Oleh:
Jesica Paulina Damanik
NIM. 012018011
SKRIPSI
Oleh:
Jesica Paulina Damanik
NIM. 012018011
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya
buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata
dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di STIKes Santa
Elisabeth Medan.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
( Indra Hizkia P., S.Kep., Ns., M.Kep) ( Indra Hizkia P., S.Kep., Ns., M.Kep)
Telah Diuji
PANITIA PENGUJI
……………………………………
……………………………………
……………………………………
Mengetahui
Ketua Program Studi D3 Keperawatan
Mengetahui Mengesahkan
Ketua Program Studi D3 Keperawatan Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan
(Indra Hizkia P., S.Kep., Ns., M.Kep) (Mestiana Br.Karo, M.Kep., DNSc)
ABSTRAK
(xvii + 75 + Lampiran )
ABSTRACT
(xvii + 75 + Attachments )
Patients' knowledge about DM is a tool that can help sufferers to carry out
diabetes management throughout their lives so that the more and better people
understand about their disease, the more they understand how to change their
behavior. The increase in DM sufferers every year is caused by a low level of
knowledge about DM diet management which includes the amount of food, type of
food, meal schedule, and things that must be considered, so there is a need for
counseling about the management of DM diet. The purpose of the study was to
describe the knowledge of the elderly at the Sarimatondang Public Health Center,
Sidamanik District in 2021. This study used a descriptive research method with
consecutive sampling technique where the sample was 73 respondents. The data
collection instrument used a questionnaire with 20 questions. The results of the
research on the knowledge of the elderly about diabetes mellitus diet there are
good knowledge categories 57 respondents (78%), sufficient knowledge category
is 11 respondents (15%), and lack of knowledge category 5 respondents (7%). It
was concluded that the majority of respondents had a good level of knowledge
about diabetes mellitus diet. It is hoped that the elderly who have a low level of
knowledge will receive counseling or seminars both individually and in groups.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul skripsi ini adalah
perhatian dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
1. Mestiana Br. Karo, M. Kep., DNSc selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth
3. Indra Hizkia P., S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Ketua Program Studi D3
Elisabeth Medan.
yang selalu memberi semangat, dukungan serta doa kepada saya untuk
dengan baik.
6. Meriati Bunga Arta Purba, SST., M.K.M selaku penguji III yang telah
7. Seluruh staf dosen dan pegawai STIKes program studi D3 Keperawatan Santa
8. Teristimewa keluarga tercinta saya, Ayah saya Kanserto Damanik dan Ibu
saya Runggu Siallagan , kakak saya Evi Juliani Damanik dan Adek saya
besar saya atas doa, didikan, dukungan baik dari segi materi maupun motivasi
10. Teruntuk Febriady Marpaung yang selalu memberi masukan, motivasi serta
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
proposal ini. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN .......................................................................................... i
SAMPUL DALAM ......................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv
HALAMAN PENETAMAN PANITIA PENGUJI ..................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vi
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ........................................................ vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
LAMPIRAN ................................................................................................... 79
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR BAGAN
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut (WHO, 2018), lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang berusia
60 tahun keatas. Lansia adalah klasifikasi umur pada manusia yang telah
Data dari World Population Prospects (2016) menjelaskan ada 901 juta
orang berusia 60 tahun atau lebih diproyeksikan akan tumbuh sekitar 56% dari
901 juta orang menjadi 1,4 milyar. Jumlah penduduk lansia berdasarkan data
proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk
(27,08), tahun 2025 (33,69 juta), dan tahun 2035 (48,19 juta) (Kementrian
Kesehatan RI, 2017). Jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia pada tahun 2018
sebanyak 9,27% atau setara dengan 24,49 juta lansia, jumlah ini mengalami
peningkatan dari tahun 2017 yang hanya 8,97% atau setara dengan 23,4 juta lansia
(Badan Pusat Statistik, 2018). Hasil sensus penduduk tahun 2016, jumlah lansia di
Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebanyak 245.166 jiwa ( Badan Pusat Statistik
cukup besar. Secara umum, populasi penduduk usia 60 tahun ke atas di negara
maju pada tahun 2011 adalah 20% dari total jumlah penduduk dan diperkirakan
meningkat menjadi 32% pada tahun 2050. Sementara itu, di negara berkembang,
jumlah penduduk usia 60 tahun keatas pada tahun 2011 adalah 15% dari total
lansia adalah untuk penyakit tidak menular antara lain: Hipertensi, masalah gigi,
penyakit sendi, masalah mulut, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke dan
penyakit menular antara lain seperti ISPA, diare, dan pneumia. Jumlah lansia
perempuan lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan
dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki, adapun lansia yang tinggal di pedesaan
sebanyak 10,87 juta jiwa, lebih banyak daripada lansia yang tinggal di perkotaan
sangat penting dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Fauzi, 2015).
bahwa jumlah pasien DM didunia pada tahun 2017 mencapai 425 juta orang
dewasa berusia antara 20–79 tahun Data Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas)
sebanyak 2.195 orang dari Januari sampai Maret 2018 yang tersebar di lima
135 orang), Surabaya Utara (Puskesmas Tanah Kalikedinding= 615 orang), dan
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah 8,2 juta lansia
mederita DM. Peningkatan prevalasi DM pada lansia tidak dapat dipisahkan dari
berhubungan dengan obesitas, stress emosional dan juga bisa dari kurangnya
makanan capat saji, olahraga yang kurang dan tingkat emosi tinggi (Rizaldy,
2012).Jumlah lansia di seluruh dunia mencapai 901 juta jiwa (Depertemen Sosial,
menjadi 9,77% pada tahun 2015 (Muhith & Siyoto 2016). Memperkirakan jumlah
lansia akan mencapai 11,34% dari seluruh penduduk Indonesia di tahun 2020.
signifikan selama lima tahun terakhir. Di tahun 2013, angka prevalensi diabetes
pada orang dewasa mencapai 6,9 persen, dan di tahun 2018 angka terus melonjak
menjadi 8,5 persen. Diabetes Melitus telah menjadi masalah kesehatan dunia.
karena perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat, prevalensi dan
insiden penyakit ini meningkat secara drastis dinegera-negara maju dan sedang
berkembang masuk ke Indonesia, tahun 2009 terdapat sekitar 230 juta kasus
seperti hipetensi sebesar 62,41%, diabetes melitus sebesar 20,87% dan obesitas
sebesar sebesar 11,82%. Selain itu, di Provinsi Lampung pada tahun 2018 ada 3
Kota atau Kabupaten yang memiliki presentasi terbesar masalah penyakit diabetes
melitus yaitu Metro sebesar 3,3%, Bandar Lampung sebesar 2,3% dan Pringsewu
prevalensi diabetes melitus pada tahun 2018 berjumlah 18.876 kasus (1,8%). Di
tahun 2018 ada 3 Puskesmas dengan prevalensi diabetes melitus terbanyak berada
sebanyak 2.270 kasus dengan penderita lansia sebanyak 1.256 kasus tapi pada
tahun 2019 jumlah prevalensi diabetes melitus mengalami penurunan menjadi 490
kasus dengan penderita lansia sebanyak 254 kasus. Kemudian pada bulan Januari
– Maret tahun 2020 jumlah prevalensi diabetes melitus 109 kasus dengan
April Tahun 2020 kepada 5 lansia penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah
maksudnya penderita memiliki pola makan yang tidak baik seperti makan –
makanan mengandung banyak gula, lemak dan nutrium serta makan sehari hanya
2 kali sekali.
lebih dari 65% responden belum dapat mematuhi diet terkait jenis
menetapkan jumlah kalori yang harus dikonsumsinya per hari dalam jumlah yang
lengkap.
perilaku (Sousa & Zauseniewski, 2015). Hasil penelitian oleh Misdarini (2017)
kurang sebanyak 54,9% dan kadar gula darah pasien rata-rata 246,9 mg/dl.
sehingga kadar gula darah menjadi tinggi. Penelitian lainnya yang berkaitan
pengetahuan kurang, dan 58,6% sikap negatif, 89,7% tidak patuh mengkonsumsi
jumlah kalori, 100% tidak patuh jadwal makan, dan 65,5% tidak patuh
tentang DM berdampak pada kepatuhan terhadap diet DM dan kadar gula darah.
Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi (Nofa Anggraini & Handayani, 2018),
dari hasil uji analisis data menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan diet pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Islam
Jakarta Pondok Kopi. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang diperoleh dari
(Farida, 2018). Bahwa subjek dengan pengetahuan yang baik cenderung lebih
mematuhi rekomendasi diet yang diberikan (63,9%). Hal ini dikarenakan dengan
perilaku 18. Meskipun begitu, sebanyak 51,9% subjek penelitian dengan tingkat
dengan tingkat pengetahuan yang rendah tidak mutlak memiliki kepatuhan yang
rendah.
Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi, Hasil penelitian menurut pengetahuan
2018).
ke-8. Dan berdasarkan data survei awal yang telah dilakukan bahwa penderita
tahun 2017 berjumlah 248 penderita, pada tahun 2018 berjumlah 252 penderita,
pada tahun 2019 berjumlah 262 penderita, dan 264 penderita pada tahun 2020.
tahun 2021.
tahun 2021.
2. Peneliti
tahun 2021.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
sesuatu, dimana pengetahuan itu menjadi dasar dalam bertindak, atau pengetahuan
itu menjadikan seorang individu atau suatu institusi memiliki kecakapan dalam
sebagai berikut:
1. Pengetahuan implisit
seseorang biasanya sulit untuk di transfer ke orang lain baik secara tertulis
maupun lisan.
2. Pengetahuan eksplisit
kesehatan.
tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
2. Memahami (comprehension)
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan bergizi pada masa post
partum.
3. Aplikasi (application)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
sebagainya.
5. Sintesis (synthetic)
baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
6. Evaluasi (evaluation)
yaitu:
penelitian ilmiah.
1. Pendidikan
2. Keterpaparan informasi
atau melalui media massa antara lain televisi, radio, koran, majalah, dan
internet.
3. Pengalaman
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan
yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya. Adapun jenis pertanyaan
yang dapat digunakan unuk pengukuran pengetahuan secara umum dibagi menjadi
2 jenis yaitu:
1. Pertanyaan subjektif
hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.
2. Pertanyaan objektif
salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti oleh penilai.
sifat:
pertanyaan.
pertanyaan.
pertanyaan.
2.2 Lansia
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir
dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaaan.(Wahyudi, 2008).
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak,
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua
akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik,
mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya
makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan
dari infeksi dan tidak mampu memperbaiki jaringan yang rusak (Constantinides,
penuaan yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor genetik yang
macam penyakit dan stres dari luar, misalnya radiasi atau bahan-bahan kimiawi.
1. Teori Biologis
dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada tubuh
dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologi. Proses menua
seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri dari teori hierarki
yaitu ekstrover dan introver. Pada lansia akan cenderung introver, lebih
eight stages of life), yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai
mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi orang yang
bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi
3. Teori Kultural
yang terdapat pada suatu daerah dan dianut oleh kaum orang tua. Budaya
4. Teori Sosial
Teori social dikemukakan oleh Lemon (1972) yang meliputi teori aktivitas
(lansia yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial), teori pembebasan
5. Teori Genetika
keluarga yang cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka
lansia adalah orang yang aktif dan memiliki banyak kegitan social.
pergaulan.
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi
b. Sistem Intergumen
Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
c. Sistem Muskuloskeletal
lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tondon, ligament dan fasia
d. Sistem Kardiovaskuler
ikat.
e. Sistem Respirasi
g. Sistem Perkemihan
h. Sistem Saraf
i. Sistem Reproduksi
berangsur-angsur.
2. Perubahan Kognitif
b. IQ (Intellegent Quotient).
g. Kebijaksanaan (Wisdom).
h. Kinerja (Performance).
i. Motivasi.
3. Perubahan Mental
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Keturunan (hereditas).
e. Lingkungan.
dan family.
4. Perubahan Spiritual
5. Perubahan Psikososial
sangat tua.
kedukaanya.
marit.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personalitiy), pada lansia tipe
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress
adalah penyakit gangguan metabolic yang terjadi secara kronis atau menahun
karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin yang cukup akibat gangguan pada
sekresi insulin, hormone insulin yang tidak bekerja sebagaimana mestinya atau
keduanya (Kemenkes RI, 2014). (Smeltzer & Bare, 2008) menyebutkan bahwa
(hiperglikemi), yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, aktivitas insulin, dan
keduanya.
kepatuhan yaitu terapi gizi, dalam kepatuhan terapi gizi membutuhkan tugas
keluarga yang hidup bersama lansia tersebut. Diet Diabetes Melitus Melitus yang
diperuntukkan penderita diabetes agar kadar gula terkontrol. Kadar gula tidak
keluarga makanan bagi penderita Diabetes sama dengan makan pada keluarga
yang lainnya, yaitu makanan seimbang. Sesuai dengan kebutuhan tubuh akan zat
mengandung karbohidrat, protein, vitamin, lemak, mineral dan juga kaya akan
DM tersebut telah dikategorikan menjadi gejala akut dan gejala kronis (Fitriyani,
2015).
menimbulkan gejala akut yaitu banyak minum, banyak kencing dan mudah lelah.
Gejala kronik DM adalah Kulit terasa panas, kebas, seperti tertusuk-tusuk jarum,
rasa tebal pada kulit, kram, keleahan, mudah mengantuk, penglihatan memburuk
(buram) yang ditandai dengan sering berganti lensa kacamata, gigi mudah goyah
dan mudah lepas, keguguran pada ibu hamil dan ibu melahirkan dengan berat bayi
penyakit ini ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu poliphagia, polidipsia
penyakit kronis yang sangat perlu diperhatikan dengan serius. DM yang tidak
klasifikasi dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang dibuat oleh organisasi
kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara
absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan
idiopatik.
Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal
insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan
oleh defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit
kelainan imunologi dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.
diabetes.
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat bekerja
secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi kebutuhan atau keduanya.
Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu pertama karena
kerusakan pada sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari luar seperti zat kimia,
virus dan bakteri. Penyebab yang kedua adalah penurunan reseptor glukosa pada
kelenjar pankreas dan yang ketiga karena kerusakan reseptor insulin di jaringan
Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk mengatur
kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi akan
menstimulasi sel beta pankreas untuk mengsekresi insulin (Hanum, 2013). Sel
beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga berakibat pada
kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa darah tinggi. Penyebab
dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti contoh penyakit autoimun
resistensi insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pre
reseptor dan post reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari
pemakaian glukosa di jaringan otot dan lemak serta menekan produksi glukosa
Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi
darah masuk ke dalam urin (glukosuria) sehingga terjadi diuresis osmotik yang
yang keluar menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang
melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan
mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi
meningkat setiap tahun. Jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 422 juta
penderita pada tahun 2014. Jumlah penderita tersebut jauh meningkat dari tahun
1980 yang hanya 180 juta penderita. Jumlah penderita DM yang tinggi terdapat di
wilayah South-East Asia dan Western Pacific yang jumlahnya mencapai setengah
dari jumlah seluruh penderita DM di seluruh dunia. Satu dari sebelas penduduk
dengan cepat mempunyai resiko yang lebih besar menderita komplikasi dan
glukosa darah. Metode yang paling dianjurkan untuk mengetahui kadar glukosa
darah adalah metode enzimatik dengan bahan plasma atau serum darah vena
(Perkeni, 2015).
keluhan lain seperti lemas, kesemutan, gatal, pandangan kabur dan disfungsi
Kadar glukosa darah yang tidak memenuhi kriteria normal dan tidak juga
gula darah. Pradiabetes adalah ketika kadar gula darah (glukosa) lebih tinggi dari
normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes tipe 2.
Prediabetes tidak harus menghasilkan diabetes jika perubahan gaya hidup yang
penyaring ini dilakukan pada kelompok dengan resiko menderita DM yang tinggi
yaitu kelompok dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang besar, kelompok dengan
faktor risiko DM tinggi dan kelompok usia >45 tahun (Perkeni, 2015).
relatif glukosa darah yang akut dan diabetik ketoasidosis. DM yang terjadi begitu
infeksi, katarak dan glaukoma adalah beberapa contoh komplikasi kronik dari DM
(Hanum, 2013).
pada sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya. DM tipe 2 disebabkan oleh
perpaduan antara gangguan aksi insulin (resistensi insulin) dan defisiensi insulin
yang terjadi secara relatif sebagai kompensasi sekresi insulin yang tidak adekuat
(IDAI, 2015).
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut
namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah
lelah.
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu
hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan
Otot dan hati yang mengalami resistensi insulin menjadi penyebab utama
DM tipe 2. Kegagalan sel beta pankreas untuk dapat bekerja secara optimal juga
yang paling umum diderita oleh penduduk di Indonesia. Kombinasi faktor risiko,
Resistensi insulin pada otot dan hati serta kegagalan sel beta pankreas
sel beta pada DM tipe 2 diketahui terjadi lebih dini dan lebih berat daripada
sebelumnya. Otot, hati, sel beta dan organ lain seperti jaringan lemak
tidak disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan jumlah insulin dalam tubuh
gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal (Fitriyani, 2012).
berlebihan tetapi tidak terjadi kerusakan pada sel-sel beta langerhans seperti pada
tipe 2. Sel-sel beta langerhans akan menunjukkan gangguan sekresi insulin fase
kerusakan sel-sel beta langerhans pada tahap selanjutnya. Kerusakan sel-sel beta
Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 240 juta jiwa. Penderita DM
di Indonesia berjumlah 9,1 juta penderita pada tahun 2014 dan terus meningkat.
DM tipe 2 lebih banyak diderita oleh orang dengan umur > 40 tahun dan orang
dengan obesitas. Kelompok umur remaja dan anak-anak jarang menderita DM tipe
tipe lain yang jumlah penderitanya mencapai 90-95 % dari seluruh atau total
pemeriksaan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar
glukosa darah ≥ 200 mg/dl pada pemeriksaan glukosa 2 jam post prandial dan
kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik DM adalah
dibuat oleh oleh WHO dan Perkeni. Pemeriksaan kadar glukosa darah dan
2009).
risiko sosiodemografi, perilaku dan gaya hidup dan keadaan klinis dan mental
(Irawan, 2010). Faktor risiko sosiodemografi diabetes melitus tipe 2 adalah umur,
jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Aktifitas fisik, konsumsi sayur dan buah,
asap rokok dan alkoholisme termasuk ke dalam faktor risiko pola hidup pada
diabetes melitus tipe 2. Indeks massa tubuh, lingkar perut, tekanan darah, kadar
kolesterol dan stress adalah faktor risiko kondisi klinis dan mental diabetesmelitus
tipe 2. Selain itu, ada juga faktor risiko riwayat kesehatan keluarga terutama
sebagai berikut :
risiko 15 % menderita DM tipe 2 jika kedua salah satu dari kedua orang
2. Berat lahir
Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram atau keadaan Berat
DM tipe 2 pada saat dewasa. Hal ini terjadi karena bayi dengan BBLR
insulin terganggu.
3. Stress
4. Umur
risiko menderita penyakit diabetes melitus karena jumlah sel beta pankreas
5. Jenis kelamin
pria karena adanya perbedaan anatomo dan fisiologi. Secara fisik wanita
6. Pendidikan
7. Pekerjaan
8. Penghasilan
9. Pola makan
diabetes melitus tipe 2. Pola makan yang jelek atau buruk merupakan
faktor risiko yang paling berperan dalam kejadian diabetes melitus tipe 2.
Pengaturan diet yang sehat dan teratur sangat perlu diperhatikan terutama
pada wanita. Pola makan yang buruk dapat menyebabkan kelebihan berat
tipe 2.
yang teratur. Manfaat dari aktivitas fisik sangat banyak dan yang paling
utama adalah mengatur berat badan dan memperkuat sistem dan kerja
maka risiko untuk menderita penyakit diabetes melitus tipe 2 akan semakin
mengatur pola makan sehat dengan jumlah kalori dan berisi yang benar dan
tepat, dan bukan mengurangi jumlah makanan yang akan membuat tubuh
kita lemah dan kehilangan mood sehingga tubuh malah akan memproduksi
hormon stres atau kortisol dan radikal bebas yang lebih banyak. Diet sehat yang
berkaitan dengan penyakit diabetes adalah konsumsi sayur dan buah ah sebagai
makanan yang terlalu manis dengan jumlah yang sangat berlebihan dapat
menimbulkan risiko diabetes melitus. Penelitian yang dilakukan oleh sufiati dan
Irma (2012), membuktikan bahwa asupan serat berhubungan erat dengan kadar
gula darah, kolesterol total dan status gizi pada penderita diabetes melitus.
2.4.2 Tujuan
1. Mencapai dan memelihara kadar glukosa darah normal yang tercipta dari
dalam :
1. Jumlah makanan
Menurut Susanto tahun (2013) dalam Amtiria (2016) aturan diet untuk
makan atau kalori yang dianjurkan bagi penderita DM adalah makan lebih
sering dengan porsi kecil, sedangkan yang tidak dianjurkan adalah makan
dalam porsi banyak atau besar sekaligus. tujuan cara makan seperti ini
adalah agar jumlah kalori terus merata sepanjang hari, sehingga beban
kerja organ-organ tubuh tidak berat, terutama organ pankreas. cara makan
a. Karbohidrat
b. Lemak
c. Protein
d. Natrium
e. Serat
utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. untuk
itu sangat penting bagi kita terutama penderita diabetes melitus untuk
mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. jenis makanan yang
serat seperti sayur mayur dan buah-buahan segar. hal yang terpenting
diabetes melitus. ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis
melitus yaitu :
adalah :
kentang, ubi.
2) Sumber protein ikan, ayam tanpa kulit, daging tak berlemak, susu
kembang kol
sukrosa dapat berupa gula pasir, gula batu, atau gula lain yang
2) Gula buatan:” gula buatan atau gula sintetis merupakan gula yang
berakhiran ol.
dengan level gula dan insulin tinggi karena mengandung zat besi
pangan”.
bagi anda”.
1) Sumber hidrat arang :” gula tebu, gula merah, madu, makanan dan
sesuai dengan intervalnya yang dibagi menjadi 6 waktu makan, yaitu 3 kali
menjadi 6 bagian makan yaitu tiga kali makan besar dan 3 kali makan
selingan
berikut:
b. Diet diberikan dengan cara 3 kali makan utama dan 3 kali makanan
Harus habis, jangan dikurangi ataupun ditambah. J2: jadwal diet harus
prinsip pola makan DM, ya dimakan besar tiga kali sehari, di tambah
besar dan cemilan adalah 3 jam. J3: jenis makanan yang manis seperti
1. Diet B
Diet ini diberikan kerpada penderita yang tidak tahan lapar dengan
dietnya, mampu atau kaya, tetapi kadar kolesterol dalam darahnya tinggi,
komplikasi ginjal, telah menderita Diabetes Melitus lebih dari lima belas
2. Diet B1
kurus atau BBR kurang dari 90%, dalam masa pertumbuhan, mengalami
patah tulang, hamil dan menyusui, menderita hepatitis kronik atau sirosis
paru, menderita selilitis atau gangren diabetik (kaki diabetik: infeksi pada
penyakit gondok dengan kadar hormon gondok yang tinggi dan menderita
tumor ganas, antara lain: kanker payudara, kanker rahim, atau kanker
lainnya.
Obat Hipoglikemik oral atau diet saja) dan kadar glukosa darahnya kurang
sebagai berikut :
2) Tablet OHO pertama dan vitamin (yang biasa diberikan pagi hari)
1) Makanan kecil
2) Tablet OHO yang kedua (bila ada, yang biasa diberikan siang hari)
1) makanan kecil
4. Diet B2
esensial.
5. Diet B3
c. Karena alasan nomor (2) tersebut, hanya dapat disusun Diet B3 dari
proteinnya.
protein, sisa kalori per hari dibagi untuk karbohidrat dan lemak
6. Diet Be
Diet Be atau diet bebas hanya diberikan kepada penderita Diabetes Melitus
stadium IV ini biasanya faal ginjal sudah sangat buruk. Penderita ini boleh
minum glukosa dan rasa manis lain seperti es krim dan lain-lain sehingga
BAB 3
KERANGKA KONSEP
konsep. Konsep adalah abstraktif dari suatu realistas agar dapat dikomu nikasikan
variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan
2021.
- Baik
- Cukup
- Kurang
3.2 Hipotesis
atau lebih variable yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam
penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan.
memberikan patunjuk pada tahap pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Uji
BAB 4
METODE PENELITIAN
kini, dilakukan dengan cara sistematis dan lebih menekankan pada data factual
tersebut bisa terjadi, oleh karena itu penelitian jenis ini tidak memerlukan adanya
4.2.1 Populasi
dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2020).
Populasi dalam penelitian ini adalah 264 lansia penderita diabetes melitus di
4.2.2 Sampel
menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam,
2020).
n=
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
n=
n=
penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan
inklusi yaitu :
merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu
dengan jelas dalam suatu percobaan. Satu variabel independen harus menjadi
atau perlakuan dari peneliti. Dalam variabel ini, bagian metode harus
percobaan, sedangkan variabel dependen adalah respon atau variabel kriteria yang
diduga, disebabkan, atau dipengaruhi oleh kondisi perlakuan bebas dan variabel
bebas lainnya (Creswell, 2009). Adapun variabel dalam penelitian ini dalam
variable dalam penelitian ini ialah “Gambaran Pengetahuan Lansia tentang Diet
2021”.
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi
oleh orang lain. Ada dua macam definisi, definisi nominal menerangkan arti kata
kategori lansia yaitu usia pertengahan (middle age), yaitu seseorang yang
berusia 45-59 tahun usia (elderly) berusia antara 60-74 tahun. usia tua
(old) berusia 74-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu seseorang
secara kronis atau menahun karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin
yang cukup akibat gangguan pada sekresi insulin, hormone insulin yang
3. Diet DM adalah mengatur pola makan sehat dengan jumlah kalori dan
berisi yang benar dan tepat, dan bukan mengurangi jumlah makanan yang
akan membuat tubuh kita lemah dan kehilangan mood sehingga tubuh
malah akan memproduksi hormon stres atau kortisol dan radikal bebas
4. Pengetahuan
76/100 x 20 = 15,2
56/100 X 20 = 11,2
55/100 X 20 = 11
Kesimpulan :
social secara bertahap. Diet diabetes melitus adalah pola makan yang sehat untuk
memelihara kadar gula darah normal. Defenisi operasional dalam penelitian ini
pendapat dari subjek terhadap suatu masalah penelitian Dalam penelitian ini
secara tertulis (Nursalam, 2020). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner pengetahuan pasien DM tentang pola diet di ruang Poli Inetrnis
Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar Tahun 2020 (Kristina Sitinjak, 2020).
memberikan tanda checklist (√) pada jawaban salah dengan memilih jawaban
4.5.1 Lokasi
Sidamanik. Peneliti memilih lokasi ini karena memiliki partisipan yang cukup,
(Nursalam, 2020). Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara lansung atau dari
tangan pertama, Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang sudah ada. Pengambilan data yang digunakan peneliti yaitu
pengambilan data primer, data tersebut didapat langsung dari subyek penelitian
memenuhi kriteria inklusi serta meminta untuk kesediaan pasien calon partisipan
(Nursalam, 2020). Pengumpulan data dilakukan dalam penelitian ini adalah data
primer. Data primer yakni memperoleh data dari sasarannya. Pada tahap awal
kuesioner kepada responden yang telah memenuhi kriteria inklusi. Pada penelitian
mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, menggunakan masker, dan
1. Uji Validitas
bervariasi dari satu sampel ke sampel yang lain dan satu situasi ke situasi
instrument untuk tertentu sesuai dengan ukuran yang diteliti (Polit, 2012).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lansia yang berumur
Pematang Siantar”.
2. Uji Reabilitas
Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas
karena peneliti menyajikan kuesioner dari yang sudah valid milik Kristina
Sitinjak (2020).
Konsul proposal
Ujian proposal
Ijin penelitian
Penelitian
Pengolahan Data
Seminar Hasil
alat yang sering dipergunakan pada penelitian kuantitatif. Salah satu fungsi
informasi yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca untuk membuat
hal ini, statistika berguna saat menetapkan bentuk dan banyaknya data yang
dilakukan untuk memastikan bahwa hak mereka dilindungi. Etik adalah sistem
nilai normal yang berkaitan dengan sejauh mana prosedur penelitian mematuhi
kewajiban professional, hukum, dan sosial kepada peserta studi. Tiga prinsip
(berbuat baik), respect for human dignity (penghargaan martabat manusia), dan
persetujuan setelah informed consent dijelaskan dan jika responden tidak bersedia
berikut:
1. Informed consent
2. Confidentiality (kerahasiaan)
dilaporkan.
alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan dan atau hasil
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Sidamanik mempunyai wilayah kerja kurang lebih 87,7 km2. Secara
Jorlang Hataran.
Ambarisan, Pustu Tigabolon, Pustu Bahal Gajah, Pustu Manik Hataran. Dan
mandiri 1, praktek bidan mandiri 1unit dan sarana distribusi kefarmasian terdapat
5 unit.
berdasarkan stata yaitu strata purnama berjumlah 41. Posbindu PTM yang aktif
Poskesdes dan Posyandu sebanyak 100% dan jumlah sumber daya manusia yang
berjumlah 44 orang.
No Nama Keterangan
1. dr. Sorta Tinambunan Kepala Puskesmas
2. drg. Maria O. Sinaga Fungsional Tertentu
3. Juniar Manurung Fungsional Tertentu
4. Lidang Haloho Fungsional Tertentu
5. Romian Damanik Fungsional Tertentu
6. Hotda Purba Fungsional Tertentu
7. Amerlina Saragih Fungsional Tertentu
8. Safrida Hanum Fungsional Tertentu
9. Sri Siswanti Fungsional Tertentu
10. Osly K. Sitorus Fungsional Tertentu
11. Ernawati Fungsional Tertentu
12. Rospita Simarmata Fungsional Tertentu
13. Yenni V. Sihotang Fungsional Tertentu
14. Juwita Simanjuntak Fungsional Tertentu
15. Lasmery Purba Fungsional Tertentu
16. Jenni A.D Hutajulu Fungsional Tertentu
17. Dr. Bona Siringo – ringo Fungsional Tertentu
18. Zuhriah Harahap Fungsional Tertentu
19. Resinta Simarmata Fungsional Umum
20. Betty Haloho Fungsional Umum
21. Elfriani E.S Fungsional Tertentu
22. Yani E.S Saragih Fungsional Tertentu
23. Ariyani Fungsional Tertentu
24. Nelfri Saragih Tfungsional Umum
25. Swendang Siahaan Tata Usaha
1. Visi
2. Misi
masyarakat
tinggi
ditunjukkan pada tabel 5.3 berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan, jenis
(62%) dan terkecil berada pada umur >90 sebanyak 0 responden (0%).
mayoritas 150 – 160 sebanyak 48 responden (66%), tinggi badan terkecil yaitu
responden (40%) berjenis kelamin laki – laki dan sebanyak 44 responden (60%)
Penetalaksanaan
No Jawaban Frekuensi Persentase Total
Diet DM
Ya Tidak Ya Tidak F %
1 Jumlah Makanan
Pertanyaan 1 Ya 71 2 97,3 2,7 73 100
Pertanyaan 2 Ya 68 5 93,2 6,8 73 100
Pertanyaan 3 Ya 62 11 84,9 15,1 73 100
Pertanyaan 4 Tidak 64 9 87,7 12,3 73 100
Pertanyaan 5 Ya 66 7 90,4 9,6 73 100
2 Jenis Makanan
Pertanyaan 1 Tidak 60 13 82,2 17,8 73 100
Pertanyaan 2 Ya 62 11 84,9 15,1 73 100
Pertanyaan 3 Tidak 60 13 82,2 17,8 73 100
Pertanyaan 4 Tidak 55 18 75,3 24,7 73 100
Pertanyaan 5 Ya 55 18 75,3 24,7 73 100
3 Jadwal Makan
Pertanyaan 1 Ya 59 14 80,8 19,2 73 100
Pertanyaan 2 Tidak 59 14 80,8 19,2 73 100
Pertanyaan 3 Tidak 66 7 90,4 9,6 73 100
Pertanyaan 4 Tidak 61 12 83,6 16,4 73 100
Pertanyaan 5 Ya 52 21 71,2 28,8 73 100
Baik 57 78
Cukup 11 15
Kurang 5 7
Total 73 100
tingkat pengetahuan yang baik tentang diet diabetes melitus. Dari 73 responden
5.3 Pembahasan
sudah lama terkena diabetes melitus sehingga sudah lebih banyak informasi yang
responden dapat memperoleh informasi tentang diet diabetes melitus dari paparan
pasien yang telah lama menderita diabetes melitus memiliki efikasi diri yang baik
daripada pasien yang menderia baru terkena diabetes melitus. Hal ini disebabkan
yang baik.
cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini karena orang tersebut
sudah memiliki cara mekanisme beradaptasi yang lebih baik dengan keadaan
penyakitnya. Pasien yang menderita DM lebih lama akan lebih mampu memahami
keadaan yang dirasakannya, baik dari segi fisik, psikologis, hubungan sosial, dan
lingkungan. Dan pemahaman ini muncul karena pasien sudah lebih tahu dan
lebih mampu mengantipasi terjadinya sesuatu hal yang mungkin akan terjadi pada
responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang yaitu responden yang
baru terkena diabetes melitus karena pengetahuan dan informasi yang didapatkan
Sejalan dengan penelitian Herlena Essy Phitri (2013), responden yang baru
dengan responden yang tidak mengerti gejala diabetes melitus. Pengetahuan yang
kurang baik ditunjukkan dengan responden yang belum mengerti tanda kadar gula
darah dibawah normal yaitu lemas, pucat, gemetar, merasa lapar, jantung
yang menderita DM dengan durasi < 1 tahun belum mengetahui tentang diet DM
dengan baik ditunjukkan responden yang tidak taat terhadap regimen pengobatan
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
6.2 Saran
Sidamanik.
perawat yang lebih kompeten dan menunjukkan rasa kasih kepada pasien
yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, T., & Amir, A. (2018). Kepatuhan Diet Pasien Dm Berdasarkan Tingkat.
Media Gizi Pangan, 25(1)
Eriyani, T., & Yuliana, Y. (2018). Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang
Diet DM di Poli Dalam Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung. Holistik Jurnal
Kesehatan.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/download/152/94,
20 Desember 2020
Isnaeni, F. N., Risti, K. N., Mayawati, H., & Arsy, M. K. (2018). Tingkat
Pendidikan, Pengetahuan Gizi Dan Kepatuhan Diet Pada Pasien
Diabetes Melitus (Dm) Rawat Jalan Di Rsud Karanganyar. MPPKI
(Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The Indonesian
Journal of Health Promotion, 1(2), 40–45.
https://doi.org/10.31934/mppki.v1i2.116 ,
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi Dan Analisis Lanjut Usia. Diakses
tanggal 4 februari 2016 di unduh dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodation/infodat
ion-lansia.pdf, 29 Desember 2020
Kusnanto, K., Sundari, P. M., Asmoro, C. P., & Arifin, H. (2019). Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dan Diabetes Self-Management Dengan Tingkat
Stres Pasien Diabetes Melitus Yang Menjalani Diet. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 22(1), 31–42. https://doi.org/10.7454/jki.v22i1.780 20
Desember 2020
Marengke, A., Dewi, I., & Mato, R. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan
Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Menjalankan Diet 3J Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii Di Rsud Salewangan Maros. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15(Vol. 15 No. 2 (2020): Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis).
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/265 15 Januari
2021
Pengetahuan, T., Diet, T., Penderita, P., Dengan, M., Chronic, K., Disease, K., &
Rsup, D. I. (2020). Tingkat pengetahuan tentang diet pada penderita
diabetes melitus dengan komplikasi chronic kidney disease di rsup
sanglah denpasar tahun 2016. 9(4).
Lampiran1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
.
Kepada Yth
Calon responden penelitian
Di tempat
Puskesmas Sarimatondang Kecamatan Sidamanik
Dengan Hormat,
Dengan perantaraan surat ini saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Jesica Paulina Damanik
Nim : 012018011
Alamat : JL. Bunga Terompet No. 118 Pasar VIII Medan Selayang
Hormat saya
Penulis
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Petujuk pengisian :
1. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling benar dengan cara
memberikan tanda check (√) pada pilihan yang mewakili jawaban saudara
2. Bila ada yang dikurang dimengerti Bapak/Ibu dapat bertanya pada peneliti
Tanggal pengambilan data :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
Lama menderita DM :
No Pernyataan Ya Tidak
Jumlah Makanan
1 Jumlah makanan yang diberikan kepada penderita
Diabetes Melitus disesuaikan berdasarkan tinggi
rendahnya kadar gula darah
2 Jumlah makanan yang diberikan kepada penderita
diabetes melitus disesuaikan dengan berat badan
3 Jumlah makan penderita Diabetes Melitus harus
memenuhi proporsi menu makan yang seimbang
4 Makan yang diberikan kepada penderita Diabetes Melitus
harus dengan jumlah yang banyak agar kebutuhannya
tercukupi
5 Pola makan yang salah bisa meningkatkan kadar gula
darah
Jenis Makanan
6 Jenis makanan yang pahit sangat tidak dianjurkan kepada
penderita Diabetes Melitus
7 Jenis makanan yang dikonsumsi penderita Diabetes
Melitus harus sesuai dengan diet (makanan yang rendah
lemak)
8 Jenis makanan yang tidak manis dapat menyebabkan gula
darah meningkat
9 Penderita Diabetes melitus dianjurkan mengkonsumsi
susu yang kadar lemaknya tinggi
10 Makanan atau ramuan pahit pahit dapat menurunkan
kadar glukosa darah sehingga dapat menyembuhkan
Diabetes Melitus
Jadwal Makan
11 Jadwal makan penderita Diabetes Malitus biasanya 6 kali
makan, 3 kali makan utama (nasi, lauk, dan sayur) dan 3
kali selingan buah buahan
12 Penderita Diabetes Melitus harus makan hanya pada
waktu pagi dan siang hari saja
13 Penderita Diabetes Melitus tidak harus makan secara
teratur
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
SKOR PERTANYAAN
NO Inisal Total Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 M 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 14 Cukup
2 S 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 17 Baik
3 B 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 Baik
4 M 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 12 Cukup
5 K 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 10 Kurang
6 M 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 17 Baik
7 T 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik
8 T 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
9 S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 16 Baik
10 S 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 12 Cukup
11 K 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 Baik
12 SD 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 14 Cukup
13 S 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 17 Baik
14 J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 16 Baik
15 S 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 17 Baik
16 S 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 16 Baik
17 P 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 Baik
18 J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19 Baik
19 N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 18 Baik
20 S 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 Baik
21 M 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 16 Baik
22 LN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
23 RS 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 12 Cukup
24 Y 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 16 Baik
25 M 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 15 Baik
26 NS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 18 Baik
27 N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 17 Baik
28 R 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 Baik
29 S 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17 Baik
30 DS 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 Baik
31 M 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 Baik
32 HS 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 14 Cukup
33 NP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 19 Baik
34 RS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 17 Baik
35 P 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 17 Baik
36 BD 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 10 Kurang
37 TS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 18 Baik
38 MS 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 16 Baik
39 PM 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 14 Cukup
40 EPS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
41 RS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
42 RS 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 15 Baik
43 RO 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 12 Cukup
44 J 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 17 Baik
45 SS 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 Baik
46 S 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 16 Baik
47 RS 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 17 Baik
48 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
49 B 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 Baik
50 RS 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 9 Kurang
51 TS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 18 Baik
52 TM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19 Baik
53 KM 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 16 Baik
54 TS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
55 RS 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 13 Cukup
56 TS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 17 Baik
57 TS 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 16 Baik
58 TH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 19 Baik
59 LT 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 Baik
60 RS 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 15 Baik
61 RM 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik
62 HS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 Baik
63 ES 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 9 Kurang
64 SP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik
65 DS 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 16 Baik
66 SS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 17 Baik
67 TM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Baik
68 RM 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 16 Baik
69 RS 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 Cukup
70 KS 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 9 Kurang
71 LS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Baik