Anda di halaman 1dari 4

Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi...........................Muhammad Amin, hal.

489-492

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI


MENGGUNAKAN ALAT PIJAT REFLEKSI KAKI ELEKTRIK
DI PSTW JEMBER

Muhammad Amin*, Sujud Priyono**


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember

ABSTRAK

Proses penuaan pada manusia terjadi perubahan-perubahan seluruh sistem dalam


tubuh salah satunya sistem kardiovaskuler yang manifestasinya adalah hipertensi.
Hipetensi merupakan kondisi kronis di mana tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh
darah bersih) meningkat. Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan cara non
farmakologi yaitu terapi pijat elektrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perubahan tekanan darah pada lansia hipertensi berdasarkan alat pijat refleksi kaki
elektrik di Panti Sosial Tresna Werdha Jember. Desain penelitian ini quasy
eksperimen one group pretest postest. Populasi 32 lansia dengan sampel
menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
adalah alat pijat elektrik menggunakan checklist observasi, sementara untuk
mengukur tekanan darah, peneliti menggunakan sfigmomanometer. Uji statistik paired
t- test dengan tingkat kemaknaan a <0,05, hasil penelitian menunjukan rata-rata
sistolik dan diastolik berkurang. Terdapat perubahan tekanan darah sebelum dan
sesudah diberikan alat pijat elektrik terhadap penurunan perubahan tekanan yang lebih
baik. Untuk petugas panti metode ini dapat digunakan sebagai penanganan tekanan
darah tinggi dengan pengawasan lebih tepat.
Kata kunci : Lansia, Hipertensi, Alat pijat Kaki Elektrik
PENDAHULUAN kaya maupun miskin dan merupakan
Hipertensi adalah kondisi kronis di mana salah satu penyakit mematikan di dunia.
tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh Prevalensi penderita hipertensi di
darah bersih) meningkat yang memberi Indonesia terus terjadi peningkatan.
gejala yang akan berlanjut ke suatu organ Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
target seperti stroke (untuk otak), penyakit
(SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21%
jantung koroner (untuk pembuluh darah
jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan /left
menjadi ,4% dan 27,5% pada tahun
ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). 2001 dan 2004. Selanjutnya,
Dengan target organ di otak yang berupa diperkirakan meningkat lagi menjadi
stroke, hipertensi menjadi penyebab utama 37% pada tahun 2015 dan menjadi
stroke yang membawa kematian yang tinggi 42% pada tahun 2025. Menurut data
(Bustan, 2007). Kementrian Kesehatan RI tahun 2009
Hipertensi bisa menjadi masalah menunjukkan bahwa prevalensi
kesehatan masyarakat serius apabila hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat
tidak terkendali. Penanganan lebih awal menjadi 34,1% tahun 2010. Data Dinas
sangat diperlukan untuk mencegah Kesehatan kota Semarang tahun 2009
terjadinya penyakit dan akibat buruk menyebutkan prevalensi hipertensi
lainnya. Munculnya penyakit lain yang sebesar 12,85 % dengan jumlah
disebabkan oleh hipertensi dapat kasus sebanyak 2063 (Apriany, 2012).
menurunkan umur harapan hidup bagi Penanganan untuk mencegah hipertensi
penderitanya. Hipertensi merupakan dapat dilakukan dengan cara farmakologi
penyakit yang bisa menyerang siapa yaitu dengan obat-obat anti hipertensi atau
saja, baik muda maupun tua, orang dengan cara non farmakologi yaitu terapi
komplementer (pijat refleksi) (Sustrani,

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 6 No. 1 489


Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi...........................Muhammad Amin, hal. 489-492

2007). Pijat refleksi merupakan metode mampu meningkatkan sirkulasi darah pada
pengobatan dengan pijatan atau memberikan tubuh (Safitri, 2009).
tekanan pada bagian tubuh tertentu. Prinsip
pijat refleksi adalah mendukung METODE PENELITIAN
penyembuhan melalui refleks seluruh tubuh Didalam penelitian ini
yang berhubungan dengan organ atau menggunakan quasy eksperiment one
kelenjar tertentu. Pijat sebagai tindakan group pretest posttest dimana
yang memberikan relaksasi dikarenakan pendekatanya menggunakan total sampling
sistem saraf simpatis mengalami penurunan dengan menggunakan uji T
aktivitas sehingga mengakibatkan
penurunan tekanan darah serta pijat
merupakan suatu bentuk latihan pasif yang

HASIL
Hasil pengumpulan pada penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 1. Rata-rata uji Paired Sample T-test pada tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah tekanan darah pada lansia hipertensi di UPT PSTW Jember
Variabel Mean P-Value N
Sistolik
Sebelum 158,00 0.000 30
Sistolik
Sesudah 102,33

Sumber : Data hasil primer

Tabel 5.6 Rata-rata uji Paired Sample T-test pada tekanan darah diastolik sebelum dan
sesudah tekanan darah pada lansia hipertensi di UPT PSTW Jember
P-
Variabel Mean Value N
Diastolik
104,00 0,004 30
Sebelum
Diastolik 90,00
Sesudah
Sumber: Hasil Data Primer
PEMBAHASAN Tabel 2. rata-rata tekanan darah
Mengidentifikasi Tekanan Darah diastolik sebelum diberi terapi alat pijat
Sebelum Dan Sesudah Diberikan kaki elektrik adalah 104,00 mmHg
Terapi Alat Pijat Kaki Elektrik sedangkan rata-rata tekanan darah
Berdasarkan tabel 1. rata-rata sesudah diberi terapi alat pijat kaki
tekanan darah sistolik sebelum diberi elektrik adalah 90,00 mmHg. Hal ini
terapi alat pijat kaki elektrik adalah menunjukkan terjadinya penurunan
158,00 mmHg sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia
tekanan darah sesudah diberi terapi alat setelah diberikan terapi alat pijat kaki
pijat kaki elektrik adalah 102,33 mmHg. elektrik dengan selisih rata-rata tekanan
Hal ini menunjukkan terjadinya darah diastolik 14,00 mmHg dengan
penurunan tekanan darah sistolik pada tekanan darah sebelumnya.
lansia setelah diberikan terapi alat pijat Hipertensi merupakan penyebab
kaki elektrik dengan selisih rata-rata utama stroke, serangan jantung, gagal
tekanan darah sistolik 55,67 mmHg jantung, gagal ginjal, demensia dan
dengan tekanan darah sebelumnya. kematian prematur. Apabila tidak
ditanggapi secara serius, umur

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 6 No. 1 490


Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi...........................Muhammad Amin, hal. 489-492

penderitanya bisa diperpendek 10-20 pijat kaki elektrik. Pada penerapannya,


tahun (Sheps, 2005). pijat refleksi elektrik dilakukan pada
Setelah dilakukan terapi alat sejumlah pusat-pusat saraf dibagian kaki,
pijat kaki elektrik didapatkan beberapa dan wilayah tubuh lainnya. Hal ini
responden mengatakan badan lebih disebabkan titik- titik pusat saraf
ringan dan sakit lutut berkurang. tersebut terhubung dengan organ-organ
Pendapat ini didukung oleh tubuh. Kerja titik refleksi dalam
Wijayakusuma (2006) yang menyatakan penurunan hipertensi yaitu terjadinya
bahwa pijat refleksi kaki dapat pelepasan hormon tertentu. Disekitar
memberikan rangsangan relaksasi yang titik refleksi terdapat banyak ujung saraf
mampu memperlancar aliran darah dan dan pembuluh darah. Penekanan titik ini
cairan tubuh pada bagian-bagian tubuh mengakibatkan sel mast melepaskan
yang berhubungan titik syaraf kaki yang histamin. Substansi kimiawi tersebut
dipijat. yang menyebabkan vasodilatasi,
Hal ini terbukti melalui pelepasan nitric oxide dari endotel
penelitian yang dilakukan Nugroho vaskuler (Iskandar, 2010).
(2012) menyimpulkan bahwa pijat Teori mengatakan bahwa pijat
refleksi kaki bisa menurunkan tekanan refleksi sebenarnya bukan sebuah
darah sistolik dan diastolik pada pasien metode pengobatan yang mengatasi
dengan hipertensi. sumber penyakit secara langsung.
Namun, melalui upaya untuk
Menganalisis Perubahan tekanan darah memperlancar peredaran darah di dalam
sebelum dan sesudah menggunakan tubuh. Diyakini bahwa tersumbatnya
alat pijat kaki elektrik peredaran darah di dalam tubuh akan
Berdasarkan data diatas ada mengakibatkan fungsi dari organ-organ
perubahan tekanan darah sebelum dan tertentu didalam tubuh menjadi
sesudah dilakukan terapi, tekanan darah terganggu atau terhambat. Sirkulasi
sitolik sebelum diberi terapi alat pijat penyaluran nutrisi dan oksigen ke sel-
kaki elektrik adalah 158,00 mmHg sel tubuh juga bisa terhambat segar
sedangkan rata-rata tekanan darah (Iskandar, 2010). Oleh karena itu sangat
sesudah diberi terapi alat pijat kaki penting untuk mencegah tekanan darah
elektrik adalah 102,33 mmHg. Dan tinggi, perlu menjalani gaya hidup sehat
tekanan darah diastolik sebelum diberi dengan menghindari atau berhenti
terapi alat pijat kaki elektrik adalah merokok, mengurangi konsumsi garam
104,00 mmHg sedangkan rata-rata dan natrium yang berlebihan, membatasi
tekanan darah sesudah diberi terapi alat konsumsi alkohol, menjaga berat badan,
pijat kaki elektrik adalah 90,00 mmHg. mengkonsumsi makanan berserat
Penelitian ini di dukung oleh tinggi (sayur dan buah) serta rutin
nurma Aspiana (2014) tentang pengaruh berolahraga. Dan bisa dilakukan
pijet refleksi kaki terhadap tekanan penatalaksanaan hipertensi salah satu
darah pada lansia hipertensi terapi non farmakologis yang
menunjukkan hasil nilai signifikasi ditawarkan untuk menurunkan
0,001 (sig<0,05) yang artinya pijat hipertensi dengan terapi alat pijat
refleksi kaki sangat berpengaruh terhadap refleksi kaki elektrik.
penurunan tekanan darah pada lansia
hipertensi. Penurunan tekanan darah SIMPULAN
terjadi karena pembuluh darah 1. Rata-rata Tekanan darah sistolik
mengalami pelebaran dan relaksasi. sebelum dan sesudah dilakukan alat
Salah satu cara untuk menurunkan pijat refleksi kaki elektrik pada
tekanan darah yaitu menggunakan alat lansia hipertensi adalah 158,00

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 6 No. 1 491


Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi...........................Muhammad Amin, hal. 489-492

mmHg dan 102,33 mmHg. Dengan Batu Pijat Berputar dan


2. Rata-rata Tekanan darah diastolik Penghangat Infra Merah. Model:
sebelum dan sesudah dilakukan alat NV-168HC.
pijat refleksi kaki elektrik pada Putra, W. (2014). Sehat Dengan Terapi
lansia hipertensi adalah 104,00 Refleksi dan Herbal di Rumah
mmHg dan 90,00 mmHg Sendiri. Yogyakarta: Kata Hati.
3. Alat pijat elektrik ini dapat Ramayulis, R. (2010). Menu dan
menurunkan tekanan darah dilakukan Resep Untuk Penderita
secara rutin dan benar. Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Rohatami, O. (2015). Ekfetifitas
DAFTAR PUSTAKA Pemberian Terapi Bekam Dan
Ali, Iskandar. (2010). Dahsyatnya Terapi Pijat Refleksi Terhadap
Pijat untuk Kesehatan. Tekanan Darah Pada Penderita
Jakarta: Agro Media Pustaka. Hipertensi. Jurnal. Fakultas Ilmu
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Kesehatan Universitas
Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Muhamadiyah Surakarta.
Diva Press. Rokhaeni, H. (2001). Buku Ajar
Bustan, M. (2007). Epidemiologi Keperawatan Kardiovaskuler.
Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Jakarta: Bidang Diklat RS
Rineka Cipta. Sastroasmoro, S. (2011). Dasar- dasar
Bandiyah, S.(2009). Lanjut Usia dan Metodologi Penelitian Klinis.
Keperawatan Gerontik. Jakarta: Sagung Seto.
Yogyakarta : Nuha Medika Sheps, S. G. 2005. Mayo Clinic
Corwin, E. (2009). Buku Saku Hipertensi : Mengatasi Tekanan
Patofisiologi. Jakarta: EGC. Darah Tinggi. Jakarta. Intisari
Handayani, L. (2014). Buku Ajar Mediatama
Statistik Inferensial. Buku Ajar. Sugiyono. (2017). Statistika Untuk
Kementrian Kesehatan Republik Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Indonesia. 2016. Situasi Lanjut Tambayong, J. (2000). Patofisiologi
Usia di Indonesia.Jakarta: Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC
Kemenkes RI Udjiati, W. (2011). Keperawatan
Maryam, S. (2010). Buku Saku Asuhan Kardivaskular. Jakarta: Salemba
Keperawatan Pada Lansia. Media
Jakarta: TIM. Widharto, (2007). Bahaya Hipertensi.
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Sunda Kelapa. Jakarta.
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nuratif, AH. (2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-
Noc Edisi Revisi Jilid . Yogyakarta
:Mediagson Jogja.
Nursalam. (2016). Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Padila. (2013). Keperawatan Gerontik.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Pedoman. (2016). Alat Pijat Refleksi
Kesehatan Otomatis Dengan
Gelombang Elektromagnetik

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 6 No. 1 492

Anda mungkin juga menyukai