SKRIPSI
Oleh:
RISCA MANULLANG
NIM. 032016035
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di STIKes Santa
Elisabeth Medan.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Penulis,
Materai Rp.6000
Risca Manullang
Pembimbing II Pembimbing I
Mengetahui
Program Studi Ners
Telah diuji
PANITIA PENGUJI
...........................................................
...........................................................
...........................................................
Mengetahui
Nama Program Ners
Mengetahui Mengesahkan
Ketua Prodi Ners Ketua STIKes
ABSTRAK
Early warning score (EWS) merupakan suatu sistem permintaan bantuan untuk
mengatasi masalah pasien secara dini, dengan diukur menggunakan tujuh
parameter untuk mengetahui respon aktivasi klinis pasien. Karakteristik tenaga
kesehatan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi mortalitas pasien di
rumah sakit. Pengetahuan perawat mempengaruhi kemampuannya dalam
mengidentifikasi pasien dengan perburukan kondisi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat dengan pengetahuan dalam
penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun
2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan jumlah
responden sebanyak 32 orang dan pengampilan sampel dilakukan dengan teknik
accidental sampling. Alat pengumpulan data digunakan dengan menggunakan
kuesioner yang berisi data demografi dan 50 pertanyaan tentang EWS dengan
pilihan jawaban benar dan salah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubungan karakteristik perawat berdasarkan jenis kelamin dengan pengetahuan
dalam penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
tahun 2020 dengan hasil uji statistik chi square nilai p =0,002 (p-value< 0,05).
Sementara itu, karakteristik perawat berdasarkan umur dengan pengetahuan
dalam penilaian EWS tidak terdapat hubungan (p > 0,05 yaitu 0,746),
karakteristik perawat berdasarkan tingkat pendidikan dengan pengetahuan dalam
penilaian EWS tidak terdapat hubungan (p > 0,05 yaitu 0,304), dan karakteristik
perawat berdasarkan masa kerja dengan pengetahuan dalam penilaian EWS di
ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020 tidak terdapat
hubungan (p > 0,05 yaitu 0,560). Untuk lebih meningkatkan pengetahuan
perawat Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tentang EWS disarankan untuk
mengadakan dan mengikuti seminar tentang EWS.
ABSTRACT
Early warning score (EWS) is a system of requests for help to address patient
problems early, measured using seven parameters to determine the response of
clinical activation of patients. Health care providers‟ characteristic is one of
several factors that influences in-hospital patients mortality. Nurses‟ knowledge
affects their ability to recognize the deteriorating patients. The purpose of this
research was to study the relationship of characteristics with knowledge in the
assessment of EWS in the ward of the Saint Elizabeth Hospital in 2020. This
research uses the approach of cross sectional with 32 respondents and samples
is done by the technique accidental sampling. Data collection tools using a
questionnaire containing demographic data and 50 questions about EWS with
correct and wrong answer choices. The results showed that there was a
relationship between nurses characteristics based on gender with knowledge in
EWS assessment in the Saint Elizabeth Hospital Hospital in 2020 with the results
of the chi square statistical test value of p = 0.002 (p-value <0.05). Meanwhile,
the characteristics of nurses based on age with knowledge in the EWS
assessment were not correlated (p> 0.05; 0.746), the characteristics of nurses
based on level of education with knowledge in the EWS assessment were not
correlated (p> 0.05; 0.304), and the characteristics nurses based on work
duration with knowledge in the EWS assessment in the Saint Elizabeth Hospital
2020 hospital room there was no relationship (p> 0.05; 0.560). To further
enhance the knowledge of nurses at the Saint Elizabeth Hospital in Medan about
the EWS it is recommended to hold and attend a seminar on the EWS.
References: 2003-2020.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan kurnia-nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Mestiana Br. Karo M.Kep., DNSc selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth
Medan dan sekaligus dosen penguji III, yang telah memberikan kesempatan
Santa Elisabeth Medan dan membantu serta membimbing dengan sangat baik
2. Dr. Maria Christina, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth
3. Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN, selaku Ketua Program Studi Ners
4. Jagentar P. Pane, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji I yang telah sabar
6. Seluruh staff dosen STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah membimbing
diberikan kepada peneliti, untuk segala cinta dan kasih yang telah tercurah
skripsi ini.
Gisca dan Yesica yang senantiasa memberikan motivasi, doa, dan dorongan
8. Kepada Koordinator asrama bersama tim yang telah memberikan nasihat dan
dukungan dan doa untuk saya dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
10. Seluruh teman- teman mahasiswa program studi Ners STIKes Santa Elisabeth
Oleh karena itu, peneliti menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
mencurahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu
( Risca Manullang )
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN .......................................................................................... i
SAMPUL DALAM ......................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
TANDA PERSETUJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ...................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Nilai Normal Tekanan Darah Berdasarkan Usia……….. 14
Tabel 2.2. Kisaran Normal Denyut Jantung……………..…………. 17
Tabel 2.3. Kisaran Normal Frekuensi Pernapasan…………..……... 18
Tabel 2.4. Glasgow Coma Scale (GCS)……………………..……... 22
Tabel 2.5. Early Warning Score (EWS) Untuk Pasien Dewasa….... 25
Tabel 2.6. Format Komunikasi SBAR………..……………………. 29
Tabel 4.7. Defenisi Operasional Hubungan Karakteristik Perawat
Dengan Pengetahuan Dalam Penilaian Early Warning
Score Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2020........................................................... 50
Tabel 5.8. Distribusi Karakteristik Perawat Berdasarkan Data
Demografi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun
2020………………………………..…………………… 61
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dalam Penilaian
EWS Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan tahun 2020……………………….……………... 62
Tabel 5.10. Hubungan karakteristik Perawat (Umur) dengan
Pengetahuan Dalam Penilaian EWS Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020…………………………………………………….. 63
Tabel 5.11. Hubungan karakteristik Perawat (Tingkat Pendidikan)
dengan Pengetahuan Dalam Penilaian EWS Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020…………………………………………………...... 64
Tabel 5.12. Hubungan karakteristik Perawat (Jenis Kelamin) dengan
Pengetahuan Dalam Penilaian EWS Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020…………………………………………………….. 64
Tabel 5.13. Hubungan karakteristik Perawat (Masa Kerja) dengan
Pengetahuan Dalam Penilaian EWS Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2020…………………………………………………….. 65
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Hubungan KArakteristik Perawat
Dengan Pengetahuan Dalam penilaian Early Warning
Score Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2020…............................................................ 46
Bagan 4.2 Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Pengetahuan
Dalam Penilaian Early Warning Score Di Ruang Perawatan
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020………… 55
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 5.1. Karakteristik Perawat Berdasarkan Umur Di Ruang Perawatan
Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2020 ..................... 66
Diagram 5.2. Karakteristik Perawat Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan
Tahun 2020 .............................................................................. 67
Diagram 5.3. Karakteristik Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Ruang Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan
Tahun 2020 .............................................................................. 68
Diagram 5.4. Karakteristik Perawat Berdasarkan Masa Kerja Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2020 ... 69
Diagram 5.5. Pengetahuan Perawat Dalam Penilaian EWS Di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2020 ... 70
DAFTAR SINGKATAN
Halaman
1. EWS (Early Warning Score)…………………………………………. 1
2. EWSS (Early Warning Score System)…………………………..……. 3
3. NEWS (National Early Warning Score)…………………………........ 3
BAB 1
PENDAHULUAN
secara paripurna dan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, serta gawat
rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Perawat
adalah salah satu petugas kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan
orang pertama yang mengetahui adalah perawat. Observasi pasien di ruang rawat
yang dilakukan secara efektif adalah langkah awal dalam mendeteksi pasien
Dalam pelayanan keperawatan gawat darurat keperawatan dan tim medis lainnya
dituntut untuk memberikan pelayanan yang cepat karena waktu adalah nyawa
rumah sakit meningkat dari 69 per 1000 jumlah penduduk menjadi 87 per 1000
jumlah penduduk dari tahun 2007 sampai 2012 (BKKBN, BPS, Kesehatan, &
Internasional, 2013) . Menurut data Rekam Medis Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan angka kematian pada tahun 2018 sebanyak 570 orang, sedangkan pada
saat penggunaan EWS tahun 2019 angka kematian sebanyak 460 orang.
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Wawan, 2018). Hasil
perawat memiliki pengetahuan cukup tentang early warning score secara umum,
(20%) dan yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 15 orang (13,6%).
Pada tahun 2013 sistem scoring pendeteksian dini atau peringatan dini
dunia yaitu dengan penerapan early warning scores. EWS sudah diterapkan
banyak di rumah sakit Inggris terutama national health service, royal college of
sebagai standarisasi untuk penilaian penyakit akut, dan digunakan pada tim
Early warning scoring system adalah sebuah sistem skoring fisiologis yang
skoring dari pengkajian pasien (Duncan et al., 2015). EWS sebagian besar
berdasarkan pada tanda vital pasien dan data observasi, yang dikembangkan
untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi terhadap hasil yang tidak
vital otomatis, EWS dapat terus dihitung dan pasien berisiko tinggi dapat di
saturasi oksigen, tekanan darah sistolik, frekuensi nadi, tingkat kesadaran dan
suhu.
tanda vital pasien tidak dilakukan dengan benar. Penelitian yang dilakukan oleh
modified early warning scores (MEWS) dan kelompok perawat yang tidak
tenaga kesehatan.
Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu memiliki pengetahuan yang baik terkait
Silvana, 2016).
dan merujuk pasien, antara lain standar dokumentasi dan observasi yang rendah
di ruang rawat; pengetahuan yang buruk tentang penyakit kritis beserta tanda dan
gejala yang muncul; dan pelayanan yang kurang optimal pada pasien berisiko
yang diakibatkan oleh keterampilan dan pengetahuan yang tidak adekuat serta
sistem organisasi yang kurang baik. Beberapa faktor lain yang dapat
karakteristik pasien, dan lokasi rumah sakit (Aitken et al, 2011; Tourangeau et al,
2002).
dan mental dari individu sebagai perawat. Karakteristik ini dipengaruhi oleh usia,
Karakteristik ini dapat memberikan hasil manajemen baik dan tidak baik.
adalah usia. Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik semakin
muda usia individu maka kemampuan mengingat akan semakin tinggi termasuk
dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri
kepada karyawan karena berhasil kerja tim, memotivasi kinerja kerja dengan
gejala alam ataupun peristiwa yang terjadi disekitar. Kemudian dicari hubungan
baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Pendidikan
pikiran dan kemampuan. Media informasi untuk komunikasi massa terdiri dari
surat kabar, majalah, buku dan media elektronik seperti radio, televisi dan
internet. Sumber informasi dari buku-buku ilmiah lebih baik jika dibandingkan
dengan sumber dari majalah dan surat kabar karena informasinya lebih diyakini
kebenarannya. Media sosial facebook salah satu sumber informasi yang dapat
mengembangkan EWS pada semua perawat di awal tahun 2014. Hasil uji coba
100% perawat merasa national early warning score dapat digunakan dalam
pelayanan, dan 75% perawat dapat melakukan analisis hasil tanda-tanda vital
dengan national early warning score. Dengan parameter yang diukur adalah
tersebut terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi
yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari,
perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020” karena belum
pendidikan dan masa kerja) dalam penilaian early warning score (EWS)
tahun 2020.
keadaan klinis pasien, mencegah pasien untuk tidak terjadi cardiac arrest atau
sistem EWS saat praktek belajar lapangan terutama di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Defenisi
masalah pasien secara dini, dengan diukur menggunakan tujuh parameter untuk
rangkaian sistem komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi awal, dan
isyarat terjadinya gangguan fungsi tubuh yang buruk atau ketidakstabilitas fisik
pasien sehingga dapat menjadi kode dan atau mempersiapkan kejadian buruk dan
terdiri dari lima parameter fisiologi yang tidak hanya untuk memprediksi hasil,
melainkan untuk melayani pasien dengan sistem alur dan mendorong perawat
modified early warning scoring system (MEWSS), dan standart early warning
Pada tahun 2007, National Institute for Health and Clinical Excellence
memantau semua pasien dewasa dalam rumah sakit untuk mengevaluasi tingkat
kekritisan pasien dan eskalasi perawatan yang tepat waktu. NICE juga
termasuk ke dalam jalur pertama dalam rantai survival (Georgaka et al., 2012).
Fungsi utama EWS yaitu untuk mengkaji, memantau dan melacak pasien
dewasa yang berada dalam kondisi penyakit yang akut dan kritis. Fungsi EWS
bahwa kondisi pasien sering mengalami perburukan selama beberapa jam dan
tekanan darah) dan perfusi jaringan (tingkat kesadaran, suhu), dan penggunaan
EWS bersama dengan sistem respon cepat mampu mengurangi jumlah kejadian
henti jantung dan transfer pasien ke ruang intensive care unit (ICU) yang tidak
1. Pasien dewasa yang dirawat baik di ruang rawat penyakit dalam maupun
bedah.
ODC (one day care), kateterisasi jantung, OPD (out patient departement)
hamil (Obstetric) dan unit pelayanan khusus (ICU, ICCU, HCU, HD)
early warning score) seperti pediatric early warning score (PEWS) dan
pengecualian pasien yang tidak perlu dilakukan skoring EWS, meliputi: pasien
dengan penyakit terminal, pasien rawat inap yang sudah direncanakan pulang,
fisiologis yang digunakan pada national early warning score adalah frekuensi
perburukan.
1. Tekanan darah
sistolik menjadi fokus perhatian utama. Keadaan hipotensi pada pasien yang
ini, kondisi hipotensi pasien dilihat dari nilai tekanan darah sistoliknya yaitu
bernilai 90 mmHg atau kurang. Walaupun normal pada beberapa populasi, tetapi
tekanan darah yang rendah merupakan temuan yang abnormal dan dapat
jumlah yang banyak (contoh: hemoragi), atau kegagalan otot jantung untuk
dilaporkan kepada penyedia layanan kesehatan dengan segera (Perry & Potter,
2010).
Beban kerja atau rasio antara perawat dengan pasien yang besar
terdapat perbedaan nilai sebesar 5 mmHg pada hasil pengukuran tekanan darah
Coventry, 2012).
2. Frekuensi nadi
Denyut nadi adalah aliran darah yang terasa naik turun saat
dipalpasi pada berbagai titik tubuh. Darah mengalir dalam sirkuit yang
kontinu. Denyut adalah indikator status sirkulasi darah (Perry & Potter,
2010).
bergerak 15 kali lebih cepat melalui aorta dan 100 kali lebih cepat melalui
merupakan aliran darah naik turun yang terasa saat dipalpasi pada arteri
curah jantung (cardiac output), yaitu hasil frekuensi jantung (heart rate/
HR) dan stroke volume ventrikel (SV). Jantung pada orang dewasa
jantung atau SV tidak selalu mengubah curah jantung atau jumlah darah
per menit dan SV adalah 70 ml, maka curah jantungnya adalah 4900 ml
per menit (70 x 70). Jika frekuensi jantung menjadi 60 kali per menit dan
atau 5,1 liter per menit (60 x 85) (Perry & Potter, 2010).
nadi atau arteri dalam satu menit. Pemeriksaan frekuensi nadi dapat
belakang lutut, dan arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior di
60 x/menit.
3. Frekuensi napas
untuk mencapai sel tubuh dan untuk karbon dioksida untuk dikeluarkan
dari sel. Pernapasan adalah mekanisme tubuh untuk pertukaran gas antara
karbon dioksida antara alveoli dan sel darah merah), dan perfusi
pernapasan dinilai dari tiga hal tersebut. Kaji status ventilasi dengan
bernapas dalam pola yang halus dan kontinu sebanyak 12-20 kali per
dada dan abdomen yang normal. Saat pernapasan tentang, rongga dada
bergerak naik dan turun secara tenang. Kontraksi otot interkosta atau otot
leher dan bahu (otot pernapasan aksesoris) tidak dapat diamati. Saat
untuk naik dan turun secara perlahan (Perry & Potter, 2010).
membuang CO2.
yang optimal.
normal akan menurun pada masa hidup (Perry & Potter, 2010).
4. Suhu tubuh
kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti (suhu jaringan dalam) tetap
Namun, suhu permukaan berubah sesuai aliran darah ke kulit dan jumlah
normal pada manusia berkisar dari 36ºC sampai 38ºC (96,8 sampai
100,4ºF). pada rentang ini, jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara
pulmonal, atau kandung kemih). Suhu oral rerata bagi dewasa muda yang
sehat adalah 37ºC (96,8ºF ). Anda akan mempelajari kisaran suhu pada
klien individual di lahan praktik. Tidak ada satu nilai suhu tubuh tunggal
kelenjar tiroid) dengan panas yang dikeluarkan dari dalam tubuh (melalui
(misalnya sepsis), paparan terhadap kulit (ruangan yang dingin) atau usia.
Faktor lain tidak akan mempengaruhi suhu tubuh inti, namun dapat
dingin. Suhu tubuh normal pada orang dewasa yaitu 36,5 - 38°C. Suhu
tubuh kurang dari normal disebut hipotermia, sedangkan suhu tubuh lebih
pengukuran demam benar (tempat pengukuran dan nilai suhu tubuh yang
5. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen yang kurang dari 70% dapat mengancam jiwa (Kozier,
Erb. 2010). Pada skoring EWS saturasi oksigen menjadi salah satu
6. Tingkat kesadaran
kondisi klien sedang tidur. Bila tidur dapat terbangun pada perangsangan
berupa suara.
berupa nyeri.
sadarkan diri.
(GCS) lebih berguna untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Pemeriksaan
GCS sangat penting untuk memeriksa status neurologis khusunya pada kasus
tingkat keparahan otak yang terjadi. Pemeriksaan ini menggunakan stimuli suara
dan nyeri yang kemudian akan dinilai berdasarkan respon klien (pembukaan
nilai minimal adalah 3. Nilai kurang atau sama dengan 8 menunjukkan klien
dengan kesadaran tingkat sedang; dan skor 13-15: gangguan kesadaran tingkat
Deswani, 2012).
1. Usia
rumit. Rentang usia tidak selalu menjadi indikator yang baik dari suatu
skoring EWS.
2. Urine output
pemantauan urin output lebih digunakan pada pasien dengan kasus yang
3. Nyeri (Pain)
dapat dideteksi melalui skoring EWS. Namun sampai saat ini pengkajian
gejala nyeri belum menjadi salah satu agregat dalam skoring EWS. Untuk
tidak digunakan sebagai salah satu bagian parameter dalam skoring EWS.
5. Kehamilan
EWS. Sebab dapat memberikan skor yang tidak akurat. Royal College of
sistem skoring EWS yang sudah dimodifikasi agar memperoleh nilai yang
akurat.
vital yang tidak diharapkan (tidak normal). Setelah semua nilai komponen tanda-
tanda vital dijumlahkan, selanjutnya nilai tersebut disesuaikan warna kode yang
sesuai. Intervensi yang dilakukan perawat sesuai dengan warna kode pasien
CNS New A V P U
Confusio
n
Sumber: (Royal College of Physicians, 2012).
kode total skor yang diperoleh dari pengkajian tanda-tanda vital pasien. Secara
berikut
setiap dinas
medik pasien. Pasien dikaji ulang setiap 2 jam oleh perawat pelaksana.
kondisi pasien dalam waktu 30 menit. Tim reaksi cepat segera melakukan
sampai total skor MEWS dibawah 4. Jika kondisi pasien tidak kunjung
dokumentasikan secara jelas sesuai dengan panduan yang berlaku (Nursing and
Midwifery Council, 2009). Rumah sakit yang telah menerapkan EWS biasanya
telah memiliki formulir dokumentasi EWS. Hasil pengkajian dan tindakan yang
kesempatan kepada tenaga kesehatan lain untuk mengetahui kondisi pasien yang
tindakan yang tepat dapat segera ditentukan dan potensi perbaikan kondisi pasien
dengan rekan tenaga kesehatan yang lain, terutama perawat dan dokter, agar
rencana tindakan dapat segera ditentukan dan kondisi pasien dapat segera
ditangani. Salah satu metode komunikasi yang ada yaitu metode SBAR, dimana
pasien yang membutuhkan respons dan penanganan segera (NHS, 2010 dalam
NHS Trust, 2015). Penggunaan metode SBAR sangat penting bagi kesuksesan
dengan cepat dan tepat, sebab intervensi yang diberikan sesuai dengan
2.2. Perawat
2.2.1 Defenisi
paling banyak di antara tenaga kesehatan lainnya. Perawat adalah seseorang yang
telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun luar negeri
yang berat, karena memiliki tanggung jawab profesi yaitu dituntut untuk
juga bertanggung jawab pada organisasi rumah sakit. Situasi tersebut dapat
menjebak individu perawat pada situasi yang penuh tekanan. Pekerjaan perawat
seperti pekerjaan yang rutin, jadwal kerja yang ketat, tanggung jawab atas
keselamatan dan kesehatan diri sendiri dan orang lain, serta dituntut untuk
di antaranya adalah:
dan kewenangannya.
ingin tahu serta mencari jawaban terhadap fenomena yang terjadi pada
pendidikan keperawatan.
kegawatdaruratan.
2.3. Pengetahuan
2.3.1 Defenisi
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non
berikut:
yakni:
sangat berguna bagi orang lain. Seseorang yang menderita demam lalu
b. Secara kebetulan
menembus hutan, rasa hausnya tiba – tiba datang tak berfikir panjang
pohon yang tumbang dan terendam air selokan secara turun temurun.
kina/kinine).
c. Kekuasaan (authority)
sang dewa sehingga menjadi sakit dan dengan upacara tersebut bisa
Cara coba-coba atau lebih dikenal dengan “trial and error”. Cara
ini dipakai sebelum adanya peradaban. Cara coba – coba ini dilakukan
suatu pengetahuan, ternyata akan lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara
1. Tahu (know)
sebelumnya (recall). Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan yan paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
sebagainya.
2. Memahami (comprehence)
3. Aplikasi (application)
sudah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Proses seseorang sebelum
terhadap stimulus.
atau yang dianggapnya lebih tahu. Pada zaman modern ini, orang yang
termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil publikasi resmi mengenai
pengetahuan lainnya.
2. Indra adalah peralatan pada diri manusia sebagai salah satu sumber
lidah.
3. Akal, dalam kenyataan ada pengetahuan tertentu yang bias dibangun oleh
4. Intuisi, salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi yang
yang sadar atau persepsi rasa yang langsung. Intuisi dapat berarti
materi yang akan diukur dari subjek penelitian kedalam pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat domain atas tingkat.
berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
diantaranya yaitu:
1. Faktor internal
a. Usia
tahapan dimana individu aktif dalam berkarir dan tahap ini merupakan
fase yang produktif untuk melakukan pekerjaan (Potter & Perry, 2013).
Individu yang telah berada pada tahapan usia dewasa tengah atau
b. Jenis kelamin
c. Tingkat pendidikan
kondisi pasien.
2. Faktor eksternal
a. Masa kerja
sedangkan dalam arti sempit yaitu tugas atau kerja yang menghasilkan
uang bagi seseorang. Semakin lama masa kerja perawat, maka akan
2010).
b. Pelatihan
Karo (2018) karakteristik demografi terdiri dari umur, jenis kelamin, area
21-25 tahun, usia 26-30 tahun, usia 31- 35 tahun, usia 36-40 tahun, usia
41-45 tahun, usia 46-50 tahun, dan usia 51-55 tahun. Didapatkan bahwa
usia tertinggi perawat Indonesia berada pada rentang usia 26-30 tahun dan
kebidanan.
urutan kedua.
lebih mudah mendapatkan pekerjaan setelah dua tahun dan mulai kembali
bekerja.
0-5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun, 16-20 tahun, 21-25 tahun, 26- 30
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
9. Penatalaksanaan EWS
10. Dokumentasi EWS
11. Tujuan Standarisasi EWS
Pengetahuan Perawat:
1. Baik 1. Peran perawat
2. Cukup
3. Kurang 2. Fungsi perawat
Tingkat pengetahuan
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehence)
3. Aplikasi (application) Proses Perilaku tahu:
1. Kesadaran (awareness)
4. Analisis (analysis) 2. Merasa tertarik (interest)
5. Sintesis (Syntesis) 3. Menimbang (evaluation)
6. Evaluasi (evaluation 4. Trial
5. Adaption
dari sudut pandang yang lain dan bukan oleh peneliti sendiri (Polit, 2012).
BAB 4
METODE PENELITIAN
jawaban atas pertanyaan yang sedang dipelajari dan untuk menangani berbagai
ini, penulis memutuskan mana spesifik yang akan diadopsi dan apa yang akan
4.2.1 Populasi
sekelompok subjek yang menjadi objek atau sasaran penelitian dan anggota
populasi didalam penelitian harus dibatasi secara jelas (Polit & Beck, 2012).
tahun 2020 sebanyak 220 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di
ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang mengikuti simulasi
4.2.2 Sampel
proses pemilihan sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi (Polit &
dengan mengambil responden yang kebetulan ada disuatu tempat yang sesuai
responden.
atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan
nama variabel bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Grove, 2015). Variabel
Variabel dependen adalah hasil yang peneliti ingin prediksi atau jelaskan.
variabel lain atau dengan kata lain variabel terikat (Grove, 2015). Variabel
warning score.
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar menjadi lebih mudah dan
sistematis (Polit dan Beck, 2012). Pada tahap pengumpulan data, diperlukan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket berupa kuesioner yang berisi
penelitian ini diadopsi dari peneliti sebelumnya terdiri dari 50 pertanyaan dan
sudah diuji validitasi dengan nilai chronbach alpha 0,71 (Liswati, 2015).
masa kerja dan pelatihan mengikuti EWS, tetapi pada kuesioner yang
sangat spesifik untuk setiap studi dan bergantung pada teknik desain dan
2 cara yaitu:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti
tahun 2020.
2. Data sekunder, yaitu data yang diambil peneliti dari Rumah Sakit Santa
Santa Elisabeth Medan. Kemudian peneliti meminta izin ke pihak Rumah Sakit
kuesioner dengan bentuk google formulir dengan cara membagikan link google
kuesioner dalam bentuk google formulir tetang karakteristik perawat (usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja) dan kuesioner pengetahuan dalam
mencerminkan konsep abstrak yang sedang diteliti. Validitas akan bervariasi dari
suatu sampel ke sampel lain dan satu sisi ke situasi lainnya. Oleh karena itu
dengan ukuran yang diteliti. Uji validitas sebuah instrumen dikatakan valid
dengan membandingkan nilai r hitung. Dimana hasil yang didapatkan r hitung >
apabila fakta dapat diukur dan diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan
yang baik adalah yang semakin mendekati 1. Suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabilitas jika memberikan nilai cronbach alpha minimal >0,60 dan
jika nilai >0,75 atau semakin tinggi akan semakin baik reliabilitasnya (Polit &
Beck, 2011). Peneliti tidak melakukan uji valid dan reliabilitas karena peneliti
sistematis yang relevan dengan tujuan penelitian pada tujuan yang spesifik,
memeriksa apakah hasil isian yang diperoleh sesuai tujuan yang ingin
dalam file data komputer sesuai dengan paket program statistik komputer
yang digunakan.
merupakan alat yang sering dipergunakan pada penelitian kuantitatif. Salah satu
menjadi informasi yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca untuk
(Polit, 2012).
ada atau tidaknya hubungan antara variabel (Polit & Beck, 2012). Pada
kedua variabel.
b. Jika nilai p > 0,05, artinya tidak ada hubungan bermakna antara
kedua variabel.
dilakukan untuk memastikan bahwa hak mereka dilindungi. Etik adalah sistem
nilai normal yang berkaitan dengan sejauh mana prosedur penelitian mematuhi
kewajiban professional, hukum, dan sosial kepada peserta studi. Tiga prinsip
(berbuat baik), respect for human dignity (penghargaan martabat manusia), dan
setelah informed consent dijelaskan dan jika responden tidak bersedia maka tidak
akan dipaksakan.
1. Informed consent
2. Confidentiality (kerahasiaan)
atau alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan dan atau
Penelitian ini juga telah layak etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
DT/III/2020.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
warning score di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun
2020. Penelitian ini dimulai pada tanggal 01 Maret - 30 Maret 2019. Responden
pada penelitian ini adalah perawat yang mengikuti simulasi early warning score
yang berada di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang meliputi rawat jalan,
rawat inap dan unit pendukung. Jumlah responden dalam penelitian ini
1929 dan diresmikan pada tanggal 17 November 1930. Rumah sakit santa
Elisabeth medan merupakan salah satu rumah sakit swasta yang terletak di kota
Provinsi Sumatera Utara. Saat ini Rumah sakit santa Elisabeth medan merupakan
rumah sakit tipe B. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dikelola oleh sebuah
Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit yang didirikan sebagai
bentuk pelayanan kepada masyarakat oleh para biarawati dengan motto “ Ketika
Aku Sakit Kamu Melawat Aku (Mat 25:36)” dengan visi yaitu “Menjadikan
tanda kehadiran Allah di tengah dunia dengan membuka tangan dan hati untuk
menderita sesuai dengan tuntutan zaman”. Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan adalah memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas atas
masayarakat lemah.
mayoritas berada pada usia 20-40 tahun (dewasa awal) sejumlah 26 responden
(81,3%) dan minoritas umur berada pada rentang umur 41-60 tahun (dewasa
responden (18,8%).
responden (65,6%) dan minoritas berada pada rentang masa kerja 21-30 tahun
penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sebagian
responden (31,3%).
sebanyak 9 responden (90,0%). Perawat yang berada pada rentang umur 41-60
responden (10,0%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value = 0,505 yang
berarti tidak ada terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan
cukup yaitu sebanyak 2 responden (20,0%) dan 1 responden (8,3%). Hasil uji
statistik menunjukkan nilai p value = 0,304 yang berarti tidak ada terdapat
menunjukkan nilai p-value 0,002 yang berarti ada hubungan yang signifikan
sebanyak 7 responden (70,0%). Masa kerja pada rentang 11-20 tahun memiliki
Masa kerja pada rentang 21-30 tahun perawat hanya memiliki pengetahuan
value = 0,709 yang berarti tidak ada terdapat hubungan yang signifikan antara
5.3. Pembahasan
banyak jika dibandingkan dengan responden yang berusia 41-60 tahun sebanyak
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Kozier (2010) dimana usia 20-40
tahun memasuki tahap usia dewasa muda. Pada usia ini individu dituntut untuk
mengembangkan minat, nilai-nilai, dan sikap yang terkait dengan peran tersebut.
Pada tahap ini seseorang memiliki tingkat kematangan dan kemampuan yang
lebih dalam berpikir dan bekerja. Sedangkan usia 41-65 tahun merupakan usia
dewasa pertengahan. Pada tahap ini kemampuan kognitif dan intelektual tidak
STIKes Santa Elisabeth Medan
STIKes Santa Elisabeth Medan 67
kemampuan memecahkan masalah tetap sama, dan proses belajar terus berlanjut
Menurut Potter & Perry (2013) teori yang menyatakan bahwa tahapan
usia dewasa muda (20-40 tahun). Usia dewasa muda termasuk dalam usia
responden dengan usia 20-40 tahun di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun
2020 karena pada rentang usia tersebut merupakan masa responden bekerja.
latar belakang pendidikan vokasi atau D3, yaitu sebanyak 29 orang (90,6%).
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prihati (2019), yang bertujuan
penelitian yang diperoleh, sebagian besar perawat yang bekerja di rumah sakit
telah ada di Indonesia sejak lama dan jumlahnya cukup banyak tersebar
diperoleh dari bagian sumber daya manusia (SDM) Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan bahwa mayoritas perawat yang bekerja lebih banyak memiliki latar
sebanyak 6 orang (18,8%). Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan
71% dan jumlah perawat jenis kelamin laki-laki sebanyak 29% (Kemenkes RI,
2017).
dan perempuan juga mempunyai naluri keibuan daripada laki-laki. Peneliti juga
bekerja selama 1-10 tahun sebanyak 21 orang (65,6%). Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Prihati (2019), di dapatkan hasil lebih banyak perawat yang
telah bekerja selama 1-10 tahun (87,2%). Penelitian Douw et al (2016) di salah
satu rumah sakit tersier di Belanda menunjukkan bahwa sebesar 61% perawat
telah bekerja selama ≥ 5 tahun (n = 96). Perawat yang telah bekerja diatas
sepuluh rata-rata sudah menduduki jabatan yang cukup tinggi, seperti menjadi
peraturan yang mengatur terkait masa kerja perawat di Indonesia, masa kerja
masa kerja perawat dengan pendidikan S1 akan berakhir pada usia 60 tahun.
responden dalam penelitian ini adalah perawat yang sudah mengikuti simulasi
early warning score. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian sumber daya
manusia bahwa sebagian sebagian besar perawat yang mengikuti simulasi EWS
adalah perawat yang masih muda sehingga belum mempunyai pengalaman kerja
yang lama.
cukup sebanyak 12 orang (37,5%). Perawat yang memiliki pengetahuan baik dan
mempunyai latar belakang pendidikan, dan lama bekerja yang berbeda-beda serta
tentang EWSS.
EWS yang diadakan setiap bulan. Karena itu, pelatihan sangat dibutuhkan untuk
Penelitian yang dilakukan oleh Fiqi (2014) didapatkan hasil yaitu salah satu
perawat di instalasi rawat inap yaitu pengetahuan perawat. Dalam penelitian ini,
panduan praktik klinis dalam melakukan perawatan dalam kondisi kritis antara
klinis adalah perbedaan karakteristik pasien yang dihadapi oleh perawat dan
tenaga kesehatan lainnya. Sebagai contoh, pasien anak-anak dan pasien dewasa
memiliki kondisi anatomi dan fisiologi yang berbeda. Penggunaan EWS harus
untuk pasien anak-anak dan pasien dewasa tidak sama. Untuk mengatasi
hambatan ini, perawat perlu memiliki pengetahuan yang luas tentang kondisi
tentang EWS karena dirumah sakit tersebut baru menerapkan EWS dan belum
(2016) tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pengetahuan
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo
(2016) tidak ada hubungan antara umur dengan pengetahuan perawat tentang
Moewardi dengan rumus Rank Spearman nilai r hitung < r tabel (0, 082 <
0,428).
Menurut Potter & Perry (2013) tahapan usia dewasa muda (20 – 40 tahun)
adalah tahapan dimana individu aktif dalam berkarir dan tahap ini merupakan
fase yang produktif untuk melakukan pekerjaan. Individu yang telah berada pada
tahapan usia dewasa tengah atau dewasa akhir umumnya memiliki tanggung
jawab dan ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang berusia
dewasa muda. Tahap usia dewasa muda adalah tahap perkembangan seseorang
pada tahapan rentang umur yang lebih tua dapat memperoleh pengalaman yang lebih
Sakit Santa Elisabeth Medan, yang artinya semua rentang umur perawat yang
Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020 didapatkan bahwa tidak ada hubungan
dapatkan nilai signifikasi p-value sebesar 0,304 lebih besar dari 0,05 berarti Ha
dengan tingkat pengetahuan tentang early warning score di Irna Prof. Dr.
Soelarto RSUP Fatmawati Jakarta bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
0,05).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo
pendidikan seseorang individu akan berpengaruh pada cara pikir, sikap, perilaku
pendidikan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan perkembangan dari ilmu
EWS karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya
yang berasal dari dalam diri seseorang dengan cara menghargai pengetahuan
ilmu yang didapat dari pendidikannya. Peneliti juga berasumsi bahwa perawat
dalam penelitian ini dengan tingkat pendidikan vokasi (D3 Keperawatan) lebih
keperawatan).
Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020 didapatkan bahwa perawat yang
signifikasi p-value sebesar 0,002 lebih kecil dari pada 0,05 (0,002<0,05)
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin perawat dengan tingkat
pengetahuan baik jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Hasil ini
yang lebih baik dibandingkan tenaga kesehatan yang berjenis kelamin laki-laki.
memiliki tingkat motivasi berdasarkan hierarki Maslow yang lebih tinggi untuk
sehingga lebih rentan. Selain itu, kemampuan otak perempuan dalam memproses
suatu informasi 5 kali lebih cepat dibandingkan dengan otak laki- laki. Otak
besarnya dengan laki-laki walaupun perempuan memiliki otak yang lebih kecil
jenis kelamin perempuan lebih tertarik pada profesi perawat daripada laki-laki,
nilai p=0,560 lebih besar dari pada 0,05 (0,560>0,05) sehingga dapat
penilaian EWS di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun
2020.
menunjukkan bahwa perawat yang telah bekerja > 5 tahun memiliki nilai
dengan perawat yang bekerja < 5 tahun (rata-rata 53,8% jawaban benar).
(2016), tidak ada hubungan antara lama kerja dengan pengetahuan perawat
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvana
(2016) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama bekerja dengan
Semakin lama perawat bekerja, maka secara tidak langsung perawat akan
memiliki relasi kerja di lingkungan kesehatan yang semakin banyak. Kondisi ini
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Scott et al (2003) di
bermanfaat dan sesuai untuk digunakan, perawat yang satu akan mendorong
2013).
dari perawat senior berdasarkan lama bekerja yang dijadikan sebagai teman
Tetapi perawat yang bekerja baru lebih cenderung antusias dalam melakukan
baru diaplikasikan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2019
sehingga perawat yang sudah lama bekerja dan yang baru bekerja akan memiliki
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
yang dapat diambil dan saran yang didasarkan pada temuan hasil penelitian.
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020. Secara lebih khusus peneliti
sebagian besar berada pada tahapan rentang umur 24-30 tahun sebanyak 15
sebagian besar perawat memiliki masa kerja 1-8 tahun sebanyak 15 orang
(46,9%).
orang (31,3%).
dengan pengetahuan dalam penilaian EWS p < 0,05 yaitu 0,002. Tidak ada
pengetahuan dalam penilaian EWS (p > 0,05 yaitu 0,746), tidak ada
dengan pengetahuan dalam penilaian EWS (p > 0,05 yaitu 0,304), dan
6.2 Saran
Hasil penelitian ini hendaknya dijadikan acuan bagi perawat untuk lebih
klinis yang sudah ada supaya dapat melakukan pendeteksian dini perburukan
keadaan klinis pasien sehingga cepat dan tanggap dalam menangani pasien yang
score untuk semua jenis pasien, yaitu anak-anak, maternitas dan lansia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai materi bahan ajar dalam
mata kuliah keperawatan dalam gawat darurat. Sehingga saat praktek di lapangan
baik di rumah sakit, klinik atau dilahan praktek yang lain dapat mengetahui
score.
sebagai bahan referensi dan acuan juga dapat mengembangkan penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
Abadiyah, R., & Isnaini, N. (2017). Human Relation, Bornout Dan Self
Efficacy Dengan Kinerja Perawat Di Rs Muhammadiyah Siti
Khodijah Sepanjang Sidoarjo. Prosiding Tantangan Bisnis Era
Digital, 1(1).
Aitken, L.H., Cimioti, J.P, Sloane, D.M., Smith, H.L., Flynn, L., & Donna, F.
(2011). The effect of nurse staffing and nurse education on patient
deaths in hospital with different nurse works environments. Med.
Care, 49(12), 1047- 1053.
Akhlaq, B.A. (2014). Study on the self esteem and strength of motivation of
medical students. International Journal of Bussiness, Humanities and
Technology, 4(5), 58-63.
Berman, Audrey, Snyder, Shirlee J., Kozier, Barbara, & Erb, Glenora. (2008).
Kozier & Erb’s Fundamentals of nursing: concepts, process, and
practice (8th ed.). New Jeyser: Pearson Education, Inc
Buist, M. (2008). The rapid response team paradox: why doesn’t anyone call
for help? Crit Care Med, 36, 634-636.
Duncan, K. D., McMullan, C., & Barbara, M. (2015). Early warning. Biologist,
61(6), 28–31.
Elliott, M., & Coventry, A. (2012). Critical care: The eight vital signs of
patient monitoring. British Journal of Nursing, 21(10), 621–625.
https://doi.org/10.12968/bjon.2012.21.10.621
Georgaka, D., Mparmparousi, M., & Vitos, M. (2012). Early warning systems.
Environmental Tracking for Public Health Surveillance, 7, 333–343.
https://doi.org/10.1201/b12680-12
Ilyas, Yaslis. Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian, FKM UI, Depok. 1999.
Jansson, M., Ala-Kokko, T., Ylipalosaari, P., Syrjala, H., & Kyngas, H. (2013).
Critical care nurses‟ knowledge of, adherence to and barriers
towards evidence-based guidelines for the Prevention of ventilator-
associated pneumonia – a survey study. Intensive Crit. Care Nurs,
29(4), 216-227.
Jun, J., Kovner, C.T., & Stimpfel, A.W. (2016). Barriers and facilitators of
nurses‟ use of clinical practice guidelines: An integrative review.
International Journal of Nursing Studies, 60, 54-68.
Koh, S.S.L., Manias, E., Hutchinson, A.M., Donath, S., & Johnston, L. (2008).
Nurses‟ perceived barriers to the implementation of a fall
prevention clinical practice guideline in Singapore hospitals.
BMC Health Serv. Res, 8, 105. http://dx.doi.org/10.1186/1472-
6963-8-105.
Kozjek, D., & Ovsenik, M. (2016). Knowledge factors and their impact on the
organisation. RUO. Revija za Univerzalno Odlicnost, 5(4), 283.
Odell, M. (2010). Are early warning scores the only way to rapidly detect and
manage deterioration? Nursing Times, 106(8), 24-6.
Odell, M., Victor, C., & Oliver, D. (2009). Nurses’ role in detecting
deterioration in ward patients: Systematic literature review. Journal of
Advanced Nursing, 65(10), 1992–2006. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2648.2009.05109.x
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin, Stockert, Patricia A., & Hall, Amy M.
(2013). Fundamentals of nursing (8th ed.). St. Louis: Elsevier Mosby.
Quiros, D., Lin, S., & Larson, E. (2007). Attitudes toward practice guidelines
pamong intensif care unit personel: a cross-sectional anonymous
survey. Heart Lung, 36, 287-297.Rašič, K., Mulej, M., & Čančer, V.
(2016). The Influential Knowledge Factors of Companies‟ Performance
in Slovenia. Business Systems Research Journal, 7(1), 46-58.
Publishing Ltd.
Saab, M. M., McCarthy, B., Andrews, T., Savage, E., Drummond, F. J.,
Walshe, N., ... & Hegarty, J. (2017). The effect of adult Early Warning
Systems education on nurses’ knowledge, confidence and clinical
performance: A systematic review. Journal of advanced nursing,
73(11), 2506-2521.
Scott, I.A., Buckmaster, N.D., & Harvey, K.H. (2003). Clinical practice
guidelines: perspectives of clinicians in Queensland public hospitals.
Intern. Med. J., 33, 273-279.
Silvana, S., & Adam, M. (2016). Tingkat Pengetahuan Tentang Early Warning
Score Pendahuluan. 1–16.
Smeltzer, C. S., Bare, G. B., Hinkle, L. J., & Cheever, H. K. (2010). Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing. Volume 1. In
Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Wawan, A., & M, Dewi. (2018). Teori & Pengukuran: Pengetahuan, Sikap
Dan Perilaku Manusia, Dilengkapi dengan Kuesioner. Yogyakarta:
Nuhamedika.
Wheatley, I. (2006). The nursing practice of taking level 1 patient observations.
Intensive Crit Care Nurs, 22(2), 115-21.
Widiastuti, L., Rafikoh, A., Rahayu, B & Zulkarnain. (2017). Efektifitas Early
Warning Score Dalam Deteksi Kegawatdaruratan Di Trauma
Center Rumkital Dr. Midiyato S Tanjungpinang. Jurnal Keperwatan
Vol. 7 N0.2.
www.bpkp.go.id. (2009).
Kepada Yth,
Calon responden penelitian
Di tempat
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Dengan hormat,
Dengan perantaraan surat ini saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Hormat saya,
Risca Manullang
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian)
----------------------------------
-
KUESIONER PENELITIAN
D3 Keperawatan
SPK
22 Penilaian skor EWS dikategorikan menjadi 2 yaitu risiko rendah dan resiko tinggi. √
23 Kategori risiko rendah adalah jumlah skor EWS 1-5. √
24 Tekanan darah 140/90 mmHg diberikan skor 0. √
25 Frekuensi nadi 120x per menit diberikan skor 2. √
26 Jika hasil frekuensi nadi : 90x/menit, suhu:38,50C, frekuensi pernafasan: √ (3)
18x/menit, tekanan darah : 150/90 mmHg, saturasi oksigen : 93 %, dan pasien
composmentis, maka total nilai EWS 5.
27 Pasien dengan frekuensi nadi 40x per menit dapat diberikan nilai skor 2. √
28 Nilai saturasi oksigen diberikan skor 2 pada rentang nilai 92-93%. √ (1)
29 Jika pasien koma, tekanan darah : 100/60 mmHg, frekuensi nadi : 85x/menit, √ (13)
suhu: 40,10C, frekuensi pernafasan: 7x/menit, dan saturasi oksigen: 75% maka
total skor EWS 5.
30 Jika tekanan darah: 90/60 mmHg, suhu : 35,6oC, frekuensi pernafasan: 8x/menit,
frekuensi nadi: 55x/menit, saturasi oksigen: 84% dan kesadaran somnolen maka √ (8)
total
skor EWS 7.
31 Kategori risiko sedang jika frekuensi nadi: 80x/menit, tekanan √ (2)
darah:100/50mmHg, suhu:38oC, frekuensi pernafasan:16x/menit, saturasi
oksigen:100%, dan pasien composmentis.
32 Cara mengukur skor EWS pada pasien dewasa bedah berbeda dengan pasien √
obstetri dan ginekologi.
Peran Perawat Dalam Early Warning Score (EWS)
33 Perawat melakukan evaluasi ulang terhadap skor EWS jika pasien berada pada √
kategori risiko rendah.
34 Jika skor EWS lebih dari 6 maka perawat tidak perlu memanggil tim gawat √
darurat.
35 Jika skor EWS 4 maka perlu dilakukan observasi tiap 2 jam. √
36 Penskoran EWS digunakan setiap waktu dan selama perawat berdinas. √
37 Penskoran EWS dilakukan setiap 4 jam. √
38 Penskoran EWS tidak berhubungan dengan patient safety. √
39 Fungsi perawat primer dalam penskoran EWS yaitu bertanggung jawab dalam √
pengambilan keputusan medis.
40 Penskoran EWS tidak perlu dievaluasi apabila tanda-tanda vital pasien telah √
mengalami perbaikan.
41 Jika skor EWS 4 sampai 5 maka perawat primer melakukan pengkajian ulang dan √
menilai skor EWS.
42 Jika kondisi pasien tidak membaik selama 30 menit setelah dilakukan tindakan √
resusitasi maka perlu rujuk ICU.
43 Perawat berperan penting dalam penskoran EWS untuk meminimalkan perburukan √
(deterioration) dan kematian mendadak (sudden death).
44 Penskoran EWS merupakan bagian dari asuhan keperawatan. √
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tingkat Pendidikan
Cumulati
ve
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Masa Bekerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kategori Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
% within Kategori
70.0% 83.3% 90.0% 81.3%
Pengetahuan
41-60 Count 3 2 1 6
tahun Expected Count 1.9 2.3 1.9 6.0
% within Kategori
30.0% 16.7% 10.0% 18.8%
Pengetahuan
% of Total 9.4% 6.3% 3.1% 18.8%
Total Count 10 12 10 32
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1.88.
Kategori Pengetahuan
Tingkat D3 Count 8 11 10 29
Pendidikan KEPERAWATAN Expected Count 9.1 10.9 9.1 29.0
% within
90.6
Kategori 80.0% 91.7% 100.0%
%
Pengetahuan
% of Total 90.6
25.0% 34.4% 31.3%
%
S1 Count 2 1 0 3
KEPERAWATAN Expected Count .9 1.1 .9 3.0
% within
Kategori 20.0% 8.3% 0.0% 9.4%
Pengetahuan
% within
100.0
Kategori 100.0% 100.0% 100.0%
%
Pengetahuan
% of Total 100.0
31.3% 37.5% 31.3%
%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .94.
% within Jenis
0.0% 100.0% 0.0% 100.0%
Kelamin
% within Kategori
0.0% 50.0% 0.0% 18.8%
Pengetahuan
Perempua Count 10 6 10 26
n Expected Count 8.1 9.8 8.1 26.0
% within Jenis
38.5% 23.1% 38.5% 100.0%
Kelamin
% within Kategori
100.0% 50.0% 100.0% 81.3%
Pengetahuan
% within Jenis
31.3% 37.5% 31.3% 100.0%
Kelamin
% within Kategori
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Pengetahuan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 12.308 2 .002
Likelihood Ratio 14.249 2 .001
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000
N of Valid Cases 32
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1.88.
Masa Bekerja * Kategori Pengetahuan Crosstabulation
Kategori Pengetahuan
% within Kategori
60.0% 66.7% 70.0% 65.6%
Pengetahuan
11-20 Count 4 3 3 10
tahun Expected Count 3.1 3.8 3.1 10.0
% within Kategori
40.0% 25.0% 30.0% 31.3%
Pengetahuan
21-30 Count 0 1 0 1
tahun Expected Count .3 .4 .3 1.0
% within Kategori
0.0% 8.3% 0.0% 3.1%
Pengetahuan
Total Count 10 12 10 32
% within Kategori
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Pengetahuan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 2.146 4 .709
Likelihood Ratio 2.433 4 .657
Linear-by-Linear Association .163 1 .686
N of Valid Cases 32
a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .31.
Flowchart Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Pengetahuan Dalam Penilaian Early Warning Score di ruang Perawatan
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2020
Waktu Penelitian
No Kegiatan Jan Feb Maret April Mei Juni
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Pengajuan Judul
2. Izin Pengambilan Data Awal
3. Pengambilan Data Awal
4. Penyususnan Proposal
Penelitian
5. Seminar Proposal
6. Prosedur Izin Penelitian
7. Memberi Informed Consent
8. Pengolahan Data
Menggunakan Komputerisasi
9. Analisa Data
10. Hasil
11. Seminar Hasil
12. Revisi Skripsi
13. Pengumpulan Skripsi