SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP
PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA ANAK
DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH
BATAM KOTA
TAHUN 2022
Oleh:
Nadia Oktavia Pasaribu
NIM.042020012
SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP
PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA ANAK
DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH
BATAM KOTA
TAHUN 2022
Oleh:
Nadia Oktavia Pasaribu
NIM.042020012
Tanda Persetujuan
Nama : Nadia Oktavia Pasaribu
Nim : 042020012
Judul : Gambaran Pengetahuan Orang Tua terhadap Penanganan
Kejang Demam Pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Batam Kota Tahun 2022
Medan, 2022
Pembimbing II Pembimbing I
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan tata tertib di STIKes Santa
Elisabeth Medan.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Peneliti,
Mengetahui Mengesahkan
Telah diuji :
Pada tanggal :
PANITIA PENGUJI :
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
Yang menyatakan
Puji dan syukur penulis panjatkan terhadap kehadiran Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan kasihnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun
Penanganan Kejang Demam pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam
Kota Tahun 2022”. Skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas dalam
Medan.
kepada:
1. Mestiana Br. Karo, M.,Kep., DNSc selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth
Medan yang telah mendidik dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran
2. dr. Sahat Hamonangan Siahaan, MARS selaku direktur Rumah Sakit Santa
Elisabeth Batam Kota yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk
Ners STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan kesempatan dan
4. Ance M. Siallagan, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Pembimbing I saya yang telah
dengan baik.
5. Lindawati Simorangkir, S.Kes., Ns., M.Kes Selaku Penguji II saya yang telah
7. Seluruh dosen dan staf pengajar di STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah
pasaribu dan keluarga yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang dan
dukungan.
9. Seluruh teman – teman program studi Ners tahap akademik Kelas Batam yang
selalu berjuang bersama sampai dengan penyusunan tugas akhir ini dan
terimakasih untuk semua orang yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini,
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat
peneliti untuk peningkatan di masa yang akan datang, khususnya bidang ilmu
keperawatan.
Medan, 2022
Daftar Pustaka........................................................................................................................................
Informed Consent.........................................................................................................................
Kuesioner ......................................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Kejang demam merupakan salah satu peyakit umum yang terjadi pada
anak. Para orang tua pastinya akan memiliki perasaan ketakutan, trauma emosi
dan juga tingkat kecemasan yang tinggi apabila anaknya sedang sakit terutama
penyakit yang sering diderita anak yaitu demam. Apabila demam tidak
namun hal tersebut sesuai dengan ambang kejang pada setiap anak (Hasibuan
& Zahroh, 2018). Kejang demam merupakan kejadian kejang yang umum
terjadi pada anak usia dibawah lima tahun. Kejang demam berhubungan
dengan peningkatan suhu tubuh lebih dari 38 C pada anak, serta tidak
sekitar 6-15% pada anak usia antara 6 bulan sampai 5 tahun, serta sekitar 30%
kejang fokal, durasi lebih dari 10 menit, kejang berulang dalam 24 jam.
WHO 2013 memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang
demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait
dari 400 anak berusia 1 bulan - 13 tahun dengan riwayat kejang, yang
mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO, 2013 dalam Untari 2015)
Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah
penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di
Asia angka kejadian kejang demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan
antara 6-9% kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam
(Hernal, 2010). Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan-13 tahun
dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77%.
Menurut Riskesda tahun 2014, prevalensi demam di Indonesia sebesar
1,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada kasus demam 1.500 per 100.000
penduduk Indonesia. Data dari Survey Kesehatan Nasional tentang angka
kesehatan anak menunjukkan bahwa 49,1% bayi umur < 1 tahun dan 54,8%
balita umur 1-4 tahun rentan terkena penyakit. Diantara umur 0-4 tahun
ditemukan prevalensi panas sebesar 33, 4%, (Balitbang Kemenkes RI, 2014).
Fida (2021:132) mengatakan serangan kejang demam pada anak yang satu
dengan yang lain tidaklah sama, tergantung nilai ambang kejang masing-
masing. Oleh karena itu setiap serangan kejang harus mendapat penanganan
yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan berulang.
Sebab keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa
pada anak, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Tejani (2019:223) menyatakan bahwa Kejang pada anak terutama pada
balita sering kali di mengerti orang tua. Akibatnya orang tua kerap menjadi
panik dan berpotensi melakukan langkah yang justru salah dan
membahayakan untuk lebih memahami kejang pada anak, kita harus lebih
mengetahui apa sesungguhnya yang menjadi penyebabnya. Otak manusia
terdiri atas jutaan sel saraf, dimana sel-sel tersebut berkomunikasi satu sama
lain melalui hantaran arus listrik Ketika terdapat kejadian abnormal berupa
pelepasan muatan listrik yang berlebihan diotak maka terjadilah kejang
Pasaribu maharani (2019:114) Menjelaskan bahwa banyak gangguan yang
akan terjadi akibat kejang demam. Gangguan tingkah laku, meningkatnya
metabolisme dan menurunnya intelegasi. Apabila anak sering mengalami
kejang demam dapat terjadi kekurangan oksigen, aliran darah ke otak
berkurang, dan kekurangan glukosa. Kejadian kejang demam yang terus
menerus akan menganggu kerja sel dengan mengakibatkan kerusakan pada
neuron sampai juga mengakibatkan retardasi mental
didapatkan informasi bahwa jumlah data pasien anak yang mengalami kejang
demam di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota pada Bulan Januari
kejang demam. Berdasarkan latar belakang data di atas maka peneliti tertarik
Batam Kota
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber acuan dan
2. Bagi mahasiswa
demam pada anak, sehingga mampu memberi edukasi kepada orang tua
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai hasil dari penggunaan panca indra manusia. Pengetahuan adalah bagian
dari sebuah jawaban atas berbagai pertanyaan yang muncul didalam kehidupan
Selain itu, ada yang menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan suatu informasi
yang bisa mengubah seseorang dan hal ini bisa menjadi dasar untuk bertindak.
dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek , Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni, indera
pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian
pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga (Riandita, 2012).
Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi karena
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Wawan, 2012).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah
segala sesuatu yang tidak tau menjadi tau berdasarkan pengalaman manusia itu
sendiri.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah memahami
suatu materi atau objek dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang sebenarnya Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat juga
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
menjabarkan materi atau objek tertentu ke dalam komponen komponen
yang terdapat dalam suatu masalah dan berkaitan satu sama lain.
Pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis, apabila orang
tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tertentu. Akan
tetapi analisis masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi ormulasi yang ada. Misalnya
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang
telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
sesuatu yang baru sesuai dengan apa yang dikehendaki (trial atau coba). Pada
tahapan terakhir yaitu Adoption, individu telah berprilaku baru sesuai dengan
yakni:
b. Secara kebetulan
penalaran sendiri.
Sebelum ilmu pendidikan berkembang para orang tua zaman dahulu agar
melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau
berpikir.
h. Induksi
i. Dedukasi
ini lahirlah suatu cara melakukan penelitian, yang kita kenal dengan
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.
7. Minat
Reaksi orangtua dan respon terhadap kejang demam pada anak terdiri dari
gejala fisik, psikologis dan perilaku. Gejala fisik yang umumnya dirasakan
anoreksia dan gangguan tidur. Reaksi psikologis yang dialami orangtua adalah
kekhawatiran pada demam yang tidak terlalu tinggi. Terjadinya kejang demam
pada anak juga berpotensi mengganggu kualitas kehidupan keluarga dan orangtua.
Orangtua juga akan merasakan bahwa anaknya “rentan” atau sangat rentan
apnea dan terjadi pola nafas tidak teratur. Kejang demam ini biasanya diakibatkan
oleh peningkatan suhu secara cepat dan terjadi kurang dari 15 menit. (Kurniati et
al., 2018)
Kejang demam merupakan kejang yang disebabkan oleh kenaikan suhu
tubuh yaitu 38 derajat Celcius atau bisa saja lebih dari itu dan bisa disebabkan
oleh proses yang terjadi di luar otak. Sebagian besar kejadian kejang demam
terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. Beberapa ciri khas pada penyakit
kejang demam yaitu demam terjadi lebih dahulu daripada kejang ketika kejang
anak masih mengalami demam kemudian setelah terjadi kejang anak langsung
sadar lagi (Kurniati et al., 2018)
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38℃
biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu dan
pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini. Kejang demam
yang sering disebut step, merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi
ataupun anak mengalami demam tanpa infeksi sestem saraf pusat yang dapat
timbul bila seorang anak mengalami demam tinggi (Ridha,2017).
2.2.2 Epidemiologi
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling umum terjadi pada masa
anak-anak dan biasanya tidak berbahaya. Pada hasil studi populasi angka kejadian
Guam 14%, di Hongkong 0,35%, dan di China 0,5-1,5. Dan sekitar 9–35% kejang
demam pertama kali adalah kompleks, 25% kejang demam kompleks tersebut
berkembang ke arah epilepsi. Dan pada 70-75% kasus kejang demam pada anak
1,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada kasus demam 1.500 per 100.000
kesehatan anak menunjukkan bahwa 49,1% bayi umur < 1 tahun dan 54,8%
balita umur 1-4 tahun rentan terkena penyakit. Diantara umur 0-4 tahun
2014).
disebabkan oleh infeksi dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan
kejang demam pada anak. Infeksi yang sering menyerang anak-anak biasanya
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) yang paling sering dikaitkan dengan
faktor resiko kejang demam.12 Pada penelitian sebelumnya dikatakan bahwa ada
beberapa faktor yang berperan dalam risiko kejang demam yaitu usia, dan riwayat
usia saat ibu hamil, riwayat asfiksia, usia kehamilan, dan bayi berat lahir rendah.
Faktor risiko lain yaitu adanya riwayat kejang demam pada orang tua dan
keluarga juga memiliki peran dalam menentukan untuk terjadinya kejang demam
berulang dan juga perkembangan dari kejang demam tersebut.14 Dan juga ibu
Penyebab kejang demam hingga saat ini belum diketahui dengan pasti.
Kejang demam tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi dikarenakan pada suhu
yang tidak terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kejang. Kondisi yang dapat
menyebabkan kejang demam diantaranya adalah infeksi yang mengenai jaringan
ekstrakranial seperti otitis media akut, bronkitis dan tonsilitis (Riyadi, 2015).
Menurut Soebadi (2021) penyebab kejang demam pada anak yaitu demam
yang kemungkinan terjadi secara mendadak. Demam ini bisa dikarenakan oleh
infeksi bakteri maupun virus contohnya seperti infeksi saluran napas atas. Namun
hal tersebut belum bisa diketahui secara pasti mengapa demam mampu
menyebabkan seorang anak mengalami kejang namun tidak terjadi pada anak
yang lain. Mungkin saja faktor genetik yang menyebabkan seorang anak
mengalami kejang. Selain itu, setiap anak juga mempunyai suhu ambang kejang
yang berbeda-beda, misalnya seperti ada seorang anak dengan suhu 38 derajat
Celcius sudah mengalami kejang dan ada yang baru mengalami kejang ketika
suhu tubunya 40 derajat Celcius.
2.2.5 Klasifikasi Kejang Demam
Kejang demam menurut (Ridha, 2017) yaitu sebagai berikut:
1. Kejang demam sederhana
c. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 5bulan – 5 tahun
abnormalitas perkembangan
h. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat Tanpa gerakan fokal dan
Merupakan kejang lama yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal umum
atau keseluruhan serta multiple dan bisa berulang lebih dari 1 kali selama 24 jam.
Tanda dan gejala yang umum pada kejadian demam dalam buku (Huda &
Hardi, 2015) adalah Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik
berlangsung 10 sampai dengan 15 menit, bisa juga lebih, Takikardia pada bayi
frekuensi sering diatas 150-200 per menit, Pulsasi arteri melemah dan tekanan
nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat menurunnya curah jantung. dan gejala
bendungan system vena yaitu Hepatomegali dan Peningkatan tekanan vena
jugularis.
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak akan
terlihat aneh untuk beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki kaku,
tersentak-sentak atau kelojotan, dan mata berputar-putar sehingga hanya putih
mata yang terlihat. Anak tidak responsive untuk beberapa waktu, napas akan
terganggu dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Namun, tidak seberapa
lama kemudian, anak akan segera normal kembali (Sudarmoko, 2017).
Sebagian besar kejang demam merupakan kejang umum. Bentuk kejang
umum yang sering dijumpai adalah mata mendelik atau terkadang berkedip-kedip,
kedua tangan dan kaki kaku, terkadang diikuti kelojotan, dan saat kejang anak
tidak sadar tidak memberi respons apabila dipanggil atau diperintah. Setelah
kejang anak sadar kembali. Umumnya kejang demam akan berhenti sendiri dalam
waktu kurang dari 5 menit dan tidak berulang lebih dari satu kali dalam 24 jam
(Ngastiyah, 2017).
2.2.6 Patofisiologi Kejang Demam
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1℃ akan menyebabkan
kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat
sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai
65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.
Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya
lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel
maupun membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah
kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada
tinggi atau rendahnya ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu
tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut
mempunyai ambang kejang yang rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih
anak tersebut mempunyai ambang kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang
kejang yang rendah (Ngastiyah, 2017).
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam
Berikut beberapa pemeriksaan yang dianjurkan ketika anak mengalami
kejang menurut Arief, 2015) yaitu:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini tidak selalu digunakan pada pasien yang mengalami
kejang demam namun dapat digunakan untuk mengevaluasi mengenai adanya
sumber infeksi yang menyebabkan demam atau keadaan lain yang diderita
pasien seperti gastroenteritis, dehidarasi disertai demam. Pemeriksaan
Laboratorium ini terdiri dari pemeriksaan darah perifer, elektrolit dan juga
gula darah.
b. Pemeriksaan Electroencephalography
Merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas
listrik di otak dengan menggunakan cakram logam kecil (elektroda) yang
akan diletakkan pada kulit kepala pasien. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendiagnosis terjadinya epilepsi ataupun kejang serta gangguan otak lainnya
seperti akibat dari adanya infeksi, trauma, perdarahan dan juga tumor di otak.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan apabila seorang pasien mengalami kejang
demam yang tidak khas misalnya mengalami kejang demam kompleks usia
lebih dari 6 tahun atau bisa juga pada kejang demam fokal.
c. Observasi
Pada anak yang mengalami kejang demam sangat dianjurkan
observasi serta pemeriksaan lanjutan apabila kondisinya mulai tidak stabil.
Keluarga juga perlu diberitahu supaya membawa anaknya ke rumah sakit
apabila mengalami kejang berulang karena pada kejadian kejang demam
kompleks perlu dilakukan observasi rutin untuk mencegah kejadian yang
lebih buruk pada pasien.
1. Menghindari lidah anak tergigit dengan cara meletakkan benda keras berlapis
kain atau kasa kedalam mulut namun jangan sampai menghambat jalan napas
anak.
menurun.
Apabila tidak ditangani dengan benar maka komplikasi yang akan terjadi adalah
Kerukan sel otak, Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih
pasien yang sebelumnya normal. Namun pada kejang yang lebih dari 15 menit,
bahkan ada yang mengatakan lebih dari 10 menit, diduga telah dapat
Jika tidak diterapi dengan tepat, kejang demam dapat berkembang menjadi
c. Kelainan motorik.
melalui sinyal afferent nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal
Prostag landin, demam melalui MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh Antipiretik.
adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme
tubuh dalam melawan penyakit dan menurunkan kemampuan virus atau bakteri
menjadi gelisah, tidak demam. Menurut Plipat, (2002) penanganan demam pada
anak dapat dilakukan dengan self management maupun non self management.
self management dapat dilakukan dengan terapi fisik, terapi obat, maupun
membuka baju anak, memberikan aliran udara yang baik, tepid water spong dan
memberikan obat paracetamol. Ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk menangani
A. Terapi Fisik
tapi sering, hal ini merupakan cara untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
banyak kehilangan cairan tubuh dengan cepat. Selain minum air putih, anak
juga bisa diberi sup hangat atau jus. Pakaikan baju tipis dan tutupi anak
dengan selimut tipis saja. Jangan selimuti anak dengan selimut tebal atau baju
tebal. Pemakaian baju atau selimut yang berlebihan membuat panas tubuh
terperangkap sehingga suhu tubuh malah naik. Secara umum, biarkan anak
makan sejumlah yang ia mau, tak perlu memaksanya makan jika ia tak ingin
makan. Asalkan anak masih mau minum dan masih bisa buang air kecil
dengan normal.
Anak yang demam tentu harus mendapat istirahat yang cukup. Tapi
memaksa anak yang demam untuk terus menerus istirahat di tempat tidur
(bed rest), bukan hanya tak berpengaruh untuk menurunkan demam, tapi
secara psikologis juga dampaknya buruk untuk anak. Seorang peneliti pernah
meneliti terhadap 1082 anak yang demam, ternyata peneliti tidak menemukan
bukti bahwa istirahat terus menerus di tempat tidur bisa menurunkan panas
badan. Jadi minta anak untuk istirahat yang cukup, tapi tak perlu memaksanya
yang demam dengan air hangat. Kompres yang tidak direkomendasikan lagi
adalah kompres air dingin dan kompres dengan alkohol (Harjaningrum, 2011).
B. Terapi Obat
sering orang tua gunakan untukmenurunkan demam pada anak (Soedibyo, 2006).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ohsikoya dkk (2008), 60% Orang tua
(88,3%). Obat penurun panas hanya dapat di rekomendasikan bila demam yang
timbul menyebabkan nyeri badan dan rasa tidak nyaman pada anak, biasanya anak
dengan suhu badan kurang dari 38, 9ºC tak membutuhkan obat penurun panas.
Jika anak merasa gelisah dan tidak nyaman, barulah obat penurun panas
diberikan.
dosis yang dihitung dari berat badan. Tapi parasetamol merupakan obat pilihan
pertama karena efek dari parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Menurut dr. Wiyarni (2016), obat penurun panas diberikan
ketika suhu tubuh 38,5ºC atau lebih. Penelitian yang dilakukan Alex-hart dkk
(2011),
memiliki efek samping yaitu mual, perut kembung, dan perdarahan tetapi lebih
jarang dibanding dengan aspirin. Selain itu efek berat yang dapat timbul dari
obat ibuprofen yaitu agranulositosis dan anemia aplastik, eritema kulit, sakit
kepala, gagal ginjal akut dan trombositopenia jarang terjadi (Wilmana, 2007).
dan perdarahan usus maka aspirin tidak dianjurkan untuk diberikan pada demam
menggunakan jasa tenaga kesehatan (Plipat, 2002). Rumah sakit atau puskesmas
yang terbaik sebab penanganan demam pada anak tidak bersifat mutlak dapat
Beberapa kriteria anak demam untuk segera dibawa ke tenaga medis yaitu,
demam pada anak usia di bawah 3 bulan dengan suhu tubuh 38 ºC, bila bayi
berusia 3-6 bulan dengan suhu tubuh 38,5 ºC bayi dan anak berusia lebih dari 6
bulan, dengan suhu tubuh 40 ºC (Pujiarto, 2008). Demam pada anak yang
mempunyai riwayat penyakit kronis dan defisiensi sistem imun, ketika anak balita
demam diberi obat tapi tidak ada perubahan, demam pada anak yang disertai
gelisah, lemah, atau sangat tidak nyaman dan demam yang berlangsung lebih
untuk mencegah terjadinya kejang demam adalah segera memberi obat penurun
panas, kompres air biasa atau air hangat yang diletakan di dahi, ketiak dan lipatan
paha. Beri anak banyak minum dan makan makanan berkuah dan buah-buahan
yang banyak mengandung air, bisa berupa jus, susu, teh dan minuman lainnya,
jangan selimuti anak dengan selimut tebal karena selimut dan pakaian tebal justru
akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan ( Evis & Maizatuz,
2018 ).
Penanganan pertama yang tepat dilakukan orangtua saat anak kejang demam
adalah tetap tenang dan jangan panik, berusaha menurunkan suhu tubuh anak,
ditempatkan ditempat yang datar, jauhkan dari benda-benda atau tindakan yang
dapat mencederai anak. Selain itu, tindakan yang penting untuk dilakukan
orangtua adalah dengan mempertahankan kelancaran jalan nafas anak seperti tidak
menaruh benda apapun dalam mulut dan tidak memasukkan makanan ataupun
obat dalam mulut (IDAI, 2016). Menghadapi anak yang kejang disertai demam,
perlu diperhatikan anak benar- benar mengalami kejang atau tidak, jenis kejang
dan apakah kejang yang dialami memiliki kriteria kejang demam (Indrayati &
Haryanti, 2019).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada saat kejang demam terjadi, penanganan
yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah adalah tetap tenang dan jangan
panik, letakan anak di tempat yang datar, tempatnya harus luas sehingga anak
tidak terbentur atau tertimpa benda, atur posisi menyamping pada anak untuk
mencegah terdesak pada saat kejang, longgarkan pakaian terutama bagian leher,
jangan memasukan benda apapun ke dalam mulut anak termasuk minuman dan
berapa lama kejang terjadi, apabila ada tanda-tanda kesulitan bernafas, wajah
pucat dan kebiruan itu adalah tanda-tanda kekurangan oksigen maka segera bawa
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Baik (50-100 %)
Kurang Baik ( <50%)
Keterangan: = diteliti
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
yang akan dilaksanankan. Nursalam, (2020). Jenis rancangan penelitian ini adalah
4.2.1 Populasi
untuk melakukan penelitian tersebut (Polit, 2014). Populasi dalam penelitian ini
orang tua yang memiliki anak usia 6 bulan sampai 5 tahun pada bulan Agustus
4.2.2 Sampel
2012). Sampel dalam penelitian ini adalah subyek yang diambil dari populasi
yang memenuhi kriteria penelitian yang diambil dengan metode total sampling.
beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Dalam riset, variabel
(Nursalam, 2020). Variabel dalam penelitian ini pengetahuan orang tua dan
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi
lagi oleh orang lain. Ada dua macam definisi, definisi nominal menerangkan
pertanyaan, yang mana pembuatan kuesioner ini mengacuh pada parameter yang
sudah dibuat oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Lembar
1. Data Demografi
Kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang digunakan sebagai data
demografi atau identitas pasien yang meliputi inisial responden, umur, jenis
kelamin, pendidikan.
pernyataan dan skornya menurut skala Guttman dengan dua pilihan Ya dan
Tidak. Bila menjawab benar di beri nilai 1 dan salah di beri nilai 0.
Untuk menilai upaya perilaku penanganan kejang demam dari orang tua
digunakan rumus persentase, yaitu:
jumlah benar
Persentase = x 100
jumlah soal
Dengan kategori:
4.5.1 Lokasi
September 2022
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode data primer dan sekunder. Data
kuesioner dan data sekunder diperoleh dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam
Kota.
pengumpulan data, penulis akan memberi waktu untuk mengisi kuesioner. peneliti
1. Uji validitas
mencerminkan konsep abstrak yang sedang diteliti. Validitas akan bervariasi dari
satu sampel ke sampel yang lain dan satu situasi ke situasi yang lainnya. Oleh
2. Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan Uji reliabilitas karena
kuesioner diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti tahun 2016. Uji
Konsul proposal
Ujian proposal
Pengurusan Uji Etik
Pengambilan data
Pengelompokan data
Hasil
sangat penting untuk mencapai tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab setiap
1. Editing
dalam kuesioner yang telah diperoleh dengan tujuan agar data yang
2. Coding
3. Data entry
4. Cleaning
5. Analisa univariat
data. Setelah pengolahan data, maka dilakukan analisis data dengan cara
2. Confidentiality (kerahasiaan)
dilaporkan.
3 Justice (adil)
keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
responden. Dalam penelitian ini, responden diberlakukan secara sama dan tidak
4 Benefit (manfaat)
mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin baik bagi responden dan institusi
BAB 5
HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota diresmikan sebagai Rumah Sakit
Umum Tipe C pada tanggal 17 November 2015 oleh PLT Gubernur Kepulauan
oleh pemerintah kota Batam pada tanggal 06 November 2015 dengan nomor
KPTS.330/HK/XI/2015.
yaitu: Poli umum, Poli spesialis, UGD, Ruang operasi, Unit transfusi darah,
rawat inap yang terdiri dari ruang perawatan super VIP, ruang perawatan VIP,
ruang perawatan anak, ruang kebidanan dan perawatan bayi, ICU, NICU, ruang
isolasi, pastoral care, rehabilitasi medik, dan ruang perawatan dewasa kelas 1,
Adapun motto “Ketika Aku Sakit Kamu Melawat Aku (Matius 25:36)”
kasih.
Total 64 99,99
2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 6 9,37
b. Perempuan 58 90,62
Total 64 99,99
3. Pendidikan
a. SD 7 10,93
b. SMP 11 17,18
c. SMA 37 57,81
d. Sarjana 9 14,06
Total 64 99,98
Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh bahwa pengetahuan orang tua adalah
mayoritas usia 36-45 tahun sebanyak 24 responden (37,5%), dan minoritas usia
Kuesioner yang telah diisi oleh responden dikumpulkan dan diolah, data yang
total 64 100 %
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa sebanyak 33 orang responden (51,6%)
memiliki pengetahuan baik, sebanyak 31 orang responden (48,4 %) memiliki
tingkat pengetahuan kurang dan
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, R. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Demam
Budi, I. S., Munzaemah, S., & Listyarini, A.D. (2021). Hubungan Pengetahuan
(Jpk), 8(1).
https://doi.org/10.36055/jft.v7i1.3305.
Darmawan, T. S., & Sutopo. (2015). Pengaruh Persepsi Tentang Harga, Promosi
Fatimah, D., Wahyuni, T., & Jumberi. (2015). Hubungan Antara Tingkat
Yang di Rawat Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Aisiyah Samarinda. Jurnal
Kesehatan.
Demam Pada Anak Usia 1-4 Tahun Di Paud Desa Rejosari Kecamatan
Handayani, T. W., Astuti, D. D., & Astuti, D. P. (2021). Aplikasi Health Belief
https://doi.org/10.32583/pskm.9.2.2019.149-154
Kejang, K., Pada, D., Usia, A., & Tahun, B. (2017). Faktor Yang Berhungan
Khoiriyani
Selatan. 1–100.
31–37.
Medika
Nur Afida Fauzia. ( 2012 ). Pengetahuan Sikap dan Perilaku ibu Mengenai Kejang
Journal, 3(1), 23-31.
Wulandini, P., Saputra, R., & Frilianova, D. (2019). Tingkat Pengetahuan Ibu
57-67.
NursingScience),4(1),44–56.
https://doi.org/10.21776/ub.jik.2016.004.01.5
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Ke ikut sertaan Dalam Penelitian)
Nama (inisial) :
Umur :
akan memberikan informasi yang benar terhadap apa yang diminta atau
sebagaimana mestinya.
KUESIONER PENELITIAN
KOTA
Kode Responden :
Petunjuk pengisian :
2. Setiap jawaban di mohon untuk ibu atau bapak dapat memberikan jawaban
yang jujur
3. Harap mengisi pertanyaan yang ada dalam kuisioner ini, pastikan tidak ada
4. Jika ibu atau bapak salah mengisi jawaban, bisa mencoret jawaban dan
menulis ulang pada bagian bawah jawaban yang salah atau ibu
menggunakan penghapus.
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama Inisial :
Alamat :
Umur : tahun
Umur Anak :
Berilah tanda (√) pada jawaban yang menurut orang tua benar !
No P Ya Tidak
e
r
n
y
a
t
a
a
n
1. Kejang demam adalah suatu keadaan yang paling
berbahaya
dan orang tua harus mengatasinya
2. Ketika kejang demam terjadi hal pertama yang harus
saya
lakukan adalah menempatkan anak di tempat yang
datar
3. Saya harus mengatur posisi anak saya dengan cara
dimiringkan
atau menyamping untuk mencegah tersedak saat
kejang terjadi