Oleh:
SKRIPSI
Oleh:
LEMBAR PERTANYAAN
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di STIKes Santa
Elisabeth Medan.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Penulis,
Tanda Persetujuan
Menyetujui untuk diujikan pada ujian skripsi jenjang Sarjana Terapan MIK
Medan, 24 Mei 2022
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan MIK
Telah diuji
PANITIA PENGUJI
...........................................................
...........................................................
...........................................................
Mengetahui
Ketua Program Studi MIK Program Sarjana Terapan
Tanda Pengesahan
Mengetahui Mengesahkan
Ketua Program Studi MIK Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan
(Pestaria Saragih, S.KM., M.Kes) (Mestiana Br. Karo, Ns., M.Kep., DNSc)
ABSTRAK
(xvii + 43 + lampiran)
ABSTRACT
(xvii + 43 + attachments)
The accuracy of the bronchopneumonia case code is that all diagnoses are filled
out correctly based on the completeness of filling out the medical record with
code J18.0 as the code in the ICD 10 book. Completeness of filling out the
medical record is a medical record that has been completely filled out by a
doctor within 1x24 hours, after completing outpatient services. or after an
inpatient is decided to go home which includes a patient identity sheet, medical
resume, and supporting diagnostic examination sheet. Researchers take specific
cases of bronchopneumonia because during the practice service at St. Hospital.
Elisabeth in 2021 there are 10 files of bronchopneumonia patients, there are 3
medical record files with incorrect codes. Based on this background, researchers
are interested in conducting research with the title of code accuracy and
completeness of medical records of bronchopneumonia patients at St. Hospital.
Elisabeth Medan 2022. The type of research design used was a descriptive
design with a sampling method of 82 respondents in total at St.Elisabeth
Hospital Medan 2022. The instrument used in data collection was a checklist
study documentation. The results of the study obtain that the correct category
code was 70 medical records (85.3%) and the incorrect category are 12 medical
records (14.7%) medical record files. While the completeness of the patient
identity sheet is 85.3%, the medical resume sheet is 85.3%, and the laboratory
support results sheet is 81.7%.
Bibliography (2013-2022)
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi isi maupun penggunaan bahasa, serta penulisan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan yang lebih baik
dimasa yang akan datang. Dalam pembuatan Skripsi ini penulis juga menyadari
bahwa banyak arahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang membantu kesuksesan pengerjaan Skripsi ini.
Maka pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
1. Mestiana Br. Karo, M.Kep., DNSc sebagai Ketua STIKes Santa Elisabeth
Elisabeth Medan.
dalam menyusun Skripsi ini yang telah banyak meluangkan pikiran, waktu
dengan sabar, serta memberi petunjuk dan semangat kepada penulis dalam
menyusun skripsi.
Informasi Kesehatan dan pegawai yang telah memberi ilmu, nasehat dan
serta teman saya Iyosi Oktavini Saragih yang selalu mendukung saya dan
6. Kepada keluarga besar Stikes Santa Elisabeth Medan serta keluarga besar
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa membalas kebaikan dan bantuan yang telah diberikan dengan
tulus dan ikhlas kepada penulis. Besar harapan penulis semoga Skripsi ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
5. Surat balasan survei awal dari Rumah Sakit St. Elisabeth Medan . 48
6. Keterangan layak etik .................................................................. 49
7. Surat balasan penelitian dari pihak rumah sakit ............................ 50
8. Surat penelitian ke Unit Rekam medis ......................................... 51
9. Buku bimbingan Skripsi .............................................................. 52
10. Master Data ................................................................................. 54
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
BAB 1
PENDAHULUAN
kepada pasien. Selain itu juga sebagai sumber data pada bagian rekam medis
dalam pengolahan data yang kemudian akan menjadi informasi yang berguna bagi
kinerja, rumah sakit secara teratur melakukan penilaian terhadap isi dan
kelengkapan berkas rekam medis pasien. Pelayanan yang bermutu bukan hanya
pada pelayanan medis saja, tetapi juga pada penyelenggaraan rekam medis yang
menjadi salah satu indikator mutu pelayanan rumah sakit yang dapat diketahui
rumah sakit adalah data atau informasi dari rekam medis yang baik dan lengkap.
Indikator mutu rekam medis yang baik dan lengkap adalah kelengkapan isi,
akurat, tepat waktu dan pemenuhan aspek persyaratan hukum (Wirajaya &
Nuraini, 2019).
(categories) penyakit, cedera dan kondisi kesehatan serta prosedur yang disusun
sesuai kriteria yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Orang yang
masing pernyataan diagnosis harus bersifat informatif atau mudah dipahami agar
(Purwanti, 2016).
berdasarkan ICD-10 yaitu proses pemberian kode dengan menggunakan huruf dan
angka yang mewakili komponen data yang bertujuan untuk memastikan ketepatan
pengkodean dan keinginan untuk mencapai kualitas tinggi, data yang terkode
sangat membantu penerbitan rincian tagihan biaya rawat yang tepat dan
daerah konsolidasi atau area putih pada paru-paru terdapat cairan atau seluler yang
tersebar luas disekitar bronkus dan bukan bercorak lobaris (Wijaya & Putri, 2013).
yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
menggigil mendadak dan dengan cepat menjadi demam, nyeri dada semakin berat
saat batuk, sputum bercampur darah, nafsu makan buruk pada pasien terlihat
berakibat fatal, maka dari itu kita sebagai tenaga kesehatan berperan penting
membantu pasien dalam mengeluarkan sekret atau sputum, yaitu dengan teknik
postural drainage dan batuk efektif, yang bertujuan untuk mengontrol pernafasan,
lalu sekret dapat dikeluarkan dengan batuk efektif, sebelum batuk efektif
dilakukan disarankan pasien untuk minum air hangat agar sputum tidak berat saat
dikeluarkan, jika belum keluar bisa bantu pasien dengan postural drainage adalah
suatu tindakan untuk lepas sekresi dari berbagai segmen paru paru dengan
Berdasarkan penelitian Tri Widya Sandika dan Sopyah Anggraini thn 2019
pasien rawat inap (rl4a) di RSU Mitra Medika Medan bahwa dari 100 berkas
rekam medis rawat inap dengan 2 item yang telah ditentukan dalam setiap berkas,
pengisian berkas rekam medis secara lengkap terdapat pada item identitas
sebanyak 81 berkas (81%) dan tidak lengkap sebanyak 19 berkas (19%). Pada
item diagnosa pengisian lengkap sebanyak 77 berkas (77%) dan tidak lengkap
resume medis pasien kasus kebidanan di Rumah Sakit Atma Jaya thn 2015 oleh
Aurelius Anugerah Harvey Pepo dan Noor Yulia diperoleh hasil 26 rekam medis
(59,1%) yang penulisan diagnosanya tidak lengkap dan 18 rekam medis (40,9%)
sebesar 294 diagnosis dan 20 diagnosis yang tidak spesifik. Dari 294 diagnosis
terjadi ketidaktepatan kode sebesar 61 (21%) diagnosis dan kode yang tepat
Berdasarkan penelitian Pepo & Yulia yang telah dilakukan tahun 2015
Jaya thn 2014, diperoleh hasil 22 rekam medis (50%) dengan pengkodean klinis
yang tepat dan rekam medis (50%) dengan pengkodean klinis yang tidak tepat,
lengkap dan 18 rekam medis (40,9%) yang penulisan diagnosanya lengkap. (Pepo
data tidak perlu lengkap dan tidak mengetahui mana yang harus diisi (ZAENAL
patologis maupun fisiologis dapat diperoleh yaitu 42% untuk kondisi ibu/janin
yang tepat, 58% yang tidak tepat, 52% untuk metode persalinan yang tepat
seluruhnya dan 48% kode tidak tepat, untuk ketepatan dinyatakan masih kurang
karena dibawah dari 56% (NP & Rias Ayu Kusuma Pertiwi, 2020)
bronchitis Rumah Sakit X Tangerang tahun 2020, dari 82 sampel rekam medis,
jumlah tepatnya sebesar 65 kasus atau 79% dan tidak tepat sebesar 17 kasus atau
Kabupaten Gowa sebanyak 7 (13,2%) sedangkan tidak tepat kode diagnosa utama
Medan setelah Deli Serdang yaitu sejumlah 10.928 orang. Peneliti mengambil
dinas praktek di Rumah Sakit St. Elisabeth pada tahun 2021 terdapat 10 berkas
pasien bronkopneumonia terdapat 3 berkas rekam medis dengan kode yang tidak
rekam medis khususnya pasien sesuai dengan kurikulum dan mata kuliah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
kematian untuk tujuan agar statistik insidens morbiditas dan mortalitas daapt
direkam dalam aturan yang sama sehingga dapat dibandingkan. ICD-10 mulai
digunakan di Indonesia sejak tahun 1996 di rumah sakit pemerintah, dan sejak
1997 di rumah sakit swasta dan puskesmas, sesuai keputusan SK Dirjen Yan-
ICD.
yang menyatakan bahwa setiap berkas rekam medis yang diagnosis penyakitnya
tidak ditulis oleh dokter dikembalikan kembali kepada dokter yang bertanggung
menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang
sistematis data tersebut antara berbagai wilayah dan jangka waktu (ICD-10
dan jilid 3.
yaitu bagian 1 terdiri atas index tentang peyakit dan luka alami. Bagian 2
rekam medis dan kelengkapan catatan dokter, terutama catatan tentang diagnosis
yang tertulis pada lembar ringkasan masuk dan keluar dan sudah terdapat tanda
2.2 Bronkopneumonia
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008).
parenkim paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada
teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke
parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan
yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui
virus, virus influenza dan virus sitomegalik, dan disebabkan oleh jamur seperti
rekam medis yang telah diisi lengkap oleh dokter dalam waktu 1x24 jam, setelah
selesai pelayanan rawat jalan atau setelah pasien rawat inap diputuskan untuk
kepada pasien. Selain itu juga sebagai sumber data pada bagian rekam medis
dalam pengolahan data yang kemudian akan menjadi informasi yang berguna bagi
pengkodean, koder harus mereview isi rekam medis untuk mendapatkan informasi
penunjang lab yang dapat digunakan dalam penentuan keakuratan kode mengingat
tingkat pengertian mengenai kondisi medis pasien saat direkam. Resume medis
adalah bagian dari berkas rekam medis yang berupa lembaran berisi tentang
penting terkait pasien oleh karena itu harus didokumentasikan dengan lengkap.
Resume medis dikatakan sebagai alternatif karena lembar resume medis mewakili
seluruh keadaan dan pengobatan yang dialami pasien saat diasuh di rumah sakit.
Diagnosa yang ditulis lengkap pada resume medis mencerminkan ketepatan dan
pemahaman yang tinggi akan kondisi pasien oleh tenaga medis sehingga tidak
medis juga dapat membantu coder dalam melaksanakan pengkodean klinis (Pepo
untuk menentukan milik siapa lembaran tersebut. Lembar identitas pasien dapat
pasien, ringkasan medis pada ringkasan pulang dan adanya kelengkapan lembar
rekam medis
Penyebab ketepatan kode diagnosis dapat dilihat dari sisi eksternal dan
internal. Faktor eksternalnya adalah diagnosis utama ditulis, tulisan dokter jelas
basic petugas lulusan rekam medis yang tentu saja ilmu penyakit dan istilah-
benar merupakan kunci sukses sistem tersebut. Apabila kode yang dicantumkan
pada berkas rekam medis tidak tepat, maka dapat berdampak terhadap biaya
Apabila kode diagnosis pasien tidak terkode dengan tepat maka informasi
yang dihasilkan akan mempunyai tingkat validasi data yang rendah, hal ini tentu
memiliki peranan yang penting dalam menentukan kode yang akurat melalui
diagnosis yang ditetapkan oleh dokter. Sesuai yang disampaikan oleh Astuti
(2008) bahwa kode yang akurat didapatkan salah satunya dengan memperhatikan
diagnosis.
pengisian berkas rekam medis oleh tenaga kesehatan akan memudahkan tenaga
kesehatan lain dalam memberikan tindakan atau terapi kepada pasien. Selain itu
juga sebagai sumber data pada bagian rekam medis dalam pengolahan data yang
kemudian akan menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen dalam
kelengkapan isi ringkasan pulang berkas rekam medis harus memuat identitas
pasien, diagnosa masuk, hingga ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 KerangkaTeori
kerangka teori disesuaikan dengan apa yang akan diteliti sesuai dengan rumusan
kerangka konsep yang berisi variabel terpilih yang akan diteliti. Variabel-variabel
tersebut didefinisikan dalam sebuah tabel definisi operasional sebagai dasar uji
Medan 2022.
1. Lengkap
2. Tidak lengkap
hipotesis akan bisa memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis, dan
interprestasi data (Nursalam, 2020). Hipotesis dalam penelitian ini tidak ada
BAB 4
METODE PENELITIAN
tahun 2022.
4.2.1. Populasi
ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2020). Populasi dalam Skripsi ini adalah 82
4.2.2. Sampel
sampling adalah pengambilan sampel yang sama dengan jumlah populasi yang
ada. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh berkas rekam medis pasien
merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu
2020).
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi
oleh orang lain. Ada dua macam definisi, definisi nominal menerangkan arti kata
dokumentasi dengan mengisi checklist lengkap dan tidak lengkap data rekam
medis. Checklist tersebut diambil dari penelitian sebelumnya oleh Dwitya Dian
Rumus :
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
𝑃=
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
15 − 0
𝑃=
2
15
𝑃=
2
𝑃=7
Rumus :
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
𝑃=
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
6−0
𝑃=
2
6
𝑃=
2
𝑃 =3
Rumus :
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
𝑃=
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
2
𝑃=
2
𝑃=1
1. Lengkap = skor 2
4.5.1 Lokasi
Penulis akan melakukan penelitian di unit rekam medis Rumah Sakit Santa
Utara. Penulis memilih lokasi ini karena belum pernah dilakukan penelitian
Pengambila data diperoleh dari data sekunder berupa data dari RS Santa
2021 pada tahun 2022 dalam dalam Rumah Sakit St. Elisabaeth Medan.
subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis data sekunder yakni memperoleh data secara langsung dari sasarannya,
peneliti mendapat izin dari Kepala Unit Rekam Medis Rumah Sakit Santa
ketepatan kode tepat atau tidak tepat berdasarkan J18.0 dan kelengkapan berkas
rekam medis yaitu identitas pasien (RM 1), resume medis (RM 18), dan hasil
pengukuran bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali
rekam medis sebagai alat pengukur, pada variabel ketepatan kode dan
Pengajuan judul
Seminar Proposal
Perbaikan Proposal
Izin Penelitian
Pengambilan Data
Analisa Data
Seminar Hasil
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat
menolak maka peneliti akan tetap menghormati haknya. Subjek mempunyai hak
informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2020).
pilihan nya sendiri. Apapun pilihannya harus senantiasa dihormati dan tetap
responden.
penelitian.
3. Justice
Responden penelitian harus diperlakukan secara adil dalam hal beban dan
berikut :
1. Informed Consent
2. Confidentiality (Kerahasiaan)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berlokasi di Jl. Haji Misbah No. 7
Medan. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan merupakan Rumah Sakit umum Tipe
B dan telah terakreditasi Paripurna tahun 2016. Rumah Sakit ini didirikan pada
tahun 1931 dan di kelolah oleh suster – suster kongregasi Fransiskanes Santa
Elisabeth Medan sebagai wujud pelayanan para suster kongregasi FSE yang
memiliki kharisma menjadi penyembuh yang hadir di dunia dan sebagai tanda
kehadiran Allah dengan motto “ Ketika Aku Sakit Kamu Melawat Aku” yang
memiliki visi yang hendak dicapai yaitu Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
mampu berperan aktif dalam memberi pelayanan yang berkualitas tinggi atas
dasar cinta kasih dan persaudaraan dengan misi yaitu meninggkatkan derajat
Tujuan dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal dengan semangat cinta kasih sesuai kebijakan
medis yaitu ruang rawat inap internis, ruang rawat inap bedah, poli klinik,
instalasi gawat darurat (IGD), ruang operasi (OK), ruang kemoterapi intensive
care unit (ICU), intensive cardio care unit (ICCU), pediatrik intensive care unit
(PICU), neonatal intensive care unit (NICCU), ruang pemulihan, medical check
ruang praktek dokter, patologi anatomi dan farmasi. Ruangan yang menjadi
identitas pasien kategori lengkap yaitu 85,3% dan masih ditemukan sebagian kecil
Berdasarkan hasil pemeriksaan lab sebagian besar kategori lengkap yaitu 81,7%
ketepatan kode pada pasien bronkopneumonia dikategorikan tepat dan tidak tepat
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Ketepatan kode pada pasien
bronkopneumonia 2021 di RS St. Elisabeth Medan Thn 2022
berkas rekam medis dan masih ditemukan sebagian kecil kategori tidak tepat yaitu
5.3 Pembahasan
kategori lengkap yaitu 85,3% berkas rekam medis dan masih ditemukan sebagian
kecil (14,7%) tidak lengkap berkas rekam medis. Menurut amatan peneliti,
dokumen yang terisi lembar RM 1 yang selalu terisi dengan lengkap yaitu nama
diagnosa keluar, serta nama dokter yang merawat. Sedangkan yang tidak terisi
dengan baik kategori tidak lengkap yaitu cara pasien masuk dan pekerjaan pasien.
Faktor yang menyebabkan yaitu adanya petugas kurang teliti dalam pengisian
berkas. Hal ini sejalan dengan penelitian Tri Widya Sandika dan Sopyah
Anggraini thn 2019 tentang kelengkapan berkas rekam medis terhadap pelaporan
data morbiditas pasien rawat inap (rl4a) di RSU Mitra Medika Medan bahwa
sebagian besar pengisian item identitas pasien dengan lengkap, yaitu 81 berkas
pengisian berkas rekam medis rawat inap ini adalah kurangnya tenaga rekam
medis di rumah sakit. Didapatkan juga bahwa prosedur tentang pengisisian berkas
rekam medis yang ada tidak yang lengkap dan mengakibatkan kurang adanya
standar tetap dalam pengisian rekam medis (Sandika & Anggraini, 2019).
syarat rekam medis yang bermutu adalah: terkait kelengkapan isian rekam medis;
pelayanan minimal (SPM) rumah sakit, terdapat empat indikator sasaran mutu
pasien.
(RM 18) kategori lengkap yaitu 85,3% berkas rekam medis dan masih ditemukan
sebagian kecil tidak lengkap (14,7%) berkas rekam medis. Menurut pengamatan
riwayat penyakit pasien dimana 27 berkas rekam medis tidak terisi dari 82
responden. Faktor yang menyebabkan yaitu beban kerja dokter tinggi. Hal ini
tidak sejalan dengan hasil penelitian Aurelius Anugerah Harvey Pepo dan Noor
Yulia thn 2015 tentang kelengkapan penulisan diagnosa pada resume medis
terhadap ketepatan pengkodean klinis kasus kebidanan di unit rawat inap Rumah
Sakit Atma Jaya bahwa ditemukan 26 rekam medis (59,1%) pada resume
pengkodean klinis. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zaenal Sugiyanto
thn 2006 dengan kelengkapan resume tinggi ada (87,5%) bahwa penyebab
data tidak perlu lengkap dan tidak mengetahui mana yang harus diisi (ZAENAL
harus dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakulan perawatan pada pasien.
masuk dan indikasi pasien dirawat; ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan
penunjang, diagnosa akhir, pengobatan dan tindak lanjut; dan nama dan tanda
yang terdapat dalam rekam medis di isi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan
arahan yang ada pada ICD-10. Oleh karena itu, memacu motivasi pegawai
pemeriksaan lab kategori lengkap yaitu 81,7% berkas rekam medis dan masih
ditemukan sebagian kecil tidak lengkap 18,3% berkas rekam medis. Menurut
oleh rekam medis status anak pembayaran umum tidak harus memerlukan lembar
hasil pemeriksaan lab. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian
asphyxia dengan keakuratan kode diagnosis di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta
(37,3%) dan dokumen rekam medis diagnosis birth asphyxia tidak lengkap
diagnosis birth asphyxia dipengaruhi oleh kinerja tenaga medis, karena yang
berhak menuliskan isi rekam medis adalah tenaga medis yang melakukan
menyeluruh dari rekam medis tentang masalah dan asuhan yang diterima oleh
pasien, untuk menetapkan kode diagnosis pasien rawat inap yang akurat juga
perlu diperhatikan informasi tambahan seperti hasil laboratorium. Oleh sebab itu
Hasil penelitian berdasarkan tabel 5.2 sebagian besar ketepatan kode pada
(85,3%) dan masih ditemukan sebagian kecil kategori tidak tepat yaitu 12 berkas
diagnosa yang ditemukan pada berkas rekam medis pada pasien bronkopneumonia
yaitu kode J18 sejumlah 2 berkas rekam medis dan kode B34.2 sejumlah 10
berkas rekam medis. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku koder yang kurang
teliti dalam menentukan kode. Namun faktor tenaga medis lain juga ikut
mempengaruhi, karena jika tulisan tenaga medis pada lembar-lembar penting yang
harus direview oleh koder sulit terbaca dengan jelas maka informasi yang
dihasilkan juga pasti kurang jelas dan dapat mempengaruhi ketepatan kode. Hal
ini sejalan dengan penelitian Ambarwati thn 2020 tentang ketepatan kode
diagnosis penyakit bronchitis acute pasien rawat jalan dengan metode fishbone di
Rumah Sakit X Tanggerang bahwa dari 82 sampel rekam medis didapatkan hasil
kode diagnosis tepat sebanyak 65 rekam medis (79%) sedangkan kode diagnosis
oleh staf rekam medis, kurangnya tenaga staf rekam medis, kurangnya monev
kinerja staf, dan kurangnya item umur pasien pada aplikasi/program inputan ICD-
10 (Ambarwati, 2020). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah
2014 di Rumah Sakit Atma Jaya diperoleh hasil dimana terdapat 22 rekam medis
(50%) dengan pengkodean klinis yang tepat dan rekam medis (50%) dengan
pengkodean klinis yang tidak tepat. Penyebabnya yaitu diagnosa yang tidak
spesifikasi yang rendah yang sangat berpengaruh terhadap spesifikasi nomor kode
pada blok J18.0 yaitu unspescified organism. Oleh karena itu, tenaga medis atau
dokter yang menangani pasien harus menuliskan diagnosis secara jelas agar
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
kategori lengkap yaitu 85,3% berkas rekam medis dan tidak lengkap
medis, diagnosa keluar, serta nama dokter yang merawat yaitu 100%
pada point cara pasien masuk yaitu 58 berkas rekam medis dan pekerjaan
yaitu 85,3% berkas rekam medis dan masih ditemukan sebagian kecil
identitas awal dan diagnosa utama yaitu 100%. Sedangkan kategori tidak
yaitu 81,7% berkas rekam medis dan masih ditemukan sebagian kecil
karena yang berhak menuliskan isi rekam medis adalah tenaga medis yang
ditemukan sebagian kecil kategori tidak tepat yaitu 12 berkas rekam medis
rekam medis dan B34.2 sejumlah 10 berkas rekam medis. Hal ini
6.2 Saran
lembar identitas pasien pada point cara pasien masuk dan pekerjaan
mengisi kode penyakit lebih tepat sesuai dengan diagnosa keluar pasien
DAFTAR PUSTAKA
NP, A. K., & Rias Ayu Kusuma Pertiwi. (2020). Ketepatan Kode Diagnosis Dan
Tindakan Terkait Kasus Persalinan Di Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy
Seyegan Sleman Tahun 2016. Prosiding: Seminar Nasional Rekam Medis
& Informasi Kesehatan Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1
Terkait Rekam Medis, 12, 17–20.
https://publikasi.aptirmik.or.id/index.php/snarsjogja/article/view/91
Rohman, H., Hariyono, W., & Rosyidah, . (2013). Kebijakan Pengisian Diagnosis
Utama Dan Keakuratan Kode Diagnosis Pada Rekam Medis Di Rumah
Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(Journal of Public Health), 5(2).
https://doi.org/10.12928/kesmas.v5i2.1082
LAMPIRAN
Lampiran1.