Anda di halaman 1dari 111

SKRIPSI

GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG


DIET DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS
SARIMATONDANG KECAMATAN
SIDAMANIK TAHUN 2021

Oleh:
Jesica Paulina Damanik
NIM. 012018011

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2021
STIKes Santa Elisabeth Medan ii

SKRIPSI

GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG


DIET DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS
SARIMATONDANG KECAMATAN
SIDAMANIK TAHUN 2021

Memperoleh Untuk Gelar Ahli Madya Keperawatan


dalam Program Studi D3 Keperawatan
pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan

Oleh:
Jesica Paulina Damanik
NIM. 012018011

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2021

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan iii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : JESICA PAULINA DAMANIK


NIM : 012018011
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul Skripsi : Gambaran Pengetahuan Lansia tentang Diet
Diabetes Melitus di Puskesmas Sarimatondang
Kecamatan Sidamanik Tahun 2021

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya
buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata
dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di STIKes Santa
Elisabeth Medan.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.

Medan, 17 Mei 2021

(Jesica Paulina Damanik)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan iv

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
Tanda Persetujuan Skripsi
Nama : Jesica Paulina Damanik
NIM : 012018011
Judul : Gambaran Pengetahuan Lansia tentang Diet Diabetes Melitus
di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik Tahun
2021

Menyetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang Ahli Madya Keperawatan


Medan, 17 Mei 2021

Pembimbing Ketua Program Studi D3 Keperawatan

( Indra Hizkia P., S.Kep., Ns., M.Kep) ( Indra Hizkia P., S.Kep., Ns., M.Kep)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan v

Telah Diuji

Pada Tangal, 17 Mei 2021

PANITIA PENGUJI

Ketua : Indra Hizkia P., S.Kep., Ns., M.Kep

……………………………………

Anggota : 1. Nagoklan Simbolon, SST., M.Kes

……………………………………

2. Meriati Bunga Arta Purba, SST., M.K.M

……………………………………

Mengetahui
Ketua Program Studi D3 Keperawatan

(Indra Hizkia P., S.Kep., Ns., M.Kep)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan vi

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
Tanda Pengesahan Skripsi
Nama : Jesica Paulina Damanik
NIM : 012018011
Judul : Gambaran Pengetahuan Lansia tentang Diet Diabetes Melitus di
Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik Tahun 2021

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji


sebagai pernyataan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
pada Senin, 17 Mei 2021 dan dinyatakan LULUS

TIM PENGUJI: TANDA TANGAN

Penguji I : Indra Hizkia P., S.Kep., Ns., M.Kep

Penguji II : Nagoklan Simbolon, SST., M.Kes

Penguji III : Meriati Bunga Arta Purba, SST., M.K.M

Mengetahui Mengesahkan
Ketua Program Studi D3 Keperawatan Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan

(Indra Hizkia P., S.Kep., Ns., M.Kep) (Mestiana Br.Karo, M.Kep., DNSc)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth


Medan, saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : JESICA PAULINA DAMANIK


NIM : 012018011
Program Studi : D3 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan Hak Bebas Royalti
Non-eksklusif (Non-executive Royalti Free Right) atas skripsi saya yang berjudul :
Gambaran Pengetahuan Lansia tentang Diet Diabetes Melitus di Puskesmas
Sarimatondang Kecamatan Sidamanaik Tahun 2021.
Dengan hak bebas royalti Non-eksklusif ini Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Santa Elisabeth Medan menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengolah, dalam bentuk pangkalan (database), merawat dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau
pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, 17 Mei 2021.


Yang menyatakan

(Jesica Paulina Damanik)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan viii

ABSTRAK

Jesica Paulina Damanik 012018011


Gambaran Pengetahuan Lansia tantang Diet Diabetes Melitus di Puskesmas
Sarimatondang Kecamatan Sidamanik Tahun 2021

Prodi D3 Keperawatan 2021


Kata kunci : Pengetahuan, Diet diabetes melitus, Lansia

(xvii + 75 + Lampiran )

Pengetahuan penderita tentang DM merupakan sarana yang dapat membantu


penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga semakin
banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin
mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya. Meningkatnya penderita DM
setiap tahunnya di sebabkan oleh tingkat pengetahuan yang rendah tentang
penatalsanaan diet DM yang meliputi jumlah makan, jenis makanan, jadwal
makan, dan hal – hal yang harus diperhatikan, sehingga perlu adanya penyuluhan
tentang penatalaksanaan diet DM. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
gambaran pengetahuan lansia di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik
tahun 2021. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
teknik pengambilan sampel consecutive sampling dimana sampel sebanyak 73
responden. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan 20
pertanyaan. Hasil penelitian pengetahuan lansia tentang diet diabetes melitus
terdapat kategori pengetahuan baik 57 responden (78%), kategori pengetahuan
cukup yaitu 11 responden (15%), dan kategori pengetahuan kurang 5 responden
(7%). Disimpulkan bahwa penelitian mayoritas responden memiliki tingkat
pengetahuan baik tentang diet diabetes melitus. Diharapkan kepada lansia yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang agar mendapatkan penyuluhan ataupun
seminar baik individu maupun kelompok.

Daftar Pustaka (2009 – 2020)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan ix

ABSTRACT

Jesica Paulina Damanik 012018011


An overview of the knowledge of the elderly about the Diabetes Mellitus Diet at
the Sarimatondang Health Center, Sidamanik District in 2021

D3 Nursing Study Program 2021


Keywords: Knowledge, Diabetes mellitus diet, Elderly

(xvii + 75 + Attachments )
Patients' knowledge about DM is a tool that can help sufferers to carry out
diabetes management throughout their lives so that the more and better people
understand about their disease, the more they understand how to change their
behavior. The increase in DM sufferers every year is caused by a low level of
knowledge about DM diet management which includes the amount of food, type of
food, meal schedule, and things that must be considered, so there is a need for
counseling about the management of DM diet. The purpose of the study was to
describe the knowledge of the elderly at the Sarimatondang Public Health Center,
Sidamanik District in 2021. This study used a descriptive research method with
consecutive sampling technique where the sample was 73 respondents. The data
collection instrument used a questionnaire with 20 questions. The results of the
research on the knowledge of the elderly about diabetes mellitus diet there are
good knowledge categories 57 respondents (78%), sufficient knowledge category
is 11 respondents (15%), and lack of knowledge category 5 respondents (7%). It
was concluded that the majority of respondents had a good level of knowledge
about diabetes mellitus diet. It is hoped that the elderly who have a low level of
knowledge will receive counseling or seminars both individually and in groups.

Bibliography (2009 – 2020)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian

ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul skripsi ini adalah

“Gambaran Pengetahuan Lansia tentang Diet Diabetes Melitus di Puskesmas

Sarimatondang Kecamatan Sidamanik Tahun 2021”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi D3

Keperawatan di STIKes Santa Elisabeth Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,

perhatian dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Mestiana Br. Karo, M. Kep., DNSc selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth

Medan yang telah memberikan semangat, dukungan, perhatian serta

kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti serta menyelesaikan pendidikan di

STIKes Santa Elisabeth Medan.

2. dr. Sorta Tinambunan, selaku Kepala Puskesmas beserta jajarannya di

Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik yang telah mengijinkan

penulis untuk melakukan pengambilan data awal dan melakukan penelitian

kepada masyarakat lanjut usia di Puskesmas Sialang Buah Kecamatan Teluk

Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

3. Indra Hizkia P., S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Ketua Program Studi D3

Keperawatan dan dosen pembimbing yang telah memberikan semangat,

dukungan serta kesempatan kepada penulis untuk melakukan penyusunan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xi

skripsi dalam upaya penyelesaian pendidikanpendidikan di STIKes Santa

Elisabeth Medan.

4. Hotmarina Lumban Gaol, S. Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing akademik

yang selalu memberi semangat, dukungan serta doa kepada saya untuk

menyelesaikan skripsi ini sehingga saya mampu menyelesaikan proposal saya

dengan baik.

5. Nagoklan Simbolon, SST., M.Kes selaku penguji II yang telah memberi

bimbingan dan masukan selama penyusunan skripsi ini sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Meriati Bunga Arta Purba, SST., M.K.M selaku penguji III yang telah

memberi bimbingan dan masukan selama penyusunan skripsi ini sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Seluruh staf dosen dan pegawai STIKes program studi D3 Keperawatan Santa

Elisabeth Medan yang telah membimbing, mendidik, dan memotivasi dan

membantu penulis dalam menjalani pendidikan.

8. Teristimewa keluarga tercinta saya, Ayah saya Kanserto Damanik dan Ibu

saya Runggu Siallagan , kakak saya Evi Juliani Damanik dan Adek saya

Dela Octaviani Damanik, Dexmen Febriano Damanik, dan seluruh keluarga

besar saya atas doa, didikan, dukungan baik dari segi materi maupun motivasi

yang diberikan kepada saya.

9. Seluruh teman – teman mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan, terkhusus

angkatan ke XXVII yang telah memberikan semangat, dukungan dan

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xii

10. Teruntuk Febriady Marpaung yang selalu memberi masukan, motivasi serta

dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

proposal ini. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Medan, 17 Mei 2021

Penulis

(Jesica Paulina Damanik)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xiii

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN .......................................................................................... i
SAMPUL DALAM ......................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv
HALAMAN PENETAMAN PANITIA PENGUJI ..................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vi
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ........................................................ vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................... 8
1.4.2 Manfaat Praktisi ................................................................... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10


2.1. Pengetahuan ................................................................................. 10
2.1.1.Defenisi ................................................................................ 10
2.1.2.Jenis Pengetahuan ............................................................... 10
2.1.3.Tingkat Pengetahuan ........................................................... 11
2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan ........................................... 13
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ................. 14
2.1.6 Kriteria Tingkat Pengetahuan............................................... 15
2.2. Lansia ............................................................................................ 16
2.2.1.Defenisi Lansia ..................................................................... 16
2.2.2.Proses Penuaan ..................................................................... 17
2.2.3.Perubahan Perubahan yang Terjadi pada Lansia .................. 20
2.2.4.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Penuaan ........... 26
2.3. Diabetes Melitus ........................................................................... 26
2.3.1.Diabetes Melitus (DM tipe I)............................................... 26
2.3.1.1 Defenisi Diabetes Melitus Tipe 1 ............................ 26
2.3.1.2 Gejala Diabetes Melitus Tipe 1 ............................... 27
2.3.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus Tipe 1......................... 28
2.3.1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1 ..................... 30
2.3.1.5 Epidemiologi Diabetes Melitus Tipe 1 .................... 31
2.3.1.6 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 1 .......................... 32

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xiv

2.3.2.Diabetes Melitus (DM tipe II) .............................................. 34


2.3.2.1 Defenisi Diabetes MElitus Tipe 2 ............................ 34
2.3.2.2 Gejala Diabetes Melitus tipe 2 ................................. 34
2.3.2.3 Patofisiologi Diet Melitus tipe 2 .............................. 35
2.3.2.4 Epidemiologi Diabetes Melitus tipe 2 ..................... 36
2.3.2.5 Diagnosis Diabetes Melitus tipe 2 ........................... 36
2.3.2.6 Faktor Resiko DM tipe 2 ......................................... 37
2.4 Pola Diet DM ................................................................................. 40
2.4.1 Pengertian Diet ..................................................................... 40
2.4.2 Tujuan................................................................................... 41
2.4.3 Diet Pada Pasien DM ........................................................... 41
2.4.4 Jenis-jenis Diet Diabetes Melitus ......................................... 49

BAB 3 KERANGKA KONSEP................................................................... 53


3.1. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 53
3.2. Hipotesis ........................................................................................ 54

BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................ 55


4.1. Rancangan Penelitian .................................................................... 55
4.2. Populasi dan Sample ..................................................................... 55
4.2.1 Populasi ................................................................................ 55
4.2.2 Sampel .................................................................................. 56
4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 57
4.3.1 Defenisi Variabel.................................................................. 57
4.3.2 Defenisi Operasional ............................................................ 58
4.4. Instrumen Penelitian ...................................................................... 60
4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 61
4.5.1 Lokasi ................................................................................... 61
4.5.2 Waktu Penelitian .................................................................. 61
4.6. Prosedur Pengambilan Data dan Teknik Pengumpulan Data........ 61
4.6.1 Pengambilan Data ............................................................... 61
4.6.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 62
4.6.3 Uji validitas dan reabilitas .................................................... 62
4.7. Kerangka Operasional ................................................................... 64
4.8. Analisa Data .................................................................................. 64
4.9. Etika Penelitian ............................................................................. 65

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 67


5.1 Gambaran Lokasi Penelitian .......................................................... 67
5.1.1 Petugas Puskesmas Sarimatondang ...................................... 68
5.1.2 Visi dan Misi Puskesmas Sarimatondang ............................ 69
5.2 Data Demografi .............................................................................. 70
5.3 Pembahasan .................................................................................... 72

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 75


6.1 Simpulan......................................................................................... 75

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xv

6.2 Saran ............................................................................................... 75


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76

LAMPIRAN ................................................................................................... 79

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xvi

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 4.1 Defenisi Operasional Pengetahuan Lansia tentang Diet


Diabetes Melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan
Sidamanik Tahun 2021 ............................................................ 60
Tabel 5.2 Daftar Urutan Kepangkatan Puskesmas Sarimatondang .......... 68
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden di Puskesmas Sarimatondang
Kecamatan Sidamanik .............................................................. 70
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan Lansia tentang
Diet Diabetes Melitus di Puskesmas Sarimatondang
Kecamatan Sidamanik Tahun 2021 ......................................... 71
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia tentang Diet
Diabetes Melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan
Sidamanik Tahun 2021 ............................................................ 72

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xvii

DAFTAR BAGAN
Halaman

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengetahuan Lansia tentang Diet Diabetes


Melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik
Tahun 2021............................................................................... 53
Bagan 4.2 Kerangka Operasional Pengetahuan Lansia tentang Diet
Diabetes Melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan
Sidamanik Tahun 2021 ............................................................ 64

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengajuan Judul Proposal ....................................................................... 79


2. Usulan Judul Skripsi dan Tim Pembimbing ............................................ 80
3. Permohonan Pengambilan Data Awal Penelitian ................................... 81
4. Surat Persetujuan Menjadi Responden .................................................... 82
5. Informed Consent ................................................................................... 83
6. Surat Persetujuan Kuesioner ................................................................... 84
7. Kuesioner .............................................................................................. 85
8. Daftar Konsul .......................................................................................... 88
9. Surat Persetujuan Etik ............................................................................. 91
10. Surat Balasan Ijin Penelitian ................................................................... 92
11. Master Data Responden .......................................................................... 93

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut (WHO, 2018), lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang berusia

60 tahun keatas. Lansia adalah klasifikasi umur pada manusia yang telah

menghadapi tahap akhir dari sebuah fase kehidupan. Kelompok yang

diklasifikasikan lansia ini umumnya menjalani suatu proses dalam kehidupan

yang disebut Aging Process atau proses menjadi tua.

Data dari World Population Prospects (2016) menjelaskan ada 901 juta

orang berusia 60 tahun atau lebih diproyeksikan akan tumbuh sekitar 56% dari

901 juta orang menjadi 1,4 milyar. Jumlah penduduk lansia berdasarkan data

proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk

lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020

(27,08), tahun 2025 (33,69 juta), dan tahun 2035 (48,19 juta) (Kementrian

Kesehatan RI, 2017). Jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia pada tahun 2018

sebanyak 9,27% atau setara dengan 24,49 juta lansia, jumlah ini mengalami

peningkatan dari tahun 2017 yang hanya 8,97% atau setara dengan 23,4 juta lansia

(Badan Pusat Statistik, 2018). Hasil sensus penduduk tahun 2016, jumlah lansia di

Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebanyak 245.166 jiwa ( Badan Pusat Statistik

Sulawesi Utara, 2017).

Saat ini lansia merupakan penduduk dengan jumlah perkembangan yang

cukup besar. Secara umum, populasi penduduk usia 60 tahun ke atas di negara

maju pada tahun 2011 adalah 20% dari total jumlah penduduk dan diperkirakan

STIKes Santa Elisabeth Medan 1


STIKes Santa Elisabeth Medan 2

meningkat menjadi 32% pada tahun 2050. Sementara itu, di negara berkembang,

jumlah penduduk usia 60 tahun keatas pada tahun 2011 adalah 15% dari total

jumlah penduduk dan diperkirakan meningkat menjadi 20% antara 2015-2050

(Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan data Riskedas tahun 2018, penyakit yang terbanyak pada

lansia adalah untuk penyakit tidak menular antara lain: Hipertensi, masalah gigi,

penyakit sendi, masalah mulut, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke dan

penyakit menular antara lain seperti ISPA, diare, dan pneumia. Jumlah lansia

perempuan lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan

dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki, adapun lansia yang tinggal di pedesaan

sebanyak 10,87 juta jiwa, lebih banyak daripada lansia yang tinggal di perkotaan

yaitu 9,37 juta jiwa (Kemenkes, 2019)

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis

yang ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemia) disebabkan karena

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh

dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat

digunkanan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak

adanya insulin menjadikan glukosa tertanam didalam darah dan menimbulkan

peningkatan glukosa darah. Sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang

sangat penting dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Fauzi, 2015).

(American Diabetes Association (ADA), 2010), Diabetes melitus merupakan

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 3

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2017 melaporkan

bahwa jumlah pasien DM didunia pada tahun 2017 mencapai 425 juta orang

dewasa berusia antara 20–79 tahun Data Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas)

menunjukkan bahwa prevalensi pasien diabetes provinsi Jawa Timur masuk 10

besar se-Indonesia dengan prevalensi 6,8% (Kominfo Jatim, 2015). Dinas

Kesehatan Surabaya mencatat sebanyak 32.381 pasien DM sepanjang tahun 2016.

Data pendahuluan yang didapatkan oleh peneliti menunjukkan bahwa pasien DM

sebanyak 2.195 orang dari Januari sampai Maret 2018 yang tersebar di lima

puskesmas dengan jumlah penderita DM tertinggi di Surabaya. Jumlah ini tersebar

di Surabaya Timur (Puskesmas Klampis Ngasem= 353 orang), Surabaya Barat

(Puskesmas Asemrowo= 367 orang), Surabaya Pusat (Puskesmas Kedungdoro=

135 orang), Surabaya Utara (Puskesmas Tanah Kalikedinding= 615 orang), dan

Surabaya Selatan (Puskesmas Jagir = 725 orang) (Kusnanto, 2019).

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah 8,2 juta lansia

mederita DM. Peningkatan prevalasi DM pada lansia tidak dapat dipisahkan dari

pola makanan dan gaya hidupnya, di perkirakan penyebabnya karena ketidak

patuhan penderita DM dalam pengelolahan diet. Peningkatan prevalasi DM lansia

berhubungan dengan obesitas, stress emosional dan juga bisa dari kurangnya

aktifitas fisik. Kemajuan Ekonomi memberikan dampak semakin banyaknya

makanan capat saji, olahraga yang kurang dan tingkat emosi tinggi (Rizaldy,

2012).Jumlah lansia di seluruh dunia mencapai 901 juta jiwa (Depertemen Sosial,

2015). Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 8,48%

menjadi 9,77% pada tahun 2015 (Muhith & Siyoto 2016). Memperkirakan jumlah

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 4

lansia akan mencapai 11,34% dari seluruh penduduk Indonesia di tahun 2020.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan data terbaru Riset Kesehatan Dasar

2018, secara umum angka prevalensi diabetes mengalami peningkatan cukup

signifikan selama lima tahun terakhir. Di tahun 2013, angka prevalensi diabetes

pada orang dewasa mencapai 6,9 persen, dan di tahun 2018 angka terus melonjak

menjadi 8,5 persen. Diabetes Melitus telah menjadi masalah kesehatan dunia.

Jumlah penderita Diabetes Melitus mengalami peningkatan yang cukup signifikan

karena perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat, prevalensi dan

insiden penyakit ini meningkat secara drastis dinegera-negara maju dan sedang

berkembang masuk ke Indonesia, tahun 2009 terdapat sekitar 230 juta kasus

Diabetes Melitus di dunia yang perkirakan akan meningkat setiap tahunnya.

Di Provinsi Lampung ada 3 besar penyakit tidak menular terbanyak

seperti hipetensi sebesar 62,41%, diabetes melitus sebesar 20,87% dan obesitas

sebesar sebesar 11,82%. Selain itu, di Provinsi Lampung pada tahun 2018 ada 3

Kota atau Kabupaten yang memiliki presentasi terbesar masalah penyakit diabetes

melitus yaitu Metro sebesar 3,3%, Bandar Lampung sebesar 2,3% dan Pringsewu

sebesar 1,8% (Riskesdas Provinsi Lampung, 2018). Di Kabupaten Pringsewu

prevalensi diabetes melitus pada tahun 2018 berjumlah 18.876 kasus (1,8%). Di

tahun 2018 ada 3 Puskesmas dengan prevalensi diabetes melitus terbanyak berada

di Puskesmas Gading Rejo berjumlah 2.439 kasus, Puskesmas Sukoharjo

berjumlah 2.270 kasus dan Puskesmas Pringsewu berjumlah 2.151 kasus.

Puskesmas Sukoharjo berada urutan ke 2 tertinggi di Kabupaten Pringsewu

(Dinkes Kabupaten Pringsewu, 2018). Berdasarkan data yang didapat di

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 5

Puskesmas Sukoharjo pada tahun 2018 jumlah prevalensi diabetes melitus

sebanyak 2.270 kasus dengan penderita lansia sebanyak 1.256 kasus tapi pada

tahun 2019 jumlah prevalensi diabetes melitus mengalami penurunan menjadi 490

kasus dengan penderita lansia sebanyak 254 kasus. Kemudian pada bulan Januari

– Maret tahun 2020 jumlah prevalensi diabetes melitus 109 kasus dengan

penderita lansia sebanyak 68 kasus. Berdasarkan hasil wawancara tanggal 22

April Tahun 2020 kepada 5 lansia penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah

Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Pringsewu yang gula darahnya naik

semuanya dikarenakan tidak menjalani diet makanan yang dianjurkan dokter

maksudnya penderita memiliki pola makan yang tidak baik seperti makan –

makanan mengandung banyak gula, lemak dan nutrium serta makan sehari hanya

2 kali sekali.

Penelitian dari Insiyah (2015) pada 45 penderita DM menunjukkan bahwa

lebih dari 65% responden belum dapat mematuhi diet terkait jenis

makanan,jumlah makanan dan jadwal makan karena pasien belum mampu

menetapkan jumlah kalori yang harus dikonsumsinya per hari dalam jumlah yang

lengkap.

Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan terhadap objek

yakni penglihatan,pendengaran,penciuman,rasa dan perabaan. Pada waktu

penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi intensitas

perhatian persepsi terhadap objek.pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh

melalui indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2016).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 6

Pengetahuan pasien tentang diet DM yang rendah dapat mempengaruhi

persepsi pasien tentang penyakitnya, motivasi, manajemen koping dan perubahan

perilaku (Sousa & Zauseniewski, 2015). Hasil penelitian oleh Misdarini (2017)

memperoleh hasil bahwa mayoritas pasien memiliki tingkat pengetahuan yang

kurang sebanyak 54,9% dan kadar gula darah pasien rata-rata 246,9 mg/dl.

Rendahnya pengetahuan yang dimiliki responden mengenai penyakit DM

berdampak pada ketidakmampuan responden dalam mengontrol kadar gula darah

sehingga kadar gula darah menjadi tinggi. Penelitian lainnya yang berkaitan

dengan pengetahuan terhadap penyakit DM dilakukan Lestari, dkk (2017)

terhadap 29 responden diperoleh sebagian besar responden (65,5%) memiliki

pengetahuan kurang, dan 58,6% sikap negatif, 89,7% tidak patuh mengkonsumsi

jumlah kalori, 100% tidak patuh jadwal makan, dan 65,5% tidak patuh

mengkonsumsi jenis makanan, kadar GDS (Gula Darah Sewaktu) responden

sebesar 65,5% tidak terkontrol. Kedua penelitian ini menyatakan pengetahuan

tentang DM berdampak pada kepatuhan terhadap diet DM dan kadar gula darah.

Pengetahuan penderita tentang diet DM merupakan sarana yang dapat

membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya

sehingga semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang

penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan

mengapa hal itu diperlukan (Waspadji, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 85 responden di

Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi (Nofa Anggraini & Handayani, 2018),

dari hasil uji analisis data menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 7

antara pengetahuan dengan diet pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Islam

Jakarta Pondok Kopi. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang diperoleh dari

hasil uji analisis sebagai berikut: Hasil penelitian menurut pengetahuan

didominasi oleh pengetahuan kurang sebanyak 58 orang (68,2%) karena tidak

mengetahui diet DM dan pengetahuan baik sebanyak 27 orang (31,8%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Karanganyar

(Farida, 2018). Bahwa subjek dengan pengetahuan yang baik cenderung lebih

mematuhi rekomendasi diet yang diberikan (63,9%). Hal ini dikarenakan dengan

penambahan pengetahuan dapat meningkatkan kemampuan kognitif seseorang

yang kemudian dapat menghasilkan respon berupa perubahan sikap maupun

perilaku 18. Meskipun begitu, sebanyak 51,9% subjek penelitian dengan tingkat

pendidikan yang rendah tergolong patuh terhadap rekomendasi diet. Individu

dengan tingkat pengetahuan yang rendah tidak mutlak memiliki kepatuhan yang

rendah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 85 responden di

Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi, Hasil penelitian menurut pengetahuan

didominasi oleh pengetahuan kurang sebanyak 58 orang (68,2%) karena tidak

mengetahui diet DM dan pengetahuan baik sebanyak 27 orang (31,8%) (Nofa,

2018).

Dari data yang diperoleh, penyakit Diabetes Melitus di Puskesmas

Sarimatondang Kecamatan Sidamanik merupakan 10 penyakit terbesar diurutan

ke-8. Dan berdasarkan data survei awal yang telah dilakukan bahwa penderita

Diabetes Melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik meningkat

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 8

setiap tahunnya. Dari data survey awal yang dilakukan di Puskesmas

Sarimatondang Kecamatan Sidamanik bahwa penderita diabetes melitus pada

tahun 2017 berjumlah 248 penderita, pada tahun 2018 berjumlah 252 penderita,

pada tahun 2019 berjumlah 262 penderita, dan 264 penderita pada tahun 2020.

Kurangnya pengetahuan lansia tentang diet diabetes melitus, sehingga penulis

tertarik untuk meneliti penyakit tersebut dengan judul gambaran pengetahuan

lansia tentang diet diabetes melitus.

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimana gambaran pengetahuan lansia tentang diet diabetes melitus di

Puskesmas Sarimatondang Sidamanik Tahun 2021?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan lansia

tentang diet diabetes melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik

tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian

mengenai gambaran pengetahuan lansia untuk mengetahui gambaran pengetahuan

lansia tentang penyakit diabetes melitus di Puskemas Sarimatondang Sidamanik

tahun 2021.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 9

1.4.2 Manfaat Praktisi

1. Puskesmas Sarimatondang Sidamanik

Sebagai bahan informasi untuk menambah data dan memasukkan hasil

penelitian ini dalam Program Kerja Puskesmas khususnya penyuluhan

tentang pengetahuan lansia pada penyakit diabetes melitus di Puskesmas

Sarimatondang Kecamatan Sidamanik.

2. Peneliti

Sebagai penambah wawasan untuk peneliti dan mengembangkan

pengetahuan tentang gambaran pengetahuan lansia tentang penyakit

diabetes melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik

tahun 2021.

3. Lansia penderita DM di Puskesmas Sarimatondang

Sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan wawasan lansia penderita

DM tentang pengetahuan diet diabetes melitus pada lansia di Puskesmas

Sarimatondang Kecamatan Sidamanik tahun 2021.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia yakni indra pengelihatan, pendengaran, penghiduan, perasa,

dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Makhfudli, 2013).

Pengetahuan merupakan aspek penting yang sangat vital dalam

keperawatan. Pengetahuan adalah informasi yang dapat merubah seseorang atau

sesuatu, dimana pengetahuan itu menjadi dasar dalam bertindak, atau pengetahuan

itu menjadikan seorang individu atau suatu institusi memiliki kecakapan dalam

melakukan tindakan yang benar (Misrah, 2013).

2.1.2 Jenis pengetahuan

Murwani (2014) menyatakan jenis pengetahuan terbagi atas 2 diantaranya

sebagai berikut:

1. Pengetahuan implisit

Pengetahuan impilisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam

bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat

nyata, seperti keyakinan pribadi, perpektif dan prinsip. Pengetahuan

STIKes Santa Elisabeth Medan 10


STIKes Santa Elisabeth Medan 11

seseorang biasanya sulit untuk di transfer ke orang lain baik secara tertulis

maupun lisan.

2. Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan yang telah di dokumentasikan atau disimpan dalam wujud

nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata bisa

dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan

kesehatan.

2.1.3 Tingkat pengetahuan

Makhfudi (2013) mengidentifikasi tingkat pengetahuan terdiri dari 6

tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Contohnya dapat menyebutkan tanda-tanda bahaya pasien tenggelam.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 12

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Contohnya

dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan bergizi pada masa post

partum.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum–hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Contohnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-

perhitungan hasil penelitian.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen–komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

5. Sintesis (synthetic)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Contohnya dapat

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 13

menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang ada. Contohnya, dapat membandingkan antara berat

badan normal dan berat badan berkurang.

2.1.4 Cara memperoleh pengetahuan

Murwani (2014) menyatakan cara memperoleh pengetahuan terdiri dari 2

yaitu:

1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a. Cara coba salah (trial and eror)

Cara ini diperoleh sebelum kebudayaan, bahkan mungkin belum ada

peradaban dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba

kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat di pecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Cara ini berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau non

formal, ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip

oranglain yang menerima yang dike mukakan orang yang mempunyai

otoritas, tanpa membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta

empiris maupun penalaran sendiri.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 14

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Cara ini digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

Metode ini penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi

penelitian. Mula-mula dikembangkan Francis Bacon (1561-1626),

kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu

cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini dikenal dengan

penelitian ilmiah.

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Irmayati 2007 dalam Prasetyo (2017) menjelaskan bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok serta usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

semakin banyak ilmu dan pengetahuan yang didapatkan.

2. Keterpaparan informasi

Informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi dapat dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari serta diteruskan melalui komunikasi interpersonal

atau melalui media massa antara lain televisi, radio, koran, majalah, dan

internet.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 15

3. Pengalaman

Pengalaman merupakan upaya memperoleh pengetahuan. Sejalan dengan

bertambahnya usia seseorang maka pengalaman juga semakin bertambah.

Seseorang cenderung menerapkan pengalamannya terdahulu untuk

memecahkan masalah yang dihadapi.

2.1.6 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Arikunto 2010 dalam Prasetyo (2017), pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan

yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya. Adapun jenis pertanyaan

yang dapat digunakan unuk pengukuran pengetahuan secara umum dibagi menjadi

2 jenis yaitu:

1. Pertanyaan subjektif

Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan essay digunakan

dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga

hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.

2. Pertanyaan objektif

Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choise), betul

salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti oleh penilai.

Murwani (2014) menyatakan kriteria tingkat pengetahuan berdasarkan

sifat:

1. Pengetahuan baik : hasil persentase 76%-100% benar dari total jawaban

pertanyaan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 16

2. Pengetahuan cukup : hasil persentase 56%-75% benar dari total jawaban

pertanyaan.

3. Pengetahuan kurang : hasil persentase <56% dari total jawaban

pertanyaan.

2.2 Lansia

2.2.1 Defenisi Lansia

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir

dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami

suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaaan.(Wahyudi, 2008).

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses

menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses

alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak,

dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016).

Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua

akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang

terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik,

mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya

sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada

makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan

kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan

degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan

jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 17

lebih rentan terkena berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan

dengan orang dewasa lain (Kholifah, 2016).

Pada lansia akan mengalami proses hilangnya kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri secara perlahan sehingga tidak dapat mempertahankan tubuh

dari infeksi dan tidak mampu memperbaiki jaringan yang rusak (Constantinides,

1994 dalam Sunaryo, et.al, 2016).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia 1999 dalam Uyun (2019) Lanjut

usia dibagi dalam empat tahapan, yaitu:

1. Usia pertengan (middle age) yaitu rentang usia 45 – 59 tahun,

2. Usia lanjut (elderly) yaitu usia rentang usia 60 – 74 tahun,

3. Usia tua (old) yaitu rentang usia 75 – 90 tahun,

4. Usia sangat tua (very old) yaitu usia >90 tahun.

2.2.2 Proses Penuaan

Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang bertambah dan

mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi organ juga

mengalami penurunan. Banyak factor yang dapat mempengaruhi terjadinya

penuaan yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor genetik yang

melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap stres dan pertahanan terhadap

antioksidan. Selanjutnya faktor lingkungan meliputi pemasukan kalori, berbagai

macam penyakit dan stres dari luar, misalnya radiasi atau bahan-bahan kimiawi.

Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi aktivitas metabolism sel yang

menyebabkan stres oksidasi sehingga terjadinya kerusakan sel dan terjadinya

proses penuaan (Sunaryo, et.al, 2016).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 18

Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) terdapat

beberapa teori penuaan (aging process) yaitu:

1. Teori Biologis

Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang

dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada tubuh

dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologi. Proses menua

merupakan terjadinya perubahan struktur dan fungsi tubuh selama fase

kehidupan. Teori biologis lebih menekan pada perubahan struktural sel

atau organ tubuh termasuk pengaruh agen patologis.

2. Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging)

Teori psikologi menjelaskan bagaimana seorang merespon

perkembangannya. Perkembangan seseorang akan terus berjalan walaupun

seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri dari teori hierarki

kebutuhan manusia maslow (maslow’s hierarchy of human needs), yaitu

tentang kebutuhan dasar manusia dari tingkat yang paling rendah

(kebutuhan biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih saying dan harga diri)

sampai tingkat paling tinggi (aktualisasi diri). Teori individualisme jung

(jung’s theory of individualisme), yaitu sifat manusia terbagi menjadi dua,

yaitu ekstrover dan introver. Pada lansia akan cenderung introver, lebih

suka menyendiri. Teori delapan tingkat perkembangan erikson (erikson’s

eight stages of life), yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai

seseorang adalah ego integrity vs disappear. Apabila seseorang mampu

mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi orang yang

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 19

bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi

lansia yang bertanggung jawab dan kehidupannya berhasil).

3. Teori Kultural

Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham (1992) yang

menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya

yang dianutnya. Budaya merupakan sikap, perasaan, nilai dan kepercayaan

yang terdapat pada suatu daerah dan dianut oleh kaum orang tua. Budaya

yang dimiliki sejak ia lahir akan selalu dipertahankan sampai tua.

4. Teori Sosial

Teori social dikemukakan oleh Lemon (1972) yang meliputi teori aktivitas

(lansia yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial), teori pembebasan

(perubahan usia seseorang mengakibatkan seseorang menarik diri dari

kehidupan sosialnya) dan teori kesinambungan (adanya kesinambungan

pada siklus kehidupan lansia, lansia tidak diperbolehkan meninggalkan

peran dalam proses penuaan).

5. Teori Genetika

Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965) bahwa proses penuaan

memiliki komponen genetilk. Dilihat dari pengamatan bahwa anggota

keluarga yang cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka

mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa mengikutsertakan meninggal

akibat kecelakaan atau penyakit.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 20

6. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem imun untuk mengenali

dirinya berkurang sehinggal terjadinya kelainan pada sel, perubahan ini

disebut peristiwa autoimun (Hayflick, 1965).

7. Teori Menua Akibat Metabolisme

Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang yang botak,

kebingungan, pendengaran yang menurun atau disebut dengan “budeg”

bungkuk, dan beser atau inkontinensia urin (Martono, 2006).

8. Teori Kejiwaan Sosial

Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan bahwa

lansia adalah orang yang aktif dan memiliki banyak kegitan social.

Continuity theory adalah perubahan yang terjadi pada lansia dipengaruhi

oleh tipe personality yang dimilikinya, dan disengagement theory adalah

akibat bertambahnya usia seseorang mereka mulai menarik diri dari

pergaulan.

2.2.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia

Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,

tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual

(Azizah dan Lilik, 2011 dalam Kholifah, 2016).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 21

1. Perubahan Fisik

a. Sistem Indra

Sistem penengaran prebiakusis (gangguan pada pendengaran)

disebabkan karena hilangnya kemampuan (daya) pendegaran pada

telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang

tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi

pada usia diatas 60 tahun.

b. Sistem Intergumen

Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan

berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan

bercerak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan

glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal

dengan liver spot.

c. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan penghubung

(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen

sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan

pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.

Kartilago: jaringan kartilago pada pesendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata.

Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi

yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago

pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang:

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 22

berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari

penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan

lebih lanut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot:

perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan

jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada

lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tondon, ligament dan fasia

mengalami penuaan elastisitas.

d. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa

jantung bertambah, venrikel kiri mengalami hipertropi sehingga

perenggangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan

jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan llipofusin,

klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan

ikat.

e. Sistem Respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas

total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk

mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru

berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak

mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan

perenggangan torak berkurang.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 23

f. Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan

produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan

gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa

lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tmpat

penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.

g. Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak

fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,

dan reabsorpsi oleh ginjal.

h. Sistem Saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan atropi yang

progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

i. Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary

dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki masih dapat

memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara

berangsur-angsur.

2. Perubahan Kognitif

a. Memory (daya ingat, Ingatan).

b. IQ (Intellegent Quotient).

c. Kemampuan Belajar (Learning).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 24

d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension).

e. Pemecahan Masalah (Problem Solving).

f. Pengambilan Keputusan (Decision Making).

g. Kebijaksanaan (Wisdom).

h. Kinerja (Performance).

i. Motivasi.

3. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental:

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum.

c. Tingkat pendidikan.

d. Keturunan (hereditas).

e. Lingkungan.

f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.

h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman

dan family.

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan kensep diri.

4. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia

semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat

dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 25

5. Perubahan Psikososial

Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami penurunan fungsi

kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan

reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi

psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat

bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Penurunan kedua fungsi tersebut,

lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan

keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan

berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Constuction personality), biasanya tipe

ini tidak banyak mengalami gejolak, ten)ang dan mantap sampai

sangat tua.

b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami post powe sindrome, apalagi jika pasa

masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan

otonomi pada dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality), pada tipe ini

biasanya sangat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, apabila

kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak

bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 26

ditinggalkan akan merana,apalagi jika tidak segera bangkit dari

kedukaanya.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini

setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya

banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara

seksama sehinggal menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-

marit.

e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personalitiy), pada lansia tipe

ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit

dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penuaan

1. Hereditas atau ketuaan genetic

2. Nutrisi atau makanan

3. Status kesehatan

4. Pengalaman hidup

5. Lingkungan

6. Stress

2.3 Diabetes Melitus

2.3.1 Diabetes Melitus (DM Tipe 1)

2.3.1.1 Defenisi Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang

dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama penyakit kencing manis. DM

adalah penyakit gangguan metabolic yang terjadi secara kronis atau menahun

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 27

karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin yang cukup akibat gangguan pada

sekresi insulin, hormone insulin yang tidak bekerja sebagaimana mestinya atau

keduanya (Kemenkes RI, 2014). (Smeltzer & Bare, 2008) menyebutkan bahwa

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen maupun penyakit

metabolik dengan karakteristik terjadinya peningkatan kadar glukosa darah

(hiperglikemi), yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, aktivitas insulin, dan

keduanya.

DM memiliki 5 pilar penanganan yaitu edukasi, medis, terapi gizi,

farmakologi dan self monitoring. Dari 5 pilar tersebut yang mempengaruhi

kepatuhan yaitu terapi gizi, dalam kepatuhan terapi gizi membutuhkan tugas

keluarga yang hidup bersama lansia tersebut. Diet Diabetes Melitus Melitus yang

diperuntukkan penderita diabetes agar kadar gula terkontrol. Kadar gula tidak

terkontrol dikerenakan makanan yang tinggi lemak, kurangnya olahraga. Dalam

keluarga makanan bagi penderita Diabetes sama dengan makan pada keluarga

yang lainnya, yaitu makanan seimbang. Sesuai dengan kebutuhan tubuh akan zat

gizi. Bagi penderita DM makanan yang harus dikonsumsi tentunya yang

mengandung karbohidrat, protein, vitamin, lemak, mineral dan juga kaya akan

serat (Akhmadi, 2011).

2.3.1.2 Gejala Diabetes Melitus Tipe 1

Penyakit DM dapat menimbulkan berbagai gejala-gejala pada penderita.

Gejala-gejala yang muncul pada penderita DM sangat bervariasi antara satu

penderita dengan penderita lainnya bahkan, ada penderita DM yang tidak

menunjukkan gejala yang khas penyakit DM sampai saat tertentu. Gejala-gejala

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 28

DM tersebut telah dikategorikan menjadi gejala akut dan gejala kronis (Fitriyani,

2015).

Gejala akut DM pada permulaan perkembangan yang muncul adalah

banyak makan (poliphagia), banyak minum (polidipsia) dan banyak kencing

(poliuria). Keadaan DM pada permulaan yang tidak segera diobati akan

menimbulkan gejala akut yaitu banyak minum, banyak kencing dan mudah lelah.

Gejala kronik DM adalah Kulit terasa panas, kebas, seperti tertusuk-tusuk jarum,

rasa tebal pada kulit, kram, keleahan, mudah mengantuk, penglihatan memburuk

(buram) yang ditandai dengan sering berganti lensa kacamata, gigi mudah goyah

dan mudah lepas, keguguran pada ibu hamil dan ibu melahirkan dengan berat bayi

yang lebih dari 4 kilogram.

World Health Oragnization atau WHO (2016) menyebutkan bahwa

penyakit ini ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu poliphagia, polidipsia

dan poliuria serta sebagian mengalami kehilangan berat badan. DM merupakan

penyakit kronis yang sangat perlu diperhatikan dengan serius. DM yang tidak

terkontrol dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti kerusakan mata, ginjal

pembuluh darah, saraf dan jantung.

2.3.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus Tipe 1

Organisasi profesi yang berhubungan dengan DM seperti American

Diabetes Association (ADA) telah membagi jenis DM berdasarkan penyebabnya.

PERKENI dan IDAI sebagai organisasi yang sama di Indonesia menggunakan

klasifikasi dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang dibuat oleh organisasi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 29

yang lainnya (Perkeni, 2015). Klasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut

Perkeni (2015) adalah sebagai berikut :

1. Diabetes melitus (DM) tipe 1

DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di pankreas.

kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara

absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan

idiopatik.

2. Diabetes melitus (DM) tipe 2

Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi insulin.

Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal

sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi

insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan

sangat mungkin untuk menjadi defisiensi insulin absolut.

3. Diabetes melitus (DM ) tipe lain

Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan

oleh defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit

eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat kimia, infeksi,

kelainan imunologi dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.

4. Diabetes melitus Gestasional

Diabetes gestasional ditandai dengan intoleransi glukosa yang muncul

selama kehamilan, biasanya trimester kedua dan ketiga. Resiko diabetes

gestasional disebabkan obesitas, riwayat pernah mengalami diabetes

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 30

gestasional, glikosuria, atau riwayat keluarga yang pernah mengalami

diabetes.

2.3.1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan pada

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat bekerja

secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi kebutuhan atau keduanya.

Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu pertama karena

kerusakan pada sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari luar seperti zat kimia,

virus dan bakteri. Penyebab yang kedua adalah penurunan reseptor glukosa pada

kelenjar pankreas dan yang ketiga karena kerusakan reseptor insulin di jaringan

perifer (Fatimah, 2015).

Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk mengatur

kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi akan

menstimulasi sel beta pankreas untuk mengsekresi insulin (Hanum, 2013). Sel

beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga berakibat pada

kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa darah tinggi. Penyebab

dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti contoh penyakit autoimun

dan idiopatik (NIDDK, 2014).

Gangguan respons metabolik terhadap kerja insulin disebut dengan

resistensi insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pre

reseptor dan post reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari

biasanya untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap normal.

Sensitivitas insulin untuk menurunkan glukosa darah dengan cara menstimulasi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 31

pemakaian glukosa di jaringan otot dan lemak serta menekan produksi glukosa

oleh hati menurun. Penurunan sensitivitas tersebut juga menyebabkan resistensi

insulin sehingga kadar glukosa dalam darah tinggi (Prabawati, 2012).

Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi

yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam

darah masuk ke dalam urin (glukosuria) sehingga terjadi diuresis osmotik yang

ditandai dengan pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria). Banyaknya cairan

yang keluar menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang

melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan

diubah menjadi energi sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat

(polifagia) sebagai kompensasi terhadap kebutuhan energi. Penderita akan merasa

mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi

tersebut (Hanum, 2013).

2.3.1.5 Epidemiologi Diabetes Melitus Tipe 1

Prevalensi penderita DM di seluruh dunia sangat tinggi dan cenderung

meningkat setiap tahun. Jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 422 juta

penderita pada tahun 2014. Jumlah penderita tersebut jauh meningkat dari tahun

1980 yang hanya 180 juta penderita. Jumlah penderita DM yang tinggi terdapat di

wilayah South-East Asia dan Western Pacific yang jumlahnya mencapai setengah

dari jumlah seluruh penderita DM di seluruh dunia. Satu dari sebelas penduduk

adalah penderita DM dan 3,7 juta kematian disebabkan oleh DM maupun

komplikasi dari DM (WHO, 2016).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 32

2.3.1.6 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe 1

Diagnosis dini penyakit DM sangat menentukan perkembangan penyakit

DM pada penderita. Seseorang yang menderita DM tetapi tidak terdiagnosis

dengan cepat mempunyai resiko yang lebih besar menderita komplikasi dan

kesehatan yang memburuk (WHO, 2016). Diagnosis DM dapat ditegakkan

berdasarkan pemeriksan glukosa darah yang dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai macam pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan

glukosa darah. Metode yang paling dianjurkan untuk mengetahui kadar glukosa

darah adalah metode enzimatik dengan bahan plasma atau serum darah vena

(Perkeni, 2015).

Alat diagnostik glukometer (rapid) dapat digunakan untuk melakukan

pemantauan hasil pengobatan dan tidak dianjurkan untuk diagnosis. DM tidak

dapat didiagnosis berdasarkan glukosa dalam urin (glukosuria). Keluhan dan

gejala DM yang muncul pada seseorang dapat membantu dalam mendiagnosis

DM. Seseorang dengan keluhan klasik DM (poliuria, polidipsia, poliphagia) dan

keluhan lain seperti lemas, kesemutan, gatal, pandangan kabur dan disfungsi

ereksi dapat dicurigai menderita DM (Perkeni, 2015). Kriteria diagnosis DM

menurut Perkeni (2015) adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi

tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.

2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi

Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 mg.

3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 33

4. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 % dengan menggunakan metode yang

terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program

(NGSP). Catatan untuk diagnosis berdasarkan HbA1c, tidak semua

laboratorium di Indonesia memenuhi standar NGSP, sehingga harus hati-

hati dalam membuat interpretasi.

Kadar glukosa darah yang tidak memenuhi kriteria normal dan tidak juga

memenuhi kriteria diagnosis DM dikategorikan sebagai kategori prediabetes.

Kriteria prediabetes menurut Perkeni (2015) adalah glukosa Darah Puasa

Terganggu (GDPT), toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan hasil pemeriksaan

HbA1c yang menunjukkan angka 5,7 – 6,4 % berdasarkan standar NGSP

Perbedaan antara prediabetes dan diabetes adalah bagaimana tinggi kadar

gula darah. Pradiabetes adalah ketika kadar gula darah (glukosa) lebih tinggi dari

normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes tipe 2.

Prediabetes tidak harus menghasilkan diabetes jika perubahan gaya hidup yang

dijalani adalah gaya hidup sehat (Nordisk, 2016).

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada seseorang yang mungkin

menderita DM tetapi tidak menunjukkan gejala dan keluhan. Pemeriksaan

penyaring dilakukan untuk mendiagnosis DM tipe 2 dan prediabetes. Pemeriksaan

penyaring ini dilakukan pada kelompok dengan resiko menderita DM yang tinggi

yaitu kelompok dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang besar, kelompok dengan

faktor risiko DM tinggi dan kelompok usia >45 tahun (Perkeni, 2015).

Komplikasi yang ditimbulkan oleh DM dibagi menjadi kategori

komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut menunjukan perubahan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 34

relatif glukosa darah yang akut dan diabetik ketoasidosis. DM yang terjadi begitu

lama dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan menimbulkan

komplikasi kronik. Retinopati, neuropati, nefropati, penyakit arteri koroner,

infeksi, katarak dan glaukoma adalah beberapa contoh komplikasi kronik dari DM

(Hanum, 2013).

2.3.2 Diabetes Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)

2.3.2.1 Defenisi Diabetes Melitus Tipe 2

DM tipe 2 adalah penyakit kronis dengan karakteristik terjadi peningkatan

glukosa darah (hiperglikemia) dalam tubuh. Penyebab dari DM adalah gangguan

pada sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya. DM tipe 2 disebabkan oleh

perpaduan antara gangguan aksi insulin (resistensi insulin) dan defisiensi insulin

yang terjadi secara relatif sebagai kompensasi sekresi insulin yang tidak adekuat

(IDAI, 2015).

2.3.2.2 Gejala Diabetes Melitus tipe 2

Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut

diabetes melitus yaitu: Poliphagia (banyak makan), polidipsia (banyak minum),

Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah

namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah

lelah.

Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau

seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah

mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,

kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 35

hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan

bayi berat lahir lebih dari 4kg.

2.3.2.3 Patofisiologi Diet Melitus tipe 2

Otot dan hati yang mengalami resistensi insulin menjadi penyebab utama

DM tipe 2. Kegagalan sel beta pankreas untuk dapat bekerja secara optimal juga

menjadi penyebab dari DM tipe 2 (Perkeni, 2015). DM tipe 2 adalah jenis DM

yang paling umum diderita oleh penduduk di Indonesia. Kombinasi faktor risiko,

resistensi insulin dan sel-sel tidak menggunakan insulin secara efektif

menyebabkan DM tipe 2 (NIDDK, 2014).

Resistensi insulin pada otot dan hati serta kegagalan sel beta pankreas

telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe 2. Kegagalan

sel beta pada DM tipe 2 diketahui terjadi lebih dini dan lebih berat daripada

sebelumnya. Otot, hati, sel beta dan organ lain seperti jaringan lemak

(meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel alpha pancreas

(hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak (resistensi

insulin) ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa

pada DM tipe 2 (Perkeni, 2015). DM tipe 2 pada tahap awal perkembangannya

tidak disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan jumlah insulin dalam tubuh

mencukupi kebutuhan (normal), tetapi disebabkan oleh sel-sel sasaran insulin

gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal (Fitriyani, 2012).

Penderita DM tipe 2 juga mengalami produksi glukosa hepatik secara

berlebihan tetapi tidak terjadi kerusakan pada sel-sel beta langerhans seperti pada

DM tipe 1. Keadaan defisiensi insulin pada penderita DM tipe 2 umumnya hanya

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 36

bersifat relatif. Defisiensi insulin akan terjadi seiring dengan perkembangan DM

tipe 2. Sel-sel beta langerhans akan menunjukkan gangguan sekresi insulin fase

pertama yang berarti sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin.

Perkembangan DM tipe 2 yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan

kerusakan sel-sel beta langerhans pada tahap selanjutnya. Kerusakan sel-sel beta

langerhans secara progresif dapat menyebabkan keadaan defisiensi insulin

sehingga penderita membutuhkan insulin endogen. Resistensi insulin dan

defisiensi insulin adalah 2 penyebab yang sering ditemukan pada penderita DM

tipe 2 (Fitriyani, 2012).

2.3.2.4 Epidemiologi Diabetes Melitus tipe 2

Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 240 juta jiwa. Penderita DM

di Indonesia berjumlah 9,1 juta penderita pada tahun 2014 dan terus meningkat.

DM tipe 2 lebih banyak diderita oleh orang dengan umur > 40 tahun dan orang

dengan obesitas. Kelompok umur remaja dan anak-anak jarang menderita DM tipe

2. DM tipe 2 lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan DM tipe 1 dan DM

tipe lain yang jumlah penderitanya mencapai 90-95 % dari seluruh atau total

penderita diabetes melitus (Purba, 2009).

2.3.2.5 Diagnosis Diabetes Melitus tipe 2

Diagnosis DM tipe 2 juga dapat ditegakkan dengan melakukan

pemeriksaan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar

glukosa darah ≥ 200 mg/dl pada pemeriksaan glukosa 2 jam post prandial dan

kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik DM adalah

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 37

ketentuan untuk mendiagnosis DM tipe 2 berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa

darah (WHO, 2016).

Ketentuan mendiagnosis DM tipe 2 menggunakan kadar glukosa darah

dibuat oleh oleh WHO dan Perkeni. Pemeriksaan kadar glukosa darah dan

pemeriksaan kadar C-Peptide dapat dilakukan untuk mendiagnosis DM tipe 2.

Kadar C-peptide pada penderita DM tipe 2 yang baru didiagnosis cenderung

tinggi dibandingkan dengan kondisi tidak menderita DM dan DM tipe 1 (Purba,

2009).

2.3.2.6 Faktor Resiko DM tipe 2

Faktor resiko DM tipe 2 dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu faktor

risiko sosiodemografi, perilaku dan gaya hidup dan keadaan klinis dan mental

(Irawan, 2010). Faktor risiko sosiodemografi diabetes melitus tipe 2 adalah umur,

jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Aktifitas fisik, konsumsi sayur dan buah,

asap rokok dan alkoholisme termasuk ke dalam faktor risiko pola hidup pada

diabetes melitus tipe 2. Indeks massa tubuh, lingkar perut, tekanan darah, kadar

kolesterol dan stress adalah faktor risiko kondisi klinis dan mental diabetesmelitus

tipe 2. Selain itu, ada juga faktor risiko riwayat kesehatan keluarga terutama

riwayat diabetes melitus (Fitriyani, 2012).

Faktor-faktor risiko penyakit DM tipe 2 menurut garnita (2016) antara lain

sebagai berikut :

1. Riwayat DM keluarga / Genetik

DM tipe 2 sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Seorang anak memiliki

risiko 15 % menderita DM tipe 2 jika kedua salah satu dari kedua orang

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 38

tuanya menderita DM tipe 2. Anak dengan kedua orang tua menderita DM

tipe 2 mempunyai risiko 75 % untuk menderita DM tipe 2 dan anak

dengan ibu menderita DM tipe 2 mempunyai risiko 10-30 % lebih besar

daripada anak dengan ayah menderita DM tipe 2.

2. Berat lahir

Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram atau keadaan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) mempunyai risiko lebih tinggi menderita

DM tipe 2 pada saat dewasa. Hal ini terjadi karena bayi dengan BBLR

mempunyai risiko menderita gangguan fungsi pankreas sehingga produksi

insulin terganggu.

3. Stress

Stress adalah perasaan yang dihasilkan dari pengalaman atau pistiwa

tertentu. Sakit, cedera dan masalah dalam kehidupan dapat memicu

terjadinya stress. Tubuh secara alami akan merespon dengan banyak

mengeluarkan hormon untuk mengatasi stress. Hormon-hormon tersebut

membuat banyak energi (glukosa dan lemak) tersimpan d dalami sel.

Insulin tidak membiarkan energi ekstra ke dalam sel sehingga glukosa

menumpuk di dalam darah.

4. Umur

Umur yang semakin bertambah akan berbanding lurus dengan peningkatan

risiko menderita penyakit diabetes melitus karena jumlah sel beta pankreas

yang produktif memproduksi insulin akan berkurang. Hal ini terjadi

terutama pada umur yang lebih dari 45 tahun.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 39

5. Jenis kelamin

Wanita lebih memiliki potensi untuk menderita diabetes melitus daripada

pria karena adanya perbedaan anatomo dan fisiologi. Secara fisik wanita

memiliki peluang untuk mempunyai indeks massa tubuh di atas normal.

Selain itu, adanya menopouse pada wanita dapat mengakibatkan

pendistribusian lemak tubuh tidak merata dan cenderung terakumulasi.

6. Pendidikan

Pendidikan yang tinggi akan membuat seseorang mempunyai pengetahuan

yang baik khususnya tentang diabetes melitus.

7. Pekerjaan

Pekerjaan yang lebih cenderung tidak melakukan aktifitas fisik dalam

pekerjaan tersebut dapat meningkatkan risiko menderita diabetes melitus.

8. Penghasilan

Penghasilan yang rendah akan membatasi seseorang untuk mengetahui dan

mencari informasi tentang diabetes melitus. Semakin rendah penghasilan,

maka akan semakin tinggi risiko menderita diabetes melitus tipe 2.

9. Pola makan

Ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian

diabetes melitus tipe 2. Pola makan yang jelek atau buruk merupakan

faktor risiko yang paling berperan dalam kejadian diabetes melitus tipe 2.

Pengaturan diet yang sehat dan teratur sangat perlu diperhatikan terutama

pada wanita. Pola makan yang buruk dapat menyebabkan kelebihan berat

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 40

badan dan obesitas yang kemudian dapat menyebabkan diabetes melitus

tipe 2.

10. Aktivitas fisik

Perilaku hidup sehat dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas fisik

yang teratur. Manfaat dari aktivitas fisik sangat banyak dan yang paling

utama adalah mengatur berat badan dan memperkuat sistem dan kerja

jantung. Aktivitas fisik atau olahraga dapat mencegah munculnya penyakit

diabetes melitus tipe 2. Sebaliknya, jika tidak melakukan aktivitas fisik

maka risiko untuk menderita penyakit diabetes melitus tipe 2 akan semakin

tinggi. (Garnita, 2012).

2.4 Pola diet DM

2.4.1 Pengertian Diet

Menurut Mangoenprasodjo (2005) dalam Purnawarman (2014) diet adalah

mengatur pola makan sehat dengan jumlah kalori dan berisi yang benar dan

tepat, dan bukan mengurangi jumlah makanan yang akan membuat tubuh

kita lemah dan kehilangan mood sehingga tubuh malah akan memproduksi

hormon stres atau kortisol dan radikal bebas yang lebih banyak. Diet sehat yang

berkaitan dengan penyakit diabetes adalah konsumsi sayur dan buah ah sebagai

asupan serat untuk membantu metabolisme. sedangkan konsumsi gula atau

makanan yang terlalu manis dengan jumlah yang sangat berlebihan dapat

menimbulkan risiko diabetes melitus. Penelitian yang dilakukan oleh sufiati dan

Irma (2012), membuktikan bahwa asupan serat berhubungan erat dengan kadar

gula darah, kolesterol total dan status gizi pada penderita diabetes melitus.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 41

2.4.2 Tujuan

Menurut Nurrahmani (2012) dalam Okatiranti,dkk

(2016) penatalaksanadssan khususnya diet para pasien DM bertujuan :

1. Mencapai dan memelihara kadar glukosa darah normal yang tercipta dari

koordinasi antara asupan makanan, hormon insulin, dan latihan fisik

2. Mencapai dan memelihara kadar lemak darah

3. Menetapkan pemberian energi

4. Meningkatkan kesehatan secara menyeluruh

2.4.3 Diet Pada Pasien DM

Pengaturan diet pada penderita diabetes melitus merupakan pengobatan

yang utama pada penatalaksanaan diabetes melitus yaitu mencakup pengaturan

dalam :

1. Jumlah makanan

Menurut Susanto tahun (2013) dalam Amtiria (2016) aturan diet untuk

DM adalah memperhatikan jumlah makanan yang dikonsumsi. jumlah

makan atau kalori yang dianjurkan bagi penderita DM adalah makan lebih

sering dengan porsi kecil, sedangkan yang tidak dianjurkan adalah makan

dalam porsi banyak atau besar sekaligus. tujuan cara makan seperti ini

adalah agar jumlah kalori terus merata sepanjang hari, sehingga beban

kerja organ-organ tubuh tidak berat, terutama organ pankreas. cara makan

yang berlebihan atau banyak tidak menguntungkan bagi fungsi pankreas.

asupan makanan yang berlebihan merangsang pankreas bekerja lebih

keras. syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes melitus harus

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 42

sesuai untuk mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat

badan normal. perkeni (2015) dalam Aulia (2017) komposisi makanan

yang dianjurkan terdiri dari :

a. Karbohidrat

1) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45- 65 % total asupan energi

utama karbohidrat yang berserat tinggi

2) Pembatasan karbohidrat total<130g/hari tidak dianjurkan

3) Glukosa dalam bumbu diperoleh sehingga penyandang Diabetes

dapat makan sama dengan keluarganya

4) Sukrosa tidak boleh lebih dari5% total asupan energi

5) Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti glukosa asal

tidak melebihi batas aman konsumsi harian

6) Dianjurkan makan 3 kali sehari Bila perlu dapat diberikan makanan

lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori

b. Lemak

1) Lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak

diperbolehkan melebihi 30% total asupan energi

2) Komposisi yang dianjurkan :

a) Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori

b) Selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal

3) Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak

mengandung lemak jenuh dan lemak Trans antara lain :

daging berlemak dan susu full cream.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 43

4) Konsumsi kolestrol dianjurkan <200mg/hari.

c. Protein

1) Kebutuhan protein sebesar 10-20% total asupan energi

2) Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi-cumi, daging

tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produksi susu rendah lemak,

kacang-kacangan, tahu dan tempe

d. Natrium

1) Anjurkan asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan

orang sehat yaitu < to2300mg per hari

2) Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan

pengurangan natrium secara Individual

e. Serat

1) Penyandang DM dianjurkan mengkonsumsi kacang-kacangan

2) Buah dan sayuran beserta sumber karbohidrat yang tinggi serat

3) Anjuran konsumsi serat adalah 20 - 35 gram/hari yang berasal dari

berbagai sumber bahan makanan lemak tidak jenuh ganda <10%

2. Jenis Bahan Makanan

Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes melitus harus makan

makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan

utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. untuk

itu sangat penting bagi kita terutama penderita diabetes melitus untuk

mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. jenis makanan yang

dianjurkan untuk penderita diabetes melitus adalah makanan yang kaya

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 44

serat seperti sayur mayur dan buah-buahan segar. hal yang terpenting

adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan

mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah ( hipoglikemia) dan

juga jangan terlalu banyak makan makanan yang memperparah penyakit

diabetes melitus. ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis

makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita diabetes

melitus yaitu :

a. Bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes melitus

adalah :

1) Sumber karbohidrat terutama dari karbohidrat kompleks seperti

beras, beras merah, beras hitam, jagung, gandum, oat, sorgum,

kentang, ubi.

2) Sumber protein ikan, ayam tanpa kulit, daging tak berlemak, susu

tanpa lemak, tahu, kacang-kacangan, polong-polongan

3) Sumber lemak, mengutamakan sumber lemak tidak jenuh seperti

minyak zaitun, minyak jagung, minyak biji matahari. sumber

lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah

dicerna. makanan terutama mudah diolah dengan cara

dipanggang. dikukus. disetup. direbus dan dibakar.

4) Sayuran, semua sayuran segar, yang berwarna hijau dan kuning

seperti bayam, sawi hijau, brokoli. wortel. labu kuning. Pare.

kembang kol

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 45

5) Buah-buahan segar : pepaya, jambu, buah naga ,melon,

Semangka, mangga, apel, Anggur, strawberry

6) Minuman air putih, teh hijau

b. Makanan dan minuman yang harus dihindari (Lanny Lingga, 2012

dalam Putri, 2016) yaitu :

1) Gula meja: “ gula meja merupakan gula yang mengandung

sukrosa dapat berupa gula pasir, gula batu, atau gula lain yang

berasal dari tebu”.

2) Gula buatan:” gula buatan atau gula sintetis merupakan gula yang

tidak mengandung kalori yang berasal dari karbohidrat”.

3) Gula alkohol:” beberapa jenis gula alkohol lainnya yang banyak

beredar di pasaran adalah sorbitol, malititol, Dan gula lain yang

berakhiran ol.

4) Fruktosa:” merupakan gula sederhana, sama seperti glukosa

secara alami, monosakaridainiter dapat pada buah dan sayuran”.

5) Monosodium glutamat (MSG) : “umumnya digunakan sebagai

penyedap rasa yang ditambahkan ke dalam aneka masakan dan

produk makanan modern.

6) Susu:” konsumsi susu akan menurunkan kepekaan terhadap

insulin terkait dengan sifat susu menguras cadangan kromium

yang ada di dalam tubuh” tetapi Lanny Lingga juga

menambahkan bahwa mengkonsumsi produk olahan susu masih

bisa dikonsumsi mudah dicerna oleh tubuh.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 46

7) Daging merah:” daging merah sebaiknya dihindari oleh individu

dengan level gula dan insulin tinggi karena mengandung zat besi

yang sangat tinggi”.

8) Makanan dalam kaleng:” selain mengandung residu aluminium

yang berasal dari kemasan, makanan dalam kaleng sebaiknya

dihindari karena diberi tambahan pengawet dan bahan aditif

pangan”.

9) Minuman bersoda:” jika ingin mengurangi resistensi insulin,

Anda harus menjauhi minuman bersoda. minuman bersoda

khusus untuk diet sekalipun bukan minuman yang bermanfaat

bagi anda”.

10) Kopi:” termasuk minuman yang harus dihindari diabetes karena

mengandung kafein yang dapat memicu peningkatan insulin”.

c. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk

penderita diabetes melitus adalah

1) Sumber hidrat arang :” gula tebu, gula merah, madu, makanan dan

minuman yang banyak menggunakan gula seperti sirup, kue-kue,

permen, es krim, dodol, coklat. sebagai pengganti gula dapat

menggunakan pemanis dalam jumlah terbatas.

2) Makanan yang banyak menggunakan minyak, mentega, margarin,

atau santan seperti kue, tarcis, donat, kue-kue jajanan pasar,

goreng-gorengan dan makanan siap saji.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 47

3) Makanan yang diawetkan dengan garam atau gula seperti telur

asin, Ikan asin, Manisan buah.

4) Buah-buahan yang diawetkan dengan gula, durian.

5) Minuman yang mengandung alkohol dan aneka minuman ringan.

3 . Jadwal Makanan Penderita Diabetes Melitus

Menurut tjokroprawiro (2012) dalam amtiria (2016) jadwal diet harus

sesuai dengan intervalnya yang dibagi menjadi 6 waktu makan, yaitu 3 kali

makanan utama dan 3 kali makanan Selingan. penderita diabetes melitus

hendaknya mengkonsumsi makanan dengan jadwal waktu yang tetap

sehingga reaksi insulin selalu selaras dengan datangnya makanan dalam

tubuh. makanan selingan berupa snack penting untuk mencegah terjadinya

hipoglikemia atau menurunnya kadar glukosa darah. jadwal makan terbagi

menjadi 6 bagian makan yaitu tiga kali makan besar dan 3 kali makan

selingan

a. Makan pagi pukul 06.00-07.00

b. Selingan pagi pukul 09.00-10.00

c. Makan siang pukul 12.00-13.00

d. Selingan yang pukul 15.00-16.00

e. Makan malam pukul 18.00-19.00

f. Selingan malam pukul 21.00-22.00

Untuk jadwal puasa menurut Tjokroprawiro (2012) dapat dibagi menjadi

beberapa waktu yaitu

a. Pukul 18.00 (3 0%) kalori: berbuka puasa

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 48

b. Pukul 20.00 (2 5%) kalori: sehabis tarawih

c. Sebelum tidur (10%) kalori: makanan kecil

d. Pukul 03.00 (35% ) kalori: makan sahur

4. Hal – hal yang Harus Diperhatikan Dalam Diet DM

Menurut Nurrahmani (2012) dalam Okatiranti ,dkk ( 2016) sebagai

berikut:

a. Diet DM harus mengarahkan BB ke berat normal, mempertahankan

glukosa darah sekitar normal, dapat memberikan modifikasi diet

sesuai keadaan penderita misalnya penderita diabetes melitus

gestasional makanan disajikan menarik dan mudah diterima.

b. Diet diberikan dengan cara 3 kali makan utama dan 3 kali makanan

antara atau snack dengan interval 3 jam.

c. Buah yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis, misalnya

pepaya, pisang, apel, tomat, semangka dan kedongdong.

d. Selingan sebagai berikut : dalam pelaksanaan diet sehari-hari

hendaknya mengikuti pedoman yaitu 3J ( jumlah dihabiskan, jadwal

diikuti dan jenis dipatuhi) artinya J1 : jumlah kalori yang diberikan

Harus habis, jangan dikurangi ataupun ditambah. J2: jadwal diet harus

di ikuti sesuai denganintervalnya biasanya 3 jam, ini mengacu pada

prinsip pola makan DM, ya dimakan besar tiga kali sehari, di tambah

cemilan atau makanan ringan 3 kali dengan interval antara makan

besar dan cemilan adalah 3 jam. J3: jenis makanan yang manis seperti

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 49

semua makanan yang mengandung gula murni ( sirup, gula-gula,

permen dan manisan).

2.4.4 Jenis-jenis Diet Diabetes Melitus

Adapun susunan macam-macam diet diabetes yang masing masing

mempunyai komposisi dan inikasi sendiri-sendiri yaitu :

1. Diet B

Mengandung komposisi karbohidrat 68%, protein 12%, dan lemak 20%.

Diet ini diberikan kerpada penderita yang tidak tahan lapar dengan

dietnya, mampu atau kaya, tetapi kadar kolesterol dalam darahnya tinggi,

mempunyai komplikasi penyempitan pembuluh darah, telah mengalami

komplikasi ginjal, telah menderita Diabetes Melitus lebih dari lima belas

tahun dan biasanya mengidap angiopati diabetik.

2. Diet B1

Mengandung komposisi karbohidrat 60%, protein 20%, dan lemak 20%.

Diet ini diberikan kepada penderita yang mampu atau mempunyai

kebiasaan makan tinggi protein, tetapi kadar lemak darahnya normal,

kurus atau BBR kurang dari 90%, dalam masa pertumbuhan, mengalami

patah tulang, hamil dan menyusui, menderita hepatitis kronik atau sirosis

hati, yaitu kelanjutan hepatitis yang kisut / mengkerut, menderita TBC

paru, menderita selilitis atau gangren diabetik (kaki diabetik: infeksi pada

kaki yang membusuk pada penderita diabetes melitus), dalam keadaan

pasca bedah, menderita penyakit Graves atau Morbus Basedowi, yaitu

penyakit gondok dengan kadar hormon gondok yang tinggi dan menderita

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 50

tumor ganas, antara lain: kanker payudara, kanker rahim, atau kanker

lainnya.

3. Diet B Puasa dan Diet B1 Puasa

Penderita Diabetes Melitus yang diperbolehkan untuk berpuasa di bulan

Ramadhan adalah penderita tanpa disuntik insulin (dengan obat OHO /

Obat Hipoglikemik oral atau diet saja) dan kadar glukosa darahnya kurang

dari 200 mg/dl pada dua jam sesuadah makan.

Jadwal makan penderita Diabetes Melitus pada bulan Ramadhan adalah

sebagai berikut :

a. Pukul 18.00 (30% kalori) :

1) Berbuka puasa (makanan utama)

2) Tablet OHO pertama dan vitamin (yang biasa diberikan pagi hari)

b. Pukul 20.00 (25% kalori) :

1) Sehabis tarawih (makanan utama)

2) Gerak badan dilaksanakan sesudah tarawih

c. Sebelum tidur malam (10% kalori) :

1) Makanan kecil

2) Tablet OHO yang kedua (bila ada, yang biasa diberikan siang hari)

d. Pukul 03.00 (25% kalori) :

1) makan saur (makanan utama)

e. Pukul 03.30 (10% kalori) :

1) makanan kecil

2) vitamin yang kedua

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 51

4. Diet B2

Sifat-sifat dari Diet B2 :

a. Kinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari), tetapi mengandung protein

lebih kurang 1 gram per kg berat badan per hari.

b. Komposisi sama dengan diet B (karbohidrat 68%, protein 12% dan

lemak 20%), bedanya diet B2 mengandung tinggi asam amino

esensial.

c. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan 2100-2300 kalori/hari.

Jika tidak demikian, jumlah protein perhari akan berubah.

d. Diet ini diberikan kepada penderita Nefropati Diabetik dengan gagal

ginjal kronik sedang, yaitu Nefropati Diabetikum Stadium II.

5. Diet B3

Sifat-sifat dari Diet B3 :

a. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).

b. Rendah protein, tetapi tinggi asam amino esensial. Jumlah protein

lebih kurang 40 gram per hari,

c. Karena alasan nomor (2) tersebut, hanya dapat disusun Diet B3 dari

2100 sampai 2300 kalori/hari. Bila tidak akan mengubah jumlah

proteinnya.

d. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak, sesudah dikurangi kalori untuk

protein, sisa kalori per hari dibagi untuk karbohidrat dan lemak

dengan perbandingan = 4:1.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 52

e. Dipilih lemak yang tidak jenuh (polyunsaturated fat). Bersama dengan

diet B3 ini, diberikan pula suntikan insulin dan tablet vitamin-mineral.

f. Diet ini diberikan kepada penderita Nefropati Diabetik dengan gagal

ginjal kronik yang berat yaitu Nefropati Diabetik Stadium III.

6. Diet Be

Diet Be atau diet bebas hanya diberikan kepada penderita Diabetes Melitus

dengan Nefropati Diabetik Tipe Be (Stadium Akhir /Stadium IV). Pada

stadium IV ini biasanya faal ginjal sudah sangat buruk. Penderita ini boleh

minum glukosa dan rasa manis lain seperti es krim dan lain-lain sehingga

disebut Diet Es Krim tetapi harus diberikan suntikan insulin. Dengan

kalori lebih dari 2000 kal/hari (Tjokroprawiro, 2002).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Tahap yang penting dalam suatu penelitian adalah menyusun kerangka

konsep. Konsep adalah abstraktif dari suatu realistas agar dapat dikomu nikasikan

dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik

variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan

membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,

2020). Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pengetahuan lansia tentang

diet diabetes melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik Tahun

2021.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengetahuan Lansia tentang Diet Diabetes


Melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik
Tahun 2021

Pengetahuan Lansia tentang Diet


Diabetes Melitus
- Jumlah makanan
- Jenis makanan
- Jadwal makan
- Hal – hal yang harus diperhatikan

- Baik
- Cukup
- Kurang

STIKes Santa Elisabeth Medan 53


STIKes Santa Elisabeth Medan 54

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua

atau lebih variable yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam

penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan.

Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis akan bisa

memberikan patunjuk pada tahap pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Uji

hipotesis artinya menyimpulkan suatu ilmu melalui suatu pengujian dan

pernyataan secara ilmiah atau hubungan yang telah dilaksanakan penelitian

sebelumnya (Nursalam, 2020). Penelitian ini tidak mengunakan hipotesis karena

merupakan rancangan penelitian deskriptif.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data.

Rancangan penelitian juga digunakan untuk mengidentifikasikan struktur

penelitian yang akan dilaksanakan. Jenis rancangan penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif. Rancangan penelitian

deskriptif adalah memaparkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa

kini, dilakukan dengan cara sistematis dan lebih menekankan pada data factual

daripada penyimpulan, fenomena disajikan secara apa adanya tanpa memanipulasi

dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena

tersebut bisa terjadi, oleh karena itu penelitian jenis ini tidak memerlukan adanya

suatu hipotesis (Nursalam,2020). Rancangan penelitian dalam proposal ini adalah

mendeskripsikan gambaran pengetahuan lansia tentang diet diabetes melitus di

Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik Tahun 2021.

4.2 Pupulasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian

dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2020).

Populasi dalam penelitian ini adalah 264 lansia penderita diabetes melitus di

Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik Tahun 2021 .

STIKes Santa Elisabeth Medan 55


STIKes Santa Elisabeth Medan 56

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan, sampling adalah proses

menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam,

2020).

Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel

adalah menggunakan rumus sebagai berikut :

n=

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan (10%)

sehingga sampel dari penelitian ini adalah :

n=

n=

n = 72,52 (digenapkan 73)

Berdasarkan hasil perhitungan rumus diatas maka diperoleh sampel

penelitian sebanyak 73 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan consecutive sampling yaitu pemilihan sampel

dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 57

terpenuhi. Untuk menentukan sampel penelitian menggunakan rumus Vincent

yang diambil dari buku (Nursalam, 2020).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 73 sampel dengan kriteria

inklusi yaitu :

1. Lansia yang berusia 45 – 90 tahun (Menurut WHO (2016)

2. Lansia yang mengalami penyakit diabetes melitus

3. Lansia yang dapat membaca dan menulis

4.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

4.3.1 Defenisi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Dalam riset, variabel

dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan. Variabel juga

merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu

fasilitas untuk pengukuran dan atau memanipulasi suatu penelitian. Variabel

diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu: variabel independen dan variabel

dependen (Nursalam, 2020). Variabel independen adalah mengidentifikasi

dengan jelas dalam suatu percobaan. Satu variabel independen harus menjadi

variabel percobaan. Satu atau lebih kelompok menerima manipulasi percobaan

atau perlakuan dari peneliti. Dalam variabel ini, bagian metode harus

mencantumkan dan mengidentifikasi dengan jelas semua variabel dalam

percobaan, sedangkan variabel dependen adalah respon atau variabel kriteria yang

diduga, disebabkan, atau dipengaruhi oleh kondisi perlakuan bebas dan variabel

bebas lainnya (Creswell, 2009). Adapun variabel dalam penelitian ini dalam

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 58

bentuk independen, karena menggunakan rancangan penelitian deskripstif. Maka

variable dalam penelitian ini ialah “Gambaran Pengetahuan Lansia tentang Diet

Diabetes Melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik Tahun

2021”.

4.3.2 Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik dapat diukur (diamati)

itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi

oleh orang lain. Ada dua macam definisi, definisi nominal menerangkan arti kata

sedangkan definisi rill menerangkan objek. Defenisi operasional yang dimaksud

diuraikan berikut ini :

1. Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.

kategori lansia yaitu usia pertengahan (middle age), yaitu seseorang yang

berusia 45-59 tahun usia (elderly) berusia antara 60-74 tahun. usia tua

(old) berusia 74-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu seseorang

dengan usia lebih dari 90 tahun.

2. Diabetes Melitus adalah adalah penyakit gangguan metabolic yang terjadi

secara kronis atau menahun karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin

yang cukup akibat gangguan pada sekresi insulin, hormone insulin yang

tidak bekerja sebagaimana mestinya atau keduanya.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 59

3. Diet DM adalah mengatur pola makan sehat dengan jumlah kalori dan

berisi yang benar dan tepat, dan bukan mengurangi jumlah makanan yang

akan membuat tubuh kita lemah dan kehilangan mood sehingga tubuh

malah akan memproduksi hormon stres atau kortisol dan radikal bebas

yang lebih banyak

4. Pengetahuan

Pengetahuan dikategorikan menjadi 3 (Nursalam 2020).

- Baik : Hasil presentasi 76%-100%

76/100 x 20 = 15,2

- Cukup : Hasil presentasi 56%-75%

56/100 X 20 = 11,2

- Kurang : Hasil presentasi < 56%

55/100 X 20 = 11

Kesimpulan :

1. Dikatakan baik apabila menjawab benar 15 - 20 pertanyaan

2. Dikatakan cukup apabila menjawab benar 11 - 14 pertanyaan

3. Dikatakan kurang apabila menjawab benar 0 - 10 pertanyaan

Lansia adalah seseorang yang mengalami penurunan fisik, mental dan

social secara bertahap. Diet diabetes melitus adalah pola makan yang sehat untuk

memelihara kadar gula darah normal. Defenisi operasional dalam penelitian ini

dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 60

Tabel 4.1 Defenisi Operasional Pengetahuan Lansia Tentang Diet Diabetes


Melitus Di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik

Variabel Definisi Indikator Alat ukur Skala Skor


Pengetahuan Segala sesuatu - Jumlah Kuesioner Ordinal - Baik
lansia tentang yang diketahui makanan
diet diabetes tentang diet - Jenis - Cukup
melitus diabetes
makanan
melitus baik - Kurang
dari segi - Jadwal
jumlah, jenis, makan
jadwal makan, - Hal – hal
dan hal - hal yang
yang harus harus
diperhatikan diperhati
kan

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Pada tahap pengumpulan data, diperlukan suatu instrumen

yang dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian meliputi pengukuran biofisiologis,

observasi, wawancara, kuesioner, dan skala. Instrumen penelitian yang digunakan

adalah wawancara mengenai masalah yang sedang diteliti sehingga menampakkan

pendapat dari subjek terhadap suatu masalah penelitian Dalam penelitian ini

menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner merupakan jenis

mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan

secara tertulis (Nursalam, 2020). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner pengetahuan pasien DM tentang pola diet di ruang Poli Inetrnis

Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar Tahun 2020 (Kristina Sitinjak, 2020).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 61

Kuesioner berisi 20 pertanyaan yang akan dijawab oleh responden dengan

memberikan tanda checklist (√) pada jawaban salah dengan memilih jawaban

benar dan salah. Jika benar skor 1 salah 0.

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi

Penelitian dilaksanakan peneliti di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan

Sidamanik. Peneliti memilih lokasi ini karena memiliki partisipan yang cukup,

lingkungan yang mendukung dan dekat dengan peneliti.

4.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 10 - 22 Maret 2021.

4.6. Prosedur Pengambilan dan Teknik Pengumpulan Data

4.6.1 Pengambilan Data

Pengambilan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2020). Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara lansung atau dari

tangan pertama, Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari

sumber yang sudah ada. Pengambilan data yang digunakan peneliti yaitu

pengambilan data primer, data tersebut didapat langsung dari subyek penelitian

melalui pembagian dan pengisian kuesioner kepada partisipan yang telah

memenuhi kriteria inklusi serta meminta untuk kesediaan pasien calon partisipan

dengan menandatangani informed consent dan mengisi kuesioner.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 62

4.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu peneltian

(Nursalam, 2020). Pengumpulan data dilakukan dalam penelitian ini adalah data

primer. Data primer yakni memperoleh data dari sasarannya. Pada tahap awal

peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian

kepada Ketua Program Studi D3 Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan,

selanjutnya dikirim ke Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik, telah

melakukan pengumpulan data awal penelitian di Puskesmas Sarimatondang

Kecamatan Sidamanik selanjutnya pada tahap pelaksanaan peneliti akan

memberikan penjelasan tentang yang dilakukan terhadap responden sebagai

subjek penelitian. Jika responden bersedia, maka responden akan menandatangani

lembar persetujuan atau informed consent. Pada saat penelitian teknik

pengumpulan data yang dilakukan yaitu Melalui pembagian dan pengisisan

kuesioner kepada responden yang telah memenuhi kriteria inklusi. Pada penelitian

ini peneliti menggunakan protokol kesehatan meliputi cara sebagai berikut :

mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, menggunakan masker, dan

physical distancing (Kemenkes, 2020).

4.6.3 Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Validitas instrumen adalah penentuan seberapa baik instrumen tersebut

mencerminkan konsep abstrak yang sedang diteliti. Validitas akan

bervariasi dari satu sampel ke sampel yang lain dan satu situasi ke situasi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 63

yang lainnya. Oleh karena itu penguji validitas mengevaluasi penggunaan

instrument untuk tertentu sesuai dengan ukuran yang diteliti (Polit, 2012).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lansia yang berumur

45 – 90 tahun yang sudah menderita Diabetes Melitus. Tidak dilakukan uji

validitas karena kuesioner yang digunakan sudah pernah dilakukan

penelitian oleh Sitinjak, 2020 dengan judul “Gambaran Pengetahuan

Pasien DM tentang Pola Diet di Poli Internis Rumah Sakit Harapan

Pematang Siantar”.

2. Uji Reabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

atau berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama

memegang peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan (Polit,

2012). Uji reliabilitas sebuah instrumen dikatakan reliabel jika koefisien

alpha ≥ 0,80 dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha (Polit, 2012).

Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas

karena peneliti menyajikan kuesioner dari yang sudah valid milik Kristina

Sitinjak (2020).

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 64

4.7. Kerangka Operasional

Bagan 4.2 Kerangka Operasional Pengetahuan Lansia tentang Diet


Diabetes Melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan
Sidamanik

Pengajuan judul proposal

Ijin pengambilan data awal

Pengambilan data awal

Konsul proposal

Ujian proposal

Ijin penelitian

Penelitian

Pengolahan Data

Seminar Hasil

4.8. Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

mengungkap Fenomena, melalui berbagai macam uji statistik. Statistik merupakan

alat yang sering dipergunakan pada penelitian kuantitatif. Salah satu fungsi

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 65

statistik adalah menyederhanakan data yang berjumlah sangat besar menjadi

informasi yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca untuk membuat

keputusan, statistik memberikan metode bagaimana memperoleh data dan

menganalisis data dalam proses mengambil suatu kesimpulan berdasarkan data

tersebut. Tujuan mengolah data dengan statistik adalah untuk membantu

menjawab pertanyaan penelitian dari kegiatan praktis maupun keilmuan. Dalam

hal ini, statistika berguna saat menetapkan bentuk dan banyaknya data yang

diperlukan. Disamping itu, juga terlibat dalam pengumpulan, tabulasi dan

penafsiran data (Nursalam, 2020).

4.9. Etika Penelitian

Ketika penelitian digunakan sebagai peserta studi, perhatian harus

dilakukan untuk memastikan bahwa hak mereka dilindungi. Etik adalah sistem

nilai normal yang berkaitan dengan sejauh mana prosedur penelitian mematuhi

kewajiban professional, hukum, dan sosial kepada peserta studi. Tiga prinsip

umum mengenai standar perilaku etis dalam penelitian berbasis: beneficence

(berbuat baik), respect for human dignity (penghargaan martabat manusia), dan

justice (keadilan) (Polit, 2012).

Sebelum penelitian ini dilakukan peneliti akan menjelaskan terlebih

dahulu tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian. Penelitian ini dilaksanakan

setelah mendapatkan persetujuan dari responden apakah bersedia atau tidak.

Seluruh responden yang bersedia akan diminta untuk menandatangani lembar

persetujuan setelah informed consent dijelaskan dan jika responden tidak bersedia

maka tidak akan dipaksakan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 66

Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain sebagai

berikut:

1. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden,

penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan. Informed consent

tersebut akan diberikan sebelum penelitian dilakukan denganmemberikan

lembaran persetujuan untuk menjadi responden.

2. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data yang akan

dilaporkan.

3. Anonymity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar atau

alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan dan atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

Peneliti telah melakukan layak etik oleh Commite di STIKes Santa

Elisabeth Medan dengan ethical exemption No.0047/KEPK-SE/PE-DT/III/2021.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Sarimatondang merupakan salah satu fasilitas kesehatan

tingkat pertama di wilayah Kabupaten Simalungun Kecamatan Sidamanik berada

di Jalan Gereja GKPS Kelurahan Sarimatondang. Puskesmas Sarimatondang

Kecamatan Sidamanik mempunyai wilayah kerja kurang lebih 87,7 km2. Secara

Geografis Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik berbatasan dengan

sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Panei Tongah, sebelah selatan

berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean, sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Pamatang Sidamanik dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan

Jorlang Hataran.

Jumlah puskesmas pembantu diwilayah kerja Puskesmas Sarimatondang

Kecamatan Sidamanik berjumlah 6 unit yaitu Pustu Manik Maraja, Pustu

Ambarisan, Pustu Tigabolon, Pustu Bahal Gajah, Pustu Manik Hataran. Dan

jumlah puskesmas keliling berjumlah 1 unit. Sarana pelayanan kesehatan lainnya

yang ada diwilayah kerja Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik

mencakup, balai pengobatan / klinik pratama 2 unit, praktek dokter perorangan /

mandiri 1, praktek bidan mandiri 1unit dan sarana distribusi kefarmasian terdapat

5 unit.

Posyandu yang aktif diwilayah kerja Puskesamas Sarimatondang

Kecamatan Sidamanik berjumlah 41 posyandu. Pengelompokan pusyandu aktif

berdasarkan stata yaitu strata purnama berjumlah 41. Posbindu PTM yang aktif

STIKes Santa Elisabeth Medan 67


STIKes Santa Elisabeth Medan 68

berjumlah 15, masing – masing 1 posbindu ditiap nagori / kelurahan. Jumlah

poskesdes berjumlah 2 unit. Polindes belum terbentuk di wilayah kerja Puskesmas

Sarimatondang Kecamatan Sidamanik

Persentase ketersediaan obat dan vaksin esensial untuk Puskesmas, Pustu,

Poskesdes dan Posyandu sebanyak 100% dan jumlah sumber daya manusia yang

bertugas di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik pada tahun 2020

berjumlah 44 orang.

5.1.1 Petugas Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik

Tabel 5.2 Daftar Urutan Kepangkatan Puskesmas Sarimatondang

No Nama Keterangan
1. dr. Sorta Tinambunan Kepala Puskesmas
2. drg. Maria O. Sinaga Fungsional Tertentu
3. Juniar Manurung Fungsional Tertentu
4. Lidang Haloho Fungsional Tertentu
5. Romian Damanik Fungsional Tertentu
6. Hotda Purba Fungsional Tertentu
7. Amerlina Saragih Fungsional Tertentu
8. Safrida Hanum Fungsional Tertentu
9. Sri Siswanti Fungsional Tertentu
10. Osly K. Sitorus Fungsional Tertentu
11. Ernawati Fungsional Tertentu
12. Rospita Simarmata Fungsional Tertentu
13. Yenni V. Sihotang Fungsional Tertentu
14. Juwita Simanjuntak Fungsional Tertentu
15. Lasmery Purba Fungsional Tertentu
16. Jenni A.D Hutajulu Fungsional Tertentu
17. Dr. Bona Siringo – ringo Fungsional Tertentu
18. Zuhriah Harahap Fungsional Tertentu
19. Resinta Simarmata Fungsional Umum
20. Betty Haloho Fungsional Umum
21. Elfriani E.S Fungsional Tertentu
22. Yani E.S Saragih Fungsional Tertentu
23. Ariyani Fungsional Tertentu
24. Nelfri Saragih Tfungsional Umum
25. Swendang Siahaan Tata Usaha

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 69

26. Rostiar Purba Fungsional Tertentu


27. Helena Siahaan Fungsional Tertentu
28. Menik Siswanti Fungsional Tertentu
29. Husnul Halimah Fungsional Tertentu
30. Vera S. Siahaan Fungsional Tertentu
31. Asna Dameria Girsang Fungsional Tertentu
32. Tanti Novita Purba Fungsional Tertentu
33. Mariana Sinurat Bidan Desa
34. Rosdawati Simanjuntak Bidan Desa
35. Susi Juli eva Sihombing Bidan Desa
36. Cindy Tiur Martha Gultom Bidan Desa
37. Zuliani Lestari Sumbayak Bidan Desa
38. Sri Murbaningsih Bidan Desa
39. Dance Rempuan Nababan Bidan Desa
40. Fitriani Bidan Desa
41. Efredi Purba Fungsional Tertentu
42. Marianna Hasibuan Bidan Desa
43. Mangatur Sitorus Bidan Desa
44. Kartini Saragi Fungsional Tertentu

5.1.2 Visi dan Misi Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik

1. Visi

Menjadikan Puskesmas Sarimatondang Yang Profesional, Berkualitas,

Menuju Masyarkat Saehat di Kecamatan Sidamanik Tahun 2021.

2. Misi

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat

b. Menikngkatkan kualitas SDM yang berprofesional dan berkomitmen

tinggi

c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana puskesmas

d. Membangun system informasi dan manajemen puskesmas

e. Memberikan pelayanan kesehatan dasar danen senyum, salam, sapa.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 70

5.2 Data Demografi

Hasil Penelitian di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik dapat

ditunjukkan pada tabel 5.3 berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan, jenis

kelamin dan lama menderita DM.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden di Puskesmas Sarimatondang


Kecamatan Sidamanik

Karakteristik (f) (%)


Umur (Tahun)
45 – 59 14 19
60 – 74 45 62
75 – 90 14 19
> 90 0 0
Total 73 100
Berat Badan (Kg)
50 – 60 52 71
61 – 70 21 29
Total 73 100
Tinggi Badan (Cm)
150 – 160 48 66
161 – 170 25 34
Total 73 100
Jenis Kelamin
Laki – laki 29 40
Perempuan 44 60
Total 73 100
Lama Menderita DM
1 - 2 Tahun 16 22
3 - 4 Tahun 32 44
5 - 6 Tahun 25 34
Total 73 100
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh responden dengan umur responden

dimana umur mayoritas berada pada umur 60 – 74 tahun sebanyak 45 responden

(62%) dan terkecil berada pada umur >90 sebanyak 0 responden (0%).

Berdasarkan berat badan responden dimana berat badan mayoritas 50 – 60 Kg

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 71

sebanyak 52 responden (71%), berat badan terkecil yaitu 61 – 70 Kg sebanyak 21

responden (29%). Berdasarkan tinggi badan responden dimana tinggi badan

mayoritas 150 – 160 sebanyak 48 responden (66%), tinggi badan terkecil yaitu

161 – 170 sebanyak 25 responden (34%). Berdasarkan jenis kelamin sebanyak 29

responden (40%) berjenis kelamin laki – laki dan sebanyak 44 responden (60%)

berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan lama menderita DM dimana 1 – 2 tahun

terdapat 16 responden (22%), 3 - 4 tahun terdapat 32 reponden (44%), dan 5 – 6

tahun terdapat 25 responden (34%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan Lansia tentang Diet


Diabetes Melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan
Sidamanik Tahun 2021

Penetalaksanaan
No Jawaban Frekuensi Persentase Total
Diet DM
Ya Tidak Ya Tidak F %
1 Jumlah Makanan
Pertanyaan 1 Ya 71 2 97,3 2,7 73 100
Pertanyaan 2 Ya 68 5 93,2 6,8 73 100
Pertanyaan 3 Ya 62 11 84,9 15,1 73 100
Pertanyaan 4 Tidak 64 9 87,7 12,3 73 100
Pertanyaan 5 Ya 66 7 90,4 9,6 73 100

2 Jenis Makanan
Pertanyaan 1 Tidak 60 13 82,2 17,8 73 100
Pertanyaan 2 Ya 62 11 84,9 15,1 73 100
Pertanyaan 3 Tidak 60 13 82,2 17,8 73 100
Pertanyaan 4 Tidak 55 18 75,3 24,7 73 100
Pertanyaan 5 Ya 55 18 75,3 24,7 73 100

3 Jadwal Makan
Pertanyaan 1 Ya 59 14 80,8 19,2 73 100
Pertanyaan 2 Tidak 59 14 80,8 19,2 73 100
Pertanyaan 3 Tidak 66 7 90,4 9,6 73 100
Pertanyaan 4 Tidak 61 12 83,6 16,4 73 100
Pertanyaan 5 Ya 52 21 71,2 28,8 73 100

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 72

4 Hal-hal yang harus


diperhatikan
Pertanyaan 1 Tidak 61 12 83,6 16,4 73 100
Pertanyaan 2 Tidak 60 13 82,2 17,8 73 100
Pertanyaan 3 Ya 58 15 79,5 20,5 73 100
Pertanyaan 4 Tidak 46 27 63,0 37,0 73 100
Pertanyaan 5 Tidak 43 30 58,9 41,1 73 100

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia tentang Diet Diabetes


Melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik
Tahun 2021

Pengetahuan lansia tentang


(F) (%)
diet diabetes mellitus

Baik 57 78
Cukup 11 15
Kurang 5 7

Total 73 100

Berdasarkan tabel 5.4 menujukkan bahwa mayoritas responden memiliki

tingkat pengetahuan yang baik tentang diet diabetes melitus. Dari 73 responden

yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 57 responden (78%), memiliki

tingkat pengetahuan cukup sebanyak 11 responden (15%) dan memiliki tingkat

pengetahuan kurang 5 responden (7%).

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa mayoritas

responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, karena mayoritas responden

sudah lama terkena diabetes melitus sehingga sudah lebih banyak informasi yang

didapatkan mengenai penatalaksanaan diet diabetes melitus.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 73

Berdasarkan penelitian Eriyani (2018) bahwa pengalaman lama responden

menderita diabetes melitus berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, karena

responden dapat memperoleh informasi tentang diet diabetes melitus dari paparan

media atau sumber informasi.

Menurut Wu (2006) dalam Siti Khoiroh M (2018) menemukan bahwa

pasien yang telah lama menderita diabetes melitus memiliki efikasi diri yang baik

daripada pasien yang menderia baru terkena diabetes melitus. Hal ini disebabkan

karena pasien telah berpengalaman mengelola penyakitnya dan memiliki koping

yang baik.

Menurut Fitrianur Laili (2019), orang yang sudah lama menderita DM

cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini karena orang tersebut

sudah memiliki cara mekanisme beradaptasi yang lebih baik dengan keadaan

penyakitnya. Pasien yang menderita DM lebih lama akan lebih mampu memahami

keadaan yang dirasakannya, baik dari segi fisik, psikologis, hubungan sosial, dan

lingkungan. Dan pemahaman ini muncul karena pasien sudah lebih tahu dan

berpengalaman terhadap penyakitnya sehingga akan mendorong pasien untuk

lebih mampu mengantipasi terjadinya sesuatu hal yang mungkin akan terjadi pada

diri pasien suatu saat nanti.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa

responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang yaitu responden yang

baru terkena diabetes melitus karena pengetahuan dan informasi yang didapatkan

oleh responden masih sedikit sehingga mereka tidak mengerti penatalaksanaan

diet diabetes melitus.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 74

Sejalan dengan penelitian Herlena Essy Phitri (2013), responden yang baru

menderita DM mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang kurang dalam hal

penatalaksanaan diet DM. Pengetahuan responden yang kurang ditunjukkan

dengan responden yang tidak mengerti gejala diabetes melitus. Pengetahuan yang

kurang baik ditunjukkan dengan responden yang belum mengerti tanda kadar gula

darah dibawah normal yaitu lemas, pucat, gemetar, merasa lapar, jantung

berdebar-debar dan keringat berlebih.

Berdasarkan penelitian Erni Setiyorini (2017), lama menderita DM

berhubungan dengan pengetahuan baik tentang penatalaksanaan diet. Responden

yang menderita DM dengan durasi < 1 tahun belum mengetahui tentang diet DM

dengan baik ditunjukkan responden yang tidak taat terhadap regimen pengobatan

dan penatalaksanaan diet DM serta tidak mampu beradaptasi dengan baik

terhadap penyakitnya sehingga memiliki tingkat pengetahuan yang rendah.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan 75

BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari 73 responden mayoritas tingkat pengetahuan lansia tentang diet

diabetes melitus di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik adalah baik

yaitu 57 responden (78%).

6.2 Saran

1. Bagi Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik

Hendaknya penelitian ini dapat digunakan menjadi sumber informasi

tentang penatalaksanaan diet diabetes melitus bagi penderita DM yang

menjalankan terapi diet DM di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan

Sidamanik.

2. Bagi institusi Pendidikan

Diharapkan dengan penelitian ini pihak institusi / mahasiswa dapat

menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan untuk

mengaplikasikan terapi diet diabetes melitus dengan tepat dan pelayanan

professional. Sehingga menunjukkan mahasisawa merupakan bakal calon

perawat yang lebih kompeten dan menunjukkan rasa kasih kepada pasien

khususnya pasien yang menderita diabetes melitus.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian ini

sebagai bahan referensi dan acuan melakukan penelitian dengan metode

yang berbeda.

STIKes Santa Elisabeth Medan 75


STIKes Santa Elisabeth Medan

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, T., & Amir, A. (2018). Kepatuhan Diet Pasien Dm Berdasarkan Tingkat.
Media Gizi Pangan, 25(1)

Djamaluddin, A., Arisandi, W., & Permatasari, A. (2020). Hubungan Perilaku


Diet Dengan Kadar Gula Darah Pada Lansia Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sukoharjo
Kabupaten Pringsewu Tahun 2020. Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia
(JIKMI).

Eriyani, T., & Yuliana, Y. (2018). Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang
Diet DM di Poli Dalam Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung. Holistik Jurnal
Kesehatan.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/download/152/94,
20 Desember 2020

Hunaifi, A. A., Nurjayanti, D., & Rumpiati. (2018). Hubungan Tingkat


Pengetahuan Pasien Tentang Diet Diabetes Melitus Terhadap Kontrol
Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Di Ruang Mawar Rsud Dr.
Harjono Ponorogo. Global Health Science, 3(4).

Isnaeni, F. N., Risti, K. N., Mayawati, H., & Arsy, M. K. (2018). Tingkat
Pendidikan, Pengetahuan Gizi Dan Kepatuhan Diet Pada Pasien
Diabetes Melitus (Dm) Rawat Jalan Di Rsud Karanganyar. MPPKI
(Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The Indonesian
Journal of Health Promotion, 1(2), 40–45.
https://doi.org/10.31934/mppki.v1i2.116 ,

Isnaini, N., & Saputra, M, H, A. (2017). Pengetahuan dan Motivasi Meningkatkan


Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Medisains : Jurnal
Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, 15(3).

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi Dan Analisis Lanjut Usia. Diakses
tanggal 4 februari 2016 di unduh dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodation/infodat
ion-lansia.pdf, 29 Desember 2020

Kusnanto, K., Sundari, P. M., Asmoro, C. P., & Arifin, H. (2019). Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dan Diabetes Self-Management Dengan Tingkat
Stres Pasien Diabetes Melitus Yang Menjalani Diet. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 22(1), 31–42. https://doi.org/10.7454/jki.v22i1.780 20
Desember 2020

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Marengke, A., Dewi, I., & Mato, R. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan
Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Menjalankan Diet 3J Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii Di Rsud Salewangan Maros. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15(Vol. 15 No. 2 (2020): Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis).
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/265 15 Januari
2021

M, Siti Khoiroh, Y. A. (2018). Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup


Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Juanda
Samarinda. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(1), 76–83.

Nofa, A. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Diet Diabetes Melitus Dengan


Kepatuhan Diet Pada Penederita Diabetes Melitus Nofa Anggraini
Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Abdi Nuantara Jakarta
Email : arfinofry@gmail.com Handayani Program Studi Sarjana
Keperawatan. Jurnal Antara Kebidanan, 1

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo,S. (2012) Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo 2010, Metodelogi penelitian kesehatan, Rineka Cipta,


Jakarta.

Nugroho, Wahjudi. 2009. Komunikasi dalam perawatan gerontik. EGC. Jakarta.

Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Pengetahuan, T., Diet, T., Penderita, P., Dengan, M., Chronic, K., Disease, K., &
Rsup, D. I. (2020). Tingkat pengetahuan tentang diet pada penderita
diabetes melitus dengan komplikasi chronic kidney disease di rsup
sanglah denpasar tahun 2016. 9(4).

Phitri, H. E., & Widiyaningsih. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan Dan


Sikap Penderita Diabetes Melitus Dengan Kepatuhan Diet Diabetes
Melitus Di Rsud Am . Parikesit Kalimantan Timur. Jurnal Keperawatan
Medikal Bedah, 1(1), 58–74.

Sigit Mulyono, M. N. S. (2020). Pengaruh Family Support Group terhadap


Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Tangerang. Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik, 3(2), 17–27.
https://doi.org/10.48079/vol3.iss2.65, 15 Januari 2021.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Sumarlan. (2020). Edukasi Kesehatan Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Melitus


di Puskesmas Wara Barat Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Luwu Raya, 6,
2018–2021.

Fitrianur Laili (2019). Hubungan Faktor Lama Menderita DM dan Tingkat


Pengetahuan dengan Distres Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Lampiran1.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Lampiran 2.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Lampiran 3.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Lampiran 4.
.

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth
Calon responden penelitian
Di tempat
Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik

Dengan Hormat,
Dengan perantaraan surat ini saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Jesica Paulina Damanik
Nim : 012018011
Alamat : JL. Bunga Terompet No. 118 Pasar VIII Medan Selayang

Mahasiswa program studi D3 Keperawatan yang sedang melakukan


penyusunan proposal dengan judul “Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang
Diet Diabetes melitus Di Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik
Tahun 2021”. Penulis yang akan menyusun proposal ini tidak akan menimbulkan
kerugian terhadap calon responden, segala informasi yang diberikan oleh
responden kepada penulis akan dijaga kerahasiaannya, dan hanya digunakan
untuk kepentingan penyusunan proposal. Penulis sangat mengharapkan kesediaan
individu untuk menjadi responden tanpa adanya ancaman atau paksaan.
Apabila saudara/i yang bersedia menjadi responden dalam penyusunan
proposal ini, penulis memohon kesediaan responden untuk menandatangani surat
persetujuan untuk menjadi responden dan bersedia untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan Penulis guna pelaksanaan penelitian. Atas segala perhatian dan
kerjasama dari seluruh pihak saya mengucapkan banyak terimakasih.

Hormat saya
Penulis

(Jesica Paulina Damanik)

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Lampiran 5.

INFORMED CONSENT (SURAT PERSETUJUAN)

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui tentang


tujuan yang jelas dari penulis yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Lansia
Tentang Diet Diabetes Melitus Di Puskesmas Kecamatan Sidamanik Tahun
2021”. Maka dengan ini saya menyatakan persetujuan untuk ikut serta dalam
penyusunan proposal dengan catatan bila sewaktu-waktu saya merasa dirugikan
dalam bentuk apapun, saya berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan, Februari 2021


Penulis Responden

(Jesica Paulina Damanik) ( )

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Lampiran 6.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Lampiran 7.

LEMBAR KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG


DIET DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS SARIMATONDANG
KECAMATAN SIDAMANIK TAHUN 2021

Petujuk pengisian :
1. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling benar dengan cara
memberikan tanda check (√) pada pilihan yang mewakili jawaban saudara
2. Bila ada yang dikurang dimengerti Bapak/Ibu dapat bertanya pada peneliti
Tanggal pengambilan data :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
Lama menderita DM :

No Pernyataan Ya Tidak

Jumlah Makanan
1 Jumlah makanan yang diberikan kepada penderita
Diabetes Melitus disesuaikan berdasarkan tinggi
rendahnya kadar gula darah
2 Jumlah makanan yang diberikan kepada penderita
diabetes melitus disesuaikan dengan berat badan
3 Jumlah makan penderita Diabetes Melitus harus
memenuhi proporsi menu makan yang seimbang
4 Makan yang diberikan kepada penderita Diabetes Melitus
harus dengan jumlah yang banyak agar kebutuhannya
tercukupi
5 Pola makan yang salah bisa meningkatkan kadar gula
darah

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Jenis Makanan
6 Jenis makanan yang pahit sangat tidak dianjurkan kepada
penderita Diabetes Melitus
7 Jenis makanan yang dikonsumsi penderita Diabetes
Melitus harus sesuai dengan diet (makanan yang rendah
lemak)
8 Jenis makanan yang tidak manis dapat menyebabkan gula
darah meningkat
9 Penderita Diabetes melitus dianjurkan mengkonsumsi
susu yang kadar lemaknya tinggi
10 Makanan atau ramuan pahit pahit dapat menurunkan
kadar glukosa darah sehingga dapat menyembuhkan
Diabetes Melitus
Jadwal Makan
11 Jadwal makan penderita Diabetes Malitus biasanya 6 kali
makan, 3 kali makan utama (nasi, lauk, dan sayur) dan 3
kali selingan buah buahan
12 Penderita Diabetes Melitus harus makan hanya pada
waktu pagi dan siang hari saja
13 Penderita Diabetes Melitus tidak harus makan secara
teratur

14 Pola makan yang teratur dapat menyebabkan penyakit


Diabetes Melitus

15 Waktu makan yang terbaik dalam sehari adalah 3 kali


yakni sarapan, makan siang, dan makan malam
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam diet
16 Buah adalah makanan sehat oleh karena itu dapat
dimakan sebanyak-banyaknya

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

17 Penderita Diabetes Melitus tidak diperbolehkan


mengkonsumsi gula pasir oleh karena itu gula pasir dapat
digantikan dengan madu atau gula merah
18 Durian, rambutan, kelengkeng, kurma, sawo dan nangka
sebaiknya dihindari karena buah-buahan tersebut
memiliki kadar kemanisan yang tinggi
19 Makan yang bebas dimakan sepuasnya bagi penderita
Diabetes Melitus adalah kue, roti, mie, coklat, dan buah-
buahan kecuali teh, kopi, atau minuman manis lainnya
20 Makan nasi kemarin baik untuk penderita Diabetes
Melitus

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Lampiran 8.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Lampiran 9.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Lampiran 10.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Lampiran 11.
SKOR PERTANYAAN
NO Inisal Total Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 M 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 14 Cukup
2 S 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 17 Baik
3 B 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 Baik
4 M 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 12 Cukup
5 K 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 10 Kurang
6 M 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 17 Baik
7 T 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik
8 T 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
9 S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 16 Baik
10 S 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 12 Cukup
11 K 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 Baik
12 SD 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 14 Cukup
13 S 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 17 Baik
14 J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 16 Baik
15 S 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 17 Baik
16 S 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 16 Baik
17 P 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 Baik
18 J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19 Baik
19 N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 18 Baik
20 S 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 Baik
21 M 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 16 Baik
22 LN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
23 RS 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 12 Cukup
24 Y 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 16 Baik
25 M 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 15 Baik
26 NS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 18 Baik
27 N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 17 Baik
28 R 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 Baik
29 S 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17 Baik
30 DS 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 Baik
31 M 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 Baik
32 HS 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 14 Cukup
33 NP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 19 Baik
34 RS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 17 Baik
35 P 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 17 Baik
36 BD 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 10 Kurang
37 TS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 18 Baik
38 MS 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 16 Baik
39 PM 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 14 Cukup
40 EPS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
41 RS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
42 RS 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 15 Baik
43 RO 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 12 Cukup
44 J 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 17 Baik
45 SS 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 Baik
46 S 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 16 Baik
47 RS 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 17 Baik
48 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
49 B 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 Baik
50 RS 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 9 Kurang
51 TS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 18 Baik
52 TM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19 Baik
53 KM 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 16 Baik
54 TS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
55 RS 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 13 Cukup
56 TS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 17 Baik
57 TS 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 16 Baik
58 TH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 19 Baik
59 LT 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 Baik
60 RS 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 15 Baik
61 RM 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik
62 HS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 Baik
63 ES 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 9 Kurang
64 SP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
65 DS 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 16 Baik
66 SS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 17 Baik
67 TM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik
68 RM 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 16 Baik
69 RS 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 Cukup
70 KS 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 9 Kurang
71 LS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik

STIKes Santa Elisabeth Medan

Anda mungkin juga menyukai