Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

SUB ABARAKHNOID HEMORAGIC (SAH)


DI RUANG HCU RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

ANIS ZAHRIA
2011040198

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020/2021
A. Definisi
Pendarahan Subarakhnoid (PSA) adalah keadaan terdapatnya atau masuknya
darah ke dalam ruanan subarakhnoid. Pendarahan Subarakhnoid adalah pecahnya
aneurisme intrakranial sehingga dapat menyebabkan darah masuk ke dalam ruang
subaraknoid. Perdarahan subarakhnoid biasanya berasal dari aneurisme yang pecah
atau malformasi vaskuler. Aneurisma (distensi abnormal dari pembuluh lokal)
mungkin bawaan (berry aneurisma) atau infeksi (aneurisma mikotik). Salah satu
komplikasi perdarahan subarachnoid, kejang arteri, dapat menyebabkan infark
(Hartono, 2013).
Sub arakhnoid hemoragic (sah) adalah perdarahan tiba –    tiba ke dalam rongga
diantara otak dan selaput otak. Sub arakhnoid hemoragic (sah) merupakan penemuan
yang sering pada trauma kepala akibat dari yang paling sering adalah robeknya
pembuluh darah leptomeningeal pada vertex dimana terjadi pergerakan otak yang
besar sebagai dampak , atau pada sedikit kasus, akibat rupturnya pembuluh darah
serebral major (Harsono, 2013).
B. Etiologi
Trauma, Kelemahan pembuluh darah akibat infeksi, misalnya emboli septik dari
endokarditis infektif ( aneurisma mikotik ), Koagulapati, Gangguan lain yang
mempengaruhi vessels, Gangguan pembuluh darah pada sum- sum tulang belakang
dan berbagai jenis tumor.
C. Tanda gejala
1. Gejala prodromal: nyeri kepala hebat dan perakut, hanya 10 % sementara 90%
lainnya tanpa keluhan sakit kepala.
2. kesadaran sering terganggu, dan sangat bervariasi dari tak sadar sebentar, sedikit
delirium sampai koma.
3. Gejala / tanda rangsangan: kaku kudug, tanda kernig ada.
4. Fundus okuli 10% penderita mengalami edema pupil, beberapaa jam setelah
perdarahan. Sering terdapat perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada
arteri komunikans anterior atau arteri karortis interna.
5. Gejala –   gejala neurologi fokal: bergantung pada lokasi lesi.
6. Gangguan saraf otonom: demam setelah 24 jam, demam ringan karena
rangsangan mening, dan demam tinggi bila dilihatkan hipotalamus. Bila berat,
maka terjadi ulkus peptikum disertai hematemesis dan melena ( stress ulcer ), dan
seringkali disertai peninggian kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan
perubahan pada EKG.
D. Patofisiologi
Subarachnoid hemoragik(SAH) adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan
di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.Subarachnoid hemoragik terjadi
akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi
darah ke ruang subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh
rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM).
Subarachnoid hemoragikdisertai oleh meningitis aseptik dan gangguan aktifitas
serebrovaskuler. Defisit neurologis yang terjadi merupakan akibat dari perusakan
jaringan otak oleh darah atau akibat adanya darah di dalam ruang subarakhnoid. Darah
di dalam ruang subarakhnoid, khususnya di sisterna basalis, dapat menginduksi
terjadinya vasospasme. Vasospasme yang berlanjut dapat menyebabkan terjadinya
infark serebri sekunder, yang mengakibatkan semakin luasnya kerusakan jaringan
otak.
Aneurisma merupakan salah satu penyebab terjadinya subarachnoid hemoragik.
Dimana aneurisma merupakan luka yang yang disebabkan karena tekanan
hemodinamic pada dinding arteri percabangan dan perlekukan. Saccular atau biji
aneurisma dispesifikasikan untuk arteri intracranial karena dindingnya kehilangan
suatu selaput tipis bagian luar dan mengandung faktor adventitia yang
membantu pembentukan aneurisma.Suatu bagian tambahan yang tidak didukung
dalam ruang subarachnoid.Penyebab tersering subarachnoid hemoragikspontan adalah
rupturnya suatu aneurisma sakular. Dinding aneurisme sakular terdiri atas jaringan
padat kaya kolagen yang berasal dari tunika intima dan adventisia pembuluh asal.
Tunika media biasanya berakhir mendadak di leher aneurisma. Lumen aneurisma
mungkin mengandung thrombus. Aneurisma dapat menekan struktur di
dekatnya dan menimbulkan gejala yang berkaitan dengan efek masa lokal. Rupturnya
aneurisma sakular biasanya terjadi di fundus yang berdidinding tipis. Bergantung pada
lokasinya, ruptur dapat menyebabkan perdarahan kedalam ruang subaracnoid dan
parenkim otak disekitarnya. Infark parenkim otak juga dapat terjadi pada kasus
perdarahan subaracnoid yang mungkin disebabkan akibat spasme arteri.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
2. Pemeriksaan CT Scan berfungsi untuk mengetahui adanya massa intracranial pada
pembesaran ventrikel yang berhubungan dengan darah ( densitas tinggi ) dalam
ventrikel atau dalam ruang subarachnoid.
3. MRI
4. Hasil tahapan control perdarahan subarachnoid kadang  –   kadang tampak MRI
lapisan tipis pada sinyal rendah.
5. Pungsi lumbal
6. Untuk konfirmasi diagnosis. Tidak ada kontraindikasi pungsi lumbal selama
diyakini tidak ada lesi massa dari pemeriksaan pencitraan dan tidak kelainan
perdarahan.
7. EKG dan Foto Thorax
8. Edema paru dan aritmia jantung dapat terlihat dari rontgen dada.Kadang terjadi
glikosuria.
G. Komplikasi
Pada beberapa keadaan, gejala awal adalah katastrofik.Pada kasus lain, terutama
dengan penundaan diagnosis, pasien mungkin mengalami perjalanan penyakit yang
dipersulit oleh perdarahan ulang ( 4 % ), hidrosefalus, serangan kejang atau
vasospasme. Perdarahan ulang dihubungkan dengan tingkat mortalitas sebesar 70%
dan merupakan komplikasi segera yang paling memprihatinkan
H. Penatalaksanaan
1. Penderita segera dirawat dan tidak boleh melakukan aktifitas berat.
2. Obat pereda nyeri diberikan untuk mengatasi sakit kepala hebat.
3. Kadang dipasang selang drainase di dalam otak untuk mengurangi tekanan.
4. Pembedahan untuk memperbaiki dinding arteri yang lemah, bisa mengurangi
resiko perdarahan fatal di kemudian hari.
5. Sebagian besar ahli bedah menganjurkan untuk
melakukan pembedahan dalam waktu 3 hari setelah timbulnya gejala.
Menunda pembedahan sampai 10 hari atau lebih dapat memungkinkan
terjadinya perdarahan hebat.
6. Pasien dengan SAH memerlukan observasi neurologik ketat dalam ruang
perawatan intensif, kontrol tekanan darah dan tatalaksana nyeri sementara
menunggu perbaaikan aneurisma defisit.
7. Pasien pasien harus menerima profilaksis serangan kejang dan bloker kanal
kalsium untuk vasospasme.
8. Tatalaksana ditujukan pada resusitasi segera dan pencegahan perdarahan
ulang.
9. Tirah baring dan analgesik diberikan pada awal tatalaksana
10. Antagonis kalsium nimodipin dapat menurunkan mor komplikasi dini
perdarahan subarachnoid meliputi hidrosefalus sebagai akibat obstruksi aliran
cairan serebrospinal oleh bekuaan darah.
11. Jika pasien sadar atau hanya terlihat mengantuk, maka pemeriksaan sumber
perdarahan dilakukan angiografi serebral.
12. Identifikasi aneurisma memunkinkan dilakukan sedini mungkin,
dilakukannya intervensi jepitan ( clipping ) leher aneurisma, atau jika
mungkin membungkus ( wropping ) aneurisma tersebut.
13. Malformasi arteriovenosa yang terjadi tanpa adanya perdarahan, misalnya
epilepsi biasanya tidak ditangani dengan pembedahan.
Rencana asuhan klien dengan penyakit Sub abarakhnoid hemoragic (SAH)
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a. Identitas klien mencakup nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosa medis.
b. Keluhan utama pada umumnya akan terlihat bila sudah terjadi disfungsi
neurologis. Keluhan yang sering didapatkan meliputi: Nyeri kepala
mendadak, adanya tanda rangsang meningeal (mual, muntah,
fotofobia/intoleransi cahaya, kaku kuduk), penurunan kesadaran, serangan
epileptik, defisit neurologis fokal (disfasia, hemiparesis, hemihipestesia
(berkurangnya ketajaman sensasi pada satu sisi tubuh).
c. Riwayat penyakit sekarang yang mungkin didapatkan meliputi adanya
riwayat trauma, riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuh pada saat klien
melakukan aktivitas, keluhan pada gastrointestinal seperti mual, muntah,
bahkan kejang sampai tidak sadar, di samping gejala kelumpuhan separuh
badan atau ganggguan fungsi otak yang lain, selisah, letargi, lelah, apatis,
perubahan pupil.
d. Riwayat penyakit dahulu meliputi penggunaan obat-obatan (analgesik,
sedatif, antidepresan, atau perangsang syaraf), keluhan sakit kepala
terdahulu, riwayat trauma kepala, kelainan kongenital, peningkatan kadar
gula darah dan hipertensi.
e. Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan tentang adanya keluarga yang
menderita hipertensi atau diabetes.
f. Pengkajian psikososial meliputi status emosi, kognitif, dan perilaku klien.
g. Kemampuan koping normal meliputi pengkajian mengenai dampak yang
timbul pada klien seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah.
h. Pengkajian sosioekonomispiritual mencakup pengkajian terhadap fungsi
neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan mengganggu
sosioekonomispiritual
2. PENGKAJIAN KRITIS
Pasien dalam kesadaran menurun atau terganggu postur tubuh mengalami
ganguan akibat adanya kelemahan pada sisi tubuh sebelah atau keseluruhan
lemah adanya gangguan dalam berbicara kebersihan diri kurang serta tanda-
tanda vital (hiprtensi)
a. BREATHING (Sistem pernafasan)
Adanya pernafasan dispnue, apnoe atau normal serta obstrusi jalan nafas,
kelumpuhan otot pernafasan penggunaan otot-otot bantu  pernafasan, terdapat
suara nafas ronchi dan whezing
b. BLOOD (Sistem kardio vaskuler)
Bila penderita tidak sadar dapat terjadi hipertensi atau hipotensi, tekanan
intrakranial meningkat serta tromboflebitis, nadi bradikardi, takikardi atau
normal
c. BRAIN (Sistem syaraf)
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya
gangguan otak akibat cidera kepala. kehilangan kesadaran sementara, amnesia
seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada
ekstrimitas. bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi
gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi
- Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
- Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan
sebagian lapang pandang, foto fobia.
- Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
- Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
- Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
d. BLADER (Sistem Perkemihan)
Pada penderita dapat terjadi retensi urine, incontinensia infeksi kandung
kencing, serta didapatkannya nyeri tekan kandung kencing.
e. BOWEL (Sistem Pencernaan)
Adanya distensi perut, pengerasan feses, penurunan peristaltik usus, gangguan
BAB baik konstipasi atau diare.
f. BONE ( Sistem Muskuloskeletal)
Adanya kelemahan otot, kontraktur sendi dengan nilai ROM : 2, serta
kelumpuhan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. resiko perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi (D.0017) hal 51
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi tertahan dd dispneu (D.0001) hal 18.
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d Kelemahan neutronsmiter
4. Defisit perawatan diri : mandi dan eliminasi berhubungan dengan kelemahan
neuromuskular, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


hasil
1 Setelah dilakukan Pemantauan tekanan - Menurunkan resiko terjadinya
tindakan keperawatan intracranial herniasi otak.
selama 2x24 jam perfusi (I.06198) hal 249 - Mencegah terjadinya dehidrasi.
jaringan otak dapat 1. Monitor Vital Sign. - Rangsangan aktivitas dapat
tercapai secara optimal. 2. Monitor tingkat kesadaran. meningkatkan tekanan intracranial
Perfusi serebral 3. Monitor GCS. - Meminimalkan fluktuasi pada
(L.02014) hal 86 4. Tentukan faktor penyebab beban vaskuler dan TIK, restriksi
Kriteria hasil: penurunan perfusi cerebral. cairan dan cairan dapat menurunkan
- Tidak gelisah 5. Tirah baring tanpa bantal. edema.
- Keluhan nyeri 6. Monitor asupan dan - Adanya asidosis disertai pelepasan
kepala , mual, keluaran. O2 pada tingkat sel dapat
kejang tidak ada 7. Batasi pengunjung. menyebabkan iskemia serebri.
- GCS 456 8. Kolaborasi: Cairan perinfus Menurunkan permeabilitas kapiler
- Pupil isokor dengan ketat. Menurunkan edema serebri
- Refleks cahaya + Monitor AGD bila perlu O2 Menurunkan konsumsi sel/
tambahan. metabolik dan kejang.
- TTV dalam
- Steroid
rentang normal
(TD: 110- - Aminofel.

120/80-90 - Antibiotik

mmHg; nadi: 60-


100 x/menit;
suhu: 36,5 RR:
16-20 x/menit)
2 Bersihan jalan napas Manajemen jalan napas - Obstuksi dapat terjadi karena
(L.01001) hal 18 (I.01011) hal 186 akumulasi sekret ata sisa cairan
Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas mukus, perdarahan
tindakan keperawatan, (frekuensi, kedalaman, - Pergerakan dada simetris dengan
selama 1X24 jam usaha napas) suara nafas dari paru-paru
diharapkan jalan napas 2. Monitor bunyi napas mengindikasikan tidak ada
paten dangan tambahan (gurgling, mengi, sumbatan.
Kriteria hasil: wheezing, ronchi kering) -
- Tidak ada 3. Monitor sputum
penumpukan (jumlah,warna, aroma)
sekrest di saluran 4. Posisikan semi fowler atau
nafas fowler
- Dapat melakukan 5. berikan minum hangat
batuk efektif 6. lakukan penghisapan
- RR 16-20 x/menit lender kurang dari 15 detik
7. berikan oksigen
8. ajarkan teknik batuk efektif
9. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
3 Mobilitas meningkat 1. Kaji tingkat mobilisasi - Menentukan intervensi.
setelah dilakukan fisik klien. - Meningkatkan kanyamanan,
tindakan keperawatan 2. Ubah posisi secara cegah dikobitas.
selama 3 x 24 jam periodik. - Melancarkan sirkulasi.
dengan KH: 3. Lakukan ROM aktif/pasif. - Mencegah kontaktur.
- Klien mampu 4. Dukung ekstremitas pada - Menentukan program yang tepat.
melakukan aktifitas posisi fungsional. - Mengurangi risiko atelektasis.
sehari-hari. 5. Kolaborasi dengan ahli - Mengatur venstilasi dan
- Kekuatan otot fisio terapi. melepaskan sekret karena
meningkat. - relaksasi otot.
- Tidak terjadi
kontraktur.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
E. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan mlibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Menurut
Craven dan Himle, evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan
respon perilaku klien yang tampil.

DAFTAR PUSTAKA
Ana keliat, Budi, dkk. 2015. Diagnoses Keperawatan Difinisi & Klasifikasi 2015- 2017 .
Edisi 10. Jakata : EGC
American Association of Neuroscience Nurses (AANN). 2013. Care of the Patient with
Aneurysmal Subarachnoid Haemorrhage. www.aann.org
Batticaca, Fransisca B. 2013. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 58.
Muttaqin A. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Weiner, Howard L. 2013. Buku Saku Neurologi. Jakarta: EGC.
Satyanegara, dkk. 2010. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara. Ed. 4. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Dewanto G, et al. 2013. Panduan Praktis Diagnosis Dan Tata Laksana Penyakit Saraf .
Jakarta: EGC.
Price, Wilson. 2014. Patofisiologi. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai