Anda di halaman 1dari 6

Studi Kasus

Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Menggunakan Terapi


Relaksasi Otot Progresif

Richa Jannet Ferdisa1, Ernawati Ernawati1


1 Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang

Informasi Artikel Abstrak


Riwayat Artikel: Peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan kepala, mulai
• Submit 16 September dari nyeri ringan hingga berat. Nyeri ini sapa tidak dikelola dengan baik
2020 dapat menyebabkan timbulnya masalah seperti gangguan jantung dan
• Diterima 25 Juli 2021 gangguan syaraf. Salah satu intervensi keperawatan mandiri untuk
• Diterbitkan 5 Agustus mengurangi nyeri kepala dengan terapi relaksasi otot progresif. Studi kasus
2021 ini untuk mengatahui pemberian terapi relaksasi otot progresif dalam
menurunkan skala nyeri pasien hipertensi. Studi kasus menggunakan desain
Kata kunci: deskriptif dengan pendekatan studi kasus penerapan Evidence Based
Relaksasi otot progresif; Nursing Practice yaitu terapi otot progresif terhadap nyeri kepala.Jumlah
Nyeri; Hipertensi sampel sebanyak 2 orang pasien dengan hipertensi dengan kriteria yang
sudah ditentukan yaitu skala nyeri 2-5. Pengukuran yang digunakan hingga
pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Hasil
studi kasus antara kedua pasien sebelum dan sesudah diberikan terapi
terapi otot progresif menunjukkan penurunan. Hal ini dibuktikan dengan
pasien pertama dari skala 4 menjadi 2 dan pasien kedua dari skala 5 menjadi
2. Terapi relaksasi yang dapat menurunkan nyeri kepala pada pasien
hipertensi. Mekanismenya relaksasi otot progresif dapat meningkatkan
ventilasi paru, meningkatkan oksigenasi darah, menurunkan tekanan otot,
dan mengurangi sakit kepala tegang.

PENDAHULUAN Enzyme) akan diubah menjadi Angiotensin


2 yang berperan dalam vasokonstriksi
Hipertensi didasarkan pada peningkatan pembuluh darah. Selain itu, retensi natrium
sistem syaraf simpatis, dimana adanya dan air akan menyebabkan terjadinya
peningkatan produksi katekolamin peningkatan volume darah yang akan
(Adrenalin dan No Adrenalin) yang memengaruhi cardiac output. Hipertensi
menyebabkan terjadinya vasokonstriksi juga didukung adanya disfungsi endotel
pembuluh darah dan peningkatan tekanan karena proses aterosklerosis dan faktor
darah. Hipertensi juga dapat terjadi karena genetik yang juga menyebabkan
adanya peningkatan aktivitas RAA (Renin, vasokonstriksi pembuluh darah (AHA,
Angiotensin, dan Aldosteron), yaitu 2017).
terjadinya peningkatan produksi Renin oleh
makuladensa glomerular yang berperan Peningkatan tekanan darah pada penderita
dalam mengubah Angiotensinogen menjadi hipertensi dapat disertai dengan nyeri
Angiotensin 1 yang kemudian dengan kepala, mulai dari nyeri ringan hingga nyeri
bantuan ACE (Angiotensin Converting berat. Hipertensi ditandai dengan tekanan

Corresponding author:
Richa Jannet Ferdisa
richajnnt@gmail.com
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021
e-ISSN: 2723-8067
DOI: https://doi.org/10.26714/nm.v2i2.6281
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 47-52 48
Richa Jannet Ferdisa - Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Menggunakan Terapi Relaksasi Otot
Progresif

darah sistolik lebih dari 130 mmHg dan terapi relaksasi adalah dengan terapi
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. relaksasi otot progresif yang dapat
Faktor penyebab hipertensi diantaranya membuat tubuh dan pikiran terasa tenang
seperti : usia diatas 50 tahun, riwayat dan rileks, dan memudahkan untuk tidur
keluarga, kebiasaan gaya hidup yang kurang (Sherwood, 2011).
sehat (merokok, sering mengonsumsi
makanan berlemak, kurang beraktivitas), Pada studi kasus ini menggunakan terapi
jenis kelamin, dan tingkat stress (Rahayu, relaksasi otot progresif untuk mengetahui
2020). penurunan skala nyeri kepala pada pasien
hipertensi. Dalam rangkaian
Nyeri kepala pada pasien hipertensi pelaksanaannya disertai relaksasi nafas
disebabkan oleh kerusakan vaskuler dalam. Teknik relaksasi nafas dalam
pembuluh darah. Nyeri timbul sebagai termasuk suatu bentuk asuhan
suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh keperawatan yang dalam hal ini perawat
yang timbul ketika jaringan sedang dirusak megajarkan kepada klien dengan
sehingga menyebabkan individu tersebut menginstruksikan klien untuk melakukan
bereaksi dengan cara memindahkan cara nafas lambat (menahan inspirasi
stimulus nyeri (Nurman, 2017). Hipertensi secara maksimal) dan bagaimana
jika terjadi secara berkepanjangan akan menghembuskan nafas secara perlahan,
meningkatkan resiko tekanan stroke, selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
serangan jantung, dan gagal ginjal kronis. teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
Sejalan dengan betambahnya usia hampir meningkatkan ventilasi paru dan
setiap orang mengalami kenaikan tekanan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer,
darah dan akan terus meningkat sampai S. C, & Bare, 2016). Mekanisme relaksasi
usia 80 tahun (Novianti, 2015). otot progresif memusatkan perhatian pada
suatu aktivitas otot dengan
Penatalaksanaan asuhan keperawatan mengidentifikasi otot yang tegang
nonfarmakologis dimaksudkan untuk kemudian menurunkan ketegangan dengan
membantu penderita hipertensi dalam melakukan teknik relaksasi untuk
mempertahankan tekanan darah pada mendapatkan perasaan rileks. Sehingga
tingkat normal sehingga memperbaiki terapi relaksasi otot progresif ini banyak
kondisi sakitnya. Penatalaksanaan manfaatnya bagi tubuh, terapi ini bisa
hipertensi tidak selalu menggunakan obat- dilakukan secara mandiri dan mudah tanpa
obatan (farmakologis). Beberapa penelitian efek samping (Ekarini et al., 2019).
menunjukkan bahwa pendekatan
nonfarmakologis dapat dilakukan pada METODE
penderita hipertensi, salah satunya dengan
menggunakan relaksasi otot progresif Metode studi ini menggunkan desain
(Mersil, 2019). deskriptif dengan pendekatan studi kasus
berdasarkan penerapan Evidence Based
Teknik relaksasi otot progresif adalah Nursing Practice yaitu terapi relaksasi otot
teknik relaksasi otot dalam yang tidak progresif terhadap penurunan nyeri kepala
memerlukan imajinasi, ketekunan, atau pada pasien hipertensi. Waktu pemberian
sugesti. Teknik relaksasi otot progresif terapi dilakukan selama 3 hari. Studi kasus
memusatkan perhatian pada suatu aktivitas ini dilakukan di ruang nakula 2 RSUD
otot dengan mengidentifikasi otot yang K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang.
tegang kemudian menurunkan ketegangan Pada bulan Januari – Februari 2020. Jumlah
dengan melakukan teknik relaksasi untuk sampel yang digunakan sebanyak 2 orang
mendapatkan perasaan rileks. Salah satu pasien. Kriteria pasien yang dijadikan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 47-52 49
Richa Jannet Ferdisa - Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Menggunakan Terapi Relaksasi Otot
Progresif

responden yaitu pasien hipertensi yang baik. Responden 2 berusia 68 tahun dengan
mengalami nyeri kepala dengan rentang jenis kelamin perempuan, responden
skala 2-5. Pengukuran skala nyeri mengatakan nyeri pada bagian kepala, nyeri
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) bertambah jika beraktivitas, nyeri seperti
0-10, serta pengumpulan data ditusuk-tusuk, skala nyeri 5 dari 0-10, nyeri
menggunakan lembar pengkajian. datang terus-menerus. Tekanan darah
172/102 mmHg, Nadi : 110x/menit, RR :
Studi kasus ini dilakukan setelah 24x/menit, dan Suhu : 37,2ºC. Kesadaran
mendapatkan persetujuan kepala ruang, composmentis, keadaan umum cukup baik,
pembimbing klinik, serta responden dan dan responden tampak meringis dan
keluarga. Prosedur pengambilan data memijat-mijat lokasi nyeri.
dilakukan dengan pengkajian, menentukan
diagnosa keperawatan dan intervensi yang Diagnosa keperawatan yang muncul adalah
selanjutnya akan diberikan implementasi nyeri akut berhubungan dengan agen
berupa terapi relaksasi otot progresif dalam pencedera fisiologi (iskemia). Intervensi
waktu ± 10 menit selama 3 hari dan pada nyeri akut yaitu manajemen nyeri
dilanjutkan dengan evaluasi. Sebelum antara lain identifikasi nyeri dengan PQRST,
dilakukan terapi, subjek pasien dan kontrol lingkungan yang memperberat rasa
keluarga diberikan penjelasan mengenai nyeri, fasilitasi istirahat dan tidur, ajarkan
tujuan dan prosedur pemberian terapi teknik nonfarmakologis (terapi relaksasi
relaksasi otot progresif. Pasien diposisikan otot progresif), dan kolaborasi pemberian
dengan nyaman, kemudian diukur tanda- analgetik (DPP PPNI, 2017).
tanda vital dan skala nyeri pada pasien.
Setelah pasien menyatakan kesiapan untuk Tabel 1
dimulai tindakan relaksasi otot progresif, Hasil Skala Nyeri Pre dan Post Pemberian Terapi
Relaksasi Otot Progresif
perawat mengajarkan setiap gerakan dan Responden Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
memastikan pasien tetap fokus. Setelah Pre Post Pre Post Pre Post
dilakukan terapi relaksasi otot progresif Responden 1 4 4 4 3 3 2
selama ± 10 menit kemudian diukur Responden 2 5 5 4 3 3 2
kembali tanda-tanda vital dan skala
nyerinya. Terapi ini diberikan 3 jam Berdasarkan tabel 1 didapatkan data hasil
sebelum mendapatkan terapi obat, studi yang menunjukkan skala nyeri
tujuannya untuk memaksimalkan adanya sebelum dan sesudah pemberian terapi
pengaruh terapi relaksasi otot progresif relaksasi otot progresif. Pada responden 1
tanpa adanya pengaruh kerja obat. di hari pertama sebelum dan sesudah
pemberian terapi relaksasi skala nyeri
HASIL masih tetap 4 tidak ada perubahan. Pada
hari kedua sebelum diberikan terapi
Hasil pengkajian menunjukkan responden 1 relaksasi skala nyeri 4, tetapi setelah
berusia 57 tahun dengan jenis kelamin diberikan terapi relaksasi skala nyeri
perempuan, responden mengatakan nyeri mengalami penurunan menjadi 3.
kepala cekot-cekot dari bagian atas Kemudian pada hari ketiga sebelum
menjalar sampai ke tengkuk, skala nyeri 4 diberikan terapi relaksasi skala nyeri 3, dan
dari 0-10, dengan durasi waktu cukup lama, setelah diberikan terapi relaksasi skala
dan nyeri hilang timbul. Responden tampak nyeri menjadi 2. Sedangkan pada
memegangi bagian yang nyeri. Tekanan responden 2, di hari pertama sebelum
darah 180/100 mmHg, Nadi 102x/menit, diberikan terapi relaksasi otot progresif
RR 20x/menit, dan Suhu 36,8 ºC. Kesadaran skala nyeri 5 tidak ada perubahan. Pada hari
composmentis dan keadaan umum cukup kedua sebelum diberikan terapi relaksasi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 47-52 50
Richa Jannet Ferdisa - Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Menggunakan Terapi Relaksasi Otot
Progresif

skala nyeri 4, tetapi sesudah diberikan hipertensi. Berdasarkan hasil penerapan


terapi relaksasi skala nyeri mengalami tindakan keperawatan penurunan skala
penurunan menjadi skala 3. Lalu, pada hari nyeri kepala dengan terapi relaksasi otot
ketiga sebelum pemberian terapi relaksasi progresif pada kedua pasien dengan
skala nyeri 3 dan setelah pemberian terapi diagnosa keperawatan nyeri akut
relaksasi skala nyeri mengalami penurunan berhubungan dengan agen pencedera
menjadi skala 2. fisiologis (iskemia), setelah dilakukan
tindakan terapi non farmakologi terapi
Pelaksanaan implementasi pada responden relaksasi otot progresif selama 3 hari kedua
1 yaitu memberikan terapi relaksasi otot pasien mengalami penurunan skala nyeri.
progresif selama 3 hari dengan waktu Keberhasilan mengurangi skala nyeri
pemberian ± 10 menit. Responden dengan kepala pada kedua pasien didasari pada
kesadaran composmentis, keadaan umum keberhasilan pasien mengalihkan rasa nyeri
cukup baik, tekanan darah 180/100 mmHg, dengan memusatkan perhatian pada
Nadi 102x/menit, RR 20x/menit, dan Suhu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot
36,8 ºC. Skala nyeri pada hari pertama yaitu yang tegang kemudian menurunkan
skala 4 dan pada hari ketiga turun menjadi ketegangan dengan melakukan teknik
skala 2. Sedangkan responden 2 diberikan relaksasi untuk mendapatkan perasaan
terapi relaksasi otot progresif selama 3 hari rileks (Fernalia et al., 2019)
dengan waktu pemberian ± 10 menit.
Responden dengan dengan kesadaran Terapi relaksasi otot progresif terdapat 14
composmentis, keadaan umum cukup baik, gerakan dan setiap gerakan memiliki tujuan
tekanan darah 172/102 mmHg, Nadi : masing-masing. Gerakan 1 ditujukan untuk
110x/menit, RR : 24x/menit, dan Suhu : melatih otot tangan, tujuan 2 ditujukan
37,2ºC. Skala nyeri pada hari pertama yaitu untuk melatih otot tangan bagian belakang,
skala 5 dan pada hari ketiga turun menjadi gerakan 3 ditujukan untuk melatih otot
skala 2. bisep (otot besar pada bagian atas
pangkalan lengan), gerakan 4 ditujukan
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dapat untuk melatih otot bahu supaya
dianalisis bahwa masalah keperawatan mengendur, gerakan 5 sampai 8 ditujukan
teratasi sebagian sebagai bukti bahwa skala untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti
nyeri kepala kedua responden setelah otot dahi, mata, rahang dan mulut), gerakan
diberikan terapi relaksasi relaksasi otot 9 ditujukan untuk merilekskan otot leher
progresif selama ± 10 menit mengalami bagian depan maupun belakang, gerakan 10
penurunan. Faktor pendukung pemberian ditujukan untuk melatih otot leher bagian
terapi relaksasi otot progresif ini ialah depan, gerakan 11 ditujukan untuk melatih
terapi yang mudah dilakukan. Faktor otot punggung, gerakan 12 ditujukan untuk
penghambat dalam pemberian terapi ini melemaskan otot dada, gerakan 13
ialah lingkungan ruangan yang kurang ditujukan untuk melatih otot perut, dan
tenang karena pasien berada di ruang kelas gerakan 14 ditujukan untuk melatih otot-
3 dengan jumlah pasien dalam ruangan ada otot kaki seperti paha dan betis (Setyoadi,
8 orang pasien sehingga konsentrasi pasien 2015)
kurang maksimal.
Manfaat dari relaksasi otot progresif
PEMBAHASAN menurut (Solehati, 2015) diantaranya
adalah meningkatkan ketrampilan dasar
Diagnosa medis pada pasien 1 yaitu relaksasi, mengurangi ketegangan otot
hipertensi disertai diabetes mellitus, syaraf, mengurangi tingkat kecemasan
sedangkan diagnosa medis pasien 2 hanya klien, bermanfaat untuk penderita

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 47-52 51
Richa Jannet Ferdisa - Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Menggunakan Terapi Relaksasi Otot
Progresif

gangguan tidur (insomnia) serta mengurangi kejadian komplikasi lanjut dari


meningkatkan kualitas tidur, mengurangi hipertensi.
stres dan depresi, menghilangkan
kelelahan, mengurangi keluhan spasme Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa
otot, nyeri leher dan punggung,bermanfaat pemberian terapi relaksasi otot progresif
bagi penderita tekanan darah tinggi, selama ± 10 menit memiliki pengaruh untuk
mengurangi sakit kepala, mengurangi menurunkan skala nyeri pasien hipertensi.
insomnia, dan menangani hipertensi. Hal ini selaras dengan penelitian (Fernalia
et al., 2019), yang menyatakan ada
Kedua responden mendapatkan terapi obat pengaruh relaksasi otot progresif terhadap
berupa Amlodipin 10mg dan Omeprazole skala nyeri kepala pada pasien hipertensi.
40mg. Amlodipine digunakan untuk
mengatasi hipertensi dan meredakan gejala Saat relaksasi terjadi kombinasi tarikan dan
nyeri. Efeknya akan memperlancar aliran hembusan nafas panjang sehingga terjadi
darah menuju jantung dan mengurangi pertukaran udara yang sangat baik. Ketika
tekanan darah. Sedangkan Omeprazole keadaan rileks otot akan vasodilatasi. Hal
untuk mengatasi gangguan lambung, ini akan memperkaya oksigen dalam darah
seperti asam lambung dan tukak lambung. serta membersihkan organ respirasi,
Efek samping yang ditimbulkan adalah dengan demikian meningkatkan kapasitas
nyeri perut dan sakit kepala. Responden 1 vital dan oksidasi paru. Selain itu ketika
mendapat terapi analgetik tambahan relaksasi, otot merangsang pengeluaran
berupa Dexketoprofen 1gr untuk beberapa hormone positif bagi tubuh yaitu
meredakan nyeri dari intensitas ringan Endophine, Serotonin, melatonin, yang
hingga intensitas sedang. Pemberian terapi merupakan endogogonius morphin (zat
farmakologi tidak menghambat mekanisme yang memberikan efek menenangkan) yang
terapi relaksasi otot progresif karena terapi ada dalam tubuh manusia dan katekolamin
relaksasi otot progresif diberikan 3 jam yang merupakan zat yang dapat
sebelum pemberian obat. melancarkan aliran darah. Secara fisiologis
keadaan rileks yang diberikan akan
Berdasarkan analisis dari pengaplikasian merangsang hipotalamus dengan
terapi relaksasi otot progresif pada hari ke- mengeluarkan pituitary untuk merilekskan
3, kedua responden mengalami penurunan pikiran bahkan dapat mempengaruhi
skala nyeri, tampak lebih rileks dan mampu penurunan rasa ketidaknyamanan yaitu
melakukan setiap gerakan relaksasi secara nyeri kepala (Karang, 2018).
mandiri. Responden 1 skala nyeri 2 dengan
tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi SIMPULAN
82x/menit, RR 20x/menit, dan Suhu 36,6
ºC. Responden 2 skala nyeri 2 dengan Hasil studi kasus ini menunjukkan adanya
tekanan darah 130/85 mmHg, Nadi penurunan skala nyeri kepala pada pasien
80x/menit, RR : 22x/menit, dan Suhu : 37 hipertensi sebelum dan sesudah diberikan
ºC. terapi relaksasi relaksasi otot progresif
selama ± 10 menit. Hal ini dibuktikan pada
Studi kasus ini juga seirama dengan responden 1 sebelum diberikan terapi skala
penelitian Ekarini, dkk (2019), yang nyeri 4, kemudian setelah diberikan terapi
menyatakan bahwa terapi teknik relaksasi relaksasi otot progresif selama 3 hari skala
otot progresif dapat memberikan pengaruh nyeri menurun menjadi skala 2. Sedangkan
fisiologis pada pasien hipertensi. Terapi pada responden 2 sebelum diberikan terapi
relaksasi otot progresif sangat signifikan relaksasi otot progresif selama ± 10 menit
untuk menurunkan nyeri dan dapat skala nyeri 5, kemudian setelah diberikan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 47-52 52
Richa Jannet Ferdisa - Penurunan Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Menggunakan Terapi Relaksasi Otot
Progresif

terapi relaksasi otot progresif selama 3 hari Karang, M. T. A. J. (2018). Efektifitas Terapi Relaksasi
skala nyeri menurun menjadi skala 2. Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal
Tenaga kesehatan dapat mengaplikasikan Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 7(04),
terapi teknik relaksasi otot progresif 339–345.
sebagai terapi komplementer untuk https://doi.org/10.33221/jiiki.v7i04.71
menurunkan nyeri kepala pada pasien Mersil, L. N. (2019). Penerapan Terapi Relaksasi
hipertensi. Nafas Dalam Dan Relaksasi Otot Progresif
Untuk Menurunkan Nyeri Pada Pasien
UCAPAN TERIMAKASIH Hipertensi Di RSUD Siti Aisyah Tahun 2019.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Palembang, 1–134.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Novianti. (2015). Hipertensi Kenali, Cegah, Obati.
Direktur RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Yogyakarta: Buku Pintar.
Semarang, responden beserta keluarga, Ns.
Nurman, M. (2017). Efektifitas Antara Terapi
Heryanto AN, M.Kep, Sp.Kom selaku Ketua
Relaksasi Otot Progresif Dan Teknik Relaksasi
Program Studi Profesi Ners, Ns. Ernawati, Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan
M.Kes selaku pembimbing Karya Ilmiah Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Pulau
Akhir Ners, beserta keluarga. Birandang Wilayah Kerja Puskesmas Kampar
Timur Tahun 2017. Jurnal Ners, 1(2).
REFERENSI Rahayu, S. M. (2020). Pengaruh Teknik Relaksasi
Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah Pada
AHA. (2017). Hypertension: The Silent Killer: Update Lansia Dengan Hipertensi. Journal Media Karya
JNC-8 Guideline Recommendations. Alabama Kesehatan, 3(1), 91–98.
Pharmacy Association. https://doi.org/10.1017/CBO978110741532
4.004
DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Setyoadi, T. & K. (2015). Terapi Modalitas
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI. Keperawatan dan Klien Psikogeriatrik. Jakarta:
Salemba Medika.
Ekarini, N. L. P., Heryati, H., & Maryam, R. S. (2019).
Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Sherwood, L. L. (2011). Fisiologi Manusia (EGC (ed.)).
terhadap Respon Fisiologis Pasien Hipertensi. Jakarta: EGC.
Jurnal Kesehatan, 10(1), 47. Smeltzer, S. C, & Bare, G. B. (2016). Keperawatan
https://doi.org/10.26630/jk.v10i1.1139 Medikal Bedah Brunner & suddarth, Edisi 12.
Fernalia, Priyanti, W., Effendi, S., & Amita, D. (2019). Jakarta: EGC.
Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Solehati, T. & K. (2015). Konsep Dan Aplikasi
Skala Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Di Relaksasi Dalam Keperawatan Maternitas.
Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bandung: PT Refika Aditama.
Bengkulu. Malahayati Nursing, 1, 25–34.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Anda mungkin juga menyukai