SUDARSIH
202103083
2022
i
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners (KIANS) dengan judul
PENERAPAN TERAPI JUS MENTIMUN UNTUK PASIEN HIPERTENSI
PADA KELUARGA TN. S KHUSUSNYA NY. A DENGAN PENDEKATAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DI DESA MEGAWON adalah
hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan benar. Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan
tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya.
( Sudarsih )
ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 202103083
Judul Karya Ilmiah Akhir Ners : Penerapan Terapi Jus Mentimun Untuk Pasien
Hipertensi Pada Keluarga Tn. S Khususnya Ny.
A dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan
Keluarga di Desa Megawon
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya Ilmiah Akhir Ners Program
Studi Pendidikan Profesi Ners dan Telah Dilakukan Revisi Hasil Sidang Kian.
TIM PENGUJI
Ditetapkan di : Kudus
Tanggal : Juni 2022
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Sudarsih
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 9 Juni 1975
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Ds. Megawon, Kec. Jati , Kab. Kudus
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Karang Tengah 1987
2. SMP Negeri Getas 1990
3. SMEA Kristen Salatiga 1993
4. AKKES Muhammadiyah Kudus 2008
5. STIKES Cendekia Utama Kudus 2021
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa penulis ucapkan atas
segala rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Akhir Ners dengan judul “Penerapan Terapi Jus Mentimun untuk Pasien
Hipertensi pada Keluarga Tn S khususnya Ny A dengan pendekatan Asuhan
Keperawatan Keluarga di Desa Megawon ”. Dalam proses penyusunan Karya
Tulis Akhir Ners, penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan. Terima kasih
atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak akhirnya Karya Tulis Akhir Ners
dapat penulis selesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
vii
bangku kuliah.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
menyelesaikan penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Akhir Ners ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak terutama dari Dosen Pembimbing dan teman-
teman demi kesempurnaan proposal penelitian ini.
Penulis
viii
ABSTRAK
PENERAPAN TERAPI JUS MENTIMUN UNTUK PASIEN HIPERTENSI
PADA KELUARGA TN. S KHUSUSNYA NY. A DENGAN PENDEKATAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DI DESA MEGAWON
Sudarsih
ix
ABSTRACT
APPLICATION OF CUCUMBER JUICE THERAPY FOR
HYPERTENSION PATIENTS IN TN FAMILY. S ESPECIALLY NY. A
WITH FAMILY NURSING CARE APPROACH IN MEGAWON
VILLAGE
Sudarsih
Results: After applying the cucumber juice intervention, it was found that pain
was reduced, after checking blood pressure decreased, family knowledge about
how to care for sick family members increased.
Conclusion: Cucumber juice can reduce blood pressure and family knowledge
about how to care for sick family members is very necessary for the success of
family nursing care for family members who have hypertension by using
cucumber juice.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………………………..ii
HALAMAN
PERSETUJUAN................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………..v
HALAMAN
PERSEMBAHAN…………………………………………………..vi
KATA PENGANTAR............................................................................................................
ABSTRAK.............................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………….1
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………....6
xi
1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………….7
BAB II TINJAUAN
TEORI……………………………………………………..8
2.1 Hipertensi…………………………………………………………....8
2.1.1 Pengertian
Hipertensi ...........................................................8
2.1.3 Etiologi.................................................................................9
2.1.4 Patiofisiologi.......................................................................10
2.1.5 Manifestasi
Klinik ...... .......................................................11
2.1.6 Penatalaksanaan
………………………………………….12
2.1.7 Komplikasi………………………………………………..13
2.1.9 Pengkajian
Fokus………………………………………....14
xii
2.2 Konsep Keluarga…………………………………………………...15
2.3.1 Pengkajian………………………………………………….25
2.3.4 Implementasi…………………………………………..…..26
2.3.5 Evaluasi…………………………………………………....27
xiii
2.4.3 Pengaruh Jus Mentimun Pada Penderita Hipertensi…..
…………......................……………………..28
3.2 Genogram…………………………………………………………..32
3.2.3 Agama…………………...…………………………………...33
xiv
Sebelumnya…………………………........35
Masyarakat
…………………………………………………..36
3.6 Fungsi
Keluarga………………………………………………….....37
3.6.1 Fungsi
afektif…………………………………………….....37
xv
3.6.3 Fungsi perawatan kesehatan……..…………………………37
1. Mengenai Masalah
2. Mengambil Keputusan
3. Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
4. Memelihara/Memodifikasi Lingkungan
5. Fungsi Reproduksi
6. Fungsi Ekonomi
3.6.4 Fungsi
Reproduksi……………………………………….....38
xvi
2. Resiko terjadinya cidera pada Ny R dikeluarga Tn. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluargamengenal
masalah Kesehatan
3.8.5 Implementasi…………………………………………………57
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………….....64
BAB V PENUTUP………………………………………………………………69
5.1 Kesimpulan……………………….………………….......................69
5.2 Saran-Saran……………………………..…………………………..71
xvii
5.2.1 Untuk Puskesmas……………..………………………………71
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..……………...72
1. Latar Belakang…………….……………………………………...74
A. Karakteristik Keluarga…………………….………………....74
B. Data yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut…………………………
74
C. Masalah Keperawatan Keluarga……………………………..74
2. Proses Keperawatan…………………………….………………...74
A. Diagnosis keperawatan keluarga…………………….
…….....74
B. Tujuan Umum…………….
…………………………………..74
C. Tujuan
Khusus………………………………………………..74
3. Implementasi Tindakan Keperawatan……………………………75
4. Kriteria Evaluasi………………………………….………………75
A. Kriteria Struktur……………………….……………………..75
B. Kriteria Proses………………………….………………….....75
C. Kriteria Hasil……………………………….………………...75
xviii
C. Penyebab………….………………………………………………76
D. Tanda Dan Gejala……………….………………………………..76
E. Komplikasi….
………………………………………………….....77
F. Cara Pencegahan Dan Perawatan………….………………………77
G. Pengobatan Tradisi ………………………………………………..78
H. Lembar Konsultasi…………………………………………………79
xix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut WHO, Tekanan darah diastolik sama atau lebih besar 95
mmHg dan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg merupakan penyakit hipertensi (Nasrin, 2003 dalam Padila, 2013).
Hipertensi adalah tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥
90 mmHg (Mansjoer, 2011). Tahun 2013 diseluruh dunia menunjukkan
sekitar 972 juta orang atau 26,4% menderita tekanan darah tinggi
dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Di tahun 2005
kemungkinan angka ini akan meningkat menjadi 29,2%, dari 972 juta
penderita darah tinggi, berada di negara maju 333 juta dan sisanya 639
berada di negara berkembang, termasuk Indonesia (Andra, 2013). Hipertensi
banyak terjadi pada umur 35-44 tahun (6,3%), umur 45-55 tahun (11,9%),
dan umur 55-64 tahun (17,2%). Sedangkan menurut status ekonominya,
proporsi Hipertensi terbanyak pada tingkat menengah kebawah (27,2%) dan
menengah (25,9%). (Kemenkes RI).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan
satu miliyar orang didunia menderita Hipertensi, 2/3 diantaranya berada di
negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang.
Prevalensi Hipertensi akan terus meningkat tajam dan di prediksi pada
tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa diseluruh dunia terkena Hipertensi.
Sekitar 8 juta orang setiap tahun hipertensi telah mengakibatkan kematian,
di Asia Tenggara terjadi 1,5 juta kematian dimana yang 1/3 populasinya
menderita hipertensi sehingga dapat meningkatkan beban biaya kesehatan.
Perawatan dalam hipertensi diantaranya adalah ketaatan dalam
pengobatan meliputi istirahat, konsumsi obat termasuk didalamnya jenis
obat yang dikonsumsi, kapan jadwal dan waktu minum, kapan harus
berhenti, berapa lama obat harus dikonsumsi, dan kapan harus beruknjung
untuk melakukan kontrol tekanan darah, perlakukan khusus mengenai gaya
hidup seperti diet hipertensi dan olahraga. (Padila, 2013).
Keluarga adalah kelompok kecil yang paling dekat dan yang mampu
mengambil keputusan dala kesehatan keluarga dan ikut seta merawat
keluarga. Dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan terhadap hipertensi
2
khususnya dalam masalah kesehatan dalam menurunkan komplikasi
hipertensi peran keluarga sangat penting. Yang dilakukan keluarga
diharapkan dapat mengontrol tekanan darah penderita (Friedman, 2003).
Penderita hipertensi diajurkan untuk berolahraga cukup dan secara teratur,
cara pencegahan komplikasi hipertensi yaitu dengan tindakan membatasi
lemak, mengurangi konsumsi garam, tidak merokok dan tidak minum
alkohol, menghindari kegemukan (obesitas), olahraga. Dengan cara ini dapat
menurunkan tekanan darah (Wolf, 2008).
Keluarga haruslah mampu untuk mengidentifikasi tentang hipertensi
didalam keluarga. hipertensi, seperti peran keluarga harus dapat mengenal
masalah kesehatan yang ada dalam keluarga. Selain merawat keluarga
yang sakit peran keluarga adalah dengan cara pengaturan diet hipertensi dan
kepatuhan pengobatan. Keluarga juga dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan penderita hipertensi dalam upaya meningkatkan status
kesehatannya (Mubarok, 2006).
Berdasarkan penelitian Lubis, 2013 menunjukkan bahwa
keluarga yang peduli akan keluarganya yang menderita hipertensi maka ia
akan mengajak olahraga bersama, memperhatikan pemberian makan,
meningkatkan dan menemani untuk rutin dalam memeriksakan tekanan
darah. Dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga menunjukkan
perhatian dan kepedulian keluarga sehingga pasien hipertensi akan
termotivasi untuk menjalani pengobatan yang baik dan benar. (Lubis, 2013).
Data ini menunjukkan bahwa budaya makan sangat mempengaruhi
kesehatan seseorang dan keluarga dapat berperan dalam menentukan budaya
yang mendukung kesehatan anggota keluarga seperti olahraga teratur dan
makan sayur dan menentukan budaya yang bertentangan dengan kesehatan
seperti merokok dan minum alkohol (Sudiharto, 2012).
Berdasarkan keterangan diatas dukungan keluarga sangat
dibutuhkan oleh pasien hipertensi agar keadaan yang dialami tidak semakin
memburuk dan terhindar dari komplikasi akibat hipertensi. Jadi keluarga
juga diperlukan oleh pasien hietensi yang sangat membutuhkan perawatan
3
yang cukup lama dan terus menerus. Jadi keluarga dapat membatu pasien
hipertensi antara lain dalam mengatur pola makan yang sehat, mengajak
olahraga bersama, menemani dan menemani dan menigkatkan untuk rutin
memeriksakan tekanan darah (Ningrum, 2012). Hal ini didukung oleh
banyak teori yang telah menjelaskan fungsi keluarga salah satu dibidang
kesehatan disitu telah dijelaskan bahwa apabila ada anggota keluarga
yang sakit maka keluarga harus segera mengetahui masalah kesehatan,
memutuskan tindakan apa yang patut diberikan dan menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada. (Setiadi, 2008).
Dari penelitian yang dilakukan oleh M. Isra. K. Hi. Bisnu hasil
menyimpulkan bahwa masalah yang terjadi pada anggota keluarga karena
kurang terpenuhinya kebutuhan dasar dalam keluarga. Penyebab terjadinya
masalah keperawatan dalam keluaga adalah kurang optimalnya keluarga
dalam bidang kesehatan.
Dalam bidang kesehatan tugas keluarga adalah kemampuan merawat
anggota keluarga yang sakit, kemampuan mengenal masalah kesehatan,
kemampuan memodifikasi lingkungan agar tetap sehat optitanmal, serata
kemampuan dalam memanfaatkan sarana kesehatan yang tersedia
dilingkungannya. Apabila keluarga dapat melaksanakan tugas keluarga
dalam bidang kesehaan yang baik makan pasien hipertensi dapat mengontrol
tekanan darah dalam batas normal.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pasien beserta keluarga
adalah dengan melakukan upaya serta penanganan non farmakologi seperti
pemberian jus mentimun. Berdasarkan penelitian Zauhan & Zainal,
pemberian jus timun kepada 20 lansia penderita hipertensi terbukti
dapat menurunkan teekanan darah lansia hingga 4,4mmHg (sistolik) dan 2,5
mmHg (diastolik), hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ryan Adrian 2006 menyebutkan bahwa pemberian 200cc
mentimun dapat menurunkan tekanan darah hingga 8 mmHg.
Berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian yang dilakukan oleh
Cerry Elfind P onggoh ong (2015) dapat disimpulkan yaitu rata- rata
4
tekanan darah sebelum pemberian jus mentimun pada kelompok
intervensi yaitu 167/50mmHg dan rata-rata sesudah lebih rendah yaitu
113/13mmHg dengan standar deviasi 6,021. Hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata tekanan darah yang diukur
pada kelompok intervensi diantara 45,465-63,285. Dibandingkan
dengan rata-rata tekanan darah sebelum pada kelompok kontrol tanpa
pemberian jus metimun yaitu 161/88mmHg dan rata-rata sesudah
lebih rendah yaitu 123/75 mmHg dengan standar deviasi 9,574. Hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata
tekanan darah pada kelompok kontrol berada antara 30,788-45,462.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian jus mentimun
terhadap tekanan darah terhadap penderita hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prakosol. Fery, Sonhaji
(2011) bahwa ada pengaruh tekanan darah sistolik dan diastolik psd lansia
dengan hipertensi Dusun Genggongan Desa Mangunjiwan Kabupaten
Demak dengan nilai p Valuesebesar 0,000 (p< 0,05). Hal ini didukung juga
oleh Hariada (2011)persentase penurunan tekanan darah pada wanita dewasa
sama dengan laki-laki dewasa (p< 0,05). Pemberian jus buah mentimun
dapat menurunkan tekanan darah pada perempuan dewasa dan laki-laki
dewasa, dengan persentase penurunan tekanan darah sebanding.
Setelah perawat melakukan pengkajian pada Ny.A dan keluarga
mengatakan tidak mengetahui tentang hipertensi, cara merawat dan cara
pengobatan hipertensi, untuk itu perawat memberikan pendidikan kesehatan
dan memberikan penerapan intervensi jus timun karena jus mentimun
yang mudah didapat dan mempunyai banyak manfaat, untuk itu perawat
memeberikan penerapan intervensi jus mentimun.
Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
Asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi dengan penerapan
intervensi jus mentimun di kelurahan Megawon Kecamatan Jati tahun 2022.
5
1.2 Rumusan Masalah
6
g. Mampu membuat dokumentasi pada ibu A dengan hipertensi di
Kelurahan Megawon tahun 2022.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Hipertensi
8
Tekanan sistolik Tekanan Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi:
Stage I (ringan) 140-159 90-99
Stage II (sedang) 160-179 100-109
Stage III (berat) 180-209 110-120
2.1.3 Etiologi
Hipertensi disebabkanterjadinya dari berbagai faktor,
diantaranya Reeves& lockhart(2011:114) mengemukakan
bahwa Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi
adalah stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang Long
9
(1995:660), TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan
jantung Indonesia (2007) menambahkan bahwa Penyebab hipertensi
dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer
(essensial) merupakan tekenan darah tinggi yang disebabkan karena
retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap
angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu
/stress dan merokok. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan
tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit kelenjar
adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan
intra cranial, yang disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat
tertentu missal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
penyebab hipertensi beragam diantaranya adalah: stress, kegemukan,
merokok, hipernatriumia, retensi air dan garam yang tidak normal,
sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia,
penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum,
peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak,
pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam yang
tinggi, kurang olah raga, genetik, Obesitas, Aterosklerosis, kelainan
ginjal, tetapi sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata
di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang
berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna
medulla ke ganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system syaraf simpatis .
Pada titik ganglion ini neuron prebanglion melepaskan
asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke
10
pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya nore prineprine
mengakibatkan konskriksi pembuluh darah.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang /menurun dan
berakibat diproduksinya rennin, rennin akan merangsang
pembentukan angiotensai I yang kemudian diubah menjadi
angiotensis II yang merupakan vasokonstriktoryang kuat yang
merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenaldimana hormone
aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler
yang menyebabkan hipertensi.
TIM POKJA RS Harapan Kita (2013:63) menyebutkan
patofisiologis hipertensi adalah: pada hipertensi primer perubahan
patologisnya tidak jela didalam tubuh dan organ-organ. Terjadi
secara perlahan yang meluas dan mengambil tempat pada pembuluh
darah besar dan pembuluh darah kecil pada organ – organ seperti
jantung, ginjal dan pembuluh darah otak. Pembuluh seperti aorta,
arteri koroner, arteri basiler yang ke otak dan pembuluh darah
perifer di ekstremitas menjadi sklerotik dan membengkak. Lumen-
lumen menjepit, aliran darah ke jantung menurun, bergitu juga ke
otak dan ekstremitas bawah bisa juga terjadi kerusakan pembuluh
darah besar.
11
Menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes,
2007) hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala
setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal,
mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami
gejala dengan sakit kepala, epitaksis.
2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut FKUI (1990: 214-219) Terdapat 2 Penatalaksaaan
yaitu dengan non farmakologis dan dengan farmakologis. Cara non
farmakologis dengan menurunkan berat badan pada penderita yang
gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan
hidup, olah raga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara
teraut.
Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara
memberikan obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik seperti HCT,
Higroton, Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti
phentolamin, prozazine, nitroprusside captapril. Simphatolitic
seperti hidralazine, diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine
(adalat).
Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip menurut
FKUI (1990) yaitu pengobatan hipertensi sekunder harus lebih
mendahulukan pengobatan kausal, pengobatan hipertensi esensial
ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan
memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi, upaya
menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti
hipertensi, pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang
bahkan mungkin seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan
standard triple therapy (STT) menjadi dasar pengobatan hipertensi.
Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka
morbiditas sehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi
yang memenuhi harapan terus dikembangkan.
12
2.1.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr.
Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya : penyakit
pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient
ischemic attack (TIA). Penyakit jantung seperti gagal jantung,
angina pectoris, infark miocard acut (IMA). Penyakit ginjal seperti
gagal ginjal. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan
retina, oedema pupil.
13
2.1.9 Pengkajian Fokus
Menurut Doenges, (2004:41-42) dan mengemukakan bahwa
pengkajian pasien hipertensi meliputi:
1) Aktifitas & istirahat meliputi kelemahan, keletihan, nafas
pendek, frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
2) Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung
coroner,episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, tekhicardi,
kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar, S3 dan S4.
3) Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah
marah ,otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi meliputi Riwayat penyakit ginjal
5) Makanan /cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang
mengandung tinggi garam, tinggi lemak, dan kolesterol, mual,
muntah, perubahan berat badan, riwayat penggunaan obat
diuritik, adanya edema.
6) Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit
kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh,
gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis.
7) Nyeri /ketidak nyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada
tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri
dada.
8) Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan
atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat Bantu
pernafasan, bunyi nafas tambahan ,sianosis
9) Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi
postural.
10) Pembalajaran/penyuluhan dengan adanya factor- factor resiko
keluarga yaitu arteriosclerosis, penyakit jantung, DM, penyakit
ginjal.
14
2.1.10 Diagnosa keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload/ vaso konstriksi/ iskemi miokard/ hipertrophi ventrikel
2) Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan
kelemahan menyeluruh/ suplai dan kebutuhan oksigen tidak
seimbang
3) Gangguan rasa nyaman sakit kepala berhubungan dengan
kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral
4) Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan
intake makanan berlebihan/ gaya hidup sedentary
5) Koping pasien tidak efektif berhubungan dengan krisis
situasional/ maturitas/ perubahan hidup yang multiple/ kurang
relaksasi/ tidak melakukan olah raga/ nutrisi krisis buruk/
harapan tidak tidak terpenuhi/ beban kerja berlebihan/ persepsi
tidak realistis/ metode koping tidak adekuat.
15
beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan tinggal dalam satu
tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang
satu sama lainnya saling tergantung dan beriteraksi. Friedman
(1998) mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional
dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga. Effendy (2005), Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas
maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial
16
kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
17
ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (The unmarried
teenage mother), orang dewasa laki-laki atau perempuan yang
tinggal sendiri tanpa pernah menikah (The single adult living alone),
keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The non
marital heterosecual cohabiting family) dan keluarga yang dibentuk
oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).
Terdapat perbedaan dengan teori lain seperti yang
disampaikan oleh Effendy (1998:33) yang membagi tipe keluarga
menjadi 6 tipe/ bentuk keluarga, yaitu: Keluarga inti (Nuclear
family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
Berbeda dengan keluarga berantai (Serial family) yaitu
keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan satu keluarga inti. Keluarga
duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian, jika suami meninggal maka yang ada
adalah keluarga janda dan bila istri meninggal maka yang terbentuk
adalah keluarga duda, bila bentuk keluarga yang terjadi kerena
perceraian maka akan terbentuk dua keluarga yaitu keluarga duda
dan keluarga janda. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu
keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama, poligami yaitu satu orang pria dengan lebih dari satu istri
dan masih hidup bersama. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua
orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu
keluarga.
18
dengan anak baru lahir (usia anak tertua sampai 30 tahun), keluarga
dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2 ½ tahun -5 tahun),
keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6-12 tahun),
keluarga mulai melepaskan anak sebagia dewasa (anak-anaknya
mulai meninggalkan rumah), keluarga yang hanya terdiri dari orang
tua saja/ keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan
rumah), keluarga lansia.
Tahap perkembangan keluarga baru menikah, dimulai dari
pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk rumah
tangga.keluarga mempunyai tugas perkembangan yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan pasangannya, membina hubungan
dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial.
Tahap perkembangan yang kedua, keluarga keluarga dengan
anak baru lahir. Yaitu ditandai dengan kelahiran anak pertama
sampai dengan 30 bulan. Tugas perkembangan keluarga ini adalah
mempersiapkan menjadi orang tua, adaptasi dengan perubahan
adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan
kegiatan, mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan
pasangannya.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan
anak usia pra sekolah, mempunyai tugas perkembangan memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi, beradaptasi
dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
yang lebih tua juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan
yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga, pembagian waktu
untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab
anggota keluarga, merencanakan kegiatan dan waktu untuk
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
T ahap perkembangan yang keempat adalah keluarga dengan
anak usia sekolah. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
19
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas ( yang tidak diperoleh dari sekolah atau
masyarakat ), tugas yang lain adalah mempunyai keintiman
pasangan, memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan
anak remaja. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab
mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi, mempertahankan hubungan intim dalam
keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
(anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
anggota keluarga.
Tahap perkembangan yang keenam adalah keluarga mulai
melepaskan anak sebagai dewasa. Tugas dalam tahap ini adalah
memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan
keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu
anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat, penataan
kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan
usia pertengahan. Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan
mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan,
mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan
anak-anaknya dan sebaya, meningkatkan keakraban pasangan.
Tahap perkembangan yang terakhir atau yang kedelapan
adalah keluarga usia tua. Tugas pada perkembangan ini adalah
mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangan, adaptasi dengan perubahan yang akan
terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan
keluarga, mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
20
dan melak life review masa lalu.
21
psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik,
mental, sosial dan spriritual.
2.2.8 Fungsi keluarga
Friedman ( 1998:13 ) mengidentifikasikan lima fungsi dasar
keluarga, yaitu: Fungsi afektif. Fungsi afektif berhubungan erat
dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan
keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap
anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah; saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan,
saling menrima, saling mendukung, saling menghargai, dan ikatan
antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi
dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
Dari aspek fungsi afektif dapat disimpulkan bahwa fungsi
afek merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga
timbul karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi.
Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan
dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi
social dan belajar berperan dalam lingkungan social (Friedman,
1998:13). Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi.
Fungsi Reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Dengan adanya program keluarga berencana maka fugsi ini sedikit
terkontrol.
Fungsi Ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi
keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga,
22
seperti kebutuhan akan makan, pakaian, dan tempat untuk
berlindung (rumah).
Fungsi Perawatan Kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk
melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
kesehatan mempengaruhai status kesehatan keluarga. Keluarga yang
dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga.
Berdasarkan fungsi perawatan keluarga inilah yang
kemudian dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang
kesehatan. Adapun tugas kesehatan keluarga (Friedman,
1998) adalah; mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan
tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota
keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat dan mempertahankan hubungan dengan
(menggunakan ) fasilitas kesehatan masyarakat.
Fungsi keluarga menurut ahli yang lain yaitu Effendy
(1998:35), membagi fungsi keluarga menjadi fungsi biologis, fungsi
psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan fungsi pendidikan.
Fungsi biologis keluarga adalah untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak. Memenuhi kebutuhan gizi
keluarga dan memelihara serta merawat anggota keluarga juga
merupakan fungsi biologis yang dapat dijalankan keluarga (Effendy,
1998:35).
Fungsi psikologis yang dapat dijalankan keluarga adalah
memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di
antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga serta memberikan identitas keluarga. Adapun
fungsi sosialisasi keluarga yaitu membina sosial pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
23
perkembangan anak dan yang krusial adalah menaruh nilai-nilai
budaya keluarga (Effendy, 1998:35).
Keluarga juga mempunyai fungsi ekonomi yaitu mencari
sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dan pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga tidak hanya sesaat, tetapi
terus berlanjut sehingga keluarga perlu dapat mengatur ekonomi
keluarga sehingga dapat menunjang kehidupan baik sekarang
maupun yang akan datang. Untuk mempersiapkan kebutuhan yang
akan datang, keluarga dapat menabung yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya (Effendy, 1998:35).
24
keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam
kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah (Yora &
Walsh, 1979 dikutip oleh Friedman, 1998:54).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan
kesehatan keluarga dipusatkan pada keluarga dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga dalam status kesehatan keluarga.
Proses keperawatan keluarga terdapat beberapa langkah yang
disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap
ke tahap. Menurut Friedman (1998: 55) membagi proses keperawatan
kedalam lima tahap yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga,
identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan,
rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan
evaluasi perawatan.
Effendi (1998:45) menambahkan, dalam melakukan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga dengan melalui membina hubungan
kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak
dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk
membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga,
menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan
kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah
dengan keluarga.
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat
dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan
menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas
dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi
pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan
menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan
25
dianalisa (Friendman, 1998: 56)
2.3.4 Implementasi
Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien
(individu atau keluarga), perawat dan anggota tim perawatan
kesehatan yang lain, keluarga luas dan orang-orang lain dalam
jaringan kerja sosial keluarga (Friedman, 1998:67). Hal senada juga
diutarakan Suprajitno (2004). Implementasi terhadap keluarga
dengan masalah hipertensi didasarkan kepada rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun.
26
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif (Suprijatno, 2004:57) yaitu dengan
SOAP, dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan
yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan, O adalah keadaan obyektif yang dapat
diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan. A adalah
merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon keluarga
secara subjektif dan objektif, P adalah perencanaan selanjutnya
setelah perawat melakukan tindakan.
27
ini dapat menyebabkan berbagai gangguan pada tubuh manusia,
seperti hipertensi, gangguan jantung, stroke dan kanker.
Walaupun tubuh kita sebenarnya sudah memiliki sistem imun
yang berfungsi untuk melawan radikal bebas, namun tubuh kita
masih tetap memerlukan asupan antioksidan yang berasal dari
makanan untuk mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas. Inilah
satu lagi manfaat timun untuk mengendalikan tekanan darah tinggi.
28
Penelitian kalium banyak diteliti dalam kaitannya dengan regulasi
tekanan darah Solakin 2011 dikutip dalam Kusnul, 2014 menyatakan
beberapa mekanisme bagaiman kalium dapat bagaimana kalium
dapat menurunkan tekanan darah sebagai berikut : kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan menimbulkan efek vasodilatasi
shingga menyebabkan penurunan retensi perifer total dan
meningkatkan output jantung. Konsumsi kalium yang banyak
akan meningkatkan konsentrasinya didalam cairan intraseluler
sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan
menurunkan tekanan darah (Amran 2010).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lovindi putri lebado & Tutik mulyati bahwa tekan darah sistolik
sesudah dilakukan pemberian terapi jus mentimun pada kelompok
intervensi ada perbedaan tekanan darah dengan kelompok rata-rata
113,3 dan kelompok kontrol 123,75 dan juga hasil penelitian
tekanan darah diastolik sesudah dilakukan pemberian terapi jus
mentimun pada kelompok intervensi ada perbedaan tekanan darah
dengan rata-rata 83, 13 dan kelompok kontrol 84,38.
29
mentimun secara rutin dapat mendukung kontrol tekanan darah
penderita hipertensi. Penurunan tekanan darah terjadi karena
mentimun mempunyai kandungan kalium menyebabkan
penghambatan pada Renin Angiostin system juga menyebabkan
terjadinya penurunan sekresi aldosteron, sehingga terjadi penurunan
reabsorbsi natrium dan air ditubulus ginjal. Akibat dari mekanisme
tersebut, maka terjadi peniningkatan diuresis yang menyebabkan
berkurangnya volume darah, sehingga tekanan darahpun menjadi
turun. Selain itu kalium juga akan menyebabkan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer, akibatnya terjadi penurunan
retensi perifer, dan tekanan darah juga menjadi turun. Hal tersebut
terjadi karena kandungan didalam mentimun yaitu potasium,
magnesium, dan fosfor mentimun yang berkhasiat menurunkan
tekanan darah tinggi. Mentimun juga bermanfaat sebagai
detoksifikasi karena karena kandungan air sangat tinggi hingga 90%
membuat mentimun memiliki efek deuritik. Mineral yang kaya
dalam mentimun memang mampu mengikat garam dan dikeluarkan
melalui urin. (Kholis 2011).
30
Hal ini sesuai dengan penilitian yang dilakukan bahwa Jus
mentimun dengan dosis 150 ml selama 7 hari dapat menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 12% (P=0,000)
dan 10,4% (P=0,000), dibandingkan pada kelompok kontrol ada
penurunan tekanan darah sistolik sebesar 2% (P=0,077)
peningkatan tekanan darah diastolik 1,1% (P=0,419)
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Nama KK : Tn.S
2. Alamat : 65 Tahun
3. Pekerjaan KK : Swasta
4. Pendidikan KK : SD
5. Komposisi keluarga :
Hubung Status
L/ Pendidik
No Nama an dgn Umur Perka Pekerjaan Ket
P an
Kel winan
1. Tn.S Suami 65 th L Kawin SD Petani -
-
2. Ny. A Istri 62 th P Kawin SD Petani
3.2 Genogram
Ny A 62 th
Keterangan
= perempuan = menikah
= meninggal = klien
32
3.2.1 Tipe Keluarga
3.2.3 Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam, keluarga
melakukan sholat 5 waktu dan terkadang sholat berjama’ah di
mushola. Tn. S mengatakan bahwa penyakit yang diderita Ny A
karena umur yang sudah tua dan Tn. S juga berdo’a untuk
kesembuhan penyakit istrinya.
33
3.2.5 Aktifitas Rekreasi keluarga
Tn S mengatakan mengisi waktu luang di dalam keluarga
dengan bersih- bersih dan berjalan- jalan di dekat rumah. Untuk
rekreasi di luar rumah atau ke tempat liburan tidak pernah karena
keterbatasan biaya.
34
mmHg.
U
10 cm2
B T
4 cm
35
didepan rumah ada tanah kosong dan jalan. Kehidupan bertetangga
terlihat rukun dan harmonis.
3.4.3 Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn.S asli Megawon, dari dulu pekerjaan keluarga
Tn. S adalah petani. Keluarga Tn.S tidak pernah merantau atau
meninggalkan daerah Megawon.
36
Tn S sebagai kepala keluarga, yang usianya 65 tahun (lansia)
bekerja sebagai petani, mencari nafkah untuk keluarga dan dibantu
oleh istrinya Ny. A sebagai istri Tn S yang usianya 62 tahun, sebagai
ibu rumah tangga dan juga membantu bekerja di sawah.
37
mengetahui apa yang dimaksud dengan tekanan darah tinggi,
tanda dan gejala serta penyebabnya.
2) Mengambil Keputusan
Keluarga mengatakan jarang berobat pada pelayanan
kesehatan, bila sakit keluarga membeli obat diwarung.
3) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Ny.A mengatakan tidak tahu bagaimana cara perawatan
terhadap orang yang terkena hipertensi sehingga dia tidak bisa
membedakan dengan anggota keluarga yang lain dalam hal
memasak. Kadang keluarga memasak sedang-sedang saja dan
kadang masih menggunakan garam terlalu banyak dan bumbu
penyedap
4) Memelihara/Memodifikasi Lingkungan
Tn.S mengatakan sinar matahari tidak bisa masuk ke
dalam kamar karena tidak ada jendela di kamarnya. Keluarga
mengatakan kurang mampu memodifikasi lingkungan.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Bila sakit, keluarga pergi ke puskesmas untuk berobat.
38
Keluarga tidak merasakan adanya stressor yang berarti
kecuali kondisi kesehatan Ny A yang menderita hipertensi yang
kadang memerlukan bantuan perawatan sehari-hari. Ny A jika
berjalan tidak gesit dan tampak sempoyongan seperti mau jatuh
Keadaan
Compos mentis Compos mentis
umum
TTV TD : 120/80 mmHg TD : 170/100 mmHg
N : 80 x/menit N : 84 x/menit
S : 36,2 °C S : 36,4 °C
R : 24 x/menit R : 24 x/menit
BB : 54 kg BB : 44 kg
TB : 156cm
TB : 145 cm
39
Mata konjungtiva tidak anemis, anemis
fungsi penglihatan agak
berkurang.
Hidung Hidung tampak bersih, Hidung tampak bersih, tidak ada
tidak ada sekret, tidak sekret, tidak terjadi krepitas,
terjadi krepitas, fungsi fungsi pembauan baik
pembauan baik
40
merawat Ny A yang menderita
hipertensi serta bagaimana
lingkungan yang baik terhadap
penderita hipertensi.
Keluarga mengatakan tidak
mengetahui harus dibawa
kemana bila ada anggota
keluarga yang sakit.
DO:
Bila berjalan tidak gesit dan
sempoyongan
TD: 170/100 mmHg
N: 84 x/mnt
2 DS: Resiko terjadinya cidera pada
Keluarga mengatakan Ny A Ny A dikeluarga Tn. S
belum pernah jatuh dan bila berhubungan dengan
berjalan tidak gesit dan tampak ketidakmampuan keluarga
sempoyongan serta ingin jatuh mengenal masalah kesehatan
DO:
Ny A bila berjalan tidak bisa
gesit
41
1) Gangguan perfusi jaringan serebral pada Ny A dikeluarga Tn. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan.
42
Ancaman kesehatan keluarga tidak menyadari masalah
kesehatan yang ada pada Ny A
dapat menyebabkan injury.
2. Kemungkinan Masalah 2/2X2 2 Keluarga antusias sekali untuk
dapat diubah : mengetahui tentang cara
Mudah pencegahan terjadinya injury pada
Ny A dan perawat mampu untuk
memberikan pendidikan kesehatan
tentang cara pencegahan terjadinya
injury.
3. Kemungkinan Masalah 3/3X1 1 Keluarga ingin mengetahui tentang
dapat dicegah : cara pencegahan terjadinya injury.
Tinggi
4. Menonjolnya Masalah : 0X2 0 Keluarga menganggap tidak ada
Masalah tidak dirasakan masalah injury, karena masalah
yang dirasakan Ny A dianggap
biasa terjadi pada lansia.
Jumlah 32/3
Kriteria
Tujuan Evaluasi
No Diagnosa Standar Intervensi
Umum Khusus Kriteria
1. Gangguan Setelah 1. Setelah 1x30
perfusi interven
menit
jaringan si
serebral selama pertemuan
pada Ny 3 hari
keluarga
A tidak
dikeluarga terjadi mampu
Tn. S ganggg
mengenal
berhubung uan
an dengan perfusi masalah
ketidakma jaringan
hipertensi,
mpuan serebral
keluarga dengan
mengenal
mampu :
masalah
kesehatan 1.1 Menyebutk Respon Tekanan darah 1.1.1 Berikan
an verbal dikatakan penkes
43
pengertian tinggi bila kepada
hipertensi lebih dari keluarga
160/100 mmhg tentang
pengertian
hipertensi
dengan
lembar
balik atau
leaflet
1.1.2 Beri
kesempatan
keluarga
bertanya
1.1.3 Tanyakan
kembali hal
yang telah
dijelaskan
1.1.4 Beri
reinforceme
nt positif
atas
jawaban
yang benar
44
bertanya.
1.2.3 Tanyakan
kembali hal
yang telah
dijelaskan
1.2.4 Beri
reinforcem
ent positif
atas
jawaban
yang benar
1.3.1 Berikan
1.3 Menyebutk Respon Dari penyebab
penkes
an verbal hipertensi
kepada
penyebab sebagian besar
keluarga
hipertensi tidak diketahui
tentang
penyakit ginjal
penyebab
Penyakit
hipertensi
pembuluh
dengan
darah.
lembar
Keturunan
balik atau
Lingkungan/
leaflet
Stress
1.3.2 Beri
Banyak makan
kesempatan
garam
keluarga
2 dari tanda
bertanya
hipertensi
tentang hal
sakit kepala
yang belum
(terutama
jelas
tengkuk)
1.3.3 Tanyakan
kembali
tentang hal
yang telah
didiskusika
n
1.3.4 Beri
reinforceme
nt positif
45
atas
jawaban
yang benar
1.4.1 Diskusikan
1.4 Menyebutk Respon Jantung dengan
an tanda verbal berdebar-debar keluarga
dan gejala Sukar tidur tentang
hipertensi Nafas Pendek tanda dan
gejala
hipertensi
dengan
lembar
balik atau
leaflet
1.4.2 Beri
kesempatan
keluarga
bertanya
1.4.3 Tanyakan
kembali hal
yang telah
dijelaskan
1.4.4 Beri
reinforcem
ent atas
jawaban
yang benar
1.5.1 Motivasi
1.5 Mengidenti Respon Keluarga Tn S keluarga
fikasi verbal mampu untuk
keluarga mengetahui menyebutk
yang bahwa ny A an tanda
menderita menderita dan gejala
hipertensi Hipertensi hipertensi
yang
46
dialami
anggota
keluarga
1.5.2 Bantu
keluarga
identifikasi
anggota
keluarga
yang
menderita
hipertensi.
1.5.3 Beri
reinforcem
ent atas
hasil
keluarga
2.1.1 Diskusikan
dengan
2. Setelah 1x15 Respon Menyebutkan keluarga
menit Verbal 3 dari 5 akibat tentang
keluarga Hipertensi bila akibat
mampu tidak diatasi : hipertensi
mengambil 1. Penebalan jika tidak
keputusan dinding diatasi
yang tepat pembuluh dengan
untuk darah lembar
merawat 2. Penyakit balik atau
anggota jantung leaflet
keluarga 3. Penyakit 2.1.2 Beri
yang Ginjal kesempatan
menderita 4. Gangguan keluarga
hipertensi penglihatan bertanya
2.1 Menyebutk Respon 5. Stroke 2.1.3 Tanyakan
an akibat Verbal kembali hal
hipertensi yang telah
jika tidak dijelaskan
47
segera 2.1.4 Beri
diatasi reinforceme
nt positif
atas
jawaban
yang benar
2.2.1 Memotivasi
anggota keluarga
Respon
2.2 Mengambil Keluarga dalam mengambil
afektif
keputusan memutuskan keputusan untuk
yang tepat untuk merawat merawat anggota
untuk anggota keluarga yang
merawat keluarga yang menderita
anggota menderita hipertensi
keluarga hipertensi 2.2.2 Beri
dengan reinforceme
hipertensi nt
positif atas
minat
2.2.3 Diskusikan
dengan
keluarga
tentang
cara
pencegaha
n hipertensi
dengan
lembar
balik atau
leaflet
2.2.4 Beri
kesempata
n keluarga
bertanya
2.2.5 Tanyakan
kembali hal
48
yang telah
dijelaskan
2.2.6 Beri
reinforcem
ent atas
jawaban
yang benar
3.1.1 Diskusikan
dengan
keluarga
Respon
3. Setelah 1 x Menyebutkan tentang
verbal
20 menit 4 dari 6 cara
pertemuan pencegahan perawatan
keluarga hipertensi : penderita
mampu 1. Memeriksa hipertensi
merawat tekanan darah dengan
anggota secara teratur lembar
keluarga (sebulan balik atau
dengan sekali) leaflet
hipertensi 2. Menghindari 3.1.2 Beri
dengan kegemukan kesempatan
mampu : (mengurangi keluarga
3.1 Menyebutk makanan bertanya
Respon
an cara- verbal berlemak) 3.1.3 Tanyakan
cara 3. Menghindari kembali hal
Pencegahan merokok yang telah
hipertensi 4. Menghindari dijelaskan
stress 3.1.4 Beri
5. Menyeimban reinforceme
gkan antara nt atas
kerja, istirahat jawaban
dan rekreasi yang benar
6. Olahraga
secara teratur 3.2.1 Diskusikan
dengan
keluarga
49
3.2 Menyebutk Respon Menyebutkan tentang
an cara verbal 4 cara pera modifikasi
perawatan watan lingkungan
penderita penderita yang tepat
hipertensi hipertensi untuk
1. Minum obat penderita
sesuai anjuran hipertensi
2. Mengurangi 3.2.2 Beri
garam dalam kesempata
makanan n keluarga
3. Hidup teratur bertanya
dan tenang 3.2.3 Tanyakan
4. Olahraga kembali
teratur hal yang
telah
dijelaskan
3.2.4 Beri
reinforcem
ent atas
jawaban
yang benar
3.3.1 Demonstras
ikan
dengan
Respon
3.3Mendemonst Cara keluarga
Verbal
ra-sikan pembuatan cara
cara obat tradisio pembuatan
pembuatan nal untuk obat
obat hipertensi : tradisional
tradisional Timun (3 bagi
untuk buah) dicuci, penderita
penderita buang kedua 3.3.2 Beri
hipertensi ujungnya, kesempata
parut, saring n keluarga
dan minum bertanya
airnya 2-3 kali 3.3.3 Beri
50
sehari. kesempatan
keluarga
mendemon
strasikan
kembali
cara
pembuatan
obat
tradisional
3.3.4 Beri
reinforcem
ent atas
jawaban
yang benar
4.1.1 Diskusikan
dengan
keluarga
4.1 Setelah 1 x Respon Menyebutkan tentang
10 menit Verbal modifikasi modifikasi
pertemuan lingkungan lingkungan
keluarga untuk yang tepat
mampu penderita untuk
memodifika hipertensi : penderita
si 1. Menciptakan hipertensi
lingkungan lingkungan 4.1.2 Beri
yang sesuai yang tenang kesempatan
untuk dan teratur keluarga
penderita 2. Bila anggota bertanya
hipertensi keluarga
4.1.3 Tanyakan
dengan sudah
Kembali
mampu: mengalami
hal yang
4.1.Menyeb pandangan
telah
utkan cara kabur
dijelaskan
modifikasi ciptakan
4.1.4 Beri
lingkungan lingkungan
reinforceme
yang sesuai yang aman
51
untuk (tidak licin), nt atas
penderita pencahayaan jawaban
hipertensi cukup, yang benar
pegangan,
rumah dengan
tertata baik
5.1.1 Diskusikan
Tempat dengan
5. Setelah 1 x Respon pemeriksaan keluarga
15 menit Verbal dan tentang
pertemuan, pengobatan tempat-
keluarga hipertensi : tempat
mampu 1 Puskesmas pelayanan
memanfaatk 2 Rumah Sakit kesehatan
an fasilitas 3 Dokter untuk
kesehatan Swasta pemeriksaa
dengan n dan
mampu: pengobatan
5.1 Menyebutk untuk
an penderita
pelayanan hipertensi
kesehatan 5.1.2 Beri
untuk kesempatan
pengobatan keluarga
dan bertanya
5.1.3 Tanyakan
kembali hal
yang telah
dijelaskan
5.1.4 Beri
reinforceme
nt atas
jawaban
yang benar
2. Resiko Setelah 2..Setelah Respon Pengertian 2.1.1 Kaji
verbal
terjadinya dilakuk dilakukan cidera adalah pengetahua
cidera pd an pertemuan 4 x suatu keadaan n keluarga
52
Ny A tindaka 30 menit, dimana tentang
dikeluarga n keluarga : seseorang pengertian,
Tn. S keperaw Dapat berisiko untuk penyebab,
berhubung atan mengenal tejadi serta akibat
an dengan selama injury dengan perlukaan atau dari cidera
ketidakma 3 hari mampu: trauma oleh
mpuan risiko 2.1 Menyebutk karena suatu
keluarga injury an sebab.
mengenal dapat pengertian
masalah dihindar
kesehatan i atau
diminim
alkan
2.2 Mampu Penyebab 2.2.1 Berikan
Respon
menyebutk verbal cidera adalah penkes
an adanya kepada
penyebab kelemahan keluarga
pada anggota tentang
gerak tubuh, pengertian
gangguan dan
dalam sistem penyebab
koordinasi dari cidera
serta adanya dengan
lingkungan menggunak
yang kurang an lembar
mendukung, balik
seperti lantai
licin,
penerangan
yang kurang
pada malam
hari, rumah
yang banyak
memiliki
tangga dan
jalan yang
curam.
53
2.3 Mampu 2.3.1 Berikan
menyebutk Akibat dari penkes
Respon
an akibat verbal cidera adalah: kepada
dari injury -perlukaan keluarga
padaanggota tentang
tubuh yang akibat dari
lain injury dari
-gangguan cidera
kesadaran dengan
-kecacatan menggunak
kematian an lembar
balik
54
jawaban
4. Keluarga yang benar
dapat 4.1.1 Berikan
merawat ny Dapat motivasi
Respon
A untuk melakukan kepada
Psikom
mencegah minimal 2 keluarga
o-tor
cidera dari 3 cara untuk
4.1 Keluarga pencegahan mengambil
dapat cidera untuk keputusan
menjelask lansia dirumah untuk
an cara meliputi : mengatasi
mencegah - Mengusaha- masalah
cidera kan agar cidera pada
lantai rumah keluargany
tidak licin a
- Memberi 4.1.2 Beri
kan reinforceme
penerangan nt positif
yang cukup atas
baik keputusan
- Melakukan keluarga
pengaturan untuk
perabotan mengatasi
rumah tangga masalah
secara baik cidera pada
- Menjauh- anggota
kan barang- keluarga
barang yang 4.1.3 Diskusikan
dapat dengan
membahayak keluarga
an lansia tentang
- Memberikan cara
alat bantu mencegah
untuk lansia cidera pada
seperti tongkat usia lanjut
dan lain-lain 4.1.4 Beri
reinforceme
55
nt positif
jawaban
yang benar
56
benar
3.8.5 Implementasi
Hari/
Tujuan Implementasi
Tgl
Keluarga mampu Senin, 1. Memberi salam S:
mengenal masalah 2 Mei “Assalamu alaikum
untuk merawat ibu A 2022 Wr.Wb.” Keluarga
dengan masalah 2. Mengingatkan kontak mengatakan
kasi tanda dan darah yang lebih dari normal - Makanan yang
gejala hipertensi - Sistole : 140 – 160 mmHg banyak
mengandung
- Distole : 80 – 70 mmHg
garam
5. Memotivasi keluarga
untuk mengulang kembali - Makanan banyak
57
a. Keturunan emosi/marah
b. Kegemukan - Sukar tidur
c. Kebiasaan merokok - Sesak nafas
d. Makanan yang banyak - Keletihan
mengandung garam - Keluarga
e. Makanan berkolesterol mengatakan tanda
tinggi gejala hipertensi
f. Stress Ibu R adalah :
58
jenuh dan kolesterol dala hipertensi
makanan
11. Mejelaskan tentang Intervensi
pentingnya prosedur dilanjutkan pada
pengobatan / obat non Tupen mengambil
farmakologi ( jus mentimun) keputusan untuk
12. Mendemonstrasikan cara merawat anggota
pembuatan ramuan keluarga dengan
penurunan tekanan darah hipertensi
tinggi:
a. Bahan yang digunakan:
3 buah mentimun,
b. Caranya: cuci mentimun
lalu blender atau diparut
lau minum 3 kali dalam
seminggu dan diminum 2
jam setelah makan pagi
Keluarga Selasa Mendiskusikan cara S:
mampu merawat 3 Mei perawatan hipertensi dengan Keluarga
anggota keluarga 2022 cara perawatan hipertensi : mengatakan
(Ibu.A) dengan a Pembatasan natrium dan cara perawatan
masalah hipertensi : lemak dalam anggota keluarga
Menyebutkan b diet dengan obat
cara merawat tradisional
c Pengaturan berat badan
hipertensi Keluarga
Mendemons- d Program latihan mengatakan salah
trasikan e Perubahan gaya hidup satu bahan
pemberian f Olahraga teratur yang bisa
obat tradisional g Tindak lanjut asuhan digunakan adalah
untuk kesehatan dengan interval “mentimun”
menurunkan teratur Keluarga
tekanan darah 1. Berhenti merokok dan mengatakan
tinggi pada mengurangi asupan cara perawatan
59
penderita lemak jenuh dan hipertensi:
hipertensi kolesterol dala makanan 1. Pembatasan
2. Mendiiskusikan cara natrium dan
menurunkan tekanan lemak dalam
darah tinggi dengan diet
keluarga dengan obat- 2. Pengaturan
obat tradisional untuk berat badan
mengontrol nyeri 3. Perubahan gaya
3. Menjelaskan tentang hidup
teknik relaksasi nafas 4. Program latihan
dalam untuk mengontrol Keluarga
nyeri skala nyeri mengatakan diit
4. Mendemonstrasikan cara pada penderita
pembuatan ramuan hipertensi :
penurunan tekanan darah makanan yang
tinggi: boleh dimakan :
Bahan yang digunakan: nasi, kentang,
3 buah mentimun, tahu, tempe, sayur-
Caranya: cuci mentimun sayuran
lalu blender atau diparut hijau
lau minum 3 kali dalam Makanan yang
seminggu dan diminum 2 tidak boleh
jam setelah makan pagi di dimakan :
daging mentega,
5. Memotivasi keluarga
garam
untuk mengulang
dikurangi
kembali tentang
pembuatan jus mentimun O :
Keluarga
menyebutkan cara
pengobatan
dengan obat
tradisional
Keluarga
60
mendemonstrasika
n cara pengobatan
dengan obat
tradisional
Keluarga
menyebutkan
makanan yang
tidak
boleh dikonsumsi
oleh penderita
hipertensi
Keluarga mampu
mendemonstrasika
n obat tradisional
Keluarga
menyebutkan
makanan yang
boleh dikonsumsi
oleh penderita
hipertensi
A:
Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga dengan
masalah hipertensi
P:
Intervensi dilanjutkan
pada yaitu
memodivikasi
lingkungan dan
pemanfaatan YanKes
untuk merawat anggota
keluarga dengan
61
hipertensi.
62
Keluarga dapat
memodifikasi
lingkungan yang
sesuai dengan
masalah
hipertensi
Keluarga dapat
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan yang
ada
P:
Intervensi dilanjutkan
63
64
BAB IV
PEMBAHASAN
64
4.2 Tahap Diagnosa keperawatan
65
penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, cara mengontrol dan
pengobatan). Implementasi kedua yang dilakukan pada keluarga ibu A
yaitu memberi dukungan/ motivasi kepada keluarga dengan membuat
keputusan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
Implementasi yang ketiga yaitu melibatkan keluarga dalam
merawat ibu A dengan memberikan pengobatan tradisioal jus mentimun.
Penatalaksanaan hipertensi seperti kepatuhan diet, memodifikasi lingkungan
dan sebagainya merupakan hal penting yang dapat mengontrol hipertensi
pada pasien. Dalam melaksanakan pengobatan hipertensi ini, dukungan
dan motivasi kepada pasien penting dilakukan oleh keluarga, kerena
kelurga memberikan pengaruh yang penting dalam mempercepat
kesembuhan pasien.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pasien beserta keluarga
adalah dengan melakukan upaya serta penanganan non farmakologi
seperti pemberian jus mentimun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Zauhani & Zainal, pemberian jus timun kepada 20 lansia dengan hipertensi
terbukti dapat menurunkan tekanan darah lansia hingga 4,4 mmHg (sistolik)
dan 2,5 mmHg (diastolik). Hal tersebut didukung pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ryan Adrian (2006) menyebutkan bahwa pemberian
200cc jus timun dapat menurunkan tekanan darah hingga 8 mmHg.
Manfaat baik yang dapat dihasilkan dari konsumsi jus mentimun
secara rutin dapat mendukung kontrol tekanan darah pada hipertensi,
namun hal tersebut dirasa kurang efektif apabila keluarga kurang
memahami cara pembuatan jus mentimun.
Berdasarkan hal tersebut maka Penulis melakukan penyuluhan serta
demonstrasi mengenai manfaat dan cara membuat jus mentimun guna
meningkatkan pengetahuan serta keterampilan keluarga tentang cara
merawat pasien dengan hipertensi sebagai sarana untuk menurunkan
tekanan darah penderita hipertensi tersebut.
Implementasi yang keempat adalah managemen lingkungan rumah
66
yang aman dalam proses perawatan anggota keluarga yang mengalami
hipertensi (ibu A). Implementasi yang terakhiar dilakukan adalah
menganjurkan keluarga memeriksakan kesehatan secara rutin ke fasilitas
kesehatan yang ada. Menurut jurnal penelitian 4 dari 10 lansia mengatakan
mendapat dukungan berupa keluarga memberitahukan informasi tentang
pentingnya memeriksakan tekanan darah pada lania, keluarga menemani
lansia untuk memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan.
Keluarga mengingatkan jadwal pemeriksaan tekanan darah, serta
keluarga memberikan semangat kepada lansia untuk tetap menjaga
kesehatan lansia. Sedangkan 6 lansia lainnya mengatakan keluarga tidak
memberikan informasi pentingnya memeriksa tekanan darah pada lansia,
lansia mengunjungi fasilitas kesehatan tanpa dampingan keluarga
(Wulandhani dkk, 2014)
67
dengan hipertensi terbukti dapat menurunkan tekanan darah lansia hingga
4,4 mmHg (sistolik) dan 2,5 mmHg (diastolik).
Hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ryan Adrian (2006) menyebutkan bahwa pemberian 200cc jus timun dapat
menurunkan tekanan darah hingga 8 mmHg.
Evaluasi pada hari keempat keluarga mengatan akan memberikan
lingkungan yang nyaman bagi ibu A dan evaluasi yang kelima keluarga
mengatakan bersedia memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan
terdekat.
68
69
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
69
proses penyakit hipertensi,berikan dukungan pada keluarga
membuat keputusan yang tepat dalam merawat klien, motivasi
keluarga untuk memberikan harapan pada klien dalam proses
pengobatan hipertensi, libatkan keluarga dalam merawat
klien yang mengalami hipertensi, manajemen lingkungan
yang aman, motivasi keluarga untuk memeriksakan kesehatan
secara teratur.
70
ibu A mengalami penurunan dari 170/ 100 mmHg menjadi 140/90
mmHg.
5.2 Saran-Saran
1. Untuk Puskesmas
Semoga Laporan Kasus ini dapat dijadikan acuan untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang baik, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas.
2. Untuk Mahasiswa
Semoga Laporan Kasus ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan
meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anggota
keluarga yang mengalami hipertensi
3. Untuk Kampus
Semoga dengan Laporan Kasus ini dapat menambah sumber
referensi untuk membantu dalam proses pembelajaran dan
meningkatkan pengetahuan peserta didik di kampus.
71
DAFTAR PUSTAKA
Mulyanti, 2011. Hubungan pola konsumsi natrium dan kalium serta aktivitas fisik
kejadian hipertensi pasien rawat jalan RSUP DR. Wahidin sudiharsono Makasar.
72
hipertensi pada pasien hipertensi di puskesmas ranomuut kota manado.
Meng Divine, J.G. 2012. Tekanan Darah Tinggi Panduan Untuk Mengatur
Olahraga dan Medikasi obati Hipertensi. Yogyakarta: PT Citra Aji Prama
73
PRE PLANNING KELUARGA
Kunjungan ke -2 , Minggu, 2 Mei 2022
1. Latar Belakang
A. Karakteristik Keluarga
Di dalam keluarga Tn S, Ny A menderita hipertensi sejak 6 tahun lalu
dimana kadang mengalami pusing, pandangan kabur, kuduk terasa
cengeng/kaku kuduk. Tn. S menderita DM sejak 4 tahun yang lalu. Tn.S
mengalami penurunan berat badan. Untuk kebutuhan sehari-hari Ny. A
memenuhi aktivitas sehari-hari dengan mandiri, kadang- kadang
memerlukan bantuan anak untuk berobat saat tensinya tinggi. Pada saat
pemeriksaan yang dilakukan ditemukan data TD : 170/100 mmHg.
B. Data yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut
Ny. A menderita hipertensi sejak 6 tahun lalu dimana kadang mengalami
pusing, kuduk terasa cengeng/kaku kuduk, vertigo.
C. Masalah Keperawatan Keluarga
Gangguan perfusi jaringan serebral pada Ny. A di keluarga Tn. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan.
2. Proses Keperawatan
A. Diagnosis keperawatan keluarga
Gangguan perfusi jaringan serebral pada Ny. A dikeluarga Tn. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan.
B. Tujuan Umum
Pemeliharaan kesehatan pada keluarga Tn.S di desa Megawon menjadi
efektif yaitu mampu melakukan pencegahan dan perawatan penyakit
hipertensi
C. Tujuan Khusus
74
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, keluarga Tn. S
dapat menjelaskan :
Pengertian hipertensi
Jenis hipertensi
Penyebab hipertensi
Tanda dan gejala hipertensi
Komplikasi hipertensi
Cara pencegahan dan perawatan hipertensi
Cara pengobatan tradisional bagi penderita hipertensi
4. Kriteria Evaluasi
A. Kriteria Struktur
1. Kontrak waktu, tempat dengan keluarga 1 hari sebelumnya
2. Mempersiapkan pre planning 1 hari sebelumnya
B. Krteria Proses
1. Perawat mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan
2. Audience aktif mendengarkan
C. Kriteria Hasil
1. Keluarga yang hadir 100%
2. Keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian hipertensi, penyebab
hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, serta komplikasi dari
penyakit hipertensi.
75
LAMPIRAN MATERI
HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi adalah terjadinya kenaikan tekanan darah sistolik (atas) 140 atau
lebih dan tekanan diastolik (bawah) 90 atau lebih. Disebut hipertensi apabila
beberapa kali pengukuran sistolik menetap 140 mmHg atau lebih dan tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih.
B. Jenis Hipertensi
1. Hipertensi ringan
Jika tekanan darah sistoliknya 140 – 159 mmHg
2. Hiperetensi sedang
Jika tekanan darah sistoliknya 160 – 179 mmHg
3. Hipertensi berat
Jika tekanan darah sistoliknya 180 – 209 mmHg
4. Hipertensi sangat berat
Jika tekanan darah sistoliknya lebih dari 210 mmHg
C. Penyebab
Penyebab hipertensi antara lain:
1. Primer (95%) tidak diketahui : keturunan/genetik, lingkungan (stres),
penumpukan kalium dan garam, obesitas, alkohol, merokok.
2. Sekunder (5%) karena penyakit ginjal atau gangguan pembuluh darah
76
5. Mata berkunang-kunang
6. Telinga berdenging
7. Rasa mual dan muntah
8. Kadang mimisan
9. Mudah tersinggung atau perasaan ingin marah
E. Komplikasi
1. Stroke
2. Gangguan ginjal
3. Jantung cepat lelah (Penyakit jantung)
4. Kelainana mata
5. Kematian
77
G. Pengobatan Tradisional
1. Dari timun
Timun 2 buah dicuci dengan air mengalir
Buang kedua ujungnya
Diparut, disaring dan dapat diminum
2. Dari daun seledri
Ambil daun seledri secukupnya
Cuci sampai bersih
Dilumat sampai halus
Tambahkan air panas secukupnya dan disaring
Minum ramuan ini 3kali sehari masing-masing 2 sendok makan
3. Dari bawang putih
ambil 3 siung bawang putih
tumbuk sampai halus
tambahkan air matang secukupnya lalu disaring
minum ramuan ini 1-2 kali sehari secara teratur
4. Dari belimbing wuluh
Ambil 3 buah belimbing wuluh
Tambahkan daun kemangi secukupnya
Cuci sampai bersih lalu rebus dengan 2 gelas air sampai tersisa
separuhnya, disaring lalu diminum sebelum tidur
5. Dari buah mengkudu
Ambil 2 buah mengkudu matang pohon, peras dan ambil airnya
Kemudian tambahkan 1 sendok madu
Aduk sampai rata lalu saring dan diminum
78
79