Anda di halaman 1dari 100

PENERAPAN TERAPI JUS MENTIMUN UNTUK PASIEN HIPERTENSI

PADA KELUARGA TN. S KHUSUSNYA NY. A


DENGAN PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DI DESA MEGAWON

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

SUDARSIH

202103083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS

2022

i
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Sudarsih
NIM : 202103083
Program Studi : Pendidikan Profei Ners

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners (KIANS) dengan judul
PENERAPAN TERAPI JUS MENTIMUN UNTUK PASIEN HIPERTENSI
PADA KELUARGA TN. S KHUSUSNYA NY. A DENGAN PENDEKATAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DI DESA MEGAWON adalah
hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan benar. Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan
tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya.

Kudus, Juni 2022

( Sudarsih )

ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh :

Nama Mahasiswa : Sudarsih

NIM : 202103083

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Judul Karya Ilmiah Akhir Ners : Penerapan Terapi Jus Mentimun Untuk Pasien
Hipertensi Pada Keluarga Tn. S Khususnya Ny.
A dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan
Keluarga di Desa Megawon

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya Ilmiah Akhir Ners Program
Studi Pendidikan Profesi Ners dan Telah Dilakukan Revisi Hasil Sidang Kian.

TIM PENGUJI

Dosen Pembimbing Ketua Penguji

Anita Dyah L, S.Kep.,Ns.,M.N Ns. Wahyu Yusianto, S.Kp., M.Kep

NIDN : 06291281010601037803 NIDN : 0630117202

Ditetapkan di : Kudus
Tanggal : Juni 2022

iv
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas
Nama : Sudarsih
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 9 Juni 1975
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Ds. Megawon, Kec. Jati , Kab. Kudus
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Karang Tengah 1987
2. SMP Negeri Getas 1990
3. SMEA Kristen Salatiga 1993
4. AKKES Muhammadiyah Kudus 2008
5. STIKES Cendekia Utama Kudus 2021

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk:


1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan selalu
menyertai
2. Ayah dan Ibu tercinta terimakasih atas motivasi serta dukungan dan doanya
3. Keluarga tercinta yang telah mendukungku, memberiku motivasi dan selalu
mendoakanku dalam segala hal serta memberikan kasih sayang yang teramat
besar yang tak mungkin bisa ku balas dengan apapun.
4. Rekan seperjuangan tercinta yang selalu mendukung.

vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa penulis ucapkan atas
segala rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Akhir Ners dengan judul “Penerapan Terapi Jus Mentimun untuk Pasien
Hipertensi pada Keluarga Tn S khususnya Ny A dengan pendekatan Asuhan
Keperawatan Keluarga di Desa Megawon ”. Dalam proses penyusunan Karya
Tulis Akhir Ners, penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan. Terima kasih
atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak akhirnya Karya Tulis Akhir Ners
dapat penulis selesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ilham Setyo Budi S.Kep.,M.Kes selaku Ketua STIKES Cendekia Utama


Kudus.
2. Sri Hindriyastuti, S.Kep.,Ns.,M.N selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Cendekia Utama Kudus.
3. Anita Dyah Listyarini, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.(Kom) selaku dosen
pembimbing yang selalu memberikan kesempatan, meluangkan waktu, tenaga
dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Akhir Ners ini.
4. Ns. Wahyu Yusianto, S.Kp., M.Kep selaku Dosen Penanggung jawab yang
telah sabar dalam memberi arahan, masukan, dan inspirasi untuk melanjutkan
profesi ners ini.
5. Ayah dan Ibu serta semua yang telah memberikan do’a dan dukungannya
baik secara moral maupun materiil, serta memberikan perhatian, nasehat,
semangat, dan kasih sayang. Semoga Tuhan Allah selalu memuliakan kalian
semua, Aamiin.
6. Seluruh Dosen dan Staff yang telah membantu selama penulis menyelesaikan
studi.
7. Para Sahabat : ...serta teman – teman terimakasih untuk persahabatan,
kebersamaan, keseruan, inspirasi, motivasinya selama ini. Semoga kita dapat
menggapai kesuksesan bersama, Amin.
8. Seluruh teman – teman Program Studi Profesi Ners angkatan 2022, terima
kasih untuk kebersamaan, kekompakkan, dan kekeluargaan selama duduk di

vii
bangku kuliah.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
menyelesaikan penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Akhir Ners ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak terutama dari Dosen Pembimbing dan teman-
teman demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Kudus, 28 Mei 2022

Penulis

viii
ABSTRAK
PENERAPAN TERAPI JUS MENTIMUN UNTUK PASIEN HIPERTENSI
PADA KELUARGA TN. S KHUSUSNYA NY. A DENGAN PENDEKATAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DI DESA MEGAWON

Sudarsih

Latar belakang : Penyakit degeneratif yang menjadi penyebab kematian terbesar


di dunia hingga saat ini adalah Hipertensi.. Mentimun sayuran yang mudah
didapatkan dimasyarakat dan dapat menurunkan tekanan darah.Tujuan penelitian
ini untuk menguji adanya pengaruh jus mentimun terhadap tekanan darah.Jus
mentimun dengan dosis 150 ml selama 7 hari dapat menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolic sebesar 12%(P=0,00) dan 10,4% (P+0,000),dibandingkan
pada kelompok control tekanan darah sistolik sebesar 2% (P+0,077) sistolik 1,1%
(P+0,419)

Tujuan : Mampu memahami konsep asuhan keperawatan hipertensi dan


mengaplikasikannya dalam bentuk asuhan keperawatan keluarga Ny A dengan
hipertensi dengan penerapan intervensi jus mentimun di Kelurahan Megawon
kecamatan Jati tahun 2022

Hasil : Setelah dilakukan penerapan intervensi jus mentimun didapatkan hasil


nyeri berkurang, setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah menurun,
pengetahuan keluarga tentang cara perawatan pada anggota keluarga yang sakit
bertambah.

Kesimpulan : Jus mentimun dapat menurunkan tekanan darah dan pengetahuan


keluarga tentang cara perawatan anggota keluarga yang sakit sangat diperlukan
untuk keberhasilan asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga yang
mengalami hipertensi dengan menggunakan jus mentimun.

Kata Kunci : Hipertensi, jus mentimun, keluarga

ix
ABSTRACT
APPLICATION OF CUCUMBER JUICE THERAPY FOR
HYPERTENSION PATIENTS IN TN FAMILY. S ESPECIALLY NY. A
WITH FAMILY NURSING CARE APPROACH IN MEGAWON
VILLAGE

Sudarsih

Background : Hypertension is a degenerative disease that is the biggest cause of


death in the world today. Cucumber is a vegetable that is easily available in the
community and can lower blood pressure. The purpose of this study was to
examine the effect of cucumber on blood pressure. Cucumber juice with a dose of
150 ml for 7 days can reduced systolic and diastolic blood pressure by 12% (P =
0.00) and 10.4% (P + 0.000), compared to the control group systolic blood
pressure by 2% (P + 0.077) systolic 1.1% (P + 0.419)

Objective: To be able to understand the concept of hypertension nursing care and


apply it in the form of nursing care for Mrs. A's family with hypertension with the
application of cucumber juice intervention in Megawon Village, Jati sub-district
in 2022

Results: After applying the cucumber juice intervention, it was found that pain
was reduced, after checking blood pressure decreased, family knowledge about
how to care for sick family members increased.

Conclusion: Cucumber juice can reduce blood pressure and family knowledge
about how to care for sick family members is very necessary for the success of
family nursing care for family members who have hypertension by using
cucumber juice.

Keywords: Hypertension, cucumber juice, family

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................

PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………………………..ii

HALAMAN
PERSETUJUAN................................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iv

RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………..v

HALAMAN
PERSEMBAHAN…………………………………………………..vi

KATA PENGANTAR............................................................................................................

ABSTRAK.............................................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….1

1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………....6

1.3 Tujuan Penulisan.…………………………………………………..6

1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................6

1.3.2 Tujuan Khusus ……………………………………………...6

xi
1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………….7

1.4.1 Bagi Puskesmas ......................................................................7

1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan ........................................................7

1.4.3 Bagi Mahasiswa ...................................................................7

BAB II TINJAUAN
TEORI……………………………………………………..8

2.1 Hipertensi…………………………………………………………....8

2.1.1 Pengertian
Hipertensi ...........................................................8

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi ..........................................................8

2.1.3 Etiologi.................................................................................9

2.1.4 Patiofisiologi.......................................................................10

2.1.5 Manifestasi
Klinik ...... .......................................................11

2.1.6 Penatalaksanaan
………………………………………….12

2.1.7 Komplikasi………………………………………………..13

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang…………………………………...13

2.1.9 Pengkajian
Fokus………………………………………....14

2.1.10 Diagnosa Keperawatan …………………………………..15

xii
2.2 Konsep Keluarga…………………………………………………...15

2.2.1 Pengertian Keluarga ..........................................................15

2.2.2 Struktur Keluarga ………………………………………..16

2.2.3 Ciri - Ciri Struktur Keluarga …………………………….17

2.2.4 Tipe - Tipe Keluarga…………………………………….17

2.2.5 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga………………18

2.2.6 Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga…………………..21

2.2.7 Peran Keluarga…………………………………………....21

2.2.8 Fungsi Keluarga…………………………………………..22

2.2.9 Tugas Keluarga Dalam Bidang


Kesehatan……………….24

2.3 Proses Keperawatan Keluarga .........................................................24

2.3.1 Pengkajian………………………………………………….25

2.3.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………….26

2.3.3 Rencana Asuhan Keperawatan…………………………….26

2.3.4 Implementasi…………………………………………..…..26

2.3.5 Evaluasi…………………………………………………....27

2.4 Konsep Jus Mentimun………………..………………….…..…….27

2.4.1 Pengertian Mentimun ...........................................................27

2.4.2 Manfaat Jus Mentimun ........................ ................................28

xiii
2.4.3 Pengaruh Jus Mentimun Pada Penderita Hipertensi…..
…………......................……………………..28

2.4.4 Pengaruh Obat Non Farmakologis Bagi Tubuh ...................29

2.4.5 SOP Pemberian Just Mentimun.............................................30

BAB III TINJAUAN KASUS……………………………………………………


32

3.1 Struktur Keluarga………………………………………………......32

3.2 Genogram…………………………………………………………..32

3.2.1 Tipe Keluarga………..…………………..……………...........33

3.2.2 Suku Bangsa…………………….…………………………....33

3.2.3 Agama…………………...…………………………………...33

3.2.4 Status Sosial Ekonomi Keluarga………………..……………


33

3.2.5 Aktifitas Rekreasi


Keluarga……………………………….....34

3.3 Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga….


……………………......34

3.3.1 Tahap Perkembangan Keluarga Saat


Ini………………..........34

3.3.2 Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi….....34

3.3.3 Riwayat Keluarga Inti………………………………………..34

3.3.4 Riwayat Keluarga

xiv
Sebelumnya…………………………........35

3.4 Pengkajian Lingkungan ....................................................................35

3.4.1 Karakteristik Rumah……………………………………........35

3.4.2 Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW…………..……..35

3.4.3 Mobilitas Geografis


Keluarga………………………………..36

3.4.4 Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan

Masyarakat
…………………………………………………..36

3.4.5 Sistem Pendukung Keluarga……………………………........36

3.5 Struktur Keluarga…………………………………………………..36

3.5.1 Pola Komunikasi Keluarga……………………….……….....36

3.5.2 Struktur Kekuatan Keluarga……………………………......36

3.5.3 Struktur Peran………………………………………………


36

3.5.4 Nilai, Norma dan Budaya


Keluarga…………………….......37

3.6 Fungsi
Keluarga………………………………………………….....37

3.6.1 Fungsi
afektif…………………………………………….....37

3.6.2 Fungsi sosial……………………………………………......37

xv
3.6.3 Fungsi perawatan kesehatan……..…………………………37
1. Mengenai Masalah
2. Mengambil Keputusan
3. Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
4. Memelihara/Memodifikasi Lingkungan
5. Fungsi Reproduksi
6. Fungsi Ekonomi
3.6.4 Fungsi
Reproduksi……………………………………….....38

3.6.5 Fungsi Ekonomi………………………………………….....38

3.7 Stres dan Koping Keluarga…………………………………………


38

3.7.1 Stressor Jangka Pendek………………………………….....38

3.7.2 Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor…….....39

3.7.3 Strategi Koping yang


Digunakan ..........................................39

3.8 Pemeriksaan Fisik…………………………………………………..39

3.8.1 Analisa Data………………………………………………...40

3.8.2 Diagnosa keperawatan………………………………………41

3.8.3 Skoring Masalah……………………………….....................41

1. Gangguan perfusi jaringan serebral pada Ny A


dikeluarga Tn. S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan.

xvi
2. Resiko terjadinya cidera pada Ny R dikeluarga Tn. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluargamengenal
masalah Kesehatan

3.8.4 Rencana Keperawatan Ny A


………………….......................43

3.8.5 Implementasi…………………………………………………57

BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………….....64

4.1 Tahap Pengkajian…………………………………………………..64

4.2 Tahap Diagnosa Keperawatan……………………….......................65

4.3 Tahap Perencanaan…………………………………........................65

4.4 Tahap Implementasi…………………………………......................65

4.5 Tahap Evaluasi……………………………………………………..67

BAB V PENUTUP………………………………………………………………69

5.1 Kesimpulan……………………….………………….......................69

5.1.1 Pengkajian Keperawatan……………………………………..69

5.1.2 Diagnosa Keperawatan……………………………………….69

5.1.3 Intervensi Keperawatan………………………........................69

5.1.4 Implementasi Keperawatan……………….………………….70

5.1.5 Evaluasi Keperawatan……………………………………......70

5.2 Saran-Saran……………………………..…………………………..71

xvii
5.2.1 Untuk Puskesmas……………..………………………………71

5.2.2 Untuk Mahasiswa………………………………………….....71

5.2.3 Untuk Kampus……………….…………………………….....71

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..……………...72

PRE PLANNING KELUARGA………………………………………..………..74

1. Latar Belakang…………….……………………………………...74
A. Karakteristik Keluarga…………………….………………....74
B. Data yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut…………………………
74
C. Masalah Keperawatan Keluarga……………………………..74
2. Proses Keperawatan…………………………….………………...74
A. Diagnosis keperawatan keluarga…………………….
…….....74
B. Tujuan Umum…………….
…………………………………..74
C. Tujuan
Khusus………………………………………………..74
3. Implementasi Tindakan Keperawatan……………………………75
4. Kriteria Evaluasi………………………………….………………75
A. Kriteria Struktur……………………….……………………..75
B. Kriteria Proses………………………….………………….....75
C. Kriteria Hasil……………………………….………………...75

LAMPIRAN MATERI HIPERTENSI………………………...…………………76


A. Pengertian………………..……………………………………….76
B. Jenis Hipertensi………….………………………………………..76

xviii
C. Penyebab………….………………………………………………76
D. Tanda Dan Gejala……………….………………………………..76
E. Komplikasi….
………………………………………………….....77
F. Cara Pencegahan Dan Perawatan………….………………………77
G. Pengobatan Tradisi ………………………………………………..78
H. Lembar Konsultasi…………………………………………………79

xix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di


dunia hingga saat ini. Menurut laporan Wort Health Organization
(WHO), kematian diseluruh dunia diperkirakan akan terus meningkat yang
disebabkan oleh penyakit degeneratif. Di negara-negara berkembang dan
negara miskin akan terjadi peningkatan terbesar. Diprediksikan jumlah
total pada tahun 2030 pertahun akan ada 52 juta jiwa kematian dari 38 juta
jiwa pada tahun ini atau naik 14 juta jiwa. akibat penyakit degeneratif dari
populasi gobal lebih dari dua per tiga (70%) akan meninggal.(Buletin
kesehatan,2011).
Penyakit tidak menular menjadi salah satu penyebab kematian
diindonesia dan akan terus meningkat secara signifikan, terlepas dari
beberapa penyakit di atas. Pada tahun 1995 akibat penyakit tidak menular
proporsi angka kematian meningkat dari 41,7% menjadi 49,9% pada tahun
2001 dan pada tahun 2007 59,5%. Penyebab kematian tertinggi adalah
stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru
obstruktif dari seluruh penyebab kematian. (Sedyaningsih, 2011).
Penyakit ini lebih dikenal sebagai meningkatnya tekanan darah tinggi
yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan jantung. Tidak terdapat tanda dan gejala yang khas yang
dapat dilihat secara langsung disebut sebagi the silent deseases. Secara
potensial hipertensi sangat berbahaya, tetapi perkembangan berjalan secara
perlahan. (Dalimartha 2008). Suatu gangguan pada pembuluh darah dan
jantung merupakan penyakit darah tinggi yang mengakibatkan nutrisi yang
dibawa oleh darah dan suplai oksigen terhambat sampai kejaringan tubuh
yang membutuhkannya. (Pudiastuti, 2011).

1
Menurut WHO, Tekanan darah diastolik sama atau lebih besar 95
mmHg dan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg merupakan penyakit hipertensi (Nasrin, 2003 dalam Padila, 2013).
Hipertensi adalah tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥
90 mmHg (Mansjoer, 2011). Tahun 2013 diseluruh dunia menunjukkan
sekitar 972 juta orang atau 26,4% menderita tekanan darah tinggi
dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Di tahun 2005
kemungkinan angka ini akan meningkat menjadi 29,2%, dari 972 juta
penderita darah tinggi, berada di negara maju 333 juta dan sisanya 639
berada di negara berkembang, termasuk Indonesia (Andra, 2013). Hipertensi
banyak terjadi pada umur 35-44 tahun (6,3%), umur 45-55 tahun (11,9%),
dan umur 55-64 tahun (17,2%). Sedangkan menurut status ekonominya,
proporsi Hipertensi terbanyak pada tingkat menengah kebawah (27,2%) dan
menengah (25,9%). (Kemenkes RI).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan
satu miliyar orang didunia menderita Hipertensi, 2/3 diantaranya berada di
negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang.
Prevalensi Hipertensi akan terus meningkat tajam dan di prediksi pada
tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa diseluruh dunia terkena Hipertensi.
Sekitar 8 juta orang setiap tahun hipertensi telah mengakibatkan kematian,
di Asia Tenggara terjadi 1,5 juta kematian dimana yang 1/3 populasinya
menderita hipertensi sehingga dapat meningkatkan beban biaya kesehatan.
Perawatan dalam hipertensi diantaranya adalah ketaatan dalam
pengobatan meliputi istirahat, konsumsi obat termasuk didalamnya jenis
obat yang dikonsumsi, kapan jadwal dan waktu minum, kapan harus
berhenti, berapa lama obat harus dikonsumsi, dan kapan harus beruknjung
untuk melakukan kontrol tekanan darah, perlakukan khusus mengenai gaya
hidup seperti diet hipertensi dan olahraga. (Padila, 2013).
Keluarga adalah kelompok kecil yang paling dekat dan yang mampu
mengambil keputusan dala kesehatan keluarga dan ikut seta merawat
keluarga. Dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan terhadap hipertensi

2
khususnya dalam masalah kesehatan dalam menurunkan komplikasi
hipertensi peran keluarga sangat penting. Yang dilakukan keluarga
diharapkan dapat mengontrol tekanan darah penderita (Friedman, 2003).
Penderita hipertensi diajurkan untuk berolahraga cukup dan secara teratur,
cara pencegahan komplikasi hipertensi yaitu dengan tindakan membatasi
lemak, mengurangi konsumsi garam, tidak merokok dan tidak minum
alkohol, menghindari kegemukan (obesitas), olahraga. Dengan cara ini dapat
menurunkan tekanan darah (Wolf, 2008).
Keluarga haruslah mampu untuk mengidentifikasi tentang hipertensi
didalam keluarga. hipertensi, seperti peran keluarga harus dapat mengenal
masalah kesehatan yang ada dalam keluarga. Selain merawat keluarga
yang sakit peran keluarga adalah dengan cara pengaturan diet hipertensi dan
kepatuhan pengobatan. Keluarga juga dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan penderita hipertensi dalam upaya meningkatkan status
kesehatannya (Mubarok, 2006).
Berdasarkan penelitian Lubis, 2013 menunjukkan bahwa
keluarga yang peduli akan keluarganya yang menderita hipertensi maka ia
akan mengajak olahraga bersama, memperhatikan pemberian makan,
meningkatkan dan menemani untuk rutin dalam memeriksakan tekanan
darah. Dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga menunjukkan
perhatian dan kepedulian keluarga sehingga pasien hipertensi akan
termotivasi untuk menjalani pengobatan yang baik dan benar. (Lubis, 2013).
Data ini menunjukkan bahwa budaya makan sangat mempengaruhi
kesehatan seseorang dan keluarga dapat berperan dalam menentukan budaya
yang mendukung kesehatan anggota keluarga seperti olahraga teratur dan
makan sayur dan menentukan budaya yang bertentangan dengan kesehatan
seperti merokok dan minum alkohol (Sudiharto, 2012).
Berdasarkan keterangan diatas dukungan keluarga sangat
dibutuhkan oleh pasien hipertensi agar keadaan yang dialami tidak semakin
memburuk dan terhindar dari komplikasi akibat hipertensi. Jadi keluarga
juga diperlukan oleh pasien hietensi yang sangat membutuhkan perawatan

3
yang cukup lama dan terus menerus. Jadi keluarga dapat membatu pasien
hipertensi antara lain dalam mengatur pola makan yang sehat, mengajak
olahraga bersama, menemani dan menemani dan menigkatkan untuk rutin
memeriksakan tekanan darah (Ningrum, 2012). Hal ini didukung oleh
banyak teori yang telah menjelaskan fungsi keluarga salah satu dibidang
kesehatan disitu telah dijelaskan bahwa apabila ada anggota keluarga
yang sakit maka keluarga harus segera mengetahui masalah kesehatan,
memutuskan tindakan apa yang patut diberikan dan menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada. (Setiadi, 2008).
Dari penelitian yang dilakukan oleh M. Isra. K. Hi. Bisnu hasil
menyimpulkan bahwa masalah yang terjadi pada anggota keluarga karena
kurang terpenuhinya kebutuhan dasar dalam keluarga. Penyebab terjadinya
masalah keperawatan dalam keluaga adalah kurang optimalnya keluarga
dalam bidang kesehatan.
Dalam bidang kesehatan tugas keluarga adalah kemampuan merawat
anggota keluarga yang sakit, kemampuan mengenal masalah kesehatan,
kemampuan memodifikasi lingkungan agar tetap sehat optitanmal, serata
kemampuan dalam memanfaatkan sarana kesehatan yang tersedia
dilingkungannya. Apabila keluarga dapat melaksanakan tugas keluarga
dalam bidang kesehaan yang baik makan pasien hipertensi dapat mengontrol
tekanan darah dalam batas normal.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pasien beserta keluarga
adalah dengan melakukan upaya serta penanganan non farmakologi seperti
pemberian jus mentimun. Berdasarkan penelitian Zauhan & Zainal,
pemberian jus timun kepada 20 lansia penderita hipertensi terbukti
dapat menurunkan teekanan darah lansia hingga 4,4mmHg (sistolik) dan 2,5
mmHg (diastolik), hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ryan Adrian 2006 menyebutkan bahwa pemberian 200cc
mentimun dapat menurunkan tekanan darah hingga 8 mmHg.
Berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian yang dilakukan oleh
Cerry Elfind P onggoh ong (2015) dapat disimpulkan yaitu rata- rata

4
tekanan darah sebelum pemberian jus mentimun pada kelompok
intervensi yaitu 167/50mmHg dan rata-rata sesudah lebih rendah yaitu
113/13mmHg dengan standar deviasi 6,021. Hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata tekanan darah yang diukur
pada kelompok intervensi diantara 45,465-63,285. Dibandingkan
dengan rata-rata tekanan darah sebelum pada kelompok kontrol tanpa
pemberian jus metimun yaitu 161/88mmHg dan rata-rata sesudah
lebih rendah yaitu 123/75 mmHg dengan standar deviasi 9,574. Hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata
tekanan darah pada kelompok kontrol berada antara 30,788-45,462.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian jus mentimun
terhadap tekanan darah terhadap penderita hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prakosol. Fery, Sonhaji
(2011) bahwa ada pengaruh tekanan darah sistolik dan diastolik psd lansia
dengan hipertensi Dusun Genggongan Desa Mangunjiwan Kabupaten
Demak dengan nilai p Valuesebesar 0,000 (p< 0,05). Hal ini didukung juga
oleh Hariada (2011)persentase penurunan tekanan darah pada wanita dewasa
sama dengan laki-laki dewasa (p< 0,05). Pemberian jus buah mentimun
dapat menurunkan tekanan darah pada perempuan dewasa dan laki-laki
dewasa, dengan persentase penurunan tekanan darah sebanding.
Setelah perawat melakukan pengkajian pada Ny.A dan keluarga
mengatakan tidak mengetahui tentang hipertensi, cara merawat dan cara
pengobatan hipertensi, untuk itu perawat memberikan pendidikan kesehatan
dan memberikan penerapan intervensi jus timun karena jus mentimun
yang mudah didapat dan mempunyai banyak manfaat, untuk itu perawat
memeberikan penerapan intervensi jus mentimun.
Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
Asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi dengan penerapan
intervensi jus mentimun di kelurahan Megawon Kecamatan Jati tahun 2022.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang diatas adapun rumusan masalah dari


Asuhan Keperawatan Hipertensi adalah untuk mengetahui bagaimana
Asuhan Keperawatan keluarga dengan hipertensi melalui promosi kesehatan
dan mengaplikasikan pengobatan tradisional dengan jus mentimun pada ibu
A di Kelurahan Megawon Kecamatan Jati tahun 2022.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Mampu memahami konsep asuhan keperawatan hipertensi
dan megaplikasikannya dalam bentuk asuhan keperawatan keluarga
Ny A dengan hipertensi dengan penerapan intervensi jus mentimun
di Kelurahan Megawon kecamatan Jati tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus.

Tujuan khusus karya ilmiah akhir Ners adalah :


a. Mampu melaksanakan pengkajian Keluarga pada ibu A dengan
hipertensi di kelurahan Megawon tahun 2022.
b. Mampu menegakkan Diagnosa keperawatan pada ibu A dengan
hipertensi di kelurahan Megawon tahun 2022.
c. Mampu membuat rencana tindakan pada ibu A dengan hipertensi
di kelurahan Megawon tahun 2022.
d. Mampu melakukan implementasi pada ibu.A dengan hipertensi
di kelurahan Megawon tahun 2022.
e. Mampu melakukan evaluasi pada ibu A dengan hipertensi di
kelurahan Megawon tahun 2022.
f. Mampu melakukan pembahasan salah satu intervensi hipertensi
dengan teori dan jurnal pada ibu A dengan penerapan intervensi
jus mentimun di kelurahan Megawon tahun 2022.

6
g. Mampu membuat dokumentasi pada ibu A dengan hipertensi di
Kelurahan Megawon tahun 2022.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Puskesmas


Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi dan masukan bagi Puskesmas untuk lebih meningkatkan
pelayanannya dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan melalui
penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit Hipertensi dan
cara perawatannya.

1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan


Memberikan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan di
bidang kesehatan dan dapat dijadikan refrensi, serta menambah
wawasan bagi yang membacanya.

1.4.3 Bagi Mahasiswa


Diharapkan Mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan
dan pengalaman yang lebih mendalam dalam memberikan Asuhan
Keperawatan Keluarga khususnya pada pasien Hipertensi.

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi


WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan
darah diatas 160/95 mmhg, sementara itu Smelttzer & Bare
(2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan
darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal
dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas
90 mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh doenges
(2000:42). Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS
Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan Prof. Dr. dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2017), yang menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan
tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 90 mmHg.
Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah
dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih
dari 90 mmhg.

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi


WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat
yaitu tingkat I tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari
gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan
darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya
gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain.
Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala – gejala yang
jelas dari kerusakan dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan
JVC VII, Klasifikasi hipertensi adalah :

8
Tekanan sistolik Tekanan Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi:
Stage I (ringan) 140-159 90-99
Stage II (sedang) 160-179 100-109
Stage III (berat) 180-209 110-120

Prof.Dr.dr Budhi Setianto (Depkes, 2007),


mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu
normal (SBP = Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan Distole
Blood Pressure = DBP < 80 mm Hg), pra hipertensi (SBP 120-139
mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1 (SBP 140-159
mm Hg dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >=
160 dan DBP >= 100. mm Hg.)
Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui
TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) yaitu: hipertensi
emergensi akut, membahayakan jiwa, hal ini terjadi karena disfungsi
atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah hipertensi urgensi
yaitu hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan tetapi
tekanan darah perlu diturunkan dengan segera atau secara bertahap
dalam waktu 24-48 jam, sebab penurunan tekanan darah dengan
cepat akan menimbulkan efek ischemik pada organ target.

2.1.3 Etiologi
Hipertensi disebabkanterjadinya dari berbagai faktor,
diantaranya Reeves& lockhart(2011:114) mengemukakan
bahwa  Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi
adalah stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang Long

9
(1995:660), TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan
jantung Indonesia (2007) menambahkan bahwa Penyebab hipertensi
dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer
(essensial) merupakan tekenan darah tinggi yang disebabkan karena
retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap
angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu
/stress dan merokok. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan
tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit kelenjar
adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan
intra cranial, yang disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat
tertentu missal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
penyebab hipertensi beragam diantaranya adalah: stress, kegemukan,
merokok, hipernatriumia, retensi air dan garam yang tidak normal,
sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia,
penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum,
peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak,
pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam yang
tinggi, kurang olah raga, genetik, Obesitas, Aterosklerosis, kelainan
ginjal, tetapi sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.

2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata
di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang
berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna
medulla  ke ganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system syaraf simpatis .
Pada titik ganglion ini neuron prebanglion melepaskan
asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke

10
pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya nore prineprine
mengakibatkan konskriksi pembuluh darah.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang /menurun dan
berakibat diproduksinya rennin, rennin akan merangsang
pembentukan angiotensai  I yang kemudian diubah menjadi
angiotensis II yang merupakan vasokonstriktoryang kuat yang
merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenaldimana hormone
aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler
yang menyebabkan hipertensi.
TIM POKJA RS Harapan Kita (2013:63) menyebutkan
patofisiologis hipertensi adalah: pada hipertensi primer perubahan
patologisnya tidak jela didalam tubuh dan organ-organ. Terjadi
secara perlahan yang meluas dan mengambil tempat pada pembuluh
darah besar dan pembuluh darah kecil pada organ – organ seperti
jantung, ginjal dan pembuluh darah otak. Pembuluh seperti aorta,
arteri koroner, arteri basiler yang ke otak dan pembuluh darah
perifer di ekstremitas menjadi sklerotik dan membengkak. Lumen-
lumen menjepit, aliran darah ke jantung menurun, bergitu juga ke
otak dan ekstremitas bawah bisa juga terjadi kerusakan pembuluh
darah besar.

2.1.5 Manifestasi Klinik


Manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa
pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan,
kesadaran menurun, mual, gelisah, muntah, kelemahan otot,epitaksis
bahkan ada yang mengalami perubahan mental.(Menurut TIM
POKJARS HarapanKita (2003:64)

11
Menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes,
2007) hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala
setelah  terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal,
mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami
gejala dengan sakit kepala, epitaksis.    
           
2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut FKUI (1990: 214-219) Terdapat 2 Penatalaksaaan
yaitu dengan non farmakologis dan dengan farmakologis. Cara non
farmakologis dengan menurunkan berat badan pada penderita yang
gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan
hidup, olah raga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara
teraut.
Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara
memberikan obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik seperti HCT,
Higroton, Lasix. Beta bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti
phentolamin, prozazine, nitroprusside captapril. Simphatolitic
seperti hidralazine, diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine
(adalat).
Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip menurut
FKUI (1990) yaitu pengobatan hipertensi sekunder harus lebih
mendahulukan pengobatan kausal, pengobatan hipertensi esensial
ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan
memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi, upaya
menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti
hipertensi, pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang
bahkan mungkin seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan
standard triple therapy (STT) menjadi dasar pengobatan hipertensi.
Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka
morbiditas sehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi
yang memenuhi harapan terus dikembangkan.

12
2.1.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr.
Budhi Setianto (Depkes, 2007)  adalah diantaranya : penyakit
pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient
ischemic attack (TIA). Penyakit jantung seperti gagal jantung,
angina pectoris, infark miocard acut (IMA). Penyakit ginjal seperti
gagal ginjal. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan
retina, oedema pupil.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan
sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan
organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi
(Menurut FKUI (2003:64)
Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap,
kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total, HDL, LDL dan pemeriksaan EKG. sebagai tambahan dapat
dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam
urat, TSH  dan ekordiografi.
Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi
ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan
aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat
menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus
hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi),
urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat
(factor penyebab hipertensi) EKG (pembesaran jantung, gangguan
konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi.

13
2.1.9 Pengkajian  Fokus
Menurut Doenges, (2004:41-42) dan mengemukakan bahwa
pengkajian pasien hipertensi meliputi:
1) Aktifitas & istirahat meliputi kelemahan, keletihan, nafas
pendek, frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
2) Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung
coroner,episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, tekhicardi,
kadang bunyi jantung  terdengar S2 pada dasar, S3 dan S4.
3) Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah
marah ,otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi  meliputi Riwayat penyakit ginjal
5) Makanan /cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang
mengandung tinggi garam, tinggi lemak, dan kolesterol, mual,
muntah, perubahan berat badan, riwayat penggunaan obat
diuritik, adanya edema.
6) Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit
kepala  sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh,
gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis.
7) Nyeri /ketidak nyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada
tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri
dada.
8) Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan
atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat Bantu
pernafasan, bunyi nafas tambahan ,sianosis
9) Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi
postural.
10) Pembalajaran/penyuluhan dengan adanya factor- factor resiko
keluarga yaitu arteriosclerosis, penyakit jantung, DM, penyakit
ginjal.

14
2.1.10 Diagnosa keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload/ vaso konstriksi/ iskemi miokard/ hipertrophi ventrikel
2) Ketidakmampuan melakukan aktifitas berhubungan dengan
kelemahan menyeluruh/ suplai dan kebutuhan oksigen tidak
seimbang
3) Gangguan rasa nyaman sakit kepala berhubungan dengan
kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral
4) Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan
intake makanan berlebihan/ gaya hidup sedentary
5) Koping pasien tidak efektif berhubungan dengan krisis
situasional/ maturitas/ perubahan hidup yang multiple/ kurang
relaksasi/ tidak melakukan olah raga/ nutrisi krisis buruk/
harapan tidak tidak terpenuhi/ beban kerja berlebihan/ persepsi
tidak realistis/ metode koping tidak adekuat.

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga


Terdapat pengertian yang berbeda dalam hal mendefinisikan
tentang keluarga.  UU. No. 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri,
atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Pakar konseling dari yogyakarta, Sayekti (1994)
mendefinisikan keluarga  adalah suatu ikatan/ persekutuan hidup
atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis yang
hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah
sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi
yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Dep.Kes. RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga beserta

15
beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan tinggal dalam satu
tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang
satu sama lainnya saling tergantung dan beriteraksi. Friedman
(1998) mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional
dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga. Effendy (2005), Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal  di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas
maka dapat disimpulkan bahwa  keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial

2.2.2 Struktur Keluarga


Struktur keluarga menurut Effendy (1998:33) terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya: patrilineal, matrilineal, matrilokal,
patrilokal dan keluarga kawinan.
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ayah, s
Matrilineal adalah sama dengan patrilineal hanya hubungan
disusun berdasarkan garis ibu.
Matrilokal merupakan sepasang suami-istri yang tinggal
dengan keluarga sedarah istri merupakan kebalikan dari matrilokal
yang tinggal dengan keluarga sedarah suami. Sedangkan keluarga

16
kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.2.3 Ciri – Ciri Struktur Keluarga


Struktur keluarga mempunyai ciri-ciri khusus, menurut
Effendy (1998:33) yang mengutip dari Anderson Carter, ciri-ciri
struktur keluarga adalah: terorganisasi dimana antar anggota
keluarga saling ketergantungan antara anggota keluarga. Kedua, ada
keterbatasan yaitu setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing. Kektiga. Ada perbedaan dan kekhususan
yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing-masing.

2.2.4 Tipe - Tipe Keluarga :


Menurut Suprajitno, SKp (2004:2), tipe keluarga dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu : 1. kelompok tradisional, 2. Kelompok
non tradisional.  Kelompok tradisional dibagi menjadi 2 yaitu :
Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
diadopsi atau keduanya. dan keluarga besar (Extendeed
Family) yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Sedangkan kelompok kedua (Non Traditional) yaitu
kelompok tradisional dengan perkembangannya ditambah dengan
kelompok lain yaitu: keluarga bentukan kembali(Dyadic
Family) yaitu keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah
bercerai atau kehilangan pasangannya, orang tua tunggal (Single
Parent Family) yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua
dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal pasangannya,

17
ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (The unmarried
teenage mother), orang dewasa laki-laki atau perempuan yang
tinggal sendiri tanpa pernah menikah (The single adult living alone),
keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The non
marital heterosecual cohabiting family) dan keluarga yang dibentuk
oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).
Terdapat perbedaan dengan teori lain seperti yang
disampaikan oleh Effendy (1998:33) yang membagi tipe keluarga
menjadi 6 tipe/ bentuk keluarga, yaitu: Keluarga inti (Nuclear
family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
Berbeda dengan keluarga berantai (Serial family) yaitu
keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan satu keluarga inti. Keluarga
duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian, jika suami meninggal maka yang ada
adalah keluarga janda dan bila istri meninggal maka yang terbentuk
adalah keluarga duda, bila bentuk keluarga yang terjadi kerena
perceraian maka akan terbentuk dua keluarga yaitu keluarga duda
dan keluarga janda. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu
keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama, poligami yaitu satu orang pria dengan lebih dari satu istri
dan masih hidup bersama. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua
orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu
keluarga.

2.2.5 Tahap dan tugas perkembangan keluarga            .


Menurut Duvall (1989), tahap perkembangan keluarga dibagi
dalam 8 tahap perkembangan yaitu: keluarga baru menikah, keluarga

18
dengan anak baru lahir (usia anak tertua sampai 30 tahun), keluarga
dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2 ½ tahun -5 tahun),
keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6-12 tahun),
keluarga mulai melepaskan anak sebagia dewasa (anak-anaknya
mulai meninggalkan rumah), keluarga yang hanya terdiri dari orang
tua saja/ keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan
rumah), keluarga lansia.
Tahap perkembangan keluarga baru menikah, dimulai dari
pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk rumah
tangga.keluarga mempunyai tugas perkembangan yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan pasangannya, membina hubungan
dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial.
Tahap perkembangan yang kedua, keluarga keluarga dengan
anak baru lahir. Yaitu ditandai dengan kelahiran anak pertama
sampai dengan 30 bulan. Tugas perkembangan keluarga ini adalah
mempersiapkan menjadi orang tua, adaptasi dengan perubahan
adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan
kegiatan, mempertahankan hubungan dalam rangka  memuaskan
pasangannya.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan
anak usia pra sekolah, mempunyai tugas perkembangan memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi, beradaptasi
dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
yang lebih tua juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan
yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga, pembagian waktu
untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab
anggota keluarga, merencanakan kegiatan dan waktu untuk
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
T ahap perkembangan yang keempat adalah keluarga dengan
anak usia sekolah. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah

19
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas ( yang tidak diperoleh dari sekolah atau
masyarakat ), tugas yang lain adalah mempunyai keintiman
pasangan, memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan
anak remaja. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab
mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi, mempertahankan hubungan intim dalam
keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
(anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
anggota keluarga.
Tahap perkembangan yang keenam adalah keluarga mulai
melepaskan anak sebagai dewasa. Tugas dalam tahap ini adalah
memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan
keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu
anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat, penataan
kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan
usia pertengahan. Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan
mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan,
mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan
anak-anaknya dan sebaya, meningkatkan keakraban pasangan.
Tahap perkembangan yang terakhir atau yang kedelapan
adalah keluarga usia tua. Tugas pada perkembangan ini adalah
mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangan, adaptasi dengan perubahan yang akan
terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan
keluarga, mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat

20
dan melak life review masa lalu.

2.2.6 Pemegang kekuasaan dalam keluarga


Pemegang kekuasaan dalam tiap keluarga berbeda dalam
mengatur kehidupan dalam keluarga. Effendy (1998:34) membagi
pemegang kekuasaan dalam rumah tangga atau keluarga dengan tiga
jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada
keluarga matriakal pihak ibu lebih dominan dan sebagai pemegang
kekuasaan. Dan yang ketiga adalah equalitarian yaitu keluarga yang
dalam keluarga ayah dan ibu sama-sama memegang kekuasaan.

2.2.7 Peran Keluarga


Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Effendy (1998: 34) membagi
peranan keluarga dalam tiga peranan yaitu peranan ayah, peranan
ibu dan juga peranan anak. Peranan ayah adalah sebagai suami dari
istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungan.
Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-
anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga,
Apabila dalam keluarga sudah mempunyai anak, maka selain ada
peranan ayah, peranan ibu, juga ada peranan anak.
Sedangkan  Peranan anak adalah melaksanakan peranan

21
psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik,
mental, sosial dan spriritual.
2.2.8 Fungsi keluarga
Friedman ( 1998:13 ) mengidentifikasikan lima fungsi dasar
keluarga, yaitu: Fungsi afektif. Fungsi afektif berhubungan erat
dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan
keluarga. Fungsi afektif  berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap
anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah; saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan,
saling menrima, saling mendukung, saling menghargai, dan ikatan
antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi
dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
Dari aspek fungsi afektif dapat disimpulkan bahwa fungsi
afek merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga
timbul karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi.
Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan
dan perubahan yang dilalui  individu, yang menghasilkan interaksi
social dan belajar berperan dalam lingkungan social (Friedman,
1998:13). Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi.
Fungsi Reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Dengan adanya program keluarga berencana maka fugsi ini sedikit
terkontrol.
Fungsi Ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi
keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga,

22
seperti kebutuhan akan makan, pakaian, dan tempat untuk
berlindung (rumah).
Fungsi Perawatan Kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk
melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
kesehatan mempengaruhai status kesehatan keluarga. Keluarga yang
dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga.
Berdasarkan fungsi perawatan keluarga inilah yang
kemudian dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang
kesehatan. Adapun tugas kesehatan keluarga (Friedman,
1998)  adalah; mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan
tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota
keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat dan mempertahankan hubungan dengan
(menggunakan ) fasilitas kesehatan masyarakat.
Fungsi keluarga menurut ahli yang lain yaitu Effendy
(1998:35), membagi fungsi keluarga menjadi fungsi biologis, fungsi
psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan fungsi pendidikan.
Fungsi biologis keluarga adalah untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak. Memenuhi kebutuhan gizi
keluarga dan memelihara serta merawat anggota keluarga juga
merupakan fungsi biologis yang dapat dijalankan keluarga (Effendy,
1998:35).
Fungsi psikologis yang dapat dijalankan keluarga adalah
memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di
antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga serta memberikan identitas keluarga. Adapun
fungsi sosialisasi keluarga yaitu membina sosial pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

23
perkembangan anak dan yang krusial adalah menaruh nilai-nilai
budaya keluarga (Effendy, 1998:35).
Keluarga juga mempunyai fungsi ekonomi yaitu mencari
sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dan pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga tidak hanya sesaat, tetapi
terus berlanjut sehingga keluarga perlu dapat mengatur ekonomi
keluarga sehingga dapat menunjang kehidupan baik sekarang
maupun yang akan datang. Untuk mempersiapkan kebutuhan yang
akan datang, keluarga dapat menabung yang  berguna untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya (Effendy, 1998:35).

2.2.9 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Suprajitno (2004:16) membagi 5 tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau masalah
perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, setelah mengenal
keluarga diharapkan mampu mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan yang tepat. keluarga juga bertugas memberi keperawatan
kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya karena cacat atau usia yang terlalu muda.
Dalam hal lingkungan untuk menjamin kesehatan, keluarga
diharapkan dapat memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi
dampak dari lingkungan yang tidak sehat baik didalam maupun
diluar rumah.  Suprajitno (2004:18) menambahkan keluarga
memannfaatkan  dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan dalam
menjamin kondisi yang sehata didalam keluarga.

2.3 Proses Keperawatan Keluarga


Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan

24
keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam
kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah (Yora &
Walsh, 1979 dikutip oleh Friedman, 1998:54).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan
kesehatan keluarga dipusatkan pada keluarga dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga dalam status kesehatan keluarga.
Proses keperawatan keluarga terdapat beberapa langkah yang
disusun secara sistematis  untuk menggambarkan perkembangan dari tahap
ke tahap. Menurut Friedman (1998: 55) membagi proses keperawatan
kedalam lima tahap yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga,
identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan,
rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan
evaluasi perawatan.
Effendi (1998:45) menambahkan, dalam melakukan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga dengan melalui membina hubungan
kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak
dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk
membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga,
menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan
kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah
dengan keluarga.

2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat
dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan
menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas
dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi
pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan
menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan

25
dianalisa (Friendman, 1998: 56)

2.3.2 Diagnosa keperawatan


Doenges (1999) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah
cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan
pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.
Carpenito (1998:5) mendefinisikan diagnosa keperawatan
sebagai berikut: “Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi potensial dan aktual dari individu atau kelompok dimana
perawat dapat secara legal mengidentifikasi dan untuk itu pula
perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitif untuk
mempertahankan status kesehatan atau untuk mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah”.

2.3.3 Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan
tujuan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi
dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab
(Suprajitno, 2004:49).

2.3.4 Implementasi
Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien
(individu atau keluarga), perawat dan anggota tim perawatan
kesehatan yang lain, keluarga luas dan orang-orang lain dalam
jaringan kerja sosial keluarga (Friedman, 1998:67). Hal senada juga
diutarakan Suprajitno (2004). Implementasi terhadap keluarga
dengan masalah hipertensi didasarkan kepada rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun.

26
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif (Suprijatno, 2004:57) yaitu dengan
SOAP, dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan
yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan, O adalah keadaan obyektif yang dapat
diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan. A adalah
merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon keluarga
secara subjektif dan objektif, P adalah perencanaan selanjutnya
setelah perawat melakukan tindakan.

2.4 Konsep Jus Mentimun

2.4.1 Pengertian Mentimun


Mentimun adalah sayuran yang banyak mengandung
vitamin K, C dan A, serta kalium dan kalsium. Jika biasa dijadikan
lalapan, mentimun ternyata bisa menjadi minuman yang segar untuk
melepas dahaga. Salah satunya dibuat menjadi jus. Mentimun
memiliki efek yang sama seperti obat hipertensi ACE inhibitor,
untuk menghambat protein angiotensin I dalam darah. Bila protein
ini tidak dihambat, maka protein ini dapat berubah menjadi
angiotensin II yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah (vasokonstriksi). Akibatnya, tekanan darah meningkat.
Satu porsi 50 gram timun mengandung 80 gram kalium, yang
baik untuk menurunkan darah. Dalam tubuh, kalium bekerja
melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun.
Timun juga diperkaya oleh antioksidan penting yang membantu
memerangi radikal bebas dan stres oksidatif dalam tubuh. Kedua hal

27
ini dapat menyebabkan berbagai gangguan pada tubuh manusia,
seperti hipertensi, gangguan jantung, stroke dan kanker.
Walaupun tubuh kita sebenarnya sudah memiliki sistem imun
yang berfungsi untuk melawan radikal bebas, namun tubuh kita
masih tetap memerlukan asupan antioksidan yang berasal dari
makanan untuk mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas. Inilah
satu lagi manfaat timun untuk mengendalikan tekanan darah tinggi.

2.4.2 Manfaat jus mentimun


Mentimun sendiri sudah lama dikenal orang banyak sebagai
lalapan ataupun disebagaian daerah di Indonesia telah
memanfaatkan mentimun menjadi jus. Mentimun sendiri beberapa
tahun terakhir diyakini dapat menurunkan tekanan darah ataupun
dapat menstabilkan tekananan darah di level yang normal. Manfaat
mentimun ini dirasa sangat besar karena mentimun mengandung
mineral berupa potassium, magnesium dan pospor yang bersifat
meningkatkan pembuangan urin dengan kandungan air yang tinggi
sehingga mampu menurunkan tekanan darah. Pottasium banyak
terkandung dalam buah dan sayuran dan sangat baik dikonsumsi
bagi orang yang memiliki darah tinggi. Penelitian yang pernah
dilakukan di Jawa Timur dengan sampel masyarakat berusia 40-50
tahun yang memiliki tekanan darah tinggi menunjukkan jus
mentimun sebanyak 250 cc yang diminum selama 3 hari rata-rata
sampelnya menunjukkan penurunan tekanan darah .

2.4.3 Pengaruh jus mentimun pada penderita Hipertensi


Secara empiris ada efek bermakna dari pemeberian justimun
pada penurunan tekanan darah, hal ini dimungkinkan karena
mentimun mengandung potasium ( kalium), magnesium dan fosfor,
dimana mineral- mineral tersebut efektif mampu mengobati
hiperensi. (Dewi & Famila 2010 dikutip oleh Kusnul, 2014).

28
Penelitian kalium banyak diteliti dalam kaitannya dengan regulasi
tekanan darah Solakin 2011 dikutip dalam Kusnul, 2014 menyatakan
beberapa mekanisme bagaiman kalium dapat bagaimana kalium
dapat menurunkan tekanan darah sebagai berikut : kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan menimbulkan efek vasodilatasi
shingga menyebabkan penurunan retensi perifer total dan
meningkatkan output jantung. Konsumsi kalium yang banyak
akan meningkatkan konsentrasinya didalam cairan intraseluler
sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan
menurunkan tekanan darah (Amran 2010).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lovindi putri lebado & Tutik mulyati bahwa tekan darah sistolik
sesudah dilakukan pemberian terapi jus mentimun pada kelompok
intervensi ada perbedaan tekanan darah dengan kelompok rata-rata
113,3 dan kelompok kontrol 123,75 dan juga hasil penelitian
tekanan darah diastolik sesudah dilakukan pemberian terapi jus
mentimun pada kelompok intervensi ada perbedaan tekanan darah
dengan rata-rata 83, 13 dan kelompok kontrol 84,38.

2.4.4 Pengaruh obat non farmakologis bagi tubuh


Salah satu upaya yang dapat dilakukan pasien beserta
keluarga adalah dengan melakukan upaya serta penanganan non
farmakologi seperti pemberian jus mentimun. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Zauhan & Zainal, pemberian jus timun kepada
20 lansia penderita hipertensi terbukti dapat terbukti dapat
menurunkan teekanan darah lansia hingga 4,4mmHg (sistolik) dan
2,5 mmHg (diastolik), hal tersebut didukung pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ryan Adrian 2006 menyebutkan bahwa
pemberian 200cc timun dapat menurunkan tekanan darah hingga
8mmHg.
Manfaat baik yang dapat dihasilkan dari konsummsi jus

29
mentimun secara rutin dapat mendukung kontrol tekanan darah
penderita hipertensi. Penurunan tekanan darah terjadi karena
mentimun mempunyai kandungan kalium menyebabkan
penghambatan pada Renin Angiostin system juga menyebabkan
terjadinya penurunan sekresi aldosteron, sehingga terjadi penurunan
reabsorbsi natrium dan air ditubulus ginjal. Akibat dari mekanisme
tersebut, maka terjadi peniningkatan diuresis yang menyebabkan
berkurangnya volume darah, sehingga tekanan darahpun menjadi
turun. Selain itu kalium juga akan menyebabkan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer, akibatnya terjadi penurunan
retensi perifer, dan tekanan darah juga menjadi turun. Hal tersebut
terjadi karena kandungan didalam mentimun yaitu potasium,
magnesium, dan fosfor mentimun yang berkhasiat menurunkan
tekanan darah tinggi. Mentimun juga bermanfaat sebagai
detoksifikasi karena karena kandungan air sangat tinggi hingga 90%
membuat mentimun memiliki efek deuritik. Mineral yang kaya
dalam mentimun memang mampu mengikat garam dan dikeluarkan
melalui urin. (Kholis 2011).

2.4.5 SOP pemberian jus mentimun


Resep : Jus Timun
Bahan :
• Timun 2-3 buah
• Air 150 ml
• gelas
• Blender/atau alat parut
Cara :
• Timun di cuci,lalu di kupas kulitnya sampai bersih.
• Blende//parut timun sampai halus
• Lalu tambahkan air secukupnya
Minum 3 x dalam seminggu 2 jam setelah makan pagi

30
Hal ini sesuai dengan penilitian yang dilakukan bahwa Jus
mentimun dengan dosis 150 ml selama 7 hari dapat menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 12% (P=0,000)
dan 10,4% (P=0,000), dibandingkan pada kelompok kontrol ada
penurunan tekanan darah sistolik sebesar 2% (P=0,077)
peningkatan tekanan darah diastolik 1,1% (P=0,419)

31
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Struktur Keluarga

1. Nama KK : Tn.S
2. Alamat : 65 Tahun
3. Pekerjaan KK : Swasta
4. Pendidikan KK : SD
5. Komposisi keluarga :
Hubung Status
L/ Pendidik
No Nama an dgn Umur Perka Pekerjaan Ket
P an
Kel winan
1. Tn.S Suami 65 th L Kawin SD Petani -
-
2. Ny. A Istri 62 th P Kawin SD Petani

3.2 Genogram

Ny A 62 th

Keterangan

= laki-laki = garis keturunan

= perempuan = menikah

= meninggal = klien

32
3.2.1 Tipe Keluarga

Tipe keluarga Tn.S adalah dyad family, karena hanya


ditinggali oleh suami dan istrinya saja.

3.2.2 Suku Bangsa

Keluarga Tn.S berasal dari suku Jawa dan merupakan


penduduk asli di wilayah kelurahan Megawon Kecamatan Jati
Kudus. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa. Dalam keluarga
tidak ada pantangan apapun dalam masalah kesehatan.Di dalam
keluarga tidak ada anggota keluarga alergi terhadap jenis makanan
tertentu, kecuali Ny A menghindari daging kambing karena tekanan
darahnya tinggi.Meskipun begitukeluarga belum mengurangi jenis
makanan yang mengandung garam karena keluarga tidak tahu
bagaimana menangani orang yang mengalami hipertensi. Di
keluarga Tn.S tidak ada adat istiadat yang berpengaruh negatif
terhadap masalah kesehatan di dalam keluarganya.

3.2.3 Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam, keluarga
melakukan sholat 5 waktu dan terkadang sholat berjama’ah di
mushola. Tn. S mengatakan bahwa penyakit yang diderita Ny A
karena umur yang sudah tua dan Tn. S juga berdo’a untuk
kesembuhan penyakit istrinya.

3.2.4 Status sosial ekonomi keluarga


Di keluarga Tn S yang mencari nafkah keluarga adalah Tn S
dibantu oleh Ny A yang bekerja sebagai petani. Penghasilan
didapatkan sewaktu panen saja. Keluarga mengatakan tidak
mempunyai tabungan, dan keluarga mengatakan jaminan untuk
kesehatan keluarga Tn.S menggunakan asuransi Jamkesmas.

33
3.2.5 Aktifitas Rekreasi keluarga
Tn S mengatakan mengisi waktu luang di dalam keluarga
dengan bersih- bersih dan berjalan- jalan di dekat rumah. Untuk
rekreasi di luar rumah atau ke tempat liburan tidak pernah karena
keterbatasan biaya.

3.3 Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

3.3.1 Tahap perkembangan keluarga saat ini


Keluarga Tn S mempunyai 3 orang anak yang sudah
menikah, dan sudah mempunyai rumah sendiri-sendiri. Tn S dan Ny
A mempertahankan komunikasi terbuka dengan anak cucunya ketika
ada yang datang berkunjung Tn.S mengatakan sangat senang karena
anak-anaknya telah bekerja dan telah menikah.

3.3.2 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tidak ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga Tn.S Sedangkan tugas keluarga yang belum optimal
dicapai sampai saat ini adalah merawat kesehatan keluarga, dimana
Ny A menderita hipertensi yang memerlukan perawatan dan
perhatian khusus.

3.3.3 Riwayat keluarga inti


Di dalam keluarga Tn.S, Ny A menderita hipertensi sejak 6
tahun lalu dimana kadang mengalami pusing, berputar, kuduk terasa
cengeng/kaku kuduk, otot dan sendi paha terasa pekal-pegal/nyeri,
serta badan lemas. Untuk kebutuhan sehari-hari Ny A memenuhi
aktivitas sehari-hari dengan mandiri, kadang- kadang memerlukan
bantuan keponakan/anak untuk berobat saat tensinya tinggi. Pada
saat pemeriksaan yang dilakukan ditemukan data TD : 170/100

34
mmHg.

3.3.4 Riwayat keluarga sebelumnya


Kurang lebih 6 tahun yang lalu Ny S menderita hipertensi,
diantara saudara-saudaranya ada yang menderita penyakit serupa,
yaitu kakak dan adik Ny A sampai terjadi stroke.

3.4 Pengkajian Lingkungan

3.4.1 Karakteristik Rumah


Menurut Tn.S luas rumahnya +10 x 10 m2, tipe rumah kayu
dengan lantai tanah dan dinding papan kayu. Rumah adalah milik
Tn.S sendiri yang terdiri dari : 1 ruang tamu sekaligus ruang
keluarga, 2 kamar tidur berdekatan dengan ruang dapur, 1 kamar
mandi. Keadaan rumah tidak tertata rapi dan bersih,ventilasi kurang,
perabotan agak kotor. Sumber air yang digunakan adalah air sumur.
Tn. S mengatakan membersihkan rumah seminggu 2x. Pembuangan
sampah di buang di dekat sungai seperti kebiasaan tetangga-
tetangganya. Keluarga memiliki sendiri jamban sendiri.

U
10 cm2

B T

4 cm

3.4.2 Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Keluarga Tn S tinggal di RW.02/RT. 04, di sisi kanan rumah
Tn.S yaitu rumah anaknya dan sisi kiri adalah rumah tetangganya,

35
didepan rumah ada tanah kosong dan jalan. Kehidupan bertetangga
terlihat rukun dan harmonis.
3.4.3 Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn.S asli Megawon, dari dulu pekerjaan keluarga
Tn. S adalah petani. Keluarga Tn.S tidak pernah merantau atau
meninggalkan daerah Megawon.

3.4.4 Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat


Keluarga Tn S berkumpul pada saat lebaran . Tn. S dan Ny A
terkadang mengikuti kegiatan di masyarakat seperti pengajian atau
perkumpulan RT.

3.4.5 Sistem pendukung keluarga


Dirumah keluarga Tn.S hanya terdapat 2 orang yaitu Ny. A
sebagai istri dan Tn.S sebagai suami.Tn. S memiliki jamkesmas
sebagai penunjang kesehatannya.

3.5 Struktur Keluarga

3.5.1 Pola Komunikasi Keluarga


Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terbuka,
setiap anggota keluarga bebas menyampaikan keluhan atau
tanggapan .Hal ini dapat terlihat saat perawat berkunjung.
Komunikasi yang digunakan dalam keluarga adalah komunikasi dua
arah.

3.5.2 Struktur Kekuatan Keluarga


Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah musyawarah
akan tetapi keputusan terakhir tetap ada pada Tn. S.

3.5.3 Struktur Peran

36
Tn S sebagai kepala keluarga, yang usianya 65 tahun (lansia)
bekerja sebagai petani, mencari nafkah untuk keluarga dan dibantu
oleh istrinya Ny. A sebagai istri Tn S yang usianya 62 tahun, sebagai
ibu rumah tangga dan juga membantu bekerja di sawah.

3.5.4 Nilai, Norma dan Budaya Keluarga


Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya Jawa dimana
Tn.S bertindak sebagai kepala keluarga, keluarga menjalankan
kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu sholat 5 waktu. Dalam
keluarga saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Di
keluarga Tn.S tidak ada norma atau nilai tertentu yang
mempengaruhi kesehatan anggota keluarganya. Jika ada anggota
keluarga yang sakit, keluarga membawa ke Pelayanan Kesehatan.

3.6 Fungsi Keluarga

3.6.1 Fungsi Afektif


Interaksi dan hubungan yang tercipta dalam keluarga ini
tampak berkembang dengan baik, saling mengasuh, saling
menghargai dan menghormati posisi masing-masing. Terhadap
masalah kesehatan yang dihadapi lebih dipandang sebagai tugas dan
kewajibannya keluarga yang harus dilaksanakan.

3.6.2 Fungsi sosial


Keluarga mengajarkan lewat perilaku sesuai dengan ajaran
agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan
lingkungannya.

3.6.3 Fungsi perawatan kesehatan


1) Mengenai Masalah
Saat dikaji Tn. S dan Ny A mengatakan belum

37
mengetahui apa yang dimaksud dengan tekanan darah tinggi,
tanda dan gejala serta penyebabnya.

2) Mengambil Keputusan
Keluarga mengatakan jarang berobat pada pelayanan
kesehatan, bila sakit keluarga membeli obat diwarung.
3) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Ny.A mengatakan tidak tahu bagaimana cara perawatan
terhadap orang yang terkena hipertensi sehingga dia tidak bisa
membedakan dengan anggota keluarga yang lain dalam hal
memasak. Kadang keluarga memasak sedang-sedang saja dan
kadang masih menggunakan garam terlalu banyak dan bumbu
penyedap
4) Memelihara/Memodifikasi Lingkungan
Tn.S mengatakan sinar matahari tidak bisa masuk ke
dalam kamar karena tidak ada jendela di kamarnya. Keluarga
mengatakan kurang mampu memodifikasi lingkungan.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Bila sakit, keluarga pergi ke puskesmas untuk berobat.

3.6.4 Fungsi Reproduksi


Ny. A sudah berusia 62 tahun mengatakan saat ini sudah
tidak menggunakan alat KB karena Ny. A sudah menopause.

3.6.5 Fungsi Ekonomi


Menurut pengakuan keluarga penghasilan yang didapatkan
keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.

3.7 Stres dan Koping Keluarga

3.7.1 Stressor Jangka Pendek

38
Keluarga tidak merasakan adanya stressor yang berarti
kecuali kondisi kesehatan Ny A yang menderita hipertensi yang
kadang memerlukan bantuan perawatan sehari-hari. Ny A jika
berjalan tidak gesit dan tampak sempoyongan seperti mau jatuh

3.7.2 Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor


Keluarga terlihat sudah beradaptasi atas stessor yang
dihadapi dan merasa sebagai suatu bagian dari kehidupan yang harus
dijalani.Dan keluarga berusaha merawat Ny A yang sakit hipertensi.

3.7.3 Strategi Koping yang Digunakan


Jika ada masalah dalam keluarga lebih suka
didiskusikan/dimusawarahkan bersama .Keluarga berharap bisa
diberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kesehatan. Baik itu masalah kesehatan Ny A yang menderita
hipertensi ataupun masalah kesehatan yang lain

3.8 Pemeriksaan Fisik

Keadaan
Compos mentis Compos mentis
umum
TTV TD : 120/80 mmHg TD : 170/100 mmHg
N : 80 x/menit N : 84 x/menit
S : 36,2 °C S : 36,4 °C
R : 24 x/menit R : 24 x/menit
BB : 54 kg BB : 44 kg
TB : 156cm
TB : 145 cm

Kepala Rambut putih dan kulit Mesochepal, rambut pendek ,agak


kepala bersih dan tidak putih, kulit kepala bersih dan tidak
berketombe. berketombe.
Sklera tidak ikterik, Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak

39
Mata konjungtiva tidak anemis, anemis
fungsi penglihatan agak
berkurang.
Hidung Hidung tampak bersih, Hidung tampak bersih, tidak ada
tidak ada sekret, tidak sekret, tidak terjadi krepitas,
terjadi krepitas, fungsi fungsi pembauan baik
pembauan baik

Telinga Pendengaran baik, Pendengaran baik, sekret tidak


tidak ada sekret ada
Mulut Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir lembab, sianosis
sianosis tidak ada, tidak tidak ada, tidak ada stomatitis
ada stomatitis
Gigi Terdapat karang gigi, Terdapat karang gigi, ada
ada berlubang. berlubang

3.8.1 Analisa Data


Tgl 1 Mei 2022
NO Data Fokus Masalah Keperawatan
1 DS: Gangguan perfusi jaringan
Keluarga mengatakan Ny A serebral pada Ny A dikeluarga
kepalanya sering terasa pusing Tn. S berhubungan dengan
dan lehernya pegel/kaku. ketidakmampuan keluarga
Klien mengatakan Ny A belum mengenal masalah kesehatan
pernah mengalami stroke.
Keluarga tidak mengetahui apa
yang dimaksud hipertensi, tanda
gejala, dan penyebab hipertensi.
Keluarga tidak mengetahui cara
menurunkan tekanan darah dan

40
merawat Ny A yang menderita
hipertensi serta bagaimana
lingkungan yang baik terhadap
penderita hipertensi.
Keluarga mengatakan tidak
mengetahui harus dibawa
kemana bila ada anggota
keluarga yang sakit.
DO:
Bila berjalan tidak gesit dan
sempoyongan
TD: 170/100 mmHg
N: 84 x/mnt
2 DS: Resiko terjadinya cidera pada
Keluarga mengatakan Ny A Ny A dikeluarga Tn. S
belum pernah jatuh dan bila berhubungan dengan
berjalan tidak gesit dan tampak ketidakmampuan keluarga
sempoyongan serta ingin jatuh mengenal masalah kesehatan
DO:
Ny A bila berjalan tidak bisa
gesit

3.8.2 Diagnosa Keperawatan


1) Gangguan perfusi jaringan serebral pada Ny A dikeluarga Tn. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan.
2) Resiko terjadinya cidera pada Ny A dikeluarga Tn. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan.

3.8.3 Skoring Masalah

41
1) Gangguan perfusi jaringan serebral pada Ny A dikeluarga Tn. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan.

Kriteria Skor Total Pembenaran


1. Sifat Masalah : tidak sehat 3/3X1 1 Ny A saat ini menderita Hipertensi
dengan tekanan darah 170/100
mmHg
2. Kemungkinan Masalah 1/2X2 1 Yang bisa dilakukan untuk
dapat diubah : hanya mengatasi masalah hipertensi pada
sebagian Ny A yaitu dengan
mempertahankan agar tekanan
darahnya terkontrol yang bisa
dilakukan dengan perawatan yang
benar. Sementara saat ini Ny A
sudah pernah berobat dan belum
mengetahui cara perawatan
Hipertensi.
3. Potensial Masalah 2/3X1 2/3 Potensial masalah dapat dicegah
dapat dicegah : cukup. cukup, karena saat ini Ny A sudah
pernah berobat dan dalam hal
makan masih asin
4. Menonjolnya Masalah : 2/2X1 1 Keluarga menyadari perlunya
masalah dirasakan dan perawatan Hipertensi karena
harus segera ditangani keluarga beranggapan bahwa
kesehatan itu sangatlah penting.
Jumlah 3 2/3

2) Resiko terjadinya cidera pada Ny R dikeluarga Tn. S


berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan
Kriteria Skor Total Pembenaran
1. Sifat Masalah : 2/3X1 2/3 Ny A beresiko mengalami injury,

42
Ancaman kesehatan keluarga tidak menyadari masalah
kesehatan yang ada pada Ny A
dapat menyebabkan injury.
2. Kemungkinan Masalah 2/2X2 2 Keluarga antusias sekali untuk
dapat diubah : mengetahui tentang cara
Mudah pencegahan terjadinya injury pada
Ny A dan perawat mampu untuk
memberikan pendidikan kesehatan
tentang cara pencegahan terjadinya
injury.
3. Kemungkinan Masalah 3/3X1 1 Keluarga ingin mengetahui tentang
dapat dicegah : cara pencegahan terjadinya injury.
Tinggi
4. Menonjolnya Masalah : 0X2 0 Keluarga menganggap tidak ada
Masalah tidak dirasakan masalah injury, karena masalah
yang dirasakan Ny A dianggap
biasa terjadi pada lansia.
Jumlah 32/3

3.8.4 Rencana Asuhan Keperawatan Ny A

Kriteria
Tujuan Evaluasi
No Diagnosa Standar Intervensi
Umum Khusus Kriteria
1. Gangguan Setelah 1. Setelah 1x30
perfusi interven
menit
jaringan si
serebral selama pertemuan
pada Ny 3 hari
keluarga
A tidak
dikeluarga terjadi mampu
Tn. S ganggg
mengenal
berhubung uan
an dengan perfusi masalah
ketidakma jaringan
hipertensi,
mpuan serebral
keluarga dengan
mengenal
mampu :
masalah
kesehatan 1.1 Menyebutk Respon Tekanan darah 1.1.1 Berikan
an verbal dikatakan penkes

43
pengertian tinggi bila kepada
hipertensi lebih dari keluarga
160/100 mmhg tentang
pengertian
hipertensi
dengan
lembar
balik atau
leaflet
1.1.2 Beri
kesempatan
keluarga
bertanya
1.1.3 Tanyakan
kembali hal
yang telah
dijelaskan
1.1.4 Beri
reinforceme
nt positif
atas
jawaban
yang benar

1.2 Menyebutk Respon Jenis-jenis 1.2.1 Berikan


an jenis- verbal hipertensi penkeskepa
jenis berdasarkan da keluarga
hipertensi diastol : tentang
Ringan : bila jenis
diastol 90-110 hipertensi
mmhg dengan
Sedang : bila lembar
diastol 110- balik atau
130 mmhg leaflet
Berat : bila 1.2.2 Beri
diatol di atas kesempatan
130 mmhg keluarga

44
bertanya.
1.2.3 Tanyakan
kembali hal
yang telah
dijelaskan
1.2.4 Beri
reinforcem
ent positif
atas
jawaban
yang benar

1.3.1 Berikan
1.3 Menyebutk Respon Dari penyebab
penkes
an verbal hipertensi
kepada
penyebab sebagian besar
keluarga
hipertensi tidak diketahui
tentang
penyakit ginjal
penyebab
Penyakit
hipertensi
pembuluh
dengan
darah.
lembar
Keturunan
balik atau
Lingkungan/
leaflet
Stress
1.3.2 Beri
Banyak makan
kesempatan
garam
keluarga
2 dari tanda
bertanya
hipertensi
tentang hal
sakit kepala
yang belum
(terutama
jelas
tengkuk)
1.3.3 Tanyakan
kembali
tentang hal
yang telah
didiskusika
n
1.3.4 Beri
reinforceme
nt positif

45
atas
jawaban
yang benar

1.4.1 Diskusikan
1.4 Menyebutk Respon Jantung dengan
an tanda verbal berdebar-debar keluarga
dan gejala Sukar tidur tentang
hipertensi Nafas Pendek tanda dan
gejala
hipertensi
dengan
lembar
balik atau
leaflet
1.4.2 Beri
kesempatan
keluarga
bertanya
1.4.3 Tanyakan
kembali hal
yang telah
dijelaskan
1.4.4 Beri
reinforcem
ent atas
jawaban
yang benar

1.5.1 Motivasi
1.5 Mengidenti Respon Keluarga Tn S keluarga
fikasi verbal mampu untuk
keluarga mengetahui menyebutk
yang bahwa ny A an tanda
menderita menderita dan gejala
hipertensi Hipertensi hipertensi
yang

46
dialami
anggota
keluarga
1.5.2 Bantu
keluarga
identifikasi
anggota
keluarga
yang
menderita
hipertensi.
1.5.3 Beri
reinforcem
ent atas
hasil
keluarga

2.1.1 Diskusikan
dengan
2. Setelah 1x15 Respon Menyebutkan keluarga
menit Verbal 3 dari 5 akibat tentang
keluarga Hipertensi bila akibat
mampu tidak diatasi : hipertensi
mengambil 1. Penebalan jika tidak
keputusan dinding diatasi
yang tepat pembuluh dengan
untuk darah lembar
merawat 2. Penyakit balik atau
anggota jantung leaflet
keluarga 3. Penyakit 2.1.2 Beri
yang Ginjal kesempatan
menderita 4. Gangguan keluarga
hipertensi penglihatan bertanya
2.1 Menyebutk Respon 5. Stroke 2.1.3 Tanyakan
an akibat Verbal kembali hal
hipertensi yang telah
jika tidak dijelaskan

47
segera 2.1.4 Beri
diatasi reinforceme
nt positif
atas
jawaban
yang benar

2.2.1 Memotivasi
anggota keluarga
Respon
2.2 Mengambil Keluarga dalam mengambil
afektif
keputusan memutuskan keputusan untuk
yang tepat untuk merawat merawat anggota
untuk anggota keluarga yang
merawat keluarga yang menderita
anggota menderita hipertensi
keluarga hipertensi 2.2.2 Beri
dengan reinforceme
hipertensi nt
positif atas
minat
2.2.3 Diskusikan
dengan
keluarga
tentang
cara
pencegaha
n hipertensi
dengan
lembar
balik atau
leaflet
2.2.4 Beri
kesempata
n keluarga
bertanya
2.2.5 Tanyakan
kembali hal

48
yang telah
dijelaskan
2.2.6 Beri
reinforcem
ent atas
jawaban
yang benar

3.1.1 Diskusikan
dengan
keluarga
Respon
3. Setelah 1 x Menyebutkan tentang
verbal
20 menit 4 dari 6 cara
pertemuan pencegahan perawatan
keluarga hipertensi : penderita
mampu 1. Memeriksa hipertensi
merawat tekanan darah dengan
anggota secara teratur lembar
keluarga (sebulan balik atau
dengan sekali) leaflet
hipertensi 2. Menghindari 3.1.2 Beri
dengan kegemukan kesempatan
mampu : (mengurangi keluarga
3.1 Menyebutk makanan bertanya
Respon
an cara- verbal berlemak) 3.1.3 Tanyakan
cara 3. Menghindari kembali hal
Pencegahan merokok yang telah
hipertensi 4. Menghindari dijelaskan
stress 3.1.4 Beri
5. Menyeimban reinforceme
gkan antara nt atas
kerja, istirahat jawaban
dan rekreasi yang benar
6. Olahraga
secara teratur 3.2.1 Diskusikan
dengan
keluarga

49
3.2 Menyebutk Respon Menyebutkan tentang
an cara verbal 4 cara pera modifikasi
perawatan watan lingkungan
penderita penderita yang tepat
hipertensi hipertensi untuk
1. Minum obat penderita
sesuai anjuran hipertensi
2. Mengurangi 3.2.2 Beri
garam dalam kesempata
makanan n keluarga
3. Hidup teratur bertanya
dan tenang 3.2.3 Tanyakan
4. Olahraga kembali
teratur hal yang
telah
dijelaskan
3.2.4 Beri
reinforcem
ent atas
jawaban
yang benar

3.3.1 Demonstras
ikan
dengan
Respon
3.3Mendemonst Cara keluarga
Verbal
ra-sikan pembuatan cara
cara obat tradisio pembuatan
pembuatan nal untuk obat
obat hipertensi : tradisional
tradisional Timun (3 bagi
untuk buah) dicuci, penderita
penderita buang kedua 3.3.2 Beri
hipertensi ujungnya, kesempata
parut, saring n keluarga
dan minum bertanya
airnya 2-3 kali 3.3.3 Beri

50
sehari. kesempatan
keluarga
mendemon
strasikan
kembali
cara
pembuatan
obat
tradisional
3.3.4 Beri
reinforcem
ent atas
jawaban
yang benar

4.1.1 Diskusikan
dengan
keluarga
4.1 Setelah 1 x Respon Menyebutkan tentang
10 menit Verbal modifikasi modifikasi
pertemuan lingkungan lingkungan
keluarga untuk yang tepat
mampu penderita untuk
memodifika hipertensi : penderita
si 1. Menciptakan hipertensi
lingkungan lingkungan 4.1.2 Beri
yang sesuai yang tenang kesempatan
untuk dan teratur keluarga
penderita 2. Bila anggota bertanya
hipertensi keluarga
4.1.3 Tanyakan
dengan sudah
Kembali
mampu: mengalami
hal yang
4.1.Menyeb pandangan
telah
utkan cara kabur
dijelaskan
modifikasi ciptakan
4.1.4 Beri
lingkungan lingkungan
reinforceme
yang sesuai yang aman

51
untuk (tidak licin), nt atas
penderita pencahayaan jawaban
hipertensi cukup, yang benar
pegangan,
rumah dengan
tertata baik
5.1.1 Diskusikan
Tempat dengan
5. Setelah 1 x Respon pemeriksaan keluarga
15 menit Verbal dan tentang
pertemuan, pengobatan tempat-
keluarga hipertensi : tempat
mampu 1 Puskesmas pelayanan
memanfaatk 2 Rumah Sakit kesehatan
an fasilitas 3 Dokter untuk
kesehatan Swasta pemeriksaa
dengan n dan
mampu: pengobatan
5.1 Menyebutk untuk
an penderita
pelayanan hipertensi
kesehatan 5.1.2 Beri
untuk kesempatan
pengobatan keluarga
dan bertanya
5.1.3 Tanyakan
kembali hal
yang telah
dijelaskan
5.1.4 Beri
reinforceme
nt atas
jawaban
yang benar
2. Resiko Setelah 2..Setelah Respon Pengertian 2.1.1 Kaji
verbal
terjadinya dilakuk dilakukan cidera adalah pengetahua
cidera pd an pertemuan 4 x suatu keadaan n keluarga

52
Ny A tindaka 30 menit, dimana tentang
dikeluarga n keluarga : seseorang pengertian,
Tn. S keperaw Dapat berisiko untuk penyebab,
berhubung atan mengenal tejadi serta akibat
an dengan selama injury dengan perlukaan atau dari cidera
ketidakma 3 hari mampu: trauma oleh
mpuan risiko 2.1 Menyebutk karena suatu
keluarga injury an sebab.
mengenal dapat pengertian
masalah dihindar
kesehatan i atau
diminim
alkan
2.2 Mampu Penyebab 2.2.1 Berikan
Respon
menyebutk verbal cidera adalah penkes
an adanya kepada
penyebab kelemahan keluarga
pada anggota tentang
gerak tubuh, pengertian
gangguan dan
dalam sistem penyebab
koordinasi dari cidera
serta adanya dengan
lingkungan menggunak
yang kurang an lembar
mendukung, balik
seperti lantai
licin,
penerangan
yang kurang
pada malam
hari, rumah
yang banyak
memiliki
tangga dan
jalan yang
curam.

53
2.3 Mampu 2.3.1 Berikan
menyebutk Akibat dari penkes
Respon
an akibat verbal cidera adalah: kepada
dari injury -perlukaan keluarga
padaanggota tentang
tubuh yang akibat dari
lain injury dari
-gangguan cidera
kesadaran dengan
-kecacatan menggunak
kematian an lembar
balik

3. Keluarga 3.1.1 Beri


dapat Keluarga kesempatan
Respon
memutuskan menyatakan keluarga
Verbal
tindakan setuju untuk untuk
yang tepat melakukan bertanya
untuk tindakan tentang hal-
mengatasi dalam hal yang
masalah mengatasi belum jelas
cidera masalah cidera 3.1.2 Bimbing
3.1 Keluarga keluarga
mampu untuk
mengambil mengulangi
keputusan apa yang
untuk telah
mengatasi disampaika
masalah n
cidera 3.1.3 Berikan
reinforceme
nt positif
pada
keluarga
atas

54
jawaban
4. Keluarga yang benar
dapat 4.1.1 Berikan
merawat ny Dapat motivasi
Respon
A untuk melakukan kepada
Psikom
mencegah minimal 2 keluarga
o-tor
cidera dari 3 cara untuk
4.1 Keluarga pencegahan mengambil
dapat cidera untuk keputusan
menjelask lansia dirumah untuk
an cara meliputi : mengatasi
mencegah - Mengusaha- masalah
cidera kan agar cidera pada
lantai rumah keluargany
tidak licin a
- Memberi 4.1.2 Beri
kan reinforceme
penerangan nt positif
yang cukup atas
baik keputusan
- Melakukan keluarga
pengaturan untuk
perabotan mengatasi
rumah tangga masalah
secara baik cidera pada
- Menjauh- anggota
kan barang- keluarga
barang yang 4.1.3 Diskusikan
dapat dengan
membahayak keluarga
an lansia tentang
- Memberikan cara
alat bantu mencegah
untuk lansia cidera pada
seperti tongkat usia lanjut
dan lain-lain 4.1.4 Beri
reinforceme

55
nt positif
jawaban
yang benar

5. Keluarga 5.1.1 Diskusikan


dapat dg keluarga
memodifika Keluarga untuk
si Respon mampu melakukan
lingkungan afektif melakukan tindakan
untuk modifikasi memodifika
mencegah lingkungan si
terjadinya untuk lingkungan
cidera pada mencegah yang aman
usia lanjut cidera pada utk
usia lanjut mencegah
dengan cidera pada
melakukan: lansia
- Mengindari 5.1.2 Motivasi
lantai yang keluarga
- licin dalam untuk
rumah melakukan
- Memberi- tindakan
kan modifikasi
penerangan lingkungan
yang baik 5.1.3 Mencegah
pada cidera pada
lingkungan lansia
rumah Berikan
- Menjauh- reinfoceme
kan barang nt positif pd
yang keluarga
berbahaya yang telah
dari melakukan
jangkauan tindakan
lansia modifikasi
lingkungan
dengan

56
benar
3.8.5 Implementasi

Hari/
Tujuan Implementasi
Tgl
Keluarga mampu Senin, 1. Memberi salam S:
mengenal masalah 2 Mei “Assalamu alaikum
untuk merawat ibu A 2022 Wr.Wb.”  Keluarga
dengan masalah 2. Mengingatkan kontak mengatakan

Hipertensi : waktu, tujuan pertemuan hipertensi adalah

3. Mengkaji pengetahuan tensi naik “160/100


 Menyebutkan
keluarga tentang pengertian mmHg”
pengertian,
penyebab, tanda hipertensi  Keluarga
dan gejala 4. Menjelaskan pengertian mengatakan

hipertensi hipertensi. penyebab hipertensi

sertamengidentifi Hipertensi adalah tekanan - Merokok

kasi tanda dan darah yang lebih dari normal - Makanan yang
gejala hipertensi - Sistole : 140 – 160 mmHg banyak
mengandung
- Distole : 80 – 70 mmHg
garam
5. Memotivasi keluarga
untuk mengulang kembali - Makanan banyak

6. Menjelaskan tanda dan lemak

gejala hipertensi : - Stress

a. sakit kepala - Sakit gula

b. rasa berat di tengkuk - Kegemukan

c. mudah emosi / marah


d. sukar tidur  Keluarga
mengatakan tanda
e. sesak nafas
dan gejala hipertensi
f. keletihan
:
g. mata berkunang-kunang
- Sakit kepala
h. jantung berdebar-debar
- Rasa berat
7. Menjelaskan penyebab
ditengkuk
hipertensi
- Mudah

57
a. Keturunan emosi/marah
b. Kegemukan - Sukar tidur
c. Kebiasaan merokok - Sesak nafas
d. Makanan yang banyak - Keletihan
mengandung garam - Keluarga
e. Makanan berkolesterol mengatakan tanda
tinggi gejala hipertensi
f. Stress Ibu R adalah :

g. Sakit gula Sakit kepala, asa


berat
h. Sakit ginjal
ditengkuk, sukar
8. Menjelakan kepada ibu A
tidur dan
bahwa tanda dan gejala
keletihan
yang dialaminya ibu A
O:
menderita hipertensi
 Keluarga
9. Menjelaskan pada keluarga
menyebutkan
bahwa ibu A menderita
pengertian hipertensi
hipertensi
sesuai standar
10. Mendiskusikan cara
perawatan/ pola hidup yang
 Keluarga
menyebutkan
baik pada ibu.A dan anggota
penyebab hipertensi
keluarga dengan cara :
sesuai standar
a. Pembatasan natrium dan
 Keluarga
lemak dalam diet
menyebutkan tanda
b. Pengaturan berat badan
dan gejala sesuai
c. Program latihan
standar
d. Perubahan gaya hidup
 Keluarga
e. Tindak lanjut asuhan
mengidentifikasi
kesehatan dengan interval
tanda dan gejala
teratur
sesuai standar
f. Olahraga secara teratur A
Berhenti merokok dan  Keluarga mampu
mengurangi asupan lemak mengenal masalah

58
jenuh dan kolesterol dala hipertensi
makanan
11. Mejelaskan tentang Intervensi
pentingnya prosedur dilanjutkan pada
pengobatan / obat non Tupen mengambil
farmakologi ( jus mentimun) keputusan untuk
12. Mendemonstrasikan cara merawat anggota
pembuatan ramuan keluarga dengan
penurunan tekanan darah hipertensi
tinggi:
a. Bahan yang digunakan:
3 buah mentimun,
b. Caranya: cuci mentimun
lalu blender atau diparut
lau minum 3 kali dalam
seminggu dan diminum 2
jam setelah makan pagi
Keluarga Selasa Mendiskusikan cara S:
mampu merawat 3 Mei perawatan hipertensi dengan  Keluarga
anggota keluarga 2022 cara perawatan hipertensi : mengatakan
(Ibu.A) dengan a Pembatasan natrium dan cara perawatan
masalah hipertensi : lemak dalam anggota keluarga
 Menyebutkan b diet dengan obat
cara merawat tradisional
c Pengaturan berat badan
hipertensi  Keluarga
 Mendemons- d Program latihan mengatakan salah
trasikan e Perubahan gaya hidup satu bahan
pemberian f Olahraga teratur yang bisa
obat tradisional g Tindak lanjut asuhan digunakan adalah
untuk kesehatan dengan interval “mentimun”
menurunkan teratur  Keluarga
tekanan darah 1. Berhenti merokok dan mengatakan
tinggi pada mengurangi asupan cara perawatan

59
penderita lemak jenuh dan hipertensi:
hipertensi kolesterol dala makanan 1. Pembatasan
2. Mendiiskusikan cara natrium dan
menurunkan tekanan lemak dalam
darah tinggi dengan diet
keluarga dengan obat- 2. Pengaturan
obat tradisional untuk berat badan
mengontrol nyeri 3. Perubahan gaya
3. Menjelaskan tentang hidup
teknik relaksasi nafas 4. Program latihan
dalam untuk mengontrol  Keluarga
nyeri skala nyeri mengatakan diit
4. Mendemonstrasikan cara pada penderita
pembuatan ramuan hipertensi :
penurunan tekanan darah  makanan yang
tinggi: boleh dimakan :
Bahan yang digunakan: nasi, kentang,
3 buah mentimun, tahu, tempe, sayur-
Caranya: cuci mentimun sayuran
lalu blender atau diparut hijau
lau minum 3 kali dalam  Makanan yang
seminggu dan diminum 2 tidak boleh
jam setelah makan pagi  di dimakan :
daging mentega,
5. Memotivasi keluarga
garam
untuk mengulang
dikurangi
kembali tentang
pembuatan jus mentimun O :
 Keluarga
menyebutkan cara
pengobatan
dengan obat
tradisional
 Keluarga

60
mendemonstrasika
n cara pengobatan
dengan obat
tradisional
 Keluarga
menyebutkan
makanan yang
tidak
boleh dikonsumsi
oleh penderita
hipertensi
 Keluarga mampu
mendemonstrasika
n obat tradisional
 Keluarga
menyebutkan
makanan yang
boleh dikonsumsi
oleh penderita
hipertensi
A:
Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga dengan
masalah hipertensi
P:

Intervensi dilanjutkan
pada yaitu
memodivikasi
lingkungan dan
pemanfaatan YanKes
untuk merawat anggota
keluarga dengan

61
hipertensi.

1. Keluarga Rabu, 1. Menjelaskan kepada keluarga S:


1. Keluarga
mampu 4 Mei tentang cara memodifikasi
mengatakanl
memodifikasi 2022 lingkungan bagi penderita
lingkungan yang
lingkungan bagi hipertensi:
baik bagi
Ibu A dengan 2. Syarat lingkungan yang
penderita
masalah hipertensi baik untuk penderita
hipertensi :
2. Keluarga mampu
2. Lingkungan
memanfaatkan
3. Tidak ribut
fasilitas
4. Istirahat cukup
pelayanan
5. Keluarga
kesehatan bagi
mengatakan
Ibu A dengan
bahwa
masalah
fasilitas kesehatan
hipertensi
yang akan
 Menyebutkan dikunjungi adalah
pelayanan bidan karena
kesehatan pelayanan yang
yang dapat diberikan cukup
dimanfaatkan memuaskan dan
 Memberikan obat – obat yang
dukungan diberikan hampir
pada keluarga sama dengan
untuk dokter, tapi kalau
menggunakan bidan menyuruh
yankes
O:
 Memanfaatk Keluarga memilih
an yankes salah satu fasilitas
kesehatan yang
tersedia dengan
alasannya
A:

62
 Keluarga dapat
memodifikasi
lingkungan yang
sesuai dengan
masalah
hipertensi
 Keluarga dapat
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan yang
ada
P:
Intervensi dilanjutkan

63
64
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan diuraikan pembahasan tentang tahap – tahap


asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada ibu. A di kelurahan Megawon.
Hipertensi merupakan masalah global karena prevalensinya yang terus menigkat
sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik,
dan stres psikosisial. Menurut WHO dan the Internasional Society of
Hipertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia
dan 3 juta diantaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap penderita
tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. Di indonesia
masalah hipertensi cederung meningkat.

4.1 Tahap Pengkajian

Pada tahap pengkajian dilakukan sesuai dengan tahap-tahap


pengkajian yang ada pada teori yaitu tahap pengkajian model Friedman
antara lain Data pengenalan keluarga, Riwayat dan tahapan perkembangan
keluarga, Data lingkungan, Struktur keluarga, Fungsi keluarga, Koping
keluarga. Kemudian setelah observasi dan wawancara pada anggota
keluarga bpk. S pada tanggal 1 Mei 2022 pukul 16.00 wib di Kelurahan
Mejobo data yang diperoleh kemudian dianalisa, dirumuskan dan
dilakukan scoring untuk memprioritaskan masalah keperawatan keluarga.
Pada saat pengkajian didapakan riawayat penyakit ibu A bahwa
orangtuanya (Ayah) tidak memiliki penyakit yang sama dengan ibu A yaitu
hipertensi dan ibu A mengatakan pernah dirawat di Rumah sakit beberapa
tahun yang lalu. Pada saat pengkajian ibu A mengeluh sering sakit kepala
dan sakit pada bagian kuduk belakang, setalah di cek tekanan darah ibu A
170/100 mmHg.

64
4.2 Tahap Diagnosa keperawatan

Setelah melakukan pengkajian terhadap ibu A dan keluarga maka


didapatkan dua masalah yaitu Nyeri (tingkat sedang) pada ibu A dengan
hipertensi dan Ketidakefektifan pemliharaan kesehatan. Diagnosa yang
diangkat pada kasus sesuai dengan diagnosa yang ada dalam teori NANDA
namun tidak semua diagnosa yang ada dalam teori di angkat karena
disesuaikan dengan hasil data yang didapat pada saat melakukan pengkajian
pada anggota keluarga.

4.3 Tahap perencanaan

Perencanaan yang dilakukan mengacu pada perencanaaan oleh


NANDA berdasarkan 5 tugas kesehatan keluarga yaitu keluarga mampu
mengenal masalah, keluarga mampu memutuskan, keluarga mampu
merawat, keluarga mampu memodifikasi lingkungan dan keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan. Intervensi yang dilakukan
yang pertama yaitu berikan pendidikan kesehatan mengenai proses penyakit
hipertensi ( pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahanlembar
balik. Yang kedua yaitu beri dukungan atau motivasi kepada keluarga
membuat keputusan yang tepat dalam merawat anggota keluarga (ibu A)
yang menderita hipertensi dengan memberikan harapan pada ibu A dalam
proses pengobatan hipertensi. Yang ketiga yaitu libatkan keluarga dalam
merawat ibu A yang mengalami hipertensi dengan menyiapkan diet/
pengobatan tradisional hipertensi untuk ibu A yang bertujuan untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Kemudian
manajemen lingkungan rumah yang aman dan nyaman bagi ibu A. Lalu
selanjutnya memotivasi keluarga memeriksakan kesehatan secara rutin ke
fasilitas kesehatan yang ada.

4.4 Tahap Implementasi

Implementasi hari pertama yang dilakukan pada ibu A adalah


memberikan pendidikan kesehatan mengenai proses penyakit ( pengertian,

65
penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, cara mengontrol dan
pengobatan). Implementasi kedua yang dilakukan pada keluarga ibu A
yaitu memberi dukungan/ motivasi kepada keluarga dengan membuat
keputusan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
Implementasi yang ketiga yaitu melibatkan keluarga dalam
merawat ibu A dengan memberikan pengobatan tradisioal jus mentimun.
Penatalaksanaan hipertensi seperti kepatuhan diet, memodifikasi lingkungan
dan sebagainya merupakan hal penting yang dapat mengontrol hipertensi
pada pasien. Dalam melaksanakan pengobatan hipertensi ini, dukungan
dan motivasi kepada pasien penting dilakukan oleh keluarga, kerena
kelurga memberikan pengaruh yang penting dalam mempercepat
kesembuhan pasien.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pasien beserta keluarga
adalah dengan melakukan upaya serta penanganan non farmakologi
seperti pemberian jus mentimun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Zauhani & Zainal, pemberian jus timun kepada 20 lansia dengan hipertensi
terbukti dapat menurunkan tekanan darah lansia hingga 4,4 mmHg (sistolik)
dan 2,5 mmHg (diastolik). Hal tersebut didukung pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ryan Adrian (2006) menyebutkan bahwa pemberian
200cc jus timun dapat menurunkan tekanan darah hingga 8 mmHg.
Manfaat baik yang dapat dihasilkan dari konsumsi jus mentimun
secara rutin dapat mendukung kontrol tekanan darah pada hipertensi,
namun hal tersebut dirasa kurang efektif apabila keluarga kurang
memahami cara pembuatan jus mentimun.
Berdasarkan hal tersebut maka Penulis melakukan penyuluhan serta
demonstrasi mengenai manfaat dan cara membuat jus mentimun guna
meningkatkan pengetahuan serta keterampilan keluarga tentang cara
merawat pasien dengan hipertensi sebagai sarana untuk menurunkan
tekanan darah penderita hipertensi tersebut.
Implementasi yang keempat adalah managemen lingkungan rumah

66
yang aman dalam proses perawatan anggota keluarga yang mengalami
hipertensi (ibu A). Implementasi yang terakhiar dilakukan adalah
menganjurkan keluarga memeriksakan kesehatan secara rutin ke fasilitas
kesehatan yang ada. Menurut jurnal penelitian 4 dari 10 lansia mengatakan
mendapat dukungan berupa keluarga memberitahukan informasi tentang
pentingnya memeriksakan tekanan darah pada lania, keluarga menemani
lansia untuk memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan.
Keluarga mengingatkan jadwal pemeriksaan tekanan darah, serta
keluarga memberikan semangat kepada lansia untuk tetap menjaga
kesehatan lansia. Sedangkan 6 lansia lainnya mengatakan keluarga tidak
memberikan informasi pentingnya memeriksa tekanan darah pada lansia,
lansia mengunjungi fasilitas kesehatan tanpa dampingan keluarga
(Wulandhani dkk, 2014)

4.5 Tahap Evaluasi

Pada evaluasi sudah sesuai dengan SOAP (subjektif, objektif,


assesment dan planning). Evaluasi dilakukan setiap hari selama tiga hari.
Evaluasi pada hari pertama didapatkan keluarga tidak mengetahui tentang
hipertensi (penyebab, tanda dan gela, cara pengobatan dan cara mengontrol,
data objektif didapatkan keluarga tampak bingung ketika ditanya mengenai
hipertensi, intervensi yang dilakukan adalah berikan pendidikan kesehatan,
melibatkan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami
hipertensi.
Hari kedua didapatkan data subjektif dari keluarga mengatakan
bersedia diberi penyuluhan tentang hipertensi. Evaluasi pada hari ketiga
didapatkan keluarga mengatakan akan memberikan diet rendah garam dan
mengontol hipertensi dengan membuat jus mentimun. Setelah dilakukan
implementasi penerapan jus mentimun ibu A mengatakan sakit kepalanya
berkurang dan tekanan darahnya berkurang dari 170/ 100 mmHg menjadi
140/90 mmHg. Dimana hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Zauhani & Zainal, pemberian jus timun kepada 20 lansia

67
dengan hipertensi terbukti dapat menurunkan tekanan darah lansia hingga
4,4 mmHg (sistolik) dan 2,5 mmHg (diastolik).
Hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ryan Adrian (2006) menyebutkan bahwa pemberian 200cc jus timun dapat
menurunkan tekanan darah hingga 8 mmHg.
Evaluasi pada hari keempat keluarga mengatan akan memberikan
lingkungan yang nyaman bagi ibu A dan evaluasi yang kelima keluarga
mengatakan bersedia memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan
terdekat.

68
69
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan


mulai dari pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implemntasi
dan evaluasi tentang asuhan keperawatan keluarga ibu A dengan
hipertensi dengan aplikasi jus mentimun di kelurahan Megawon,
Kecamatan Jati 2022.

5.1.1 Pengkajian Keperawatan


Setelah penulis melakukan pengkajian pada keluarga
ibu A data subjektif yaitu keluarga mengatakan tidak
mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat penderita
hipertensi, data objektif keluarga terlihat bingung saat ditanya
tentang hipertensi dan cara merawat penderita hipertensi.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan


Hasil perumusan masalah yang penulis angkat sesuai
dengan pengkajian keperawatan yang telah penulis lakukan yaitu
Nyeri (tingkat sedang) pada ibu A dengan hipertensi dan
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.

5.1.3 Intervensi Keperawatan


Asuhan keperawatan yang diberikan pada ibu A dengan
diagnosis Nyeri (tingkat sedang) pada ibu A dengan hipertensi b/d
ketidakmampuan anggota keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatanuan
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit yaitu: berikan pendidikan kesehatan mengenai

69
proses penyakit hipertensi,berikan dukungan pada keluarga
membuat keputusan yang tepat dalam merawat klien, motivasi
keluarga untuk memberikan harapan pada klien dalam proses
pengobatan hipertensi, libatkan keluarga dalam merawat
klien yang mengalami hipertensi, manajemen lingkungan
yang aman, motivasi keluarga untuk memeriksakan kesehatan
secara teratur.

5.1.4 Implementasi Keperawatan


Asuhan keperawatan yang diberikan pada ibu A yaitu:
memberikan pendidikan kesehatan mengenai proses penyakit
hipertensi, memberikan dukungan pada keluarga membuat
keputusan yang tepat dalam merawat klien, motivasi keluarga
untuk memberikan harapan pada klien dalam proses pengobatan
hipertensi, melibatkan keluarga dalam merawat klien yang
mengalami hipertensi, memanajemen lingkungan yang aman,
memotivasi keluarga untuk memeriksakan kesehatan secara teratur
dan memberikan penerapan intervensi jus mentimun.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan


Hasil evaluasi akhir dengan diagnosis nyeri (tingkat sedang)
pada ibu A dengan hipertensi ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan keluarga. Pada awal pengkajian ibu
A mengatakan tidak mengetahui tentang hipertensi dan cara
merawat penderita hipertensi. Setelah dilakukan impelementasi
selama 4 kali pertemuan yaitu keluarga diberikan pendidikan
kesehatan tentang hipertensi dan cara merawat penderita
hipertensi, sekarang keluarga ibu A mampu memahami tentang
hipertensi dan mampu merawat penderita hipertensi dengan
menjawab pertanyaan dengan baik tanpa dibantu oleh perawat.
Setelah dilakukan penerapan intervensi jus mentimun tekanan darah

70
ibu A mengalami penurunan dari 170/ 100 mmHg menjadi 140/90
mmHg.

5.2 Saran-Saran
1. Untuk Puskesmas
Semoga Laporan Kasus ini dapat dijadikan acuan untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang baik, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas.
2. Untuk Mahasiswa
Semoga Laporan Kasus ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan
meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anggota
keluarga yang mengalami hipertensi
3. Untuk Kampus
Semoga dengan Laporan Kasus ini dapat menambah sumber
referensi untuk membantu dalam proses pembelajaran dan
meningkatkan pengetahuan peserta didik di kampus.

71
DAFTAR PUSTAKA

Anies,2018. Penyakit Degeneratif: MMencegah dan MengatasiPenyakit Degeratif


dengan Perilaku & Gaya Hidup Modern yang Sehat.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media

Arifin. 2021 .Fakor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah di Wilayah


Kerja UPT Puskesmas Petang !kabupaten Bandung Tahun2012.Jurnal FK
UniversitasUdayana Denpasar.

Brunner & Suddart , 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahEdisi


&Volume 2.jakarta:EGC

Cerry,E.2015.Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Tekanan Darah Pada


PenderitaHipertensi Di Desa Tolombukan Kec.Pasan
Kab.Minahasa.Jurnal,Volume 3,nomor 2.

Cerry Elfind Ponggohong, 2015. Pengaruh pemberian jus mentimun terhadap


tekanan darah pada penderita hipertensi di desa tolombukan kec, pasan kab.
Minahasa tenggara.

Dewi,S dan Familia.D.2010. Hidup Bahagia Dengan Hipertensi .Yoyakarta:A-


Plus

Dinas Kesehatan Kota Ngawi ,2018.Profil Kesehatan Kota Ngawi.

Desmita.2012.Pikologi PerkembanganPeserta Didik.PT.Bandung Akhir,Progaram


studi keperawatan Universita Sumatra Utara.

Houtson,N.2011.Hubungan Stress Dengan Kejadian Hipertensi .Laporan Tugas


Pada Penderita

Khusnul,H,2012Pengaruh Pemberian jus Mentimun Terhadap Tekana Darah Pada


Penderita Hipertensi di Desa Monggot KecamatanGeyer Kabupaten Grobogan.

Latief,A.2012. Obat Tradisional .Jakarta:EGC

Lovindy,P. 2014.Pengaruh Pemberian Jus Mentimun (Cucumis sativus L.)


Terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pada Penderita
Hipertensi.Laporan Tugas Akhit. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas diponegoro.

Mulyanti, 2011. Hubungan pola konsumsi natrium dan kalium serta aktivitas fisik
kejadian hipertensi pasien rawat jalan RSUP DR. Wahidin sudiharsono Makasar.

M. Isra. K. H. Bisnu, 2017. Hubungan dukungan keluarga dengan derajat

72
hipertensi pada pasien hipertensi di puskesmas ranomuut kota manado.

Meng Divine, J.G. 2012. Tekanan Darah Tinggi Panduan Untuk Mengatur
Olahraga dan Medikasi obati Hipertensi. Yogyakarta: PT Citra Aji Prama

Margareth, M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikan Bedah dan


Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Muhlisin, A. 2012. Keperawatan Keluarga. Jakarta: Gosyen Publishing

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

R.D. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmojo,s.2012.Metodologi Penelitian Kesehata Jakarta: Rineka

Nurahmani,U.2011,Stop Hipertensi. Yogyakarta Graha Ilmu

Nursalam,2014.Buku Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan .Jakarta Salemba


Medika

Prakoso,a.2014 Pengaruh Pemberianjus mentimun Terhadap Tekana DarahPada


Lansia Dengan Hipertensi di Posyndu di Kabupaten Demak.Jurnal,PPNI jawa
Tengah

R,I .DepartemennKesehatan , 2012 Laporan Hasil Riset Kesehatan


Dasar(Riskesdas) Indonesia Tahun 2012.Jakarta:Balitbangkes

Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Rahayu , 2012. Faktor resiko hipertensi pada masyarakat RW 01 srengseng


sawah, kec. Jagakarsa kota Jakarta selatan

Syamsuddin. 2011. Buku Ajar Farmakologi Kardiovaskular dan Renal. Jakarta:


Salemba Medika

Walgito, B. 2010. Pengantar Fisiologi Umum. Edisi V. Yogyakarta: Andi Offset

73
PRE PLANNING KELUARGA
Kunjungan ke -2 , Minggu, 2 Mei 2022

1. Latar Belakang
A. Karakteristik Keluarga
Di dalam keluarga Tn S, Ny A menderita hipertensi sejak 6 tahun lalu
dimana kadang mengalami pusing, pandangan kabur, kuduk terasa
cengeng/kaku kuduk. Tn. S menderita DM sejak 4 tahun yang lalu. Tn.S
mengalami penurunan berat badan. Untuk kebutuhan sehari-hari Ny. A
memenuhi aktivitas sehari-hari dengan mandiri, kadang- kadang
memerlukan bantuan anak untuk berobat saat tensinya tinggi. Pada saat
pemeriksaan yang dilakukan ditemukan data TD : 170/100 mmHg.
B. Data yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut
Ny. A menderita hipertensi sejak 6 tahun lalu dimana kadang mengalami
pusing, kuduk terasa cengeng/kaku kuduk, vertigo.
C. Masalah Keperawatan Keluarga
Gangguan perfusi jaringan serebral pada Ny. A di keluarga Tn. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan.

2. Proses Keperawatan
A. Diagnosis keperawatan keluarga
Gangguan perfusi jaringan serebral pada Ny. A dikeluarga Tn. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan.
B. Tujuan Umum
Pemeliharaan kesehatan pada keluarga Tn.S di desa Megawon menjadi
efektif yaitu mampu melakukan pencegahan dan perawatan penyakit
hipertensi
C. Tujuan Khusus

74
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, keluarga Tn. S
dapat menjelaskan :
 Pengertian hipertensi
 Jenis hipertensi
 Penyebab hipertensi
 Tanda dan gejala hipertensi
 Komplikasi hipertensi
 Cara pencegahan dan perawatan hipertensi
 Cara pengobatan tradisional bagi penderita hipertensi

3. Implementasi Tindakan Keperawatan


A. Metode : Ceramah dan tanya jawab
B. Media dan alat : Leaflet, buah timun
C. Waktu dan tempat : Selasa 3 Mei 2022 jam 17.00 di rumah Tn. S

4. Kriteria Evaluasi
A. Kriteria Struktur
1. Kontrak waktu, tempat dengan keluarga 1 hari sebelumnya
2. Mempersiapkan pre planning 1 hari sebelumnya
B. Krteria Proses
1. Perawat mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan
2. Audience aktif mendengarkan
C. Kriteria Hasil
1. Keluarga yang hadir 100%
2. Keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian hipertensi, penyebab
hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, serta komplikasi dari
penyakit hipertensi.

75
LAMPIRAN MATERI
HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi adalah terjadinya kenaikan tekanan darah sistolik (atas) 140 atau
lebih dan tekanan diastolik (bawah) 90 atau lebih. Disebut hipertensi apabila
beberapa kali pengukuran sistolik menetap 140 mmHg atau lebih dan tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih.

B. Jenis Hipertensi
1. Hipertensi ringan
 Jika tekanan darah sistoliknya 140 – 159 mmHg
2. Hiperetensi sedang
 Jika tekanan darah sistoliknya 160 – 179 mmHg
3. Hipertensi berat
 Jika tekanan darah sistoliknya 180 – 209 mmHg
4. Hipertensi sangat berat
 Jika tekanan darah sistoliknya lebih dari 210 mmHg

C. Penyebab
Penyebab hipertensi antara lain:
1. Primer (95%) tidak diketahui : keturunan/genetik, lingkungan (stres),
penumpukan kalium dan garam, obesitas, alkohol, merokok.
2. Sekunder (5%) karena penyakit ginjal atau gangguan pembuluh darah

D. Tanda Dan Gejala


1. Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi cepat
2. Sakit kepala, pusing dan terasa pegal atau berat pada bahu dan tengkuk
3. Nggliyer (vertigo), lemah dan gemetaran
4. Sukar/ kurang tidur

76
5. Mata berkunang-kunang
6. Telinga berdenging
7. Rasa mual dan muntah
8. Kadang mimisan
9. Mudah tersinggung atau perasaan ingin marah

E. Komplikasi
1. Stroke
2. Gangguan ginjal
3. Jantung cepat lelah (Penyakit jantung)
4. Kelainana mata
5. Kematian

F. Cara Pencegahan Dan Perawatan


1. Makanan
 Menghindari konsumsi alkohol dan minum kopi yang berlebihan
 Mengurangi konsumsi garam (3 gr per hari atau 1 sendok teh sehari),
asinan, makanan kaleng, bumbu penyedap.
 Membatasi makanan berkolesterol atau berlemak(daging kamibing,
sapi, kerbau, babi, dll)
 Mempertahankan berat badan ideal bagi yang gemuk
 Memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan
 Makan telur 1 butir per hari, susu 1 gelas per hari
2. Lingkungan
 Kurangi aktifitas
 Menghindari stres
 Olahraga
 Tidak merokok
3. Olahraga dan minum obat secara teratur
4. Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika dikenali tanda-tanda
kenaikan darah

77
G. Pengobatan Tradisional
1. Dari timun
 Timun 2 buah dicuci dengan air mengalir
 Buang kedua ujungnya
 Diparut, disaring dan dapat diminum
2. Dari daun seledri
 Ambil daun seledri secukupnya
 Cuci sampai bersih
 Dilumat sampai halus
 Tambahkan air panas secukupnya dan disaring
 Minum ramuan ini 3kali sehari masing-masing 2 sendok makan
3. Dari bawang putih
 ambil 3 siung bawang putih
 tumbuk sampai halus
 tambahkan air matang secukupnya lalu disaring
 minum ramuan ini 1-2 kali sehari secara teratur
4. Dari belimbing wuluh
 Ambil 3 buah belimbing wuluh
 Tambahkan daun kemangi secukupnya
 Cuci sampai bersih lalu rebus dengan 2 gelas air sampai tersisa
separuhnya, disaring lalu diminum sebelum tidur
5. Dari buah mengkudu
 Ambil 2 buah mengkudu matang pohon, peras dan ambil airnya
 Kemudian tambahkan 1 sendok madu
 Aduk sampai rata lalu saring dan diminum

78
79

Anda mungkin juga menyukai