richa Jannet Ferdisa - Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Menggunakan Terapi Relaksasi Otot
Progresif
responden yaitu pasien hipertensi yang baik. Responden 2 berusia 68 tahun dengan
mengalami nyeri kepala dengan rentang jenis kelamin perempuan, responden
skala 2-5. Pengukuran skala nyeri mengatakan nyeri pada bagian kepala, nyeri
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) bertambah jika beraktivitas, nyeri seperti
0-10, serta pengumpulan data ditusuk-tusuk, skala nyeri 5 dari 0-10, nyeri
menggunakan lembar pengkajian. datang terus-menerus. Tekanan darah
172/102 mmHg, Nadi : 110x/menit, RR :
Studi kasus ini dilakukan setelah 24x/menit, dan Suhu : 37,2ºC. Kesadaran
mendapatkan persetujuan kepala ruang, composmentis, keadaan umum cukup baik,
pembimbing klinik, serta responden dan dan responden tampak meringis dan
keluarga. Prosedur pengambilan data memijat-mijat lokasi nyeri.
dilakukan dengan pengkajian, menentukan
diagnosa keperawatan dan intervensi yang Diagnosa keperawatan yang muncul adalah
selanjutnya akan diberikan implementasi nyeri akut berhubungan dengan agen
berupa terapi relaksasi otot progresif dalam pencedera fisiologi (iskemia). Intervensi
waktu ± 10 menit selama 3 hari dan pada nyeri akut yaitu manajemen nyeri
dilanjutkan dengan evaluasi. Sebelum antara lain identifikasi nyeri dengan PQRST,
dilakukan terapi, subjek pasien dan kontrol lingkungan yang memperberat rasa
keluarga diberikan penjelasan mengenai nyeri, fasilitasi istirahat dan tidur, ajarkan
tujuan dan prosedur pemberian terapi teknik nonfarmakologis (terapi relaksasi
relaksasi otot progresif. Pasien diposisikan otot progresif), dan kolaborasi pemberian
dengan nyaman, kemudian diukur tanda- analgetik (DPP PPNI, 2017).
tanda vital dan skala nyeri pada pasien.
Setelah pasien menyatakan kesiapan untuk Tabel 1
dimulai tindakan relaksasi otot progresif, Hasil Skala Nyeri Pre dan Post Pemberian Terapi
Relaksasi Otot Progresif
perawat mengajarkan setiap gerakan dan Responden Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
memastikan pasien tetap fokus. Setelah Pre Post Pre Post Pre Post
dilakukan terapi relaksasi otot progresif Responden 1 4 4 4 3 3 2
selama ± 10 menit kemudian diukur Responden 2 5 5 4 3 3 2
kembali tanda-tanda vital dan skala
nyerinya. Terapi ini diberikan 3 jam Berdasarkan tabel 1 didapatkan data hasil
sebelum mendapatkan terapi obat, studi yang menunjukkan skala nyeri
tujuannya untuk memaksimalkan adanya sebelum dan sesudah pemberian terapi
pengaruh terapi relaksasi otot progresif relaksasi otot progresif. Pada responden 1
tanpa adanya pengaruh kerja obat. di hari pertama sebelum dan sesudah
pemberian terapi relaksasi skala nyeri
HASIL masih tetap 4 tidak ada perubahan. Pada
hari kedua sebelum diberikan terapi
Hasil pengkajian menunjukkan responden 1 relaksasi skala nyeri 4, tetapi setelah
berusia 57 tahun dengan jenis kelamin diberikan terapi relaksasi skala nyeri
perempuan, responden mengatakan nyeri mengalami penurunan menjadi 3.
kepala cekot-cekot dari bagian atas Kemudian pada hari ketiga sebelum
menjalar sampai ke tengkuk, skala nyeri 4 diberikan terapi relaksasi skala nyeri 3, dan
dari 0-10, dengan durasi waktu cukup lama, setelah diberikan terapi relaksasi skala
dan nyeri hilang timbul. Responden tampak nyeri menjadi 2. Sedangkan pada
memegangi bagian yang nyeri. Tekanan responden 2, di hari pertama sebelum
darah 180/100 mmHg, Nadi 102x/menit, diberikan terapi relaksasi otot progresif
RR 20x/menit, dan Suhu 36,8 ºC. Kesadaran skala nyeri 5 tidak ada perubahan. Pada hari
composmentis dan keadaan umum cukup kedua sebelum diberikan terapi relaksasi
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 47-52 50
Richa Jannet Ferdisa - Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Menggunakan Terapi Relaksasi Otot
Progresif
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 47-52 51
Richa Jannet Ferdisa - Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Menggunakan Terapi Relaksasi Otot
Progresif
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 47-52 52
Richa Jannet Ferdisa - Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Menggunakan Terapi Relaksasi Otot
Progresif
terapi relaksasi otot progresif selama 3 hari Karang, M. T. A. J. (2018). Efektifitas Terapi Relaksasi
skala nyeri menurun menjadi skala 2. Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal
Tenaga kesehatan dapat mengaplikasikan Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 7(04),
terapi teknik relaksasi otot progresif 339–345.
sebagai terapi komplementer untuk https://doi.org/10.33221/jiiki.v7i04.71
menurunkan nyeri kepala pada pasien Mersil, L. N. (2019). Penerapan Terapi Relaksasi
hipertensi. Nafas Dalam Dan Relaksasi Otot Progresif
Untuk Menurunkan Nyeri Pada Pasien
UCAPAN TERIMAKASIH Hipertensi Di RSUD Siti Aisyah Tahun 2019.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Palembang, 1–134.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Novianti. (2015). Hipertensi Kenali, Cegah, Obati.
Direktur RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Yogyakarta: Buku Pintar.
Semarang, responden beserta keluarga, Ns.
Nurman, M. (2017). Efektifitas Antara Terapi
Heryanto AN, M.Kep, Sp.Kom selaku Ketua
Relaksasi Otot Progresif Dan Teknik Relaksasi
Program Studi Profesi Ners, Ns. Ernawati, Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan
M.Kes selaku pembimbing Karya Ilmiah Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Pulau
Akhir Ners, beserta keluarga. Birandang Wilayah Kerja Puskesmas Kampar
Timur Tahun 2017. Jurnal Ners, 1(2).
REFERENSI Rahayu, S. M. (2020). Pengaruh Teknik Relaksasi
Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah Pada
AHA. (2017). Hypertension: The Silent Killer: Update Lansia Dengan Hipertensi. Journal Media Karya
JNC-8 Guideline Recommendations. Alabama Kesehatan, 3(1), 91–98.
Pharmacy Association. https://doi.org/10.1017/CBO978110741532
4.004
DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Setyoadi, T. & K. (2015). Terapi Modalitas
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI. Keperawatan dan Klien Psikogeriatrik. Jakarta:
Salemba Medika.
Ekarini, N. L. P., Heryati, H., & Maryam, R. S. (2019).
Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Sherwood, L. L. (2011). Fisiologi Manusia (EGC (ed.)).
terhadap Respon Fisiologis Pasien Hipertensi. Jakarta: EGC.
Jurnal Kesehatan, 10(1), 47. Smeltzer, S. C, & Bare, G. B. (2016). Keperawatan
https://doi.org/10.26630/jk.v10i1.1139 Medikal Bedah Brunner & suddarth, Edisi 12.
Fernalia, Priyanti, W., Effendi, S., & Amita, D. (2019). Jakarta: EGC.
Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Solehati, T. & K. (2015). Konsep Dan Aplikasi
Skala Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Di Relaksasi Dalam Keperawatan Maternitas.
Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bandung: PT Refika Aditama.
Bengkulu. Malahayati Nursing, 1, 25–34.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.