Disusun Oleh:
2011040061
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih atau sama
dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg yang
periodenya berkelanjutan, berdasarkan rata-rata dua atau lebih pengukuran
tekanan darah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam dua atau lebih
kontak dengan kesehatan penyedia layanan pemeriksaan setelah skrining awal
(Smetzer et al, 2010).
B. Tanda dan Gejala
Menurut (Aspiani, 2014) secara umum tanda gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
C. Etiologi
Penyebab esensial dari hipertensi belum ditemukan, namun ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan hipertensi seperti menurut Aspiani (2014) :
1. Riwayat penyakit tertentu (DM, gangguan ginjal, gangguan kelenjar tiroid
& paratiroid)
2. Keturunan
3. Stress
4. Obesitas
5. Diit tinggi lemak dan sodium
6. Merokok
7. Penggunaan kontrasepsi hormonal
8. Gaya hidup dan usia
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembulu h
darah terletak di pusat vasomotor,pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula saraf simpatis,yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini,neuron preganglion melepaskan
asetilkolin,yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah,dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Smelttzer, 2014).
Pada saat bersamaan dimana sistem simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang dapat memperkuat
respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin 1 yang
kemudian diubah menjadi angiotensin 2, saat vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mengakibatkan keadaan hipertensi (Price).
E. Pathways
Umur, Keturunan, Gaya hidup
Hipertensi
Vasokontriksi
Gangguan Sirkulasi
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Triyatno (2014) penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu
secara nonfarmakologis dan farmakologi.
1. Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa menggunakan
obat,terapi non farmakologi diantaranya memodifikasi gaya hidup dimana
termasuk pengelolaan stress dan kecemasan merupakan langkah awal yang
harus dilakukan. Penanganan non farmakologis yaitu menciptakan keadaan
rileks, mengurangi stress dan menurunkan kecemasan. Terapi non
farmakologi diberikan untuk semua pasien hipertensi dengan tujuan
menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit
lainnya.
2. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat obatan
yang dalam kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien
hipertensi seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs), beta blocker,
calcium chanel dan lainnya. Penanganan hipertensi dan lamanya
pengobatan dianggap kompleks karena tekanan darah cenderung tidak
stabil.
G. Diagnosa
Menurut NANDA NIC –NOC (2016)
1. Penurunan curah jantung berhubungan peningkatan afterload
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Gangguan pola tidur b.d ketidaknyamanan fisik
H. Intervensi
1. Resiko Penurunancurah jantung b.d Peningkatan afterload,Vasokontriksi
dan iskemia miokard
NOC:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Kriteria hasil :
a. Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah,nadi,respirasi)
b. Dapat mentoleransi aktivitas,tidak ada asites
c. Tidak ada edema paru perifer,dan tidak ada kelelahan
d. Tidak ada penurunan kesadaran
NIC:
NIC :
NIC
1. Monitor dan catat jam tidur klien
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman
3. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
4. Kolaborasi dengan keluarga untuk memberikan fasilitas untuk tidur
yang adekuat kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta:
Trans Info Media.
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. Hal : 45-47.