Anda di halaman 1dari 132

SKRIPSI

HUBUNGAN KESADARAN PERAWAT DENGAN


PENERAPAN PATIENT SAFETY DI RUANG
INTERNIS RUMAH SAKIT SANTA
ELISABETH MEDAN
TAHUN 2021

Oleh:
MEI ANUGRAH WARUWU
NIM. 032017028

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2021
STIKes Santa Elisabeth Medan

SKRIPSI

HUBUNGAN KESADARAN PERAWAT DENGAN


PENERAPAN PATIENT SAFETY DI RUANG
INTERNIS RUMAH SAKIT SANTA
ELISABETH MEDAN
TAHUN 2021

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Dalam Program Studi Ners
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan

Oleh:

Mei Anugrah Waruwu


NIM. 032017028

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2021

STIKes Santa Elisabeth Medan iii


STIKes Santa Elisabeth Medan

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Mei Anugrah Waruwu
NIM : 032017028
Program Studi : S1 keperawatan
Judul : Hubungan Kesadaran Perawat Dengan Penerapan Patient
Safety Di Ruang Di Ruang Internis Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2021.

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sangksi berdasarkan aturan tata tertib di STIKes
Santa Elisabeth Medan.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.

Penulis,

Materai Rp.6000

Mei Anugrah Waruwu

STIKes Santa Elisabeth Medan iv


STIKes Santa Elisabeth Medan

PROGRAM STUDI NERS


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

Tanda Persetujuan

Nama : Mei Anugrah Waruwu


NIM : 032017028
Judul : Hubungan kesadaran perawat dengan penerapan patient safety di
ruang Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2021

Menyetujui Untuk Diujikan Pada Ujian Sidang Sarjana keperawatan


Medan, 6 Mei 2021

Pembimbing II Pembimbing I

Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN Lindawati F. Tampubolon, S.Kep.,Ns., M.Kep

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners

(Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN)

STIKes Santa Elisabeth Medan v


STIKes Santa Elisabeth Medan

PROGRAM STUDI NERS


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
Tanda Pengesahan

Nama : Mei Anugrah Waruwu


NIM : 032017028
Judul : Hubungan kesadaran perawat dengan penerapan patient safety di
ruang Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2021

Telah Disetujui, Diperiksa Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Sebagai


Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Medan, 06 Mei 2021

TIM PENGUJI: TANDA TANGAN

Penguji I : Lindawati F.T, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Penguji II : Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN

Penguji III : Mardiati Barus S.Kep.,Ns.,M.Kep

Mengetahui Mengesahkan
Ketua Program Studi Ners Ketua STIKes

Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN Mestiana Br. Karo, M.Kep.DNSc

STIKes Santa Elisabeth Medan vi


STIKes Santa Elisabeth Medan

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Telah diuji

Pada tanggal 6 Mei 2021,

PANITIA PENGUJI

Ketua : Lindawati F.T, S.Kep.,Ns.,M.Kep

...........................................................

Anggota :1. Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN

...........................................................

2. Mardiati Barus, S.Kep.,Ns.,M.Kep

...........................................................

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners

(Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN)

STIKes Santa Elisabeth Medan vii


STIKes Santa Elisabeth Medan

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIKA

Sebagai sivitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth


Medan, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mei Anugrah Waruwu
NIM : 032017028
Program Studi : Ners
Jenis Karya : Skripsi

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, menyetuji untuk memberikan


kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehtan Santa Elisabeth Medan Hak Bebas Loyalti
Non-ekslusif (Non-exclusive Royalti Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul “Hubungan kesadaran perawat dengan penerapan patient safety di ruang
Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2021”, beserta perangkat
yang ada jika diperlukan.

Dengan Hak Bebas Loyalti Non-ekslusif ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehtan
Santa Elisabeth Medan berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengolah
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta
dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Medan, 06 Mei 2021


Yang Menyatakan

(Mei Anugrah Waruwu)

STIKes Santa Elisabeth Medan viii


STIKes Santa Elisabeth Medan

ABSTRAK

Mei Anugrah Waruwu 032017028


Hubungan Kesadaran Perawat Dengan Penerapan Patient Safety Di Ruang
Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2021

Program studi ners, 2021


Kata kunci : kesadaran diri, penerapan patient safety

Patient safety merupakan suatu proses pemberian pelayanan rumah sakit terhadap
pasien yang lebih aman. Proses ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi
hubungan kesadaran perawat dengan penerapan patient safety diruang internis
rumah sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2021. Penelitian ini merupakan
penelitian korelasi dengan rancangan cross-sectional. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik simple random sampling dengan jumlah responden
sebanyak 51 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat memiliki
kesadaran dalam menerapkan patient safety dengan kategori baik (76,5%).dan
mayoritas penerapan patient safety termasuk dalam kategori baik (96,1%). Hasil
uji statistik menunjukkan nilai pvalue 0,419 yang berarti tidak ada hubungan
kesadaran perawat dengan penerapan patient safety diruang internis rumah sakit
santa elisabeth medan tahun 2021. Penelitian ini Diharapkan dapat digunakan
evaluasi pelaksanaan patient safety di lingkungan Rumah Sakit agar dapat
meningkatkan budaya patient safety yaitu adanya SOP, media monitoring dan
evaluasi terhadap pelaksanaan patient safety yang dilakukan oleh tenaga medis
sarana prasarana yang memadai, melakukan pelatihan tentang budaya keselamatan
pasien secara berkesinambungan, serta sistem pelaporan setiap insiden terarah dan
ditindak lanjuti.

Daftar pustaka 2011 - 2021

STIKes Santa Elisabeth Medan ix


STIKes Santa Elisabeth Medan

ABSTRACT

Mei Anugrah Waruwu 032017028


The Relationship between Nurse Awareness and the Application of Patient
Safety in the Internal Room at the Santa Elisabeth Hospital Medan in 2021

Nurse Study Program, 2021


Keywords : self-awareness, application of patient safety

Patient safety is a safer process of providing hospital services to patients. This


process prevents injuries caused by mistakes resulting from taking an action or not
taking the action that should have been taken. The purpose of this study to
identify the relationship of nurses with application
awareness pat ien t safety diruang internist hospital Santa Elisabeth Medan
in 2021 . This study is a correlation study with a cross-sectional design .Sampling
was done by using simple random sampling technique with the number of
respondents as many as 51 people. The instrument used in this study was a
questionnaire. The results showed that the majority of nurses had awareness in
applying patient safety in a good category (76.5%). And the majority of the
application of patient safety was in the good category (96.1%). Statistical analysis
showed the value p value 0.419, which means there is no relationship of
consciousness nurse with pen e Rapan patient safety diruang saint elisabeth
hospital internist field in 2021. This study is hoped to be used evaluating the
implementation of patient safety in the hospital environment in order to promote a
culture of patient safety , namely the existence of SOPs, media monitoring and
evaluation of the implementation of patient safety carried out by medical
personnel with adequate infrastructure, conducting training on patient safety
culture on an ongoing basis, as well as a system for reporting any targeted
incidents and being followed up.

Bibliography 2011-2021

STIKes Santa Elisabeth Medan x


STIKes Santa Elisabeth Medan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan

tepat pada waktunya. Adapun judul proposal ini “Hubungan Kesadaran

Perawat Dengan Penerapan Pasient Safety Diruang Internis Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan Tahun 2021”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan jenjang S1 Ilmu Keperawatan Program

Studi Ners Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan

dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimaksih

kepada:

1. Mestiana Br.Karo., S.kep., Ns., M.Kep., DNSc selaku ketua STIKes Santa

Elisabeth Medan yang telah mengizinkan dan menyediakan fasilitas untuk

mengikuti serta menyelesaikan pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan

2. dr. Riahsyah Damanik, SpB (K) Onk selaku Direktur Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian serta memotivasi dan mengarahkan dalam pelaksanaan

penelitian

3. Samfriati Sinurat S.Kep., Ns., MAN selaku ketua Program Studi Ners

sekaligus dosen pembimbing II yang telah memberikan kesempatan untuk

melakukan penelitian dalam upaya penyelesaian pendidikan di STIKes Santa

Elisabeth Medan. Setelah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam

membimbing penulis dengan baik sehingga skripsi ini dapat selesai.

STIKes Santa Elisabeth Medan xi


STIKes Santa Elisabeth Medan

4. Lindawati F. Tampubolon S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing I

yang telah membantu dan membimbing sangat baik dan sabar dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Mardiati barus S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji III yang telah memberikan

arahan dan bimbingan yang sangat baik dalam penyusunan skripsi ini

6. Murni Sari dewi simanullang S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing

akademik yang telah membantu dan membimbing dengan sangat baik dan

sabar dalam penyusunan skripsi ini

7. Seluruh satf dosen STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah membimbing

dan mendidik peneliti dalam upaya pencapaian pendidikan semester I sampai

semester VII. Terimakasih motivasi dan dukungan yang diberikan kepada

peneliti, untuk segala cinta dan kasih yang telah tercurah selama proses

pendidikan sehingga peneliti dapat sampai pada penyusunan skripsi ini

8. Teristimewa kepada keluarga tercinta ayahanda Betiasa Waruwu dan ibu

tercinta Merina Buulolo, yang telah membesarkan saya dengan penuh cinta

dan kasih saying yang tiada henti memberikan doa, dukungan moral dan

motivasi yang luar biasa dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Koordinato asrama kami Sr. Veronika, FSE dan seluruh karyawan asram yang

telah memberikan nasehat, doa, motivasi, dukungan dan semangat dalam

penyusunan skripsi ini.

10. Seluruh rekan-rekan sejawat dan seperjuangan Program Studi Ners Tahap

Akademik Angkatan XI stambuk 2017. Secara khusus kepada teman terbaik

saya Evlin zalukhu, Deskrisman Mendofa, abang Krismon nduru, abang

STIKes Santa Elisabeth Medan xii


STIKes Santa Elisabeth Medan

Viktor ndruru, kak Yumen bago, Maya larosa yang telah memberikan

dukungan motivasi, semangat serta doa dalam penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna,

oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk kesempurnaan proposal ini. Semoga tuhan yang maha esa senantiasa

mencurahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu

penulis. Harapan penulis semoga proposal ini dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada profesi keperawatan.

Medan, Maret 2021

Penulis

Mei Anugrah Waruwu

STIKes Santa Elisabeth Medan xiii


STIKes Santa Elisabeth Medan

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN .......................................................................................... i
SAMPUL DALAM ......................................................................................... ii
PERSETUJUAN............................................................................................. iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 6
1.3. Tujuan ......................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan umum................................................................... 7
1.3.2 Tujuan khusus................................................................. 7
1.4. Manfaat ....................................................................................... 7
1.4.1 Manfaat teoritis ................................................................ 7
1.4.2 Manfaat praktisi ............................................................... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9


2.1. Kesadaran diri .......................................................................... 9
2.1.1 Definisi kesadaran diri .................................................... 9
2.1.2 Bentuk kesadaran diri...................................................... 10
2.1.3 Kerakteristik dalam pembentukkan kesadaran diri ......... 11
2.1.4 Komponen kesadaran diri ................................................ 13
2.1.5 Tahapan kesadaran diri .................................................... 19
2.1.6 Langkah-langkah mempertinggi kesadaran diri .............. 20
2.1.7 Faktor- factor yang mempertinggi kesadaran diri ........... 21
2.2. Patient safety............................................................................. 23
2.2.1 Definisi patient safety ..................................................... 23
2.2.2 Komponen patient safety ................................................ 24
2.2.3 Sasaran keselamatan pasien (patient safety) ................... 28
2.2.4 Standar patient safety di rumah sakit............................... 33
2.2.5 Sembilan solusi life soving patient safety ....................... 40
2.2.6 Langkah-langkah penerapan patient safety ..................... 43
2.2.7 Pentingnya manajemen patient safety ............................. 48
2.2.8 Kejadian tidak diharapkan dalam sistem patient safety .. 50
2.2.9 Peran dan sikap perawat dalam penerapan patient safety 50
2.2.10 Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan patient
safety ............................................................................. 52

STIKes Santa Elisabeth Medan xiv


STIKes Santa Elisabeth Medan

2.3. Hubungan kesadaran perawat dengan penerapan patient safety 53

BAB 3 KERANGKA KONSEP .................................................................. 56


3.1. Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 56
3.2. Hipotesa ...................................................................................... 57

BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................ 58


4.1. Rancangan Penelitian................................................................. 58
4.2. Populasi dan Sampel .................................................................. 58
4.3. Variabel penelitian dan definisi operasional .............................. 61
4.4. Instrument penelitian ................................................................. 63
4.5. Lokasi dan waktu penelitian ...................................................... 64
4.6. Prosedur pengambilan dan teknik pengambilan data ................ 65
4.7. Kerangka operasional ................................................................ 67
4.8. Pengolahan data ......................................................................... 67
4.9. Analisa data ............................................................................... 68
4.10.Etika penelitian .......................................................................... 70
BAB 5 PEMBAHASAN…………………………………………………… . 72
5.1. Lokasi Penelitian………………………………………………. 72
5.2. Hasil Penelitian………………………………………………… 74
5.3. Pembahasan……………………………………………………. 77
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN……………………………………….. .. 85
6.1. Simpulan……………………………………………………….. 85
6.2. Saran…………………………………………………………… 85

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87


LAMPIRAN
1. Informend conset
2. Kuesioner penelitian
3. Master Data
4. Izin penggunaan instrumen
5. Usulan pengajuan judul
6. Pengajuan judul
7. Daftar konsul
8. Surat permohonan pengambilan data awal
9. layak etik
10. Surat balasan izin penelitian
11. Surat balasan izin pengambilan data awal
12. Surat izin penelitian Rg. Fransiskus
13. Surat izin penelitian Rg. Ignatius
14. Surat izin penelitian Rg. Theresia
15. Surat izin penelitian Rg. Maria-Martha

STIKes Santa Elisabeth Medan xv


STIKes Santa Elisabeth Medan

DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 3.1. Kerangka konsep penelitian hubungan kesadaran perawat
dengan penerapan pasient safety di ruang internis Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan tahun 2021 .............................................. 56

Bagan 4.2 Kerangka operasional Kesadaran Perawat Dengan Penerapan


Pasient Safety di Ruang internis Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2021 ........................................................................ 67

STIKes Santa Elisabeth Medan xvi


STIKes Santa Elisabeth Medan

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1. Definisi Kesadaran Perawat Dengan Penerapan Patient Safety
Diruang Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2021 .............................................................................................. 62

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Umur, Jenis


Kelamin, dan Pendidikan perawat di ruang internis rumah sakit
santa Elisabeth Medan tahun 2021 (n = 51) ................................. 74

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kesadaran perawat dalam


penerapan patient safety di ruang internis rumah sakit santa
Elisabeth Medan tahun 2021 ........................................................ 75

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase penerapan patient safety di


ruang internis rumah sakit santa Elisabeth Medan tahun 2021 .... 75

Tabel 5.4. Hasil korelasi antara kesadaran perawat dengan penerapan


patient safety di ruang internis rumah sakit santa Elisabeth
Medan tahun 2021 ........................................................................ 76

STIKes Santa Elisabeth Medan xvii


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan wadah utama dalam memberikan pelayanan

kesehatan yang terintegrasi pada pasien sebagai pengguna layanan (Yarnita,

2018). Pelayanan keperawatan merupakan cerminan utama dari keberhasilan suatu

pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan mengutamakan keselamatan pasien.

Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (GKP-RS) atau yang dikenal dengan

sebutan patient safety merupakan suatu proses pemberian pelayanan rumah sakit

terhadap pasien yang lebih aman. Proses ini mencegah terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Darliana, 2016).

Pada penelitian (Zainuddin, 2019) telah mendefinisikan bahwa patient

safety merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari kejadian yang

tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan.

Keselamatan adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman,

meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya. (Ulumiyah, 2018).

Perilaku perawat dengan kemampuan perawat sangat berperan dalam

pelaksanaan keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa, kurangnya

STIKes Santa Elisabeth Medan 1


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
perhatian/motivasi, kecerobohan, tidak teliti dan kemampuan yang tidak

memperdulikan dan menjaga keselamatan pasien berisiko untuk terjadinya

kesalahan dan akan mengakibatkan cedera pada pasien, berupa Near Miss

(Kejadian Nyaris Cedera/KNC) atau Adverse Event (Kejadian Tidak

Diharapkan/KTD) selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan

memodifikasi perilaku. Perawat harus melibatkan kognitif, afektif dan tindakan

yang mengutamakan keselamatan pasien (Simamora, 2019).

Kejadian Nyaris Cedera (KNC) menurut Permenkes Nomor 11 Tahun

2017 adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Nyaris

Cedera (KNC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan

(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

(comission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi,

karena faktor keberuntungan (misalnya, pasien terima suatu obat kontraindikasi

tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal

akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat

diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan,

diketahui secara dini lalu diberikan antidoteny), (Masyudi, 2018).

Secara keseluruhan program patient safety sudah diterapkan, namun

masalah dilapangan merujuk pada konsep patient safety, karena walaupun sudah

pernah mengikuti sosialisasi, tetapi masih ada pasien cedera, risiko jatuh, risiko

salah pengobatan, pendelegasian yang tidak akurat saat operan pasien yang

mengakibatkan keselamatan pasien menjadi kurang maksimal. (Pardede et al.,

2021).

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
World Health Organization (2017) menyatakan keselamatan pasien

merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang serius. Kesalahan medis

dapat disebabkan oleh faktor sistem dan faktor manusia. Insiden keselamatan

pasien yang merugikan adalah terkait dengan prosedur bedah 27 %, kesalahan

pengobatan 18,3 %, dan kesalahan infeksi terkait keperawatan 12,2% sedangkan

secara keseluruhan di dunia kejadian pelanggaran pasient safety dengan infeksi

sebanyak 85,5% dan bukti kesalahan medis menunjukkan 50-72,3% (Neri et al,

2018). Prevalensi terhadap kesalahan pada penerapan patient safety di asia pada

tahun 2018 sebanyak 30% (Okuyama et al., 2018) Sementara dalam penelitian

yang dilakukan oleh (Damayanti & Bachtiar, 2019) studi prevalensi menunjukkan

bahwa perawatan tidak aman muncul di berbagai negara di dunia, tetapi juga di

Asia menunjukkan data 23-32% kejadian pelanggaran patient safety. (Damayanti

& Bachtiar, 2019)

Laporan insiden keselamatan pasien di Indonesia berdasarkan propinsi

menunjukkan bahwa dari 145 insiden yang dilaporkan terdapat 55 kasus (37,9%)

terjadi diwilayah DKI Jakarta sedangkan berdasarkan jenisnya didapatkan

kejadian nyaris cedera (KNC) sebanyak 69 kasus (47,6%), KTD sebanyak 67

kasus (46,2%) dan lain- lain sebanyak 9 kasus (6,2%) (Neri et al., 2018).

Sementara insiden keselamatan pasien di Sumatera Utara secara

keseluruhan terdapat 41 kasus (59,4%) disebabkan oleh KTD, 26 kasus (37,7%)

oleh KNC dan 2 kasus (2,9%) oleh KPC. Sementara berdasarakan rumah sakit

Bunda Tahmrin menunjukkan data 11,5% KPC, 10,31% KNC, 64,9% KTC, 8,2%

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
KTD dan secara keseluruhan data pada tahun 2018 insiden keselamatan pasien

sebesar 88% (Dyna Safitri Rakhelmi Rangkuti, Mangatas Silaen, 2018).

Dari data yang ditemukan tentang kejadian pelanggaran patient safety

diberbagai Dunia, Asia, Indonesia dan lokal menunjukkan data yang sangat tinggi.

Namun kejadian tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah

tidak terlepas faktor manusia itu sendiri. Berdasarkan data yang penelitian oleh

(Anggriyanti et al., 2018) mendapatkan di Indonesia kesalahan dalam proses

pelayanan disebabkan oleh berbagai hal diantaranya disebabkan oleh petugas

kesehatan 85% dan diakibatkan oleh peralatan 15%. Sementara penelitian lain

yang dilakukan oleh (Zainuddin, 2019) menyatakan bahwa insidensi pelanggaran

patient safety 28,3% dilakukan oleh perawat. Perawat harus menyadari perannya

sebagai keselamatan pasien di rumah sakit sehingga harus dapat berpartisipasi

aktif dalam mewujudkan dengan baik.

Pelaksanaan keselamatan pasien yang diamati dari enam sasaran

penerapan keselamatan pasien yaitu identifikasi pasien, peningkatan komunikasi

efektif, peningkatan pemakaian obat dengan kewaspadaan tinggi (high alert),

kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pencegahan resiko

infeksi, pengurangan resiko jatuh (Insani dkk, 2018).

Untuk memberikan mutu pelayanan kesehatan yang optimal, rumah sakit

memerlukan tenaga-tenaga kesehatan yang produktif dalam bekerja. Tenaga-

tenaga kesehatan tesebut yakni dokter, perawat, bidan, apoteker, fisioterapi dan

tenaga kesehatan lainnya (Zainuddin, 2019). Tenaga perawat merupakan tenaga

profesional yang berperan penting dalam fungsi rumah sakit. Dalam menjalankan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
fungsinya, perawat merupakan staf yang memiliki kontak terbanyak dengan

pasien (Baihaqi, 2021).

Keberhasilan penerapan patient safety dapat dicapai apabila perawat

mengetahui dengan tepat sesuatu yang mengancam keselamatan pasien selama

perawatan di rumah sakit. Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi perilaku

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan tetap memprioritaskan

keselamatan pasien. (Darliana, 2016).

Dalam penelitian (Sinurat & Lusya, 2018) menyatakan hal yang pertama

yang harus diperhatikan dalam menerapkan budaya keselamatan pasien adalah

komitmen pemimpin akan keselamatan. Karena untuk menciptakan budaya

keselamatan pasien yang kuat dan menurunkan kejadian tidak diharapkan

diperlukan pemimpin yang efektif dalam menanamkan budaya yang jelas

mendukung usaha pegawai dan tidak bersifat menghukum. Kepala ruangan yang

mampu mengenal dirinya sendiri dengan baik merupakan salah satu karakter

pemimpin yang baik. Dengan kesadaran diri yang baik dapat membangun rasa

empati yang akan membentuk rasa kedekatan dan kepercayaan dari bawahan,

sehingga memudahkan kerja sama dalam mencapai tujuan (Anugrah Warwati

Anwar, Irwandy Kapalawi, 2019).

Perawat yang memiliki pengetahuan yang baik dapat mencegah dirinya

dari kejadian yang ia lakukan (Indra Adi Sugiatno1, 2020). Namun bukan hanya

pengetahuan saja yang dimiliki oleh seorang perawat dalam menerapkan patient

safety akan tetapi kesadaran seseorang dalam melakukan suatu tindakan dapat

berpengaruh pada pelayanan yang berkualitas.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenal dan memilah- milah

perasaan pada diri, memahami hal yang sedang kita rasakan dan mengapa hal

tersebut bisa kita rasakan dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut,

serta pengaruh perilaku kita terhadap orang lain (Maharani & Mustika, 2016).

Dalam penelitian Limbong (2018) menyatakan kesadaran diri seorang

perawat akan mempengaruhi hubungan dengan rekan kerja dan hasil pekerjaan itu

sendiri. Kesadaran diri perlu ditingkatkan dengan pengaturan diri sendiri melalui

kecerdasan emosi (emotional intelligence), kecerdasan spiritual, kentrampilan

social (intelligence social), motivasi diri sendiri, empati, (Limbong, 2018).

Penelitian (Adhyatma et al., 2019) menyatakan bahwa persepsi perawat

terhadap fungsi pengarahan tidak sematamata karena pengarahan yang diberikan

oleh kepala ruang, namun ada faktor-faktor lain yang memberikan pengaruh

seperti kecakapan individu perawat itu sendiri, pengalaman kerja, dan kesadaran

diri perawat terhadap peran dan tanggung jawabnya dalam upaya keselamatan

pasien.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Hubungan Kesadaran Perawat dengan Penerapan

Patient Safety di Ruang Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2021”

1.2.Perumusan masalah

Masalah penelitian ini adalah “apakah ada hubungan kesadaran perawat

dengan penerapan patien safety di ruang internis rumah sakit Santa Elisabeth

Medan”.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
1.3.Tujuan

1.3.1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kesadaran

perawat dengan penerapan patient safety diruang internis rumah sakit

Santa Elisabeth Medan tahun 2021

1.3.2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi kesadaran perawat di ruang internis rumah sakit

Santa Elisabeth Medan tahun 2021

2. Mengidentifikasi penerapan patient safety di ruang internis rumah sakit

Santa Elisabeth Medan tahun 2021

3. Mengidentifikasi hubungan kesadaran perawat dengan penerapan

patient safety di ruang internis rumah sakit Santa Elisabeth Medan

tahun 2021.

1.4.Manfaat

1.4.1. Manfaat teoritis

Salah satu sumber bacaan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

tentang hubungan kesadaran perawat dengan penerapan patient safety

diruang internis rumah sakit Santa Elisabeth Medan 2021. Dan penelitian

ini juga dapat digunakan oleh istitusi pelayanan kesehatan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
1.4.2. Manfaat praktis

1. Bagi rumah sakit Santa Elisabeth

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukkan dan

menambah wawasan dalam melakukan tindakan penerapan patient

safety oleh perawat diruang internis rumah sakit Santa Elisabeth

Medan.

2. Bagi institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan

Sebagai bahan pendidikan di institusi STIKes Elisabeth Medan

mengenai hubungan kesadaran perawat dengan penerapan patient

safety diruang internis rumah sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2021

3. Bagi perawat

Sebagai informasi dan penambahan pengetahuan perawat dalam

melaksanakan tindakan penerapan patient safety

4. Bagi mahasiswa/I STIKes Santa Elisabeth Medan

Mengembangkan penelitian patient safety berdasarkan tema setiap

tahunnya berkaitan patient safety serta memperbanyak refensi guna

mengembangkan ilmu-ilmu yang baru

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kesadaran Diri

2.1.1. Definisi kesadaran diri

Kesadaran adalah bentuk kesiapan seseorang menghadapi segala bentuk

peristiwa sekitar maupun peristiwa kognitif meliputi memori, pikiran, perasaan

serta fisik. Menurut Satria Novian Lesmana kesadaran adalah bentuk keadaan

dimana dari mengetahui/mengingat dan terlintas di diri pada suatu hal /stimulus

ditambah respon dari diri terhadap hal tersebut. (Teaching & Novian, 2020).

kesadaran diri adalah wawasaaan mengenai alasan-alasan tingkah laku

sendiri atau pemahaman diri sendiri. Kesadaran diri juga merupakan suatu yang

bisa memungkinkan oranglain mampu mengamati dirinya sendiri maupun

membedakan dirinya dari dunia oranglain serta yang memungkinkan oranglain

mampu menempatkan diri dari suatu waktu dan keadaan. Self awareness

merupakan salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan melalaui media

kelompok dimana metode yang dibahas penyelesaian ditentukan atas kesepakatan

seluruh anggota kelompok. (Maharani & Mustika, 2016)

Kesadaran diri adalah kemampuan seseorang secara sadar memahami

keadaan internal dirinya. Misalnya emosi dirinya pada saat itu serta memahami

kecenderungan diri diantara situasi. Seseorang yang memiliki kesadaran yang baik

meningkatkan kemampuan untuk merefleksikan guna pengembangan dan

pelajaran diri atau psychological insight, meningkatkan penerimaan dan

pemahaman diri serta lebih produktif dalam bekerja. (Arfah & Bakar, 2019).

STIKes Santa Elisabeth Medan 9


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Kesadaran diri seorang perawat merupakan hal mempengaruhi hubungan

dengan rekan kerja dan hasil pekerjaan itu sendiri. Kesadaran diri perlu

ditingkatkan melalui pengaturan diri sendiri, melalui emotional intelegence,

spiritual, intelegence dan social intelegence, motivasi diri sendiri empati dan

meningkatkan sosialisasi. (Limbong, 2018). Kesadaran diri menurut Bradberry

Greaves adalah kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri secara tepat dan

akurat dalam berbagai situasi secara valid dan reliable. Bagaimana reaksi emosi

diri di saat menghadapi suatu peristiwa yang memancing emosi, sehingga

seseorang dapat memahami respon emosi dirinya sendiri dari segi positif maupun

negatif. Orang yang memiliki kesadaran diri yang tinggi memiliki sikap positif di

dalam menjalani kehidupan (Akbar et al., 2018)

Kesadaran diri ialah kecerdasan mengenai alasan-alasan dari pemahaman

diri sendiri. Kesadaran diri pokok yang penting untuk menunjukkan kejelasan dan

pemahaman tentang perilaku diri. Kesadaran diri juga merupakan kecerdasan

diamana seseorang dapat menempati dirinya pada situasi dan kondisi tertentu

tentang dirinya dan apa yang harus ia lakukan (Akbar et al., 2018)

2.1.2 Bentuk Bentuk kesadaran Diri

Menurut Baron dan Byme tokoh psikologi sosial mengatakan bahwa self

awareness atau kesadaran diri memiliki beberapa bentuk diantaranya

1. Self awareness subjektif adalah kemampuan orgasme untuk membedakan

dirinya dari lingkungan fisiknya dan sosialnya.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
2. Self awarness objektif adalah kapasitas orgasme untuk menjadi objek

perhatiannya sendiri, kesadaran akan keadaan pikiranya dan mengetahui

bahwa ia tahu dan ia ingat.

3. Self awarness simbolik adalah kemampuan organisme untuk membentuk

sebuah konsep abstrak dari diri melalui bahasa kemampuan ini membuat

organisme mampu untuk berkomunikasi, menjalani hubungan,

menentukan tujuan mengevaluasi hasil dan membangun sikap yang

berhubungan dengan diri dan membelanya terhadap mengenal dirinya dan

harus bisa berfikir jauh tentang dirinya dimata orang lain.

Kesadaran dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Kesadaran pasif

Kesdaran pasif adalah keadaan dimana seseorang individu bersikap

menerima segala stimulus yang diberikan pada saat itu baik internal

maupun eksternal

b. Kesadaran aktif

Kesdaran aktif adalah kondisi dimana seseorang menitikberatkan pada

inisiatif, mencari dan dapat menyeleksi stimulus yang diberikan.

2.1.3. Kerakteristik dalam pembentukkan self awareness (kesadaran diri)

Menurut Charles dalam membentuk self awareness dalam diri seseorang

dibutuhkan sebuah kerangka kerja yang terdiri dari lima elemen primer

diantaranya

a. Attention ( perhatian) adalah pemusatan sumber daya mental ke hal-hal

eksternal maupun internal.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
b. Wakefulness (kesiagaan/kesadaran) adalah kontinun dari tidur hingga

terjaga, kesadaran sebagai suatu kondisi kesiagaan memiliki komponen

arousal. Dalam bagian kerangka kerja awarness ini kesadaran adalah

suatu kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang kehidupannya

c. Architekture (arsitektur) adalah lokasi fisik struktur fisiologis dan

proses-proses yang berhubungan dengan struktur tersebut yang

menyongsong kesadaran. Konsep dari definitive dari kesadaran adalah

bahwa kesadaran memiliki struktur fisiologis (suatu struktur

aksitekstural). Diasumsikan bahwa kesadaran berpusat di otak dan

dapat di definisikan melalui penyelidikan terhadap korelasi naural

kesadaran di otak dan dapat diidentifikasikan melalui penyelidikan

terhadap korelasi neural kesadaran.

d. Recal of knowlelge (mengingat pengetahuan) Adalah proses

pengambilan informasi tentang pribadi yang bersangkutan dengan

dunia sekelilingnya.

e. Self knowledge (pengetahuan diri) adalah pemahaman tentang

informasi jati diri pribadi seseorang. Pertama, terdapat pengetahuan

fundamental bahwa anda adalah anda.

(Maharani & Mustika, 2016)

f. Novelty adalah konsep yang berfokus pada pikiran dan peristiwa

sentral dalam menemukan sesuatu yang baru, kreatif dan inovatif.

g. Emergence adalah kesadaran berbeda berkaitan dengan proses neural

lainnya yang berkaitan dengan pemikiran pribadi dan internal

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
h. Selectivity dan subjectivity adalah manusia yang berfokus pada waktu

tetapi pikiran dapat berubah cepat karena gangguan dan pikiran baru

atau adanya insyarat eksternal.

(Teaching & Novian, 2020)

Wawasan tambahan dalam kesadaran diri diperoleh dengan model empat

diri jendela johari

a. The open self (diri yang terbuka)

Diketahui oleh kita dan oramg lain. Informasi tingkah laku, sikap,

perasaan, hasrat, motivasi dan ide.

b. The behind self (diri yang buta)

Seluruh hal mengenai diri kita yang orang lain ketahui namun kita

cenderung kita abaikan, mulai dari kebiasaan sepele sampai hal

penting.

c. The hidden self (diri yang tersembunyi)

Segala hal yang kita ketahui tentang diri kita namun merupakan rahasia

bagi orang lain. Termasuk segala hal yang tidak ingin kita tunjukkkan.

d. Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak

ingin mengetahuinya. (Akbar et al., 2018)

2.1.4. Komponen dalam self awareness (kesadaran diri)

1. Emotional self awarenss

Merupakan kesadaran seorang individu dalam hal mengenali emosi

dan perasaan yang sedang dirasakan serta efek dari emosi tersebut.

Emotional self awareness tidak hanya kesadaran emosi dan perasaan,

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
tetapi individu juga dapat membedakan diantara keduanya. Hal ini

berkaitan dengan kesadaran akan pengetahuan terhadap apa yang

sedang dirasakan dan mengetahui penyebab munculnya emosi dan

perasaan tersebut. Sehingga seorang individu mampu membaca dan

memahami emosi-emosi yang telah dirasakan dan dapat merasakan

pemgaruhnya terhadap hubungan sosial dengan lingkungan sekitar.

2. Accurate self assement

Accurate self assessment merupakan pengetahuan realistis mengenai

kekuatan dan kelemahan yang ada dalam diri seorang individu, jika

individu tersebut memiliki kesadaran diri akan mampu mengenali

potensi-potensi yang ada pada dirinya, selain itu individu

menggunakan proses reflektif dimana individu tersebut dapat

membayangkan dirinya dari sudut pandang orang lain, tujuannya agar

individu tersebut dapat memiliki cerminan dirinya dari orang lain,

sehingga dapat mengevaluasi diri dengan baik, dan individu tersebut

akan memiliki kesadaran penuh terhadap kelemahan dan kelebihan

yang dimiliki dalam dirinya.

3. Self confidence

Self confidence, merupakan keyakinan diri yang dimiliki setiap

individu, ketika seorang individu memiliki self awareness yang baik

cenderung memiliki pemahaman yang mantap tentang dirinya dan

dapat memiliki strategi untuk mengenali setiap kelemahan dan

kekurangannya.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Menurut Goleman 2001 dalam penelitian (Khairunnisa, 2017) Self

awareness (Kesadaran diri) adalah salah satu kemampuan individu dalam hal

menganalisa pikiran dan perasaan yang ada dalam diri. Kesadaran diri merupakan

dasar dari kecerdasan emosional (EQ). Kemampuan untuk memantau emosi dari

waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman

diri. Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi akan berusaha menyadari

emosinya ketika emosi itu menguasai dirinya, namun kesadaran diri ini tidak

berarti bahwa seseorang itu hanyut terbawa dalam arus emosinya tersebut

sehingga suasana hati itu menguasai dirinya sepenuhnya. Sebaliknya kesadaran

diri adalah keadaan ketika seseorang dapat menyadari emosi yang sedang

menghinggapi pikirannya akibat permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk

selanjutnya ia dapat menguasainya Setiap individu memiliki kesadaran akan

dirinya dan kesadaran terhadap lingkungan sekitarnya, seperti kesadaran akan

pikiran, perasaan, ingatan, dan intensitasnya Skinner.

Goleman menyebutkan ada tiga kecakapan utama dalam kesadaran diri

yaitu

a. Mengenali emosi. Mengenali emosi diri akan berpengaruh pada

individu dengan

1) Mengetahui emosi makna yang sedang meraka rasakan dan

bagaimana proses terjadinya emosi

2) Menyadari keterkaitan anatara perasaan mereka dengan yang

mereka pikirkan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
3) Mengetahui bagimana perasaan mereka dalam mempengaruhi

kinerja

4) Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan

sasaran- sasaran mereka

b. Pengakuan diri yang akurat. Mengetahui sumber daya batiniah

kemampuan dan keterbatasan dalam diri, individu dengan kecakapan

ini akan

1) Sadar tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang

dimilikinya

2) Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman,

terbuka bagi umpan balik yang tulus, prespektif yang baru, ma

uterus belajar dan mengembangkan diri

3) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri

sendiri dengan prespektif yang luas

c. Kepercayaan diri. Kesadaran yang kuat tentang harga diri dan

kemampuan tentang diri sendiri, individu dengan kemampuan ini akan

1) Berani tampil dengan keyakinan diri, berani mengutarakan

pendapatnya

2) Berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia

berkorban demi kebenaran.

3) Tegas, mampu membuat kepeutusan dengan baik.

(Khairunnisa, 2017)

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Kesadaran diri perlu ditingkatkan dengan pengaturan diri sendiri melalui

kecerdasan emosi (emotional intelligence), kentrampilan sosial (intelligence

social), motivasi diri sendiri, empati serta kecerdasan spiritual (intelligence

spritual) (Limbong, 2018).

1. Kecerdasan emosi

Kecerdasan emosional berarti menggunakan emosi secara efektif

untuk mencapai tujuan dengan tepat, membangun hubungan kerja yang

produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja. Kecerdasan

emosional yang baik akan membuat seseorang mampu membuat

keputusan yang tegas dan tepat walaupun dalam keadaan tertekan.

Perawat yang memiliki kinerja yang baik dan mempunyai

kemampuan dalam menyikapi segala kondisi yang dihadapi rumah

sakit sehingga dapat memberikan yang terbaik untuk rumah sakit dan

mampu membuat rumah sakit mempertahankan eksistensinya. Baik

buruknya kinerja perawat tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja

yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai dan mengelola diri

sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain.

Daniel Goleman menyebut kemampuan tersebut dengan Emotional

Intellegence atau kecerdasan emosional. Melalui penelitian Daniel

Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional menyumbang 80%

dari faktor penentu kesuksesan seseorang (Eka Suhartini & Nur Anisa,

2017)

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
2. Kentrampilan sosial

Kentrampilan sosial yaitu kemampuan dalam berinteraksi dengan

orang lain. Keterampilan sosial adalah kemampuan berkomunikasi,

bekerjasama, berbagi, berpartisipasi, dan beradaptasi (bentuk simpati,

empati, mampu memecahkan problematika serta disiplin sesuai dengan

tatanan nilai dan etika yang berlaku (Bali, 2017)

3. Motivasi diri sendiri

Motivasi yaitu kemampuan dalam mendorong semangat kerja yang

tinggi. Motivasi merupakan kemampuan menggunakan hasrat yang

paling dalam untuk menggerakkan dan menunutut kita menuju sasaran,

membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan

untuk bertahan menghadapi kegagalan dalam frustasi

4. Empati

Empati yaitu kemampuan mengenali perasaan orang lain. Menurut

SteinParbury& Bourgault sikap empati merupakan salah satu kunci

penting dalam praktik keperawatan. Sikap empati perawat yang

dilakukan pada saat melaksanakan asuhan keperawatan mampu

meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengembangan sikap empati

perawat harus dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan.

Pengembangan sikap empati perawat akan berdampak pada

peningkatan harapan pasien (Yanto et al., 2018)

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
5. Kecerdasan spiritual

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan

memecahkan persoalan makna kehidupan, nilai-nilai dan keutuhan diri

yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku hidup dalam konteks

yang lebih luas.

2.1.5. Tahapan kesadaran diri

Kesadaran diri dapat mempengaruhi perkembangan diri sendiri dan

bahkan perkembangan sesamanya. Sebab manusia tampil diluar diri dan berefleksi

atas keberadaannya. Oleh sebab itu Self awareness sangat fundamental bagi

pertumbuhan. Menurut Sastrowardoyo untuk mencapai Self awareness yang

kreatif seseorang harus melalui empat tahapan yaitu:

1. Tahap ketidaktahuan

Tahap ini terjadi pada seorang bayi yang belum memiliki kesadaran

diri, atau disebut juga dengan tahap kepolosan.

2. Tahap berontak

Tahap ini identik memperlihatkan permusuhan dan pemberontakan

untuk memperoleh kebebasan dalam usaha membangun “inner

strength”. Pemberontakan ini adalah wajar sebagai masa transisi yang

perlu dialami dalam pertumbuhan, menghentikan ikatan-ikatan lama

untuk masuk ke situasi yang baru dengan keterikatan yang baru pula.

3. Tahap kesadaran normal akan diri

Dalam tahap ini seseorang dapat melihat kesalahan-kesalahannya

untuk kemudian membuat dan mengambil tindakan yang bertanggung

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
jawab. Belajar dari pengalaman-pengalaman sadar akan diri disini

dimaksudkan satu kepercayaan yang positif terhadap kemampuan diri.

Self awareness ini memperluas pengendalian manusia atas hidupnya

dan tahu bagaimana harus mengambil keputusan dalam hidupnya.

4. Tahap kesadaran diri yang kreatif

Dalam tahapan ini seseorang mencapai Self awareness yang kreatif

mampu melihat kebenaran secara objektif tanpa disimpangkan oleh

perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan subjektifnya. Tahapan ini

bisa diperoleh antara lain melalui aktivitas religius, ilmiah atau dari

kegiatan-kegiatan lain diluar kegiatan-kegiatan yang rutin. Melalui

tahapan ini seseorang mampu melihat hidupnya dari perspektif yang

lebih luas, bisa memperoleh inspirasi-inspirasi dan membuat peta

mental yang menunjukan langkah dan tindakan yang akan diambilnya

2.1.6. Langkah-langkah mempertinggi kesadaran diri

Ada beberapa langkah yang perlu diambil dalam meningkatkan dan

mempertinggi keasadaran diri yaitu:

1. Menemukan kembali perasaan-perasaannya

Agar dapat mencapai tingkatan tersebut, banyak orang harus kembali

lagi pada permulaan untuk menemukan kembali apa itu perasaan.

Perasaan adalah pernyataan hati nurani yang dihayati secara suka

maupun tidak senang.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
2. Mengenal keinginan-keinginan sendiri

Sadar akan perasaan sendiri membawa seseorang ke langkah

berikutnya

yaitu mengetahui dengan jelas apa yang diinginkannya. Seseorang

yang tidak mengenali keinginan-keinginan sendiri adalah mereka yang

hanya memikirkan keinginan-keinginan yang rutin atau mereka yang

berkeinginan menurut orang lain. Mengetahui keinginan diri sendiri

tidak berarti harus memaksakan dan mengutarakan keinginan tersebut

kapan dan dimana saja. Keputusan dan pertimbangan yang matang

adalah sisi utama dari kesadaran diri.

3. Menentukan kembali relasi diri dengan aspek-aspek ketaksadaran

Individu- individu masyarakat modern bersikap pasif terhadap aspek-

aspek ketaksadaran, bahkan cenderung menyisihkannya dan lebih

mengutamakan aspek-aspek kesadaran yang dipandang identik dengan

rasionalitas. Maka untuk mencapai kesadaran diri, seseorang perlu

menemukan kembali relasi diri dengan aspek-aspek ketaksadaran

melalui aspek-aspek ketaksadaran individu tidak hanya akan

menemukan kembali perasaan-perasaannya, tetapi juga menemukan

kembali sumber pemecahan bagi masalah-masalah yang dihadapi.

2.1.7. Factor-faktor yang mempengaruhi kesadaran diri

Menurut Bulecheck dalam Rahayu 2015 faktor yang mempengaruhi

keasadaran diri yaitu :

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
1. Pikiran

Berfikir adalah sebuah tepresentasi simbol dari beberapa peristiwa atau

item. Berfikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan

seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Pikiran sendiri ada dua

macam yaitu pikiran sadar dan bawah sadar

2. Perasaan

Perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari

persepsi, sebagai akibat stimulus baik yang bersifat internal maupun

eksternal. Beberapa sifat tertentu yang ada umumnya perasaan

berkaitan persepsi, dan merupakan reaksi terhadap stimulus yang

mengenainya.

3. Motivasi

Motivasi adalah kecendrungan yang timbul pada diri seseorang secara

sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu

4. Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain berjalan,

berbicara, menangis , tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya.

5. Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca indranya. Pengetahuan adalah merupakan hasil

mengingat sesuatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini

terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap

suatu objek tertentu.

6. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan perilaku

orang atau kelompok

(KASANA, 2017).

2.2. Patient Safety

2.2.1. Definisi patient safety

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

mengukur dan mengavaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak

terhadap pelayan kesehatan. Progam keselamatan adalah suatu usaha untuk

menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada

pasien selama dirawat di Rumah Sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu

sendiri maupun rumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain

beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan

sarana kurang tepat dan lain sebagainya. (Nursalam, 2018)

Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan sesuatu yang jauh lebih

penting dari pada sekedar efisiensi pelayanan. Perilaku perawat dengan

kemampuan perawat sangat berperan penting dalam pelaksanaan keselamatan

pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa, kurangnya perhatian/ motivasi,

kecerobohan, tidak teliti dan kemampuan yang tidak memperdulikan dan menjaga

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
keselamatan pasien berisiko untuk terjadinya kesalahan dan akan mengakibatkan

cedera pada pasien, berupa Near Miss (Kejadian Nyaris Cedera/ KNC) atau

Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/ KTD) selanjutnya pengurangan

kesalahan dapat dicapai dengan memodifikasi perilaku. (Kartika, 2019).

Patient safety rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman meliputi assesmen resiko, identifikasi dan

pengelolaan yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis

insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi

solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera

yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambil suatu tindakan yang tidak seharusnya di ambil. (Harigustian, 2019)

2.2.2. Komponen Patient Safety

Menurut Cahyono 2018, kebijakan saja tidak mungkin diharapkan untuk

dapat mendorong suatu perubahan menuju budaya keselamatan pasien. Kalau

yang diharapkan rumah sakit hanya adanya pelaporan insiden dan KTD yang

meningkat maka cukup dilakukan pendekatan transaksional yang artinya

pendekatan yang ditempuh melalui pembentukkan yang sifatnya transaksional

dari struktur organisasi, kebijakan adanya prosedur baru ataupun sistem pelaporan

berbasis elektornik.

Namun menurutnya, pendekatan transaksional ini tidak cukup dan tidak

mampu menyentuhesensi dari keselamatan pasien. Sebab pendekatan

transaksional tidak bias mengatasi adanya masalah dan resistensi dalam

organisasi. Dalam hal ini masih dibutuhkan pendekatan transformasial, yakni

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
kepemimpinan, misi, strategi serta budaya organisasi. Maka Burke dan Litwin

menyatakan bahwa dalam mewujudkan keselamatan pasien diharuskan adanya

kombinasi antara pendekatan transaksional dan pendekatan tranformasial.

Kombinasi antarpendekatan tersebut antara lain

1. Lingkungan eksternal

Lingkungan di luar rumah sakit atau penyedia layanan kesehatan memberi

pengaruh yang cukup signifikan untuk merubah orientasi organisasi.

2. Kepemimpinan

Pemimpin memiliki andal penting dalam memegang kunci perubahan sebab ia

bertanggung jawab memimpin perubahan. (Sinurat & Lusya, 2018)

menyatakan peran unsur pimpinan bidang pelayanan keperawatan dalam

meningkatkan keselamatan pasien yaitu mendorong dan menjamin

implementasi program keselamatan pasien, menekan dan mengurangi kejadian

tidak diharapkan, mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi

antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang

keselamatan pasien, mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk

mengukur, mengkaji, dan meningkatkan keselamatan pasien serta mengukur

dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan keselamatan

pasien.

3. Budaya organisasi

Hal terpenting dari elemen ini adalah bagaimana budaya keselamatan

pasien lekat dengan budaya organisasi, artinya bagaimana mengubah budaya

keselamatan pasien dari blaming culture (budaya menyalahkan) menjadi

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
safety culture ( budaya keselamatan) merupakan kunci dalam meningkatkan

mutu dan keselamatan dari segi keorganisasian.

(Sinurat & Lusya, 2018) menyatakan organisasi harus menentukan dan

menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk menerapkan dan

memelihara sistem manajemen kualitas dan terus menerus mengembangkan

keefektifannya serta untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

4. Praktik manajemen

Rumah sakit merupakan sistem yang tentunya saling berkaitan, baik

antar unit, antar staf dan antar manjemen. Maka, hal yang penting demi

mewujudkan keselamatan pasien adalah dengan menjalankan manajemen

sebaik mungkin. Manajemen tersebut mencakup perencanaan, pendanaan,

organisasi, penyusunan staf, pemecah masalah, analisis hingga evaluasi.

5. Struktur dan sistem

Sebagai dijelaskan di permulaan, bahwa setiap organisasi kesehatan

memerlukan tim khusus yang menangani tentang keselamatan pasien.

Biasanya dirumah sakit dibentuk tim keselamatan pasien rumah sakit dengan

berbagai kelompok kerja didalamnya misalnya kelompok kerja transfusi,

kelompok kerja kesalahan obat, kelompok kerja infeksi nosokomial dan

sebagainya. Perancangan sistem ini didasarkan pada tiga prinsip yaitu

a. Mendesain sistem agar setiap kesalahan dapat terlihat (making erros

visible)

b. Merancang sistem agar efek kesalahan berkurang (mitigating the effect

errors)

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
c. Merancang sistem agar tidak terjadi kesalahan (erreor prevention)

6. Tugas dan kentrampilan individu

Sesuai dengan perkembangan zaman terkadang aka nada petugas medis

yang kurang pengetahuan dan kenterampilan sebab kurang update ilmu

pengetahuannya. Ada pula staf yang peduli pada keselamatan pasien tapi tidak

tahu apa yang harus di perbuat. Berdasarkan kenyataan ini diperlukan update

ilmu dan kenterampilan serta informasi kemampuan dasar keselamatan pasien.

(Sriningsih et al., 2020) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan

faktor penting dalam seseorang mengambil keputusan namun tidak selamanya

pengetahuan seseorang bisa menghindarkan dirinya dari kesalahan, misalnya

petugas kesehatan yang tingkat pengetahuannya baik tidak selamanya

melaksanakan keselamatan pasien dengan baik karena segala tindakan yang

akan dilakukan beresiko untuk terjadi kesalahan dalam pelaksanaan sasaran

keselamatan pasien.

Penelitian (Darliana, 2016) mengatakan bahwa penerapan patient safety

pada pasien rawat inap dapat mempercepat proses penyembuhan dan

memperpendek masa rawat pasien di rumah sakit serta dapat mencegah cedera

paada pasien. Keberhasilan penerapan patient safety dapat dicapai apabila

perawat mengetahui dengan tepat sesuatu yang mengancam keselamatan

pasien selama perawatan di rumah sakit. Pengetahuan yang baik akan

mempengaruhi perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

dengan tetap memprioritaskan keselamatan pasien.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
7. Lingkungan kerja, kebutuhan individu, dan motivasi

Lingkungan tempat kita bekerja tentu mempengaruhi motivasi masing

masing individu dalam implementasi keselamatan pasien. Misalnya

lingkungan kerja membuat sistem yang dapat meminimalisisr kebingunan atau

keraguan petugas medis dalam tindakan terhadap pasien, beban kerja yang

sesuai, alih tugas yang jelas dan berbagai aspek lain yang mempengaruhi

kebutuhan individu dan motivasi dalam ikut meningkatkan keselamatan

pasien.

2.2.3. Sasaran keselamatan pasien (patient safety)

Sasaran pasien merupakan syarat yang harus diterapkan disemua rumah

sakit yang telah terakreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakit (KARS). Sasaran

keselamatan pasien mencakup enam sasaran yaitu :

1. Ketepatan identifikasi pasien

Sasaran pertama ini adalah hal yang petama yang penting

diperhatikan seluruh medis. Identifikasi pasien haruslah tepat, sebab

kesalahan dalam proses indentifikasi pasien bias saja terjadi baik saat

diagnosis maupun saat pengobatan. Identifikasi pasien ini dilakukan

dalam dua kali pengecekan yaitu pertama, identifikasi pasien sebagai

individu yang akan menerima pelayanan/pengobatan. Kedua, untuk

kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Elemen

penilaian sasaran identifikasi pasien ini meliputi:

a. Pasien diidentifikasi dengan dua identitas pasien, tidak boleh

menggunakan nomor kamar dan lokasi

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk

darah

c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lain

untuk pemeriksaan klinis

d. Pasien diidentifikasi sebelum pemebrian pengobatan dan tindakan

prosedur

e. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang

konsisten pada semua situasi dan lokasi

2. Peningkatan komunikasi yang efektif

Penggunaan komunikasi dan pemberian informasi yang efektif,

efesien, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh pasien yang akan

mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan

pasien. Komunikasi dapat dilakukan melalui berbagai macam media, baik

lisan, tulisan maupun melalui media eletronik. Kesalahan terbanyak

didunia medis dalam komunikasi adalah komunikasi yang dilakukan

secara lisan atau melalui telepon. Sejumlah elemen yang harus dipenuhi

dalam sasaran komunikasi yang efektif adalah sebagai berikut.

a. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil

pemeriksaan dituliskan lengkap oleh penerima perintah

b. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan

kembali secara lengkap oleh penerima perintah

c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah

atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
d. Kebijakan dan prosedur mengerahkan pelaksaan verivikasi

kengkrutan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten

Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang

menghendaki orang - orang

Mengatur lingkungannya dengan., membangun hubungan

antarsesama manusia, melalui pertukaran informasi untuk menguatkan

sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan

tingkah laku itu. Perawat dalam tindakan keperawatan harus mampu

berkomunikasi, komunikasi yang efektif menciptakan rasa aman dan

nyaman bagi pasien. (Paju & Dwiantoro, 2018)

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

Selain mendapatkan pelayanan kesehatan berupa tindakan dan

perawatan, sejumlah pasien juga tidak akan lepas dari pemebrian obat.

Dalam manajemen pasient safety rumah sakit harus mengembangkan

suatu mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan

obat yang perlu diwaspadai (high alert). Hal tersebut bertujuan tidak lain

untuk menjaga komitmen rumah sakit dalam tanggungjawab keselamatan

pasien.

Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medication)

adalah obat yang sering menyebabkan terjadinya masalah serius (sentinel

event) obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak

diinginkan seperti obat-obat yang terlihat mirip, kedengarannya mirip

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
(nama obat rupadan ucapan mirip/ NORUM, atau look alike sound

alike/lasa).

Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat

membuat pasien menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi

obat yang tepat. Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap

individu dalam pembuatan resep, persiapan, penyaluran, dan pemberian

obat. Untuk mencegah kesalahan pengobatan, perawat harus bertanggung

jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman (Listianawati, 2018)

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi

Proses tindakan pengobatan pasien sudah menjadi aktivitas rutin

bukan lantas membuat adanya kesalahan sama sekali dalam penanganan

pasien, termasuk kesalahan lokasi, prosedur atau salah operasi. Salah

lokasi salah prosedur dan pasien serta salah operasi adalah kejadian yang

mengkhawatirkaan yang tidak jarang terjadi dirumah sakit.

5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah tantangan terbesar

dalam tatanan pelayanan kesehatan. peningkatan biaya untuk mengatasi

infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan

keprihatinan besar bagi pasien ataupun professional layanan kesehatan.

Infeksi biasanya dijumpai dalam seluruh bentuk pelayanan kesehatan

termasuk saluran infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood

stream infection) dan pneumonia yang sering kali dihubungkan dengan

ventilasi mekanis yang tidak memenuhi standar.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Solusi utama dalam eliminasi segala macam infeksi dirumah

sakit adalah kebijakan mengenai cuci tangan (hand hygine). Praktik cuci

tangan pun harus dilakukan petugas medis, seluruh elemen rumah sakit

dan pasien rumah sakit dengan tepat. Penelitian (Hastuti et al., 2020)

menyatakan bahwa mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi

dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air

ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih,

sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya.

6. Pengurangan risiko pasien jatuh

Kasus pasien jatuh di rumah sakit dapat dinilai sebagai kejadian yang

cukup berat dan memukul sebagai cedera bagi pasien rawat inap. Untuk

itu rumah sakit harus melaksanakan evaluasi secara aktif untuk

mengedintifikasi apa saja factor yang membuat pasien bias jatuh. Setelah

diidentifikasi dan dievaluasi bias diterapkan kebijakan demi pencengahan

kasus pasien jatuh di rumah sakit. Penelitian (Sanjaya et al., 2018)

menyatakan bahwa berbagai upaya yang dialakukan dalam pengurangan

risiko pasien jatuh dengan menggunakan sistem penilaian risiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

tindakan lanjutannya serta implementasi solusi untuk meminimalkan

timbulnya risiko.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Keenam sasaran patient safety adalah pedoman bagi instasi penyedia

layanan kesehatan khususnya rumah sakit yang harus diterapkan dalam kebijakan

demi terciptanya keselamatan pasien.

2.2.4. Standar patient safety di rumah sakit

1. Hak pasien

Pasien selaku penerima layanan kesehatan berhak mendapkan

sejumlah hak dalam proses pelayanan kesehatan. baik itu di rumah

sakit, puskesmas, klinik maupun penyedia layanan kesehatan lain. Ada

sejumlah indikasi dan kriteria mengenai pemenuhan hak pasien.

a. Diharuskan ada dokter yang bertanggung jawab atas pasien terkait

b. Dokter tersebut harus membuat rencana pelayanan pada pasien

yang bersangkutan

c. Dokter penanggungjawab tersebut semestinya memberikan

penjelasan secara jelas dan benar berkaitan dengan seluruh

pelayanan medis.

2. Mendidik pasien dan keluarga

Pasien perlu di didik bahwa disamping memiliki hak mereka

juga wajib menaati kewajiban. Pasien juga diwajibkan untuk ikut

bertanggung jawab selama dalam asuhan pelayanan kesehatan. tenaga

medis bertugas untuk mendidik pasien dan keluarga pasien berkaitan

dengan pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab. Untuk itu pasien

dan keluarga diharapkan dapat

a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
b. Mengetahui kewajiban dan tanggungjawab pasien dan keluarga

c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengarti

d. Memahami dan menerima kosenkuensi pelayanan

e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit

f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan pasien yang berkesinambungan pelayanan

Rumah sakit semestinya juga memiliki yang berkesinambungan

bagi pasien. Kesinambungan pelayanan artinya seluruh elemen yang

berada dirumah sakit atau penyedia layanan kesehatan harus melayani

secara berkesinambungan. Untuk memenuhi berkesinambungan

layanan, penyedia layanan kesehatan harus memiliki kriteria sebagai

berikut

a. Adanya koordinasi pelayanan menyeluruh. Mulai dari pasien

masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan kesehatan,

tindakan pengobatan, keterangan rujukan dan saat pasien keluar

dari rumah sakit

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan

pasien dan kelayakkan sumber daya secara berkesinambungan,

agar seluruh tahap layanan antar unit berjalan dengan baik dan

lancar.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan

komunikasi. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi dukungan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan social, konsultasi dan

rujukan, pelayanan kesehatan primer atau tindak lanjut lainnya.

d. Adanya komunikasi yang transfer informasi antar profesi kesehatan

dalam lembaga penyedia layanan kesehatan, sehingga tercapainya

proses koordinasi tanpa hambatan aman dan efektif.

4. Penggunaan metode peningkatan kerja untuk melakukan evaluasi dan

progam peningkatan keselamatan pasien

Seluruh lembaga penyedia layanan kesehatan, termasuk rumah

sakit didalammnya membutuhkan desain proses demi meningkatkan

kualitas kerja. Untuk memenuhi standar keempat ini rumah sakit harus

memiliki sejumlah kriteria diantaranya

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan yang baik,

mengacu pada visi misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien,

petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis

yang sehat dan factor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi pasien

sesuai dengan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah

sakit.

b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja

yang antara lain terkait dengan pelaporan insiden, akreditasi

manajemen resiko, utilisasi, mutu pelayanan keuangan.

c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intesif terkait dengan

semua insiden dengan secara proaktif melakukan evaluasi satu

proses kasus resiko tinggi.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi

hasil aanalisuntuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan,

agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Kepemimpinan dalam manajemen sebuah lembaga penyedia layanan

kesehatan juga menjadi salah satu standar penting dalam meningkatkan

keselamatan pasien. Ada sejumlah standar dan kriteria yang harus

dipenuhi berkaitan dengan peran kepemimpinan yaitu :

a. Pemimpin mendorong yang menjamin implementasi program

keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui

penerapan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.

b. Pemimpin menjamin berlangsungnya program proaktif untuk

identifikasi resiko keselamatan pasien dengan program menekan

atau mengurangi insiden

c. Pemimpin mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan

koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan

keputusan tentang keselamatan pasien

d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk

mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta

meningkatkan keselamatan pasien

e. Pemimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya

dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
f. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan

pasien

g. Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan

dan program meminimalkan insiden

h. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua

komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpatisipasi dalam

program keselamatan pasien.

i. Tersedia prosedur cepat tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan

kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada

oranglain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk

keperluan analisis

j. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan

dengan insiden termasuk penyedia informasi yang benar dan jelas

tentang analaisis akar masalah “kejadian nyaris cedera” (near miss)

dan kejadian sentinel pada saat program keselamatan pasien mulai

dilaksanakan.

k. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden

l. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar

unit dan atar pengelola pelayanan didalam rumah sakit dengan

pendekatan antar disiplin

m. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam

kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya

tersebut

n. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi

menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi objektivitas

perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien termasuk

tindak lanjut dan implementasinya.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Dalam sebuah instasi penyedia layanan kesehatan bukan hanya

tenaga medis yang punya andil dalam pelaksaanan keselamatan pasien.

Namun seluruh staf juga ikut bertanggung jawab atas keselamatan

pasien. Berkaitan dengan pendidikan staf, rumah sakit juga perlu

memenuhi sejumlah kriteria yang sesuai dengan program keselamatan

pasien.

Rumah sakit diharuskan memiliki kriteria berupa program

pendidikan pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru tentang

keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing. Kerakter

selanjutanya yang diperlukan rumah sakit adalah mengintegrasikan

topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-service training.

Rumah sakit juga perlu membuat dan memberikan pedoman yang jelas

tentang pelaporan insiden.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Komunikasi adalah hal yang tidak kalah penting dibanding

dengan standar-standar pencapaian program keselamatan pasien yang

lain. Sebab tanpa komunikasi yang baik ketercapaian peningkatan

mutu layanan kesehatan dan keselamatan pasien mustahil dapat

terwujud.

Untuk itu diperlukan sejumlah standar bagi rumah sakit demi

tercapainya komunukasi yang efektif diantaranya adalah sebagai

berikut

a. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen

informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan

informasi internal-eksternal

b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat

c. Setiap rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan juga harus

memiliki sejumlah kriteria untuk menghasilkan komunikasi yang

efektif

d. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain

proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang

hal-hal terkait dengan keselamatan pasien

e. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi

untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

Komunikasi efektif merupakan sebuah proses yang sangat

penting dalam menunjang keberhasilan asuhan keperawatan. Kunci

dari terciptanya hubungan yang baik antara perawat dan klien

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
adalah kemampuan perawat dalam berkomunikasi. Perawat yang

memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik dalam

berkomunikasi akan mudah menumbuhkan kepercayaan klien,

sehingga klien bisa lebih terbuka untuk berbicara mengenai

masalah yang berhubungan dengan penyakitnya (Syagitta et al.,

2017).

2.2.5. Sembilan solusi life saving patient safety

Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat guna

mencegah atau mengurangi cedera pada pasien yang berasal dari proses pelayanan

kesehatan. Sembilan solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat guna

membantu rumah sakit dalam memperbaiki proses asuhan pasiendan guna

menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip/NORUM (look alike,

asound alike/lasa)

Nama obat rupa dan ucapan mirip (NORUM) yang membingunkan

staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang sering dalam kesalahan

obat (medication error). Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan

protocol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep

lebel atau pengguna perintah yang dicetak lebih dahulu maupun

pembuatan resep secara eletronik

2. Pastikan identifikasi pasien

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi

pasien secara benar sering mengarah pada keselahan pengobatan,

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
transfuse maupun pemeriksaan. Standarisasi dalam metode identifikasi

disemua rumah sakit dalam suatu sitem layanan kesehatan dan

berpartisipasi pasien dalam konfirmasi ini serta penggunaan protocol

untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.

3. Komunikasi secara benar saat serah terima pengoperan pasien

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien

antar unit unit pelayanan maupun atar tim pelayan bias mengakibatkan

terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat dan

mengakibatkan cedera pasien. Rekomendasi ini ditunjukkan untuk

memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan protocol

untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis.

4. Pastikan tindakan benar pada sisi tubh yang benar

Rekomendasi ini untuk mencegah jenis jenis kekeliruan yang

tergantung pada pelaksanaan proses verivikasi pra-pembedahan,

pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan

melaksanakan prosedur dana adanya tim yang terlibat sesaat sebelum

memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien pada sisi

yang akan dibedah.

5. Kendalikan cairan elektolit pekat (concentrated)

Sementara semua obat obatan, biologis, vaksin dan media kontras

memiliki profil risiko, cairan eletrolit pekat yang digunakan untuk

injeksi khususnya adalah berbahaya. Rekomendasi ini adalah

membuat standarisasi dari dosis unit ukuran dan istilah dan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
pencegahan atas campur aduk dan kebingunaan membedakan cairan

elektrolit pekat yang spesifik.

6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan

Kesalahan medikasi paling sering terjadi pada saat transisi/

pengalihan. Rekonsiliasi medikasi adalah suatu proses yang didesain

untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik titik transisi

pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling

lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien

juag disebut sebagai ‘home medication list’, sebagai perbandingan

dengan daftar saat admisi, penyerahan dan atau perintah pemulangan

ketika menuliskan perintah medikasi dan komunikasi daftar tersebut

kepada petugas layanan berikutnya dimana pasien akan ditransfer atau

dilepaskan.

7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)

Slang, kateter dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain

sedimikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD

(kejadian tiddak diharapkan) yang bias menyebabkan cedera pada

pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah serta

memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.

Rekomendasi ini mengajurkan perlunya perhatian atas medikasi

secara detail ketika sedang memberikan medikasi, memberikan

makan dan ketika menyambungkan alata kepada pasien (misalnya

menggunakan sambungan dan slang yang benar)

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai

Salaha satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran virus HIV,

HBV dan HCV yang diakibatkan oleh pemakain ulang (rause) dari

jarum suntik. Rekomendasinya adalah pelarangan pemakaian ulang

jarum difasilitas layanan kesehatan.

9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygine) untuk pencegahan

infeksi nosocomial

Kebersihan tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang primer

untuk mengihindari maslaah ini. Rekomendasi ini adalah dengan

mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol based hand

rubs” yang tersedia pada titik titik pelayana, tersedianya sumber air

pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebersihan tangan

yang benar.

2.2.6. Langkah langkah penerapan patient safety dirumah sakit

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien antara lain:

1. Langkah 1 membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

Setiap organisasi kesehatan memiliki budaya organisasi. Budaya

organisasi adalah suatu sistem terkait dengan nilai, keyakinan, etika,

adat, kebiasaan bersama dalam sebuah organisasi yang berinteraksi

dengan struktur formal untuk mengahasilkan sebuah norma perilaku

dalam organisasi tersebut. Budaya organisasi memiliki sejumlah unsur

yaitu pertama, nilai nilai atau keyakinan (corevalue), kedua, yang

berfungsi sebagai perekat organisasi, ketiga, yang berfungsi sebagai

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
dasar membentuk perilaku individu dalam organisasi, keempat dalam

rangka mencapai visi misi organisasi. Nilai-nilai corevalue yang

dimaksud adalah

a. Melaporkan dan membahas kesalahan medis, kesalahan lain

maiupun KTD tanpa bersikap menyalahkan

b. Bekerja dalam teamwork dan saling bekerja sama demi vivi misi

institusi

c. Senantiasa melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan klinis

d. Memendang suatu kesalahan dalam kerangka sistem

e. Melakukan assesmen dengan survey penilaian keselamatan pasien

f. Berani melakukan medical error disclore (penyingkapan kesalahan

pengobatan) sesuai dengan situasi dan kondisi.

2. Langkah 2 pimpinan dan dukungan terhadap staf

Pemimpin merupakan pemegang kunci perubahan. Pemimpin juga

memegang posisi yang sangat menentukan arah kebijakan sebuah

institusi termasuk rumah sakit. Pemimpin atau direktur institusi akan

dibantu oleh sejumlah manajerial yang membawahi bidang masing-

masing. Pemimpin dan jajaran manajerial semestinya bertanggung

jawab terhadap sejumlah hal yang diantaranya.

a. Menetapkan visi misi rumah sakit dan tujuan rumah sakit dalam

upaya peningkatan keselamtan pasien

b. Membuat dan menetapkan kebijakan dan pedoaman program

keselamatan pasien

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
c. Membuat strutur organisasi tim keselamatan pasien rumah sakit

dengan kelompok kerja masing-masing

d. Membuat rancangan serta alokasi dana, sarana, prasarana dan SDM

dalam rangka menciptakan keselamatan pasien

e. Mengagendakan rapat dan pembahasan mengenai keselamatan

pasien dalam setiap pertemuan baik direksi maupun dalam unit

pelayanan

f. Memaksimalkan agar tenaga medis paramedik dan seluruh

karyawan mendapatkan edukasi berkaitan dengan keselamatan

pasien

g. Menjamin terselengaranya sistem pelaporan dan pembahasan kasus

insiden secara teratur.

h. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap unit kerja unit

pelayanan dan seluruh SDM

i. Memasukkan materi dan program keselamatan pasien pada

orientasi karyawan baru

j. Mengirim sejumlah tenaga medis sebagai perwakilan untuk

mempelajari dan mendalami aspek teknis dan manajemen program

keselamatan pasien untuk kemudian disebarkan informasinya pada

yang lain.

k. Mengkoordinasi antar unit pelayanan dan monitoring secara

keseluruhan serta perbaikan-perbaikan demi mencapai keselamatan

pasien yang maksimal

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
l. Menyediakan sarana pendukung, teknologi dan sejenisnya yang

mendukung ketercapainya keselamatan pasien dan pengurangan

KTD sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan institusi.

3. Langkah 3 Integrasi aktivitas manajemen resiko

Manajemen risiko klinis (MRK) diartikan sebagai upaya manajerial

untuk melakukan identifikasi kesalahan yang terjadi selama asuahan

pasien. MRK bertujuan untuk mencari mengapa insiden tersebut bias

terjadi atau terulang kembali. Tujuan MRK ini untuk meminimalisisr

terjadinya KTD dan near miss ( kejadian nyaris cedera)pada pasien.

4. Langkah 4 membangun sistem pelaporan

Petingnya manajemen laporan dapat diidentifikasi dari masuknya

sistem pelaporan ini dalam salah satu langkah keselamatan pasien

artinya pelaporan dan sistem pelaporan dinilai sebagai salah factor

penting dalam upaya membangun keselamatan pasien.

5. Langkah 5 melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien dan publik

Komunikasi yang efektif perlu terjalin antara doketer, perawat ataupun

petugas medis lainnya dengan pasien. Komunikasi yang efektif akan

mendatangkan sejumlah manfaat yaitu

a. Komunikasi efektif dapat mengoptimalkan proses penemuan

diagnosis penyakit dan terapi

b. Komunikasi efektif dapat menjembatangi kesenjanagan antara

pengetahuan dokter, perawat dan paramedic dengan pasien dalam

rangka pengambilan keputusan medis bersama

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
c. Komunikasi efektif penting digunakan untuk membangun

kepercayaan pasien pada tenaga medis

d. Mengurangi risiko tuntutan medikolegal

6. Langkah 6 belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan

pasien.

Salah satu kelemahan dalam dunia kesehatan baik dalam skala institusi

maupun personal adalah memandang bahwa terjadinya kesalahan atau

KTD adalah karena kesalahan individu semata bukan kesalahan sistem.

Seringkali ketika teriadi KTD atau hal lain yang tidak diinginkan

mereka hanya mencari siapa yang salah bukan bertanya mengapa bias

terjadi kesalahan dan bagaimana bias terjadi masalah.

7. Langkah 7 Implementasi solusi untuk mencegah kerugian

Peningkatan keselamatan pasien harus dilakukan secara optimal.

Pengembangan sistem mencegah dan mengurangi kerugian, prinsip

pengembangan sistem tersebut terdiri dari :

a. Bagaimana mendesain sistem agar setiap kesalahan dapat dilihat

(making errorvisible)

b. Bagaimana sistem agar efek kesalahan dapat dikurangi (mitigating

the effect error)

c. Bagaimana merancang agar sistem tidak terjadi kesalahan (error

prevention).

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
2.2.7. Pentingnya Manajemen Patient Safety

Manajemen patient safety merupakan salah satu bentuk usaha

penyelamatan maksimal seluruh tenaga medis untuk mengurangi dan

meminimalisir adanya cedera medis yang mungkin saja terjadi pada pasien. Hal

ini bukan berarti tenaga medis tidak melakukan seluruh rangkaian prosedur

keselamatan pasien. Misalnya, sebelum dan sesudah melakukan tindakan, perawat

sudah cuci tangan untuk mencegah infeksi nosocomial, melakukan sterilisasi alat

bedah, menggunakan ssarung tangan steril, dan mengidentifikasi setiap factor

resiko infeksi pada pasien serta berbagai tindakan lain.

Seluruh tenaga medis juga mengikuti sertifikasi dalam menjalani

akreditasi hal tersebut tentulah sudah menjadi bagian dari keselamatan pasien dan

kewajiban seorang tenaga medis. Jika telah dilakukan manajemen patient safety

maka pasien akan mendapatkan mutu pelayanan yang maksimal. Sebab, pihak

penyedia layanan kesehatan sudah menyiapkan segala macam resiko atas

terjadinya kejadia tidak diharapkan (KTD).

Keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan

menghindari adanya tuntutan malpraktik, sehingga standar prosedur operasional

harus dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Salah satu

upaya untuk menjaga keselamatan pasien adalah dengan menerapkan standar

prosedur operasional (SPO) dalam setiap tindakan keperawatan. Tujuan dalam

menerapkan standar prosedur operasional (SPO) yaitu

1. Menggunakan SPO sebagai tindakan kepada pasien untuk mencegah

kesalahan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Perawat menggunakan SPO untuk mencegah terjadinya kesalahan

dalam setiap tindakan yang dilakukan kepada pasien. Hal tersebut

dikarenakan dengan adanya SPO dan mengikuti aturan/panduan dalam

SPO tersebut akan dapat mencegah kejadian yang tidak diharapkan

(KTD) yang dilakukan oleh perawat selama memberikan perawatan

kepada pasien. Perawat dengan antusias menyatakan standar prosedur

operasional (SPO) dijadikan sebagai aturan yang harus diikuti dalam

melakukan tindakan keperawat an kepada pasien.

2. Menjadikan SPO sebagai instruksi kerja

Perawat menjadikan SPO sebagai instruksi kerja dalam melaksanakan

tindakan keperawatan kepada pasien untuk mencegah terjadinya

kesalahan.

3. Mengikuti langkah-langkah tindakan SPO

Perawat melakukan tindakan keperawatan dengan mengikuti langkah-

langkah yang sesuai dengan SPO yang sudah ditetapkan rumah sakit

untuk mencegah terjadinya kesalahan.

4. Menciptakan komunikasi efektif sebagai kunci keselamatan pasien.

Komunikasi efektif merupakan hal yang paling penting diterapkan oleh

perawat di rumah sakit untuk mencegah kesalahan dan menjamin

keselamatan pasien. Kategori dari sub-tema tersebut diatas yaitu:

Menggunakan komunikasi yang baik dan mudah dipahami, dan

Menganggap komunikasi penting dalam pencegahan kesalahan

(Anggriyanti et al., 2018).

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Manajemen patient safety juga dapat menjadi solusi untuk mencegah dan

meminimalisir adanya resiko cedera medis pada pasien. Keselamatan pasien dan

kualitas pelayanan suatu lembaga penyedia layanan kesehatan adalah hal utama

untuk itulah, setiap elemen disebuah sistem lembaga hendaknya berkomitmen

untuk terus meningkatkan keunggulan penyediaan layanan kesehatan.

2.2.8. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) Dalam Sistem Patient Safety

Kejadian tidak diharapkan (KTD) menjadi pembahasan yang sangat sering

dalam patient safety. KTD merupakan hal utama yang hendak dijauhkan dari

sebuah sistem pelayanan kesehatan berkenaan dengan keselamatan pasien. KTD

tidak lepas dari risiko dalam dunia kesehatan, risiko diartikan sebagai

ketidakpastian (uncertainty) dan kemungkinan terjadinya kerugugian. Kerugian

dalam hal ini adalah kerugian yang berasal dari tindakan-tindakan klinis.

2.2.9. Peran dan sikap perawat dalam penerapan pasient safety

Upaya penerapan patient safety sangat tergantung dari pengetahuan

perawat. Apabila perawat menerapkan patient safety didasari oleh pengetahuan

yang memadai, maka perilaku patient safety oleh perawat tersebut akan bersifat

langgeng (long lasting). Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

harus memiliki pengetahuan yang benar, keterampilan, dan sikap untuk

menangani kompleksitas perawatan kesehatan. Tanpa pengetahuan yang

memadai, tenaga kesehatan termasuk perawat tidak bisa menerapkan dan

mempertahankan budaya keselamatan pasien (Darliana, 2016)

Perawat merupakan salah satu profesi penting dalam sebuah lembaga atau

instasi penyedia layanan kesehatan. Perawat disebut sebagai petugas medis yang

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
paling sering berada dirumah sakit. Perawat juga merupakan posisididunia

kesehatan yang paling sering dan kerap bergaul dengan pasien dan keluarga

pasien.

Perawat sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan kesehatan

kepada masayarakat memiliki peran penting karena terkait langsung dengan

pemberi asuhan keparawatn kepada pasien sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya. Perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang ada

dilapangan sangat menentukan dalam uapaya pencegahan dan memutus rantai

transmisi infeksi dalam rangka memenuhi kebutuhan pasient safety.

Profesionalitas perawat dalam program keselamatan pasien sanagat

dipengaruhi oleh adanya presepsi perawat. Artinya bagaiman sikap perawat

terhadap pekerjaan, pelayanan, kualitas sikap dan penerapan pasien safety. Jika

perawat memiliki presepsi yang tepat mengenai program dan konsep keslematan

pasien, maka tindakan yang diambil juga dipastikan dengan bertujuan

memberikan pelayanan secara aman, bertanggungjawab dan lain sebagainya

dengan penuh suka hati.

Penelitian (Yuswardi, 2017) menyatakan bahwa seorang perawat dalam

melaksanakan manajemen K3 harus memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai

kesehatan dimana seluruh nilai positif yang ada dalam dirinya menjadi pendorong

perilaku sehat dan menjadi upaya dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan

selama bekerja. Menurut penelitian (Andi Nur Azizah, 2020) menyatakan sikap

positif dari seorang perawat akan membuat perawat lebih berhati-hati dalam

melakukan tindakan dan patuh terhadap SOP yang ada sehingga tidak terjadi

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
kesalahan, walaupun masih ada perawat yang memiliki sikap negatif juga dapat

melaksanakan keselatan pasien dengan tidak berisiko. Sikap pada hakikatnya

bukan merupakan faktor bawaan yang tidak dapat diubah. Sikap diperoleh,

diubah, ditingkatkan atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi dari empat

sumber yang mempengaruhi sikap yaitu pengalaman dan tanggung jawab

menyelesaikan masalah, pengalaman orang lain, keadaan fisiologis dan emosional

2.2.10. Faktor faktor yang mempengaruhi penerapan pasient safety

Secara garis besar yang dikatakan dengan budaya keselamatan pasien

adalah keyakinan, persepsi, perilaku dan kompetensi individu atau kelompok

dalam suatu organisasi yang mempunyai komitmen untuk bersama- sama

menciptakan lingkungan yang aman. Cahyono (2008) mengatakan menciptakan

budaya pelayanan kesehatan yang aman maka adanya tanggung jawab dari setiap

petugas kesehatan untuk menanamkan nilai-nilai budaya keselamatan pasien

disebuah rumah sakit. Nilai tersebut dapat berupa kedisiplinan, kepatuhan

terhadap standar prosedur, dan protokol yang ada, teamwork, adanya nilai

kejujuran dan keterbukaan serta rasa saling menghormati dan menghargai satu

sama lain yang dijunjung tinggi oleh petugas, dikomunikasikan dan diajarkan dari

dan ke setiap petugas, menjadi aturan yang ditaati sehingga membentuk kebiasaan

dan perilaku setiap petugas dalam rumah sakit (Yarnita, 2018).

Menurut (Pambudi, 2018) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi

perawat dalam penerapan 6 sararan keselamatan pasien adalah usia, jenis kelamin,

status pernikahan, jumlah tanggungan, lama bekerja, pengetahuan perawat,

motivasi perawat, supervisi, dan pengaruh organisasi.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Vincet (2003) menyatakan penerapan keselamatan pasien dipengaruhi oleh

beberapa faktor:

1. Faktor komitmen pimpinan

The Joint Commission on Accreditation of Health Care Organizations

(JCAHO) menciptakan suatu standar baru dalam keselamatan pasien,

bahwa kepemimpinan merupakan bagian penting dalam perubahan

budaya keselamatan pasien, dimana melibatkan kepemimpinan dari

manajemen rumah sakit dalam pelaksanaan keselamatan pasien

2. faktor lingkungan kerja

3. faktor kesadaran individu

4. faktor kerjasama tim/ team work

5. faktor tugas

(Vincent & Ph, 2011).

2.3. Hubungan Kesadaran Perawat Dengan Penerapan Pasient Safety

Teori Vincent yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi penerapan patient safety adalah kesadaran diri (Vincent , 2003).

Kesadaran diri seorang perawat akan mempengaruhi hubungan dengan rekan kerja

dan hasil pekerjaan itu sendiri. Kesadaran diri perlu ditingkatkan dengan

pengaturan diri sendiri melalui emotional intelegence, spiritual intelligence dan

social intelligence. motivasi diri sendiri, empati, meningkatkan sosialisasi.

Penilitan (Kim & Lee, 2020) mengukapkan kesadaran etis adalah persepsi tentang

sifat etis yang melekat pada praktik keperawatan yang memungkinkan perawat

untuk mengenali implikasi etis dari semua praktik aksi karena sistem

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
penyampaian kesehatan dan hukum berbeda di setiap negara, budaya keselamatan

pasien dan kesadaran etis perawat tentang pengungkapan mungkin

berbeda. Diberbagai hasil penelitian menunjukkan 20 responden (59%)

mempunyai kesadaran individu kurang baik dan sisanya 13 (38%) mempunyai

kesadaran individu baik dalam menerapkan patient safety, 20 (59%) mengatakan

penerapan patient safety di ruang rawat inap kurang baik dan sisanya 13 (38%)

mengatakan bahwa penerapan patient safety baik. dari hasil analisis chi square

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kesadaran individu

dengan penerapan patient safety dengan p-value 0,003 di RSUD S.K. Lerik Kota

Kupang (Limbong, 2018)

Dalam penelitian (Adhyatma et al., 2019) menyatakan bahwa Berdasarkan

uji statistik, di RSUD Haji Makassar didapatkan hasil chi square X2 = 8,953

dengan p value = 0,005 (p<0,05). Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna/signifikan antara variabel kesadaran diri

budaya keselamatan pasien di RSUD Haji Makassar. Penelitian ini menemukan

bahwa kesadaran diri yang dimiliki oleh kepala ruangan tentang kemampuan

berpikir, merasakan serta melakukan interaksi terhadap lingkungannya sehingga

tercipta budaya keselamatan pasien.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Anwar, et al (2017) yang

menyatakan bahwa persepsi perawat terhadap fungsi pengarahan tidak semata-

mata karena pengarahan yang diberikan oleh kepala ruang, namun ada faktor-

faktor lain yang memberikan pengaruh seperti kecakapan individu perawat itu

sendiri, pengalaman kerja, dan kesadaran diri perawat terhadap peran dan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
tanggung jawabnya dalam upaya keselamatan pasien. Dewi (2016) juga

menyatakan ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan dengan

penerapan keselamatan pasien di ruang rawat inap RSUP Dr. M Djamil Padang.

Kepemimpinan kepala ruangan yang baik akan meningkatkan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar

variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep

membantu peneliti menghubungkan hasil pertemuan dengan teori. (Nursalam,

2020). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kesadaran perawat

dengan penerapan patient safety di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan.

Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan kesadaran perawat


dengan penerapan pasient safety di ruang internis Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan tahun 2021

Variabel independen Variabel dependen

Kesadaran diri
mengenai patient Penerapan patient safety
safety

Baik

Kurang baik

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Ada hubungan

: Output

STIKes Santa Elisabeth Medan 56


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Kerangka konsep diatas menjelaskan bahwa variabel independen yaitu

kesadaran perawat yang mencakup kecakapan dalam kesadaran diri yaitu

mengenali emosi, pengakuan diri yang akurat dan kepercayaan diri. Sedangkan

variabel dependen yaitu penerapan patien safety yaitu Ketepatan identifikasi,

peningkatan komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yan perlu

diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi,

pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, pengurangan pasien jatuh.

3.2. Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan

penelitian. Hipotesa disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis

akan bias memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis, dan

interpretasi data (Nursalam, 2020). Maka hipotesa pada penelitian ini adalah:

Ho : Ha ditolak Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan kesadaran perawat

dengan penerapan patient safety di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Metode penelitian adalah teknik yang digunakan peneliti untuk menyusun

studi dan untuk mengumpulkan dan menganalisa informasi yang relevan dengan

pertanyaan penelitian (polit & back, 2012). Rancangan penelitian adalah sesuatu

yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal

beberapa faktor yang dapat memengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2020)

Metode penelitian yang digunakan dalam penellitian ini dengan

menggunakan deskriptif korelasi dengan metode pendekatan cross sectional.

Pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali

pada saat dengan tujuan menggambarkan status fenomena atau hubungan

fenomena pada titik waktu tertentu (polit & back, 2012).

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kumpulan kasus dimana peneliti tertarik.

Populasi dapat melibatkan ribuan orang, atau mungkinsecara spesifik ditentukan

untuk mencakup hanya beberapa ratus orang (polit & back, 2012). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang rawat inap dirumah sakit

santa Elisabeth Medan yang berjumlah sebanyak 109 orang (Rekam Medik RSE

Medan, 2021)

STIKes Santa Elisabeth Medan 58


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
4.2.2. Sampel

Pengambilan sampel adalah proses memilih sebagian dari populasi untuk

mewakili seluruh populasi. Sampel adalah bagian dari elemen populasi. Suatu

elemen adalah unit paling mendasar tentang informasi yang dikumpulkan. Dalam

penelitian keperawatan, unsur-unsur yang digunakan biasanya manusia (polit &

back, 2012).

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan

subjek penelitian (Nursalam, 2020). Teknik pengambilan sampel adalah teknik

teknik simple random sampling. Simple random sampling adalah masing-masing

elemen populasi yang mempunyai kemungkinan pemilihan yang sama.

Selanjutnya setiap kemungkinan sampel dari ukuran tertentu ini mempunyai

kemungkinan yang sama untuk dipilih. Hal ini bererti setiap elemen dipilih

dengan bebas dari setiap elemennya. Metode ini hampir sama dengan sistem lotre

yang nama-namanya ditempatkan dalam satu wadah dan wadah tersebut dikocok-

kocok, nama dari pemenangnya diambil dengan cara yang tidak mengandung bias

(Hermawan & Amirullah, 2016)

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan diteliti adalah sebanyak 51

orang.

Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampel adalah rumus

Vincent (Nursalam, 2020)

Rumus :

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

Z = Tingkat keandalan 95 % (1,96)

P = Proporsi populasi (0,5)

G = Galat pendugaan (0,1)

n= 109 x (1,96)2 x 0,5 (1-0,5)


109 x (0,1)2 + (1,96)2 x 0,5 (1-0,5)

n= 109 x 3,8416 x 0,25


109 x 0,01 + 3,8416 x 0,25

n= 104,6836
2,0504

n= 51 maka responden dalam penelitian ini adalah 51 orang

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
4.3.Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

4.3.1. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah kesadaran perawat.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel independen adalah factor yang

diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau

pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2020).

4.3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi karakteristik yang diamati dari suatu

yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang diamati (diukur) itulah

yang merupakan kunci definisi operasional

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Tabel 4.1 Definisi Operasional Kesadaran Perawat Dengan Penerapan
Pasient Safety Diruang Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan
No Variabel Definisi Indicator Alat Ukuran Skala Skor.
1 Kesadaran suatu yang bisa Kesadaran diri Kuesioner O Baik
diri memungkinkan mengengai dengan R (11-16)
seseorang mampu patient safety jumlah D
mengamati dirinya pertanyaan I Kurang
sendiri maupun sebanyak 4 N baik (4-
membedakan dengan A 10)
dirinya dari dunia jawaban L
oranglain serta selalu (SL)
yang =4
memungkinkan Sering (SR)
oranglain mampu =3
menempatkan diri Jarang (JR)
dari suatu waktu =2
dan keadaan Tidak
pernah (TP)
=1
2. Penerapan suatu sistem 6 sasaran Kuesioner O Baik
pasien dimana rumah sakit keselamatan dengan R (99-
safety membuat asuhan pasien yaitu jumlah D 156)
pasien lebih aman 1. Ketepatan pertanyaan I Kurang
meliputi assesmen identifikasi sebanyak 39 N baik
resiko, identifikasi pasien dengan A (39-98)
dan pengelolaan 2. Peningkatan jawaban L
yang berhubungan komunikasi selalu = 4
dengan resiko efektif Sering = 3
pasien, pelaporan 3. Peningkatan jarang = 2
dan analisis keamanan tidak pernah
insiden, obat yang =1
kemampuan belajar perlu
dari insiden dan diwaspadai
tindak lanjutnya 4. Kepastian
serta implementasi tepat lokasi,
solusi untuk tepat
meminimalkan prosedur,
timbulnya resiko tepat pasien
dan mencegah operasi
terjadinya cedera 5. Pengurangan
yang disebabkan risiko infeksi
oleh kesalahan terkait
akibat pelayanan
melaksanakan kesehatan
suatu tindakan atau 6. Pengurangan
tidak mengambil risiko pasien
suatu tindakan jatuh
yang tidak
seharusnya di
ambil.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
4.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data agar penelitian dapat berjalan dengan baik (polit & back, 2012). Pada

penyusunan penelitian tahap awal perlu dituliskan data-data tentang karakteritik

responden berupa data demografi: (1)umur, (2)pekerjaan, (3)social ekonomi,

(4)jenis kelamin. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrument berupa

kuesioner atau angket yang terdiri dari data demografi, kuesioner variabel

independen kesadaran diri dan variabel dependen penerapan pasient safety.

Kesadaran perawat diukur dengan menggunakan kuesioner kesadaran

individu yang diuji validkan dan diuji reliabilitas oleh (Limbong, 2018) dengan

memiliki jumlah pertanyaan 4 item dengan menggunakan skala likert dengan

pilihan jawaban yaitu selalu (SL) = 4, sering (SR) = 3, jarang (JR) = 2 dan tidak

pernah (TP) =1. Dimana skor totalnya mempunyai kisaran 4-16, maka didapatkan

hasil penelitian darai kesadaran diri dengan kategori baik (10-16) dan kurang baik

(4-10).

Rumus : kesadaran individu

P = nilai tertinggi – nilai terendah


Banyak kelas

P = 16 – 4
2

P=6

Pasient safety diukur dengan menggunakan kuesioner penerapan pasient

safety yang diadopsi dari permenkes (2011) yang mengacu pada enam sasaran

keselamatan pasien (identifikasi pasien, komunikasi efektif, keamanan oba,

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
ketepetan lokasi, prosedur dan pasien mengurangi resiko infeksi dan mengurangi

risiko jatuh). kuesioner tersebut digunakan (mulyatiningsih, 2013) yang memiliki

39 item pertanyaan dengan skala likert pilihan ada 4 jawaban yaitu Tidak Pernah

(TP) = 1, Jarang (J) = 2, Sering (S) = 3 dan Selalu (SL) = 4. Dimana skor total

mempunyai kisaran 39 sampai dengan 156. Maka didapatkan hasil penelitian dari

penerapan pasient safety dengan kategori kurang baik (39-98), dan baik (98-157).

Rumus : pasient safety

P = nilai tertinggi – nilai terendah

Banyak kelas

P = 156 – 39

P = 58,5 menjadi 59

4.5. Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.5.1. Lokasi

Peneliti akan melakukan penelitian di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan yang berada dijalan Haji Misbah No.7 Sumatera utara. Perawat

yang diteliti berada di ruang Santa Maria, ruangan Ignatis dan ruangan Fransiskus

serta ruangan St.Theresia.

4.5.2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada mulai tanggal 24 Maret -17april 2021

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
4.6. Prosedur Pengambilan Dan Teknik Pengumpulan Data

4.6.1. Pengambilan data

Pengambilan data diperoleh dari data primer dan data sekunder, data

primer dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan kuesioner kepada subjek

penelitian atau responden. Data sekunder dalam peneelitian ini yaitu data yang

didapatkan dari rekam medis rumah sakit Santa Elisabeth Medan.

4.6.2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2020). Pengambilan data adalah proses perolehan subjek untuk suatu

penelitian langkah aktual untuk mengumpulkan data sangat spesifik untuk setiap

studi dan bergantung pada teknik desain dan pengukuran penelitian. Jenis

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer

yakni memperoleh data secara langsung dari sasarannya, melalui kuesioner.

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat izin dari Ketua

STIKes Santa Elisabeth Medan. Kemudian peneliti meminta izin ke Direktur

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan untuk melakukan pengumpulan data di

Rumah Sakit. Kemudian meminta izin kepada kepada setiap Kepala ruangan

untuk melakukan pengumpulan data di ruang rawat inap.

4.6.3. Uji Validitas dan Reabilitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrument dalam mengumpulkan data. Instrument harus dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur. Reliabel adalah kesamaan hasil

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati

berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2020).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan instrument berupa kuesioner

baik pada variabel kesadaran perawat maupun pada penerapan pasient safety serta

data demografi. Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas pada

kuesioner yang akan digunakan karena kuesioner yang digunakan telah baku dan

dipakai untuk mengukur kesadaran diri perawat dan penarapan pasient safety.

Pada variabel pasient safety, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

penerapan pasient safety yang diadopsi dari permenkes (2011) yang mengacu

pada enam sasaran keselamatan pasien (identifikasi pasien, komunikasi efektif,

keamanan obat, ketepetan lokasi, prosedur dan pasien mengurangi resiko infeksi

dan mengurangi risiko jatuh) yang telah dimodifikasi (mulyatiningsih, 2013)

setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebanyak 39 item pertanyaan

dinyatakan valid dan reliabel kerena memiliki nilai r tabel >0,361 dengan nilai

Cronbach Alpha = 0,979

Begitu pula dengan kuesioner pada variabel kesadaran perawat yang

menggunakan kuesioner kesadaran individu yang telah diuji valid dan uji reliabel

oleh (Limbong, 2018) dan dinyatakan reliabel karena memiliki nilai Cronbach

Alpha = 0,932.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
4.7. Kerangka operasional

Bagan 4.2 Kerangka operasional Kesadaran Perawat Dengan Penerapan


Pasient Safety di Ruang Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2021

Pengajuan judul

Izin pengambilan data awal

Informasi dan informend consent

Membagikan kuesioner pasient safety dan kesadaran perawat

Analisa data

4.8. Pengolahan Data

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi yang tepat dan

sistematis yang relevan dengan tujuan penelitian pada tujuan yang spesifik,

pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis sebuah penelitian

Setelah semua data terkumpul, peneliti akan memeriksa apakah semua

daftar pernyataan diisi. Kemudian peneliti melakukan:

1. Editing merupakan kegiatan memeriksa kembali kuesioner (daftar

pertanyaan) yang telah diisi pada saat pengumpulan. Kegiatan-kegiatan

yang dapat dilakukan dengan memeriksa apakah semua pertanyaan

yang diajukan responden dapat dibaca, memeriksa apakah pertanyaan

yang diajukan kepada responden telah dijawab memeriksa apakah hasil

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
isisan yang diperoleh sesuai tujuan yang ingin dicapai peneliti,

memeriksa apakah masih ada kesalahan-kesalahan lain yang terdapat

di kuesioner

2. Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pembean kode ini sangat

penting bila pengolahan dan analisis data membukakan computer

3. Tabulating merupakan untuk mempermudah analisis data, pengolahan

data, serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan kedalam bentuk

tabel distribusi frekuensi. Data yang diperoleh dari responden

dimasukkan kedalam komputerisasi semua data disajikan dalam bentuk

tabel disertai narasi sebagai penjelasan.

4.9. Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

mengukapkan fenomena, melalui berbagai macam uji statistik. Statistik

merupakan alat yang sering dipergunakan pada penelitian kuantitatif. Salah satu

fungsi statistic adalah menyederhanakan data yang berjumlah sangat besar

menjadi informasi yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca untuk

membuat keputusan, statistic memberikan metode bagaimana memperoleh data

dan menganalisis data dalam proses mangambil suatu kesimpulan berdasarkan

data tersebut. Disamping itu, juga terlibat dalam pengumpulan, tabulasi dan

penafsiran data (Nursalam, 2020).

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan status masing-masing

variabel, sedangkan analisa bivariat bertujuan mengidentifikasi hubungan antara

variabel yang satu dengan variabel lain (polit & back, 2012). Dalam penelitian ini,

analisa univariat meliputi data dari responden berdasarkan data demografi yaitu

umur, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, lama bekerja. patient

safety serta menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian baik pada kesadaran perawat maupun penerapan patient safety.

Sedangkan analisa bivariat dilakukan untuk menjelaskan hubungan dua variabel

yaitu variabel kesadaran perawat sbagai variabel independen dengan variabel

penerapan patient safety Sebagai variabel dependen.

Analisa bivariat menggunakan uji chi square untuk menganalisis

hubungan antara kesadaran perawat dengan penerapan patient safety. Uji chi

square merupakan uji yang dapat digunakan untuk menentukan ada tidaknya

asosiasi antara dua variabel. Uji ini menggunakan tingkat kemaknaan (α) = 0,05

dengan taraf signifikan 95%. Apabila nilai pvalue < 0,05 maka dinyatakan kedua

variabel adalah reliabel dan ada hubungan antara kesadaran perawat dengan

penerapan patient safety. Syarat-syarat uji chi square dengan beberapa syarat yang

harus dipenuhi yaitu tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan actual count

(F0) atau nilai observasi bernilai 0 (nol), apabila tabel kontingensi 2x2 maka tidak

boleh ada 1 cell pun yang memiliki frekuensi harapan atau expecte count. Dan jika

tabel kontingensi 2x2 tidak memenuhi syarat maka harus menggunakan uji

alternative lain yaitu uji fisher exact test. Penelitian ini menggunakan uji fisher

exact test karena memiliki 2 sel yang tidak memenuhi persyaratan uji chi square.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
4.10. Etika Penelitian

Menurut (polit & back, 2012), berikut prinsip dasar penerapan etik

penelitian yang menjadi standar perilaku etis dalam sebuah penelitian antara lain:

1. Respect for person adalah prisip etik yang meliputi hak untuk menentukan

nasib serta hak untuk mengukapkan sesuatu. Penelitian mengikutsertakan

responden harus menghormati martabat responden sebagai manusia.

Responden memiliki otonomi dalam menentukan pilihannya sendiri.

2. Beneficience adalah prinsip etik yang menekankan peneliti untuk

meminimalkan bahaya dan memaksimalkan manfaat. Peneliti berhati-hati

menilai risiko bahaya dan manfaat yang terjadi.

3. Justice adalah prinsip etik yang meliputi hak partisipan untuk menerima

perlakuan yang adil serta hak untuk privasi (kerahasiaan). Semua responden

diberikan perlakuan yang sama sesuai prosedur penelitian.

Pada tahap awal, peneliti akan melakukan permohonan izin pelaksanaan

penelitian untuk melaksanakan penelitian di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

Setelah mendapat izin penelitian, peneliti akan malaksanakan pengambilan data

awal, memeberikan inferomend consent, pengambilan data dan pengumpulan data,

serta menganalisa data. Dalam penggunaan instrument (kuesioner) yang akan

digunakan, peneliti telah mendapat izin dari pemilik kuesioner. Pada pelaksanaan,

calon responden akan diberikan penjelesan tentang informasi dan penelitian yang

akan dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari

responden apakah bersedia atau tidak. Apabila bersedia maka peneliti akan

menjelaskan dan memberikan lembar persetujuan (informend consent) untuk

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
ditandatangani. Jika responden tidak bersedia maka tidaka akan dipaksakan,

peneliti harus tetap menghormati hak nya.

Peneliti akan memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak mencantumkan nama responden (anatomy) pada lembaran atau

alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang disajikan dan menjaga kerahasiaan (confidelity) dari hasil

penelitiian

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Lokasi Penelitian

Pada bab ini mengurangi tentang hasil penelitian melalui pengumpulan

data yang telah dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dengan jumlah

responden 51 orang. Penyajian hasil data dalam penelitian ini meliputi data

kesadaran perawat dalam menerapkan patient safety. Dimana jumlah pertanyaan

ada 43 pertanyaan yang dimana 4 pertanyaan untuk kesadaran perawat dan 39

pertanyaan dalam menerapkan patient safety.

Rumah sakit Santa Elisabeth Medan di bangun pada tanggal 11 Februari

1929 dan di resmikan pada tanggal 17 november 1920. Rumah sakit Santa

Elisabeth Medan merupakan salah satu rumah sakit swasta yang terletak di kota

Medan tempatnta di jalan Haji Misbah nomor 07 kecamatan Medan Maimun

Provinsi Sumatra Utara. Saat ini rumah sakit Santa Elisabeth Medan merupakan

rumah sakit paripurna. Rumah sakit Santa Elisabeth Medan dikelolah oleh sebuah

kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth.

Institusi ini merupakan salah satu institusi yang didirikan sebagai bentuk

pelayanan kepada masyarakat oleh para biarawati dengan Motto”Ketika Aku Sakit

Kamu Melawat Aku (Matius 25;36)” visi yang hendak di capai adalah menjadi

rumah sakit yang mampu berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan

yang berkualitas tinggi atas dasar cinta kasih dan persaudaraan. Misi adalah

meningkatkan derajat kesehatan melalui dengan tetap memperhatikan masyarakat

STIKes Santa Elisabeth Medan 72


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
lemah.tujuannya adalah meningkatakan derajat kesehatan yang optimal dengan

semangat cinta kasih sesuai dengan kebijakan dalam menuju masyarakat sehat.

Banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan baik secara medis

maupun perawatan meliputi ruang rawat inap (ruang perawatan internis, bedah,

perinatology, dan intersive), poli klinik, IGD, OK (Kamar Operasi), radiologi,

fisioterapi, laboratorium, dan farmasi. Rawat inap adalah suatu prosedur dimana

pasien diterima dan dirawat dalam suatu ruangan terkait pengobatan yang hendak

dijalaninya dalam proses penyembuhan dan rehabilitas. Rawat jalan adalah suatu

tindakan individu mengunjungi suatu institusi terkait dalam upaya untuk mencari

pengobatan yang dapat diselesaikan dalam tempo waktu beberapa jam.

Fasilitas rawat jalan meliputi poli klinik umum dan poli praktek (praktek

dokter spesialis, poli penyakit dalam, poli jantung, poli bedah, Medical Check Up

(MCU), BKIA, laboratorium, dan farmasi. Peningkatan kualitas dalam kegiatan

pelayanan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, di dukung oleh tenaga medis dan

non medis. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan memiliki 17 ruangan perawatan

inap terdiri dari 8 ruang rawat inap internis, 2 ruang rawat inap bedah, 3 ruang

rawat inap Intensive Care Unit (ICU), 3 ruang rawat inap perinatologi, 1 ruang

rawat inap anak. Ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

dibedakan dalam beberapa kelas yaitu ruang rnnawat inap kelas I, kelas II, VIP,

super VIP dan eksekutif. Ruangan yang mennjadi tempat penelitian peneliti

adalah ruangan Intensive Care Unit yaitu Kemoterapi.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
5.2. Hasil Penelitian

Pada bab ini menguraikan tentang karakteristik responden di ruang internis

Rumah sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2021 meliputi : umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan hubungan kesadaran perawat dengan penerapan patient safety.

5.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan


Pendidikan di Ruang Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2021

Responden dalam penelitian ini adalah perawat di ruang internis rumah

sakit Santa Elisabeth Medan sebanyak 51 orang. Peneliti melakukan

pengelompokkan data demografi responden berdasarkan umur,jenis kelamin dan

pendidikan responden.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Umur, Jenis


Kelamin, dan Pendidikan perawat di ruang internis rumah sakit
santa Elisabeth medan tahun 2021 (n = 51)

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Umur
18-28 tahun (usia muda) 17 33,3
29-39 tahun (usia produktif) 26 51,0
>40 tahun (usia tua) 8 15,7
Jenis Kelamin
Laki – laki 7 13,7
Perempuan 44 86,3
Pendidikan
D3 keperawatan 30 58,8
S1 keperawatan 21 41,2
Pelatihan Patient safety
Pernah 39 76,5
Tidak pernah 12 23,5

Tabel 5.1 distribusi frekuensi responden bahwa dari 51 responden,

didapatkan data umur responden yaitu mayoritas usia produktif 29-39 tahun

sebanyak 26 orang (51,0%), dan usia muda 18-28 tahun sebanyak 17 orang

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
(33,3%), dan minoritas usia tua >40 sebanyak 8 orang (15,7%). Data jenis

kelamin responden, mayoritas perempuan 44 orang ( 86,3%) dan minoritas laki-

laki 7 orang (13,7%). Data pendidikan responden mayoritas D3 keperawatan

sebanyak 30 orang (58,8%) dan S1 keperawatan sebanyak 21 orang (42,2%). Data

tentang pelatihan patient safety mayoritas pernah mengikuti sebanyak 39 orang

(76,5%) dan tidak pernah mengikuti sebanyak 12 orang (23,5%)

5.2.2. Kesadaran Perawat dalam penerapan patient safety Diruang


Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2021

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kesadaran perawat dalam


penerapan patient safety di ruang internis rumah sakit santa
Elisabeth medan tahun 2021

No. kesadaran perawat Frekuensi (f) Persentase (%)


Dalam penerapan
Patient safety
1. Baik 39 76,5
2. Kurang baik 12 23,5
Total 51 100%
Tabel 5.2 distribusi frekuensi dan presentase kesadaran perawat di ruang

internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2021, mayoritas perawat yang

memiliki kesadaran diri baik sebanyak 39 orang (76,5%) dan minoritas kurang

baik sebanyak 12 orang (23,5%).

5.2.3. Perawat Dalam Menerapkan Patient Safety di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2021

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Perawat Dalam Menerapkan


Patient Safety di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2021
No. Penerapan patient safety Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Baik 49 96,1
2. Kurang Baik 2 3,9
Total 51 100%
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi prentasi perilaku perawat dalam

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
menerapkan patient safety di rumah sakit santa Elisabeth Medan tahun 2021

mayoritas memiliki kategori perilaku baik sebanyak 49 orang (96,1%) dan

minoritas kurang baik sebanyak 2 orang (3,9%).

5.2.4. Hubungan Kesadaran Perawat Dengan Penerapan Pasient Safety Di


Ruang Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2021

Tabel 5.4 Hasil korelasi Antara Kesadaran perawat dengan penerapan


patient safety di ruang internis Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2021

Kesadar Penerepan patient safety Total p-value


an Baik Kurang
perawat F % F % F %
Baik 38 74,5 1 2,0 39 76,5 0,419
Kurang 11 21,6 1 2,0 12 23,5
baik

Total 49 96,1 2 3,9% 51 100,0

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 39 perawat dengan kesadaran yang

baik, sebanyak 74,5% melakukan penerapan patient safety yang baik dan hanya 2

% dengan penerapan patient safety yang kurang baik. Tetapi dari 12 perawat

dengan kesadaran yang kurang baik, sebanyak 21,6 % dengan penerapan patient

safety baik.

Hasil uji statistik uji fisher exact test menunjukkan nilai pvalue = 0,419 (α =

0,05), yang berarti tidak ada hubungan kesadaran perawat dengan penerapan

patient safety di ruang internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2021

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
5.3. Pembahasan

5.3.1. Kesadaran Perawat Diruang Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di rumah sakit

santa Elisabeth Medan 2021 mengenai kesadaran perawat dalam menerapkan

patient safety termasuk dalam kategori baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mayoritas kesadaran perawat yang menjawab baik ada 39 orang (76,5%)

sedangkan minoritas yang kurang baik ada 12 orang (23,5%). Berdasarkan hasil

penelitian tersebut, peneliti beransumsi bahwa perawat selalu memperbaiki sikap

dalam memberikan pelayanan patient safety yang baik dan perawat selalu

mendukung program patient safety karena dapat meningkatkan kesejahteraan

pasien. Menurut Limbong, (2018) Kesadaran diri seorang perawat akan

mempengaruhi hubungan dengan rekan kerja dan hasil pekerjaan itu sendiri.

Sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan bahwa mayoritas perawat

diruang internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan memiliki kesadaran yang

baik dalam melakukan tindakan keperawatan dikarenakan responden mengikuti

pelatihan 76,5% dan beranggapan bahwa keselamatan pasien adalah hal yang

paling utama dalam mewujudkan penyembuhan pada pasien. (Zainuddin, 2019)

menyatakan Perawat harus menyadari perannya sebagai keselamatan pasien di

rumah sakit sehingga harus dapat berpartisipasi aktif dalam mewujudkan dengan

baik.

Penelitian Adhyatma et al., (2019) menemukan bahwa kesadaran diri

yang dimiliki oleh kepala ruang dan staf tentang kemampuan berpikir, merasakan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
serta melakukan interaksi terhadap lingkungannya sehingga tercipta budaya

keselamatan pasien. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Anwar, et al

(2017) yang menyatakan bahwa persepsi perawat terhadap fungsi pengarahan tidak

semata- mata karena pengarahan yang diberikan oleh kepala ruang, namun ada faktor-

faktor lain yang memberikan pengaruh seperti kecakapan individu perawat itu sendiri,

pengalaman kerja, dan kesadaran diri perawat terhadap peran dan tanggung jawabnya

dalam upaya keselamatan pasien.

Peneliti beransumsi bahwa kesadaran diri perawat terhadap peran dan

tanggung jawabnya adalah suatu upaya dalam mencapai tujuan pelayanan yang

berkualitas terutama dalam mencapai atau mewujudkan keselamatan pasien.

Dengan kesadaran diri yang baik dapat membangun rasa empati yang akan

membentuk rasa kedekatan dan kepercayaan antara satu dengan yang lain

sehingga memudahkan kerja sama dalam mencapai tujuan (Anugrah Warwati

Anwar, Irwandy Kapalawi, 2019)

Kesadaran diri diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang

untuk mengenal dan memilah-milah perasaan pada dirinya, memahami hal yang

sedang dirasakan dan mengapa hal tersebut bisa dirasakan dan mengetahui

penyebab munculnya perasaan tersebut, serta pengaruh perilaku kita terhadap

orang lain. Kesadaran diri adalah bahan baku yang penting untuk menunjukkan

kejelasan dan pemahaman tentang perilaku yang dimiliki seseorang (Maharani &

Mustika, 2016).

5.3.2. Perawat Dalam Menerapkan Patient Safety

Pada hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2021 penerapan patient safety termasuk dalam kategori baik.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Mayoritas responden yang menjawab baik 49 orang (96,1%) dan minoritas yang

menjawab kurang baik 2 orang (3,9%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap perawat

dalam menerapkan patient safety diruang internis Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan tahun 2021 didapatkan hasil yang baik, peneliti beransumsi walaupun

banyak perawat yang bukan tim patient safety dan sebagian perawat belum pernah

mengikuti pelatihan akan tetapi mayoritas perawat dibekali dengan mengikuti

pelatihan tentang patient safety. Perawat yang mengikuti pelatihan patient safety

sebanyak 76,5% sehingga perawat mayoritas melakukan pelayanan yang baik

terhadap pasien yang sedang dirawat diruang internis tersebut.

Pada pemberian pelayan kepada pasien perawat juga mengikuti SOP yang

diawasi oleh tim patient safety rumah sakit dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien sehingga pasien yang di rawat dapat aman. Enam

sasaran keselamatan pasien yang dimana sangat berpengaruh pada rumah sakit

santa elisabeth medan. Enam sasaran keselamatan ini perawat harus

melaksanakannya dengan baik, tingkat keselamatan pasien tergantung dengan

mutu pelayanan yang di berikan rumah sakit kepada pasien. Faktor-faktor yang

mempengaruhi hal tersebut seperti tindakan perawat dalam mamberikan asuhan

keperawatan kepada pasien, sikap perawat kepada pasien, apakah perawat

mengikuti SOP dalam melakukan tindakan keperawatan atau tidak. Keberhasilan

yang di peroleh suatu layanan kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan

keselamatan pasien berhubungan erat dengan perilaku perawat terhadap pasien

yang dirawat di rumah sakit. Manajemen pelayanan kesehatan perlu menganalisis

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
sajauh mana mutu pelayanan yang diberikan perawat kepada pasien, agar pasien

yang berobat di rumah sakit dapat nyaman dan aman. Keselamatan pasien di

Rumah Sakit adalah sistem pelayanan dalam suatu Rumah Sakit yang

memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman, termasuk di dalamnya mengukur

risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien, analisa insiden,

kemampuan untuk belajar & menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi

untuk mengurangi risiko. Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang

sangat dibutuhkan mengingat saat ini banyak pasien yang dalam penanganannya

sangat memprihatikan,dengan adanya sistem ini diharapkan dapat meminimalisir

kesalahan dalam penanganan pasien diruang internis.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wati, dkk (2018),

Pelaksanaan budaya safety oleh perawat pelaksana diartikan sebagai suatu

tindakan yang dilakukan oleh perawat pelaksana yang mencerminkan dimensi

budaya keselamatan pasien yaitu keterbukaan, pelaporan, keadilan, dan

pembelajaran terhadap insiden keselamatan pasien yang terjadi di rumah sakit.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Zainuddin, (2019 yang mengatakan bahwa

potensi yang dimiliki perawat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

dalam melayani pasien sesuai dengan standar dan prosedur yang ada. Pelayanan

yang diberikan untuk menjamin keselamatan pasien dari resiko kejadian tak

terduga akan memberikan dampak yang baik terhadap pasien. Perawat harus

menunjukkan sikap yang positif dalam mendukung program patient safety

sehingga melaksanakan praktik keperawatan secara aman.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

5.3.3. Hubungan Kesadaran Perawat Dengan Penarapan Patient Safety Di

Ruang Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2021

Berdasarkan hasil uji fisher exact test tentang hubungan kesadaran perawat

dengan penerapan patient safety di ruang internis menunjukkan data bahwa

mayoritas ada sebanyak 38 orang dari 39 orang (74,5%) memiliki kesadaran

perawat baik dengan penerapan pasien safety dalam kategori baik dan minoritas

ada sebanyak 1 dari 12 (23,5%) kesadaran diri perawat kurang baik dengan

penerapan pasien safety kurang baik. Dari data penelitian tersebut diperoleh nilai

pvalue = 0,419 sehingga penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Ha di tolak dan

Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kesadaran diri

dengan penerapan patient safety di ruang internis Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2021. Peneliti beransumsi bahwa perawat menyadari tugas dan

tanggungjawabnya sebagai seorang pemberi asuhan keperawatan kepada pasien

yang sedang dirawat di ruang internis dalam mencapai pelayanan yang berkualitas

karena perawat mengikuti pelatihan serta memberikan asuhan keperawatan sesuai

dengan SOP yang artinya penerapan pasient safety baik karena perawat

melaksanakannya sesuai dengan SOP rumah sakit yang telah ditetapkan dan

adanya pengawasan yang ketat dari tim patient safety rumah sakit sehingga

penerapan pasient safety wajib diterapkan di ruang internis, bukan karena perawat

memiliki kesadaran dalam menerapkannya tetapi karena menjadi sebuah priorotas

rumah sakit dalam mewujudkan pelayanan yang berkualitas.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Dalam penelitian (Darliana, 2016) menyatakan bahwa keselamatan pasien

bagi perawat tidak hanya merupakan pedoman tentang apa yang seharusnya

dilakukan namun penerapan patient safety merupakan komitmen yang tertuang

dalam kode etik perawat dalam memberikan pelayanan yang aman sesuai

kompetensi dan berdasarkan kode etik bagi pasien. Penelitian ini didukung

(Baihaqi, 2020) yang menyatakan bahwa dalam upaya membangun penerapan

patient safety memerlukan komitmen dari seorang perawat. Oleh sebab itu,

peneliti beranggapan bahwa tanpa kesadaran diri perawat dalam menerapkan

patient safety perawat tahu peranannya sebagai pemberi pelayanan kesehatan

terutama dalam penerapan patient safety karena tenaga perawat merupakan tenaga

professional yang berperan penting dalam fungsi rumah sakit, peneliti juga

beransumsi bahwa pelayanan keperawatan yang berkualitas tidak hanya

ditentukan oleh komitmen rumah sakit serta SOP dalam menerapkan pasien

safety tetapi dengan membina hubungan komunikasi antar perawat dalam

memberikan asuhan pelayanan yang berkualitas yang dapat menyembuhkan

pasien, komunikasi yang baik dan benar sangatlah penting dalam setiap

melaksanakan tugas untuk mengkoordinasikan pelaksanakan asuhan keperawatan

pada pasien yang lebih optimal terutama pada pelaksanaan patient safety.

Penilitian ini sejalan dengan penelitian Siti & Indrayana, (2016) menyatakan

bahwa perawat perlu memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik

dalam menjalankan perannya sehingga dapat menentukan keberhasilan pelayanan

atau asuhan keperawatan yang profesional dengan memperhatikan kebutuhan

holistik klien. sehingga terbukti dari penelitian peneliti bahwa perilaku perawat

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
juga baik dalam melaksanakan tugasnya dan mampu menerapkan 6 sasaran

keselamatan pasien ketepatan dalam mengidentifikasi pasien, meningkatkan

komunikasi yang efektif; peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;

kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan risiko

infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh.

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mempunyai sistem bekerja yang

sangat baik, dimana sistem bekerjanya dibagi tiga shif dalam bekerja, yaitu dinas

pagi, dinas sore dan dinas malam, tujuan pembagian shif ini untuk mempermudah

para perawat agar perawat tidak lelah dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien yang dirawat, dan dalam sistem pembagian tugas ini kepala ruang

selalu membagikan tugas kepada perawat yang dimana ada perawat pelaksananya,

pada setiap pergantian shif perawat akan melaporkan kepada shif selanjutnya

kejadian yang sudah terlaksana dan tidak terlaksana tujuannya agar tidak ada

kesalahan dalam pengambilan tindakan, sehinnga perawat selanjutnya tidak salah

dalam melaksanakan tugasnya dalam memeberikan asuhan keperawatan pasien

yang dirawat juga dan pasien juga merasa aman dan nyaman. Dari sini bahwa

budaya bekerja juga sangat berpengaruh terhadap perawat, dirumah sakit santa

elisabeth medan, budaya bekerja sangat efektif, dikarenakan di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan mempunyai sistem pembagian shif dalam bekerja,

sehingga perawat tidak bekerja dalam kurung waktu 24 jam. Supervisi

merupakan bagian fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar

segala kegiatan yang diprogramkan dapat dilaksanakan dengan benar dan lancar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Oktariani et al., (2020) menyatakan bahwa

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
supervisi yang efektif sebagai cara untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan, memotivasi dan meningkatkan kinerja staf perawat melalui strategi

struktur, keterampilan, dukungan dan keberlanjutan dari supervisi.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan evaluasi pelaksanaan

patient safety di lingkungan Rumah Sakit agar dapat meningkatkan budaya patient

safety yaitu adanya SOP, media monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan

patient safety yang dilakukan oleh tenaga medis sarana prasarana yang memadai,

melakukan pelatihan tentang budaya keselamatan pasien secara

berkesinambungan, serta sistem pelaporan setiap insiden terarah dan ditindak

lanjuti.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pada bagian akhir penelitian ini, peneliti memaparkan beberapa

kesimpulan yang dapat diambil dan saran yang didasarkan pada temuan hasil

peneliti. Secara umum peneliti menyimpulkan bahwa Hubungan Kesadaran

Perawat Dengan Penerapan Patient Safety Diruang Internis Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2021. Secara lebih khusus peneliti dapat menarik

simpulan sabagai berikut.

1. Kesadaran perawat dalam menerapkan patient safety di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan mayoritas baik sebanyak 39 orang 76,5%

2. Penerapan patient safety di ruang internis rumah sakit santa Elisabeth

medan mayoritas baik sebanyak 49 orang 96,1%

3. Peneliti telah menganalisis hubungan kesadaran perawat dengan

penerapan patient safety di ruang internis Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2021, pada uji fisher exact test pvalue =0,419 (α = 0,05),

sehingga penelitian ini dinyatakan tidak berhubungan.

6.2. Saran

1. Bagi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Perlu dilakukan upaya-upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan

rumah sakit, maka perlu dilakukan evaluasi diruangan yang mencakup

tentang patient safety.

2. Bagi institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai materi bahan ajar dalam

mata kuliah keperawatan, sehingga dapat dilaksanakan di lahan

praktek baik di rumah sakit Santa Elisabeth mau di rumah sakit

lainnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian ini dapat

mengembangkan peneliti ini dengan meneliti hubungan sikap perawat

dengan penerapan patient safety diruang internis di rumah sakit.

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
DAFTAR PUSTAKA

Adhyatma, A., Alim, A., Masyarakat, F. K., Pejuang, U., Indonesia, R., Gunung,
J., Hall, L. M., & Doran, D. (2019). Effective Leadership of the Head of the
Room With Patient Safety Culture in Haji Makassar Hospital. 5(2).
Akbar, M. Y. A., Amalia, R. M., & Fitriah, I. (2018). Hubungan Relijiusitas
dengan Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan Penyuluhan
Islam (Konseling) UAI. JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI
HUMANIORA, 4(4), 265. https://doi.org/10.36722/sh.v4i4.304
Andi nur azizah, e. A. (2020). Faktor yang berhubungan dengan sasaran
penerapan patient safety perawat ruang inap rsud lamadukelleng 2020
peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor . 11 tahun 2017
tentang keselamatan pasien , melalui pelayanan yang menerapkan standar
keselama. 1(2), 148–156.
Anggriyanti, d., ali, r., harahap, p., & dalimunthe, b. (2018). Studi fenomenologi :
pengalaman perawat dalam mengupayakan pencegahan kesalahan dengan
menerapkan standar prosedur operasional ( spo ). 4(2), 145–149.
Anugrah warwati anwar, irwandy kapalawi, m. A. M. (2019). Hubungan
kepemimpinan efektif kepala ruangan dengan penerapan budaya keselamatan
pasien di instalasi rawat inap rsud kota makassar. Journal of chemical
information and modeling, 53(9), 1689–1699.
Arfah, T., & Bakar, I. P. S. (2019). Kontribusi Kesadaran Diri (self - awareness)
dan Harapan (hope) terhadap Career Adaptability Mahasiswa. Algazali
Journal, 2(1), 73–80.
back & polit. (2012). Nursing Research. Principles and Methods.
Baihaqi, L. F. (2020). Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Hubungan
Pengetahuan Perawat Dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien ( Patient
Safe- ty ) Di Ruang Rawat Inap Rsud Kardinah Tegal. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, September.
Bali, M. M. E. I. (2017). Model Interaksi Sosial dalam Mengelaborasi
Keterampilan Sosial. Jurnal Pedagogik, 4(2), 211–227.
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik/article/view/19
Damayanti, R. A., & Bachtiar, A. (2019). Outcome of Patient Safety Culture
Using the Hospital Survey on Patient Safety Culture (Hsopsc) in Asia: a
Systematic Review With Meta Analysis. 4, 360–367.
Darliana, D. (2016). Hubungan pengetahuan perawat dengan upaya penerapan
patient safety di ruang rawat inap rumah sakit umum daerah dr. zainoel
abidin banda aceh. 4(1), 64–75.
Dyna safitri rakhelmi rangkuti, mangatas silaen, j. (2018). Analisis penyebab
ketidaktepatan waktu pelaporan insiden keselamatan pasiendi rsu bunda
thamrin analysis. 1(2), 76–86.
Eka Suhartini & Nur Anisa. (2017). Pengaruh kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual terhadap kinerja perawat rumah sakit daerah labuang
baji makassar. Jurnal manajemen ide dan inspirasi, 00, 9–9.
Http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21622940

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Hastuti, P., Aini S, N., Aisah, N. N., Antika, L., & Shinta D, O. (2020).
Pendayagunaan Partisipasi Pasien Dan Keluarga Dalam Pencegahan Infeksi
Nosokomial Melalui Pelaksanaan Cuci Tangan. Jurnal Pengabdian
Kesehatan, 3(1), 91–99. https://doi.org/10.31596/jpk.v3i1.72
Hermawan, S., & Amirullah. (2016). Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan
kuantitatif&kualitatif. Metode Penelitian Bisnis Bandung, 264.
Indra Adi Sugiatno1, S. R. (2020). Factors Related to Behavior in Implementing
Patient Safety of Nurses. February, 354–364.
https://doi.org/10.20527/dk.v8i3.8045
Insani dkk, T. H. N. (2018). Analisis Pelaksanaan Keselamatan Pasien oleh
Perawat. Journal of Health Studies, 2(1), 84–95.
https://doi.org/10.31101/jhes.436
Kartika, I. R. (2019). Deskripsi Penerapan Patient Safety Pada Pasien Di Bangsal
Bedah. Human Care Journal, 4(2), 86. https://doi.org/10.32883/hcj.v4i2.455
Kasana, r. U. (2017). Hubungan self awareness dengan kadar glukosa darah pada
pasien dm tipe 2.
Khairunnisa, H. (2017). Self Esteem, Self Awareness, dan Perilaku Asertif pada
Remaja. 9–10.
Kim, Y., & Lee, E. (2020). The relationship between the perception of open
disclosure of patient safety incidents, perception of patient safety culture,
and ethical awareness in nurses. BMC Medical Ethics, 21(1), 1–9.
https://doi.org/10.1186/s12910-020-00546-7
Limbong, K. (2018). Hubungan Kesadaran Individu Dengan Penerapan Patient
Safety di Rumah Sakit Umum Daerah S. K. Lerik Kupang. Jurnal Info
Kesehatan, 16(1), 59–65. https://doi.org/10.31965/infokes.vol16.iss1.169
Listianawati, R. (2018). Hubungan pengetahuan perawat tentang keselamatan
pasien (patient safety) dengan sikap perawat terhadap pemberian obat di
ruang rawat inap kelas iii rsud dr. Loekmono hadi kudus. Prosiding.
Maharani, L., & Mustika, M. (2016). Hubungan self awareness dengan
kedisiplinan peserta didik kelas VIII di SMP wiyatama bandar lampung.
KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal), 3(1), 57–62.
Masyudi, 2018. (2018). Majalah Kesehatan Masyarakat Aceh ( MaKMA ). 1(1),
27–33.
Mulyatiningsih, s. (2013). Determinan perilaku perawat dalam melaksanakan
keselamatan pasien di rawat inap rsau dr. Esnawan antariksa jakarta.
Neri, R. A., Lestari, Y., & Yetti, H. (2018). Analisis Pelaksanaan Sasaran
Keselamatan Pasien Di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Padang
Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas, 7, 48.
https://doi.org/10.25077/jka.v7i0.921
Oktariani, T. A., Arif, Y., & Murni, D. (2020). Supervisi Klinik Berbasis 4S
(Structure, Skills, Support, and Sustainable) terhadap Penerapan
Keselamatan Pasien. 20(2), 556–559.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.991
Okuyama, J. H. H., Galvao, T. F., & Silva, M. T. (2018). Healthcare
professional’s perception of patient safety measured by the hospital survey
on patient safety culture: A systematic review and meta-analysis. Scientific

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
World Journal, 2018. https://doi.org/10.1155/2018/9156301
Paju, W., & Dwiantoro, L. (2018). Upaya Meningkatkan Komunikasi Efektif
Perawat - Pasien Abstrak Efforts To Improve Effective Communication Nurse
– Patient Abstract. 10(1), 28–36.
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/view/65/46
Pambudi, Y. S. A. Y. D. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawat
Dalam Penerapan 6 SKP (Sasaran Keselamatan Pasien) Pada Akreditasi JCI
(Joint Commision International) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Waluya Malang. Nursing News, 3(1), 729–747.
Pardede, J. A., Marbun, A. S., & Zikri, M. (2020). Pengetahuan Dan Sikap
Dengan Tindakan Perawat Tentang Patient Safety. Jurnal Keperawatan
Priority, 3(2), 1–12. https://doi.org/10.34012/jukep.v3i2.953
Sanjaya, P. D., Rosa, E. M., & Ulfa, M. (2018). Evaluasi Penerapan Pencegahan
Pasien Berisiko Jatuh di Rumah Sakit. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan
Masyarakat, 11(2), 105–113. https://doi.org/10.12928/kesmas.v11i2.6013
Simamora, R. H. (2019). Pengaruh penyuluhan identifikasi pasien dengan
menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan pasien rawat inap.
Αγαη, 8(5), 55.
Sinurat, S., & Lusya, S. (2018). Peran Pimpinan Keperawatan dalam
Meningkatkan Patient Safety di Rumah Sakit. Jurnal Mutiara Ners, 1(1), 31–
43.
Siti, M., & Indrayana, S. (2016). Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan
dengan Kepuasan Pasien with The Patient ’ s Satisfaction. 4(1), 30–34.
Sriningsih, N. N., Kep, S., Marlina, M. K. E., Sriningsih, N. N., Kep, S., Kep, M.,
Sakit, R., & Kabupaten, U. (2020). Pengetahuan penerapan keselamatan
pasien (patient safety) pada petugas kesehatan menurut joint commission
internasional ( jci ) dan world health organitation ( who ) melaporkan
beberapa negara terdapat 70 % kejadian. 9(1).
Https://doi.org/10.37048/kesehatan.v9i1.120
Syagitta, M., Sriati, A., & Fitria, N. (2017). Persepsi Perawat Terhadap
Pelaksanaan Komunikasi Efektif di IRJ Al – Islam Bandung. Jurnal
Keperawatan, V(2), 140–147.
Teaching, C., & Novian, S. (2020). Jurnal Artikel Teori Kesadaran. September.
Ulumiyah, N. H. (2018). Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan
Penerapan Upaya Keselamatan Pasien Di Puskesmas. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia, 6(2), 149. https://doi.org/10.20473/jaki.v6i2.2018.149-
155
Vincent, C., & Ph, D. (2011). Understanding and Responding to Adverse Events.
1051–1056.
Yanto, A., Wuryanto, E., & Surwanti, S. (2018). Peningkatan Kepuasan Pasien
BPJS Melalui Peningkatan Empati Perawat. Jurnal Kepemimpinan Dan
Manajemen Keperawatan, 1(2), 21. https://doi.org/10.32584/jkmk.v1i2.128
Yarnita, Y. (2018). Analisis Hubungan Sikap Perawat Dengan Budaya
Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rsud Arifin Achmad Provinsi
Riau. Photon: Jurnal Sain Dan Kesehatan, 8(2), 81–85.
https://doi.org/10.37859/jp.v8i2.720

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Yuswardi, R. N. (2017). Perilaku Perawat Dalam Penerapan Manajemen
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Aceh. Idea Nursing Journal,
8(3).
Zainuddin. (2019). Hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap penerapan
pasient safety di ruang rawat inap rsud h.m anwar makkatutu banteng.
08(01), 751–759. Https://doi.org/10.31227/osf.io/tbfcn

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Alamat :

Setelah saya (responden) mendapatkan keterangan secukupnya serta


mengetahui tentang tujuan yang di jelaskan dari peneliti yang berjudul
:Hubungan Kesadaran Perawat Dengan Penerapan Pasien Safety di Ruang
Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2021. Manyatakan
bersedia menjadi responden secara sukarela dengan catatan bila suatu waktu saya
(responden) merasa dirugikan dalam bentuk apapun, saya (responden) berhak
membatalkan persetujuan ini. Saya (responden) percaya apa yang akan saya
(responden) informasikan dijamin kerahasiaannya.

Peneliti Medan, Maret 2021


Responden

Mei Anugrah waruwu ( )

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KESADARAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN


PASIENT SAFETY DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT SANTA
ELISABETH MEDAN TAHUN 2021

Kode responden:

1. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk Pengisian

1. Berilah tanda check ( ) pada jawaban yang tersedia sesuai jawaban yang

saudara pilih

2. Tuliskan jawaban secara singkat dan jelas pada tempat yang tersedia

3. Dimohon untuk tidak mengosongkan jawaban pada setiap pertanyaan.

1. Umur :………Tahun

2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Status : Menikah

Belum menikah

Janda/duda

4. Lama kerja : tahun bulan

5. Pelatihan keselamatan pasien (pasient safety)

Pernah tidak pernah

6. Pendidikan :

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
2. Pernyataan kuesioner pasient safety

pilihan jawaban :

Selalu (SL) : jika pernyataan tersebut selalu saudara lakukan

Sering (S) : jika pernyataan tersebut sering saudara lakukan

Jarang (J) : jika pernyataan tersebut jarang saudara lakukan

Tidak pernah (TP) : jika pernyataan tersebut tidak pernah saudara lakukan

No Pernyataan

Hal dibawah ini saya lakukan dalam merawat pasien SL SR JR TP


1. Menggunakan nomor kamar untuk mengidentifikasi
pasien
2. Sebelum melakukan tranfusi darah, memastikan nama
yang ada di label sama dengan nama yang ada
dikantong darah
3. Mengecek informasi kadaluarsa komponen darah yang
ditranfusikan ke pasien
4. Melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan
prosedur tindakan
5. Memeriksa identifikasi pasien sebelum serah
terima/operan pasien
6. Jika pasien yang dirawat tidak mampu bicara
sedangkan tidak ada penunggu, maka memastikan
identitas dengan mengecek nomor rekam medic
bersama perawat lain
7. Hasil kolaborasi secara lisan melalui telepon dengan
dokter ditulis pada status pasien
8. Membacakan kembali hasil kolaborasi secara lisan
melalui telepon dengan dokter untuk mengklarifikasi
kebenaran
9. Memberi infomasi yang akurat tentang perubahan
kondisi pasien yang terbaru saat operan
10. Memberikan informasi yang akurat tentang rencana
asuhan keperawatan pasien saat operan
11. Memegang status pasien saat melaporkan pasien ke
dokter
12. Memeriksa pasien sebelum melaporkan kepada dokter

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
13. Memberikan kesempatan kepada
pasien/keluargauntuk mengoreksi jika terjadi
kesalahpahaman atau ketidakaruratan
14. Sebelum mengoplos obat mencocokkan nama pasien
dengan jenis obat yang didapat,dosis,waktu dan rute
pemberian
15. Menanyakan ada alergi atau tidak kepada pasien
sebelum memberi obat
16. Memberikan obat yang disiapkan oleh perawat lain
17. Memeberikan obat injeksi tanpa ada pengecekkan
ulang oleh perawat lain
18. Menyuntikkan obat yang pekat tanpa mengecerkan
terlebih dahulu
19. Meletakkan KCL dekat aquadest agar mudah
dijangkau saat diperlukan
20 Memeberikan pendidikan kepada pasien/keluarga
tentang tujuan pemeberian obat, kegunaan, cara pakai
dan waktu serta kemungkinan efek obat
21. Melakukan prosedur dengan urutan langkah yang
benar
22. Melakukan pemasangan infus divena bagian distal
sebelum menggunakan vena proksimal
23. Membersihkan bagian tubuh pasien dari area yang
bersih ke daerah yang kotor
24. Mempertahankan prinsip steril pada prosedur
perawatan luka/pemasangan kateter urin/injeksi
25. Memastikan kebenaran identitas pasien yang akan
dilakukan tindakan/prosedur
26. Mencuci tangan sebelum melakukan
prosedur/tindakan kepada pasien
27. Mencuci tangan sesudah melakukan
prosedur/tindakan kepada pasien
28. Mencuci tangan setelah menyentuh area sekitar pasien
29. Memakai sarung tangan saat terpapar cairan tubuh
pasien
30. Mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun
31. Melakukan perawatan luka operasi/infus/kateter urin
secara spetik dan antiseptic
32. Melakukan penilaian risiko infeksi yang mungki
terjadi pada pasien
33. Menempatkan pasien yang berisiko terkena
infeksi/berisiko menularkan infeksi diruang
khusus/isolasi

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
34. Melakukan pengkajian awal pada pasien risiko jatuh
35. Memastikan bahwa roda tempat tidur dalam keadaan
terkunci
36. Mengorintasikan pasien pada saat masuk ruang rawat
37. Menurunkan pengaman/penghalang tempat tidur pada
pasien yang mengalami keterbatasan gerak
38. Melakukan pengawasan ketat pada pasien dengan
risiko jatuh
39. Melibatkan pasien dan keluarga untuk mencegah
terjadinya pasien jatuh
(Mulyatiningsih, 2013)

3. Pernyataan Kuesioner Kesadaran diri

No Kesadaran individu dengan penerapan pasient SL SR JR TP


safety
1 Saya berusaha untuk memperbaiki sikap dalam
memberikan pelayanan patient safety yang baik
2 Penerapan program patient safety menambah
beban kerja padahal beban sudah terlalu banyak
3 Menurut saya patient safety tidak perlu lagi
diprogramkan secara khusus karena dalam
memberikan asuhan keperawatan secara umum
sudah ada penerapan patient safety.
4 Saya mendukung program patient safety karena
akan meningkatkan kesejahteraan saya
(Limbong, 2018)

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

Master Data

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18-28 tahun 17 33,3 33,3 33,3
29-39 tahun 26 51,0 51,0 84,3
>40 tahun 8 15,7 15,7 100,0
Total 51 100,0 100,0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki – laki 7 13,7 13,7 13,7
Perempuan 44 86,3 86,3 100,0
Total 51 100,0 100,0

Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid D3 Keperawatan 30 58,8 58,8 58,8
S1 Keperawatan 21 41,2 41,2 100,0
Total 51 100,0 100,0

Kesadaran Perawat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik (11 - 16) 39 76,5 76,5 76,5
Kurang Baik (4 - 10) 12 23,5 23,5 100,0
Total 51 100,0 100,0

Penerapan Pasien Safety


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Valid Baik (99 - 156) 49 96,1 96,1 96,1
Kurang Baik (39 - 98) 2 3,9 3,9 100,0
Total 51 100,0 100,0

Kesadaran Perawat * Penerapan Pasien Safety Crosstabulation


Penerapan Pasien Safety
Baik (99 - Kurang Baik
156) (39 - 98) Total
Kesadaran Baik (11 - 16) Count 38 1 39
Perawat Expected 37,5 1,5 39,0
Count
% of Total 74,5% 2,0% 76,5%
Kurang Baik (4 - Count 11 1 12
10) Expected 11,5 ,5 12,0
Count
% of Total 21,6% 2,0% 23,5%
Total Count 49 2 51

Expected 49,0 2,0 51,0


Count
% of Total 96,1% 3,9% 100,0%

pelatihan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pernah 39 76,5 76,5 76,5
tidak pernah 12 23,5 23,5 100,0
Total 51 100,0 100,0

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square ,811a 1 ,368
Continuity Correctionb ,003 1 ,960
Likelihood Ratio ,690 1 ,406

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan
Fisher's Exact Test ,419 ,419
Linear-by-Linear ,795 1 ,373
Association

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,47.
b. Computed only for a 2x2 table

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan


2
STIKes Santa Elisabeth Medan

STIKes Santa Elisabeth Medan

Anda mungkin juga menyukai