Anda di halaman 1dari 69

STIKes Santa Elisabeth Medan

SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP
PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA ANAK
DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH
BATAM KOTA
TAHUN 2022

Oleh:
Nadia Oktavia Pasaribu
NIM.042020012

PROGRAM STUDI NERS JALUR TRANSFER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2022

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP
PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA ANAK
DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH
BATAM KOTA
TAHUN 2022

Memperoleh Untuk Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Dalam Program Studi Ners
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan

Oleh:
Nadia Oktavia Pasaribu
NIM.042020012

PROGRAM STUDI NERS JALUR TRANSFER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2022

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

PROGRAM STUDI NERS


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

Tanda Persetujuan
Nama : Nadia Oktavia Pasaribu
Nim : 042020012
Judul : Gambaran Pengetahuan Orang Tua terhadap Penanganan
Kejang Demam Pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Batam Kota Tahun 2022

Menyetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang Sarjana Keperawatan

Medan, 2022

Pembimbing II Pembimbing I

(Lindawati Simorangkir,S.Kep. Ns M. Kes) (Ance M. Siallagan, S.Kep, Ns.M.Kep)

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners

(Lindawati F Tampubolon, S.Kep., Ns., M.Kep)

STIKes Santa Elisabeth Medan


LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Nadia Oktavia Pasaribu
NIM : 042020012
Program Studi : Ners
Judul Skripsi : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Terhadap
Penanganan Kejang Demam Pada Anak di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Batam Kota Tahun 2022

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan tata tertib di STIKes Santa
Elisabeth Medan.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.

Peneliti,

(Nadia Oktavia Pasaribu)


PROGRAM STUDI NERS
STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
Tanda Pengesahan

Nama : Nadia Oktavia Pasaribu


NIM : 042020012
Judul : Gambaran Pengetahuan Orang Tua terhadap Penanganan Kejang
Demam Pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota
Tahun 2022

Telah Disetujui, Diperiksa Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji


Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

TIM PENGUJI: TANDA TANGAN


Penguji I : Ance M. Siallagan, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Penguji II : Lindawati Simorangkir, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Penguji III : Rotua Pakpahan, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Mengetahui Mengesahkan

Ketua Program Studi Ners Ketua STIKes Santa Elisabeth

(Lindawati Tampubolon,S. Kep., Ns., M.Kep) (Mestiana Br. Karo, )M.Kep.,DNSc)


HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Telah diuji :

Pada tanggal :

PANITIA PENGUJI :

Ketua : Ance M. Siallagan, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Anggota : 1. Lindawati Simorangkir, S.Kep.,Ns.,M.Kes

2. Rotua Pakpahan, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners

(Lindawati Tampubolon, S. Kep., Ns., M.Kep


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIKA

Sebagai civitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth


Medan, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Nadia Oktavia Pasaribu
Nim : 042020012
Program Studi : Ners
Jenis Karya : Penelitian

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan Hak Bebas
Loyaliti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalti Free Right) atas karya ilmiah saya
yang berjudul “Pengaruh Edukasi Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota Tahun 2022”,
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).
Dengan hak bebas royality Non eksklusif ini Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Santa Elisabeth Medan berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai peneliti atau pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yang menyatakan

(Nadia Oktavia Pasaribu)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan terhadap kehadiran Tuhan Yang Maha

Esa atas berkat dan kasihnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun

judul penelitian ini adalah “Gambaran Pengetahuan Orang Tua Terhadap

Penanganan Kejang Demam pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam

Kota Tahun 2022”. Skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas dalam

menyelesaikan pendidikan S1 Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth

Medan.

Dalam penyusunan penelitian ini telah banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Mestiana Br. Karo, M.,Kep., DNSc selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth

Medan yang telah mendidik dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran

dan memberikan ilmu yang bermanfaat dalam menyelesaikan penelitian ini.

dan memberikan fasilitas untuk mengikuti serta menyelesaikan pendidikan di

STIKes Santa Elisabeth Medan.

2. dr. Sahat Hamonangan Siahaan, MARS selaku direktur Rumah Sakit Santa

Elisabeth Batam Kota yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk

mengikuti serta menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


STIKes Santa Elisabeth Medan

3. Lindawati F. Tampubolon, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi

Ners STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas untuk menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

4. Ance M. Siallagan, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Pembimbing I saya yang telah

membimbing, memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

dengan baik.

5. Lindawati Simorangkir, S.Kes., Ns., M.Kes Selaku Penguji II saya yang telah

memberikan waktu, dalam membimbing dan memberikan saran kepada penulis

untuk melengkapi skripsi ini dengan baik.

6. Rotua Pakpahan, S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai Penguji III saya yang telah

memberikan waktu dan memberikan saran kepada penulis untuk melengkapi

skripsi ini dengan baik.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar di STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah

membimbing, mendidik, dan membantu penulis selama menjalani pendidikan.

8. Teristimewa kepada keluarga tercinta Ayah Sumihar pasaribu dan Ibunda

Nurifah Simanjuntak, yang telah melahirkan, membesarkan, mendoakan,

memotivasi, selalu memberi semangat dan menyekolahkan saya hingga

kejenjang Sarjana. Saya juga berterimakasih kepada abang saya Andrew

pasaribu dan keluarga yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang dan

dukungan.

9. Seluruh teman – teman program studi Ners tahap akademik Kelas Batam yang

selalu berjuang bersama sampai dengan penyusunan tugas akhir ini dan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

terimakasih untuk semua orang yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini,

yang tidak dapat peneliti ucapkan satu persatu.

Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang peneliti miliki, peneliti

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat

kekurangan dan kelemahan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak sehingga menjadi bahan masukan bagi

peneliti untuk peningkatan di masa yang akan datang, khususnya bidang ilmu

keperawatan.

Medan, 2022

(Nadia Oktavia Pasaribu )

STIKes Santa Elisabeth Medan


DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................................

Bab 2 Tinjauan Pustaka..........................................................................................................................

2.1 Konsep Pengetahuan.........................................................................................................................


2.2 Kejang Kejang Demam ...................................................................................................................
2.3 Konsep Penanganan Kejang Deman.................................................................................................
Bab 3 Kerangka Konsep.........................................................................................................................
3.1 Kerangka Penelitian........................................................................................................................

Bab 4 Metodologi Penelitian..................................................................................................................


4.1 Rancangan Penelitian ......................................................................................................................
4.2 Populasi Dan Sampel ......................................................................................................................

4.3 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional..................................................................................

4.4 Instrument Penelitian........................................................................................................................

4.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian ..........................................................................................................


4.6 Prosedur Pengambilan Data Dan Pengumpulan Data......................................................................
4.7 Uji Validitas Dan Reliabilitas...........................................................................................................
4.8 Kerangka Operasional......................................................................................................................

4.9 Analisa Data ....................................................................................................................................

4.10 Etika Penelitian...............................................................................................................................

Daftar Pustaka........................................................................................................................................

Informed Consent.........................................................................................................................

Kuesioner ......................................................................................................................................

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejang demam merupakan salah satu peyakit umum yang terjadi pada

anak. Para orang tua pastinya akan memiliki perasaan ketakutan, trauma emosi

dan juga tingkat kecemasan yang tinggi apabila anaknya sedang sakit terutama

penyakit yang sering diderita anak yaitu demam. Apabila demam tidak

mampu ditangani dengan baik maka bisa menyebabkan terjadinya kejang,

namun hal tersebut sesuai dengan ambang kejang pada setiap anak (Hasibuan

& Zahroh, 2018). Kejang demam merupakan kejadian kejang yang umum

terjadi pada anak usia dibawah lima tahun. Kejang demam berhubungan

dengan peningkatan suhu tubuh lebih dari 38 C pada anak, serta tidak

disebabkan oleh infeksi persarafan pusat, gangguan metabolisme tubuh, dan

tanpa Riwayat kejang sebelumnya. Kejadian kejang demam diperkirakan

sekitar 6-15% pada anak usia antara 6 bulan sampai 5 tahun, serta sekitar 30%

terjadi kejang berulang. Kejadian kejang demam meningkat pada usia 18

bulan. Kejadian kejang demam kompleks sekitar 30-35% dengan klasifikasi

kejang fokal, durasi lebih dari 10 menit, kejang berulang dalam 24 jam.

( Gundapu et all 2017 ).

WHO 2013 memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang
demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait
dari 400 anak berusia 1 bulan - 13 tahun dengan riwayat kejang, yang
mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO, 2013 dalam Untari 2015)
Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah
penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Asia angka kejadian kejang demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan
antara 6-9% kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam
(Hernal, 2010). Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan-13 tahun
dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77%.
Menurut Riskesda tahun 2014, prevalensi demam di Indonesia sebesar
1,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada kasus demam 1.500 per 100.000
penduduk Indonesia. Data dari Survey Kesehatan Nasional tentang angka
kesehatan anak menunjukkan bahwa 49,1% bayi umur < 1 tahun dan 54,8%
balita umur 1-4 tahun rentan terkena penyakit. Diantara umur 0-4 tahun
ditemukan prevalensi panas sebesar 33, 4%, (Balitbang Kemenkes RI, 2014).
Fida (2021:132) mengatakan serangan kejang demam pada anak yang satu
dengan yang lain tidaklah sama, tergantung nilai ambang kejang masing-
masing. Oleh karena itu setiap serangan kejang harus mendapat penanganan
yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan berulang.
Sebab keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa
pada anak, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Tejani (2019:223) menyatakan bahwa Kejang pada anak terutama pada
balita sering kali di mengerti orang tua. Akibatnya orang tua kerap menjadi
panik dan berpotensi melakukan langkah yang justru salah dan
membahayakan untuk lebih memahami kejang pada anak, kita harus lebih
mengetahui apa sesungguhnya yang menjadi penyebabnya. Otak manusia
terdiri atas jutaan sel saraf, dimana sel-sel tersebut berkomunikasi satu sama
lain melalui hantaran arus listrik Ketika terdapat kejadian abnormal berupa
pelepasan muatan listrik yang berlebihan diotak maka terjadilah kejang
Pasaribu maharani (2019:114) Menjelaskan bahwa banyak gangguan yang
akan terjadi akibat kejang demam. Gangguan tingkah laku, meningkatnya
metabolisme dan menurunnya intelegasi. Apabila anak sering mengalami
kejang demam dapat terjadi kekurangan oksigen, aliran darah ke otak
berkurang, dan kekurangan glukosa. Kejadian kejang demam yang terus
menerus akan menganggu kerja sel dengan mengakibatkan kerusakan pada
neuron sampai juga mengakibatkan retardasi mental

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Pengetahuan bisa disebut sebagai kesan yang terdapat didalam pikiran


sebagai hasil dari penggunaan panca indra manusia. Pengetahuan adalah
bagian dari sebuah jawaban atas berbagai pertanyaan yang muncul didalam
kehidupan yang meliputi keseluruhan pemikiran, ide gagasan, konsep serta
pemahaman. Selain itu, ada yang menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan
suatu informasi yang bisa mengubah seseorang dan hal ini bisa menjadi dasar
untuk bertindak. Sehingga pengetahuan mampu memberikan kemampuan
seseorang untuk mengambil sebuah tindakan yang berbeda atau lebih efektif
dibandingkan seseorang yang tidak memiliki pengetahuan (Muliono, 2019).

Menurut Riandita (2019) tingkat pengetahuan orangtua yang berbeda


dapat mempengaruhi pencegahan kejang demam pada anak saat anak
mengalami demam tinggi. Berdasarkan fenomena yang banyak terjadi di
Indonesia sering terjadi saat demam tidak di tangani dengan baik oleh orang
tua, seperti tidak segera memberikan kompres pada anak ketika terjadi kejang
demam, tidak memberikan obat penurunan demam, dan sebagai orang tua
justru membawa anaknya kedukun. Sehingga hal tersebut mengakibatkan
keterlambatan bagi petugas dalam menangani yang berlanjut pada kejang
demam. Pengetahuan ibu tentang demam adalah suatu pemahaman yang
dimiliki oleh seorang ibu tentang demam yang berkisar antara 38,9- 40, 0 C
yang dapat menyebabkan terjadinya kejang
Notoatmodjo (2021) Pengetahuan sebagai hasil dari tahu yang terjadi
setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan tentang deteksi dini yang di miliki keluarga balita tentang kejang
demam sangatlah diperlukan, Disinilah peran perawat selain melaksanakan
asuhan keperawatan, juga memberikan penyuluhan kepada keluarga agar
keluarga agar dapat melakukannya secara mandiri di rumah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penanganan kejang demam pada
anak masih belum tepat salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut
adalah tingkat pengetahuan dari orangtua. Sehingga para orangtua perlu
diberikan atau mencari informasi mengenai penanganan kejang demam karena

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

kejang akibat demam berbeda dengan epilepsi. Apabila orangtua mengetahui


bagaimana penanganan kejang demam dengan tepat maka mereka akan
mampu memberikan perawatan yang tepat sehingga tidak akan menyebabkan
anaknya mengalami kejang sewaktu demam (Hasibuan & Zahroh, 2018)
Serangan kejang demam ini sulit diidentifikasi kapan munculnya. Maka
orangtua atau pengasuh anak terutama ibunya, perlu diberikan pengetahuan
tentang kejang demam dan tindakan awal penatalaksanaan kejang demam
dirumah pada anak yang mengalami serangan kejang demam. Orangtua atau
pengasuh yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang penatalaksanaann
kejang demam dapat menentukan tindakan yang terbaik bagi anaknya
(Rahayu, 2016).
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada bulan Oktober 2021

didapatkan informasi bahwa jumlah data pasien anak yang mengalami kejang

demam di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota pada Bulan Januari

sampai bulan Desember tahun 2021 berjumlah 94 anak yang mengalami

kejang demam. Berdasarkan latar belakang data di atas maka peneliti tertarik

untuk meneliti gambaran pengetahuan orang tua terhadap penanganan kejang

demam pada anak di rumah sakit santa elisabeth batam kota

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran

Pengetahuan Orang Tua Terhadap Penanganan Kejang Demam pada Anak di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Gambaran

Pengetahuan Orang Tua Terhadap Penanganan Kejang Demam pada Anak di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

1.3.2 Tujuan khusus

Untuk mendeskripsikan Gambaran Pengetahuan Orang Tua Terhadap

Penanganan Kejang Demam pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Batam Kota

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis.

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber acuan dan

bahan bacaan pada pembelajaran keperawatan anak tentang bagaimana

Gambaran Pengetahuan Orang Tua Terhadap Penanganan Kejang Demam

pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi Institusi pendidikan kesehatan STIKes Santa Elisabeth Medan

Penelitian ini di harapakan sebagai suatu bahan pembelajaran dan

informasi bagi mahasiswa STIKes Santa Elisabeth Medan

2. Bagi mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasisawa

tentang pentingnya pengetahuan orang tua terhadap penanganan kejang

demam pada anak, sehingga mampu memberi edukasi kepada orang tua

dan keluarga pasien.

3. Bagi peneliti selanjutnya

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Di harapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat lebih meningkatkan

pengetahuan orang tua terhadap penanganan kejang demam pada anak.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan bisa disebut sebagai kesan yang terdapat didalam pikiran

sebagai hasil dari penggunaan panca indra manusia. Pengetahuan adalah bagian

dari sebuah jawaban atas berbagai pertanyaan yang muncul didalam kehidupan

yang meliputi keseluruhan pemikiran, ide gagasan, konsep serta pemahaman.

Selain itu, ada yang menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan suatu informasi

yang bisa mengubah seseorang dan hal ini bisa menjadi dasar untuk bertindak.

Sehingga pengetahuan mampu memberikan kemampuan seseorang untuk

mengambil sebuah tindakan yang berbeda atau lebih efektif dibandingkan

seseorang yang tidak memiliki pengetahuan (Muliono, 2019).

Pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses


pengingatan atau pengenalan suatu informasi, ide atau fenomena yang diperoleh
sebelumnya. Pengetahuan merupakan hasil dari belajar dan mengetahui sesuatu,
hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2016). mengartikan bahwa pengetahuan diasumsikan sebagai
elemen-elemen yang tersimpan dalam subsistem akal permanen seseorang dalam
bentuk unit-unit terkecil. Pada umumnya pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
pendidikan yang pernah diterima, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui berdasarkan


pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah sesuai dengan
proses pengalaman yang dialaminya (Mubarak, 2011). Pengetahuan adalah hasil

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek , Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni, indera
pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian
pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga (Riandita, 2012).
Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi karena
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Wawan, 2012).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah
segala sesuatu yang tidak tau menjadi tau berdasarkan pengalaman manusia itu
sendiri.

2.1.2 Tingkat pengetahuan


Menurut Bloom yang dikutip Notoatmodjo, pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yakni:
1. Tahu (know)

Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk


mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain
mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan suatu materi secara
benar. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall). Sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan


menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar. Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,


meramalkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah memahami
suatu materi atau objek dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang sebenarnya Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat juga
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
menjabarkan materi atau objek tertentu ke dalam komponen komponen
yang terdapat dalam suatu masalah dan berkaitan satu sama lain.
Pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis, apabila orang
tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tertentu. Akan
tetapi analisis masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi ormulasi yang ada. Misalnya
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang
telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi


atau penilaian terhadap suatiu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2016),

Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melakukan


penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Klau, 2015).

2.1.3 Proses Pengetahuan

Proses dari pengetahuan terdapat beberapa tahap diantaranya: awereness

(kesadaran) yaitu dimana individu menyadari adanya stimulus, setelah itu

individu merasa interest (tertarik) terhadap stimulus, kemudian terjadi

Evaluation (menimbang-nimbang) induvidu menimbang-nimbang tentang baik

dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, kemudian individu melakukan

sesuatu yang baru sesuai dengan apa yang dikehendaki (trial atau coba). Pada

tahapan terakhir yaitu Adoption, individu telah berprilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus (Sunaryo, 2004).

2.1.4 Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh kebenaran pengetahuan dikelompokkan menjadi dua,

yakni:

1. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah

a. Cara coba salah (Trial and Error)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut

tidak berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain.

b. Secara kebetulan

Penemuan kebenaran ini secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c. Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang

otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu

pengetahuan atau ilmuawan tanpa menguji dan membuktikan

kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan

penalaran sendiri.

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru terbaik, maka dari itu pengalaman terbaik

dapat dijadikan upaya dalam memperoleh pengatahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

e. Cara akal sehat (Common Sense)

Akal sehat kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.

Sebelum ilmu pendidikan berkembang para orang tua zaman dahulu agar

anaknya disiplin menggunakan hukuman fisik bila anak berbuat salah.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Dan ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang menjadi

teori dan kebenaran bahwa hukuman merupakan metode (meskipun

bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak.

f. Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau

berpikir.

g. Melalui jalan pikiran

Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran pengatahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya,

baik melalui induksi maupun dedukasi.

h. Induksi

Induksi merupakan penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan- pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

i. Dedukasi

Dedukasi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum ke pernyataan khusus.

2. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut dengan metode penelitian ilmiah, atau lebih

popular dengan metodelogi penelitian (research methodology). Dan dari

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

ini lahirlah suatu cara melakukan penelitian, yang kita kenal dengan

metode penelitian ilmiah (scientific research method).

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Budiman & Riyanto, 2016 beberapa factor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengbangkan kepribadian dan


kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang untuk menerima informasi, baik dari orang
lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang di dapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin
luas pengetahuannya.
2. Informasi / Media Masa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non


formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Seseorang yang mempunyai
sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang
lebih luas. Pada umumnya semakin mudah memperoleh informasi semakin
cepat seeorang memperoleh pengetahuan yang baru (Kurniati, 2016)

3. Sosial Budaya dan Ekonomi


Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik


lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu. Contohnya, apabila suatu wilayah mempunyai sikap menjaga
kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan

5. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang pada


masa lalu. Pada umumnya semakin banyak pengalaman seseorang,
semakin bertambah pengetahuan yang didapatkan. Dalam hal ini,
pengetahuan ibu dari anak yang pernah atau bahkan sering mengalami
demam seharusnya lebih tinggi daripada pengetahuan ibu dari anak yang
belum pernah mengalami demam sebelumnya.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk


memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu.

6. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.
7. Minat

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu hal.


Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni, sehingga
seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

2.1.4 Cara Mengukur Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan seorang dapat diketahui dan
diinterprestasikan dengan nilai yaitu:

1. Baik jika mendapat nilai rata-rata antara 76-100%


2. Cukup jika mendapatkan nilai rata-rata 56-75%
3. Kurang jika mendapat nilai rata-rata antara <56%

2.1.5 Pengetahuan orangtua terhadap kejang demam

Reaksi orangtua dan respon terhadap kejang demam pada anak terdiri dari

gejala fisik, psikologis dan perilaku. Gejala fisik yang umumnya dirasakan

orangtua setelah anak mereka mengalami kejang demam adalah dispepsia,

anoreksia dan gangguan tidur. Reaksi psikologis yang dialami orangtua adalah

kecemasan berlebihan, depresi, perasaan bersalah, ketakutan akan munculnya

kejang berulang, ketakutan akan kejang menjadi penyakit epilepsi, dan

kekhawatiran pada demam yang tidak terlalu tinggi. Terjadinya kejang demam

pada anak juga berpotensi mengganggu kualitas kehidupan keluarga dan orangtua.

Orangtua juga akan merasakan bahwa anaknya “rentan” atau sangat rentan

terhadap masalah medis

2.2 Konsep Kejang Demam


2.2.1 Definisi Kejang Demam
Kejang merupakan suatu aktivitas listrik yang dianggap tidak normal dan
terjadi pada otak. Sedangkan kejang demam yaitu sebuah tipe kejang dengan jenis
tonic-cronic. Tonic -clonik sendiri merupakan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba
dan mengencangnya otot yang kemudian disertai dengan kejang otot ekstensor,

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

apnea dan terjadi pola nafas tidak teratur. Kejang demam ini biasanya diakibatkan
oleh peningkatan suhu secara cepat dan terjadi kurang dari 15 menit. (Kurniati et
al., 2018)
Kejang demam merupakan kejang yang disebabkan oleh kenaikan suhu
tubuh yaitu 38 derajat Celcius atau bisa saja lebih dari itu dan bisa disebabkan
oleh proses yang terjadi di luar otak. Sebagian besar kejadian kejang demam
terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. Beberapa ciri khas pada penyakit
kejang demam yaitu demam terjadi lebih dahulu daripada kejang ketika kejang
anak masih mengalami demam kemudian setelah terjadi kejang anak langsung
sadar lagi (Kurniati et al., 2018)

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38℃
biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu dan
pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini. Kejang demam
yang sering disebut step, merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi
ataupun anak mengalami demam tanpa infeksi sestem saraf pusat yang dapat
timbul bila seorang anak mengalami demam tinggi (Ridha,2017).

Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan


suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri lamanya kurang dari 15 menit, dapat
bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam. Kejang demam
sering terjadi pada anak usia 0-5 tahun, karena pada usia ini otak anak sangat
rentan terhadap peningkatan suhu badan (Kejang et al., 2017).

Menurut Wulandari dan Erawati (2016) kejang demam merupakan kelainan


neurologis yang paling sering ditemukan pada anak, terutama pada golongan anak
umur 6 bulan sampai 4 tahun. Maka dapat di simpulkan bahwa kejang demam
adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang paling
sering terjadi pada anak terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.

2.2.2 Epidemiologi

Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling umum terjadi pada masa

anak-anak dan biasanya tidak berbahaya. Pada hasil studi populasi angka kejadian

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

kejang demam di Amerika Serikat dan di Eropa 2–7%, di Jepang 9–10%, di

Guam 14%, di Hongkong 0,35%, dan di China 0,5-1,5. Dan sekitar 9–35% kejang

demam pertama kali adalah kompleks, 25% kejang demam kompleks tersebut

berkembang ke arah epilepsi. Dan pada 70-75% kasus kejang demam pada anak

adalah kejang demam sederhana (Kurniati et al., 2018).

Menurut Riskesda tahun 2014, prevalensi demam di Indonesia sebesar

1,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada kasus demam 1.500 per 100.000

penduduk Indonesia. Data dari Survey Kesehatan Nasional tentang angka

kesehatan anak menunjukkan bahwa 49,1% bayi umur < 1 tahun dan 54,8%

balita umur 1-4 tahun rentan terkena penyakit. Diantara umur 0-4 tahun

ditemukan prevalensi panas sebesar 33, 4%, (Balitbang Kemenkes RI,

2014).

2.2.3 Faktor Risiko


Faktor utama kejang demam adalah demam itu sendiri. Demam yang

disebabkan oleh infeksi dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan

kejang demam pada anak. Infeksi yang sering menyerang anak-anak biasanya

Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) yang paling sering dikaitkan dengan

faktor resiko kejang demam.12 Pada penelitian sebelumnya dikatakan bahwa ada

beberapa faktor yang berperan dalam risiko kejang demam yaitu usia, dan riwayat

usia saat ibu hamil, riwayat asfiksia, usia kehamilan, dan bayi berat lahir rendah.

Faktor risiko lain yaitu adanya riwayat kejang demam pada orang tua dan

saudara kandung yang menunjukkan adanya keterlibatan genetik. Riwayat dari

keluarga juga memiliki peran dalam menentukan untuk terjadinya kejang demam

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

berulang dan juga perkembangan dari kejang demam tersebut.14 Dan juga ibu

yang mengonsumsi alhokol dan merokok selama kehamilan akan meningkatkan

dua kali lipat resiko terjadinya kejang demam

2.2.4 Etiologi Kejang Demam

Penyebab kejang demam belum diketahui dengan pasti, namun disebutkan


penyebab utama kejang demam ialah demam yang tinggi. Demam yang terjadi
sering disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), Gangguan
metabolik, penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media,
bronchitis, Keracunan obat, Faktor Herediter (Fatimah et al., 2015).

Penyebab kejang demam hingga saat ini belum diketahui dengan pasti.
Kejang demam tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi dikarenakan pada suhu
yang tidak terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kejang. Kondisi yang dapat
menyebabkan kejang demam diantaranya adalah infeksi yang mengenai jaringan
ekstrakranial seperti otitis media akut, bronkitis dan tonsilitis (Riyadi, 2015).
Menurut Soebadi (2021) penyebab kejang demam pada anak yaitu demam
yang kemungkinan terjadi secara mendadak. Demam ini bisa dikarenakan oleh
infeksi bakteri maupun virus contohnya seperti infeksi saluran napas atas. Namun
hal tersebut belum bisa diketahui secara pasti mengapa demam mampu
menyebabkan seorang anak mengalami kejang namun tidak terjadi pada anak
yang lain. Mungkin saja faktor genetik yang menyebabkan seorang anak
mengalami kejang. Selain itu, setiap anak juga mempunyai suhu ambang kejang
yang berbeda-beda, misalnya seperti ada seorang anak dengan suhu 38 derajat
Celcius sudah mengalami kejang dan ada yang baru mengalami kejang ketika
suhu tubunya 40 derajat Celcius.
2.2.5 Klasifikasi Kejang Demam
Kejang demam menurut (Ridha, 2017) yaitu sebagai berikut:
1. Kejang demam sederhana

a. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

b. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun

c. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 5bulan – 5 tahun

d. Lamanya kejang berlangsung < 20 menit

e. Kejang tidak bersifat tonik klonik

f. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

g. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau

abnormalitas perkembangan

h. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat Tanpa gerakan fokal dan

berulang dalam 24 jam.

2. Kejang demam kompleks

Merupakan kejang lama yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal umum

atau keseluruhan serta multiple dan bisa berulang lebih dari 1 kali selama 24 jam.

2.2.5 Tanda dan Gejala Kejang Demam

Tanda dan gejala yang umum pada kejadian demam dalam buku (Huda &
Hardi, 2015) adalah Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik
berlangsung 10 sampai dengan 15 menit, bisa juga lebih, Takikardia pada bayi
frekuensi sering diatas 150-200 per menit, Pulsasi arteri melemah dan tekanan
nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat menurunnya curah jantung. dan gejala
bendungan system vena yaitu Hepatomegali dan Peningkatan tekanan vena
jugularis.

Menurut (Lusia, 2016), tanda-tanda kejang ketika demam yaitu;

a. Muncul kekakuan disertai gerakan kejut yang kuat, berlangsung sekitar


beberapa detik-menit dan terjadi pada 24 jam pertama sewaktu demam.
b. Kadangkala disertai muntah atau keluarnya cairan.
c. Bola mata berbalik ketas dan gigi tertutup rapat.
d. Napas bisa berhenti sejenak kemudian berlanjut

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

e. Pada kasus yang berat bisa mengalami kehilangan kesadaran/pingsan


f. Jarang disertai buang air besar ataupun air kecil
g. Seletah kejang berakhir, anak akan lemas, mengantuk kemudian tertidur.
Namun setelah beberapa detik atau menit anak kembali bangun dan sadar.

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak akan
terlihat aneh untuk beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki kaku,
tersentak-sentak atau kelojotan, dan mata berputar-putar sehingga hanya putih
mata yang terlihat. Anak tidak responsive untuk beberapa waktu, napas akan
terganggu dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Namun, tidak seberapa
lama kemudian, anak akan segera normal kembali (Sudarmoko, 2017).
Sebagian besar kejang demam merupakan kejang umum. Bentuk kejang
umum yang sering dijumpai adalah mata mendelik atau terkadang berkedip-kedip,
kedua tangan dan kaki kaku, terkadang diikuti kelojotan, dan saat kejang anak
tidak sadar tidak memberi respons apabila dipanggil atau diperintah. Setelah
kejang anak sadar kembali. Umumnya kejang demam akan berhenti sendiri dalam
waktu kurang dari 5 menit dan tidak berulang lebih dari satu kali dalam 24 jam
(Ngastiyah, 2017).
2.2.6 Patofisiologi Kejang Demam
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1℃ akan menyebabkan
kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat
sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai
65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.
Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya
lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel
maupun membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah
kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada
tinggi atau rendahnya ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu
tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut
mempunyai ambang kejang yang rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

anak tersebut mempunyai ambang kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang
kejang yang rendah (Ngastiyah, 2017).
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam
Berikut beberapa pemeriksaan yang dianjurkan ketika anak mengalami
kejang menurut Arief, 2015) yaitu:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini tidak selalu digunakan pada pasien yang mengalami
kejang demam namun dapat digunakan untuk mengevaluasi mengenai adanya
sumber infeksi yang menyebabkan demam atau keadaan lain yang diderita
pasien seperti gastroenteritis, dehidarasi disertai demam. Pemeriksaan
Laboratorium ini terdiri dari pemeriksaan darah perifer, elektrolit dan juga
gula darah.
b. Pemeriksaan Electroencephalography
Merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas
listrik di otak dengan menggunakan cakram logam kecil (elektroda) yang
akan diletakkan pada kulit kepala pasien. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendiagnosis terjadinya epilepsi ataupun kejang serta gangguan otak lainnya
seperti akibat dari adanya infeksi, trauma, perdarahan dan juga tumor di otak.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan apabila seorang pasien mengalami kejang
demam yang tidak khas misalnya mengalami kejang demam kompleks usia
lebih dari 6 tahun atau bisa juga pada kejang demam fokal.
c. Observasi
Pada anak yang mengalami kejang demam sangat dianjurkan
observasi serta pemeriksaan lanjutan apabila kondisinya mulai tidak stabil.
Keluarga juga perlu diberitahu supaya membawa anaknya ke rumah sakit
apabila mengalami kejang berulang karena pada kejadian kejang demam
kompleks perlu dilakukan observasi rutin untuk mencegah kejadian yang
lebih buruk pada pasien.

2.2.8 Pencegahan Kejang Demam

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Pencegahan kejang demam adalah tindakan menghilangkan penyebab


ketidaksesuaian yang potensial atau situasi yang tidak dikehendaki. Pencegahan
yang harus dilakukan pada anak yang mengalami kejang demam yaitu
memberikan imunisasi. Imunisasi adalah dengan sengaja memasukkan vaksin
yang berisi mikroba hidup yang sudah dilemahkan pada balita yang bertujuan
untuk mencegah dari berbagain macam penyakit. Imunisasi akan memberikan
perlindungan seumur hidup pada balita terhadap serangan penyakit tertentu.
Apabila kondisi balita kurang sehat bisa diberikan imunisasi karena suhu
badannya akan meningkat sangat tinggi dan berisiko mengalami kejang demam.
Berbagai jenis vaksinasi atau imunisasi yang saat ini dikenal dan diberikan kepada
balita dan anak adalah vaksin poliomyelitis, vaksin DPT (difteria, pertusis dan
tetanus), vaksin BCG (Bacillus Calmette Guedrin), vaksin campak (Ngastiyah,
2017)
2.2.9 Penatalaksanaan Kejang Demam
Menurut Cendhikalistya, 2018 meyebutkan penatalaksanaan yang bisa

dilakukan ketika anak sedang mengalami kejang demam sebagai berikut:

1. Menghindari lidah anak tergigit dengan cara meletakkan benda keras berlapis

kain atau kasa kedalam mulut namun jangan sampai menghambat jalan napas

anak.

2. Melonggarkan pakaian yang digunakan anak.

3. Memberikan kompres dingin (bukan alkohol) supaya demamnya cepat

menurun.

4. Tetap berada di samping anak supaya tetap tenang.

2.2.10 Komplikasi Kejang Demam

Apabila tidak ditangani dengan benar maka komplikasi yang akan terjadi adalah

Kerukan sel otak, Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

dari 15 menit dan bersifat unilateral, Kelumpuhan (Fatimah et al., 2015).

Komplikasi berupa kecacatan pada kejang demam belum pernah dilaporkan.

Bahkan perkembangan mental dan neurologis umumnya tidak terganggu pada

pasien yang sebelumnya normal. Namun pada kejang yang lebih dari 15 menit,

bahkan ada yang mengatakan lebih dari 10 menit, diduga telah dapat

menimbulkan kelainan saraf yang menetap.

Jika tidak diterapi dengan tepat, kejang demam dapat berkembang menjadi

a. Kejang demam berulang dengan frekuensi berkisar antara 25 % - 50 %.

Umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.

b. Epilepsi (kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4-6%)

c. Kelainan motorik.

d. Gangguan mental dan belajar.

2.3 Konsep Penanganan Kejang Demam

2.3.1 Mekanisme Kejang Demam


Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin

melalui sinyal afferent nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal

Macrophage Inflammtory Protein-1 (MIP-1), suatu kemungkinan yang bekerja

langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam dari jalur

Prostag landin, demam melalui MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh Antipiretik.

Menggigil diimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas,

sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi

pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan

demikian, pembentukan demam sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme

termoregulasi (Tjipta, 2013)

2.3.2 Metode Penanganan Kejang Demam

Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat merugikan,

menguntungkan karena peningkatan kemampuan sistem imunitas atau kekebalan

tubuh dalam melawan penyakit dan menurunkan kemampuan virus atau bakteri

dalam memperbanyak diri. Merugikan karena demam menimbulkan anak

menjadi gelisah, tidak demam. Menurut Plipat, (2002) penanganan demam pada

anak dapat dilakukan dengan self management maupun non self management.

1. Penanganan Kejang Demam secara Self Management

Penanganan secara self management merupakan penanganan demam yang

dilakukan sendiri tanpa menggunakan jasa tenaga kesehatan. Penanganan secara

self management dapat dilakukan dengan terapi fisik, terapi obat, maupun

kombinasi keduanya (Plipat, 2002). Menurut penelitian Oshikoya dkk (2008),

sebanyak (66,7%) orang tua melakukan penganan demam di rumah dengan

membuka baju anak, memberikan aliran udara yang baik, tepid water spong dan

memberikan obat paracetamol. Ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk menangani

kejang demam dirumah yaitu:

A. Terapi Fisik

Terapi fisik merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan

demam dengan cara memberikan tindakan ataupun perlakuan tertentu secara

mandiri. Adapun serangkaian tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi

gejala demam pada anak, menurut buku Clinical Manual of Fever in

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Children (2009): memberikan lebih banyak cairan pada anak, sedikit-sedikit

tapi sering, hal ini merupakan cara untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

Asupan cairan sangat penting karena demam menyebabkan anak

banyak kehilangan cairan tubuh dengan cepat. Selain minum air putih, anak

juga bisa diberi sup hangat atau jus. Pakaikan baju tipis dan tutupi anak

dengan selimut tipis saja. Jangan selimuti anak dengan selimut tebal atau baju

tebal. Pemakaian baju atau selimut yang berlebihan membuat panas tubuh

terperangkap sehingga suhu tubuh malah naik. Secara umum, biarkan anak

makan sejumlah yang ia mau, tak perlu memaksanya makan jika ia tak ingin

makan. Asalkan anak masih mau minum dan masih bisa buang air kecil

dengan normal.

Anak yang demam tentu harus mendapat istirahat yang cukup. Tapi

memaksa anak yang demam untuk terus menerus istirahat di tempat tidur

(bed rest), bukan hanya tak berpengaruh untuk menurunkan demam, tapi

secara psikologis juga dampaknya buruk untuk anak. Seorang peneliti pernah

meneliti terhadap 1082 anak yang demam, ternyata peneliti tidak menemukan

bukti bahwa istirahat terus menerus di tempat tidur bisa menurunkan panas

badan. Jadi minta anak untuk istirahat yang cukup, tapi tak perlu memaksanya

untuk selalu berbaring di tempat tidur.

Di masa kini, kompres yang diperbolehkan hanyalah mengompres anak

yang demam dengan air hangat. Kompres yang tidak direkomendasikan lagi

adalah kompres air dingin dan kompres dengan alkohol (Harjaningrum, 2011).

Pemberian kompres hangat dengan temperatur air 29,5ºC-32ºC (tepid-

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

sponging) dapat memberikan sinyal ke hipotalamus dan memacu terjadinya

vasodilatasi pembuluh darah perifer. Hal ini menyebabkan pembungan panas

melalui kulit meningkat sehingga terjadi penurunan suhu tubuh menjadi

normal kembali. Kalaupun mengompres tubuh anak dirasa perlu, maka

dilakukakan jika suhu tubuh anak melebihi 37.5 ºC (Harjaningrum, 2011).

B. Terapi Obat

Antipiretik seperti parastamol, ibuprofen dan aspirin merupakan obat yang

sering orang tua gunakan untukmenurunkan demam pada anak (Soedibyo, 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ohsikoya dkk (2008), 60% Orang tua

menggunakan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh anak. Menurut Soedibyo

dkk (2006), informasi penggunaan antipiretik didapatkan dari tenaga medis

(88,3%). Obat penurun panas hanya dapat di rekomendasikan bila demam yang

timbul menyebabkan nyeri badan dan rasa tidak nyaman pada anak, biasanya anak

dengan suhu badan kurang dari 38, 9ºC tak membutuhkan obat penurun panas.

Jika anak merasa gelisah dan tidak nyaman, barulah obat penurun panas

diberikan.

Anak bisa diberikan paraetamol (asetaminofen) atau ibuprofen sesuai

dosis yang dihitung dari berat badan. Tapi parasetamol merupakan obat pilihan

pertama karena efek dari parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri

ringan sampai sedang. Menurut dr. Wiyarni (2016), obat penurun panas diberikan

ketika suhu tubuh 38,5ºC atau lebih. Penelitian yang dilakukan Alex-hart dkk

(2011),

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Mengingat ibuprofen memiliki efek samping lebih banyak dan sangat

diperhatikan untuk ibuprofen tidak direkomendasikan untuk semua anak karena

memiliki efek samping yaitu mual, perut kembung, dan perdarahan tetapi lebih

jarang dibanding dengan aspirin. Selain itu efek berat yang dapat timbul dari

obat ibuprofen yaitu agranulositosis dan anemia aplastik, eritema kulit, sakit

kepala, gagal ginjal akut dan trombositopenia jarang terjadi (Wilmana, 2007).

Aspirin, lebih baik dihindarkan karena bisa menyebabkan reye’s syndrom

(Harjaningrum, 2011). Selain itu, efek sampingnya adalah merangsang lambung

dan perdarahan usus maka aspirin tidak dianjurkan untuk diberikan pada demam

ringan (Soedjatmiko, 2005).

2. Penanganan Demam secara Non Self Management

Penanganan Non Self Management merupakan penanganan demam yang

menggunakan jasa tenaga kesehatan (Plipat, 2002). Rumah sakit atau puskesmas

merupakan sarana fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan.

Mengunjungi fasilitas kesehatan merupakan salah satu jalan keluar untuk

mendapatkan pengobatan penganan demam, namun belum tentu menjadi pilihan

yang terbaik sebab penanganan demam pada anak tidak bersifat mutlak dapat

dilihat dari tinggi suhu, keadaan umum, dan umur anak.

Beberapa kriteria anak demam untuk segera dibawa ke tenaga medis yaitu,

demam pada anak usia di bawah 3 bulan dengan suhu tubuh 38 ºC, bila bayi

berusia 3-6 bulan dengan suhu tubuh 38,5 ºC bayi dan anak berusia lebih dari 6

bulan, dengan suhu tubuh 40 ºC (Pujiarto, 2008). Demam pada anak yang

mempunyai riwayat penyakit kronis dan defisiensi sistem imun, ketika anak balita

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

demam diberi obat tapi tidak ada perubahan, demam pada anak yang disertai

gelisah, lemah, atau sangat tidak nyaman dan demam yang berlangsung lebih

dari 3 hari (>72 jam) (Faris, 2009; Riandita 2012).

2.3.3 Upaya Penanganan Kejang Demam


Langkah awal yang dapat dilakukan dalam melakukan pertolongan pertama

untuk mencegah terjadinya kejang demam adalah segera memberi obat penurun

panas, kompres air biasa atau air hangat yang diletakan di dahi, ketiak dan lipatan

paha. Beri anak banyak minum dan makan makanan berkuah dan buah-buahan

yang banyak mengandung air, bisa berupa jus, susu, teh dan minuman lainnya,

jangan selimuti anak dengan selimut tebal karena selimut dan pakaian tebal justru

akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan ( Evis & Maizatuz,

2018 ).

Penanganan pertama yang tepat dilakukan orangtua saat anak kejang demam

adalah tetap tenang dan jangan panik, berusaha menurunkan suhu tubuh anak,

memposisikan anak dengan tepat yaitu posisi kepala anak dimiringkan,

ditempatkan ditempat yang datar, jauhkan dari benda-benda atau tindakan yang

dapat mencederai anak. Selain itu, tindakan yang penting untuk dilakukan

orangtua adalah dengan mempertahankan kelancaran jalan nafas anak seperti tidak

menaruh benda apapun dalam mulut dan tidak memasukkan makanan ataupun

obat dalam mulut (IDAI, 2016). Menghadapi anak yang kejang disertai demam,

perlu diperhatikan anak benar- benar mengalami kejang atau tidak, jenis kejang

dan apakah kejang yang dialami memiliki kriteria kejang demam (Indrayati &

Haryanti, 2019).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada saat kejang demam terjadi, penanganan

yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah adalah tetap tenang dan jangan

panik, letakan anak di tempat yang datar, tempatnya harus luas sehingga anak

tidak terbentur atau tertimpa benda, atur posisi menyamping pada anak untuk

mencegah terdesak pada saat kejang, longgarkan pakaian terutama bagian leher,

jangan memasukan benda apapun ke dalam mulut anak termasuk minuman dan

obat-obatan, orang tua mengucapkan kata-kata yang menenangkan , perhatikan

berapa lama kejang terjadi, apabila ada tanda-tanda kesulitan bernafas, wajah

pucat dan kebiruan itu adalah tanda-tanda kekurangan oksigen maka segera bawa

anak ke RS atau Puskesmas terdekat.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka konsep merupakan hubungan antara

dua variabel atau lebih dirumuskan oleh peneliti

digunakan sebagai landasan untuk penelitian dan dapat

memberikan informasi yang jelas pada peneliti dalam

memilih desain penelitian (Masturoh & T., 2018).

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian gambaran pengetahuan orang

tua terhadap penanganan kejang demam pada anak di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Batam Kota Tahun 2022.

Pengetahuan Orang Tua terhadap

Penanganan Kejang Demam

Baik (50-100 %)
Kurang Baik ( <50%)

Keterangan: = diteliti

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulam data.

Rancangan penelitian juga digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian

yang akan dilaksanankan. Nursalam, (2020). Jenis rancangan penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif yang menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan

Cross Sectional. Pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang

menekankan waktu pengukuran atau observasi dan variabel independen dan

dependen hanya satu kali pada satu saat, (Nursalam, 2020).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan kumpulan kasus di mana seseorang tertarik

untuk melakukan penelitian tersebut (Polit, 2014). Populasi dalam penelitian ini

orang tua yang memiliki anak usia 6 bulan sampai 5 tahun pada bulan Agustus

sampai bulan September 2022 yaitu sebanyak 64 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari elemen populasi. Pengambilan sampel adalah

proses pemilihan sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi (Polit,

2012). Sampel dalam penelitian ini adalah subyek yang diambil dari populasi

yang memenuhi kriteria penelitian yang diambil dengan metode total sampling.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel

sama dengan populasi (Nursalam, 2014).

4.3 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

4.3.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Dalam riset, variabel

dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan. Variabel juga

merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai

suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau memanipulasi suatu penelitian

(Nursalam, 2020). Variabel dalam penelitian ini pengetahuan orang tua dan

penanganan kejang demam pada anak

4.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik dapat diukur

(diamati) merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi

lagi oleh orang lain. Ada dua macam definisi, definisi nominal menerangkan

arti kata sedangkan definisi rill menerangkan objek (Nursalam, 2020).

Tabel 4.3 Definisi operasional Gambaran Pengetahuan Orang Tua


Penanganan Kejang Demam pada Anak Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Batam Kota
Variabel Definisi Operasional Indikator Alat ukur Skala Skor

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Pengetahuan Suatu bentuk upaya 1. Pengertian Kuesoner Ordin


1. 1. Baik
Orang Tua penanganan yang Kejang yang terdiri al jika
Penanganan dilakukan oleh orang Demam dari 17 skornya
Kejang tua jika anaknya 2. Penanganan pertanyaan, benar 8-17,
Demam menderita kejang Kejang dengan dua presentas
pada Anak demam. Demam pilihan e jawaban
jawaban ya benar 50-
dan tidak 100%
pemberian 2. Kurang
skor jika
menggunaka skornya <
n skala 8
Gutman: peresentase
1. Jawaban jawaban
benar=1, benar
Jawaban salah <50%
=0

4.4 Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner yang

bertujuan untuk mendapatkan infomasi dari responden yang berupa beberapa

pertanyaan, yang mana pembuatan kuesioner ini mengacuh pada parameter yang

sudah dibuat oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Lembar

kuesioner dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Demografi

Kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang digunakan sebagai data

demografi atau identitas pasien yang meliputi inisial responden, umur, jenis

kelamin, pendidikan.

2. Kuesioner Penanganan Kejang Demam

Kuisioner ini diadopsi dari penelitian Widyastuti 2016 yang berisikan

pernyataan tentang upaya penanganan kejang demam anak dengan 17

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

pernyataan dan skornya menurut skala Guttman dengan dua pilihan Ya dan

Tidak. Bila menjawab benar di beri nilai 1 dan salah di beri nilai 0.

Untuk menilai upaya perilaku penanganan kejang demam dari orang tua
digunakan rumus persentase, yaitu:
jumlah benar
Persentase = x 100
jumlah soal

Dengan kategori:

 Baik jika mendapat nilai rata-rata antara 50-100%


 Kurang jika mendapat nilai rata-rata antara <50%

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota


Ruangan rawat inap. Peneliti memilih lokasi ini karena strategis bagi penulis
untuk melakukan penelitian dan populasi dalam penelitian terpenuhi dan
mendukung.
4.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Agusutus sampai dengan bulan

September 2022

4.6 Prosedur pengambilan Data dan Pengumpulan Data

4.6.1 Pengambilan data

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Menurut Nursalam et al (2020), pengumpulan data adalah proses

pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang

diperlukan dalam suatu penelitian. Metode pengambilan data yang akan

digunakan dalam penelitian ini yaitu metode data primer dan sekunder. Data

primer adalah data yang langsung diperoleh dari responden menggunakan

kuesioner dan data sekunder diperoleh dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam

Kota.

4.6.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekataan kepada subjek dan

proses pengumpulan data karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2020). Pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan data primer yakni memperoleh data secara langsung dari

sasarannya. Pada awal penelitian terlebih dahulu mengajukan permohonan izin

pelaksanaan penelitian, setelah mendapat balasan izin penelitian. Selanjutnya

peneliti menentukan calon responden sesuai kriteria inklusi yang sudah

ditetapkan. Peneliti selanjutnya mengontrak waktu kepada responden sebelum

mengumpulkan data. Jika responden bersedia makan diberikan informed consent

untuk menjamin kebenaran dan kerahasiaan jawaban responden. Dalam

pengumpulan data, penulis akan memberi waktu untuk mengisi kuesioner. peneliti

membagi lembar kuesioner. Setelah lembar kuesioner sudah selesai diisi

responden, peneliti mengumpulkan kuesioner kembali dan mengucapkan

terimakasih atas kesediaannya menjadi responden.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

4.7 Uji validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas

Validitas instrumen adalah penentuan seberapa baik instrumen tersebut

mencerminkan konsep abstrak yang sedang diteliti. Validitas akan bervariasi dari

satu sampel ke sampel yang lain dan satu situasi ke situasi yang lainnya. Oleh

karena itu penguji validitas mengevaluasi penggunaan instrument untuk tertentu

sesuai dengan ukuran yang diteliti (Polit, 2012).

2. Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan Uji reliabilitas karena

kuesioner diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti tahun 2016. Uji

reliabilitas yaitu dengan mengkorelasikan item soal dengan jumlah item.

Instrumen dikatakan reliabel apabila Nilai alpha > 0,60.

4.8 Kerangka Operasional

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Bagan 4.1 Kerangka Operasional Gambaran Pengetahuan Orang Tua


Penanganan Kejang Demam Pada Anak Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Batam Kota Tahun
Pengajuan judul

Ijin pengambilan data awal

Pengambilan data awal

Konsul proposal

Ujian proposal
Pengurusan Uji Etik

Izin Pengambilan Etik

Pengambilan data

Pengelompokan data

Hasil

4.9 Analisa Data

Menurut Nursalam et al (2020), analisa data merupakan bagian yang

sangat penting untuk mencapai tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab setiap

pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkapkan fenomena. Setelah

seluruh data yang dibutuhkan terkumpul, maka dilakukan pengolahan data

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

dengan cara perhitungan statistic untuk menentukan pengaruh edukasi terhadap

penurunan kecemasan pasien diabetes melitus. Cara yang dilakukan untuk

menganalisa data dengan beberapa tahapan:

1. Editing

Peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban responden

dalam kuesioner yang telah diperoleh dengan tujuan agar data yang

dimaksud dapat diolah secara benar.

2. Coding

tahap ini dilakukan sebagai penanda responden dan penanda

pernyataan-pernyataan yang diberikan. Pemberian kode dilakukan

pada data karakteristik responden terutama initial dan jenis kelamin.

3. Data entry

disini peneliti memasukkan data kekomputer berupa angka yang telah

ditetapkan dalam kuesioner.

4. Cleaning

apabila semua data dari setiap responden selesai dimasukkan,

diperlukan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode atau ketidaklengkapan.

5. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menganalisis data yang

menghasilkan ditribusi dan presentase dari setiap variabel yang diteliti

baik variabel dependen maupun variabel independen. Dengan melihat

frekuensi data demografi responden.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Penulis melakukan pemeriksaan kembali data yang telah masuk ke dalam

program computer sehingga tidak terdapat kesalahan sebelum dilakukan analisis

data. Setelah pengolahan data, maka dilakukan analisis data dengan cara

perhitungan statistik dengan menggunakan tabel frekuensi

4.10 Etika Penelitian

Ketika penelitian digunakan sebagai peserta studi, perhatian harus

dilakukan untuk memastikan bahwa hak mereka dilindungi. Etik

adalah sistem nilai normal yang berkaitan dengan sejauh mana

prosedur penelitian mematuhi kewajiban professional, hukum, dan

sosial kepada peserta studi. Tiga prinsip umum mengenai standar

perilaku etis dalam penelitian berbasis: beneficence (berbuat baik),

respect for human dignity (penghargaan martabat manusia), dan

justice (keadilan) (Polit, 2012).

Menurut Nursalam et al (2020) Masalah etika penelitian yang harus

diperhatikan antara lain sebagai berikut:

1. Informed Consent (persetujuan)

Merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden,

penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan. Informed consent

tersebut akan diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembaran persetujuan untuk menjadi responden.

2. Confidentiality (kerahasiaan)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data yang akan

dilaporkan.

3 Justice (adil)

Prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan

keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

responden. Dalam penelitian ini, responden diberlakukan secara sama dan tidak

dibeda-bedakan dalam proses pengambilan data.

4 Benefit (manfaat)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian untuk

mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin baik bagi responden dan institusi

pendidikan dalam melaksanakan model perkuliahan untuk merancang program

yang dapat mendukung peningkatan kelulusan melalui penelitian.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 5
HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambar dan Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota diresmikan sebagai Rumah Sakit

Umum Tipe C pada tanggal 17 November 2015 oleh PLT Gubernur Kepulauan

Riau dengan status berada dibawah kepemilikan Konggregasi Fransiskanes Santa

Elisabeth (FSE) yang dalam pengelolaannya dibawah PT. Harapan Abadi

Kencana (sebagai Representasi Pemilik) dengan ijin operasional yang dikeluarkan

oleh pemerintah kota Batam pada tanggal 06 November 2015 dengan nomor

KPTS.330/HK/XI/2015.

Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota menyediakan pelayanan medis

yaitu: Poli umum, Poli spesialis, UGD, Ruang operasi, Unit transfusi darah,

Hemodialisa, Laboratorium 24 jam, Radiologi 24 jam, Farmasi 24 jam, dan Ruang

rawat inap yang terdiri dari ruang perawatan super VIP, ruang perawatan VIP,

ruang perawatan anak, ruang kebidanan dan perawatan bayi, ICU, NICU, ruang

isolasi, pastoral care, rehabilitasi medik, dan ruang perawatan dewasa kelas 1,

kelas 2, dan kelas 3.

Adapun motto “Ketika Aku Sakit Kamu Melawat Aku (Matius 25:36)”

dengan visi dan misi:

Visi rumah sakit santa elisabeth batam kota

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Menjadi tanda kehadiran Allah di tengah dunia dengan membuka tangan

dan hati untuk memberikan pelayanan kasih yang menyembuhkan orang-orang

sakit dan menderita sesuai dengan tuntutan zaman.

Misi rumah sakit santa elisabeth batam kota

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas atas dasar

kasih.

2. Meningkatkan sumber daya manusia secara profesional untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai dengan tetap

memperhatikan masyarakat lemah.

5.2 Hasil Penelitian

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Tabel 5.2.1 Distribusi Karakteristik Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan


Pendidikan Responden Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota Tahun
2022.
No Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Usia
a. 17-25 Tahun 19 29,68
b. 26-35 Tahun 21 32,81
c. 36-45 Tahun 24 37,5

Total 64 99,99
2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 6 9,37
b. Perempuan 58 90,62
Total 64 99,99
3. Pendidikan
a. SD 7 10,93
b. SMP 11 17,18
c. SMA 37 57,81
d. Sarjana 9 14,06
Total 64 99,98

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh bahwa pengetahuan orang tua adalah

mayoritas usia 36-45 tahun sebanyak 24 responden (37,5%), dan minoritas usia

17-25 tahun sebanyak 19 responden (29,68%). Berdasarkan data jenis kelamin

diperoleh bahwa mayoritas perempuan sebanyak 58 responden (90,62%) dan

minoritas laki-laki sebanyak 6 responden (9,37%). Berdasarkan pendidikan

diperoleh bahwa mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 37 responden (57,81%)

dan minoritas berpendidikan SD sebanyak 7 responden (10,93%).

Hasil Analisa Data

Kuesioner yang telah diisi oleh responden dikumpulkan dan diolah, data yang

didapat akan disajikan dalam bentuk distribusi tabel yang menggambarkan

pengetahuan orangtua di rumah sakit St Elisabeth Batam Kota.

Distribusi frekuensi hasil pengetahuan responden


Pengetahuan Frequensi presentasi
Baik 33 51,6 %
kurang 31 48,4 %

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

total 64 100 %

Dari hasil penelitian yang didapat bahwa sebanyak 33 orang responden (51,6%)
memiliki pengetahuan baik, sebanyak 31 orang responden (48,4 %) memiliki
tingkat pengetahuan kurang dan

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, R. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Demam

Dengan Penatalaksanaan Demam Pada Anak Di Puskesmas Harapan Raya

Pekanbaru. Al-Asalmiya Nursing: Journal of Nursing Sciences, 8(2), 80-88.

Budi, I. S., Munzaemah, S., & Listyarini, A.D. (2021). Hubungan Pengetahuan

Sang Ibu Dengan Penanganan Kejang Demam Berulang Di Kamar Anak-

Anak Rumah Sakit Islam Sunan Suci. Jurnal Profesi Keperawatan

(Jpk), 8(1).

Christalisana, C. (2018). Pengaruh Pengalaman Dan Karakter Sumber Daya

Manusia Konsultan Manajemen Konstruksi Terhadap Kualitas Pekerjaan

Pada Proyek Di Kabupaten Pandeglang. Jurnal Fondasi, 7(1), 87–98.

https://doi.org/10.36055/jft.v7i1.3305.

Darmawan, T. S., & Sutopo. (2015). Pengaruh Persepsi Tentang Harga, Promosi

Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Volume Penjualan Paket Wisata

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Karimunjawa Di Biro Tour Dan Travel Karimunjawa Beach Adventure.

Diponegoro Journal of Management, 4(2), 1–11.

Fatimah, D., Wahyuni, T., & Jumberi. (2015). Hubungan Antara Tingkat

Pengetahuan dan Kecemasan Ibu Tentang Kejang Demam Dengan

Penatalaksanaan Kompres Hangat Tepid Sponge Di Rumah Pada Balita

Yang di Rawat Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Aisiyah Samarinda. Jurnal

Kesehatan.

Fayan, S. N. (2019) Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pelaksanaan Kejang

Demam pada Anak.Αγαη, 8(5), 55.

Fitriana, L. (2017). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Self Management

Demam Pada Anak Usia 1-4 Tahun Di Paud Desa Rejosari Kecamatan

Sawahan kabupaten Madiun. 1– 81.

Handayani, T. W., Astuti, D. D., & Astuti, D. P. (2021). Aplikasi Health Belief

Model Pada Penanganan Kegawatdaruratan Anak Dengan Kejang Demam

Di Rumah. Jurnal Empathy Pengabdian Kepada Masyarakat, 21-30.

Indrayati, N., & Haryanti, D. (2019). Gambaran Kemampuan Orangtua Dalam

Penanganan Pertama Kejang Demam Pada Anak Usia Toddler. Jurnal

Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 9(2), 149–154.

https://doi.org/10.32583/pskm.9.2.2019.149-154

Kejang, K., Pada, D., Usia, A., & Tahun, B. (2017). Faktor Yang Berhungan

dengan Penanganan Pertama di Puskesmas ( Related Factors With The

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

First Handling Of Febrile Convulsion In Female Children 6 Months - 5

Years In The Health Center ). 1(1), 32–40.

Khoiriyani Rizky, Mendri Ni Ketut, S. R. (2013).Toodler Mengenai Kejang

Demam STIKES A . Yani Yogyakarta. Skripsi Disusun oleh : Rizki

Khoiriyani

Kurniati, H. S. (2016). Gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan

demam pada balita di wilayah puskesmas pisangan kota Tangerang

Selatan. 1–100.

Langging, A. (2018). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Penatalaksanaan

Kejang Demam Pada Balita di Posyandu Anggrek Tlogamas Wilayah

Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Journal Nursing News, XI(1),

31–37.

Nofia, V. R. (2019). Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam

Kejang Pada Anak Di Ruangan Rawat Anak Rsud Sawahlunto.

Prosiding Seminar Nasional STIKES Syedza Saintika, 117–130.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Imu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika

Nursalam. (2021). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis

(Edisi 4). Jakarta: Salemba Medika.

Nur Afida Fauzia. ( 2012 ). Pengetahuan Sikap dan Perilaku ibu Mengenai Kejang

Demam Pada Anak di Puskesmas Ciputat Timur. Jakarta. Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Syarif Hidayatuliah

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Oktaviany, Y. (2021). Pengetahuan Dan Perilaku Orangtua Tentang Penanganan

Kejang Demam Pada Anak: Studi Literatur (Doctoral Dissertation,

Universitas Muhammadiyah Malang).

Pujhiyanti, W. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan

Orangtua Terhadap Kejang Demam Pada Anak Usia 5 Bulan Sampai 5

Tahun Di Ruang Alamanda Anak Rsud Majalaya Kabupaten Bandung.

Pujhiyanti, W. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan

Orangtua Terhadap Kejang Demam Pada Anak Usia 5 Bulan Sampai 5

Tahun Di Ruang Alamanda Anak Rsud Majalaya Kabupaten Bandung.

Puspita, R. I., Maghfirah, S., & Sari, R. M. (2019). Penyuluhan Kesehatan

Menggunakan Media Video Terhadap Pengetahuan Ibu dalam

Pencegahan Kejang Demam Balita di Dukuh Ngembel Desa Baosan Lor

Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo. Health Sciences

Journal, 3(1), 23-31.

Wulandini, P., Saputra, R., & Frilianova, D. (2019). Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang Kejang Demam Pada Anak Usia 6 Bulan Sampai 5 Tahun di

Puskesmas Kampar Timur 2018. Jurnal Keperawatan Abdurrab, 2(2),

57-67.

Wardiyah, A., Setiawati, S., & Setiawan, D. (2016). Perbandingan Efektifitas

Pemberian Kompres Hangat dan Tepidsponge Terhadap Penurunan

Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam di RSUD dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

NursingScience),4(1),44–56.

https://doi.org/10.21776/ub.jik.2016.004.01.5

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

INFORMED CONSENT
(Persetujuan Ke ikut sertaan Dalam Penelitian)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama (inisial) :
Umur :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang akan

dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth

Medan, yang bernama Nadia Oktavia Pasaribu dengan judul

“Gambaran Pengetahuan Orang Tua Penanganan Kejang Demam

pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota ”. Saya

akan memberikan informasi yang benar terhadap apa yang diminta atau

ditanyakan oleh peneliti, karena saya memahami bahwa penelitian ini

tidak akan berakibat fatal dan merugikan.

Demikanlah surat penyataan ini saya buat untuk dapat di gunakan

sebagaimana mestinya.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA PENANGANAN KEJANG

DEMAM PADA ANAK DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH BATAM

KOTA

Kode Responden :

Petunjuk pengisian :

1. Bacalah pertanyaan dengan hati-hati sehingga dapat di mengerti

2. Setiap jawaban di mohon untuk ibu atau bapak dapat memberikan jawaban

yang jujur

3. Harap mengisi pertanyaan yang ada dalam kuisioner ini, pastikan tidak ada

yang terlewat. Setiap nomor harus diisi dengan satu jawaban.

4. Jika ibu atau bapak salah mengisi jawaban, bisa mencoret jawaban dan

menulis ulang pada bagian bawah jawaban yang salah atau ibu

menggunakan penghapus.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama Inisial :
Alamat :
Umur : tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Pendidikan : SD SMP SMA Diploma/Sarjana

Umur Anak :

B. KUESIONER PENANGANAN DEMAM KEJANG PADA ANAK

Berilah tanda (√) pada jawaban yang menurut orang tua benar !

No P Ya Tidak
e
r
n
y
a
t
a
a
n
1. Kejang demam adalah suatu keadaan yang paling
berbahaya
dan orang tua harus mengatasinya
2. Ketika kejang demam terjadi hal pertama yang harus
saya
lakukan adalah menempatkan anak di tempat yang
datar
3. Saya harus mengatur posisi anak saya dengan cara
dimiringkan
atau menyamping untuk mencegah tersedak saat
kejang terjadi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

4. Saya harus menempatkan anak pada tempat yang


luas.
5. Saya harus melonggarkan pakaian anak terutama
pada bagian
Leher
6. Saya harus mengucapkan kata-kata yang
menenangkan kepada
Anak
7. saya harus memakaikan anak dengan pakaian yang
ketat
8. Saya harus menyelimuti anak dengan selimut yang
tebal agar
anak tidak kedinginan
9. Pada saat kejang demam terjadi saya harus
memberikan anak
obat melalui mulut
10. Saya harus memberikan kompres dengan air dingin
dengan
cara meletakan pada dahi anak
11. Saya memberikan obat Diazepam rektal ke anak saya
saat
mengalami kejang demam
12. Saya tidak boleh panik dan harus tetap tenang ketika
anak saya
mengalami kejang demam
13. Saya harus memberikan banyak minum ketika anak
mengalami
kejang demam agar dapat menurunkan suhu tubuh
anak
14. Saya harus memakaikan kaos kaki pada anak agar
anak tidak
kedinginan saat mengalami kejang demam
15. Saya harus memperhatikan berapa lama kejang
terjadi agar bisa
dilaporkan ke pihak RS
16. Saya harus memperhatikan wajah anak saya untuk
melihat
tanda-tanda pucat dan kebiruan yang menandakan
kekurangan oksigen pada anak

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

17. Apabila ada tanda-tanda sulit bernafas saya harus


segera
membawa ke RS terdekat
(Widyastuti, 2016)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan

Anda mungkin juga menyukai