Anda di halaman 1dari 126

STIKes Santa Elisabeth Medan i

SKRIPSI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN


PENGETAHUAN DALAM PENILAIAN EARLY WARNING
SCORE (EWS) DIRUANG PERAWATAN
RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH
MEDAN TAHUN 2020

Oleh:
RISCA MANULLANG
NIM. 032016035

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2020

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan ii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Risca Manullang
NIM : 032016035
Program Studi : Ners
Judul : Hubungan Karakteristik Perawat dengan Pengetahuan
Dalam Penilaian Early Warning Score Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di STIKes Santa
Elisabeth Medan.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.

Penulis,

Materai Rp.6000

Risca Manullang

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan iii

PROGRAM STUDI NERS


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
Tanda Persetujuan
Nama : Risca Manullang
NIM : 032016035
Program Studi : Ners
Judul : Hubungan Karakteristik Perawat dengan Pengetahuan
Dalam Penilaian Early Warning Score Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020

Menyetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang Sarjana Keperawatan


Medan, 06 Juli 2020

Pembimbing II Pembimbing I

(Lindawati F.T, S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Jagentar P. Pane, S.Kep.,Ns.,M.Kep)

Mengetahui
Program Studi Ners

(Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan iv

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Telah diuji

Pada tanggal, 06 Juli 2020

PANITIA PENGUJI

Ketua : Jagentar P. Pane, S.Kep.,Ns.,M.Kep

...........................................................

Anggota :1. Lindawati F.T, S.Kep.,Ns.,M.Kep

...........................................................

2. Mestiana Br. Karo M.Kep., DNSc

...........................................................

Mengetahui
Nama Program Ners

(Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan v

PROGRAM STUDI NERS


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
Tanda Pengesahan
Nama : Risca Manullang
NIM : 032016035
Judul : Hubungan Karakteristik Perawat dengan Pengetahuan Dalam
Penilaian Early Warning Score Di Ruang Perawatan Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji sebagai


persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Pada 06 Juli 2020 dan dinyatakan LULUS

TIM PENGUJI: TANDA TANGAN

Penguji I : Jagentar P. Pane, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Penguji II : Lindawati F.T, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Penguji III : Mestiana Br. Karo M.Kep., DNSc

Mengetahui Mengesahkan
Ketua Prodi Ners Ketua STIKes

(Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN) (Mestiana Br. Karo M.Kep., DNSc)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan vi

ABSTRAK

Risca Manullang 032016035

Hubungan Karakteristik Perawat dengan Pengetahuan Dalam Penilaian Early


Warning Score Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020.

Program Studi Ners, 2020


Kata Kunci: Karakteristik Perawat, Pengetahuan, Early Warning Score
(xvii + 88 + lampiran)

Early warning score (EWS) merupakan suatu sistem permintaan bantuan untuk
mengatasi masalah pasien secara dini, dengan diukur menggunakan tujuh
parameter untuk mengetahui respon aktivasi klinis pasien. Karakteristik tenaga
kesehatan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi mortalitas pasien di
rumah sakit. Pengetahuan perawat mempengaruhi kemampuannya dalam
mengidentifikasi pasien dengan perburukan kondisi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat dengan pengetahuan dalam
penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun
2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan jumlah
responden sebanyak 32 orang dan pengampilan sampel dilakukan dengan teknik
accidental sampling. Alat pengumpulan data digunakan dengan menggunakan
kuesioner yang berisi data demografi dan 50 pertanyaan tentang EWS dengan
pilihan jawaban benar dan salah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubungan karakteristik perawat berdasarkan jenis kelamin dengan pengetahuan
dalam penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
tahun 2020 dengan hasil uji statistik chi square nilai p =0,002 (p-value< 0,05).
Sementara itu, karakteristik perawat berdasarkan umur dengan pengetahuan
dalam penilaian EWS tidak terdapat hubungan (p > 0,05 yaitu 0,746),
karakteristik perawat berdasarkan tingkat pendidikan dengan pengetahuan dalam
penilaian EWS tidak terdapat hubungan (p > 0,05 yaitu 0,304), dan karakteristik
perawat berdasarkan masa kerja dengan pengetahuan dalam penilaian EWS di
ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020 tidak terdapat
hubungan (p > 0,05 yaitu 0,560). Untuk lebih meningkatkan pengetahuan
perawat Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tentang EWS disarankan untuk
mengadakan dan mengikuti seminar tentang EWS.

Daftar Pustaka: 2003-2020

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan vii

ABSTRACT

Risca Manullang 032016035

The Relationship between Nurse Characteristics and Knowledge in Early


Warning Score Assessment in Santa Elisabeth Hospital Hospital Room in 2020.

Nursing Study program, 2020.


Keywords: Nurse Characteristics, Knowledge, Early Warning Score
(xvii + 88 + attachment)

Early warning score (EWS) is a system of requests for help to address patient
problems early, measured using seven parameters to determine the response of
clinical activation of patients. Health care providers‟ characteristic is one of
several factors that influences in-hospital patients mortality. Nurses‟ knowledge
affects their ability to recognize the deteriorating patients. The purpose of this
research was to study the relationship of characteristics with knowledge in the
assessment of EWS in the ward of the Saint Elizabeth Hospital in 2020. This
research uses the approach of cross sectional with 32 respondents and samples
is done by the technique accidental sampling. Data collection tools using a
questionnaire containing demographic data and 50 questions about EWS with
correct and wrong answer choices. The results showed that there was a
relationship between nurses characteristics based on gender with knowledge in
EWS assessment in the Saint Elizabeth Hospital Hospital in 2020 with the results
of the chi square statistical test value of p = 0.002 (p-value <0.05). Meanwhile,
the characteristics of nurses based on age with knowledge in the EWS
assessment were not correlated (p> 0.05; 0.746), the characteristics of nurses
based on level of education with knowledge in the EWS assessment were not
correlated (p> 0.05; 0.304), and the characteristics nurses based on work
duration with knowledge in the EWS assessment in the Saint Elizabeth Hospital
2020 hospital room there was no relationship (p> 0.05; 0.560). To further
enhance the knowledge of nurses at the Saint Elizabeth Hospital in Medan about
the EWS it is recommended to hold and attend a seminar on the EWS.

References: 2003-2020.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan viii

KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat dan kurnia-nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan

tepat pada waktunya. Adapun judul penelitian ini adalah “Hubungan

Karakteristik Perawat Dengan Pengetahuan Dalam Penilaian Early Warning

Score Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2020”. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi tugas dalam menyelesaikan

pendidikan di Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan.

Penelitian ini telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Mestiana Br. Karo M.Kep., DNSc selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth

Medan dan sekaligus dosen penguji III, yang telah memberikan kesempatan

dan fasilitas untuk mengikuti serta menyelesaikan pendidikan di STIKes

Santa Elisabeth Medan dan membantu serta membimbing dengan sangat baik

dan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Maria Christina, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti dalam melakukan

penelitian di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

3. Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN, selaku Ketua Program Studi Ners

STIKes Santa Elisabeth Medan yang yang telah mengizinkan memberikan

kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan ix

4. Jagentar P. Pane, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji I yang telah sabar

dan banyak memberikan waktu, dalam membimbing dan memberikan arahan

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Lindawati F. Tampubolon S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji II dan

sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah sabar dan banyak

memberikan waktu, dalam membimbing dan memberikan arahan sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik..

6. Seluruh staff dosen STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah membimbing

dan mendidik peneliti dalam upaya pencapaian pendidikan sejak semester I

sampai semester VIII. Terimakasih untuk motivasi dan dukungan yang

diberikan kepada peneliti, untuk segala cinta dan kasih yang telah tercurah

selama proses pendidikan sehingga peneliti dapat sampai pada penyusunan

skripsi ini.

7. Teristimewa kepada kedua orangtua saya yang tercinta Ayahnda Sampe

Manullang dan Ibunda Hotmairing Siallagan yang telah memberikan kasih

sayang, dukungan moril maupun finansial, dorongan serta doa kepada

peneliti. Tidak lupa juga kepada saudara-saudari saya kakak Novri

Manullang, adik saya Cikander Manullang, Henrik Manullang, adik kembar

Gisca dan Yesica yang senantiasa memberikan motivasi, doa, dan dorongan

kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Kepada Koordinator asrama bersama tim yang telah memberikan nasihat dan

senantiasa memberikan dukungan, motivasi dan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan x

9. Kepada R.Oktaviance,SST.,M.Kes, yang selalu memberikan motivasi,

dukungan dan doa untuk saya dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. Seluruh teman- teman mahasiswa program studi Ners STIKes Santa Elisabeth

Medan angkatan ke X Tahun 2016 yang memberikan motivasi dan dukungan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna.

Oleh karena itu, peneliti menerima kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

mencurahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu

peneliti. Harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, 06 Juli 2020


Peneliti

( Risca Manullang )

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xi

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DEPAN .......................................................................................... i
SAMPUL DALAM ......................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
TANDA PERSETUJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ...................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 8
1.3. Tujuan ......................................................................................... 8
1.3.1 Tujuan umum................................................................... 8
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................. 8
1.4. Manfaat ....................................................................................... 9
1.4.1 Manfaat teoritis ................................................................ 9
1.4.2 Manfaat praktisi ............................................................... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10


2.1. Early Warning Score................................................................... 10
2.1.1 Defenisi ......................................................................... 10
2.1.2 Sejarah penerapan EWS ................................................ 10
2.1.3 Fungsi EWS .................................................................. 11
2.1.4 Indikasi pasien yang menggunakan EWS ..................... 12
2.1.5 Parameter fisik dalam EWS........................................... 12
2.1.6 Parameter fisiologis yang tidak termasuk dalam
sistem EWS ................................................................... 23
2.1.7 Skoring EWS ................................................................. 24
2.1.8 Kategori total skor EWS ................................................ 27
2.1.9 Penatalaksanaan EWS ................................................... 27
2.1.10 Dokumentasi EWS ........................................................ 28
2.1.11 Komunikasi hasil EWS.................................................. 29
2.1.12 Tujuan standarisasi skoring EWS .................................. 30
2.2. Perawat ........................................................................................ 31
2.2.1 Defenisi ........................................................................... 31
2.2.2 Peran perawat .................................................................. 31
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan xii

2.2.3 Fungsi perawat................................................................. 33


2.3. Pengetahuan ................................................................................ 33
2.3.1 Defenisi ........................................................................... 33
2.3.2 Cara memperoleh pengetahuan ....................................... 34
2.3.3 Tingkatan pengetahuan ................................................... 38
2.3.4 Proses perilaku tahu ......................................................... 39
2.3.5 Sumber pengetahuan ....................................................... 40
2.3.6 Pengukuran pengetahuan ................................................. 41
2.3.7 Kriteria tingkat pengetahuan ........................................... 41
2.4. Karakteristik Perawat ................................................................. 41

BAB 3 KERANGKA KONSEP .................................................................. 46


3.1. Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 46
3.2. Hipotesa ...................................................................................... 47

BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................ 48


4.1. Rancangan Penelitian .................................................................. 48
4.2. Populasi dan Sampel ................................................................... 48
4.2.1 Populasi ............................................................................. 48
4.2.2 Sampel............................................................................... 49
4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................. 49
4.3.1 Variabel independen ........................................................ 49
4.3.2 Variabel dependen ........................................................... 50
4.3.3 Definisi operasional ......................................................... 50
4.4. Instrumen Penelitian ................................................................... 52
4.5. Lokasi Dan Waktu Penelitian ..................................................... 53
4.5.1 Lokasi penelitian .............................................................. 53
4.5.2 Waktu penelitian .............................................................. 53
4.6. Prosedur Pengambilan dan Teknik Pengumpalan Data .............. 53
4.6.1 Pengambilan data ............................................................. 53
4.6.2 Teknik pengumpulan data ................................................ 54
4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas ............................................. 54
4.7. Kerangka Operasional ................................................................. 55
4.8. Pengolahan Data ......................................................................... 56
4.9. Analisis Data ............................................................................... 57
4.2. Etika Penelitian ........................................................................... 58

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 60


5.1. Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................... 60
5.2. Hasil Penelitian .......................................................................... 61
5.2.1 Karakteristik perawat ....................................................... 61
5.2.2 Pengetahuan dalam penilaian EWS di ruang perawatan
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020 ............ 62
5.2.3 Analisis hubungan karakteristik perawat dengan penge-
tahuan dalam penilaian EWS di ruang perawatan Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020 ......................... 63

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xiii

5.3. Pembahasan ................................................................................ 66


5.3.1 Karakteristik perawat berdasarkan umur .......................... 66
5.3.2 Karakteristik perawat berdasarkan tingkat pendidikan ..... 67
5.3.3 Karakteristik perawat berdasarkan jenis kelamin ............. 68
5.3.4 Karakteristik perawat berdasarkan masa kerja .................. 69
5.3.5 Pengetahuan perawat dalam penilaian EWS ..................... 70
5.3.6 Hubungan karakteristik perawat (umur) dengan peng-
etahuan dalam penilaian EWS di ruang perawatan
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020 .............. 73
5.3.7 Hubungan karakteristik perawat (tingkat pendidikan)
dengan pengetahuan dalam penilaian EWS di ruang
perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun
2020 .................................................................................... 74
5.3.8 Hubungan karakteristik perawat (jenis kelamin) dengan
pengetahuan dalam penilaian EWS di ruang perawatan
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020 .............. 76
5.3.9 Hubungan karakteristik perawat (masa kerja) dengan
pengetahuan dalam penilaian EWS di ruang perawatan
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020 .............. 77

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 80


6.1. Simpulan .................................................................................... 80
6.2. Saran ........................................................................................... 81
6.2.1 Bagi perawat...................................................................... 81
6.2.2 Bagi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ....................... 81
6.2.3 Bagi institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan 81
6.2.4 Bagi peneliti selanjutnya ................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 83


LAMPIRAN 1. Lembar Penjelasan Penelitian ............................................. 89
2. Informed Consent................................................................ 90
3. Kuesioner Penelitian ........................................................... 91
4. Hasil Penelitian ................................................................... 93
3. Usulan Judul Skripsi Dan Tim Pembimbing ...................... 98
4. Pengajuan Judul Proposal ................................................... 99
5. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal ...................... 100
6. Surat Izin Pengambilan Data Awal ..................................... 101
7. Surat Etik Penelitian ........................................................... 102
8. Surat Permohonan Penelitian ............................................. 103
9. Surat Izin Penelitian ........................................................... 105
10. Flowchart ............................................................................ 107

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xiv

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Nilai Normal Tekanan Darah Berdasarkan Usia……….. 14
Tabel 2.2. Kisaran Normal Denyut Jantung……………..…………. 17
Tabel 2.3. Kisaran Normal Frekuensi Pernapasan…………..……... 18
Tabel 2.4. Glasgow Coma Scale (GCS)……………………..……... 22
Tabel 2.5. Early Warning Score (EWS) Untuk Pasien Dewasa….... 25
Tabel 2.6. Format Komunikasi SBAR………..……………………. 29
Tabel 4.7. Defenisi Operasional Hubungan Karakteristik Perawat
Dengan Pengetahuan Dalam Penilaian Early Warning
Score Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2020........................................................... 50
Tabel 5.8. Distribusi Karakteristik Perawat Berdasarkan Data
Demografi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun
2020………………………………..…………………… 61
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dalam Penilaian
EWS Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan tahun 2020……………………….……………... 62
Tabel 5.10. Hubungan karakteristik Perawat (Umur) dengan
Pengetahuan Dalam Penilaian EWS Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020…………………………………………………….. 63
Tabel 5.11. Hubungan karakteristik Perawat (Tingkat Pendidikan)
dengan Pengetahuan Dalam Penilaian EWS Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020…………………………………………………...... 64
Tabel 5.12. Hubungan karakteristik Perawat (Jenis Kelamin) dengan
Pengetahuan Dalam Penilaian EWS Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020…………………………………………………….. 64
Tabel 5.13. Hubungan karakteristik Perawat (Masa Kerja) dengan
Pengetahuan Dalam Penilaian EWS Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020…………………………………………………….. 65

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xv

DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Hubungan KArakteristik Perawat
Dengan Pengetahuan Dalam penilaian Early Warning
Score Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2020…............................................................ 46
Bagan 4.2 Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Pengetahuan
Dalam Penilaian Early Warning Score Di Ruang Perawatan
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020………… 55

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xvi

DAFTAR DIAGRAM

Halaman
Diagram 5.1. Karakteristik Perawat Berdasarkan Umur Di Ruang Perawatan
Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2020 ..................... 66
Diagram 5.2. Karakteristik Perawat Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan
Tahun 2020 .............................................................................. 67
Diagram 5.3. Karakteristik Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan
Tahun 2020 .............................................................................. 68
Diagram 5.4. Karakteristik Perawat Berdasarkan Masa Kerja Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2020 ... 69
Diagram 5.5. Pengetahuan Perawat Dalam Penilaian EWS Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2020 ... 70

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xvii

DAFTAR SINGKATAN

Halaman
1. EWS (Early Warning Score)…………………………………………. 1
2. EWSS (Early Warning Score System)…………………………..……. 3
3. NEWS (National Early Warning Score)…………………………........ 3

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang-undang No 44 tahun 2009 rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna dan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, serta gawat

darurat. Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu maka

rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Perawat

adalah salah satu petugas kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan

pasien di rumah sakit (www.bpkp.go.id, 2009).

Perawat sebagai bagian penting dari rumah sakit dituntut memberikan

perilaku yang baik dalam rangka membantu pasien dalam mencapai

kesembuhan. Perawat melaksanakan asuhan keperawatan, sebagai care giver

memberikan pelayanan dengan melakukan pengkajian observasi tanda vital

pasien serta memonitoring keadaan pasien, ketika terjadi perburukan keadaaan,

orang pertama yang mengetahui adalah perawat. Observasi pasien di ruang rawat

yang dilakukan secara efektif adalah langkah awal dalam mendeteksi pasien

yang mengalami perburukan kondisi (Odell et al., 2009).

Menurut Silvana (2016) dalam melaksanakan tugas ini, perawat

seringkali berhadapan dengan situasi klinis pasien yang membutuhkan

keterampilan dan pengetahuan yang baik untuk membantu perawat dalam

mengambil keputusan dan mengenali tanda-tanda perburukan kondisi pasien.

Dalam pelayanan keperawatan gawat darurat keperawatan dan tim medis lainnya

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 2

dituntut untuk memberikan pelayanan yang cepat karena waktu adalah nyawa

(timesaving is life saving) (Widiastuti, 2017).

Keadaan perburukan pasien seperti halnya henti jantung harus dideteksi

dengan cepat guna mencegah angka kematian. Di Indonesia angka kematian di

rumah sakit meningkat dari 69 per 1000 jumlah penduduk menjadi 87 per 1000

jumlah penduduk dari tahun 2007 sampai 2012 (BKKBN, BPS, Kesehatan, &

Internasional, 2013) . Menurut data Rekam Medis Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan angka kematian pada tahun 2018 sebanyak 570 orang, sedangkan pada

saat penggunaan EWS tahun 2019 angka kematian sebanyak 460 orang.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Wawan, 2018). Hasil

penelitian (Prihati & Wirawati, 2019) bahwa responden menurut tingkat

pengetahuan, sebanyak 36 orang (92,3%) dengan pengetahuan cukup, responden

dengan pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (7,7%).

Menurut (Silvana & Adam, 2016) menunjukkan bahwa sebagian besar

perawat memiliki pengetahuan cukup tentang early warning score secara umum,

yaitu sebanyak 73 orang (66,7%), pengetahuan yang kurang sebanyak 22 orang

(20%) dan yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 15 orang (13,6%).

Pada tahun 2013 sistem scoring pendeteksian dini atau peringatan dini

untuk mendeteksi adanya perburukan keadaan pasien sudah diperkenalkan di

dunia yaitu dengan penerapan early warning scores. EWS sudah diterapkan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 3

banyak di rumah sakit Inggris terutama national health service, royal college of

physicians yang telah merekomendasikan national early warning score (NEWS)

sebagai standarisasi untuk penilaian penyakit akut, dan digunakan pada tim

multidsiplin (Prihati & Wirawati, 2019).

Early warning scoring system adalah sebuah sistem skoring fisiologis yang

umumnya digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien mengalami kondisi

kegawatan. Skoring EWSS disertai dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil

skoring dari pengkajian pasien (Duncan et al., 2015). EWS sebagian besar

berdasarkan pada tanda vital pasien dan data observasi, yang dikembangkan

untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi terhadap hasil yang tidak

diinginkan. Dengan munculnya catatan medis elektronik dan pengukuran tanda

vital otomatis, EWS dapat terus dihitung dan pasien berisiko tinggi dapat di

pantau setiap saat. Royal College of Physicians, 2017 merekomendasikan enam

parameter fisiologis yang digunakan pada NEWS adalah frekuensi pernapasan,

saturasi oksigen, tekanan darah sistolik, frekuensi nadi, tingkat kesadaran dan

suhu.

Menurut Johnson & Barach (2009) proses penyampaian informasi tanda-

tanda vital pasien tidak dilakukan dengan benar. Penelitian yang dilakukan oleh

Ludikhuize et all, (2011) terhadap kelompok perawat yang mendapat pelatihan

modified early warning scores (MEWS) dan kelompok perawat yang tidak

mendapat pelatihan menunjukkan bahwa hanya satu orang yang menerapkan

komunikasi yang benar sesuai format situation-background-assessment-

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 4

recommendation (SBAR) dalam menyampaikan hasil MEWS kepada sesama

tenaga kesehatan.

Interpretasi hasil pengkajian tanda-tanda vital pasien sangat penting untuk

dilakukan perawat agar dapat menentukan intervensi yang sesuai untuk

mencegah pasien agar tidak mengalami perburukan kondisi (Wheatley, 2006).

Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu memiliki pengetahuan yang baik terkait

tanda-tanda vital pasien. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Liaw et al

(2011) dan Odell et al (2009), pengetahuan dan pengalaman adalah faktor-faktor

yang mempengaruhi kemampuan perawat dalam mengidentifikasi pasien yang

mengalami perburukan kondisi. Pengetahuan yang buruk tentang kondisi kritis

pasien dan tanda-tanda yang muncul dapat memperlambat proses identifikasi

pasien yang sedang mengalami perburukan kondisi (Carberry, 2014 dalam

Silvana, 2016).

Critical Care Stakeholder Forum (2005) mengidentifikasikan tiga kunci

masalah utama yang dapat mengakibatkan keterlambatan dalam mengidentifikasi

dan merujuk pasien, antara lain standar dokumentasi dan observasi yang rendah

di ruang rawat; pengetahuan yang buruk tentang penyakit kritis beserta tanda dan

gejala yang muncul; dan pelayanan yang kurang optimal pada pasien berisiko

yang diakibatkan oleh keterampilan dan pengetahuan yang tidak adekuat serta

sistem organisasi yang kurang baik. Beberapa faktor lain yang dapat

mempengaruhi kejadian mortalitas pasien di rumah sakit diantaranya

karakteristik perawat dan dokter, dukungan terhadap pasien, lingkungan,

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 5

karakteristik pasien, dan lokasi rumah sakit (Aitken et al, 2011; Tourangeau et al,

2002).

Karakteristik dari perawat terdiri dari kemampuan dan ketrampilan fisik

dan mental dari individu sebagai perawat. Karakteristik ini dipengaruhi oleh usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, beban kerja, pengalaman

mengikuti seminar atau pelatihan menggunakan EWS. Perawat sebagai pekerja

memiliki karakteristik individu yang berpengaruh terhadap hasil manajemen.

Karakteristik ini dapat memberikan hasil manajemen baik dan tidak baik.

Demikian pula dengan tingkat pengetahuan perawat sebagai pekerja, dapat

mempengaruhi ketrampilan dalam melaksanakan apa yang sudah direncanakan

oleh manajemen (Gibson dalam Yaslis Ilyas,1999:37).

Menurut Monintja (2015) faktor yang mempengaruhi tindakan adalah

pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi dan lainnya. Pekerjaan dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang karena lingkungan pekerjaan dapat

memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada seseorang baik langsung

maupun tidak langsung. Contohnya orang yang bekerja di bidang kesehatan

lingkungan akan lebih.

Menurut Dame (2018) salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

adalah usia. Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang daya tangkap dan

pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik semakin

muda usia individu maka kemampuan mengingat akan semakin tinggi termasuk

kemampuan untuk mengingat informasi yang diterima.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 6

Menurut Kozjek (2016) ada 12 komponen yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain, manajemen kepemimpinan dan dukungan, budaya,

teknologi informasi, strategi, pengukuran kinerja, infrastruktur, proses dan

kegiatan, penghargaan dan motivasi, penghapusan pembatasan, pelatihan dan

pendidikan, sumber daya manusia, dan analisis komparatif. Motivasi merupakan

dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri

seseorang dengan cara menghargai pengetahuan mereka, memberi penghargaan

kepada karyawan karena berhasil kerja tim, memotivasi kinerja kerja dengan

cara sistem penilaian. Jadi, dalam mengembangkan pengetahuannya, manusia tak

terlepas dari motivasi dalam pemenuhan kebutuhan dan kelangsungan hidupnya.

Menurut Alexander (2017) faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

atau pemahaman adalah persepsi. Persepsi merupakan asumsi dalam diri

seseorang untuk menyatakan pilihan dan keputusan. Proses memperoleh

pengetahuan terkesan sangat sederhana. Dimulai dari pengamatan terhadap

gejala alam ataupun peristiwa yang terjadi disekitar. Kemudian dicari hubungan

sebab akibat, lalu diambil kesimpulan.

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses

pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih

baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Pendidikan

ini sangat mempengaruhi kecerdasan individu (Rasic, 2016).

Menurut Siu (2017) sistem informasi sumber informasi adalah segala

sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang

pikiran dan kemampuan. Media informasi untuk komunikasi massa terdiri dari

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 7

surat kabar, majalah, buku dan media elektronik seperti radio, televisi dan

internet. Sumber informasi dari buku-buku ilmiah lebih baik jika dibandingkan

dengan sumber dari majalah dan surat kabar karena informasinya lebih diyakini

kebenarannya. Media sosial facebook salah satu sumber informasi yang dapat

meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan mampu dikembangkan, karena

manusia mempunyai bahasa hingga mampu mengkomunikasikan informasi dan

jalan pikiran yang melatarbelakanginya

Di Indonesia melalui Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sudah

mengembangkan EWS pada semua perawat di awal tahun 2014. Hasil uji coba

100% perawat merasa national early warning score dapat digunakan dalam

pelayanan, dan 75% perawat dapat melakukan analisis hasil tanda-tanda vital

dengan national early warning score. Dengan parameter yang diukur adalah

kemudahan penggunaan formulir national early warning score. National Early

warning scores lebih berfokus kepada mendeteksi kegawatan sebelum hal

tersebut terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi

yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari,

sehingga output yang dihasilkan lebih baik (Widiastuti, 2017).

Penulis tertarik melakukan penelitian “hubungan karakteristik perawat

dengan pengetahuan dalam penilaian early warning score (EWS) di ruang

perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020” karena belum

pernah diteliti di Rumah sakit tersebut

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 8

1.2. Rumusan Masalah

Masalah penelitian adalah “ apakah ada hubungan karakteristik perawat

dengan pengetahuan dalam penilaian early warning score (EWS) di ruang

perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik

perawat dengan pengetahuan dalam penilaian early warning score (EWS) di

ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik perawat (usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan masa kerja) dalam penilaian early warning score (EWS)

di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020.

2. Mengidentifikasi pengetahuan perawat dalam penilaian early warning

score (EWS) di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

tahun 2020.

3. Menganalisis hubungan karakteristik perawat (usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan masa kerja) dengan pengetahuan dalam penilaian early

warning score (EWS) di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan tahun 2020.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 9

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai sistem Peringatan dini untuk mendeteksi terjadinya perburukan

keadaan klinis pasien, mencegah pasien untuk tidak terjadi cardiac arrest atau

aktifasi code blue dan menurunkan tingkat mortalitas di Rumah Sakit.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Hasil Penelitian ini dapat membantu meningkatkan kualitas mutu

pelayanan rumah sakit dengan penurunan angka kematian.

2. Bagi institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai materi bahan

ajar dalam mata kuliah keperawatan gawat darurat.

3. Bagi Mahasiswa /i STIKes Santa Elisabeth Medan

Penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan standar operasional

prosedur dalam pemantuan dini perburukan keadaan klinis pasien melalui

sistem EWS saat praktek belajar lapangan terutama di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 10

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Early Warning Score

2.1.1 Defenisi

EWS merupakan suatu sistem permintaan bantuan untuk mengatasi

masalah pasien secara dini, dengan diukur menggunakan tujuh parameter untuk

mengetahui respon aktivasi klinis pasien. EWS didasarkan atas penilaian

terhadap perubahan keadaan pasien melalui pengamatan yang sistematis terhadap

semua perubahan fisiologi pasien (Royal College of Physicians, 2017).

EWS adalah sistem peringatan dini yang dapat diartikan sebagai

rangkaian sistem komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi awal, dan

pengambilan keputusan selanjutnya. Deteksi dini merupakan gambaran dan

isyarat terjadinya gangguan fungsi tubuh yang buruk atau ketidakstabilitas fisik

pasien sehingga dapat menjadi kode dan atau mempersiapkan kejadian buruk dan

meminimalkan dampaknya, penilaian untuk mengukur peringatan dini ini

menggunakan EWS (Royal College of Physicians, 2017).

2.1.2 Sejarah penerapan EWS

Pada tahun 1997 Morgan, di Inggris adalah yang pertama kali

mengembangkan dan menerbitkan early warning score system (EWSS) yang

terdiri dari lima parameter fisiologi yang tidak hanya untuk memprediksi hasil,

melainkan untuk melayani pasien dengan sistem alur dan mendorong perawat

untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal perburukan. Early warning score

system (EWSS) yang diperkenalkan di Inggris kemudian dimodifikasi menjadi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 11

modified early warning scoring system (MEWSS), dan standart early warning

scoring system (SEWSS) yang dikembangkan di Skotlandia pada tahun 2003.

Pada tahun 2007, National Institute for Health and Clinical Excellence

(NICE) merekomendasikan early warning scoring system (EWSS), yang

menggunakan beberapa parameter atau sistem penilaian, harus digunakan untuk

memantau semua pasien dewasa dalam rumah sakit untuk mengevaluasi tingkat

kekritisan pasien dan eskalasi perawatan yang tepat waktu. NICE juga

merekomendasikan bahwa sistem yang dipilih harus mengukur denyut jantung,

frekuensi pernapasan, tekanan darah sistolik, tingkat kesadaran, saturasi oksigen

dan temperature. Pada tahun 2010, European Resuscitation Council menguraikan

pentingnya EWSS dengan memasukkannya dalam pedoman untuk resusitasi dan

termasuk ke dalam jalur pertama dalam rantai survival (Georgaka et al., 2012).

2.1.3 Fungsi EWS

Fungsi utama EWS yaitu untuk mengkaji, memantau dan melacak pasien

dewasa yang berada dalam kondisi penyakit yang akut dan kritis. Fungsi EWS

lainnya antara lain digunakan untuk membantu tenaga kesehatan dalam

mengidentifikasi pasien yang mengalami perburukan kondisi, dapat mengenali

bahwa kondisi pasien sering mengalami perburukan selama beberapa jam dan

dengan melakukan pemantauan secara rutin berdasarkan indikator klinis yang

menunjukkan kualitas penghantaran oksigen (frekuensi napas, frekuensi nadi,

tekanan darah) dan perfusi jaringan (tingkat kesadaran, suhu), dan penggunaan

EWS bersama dengan sistem respon cepat mampu mengurangi jumlah kejadian

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 12

henti jantung dan transfer pasien ke ruang intensive care unit (ICU) yang tidak

direncanakan (Duncan et al., 2015).

2.1.4 Indikasi pasien yang menggunakan EWS

Berdasarkan panduan klinis EWS terdapat beberapa kriteria pasien yang

perlu dilakukan skoring EWS, meliputi:

1. Pasien dewasa yang dirawat baik di ruang rawat penyakit dalam maupun

bedah.

2. Semua pasien di area pelayanan rumah sakit, termasuk dalam perawatan

ODC (one day care), kateterisasi jantung, OPD (out patient departement)

dan area perawatan khusus lainnya.

3. Pasien dengan karakteristik khusus yaitu pasien anak-anak (pediatric), ibu

hamil (Obstetric) dan unit pelayanan khusus (ICU, ICCU, HCU, HD)

dengan menggunakan standar EWS yang telah dimodifikasi (modified

early warning score) seperti pediatric early warning score (PEWS) dan

obstetric early warning score (OEWS).

Berdasarkan national health services menyebutkan bahwa ada beberapa

pengecualian pasien yang tidak perlu dilakukan skoring EWS, meliputi: pasien

dengan penyakit terminal, pasien rawat inap yang sudah direncanakan pulang,

dan pasien-pasien yang tidak membutuhkan observasi berkesinambungan.

2.1.5 Parameter fisik dalam EWS

Royal College of Physicians, 2017 merekomendasikan enam parameter

fisiologis yang digunakan pada national early warning score adalah frekuensi

pernapasan, saturasi oksigen, tekanan darah sistolik, frekuensi nadi, tingkat

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 13

kesadaran dan suhu. Melalui pengukuran tanda-tanda vital yang benar,

perkembangan kondisi pasien dapat diketahui, mengarah pada perbaikan atau

perburukan.

1. Tekanan darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan dinding arteri

dengan memompa darah dari jantung. Darah mengalir karena adanya

perubahan tekanan, dimana terjadi perpindahan dari area bertekanan

tinggi ke area bertekanan rendah. Tekanan darah sistemik atau arterial

merupakan indikator yang paling baik untuk kesehatan kardiovaskular.

Kekuatan kontraksi jantung mendorong darah ke dalam aorta (Perry &

Potter, 2010). Tekanan darah pada manusia ada dua yaitu:

a. Tekanan darah sistolik

Ketika ventrikel berkontraksi dan darah mengalir ke seluruh tubuh

disebut tekanan darah sistolik.

b. Tekanan darah diastolik

Ketika ventrikel berelaksasi dan darah mengalir ke dalam jantung

disebut tekanan darah diastolik.

Saat memantau pasien yang mengalami perburukan kondisi, tekanan darah

sistolik menjadi fokus perhatian utama. Keadaan hipotensi pada pasien yang

kondisinya memburuk menandakan kondisi yang mengancam jiwa. Dalam hal

ini, kondisi hipotensi pasien dilihat dari nilai tekanan darah sistoliknya yaitu

bernilai 90 mmHg atau kurang. Walaupun normal pada beberapa populasi, tetapi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 14

tekanan darah yang rendah merupakan temuan yang abnormal dan dapat

dikaitkan dengan penyakit (Perry & Potter, 2010).

Hipotensi terjadi karena pelebaran arteri hilangnya volume darah dalam

jumlah yang banyak (contoh: hemoragi), atau kegagalan otot jantung untuk

memompa dengan adekuat (contoh: infark miokard). Hipotensi yang

berhubungan dengan kulit yang pucat, lembab, kebingungan, peningkatan

frekuensi jantung,atau penurunan jumlah urine bersifat mengancam jiwa harus

dilaporkan kepada penyedia layanan kesehatan dengan segera (Perry & Potter,

2010).

Tabel 2.1 Nilai Normal Tekanan Darah Berdasarkan Usia


Usia Tekanan Darah (mmHg)
Neonatus (3000 g) 40 (rerata)
1 bulan 85/54
1 tahun 95/65
6 tahun 105/65
10-13 tahun 110/65
14-17 tahun 120/75
>18 tahun < 120/80
Sumber: Perry & Potter (2010)

Beban kerja atau rasio antara perawat dengan pasien yang besar

menjadikan perawat terkadang mengandalkan alat monitor tekanan darah untuk

mengurangi waktu pengkajian. Keterampilan psikomotor yang tidak adekuat,

kurangnya tingkat kepercayaan diri atau budaya di rumah sakit turut

berkontribusi dalam penggunaan alat tersebut. namun, pengukuran tekanan darah

dengan menggunakan monitor meningkatkan risiko terjadinya kesalahan

pengukuran. Penelitian yang dilakukan oleh Johnson (1999) menunjukkan

terdapat perbedaan nilai sebesar 5 mmHg pada hasil pengukuran tekanan darah

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 15

dengan menggunakan monitor aneroid dan sfigmomanometer (Elliott &

Coventry, 2012).

2. Frekuensi nadi

Denyut nadi adalah aliran darah yang terasa naik turun saat

dipalpasi pada berbagai titik tubuh. Darah mengalir dalam sirkuit yang

kontinu. Denyut adalah indikator status sirkulasi darah (Perry & Potter,

2010).

Impuls listrik dari nodus sinoatrial (SA) berjalan melalui otot

jantung untuk menstimulasi kontraksi jantung. Sekitar 60-70 ml darah

masuk ke aorta dalam setiap kontraksi ventrikel (stroke volume). Dengan

setiap ejeksi, dinding aorta berdistensi, menghasilkan gelombang denyut

yang berjalan dengan cepat ke ujung distal arteri. Gelombang denyut

bergerak 15 kali lebih cepat melalui aorta dan 100 kali lebih cepat melalui

arteri kecil dibandingkan dengan volume ejeksi darah. Saat gelombang

denyut mencapai arteri perifer, anda dapat merasakannya dengan palpasi

arteri secara lembut menekan tulang atau otot dibawahnya. Denyut

merupakan aliran darah naik turun yang terasa saat dipalpasi pada arteri

perifer. Jumlah sensasi denyut dalam 1 menit disebut frekuensi denyut

(pulse rate) (Perry & Potter, 2010).

Volume darah yang dipompakan jantung selama 1 menit disebut

curah jantung (cardiac output), yaitu hasil frekuensi jantung (heart rate/

HR) dan stroke volume ventrikel (SV). Jantung pada orang dewasa

normal memompakan 500 ml darah dalam 1 menit. Perubahan frekuensi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 16

jantung atau SV tidak selalu mengubah curah jantung atau jumlah darah

dalam arteri. Contohnya, jika frekuensi jantung seseorang adalah 70 kali

per menit dan SV adalah 70 ml, maka curah jantungnya adalah 4900 ml

per menit (70 x 70). Jika frekuensi jantung menjadi 60 kali per menit dan

SV 85 ml tiap detakan, maka curah jantung meningkat menjadi 1500 ml

atau 5,1 liter per menit (60 x 85) (Perry & Potter, 2010).

Frekuensi nadi yaitu jumlah denyut yang terjadi pada pembuluh

nadi atau arteri dalam satu menit. Pemeriksaan frekuensi nadi dapat

dilakukan dengan palpasi (meraba) pada arteri radialis di pergelangan

tangan. Beberapa bagian tubuh lain yang dapat digunakan untuk

melakukan pemeriksaan frekuensi nadi yaitu arteri karotis di leher, arteri

brakialis di lengan atas, arteri temporalis di lipatan paha, arteri poplitea di

belakang lutut, dan arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior di

kaki. Ketika mengkaji frekuensi nadi, perawat tidak hanya mengkaji

frekuensi nadi hanya (Duncan et al., 2015).

Pemeriksaan frekuensi denyut perifer dan apikal biasanya

bervariasi. Kedua kelainan frekuensi denyut yang sering ditemukan

adalah sebagai berikut:

a. Takikardia: Peningkatan frekuensi denyut jantung yang abnormal

diatas 100 x/menit pada orang dewasa.

b. Bradikardia: Penurunan frekuensi denyut jantung abnormal dibawah

60 x/menit.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 17

Tabel 2.2 Kisaran Normal Denyut Jantung


Usia Frekuensi denyut jantung (x/menit)
Balita 120-160
Anak 90-140
Prasekolah 80-110
Sekolah 75-100
Remaja 60-90
Dewasa 60-100
Sumber: Perry & Potter (2010)

3. Frekuensi napas

Ketahanan hidup manusia bergantung pada kemampuan oksigen

untuk mencapai sel tubuh dan untuk karbon dioksida untuk dikeluarkan

dari sel. Pernapasan adalah mekanisme tubuh untuk pertukaran gas antara

atmosfer dan darah dan sel. Pernapasan melibatkan ventilasi (pergerakan

gas ke dalam dan keluar paru-paru), difusi (pergerakan oksigen dan

karbon dioksida antara alveoli dan sel darah merah), dan perfusi

(distribusi sel darah merah ked an dari kapiler paru-paru). Efesiensi

pernapasan dinilai dari tiga hal tersebut. Kaji status ventilasi dengan

menentukan frekuensi pernapasan, dalamnya pernapasan, dan ritme

pernapasan. Kaji status difusi dan perfusi dengan menentukan saturasi

oksigen (Perry & Potter, 2010).

Bernapas adalah proses pasif. Pusat pernapasan pada batang otak

mengantur kontrol involunter pernapasan. Seorang dewasa normalnya

bernapas dalam pola yang halus dan kontinu sebanyak 12-20 kali per

menit. Pengkajian pernapasan yang akurat meliputi pengamatan gerakan

dada dan abdomen yang normal. Saat pernapasan tentang, rongga dada

bergerak naik dan turun secara tenang. Kontraksi otot interkosta atau otot

leher dan bahu (otot pernapasan aksesoris) tidak dapat diamati. Saat

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 18

pernapasan tenang, pergerakan diafragma menyebabkan rongga abdomen

untuk naik dan turun secara perlahan (Perry & Potter, 2010).

Faktor yang mempengaruhi karakteristik pernapasan adalah:

a. Olahraga: olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalaman

pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen tambahan dan

membuang CO2.

b. Nyeri akut: Nyeri mengubah frekuensi dan ritme pernapasan,

pernapasan menjadi dangkal. Klien menghambat gerakan dinding

dada saat nyeri di area dada atau abdomen

c. Posisi tubuh: posisi tubuh yang tegak dan lurus memungkinkan

pengembangan dada yang optimal. Posisi membungkuk mengganggu

pergerakan ventilasi. Berbaring datar mencegah pengembangan dada

yang optimal.

d. Cedera neurologis: cedera batang otak mengganggu pusat pernapasan

dan menghambat frekuensi dan ritme pernapasan.

Perhatikan inspirasi dan ekspirasi penuh saat menghitung frekuensi

ventilasi atau pernapasan. Frekuensi pernapasan bervariasi sesuai usia. Kisaran

normal akan menurun pada masa hidup (Perry & Potter, 2010).

Tabel 2.3 Kisaran Normal Frekuensi Pernapasan


Usia Frekuensi (x/menit)
Balita 30-60
Anak 30-50-
Prasekolah 25-32
Sekolah 20-30
Remaja 16-19
Dewasa 12-20
Sumber: Perry & Potter (2010)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 19

4. Suhu tubuh

Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan

tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Mekanisme

kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti (suhu jaringan dalam) tetap

konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik yang ekstrem.

Namun, suhu permukaan berubah sesuai aliran darah ke kulit dan jumlah

panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena perubahan tersebut, suhu

normal pada manusia berkisar dari 36ºC sampai 38ºC (96,8 sampai

100,4ºF). pada rentang ini, jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara

optimal (Perry & Potter, 2010).

Nilai suhu tubuh juga ditentukan oleh lokasi pengukuran (oral,

rektal, aksila, membrane timpani, arteri temporalis, esofagus, arteri

pulmonal, atau kandung kemih). Suhu oral rerata bagi dewasa muda yang

sehat adalah 37ºC (96,8ºF ). Anda akan mempelajari kisaran suhu pada

klien individual di lahan praktik. Tidak ada satu nilai suhu tubuh tunggal

yang normal bagi semua orang (Perry & Potter, 2010).

Suhu tubuh menggambarkan keseimbangan antara panas yang

diproduksi di dalam tubuh (saat sedang terjadi kontraksi otot, menggigil,

menderita penyakit, berolahraga, atau adanya peningkatan aktivitas

kelenjar tiroid) dengan panas yang dikeluarkan dari dalam tubuh (melalui

konduksi, konveksi dan evaporasi). Hal ini disebut juga dengan

termoregulasi. Suhu tubuh pasien di rumah sakit dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya patofisiologi penyakit yang mendasari

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 20

(misalnya sepsis), paparan terhadap kulit (ruangan yang dingin) atau usia.

Faktor lain tidak akan mempengaruhi suhu tubuh inti, namun dapat

mempengaruhi ketidakakuratan pengukuran, misalnya pengukuran suhu

secara oral pada seseorang yang mengonsumsi minuman panas atau

dingin. Suhu tubuh normal pada orang dewasa yaitu 36,5 - 38°C. Suhu

tubuh kurang dari normal disebut hipotermia, sedangkan suhu tubuh lebih

dari normal disebut hipertermia (Duncan, McMullan & Barbara, 2012).

Alat untuk mengukur suhu tubuh disebut termometer. Perawat

perlu memperhatikan pentingnya melakukan kalibrasi termometer secara

rutin, menggunakan termometer dengan tepat, dokumentasi hasil

pengukuran demam benar (tempat pengukuran dan nilai suhu tubuh yang

terbaca pada alat pengukur) dan konsistensi pengukuran (melakukan

pengukuran suhu tubuh pada bagian yang sama) untuk memastikan

keakuratan pengkajian suhu tubuh pasien. Tidak ada jenis termometer

khusus atau lokasi pengukuran tertentu yang dijadikan patokan untuk

mengukur suhu tubuh pasien, namun perawat perlu memperhatikan hal-

hal tersebut dalam rangka memaksimalkan keakuratan pengukuran dan

keamanan tindakan. Beberapa lokasi melakukan pengukuran suhu tubuh

diantaranya di area oral (mulut), aksioma, rektal, dan membran timpani.

5. Saturasi oksigen

Saturasi oksigen merupakan pengukuran kadar oksigen dalam

darah. Pemeriksaan oksigen tanpa prosedur invasi sering digunakan di

rumah sakit dengan penggunakan oksimetri. Kadar oksigen dalam darah

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 21

yang terdeteksi pada oksimetri memiliki nilai normal 95%-100% dan

Saturasi oksigen yang kurang dari 70% dapat mengancam jiwa (Kozier,

Erb. 2010). Pada skoring EWS saturasi oksigen menjadi salah satu

parameter yang mengindikasikan adanya distres pernafasan. Tanda awal

dimana tubuh berkompensasi terhadap kurangnya oksigen dalam tubuh

(hypoxia) dengan meningkatkan laju pernafasan. Jika saturasi oksigen

kurang dari 90% maka perlu dilakukan tindakan pemberian oksigen

(Royal College of Physicians, 2017).

6. Tingkat kesadaran

Dalam melakukan pengkajian kesadaran, harus dibedakan dengan

kondisi klien sedang tidur. Bila tidur dapat terbangun pada perangsangan

ringan/sedang, sementara klien koma taka da reaksi terhadap berbagai

bentuk rangsangan. Bila klien menunjukkan gangguan tingkat kesadaran

(pada umumnya dijumpai pada penderita gawat darurat) terdapat beberapa

pemeriksaan tingkat kesadaran. Menurut Royal Collage Of Physicians

(2017) untuk pemeriksaan tingkat kesadaran yang cepat (di primary

survey) dapat menggunakan pemeriksaan dengan alert, respond to voice,

respond to pain dan unresponsive (AVPU).

a. Alert, yaitu seseorang yang sadar sepenuhnya dan memberikan

respons yang baik dengan segala sesuatu yang terjadi disekitarnya.

b. Verbal, yaitu seseorang yang hanya bersepon terhadap rangsangan

berupa suara.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 22

c. Pain, yaitu seseorang yang hanya berespon terhadap rangsangan

berupa nyeri.

d. Unresponseive, yaitu seseorang yang berada dalam keadaan tidak

sadarkan diri.

Sementara untuk pemeriksaan detail, penggunaan Glasgow Coma Scale

(GCS) lebih berguna untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Pemeriksaan

GCS sangat penting untuk memeriksa status neurologis khusunya pada kasus

trauma seperti cedera kepala. Pemeriksaan GCS digunakan untuk menentukan

tingkat keparahan otak yang terjadi. Pemeriksaan ini menggunakan stimuli suara

dan nyeri yang kemudian akan dinilai berdasarkan respon klien (pembukaan

mata, pergerakan motorik, dan respons suara). Pemeriksaan tingkat kesadaran

dengan menggunakan GCS dapat dilihat dari tabel 2.4.

Tabel 2.4 Glasgow Coma Scale (GCS)


No. Membuka Mata (E) Nilai
1 Reaksi spontan 4
2 Berespon terhadap suara 3
3 Berespon terhadap nyeri 2
4 Tidak ada respon 1
Motorik (M)
1 Mengikuti perintah 6
2 Dapat melokalisir rasa nyeri 5
3 Mengelak terhadap rangsangan nyeri, bereaksi menghindar 4
4 Gerakan fleksi (dekortikasi) 3
5 Gerakan ekstensi spontan (dekerebrasi) 2
6 Tidak ada gerakan 1
Verbal (V)
1 Menjawab dengan benar, berorientasi dengan baik 5
2 Jawaban tidak sesuai pertanyaan, bingung 4
3 Jawaban salah atau tidak tepat 3
4 Mengeluarkan suara yang tidak ada artinya, mengerang 2
5 Tidak ada jawaban 1
Sumber: Smeltzer, et. Al (2010)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 23

Nilai maksimal penilaian dengan menggunakan GCS adalah 15 sementara

nilai minimal adalah 3. Nilai kurang atau sama dengan 8 menunjukkan klien

dengan kesadaran tingkat sedang; dan skor 13-15: gangguan kesadaran tingkat

ringan (kesadaran baik). Berdasarkan pengkajian kesadaran, maka dapat dibuat

kesimpulan mengenai tingkat kesadaran klien yang dinyatakan dengan sadar

penuh (kompos mentis), letargi, stupor, semikoma atau koma (Tambunan.

Deswani, 2012).

2.1.6 Parameter fisiologis yang tidak termasuk dalam sistem EWS

Menurut Royal collage of Physicians (2017) parameter yang tidak

termasuk dalam EWS sebagai berikut:

1. Usia

Usia dihubungan dengan resio tinggi pada klinis, akan tetapi

hubungan antara usia dengan respon psikologis pada penyakit sangat

rumit. Rentang usia tidak selalu menjadi indikator yang baik dari suatu

proses biologi. Sehingga usia tidak digunakan sebagai parameter dalam

skoring EWS.

2. Urine output

Pemantauan produksi urin sangat penting dalam berbagai segi

klinis pasien. Menurut Royal College of Physicians menyebutkan bahwa

pemantauan urin output tidak dimasukkan dalam skoring EWS. Sebab

pemantauan urin output lebih digunakan pada pasien dengan kasus yang

sesuai, sehingga tidak bisa digunakan pada semua pasien untuk

menentukan skoring EWS.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 24

3. Nyeri (Pain)

Nyeri dapat mempengaruhi gangguan psikologis yang seharusnya

dapat dideteksi melalui skoring EWS. Namun sampai saat ini pengkajian

gejala nyeri belum menjadi salah satu agregat dalam skoring EWS. Untuk

mengoptimalkan pengkajian awal pasien, Royal College of Physicians

menyertakan pengkajian nyeri pada lembar observasi yang terpisah dan

tidak termasuk dalam skoring EWS.

4. Suku, gaya hidup, ras dan kegemukan

Berdasarkan new early warning score belum ditemukan bukti

yang menunjukkan bahwa suku, gaya hidup, ras dan kegemukan

berpengaruh signifikan dalam penilaian dengan sistem EWS, sehingga

tidak digunakan sebagai salah satu bagian parameter dalam skoring EWS.

5. Kehamilan

Kehamilan tidak termasuk dalam salah satu parameter skoring

EWS. Sebab dapat memberikan skor yang tidak akurat. Royal College of

Physicians merekomendasikan bahwa kehamilan tidak digunakan pada

sistem skoring EWS yang sudah dimodifikasi agar memperoleh nilai yang

akurat.

2.1.7 Skoring EWS

Tanda-tanda vital rutin diukur oleh perawat di rumah sakit. Melalui

metode EWS, setiap komponen tanda-tanda vital diterjemahkan ke dalam bentuk

nilai numerik dari 0 hingga 3. Nilai 0 menunjukkan kondisi tanda-tanda vital

yang diharapkan (normal), sedangkan nilai 3 menunjukkan kondisi tanda-tanda

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 25

vital yang tidak diharapkan (tidak normal). Setelah semua nilai komponen tanda-

tanda vital dijumlahkan, selanjutnya nilai tersebut disesuaikan warna kode yang

sesuai. Intervensi yang dilakukan perawat sesuai dengan warna kode pasien

(Duncan et al., 2015).

Tabel 2.5 EWS untuk Pasien Dewasa


3 2 1 0 1 2 3
HR ≤ 40 41-50 51-100 101- 111- ≥130
110 129
SBP ≤ 70 71-80 81-100 101-199 ≥ 200

RR ≤8 9-20 21-24 25-29 ≥ 30

TEMP ≤ 35 35,1- 36,1- 38-38,9 ≥ 39


36,0 37,9

SPO2 < 86 86-91 92-93 ≥ 94

CNS New A V P U
Confusio
n
Sumber: (Royal College of Physicians, 2012).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 26

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 27

2.1.8 Kategori total skor EWS


1. Kode Hijau, jika total skor 0 – 1.

2. Kode Kuning, jika total skor 2 - 3.

3. Kode Orange, jika total skor 4 – 5.

4. Kode Merah, jika total skor > 6.

2.1.9 Penatalaksanaan EWS

Menurut (Duncan et al., 2015) penatalaksanaan EWS dilakukan sesuai dengan

kode total skor yang diperoleh dari pengkajian tanda-tanda vital pasien. Secara

garis besar, penatalaksanaan modified early warning score dilakukan sebagai

berikut

1. Kode hijau (kondisi stabil)

Pasien berada dalam kondisi stabil (tidak menunjukkan tanda-

tanda kegawatdaruratan). Pemantauan rutin dilakukan setiap 4 jam atau

setiap dinas

2. Kode kuning (risiko rendah)

Perawat Primer atau penanggungjawab dinas harus melakukan

pengkajian ulang pada pasien yang bersangkutan. Jika perawat pelaksana

mengkonfirmasi bahwa hasil skor MEWS akurat, perawat primer atau

perawat pelaksana segera menentukan intervensi apa yang sesuai untuk

menangani perubahan kondisi pasien tersebut. Hasil pengkajian dan

tindakan keperawatan yang diberikan harus didokumentasikan pada rekam

medik pasien. Pasien dikaji ulang setiap 2 jam oleh perawat pelaksana.

3. Kode orange (risiko sedang)

Perawat Primer atau penanggungjawab dinas harus melakukan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 28

pengkajian ulang pada pasien yang bersangkutan dengan diketahui oleh

dokter jaga residen. Dokter jaga residen harus melapor ke Dokter

Penanggung Jawab Pasien (DPJP). Dokter jaga residen harus memeriksa

kondisi pasien dalam waktu 30 menit dan melakukan penatalaksanaan

yang tepat sesuai dengan kondisi pasien. Perawat pelaksana memantau

tanda-tanda vital pasien setiap 1 jam. Pemantauan kondisi pasien

dilakukan sampai total skor EWS dibawah 4.

4. Kode merah (risiko tinggi)

Code blue segera diaktifkan. Dokter jaga residen harus memeriksa

kondisi pasien dalam waktu 30 menit. Tim reaksi cepat segera melakukan

penatalaksanaan kegawatdaruratan pada pasien dengan dihadiri langsung

oleh dokter jaga residen dan DPJP untuk berkolaborasi menentukan

rencana perawatan pasien ke depannya. Perawat pelaksana memantau

tanda-tanda vital pasien setiap jam (setiap 15 menit – 30 menit – 60

menit) selama 4 jam berturut-turut. Pemantauan kondisi pasien dilakukan

sampai total skor MEWS dibawah 4. Jika kondisi pasien tidak kunjung

membaik, dokter jaga residen dan DPJP mempertimbangkan untuk

memindahkan pasien ke unit perawatan intensif.

2.1.10 Dokumentasi EWS

Semua tanda-tanda vital pasien yang telah dikaji seharusnya di

dokumentasikan secara jelas sesuai dengan panduan yang berlaku (Nursing and

Midwifery Council, 2009). Rumah sakit yang telah menerapkan EWS biasanya

telah memiliki formulir dokumentasi EWS. Hasil pengkajian dan tindakan yang

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 29

dilakukan perawat wajib didokumentasikan di formulir EWS dan juga catatan

perkembangan pasien terintegrasi. Dokumentasi kondisi pasien memberikan

kesempatan kepada tenaga kesehatan lain untuk mengetahui kondisi pasien yang

bersangkutan, sehingga jika pasien tersebut mengalami perubahan kondisi,

tindakan yang tepat dapat segera ditentukan dan potensi perbaikan kondisi pasien

pun lebih tinggi.

2.1.11 Komunikasi hasil EWS

Perburukan kondisi pasien yang terdeteksi harus segera dikomunikasikan

dengan rekan tenaga kesehatan yang lain, terutama perawat dan dokter, agar

rencana tindakan dapat segera ditentukan dan kondisi pasien dapat segera

ditangani. Salah satu metode komunikasi yang ada yaitu metode SBAR, dimana

tenaga kesehatan menyampaikan informasi terkait kondisi pasien dengan

menggunakan format SBAR. SBAR adalah metode komunikasi sederhana yang

dapat digunakan oleh tenaga kesehatan untuk menyampaikan kondisi kritis

pasien yang membutuhkan respons dan penanganan segera (NHS, 2010 dalam

NHS Trust, 2015). Penggunaan metode SBAR sangat penting bagi kesuksesan

sistem respon cepat, seperti MEWS (Buist, 2008).

Tabel 2.6 Format Komunikasi SBAR


Situation a. Menyebutkan nama, posisi dan lokasi.
(Situasi) b. Menyebutkan nama pasien, lokasi pasien, tanda-tanda
vital pasien..
c. Menyampaikan alasan menelepon.
Background a. Menyebutkan diagnosis medis pasien ketika masuk
(Latar Belakang) ruangan.
b. Menyampaikan riwayat medis yang berhubungan.
c. Menyampaikan rangkuman singkat mengenai tindakan
yang telah dilakukan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 30

Assessment a. Menyampaikan hasil pengkajian pada pasien,


(Pengkajian) misalnya tanda-tanda vital, skor MEWS, tingkat
kesadaran, nyeri, obat-obatan yang dikonsumsi.
Reccomendation a. Menyampaikan tindakan apa yang diharapkan untuk
(Rekomendasi) dilakukan pada pasien.
b. Menentukan rentang waktu tiba di lokasi.
c. Menanyakan adakah hal lain yang dapat dilakukan
sambil menunggu tim datang.
d. Menyimpan nama dan kontak yang dihubungi.
Sumber: NHS Trust (2015)

2.1.12 Tujuan standarisasi skoring EWS

Tujuan utama penggunaan skoring EWS adalah untuk memastikan

pengkajian yang akurat pada parameter klinis pasien yang berpedoman

penghitungan skor EWS. Memberikan intervensi sesuai pedoman sistematis

(protokol) yang telah distandarisasi.

1. Sistem skoring EWS meminimalkan terjadinya kegawatan tiba-tiba dan

perburukan kondisi pasien.

2. Deteksi dini melalui sistem skoring meningkatkan patient safety dan

memberikan pelayanan yang efektif pada pasien.

3. Memastikan tenaga medis untuk bertindak dengan kategori waspada

dengan cepat dan tepat, sebab intervensi yang diberikan sesuai dengan

protokol yang telah disusun sistematis.

4. Digunakan sebagai alat komunikasi yang universal terkait kondisi klinis

pasien antar shift, ruangan maupun antar departemen.

5. Pendokumentasian pada sistem EWS memberikan informasi yang lebih

akurat sehingga tidak menimbulkan respon yang ambigu.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 31

2.2. Perawat
2.2.1 Defenisi

Perawat adalah profesi/tenaga kesehatan yang jumlah dan kebutuhannya

paling banyak di antara tenaga kesehatan lainnya. Perawat adalah seseorang yang

telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun luar negeri

yang diakui pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan

(Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Perawat merupakan profesi yang memiliki tugas dan tanggung jawab

yang berat, karena memiliki tanggung jawab profesi yaitu dituntut untuk

meningkatkan profesionalisme dalam memberikan pelayanan keperawatan dan

juga bertanggung jawab pada organisasi rumah sakit. Situasi tersebut dapat

menjebak individu perawat pada situasi yang penuh tekanan. Pekerjaan perawat

memiliki beberapa karakteristik yang menciptakan tuntutan kerja yang tinggi

seperti pekerjaan yang rutin, jadwal kerja yang ketat, tanggung jawab atas

keselamatan dan kesehatan diri sendiri dan orang lain, serta dituntut untuk

mampu bekerja dalam tim (Abadiyah, 2017).

2.2.2 Peran perawat

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2017) peran perawat secara umum

di antaranya adalah:

1. Care provider (pemberi asuhan) yaitu dalam memberikan pelayanan

berupa asuhan keperawatan perawat dituntut menerapkan keterampilan

berpikir kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah serta

pembuatan keputusan keperawatan dalam konteks pemberian asuhan

keperawatan komprehensif dan holistik berlandaskan aspek etik dan legal.


STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan 32

2. Manager dan community leader (pemimpin komunitas) yaitu dalam

menjalankan peran sebagai perawat dalam suatu komunitas/kelompok

masyarakat, perawat terkadang dapat menjalankan peran kepemimpinan,

baik komunitas profesi maupun komunitas sosial juga dapat menerapkan

kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam asuhan klien.

3. Educator yaitu dalam menjalankan perannya sebagai perawat klinis,

perawat komunitas, maupun individu, perawat harus mampu berperan

sebagai pendidik klien dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Advocate (pembela) yaitu dalam menjalankan perannya perawat

diharapkan dapat mengadvokasi atau memberikan pembelaan dan

perlindungan kepada pasien atau komunitas sesuai dengan pengetahuan

dan kewenangannya.

5. Researcher yaitu dengan berbagai kompetensi dan kemampuan

intelektualnya perawat diharapkan juga mampu melakukan penelitian

sederhana di bidang keperawatan dengan cara menumbuhkan ide dan rasa

ingin tahu serta mencari jawaban terhadap fenomena yang terjadi pada

klien di komunitas maupun klinis. Dengan harapan dapat menerapkan

hasil kajian dalam rangka membantu mewujudkan Evidence Based

Nursing Practice (EBNP).

2.2.3 Fungsi perawat

Menurut Hidayat (2007) macam-macam fungsi peran perawat di unit

gawat darurat yaitu:

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 33

1. Mengkaji kebutuhan perawatan penderita, keluarga dan masyarakat, serta

sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan tersebut.

2. Mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan.

3. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari dan

melaksanakan penelitian guna meningkatkan pengetahuan dan

mengembangkan keterampilan, baik dalam praktek maupun dalam

pendidikan keperawatan.

4. Mengelola pelayanan perawatan di rumah sakit.

5. Mengutamakan perlindungan dan keselamatan penderita dalam

melaksanakan tugas keperawatan.

6. Memfasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan rujukan masalah

kegawatdaruratan.

7. Memberi pelayanan secara multi disiplin.

8. Mendokumentasikan dan komunikasikan informasi tentang pelayanan

yang telah diberikan serta kebutuhan untuk tindak lanjut.

9. Mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas.

2.3. Pengetahuan

2.3.1 Defenisi

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil “tahu”

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan manusia dapat

menghasilkan pengetahuan tersebut yang sangat dipengaruhi oleh intensitas

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 34

perhatian persepsi dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2018).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, merupakan domain yang paling

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Proses kognitif

meliputi ingatan, pikiran, persepsi, simbol simbol penalaran dan pemecahan

persoalan (Wawan, 2018).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan ini sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dimana diharapkan

bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang

yang berpendidikan rendah mutlak berpengaruh rendah pula. Hal ini

mengingatkan bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari

pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non

formal (Wawan, 2018).

2.2.4 Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Wawan (2018) cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai

berikut:

1. Konvensional / tradisional atau disebut dengan cara non ilmiah

Cara konvensional / tradisional ini digunakan orang pada saat

sebelum ditemukannya suatu metode ilmiah atau metode penemuan ilmu

pengetahuan secara sistemik dengan berdasarkan ilmu logika. Penemuan

pengetahuan secara konvensional / tradisional ini meliputi berbagai hal,

yakni:

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 35

a. Pengalaman pribadi (auto experience)

Berbagai pengalaman seseorang tentang sesuatu hal, akan menjadi

sangat berguna bagi orang lain. Seseorang yang menderita demam lalu

meminum perasan daun pepaya dan sembuh. Dilain pihak seseorang

yang menderita sakit panas / gejala typus, sembuh dengan meminum

jamu yang dicampur dengan cacing tanah. Pengalaman ini dapat

menjadi suatu ilmiah manakala seseorang menghadapi masalah yang

sama dan menggunakan pengalaman orang lain. Semua pengalaman

pribadi tersebut, tentu dapat merupakan sumber kebenaran

pengetahuan. Namun tidak semua pengalaman pribadi dapat

menentukan seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar.

b. Secara kebetulan

Cara ini digunakan sebelum ditemukannya cara dan metode untuk

menggali pengetahuan secara sistemik dan berdasar logika. Namun,

cara ini pula sampai sekarang tetap masih digunakan dalam

memperoleh pengetahuan baru, khususnya pada aspek tertentu.

Seseorang yang telah lama mengidap malaria yang ditularkan oleh

seekor nyamuk, telah berulang kali berobat dan meminum jamu,

namun tak kunjung sembuh. Kemudian ia melakukan perjalanan dan

menembus hutan, rasa hausnya tiba – tiba datang tak berfikir panjang

ia meminum selokan yang kebetulan dilaluinya. Namun apa yang

terjadi, sesampai di rumah ia tidak merasakan penyakit itu kembali.

Kemudian ia kembali keselokan, ia menyusuri ternyata ada sebatang

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 36

pohon yang tumbang dan terendam air selokan secara turun temurun.

Pohon tersebut diketahui ternyata sebatang okon kina, yang sampai

sekarang digunakan sebagai bahan baku untuk obat malaria (pil

kina/kinine).

c. Kekuasaan (authority)

Kehidupan manusia tidak terlepas dari tradisi-tradisi yang

dilakukan juga aspek kesehatan, sering masyarakat bertanya pada

tetua adat atau dukun barangkali, namun untuk sekedar konsultasi

tentang penyakit yang diderita si pasien. Bisa saja karena kutukan

sang dewa sehingga menjadi sakit dan dengan upacara tersebut bisa

sembuh. Pada prinsipnya, pemegang otoritas baik itu pemerintah,

tokoh agama, tokoh adat maupun ahli ilmu pengetahuan

mengemukakan pendapat dan orang lain menerima pendapat tanpa

berlebihan dahulu menguji kebenarannya, mereka menganggap apa

yang disampaikan adalah suatu kebenaran.

d. Cara coba salah (trial and error)

Cara coba-coba atau lebih dikenal dengan “trial and error”. Cara

ini dipakai sebelum adanya peradaban. Cara coba – coba ini dilakukan

dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan

masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula,

maka coba lagi dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai

masalah tersebut dipecahkan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 37

e. Melalui logika / pikiran (to mind)

Semakin maju dengan berkembangnya peradaban dan kebudayaan

manusia, maka cara berfikirnya pun mulai mengalami perubahan dan

kemajuan. Manusia mampu menggunakan akal pikiran dan

penalarannya guna menganalisa suatu kondisi sekitarnya. Demikian

juga dengan penemuan diyakini sebagai suatu ilmu pengetahuan telah

melalui proses pemikiran. Cara berfikir yang dilakukan dengan

melahirkan pernyataan-pernyataan kemudian dicari hubungan

sehingga ditarik suatu kesimpulan.

2. Melalui jalur ilmiah

Dengan cara yang lebih modern dilakukan untuk memperoleh

suatu pengetahuan, ternyata akan lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara

ini dikenal dengan metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian

(research methodologi). Pengamatan secara langsung dilapangan atau

sesuatu gejala atau fenomena alam / kemasyarakatan, untuk kemudian

dibuat suatu klasifikasi, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan.

Pengambilan suatu kesimpulan diperoleh dengan cara melakukan

observasi langsung, kemudian mencatat semua fakta dari objek yang

diamati tersebut. Pencatatan tersebut mencakup hal-hal positif, hal-hal

negatif serta variasi gejala yang ditemui dilapangan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 38

2.3.3 Tingkat pengetahuan

Menurut Wawan (2018) pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang

cukup, didalam domain kognitif ada 6 tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat materi yang sudah dipelajari

sebelumnya (recall). Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan yan paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajarinya yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi dan

sebagainya.

2. Memahami (comprehence)

Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterprestasikan secara benar suatu objek. Orang yang telah paham

terhadap suatu objek akan mampu menyimpulkan, menjelaskan,

menyebutkan contoh dan sebagainya.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang

sudah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat

diartikan dalam kemampuan menggunakan rumus, hukum-hukum,

metode, prinsip dan sebagainya.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 39

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menyatakan materi atau objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis adalah kemampuan menunjukkan pada suatu kemampuan

untuk melaksanakan atau menghubungkan formulasi baru dari formulasi

yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3.4 Proses perilaku tahu

Perilaku adalah semua kegiatan manusia baik yang dapat diamati

langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Proses seseorang sebelum

mengadopsi perilaku baru, yakni:

1. Kesadaran (awarenes), dimana orang tersebut mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek).

2. Merasa tertarik (interes), dimana individu mulai menarik perhatian

terhadap stimulus.

3. Menimbang (evaluation), individu akan mempertimbangkan baik

buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 40

4. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

5. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus (Wawan, 2018).

2.3.5 Sumber pengetahuan

Menurut Lestari (2015) berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh

manusia untuk memperoleh pengetahuan. Upaya-upaya serta cara tersebut yang

digunakan dalam memperoleh pengetahuan yaitu:

1. Orang yang memiliki otoritas, salah satu upaya seseorang mendapatkan

pengetahuan yaitu dengan bertanya kepada orang yang memiliki otoritas

atau yang dianggapnya lebih tahu. Pada zaman modern ini, orang yang

ditempatkan memiliki otoritas, misalnya pengakuan dengan melalui gelar,

termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil publikasi resmi mengenai

kesaksian otoritas tersebut, seperti buku-buku atau publikasi resmi

pengetahuan lainnya.

2. Indra adalah peralatan pada diri manusia sebagai salah satu sumber

internal pengetahuan. Dalam filsafat science modern menyatakan bahwa

pengetahuan pada dasarnya adalah khayalan pengalaman-pengalaman

kongkrit kita yang terbentuk karena persepsi indera, seperti persepsi

penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pencicipan dengan

lidah.

3. Akal, dalam kenyataan ada pengetahuan tertentu yang bias dibangun oleh

manusia tanpa harus atau tidak biasa mempersepsikannya dengan indera

terlebih dahulu. Pengetahuan dapat diketahui dengan pasti dan dengan

sendirinya karena potensi akal.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 41

4. Intuisi, salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi yang

langsung tentang pengetahuan yang tidak merupakan hasil pemikiran

yang sadar atau persepsi rasa yang langsung. Intuisi dapat berarti

kesadaran tentang data-data yang langsung diserakan.

2.3.6 Pengukuran pengetahuan

Dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi

materi yang akan diukur dari subjek penelitian kedalam pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat domain atas tingkat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden yang sesuai dengan tingkat pengetahuan yang diukur.

2.3.7 Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Wawan (2018) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

interpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yakni:

1. Baik : Hasil persentase 76 – 100 %

2. Cukup : Hasil persentase 56 – 75 %

3. Kurang : Hasil persentase < 56 %.

2.4. Karakteristik Perawat

Karakteristik perawat, yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun

eksternal, akan mempengaruhi pemahaman mereka, termasuk dalam hal

penerapan EWS di rumah sakit. Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 42

perawat memberikan pengaruh terhadap kemampuan perawat dalam mendeteksi

pasien yang mengalami perburukan kondisi (Liaw et al., 2011).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan perawat

diantaranya yaitu:

1. Faktor internal

a. Usia

Berdasarkan teori tumbuh kembang, kemampuan kognitif seorang

individu akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,

seiring bertambahnya usia, maka seorang individu akan menemui

banyak hal baru dalam hidupnya, sehingga pengetahuannya pun akan

semakin bertambah. Tahapan usia dewasa muda (20 – 40 tahun) adalah

tahapan dimana individu aktif dalam berkarir dan tahap ini merupakan

fase yang produktif untuk melakukan pekerjaan (Potter & Perry, 2013).

Individu yang telah berada pada tahapan usia dewasa tengah atau

dewasa akhir umumnya memiliki tanggung jawab dan ketelitian yang

lebih baik dibandingkan dengan individu yang berusia dewasa muda.

b. Jenis kelamin

Penelitian yang dilakukan oleh Akhlaq (2014) menunjukkan

bahwa perempuan memiliki tingkat motivasi berdasarkan hierarki

Maslow yang lebih tinggi untuk memasuki pendidikan kesehatan

dibandingkan dengan laki-laki.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 43

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah usaha untuk menanamkan ilmu pada makhluk

hidup agar tumbuh pemahaman, sikap dan perilaku positif pada

individu yang bersangkutan dengan mengurangi faktor perilaku dan

sosial budaya yang negatif (Notoatmodjo, 2010). Seseorang dengan

tingkat pendidikan yang tinggi cenderung lebih mudah untuk

mendapatkan informasi. Tingkat pendidikan seorang perawat akan

mempengaruhi kedalaman ilmu yang diperoleh perawat guna

dimanfaatkan dalam memberi asuhan keperawatan pada pasien.

Penelitian yang dilakukan Odell et al (2009) menunjukkan bahwa

edukasi yang diperoleh tenaga kesehatan dapat mempengaruhi tenaga

kesehatan dalam melakukan deteksi dan penanganan perburukan

kondisi pasien.

2. Faktor eksternal

a. Masa kerja

Pekerjaan dalam arti luas yaitu aktivitas yang dilakukan manusia,

sedangkan dalam arti sempit yaitu tugas atau kerja yang menghasilkan

uang bagi seseorang. Semakin lama masa kerja perawat, maka akan

semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Pengetahuan dapat

bertambah sering dengan bertambahnya pengalaman (Notoatmodjo,

2010).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 44

b. Pelatihan

Pengalaman dan pelatihan yang telah diperoleh tenaga kesehatan

dapat mempengaruhi tenaga kesehatan dalam melakukan deteksi dan

penanganan perburukan kondisi pasien (Ludikhuize, 2011; Odell,

Victor & Oliver, 2009).

Karo (2018) karakteristik demografi terdiri dari umur, jenis kelamin, area

kerja, agama, tingkat pendidikan, suku dan masa kerja.

1. Usia, mengkategorikan rentang usia perawat dalam 7 kategori yakni: usia

21-25 tahun, usia 26-30 tahun, usia 31- 35 tahun, usia 36-40 tahun, usia

41-45 tahun, usia 46-50 tahun, dan usia 51-55 tahun. Didapatkan bahwa

usia tertinggi perawat Indonesia berada pada rentang usia 26-30 tahun dan

rentang usia terendah berada pada rentang usia 45-55 tahun.

2. Jenis kelamin, mengkategorikan partisipan berdasarkan jenis kelamin

perawat yakni perempuan dan laki- laki.

3. Area kerja, mengkategorikan partisipan berdasarkan area kerja dalam 5

kategori yakni: ruangan internis, ruangan bedah, ruangan anak, ruangan

ginekologi, ruangan kebidanan. Didapatkan bahwa mayoritas perawat

berada di unit internid dan area terendah perawat berada di unit

kebidanan.

4. Agama, mengkategorikan partisipan berdasarkan agama dalam 4 kategori

yakni: katolik, kristen, islam dan budha. Didapatkan bahwa perawat

Indonesia mayoritas beragama Katolik dan agama Kristen berada di

urutan kedua.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 45

5. Tingkat pendidikan, kebanyakan rumah sakit lebih memilih untuk

mempekerjakan lulusan program BSN karena mereka tahu bahwa mereka

akan sangat bermanfaat jika mereka mempekerjakan perawat dengan gelar

BSN. Meskipun demikian, perawat dengan gelar associate dalam diploma

keperawatan akan melanjutkan gekar BSN dalam waktu dua tahun.

Implikasi lain dari temuan lain adalah bahwa orang Indonesia

mendapatkan ijazah pertama dalam keperawatan, karena mereka dapat

lebih mudah mendapatkan pekerjaan setelah dua tahun dan mulai kembali

bekerja.

6. Suku, mengkategorikan distribusi suku dalam 5 kategori pulau terbesar di

Indonesia yakni: pulau Jawa, pulau Sulawesi, pulau Sumatera, pulau

Kalimantan dan NTT.

7. Masa kerja, mengkategorikan perawat dalam kategori lama bekerja yakni:

0-5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun, 16-20 tahun, 21-25 tahun, 26- 30

tahun dan 31-35 tahun.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 46

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah keseluruhan dasar konseptual sebuah

penelitian.Tidak semua penelitian didasarkan pada teori formal atau model

konseptual, namun setiap penelitian memiliki kerangka kerja, karena itu

merupakan dasar pemikiran konseptual (Polit & Beck, 2012).

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Karakteristik Perawat Dengan


Pengetahuan Dalam Penilaian Early Warning Score Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020.
Konsep EWS:
Karekteristik Perawat
1. Definisi

2. Sejarah penerapan EWS


Faktor internal :
3. Fungsi EWS
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Tingkat 4. Indikasi penggunaan EWS
pendidikan 5. Parameter fisik EWS

Faktor eksternal 6. Parameter fisiologis yang tidak


4. Masa kerja termasuk dalam sistem EWS
7. Skoring EWS
5. Pelatihan
8. Kategori penilaian EWS

9. Penatalaksanaan EWS
10. Dokumentasi EWS
11. Tujuan Standarisasi EWS

Pengetahuan Perawat:
1. Baik 1. Peran perawat
2. Cukup
3. Kurang 2. Fungsi perawat
Tingkat pengetahuan
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehence)
3. Aplikasi (application) Proses Perilaku tahu:
1. Kesadaran (awareness)
4. Analisis (analysis) 2. Merasa tertarik (interest)
5. Sintesis (Syntesis) 3. Menimbang (evaluation)
6. Evaluasi (evaluation 4. Trial
5. Adaption

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 47

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Menghubungkan antar Variabel

3.2. Hipotesa Penelitian

Hipotesis penelitian adalah prediksi tentang hubungan antar dua variabel

atau lebih variabel. Sebuah hipotesis yang menerjemahkan sebuah pertanyaan

penelitian kuantitatif ke dalam prediksi sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Sebuah hipotesis, sebagian besar yang diketahui tentang topik tersebut

membenarkan sebuah hipotesa dan sebagian peneliti kualitatif ingin menyelidiki

dari sudut pandang yang lain dan bukan oleh peneliti sendiri (Polit, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah (Ha) yaitu ada hubungan

karakteristik perawat dengan pengetahuan dalam penilaian early warning score

di ruang perawatan Rumah sakit santa Elisabeth Medan Tahun 2020.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 48

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah keseluruhan rencana untuk mendapatkan

jawaban atas pertanyaan yang sedang dipelajari dan untuk menangani berbagai

tantangan terhadap bukti penelitian yang layak. Dalam merencanakan penelitian

ini, penulis memutuskan mana spesifik yang akan diadopsi dan apa yang akan

mereka lakukan untuk meminimalkan bias dan meningkatkan interpretabilitas

hasil (Creswell, 2009).

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan rancangan cross-

sectional, yaitu melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan

(sekali waktu) antara faktor risiko/paparan dengan penyakit. Desain cross-

sectional dipilih karena pengukuran variabel independen dan variabel dependen

diukur dalam satu waktu (Polit & Beck, 2012).

Rancangan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi adanya hubungan

karakteristik perawat dengan pengetahuan dalam penilaian early warning score

di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan kumpulan kasus dimana seorang peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian. Suatu populasi menunjukkan pada

sekelompok subjek yang menjadi objek atau sasaran penelitian dan anggota

populasi didalam penelitian harus dibatasi secara jelas (Polit & Beck, 2012).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 49

Jumlah seluruh perawat di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada

tahun 2020 sebanyak 220 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di

ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang mengikuti simulasi

early warning score sebanyak 131 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari elemen populasi. Pengambilan sampel adalah

proses pemilihan sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi (Polit &

Beck, 2012). Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan teknik

accidental sampling yang merupakan pengambilan sampel secara accidental

dengan mengambil responden yang kebetulan ada disuatu tempat yang sesuai

dengan tempat penelitian (Polit & Beck, 2012).

Besar sampel yang diperoleh selama penelitian adalah sebanyak 32

responden.

4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.3.1 Variabel independen

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan

nama variabel bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Grove, 2015). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah karakteristik perawat (usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 50

4.3.2 Variabel dependen

Variabel dependen adalah hasil yang peneliti ingin prediksi atau jelaskan.

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh

variabel lain atau dengan kata lain variabel terikat (Grove, 2015). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dalam penilaian early

warning score.

4.3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan penulis untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Polit & Beck, 2012).

Tabel 4.7 Definisi Operasional Hubungan Karakteristik Perawat Dengan


Pengetahuan Dalam Penilaian Early Warning Score Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020.
Variabel Definisi Indikator Alat Skala Skor
Ukur Ukur
Independ Jumlah tahun 1. 20-40 Kuesio O -
en: masa kehidupan tahun ner R
Karakteri responden mulai (dewasa Bagian D
stik dari lahir hingga awal) A I
perawat waktu penelitian 2. 41-60 N
dilakukan tahun A
Usia (dewasa L
tengah)

Jenis Jenis kelamin 1.Laki-laki Kuesio -


kelamin adalah perbedaan 2.Perempuan ner N
bentuk, sifat, dan Bagian O
fungsi biologi A M
laki-laki dan I
perempuan yang N
menentukan A
perbedaan peran L
mereka dalam
menyelenggaraka
n upaya
meneruskan garis
keturunan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 51

Variabel Definisi Indikator Alat Skala Skor


Ukur Ukur
Tingkat Pendidikan adalah 1. D3 Kuesio O -
Pendidik usaha untuk Kepera ner R
an menanamkan ilmu watan Bagian D
pada makhluk 2. S1 A I
hidup agar Kepera N
tumbuh watan A
pemahaman, L
sikap dan perilaku
positif pada
individu yang
bersangkutan
dengan
mengurangi faktor
perilaku dan
sosial budaya
yang negatif
Lama Aktivitas yang 1. 1-10 Kuesio O -
bekerja dilakukan tahun ner R
manusia 2. 11-20 Bagian D
tahun A I
3. 21-30 N
tahun A
L

Depende Pengetahuan Pemahaman Kuesio O 1.Tingkat


n: adalah segala dan ner R Pengetahu
Pengetah sesuatu yang pengetahuan Bagian D a
uan diketahui yang responden B I n Baik
dalam merupakan hasil tentang N (76 –
penilaian dari tahu tentang Early Dengan A 100%)
early early warning Warning 50 L Jika total
warning score. Score pertany benar= 38-
score (EWS) aan 50
meliputi: dengan
1. Defenisi mengg 2.Tingkat
2. Indikasi unakan Pengetahu
penggun Skala a
aan Guttma n Cukup
EWS n (56 – 75%)
3. Paramet (sesuai Jika total
er fisik kunci benar= 28-
dalam jawaba 37
EWS n)
4. Kategori 3.Tingkat
penilaian Benar= Pengetahu
EWS 1 a
5. Peran Salah= n Kurang
perawat 0 (< 56%)
dalam Jika total
early benar = ≤
warning 27
score.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 52

4.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar menjadi lebih mudah dan

sistematis (Polit dan Beck, 2012). Pada tahap pengumpulan data, diperlukan

suatu instrument yang dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian meliputi

pengukuran biofisiologis, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket berupa kuesioner yang berisi

mengenai masalah atau tema yang sedang diteliti sehingga menampakkan

pengaruh atau hubungan dalam penelitian tersebut dan skala. Instrumen

penelitian ini diadopsi dari peneliti sebelumnya terdiri dari 50 pertanyaan dan

sudah diuji validitasi dengan nilai chronbach alpha 0,71 (Liswati, 2015).

1. Kuesioner karakteristik perawat

Kuesioner yang digunakan untuk pernyataan karakteristik perawat

terdiri dari 5 yaitu umur responden, jenis kelamin, tingkat pendidikan

masa kerja dan pelatihan mengikuti EWS, tetapi pada kuesioner yang

akan digunakan dalam penelitian ini tentang karakteristik perawat

berdasarkan pelatihan mengikuti EWS tidak dicantumkan.

2. Kuesioner pengetahuan tentang EWS

Kuesioner pengetahuan tentang EWS terdiri dari 50 pernyataan

yang meliputi 3 pernyataan tentang definisi EWS, 6 pernyataan tentang

indikasi penggunaan EWS, 12 pernyataan tentang parameter fisik dalam

EWS, 11 pernyataan tentang kategori penilaian EWS, 12 pernyataan

tentang peran perawat dalam EWS dan 6 pernyataan tentang standarisasi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 53

skoring EWS dengan kriteria menggunakan skala Guttman apabila

pernyataan benar dengan nilai 1 dan salah dengan nilai 0.

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

4.5.2 Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April tahun 2020

4.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.6.1 Pengambilan data

Pengumpulan data adalah proses perolehan subjek dan pengumpulan data

untuk suatu penelitian. Langkah-langkah aktual untuk mengumpulkan data

sangat spesifik untuk setiap studi dan bergantung pada teknik desain dan

pengukuran penelitian (Grove, 2015). Proses pengambilan data dilakukan dengan

2 cara yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti

terhadap sasarannya yaitu perawat Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

tahun 2020.

2. Data sekunder, yaitu data yang diambil peneliti dari Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan tahun 2020.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 54

4.6.2 Teknik pengumpulan data

Peneliti mengumpulkan data setelah mendapat izin dari ketua STIKes

Santa Elisabeth Medan. Kemudian peneliti meminta izin ke pihak Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan untuk melakukan pengumpulan data di rumah sakit

tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan informed consent atau meminta tanda

persetujuan kepada responden melalui daring via whatsapp dan memberikan

kuesioner dengan bentuk google formulir dengan cara membagikan link google

formulir kepada responden. Setelah responden menyetujui, responden mengisi

kuesioner dalam bentuk google formulir tetang karakteristik perawat (usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja) dan kuesioner pengetahuan dalam

penilaian early warning score. Setelah semua pertanyaan dijawab, maka

responden akan mengirimkan tanggapan kuesioner yang telah dibagikan peneliti.

4.6.3 Uji validitas dan realibilitas

Validitas instrumen adalah penentuan seberapa baik instrumen tersebut

mencerminkan konsep abstrak yang sedang diteliti. Validitas akan bervariasi dari

suatu sampel ke sampel lain dan satu sisi ke situasi lainnya. Oleh karena itu

penguji validitas mengevaluasi penggunaan instrumen untuk tertentu sesuai

dengan ukuran yang diteliti. Uji validitas sebuah instrumen dikatakan valid

dengan membandingkan nilai r hitung. Dimana hasil yang didapatkan r hitung >

r tabel dengan ketepatan tabel= 0,361 (Polit & Beck, 2012).

Uji Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

apabila fakta dapat diukur dan diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan

(Polit & Beck, 2012). Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 55

konsisten hasil sebuah jawaban tentang tanggapan responden. Pengujian

reliabilitas dapat menggunakan uji statistic cronbach alpha. Cronbach alpha

yang baik adalah yang semakin mendekati 1. Suatu konstruk atau variabel

dikatakan reliabilitas jika memberikan nilai cronbach alpha minimal >0,60 dan

jika nilai >0,75 atau semakin tinggi akan semakin baik reliabilitasnya (Polit &

Beck, 2011). Peneliti tidak melakukan uji valid dan reliabilitas karena peneliti

menggunakan kuesioner baku yang diadopsi dari peneliti sebelumnya dengan

cronbach alpha 0,71 (Liswati, 2015).

4.7. Kerangka Operasional

Bagan 4.2 Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Pengetahuan Dalam


Penilaian Early Warning Score Di Ruang Perawatan Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020.

Pengajuan judul Ijin pengambilan data awal Seminar


proposal

Informed consent Izin penelitian Ijin etik penelitian

Membagikan kuesioner Analisa data Seminar hasil

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 56

4.8. Pengolahan Data

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi yang tepat dan

sistematis yang relevan dengan tujuan penelitian pada tujuan yang spesifik,

pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis sebuah penelitian (Grove, 2015).

Setelah semua data terkumpul, peneliti akan memeriksa apakah semua

daftar pernyataan telah diisi. Kemudian peneliti melakukan:

1. Editing merupakan kegiatan memeriksa kembali kuesioner (daftar

pertanyaan) yang telah diisi pada saat pengumpulan data. Kegiatan-

kegiatan yang dapat dilakukan dengan memeriksa apakah semua

pertanyaan yang diajukan reponden dapat dibaca, memeriksa apakah

semua pertanyaan yang diajukan kepada responden telah dijawab,

memeriksa apakah hasil isian yang diperoleh sesuai tujuan yang ingin

dicapai peneliti, memeriksa apakah masih ada kesalahan-kesalahan lain

yang terdapat pada kuesioner.

2. Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/bilangan. Kemudian memasukan data satu persatu ke

dalam file data komputer sesuai dengan paket program statistik komputer

yang digunakan.

3. Tabulasi data merupakan adalah proses pengolahan data yang bertujuan

untuk membuat tabel-tabel yang dapat memberikan gambaran statistik.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 57

4.9. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

mengungkap fenomena, melalui berbagai macam uji statistik. Statistik

merupakan alat yang sering dipergunakan pada penelitian kuantitatif. Salah satu

fungsi statistik adalah menyederhanakan data yang berjumlah sangat besar

menjadi informasi yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca untuk

membuat keputusan, statistik memberikan metode bagaimana memperoleh data

dan menganalisis data dalam proses mengambil suatu kesimpulan berdasarkan

data tersebut (Nursalam, 2020).

1. Analisis univariat yang bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap

variabel penelitian. Pada penelitian ini metode statistik univariat

digunakan untuk mengidentifikasi variabel independen yaitu karakteristik

perawat yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama

bekerja dan variabel dependen yaitu pengetahuan dalam penilaian EWS

(Polit, 2012).

2. Analisis bivariat, merupakan analisa yang digunakan untuk mengetahui

ada atau tidaknya hubungan antara variabel (Polit & Beck, 2012). Pada

penelitian analisa bivariat yakni untuk menganalisis hubungan dua

variabel, yakni hubungan karakteristik perawat sebagai variabel

independen/bebas dengan pengetahuan dalam penilaian early warning

score sebagai variabel dependen. Analisis antara usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, dan masa bekerja dengan pengetahuan dalam penilain

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 58

early warning score dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square,

yaitu uji komparatif kategorik tidak berpasangan pada tabel 2 x k (CI =

95% pada α = 0,05). Interpretasi kedua uji tersebut yaitu:

a. Jika nilai p < 0,05, artinya terdapat hubungan bermakna antara

kedua variabel.

b. Jika nilai p > 0,05, artinya tidak ada hubungan bermakna antara

kedua variabel.

4.10 Etika Penelitian

Ketika penelitian digunakan sebagai peserta studi, perhatian harus

dilakukan untuk memastikan bahwa hak mereka dilindungi. Etik adalah sistem

nilai normal yang berkaitan dengan sejauh mana prosedur penelitian mematuhi

kewajiban professional, hukum, dan sosial kepada peserta studi. Tiga prinsip

umum mengenai standar perilaku etis dalam penelitian berbasis: beneficence

(berbuat baik), respect for human dignity (penghargaan martabat manusia), dan

justice (keadilan) (Polit & Beck, 2012).

Sebelum penelitian ini dilakukan peneliti menjelaskan terlebih dahulu

tujuan, manfaat dan prosedur penelitian. Penelitian ini dilaksanakan setelah

mendapatkan persetujuan dari responden apakah bersedia atau tidak. Seluruh

responden yang bersedia akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

setelah informed consent dijelaskan dan jika responden tidak bersedia maka tidak

akan dipaksakan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 59

Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan dalam penelitian ini

antara lain sebagai berikut:

1. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden

penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan. Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembaran persetujuan utuk menjadi responden.

2. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

yang akan dilaporkan.

3. Anonymity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

atau alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan dan atau

hasil penelitian yang akan disajikan.

Penelitian ini juga telah layak etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan

STIKes Santa Elisabeth Medan dengan nomor surat No.0035/KEPK-SE/PE-

DT/III/2020.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 60

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Pada BAB ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

hubungan karakteristik perawat dengan pengetahuan dalam penilaian early

warning score di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun

2020. Penelitian ini dimulai pada tanggal 01 Maret - 30 Maret 2019. Responden

pada penelitian ini adalah perawat yang mengikuti simulasi early warning score

yang berada di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang meliputi rawat jalan,

rawat inap dan unit pendukung. Jumlah responden dalam penelitian ini

berjumlah 32 orang perawat.

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dibangun pada tanggal 11 Februari

1929 dan diresmikan pada tanggal 17 November 1930. Rumah sakit santa

Elisabeth medan merupakan salah satu rumah sakit swasta yang terletak di kota

Medan tepatnya di jalan haji misbah nomor 07 Kecamatan Medan Maimun

Provinsi Sumatera Utara. Saat ini Rumah sakit santa Elisabeth medan merupakan

rumah sakit tipe B. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dikelola oleh sebuah

kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth.

Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit yang didirikan sebagai

bentuk pelayanan kepada masyarakat oleh para biarawati dengan motto “ Ketika

Aku Sakit Kamu Melawat Aku (Mat 25:36)” dengan visi yaitu “Menjadikan

tanda kehadiran Allah di tengah dunia dengan membuka tangan dan hati untuk

memberikan pelayanan kasih yang menyembuhkan orang-orang sakit dan

menderita sesuai dengan tuntutan zaman”. Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 61

Medan adalah memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas atas

dasar kasih, meningkatkan sumber daya manusia secara professional untuk

memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas, serta

meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai dengan tetap memperhatikan

masayarakat lemah.

Banyak fasilitas pelayanan yang diberikan baik secara medis maupun

perawatan meliputi ruang rawat inap (ruang perawatan internis, bedah,

perinatology, dan intensive), poli klonik, IGD, OK (Kamar Operasi), radiologi,

fisioterapi, laboratorium dan farmasi.

5.2. Hasil Penelitian

5.2.1 Karakteristik perawat

Tabel 5.8. Distribusi Karakteristik Perawat Berdasarkan Data Demografi di


Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun 2020.
No Karakteristik F %
1. Umur
20-40 tahun (Dewasa awal) 26 81.3
41-60 tahun (Dewasa tengah) 6 18.8
Total 32 100.0
2. Tingkat Pendidikan
D3 Keperawatan 29 90.6
S1 Keperawatan 3 9.4
Total 32 100.0
3. Jenis Kelamin
Laki-laki 6 18.8
Perempuan 26 81.3
Total 32 100.0
4. Masa Kerja
1-10 tahun 21 65.6
11-20 tahun 10 31.3
21-30 tahun 1 3.1
Total 32 100.0
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 32 orang responden terbanyak

mayoritas berada pada usia 20-40 tahun (dewasa awal) sejumlah 26 responden

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 62

(81,3%) dan minoritas umur berada pada rentang umur 41-60 tahun (dewasa

tengah) sejumlah 6 orang (18,8%).

Data diperoleh dari 32 responden terbanyak mayoritas pada tingkat

pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 29 responden (90,6%) dan minoritas pada

tingkat pendidikan S1 Keperawatan sebanyak 3 responden (9,4%).

Responden mayoritas terbanyak pada jenis kelamin perempuan sebanyak

26 responden (81,3%) dan minoritas pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 6

responden (18,8%).

Responden mayoritas pada rentang masa kerja 1-10 tahun sejumlah 21

responden (65,6%) dan minoritas berada pada rentang masa kerja 21-30 tahun

sejumlah 1 responden (3,1%).

5.2.2 Pengetahuan dalam penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan tahun 2020.

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dalam Penilaian EWS Di


Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun
2020.
No Pengetahuan F %
1. Pengetahuan Baik 10 31.3
2. Pengetahuan Cukup 12 37.5
3. Pengetahuan Kurang 10 31.3
Total 32 100.0
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pengetahuan dalam

penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sebagian

besar perawat memiliki pengetahuan cukup sebanyak 12 responden (37,5%).

Perawat yang memiliki pengetahuan baik dan pengetahuan kurang sebanyak 10

responden (31,3%).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 63

5.2.3 Analisis hubungan karakteristik perawat dengan pengetahuan dalam

penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan tahun 2020.

Tabel 5.10. Hubungan karakteristik Perawat (Umur) dengan Pengetahuan


Dalam Penilaian EWS Di Ruang Perawatan Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2020.
Umur Pengetahuan Jumlah P value
Baik Cukup Kurang
N % N % n % N %
20-40 7 70,0 10 83,3 9 90,0 26 81,3
tahun
41-60 3 30,0 2 16,7 1 10,0 6 18,8 0,505
tahun
Jumlah 10 100 12 100 10 100 32 100
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa perawat yang berada pada rentang umur

20-40 tahun memiliki pengetahuan baik sebanyak 7 responden (70,0%),

pengetahuan cukup sebanyak 10 responden (83,3%) dan pengetahuan kurang

sebanyak 9 responden (90,0%). Perawat yang berada pada rentang umur 41-60

tahun memiliki pengetahuan baik sebanyak 3 responden (30,0%), pengetahuan

cukup sebanyak 2 responden (16,7%) dan pengetahuan kurang sebanyak 1

responden (10,0%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value = 0,505 yang

berarti tidak ada terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan

pengetahuan perawat tentang EWS.

Tabel 5.11. Hubungan karakteristik Perawat (Tingkat Pendidikan)


dengan Pengetahuan Dalam Penilaian EWS Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020.
Tingkat Pengetahuan Jumlah P value
Pendidikan Baik Cukup Kurang
N % n % n % N %
D3 8 80,0 11 91,7 10 100 29 90,6
Keperawatan 0,304
S1 Keperawatan 2 20,0 1 8,3 0 0 3 9,4
Jumlah 10 100 12 100 10 100 32 100
Berdasarkan tabel 5.11 bahwa berdasarkan latar belakang pendidikan

pada tingkat pendidikan D3 keperawatan yang memiliki pengetahuan baik


STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan 64

sebanyak 8 responden (80,0%), pengetahuan cukup sebanyak 11 responden

(91,7%) dan pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (100%). Tingkat

pendidikan S1 keperawatan hanya memiliki pengetahuan baik dan pengetahuan

cukup yaitu sebanyak 2 responden (20,0%) dan 1 responden (8,3%). Hasil uji

statistik menunjukkan nilai p value = 0,304 yang berarti tidak ada terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan

perawat tentang EWS.

Tabel 5.12. Hubungan karakteristik Perawat (Jenis Kelamin) dengan


Pengetahuan Dalam Penilaian EWS Di Ruang Perawatan
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020.
Jenis Kelamin Pengetahuan Jumlah P value
Baik Cukup Kurang
N % n % n % N %
Laki-laki 0 0 6 50,0 0 0 6 18,8
Perempuan 10 100 6 50,0 10 100 26 81,2 0,002

Jumlah 10 100 12 100 10 100 32 100


Tabel 5.12 menunjukkan bahwa perawat yang berjenis kelamin hanya

memiliki pengetahuan cukup sebanyak 6 responden (50,0%) sedangkan perawat

yang berjenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan baik sebanyak 10

responden (100%), pengetahuan cukup sebanyak 6 responden (50,0%) dan

pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (100%). Hasil uji statistik

menunjukkan nilai p-value 0,002 yang berarti ada hubungan yang signifikan

antara jenis kelamin dengan pengetahuan perawat tentang EWS.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 65

Tabel 5.13. Hubungan karakteristik Perawat (Masa Kerja) dengan


Pengetahuan Dalam Penilaian EWS Di Ruang Perawatan
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020.
Masa Pengetahuan Jumlah P value
Kerja Baik Cukup Kurang
N % N % N % N %
1-10 6 60,0 8 66,7 7 70,0 21 65,6
tahun
11-20 4 40,0 3 25,0 3 30,0 10 31,3 0,709
tahun
21-30 0 0 1 8,3 0 0 1 3,1
tahun
Jumlah 10 100 12 100 10 100 32 100
Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwa masa kerja pada rentang 1-10

tahun perawat yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 6 responden (60,0%),

pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (66,7%) dan pengetahuan kurang

sebanyak 7 responden (70,0%). Masa kerja pada rentang 11-20 tahun memiliki

pengetahuan baik sebanyak 4 responden (40,0%), pengetahuan cukup sebanyak 3

responden (25,0%) dan pengetahuan kurang sebanyak 3 responden (30,0%).

Masa kerja pada rentang 21-30 tahun perawat hanya memiliki pengetahuan

cukup sebanyak 1 responden (8,3%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p

value = 0,709 yang berarti tidak ada terdapat hubungan yang signifikan antara

masa kerja dengan pengetahuan perawat tentang EWS.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 66

5.3. Pembahasan

5.3.1 Karakteristik perawat berdasarkan umur

Diagram 5.1. Karakteristik Perawat Berdasarkan Umur Di Ruang


Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2020

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang berusia 20-40

tahun sebanyak 26 responden (81,3%) memiliki perbandingan jumlah lebih

banyak jika dibandingkan dengan responden yang berusia 41-60 tahun sebanyak

6 responden (18,8%). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan

Ludikhuize et al (2011), sebagian besar perawat berusia antara 20 – 40 tahun

dengan nilai median yaitu 28 tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Kozier (2010) dimana usia 20-40

tahun memasuki tahap usia dewasa muda. Pada usia ini individu dituntut untuk

menjalani peran baru di tempat kerja, rumah, dan masyarakat, serta

mengembangkan minat, nilai-nilai, dan sikap yang terkait dengan peran tersebut.

Pada tahap ini seseorang memiliki tingkat kematangan dan kemampuan yang

lebih dalam berpikir dan bekerja. Sedangkan usia 41-65 tahun merupakan usia

dewasa pertengahan. Pada tahap ini kemampuan kognitif dan intelektual tidak
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan 67

banyak mengalami perubahan. Waktu reaksi tidak berkurang, memori dan

kemampuan memecahkan masalah tetap sama, dan proses belajar terus berlanjut

dan dapat dikembangkan dengan motivasi yang kian meningkat.

Menurut Potter & Perry (2013) teori yang menyatakan bahwa tahapan

usia dewasa muda (20-40 tahun). Usia dewasa muda termasuk dalam usia

produktif dalam bekerja. Pengembangan kinerja pada usia produktif merupakan

suatu fase dimana seseorang berusaha mengembangkan jati diri melalui

pekerjaan atau aktifitas yang dilakukannya (Debora, 2018).

Peneliti berasumsi bahwa perbandingan proporsi yang lebih besar pada

responden dengan usia 20-40 tahun di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun

2020 karena pada rentang usia tersebut merupakan masa responden bekerja.

5.3.2 Karakteristik perawat berdasarkan tingkat pendidikan

Digram 5.2. Karakteristik Perawat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di


Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun
2020

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki

latar belakang pendidikan vokasi atau D3, yaitu sebanyak 29 orang (90,6%).

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prihati (2019), yang bertujuan

untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang early warning score dalam

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 68

penilaian dini kegawatan pasien kritis didapatkan persentase responden yang

memiliki tingkat pendidikan D3 keperawatan sebesar 74,4% jika dibandingkan

dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan S1 keperawatan lebih kecil

dengan persentase sebesar 25,6 %.

Secara teori disebutkan bahwa level pendidikan dan kurikulum

keperawatan sedang dikembangkan. Berbagai macam studi dan penelitian

dilakukan untuk mengeksplorasi kemampuan perawat untuk meningkatkan

standar pendidikan keperawatan (Robinson & Vaughan, 2011).

Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 2014, jenjang pendidikan

keperawatan di Indonesia terdiri dari pendidikan vokasi (D3) dan pendidikan

akademik (sarjana, profesi, magister, spesialis dan doktor).Berdasarkan hasil

penelitian yang diperoleh, sebagian besar perawat yang bekerja di rumah sakit

memiliki latar belakang pendidikan vokasi.

Peneliti berasumsi bahwa jumlah perawat lulusan D3 lebih banyak

dibandingkan lulusan S1 dikarenakan institusi pendidikan vokasi keperawatan

telah ada di Indonesia sejak lama dan jumlahnya cukup banyak tersebar

diseluruh daerah di Indonesia. Peneliti juga berasumsi berdasarkan data yang

diperoleh dari bagian sumber daya manusia (SDM) Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan bahwa mayoritas perawat yang bekerja lebih banyak memiliki latar

belakang pendidikan vokasi (D3 Keperawatan).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 69

5.3.3 Karakteristik perawat berdasarkan jenis kelamin

Diagram 5.3. Karakteristik Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang


Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2020

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat berjenis

kelamin perempuan, yaitu sebanyak 26 orang (81,3%) dan sisanya laki-laki

sebanyak 6 orang (18,8%). Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan

Myny et al (2012) dimana 71,2% perawat berjenis kelamin perempuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Debora (2018) menunjukkan bahwa sebanyak 88

orang perawat (98,9%) berjenis kelamin perempuan.

Proporsi jenis kelamin perempuan yang lebih banyak sesuai dengan

kenyataan di Indonesia dimana profesi tenaga kesehatan didominasi oleh

perempuan. Jumlah perawat di Indonesia jenis kelamin perempuan sebanyak

71% dan jumlah perawat jenis kelamin laki-laki sebanyak 29% (Kemenkes RI,

2017).

Peneliti berasumsi bahwa jenis kelamin perempuan lebih tertarik menjadi

perawat karena tokoh keperawatan adalah perempuan yaitu Florence Nightingale

dan perempuan juga mempunyai naluri keibuan daripada laki-laki. Peneliti juga

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 70

berasumsi karena profesi perawat lebih cenderung pada pekerjaan yang

menitikberatkan pada kepedulian dan kasih sayang.

5.3.4 Karektiristik perawat berdasarkan masa kerja

Diagram 5.4 Karektiristik Perawat Berdasarkan Masa Kerja Di Ruang


Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2020

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat telah

bekerja selama 1-10 tahun sebanyak 21 orang (65,6%). Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Prihati (2019), di dapatkan hasil lebih banyak perawat yang

telah bekerja selama 1-10 tahun (87,2%). Penelitian Douw et al (2016) di salah

satu rumah sakit tersier di Belanda menunjukkan bahwa sebesar 61% perawat

telah bekerja selama ≥ 5 tahun (n = 96). Perawat yang telah bekerja diatas

sepuluh rata-rata sudah menduduki jabatan yang cukup tinggi, seperti menjadi

kepala ruangan, wakil kepala ruangan atau perawat primer. Berdasarkan

peraturan yang mengatur terkait masa kerja perawat di Indonesia, masa kerja

perawat dengan pendidikan D3 akan berakhir pada usia 56 tahun, sedangkan

masa kerja perawat dengan pendidikan S1 akan berakhir pada usia 60 tahun.

Penelitian Suwaryo (2019) masa atau lama kerja perawat juga

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan tentang early warning score system

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 71

(EWSS). Semakin lama dan semakin banyak pengalaman yang didapat,

pengetahuannya juga akan semakin meningkat. Lamanya pengalaman kerja akan

memungkinkan berkembangnya pengetahuan perawat karena beragamnya kasus

pasien dalam kondisi gawat darurat yang dijumpai selama bertahun-tahun.

Penelitian Gunawan (2017), pengalaman kerja sehari-hari memberikan

gambaran dalam memahami asuhan keperawatan sehingga didapatkan

pengetahuan perawat tergolong baik dalam memahami asuhan keperawatan.

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan

bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman

pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

Peneliti berasumsi bahwa mayoritas masa bekerja 1-10 tahun dikarenakan

responden dalam penelitian ini adalah perawat yang sudah mengikuti simulasi

early warning score. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian sumber daya

manusia bahwa sebagian sebagian besar perawat yang mengikuti simulasi EWS

adalah perawat yang masih muda sehingga belum mempunyai pengalaman kerja

yang lama.

5.3.5 Pengetahuan perawat dalam penilaian EWS

Diagram 5.5. Pengetahuan Perawat Dalam Penilaian EWS Di Ruang


Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2020

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 72

Tingkat pengetahuan perawat merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keterampilan perawat dalam melakukan tindakan asuhan

keperawatan salah satunya dalam penerapan EWS (Suwaryo, 2019). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki pengetahuan

cukup sebanyak 12 orang (37,5%). Perawat yang memiliki pengetahuan baik dan

kurang sebanyak 10 orang (31,3%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwaryo

(2019) tentang pengetahuan perawat dalam menerapkan early warning score

system (ewss) di ruang perawatan bahwa perawat yang memiliki pengetahuan

tentang EWS sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 18 orang

(46,2%). Belum baiknya tingkat pengetahuan perawat tentang EWSS disebabkan

kurangnya pengalaman perawat yang bekerja di Ruang Dahlia dan Terate

mempunyai latar belakang pendidikan, dan lama bekerja yang berbeda-beda serta

tentang EWSS.

Penelitian yang dilakukan oleh Olang (2019) tentang nurses'knowledge of

early warning score at a private hospital in eastern Indonesia menunjukkan

bahwa perawat yang memiliki pengetahuan tentang EWS sebagian besar

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 73

memiliki pengetahuan cukup sebanyak 39 orang (81,25%). Kondisi ini mungkin

disebabkan atas inisiatif perawat untuk berpartisipasi dalam mengikuti pelatihan

EWS yang diadakan setiap bulan. Karena itu, pelatihan sangat dibutuhkan untuk

meningkatkan tingkat pengetahuan perawat yang akhirnya menghasilkan perawat

yg professional dan berkualitas di masa depan.

Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Saab et al (2017) bahwa perawat yang mengikuti pelatihan EWS memiliki

pengetahuan yang baik (21,29%) daripada perawat yang tidak mengikuti

pelatihan EWS (18,89%).

Penelitian yang dilakukan oleh Prihati (2019) bahwa sebagian besar

perawat memiliki pengetahuan cukup tentang EWS sebanyak 36 orang (/96,2%).

Penelitian yang dilakukan oleh Fiqi (2014) didapatkan hasil yaitu salah satu

faktor yang berhubungan dengan kelengkapan pengkajian keperawatan oleh

perawat di instalasi rawat inap yaitu pengetahuan perawat. Dalam penelitian ini,

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan

kelengkapan pengkajian (p = 0,000; CI = 95%; α = 0,05).

Penelitian yang dilakukan Mastini (2013) juga menunjukkan adanya

hubungan adanya pengetahuan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan

keperawatan. Kedua penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang

dimiliki seorang perawat dapat mempengaruhi kemampuan perawat dalam

melakukan pengkajian dan pendokumentasian, dimana kedua hal ini merupakan

bagian dari penerapan EWS. Penelitian Koh et al (2008) mengidentifikasi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 74

hambatan yang dipersepsikan perawat dalam melakukan tindakan keperawatan

yaitu pengetahuan dan motivasi.

Selain itu, penelitian Jansson et al (2013) yang dilakukan untuk meneliti

pengetahuan perawat tentang perawatan dalam kondisi kritis (critical care)

menunjukkan bahwa hambatan yang dialami perawat dalam menggunakan

panduan praktik klinis dalam melakukan perawatan dalam kondisi kritis antara

lain sumber, kurangnya waktu, ketidaknyamanan yang dirasakan terhadap

pasien, kurangnya keterampilan, ketidaksetujuan dengan apa yang telah

dipelajari sebelumnya, kurangnya pengetahuan, kurangnya bimbingan, kelalaian,

dianggap tidak penting dan kurangnya tenaga kesehatan.

Penelitian Jun, et al (2016) hambatan lain dalam menjalankan praktik

klinis adalah perbedaan karakteristik pasien yang dihadapi oleh perawat dan

tenaga kesehatan lainnya. Sebagai contoh, pasien anak-anak dan pasien dewasa

memiliki kondisi anatomi dan fisiologi yang berbeda. Penggunaan EWS harus

disesuaikan dengan masing-masing pasien. Indikator normal pada skoring EWS

untuk pasien anak-anak dan pasien dewasa tidak sama. Untuk mengatasi

hambatan ini, perawat perlu memiliki pengetahuan yang luas tentang kondisi

pasien (Odell, 2010).

Peneliti berasumsi bahwa Mayoritas perawat memiliki pengetahuan cukup

tentang EWS karena dirumah sakit tersebut baru menerapkan EWS dan belum

semua perawat patuh dan paham dalam pengisian lembar EWS.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 75

5.3.6 Hubungan karakteristik perawat (umur) dengan pengetahuan dalam

penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan tahun 2020.

Hasil uji statistik chi-square di peroleh nilai p= 0,746 dimana dikatakan

berhubungan jika (p<0,05), yang artinya tidak ada terdapat hubungan

karakteristik perawat (umur) dengan pengetahuan dalam penilaian EWS di ruang

perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvana

(2016) tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pengetahuan

perawat tentang EWS (p = 0,461; α = 0,05).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo

(2016) tidak ada hubungan antara umur dengan pengetahuan perawat tentang

penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien Dekompensasi Kordis RSUD Dr.

Moewardi dengan rumus Rank Spearman nilai r hitung < r tabel (0, 082 <

0,428).

Menurut Potter & Perry (2013) tahapan usia dewasa muda (20 – 40 tahun)

adalah tahapan dimana individu aktif dalam berkarir dan tahap ini merupakan

fase yang produktif untuk melakukan pekerjaan. Individu yang telah berada pada

tahapan usia dewasa tengah atau dewasa akhir umumnya memiliki tanggung

jawab dan ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang berusia

dewasa muda. Tahap usia dewasa muda adalah tahap perkembangan seseorang

dimana pada tahap ini timbul kemandirian, mulainya kompetensi, terjadi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 76

perubahan gaya hidup dan adanya hubungan dengan lingkungan disekitar

(Berman et al, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti berasumsi tidak adanya

hubungan antara umur dengan pengetahuan kemungkinan terjadi karena individu

pada tahapan rentang umur yang lebih tua dapat memperoleh pengalaman yang lebih

banyak dibandingkan individu pada tahapan dewasa muda. Kemungkinan faktor

umur tidak menjadi faktor yang mempengaruhi pengetahuan perawat di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan, yang artinya semua rentang umur perawat yang

bekerja dapat memiliki pengetahuan yang baik.

5.3.7 Hubungan karakteristik perawat (tingkat pendidikan) dengan

pengetahuan dalam penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan tahun 2020.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di ruang perawatan Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020 didapatkan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara karakteristik perawat (tingkat pendidikan) dengan

pengetahuan. Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji chi-square di

dapatkan nilai signifikasi p-value sebesar 0,304 lebih besar dari 0,05 berarti Ha

ditolak, HO diterima yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan.

Jumlah perawat berdasarkan latar belakang pendidikan pada tingkat

pendidikan D3 keperawatan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 8

responden (80,0%), pengetahuan cukup sebanyak 11 responden (91,7%) dan

pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (100%). Tingkat pendidikan S1

keperawatan hanya memiliki pengetahuan baik dan pengetahuan cukup yaitu

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 77

sebanyak 2 responden (20,0%) dan 1 responden (8,3%). Penelitian yang

dilakukan oleh Silvana (2016) tentang hubungan antara karakteristik perawat

dengan tingkat pengetahuan tentang early warning score di Irna Prof. Dr.

Soelarto RSUP Fatmawati Jakarta bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang EWS (p = 0,942; α =

0,05).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo

(2016) tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan

perawat tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien dekompensasi

kordis dengan nilai r hitung < r tabel (0,290<0,428).

Penelitian yang dilakukan oleh Odell et al (2009) menunjukkan bahwa

edukasi yang diperoleh tenaga kesehatan dapat mempengaruhi tenaga kesehatan

dalam melakukan deteksi dan penanganan perburukan kondisi pasien. Tingkat

pendidikan seseorang individu akan berpengaruh pada cara pikir, sikap, perilaku

dan respons yang datang dari luar.

Pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan

pengetahuan. Pengetahuan seorang perawat bervariasi tergantung pola

pendidikan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan perkembangan dari ilmu

keperawatan, kedalaman dan luasnya ilmu pengetahuan akan mempengaruhi

kemampuan perawat untuk berpikir kritis dalam melakukan tindakan

keperawatan (Eriawan, Wantiyah, & Ardiana, 2013).

Peneliti berasumsi bahwa tidak adanya hubungan antara karakteristik

perawat berdasarkan tingkat pendidikan dengan pengetahuan dalam penilaian

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 78

EWS karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya

adalah motivasi. Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak

yang berasal dari dalam diri seseorang dengan cara menghargai pengetahuan

mereka, keadaan ini tergantung dari motivasi perawat dalam mengaplikasikan

ilmu yang didapat dari pendidikannya. Peneliti juga berasumsi bahwa perawat

dalam penelitian ini dengan tingkat pendidikan vokasi (D3 Keperawatan) lebih

banyak dibandingkan perawat dengan tingkat pendidikan professional (S1

keperawatan).

5.3.8 Hubungan karakteristik perawat (jenis kelamin) dengan

pengetahuan dalam penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan tahun 2020.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diruang perawatan Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020 didapatkan bahwa perawat yang

berjenis kelamin hanya memiliki pengetahuan cukup sebanyak 6 responden

(50,0%) sedangkan perawat yang berjenis kelamin perempuan memiliki

pengetahuan baik sebanyak 10 responden (100%), pengetahuan cukup sebanyak

6 responden (50,0%) dan pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (100%).

Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai

signifikasi p-value sebesar 0,002 lebih kecil dari pada 0,05 (0,002<0,05)

sehingga dapat disimpulkan HO ditolak sehingga Ha diterima berarti ada

hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 79

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Silvana (2016), menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin perawat dengan tingkat

pengetahuan tentang Early Warning Score (p = 0,009; CI = 95%; α = 0,05).

Persentase perawat berjenis kelamin perempuan yang memiliki

pengetahuan baik jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Hasil ini

sesuai dengan penelitian Quiros et al (2007) yang hasilnya menunjukkan bahwa

tenaga kesehatan berjenis kelamin perempuan memiliki sikap dan pengetahuan

yang lebih baik dibandingkan tenaga kesehatan yang berjenis kelamin laki-laki.

Penelitian tersebut juga menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin

dengan pengetahuan tenaga kesehatan dengan nilai p value = 0,001.

Hasil penelitian Akhlaq (2014) yang menunjukkan bahwa perempuan

memiliki tingkat motivasi berdasarkan hierarki Maslow yang lebih tinggi untuk

memasuki pendidikan kesehatan dibandingkan dengan laki-laki.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara

otak laki-laki dan otak perempuan. Penelitian Kattenburg (2013) menunjukkan

bahwa konektivitas antar neuron pada otak perempuan lebih bervariasi.

Sedangkan konektivtas antara neuron pada otak laki-laki lebih terspesialisasi,

sehingga lebih rentan. Selain itu, kemampuan otak perempuan dalam memproses

suatu informasi 5 kali lebih cepat dibandingkan dengan otak laki- laki. Otak

perempuan menjalankan fungsinya secara lebih efisien (Naish, 2013). Kondisi

ini memungkinkan otak perempuan memiliki kemampuan inteligensi yang sama

besarnya dengan laki-laki walaupun perempuan memiliki otak yang lebih kecil

8% daripada otak laki-laki.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 80

Peneliti berasumsi bahwa adanya hubungan karakteristik perawat

berdasarkan jenis kelamin dengan pengetahuan dalam penilaian EWS karena

jenis kelamin perempuan lebih tertarik pada profesi perawat daripada laki-laki,

sehingga jumlah perawat perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hal

tersebut yang dapat mempengaruhi ketertarikan seseorang dalam mendalami

pengetahuan tentang keperawatan.

5.3.9 Hubungan karakteristik perawat (masa kerja) dengan pengetahuan

dalam penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan tahun 2020.

Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh

nilai p=0,560 lebih besar dari pada 0,05 (0,560>0,05) sehingga dapat

disimpulkan Ha ditolak sehingga HO diterima berarti tidak ada hubungan yang

bermakna antara karakteristik perawat (masa kerja) dengan pengetahuan dalam

penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun

2020.

Penelitian Jansson et al (2013) di Finlandia yang dilakukan untuk meneliti

pengetahuan perawat tentang perawatan dalam kondisi kritis (critical care)

menunjukkan bahwa perawat yang telah bekerja > 5 tahun memiliki nilai

pengetahuan yang lebih tinggi (rata-rata 60,4% jawaban benar) dibandingkan

dengan perawat yang bekerja < 5 tahun (rata-rata 53,8% jawaban benar).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo

(2016), tidak ada hubungan antara lama kerja dengan pengetahuan perawat

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 81

tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien dekompensasi kordis

dengan r hitung < r tabel (0,254 < 0,428).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvana

(2016) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama bekerja dengan

tingkat pengetahuan (p = 0,713; α = 0,05).

Semakin lama perawat bekerja, maka secara tidak langsung perawat akan

memiliki relasi kerja di lingkungan kesehatan yang semakin banyak. Kondisi ini

memungkinkan antar perawat untuk saling bertukar informasi mengenai hal-hal

medis yang dapat membantu perawat dalam memahami sesuatu dan

mengaplikasikannya dalam tindakan keperawatan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Scott et al (2003) di

Australia untuk meneliti sikap perawat dalam menggunakan panduan praktisi

klinis, hasilnya menunjukkan bahwa perawat mempelajari panduan praktik klinis

melalui diskusi bersama dengan kolega perawat lainnya (p < 0,003).

Ketika perawat mempersepsikan bahwa suatu panduan praktik klinis

bermanfaat dan sesuai untuk digunakan, perawat yang satu akan mendorong

perawat yang lainnya untuk menggunakan panduan tersebut (McCluskey et al,

2013).

Peneliti berasumsi bahwa semakin lama seseorang bekerja semakin

terampil dan berpengalaman melaksanakan pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat

dari perawat senior berdasarkan lama bekerja yang dijadikan sebagai teman

untuk bertukar informasi atau sebagai acuan dalam memperoleh pengetahuan.

Tetapi perawat yang bekerja baru lebih cenderung antusias dalam melakukan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 82

tindakan dan mempunyai pengetahuan yg terbaru seiring berkembangnya

pengetahuan keperawatan. Peneliti juga berasumsi bahwa penerapan EWS ini

baru diaplikasikan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2019

sehingga perawat yang sudah lama bekerja dan yang baru bekerja akan memiliki

pengetahuan yang sama tentang EWS.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 83

BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Pada bagian akhir penelitian ini, peneliti memaparkan beberapa simpulan

yang dapat diambil dan saran yang didasarkan pada temuan hasil penelitian.

Secara umum peneliti menyimpulkan bahwa Hubungan karakteristik perawat

dengan pengetahuan dalam penilaian early warning score di ruang perawatan

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020. Secara lebih khusus peneliti

dapat menarik simpulan sebagai berikut.

1. Responden berjumlah 32 perawat dengan karakteristik sebagai berikut:

sebagian besar berada pada tahapan rentang umur 24-30 tahun sebanyak 15

orang (46,9%), sebagian besar perawat memiliki latar belakang tingkat

pendidikan D3-Keperawatan sebanyak 29 orang (90,6%), jenis kelamin

perawat mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 orang (81,3%),

sebagian besar perawat memiliki masa kerja 1-8 tahun sebanyak 15 orang

(46,9%).

2. Pengetahuan perawat dalam penilaian EWS adalah sebagai berikut perawat

yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 10 orang (31,3%), pengetahuan

cukup sebanyak 12 orang (37,5%), dan pengetahuan kurang sebanyak 10

orang (31,3%).

3. Terdapat hubungan antara karakteristik perawat berdasarkan jenis kelamin

dengan pengetahuan dalam penilaian EWS p < 0,05 yaitu 0,002. Tidak ada

hubungan antara karakteristik perawat berdasarkan umur dengan

pengetahuan dalam penilaian EWS (p > 0,05 yaitu 0,746), tidak ada

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 84

hubungan antara karakteristik perawat berdasarkan tingkat pendidikan

dengan pengetahuan dalam penilaian EWS (p > 0,05 yaitu 0,304), dan

tidak ada hubungan antara karakteristik perawat berdasarkan masa kerja

dengan pengetahuan dalam penilaian EWS (p > 0,05 yaitu 0,560).

6.2 Saran

6.2.1 Bagi perawat

Hasil penelitian ini hendaknya dijadikan acuan bagi perawat untuk lebih

meningkatkan pengetahuan perawat dalam penilaian early warning score,

hendaknya perawat patuh dalam pendokumentasian hasil observasi tanda-tanda

vital pasien berdasarkan standar operasional prosedur dan mengikuti panduan

klinis yang sudah ada supaya dapat melakukan pendeteksian dini perburukan

keadaan klinis pasien sehingga cepat dan tanggap dalam menangani pasien yang

mengalami keadaan gawat darurat.

6.2.2 Bagi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang

early warning score terhadap perawat misalnya memotivasi perawat dalam

melakukan pendokumentasian keperawatan, dan melakukan evaluasi terhadap

pendokumentasian keperawatan serta menyusun SOP penggunaan early warning

score untuk semua jenis pasien, yaitu anak-anak, maternitas dan lansia.

6.2.3 Bagi institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai materi bahan ajar dalam

mata kuliah keperawatan dalam gawat darurat. Sehingga saat praktek di lapangan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 85

baik di rumah sakit, klinik atau dilahan praktek yang lain dapat mengetahui

tanda-tanda keadaan klinis gawat darurat dengan menerapkan early warning

score.

6.2.4 Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian ini dapat berguna

sebagai bahan referensi dan acuan juga dapat mengembangkan penelitian ini

dengan meneliti pengaruh implementasi early warning score dengan kejadian

code blue di Rumah Sakit.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 86

DAFTAR PUSTAKA

Abadiyah, R., & Isnaini, N. (2017). Human Relation, Bornout Dan Self
Efficacy Dengan Kinerja Perawat Di Rs Muhammadiyah Siti
Khodijah Sepanjang Sidoarjo. Prosiding Tantangan Bisnis Era
Digital, 1(1).
Aitken, L.H., Cimioti, J.P, Sloane, D.M., Smith, H.L., Flynn, L., & Donna, F.
(2011). The effect of nurse staffing and nurse education on patient
deaths in hospital with different nurse works environments. Med.
Care, 49(12), 1047- 1053.

Akhlaq, B.A. (2014). Study on the self esteem and strength of motivation of
medical students. International Journal of Bussiness, Humanities and
Technology, 4(5), 58-63.

Alexander, G., Hopcraft, M. S., Tyas, M. J., & Wong, R. H. K. (2017).


Dentists' restorative decision‐making and implications for an
„amalgamless‟ profession. Part 5: knowledge factors. Australian
dental journal, 62(4), 440-452.

Berman, Audrey, Snyder, Shirlee J., Kozier, Barbara, & Erb, Glenora. (2008).
Kozier & Erb’s Fundamentals of nursing: concepts, process, and
practice (8th ed.). New Jeyser: Pearson Education, Inc

BKKBN, BPS, Kesehatan, K., & Internasional, I. (2013). Indonesia


Demographic and Health Survey 2012. Jakarta: Adolescent
Reproductive Health.

Buist, M. (2008). The rapid response team paradox: why doesn’t anyone call
for help? Crit Care Med, 36, 634-636.

Creswell, J. W. (2009). Research Design: Qualitative, Qantitative, and Mixed


Methods Approaches. USA: SAGE Publication.

Critical Care Stakeholder Forum. (2005). Quality critical care: beyond


“comprehensive critical care”. London: DH

Dame, R. B., Kumaat, L. T., & Laihad, M. L. (2018). Gambaran Tingkat


Pengetahuan Perawat Tentang Code Blue System di RSUP Prof. Dr.
RD Kandou Manado. e-CliniC, 6(2).

Debora, E., Dewi, W. N., & Dewi, Y. I. (2017). Hubungan pengetahuan


perawat tentang kejadian nyaris cedera dengan sikap melaporkan
kejadian nyaris cedera. Jurnal Ners Indonesia, 8(2), 99-109.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 87

Duncan, K. D., McMullan, C., & Barbara, M. (2015). Early warning. Biologist,
61(6), 28–31.

Elliott, M., & Coventry, A. (2012). Critical care: The eight vital signs of
patient monitoring. British Journal of Nursing, 21(10), 621–625.
https://doi.org/10.12968/bjon.2012.21.10.621

Eriawan, R. D., Wantiyah, & Ardiana, A. (2013). Hubungan Tingkat


Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Keperawatan pada Pasien
Pasca Operasi dengan General Aenesthesia di Ruang Pemulihan IBS
RSD Dr. Soebandi Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, 1(1), 54–61.
Retrieved from https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/arti
cle/view/520

Fiqi, Fahmi Fazrul. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kelengkapan pengkajian keperawatan oleh eprawat primer di instalasi
rawat inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
[Skripsi]. Purworejo: Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman.

Georgaka, D., Mparmparousi, M., & Vitos, M. (2012). Early warning systems.
Environmental Tracking for Public Health Surveillance, 7, 333–343.
https://doi.org/10.1201/b12680-12

Grove, S. K. (2015). Understanding Nursing Research Building an Evidence


Based Practice 6th Edition. China : Elseiver.

Gunawan, G., Anjaswarni, T., & Sarimun, S. (2017). Hubungan Antara


Pengetahuan Dengan Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan
Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat Ii
Dr. Soepraoen Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 2(2).

Ilyas, Yaslis. Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian, FKM UI, Depok. 1999.

Jansson, M., Ala-Kokko, T., Ylipalosaari, P., Syrjala, H., & Kyngas, H. (2013).
Critical care nurses‟ knowledge of, adherence to and barriers
towards evidence-based guidelines for the Prevention of ventilator-
associated pneumonia – a survey study. Intensive Crit. Care Nurs,
29(4), 216-227.

Jun, J., Kovner, C.T., & Stimpfel, A.W. (2016). Barriers and facilitators of
nurses‟ use of clinical practice guidelines: An integrative review.
International Journal of Nursing Studies, 60, 54-68.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 88

Karo. (2018). Caring Behavior Of Indonesian Nurses Towards An Enhanced


Nursing Practice. Disertasi unpublish Cagaya : St. Paul University
Philipanes

Kattenburg, David. (2016). Neurosciences explore differences in male and


female brains.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Situasi Tenaga Keperawatan,


(http://bppsdmk.kemkes.go.id) (diakses 22 januari 2020).

Koh, S.S.L., Manias, E., Hutchinson, A.M., Donath, S., & Johnston, L. (2008).
Nurses‟ perceived barriers to the implementation of a fall
prevention clinical practice guideline in Singapore hospitals.
BMC Health Serv. Res, 8, 105. http://dx.doi.org/10.1186/1472-
6963-8-105.

Kozjek, D., & Ovsenik, M. (2016). Knowledge factors and their impact on the
organisation. RUO. Revija za Univerzalno Odlicnost, 5(4), 283.

Kozier, Erb , Berman, dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.


Konsep, Proses, & Praktik. Edisi 7.Volume 1.Jakarta: EGC.

Lestari, T (2015). Kumpulan teori untuk kajian pustaka penelitian kesehatan.


Yogyakarta : Nuha medika.

Liaw, S. Y., Scherpbier, A., Klainin-Yobas, P., & Rethans, J. J. (2011). A


review of educational strategies to improve nurses’ roles in recognizing
and responding to deteriorating patients. International Nursing Review,
58(3), 296–303. https://doi.org/10.1111/j.1466-7657.2011.00915.x

Liswati. (2015). Skripsi: Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Early


Warning Score (EWS) di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.
Depok: Universitas Indonesia. (Diakses Pada Tanggal 19 Januari
2020).

Mastini, I. Gusti A.A.P. (2013). Hubungan pengetahuan, sikap dan beban


kerja dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di
IRNA RSUP Sanglah Denpasar [Tesis]. Denpasar: Universitas
Udayana.

McCluskey, A., Vratsistas-Curto, A., & Schurr, K. (2013). Barriers and


enablers to implementing multiple stroke guideline recommendations:
a qualitative study. BMC Health Serv. Res, 13, 323-336. http://
dx.doi.org/10.1186/1472- 6963-13-323

Naish, John. (2013). Men’s and women’s brains.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 89

National Health Service Trust. (2015). The deteriorating patient policy:


general policy no. 50. London: NHS Trust.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nursalam (2020). Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika

Odell, M. (2010). Are early warning scores the only way to rapidly detect and
manage deterioration? Nursing Times, 106(8), 24-6.

Odell, M., Victor, C., & Oliver, D. (2009). Nurses’ role in detecting
deterioration in ward patients: Systematic literature review. Journal of
Advanced Nursing, 65(10), 1992–2006. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2648.2009.05109.x

Olang, J., Manik, M. J., & Simamora, O. (2019). Nurses‟knowledge Of Early


Warning Score At A Private Hospital In Eastern Indonesia. Nursing
Current Jurnal Keperawatan, 7(1), 9-15.

Polit & Beck. (2011). Resource Manual For Nursing Research.Generatingand


Assessing Evidencefor Nursing Practice. NinthEdition. USA : Lippincott.

Polit & Beck. (2012). Resource Manual For Nursing Research.Generatingand


Assessing Evidencefor Nursing Practice. NinthEdition. USA : Lippincott.

Potter & Perry. (2010) . Fundamentals of Nursing.Fundamental


Keperawatan.Buku 2. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin, Stockert, Patricia A., & Hall, Amy M.
(2013). Fundamentals of nursing (8th ed.). St. Louis: Elsevier Mosby.

Prihati, D. R., & Wirawati, M. K. (2019). Pengetahuan Perawat Tentang Early


Warning Score Dalam Artikel Riwayat Artikel Nurses ‟ Knowledge
About Early Warning Score In The Early Assessment Of The
Emergency Of Critical Patients. 11, 237–242.

Quiros, D., Lin, S., & Larson, E. (2007). Attitudes toward practice guidelines
pamong intensif care unit personel: a cross-sectional anonymous
survey. Heart Lung, 36, 287-297.Rašič, K., Mulej, M., & Čančer, V.
(2016). The Influential Knowledge Factors of Companies‟ Performance
in Slovenia. Business Systems Research Journal, 7(1), 46-58.

Robinson, K. dan Vaughan, B. (2011). Knowledge for nursing practice.


Wildwood Aveneu: A Division of Reed Educational and Professional

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 90

Publishing Ltd.

Royal College of Physicians. (2012). National Early Warning Score ( NEWS ) -


Standardising the assessment of acute-illness severity in the NHS.
Report of a working party (Issue July).

Royal College of Physicians. (2017). National Early Warning Score National


Early Warning Score ( NEWS ) 2 (Issue December).

Saab, M. M., McCarthy, B., Andrews, T., Savage, E., Drummond, F. J.,
Walshe, N., ... & Hegarty, J. (2017). The effect of adult Early Warning
Systems education on nurses’ knowledge, confidence and clinical
performance: A systematic review. Journal of advanced nursing,
73(11), 2506-2521.

Scott, I.A., Buckmaster, N.D., & Harvey, K.H. (2003). Clinical practice
guidelines: perspectives of clinicians in Queensland public hospitals.
Intern. Med. J., 33, 273-279.

Silvana, S., & Adam, M. (2016). Tingkat Pengetahuan Tentang Early Warning
Score Pendahuluan. 1–16.

Siu, F. L. C., & Chu, S. K. W. (2017). Factors influencing knowledge transfer


among internship students using Facebook. Asia Pacific Journal of
Contemporary Education and Communication Technology.

Smeltzer, C. S., Bare, G. B., Hinkle, L. J., & Cheever, H. K. (2010). Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing. Volume 1. In
Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Subhan, N., Giwangkencana, G. W., Prihartono, M. A., & Tavianto, D. (2019).


Implementasi Early Warning Score pada Kejadian Henti Jantung di
Ruang Perawatan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang Ditangani
Tim Code Blue Selama Tahun 2017. 7(1), 33–41.

Suwaryo, P. A. W., Sutopo, R., & Utoyo, B. (2019). Pengetahuan Perawat


Dalam Menerapkan Early Warning Score System (Ewss) Di Ruang
Perawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 15(2), 64-73.

Tambunan, Kasim. (2012). Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi Mahasiswa


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tourangeau, A.E., Giovannetti, P., Tu, J.V, & Wood, M. (2002). Nursing-
related determination of 30-mortality for hospital patients. Can. J.
Nurs. Res., 33(4), 71-88.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 91

Wawan, A., & M, Dewi. (2018). Teori & Pengukuran: Pengetahuan, Sikap
Dan Perilaku Manusia, Dilengkapi dengan Kuesioner. Yogyakarta:
Nuhamedika.
Wheatley, I. (2006). The nursing practice of taking level 1 patient observations.
Intensive Crit Care Nurs, 22(2), 115-21.

Widiastuti, L., Rafikoh, A., Rahayu, B & Zulkarnain. (2017). Efektifitas Early
Warning Score Dalam Deteksi Kegawatdaruratan Di Trauma
Center Rumkital Dr. Midiyato S Tanjungpinang. Jurnal Keperwatan
Vol. 7 N0.2.

Widodo. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan


Perawat Tentang Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Pasien
Dekompensasi Kordis Di Ruang ICVCU RSUD Dr.Moewardi. Jurnal
Keperawatan Global, 1(2), 55–103. Retrieved from
http://jurnal.poltekkessolo.ac.id/index.php/JKG/article/view/261

www.bpkp.go.id. (2009).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 92

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada Yth,
Calon responden penelitian
Di tempat
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Dengan hormat,
Dengan perantaraan surat ini saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Risca Manullang


NIM : 032016035
Alamat : Jln. Bunga Terompet Pasar VIII No. 118 Medan Selayang

Mahasiswi Program Studi Ners Tahap Akademik di STIKes Santa


Elisabeth Medan yang bermaksud mengadakan penelitian dengan judul
“Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Pengetahuan Dalam Penilaian
Early Warning Score Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2020 ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data
atau informasi tentang karakteristik perawat mengenai pengetahuan dalam
penilaian early warning score. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
tidak akan menimbulkan kerugian terhadap calon responden, segala informasi
yang diberikan oleh responden kepada peneliti akan dijaga kerahasiannya, dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian semata. Peneliti sangat
mengharapkan kesediaan individu untuk menjadi responden dalam penelitian
ini tanpa adanya ancaman dan paksaaan.
Apabila bapak/ibu/sdra/sdri bersedia untuk menjadi responden dalam
penelitian ini, peneliti memohon kesediaan responden untuk menandatangani
surat persetujuan menjadi responden dan bersedia untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan peneliti guna pelaksanaan penelitian. Atas segala perhatian
dan kerjasama dari seluruh pihak saya mengucapkan banyak terima kasih.

Hormat saya,

Risca Manullang

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 93

INFORMED CONSENT
(Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama (inisial) :
Umur :
Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang akan dilakukan


oleh mahasiswa Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan, yang
bernama Risca Manullang dengan judul “Hubungan Karakteristik Perawat
Dengan Pengetahuan Dalam Penilaian Early Warning Score Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020”. Saya akan
memberikan informasi yang benar terhadap apa yang diminta atau ditanyakan
oleh peneliti, karena saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat
fatal dan merugikan.
Demikanlah surat penyataan ini saya buat untuk dapat di gunakan
sebagaimana mestinya.

Medan, Maret 2020


Responden

----------------------------------
-

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 94

KUESIONER PENELITIAN

Nomor Kode : (diisi peneliti)


A.Karakteristik Perawat
1. Umur responden: ......
2. Tingkat pendidikan: S1 Keperawatan

D3 Keperawatan

SPK

3. Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan

4. Masa bekerja: .......

B. PENGETAHUAN TENTANG EARLY WARNING SCORE (EWS)


No Pernyataan Benar Salah
Definisi
1 Early Warning Score (EWS) adalah sistem observasi dalam bentuk penskoran √
untuk mendeteksi risiko perburukan/kegawatan pasien.
2 PEWS (Pediatric Early Warning Score) merupakan salah satu sistem penskoran √
EWS yang telah dimodifikasi untuk dipergunakan pada pasien anak.
3 Early Warning Score (EWS) memiliki 6 parameter fisik meliputi tekanan darah, √
frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, suhu, saturasi oksigen dan tingkat kesadaran.
Indikasi Penggunaan EWS
4 Early Warning Score (EWS) digunakan pada semua pasien yang dirawat di RS √
baik di ruang perawatan penyakit dalam maupun bedah.
5 Early Warning Score (EWS) tidak perlu digunakan pada unit pelayanan khusus √
seperti ICU dan ruang bersalin.
6 Pasien yang direncanakan pulang perlu dilakukan penskoran EWS. √
7 Pasien rawat jalan tidak perlu dilakukan penskoran EWS. √
8 Skoring EWS hanya dilakukan pada pasien gawat darurat dan ruang ICU √
9 Pasien dengan One Day Care (ODC) perlu dilakukan penskoran EWS. √
Parameter Fisik dalam Early Warning Score (EWS)
10 Pengukuran frekuensi pernapasan merupakan salah satu parameter penskoran √
EWS.
11 Peningkatan atau penurunan suhu yang ekstrim dapat mempengaruhi nilai skor √
EWS.
12 Urin output tidak termasuk dalam penskoran EWS, akan tetapi masuk dalam √
kriteria penskoran EWS yang telah dimodifikasi.
13 Pasien yang tidak berespon secara verbal, motorik dan visual disebut √
unresponsive.
14 Pemantauan urin output tidak mengindikasikan adanya resiko defisit volume √
cairan.
15 Usia tidak berpengaruh dalam skoring EWS. √
16 Penilaian skor EWS dipengaruhi oleh faktor suku, gaya hidup dan kegemukan. √
17 Kehamilan mempengaruhi penskoran EWS √
18 Pengkajian nyeri merupakan parameter tambahan dalam penskoran EWS. √
19 Penskoran EWS harus memperhatikan tingkat kesadaran pasien. √
20 Saturasi oksigen merupakan salah satu parameter untuk menentukan skor EWS. √
21 Tekanan darah sistole dibawah 90 mmHg dapat mempengaruhi jumlah skor EWS. √
Kategori Penilaian EWS

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 95

22 Penilaian skor EWS dikategorikan menjadi 2 yaitu risiko rendah dan resiko tinggi. √
23 Kategori risiko rendah adalah jumlah skor EWS 1-5. √
24 Tekanan darah 140/90 mmHg diberikan skor 0. √
25 Frekuensi nadi 120x per menit diberikan skor 2. √
26 Jika hasil frekuensi nadi : 90x/menit, suhu:38,50C, frekuensi pernafasan: √ (3)
18x/menit, tekanan darah : 150/90 mmHg, saturasi oksigen : 93 %, dan pasien
composmentis, maka total nilai EWS 5.
27 Pasien dengan frekuensi nadi 40x per menit dapat diberikan nilai skor 2. √
28 Nilai saturasi oksigen diberikan skor 2 pada rentang nilai 92-93%. √ (1)
29 Jika pasien koma, tekanan darah : 100/60 mmHg, frekuensi nadi : 85x/menit, √ (13)
suhu: 40,10C, frekuensi pernafasan: 7x/menit, dan saturasi oksigen: 75% maka
total skor EWS 5.
30 Jika tekanan darah: 90/60 mmHg, suhu : 35,6oC, frekuensi pernafasan: 8x/menit,
frekuensi nadi: 55x/menit, saturasi oksigen: 84% dan kesadaran somnolen maka √ (8)
total
skor EWS 7.
31 Kategori risiko sedang jika frekuensi nadi: 80x/menit, tekanan √ (2)
darah:100/50mmHg, suhu:38oC, frekuensi pernafasan:16x/menit, saturasi
oksigen:100%, dan pasien composmentis.
32 Cara mengukur skor EWS pada pasien dewasa bedah berbeda dengan pasien √
obstetri dan ginekologi.
Peran Perawat Dalam Early Warning Score (EWS)
33 Perawat melakukan evaluasi ulang terhadap skor EWS jika pasien berada pada √
kategori risiko rendah.
34 Jika skor EWS lebih dari 6 maka perawat tidak perlu memanggil tim gawat √
darurat.
35 Jika skor EWS 4 maka perlu dilakukan observasi tiap 2 jam. √
36 Penskoran EWS digunakan setiap waktu dan selama perawat berdinas. √
37 Penskoran EWS dilakukan setiap 4 jam. √
38 Penskoran EWS tidak berhubungan dengan patient safety. √
39 Fungsi perawat primer dalam penskoran EWS yaitu bertanggung jawab dalam √
pengambilan keputusan medis.
40 Penskoran EWS tidak perlu dievaluasi apabila tanda-tanda vital pasien telah √
mengalami perbaikan.
41 Jika skor EWS 4 sampai 5 maka perawat primer melakukan pengkajian ulang dan √
menilai skor EWS.
42 Jika kondisi pasien tidak membaik selama 30 menit setelah dilakukan tindakan √
resusitasi maka perlu rujuk ICU.
43 Perawat berperan penting dalam penskoran EWS untuk meminimalkan perburukan √
(deterioration) dan kematian mendadak (sudden death).
44 Penskoran EWS merupakan bagian dari asuhan keperawatan. √

Standarisasi Early Warning Score (EWS)


45 Sistem observasi menggunakan EWS memiliki kekuatan hukum yang kuat dan √
dapat dipertanggung jawabkan.
46 Pelatihan tentang penggunaan EWS tidak perlu diberikan pada perawat baru. √
47 Studi tentang EWS hanya perlu dilakukan oleh semua perawat primer. √
48 Penskoran EWS mengharuskan perawat berpikir kritis. √
49 Penskoran EWS tidak perlu didokumentasikan setiap pergantian Shift. √
50 Penskoran EWS tidak bersifat universal, sehingga dapat dibaca dan √
dikomunikasikan pada semua tenaga medis.
Sumber: Liswati, (2015).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 96

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT


DENGAN PENGETAHUAN DALAM PENILAIAN EARLY WARNING
SCORE DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH
MEDAN TAHUN 2020

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-40 tahun 26 81.3 81.3 81.3

41-60 tahun 6 18.8 18.8 100.0

Total 32 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan
Cumulati
ve
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid D3 KEPERAWATAN 29 90.6 90.6 90.6

S1 KEPERAWATAN 3 9.4 9.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 6 18.8 18.8 18.8

Perempuan 26 81.3 81.3 100.0

Total 32 100.0 100.0

Masa Bekerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1-10 tahun 21 65.6 65.6 65.6

11-20 tahun 10 31.3 31.3 96.9

21-30 tahun 1 3.1 3.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 97

Kategori Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pengetahuan Baik 10 31.3 31.3 31.3

Pengetahuan Cukup 12 37.5 37.5 68.8

Pengetahuan Kurang 10 31.3 31.3 100.0

Total 32 100.0 100.0

Umur Responden * Kategori Pengetahuan Crosstabulation


Kategori Pengetahuan

Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan


Baik Cukup Kurang Total

Umur 20-40 Count 7 10 9 26


Responden tahun Expected Count 8.1 9.8 8.1 26.0

% within Umur Responden 26.9% 38.5% 34.6% 100.0%

% within Kategori
70.0% 83.3% 90.0% 81.3%
Pengetahuan

% of Total 21.9% 31.3% 28.1% 81.3%

41-60 Count 3 2 1 6
tahun Expected Count 1.9 2.3 1.9 6.0

% within Umur Responden 50.0% 33.3% 16.7% 100.0%

% within Kategori
30.0% 16.7% 10.0% 18.8%
Pengetahuan
% of Total 9.4% 6.3% 3.1% 18.8%
Total Count 10 12 10 32

Expected Count 10.0 12.0 10.0 32.0

% within Umur Responden 31.3% 37.5% 31.3% 100.0%


% within Kategori
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Pengetahuan

% of Total 31.3% 37.5% 31.3% 100.0%

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 98

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)

Pearson Chi-Square 1.368a 2 .505


Likelihood Ratio 1.353 2 .509
Linear-by-Linear Association 1.272 1 .259
N of Valid Cases 32

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1.88.

Tingkat Pendidikan * Kategori Pengetahuan Crosstabulation

Kategori Pengetahuan

Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan


Baik Cukup Kurang Total

Tingkat D3 Count 8 11 10 29
Pendidikan KEPERAWATAN Expected Count 9.1 10.9 9.1 29.0

% within Tingkat 100.0


27.6% 37.9% 34.5%
Pendidikan %

% within
90.6
Kategori 80.0% 91.7% 100.0%
%
Pengetahuan

% of Total 90.6
25.0% 34.4% 31.3%
%

S1 Count 2 1 0 3
KEPERAWATAN Expected Count .9 1.1 .9 3.0

% within Tingkat 100.0


66.7% 33.3% 0.0%
Pendidikan %

% within
Kategori 20.0% 8.3% 0.0% 9.4%
Pengetahuan

% of Total 6.3% 3.1% 0.0% 9.4%


Total Count 10 12 10 32

Expected Count 10.0 12.0 10.0 32.0

% within Tingkat 100.0


31.3% 37.5% 31.3%
Pendidikan %

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 99

% within
100.0
Kategori 100.0% 100.0% 100.0%
%
Pengetahuan

% of Total 100.0
31.3% 37.5% 31.3%
%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)

Pearson Chi-Square 2.379a 2 .304


Likelihood Ratio 3.020 2 .221
Linear-by-Linear Association 2.280 1 .131
N of Valid Cases 32

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .94.

Jenis Kelamin * Kategori Pengetahuan Crosstabulation


Kategori Pengetahuan

Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan


Baik Cukup Kurang Total

Jenis Laki-laki Count 0 6 0 6


Kelamin Expected Count 1.9 2.3 1.9 6.0

% within Jenis
0.0% 100.0% 0.0% 100.0%
Kelamin

% within Kategori
0.0% 50.0% 0.0% 18.8%
Pengetahuan

% of Total 0.0% 18.8% 0.0% 18.8%

Perempua Count 10 6 10 26
n Expected Count 8.1 9.8 8.1 26.0

% within Jenis
38.5% 23.1% 38.5% 100.0%
Kelamin

% within Kategori
100.0% 50.0% 100.0% 81.3%
Pengetahuan

% of Total 31.3% 18.8% 31.3% 81.3%


Total Count 10 12 10 32

Expected Count 10.0 12.0 10.0 32.0

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 100

% within Jenis
31.3% 37.5% 31.3% 100.0%
Kelamin

% within Kategori
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Pengetahuan

% of Total 31.3% 37.5% 31.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 12.308 2 .002
Likelihood Ratio 14.249 2 .001
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000
N of Valid Cases 32

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1.88.
Masa Bekerja * Kategori Pengetahuan Crosstabulation
Kategori Pengetahuan

Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan


Baik Cukup Kurang Total

Masa 1-10 Count 6 8 7 21


Bekerja tahun Expected Count 6.6 7.9 6.6 21.0

% within Masa Bekerja 28.6% 38.1% 33.3% 100.0%

% within Kategori
60.0% 66.7% 70.0% 65.6%
Pengetahuan

% of Total 18.8% 25.0% 21.9% 65.6%

11-20 Count 4 3 3 10
tahun Expected Count 3.1 3.8 3.1 10.0

% within Masa Bekerja 40.0% 30.0% 30.0% 100.0%

% within Kategori
40.0% 25.0% 30.0% 31.3%
Pengetahuan

% of Total 12.5% 9.4% 9.4% 31.3%

21-30 Count 0 1 0 1
tahun Expected Count .3 .4 .3 1.0

% within Masa Bekerja 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%

% within Kategori
0.0% 8.3% 0.0% 3.1%
Pengetahuan

% of Total 0.0% 3.1% 0.0% 3.1%

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 101

Total Count 10 12 10 32

Expected Count 10.0 12.0 10.0 32.0

% within Masa Bekerja 31.3% 37.5% 31.3% 100.0%

% within Kategori
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Pengetahuan

% of Total 31.3% 37.5% 31.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 2.146 4 .709
Likelihood Ratio 2.433 4 .657
Linear-by-Linear Association .163 1 .686
N of Valid Cases 32

a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .31.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 102

SURAT ETIK PENELITIAN

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 103

SURAT PERMOHONAN PENELITIAN

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 104

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 105

SURAT IZIN PENELITIAN

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 106

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 107

IZIN PENGGUNAAN INSTRUMENT KUESIONER

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 108

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan106

Flowchart Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Pengetahuan Dalam Penilaian Early Warning Score di ruang Perawatan
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020

Waktu Penelitian
No Kegiatan Jan Feb Maret April Mei Juni
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Pengajuan Judul
2. Izin Pengambilan Data Awal
3. Pengambilan Data Awal
4. Penyususnan Proposal
Penelitian
5. Seminar Proposal
6. Prosedur Izin Penelitian
7. Memberi Informed Consent
8. Pengolahan Data
Menggunakan Komputerisasi
9. Analisa Data
10. Hasil
11. Seminar Hasil
12. Revisi Skripsi
13. Pengumpulan Skripsi

STIKes Santa Elisabeth Medan

Anda mungkin juga menyukai