Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENGELOLAAN KASUS SESUAI EBP

PENANGANAN KLIEN DENGAN HIPERTENSI MENGGUNAKAN TERAPI SEFT


(SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TEHNIQUE ) PADA NY.T DI RUANG
PERAWATAN KHUSUS PANTI PELAYANAN SOSIAL SUDAGARAN
BANYUMAS

DISUSUN OLEH :

Eviyanti Khasanah

2211040192

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia), sebagai salah
satu dampak meningkatnya usia harapan hidup (UHH). Jumlah penduduk lansia pada royeksi
tahun 2045 ada sekitar 63,31 juta penduduk lansia yang mencapai 20% populasi (BPS, 2019).

Semakin bertambahnya penduduk usia lanjut, sangat berpengaruh terhadap berbagai


aspek kehidupan yang berhubungan dengan penurunan kondisi fisik, psikis dan sosial. Fisik
akan mengalami penurunan akibat proses penuaan, Penurunan fisik berdampak pada kondisi
yang rawan terhadap berbagai macam gangguan penyakit. Seperti pada sistem kardiovaskular,
akibat penuaan katup jantung akan mengalami kekakuan dan penebalan, penurunan elastisitas
dinding aorta, penurunan fungsi jantung 1% setiap tahun yang mengakibatkan penurunan
kontraksi dan curah jantung. Hal ini yang dapat menimbulka terjadinya hipertensi (Isworo,
dkk. 2019).

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab utama
kematian dini di dunia. Organisasi kesehatan dunia World Health Organization atau biasa
disebut dengan WHO, memperkirakan saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar
22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya kurang dari satu per
lima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki. Pada
wilayah Afrika menduduki prevalensi hipertensi tertinggi dengan nilai 27%. Asia Tenggara
berada di posisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25% dari total penduduk. WHO juga
memperkirakan 1 dari 5 orang perempuan di seluruh dunia memiliki hipertensi. Jumlah ini
lebih besar diantara kelompok laki-laki yakni hanya 1 dari 4 orang (WHO 2018).

Hipertensi dapat dimanajemen secara farmakologis maupun secara non farmakologis.


Penanganan secara farmakologis yaitu dengan memberikan obat diuretik thiazide, simpateik,
beta-bloker, dan vasodilator. Sedangkan mengatasi hipertensi dapat dilakukan dengan
pemberian terapi non farmakologis berupa modifikasi gaya hidup, mengurangi berat badan,
pembatasan asupan natrium, modifikasi diet rendah lemak, pembatasan alkohol, pembatasan
kafein, menghentikan kebiasaan merokok, kendalikan stres dan terapi komplementer hingga
intervensi spiritual (Saputra, 2020).

Mengingat pentingnya menjaga kestabilan emosional pasien hipertensi, maka dari itu
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan secara mandiri dalam konteks non farmakologi, salah satunya adalah dengan
terapi kompelenter. Terapi komplementer adalah terapi holistik yang sudah diakui dan
digunakan sebagai alternatif penanganan non farmakologi sebagai pendamping terapi medis.
Beberapa terapi komplementer yang dikembangkan dalam mengatasi hipertensi di antaranya
adalah akupuntur, hipnoterapi, meditasi, Emotional Freedom Technique, dan Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT), SEFT merupakan terapi relaksasi dalam bentuk mind
body therapy dari terapi komplementer yang bekerja kurang lebih sama dengan prinsip
akupuntur dan akupresur, yakni dengan perangsangan titik-titik akupunktur dipermukaan
tubuh.

SEFT termasuk teknik relaksasi yang merupakan salah satu bentuk mind-body therapy
dari terapi komplementer dan terapi alternatif dalam bidang ilmu keperawatan yang cara
kerjanya kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupresur, yakni dengan perangsangan titik-
titik akupunktur dipermukaan tubuh yang men imbulkan relaksasi dan menstimuls kerja
kelenjar pituitari untuk mengeluarkan hormon endorphin yang juga dapat memberi efek
ketenangan sehingga akan menginaktivasi sistem saraf simpatis.

Kasus Ny.T mempunyai riwayat tekanan darah tinggi dan mengalami cemas akan sakit
hipertennsi yang di alami. tekanan darah 142/87 mmHg. Pasien kurang nyaman dengan
kondisinya. Untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi kecemasan akan dilakukan
terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).

B. RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi ?
BAB II

PENILAIN KRITIS

Judul jurnal Aplicable Important Validity

Terapi spiritual Metode yang digunakan yaitu Hasil pengkajian Penurunan tekanan darah
emotional
freedom desain deskriptif pendekatan menunjukan kedua dapat terjadi karena terapi
technique (SEFT) asuhan keperawatan subjek studi memiliki SEFT membantu
terhadap tekanan
darah pada lansia menggunakan terapi SEFT pada jenis kelamin yang menurunkan aktivitas saraf
hipertensi
(Tri Aji subjek dengan tekanan darah sama yaitu perempuan. simpatis, yang
Rachmanto, Vivi tinggi. Subjek studi kasus ini Subjek studi kasus 1 menyebabkan terjadi
Yosafianti
Pohan,2021) berjumlah 2 penderita hipertensi berumur 59 tahun dan penurunan frekuensi napas,
yang didapatkan menggunakan subjek studi kasus 2 tekanan darah, dan denyut
purposive sampling dengan berumur 54 tahun. jantung. Pengetukan dalam
kriteria inklusi adalah subjek Hasil studi kasus EFT merespon jaringan
dengan tekanan darah lebih dari menunjukan penurunan saraf perifer sampai saraf
140/90mmHg dan subjek dengan tekanan darah setelah pusat. Tapping yang
hipertensi ringan sampai sedang. dilakukan terapi SEFT. dilakukan pada saraf
Instrumen yang digunakan pada Subjek studi kasus 1 perifer akan meneruskan
studi kasus ini yaitu tensimeter. dan 2 secara stimulasi ke saraf pusat
Pengambilan data dilakukan keseluruhan mengalami melalui neurotransmiter.
dilakukan selama 30 menit. rata-rata penurunan Stimulasi yang dilakukan
Pemeriksaan tekanan darah tekanan darah sistolik secara manual di titik
dilakukan sebelum dan sesudah 11,45 mmHg dan akupunktur, akan
terapi SEFT. Pada 5 menit diastolik 6,95 mmHg. mengontrol kortisol,
pertama dilakukan pengukuran Terapi SEFT mampu meredakan rasa sakit,
tekanan darah pada subjek, menurunkan tekanan menurunkan frekuensi
kemudian dilakukan terapi SEFT darah pada pasien denyut jantung,
selama 20 menit meliputi hipertensi. Sehingga mengurangi kecemasan,
beberapa bagian, yaitu The set penting dilakukan dan mengatur sistem saraf
up, tahapan ini untuk terapi ini untuk otonom, sehingga
memastikan aliran energi membantu menurunkan membuat rasa tenang dan
berjalan pada arah yang tepat tekanan darah pada rileks. Curah jantung yang
dengan cara berdoa dengan pasien dengan menurun akan
khusyu’, ikhlas dan pasrah hipertensi. mempengaruhi kerja
sambil mengucapkan “Ya jantung, yang memberikan
Allah.....meskipun saya rasa tenang dan rileks,
(keluhan), saya ikhlas menerima sehingga curah jantung
sakit/masalah saya ini, saya menurun. Curah jantung
pasrahkan pada-Mu kesembuhan yang menurun memberikan
saya” Ketika pasien berdoa efek penurunan tekanan
dalam hati, maka dilakukan darah.Terapi SEFT dapat
ketukan dengan dua jari pada menjadi salah satu pilihan
bagian “Karate Chop”. Tahap dalam upaya menurunkan
kedua adalah The Tune-In, Pada tekanan darah pada lansia
tahap ini pasien disuruh untuk dengan hipertensi.
membayangkan penyakit yang
dialaminya, rasa sakit yang
dideritanya, kemudian
mengucapkan “Ya Allah... saya
ikhlas, saya pasrah, saya
menerima rasa sakit saya ini,
saya pasrahkan pada-Mu
kesembuhan saya”. Tahap ketiga
adalah The Tapping, Tapping
yaitu melakukan ketukan ringan
dengan ujung dua jari pada titik
titik terentu di tubuh kita. Titik
tiik yang dilakukan ketukan
adalah “The Major Energy
Meredians” atau titik titik kunci.
Titik tersebut dapat menetralisir
gangguan emosi atau rasa sakit
yang dirasakan. Selanjutnya 5
menit terakhir dilakukan kembali
pengukuran tekanan darah pada
subjek untuk dilakukan evaluasi.
Pengaruh Terapi Jenis penelitian ini menggunakan Hasil analisa data Hasil penelitian ini sejalan
Seft (Spiritual
rancangan penelitian pre menggunakan uji dengan Rofacky (2018)
Emitional
Freedom eksperimental yang wilcoxon menunjukkan dimana hasil uji t
Technique)
menggunakan pendekatan one tekanan darah sistole didapatkan nilai t hitung
Terhadap
Penurunan group pretest-posttest. Populasi sebelum dan sesudah untuk TD sistole sebesar
Tekanan Darah
dalam penelitian ini adalah pemberian terapi 18,507 dengan p sebesar
Penderita
Hipertensi Di penderita hipertensi di UPT. Spiritual Emotional 0,000, sedangkan t hitung
Upt Puskesmas
Puskesmas Tuntungan kunjungan Freedom Technique untuk TD diastole sebesar
Medan
Tuntungan pasien mulai bulan Januari – (SEFT) didapat nilai p 2,662 dengan p sebesar
(Fridella Grace
Desember tahun 2021 yang value sebesar 0,001 0,019. Oleh karena kedua p
Natalia Tarigan,
Yosafat Barus , berjumlah 2.792 orang. atau < 0,05 dengan tersebut lebih kecil dari
Tetty Suriany
Limbong,2022) Penelitian ini dilaksanakan di nilai z hitung 3,473 > z (0,05), maka dapat
April 2022. Teknik pengambilan tabel 0,4393 dan untuk disimpulkan bahwa ada
sampel menggunakan teknik tekanan darah diastole pengaruh secara bermakna
accidental sampling dengan sebelum dan sesudah terapi spiritual emotional
jumlah sampel 15 responden. Uji pemberian terapi freedom technique (SEFT)
statistik yang digunakan adalah Spiritual Emotional terhadap tekanan darah
uji Wilcoxon. Freedom Technique penderita hipertensi di
(SEFT) didapat nilai p- wilayah kerja puskesmas
value sebesar 0,002 < Bergas Kecamatan Bergas,
0,05 dengan nilai z Kabupaten Semarang.
hitung 3,042 > nilai z Didukung oleh Huda
tabel 0,4393. Maka Ho (2018) dimana hasil Hasil
ditolak dan H1 diterima analisa data pada
yang berarti ada kelompok intervensi
pengaruh terapi menggunakan paired t-test
Spiritual Emotional menunjukkan bahwa nilai t
Freedom Technique hitung tekanan darah sistol
(SEFT) terhadap sebesar 8.699 dengan p-
penurunan tekanan value sebesar 0,000.
darah pasien hipertensi Sedangkan nilai t hitung
di Wilayah Kerja UPT tekanan darah diastol
Puskesmas Medan sebesar 2.633 dengan p-
Tuntungan value sebesar 0,022 (p-
value < 0,05). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang
signifikan pada kelompok
intervensi antara sebelum
dan sesudah dilakukan
terapi SEFT.
Efektivitas itian Analitik Kuantitatif dengan Berdasarkan hasil Hasil penelitian ini
Terapi Spritual
menggunakan desain penelitian analisis univariat MAP, menyimpulkan bahwa
Emotional
Freedom Quasy Eksperiment yaitu sesudah diberi terapi menstimulasi titik-titik
Technique
penelitian dengan rancangan pada kelompok SEFT pada meridian tubuh
(Seft) Terhadap
Penurunan pretest posttest with control grup eksperimen adalah dapat mengontrol
Tekanan Darah
design. Pada rancangan ini 101,23 dan pada hormonhormon stres
Pada Penderita
Hipertensi kelompok eksperimen diberi kelompok kontrol seperti korsitol dan
Murni(2018)
perlakuan berupa terapi SEFT adalah 120,23. Hal ini epineprin, mengurangi
dalam waktu ± 20 menit, menunjukkan bahwa kecemasan, menurunkan
sedangkan kelompok kontrol pada kelompok rasa sakit, memperlambat
tidak diberi perlakuan. eksperimen mengalami denyut jantung, dapat
Pengukuran dilakukan sebelum penurunan yang menstimulasi pengeluaran
perlakuan (pretest) dan sesudah signifikan setelah hormon endorfin yang
perlakuan (postest). Sampel pada dilakukan terapi SEFT. berfungsi sebagai hormon
penelitian ini adalah penderita Berdasarkan hasil kebahagiaan. sehingga
hipertensi di Wilayah Kerja analisis bivariat Uji T- dapat mempengaruhi kerja
Puskesmas Harapan Raya Dependen jantung dengan cara
Kecamatan Bukit Raya. Pada menunjukkan bahwa menurunkan curah jantung
penelitian ini pengambilan ada perbedaan MAP yang berimbas pada
sampel menggunakan purposive yang signifikan penurunan tekanan darah.
Sampling. Peneliti mengambil sebelum dan sesudah dengan demikian keadaan
sampel sebanyak 60 orang diberikan terapi SEFT ini akan memperluas
dengan rincian 30 untuk pada kelompok saluran pembuluh darah
kelompok eksperimen dan 30 eksperimen (P value < yang mengalami
untuk kelompok kontrol. α 0,05 (0,000 < 0,05). penyempitan sehingga
Hal ini menunjukkan darah dapat mengalir
bahwa terjadi dengan lancar. Dapat
perbedaan yang disimpulkan bahwa terapi
signifikan antara MAP SEFT dapat menurunkan
pada kelompok tekanan darah pada
eksperimen dan penderita hipetensi
kelompok kontrol
sesudah diberikan
perlakuan sehingga
dapat disimpulkan
terapi SEFT dapat
membantu menurunkan
tekanan darah pada
penderita hipertensi.
Pengaruh Terapi Penelitian ini menggunakan Hasil penelitian ini Berdasarkan hasil
Seft (Spiritual
desain Quasy eksperimental menunjukkan bahwa penelitian, analisa data
Emotional
Freedom dengan rancangan One group pada kelompok pada kelompok intervensi
Technique)
Pre-test-Postest with control intervensi sesudah menggunakan paired t-test
Terhadap
Penurunan Group Design. Populasi dilakukan terapi SEFT menunjukkan bahwa nilai t
Tekanan Darah
penderita Hipertensi di Wilayah rata-rata sistol hitung tekanan darah sistol
Pada Penderita
Hipertensi Di Kerja Puskesmas Tahunan responden sebesar 142 sebesar 8.699 dengan p-
Wilahah
dengan total responden sebesar mmHg dengan standar value sebesar 0,000.
Puskesmas
Tahunan. 33 responden, dimana 13 deviasi 20.996 mmHg Sedangkan nilai t hitung
(Sholihul Huda , responden intervensi dan 20 dan rata-rata diastol tekanan darah diastol
Galia Wardha
Alvita,2018) responden sebagai kontrol. resonden sebesar 83.33 sebesar 2.633 dengan p-
Teknik sampling menggunakan mmHg dengan standar value sebesar 0,022. Hasil
purposive sampling dengan deviasi 9.355 mmHg. tersebut menunjukkan
kriteria inklusi yaitu: 1) Sedangkan pada bahwa nilai p-value < 0,05.
Penderita hipertensi primer; 2) kelompok kontrol rata- Sehingga dapat
Penderita hipertensi yang rata sistol responden disimpulkan bahwa
bertempat tinggal di wilayah sebesar 175 mmHg terdapat perbedaan yang
kerja Puskesmas Tahunan dengan standar deviasi signifikan pada kelompok
Jepara; 4) Penderita hipertensi 23.324 mmHg dan rata- intervensi antara sebelum
mampu berkomunikasi dengan rata diastol sebesar 85 dan sesudah dilakukan
baik. Adapun kriteria mmHg dengan standar terapi SEFT. Hasil uji
eksklusinya, yaitu: 1) Penderita deviasi sebesar 14.030 statistik pada kelompok
hipertensi yang mengalami mmHg. Berdasarkan intervensi menunjukkan
penurunan kesadaran; 2) hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan
Penderita hipertensi yang menunjukkan bahwa tekanan darah sistol dan
memiliki komplikasi seperti setelah dilakukan terapi diastol sebelum dan
Gagal Jantung, Gagal Ginjal, SEFT tekanan darah sesudah dilakukan terapi
DM; 3) Penderita hipertensi yang responden mengalami SEFT
tidak termasuk dalam kategori penurunan yang sangat
krisis hipertensi. signifikan pada
kelompok perlakuan
Pengaruh Seft Penelitian ini menggunakan Dalam penelitian ini Hasil uji statistik pada
(Spiritual
Rancangan penelitian pra ditemukan bahwa ada kelompok intervensi
Emotional
Freedom experiment dengan pendekatan pengaruh tekanan darah menunjukkan bahwa
Technique)
Pre test and Post test (Pengaruh) sistolik dan diastolik terdapat perbedaan tekanan
Terhadap
Penurunan dengan melibatkan satu pada penderita darah sistol dan diastol
Tekanan Darah
kelompok sampel yaitu hipertensi sebelum dan sebelum dan sesudah
Pada Pasien
Penderita kelompok perlakuan dengan sesudah dilakukan dilakukan terapi SEFT.
Hipertensi Di
teknik Sampling Aksidental. terapi SEFT (Spritual Pada penelitian ini, terapi
Puskesmas
Kapassa Pada kelompok perlakuan Emotional Freedom SEFT mempengaruhi
Makassar diberikan suatu intervensi Technique) pada tekanan darah melalui
(Zaenal Dan
dengan analisa data minggu ke 3. Peneliti pemberian tapping pada 8
Rini
Mustamin,2022) menggunakan uji statistic uji t melakukan intervensi titik meridian tubuh
berpasangan atau Paired T-Test berupa pembinaan dan dengan memasukkan unsur
(apabila datanya memenuhi konfirmasi pelaksanaan spiritual dalam bentuk
syarat normalitas dan SEFT sesuai lembar kalimat doa yang dapat
homoskedastisitas) atau ceklist. menimbulkan efek
McNemar.Penelitian ini relaksasi. Pada kondisi
dilaksanakan dengan tersebut otak menstimulasi
memberikan intervensi berupa kelenjer pituitari untuk
terapi SEFT (Spritual Emotional mengeluarkan hormon
Freedom Technique). Namun, endorphin yang juga dapat
sebelumnya dilakukan intervensi memberi efek relaksasi.
peneliti terlebih dahulu Keadaan ini juga mampu
menjelaskan mengapa peneliti mengaktifasi sistem saraf
memilih SEFT (Spritual parasismpatis. Sehingga
Emotional Freedom Technique) menstimulasi kerja
sebagai instrument penelitian. kelenjar adrenal untuk
Pengambilan data dilakukan menekan sekresi hormon
pada bulan desember di yang mempengaruhi kerja
Puskesmas Kapassa Makassar. kardiovaskuler seperti
Pada saat penelitian peneliti epinefrin, kortisol dan
mendapatkan 28 sampel. steroid lainnya seperti
renin, angiotensin dan
mengurangi sekresi
aldosteron dan ADH
(Sholihul Huda1, 2018).
BAB III

A. HASIL
Hasil pengkajian menunjukkan kedua subjek studi kasus Ny. T berjenis kelamin
perempuan, subjek studi kasus berumur 70 tahun Subjek studi kasus memiliki tekanan
darah yang tinggi dibuktikan dengan pengukuran tekanan darah. Tekanan darah subjek
studi kasus yaitu 163/101mmHg dan memiliki riwayat hipertensi sejak berumur 45 tahun,
memiliki keluhan pusing dan nyeri pada tengkuk akibat tekanan darah yang tinggi.
Pada hari pertama pre terapi 160/100 dan post terapi 149/92mmHg, kemudian
pada hari kedua pre terapi 155/100 dan post terapi 151/98, dan hari ke tiga pree terapi
157/99 dan post terapi 150/90
Subjek studi kasus pada hari pertama sebelum dilakukan tindakan terapi SEFT
dilakukan pengukuran tekanan darah dan didapatkan hasil 160/100mmHg, setelah
dilakukan terapi SEFT selama 1 kali sehari dalam 3 hari berturut-turut didapatkan hasil
bahwa terjadi penurunan tekanan darah menjadi 150/90mmHg.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi setelah diberikan terapi SEFT. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terapi SEFT dapat menurunkan tekanan darah.
Manfaat yang didapatkan dari terapi SEFT diantaranya adalah mengatasi masalah
emosional dan fisik yang dapat mengontrol hormon-hormon stres seperti korsitol dan
epineprin, Sehingga dapat mempengaruhi kerja jantung dan menurunkan curah jantung
yang berimbas pada penurunan tekanan darah.

B. PEMBAHASAN
Salah satu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi untuk kejadian hipertensi
adalah peningkatan usia, sehingga lansia dengan hipertensi memiliki risiko lebih tinggi
untuk kejadian penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal Hasil penelitian ini sejalan
dengan (Maulida, 2019) yang menyatakan pasien yang mengalami hipertensi pada umur
> 40 tahun lebih banyak dibandingkan dengan umur < 40 tahun dan hasil analisa data
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 atau ada hubungan antara usia dengan kejadian
hipertensi.
Subjek studi kasus memiliki jenis kelamin perempuan, hal ini sejalan dengan
penelitian bahwa sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 23 responden
(85,2%), bahwa perempuan memiliki hormon estrogen dan progesterone yang berfungsi
sebagai proteksi dari tonus pembuluh darah (Sri Nur Hartiningsih, Eka Oktavianto,
2021).
Berkurangnya hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan penurunan
tonus pembuluh darah yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan perifer (Irfan &
Nekada, 2018). Kondisi berkurangnya hormon esterogen dan progesteron akan
memperburuk kondisi tekanan darah pasien hipertensi sehingga tekanan darah akan
terpengaruhi dan meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Rofacky (2018) dimana hasil uji t didapatkan
nilai t hitung untuk TD sistole sebesar 18,507 dengan p sebesar 0,000, sedangkan t hitung
untuk TD diastole sebesar 2,662 dengan p sebesar 0,019. Oleh karena kedua p tersebut
lebih kecil dari (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara bermakna
terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT) terhadap tekanan darah penderita
hipertensi di wilayah kerja puskesmas Bergas Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
Didukung oleh Huda (2018) dimana hasil Hasil analisa data pada kelompok
intervensi menggunakan paired t-test menunjukkan bahwa nilai t hitung tekanan darah
sistol sebesar 8.699 dengan p-value sebesar 0,000. Sedangkan nilai t hitung tekanan darah
diastol sebesar 2.633 dengan p-value sebesar 0,022 (p-value < 0,05). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi antara
sebelum dan sesudah dilakukan terapi SEFT.
Menurut Ika Sartika (2018) pengaruh pemberian terapi SEFT dengan menekan
titik-titik meridian dan afirmasi dalam bentuk spiritual dengan memberikan sugesti-
sugesti positif selama 15-25 menit sebanyak 3 kali dalam satu minggu dapat menurunkan
tekanan darah karena memberikan efek relaksasi dan menekan produksi hormon stress
seperti epineprin dan kortisol yang akan berdampak pada penurunan kerja jantung
Selanjutnya, hipotalamus akan mengaktifkan sistem saraf parasimpatik untuk
merangsang vasodilatasi pembuluh darah dan menekan kerja saraf simpatis dengan cara
menghambat respon stres saraf simpatis yang menyebabkan penurunan tekanan darah.
Spiritual dalam bentuk doa membantu dalam menenangkan rohaniah sehingga hati
menjadi lebih tenang dan beban yang dirasakan berkurang. Hal ini dikarenakan adanya
kontak manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dapat menghilangkan pikiran
negatif sehingga membuat hati menjadi damai. Kedekatan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa memberikan kekuatan dalam menghadapi berbagai ujian sehingga menjadi
lebih tawaqal dan menerima semua ujian dengan lapang dada. Pikiran positif yang
mengalir dalam tubuh menyebabkan tubuh menjadi rileks dan aliran darah menjadi
dilancar, hal tersebut menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Terapi SEFT yang dilakukan selama 3 kali pertemuan dapat menurunkan tekanan darah
pada subjek hipertensi. Terdapat pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi di PPSLU
Sudagaran, Jawa Tengah.

B. SARAN
Diharapkan kepada masyarakat agar mampu memanfaatkan Terapi Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT) sebagai salah satu alternatif pengobatan yang bermanfaat
bagi kesehatan khususnya untuk menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi
sehingga nantinya tekanan darah penderita hipertensi dapat terkontrol dan stabil dalam
batas normal.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. Statistik Penduduk Usia Lanjut 2019. Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional.
Jakarta:Badan Pusat Statistik 2019.
Isworo, A., Anam, A., & Indrawati, N. (2019). Pengaruh Terapi Emotional Freedom
Technique dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi. GASTER, 17, 154-
166.
Saputra, R., Mulyadi, B., & Mahathir. (2020). Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi Melalui Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dan
Akupresur Titik Taichong. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 942-945.
WHO.Salemba Medika.(2018). Global Health Estimates 2016 : Deaths by Cause, Age, by
Country and by Region. Geneva: World Health Organization .
Maulidina, Fatharani, dkk. 2019 FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Jati Luhur Bekasi Tahun 2018. Arkesmas, Volume 4,
Nomor 1, Juni 2019.
Sri Nur Hartiningsih, Eka Oktavianto, A. N. H. (2021). Terapi Relaksasi Nafas Dalam
Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi. Jurnal
Keperawatan, 13(1), 123–128.
Irfan, & Nekada. (2018). Pengaruh Terapi Napas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso.
Keperawatan Respati Yogyakarta, 5(2), 354– 359.
Huda, S., & Alvita, G. W. (2018). Pengaruh terapi seft (spiritual emotional freedom
technique) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilahah
Puskesmas. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus,
7.
Sartika, Ika. 2018. Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Terhadap
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Dusun Sawahan, Nogotirto, Gamping, Sleman,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai