Anda di halaman 1dari 101

STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

SKRIPSI

HUBUNGAN PEER GROUP SUPPORT DENGAN


ANSIETAS PADA PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIS YANG MENJALANI TINDAKAN
HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT
SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2020

Oleh:
Bunga Intan Manik
NIM. 032016051

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2020

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

ABSTRAK

Bunga Intan Manik 032016051

Hubungan Peer Group support dengan Ansietas pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
yang Menjalani Tindakan Hemodialisa Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2020

Prodi Ners Tahap Akademik 2019

Kata kunci : Peer Group Support, Ansietas.

(xvii + 66 + lampiran )
Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan penyakit terminal yang
mengancam kehidupan. GGK dapat menimbulkan aspek psikologis, sosial, fisik,
dan finansial. Psikologis berupa cemas, depresi, marah, takut, merasa bersalah,
bahkan kematian. Kecemasan adalah keadaan emosi negatif yang ditandai
dengan firasat dan ketegangan somatik, Upaya untuk mengatasi ansietas
dipandang sangat perlu, beberapa tehnik dalam menurunkan tingkat ansietas
pada penderita GGK yaitu dengan beberapa cara social support group, logoterapi
medical ministry, terapi murottal, peer group support. Salah satu Bentuk
dukungan yang dapat diberikan dapat menurunkan kecemasan adalah peer group
support. Peer group support atau dukungan sesama penderita merupakan salah
satu alternatif tindakan yang memanfaatkan teman sebaya atau senasib yang
dapat saling membantu dalam meningkatkan status kesehatan. Semakin baik peer
group support maka tingkat kecemasan pun semakin ringan. Tujuannya yaitu
mengidentifikasi peer group support dengan ansietas pada pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani tindakan hemodialisa Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian non-
eksperimen dengan menggunakan rancangan Cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah 30 responden dan menggunakan tehnik total sampling. Hasil
uji chisquare diproleh nilai p value = 0,004 (p<0,05) hal ini berarti ada hubungan
antara peer group support dengan ansietas pada pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani tindakan hemodialisa. Saran yang disampaikan yaitu pemenuhan
aspek psikologis pasien GGK penting untuk meningkatkan status kessehatan,
mengurangi kecemasan dan rasa takut akan kematian dengan cara peer group
support.

Daftar Pustaka Indonesia ( 1994– 2020).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

ABSTRACT

Bunga Intan Manik 032016051

Supporting Peer Group Relationships with Anxiety in Chronic Kidney Failure


Patients Underwent Hemodialysis at the Hospital of Santa Elisabeth Medan in
2020

Academic Study Program Nurses 2019


Keywords: Peer Group Support, Anxiety.

(xvii + 66 + attachments)

Chronic kidney failure (CKD) is a life-threatening terminal disease. CKD


can cause psychological, social, physical, and financial aspects. Psychological
forms of anxiety, depression, anger, fear, guilt, even death. Anxiety is a negative
emotional state characterized by premonition and somatic tension. Efforts to
overcome anxiety are deemed necessary, several techniques in reducing anxiety
levels in people with chronic renal impairment are by means of social support
groups, medical ministry logotherapy, murottal therapy, peer group support.
One form of support that can be given to reduce anxiety is peer group support.
Peer group support is one alternative action that utilizes peers or friends who
can help one another in improving health status. The better the peer group
support, the level of anxiety becomes lighter. The aim is to identify peer group
support with anxiety in patients with chronic kidney failure undergoing
hemodialysis at the Santa Elisabeth Hospital in Medan. The research design
used was a non-experimental research design using a cross sectional design. The
population in this study was 30 respondents and used a total sampling technique.
Chi-square test results obtained by p value = 0.004 (p <0.05) this means there is
a relationship between peer group support and anxiety in patients with chronic
kidney failure who undergo hemodialysis. The advice given is that the fulfillment
of psychological aspects of CKD patients is important to improve health status,
reduce anxiety and fear of death by means of peer group support

Bibliography (1994-2020)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyusun skripsi ini dengan

baik dan tepat waktu. Adapun judul skripsi ini adalah “ Hubungan Peer Group

Support dengan Ansietas Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani

Tindakan Hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2020”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk penyusunan skripsi

pada jenjang pendidikan S1 Ilmu Keperawatan Program Ners Di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Peneliti tidak lupa untuk

mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu peneliti

dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Mestiana Br.Karo, M.Kep., DNSc selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth

Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti

serta menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN selaku Ketua Program Studi Ners

STIKes Santa Elisabeth Medan yang memberikan kesempatan dan fasilitas

untuk mengikuti dan menyelesaikan skripsi ini.

3. Jagentar P. Pane S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing dan dosen

penguji I saya yang telah sabar dan banyak memberikan waktu, dalam

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

membimbing dan memberikan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

4. Vina Yolanda Sari Sigalingging, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen

pembimbing dan dosen penguji II saya yang telah sabar dan banyak

memberikan waktu, dalam membimbing dan memberikan arahan

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Mardiati Barus, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing dan

penguji III saya yang telah sabar dan banyak memberikan waktu, dalam

membimbing dan memberikan arahan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Maria Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama

mengikuti pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan.

7. Seluruh staff dosen dan tenaga kependidikan di STIKes Santa Elisabeth

Medan yang telah membimbing dan mendidik peneliti dalam upaya

pencapaian pendidikan sejak semester I - VIII. Terima kasih untuk

motivasi dan dukungan yang diberikan kepada peneliti, untuk segala cinta

kasih yang telah tercurah selama proses pendidikan sehingga peneliti

dapat sampai pada penyusunan skripsi ini.

8. Kepada koordinator asrama Sr. Flaviana FSE dan ibu unit Agnes ibu

Widia Tamba dan ibu Lambai Situmorang, yang telah memberikan

fasilitas yang lengkap serta atas dukungan dan motivasi yang telah

dilakukan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

9. Staf pendidikan dan para suster FSE (Fransiskanes Santa Elisabeth

Medan) yang senantiasa memberi dukungan, perhatian, doa, dan

partisipasinya dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang tercinta Ayahanda Sabar

Martogi Manik dan Ibunda Fransiska Nadeak. Serta kelima saudara saya

yang telah memberikan kasih sayang, dukungan moral maupun finansial,

dorongan serta doa kepada peneliti. Keluarga besar saya yang senantiasa

memberikan motivasi, doa, dan dorongan kepada peneliti dalam

penyelesaian skripsi ini.

11. Seluruh teman-teman seperjuangan program Studi Ners STIKes Santa

Elisabeth Medan Angkatan X, yang telah memberikan semangat dalam

penyelesaian skripsi ini, serta semua orang-orang yang peneliti sayangi

yang tak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, baik isi maupun teknik penulisan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

mencurahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak

membantu peneliti. Harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, 10 Juli 2020

Peneliti

( Bunga Intan Manik )

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DEPAN ....................................................................................... i
SAMPUL DALAM...................................................................................... ii
PERSYARATAN GELAR.......................................................................... iii
PERNYATAAN .......................................................................................... iv
PERSETUJUAN ......................................................................................... v
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................... vi
PENGESAHAN........................................................................................... vii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ...................................................... viii
ABSTRAK................................................................................................... ix
ABSTRACT.................................................................................................. x
KATA PENGANTAR ................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvii
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................. 5
1.3. Tujuan ...................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan umum ................................................................ 5
1.3.2 Tujuan khusus .............................................................. 5
1.4. Manfaat .................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat teoritis ............................................................. 7
1.4.2 Manfaat praktisi............................................................. 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9


2.2. Gagal Ginjal Kronik ................................................................. 9
2.1.1 Definisi ......................................................................... 9
2.1.2 Fungsi Ginjal ................................................................ 9
2.1.3 Etiologi ......................................................................... 10
2.1.4 Patofisiologi .................................................................. 10
2.1.5 Manifestasi Klinis .......................................................... 12
2.1.6 Klasifikasi .................................................................... 12
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang. ................................................ 15
2.1.8 Penatalaksanaan............................................................. 16
2.2. Hemodialisa ............................................................................. 18
2.2.1 Definisi ........................................................................ 18
2.2.2 Tujuan .......................................................................... 19
2.2.3 Indikasi ......................................................................... 19
2.2.4 Kontra Indikasi. ............................................................. 20
2.3. Ansietas .................................................................................... 20
2.3.1 Definisi ......................................................................... 21

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

2.3.2 Aspek-aspek Ansietas .................................................... 22


2.3.3 Jenis-Jenis Ansietas ....................................................... 23
2.3.4 Ciri-Ciri Ansietas. .......................................................... 25
2.3.5 Tingkat Ansietas. ........................................................... 25
2.4. Peer group support ................................................................... 29
2.4.1 Definisi ......................................................................... 29
2.4.2 Fungsi ........................................................................... 30
2.4.3 Ciri-Ciri ........................................................................ 30
2.4.4 Bentuk-Bentuk ............................................................. 31
2.4.5 Pengaruh Perkembangan. ............................................... 32
2.4.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. ............................... 33

BAB 3 KERANGKA KONSEP ................................................................ 34


3.1. Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 34
3.2. Hipotesa ................................................................................... 34

BAB 4 METODE PENELITIAN.............................................................. 36


4.1. Rancangan Penelitian ............................................................... 36
4.2. Populasi dan Sample ................................................................. 36
4.3. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ........................... 36
4.4. Instrumen Penelitian ................................................................. 38
4.5. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................... 39
4.6 Pengambilan Data ..................................................................... 41
4.7. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 41
4.8. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................... 41
4.9. Kerangka Operasional .............................................................. 43
4.10. Pengolahan Data ..................................................................... 44
4.11. Analisa Data ........................................................................... 45
4.12. Etika Penelitian....................................................................... 46

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 50


5.1. Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................... 50
5.2.Hasil Penelitian ......................................................................... 51
5.3. Pembahasan .............................................................................. 55

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 62


6.1. Kesimpulan .............................................................................. 62
6.2. Saran ........................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

LAMPIRAN 1 Lembar persetukuan responden


2 Informed Consent
3 Kuesioner
4 Usulan judul proposal
5 Pengajuan judul skripsi
6 Surat permohonan uji valid
7 Surat ijin uji valid
8 Surat permohonan penelitian
9 Surat ijin penelitian
10 Surat etik
11 Buku bimbingan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Defenisi operasional hubungan peer group support dengan


ansietas pasien gagal ginjal kronik yang menjalani tindakan
hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan .................. 41

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Data


Demografi Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang menjalani
Tindakan Hemodialisa Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2020 ............................................................................... 52

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik


Data Demografi Ibu dengan Balita ISPA di Puskesmas
Jayamukti Dumai Tahun 2020 .................................................... 41

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan peer group support


pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani tindakan
hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020 ........................................................................................... 53

Tabel 5.3 Hasil tabulasi silang antara hubungan peer group support
dengan ansietas pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ...

Tabel 5.4 Hasil tabulasi silang antara hubungan peer group support
dengan ansietas pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ... 54

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 3.1. Kerangka konseptual hubungan peer group support dengan


pasien gagal ginjal kronik yang menjalani tindakan hemodialisa
di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ....................................... 31

Bagan 4.1. Kerangka operasional penelitian hubungan peer group support


dengan ansietas pada menjalani tindakan hemodialisa diRumah
Jayamukti Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020 ................ 45

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Gagal ginjal kronis merupakan penyakit terminal yang mengakibatkan

dekstruksi jaringan dan kehilangan fungsi ginjal yang berangsur – angsur.

Keadaan ini dapat pula terjadi karena penyakit yang progresif cepat disertai

awitan mendadak yang menghancurkan nefron dan menyebabkan kerusakan

irreversibel (Kowalak, 2014). Menurut Kidney Disease: Improving Global Out-

comes (KDIGO) Penyakit ginjal kronik (PGK), merupakan suatu keadaan

dimana adanya penurunan laju filrasi glomerulus (LFG <60 mL/menit/1,73m2)

yang menyebabkan kelainan pada ginjal seperti proteinuria, albuminuria, dan

sistem anatomi yang abnormal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih

(Ignatavicius & workman, 2010).

Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat

global dengan prevalens dan insidens gagal ginjal yang meningkat, prognosis

yang buruk dan biaya yang tinggi. Prevalensi PGK meningkat seiring

meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes

melitus serta hipertensi. Sekitar 1 dari 10 populasi global mengalami PGK pada

stadium tertentu. Hasil systematic review dan meta-analysis yang dilakukan oleh

Hill et al, 2016, mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%. Menurut

hasil Global Burden of Disease tahun 2010, PGK merupakan penyebab kematian

peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada

tahun 2010 (Depkes, 2017).

STIKes Santa Elisabeth Medan 1


STIKes Santa Elisabeth Medan 2

Menurut ESRD Patients (End-Stage Renal Disease) jumlah penderita .

GGK di dunia pada tahun 2012 sebanyak 301.886 orang dan tahun 2013 sebanyak

320.000 orang dan mengalami peningkatan sebanyak 746.557 orang di tahun 2017

dari tahun sebelumnya sebanyak 2,6%. Insiden di Amerika Serikat juga

mengalami peningkatan jumlah penderita gagal ginjal kronik hingga 50% di tahun

2014 dan mengalami peningkatan yang signifikan 785.000 orang pada tahun 2020

Dari data tersebut disimpul kan bahwa adanya peningkatan pada penyakit gagal

ginjal kronis dari tahun ke tahun, Peningkatan penyakit gagal ginjal juga terjadi di

negara maju dan negara berkembang di Asia seperti di Taiwan 2.990 per 1 juta

penduduk, Jepang 2.590 per 1 juta penduduk (Lilipoory, 2019).

Riset Kesehatan Dasar menyatakan bahwa gagal ginjal kronis didiagnosis

dokter di Indonesia sebesar 3,8%. Prevalensi tertinggi di Kalimantan Utara

sebesar 6,4 Maluku Utara 6,0%, diikuti Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi

Tenggara masing-masing sebanyak 5,8%. Sementara Nusa Tenggara Barat,

Aceh, Jawa Barat, Maluku, DKI, Bali 4,5% dan dikuti Sumatera Utara, Nusa

Tenggara Timur, jambi 2,8%, sedangkan prevalensi provinsi yang di Indonesia

adalah Sulawesi Barat 1,8 % (Riskesdas, 2018).

Adapun penanganan gagal ginjal kronik dibagi dalam dua tahap yaitu

penanganan konservatif dan terapi pengganti ginjal. Penanganan konservatif dapat

ditempuh dengan obat-obatan, diet dan kontrol yang teratur. Sedangkan terapi

untuk pengganti ginjal ada tiga cara yaitu : hemodialisa, peritoneal dialysis dan

transplantasi ginjal. Salah satu penanganan gagal ginjal yang paling sering

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 3

digunakan adalah terapi hemodialisa, kaarna hanya membutuhkan waktu sedikit 4

sampai 5 jam sekali terapi (Lilipoory, 2019).

Pasien gagal ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di dunia

diperkirakan 1,5 juta orang dengan insiden pertumbuhan 8% pertahun (World

Health Organization, 2015) dan mengalami peningkatan di tahun 2020 sebanyak

8.000.000 orang. Di Amerika Serikat setiap tahun 200.000 orang menjalani

hemodialisa. Angka kejadian dan prevalensi pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa sangat beragam. Fenomena ini juga terjadi di negara-

negara di Asia seperti Singapura sebesar 1.661 per 1 juta penduduk, di jepang

2.309 per 1 juta penduduk per tahun (Lilipoory, 2019).

Di Indonesia terapi hemodialisa semakin meningkat karena jumlah gagal

ginjal kronik yang cukup tinggi. Pada tahun 2013 tercatat sebanyak 711.190

pasien, di tahun 2014 meningkat menjadi 765.004 pasien, di tahun 2015

sebanyak 809.786 pasien dan di tahun 2017 terjadi peningkatan menjadi

2.694.432 pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa (IRR, 2017),

selain itu jumlah pasien hemodialisa dari semua provinsi adalah 19,3% yang

mana DKI Jakarta sebanyak 38,7%, dan diikuti oleh bali 38,5%, DIY 38,3% dan

Sumatera utara sebanyak 11% (Indonesian et al., 2017).

Pasien gagal ginjal kronis yang mengalami kerusakan fungsi ginjal akan

memerlukan terapi seperti cuci darah (hemodialisis) pada jangka waktu tertentu

atau melakukan transplantasi ginjal (Pearce, 1995). Waktu yang dibutuhkan

pasien selama tindakan hemodialisis berlangsung rata-rata 12-15 jam setiap

minggunya, dimana tindakan hemodialisis ini dibagi menjadi dua atau tiga sesi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 4

yang setiap sesinya berlangsung 3-6 jam. Tindakan hemodialisis ini akan

berlangsung seumur hidup kecuali pasien melakukan transplantasi ginjal

(Smeltzer, S.C, Bare, 2005 dalam Pane, 2014).

Hemodialisa merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan pada GGK

supaya mampu bertahan hidup. Pasien yang diperhadapkan dengan terapi

hemodialisis, mengalami ketidakastian berapa lama hemodialisis diperlukan dan

menerima kenyataan bahwa terapi hemodialisis diperlukan sepanjang hidup.

Kondisi sakit tidak dapat dipisahkan dari peristiwa kehidupan. Penyakit yang

mengancam kehidupan, dapat menimbulakn kecemasan penolakan, dan marah.

Hal ini merupakan respon umum yang disebabkan oleh stress (Tangian and Dkk,

2015).

Namun demikian, tindakan hemodialisa mempunyai efek samping pada

kondisi fisik serta psikologis penderita GGK keluarganya memunginkan

mendapatkan dampak langsung dari pengobatan dengan hemodialisa. Adapun

dampak yang tidak baik dari proses pengobatan pasien GGK dengan hemodialisa

yang ditimbulkan pada keluarga adalah pada aspek psikologis, aspek sosial,

aspek fisik, serta aspek finansial. Gejala gangguan fisik yang paling sering

terjadi seperti kelelahan, gatal-gatal, kram otot, mudah memar, sesak napas,

merasa pusing, rasa kebas di kedua kaki, mual dan kurang nafsu makan, kulit

kering, nyeri tulang/sendi dan respons psikologis berupa cemas, depresi, marah,

takut, merasa bersalah, bahkan kematian (Anggeria and Marsia, 2019).

Selain menjalani tindakan hemodialisa, pasien yang menjalani tindakan

kemoterapi juga memiliki Efek samping yang ditimbulkan tidak hanya secara

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 5

fisik namun juga secara psikologis seperti, kecemasan, stress, sering marah, tidak

percaya diri dan pasien merasa menjadi beban dalam keluarga (Sigalingging,

2017).

Ketergantungan pasien terhadap mesin hemodialisis seumur hidup yang

rutin dilakukan mengakibatkan perubahan peran, perubahan pekerjaan,

kehidupan ekonomi, kehidupan sosial dan pendapatan yang mengakibatkan

stressor yang dapat menimbulkan kecemasan pada pasien hemodialisis (Farida,

2010). Beberapa penelitian menunjukkan kecemasan juga merupakan kondisi

umum yang ditemukan pada populasi dialisis (Ma & Li, 2016; Semaan et al.,

2018). Kombinasi dari stresor dan gejala masalah tersebut, di samping beban

kerja yang dimiliki oleh pasien, semuanya dapat menjadi kontributor utama

terhadap meningkatnya tingkat kecemasan(Semaan et al., 2018).

Perubahan psikologis yang dirasakan dapat dilihat dari kondisi fisik dan

perubahan perilaku diantaranya: pasien selalu merasa bingung, merasa tidak

aman, ketergantungan dan menjadi individu yang pasif. Dua pertiga dari pasien

yang menjalani terapi dialisis tidak pernah kembali pada aktifitas atau pekerjaan

seperti sebelum dia menjalani hemodialisis. Pasien sering mengalami masalah

seperti: kehilangan pekerjaan, penghasilan, kebebasan, usia harapan hidup yang

menurun dan fungsi seksual sehingga dapat menimbulkan kemarahan dan akan

mengarah pada suatu kondisi kecemasan (ansietas) sebagai akibat dari penyakit

sistemik yang mendahuluinya ( Fatayati, 2010 dalam Wakhid & Waluyo, 2018).

literatur tentang kejadian depresi dan kecemasan pada populasi jauh

lebih banyak dari apa yang ditemukan pada pasien dengan penyakit ginjal. Data

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 6

prevalensi kejadian depresi di Indonesia sebesar 6.1‰ dan prevalensi ganguan

mental emosional (kecemasan) sebesar 9.8‰ (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2018). Hal ini sejalan

dengan penelitian (Larasati & Hudiyawati, 2018) yang dilakukan pada pasien

hemodialysis di Surakarta, bahwa terdapat tingkat kecemasan berat sebesar

35.50% pada pasien yang menjalani hemodialisis (Wakhid & Waluyo, 2018).

Sebagian besar pasien yang akan menjalani hemodialisa mengalami

kecemasan, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan

(Tanvir, 2013) tentang prevalence of depression and anxiety in chronic kidney

disease patient on hemodialysis dengan hasil 47,36% pasien yang mengalami

kecemasan ringan, 28,94% mengalami kecemasan sedang dan 23,68%

mengalami kecemasan yang parah. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh

(Juliant, Yustina, & Ardinata, 2014) tentang Faktor-Faktor yang berhubungan

dengan Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan

dari 62 responden didapatkan hasil kecemasan ringan 6 responden (9,7%),

kecemasan sedang 32 responden (51,6%), dan kecemasan berat 24 responden

(38,7%) (Lilipoory, 2019).

Respon psikologis yang biasanya terjadi pada pasien yang menjalani

hemodialisis 1 - 4 bulan memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi (40%)

dibandingkan dengan pasien yang menjalani hemodialisis 9 - 12 bulan. Pasien

akan merasakan kecemasan yang tinggi di saat pertama menjalani hemodialisis

dimana kecemasan merupakan respon terhadap sesuatu yang tidak

menyenangkan yang dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 7

sehari-hari. Pada pasien gagal ginjal yang sudah sering melakukan hemodialisa

biasanya tingkat kecemasannya lebih ringan, berbeda bengan pasien gagal ginjal

yang baru pertama kali melakukan hemodialisis akan mengalami ansietas yang

lebih tinggi (Sasmita & Hasanah, 2015). Banyak studi melaporkan bahwa pasien

yang menjalani terapi hemodialisa juga memiliki resiko lebih besar untuk

menderita kualitas hidup yang buruk dan akan mengalami kecemasan (Kamil,

2017 dalam Wakhid & Waluyo, 2018).

Upaya-upaya untuk mengatasi ansietas atau kecemasan dipandang sangat

perlu, beberapa tehnik dalam menurunkan tingkat ansietas atau kecemasan pada

penderita GGK dan penyakit lainnya yaitu social support group, logoterapi

medical ministry, terapi murottal, peer group support. Pasien yang menjalani

tindakan hemodialisa juga sangat membutuhkan perhatian berupa dukungan

sosial yang didapatkan dari keluarga, teman, serta saudara dalam mengatasi

respon yang menyebabkan stress, sehingga dapat mengurangi kecemasan, yakin

bahwa semua akan kembali dengan baik dan menerima keadaannya dengan

tenang (Anggeria & Marsia, 2019).

Manusia adalah mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan

orang lain. Hirarki maslow memiliki pendapat bahwa setelah kebutuhan

fisiologis dan kebutuhan keamanan terpenuhi, kebutuhan untuk dimiliki atau

menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi salah satu tujuan manusia

yang dominan. Secara keseluruhan tampak bahwa dukungan sosial yang positif

dapat meningkatkan ketahanan terhadap stress, membantu dan melindungi

terhadap pengembangan trauma terkait psikopatologi dan gangguan stress paska

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 8

trauma (Ozbay et al., 2007). Bentuk dukungan yang dapat diberikan supaya

kualitas hidup klien tetap maksimal dan dapat menurunkan kecemasan salah

satunya adalah peer group support (Fitrianda, 2013).

Proses pengobatan yang cenderung lama juga membutuhkan pengawasan

supaya tidak terhenti ditengah-tengah, pengawasan ini dapat dilakukan oleh

teman sesama penderita atau peer group support. Dukungan kelompok sesama

penderita atau peer group support dapat merubah respon psikologis maladaptif

pada penderita kanker payudara menjadi respon psikologis yang adaptif. Di

negara maju, peer group support diterapkan sebagai salah satu bentuk terapi

untuk penderita kanker payudara, di Indonesia, khususnya di RS Muhammadiyah

(RSM) (Contemporary and Journal, 2016).

Peer group support merupakan salah satu dari bentuk terapi paliatif,

dengan adanya peer group support penderita kanker payudara dapat merasakan

kebersamaan dengan orang-orang yang memiliki kondisi sama seperti dirinya

dan stres pada penderita kanker payudara akan menurun, maka sistem imunitas

akan meningkat dan proses penyembuhan akan berlangsung cepat. Dukungan

sosial berupa peer group support dapat menurunkan tingkat stres penderita

kanker payudara antara lain dengan cara saling memberi nasihat, saling berbagi

pengalaman atau informasi mengenai kanker payudara (Ilkafah, 2006).

Berdasarkan hasil survei awal dari rekam medis Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan dengan penyakit gagal ginjal kronis di bulan April tahun 2020

sebanyak 50 orang. Pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa,

membutuhkan waktu 12-15 jam untuk dialisis setiap minggunya, atau paling

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 9

sedikit 4-5 jam per terapi. Kegiatan ini akan berlangsung terus-menerus

sepanjang hidupnya bila dilihat dari durasi waktu yang dibutuhkan pasien yang

menjalani hemodialisa, masalah kesehatan ini sangat berdampak serius pada

kehidupan sosial pasien yang menjalani hemodialisa. Program hemodialisa dapat

mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis secara bermakna karena pasien

tidak dapat melakukan kebiasaan sehari-hari mereka seperti biasanya.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan peer group support dengan ansietas Pasien

Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Tindakan Hemodialisa Di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

adalah: “Apakah ada hubungan peer group support dengan ansietas pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peer group support

dengan ansietas pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani tindakan

hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 10

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Peer Group Support pada penderita Gagal Ginjal

Kronik di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

2. Mengidentifikasi Ansietas pada penderita Gagal Ginjal Kronik di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan.

3. Menganalisis hubungan Peer group Support dengan Ansietas pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani tindakan hemodialisa di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan serta

dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk salah satu sumber bacaan penelitian

dan pengembangan ilmu tentang dengan ansietas pada pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi pendidikan keperawatan

Diharapkan dapat menambah informasi, referensi pengetahuan dalam

praktek keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah bagi

mahasiswa/I Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan

tentang hubungan peer group support dengan ansietas pada pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani tindakan hemodialisa.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 11

2. Bagi rumah sakit

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan membentuk

SOP untuk semua penyakit terminal, salah satunya gagal ginjal kronis dan

meningkatkan mutu pelayanan tenaga keperawatan dalam meningkatkan

kualitas hidup dan mengurangi tingkat kecemasan pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani tindakan hemodialisa.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 12

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gagal Ginjal Kronik

2.1.1 Defenisi

Penyakit ginjal kronis (CKD) adalah cedera ginjal progresif, ireversibel,

dan ginjal tidak dapat berfungsi lagi. Ketika fungsi ginjal terlalu buruk untuk

mempertahankan hidup, CKD menjadi penyakit ginjal stadium akhir (ESKD).

Istilah yang digunakan dengan azotemia gagal ginjal (penumpukan limbah

berbasis nitrogen dalam darah), uremia (azotemia dengan gejala klinis, dan

sindrom uremik) (Ignatavicius & Workman, 2010).

2.1.2 Fungsi ginjal

Fungsi ginjal sebagai organ tubuh sangat vital, seperti menyaring darah,

menghasilkan hormon, menjaga keseimbangan basa, dan sebagainya. Ginjal

mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Membuang racun dan produksi buangan/limbah dari darah. Racun didalam

darah diantaranya urea dan uric acid. Jika kandungan kedua racun ini

terlalu berlebihan, maka akan mengganggu metabolisme tubuh.

2. Menjaga kebersihan darah dan regulasi seluruh cairan (air dan garam)

didalam tubuh.

3. Meregulasi tekanan darah. Ginjal menghasilkan enzim renin yang bertugas

mengontrol tekanan darah dan keseimbangan elektrolisis. Renin mengubah

protein dalam darah menjadi hormon angiostensis. Mengabsorsisodium

dan air kedalam darah.

STIKes Santa Elisabeth Medan


12
STIKes Santa Elisabeth Medan 13

4. Mengatur keseimbangan pH darah

5. Memproses vitamin D sehingga dapat distimulasi oleh tulang.

6. Memproses hormon erythropoiethin yang bertugas mempoduksi sel darah

merah ditulang

7. Mengeksresikan zat-zat metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya

ammonia.

8. Mengeksresikan zat-zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan

vitamin) dan berbahaya (misalnya obat-obatan, bakteri, dan zat warna).

9. Mengatur keseimbangan air dan garam.

10. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan

asam atau basa (Manurung, 2017).

2.1.3 Etiologi

Menurut Kowalak et al., (2014) ada beberapa penyebab gagal ginjal kronis

dan dapat disebabkan oleh :

1. Penyakit glomerulus yang kronis (glomerulonefritis)

2. Infeksi kronis (seperti pielonefritis kronis dan tuberkulosis)

3. Anomaly kongenital (penyakit polikistik ginjal)

4. Obstruksi renal (batu ginjal)

5. Penyakit kolagen (lupus eritematosus)

6. Preparat nefrotoksik (terapi aminoglikosid yang lama )

7. Penyakit endokrin (nefropati diabetik)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 14

2.1.4 Patofisologi

Gagal ginjal secara terorganisir yang melibatkan lima tahap berdasarkan

tahapan berdasarkan perkiraan laju filtrasi glomerulus (GFR) (NIDDK, 2007).

Perkembangan menuju ESKD pada pasien mulai berisiko dengan penurunan GFR

secara bertahap. Pada tahap pertama, orang tersebut mungkin memiliki GFR

normal (lebih dari 90 mL / menit) dengan fungsi ginjal normal dan tidak ada

penyakit ginjal yang jelas.

Namun, mungkin fungsi ginjal berkurang terjadi tanpa penumpukan

limbah dalam darah karena nefron yang tidak terpengaruh bekerja terlalu keras

untuk mengkompensasi nefron yang sakit. walaupun tidak ada manifestasi gagal

ginjal yang biasanya hadir pada tahap ini, jika pasien stres dengan infeksi,

kelebihan cairan, atau dehidrasi, fungsi ginjal pada tahap ini dapat berkurang.

pada tahap selanjutnya, CKD ringan, GFR berkurang, berkisar antara 60 hingga

89 mL / menit. Kerusakan nefron ginjal telah terjadi dan mungkin ada sedikit

peningkatan limbah metabolik karena tidak cukup nefron yang kadar nitrogen

urea darah (BUN), kreatinin serum, asam urat, dan fosfourus tidak cukup sensitif

untuk menentukan tahap ini, dan penurunan GFR adalah ukuran terbaik CKD.

Peningkatan output encer dapat terjadi pada tahap CKD ini dan, jika

masalahnya tidak diobati pada tahap ini, dapat menyebabkan dehidrasi parah.

pada CKD sedang, reduksi GFR berlanjut dan berkisar antara 30 hingga 59 mL /

mnt. kerusakan nefron terus berlanjut dan nefron yang tersisa tidak dapat merusak

limbah metabolisme, keseimbangan cairan, dan keseimbangan elektrolit.

pembatasan diet cairan, protein, dan elektrolit diperlukan. Seiring waktu, penyakit

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 15

pasien berkembang menjadi CKD parah (tahap keempat) dan penyakit ginjal

tahap akhir (ESKD, tahap kelima). jumlah urea dan kreatinin yang berlebihan

menumpuk di dalam darah, dan ginjal tidak dapat mempertahankan homeostasis.

Terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa yang parah

(Dinwiddie et al., 2006), dengan terapi perbaikan ginjal, kemungkinan ini dapat

mengakibatkkan terjadi komplikasi yang fatal pada ginjal, tetapi dapat

dimengkompensasi sepenuhnya untuk nefron yang rusak (Ignatavicius &

Workman, 2010).

2.1.5 Manisfestasi klinis

Menurut Ignatavicius & workman, (2010) ada beberapa tanda dan gejala

yang dialami penderita gagal ginjal kronis, yaitu :

1. Neurologis

Lesu dan mengantuk di siang hari, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi

atau mengurangi rentang perhatian, kejang, bicara cadel, tremor, gerakan

memutar, atau tersentak-sentak, myoclonus, ataxia (perubahan gaya

berjalan), parestesia

2. Kardiovaskuler

Kardiomiopati, hipertensi, edema perifer, gagal jantung, perikarditis

uremik, efusi perikardial, gesekan gesekan perikardial, tamponade jantung

3. Pernapasan

Halitosis uremik, takipnea, napas dalam-dalam, menguap, pernapasan

kusmaul, pneumonitis uremik, sesak napas, edema paru, efusi pleura,

refleks batuk tertekan, kresek

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 16

4. Hematologi

Anemia, perdarahan abnormal, dan memar

5. Pencernaan

Anoreksia, mual, muntah, rasa logam di mulut, perubahan ketajaman dan

sensasi rasa, kolitis uremik (diare), konstipasi, gastritis uremik

(kemungkinan perdarahan GI), uremik janin (bau napas), stomatitis, diare

6. Perkemihan

Poliuria, nokturia (awal), oliguria, anuria (kemudian), proteinuria,

hematuria, encer, penampilan seperti sedotan

7. Integument

Penurunan turgor kulit, pucat, kulit kering, pruritis, ekimosis, purpura,

kalsifikasi jaringan lunak, embun beku uremik (terlambat, premorbid)

8. Muskuloskeletal

Kelemahan otot dan kram, nyeri tulang, fraktur patologis,

renalosteodistrofi

9. Reproduksi

Penurunan kesuburan, jarang atau tidak ada menstruasi menurun libido,

impotensi

Sedangkan menurut Kowalak et al., (2014) ada beberapa tanda dan gejala

gagal ginjal kronis meliputi

1. Hipervolemia akibat retensi natrium

2. Hipokalsemia dan hyperkalemia akibat ketidakseimbangan elektrolit

3. Azotemia akibat retensi zat sisa nitrogenus

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 17

4. Asidosis metabolik akibat kehilang bikarbonat

5. Hipotensi akibat kehilangan natrium

6. Mulut yang kering, keadaan mudah lelah, dan mual akibat hiponatremia

7. Hipertensi akibat kelebihan muatan cairan

8. Frekuensi jantung yang tidak regular akibat hyperkalemia

9. Luka pada gusi dan perdarahan akibat koagulopati

10. Kulit berwarna kuning tembaga akibat perubahan proses metabolik

11. Kulit yang kering serta bersisik dan rasa gatal yang hebat akibat uremik

frost.

12. Kram otot dan kedutan (twitching) yang meliputi iritabilitas jantung akibat

hiperkalemia.

2.1.6 Klasifikasi

Menurut Ignatavicius & Workman, (2010) Gagal ginjal kronik dibagi

menjadi 3 stadium:

1. Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin

serum normal dan penderita asimptomatik.

2. Stadium 2 : infusiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan telah rusak,

Blood Urea Nitrogen (BUN) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.

3. Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari

tingkat penurunan LFG :

1. Stadium 1 GFR (ml/mnt/1,73 m2) Kerusakan ginjal dengan GFR

normal

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 18

Berisiko >90

2. Stadium II Kerusakan ginjal dengan GFR turun ringan Insufisiensi ginjal

kronik (IGK) 60-89

3. Stadium III GFR turun sedang IGK, gagal ginjal kronik 30-59

4. Stadium IV GFR turun berat Gagal ginjal kronik 15-29

5. Stadium V Gagal ginjal Gagal ginjal tahap akhir (End Stage Renal

Disease) <15

2.1.7 Pemeriksaan penunjang

1. Urine

a. Volume:< 400 mL/24 jam (oliguria atau anuria)

b. Warna: urine keruh

c. Berat jenis: < 1,015

d. Osmolalitas: < 35 m osm/kg

e. Klirens kreatinin: turun

f. Na++ > 40 mEq/lt

g. Protein: proteinuria (3-4 +)

2. Darah

a. BUN/kreatinin: ↑

b. Hitung darah lengkap: Ht↓, Hb < 7-8gr%

c. Eritrosit: waktu hidup ↓

d. GDA, pH ↓: asidosis metabolic

e. Na serum++: ↓

f. K+: ↑

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 19

g. Mg++ / fosfat: ↑

h. Protein (khusus albumin): ↓

i. Osmolalitas serum > 285m osm/kg.

j. KUB foto: ukuran ginjal/Ureter/KK dan obstruksi (batas)

k. Pielogram retrograde: identifikasi ekstravaskuler, massa.

l. Sistouretrogram berkemih: ukuran KK, refluks kedalam ureter, retensi.

m. Ultrasono ginjal: sel jaringan untuk diagnosis histologist Endoskopi

ginjal, nefroskopi: batu, hematuria, tumor

n. EKG: ketidakseimbangan elektrolit asam dan basa Foto kaki,

tengkorak, kolumna spinal dan tangan: demineralisasi (Wijaya a.s,

2013).

2.1.8 Penatalaksanaan

Menurut Kowalak et al., (2014) terdapat beberapa penatalaksanaan untuk

penderita gagal ginjal kronis baik secara medis maupun mandiri diantaranya

yaitu:

1. Diet rendah protein untuk membatasi produk akhir metabolisme protein

yang tidak dapat diekskresi oleh ginjal

2. Diet tinggi protein bagi pasien yang menjalani dialisis peritoneal secara

berkelanjutan

3. Diet tinggi kalori untuk mencegah ketoasidosis dan atrofi jaringan

4. Pembatasan asupan natrium dan kalium untuk mencegah kenaikan kadar

kedua mineral ini

5. Pembatasan cairan untuk mempertahankan keseimo bangan cairan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 20

6. Obat-obat golongan loop diuretics, seperti furosemid (Lasix), untuk

mempertahankan keseimbangan cairan

7. Obat-obat golongan glikosid kardiak, seperti digoksin untuk memobilisasi

cairan yang menyebabkan edema.

8. Kalsium karbonat (Caltrate) atau kalsium asetat untuk mengatasi

osteodistroh renal dengan pengikatan fosfat dan suplementasi kalsium

9. Obat-obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah dan edema

10. Obat-obat antiemetik untuk mengendalikan mual dan muntah

11. Famotidine (Pepcid) atau ranitidin (Zantac) untuk mengurangi iritasi

lambung

12. Metilselulosa atau dokusat untuk mencegah konstipasi suplemen besi dan

folat atau transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia

13. Pemberian eritropoietin sintetis untuk menstimulasi sumsum tulang agar

memproduksi sel darah merah; suplemen zat besi, preparat estrogen dan

desmopresin untuk mengatasi efek hematologi

14. Obat-obat antipruritus. seperti trimeprazin (Temaril) atau difenhidramin

(Benadryl) untuk meredakan rasa gatal

15. Gel aluminum hidroksida untuk mengurangi kadar fosfat serum

16. Suplemen Vitamin. khususnya vitamin B dan D serta ”masam amino

esensial

17. Dialisis untuk mengatasi hiperkalemia dan ketidak. seimbangan cairan

18. Pemberian per oral atau rektal preparat resin penukar kation. seperti

sodium poli tiren sulfonat (Kayexalnte) dan penyuntikan IV kalsium

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 21

glukonat. natrium bikarbonat, dekstros 50% dan regular insulin untuk

membalikkan keadaan hyperkalemia

19. Perikardiosentesis darurat atau pembedahan darurat untuk penanganan kor

tamponade

20. Dialisis intensif dan torakosentesis untuk mengurangi edema paru dan

efusi pleura

21. Dialisis peritoneal atau hemodialisis untuk membantu mengendalikan

penyakit ginjal terminal

22. Transplantasi ginjal (yang biasanya merupakan terapi pilihan bila donor

tersedia).

2.2 Hemodalisa

2.2.1 Defenisi

Hemodialisis (HD) adalah salah satu dari beberapa terapi penggantian

ginjal yang digunakan untuk pengobatan ESKD dan gagal ginjal. dyalisis

menghilangkan kelebihan cairan dan produk limbah dan mengembalikan

keseimbangan kimia dan elektrolit. HD melibatkan pengaliran darah pasien

melalui membran semipermeabel buatan juga melakukan fungsi penyaringan dan

ekskresi ginjal (Ignatavicius & Workman, 2010).

Setiap pasien dapat dipertimbangkan untuk terapi hemodialisa, memulai

terapi ini tergantung pada simtom, bukan pada laju filtrasi glomerulus (GFR).

Banyak pasien bertahan hidup selama bertahun-tahun dengan terapi HD, dan

yang lain mungkin hidup hanya beberapa bulan berapa lama pasien bertahan

menggunakan terapi HD tergantung pada usianya, penyebab gagal ginjal, dan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 22

adanya penyakit lain, seperti penyakit arteri koroner , hipertensi, atau diabetes.

kriteria pemilihan pasien umum adalah:

1. Kehadiran gagal ginjal yang irreversibel ketika terapi lain tidak dapat

diterima atau tidak efektif

2. Tidak adanya penyakit yang secara serius akan menyulitkan HD

3. Harapan rehabilitasi

4. Penerimaan pasien dan rejimen (Ignatavicius & Workman, 2010).

2.2.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya terapi hemodialisis adalah untuk mengambil zat-

zat nitrogen yang bersifat toksik dari dalam tubuh pasien ke dializer tempat darah

tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan ketubuh pasien (Anggeria &

Marsia, 2019).

2.2.3 Indikasi

Hemodialisis diindikasikan pada pasien dalam keadaan akut yang

memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa

minggu) atau pasien dengan gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan terapi

jangka panjang/permanen. Secara umum indikasi dilakukan hemodialisis pada

penderita gagal ginjal adalah:

1. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 15 ml/menit;

2. Hiperkalemia

3. Kegagalan terapi konservatif

4. Kadar ureum lebih dari 200 mg/dl

5. Kreatinin lebih dari 65 mEq/L

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 23

6. Kelebihan cairan dan

7. Anuria berkepanjangan lebih dari 5 kali (Anggeria & Marsia, 2019).

2.2.4 Kontra Indikasi

Menurut Wijaya a.s, (2013) menyebutkan kontra indikasi pasien yang

hemodialisa adalah sebagai berikut:

1. Hipertensi berat (TD > 200/100 mmHg)

2. Hipotensi (TD < 100 mmHg)

3. Adanya perdarahan hebat

4. Demam tinggi.

Ketergantungan pasien terhadap mesin hemodialisis seumur hidup yang

rutin dilakukan mengakibatkan perubahan peran, perubahan pekerjaan, kehidupan

ekonomi, kehidupan sosial dan pendapatan yang mengakibatkan stressor yang

dapat menimbulkan kecemasan pada pasien hemodialisis (Farida, 2010).

Hemodialisa merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan pada pasien GGK

supaya mampu bertahan hidup. Namun demikian, tindakan tersebut mempunyai

efek samping pada kondisi fisik serta psikologis pendetita GGK (Wakhid &

Waluyo, 2018).

2.3 Ansietas

2.3.1 Defenisi

Istilah ansietas dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari

Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti

mencekik (Trismiati, dalam Yuke Wahyu Widosari, 2010: 16). Selanjutnya

Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan “kecemasan adalah keadaan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 24

emosi negatif yang ditandai dengan firasat dan tanda-tanda ketegangan somatik,

seperti jantung berdetak kencang, berkeringat, dan seringkali, kesulitan bernapas,

(kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan atau

pencekikan), kecemasan mirip dengan rasa takut tetapi dengan fokus yang kurang

spesifik, sedangkan ketakutan biasanya merupakan respons terhadap beberapa

ancaman langsung, kecemasan ditandai dengan kekhawatiran tentang bahaya tak

terduga yang ada di masa depan ” (Annisa & Ifdil, 2016).

2.3.2 Rentang respon ansietas (kecemasan)

Stuart, (2006) mengelompokkan beberapa rentang ansietas (kecemasan)

yang terdiri dari respon perilaku, kognitif, dan afektif terhadap dia ntaranya.

1. Perilaku, diantaranya: gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut,

bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik

diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,

menghindar, hiperventilasi, dan sangat waspada.

2. Kognitif, diantaranya: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa,

salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang

persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung,

sangat waspada, keasadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan

kendali, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian, kilas

balik, dan mimpi buruk.

3. Afektif, diantaranya: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang,

gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati

rasa, rasa bersalah, dan malu.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 25

Kemudian menurut Shah: M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, S, 2014: 144

dalam Annisa & Ifdil, (2016) membagi kecemasan menjadi tiga aspek, yaitu:

1. Aspek fisik seperti, pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat,

menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi, dan lain-lain.

2. Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.

3. Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian dan

memori, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam berpikir, dan bingung.

Kemudian menurut Ivi Marie Blackburn & Kate M. Davidson (1994: 9)

dalam Annisa & Ifdil, (2016) membagi analisis fungsional gangguan kecemasan,

diantaranya.

1. Suasana hati, diantaranya: kecemasan, mudah marah, perasaan sangat

tegang.

2. Pikiran, diantaranya: khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong,

membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, dan

merasa tidak berdaya.

3. Motivasi, diantaranya: menghindari situasi, ketergantungan tinggi, dan

ingin melarikan diri.

4. Perilaku, diantaranya: gelisah, gugup, kewaspadaan yang berlebihan.

Gejala biologis, diantaranya: gerakan otomatis meningkat, seperti

berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, dan mulut kering.

2.3.3. Jenis-jenis ansietas (kecemasan)

Menurut Spilberger, (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra,

2012: 53) menjelaskan kecemasan memiliki dua jenis yaitu:

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 26

1. Trait anxiety

Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang

menghinggapi diri seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak

berbahaya. Kecemasan ini disebabkan oleh kepribadian individu yang

memang memiliki potensi cemas dibandingkan dengan individu yang

lainnya.

2. State anxiety

State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada

diri individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan

secara sadar serta bersifat subjektif.

2.3.4 Ciri-ciri dan gejala kecemasan (ansietas)

Menurut Jeffrey, dkk (2005: 164) dalam Annisa & Ifdil, (2016) ada

beberapa ciri-ciri kecemasan, yaitu:

1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya: kegelisahan, kegugupan,

tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, sensasi dari pita

ketat yang mengikat di sekitar dahi, kekencangan pada pori-pori kulit perut

atau dada, banyak berkeringat, telapak tangan yang berkeringat, pening

atau pingsan, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit

bernafas, bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak

kencang, suara yang bergetar, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi

dingin, pusing, merasa lemas atau mati rasa, sulit menelan, kerongkongan

merasa tersekat, leher atau punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik

atau tertahan, tangan yang dingin dan lembab, terdapat gangguan sakit

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 27

perut atau mual, panas dingin, sering buang air kecil, wajah terasa

memerah, diare, dan merasa sensitif atau “mudah marah”.

2. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya: perilaku menghindar,

perilaku melekat dan dependen, dan perilaku terguncang

3. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya: khawatir tentang sesuatu,

perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang

terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan

segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi

ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan, merasa terancam

oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak

mendapat perhatian, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan

ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia

mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa

dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan

tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele, berpikir tentang

hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa harus

bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan, pikiran terasa

bercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran-

pikiran terganggu, berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak

menemukan sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan ditinggal

sendirian, dan sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran

2.3.5 Tingkat kecemasan (ansietas)

Menurut (Stuart, 2006), ada beberapa tingkat ansietas, yaitu:

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 28

1. Ansietas ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini

menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang

persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan serta kreativitas.

2. Ansietas sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi

individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang

selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

3. Ansietas berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus

pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut

memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4. Tingkat panik

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci

terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali, individu

yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 29

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional.

Menurut Mubarak, (2015) dalam Annisa & Ifdil, (2016) mengemukakan

ada beberapa faktor mempengaruhi tingkat kecemasan dari berbagai sumber,

yakni sebagai berikut :

1. Faktor internal

a. Usia

Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya usia,

pertolongan bila ada kebutuhan akan kenyamanan, reassurance, dan

nasehat- nasehat.

b.Pengalaman

Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman

menghadapi stress dan punya cara untuk menghadapinya akan

cenderung lebih menganggap stress sebgai masalah yang tidak dapat

diselesaikan.

2. Faktor eksternal

a. Pengetahuan

Seseorang dengan ilmu pengetahuan dan kemampuan intelektual akan

dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam

menghadapi stress

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 30

b. Pendidikan

Pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu untuk

mengahadapi stress.

c. Finansial /material

Asset mengalami stress berupa harta yang melimpah tidak akan

menyebabkan individu tersebut mengalami stress berupa kekacauan

finansialnya.

d. Obat

Obat –obatan ini mempunyai khasiat mengatasi kecemasan sehingga

penderitanya dapat tenang.

e. Dukungan sosial budaya

Dukungan sosial dan sumber- sumber masyarakat serta lingkungan

sekitar individu akan sangat membantu seseorang dalam menghadapi

stressor, membuat situasi individu lebih siap dalam menghadapi stress

yang akan dating.

Kecemasan terhadap kematian dan faktor – faktor yang

mempengaruhi kecemasan itu sendiri pada dasarnya saling berkatitan satu sama

lain, sehingga dapat diketahui bahwasannya kecemasan itu dipengaruhi oleh

kondisi psikis, serta dilatar belakangi oleh beberapa faktor internal dan eksternal

dari masing – masing individu sendiri (Fauziah, 2016). Kecemasan akan kematian

menjadikan individu mengalami ketakutan yang sangat luar biasa, seperti

serangan panik, kecemasan berat saat menghadapi ataupun berfikir tentang

kematian (Wong, 2002 dalam Sigalingging, 2017).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 31

Menurut keliat, dkk (2011) faktor penyebab ansietas adalah :

1. Perasaan takut tidak diterima dilingkungan

2. Pengalaman traumatis seperti trauma perpisahan, kehilangan atau

bencana

3. Rasa frustasi akibat kegagalan dalam pencapian tujuan

4. Ancaman terhadap integritas diri/ ketidakmampuan fisiologis atau

gangguan terhadap kebutuhan dasar.

5. Ancaman terhadap konsep diri/ identitas dir, harga diri, dan perubahan

peran.

2.4 Peer Group Support

2.4.1 Defenisi

Peer group support atau dapat diartikan sebagai dukungan sesama

penderita merupakan salah satu tindakan yang memanfaatkan teman sebaya atau

senasib yang dapat saling membantu dalam meningkatkan status kesehatan

(Fitrianda, 2013). Peer group support merupakan suatu sistem pemberian dan

penerimaan bantuan dengan rasa hormat, tanggung jawab bersama, dan

kesepakatan bersama yaitu melalui dukungan, persahabatan, empati, saling

berbagi, dan saling memberi bantuan (Ekasari & Andriyani, 2013).

2.4.2. Fungsi peer group support

Menurut (Ekasari & Andriyani, 2013) ada beberapa fungsi dari peer

group support :

1. Menjadikan lingkungan masyarakat yang aman dan mendukung.

2. Memberikan suasana penerimaan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 32

3. Mempromosikan diri, martabat, dan rasa hormat.

4. Peningkatan pengetahuan dengan belajar dari satu sama lain.

Sedangkan Menurut Sucipto (2014) fungsi dari peer group support yaitu:

1. Memberikan sumber informasi tentang dunia di luar keluarga.

2. Membantu peer group support dalam menyelesaikan masalah baik

masalah sosial maupun masalah dalam keluarga.

3. Membantu peer group dalam keterampilan sosial.

2.4.3. Ciri-ciri peer group

Menurut Ekasari & Andriyani, (2013) menjelaskan ada beberapa ciri-ciri

peer group support yaitu sebagai berikut:

1. Peer group support tidak selalu menganggap orientasi adalah masalah.

Terlepas dari kenyataan bahwa orang mungkin berkumpul hanya berbagi

pengalaman tentang masalah kesehatan psikologis, percakapan tidak

harus fokus pada pengalaman itu. Ada kepercayaan yang lebih dan

keterbukaan dengan orang lain.

2. Penilaian dan evaluasi bukan bagian dari hubungan peer group.

Sebaliknya, orang berusaha untuk tanggung jawab bersama dan

komunikasi yang memungkinkan mereka untuk mengekspresikan

kebutuhan mereka satu sama lain tanpa ancaman atau paksaan.

3. Peer group support mengasumsikan timbal balik penuh, tidak ada peran

pembantu statis. Meskipun ini mungkin tidak mengherankan, jika cara

timbal balik adalah kunci untuk membangun hubungan yang alami.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 33

4. Peer group support mengasumsikan evolusi sistemik sebagai lawan

pemulihan individu dari masalah atau penyakit tertentu.

5. Peer group support membutuhkan orang-orang yang memikirkan kembali

arti keselamatan. Tanggung jawab dari dukungan peer group support

membutuhkan orang untuk mengambil makna relasional dari

keselamatan.

2.4.4. Bentuk – bentuk peer group support

Fauziah, (2016) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk- bentuk peer

group support yang diterima seseorang, antara lain:

1. Dukungan emosional dapat berupa ungkapan empati, perhatian,

kepedulian dan ungkapan penghargaan yang positif terhadap individu

yang bersangkutan.

2. Dukungan instrumental dapat berupa bantuan langsung atau uang yang

dapat membantu dalam pekerjaan dan kondisi stress individu yang

menerima.

3. Dukungan informasi dapat berupa nasehat, pengarahan, umpan balik atau

masukan mengenai apa yang dilakukan individu yang bersangkutan.

4. Dukungan teman merupakan bentuk dukungan berupa kesediaan orang

lain untuk menghabiskan waktu bersama, memberikan perasaan

keanggotaan dalam suatu kelompok yang memiliki.

Sedangkan menurut Sumarliah, (2015) ada beberapa bentuk bentuk peer

group support yaitu:

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 34

1. Dukungan emosional dengan mengembangkan rasa empati dan peduli

pada seseorang, dukungan emosional dapat memberikan kenyamanan, rasa

memiliki dan rasa dicintai

2. Dukungan penghargaan yang positif terhadap seseorang. Dukungan yang

dilakukan dengan menghargai perasaan, mendorong atau menyetujui ide

penghargaan ini dapat meningkatkan hubungan saling percaya dan

membuat seseorang merasa menjadi berharga

3. Dukungan instrumental, dukungan yang diberikan berupa bantuan

langsung dan nyata. Dukungan yang diberikan biasanya memberikan

materi, memberikan hadiah, atau membantu aktivitas secara langsung

4. Dukungan informasional, dukungan berupa pilihan kemudahan, arahan,

sugesti, dan umpan balik dari apa yang dilakukan. Dukungan ini bisa

berupa dukungan informasi terkait hal yang dibutuhkan seseorang.

5. Dukungan kebersamaan, Dukungan berupa jaringan dalam berbagai minat

dan aktivitas bersama. Dukungan ini melibatkan rasa kebersamaan satu

sama lain.

2.4.5 Pengaruh perkembangan peer group support

Pada dasarnya individu di samping sebagai makhluk sosial juga sebagai

makhluk individu/pribadi. Peer group juga berpengaruh baik dalam kehidupan

pribadi maupun dalam kehidupan kelompok. Menurut Bayani (2013) dalam

trishayati (2018) pengaruh lain dalam peer group support ini ada yang positif dan

ada yang negatif. Pengaruh positif dari peer group adalah:

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 35

1. Apabila individu didalam kehidupannya mempunyai peer group maka

kememampuan kerjasama dengan orang lain akan lebih baik.

2. Individu dapat memberi hasil pada prestasi akademik dan keterlibatan

dalam kegiatan sekolah.

3. Bila individu masuk dalam peer group, maka dapat memberikan perasaan

yang aman kepada individu.

4. Menjalin pertemanan yang dapat mendukung kelompok demi kemajuan.

Sedangkan pengaruh negatif dari peer group adalah sebagai berikut:

Peer group menimbulkan masalah perilaku seperti terlibat dalam perkelahian,

tawuran, penggunaan obat – obatan, seks bebas, dan kenakalan remaja lainnya.

2.4.6. Faktor -faktor yang mempengaruhi peer group support

Menurut Ekasari & Andriyani, (2013) ada tiga faktor yang menyebabkan

seseorang menerima peer group support yaitu: potensi penerima dukungan,

potensi penyedia dukungan dan komposisi dan struktur jaringan sosial.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 36

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peer group

support dengan ansietas pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani tindakan

hemodialisa di rumah sakit Sata Elisabeth Medan.

Bagan 3.1.: Kerangka Konseptual Hubungan Peer Group Support Dengan


Ansietas pada pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Tindakan Hemodialisa Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2020.

Variabel Independen Variabel Dependen

PEER GROUP SUPPORT ANSIETAS

1. Dukungan 1. Tidak ada kecemasan


emosional 2. Kecemasan ringan
2. Dukungan 3. Kecemasan sedang
penghargaan 4. Kecemasan berat
3. Dukungan 5. Panik
instrumental
4. Dukungan
informasional
5. Dukungan
kebersamaan

Keterangan :

: Variabel yang di teliti

: Hubungan

STIKes Santa Elisabeth Medan 36


STIKes Santa Elisabeth Medan 37

3.2 Hipotesa

Hipotesis adalah prediksi, hampir selalu merupakan prediksi tentang

hubungan antara variabel. Hipotesis ini diperkirakan bisa menjawab pertanyaan.

Hipotesis kadang – kadang mengikuti dari kerangka teoritis. Validitas teori

dievaluasi melalui pengujian hipotesis

Ha : Diterima 0,004≤ 0,05 dinyatakan ada hubungan peer group support dengan

ansietas pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani tindakan

hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 38

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian adalah keseluruhan rencana atau struktur dan

strategi penelitian yang disusun sedemikian rupa agar dapat memperoleh jawaban

mengenai permasalahan penelitian. Metode penelitian adalah teknik yang

digunakan peneliti untuk menyusun studi dan untuk mengumpulkan dan

menganalisis informasi yang relevan dengan pertanyaan penelitian (Polit, 2012).

Rancangan penelitian yang digunakan peneliti adalah rancangan penelitian

non-eksperimen dengan desain Cross Sectional. Penelitian Cross Sectional adalah

jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2020).

Rencana penelitian untuk mengetahui hubungan peer group support

dengan ansietas pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani tindakan

hemodialisa di rumah sakit Santa Elisabeth Medan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (manusia, klien) yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan (Polit & Beck, 2012). Populasi dalam penelitian ini

adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani tindakan hemodialisa di rumah sakit

Santa Elisabeth Medan pada bulan April 2020 berjumlah 50 orang.

STIKes Santa Elisabeth Medan


38
STIKes Santa Elisabeth Medan 39

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari elemen populasi. Sampel dalam penelitian

adalah tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

Total sampling adalah tehnik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi . (Polit, 2012). Dengan catatan responden pada pelitian ini adalah

responden pada uji valid kuesioner penelitian.

4.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

4.3.1 Variabel penelitian

1. Variabel independen

Menurut Grove, (2014) variabel independen merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini

juga dikenal dengan nama variabel bebas, artinya bebas dalam mempengaruhi

variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah peer group

suppport.

2. Variabel dependen

Grove (2014), variabel dependen adalah hasil yang peneliti ingin prediksi

atau jelaskan. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain atau dengan kata lain variabel terikat. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah ansietas.

4.3.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 40

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Polit, 2012).

Tabel 4.2 Defenisi Operasional Hubungan Peer Group Support Dengan


Ansietas Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Tindakan Hemodialisa Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan

Defenisi
Variabel Indikator Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Independen Peer group Bentuk-bentuk Kuesioner Ordinal 61-80 =
Peer Group support adalah peer group Terdiri dari baik
support dukungan support: 20
sesama 1.Dukungan pernyataan 41-60 =
penderita atau emosional dengan cukup
teman sebaya 2.Dukungan pilihan
atau senasib penghargaan jawaban 20-40 =
yang dapat 3.Dukungan Selalu = 4 kurang
saling instrumental sering = 3
membantu 4.Dukungan kadang
dalam informasi kadang = 2
meningkatkan 5.Dukungan tidak pernah
status kebersamaan =1
kesehatan
Dependen Kecemasan Tingkat kecemasan: Kuesioner Ordinal tidak ada
Ansietas (ansietas) Ada 20 kecemas
adalah 1. kecemasan pernyataan an=20-35
kekhawatiran ringan dengan skor kecemas
yang tidak 2. Ansietas / an ringan
jelas dan kecemasan Sangat jarang = 36-51
menyebar, sedang :1 kecemas
yang berkaitan 3. Kecemasan Kadang- an
dengan berat sedang=
kadang : 2
perasaan tidak 52-67
4. Panik Sering: 3
pasti dan tidak kecemas
berdaya. Selalu: 4 an berat=
68 – 80

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

agar penelitian dapat berjalan dengan baik (Polit,2012). Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini berupa kuesioner, Kuesioner merupakan daftar pertanyaan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 41

dalam rangka wawancara terstruktur oleh peneliti dengan responden (Imron,

2010).

1. Kuesioner peer group support

Sebelum mengisi kuesioner ini responden akan mengisi data demografi,

berupa nomor responden, nama inisial, umur, agama, suku. Kuesioner ini yang

terdiri dari 20 pernyataan yang dimana indikatornya adalah Dukungan Emosional:

1-4, Dukungan penghargaan 5-8 Dukungan Instrumental: 9-12, Dukungan

Informasi: 13-16 dan Dukungan kebersamaan: 17-20 dengan menggunakan skala

likert dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju

(TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) =1

Skala ukur yang digunakan pada variabel ini adalah skala ordinal, dengan

mengunakan rumus sebagai berikut:

P = Nilai tertinggi – nilai terendah

Banyak kelas

P= 80 – 20

P= 20

Keterangan : Kurang 20 - 40

Cukup 41 - 60

Baik 61 – 80

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 42

2. Kuesioner Ansietas

Pada kuesioner ini yang terdiri dari 20 pernyataan dimana sangat jarang:

1, Kadang-kadang : 2, Sering: 3 Selalu mengalami demikian setiap hari : 4 Hasil

skor yang digunakan pada kuesioner terdiri dari :

Skala ukur yang digunakan pada variabel ini adalah skala ordinal, dengan

mengunakan rumus sebagai berikut:

P = Nilai tertinggi – nilai terendah

Banyak kelas

P= 80 – 20

P= 15

tidak ada kecemasan = 20-35

kecemasan ringan = 36-51

kecemasan sedang = 52-67

kecemasan berat, = 68 – 80

Skala ukur yang digunakan pada variabel ini adalah skala ordinal.

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang berada

di Jl. H. Misbah No.7 Jati Kec. Medan Maimun, kota Medan, Sumatera Utara.

Peneliti memilih tempat ini karena Rumah Sakit ini adalah salah satu rumah sakit

yang mempunyai ruang hemodialisa untuk penderita gangguan ginjal dan memiliki

fasilitas hemodialisa yang lengkap.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 43

4.5.2 Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Mei tahun 2020.

4.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.6.1 Pengambilan data

Pengambilan data adalah proses perolehan subjek dan pengumpulan untuk

suatu penelitian. Langkah-langkah aktual untuk mengumpulkan data sangat

spesifik untuk setiap studi dan bergantung pada teknik desain dan pengukuran

penelitian (Polit, 2012). Pengambilan data pada penelitian ini di peroleh dari :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitian

melalui kuesioner.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari rekam medis jumlah pasien

yang menjalani hemodialisa dibulan desember.

4.6.2 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data meupakan cara atau metode yang digunakan

untuk mengumpulkan data, sedangkan instrumen pengumpulan data berkaitan

dengan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan membagikan

kuesioner kepada subjek penelitian. Pengumpulan data dimulai dengan

memberikan informed consent kepada responden. Setelah responden menyetujui,

responden mengisi data demografi dan mengisi setiap pertanyaan yang terdapat

pada kuesioner. Setelah semua pertanyaan dijawab, peneliti mengumpulkan

kembali lembar jawaban responden dan mengucapkan terimakasih atas

kesediaannya menjadi responden.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 44

4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas

Validitas adalah sebuah kesimpulan, bukan tentang rancangan atau desain

penelitian melainkan suatu elemen desain yang sangat mempengaruhi kesimpulan

yang dibuat oleh peneliti (Polit 2012). Validitas relevan untuk tindakan afektif

(yaitu tindakan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, dan sifat psikologis) dan

tindakan kognitif (Polit, 2012). Uji validitas yang digunakan pada penelitian ini

adalah dengan menggunakan person product moment yaitu membandingkan r

hitung dengan r tabel, dengan kriteria r hitung > r tabel instrumen dinyatakan.

Kuesioner diadopsi dari hasil penelitian skripsi Chairun Nisak

http://repository.unej.ac.id/. Uji validitas dilakukan kepada 30 responden di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dan dinyatakan valid jika nilai r hitung > r

tabel = 0,361(Sanjaka, 2011), uji ini dilakukan pada tanggal 19-26 Februari 2020.

4.6.4 Uji reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan rumus Cronbach’s alpha. Uji reliabilitas dilakukan kepada 30

responden di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan apabila nilai Cronbach’s alpha

> 0,6. Nilai cronbach’s alpha yang didapatkan 0,931.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 45

4.7 Kerangka Operasional

Bagan 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Hubungan Peer Group Support


dengan ansietas pada menjalani tindakan hemodialisa di RS
Santa Elisabeth Medan Tahun 2020

Pengajuan Judul Pengambilan data awal

Uji instrumen ( uji validitas dan


reliabilitias)

Pemberian informed consent kepada


calon responden

Analisa data dengan komputerisasi

Pengumpulan data

Pengelolaan data (Editing, Coding,


Tabulating)

Menarik kesimpulan

Seminar hasil penelitian

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 46

4.8 Pengelolaan Data

Setelah semua data terkumpul, peneliti akan memeriksa apakah semua

daftar pernyataan telah diisi. Kemudian peneliti melakukan

1. Editing

Setelah kuesioner diisi oleh responden, selanjutnya peneliti melakukan

pengecekan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden apakah sudah

lengkap dan tidak ada yang kosong, apabila ada pernyataan yang belum terjawab,

maka peneliti memberikan kembali pada responden untuk diisi.

2. Coding

Kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas

beberapa kategori. Peneliti memberikan kode untuk jenis kelamin angka 1 untuk

jenis kelamin laki-laki, dan angka 2 untuk jenis kelamin perempuan. Kode 1

untuk umur < 60 tahun, dan kode 2 untuk umur > 60 tahun. Kode 1 untuk

pendidikan SD, kode 2 untuk pendidikan SMP, kode 3 untuk pendidikan SMA,

dan kode 4 untuk pendidikan perguruan tinggi. Kode 1 untuk agama islam, kode 2

untuk agama katolik, kode 3 untuk agama kristen protestan. Kode 1 untuk suku

jawa, kode 2 suku batak toba, kode 3 suku batak karo. Kode 1 untuk pekerjaan ibu

rumah tangga, kode 2 untuk pekerjaan petani, kode 3 untuk pekerjaan PNS, kode

4 untuk pekerjaan pensiunan, kode 5 untuk pekerjaan pegawai swasta. Kode 1

untuk lamanya menjalani tindakan hemodialisa < 6 bulan, kode 2 untuk lamanya

menjalani tindakan hemodialisa > 6 bulan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 47

3. Tabulating

Untuk mempermudah analisis data, pengolahan data, serta pengambilan

kesimpulan, data dimasukkan kedalam bentuk table distribusi frekuensi (Hidayat,

2012). Data yang diperoleh dari responden dimasukkan kedalam program

komputerisasi. Semua data disajikan dalam bentuk table disertai narasi sebagai

penjelasan. Pilih analyze, lalu descriptive statistics pindahkan ke variabel sebelah

kanan nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, agama, suku, pekerjaan, lama

menjalani tindakan hemodialisa, lalu klik OK.

4.9 Analisa Data

1. Analisa univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Nursalam, 2014). Pada

penelitian ini metode statistik univariat digunakan untuk

mengidentifikasi variabel independen peer group support dan

mengidentifikasi variabel dependen ansietas pada pasien gagal ginjal

kronik. Analisa univariat pada penelitian ini adalah distribusi

frekuensi, dan persentase. Setelah dilakukan analisis univariat, maka

diketahui karakteristik dari setiap variabel, kemudian dilanjutkan

dengan analisis bivariat.

2. analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Nursalam, 2014). Pada penelitian ini

analisis bivariat yakni untuk menjelaskan hubungan dua variabel ,

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 48

yaitu variabel peer group support sebagai variabel independen/

bebas dengan ansietas pasien gagal ginjal kronik sebagai

variabel dependen/terikat. Analisis bivariat yang digunakan adalah

uji Chi-square. Uji Chi-square merupakan salah satu jenis uji paling

sederhana untuk melihat perbedaan secara signifikan nilai yang di

observasi dari nilai yang diperkirakan pada satu derajat kebebasan

(Heavay, 2014). Melalui program komputerisasi dengan uji Chi-

square yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan variabel

independen (peer group support) dengan variabel dependen

(ansietas pada pasien gagal ginjal kronik) dengan tingkat

korelasinya 95% (≤0,05) (Polit & Beck, 2012).

4.10. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan peneliti khususnya jika subjek penelitian adalah

manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Secara umum prinsip

etikanya adalah prinsip manfaat, menghargai hak-hak subjek dan prinsip keadilan

(Nursalam, 2016). Peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau melakukan tugas

penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (secientific attitude) serta

berpegang teguh pada etika penelitian, meskipun mungkin yang akan dilakukan tidak

merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian. Sebelum penelitian ini

dilakukan, peneliti memperkenalkan diri secara lengkap, peneliti juga menjelaskan

tujuan dari penelitian yaitu untuk hubungan peer group support dengan ansietas

pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani tindakan hemodialisa di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan 2020.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 49

Menggunakan kuesioner dan membagikannya kepada semua responden

guna mendapatkan data. Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan

persetujuan dari responden apakah bersedia atau tidak. Seluruh responden yang

bersedia akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan setelah informed

consent dijelaskan dan jika responden tidak bersedia maka tidak akan dipaksakan.

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti.

1. Respect for person

Penelitian yang dilakukan mengikutsertakan pasien harus menghormati

martabat pasien sebagai manusia. Pasien memiliki otonomi dalam menentukan

pilihannya sendiri. Apapun pilihannya harus senantiasa dihormati dan tetap

diberikan keamanan terhadap kerugian pada pasien yang memiliki kekurangan

otonomi. Beberapa tindakan yang terkait denagn prinsip menghormati harkat dan

martabat pasien adalah peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subjek

(Informed Consent).

2. Beneficience & Maleficience

Penelitian yang dilakukan harus memaksimalkan kebaikan atau keuntungan

dan meminimalkan kerugian atau kesalahan terhadap responden penelitian. Secara

tidak langsung penelitian ini akan meningkatkan layanan keperawatan.

3. Justice

Responden yang dilakukan harus diperlakukan secara adil dalam hal beban

dan manfaat dari partisipasi dalam penelitian. Peneliti harus mampu memenuhi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 50

prinsip keterbukaan pada semua responden penelitian. semua responden diberikan

perlakuan yang sama sesuai prosedur penelitian.

Penelitian ini telah lulus uji etik dari komisi etik penelitian kesehatan

STIKes Santa Elisabeth Medan dengan nomor surat No.0203/KEPK/PE-

DT/VI/2020.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 51

BAB 5
HASI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran lokasi penelitian

Pada bab ini akan diuraikan tentang lokasi penelitian mengenai Hubungan

Peer Group Support Dengan Ansietas pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang

Menjalani Tindakan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dengan jumlah 50

responden. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah Rumah Sakit dengan

akreditasi paripurna yang berlokasi di Jalan Haji Misbah No.7 Medan. Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan didirikan dan dikelola oleh kongregasi Fransiskanes

Santa Elisabeth Medan sejak tahun 1931.

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan merupakan Rumah Sakit Swasta yang

didikan sebagai wujud pelayanan kepada masyarakat oleh suster – suster

Frasiskanes Santa Elisabeth dengan motto “ketika aku sakit kamu melawat aku” (

Matius 25:36), pelindung Rumah Sakit ini adalah Santa Elisabeth dari Hongaria.

Adapun Visi yang hendak dicapai Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah

menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mampu berperan aktif dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi atas dasar cinta kasih dan

persaudaraan dan misi yaitu meningkatkan derajat kesehatan melalui sumber daya

manusia yang professional, sarana prasarana yang memadai, selain itu juga senantiasa

memperhatikan masyarakat yang lemah.

Tujuan dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yaitu untuk meningkatkan

derajat kesehatan yang optimal dengan semangat cinta kasih sesuai kebijakan

pemerintah dalam menuju masyarkat sehat. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

menyediakan beberapa pelayanan medis yaitu ruang rawat inap internis, ruang rawat

STIKes Santa Elisabeth Medan


53
STIKes Santa Elisabeth Medan 52

inap bedah, poli klinik, instalasi gawat darurat ( IGD ), ruang operasi (OK), ruang

kemoterapi, intensive care unit (ICU), Intensive cardio care unit (ICCU), pediatrik

intensive care unit (PICU), Neonatal Intensive Care unit (NICU), ruang pemulihan

(Intermedite), Stroke center, medical check up, Hemodialisis, sarana penunjang

radiologi, laboratorium, fisioterapi, ruang praktek dokter, Patologi Anatomi dan

farmasi.

Adapun ruangan yang menjadi tempat penelitian peneliti yaitu ruang

hemodialisa. Data yang telah diperoleh dari kuesioner penelitian dikumpulkan,

kemudian dilakukan tahap editing dengan memeriksa kuesioner apakah semua

pertanyaan sudah dijawab oleh pasien responden sesuai dengan petunjuk, coding

dengan memberikan kode atau angka tertentu pada jawaban kuesioner untuk

mempermudah sewaktu melakukan tabulasi analisa, tabulating dengan menghitung

dan menyususn data dari hasil kodean, yang diperoleh setelah data dimasukkan

kedalam program komputer.

5.2 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan mengenai hubungan peer

group support dengan ansietas pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020.

Penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2020. Responden pada penelitian ini

adalah pasien yang menjalani tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan yang meliputi pasien baru, pasien lama yang melakuan tindakan

hemodialisa. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang pasien.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 53

5.2.1 Karakteristik Demografi responden

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Data


Demografi Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang menjalani
Tindakan Hemodialisa Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2020

No. Karakteristik F %
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 17 56,7
Perempuan 13 43,3
Total 30 100,0
2 Umur
<60 Tahun 19 63,3
>60 Tahun 11 36,7
Total 30 100,0
3 Agama
Islam 3 10,0
Katolik 9 30,0
Kristen Protestan 18 60,0
Total 30 100,0
4 Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 7 23,3
Petani 3 10,0
PNS 9 30,0
Pensiunan 8 26,7
Pegawai Swasta 3 10,0
Total 30 100,0
5 Suku
Jawa 3 10,0
Batak toba 21 70,0
Batak Karo 6 20,0
Total 30 100,0
6 Lama Menjalani HD
<6 Bulan 7 23,3
>6 Bulan 23 76,7
Total 30 100,0

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa dari 30 responden terbanyak

mayoritas pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang (56,7%) dan minoritas

pada jenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (43,3%).

Reponden mayoritas terbanyak pada umur <60 tahun sebanyak 19 orang

63,3%) dan minoritas pada >60 tahun sebanyak 11 orang (36,7%).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 54

Reponden mayoritas terbanyak pada agama Kristen protestan sebanyak 18

orang (60,0%) dan minoritas agama islam sebanyak 3 orang (10,0%)

Responden mayoritas pada pekerjaan PNS sebanyak 9 orang (30,0%) dan

minoritas pada pekerjaan petani dan pegawai swasta sebanyak 3 orang (10,0%).

Responden mayoritas pada suku batak toba sebanyak 21 orang (70%) dan

minoritas pada suku jawa sebnayak 3 orang (10%).

Responden mayoritas lamanya menjalani HD >6 bulan sebanyak 27 orang

(90,0%) dan minoritas lamanya menjalani HD <6 bulan sebanyak 3 orang

(10,0%).

5.2.2 Peer group support pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Elisabeth Medan

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan peer group


support pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani tindakan
hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020
Peer group support Frekuensi (%)
1. Kurang 0 0
2. Cukup 4 13,3%
3. Baik 26 86,7%
Total 30 100,0

Berdasaran hasil analisis data pada tabel 5.2.2 peer group support dapat

diketahui bahwa dari 30 responden di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan,

sebanyak 26 orang (86,7)% peer group support baik dan sebanyak 4 orang

(13,3%) peer group support cukup baik.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 55

5.2.3. Ansietas pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani tindakan
hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan ansietas pada


pasien gagal ginjal kronis yang menjalani tindakan
hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020

No Ansietas Frekuensi %
1. Tidak ada 4 13,3%
kecemasan
2. Kecemasan ringan 22 73,3%
3. Kecemasan 4 13,3%
sedang
4. Kecemasan berat 0 0
Total 30 100,0%

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 5.2.3 ansietas Idapat diketahui

bahwa dari 30 responden di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, sebanyak 22

orang (73,3%) kecemasan ringan, 4 orang (13,3%) kecemasan sedang, dan 4

orang (13,3%) tidak ada kecemasan.

5.2.4 Hubungan peer group support dengan ansietas pada pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2020

Tabel 5.4 Hasil tabulasi silang antara hubungan peer group support
dengan ansietas pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Peer group support
Total
ansietas Cukup Baik
F % F % F %
Tidak ada 0 0% 4 13,3% 4 13,3% p-
kecemasan value
Kecemasan 1 25,0% 21 80,8% 22 86,7% 0,004
ringan
Kecemasan 3 75,0% 1 3,8% 4 13,3%
sedang

Total 4 100,0% 26 100,0% 30 100,0%

Berdasarkan hasil tabulasi silang peer group support dengan ansietas pada

pasien gagal ginjal kronis yang menjalani tindakan hemodialisa dapat diketahui

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 56

bahwa responden yang mendapatkan kecemasan sedang dan peer group support

yang cukup sebanyak 3 orang (75,0%), responden yang mendapatkan kecemasan

sedang dan peer group support baik sebanyak 1 orang (3,8%), responden yang

mendapatkan kecemasan ringan dan peer group support cukup sebanyak 1 orang

(25,0%), responden yang mendapatkan kecemasan ringan dan peer group support

yang baik sebanyak 21 orang (80,8%), responden yang mendapatkan tidak ada

kecemasan dan peer group support yang baik sebanyak 4 orang (13,3%).

Hasil uji Chi-square pada hubungan peer group support dengan ansietas

pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani tindakan hemodialisa di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan diperoleh p-value yaitu 0,004. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan peer group support dengan ansietas pada pasien gagal

ginjal kronis yang menjalani tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2020. Dengan demikian Ha diterima.

5.3 Pembahasan dan Hasil Penelitian

5.3.1 Peer Group Support pada pasien gagal ginjal ginjal kronik yang
menjalani tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diruangan hemodialisa Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan menunjukkan bahwa mayoritas responden peer

group support baik sebanyak 26 orang (86,7%) dan minoritas responden dengan

peer group support cukup sebanyak 4 orang (13,3%).

Dari hasil penelitian yang dilakuan peneliti bahwa peer group support

sangat berpangaruh positif pada pasien yang menderita penyakit kronik terutama

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 57

pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani tindakan hemodialisa dan

didukung oleh beberapa penelitian.

Penelitian ini juga didukung (Ussher et al., 2006) bahwa dukungan dari

keluarga dan teman-teman sebagai ruang normalisasi di mana kanker tidak

didiskusikan, memungkinkan mereka untuk melanjutkan kehidupan sehari-hari

yang normal, berbeda dengan konfrontasi yang tak terhindarkan dengan penyakit

atau kematian dalam kelompok, menunjukkan bahwa ada juga aspek-aspek unik

dan positif dari dukungan yang diterima dari keluarga dan teman.

Sedangkan menurut (Steginga et al., 2006), Dukungan sebaya dinilai secara

positif oleh sebagian besar dokter dan sebagian besar melaporkan pengetahuan

yang adil terhadap kelompok tersebut. Namun, kurang dari seperempat secara

teratur merujuk pasien mereka ke kelompok-kelompok ini. Sementara dokter

dapat menggambarkan aspek-aspek positif dari dukungan sebaya, banyak yang

khawatir bahwa sudut pandang bias dan informasi yang salah dalam kelompok

kelompok ini mungkin berpotensi berkontribusi pada ketidakpastian keputusan

dan penyesalan pasien.

Sebuah penelitian mengatakan bahwa peer group support dapat

meningkatkan kualitas hidup pada penderita tuberculosis pada khususnya dan

penyakit kronik lain pada umumnya (Afandi, 2016). Dukungan kelompok sesama

penderita atau peer group support dapat merubah respon psikologis maladaptif

pada penderita kanker payudara menjadi respon psikologis yang adaptif.

Peer group support merupakan salah satu bentuk terapi paliatif yang

ditawarkan untuk menangani pasien dengan kasus terminal. Dukungan sosial

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 58

berupa peer group support dapat menurunkan tingkat stres penderita kanker

payudara antara lain dengan cara saling memberi nasihat, saling berbagi

pengalaman atau informasi (Ilkafah & Kusnanto, 2019).

Menurut penelitian (Kusuma et al. 2019) tentang pengaruh program

pemberdayaan penderita kusta berbasis Support group dengan pendampingan

keluarga terhadap Peningkatan kemampuan perawatan mandiri. Support group

juga menjadi terapi bagi pasien untuk mendapatkan teman serta bersosialisasi

sehingga kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan.

Hasil penelitian gagal ginjal kronis diruang hemodialisa Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan pasien yang sudah lama menjalani tindakan hemodialisa sudah

dapat menerima dan memberi dukungan kepada sesama teman (peer group

support). Sedangkan pasien yang baru menjalani tindakan hemodialisa belum

dapat menerima atau memberi dukungan kepada temannya. Oleh sebab itu pasien

yang baru menjalani tindakan hemodialisa diperlukan pendekatan terhadap

sesama penderita. Peran perawat juga sangat penting bagi pasien yang menjalani

tidakan hemodialisa melalui komunikasi dan pemberian informasi tentang

pemberian obat-obatan dan fisik hemodialisa dan psikologis serta meyakinkan

pasien agar lebih mendekatkan diri terhadap sesama penderita.

5.3.2 Ansietas pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani tindakan
hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di ruangan hemodialisa di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan yang kecemasan ringan sebanyak 22 orang

(73,3%),dan kecemasan sedang sebanyak 4 orang (13,3%).

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian (Luana, 2012), diketahui

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 59

bahwa sebagian besar (77,8%) responden memiliki gangguan cemas dalam

berbagai derajat. Sebanyak 29,6% penderita hemodialysis menderita gangguan

cemas ringan, dan 27,8% subyek menderita gangguan cemas berat.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian (Bossola et al., 2010), yang

menyebutkan bahwa dari 80 penderita hemodialisis, diketahui 38 (47,5%) di

antaranya mengalami kecemasan ringan, 3 (3,75%) tidak mengalami kecemasan,

dan sisanya mengalami kecemasan sedang hingga sangat berat.

Hal ini juga didukung oleh penelitian (Indonesia, Sopha and Wardani,

2016) diketahui bahwa gangguan kecemasan 47,36% pasien yang mengalami

kecemasan ringan, 28,94% mengalami kecemasan sedang dan 23,68% mengalami

kecemasan yang parah.

Pada penelitian (Rahayu, dkk 2018), dari 58 orang responden terdapat

sebanyak 28 orang responden (48,3 %) dengan tingkat stress sedang, ada 17 orang

responden(29,3%) dengan tingkat stress ringan.

Hal ini juga dapat dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan

(Mosleh and Al, 2020), tentang prevalence of depression and anxiety in chronic

kidney disease patient on hemodialysis dengan hasil 47,36% pasien yang

mengalami kecemasan ringan, 28,94% mengalami kecemasan sedang dan 23,68%

mengalami kecemasan yang parah.

Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh (Arafah, dkk. 2018) tentang

Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisis

di RSUD Dr. Pirngadi Medan dari 62 responden didapatkan hasil kecemasan

ringan 6 responden (9,7%), kecemasan sedang 32 responden (51,6%), dan

kecemasan berat 24 responden (38,7%).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 60

Berdasarkan hasil penelitian (Anggeria and Marsia, 2019) tentang

hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pasien gagal ginjal kronik di

Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Royal Prima Medan, distribusi frekuensi dan

persentase kecemasan pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa Medan

tahun 2017 didapatkan dari 56 responden, mayoritas memiliki kecemasan sedang

sebanyak 39 orang (69,6%), minoritas memiliki kecemasan ringan sebanyak 5

orang (8,9%), dan cemas berat sebanyak 12 orang (8,9%).

Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pasien yang menjalani

hemodialisa mayoritas mengalami penurunan tingkat kecemasan. Pasien

mengatakan selama sebulan penuh pasien selalu menjalani tindakan hemodialisa

dan sudah menerima keadaan mereka masing-masing. Dibandingkan pada saat

mereka pertama kali menjalani terapi hemodialisa kadang pasien putus asa dan

tidak datang untuk melakukan hemodialisa. Namun setelah beberapa kali

menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth, mereka telah menjadikan

tempat tersebut sebagai rumah bagi diri mereka sendiri serta sudah merasa

nyaman berada ditempat ini.

Selain itu juga lingkungan yang aman serta adanya partisipasi perawat

terhadap pasien yang menjalani hemodialisa akan sangat mempengaruhi tingkat

kecemasan mereka, dengan melakukan tindakan sesuai prosedur, menjaga

keheningan, dan selalu berkomunikasi dalam memberikan informasi merupakan

semua hal yang dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien tersebut.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 61

5.3.3 Hubungan Peer Group Support dengan Ansietas Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis Yang Menjalani Tindakan Hemodialisa Di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan

Penelitian ini dilakukan pada 30 responden didapatkan hasil uji analisis

dengan Chi-square dengan nilai value = 0,004 yang berarti Ha diterima atau ada

hubungan yang signifikan antara peer group support dengan ansietas pada pasien

gagal ginjal kronis yang menjalani tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dan didukung beberapa

penelitian bahwa Pasien yang menjalani tindakan hemodialisa tidak menerima

keaadan kondisi fisiknya, dan menyalahkan dirinya sendiri. Sedangkan pasien

yang sudah lama menjalani hemodialisa lebih percaya diri dan banyak dukungan

dari sesama teman yang berada pada tempat yang sama yang akan membantu

proses penerimaan, pemulihan dan untuk tidak pernah cenderung memikirkan

penyakit, semangat hidup, tidak selalu merasa kesepian beranggapan bahwa hidup

sudah tidak berarti lagi.

Menurut hasil penelitian (Prajayanti and Sari, 2020) setelah dilakukan

terapi Support Group pada pasien yang menjalani hemodialisa didapatkan

mayoritas pasien tidak ada kecemasan sebanyak 90% dan 10% dalam kecemasan

ringan.

Menurut (Derviş, 2013), Peer group support dapat mengurangi masalah

perilaku kesehatan, mengurangi depresi, mempunyai kontribusi untuk

meningkatkan diabetes self management (self care activities). Keberhasilan dari

peer group support berkaitan dengan adanya rasa kebersamaan dan berbagi

pengalaman hidup dengan sesama penderita DM.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 62

Hasil penelitian ( Louisa et al. 2008) mengatakan bahwa dukungan sebaya

dapat berdampak positif pada adaptasi psikologis dalam perawatan kanker, baik

secara langsung (dengan mengurangi perasaan terisolasi, mendorong perilaku

kesehatan dan mempromosikan keadaan psikologis yang positif atau dengan

membantu pasien dalam penilaian situasi mereka dan meningkatkan respons

koping.

Pasien di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan juga dipengaruhi karena

adanya kehadiran keluarga yang selalu mendampingi dan menunjukkan rasa

penerimaan kepada pasien serta selalu memberi motivasi dalam berbagai bentuk

yang berguna bagi kehidupan sehari hari dan tetap menjaga kesehatan serta

bertahan dalam melakukan hemodialisa sehingga pasien merasa tidak sendiri

dengan penyakit yang dialami, merasa diharga dan disayangi maka hal tersebut

akan sangat berdampak dan meningkatkan kualitas hidup pasien menjadi tinggi.

Namun pada pasien yang tidak didampingi oleh keluarga akan sangat

merasa kesepian dan merasa kurang adanya pemenuhan dalam kehidupan sehari

hari akan mengakibatkan peningkatan kecemasan. Oleh sebab itu peran perawat

sangat penting untuk tetap menjaga komunikasi dan mendampingi pasien

menggantikan kehadiran keluarga sehingga dapat memperbaiki kecemasan pasien

karena akan termotivasi dan tetap bertahan menjalani hemodialisa.

Pelaksanaan penelitian di rumah sakit Santa Elisabeth Medan memiliki

beberapa hambatan, salah satu diantaranya adalah masih terdapatnya pasien yang

tidak menerima akan keadaannya, sehingga timbul dalam pikiran untuk tidak rutin

menjalankan hemodialisa padahal pentingnya hemodialisa untuk mengatasi

penyakit dan untuk menjaga kelangsungan hidup.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 63

BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil yang ditentukan oleh peneliti tentang hubungan peer

group support dengan ansietas pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan di simpulkan bahwa:

1. Responden yang memiliki peer group support baik 26 orang (86,7%)

terhadap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan

2. Responden yang memiliki kecemasan ringan sebanyak 21 orang (80,8%)

terhadap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

3. Adanya hubungan peer group support dengan ansietas pada pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan dengan didapatkan hasil p vaue sebesar 0,004 (p<

0,05).

6.2 Saran

6.2.1 Bagi praktek keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan perawat

memberikan discharge planning, promosi kesehatan dan mendampingi pasien

gagal ginjal kronik.

STIKes Santa Elisabeth Medan


63
STIKes Santa Elisabeth Medan 64

6.2.2 Bagi institusi

Hasil penelitian ini dijadikan data dasar untuk dijadikan SOP peer group

support bagi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa untuk

menambah pengetahuan dan informasi bagi mahasiswa/I STIKes Santa Elisabeth

Medan.

6.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data tambahan untuk peneliti

selanjutnya terkait dengan hubungan antara peer group support dengan

kecemasan pada pasien penyakit kronik

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 65

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, A. T. (2016) ‘Peer Group Support Effectivity Toward the Quality of Life
Among Pulmonary Tuberculosis and Chronic Disease Client: A Literature
Review’, NurseLine Journal, 1(2), pp. 219–227.

Anggeria, E. and Marsia, R. (2019) ‘Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah
Sakit Royal Prima Medan’, Keperawatan Priority, 2(1), pp. 9–16.

Annisa, D. F. and Ifdil, I. (2016) ‘Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia)’, Konselor, 5(2), p. 93. doi: 10.24036/02016526480-0-00.

Bossola, M. et al. (2010) ‘Correlates of symptoms of depression and anxiety in


chronic hemodialysis patients’, General Hospital Psychiatry. Elsevier
Inc., 32(2), pp. 125–131. doi: 10.1016/j.genhosppsych.2009.10.009.

Depkes (2017) ‘InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI:
Situasi Penyakit Ginjal Kronis’, pp. 1–10. Available at:
www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/.

Derviş, B. (2013) , Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp.


1689–1699. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

Ekasari, A. and Andriyani, Z. (2013) ‘Pengaruh Peer Group Support dan Self
Esteem Terhadap Resilience Siswa SMAN Tambun Utara Bekasi’,
Jurnal Soul, 6(1), pp. 1–20.

Fauziah, P. N. (2016) ‘Menangani Stres Remaja dengan Dukungan Sosial Teman


Sebaya’, (December), pp. 153–164. doi: 10.13140/RG.2.2.16862.84803.

Fitrianda, M. I. (2013) ‘Digital Digital Repository Repository Universitas


Universitas Jember Jember Digital Digital Repository Repository
Universitas Universitas Jember’.

Grove S. K Burns, N & Gray, J. (2014) Understanding nursing research: Building


an evodence-based practice. elsevier health sciences.

Hemodialisis, P. et al. (2018) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat


Kecemasan The Factors Related to Level of Anxiety of Hemodialysis
Patients’, (April).

Ignatavicius, W. (2010) medical-surgical-nursing patient- centered collaborative


care. sixth edit. Available at: http://evolve.elsevier.com.iggy/.

STIKes Santa Elisabeth Medan


65
STIKes Santa Elisabeth Medan 66

Ilkafah (2006) ‘the Effect of Peer Group Support To Psychological Response of


Patient’, 1(1), pp. 24–30.

Ilkafah & Kusnanto (2019) ‘Peer Group Support Terhadap Self-Efficacy, Kontrol
Gula Darah Dan Self Care Activities Pada Penderita Diabetes Mellitus
Peer’ , 1, pp. 1–476.doi:10.1017/CBO9781107415324.004.

Indonesia, J. K., Sopha, R. F. and Wardani, I. Y. (2016) ‘Pendahuluan Hasil


Metode’, 19(1), pp. 55–62.

Indonesian, P. et al. (2017) ‘9 th Report Of Indonesian Renal Registry 2016’, pp.


1–46.\

Jennifer P, welsh william. jakarta: EGC. Available at: www.egcmedbooks.com.

Kowalak, et al (2014) buku ajar patofisiologis. Edited by mayer brenna Kowalak

Kusuma, H. et al. ‘Pengaruh Program Pemberdayaan Penderita Kusta Berbasis


Support Group Dengan Pendampingan Keluarga Terhadap Effect Of
Empowerment Amon G Leprae ’ S Patients Based On Support Group
With Family On Increasing Selfcare Competencies Abstract Morbus
Hansen ( Lep’, 67.

Lilipoory, S. & (2019) ‘Moluccas health journal’, Kecemasan Dan Kualitas Tidur
Berhubungan Dengan Lama Menjalani Hemodialisa Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik, 1(April), pp. 10–18. doi: 2686-1828.

Manurung, rostinah dkk (2017) asuhan keperawatan sistem endokrin.


yogyakarta: cv.budi utama.

Mosleh, H. and Al, S. (2020) ‘Prevalensi dan Faktor Kecemasan dan Depresi pada
Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis : Studi Satu-
Pusat Cross-sectional di Arab Saudi Abstrak pengantar’, 12(1), pp. 1–11.

Pane, J. (2014) ‘End stage renal disease’, BMJ clinical evidence, 2007. doi:
10.5005/jp/books/12855_23.

Polit denise f, beck C. tatano (2012) nursing research principles and methods.
seventh ed.

Prajayanti, E. D. and Sari, I. M. (2020) ‘Pemberian Intervensi Support Group


Meningkatkan’, 18(1).

Riskesdas, K. (2018) ‘Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS)’,


Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), pp. 1–200.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 67

doi: 10.1088/1751-8113/44/8/085201.
Sigalingging, V. (2017) ‘perbadingan tingkat kecemasan penderita kanker serviks
yang sedang menjalani kemoterapi sebelum dan sesudah latihan
progressive muscle relaxation (PMR) di surakarta’, 1(4), pp. 29–34.

Steginga, S. K. et al. (2006) ‘Sikap dokter terhadap kelompok dukungan sebaya


kanker prostat’, pp. 0–3.

Stuart, gail w (2006) buku saku keperawatan jiwa. 5th edn. jakarta: EGC.

Sumarliah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya, E.


(2015) ‘Effect of Peer Support Group Decrease in Dealing With Stress on
National Exam’, the Sun, 2(2).

Tangian, A. F. and Dkk (2015) ‘Hubungan Lamanya Menjalani Hemodialisis


Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasangan Hidup Pasien Yang
Menderita Penyakit Ginjal Kronik Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado’, E-Clinic, 3(1), Pp. 1–5. Doi: 10.35790/Ecl.3.1.2015.6825.

Ussher, J. et al. (2006) ‘What do cancer support groups provide which other
supportive relationships do not? The experience of peer support groups for
people with cancer’, Social Science and Medicine, 62(10), pp. 2565–2576.
doi: 10.1016/j.socscimed.2005.10.034.

Wakhid, A., Keperawatan, F. and Waluyo, U. (2018) ‘Description Of The Anxiety


Level Of Patients Undergoing’.

Wijaya a.s, yessie m p (2013) Keperawatan medical bedah 1(Keperawatan


Dewasa). Edited by M. Nuha. yogyakarta.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 68

SURAT PERMOHONAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI


RESPONDEN PENELITIAN

Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Bunga Intan Manik
NIM : 032016051
Alamat : Jln.Bunga Terompet No.118 VIII Kec.Medan Selayang
Judul : Hubungan Peer Group Support Dengan Ansietas Pada Pasien
Gagal Ginajl Kronis Yang Menjalani Tindakan Hemodialisa Di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020.

Saya adalah mahasiswa Program Studi Ners Tahap Akademik yang sedang
melakukan penelitian dengan judul sebagaimana yang tercantum diatas. Penelitian
ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara-saudari sekalian
sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudara-saudari bersedia
menjadi responden maka tidak ada ancaman dan jika saudara-saudari pun telah
menjadi responden dan ada hal yang memungkinkan untuk mengundurkan diri
juga tidak ada ancaman.
Apabila saudara/i bersedia menjadi responden, saya mohon kesediaannya
untuk menandatangani persetujuan dan mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk
yang ada. Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden saya ucapkan
terimakasih.

Medan, April 2020

Peneliti Responden

(Bunga Intan Manik) ( )

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 69

INFORMED CONSENT (SURAT PERSETUJUAN)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama (inisial) :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang akan dilakukan


oleh mahasiswa/i Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan, yang
bernama Bunga Intan Manik dengan judul “Hubungan Peer Group Support
Dengan Ansietas pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani
Tindakan Hemodialisa Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020”. Saya memahami bahwa peneliti ini tidak akan berakibat fatal dan
merugikan, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian.

Medan, 2020

Peneliti Responden

Bunga Intan Manik ( )

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 70

No Pernyataan STS TS S SS

1. Teman memotivasi saya untuk kuat menghadapi


penyakit
2. Teman memberikan saya semangat dalam
menjalani terapi
3. Teman menganggap saya orang yang lemah
menghadapi penyakit
4. Teman mendengarkan ketika saya berbicara dan
bercerita
5. Teman mendengarkan keluhan saya

6. Teman tidak menghargai pendapat saya ketika


saya sakit
7. Teman memiliki waktu bersama untuk berbagi
cerita
8. Teman mendoakan saya cepat sembuh

9. Teman membantu saya dalam memecahkan


masalah yang saya hadapi
10. Teman menghibur saya ketika saya sedang sakit

11. Teman mengingatkan saya ntuk menjaga


kesehatan
12. Teman saya memberikan semangat kepada saya

13. Teman saya juga bangga atas hal positif yang


saya lakukan
14. Teman mengerti perasaan saya seperti cemas dan
takut saat menjalani terapi
15. Teman saya menyetujui pendapat saya

16. Ketika saya bercerita, teman saya mengatakan


bahwa dia merasakan hal yang sama jika menjadi
diri saya
17 Teman saya juga suka berbagi pengalaman
tentang pengobatan yang sedang saya lakukan
18. Teman memberikan nasihat pada saya

19. Saya juga diberikan saran dari teman – teman


saya
20. Teman saya menyarankan saya untuk tidak
menutup diri dengan lingkungan sekitar

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 71

KUESIONER KECEMASAN

No. Responden :

Tanggal pengisian :

A. Pentunjuk

1. Bacalah setiap pertanyaandengan teliti

2. Isi biodata yag tersedia

3. Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda checklis(√) pada

kolom jawaban yang sesuai menurut anda

B. Data Demografi

Umur : …... Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Perempuan

Pendidikan : 1. SD/Sederajat

2. SMP/Sederajat

3. SMA/Sederajat

4. Perguruan tinggi

Lama Menjalani hemodialisa darah : 1. < 6 bulan

2. ≥ 6 bulan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 72

No. Pertanyaan SJ KK S SL

1. Saya sering merasakan grogi dan cemas setiap


saat
2. Saya merasa khawatir jika tidak ada alasan saat
saya bersalah
3. Saya mudah sekali bingung dan merasa panic

4. saya sering merasa jatuh dan jauh dari suasana


damai
5. Saya sering merasakan segala sesuatu tanpa
masalah dan tidak terjadi apa-apa
6. Tangan dan kaki saya sering merasa gemetar

7. Saya merasa terganggu dengan sakit kepala,


sakit leher dan pinggang
8. Saya merasa mudah lemah dan cepat lelah

9. Saya merasa tenang dan dapat duduk dengan


mudah
10. Saya merasa jantung saya berdenyut kencang

11. Saya merasa takut dan pusing

12. Saya merasa seperti akan pingsan

13. Saya merasa dapat bernapas dan keluar dengan


mudah
14. Saya merasa mati rasa dan kesemutan pada jari
-jari dan tangan
15. Saya sering merasakan sakit perut dan
mengalami gangguan pencernaan
16. Saya ingin cepat mengosongkan kandung
kencing
17. Tangan saya biasanya cepat dan kering dan
hangat
18 Wajah saya cepat panas dan kusam

19. Saya merasa tidak bisa tidur dengan cepat dan


istirahat dengan baik
20. Saya sering mengalami mimpi buruk

Keterangan : Sangat jarang (SJ) , Kadang – kadang (KK), Sering (S), dan Selalu
(SL).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 73

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 74

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 75

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 76

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 77

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 78

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 79

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 80

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 81

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 82

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 83

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 84

STIKes Santa Elisabeth Medan

Anda mungkin juga menyukai